pemanfaatan limbah beton pada campuran hot …eprints.ums.ac.id/46326/11/naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN LIMBAH BETON PADA CAMPURAN HOT ROLLEDSHEET BASE DITINJAU DARI ASPEK
PROPERTIS MARSHALL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Oleh:
ZAKARIA ADE RAHMAN
D 100 100 091
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1
PEMANFAATAN LIMBAH BETON PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASEDITINJAU DARI ASPEK PROPERTIS MARSHALL
Abstrak
Permasalahan kerusakan alam yang disebabkan oleh eksploitasi penambangan batuansebagai bahan bangunan, menjadi pendorong untuk memanfaatkan kembali materialbekas bongkaran bangunan berupa limbah beton menjadi bahan campuran padaperkerasan jalan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiseberapa besar potensi limbah beton apabila digunakan sebagai pengganti sebagianagregat kasar pada campuran HRS-Base gradasi senjang ditinjau dari aspek propertisMarshall. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen berdasarkan pada pedomanperencanaan campuran beraspal panas yang ditinjau dengan metode Marshall, menurutSNI 06-2489-1990 dan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi III. Diawali denganmemeriksa karakteristik bahan-bahan yang digunakan yaitu aspal, fresh aggregate danlimbah beton. Dilanjutkan dengan membuat rancangan gradasi gabungan sebagaikomposisi agregat campuran. Setelah itu, membuat benda uji Marshall untuk pengujianTahap I dengan mengunakan fresh aggregate sebagai bahan standar guna menentukankadar aspal optimum (KAO) pada variasi kadar aspal 5,5%; 6,0%; 6,5%; 7,0%; 8,0%dievaluasi dari nilai propertis Marshall yang memenuhi syarat. Berdasarkan nilai KAO,kemudian dibuat benda uji Marshall untuk pengujian Tahap II menggunakan limbahbeton sebagai bahan pengganti sebagian fresh agregat kasar dengan variasi penggantian0%; 20%; 40%; 60%; 80% untuk mendapatkan nilai propertis Marshall. Hasil penelitianmenunjukan, limbah beton dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sebagian agregat kasardalam campuran HRS-Base gradasi senjang. Diperkuat dari tinjauan propertis Marshallpada KAO 6,3%. Nilai Marshall Stability, Flow, dan VMA, dari kelima kadar limbahbeton memenuhi spesifikasi yang disyaratkan Bina Marga 2010 Revisi III. Semakinbesar kadar limbah beton, Marshall Stability cendurung turun, Flow dan VMAcenderung naik. Sementara nilai VFWA, VIM, dan Marshall Quotient, hanya sebagianyang memenuhi spesifikasi. Pada nilai VFWA cenderung turun hinga menyentuh batasminimum spesifikasi pada kadar limbah beton 30%, dan MQ turun hingga menyentuhbatas minimum spesifikasi pada kadar limbah beton 54%. Adapun nilai VIM cenderungnaik dan menyentuh batas maksimum spesifikasi pada kadar limbah beton 20%.Berdasarkan nilai propertis Marshall yang memenuhi syarat, diperoleh Kadar LimbahOptimum sebesar 10%. Namun hingga pada kadar limbah beton 20% masih dapatmenghasilkan campuran yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 RevisiIII.
Kata Kunci: campuran HRS-Base; limbah beton; propertis Marshall.
Abstracts
Problems of environmental damage caused by the exploitation stone mining for buildingmaterials, be advocates for reusing waste materials from building demolition such aswaste concrete be a mixture on the road pavement. Therefore, the aim of this study is todetermine how much potential waste concrete when used as a partial replacement ofcoarse aggregate in the mixture of HRS-Base gap gradation by viewed from the aspectsof Marshall Properties. This study used an experimental method based on hot mixasphalt design guidelines that are reviewed by Marshall method, according to SNI 06-
2
2489-1990 and General Specification of Bina Marga 2010 Revision III. Begins byexamining the characteristics of the materials used are asphalt, fresh aggregate and wasteconcrete. Followed by drafting a combined grading as aggregate composition of themixture. After that, make Marshall Specimen for testing Phase I by using freshaggregate as a standard material in order to determine the Optimum Bitumen Content(KAO) on the variation of bitumen content of 5.5%; 6.0%; 6.5%; 7.0%; 8.0% wichevaluated from the eligible value of Marshall Properties. Based on the KAO, then makeMarshall Specimen for testing Phase II using waste concrete as a partial replacement offresh coarse aggregate with a variety of replacement 0%; 20%; 40%; 60%; 80% to getthe value of Marshall Properties.The results showed, waste concrete can be used as apartial replacement of coarse aggregate in the mixture of HRS-Base gap gradation.Amplified by viewed from Marshall Properties at KAO 6.3%. The value of MarshallStability, Flow, and VMA, from the five levels of waste concrete meets thespecifications required by Bina Marga 2010 Revision III. The greater the level ofconcrete waste, Marshall Stability tends to go down, Flow and VMA tends to rise. Whilethe value of VFWA, VIM, and Marshall Quotient, only partially meets thespecifications. In the VFWA value tends to fall to reach the minimum specifications atwaste concrete level of 30%, and MQ down to reach the minimum specified limit at alevel of 54% of waste concrete. The VIM value tends to go up and touch the maximumlimit specification at a level of 20% of waste concrete. Based on the eligible value ofMarshall Properties, acquired Optimum levels of waste by 10%. However, up to thelevel of 20% of waste concrete can still produce a mixture that meets GeneralSpecification of Bina Marga 2010 Revision III.
