pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname … · sistem tradisional plus di barru, sulawesi...

12
65 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang) PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME ( Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan budidaya merupakan program pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan dengan tujuan untuk menyebarluaskan teknologi budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tradisional plus. Kegiatan pemasyarakatan ini dilaksanakan di tambak masyarakat di Desa Lawallu Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Dua kelompok pembudidaya yang dilibatkan yaitu Kelompok Vaname Jaya dengan jumlah anggota 14 orang masing-masing satu petak tambak dengan luas total 5,63 ha. Kelompok kedua adalah Kawan Sejahtera yang terdiri atas 10 anggota masing-masing satu petak tambak dengan luas total 4,37 ha. Jumlah luas keseluruhan tambak yang digunakan yaitu 10 ha. Penebaran benur udang vaname PL-10 setiap petakan tambak kepadatan 8 ekor/m 2 ; bobot rata-rata 0,01 g/ekor. Tahapan kegiatan diawali dari persiapan tambak dilakukan sebagaimana ketentuan prosedur cara budidaya ikan yang baik (CBIB) yang meliputi pengeringan, pengelolaan, dan perbaikan tanah dasar, pengapuran, pemasukan air, dan pemberantasan hama. Pemeliharaan selama 65 hari dan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10 hari mulai umur 35 hari, pengamatan kualitas air setiap 10 hari serta analisis sampel untuk uji PCR dan bakteri. Pemberian pakan menggunakan pelet setelah umur 35 hari dengan dosis 5%-2% dari bobot biomassa udang per hari. Hasil yang diperoleh terhadap bobot akhir rata-rata yaitu 18,30 g/ekor dan tingkat sintasan rata-rata 25% serta produksi secara total didapatkan 3.377,4 kg atau sama dengan 337,7 kg//ha. KATA KUNCI: iptekmast, produksi, tradisional plus, vaname PENDAHULUAN Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang berada pada pesisir Barat Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak antara koordinat 40 o 5 ' 49 " -40 o 47 ' 35 " lintang Selatan dan 119 o 35 ' 00 " -119 o 49 ' 16 " bujur Timur dengan luas wilayah 1.174,72 km 2 dengan garis pantai sepanjang 78 km. Jumlah penduduknya berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2009 sebesar 162.985 jiwa dengan kepadatan rata-rata 138,74 jiwa/km 2 . Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Barru tahun 2009 sebesar Rp 9.705.963,-. Kabupaten Barru memiliki potensi areal budidaya tambak sekitar 3.500 ha. Dari potensi tersebut telah dimanfaatkan pertambakan seluas 2.617,05 ha yang terdiri atas tambak udang intensif 81,5 ha; semi-intensif 290,48 ha; tradisional 1.639,1 ha; dan tambak polikultur bandeng-udang 695,88 ha dengan jumlah pembudidaya tambak 7.413 orang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, 2005). Potensi lahan yang belum dimanfaatkan adalah 25,23% sementara yang masih dikelola secara tradisional mencapai 89,22% di mana tingkat produktivitas areal tambak masih sangat rendah. Sehingga dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani tambak diperlukan introduksi budidaya udang vaname. Dalam rangka meningkatkan efektivitas misi penyebarluasan hasil riset, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) melaksanakan program IPTEKMAS (Pemasyarakatan Ilmu pengetahuan dan Teknologi), yaitu sebuah bentuk upaya pemacuan adopsi dan penyebarluasan hasil riset karya para peneliti Balitbang KP kepada masyarakat. Program tersebut mencakup kegiatan-kegiatan inventarisasi paket-paket teknologi Balitbang KP yang perlu diadopsi diberbagai kasus/lokasi, penerapan, pengkajian dan pengumpulan umpan balik menyempurnakan teknologi, serta upaya-upaya peningkatan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan dengan

Upload: hoangtuong

Post on 22-Jun-2019

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

65 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang)

PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN

Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan RachmansyahBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan budidaya merupakan programpemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan dengan tujuan untuk menyebarluaskan teknologibudidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tradisional plus. Kegiatan pemasyarakatan inidilaksanakan di tambak masyarakat di Desa Lawallu Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Duakelompok pembudidaya yang dilibatkan yaitu Kelompok Vaname Jaya dengan jumlah anggota 14 orangmasing-masing satu petak tambak dengan luas total 5,63 ha. Kelompok kedua adalah Kawan Sejahtera yangterdiri atas 10 anggota masing-masing satu petak tambak dengan luas total 4,37 ha. Jumlah luas keseluruhantambak yang digunakan yaitu 10 ha. Penebaran benur udang vaname PL-10 setiap petakan tambak kepadatan8 ekor/m2; bobot rata-rata 0,01 g/ekor. Tahapan kegiatan diawali dari persiapan tambak dilakukan sebagaimanaketentuan prosedur cara budidaya ikan yang baik (CBIB) yang meliputi pengeringan, pengelolaan, danperbaikan tanah dasar, pengapuran, pemasukan air, dan pemberantasan hama. Pemeliharaan selama 65hari dan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10 hari mulai umur 35 hari, pengamatan kualitas air setiap10 hari serta analisis sampel untuk uji PCR dan bakteri. Pemberian pakan menggunakan pelet setelah umur35 hari dengan dosis 5%-2% dari bobot biomassa udang per hari. Hasil yang diperoleh terhadap bobot akhirrata-rata yaitu 18,30 g/ekor dan tingkat sintasan rata-rata 25% serta produksi secara total didapatkan3.377,4 kg atau sama dengan 337,7 kg//ha.

KATA KUNCI: iptekmast, produksi, tradisional plus, vaname

PENDAHULUAN

Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang berada pada pesisir Barat Provinsi SulawesiSelatan yang terletak antara koordinat 40o5'49"-40o47'35" lintang Selatan dan 119o35'00"-119o49'16"

bujur Timur dengan luas wilayah 1.174,72 km2 dengan garis pantai sepanjang 78 km. Jumlahpenduduknya berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2009 sebesar 162.985 jiwa dengan kepadatanrata-rata 138,74 jiwa/km2. Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Barru tahun 2009 sebesar Rp9.705.963,-.

