pemasangan infus

25
KONSEP DASAR I. Pendahuluan Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan system (Maria Susiati,2008) II. Definisi Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan

Upload: bungachristyprabowoii

Post on 16-Nov-2015

351 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

pemasangan

TRANSCRIPT

KONSEP DASARI. PendahuluanTerapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan system (Maria Susiati,2008)II. Definisi Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok. Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi5. Diare dan demam6. Luka bakar luas7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggungIII. Tujuan pemasangan infus :1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral2. Memperbaiki keseimbangan asam basa3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkanIV. Anatomi fisiologi yang terkait Permukaan dorsal tangan : Vena Sevalika Vena supervisial dorsalis Ramus Vena Dorsalis Vena Basilika Pemukaan lengan bagian dalam : Vena Basilika Vena Sevalika Vena kubital median Vena Median lengan bawah Vena radialis Permukaan Dorsal kaki : Vena Savenamagna Fleksus Dorsalis Ramus Dorsalis (Potter & Perry.2006)Sifat pembuluh darahPembuluh darah dapat di ibaratkan sebagai selang yang bersifat elastis, yaitu diameternya dapat membesar atau mengecil. Sifat elastis ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah yang stabil. Sebagai contoh, apabila tekanan di dalam pembuluh darah meningkat, maka diamater pembuluh darah akan melebar sebagai bentuk adaptasi untuk menurunkan tekanan yang berlebih agar menjadi normal. Bila pembuluh darah mengalami kekakuan maka ia menjadi kurang fleksibel sehingga tidak dapat mengantisipasi terhadap kenaikan/penurunan tekanan darah.Elastisitas pembuluh darah tidak tetap, pembuluh darah akan menjadi kaku seiring bertambahnya usia (misal oleh karena terjadi pengapuran pada dindingnya) oleh karena itu tekanan darah pada orang lanjut usia cenderung sedikit lebih tinggi dari pada orang muda,. Penyebab lain dari kekakuan pembuluh darah adalah karena adanya tumpukan kolesterol pada dinding sebelah dalam pembuluh darah, kolesterol juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang kaku akan menyebabkan hipertensi (penyakit darah tinggi), walau sebenarnya tidak semua penyakit darah tinggi disebabkan karena kekakuan pembuluh darah. Apabila pembuluh darah menjadi kaku dan disertai penyempitan pada sebagian besar pembuluh darah dalam tubuh seseorang, maka tekanan darahnya dapat menjadi sangat tinggi (hipertensi berat) (UNICORE,2010).V. Prinsip pemasangan infus1. Pada anak/pediatric Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan perlindungan agr tidak mudah mengalami infiltrasi.2. Pada lansia Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancar. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.VI. Indikasi 1. Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obatsecara langsung kedalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus-menerus melalui infuse (lidokain, xilokain)4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan denganinjeksi intramuskuler.5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campurdalam satu botol.6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (misal:pada pasien koma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan koagulasi)

VII. Kontraindikasi Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki). VIII. Jenis cairan infus :1. Cairan hipotonik.Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.2. Cairan Isotonik.Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).3. Cairan hipertonik.Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.IX. Ukuran abocath Berikut adalah ukuran jarum yang digunakan dalam pemasangan infuse1. Nomor 16 : digunakan untuk bedah mayor atau trauma2. Nomor 18 : digunakan untuk darah dan produk darah,pemberian obat-obat yang kental3. Nomor 20 : digunakan pada kebanyakan pasien dewasa4. Nomor 22 : digunakan pada anak-anak dan orang tua5. Nomor 24 : digunakan pada pasien pediatrik dan neonatusX. Komplikasi pemasangan infus1. Hematoma: darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketet dan benar4. Emboli udara : masuknya udara k edalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATANAsuhan Keperawatan Dengan Pemasangan InfusNama mahasiswa : Hilaria Windy NIM: 1302024Program Studi: S1 KeperawatanSemester/ Tingkat: III / 2ATanggal Praktik: 15 November 2014Tempat Praktik: RS Bethesda / Ruang C