Kabupaten Barru memiliki potensi areal budidaya tambak sekitar 3.500 ha. Dari potensi tersebuttelah dimanfaatkan pertambakan seluas 2.617,05 ha yang terdiri atas tambak udang intensif 81,5ha; semi-intensif 290,48 ha; tradisional 1.639,1 ha; dan tambak polikultur bandeng-udang 695,88ha dengan jumlah pembudidaya tambak 7.413 orang (Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenBarru, 2005). Potensi lahan yang belum dimanfaatkan adalah 25,23% sementara yang masih dikelolasecara tradisional mencapai 89,22% di mana tingkat produktivitas areal tambak masih sangat rendah.Sehingga dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan percepatan peningkatan kesejahteraanmasyarakat petani tambak diperlukan introduksi budidaya udang vaname.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas misi penyebarluasan hasil riset, Badan Penelitian danPengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) melaksanakan program IPTEKMAS(Pemasyarakatan Ilmu pengetahuan dan Teknologi), yaitu sebuah bentuk upaya pemacuan adopsidan penyebarluasan hasil riset karya para peneliti Balitbang KP kepada masyarakat. Program tersebutmencakup kegiatan-kegiatan inventarisasi paket-paket teknologi Balitbang KP yang perlu diadopsidiberbagai kasus/lokasi, penerapan, pengkajian dan pengumpulan umpan balik menyempurnakanteknologi, serta upaya-upaya peningkatan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan dengan

Page 2: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 66

menggunakan teknologi yang tersedia, dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat dan penelitiBalitbang KP. Melalui program IPTEKMAS, diharapkan teknologi hasil riset Balitbang KP menjadiguna, sehingga dampaknya terhadap peningkatan pendapatan pelaku utama (pembudidaya, nelayantangkap dan pengolah) dapat dimaksimalkan. IPTEKMAS dilaksanakan sejak tahun 2007 hinggasekarang. Mengingat keterpaduan program dan pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak terkaityang bersifat lintas institusi dan lembaga, maka perlu adanya kesamaan visi, misi, dan semangatkebersamaan dalam mengembangkan sektor kelautan dan perikanan.

Setelah melalui serangkaian penelitian dan kajian, maka pemerintah melalui SK Menteri KP No.41/2001 secara resmi melepas udang vaname sebagai varietas unggul pada tanggal 12 juli 2001(Anonim, 2003; Poernomo, 2002). Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)menargetkan kenaikan terhadap produksi udang sebesar 74,75% di tahun 2010-2014, yaitu dari400.000 ton menjadi 699.000 ton. Dalam pencapaian tersebut, peningkatan produksi udang akandiarahkan pada komoditas udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei).Udang vaname sendiri ditargetkan pada tahun 2014 mencapai 511.000 ton.

Udang vaname merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati,karena memiliki keunggulan seperti lebih tahan terhadap penyakit dan pertumbuhan cepat, bahkanudang vaname yang positif (deteksi PCR) terinfeksi WSSV namun tidak menunjukkan gejala klinis,masih dapat tumbuh normal dengan sintasan 88% dan produksi sebesar 11,5 ton/ha (Sugama, 2002).Namun demikian pembudidaya udang dengan kemampuan modal sangat terbatas masih beranggapanbahwa udang vaname hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidaklahsepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukkan bahwa udang vaname juga dapat diproduksidengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panenyang lebih besar karena pertumbuhan relatif lebih cepat. Belakangan ini teknologi yang berkembangpada pola intensif dan semi-intensif, pada hal luas areal pertambakan di Indonesia mencapai 360.000ha, di mana 80% di antaranya digarap oleh petambak yang bermodal terbatas. Dengan demikiankegiatan sosialisasi sangat diperlukan dalam rangka untuk penyebarluasan beberapa hasil kajianteknologi budidaya udang vaname secara tradisional plus melalui kegiatan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi (IPTEKMAS).

Tujuan, Manfaat, dan Dampak

Kegiatan IPTEKMAS bertujuan untuk menyosialisasikan aplikasi teknologi budidaya udang vanamesistem tradisional plus yang mengacu pada cara budidaya ikan yang baik (CBIB) kepada masyarakatkelompok pembudidaya. Teknologi tersebut dapat menjadi acuan untuk diadopsi dan diserap bagimasyarakat petambak di sekitar kawasan lokasi kegiatan IPTEKMAS sehingga peningkatanproduktivitas hasil tambak dapat tercapai. Kegiatan ini diharapankan dapat meningkatkan pendapatandan kesejahteraan masyarakat petani tambak.

PERMASALAHAN SEBELUM IPTEKMAS

Permaslahan yang ada sebelum kegiatan IPTEKMAS yang menjajdi keluhan dari pihak pembudidayasendiri, yaitu lemahnya pengetahuan masyarkat pembudidaya tentang bagaimana cara budidayaikan/udang yang baik. Pembudidaya selama ini hanya perpatokan dari pengalaman-pengalaman sajatanpa memliki acuan bagaimana melakukan budidaya udang yang baik sesuai CBIB. Sehinggaterkadang ada hal-hal dianggap pada tahapan kegiatan hanya merepotkan saja dan buang-buangbiaya seperti misalnya pada tahapan persiapan tambak yaitu pengeringan, pengapuran,pemberantasan hama, serta pemupukan. Pada hal kegiatan tesebut memiliki peran dalam halmemperbaiki tekstur tanah tambak, meningkatkan kesuburan dasar tambak dan mempercepatpenumbuhan pakan alami untuk mendukung pertumbuhan udang karena pada awal pemeliharaansebelum diberikan pakan tambahan.

Permasalahan lain yang dialami oleh masyarakat pembudidaya adalah susahnya untukmendapatkan benur vaname yang berkualitas. Karena benur yang berkualitas bagus kebanyakandiproduksi dari Pulau Jawa, sementara akses pembudidaya untuk mendapatkan benur tersebut sangatsulit. Tidak adanya pengetahuan bagaimana cara pemantauan pertumbuhan untuk menentukan

Page 3: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

67 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang)

jumlah pakan yang mestinya diberikan dalam satu hari, sehingga pembudidaya pada saat melakukanpemberian pakan hanya berdasarkan perasaan saja sehingga akhirnya kadang terjadinya kekuranganatau kelebihan pakan. Lemahnya kelembagaan kelompok antara pembudidaya lebih cendrung jalansendiri-sendiri. Pemberdayaan tenaga penyuluh perikanan yang merupakan satu bagian komponendari Dinas Perikanan dan Kelautan sangat kurang padahal peranan tenaga penyuluh perikanan tersebut,sangatlah dibutuhkan sebagai tenaga pendamping, baik untuk kegiatan pendampingan di lapanganataupun kegiatan dalam hal untuk mendapatkan kemudahan memperoleh saprokan sesuai yangdiharpkan.

UNSUR/INSTITUSI YANG TERLIBAT

Kegiatan IPTEKMAS melibatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, BalaiPenelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros dan pemerintah daerah yaitu Dinas Kelautandan Perikanan Kabupaten Barru, tenaga Penyuluh Perikanan serta pembudidaya sendiri. Kegiatanpendampingan dan bimbingan melibatkan peneliti dan teknisi dari Pusat Penelitian dan Pengembanganperikanan Budidaya dan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya air Payau Maros serta Dinaskelautan dan Perikanan Kabupaten Barru. Sementara kegiatan lapangan dari persiapan, pemeliharaan,pemantauan sampai panen selain peneliti dan para peserta iptekmas/pemilik tambak juga dilibatkantim penyuluh perikanan Kecamatan Soppeng Riaja yang secara aktif mendampingi dan membimbingpara pembudidaya selama kegiatan pemeliharaan.

POTENSI SUMBERDAYA

Lokasi IPTEKMAS

Kegiatan IPTEKMAS dilakukan di kawasan pertambakan di Desa Lawallu Kecamatan SoppengRiaja Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Gambar 1).

Potensi Lahan

Kabupaten Barru adalah salah satu Daerah potensial di bidang Kelautan dan Perikanan. Potensiareal budidaya tambak sekitar 3.500 ha. Dari potensi tersebut telah dimanfaatkan untuk pertambakanudang yang sudah dikembangkan seluas 2.617,05 ha dengan produktivitas 0,34 ton/ha (Tabel 1).

Gambar 1. Lokasi kegiatan Iptekmas budidaya udang vaname sistem tradisional plus

Page 4: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 68

Sebagian besar sistem budidaya yang dilakukan di Kabupaten Barru adalah sistem tradisional,dengan kepadatan rata-rata 10.000–30.000 ekor/ha. Pemeliharaan dilakukan hanya mengharapkanpakan alami sebagai pakan udang dan tanpa menerapkan SOP cara-cara budidaya ikan yang baikyaitu pada kegiatan persiapan tidak melakukan pengolahan tanah dasar, pengapuran. Kemudiansaat masa pemeliharaan tidak adanya kegiatan analisis kualitas air dan pemantauan kesehatan airdan sampling udang baik pertumbuhan maupun kesehatan udang, sehingga terkadang sudah adaindikasi adanya serangan penyakit belum ada tindakan untuk penanganan atau panen.

KERAGAAN BUDIDAYA

Komuditas Budidaya

Komuditas budidaya yang digunakan pada kegiatan IPTEKMAS ini adalah komuditas yang menjadisalah satu produk unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu udang vaname. Komoditasudang vaname merupakan komoditas andalan yang mempunyai nilai pasaran yang cukup tinggiyang sangat cocok dibudidayakan di kawasan pertambakan di Kabupaten Barru.

Produksi Komoditas Unggulan

Sebelum ada kegiatan IPTEKMAS kegiatan budidaya udang vaname sudah diterapkan olehpembudidaya di Kabupaten Barru sebagai komoditas utama dalam kegiatan pemeliharaan dengantingkat teknologi intensif dan semi-intensif tapi hanya sebagian kecil saja dan mayoritas masih polasederhana dengan komoditas utama ikan bandeng serta udang vaname tapi tingkat kepadatan yangrendah yaitu 10.000-25.000 ekor/ha. Produktivitas yang dihasilkan berkisar antara 100–300 kg/ha.Pelaksanaan IPTEKMAS budidaya udang vaname sistem tradisional plus meskipun tidak terlalu besarproduksi yang dihasilkan atau belum sesuai dengan target maksimal yang diharapkan, tapi masihdidapatkan peningkatan produktivitas yaitu rata-rata 337,74 kg/ha atau peningkatan sebesar 12%.

SUMBERDAYA MANUSIA BUDIDAYA

Jumlah Kelompok Pembudidaya, Jumlah Anggota

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru jumlah keseluruhan kelompokpembudidaya yang ada di Kabupaten Barru dari 5 kecamatan adalah 25 kelompok dengan jumlahanggota sebanyak 733 orang (Tabel 2).

Kelompok dan Anggota yang Ikut dalam IPTEKMAS

Peserta IPTEKMAS terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok Vaname Jaya yang terdiri atas 14anggota dan kelompok Kawan Sejahtera.