A. Laporan Pendahuluan 1. Pengertian Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.2. Tujuan :a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oralb. Memperbaiki keseimbangan asam basac. Memperbaiki volume komponen-komponen darahd. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuhe. Memonitor tekan Vena Central (CVP)f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

3. Alasan dilakukan :a. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.b. Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi4. Hal-hal yang diperhatikan a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).5. Asuhan Keperawatan Pengkajian Kumpulkan data pasien dan melihat status pasien Keluhana yang dirasakan pasien PerencanaanNoLangkah - LangkahRasional

1Persiapan alat Baki berisi : 1. Cairan infus yang diperlukan, perhatikan : kejernihan, warna, nama dan waktu kadaluarsa.2. Infus set sesuai yang diperlukan, perhatikan waktu kadaluarsa.3. Intra vena kateter.4. Obat desinfektan/ alkohol swap.5. Lidi kapas dan kasa steril pada temaptnya.6. Tourniquet7. Alas untuk fixasi; kasa steril, plester atau hepavix dan gunting 8. Salf desinfektasn9. Pengaslas10. Bengkok11. Jam tangan 12. Kertas label Alat perlindungan diri : yas dan masker dan sarung tangan Catatan kontrolan infus Tiang infus

2Tahap pra-interaksi1. Verifikasi order2. Siapakan alat3. Persiapan diri perawat4. Siapakan lingkungan

3Tahap orientasi1. Berikan salam terapeutik2. Klarifikasi waktu 3. Jelaskan tujuan dan prosedur4. Beri kesempatan klien bertanya5. Persiapan alat dekat klien

4Tahap Kerja :1. Perawat cuci tangan2. Kenakan yas dan masker3. Atur posisi nyaman bagi klien4. Setting cairan dengan set infus (perhatikan prinsip steril) Periksa kejernihan, warna dan nama serta waktu kadaluars dari cairan infusnya. Gantungkan cairan pada tiang infus yang sudah disiapkan Periksa set infus; sesuai order, waktu kadaluarsa Buka set infus, kelm ditutup, perhatikan slang infus (kearah cairan dan kearah klien), buka penutup jarum kearah cairan tusukkan ditempat yang telah ditentukan, isi tabung pengontrol bagian. Alirakn cairan dengan membuka klem dan pastik slang infus bebas dari udara sampai keujung jarum, baru tutup jarum dibuka (untuk meyakinkan agar udara tidak ada sampai ke ujung jarum) Klem ditutup kembali, gantung slang infus pada tiang infus. 5. Tentukan temapt penusukan6. Kenakan sarung tangan7. Pasang pengalas dibawah tempat yang kana ditusuk.8. Pasnag tourniquet 10-12 cm arah proksimal dari area yang ditusuk.9. Pastikan vena tampak dengan jelas b/p raba vena yang akan ditusuk.10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusukan menggunakan alcohol swap (sesuaikan kebijakan RS), dengan arah melingkar atau memanjang dari arah dalam keluar, sampai area seluas 5 cm, tunggu sampai mengering.11. Tusukkan jarum infus/abocath/venflon ke dalam vena yang telah ditentukan, dengan cara ; Buka tutup jarum Pegang jarum dengan posisi 20-30 sejajar vena, bevel menghadap keatas, tusuk vena perlahan dan pasti. Jika ada jarum tepat menegnai vena, darah akan masuk melalui lubang jarum. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit, tarik mandrin sedikit, lalu dorong jarum masukan kedalam vena. Lepaskan tourniquet, hubungkan selang infus dengan abocath/venflon yang telah dipasang, kemudian alirkan cairan infus dengan membuka klem pada selang infus.12. Fiksasi abocath/ venflon/ jarum sedemikian rupa menggunakan plester atau hepavix, dengan sebelumnya tutup luka tusuk menggunakan kasa steril yang telah diberi salf antiseptik.13. Atur tetesan infus sesuai dengan program pengobatan14. Lepas sarung tangan15. Pasang label, tulis tanggal pemasangan16. Rapikan alat alat17. Lepaskan yas dan masker18. Perawat cuci tangan.