Luas Lahan IPTEKMAS

Kegiatan IPTEKMAS budidaya udang vaname sistem tradisional plus di Barru dilakukan di tambakmasyarakat dengan jumlah petakan sebanyak 24 petak dengan total luasan lahan sebanyak 10 ha.Yang terdiri atas 5,63 ha lokasi Kelompok Vaname Jaya dan 4, 37 ha lokasi Kelompok Kawan Sejahtera.Masing-masing kelompok luasan lahan bervariasi antara 0,15 ha sampai luasan 1 ha. Hal ini karena

Tabel 1. Jenis komoditas, potensi lahan, dan produksi perikanan

Komoditas Luas potensi

lahan (ha) Lahan yang sudah dikembangkan (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

Udang 3.500 2.617 888,30 0,34Bandeng 3.500 2.167 2.698 1,03Ikan kerapu 56.160 - 89,20 0,16Ikan merah 56.160 - 50,10 0,09Rumput laut 1.200 7,00 84,00 12,00

Page 5: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

69 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang)

kondisi luasan tambak yang ada di wilayah Kabupaten Barru sangat bervariasi dari ukuran kecilsampai ukuran sangat luas, bahkan ada beberapa petak tambak yang luasnya dibawah 1.000 m2 tapiyang tetap dikelolah oleh masyarakat dan ada juga sampai mencapai luasan 20 ha.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat peserta IPTEKMAS sebagaian besar adalah petani tambak, namuntidak terlepas dari beberapa kegiatan lain yang dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahanyaitu, sebagai nelayan, petani sawah inipun tergantung musim, serta berternak. Sebagian juga yangpunya kegiatan sebagai pengahasilan alternatif yaitu jadi buruh bangunan dan tukang ojek.

KELEMBAGAAN DAN INFRASTRUKTUR

Kelembagaan Finansial

Pelaksanaan kegiatan IPTEKMAS belum melibatkan kelembagaan lain seperti perbankan dankoperasi, tetapi semestinya untuk keberlanjutan kegiatan pembudidaya secara berkelompok dan

Tabel 2. Nama kelompok pembudidaya tambak di Kabupaten Barru

Desa/Kelurahan Kecamatan

Mattirodeceng Pancana Tanete Rilau 24Sipakainge Corawali Tanete Rilau 22Tanete Indah Tanete Tanete Rilau 26Lipudeceng Lipukasi Tanete Rilau 46Sederhana Garessi Tanete Rilau 57Telijaya Garessi Tanete Rilau 22Sama Turue Coppo Barru 57Sipurio Coppo Barru 32Maruala Sumpang Binangae Barru 21Sipurennu Mangempang Barru 23Rezki Siawung Barru 53Sepakat Madello Balusu 38Cidapi Takkalasi Balusu 25Mappideceng Takkalasi Balusu 31Ar-Rahim Lampoko Balusu 25Padaelo Ajjakang Soppeng Riaja 34Sipakatau Lawallu Soppeng Riaja 28Sipurenu Siddo Soppeng Riaja 19Mega Windu Batu Pute Soppeng Riaja 41Teratai Lawallu Soppeng Riaja 25Vaname Jaya Lawallu Soppeng Riaja 14Kawan Sejahtera Lawallu Soppeng Riaja 10Mattirowali Cilellang Mallusetasi 20Aliran Rezki Bojo Mallusetasi 18Macinnong Bojo Mallusetasi 22

733Jumlah

Alamat Jumlah anggota

Nama kelompok

Page 6: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 70

terorganisasi sangat diperlukan kelembagaan tersebut untuk kemudahan dan kelancaran dalam proseskegiatan budidaya terutama dalam hal penyediaan modal dan saprokan.

Sumber Saprokan

Ketersediaan sarana produksi perikanan seperti benur, pakan, pupuk, dan bahan-bahan lain yangmenjadi kebutuhan tidak menjadi persoalan. Karena daerah lokasi pelaksanaan IPTEKMAS beradapada kawasan yang mudah dijangkau dan dekat sumber penjualan bahan-bahan yang menjadikebutuhan. Cuma yang menjadi persoalan adalah benur, memang di daerah Kabupaten Barru sangatmudah untuk mendapatkan benur karena banyak hatcheri dan backyard yang memproduksi benurudang vaname tetapi untuk mendapatkan yang berkualitas baik relatif susah. Karena benur yangdibeli tidak dilengkapi dengan dokumen yang memastikan benur tersebut spesifik patogen free (SPF).Sehingga masyarakat terpaksa membelinya dari pada tidak ada sama sekali. Kalo dari segi kualitasbenur, masyarakat pembudidaya lebih cenderung memilih benur dari Jawa Timur. Karena selain kualitaslebih bagus, terbukti berdasarkan pengalaman bahwa hasilnyapun lebih bagus baik dari tingkatsintasan juga dari segi pertumbuhan lebih cepat.

Dukungan Infrastruktur

Infrastruktur di lokasi kegiatan iptekmas sangat mendukung karena petakan-petakan tambak dapatlangsung dijangkau oleh kendaraan roda empat, serta konstruksi jalan cukup bagus karena sudahdiaspal dan tidak jadi kendala untuk kendara-kendaraan yang bertonase besar untuk bisa lewat kaloada bahan saprokan seperti pakan, pupuk, kapur, dan lain-lain yang akan diangkut ke lokasi danjaraknyapun tidak terlalu jauh dengan jalan poros/jalan Trans Sulawesi yaitu, hanya berkisar 2-3 km.

TEKNOLOGI INOVASI YANG DITERAPKAN

Aplikasi IPTEKMAS merupakan hasil kajian dari beberapa kegiatan penelitian Balai Riset PerikananBudidaya Air Payau mengenai sistem budidaya secara tradisional plus, yang mengacu pada CBIB.Teknologi ini sudah lebih meningkat dibanding dengan penerapan pemeliharaan secara sederhanadan tradisional, di mana pada proses masa pemeliharaannya sampai panen hanya mengandalkanpakan alami sebagai sumber makanan untuk udang atau ikan, serta tanpa mengacu pada sistembudidaya yang berdasarkan CBIB karena masih adanya penggunaan bahan kimia, pestisida yangdigunakan untuk pemberantasan hama, serta tidak dilakukannya cara yang tepat dan mantap prosespersiapan dan pengolahan tanah sebelum penebaran. Sistem budidaya udang secara tradisional plusyang mengacu pada CBIB diterapkan sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan budidaya mulai daripersiapan yang meliputi pengeringan, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama, pemasukanair dan penebaran, serta kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemberian pakan, pemantauanpertumbuhan, serta kualitas air dan kesehatan udang. Adapun tahapan kegiatan teknologi budidayaudang vaname sistem tradisional plus yang dilakukan selama pelaksanaan pemeliharaan sebagaiberikut:

Persiapan

Pengeringan, pengolahan tanah dasar, dan pemberantasan hama

Pengeringan dilakukan dengan cara membuang air tambak melalui pintu pembuangan sampaidasar petakan betul-betul kering. Adapun yang kondisi air tambak tidak bisa kering dengan melaluipintu pembuangan dibantu dengan pompa untuk pengeringannya. Selanjutnya tambak dikeringkansampai kondisi dasar tambak retak-retak dan dilakukan pengolahan tanah dasar dengan tujuankandungan H2S bisa teroksidasi. Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogenyang ada di pelataran tambak.

Pengeringan secara sempurna juga dapat memberantas hama, membunuh bakteri patogen yangada di pelataran tambak. Lama pengeringan sekaligus pengelolaan tanah dasar sekitar 14 hari.Pemberantasan hama awal menggunakan saponin dengan dosis 30 kg/ha tapi pemberantasan hamaini hanya dilakukan pada petakan yang kondisinya tidak bisa kering secara total atau masih ada sisa-sisa genangan air yang tidak bisa dibuang meskipun sudah dibantu dengan menggunakan pompa.

Page 7: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

71 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang)

Sementara petakan yang pengeringannya secara total dan sempurna tidak dilakukan pemberantasanhama, karena dengan pengeringan total sudah membantu memberantas adanya ikan-ikan liar, ataupunbibit telur ikan yang nantinya bisa menetas. Tapi tetap pada pertengahan pemeliharaan dilakukanpemberantasan dengan menggunakan saponin dengan dosis 50 kg/ha.

Pengapuran dan pemupukan

Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian kapur bakar (CaO3) dengandosis 1.000 kg/ha dan kapur dolomit 500 kg/ha. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan pupukurea 200 kg/ha dan TSP 100 kg/ha. Pemupukan ini diharapkan dapat meningkatkan kesuburan dasartambak sebagai penunjang untuk merangsang dan mempercepat penumbuhan pakan alami, karenapada sistem pemeliharaan yang diterapkan adalah secara tradisional plus di mana masa pemeliharaanudang setelah dilakukan penebaran tidak secara langsung diberikan pakan tambahan. Menurut Amin& Pantjara (2002), untuk menumbuhkan plankton di tambak dilakukan pemupukan dengan pupukurea (150 kg/ha), TSP (75 kg/ha). Tapi setelah berumur 30 hari, sehingga pada masa awal pemeliharaanbetul-betul pertumbuhan pakan alami yang sangat diharapkan untuk mendukung pertumbuhan udang.

Pemasukan air

Pemasukan air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung termasukpemasangan saringan pada pintu air. Pemasukan air sebagian petakan hanya dengan membuka pintuair ke petakan tapi sebagian petakan dibantu dengan menggunakan pompa. Karena kondisi dasarpetakan memang tinggi sehingga kalau hanya mengharapkan tingginya air pasang maka ketinggianair di dalam tambak sangat rendah yaitu hanya berkisar 5–10 cm. Hal ini tidak menjadi persoalankarena petakan tersebut luasannya tidak terlalu besar yaitu berkisar antara 1.500 m2 sampai dengan2.500 m2, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tambak sampai ketinggian yang diharapkanyaitu 40–60 cm dengan pompa tidak terlalu lama.

Penebaran

Penebaran benur udang vaname dilakukan setelah pemasukan air dan pertumbuhan makananalami di tambak yang ditandai dengan tumbuhnya plankton dan klekap yang tumbuh di dasar tambak.Benur vaname yang digunakan adalah benur PL-10 dari Hatcheri PT Global Gen Situbondo yangsudah bersertifikat dan dilengkapai dengan dokumentasi hasil pemeriksaan laboratorium yangmemastikan bahwa benur tersebut adalah benur bebas penyakit (SPF). Kriteria benur yang baik adalahmencapai ukuran PL-10 atau organ insangnya telah sempurna, ukuran seragam dan rata, badanbenur dan usus terlihat jelas serta berenang melawan arus.

Sebelum benur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas.Aklimatisasi artinya penyesuaian terhadap lingkungan yang berbeda. Aklimatisasi ini berguna untukmencegah terjadinya stress pada suatu organisme bila dipindahkan dari suatu lingkungan ke dalamlingkungan lain yang berbeda sifatnya. Keadaan benur yang diangkut dari jarak yang jauh danmenempuh waktu yang lama dapat menjadi lemas dan bahkan stres. Beberapa faktor kondisi airyang berpengaruh dan perlu diperhatikan dalam proses aklimatisasi ialah suhu, pH, dan salinitas.Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benur di permukaanair tambak dan disiram secara perlahan-lahan selama 30 menit. Sedangkan aklimatisasi salinitasdilakukan dengan membuka kantong kemudian menambahkan air tambak sedikit demi sedikit selama15-20 menit sampai salinitas air dalam kantong sama atau mendekati salinitas air tambak. Selanjutnyakantong dimiringkan sampai benur keluar dengan sendirinya.

Penebaran semestinya dilakukan di pagi hari namun karena benur yang dikirim dari Surabayapagi hari dan baru tiba di lokasi pada siang hari yaitu pada pukul 14.30, sehingga penebaran yangdilakukan sangat berisiko karena benur saat tiba di lokasi dalam kondisi siang hari. Tetapi denganharapan dilakukannya tahapan kegiatan aklimatisasi dengan baik oleh para peserta IPTEKMAS dapatmengurangi tingkat risiko stresnya benur yang ditebar. Padat penebaran yang aplikasikan berdasarkanbeberapa hasil kajian bahwa tingkat kepadatan optimal untuk budidaya udang vaname sistemtradidional plus adalah 8 ekor/m2 atau 80.000 ekor/ha. Jumlah keseluruhan penebaran dari luastambak peserta IPTEKMAS 10 ha adalah 80.000 ekor benur.