5Tahap terminasi 1. Evaluasi respon klien2. Simpulkan hasil kegiatan3. Pemberian pesan4. Kontrak selanjutnya

6Dokumnetasi1. Nama klien2. Jenis cairan 3. Jumlah tetesan dalam satu menit4. Botol keberapa5. Respon klien

7Sikap1. Teliti2. Empati3. Peduli4. Sabar5. Sopan

Pembimbing II Pembimbing IPraktikan,

Dwi Ristanto, A.Md.Kep I Wayan Sudarta, S.Kep., Ns. M.Kep Bunga Christy

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATANAsuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pemasangan Infus

A. Nama Klien: Tn.R Umur: 45 thJenis Kelamin: LPendidikan: SDAlamat: Keledokan, YogyakartaDiagnosa Medis: TrismusB. Data Subyektif : Pasien mengeluh badannya panas kepala pusing. Badan lemas

Data Obyektif : Pasien nyeri skala 2 Suhu : 40 C Tekanan Darah : 130/90 mmHg Nadi : 119 x/menit Respirasi : 30 x/menit

C. Analisa : Gangguan kekurangan elektrolit dalam tubuh

D. Planning :Kolaborasi dengan medis untuk pemasangan infuse.

E. Implementasi Pemasangan infusNoLangkah LangkahPembahasan

1Mempersiapakan alat : Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan alas infus Perlak dan torniquet Plester dan gunting Bengkok Sarung tangan bersih Kassa seteril Alkohol swap Pada persiapa alat tidak menggunakan betadine karena digantikan dengan alkohol swap Tidak digunakan bangkok, karena yang tersedia adalah keresek

2Tahap Pra interaksi1. Verifikasi order2. Siapakn alat 3. Persiapan diri perawat4. Siapakan lingkunganTidak dilakukan, karena alat sudah disipakan awal

3Tahap Orientasi1. Berikan salam terapeutik2. Klarifikasi kontrak waktu3. Jelaskan tujauan dan prosedur4. Beri kesempatan bertanya5. Mempersiapakan alat dekat klien3.1 dilakuakan sesuai SOP3.2 dilakukan sesuai SOP3.3 dilakukan sesuai SOP

4Tahap kerja1. Melakukan cuci tangan2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang infus3. Mengisis selang infus Membuka plastik infus set dengan benar Melindungi ujung selang seteril Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas Menggantung cairan infus di standar cairan infus Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam ) sampai bagian Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan mengecek adanya udara dalam selang4. Memakai sarung tangan5. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus6. Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan pasang Memilih vena yang tepat dan benar Memasang torniquet Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari arah samping Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan Torniquet dicabut7. Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit8. Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi9. Membalut dengan kassa10. Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar tidak tercabut11. Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien12. Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien13. Perawat cuci tangan14. Catat tindakan yang dilakukan15. Memberikan label, tulis tanggal pemasangan16. Rapiakan alat4.1-3 tidak menggunakan sarung tangan karena hanya membuka set infus 4.4 menggunakan sarung tangan karena tindakan ini bersih dan menjaga kesterilan jarum 4.6 memilih posis penusukan pada vena sevalika

9 Hanya diberikan kapas, dan tidak di beri betadine karena betadine dapat merusak jaringan. 10 Sehingga hanya digunakan hepavix untuk mempertahankan kateter dan memfiksasi serta menutup luka tusukan.

F. EvaluasiDO : Pasien cemas Pasien takut Pasien meringisDS : Pasien mengatakan sakit Pasien mengatakan nyeri skala 2

Pembimbing II Pembimbing IPraktikan,

Dwi Ristanto, A.Md.Kep I Wayan Sudarta, S.Kep., Ns. M.Kep Bunga Christy