Page 8: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 72

Pemeliharaan

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan setelah penebaran dilakukan selama 65 hari masa pemeliharaansampai panen. Untuk mencapai hasil yang maksimal beberapa hal yang menjadi faktor penentukeberhasilan harus diperhatikan selama pemeliharaan yaitu meliputi:

Pemberian pakan

Program pakan pada dasarnya suatu metode/cara pemberian pakan udang dalam satu siklusbudidaya. Program ini ikut menentukan tingkat keberhasilan suatu sistem budidaya udang secaramenyeluruh terutama keterkaitannya dengan tingkat biaya produksi yang yang telah dikeluarkan,sehingga dalam penyusunannya perlu kecermatan dan ketepatan dalam dalam menentukan tingkatkebutuhan udang terhadap pakan. Pakan diberikan setelah udang berumur 25 hari, di mana padasaat tersebut ketersediaan pakan alami sudah menipis sehingga diperlukan tambahan pakan buatan.Menurut Suprapto (2005), Pertumbuhan udang vaname yang dibudidayakan di tambak dapat tumbuhdengan baik, maka pakan yang diberikan harus memenuhi kualitas dan cukup jumlahnya.

Beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan secara garis besar meliputi: jenis pakan, ukuranpakan, jumlah pakan, dan frekuensi pemberian pakan. Ukuran pakan yang diberikan disesuaikandengan ukuran bobot udang, di mana saat menjelang dilakukannya pemberian pakan rata-rata bobotudang sudah mencapai 3-5 g/ekor. Soemardjati & Suriawan (2006) mengatakan bahwa kegiatan palingpenting dalam budidaya udang vaname adalah pemberian pakan. Pakan yang diberikan harusmemenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan udang yang dibudidayakan serta harus disesuaikandengan kebiasaan makan dan tingkah laku udang itu sendiri. Nutrisi pakan terdiri atas protein,lemak, dan karbohidrat. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 7.00dan sore hari pukul 17.00 dengan cara menebar ke sekeliling petakan lewat pematang tambak, inikhususnya dilakukan pada tambak yang ukuran luasnya tidak terlalu luas yaitu dibawa 5.000 m2.Sementara kalo yang ukuran petakan lebih dari 5.000 m2 sampai ukuran 1 ha, untuk memaksimalkanpenyebaran pakan agar pemanfaatannya lebih optimal oleh udang dilakukan dengan menggunakanperahu. Dosis pakan diberikan 3%-5% dari bobot biomassa per hari Adapun acuan penentuan jumlahpakan yang diberikan selain berdasarkan estimasi hasil sampling yang dilakukan setiap 10 hari, jugadilakukan kontrol pada anco.

Sampling pertumbuhan

Kegiatan sampling pertama dilakukan pada saat udang mencapai umur 35 hari pemeliharaan ditambak. Sedangkan sampling berikutnya dilakukan 10 hari sekali dari sampling sebelumnya. Adapunmaksud dilakukan sampling adalah untuk mengetahui tingkat laju pertumbuhan, dan sekaligus sebagaidasar dalam menetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh udang selama pemeliharaan. Samplingdilakukan dengan menggunakan jala tebar, kemudian udang ditimbang untuk mengetahui bobotrata-ratanya. Dengan penggunaan estimasi tingkat sintasan dapat ditentukan jumlah biomassa udanguntuk menentukan jumlah pakan per harinya. Daftar hasil sampling yang dilakukan setiap 10 haridari umur 35 hari sampai panen atau umur 65 hari seperti pada Tabel 3 dan 4.

Pelaksanaan kegiatan sampling secara aktif dilakukan dan sangat antusias diikuti oleh para anggotatambak peserta IPTEKMAS dan selain didampingi oleh tim peneliti dari Balai Penelitian danPengembangan Budidya Air Payau juga didampingi oleh tim Penyuluh Perikanan Kecamatan SoppengRiaja.

Pengamatan kualitas air

Beberapa parameter kualitas air yang dimonitoring setiap 10 hari di tambak dengan nilai kisaranditunjukkan pada Tabel 5. Pengukuran parameter seperti suhu, oksigen terlarut, pH, dan salinitasdilakukan langsung di lokasi petakan dan untuk parameter amonia, BOT, alkalinitas, nitrit, nitrat,dan fosfat dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros.

Berdasarkan data hasil pengukuran kisaran parameter kualitas air pada Tabel 6. menunjukkantingginya variasi nilai parameter khususnya salinitas dan suhu serta oksigen terlarut, hal inidikarenakan lokasi tambak dengan jumlah yang banyak yaitu sebanyak 24 petak lokasinya terdiri

Page 9: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

73 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang)

atas beberapa tempat dengan kondisi lahan yang berbeda. Sehingga pada kondisi tertentumenyebabkan terjadinya fluktuasi parameter yang besar, contohnya parameter salinitas pada awalpemeliharaan dari seluruh petak kisarannya tidak terlalu besar yaitu 37-50 ppt. Menurut Li et al.(2007), salinitas berpengaruh terhadap konsumsi oksigen pada udang di mana konsumsi oksigenudang menjadi lebih besar secara signifikan pada salinitas 3 ppt dibandingkan pada salinitas 17 pptdan 32 ppt. Tapi saat memasuki awal musim hujan sehingga beberapa petakan yang kondisinyaberada di lereng bukit, di mana peluang untuk masuknya air tawar sangat besar. Sehingga secarabertahap penurunan kadar garam sampai akhir pemeliharaan mencapai 1 ppt. Tetapi petakan yangletaknya sangat dekat dengan laut meskipun saat musim hujan kandungan kadar garamnya palingrendah hanya mencapai 10 ppt, begitupun juga parameter suhu di mana pada kondisi tertentubeberapa petakan suhu bisa mencapai 40°C-50°C, hal ini disebabkan ketinggian air petakan tambaksangat rendah karena besarnya tingkat resapan tanah dasar tambak pada waktu-waktu tertentu yaitusaat tidak ada pasang tinggi untuk pemasukan air. Dengan demikian sinar matahari pada siang hari

Tabel 3. Data hasil sampling Kelompok Vaname Jaya

35 45 55 65

Abidin 2.500 20.000 8,20 12,16 16,05 20,00Makmur 3.000 24.000 7,41 11,69 15,14 19,61Ali 3.000 24.000 5,41 9,04 11,88 17,36Basri 2.200 17.600 7,71 13,33 17,00 22,99Hamzah 2.500 20.000 8,03 10,80 14,36 17,24Jamaluddin 1.500 12.000 4,81 8,14 10,34 18,87Firman 4.000 32.000 6,84 11,43 16,00 20,49Abd. Rahim 10.000 80.000 7,04 11,69 16,00 21,74H. Badrusamad 10.000 80.000 8,04 12,44 14,33 19,38Iskandar 4.000 32.000 7,14 11,22 14,29 14,49Mustafa 2.500 20.000 7,85 14,11 16,60 19,31Amiruddin 2.000 16.000 7,69 11,71 15,50 18,52Sube 3.000 24.000 8,24 12,12 15,16 19,01Ramli 6.100 48.800 7,74 9,18 15,31 19,61

Bobot rataan (g) (hari)Nama petambak

Luas lahan

(m2)Penebaran

Tabel 4. Data hasil sampling Kelompok Kawan Sejahtera

35 45 55 65

A. Ihwan H.M. 10.000 80.000 5,36 9,21 11,62 16,39Amiruddin 5.000 40.000 2,38 5,28 7,33 13,33Rustan 1.400 11.200 5,41 10,23 14,55 20,00Ridwan 1.200 9.600 6,67 10,53 15,13 21,74M. Tahir 5.000 40.000 7,22 11,50 15,17 20,83Masse 10.000 80.000 5,60 9,61 11,94 16,08Lawajo 5.000 40.000 6,88 8,00 13,45 18,66Wendy Santiadjinata 1.600 12.800 3,25 5,32 7,43 10,0Irfan 2.500 20.000 6,96 10,00 14,08 16,5Lahemma 2.000 16.000 7,60 10,00 13,67 17,01

Bobot rataan (g) (hari)Nama petambak Penebaran

Luas lahan

(m2)

Page 10: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 74

pengaruhnya terlalu besar terhadap peningkatan suhu air di tambak. Sementara untuk parameterlain seperti oksigen terlarut dan pH variasi fluktuasi setiap pengamatan tidak terlalu besar padamasing-masing petakan tambak misalkan parameter pH dari awal pemeliharaan kisaran parameterdari semua petak tambak antara 7-8 dan sampai akhir pemeliharaan berkisar antara 6-7.

Pemantauan dan analisis kesehatan udang

Untuk memantau perkembangan kesehatan udang dilakukan analisis sampel dengan PCR diLaboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Jumlah petakan tambakyang sampel udangnya diambil adalah 12 petak dari 24 petak yaitu 6 petak dari Kelompok VanameJaya dan 6 petak dari Kelompok Kawan Sejahtera. Selain itu, dilakukan analisis bakteri terhadap airdan tanah dasar petaka tambak. Pengambilan sampel untuk analisis pertama dilakukan setelah udangberumur 44 hari, yang rencananya akan dilakukan sebanyak dua kali pengambilan yaitu pada akhirpemeliharaan. Berdasarkan hasil analisis PCR yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2011 bahwadari 12 petak tambak sampel yang diambil, 11 petak positif terinfeksi WSSV. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa hampir secara keseluruhan petakan tambak pada umur udang 44 hari udangvaname sudah terserang penyakit WSSV. Sehingga untuk selanjutnya diputuskan untuk dilakukanpanen secara total.

Panen dan Hasil

Kegiatan panen dilakukan pada masa pemeliharaan 65 hari, panen dilakukan dengan menggunakanbeberapa cara tergantung kondisi tambak. Ada yang menggunakan jaring kanton dan jala. Produksiyang dihasilkan rata-rata dari dua kelompok yang dilibatkan pada kegiatan iptekmas yaitu 337,74kg/ha; hasil ini lebih rendah dari target yang diharapkan yaitu 500–700 kg/ha. Hal ini karena rendahnyatingkat sintasan yang diperoleh yaitu rata-rata 25%. Menurut Utoyo et al. (1989), bahwa tinggirendahnya produksi yang dihasilkan tergantung pada sintasan, kecepatan laju pertumbuhan, danpadat penebaran yang dipelihara.

Berdasarkan analisis PCR di laboratorium BRPBAP Maros bahwa semua sampel udang yang diambilpositif terinfeksi WSSV kecuali petakan atas nama Irfan. Pengambilan sampel udang dilakukan saatpemeliharaan masih berumur 44 hari, selain itu, yang menjadi faktor rendahnya tingkat sintasanadalah pada saat penebaran yaitu tidak optimalnya proses aklimatisasi yang dilakukan oleh parapembudidaya baik itu aklimatisasi suhu maupun aklimatisasi salinitas apalagi saat penebaran, benurtiba di lokasi pada siang hari pukul 14.30. Selain itu, kandungan salinitas tambak peserta waktupenebaran berkisar antara 37–50 ppt. Meskipun sebelumnya sudah dilakukan bimbingan secarateknis mengenai cara aklimatisasi namun yang menjadi kendala terbatasnya kemampuan untukmengawasi secara langsung pada saat penebaran karena lokasi tambak yang cukup luas dan terletak

Tabel 5. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan di tambak

Sumber: Trismawanti & Nawang (2012)

Parameter Kisaran

Suhu (°C) 26,8-40Oksigen terlarut (mg/L) 1,44-9,75pH 6-8Salinitas 1-50Amoniak (NH3) (mg/L) 0,0924-2,245BOT (mg/L) 46,77-83,27Alkalinitas 53,0-100,7Nitrit (NO2) < 0,0010-0,1268Nitrat (NO3) mg/L 0,01481-1,1852

Fosfat (PO4) mg/L 0,0021-0,4732

Page 11: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

75 Pemasyarakatan iptek budidaya udang vaname ... (Agus Nawang)

beberapa titik kawasan pertambakan. Adapun daftar hasil produksi dan tingkat sintasan (SR) daridua kelompok dapat dilihat pada Tabel 6.

PASCA PANEN DAN PEMASARAN

Hasil panen udang vaname yang diproduksi merupakan produk segar yang langsung dijual sendiriatau dari pihak distributor yang datang langsung ke lokasi tambak pada saat panen. Kemudianselanjutnya di kirim ke Kota Makassar untuk diolah atau langsung dikirim ke Surabaya untukselanjutnya diekspor. Sehingga terkadang memang ada beberapa dampak dengan sistem penjualanlewat distributor atau pengumpul yaitu tidak stabilnya harga karena dalam waktu singkat seringterjadi perubahan harga, bahkan kadang tidak menentu dalam satu hari terjadi perubahan harga.Produksi yang dihasilkan rata-rata dijual dengan harga Rp 45.000,-.

KESIMPULAN

Kegiatan pemasyarakatan budidaya udang vaname sistem tradisional plus meskipun produksiyang dihasilkan tidak mencapai target, tapi hasilnya cukup memberikan peningkatan dari hasilproduksi sebelumnya yaitu dari 100–300 kg/ha menjadi 337,74 kg/ha.Tingkat sintasan pada udang

Tabel 6. Data hasil produksi dan sintasan Kelompok Vaname Jaya dan KelompokKawan Sejahtera

Nama petambakLuas lahan

(m2)Penebaran

Umur (hari)

Bobot (g/ekor)

Produksi (g)

Sintasan (%)

Abidin 2.500 20.000 65 20,00 23.000 31Makmur 3.000 24.000 65 19,61 123.000 26Ali 3.000 24.000 65 17,36 136.200 33Basri 2.200 17.600 65 22,99 23.500 6Hamzah 2.500 20.000 65 17,24 92.200 27Jamaluddin 1.500 12.000 65 18,87 38.000 17Firman 4.000 32.000 65 20,49 163.000 25Abd. Rahim 10.000 80.000 65 21,74 300.000 17H. Badrusamad 10.000 80.000 65 19,38 400.700 26Iskandar 4.000 32.000 65 14,49 122.500 26Mustafa 2.500 20.000 65 19,31 90.500 23Amiruddin 2.000 16.000 65 18,52 79.000 27Sube 3.000 24.000 65 19,01 16.000 25Ramli 6.100 48.800 65 19,61 300.000 31A. Ihwan H.M. 10.000 80.000 65 16,39 367.500 28Amiruddin 5.000 40.000 65 13,33 50.000 9Rustan 1.400 11.200 65 20,00 41.700 19Ridwan 1.200 9.600 65 21,74 35.000 17M. Tahir 5.000 40.000 65 20,83 70.600 8Masse 10.000 80.000 65 16,08 359.400 28Lawajo 5.000 40.000 65 18,66 12.200 2Wendy Santiadjinata 1.600 12.800 65 10,00 97.000 76Irfan 2.500 20.000 65 16,50 145.500 44Lahemma 2.000 16.000 65 17,01 90.900 33

3.377.400Jumlah

Page 12: PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME … · SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN Agus Nawang, Suwardi Tahe, Hambali Supriyadi, Ike Trismawanti, dan Rachmansyah

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 76

yang didapatkan sangat rendah karena terinfeksi serangan penyakit WSSV tapi justru memberikanlaju pertumbuhan yang sangat cepat yaitu pada umur 65 hari rata-rata sudah berukuran 18 g/ekor.Teknologi ini dapat diserap oleh masyarakat dalam hal untuk mendukung peningkatan produksiperikanan dan pendapatan petambak. Dari hasil kegiatan IPTEKMAS ini diharapakan pengembangannyalebih ditingkatkan dalam skala kawasan agar dampak yang dihasilkan lebih luas.

DAFTAR ACUAN

Amin & Pantjara, B. 2002. Penggunaan berbagai pupuk organik terhadap kelimpahan plankton padabak terkontrol. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi teknologi tepat guna berorientasi agribisnis untukpemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pertanian wilayah”. Badan Litbang Deptan, hlm. 263-269.

Anonim. 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT Central ProteinPrima (Charoen Pokphand Group). Surabaya, 18 hlm.

Dinas KP Barru. 2005. Peluang investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru SulawesiSelatan. Perikanan Kab. Barru.

Li, E., Chen, L., Zeng, C., Chen, X., Yu, N., Lay, Q., & Qin, J.G. 2007. Growth, body composition,respiration and ambient ammonia nitrogen tolerance of the yuwanae white shrimp, Litopenauesvannamei, at the different salinities. Aquaculture, 265: 385-390.

Poernomo, A. 2002. Perkembangan udang putih vaname (Penaeus vannamei) di Jawa Timur. Disampaikandalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002. 26 hlm.

Soemardjati, W. & Suriawan, A. 2006. Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei)di Tambak. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. BalaiBudidaya Air Payau Situbondo, 30 hlm.

Sugama, K. 2002. Status budi daya udang introduksi serta prospek pengembangannya dalam tambakair tawar. Warta Penelitian Perikanan Indonesia, 8(3): 19-22.

Suprapto. 2005. Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). CV Biotirta. BandarLampung, 25 hlm.

Utojo, Cholik, F., Mansyur, A., & Mangawe, A.G. 1989. Pengaruh padat penebaran terhadappertumbuhan, daya kelulusan hidup dan produksi udang windu (Penaeus monodon) dalam kerambajaring apung di muara Sungai Binasangkara. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai, Maros, 5(1): 95-101.