Keywords: HRS-Base mixture; Marshall properties; waste concrete.
1. PENDAHULUAN
Dalam pembuatan campuran perkerasan, dibutuhkan jumlah material agregat yang banyak. Apabila
dikaitkan dengan persaingan global yang memaksa setiap daerah mengembangkan wilayahnya,
maka akan mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan material, sehingga memicu eksploitasi
penambangan batuan sebagai bahan baku konstruksi. Hal ini dapat berpotensi terhadap terjadinya
degradasi lingkungan dan ekosistem di sekitar wilayah penambangan tersebut. Di sisi lain ada
bangunan yang terpaksa dibongkar karena bangunan tersebut perlu diperbarui atau mengalami
kerusakan parah akibat bencana alam sehingga tidak layak lagi dihuni. Pembuangan limbah tersebut
memerlukan biaya dan tempat pembuangan. Pembuangan limbah padat seperti ini pada dasarnya
dapat mengurangi kesuburan tanah.
Oleh karena itu dicari solusi utuk mengurangi pemakaian fresh aggregate dengan cara
memanfaatkan sisa bongkaran bangunan berupa limbah beton. Bila dikaji dari sifat fisik beton
hampir sama kerasnya menyerupai batu. Berdasarkan persamaan tersebut, sisa bongkaran bangunan
berupa limbah beton akan dicoba sebagai alternatif pengganti agregat kasar dalam pembuatan
perkerasan jalan. Sehingga peneliti bermaksud meneliti potensi limbah beton apabila digunakan
3
sebagai pengganti sebagian agregat kasar pada campuran Hot Rolled Sheet Base (HRS-Base) yang
ditinjau pada aspek propertis Marshall.
2. METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah beton menjadi agregat pengganti sebagian
agregat kasar pada campuran HRS-Base bergradasi senjang. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen di laboratorium berdasarkan pada pedoman perencanaan campuran beraspal panas yang
ditinjau dengan metode Marshall, menurut SNI 06-2489-1990 dan Spesifikasi Umum Bina Marga
Tahun 2010 Divisi 6 Revisi ke 3.
2.1 Tahapan Penelitian
Tahap I
Diawali dengan mempersiapkan alat-alat pengujian, menyediakan material yang dibutuhkan berupa
aspal, fresh agregat (kasar dan halus), dan pecahan limbah beton yang digunakan sebagai pengganti
sebagian agregat kasar. Peneliti membuat agregat kasar dari pecahan limbah beton dengan cara
menghancurkan beton tersebut secara manual menggunakan palu pemecah batu. Besar diameter
pecahan limbah beton yang dibutuhkan adalah sama dengan diameter yang dibutuhkan fresh agregat
kasar dalam pengujian.
Tahap II
Peneliti melakukan pengujian guna memeriksa mutu bahan-bahan penelitian (aspal, agregat halus,
agregat kasar, dan limbah beton) agar sesuai dengan persyaratan teknis sebagai bahan susun
campuran aspal panas (Hot Mix). Pengujian mutu bahan aspal meliputi: pemeriksaan berat jenis, uji
penetrasi, titik lembek, titik nyala dan titik bakar, serta daktilitas aspal. Pengujian mutu agregat
halus meliputi: analisa saringan, pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, serta Sand Equivalent.
Pengujian untuk mutu agregat kasar meliputi: analisa saringan, pemeriksaan berat jenis dan
penyerapan, keausan, kelekatan terhadap aspal, serta kelapukan. Adapun pengujian limbah beton
meliputi: pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, keausan, kelekatan terhadap aspal, serta
kelapukan.
Tahap III
Menentukan gradasi ideal untuk komposisi agregat campuran menggunakan Simple Numerical
Method. Setelah mendapatkan komposisi agregat campuran, dilanjutkan ke pembuatan benda uji
sejumlah 6 variasi kadar aspal yaitu 5,5%; 6,0%; 6,5%; 7,0%; 7,5%; 8,0% menggunakan bahan
standar dengan masing-masing kadar aspal dibuat 2 benda uji. Setiap benda uji kemudian
dipadatkan sebanyak 2 x 75 kali tumbukan, kemudian diuji menggunakan metode Marshall dan
4
dievaluasi nilai Marshall Stability dan Flow, VMA, VIM, VFWA dan Marshall Quotient (MQ) untuk
mendapatkan nilai kadar aspal optimum (KAO). Total benda uji adalah 12 buah benda uji.
Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap pencampuran dan pemadatan benda uji antara aspal dengan kadar aspal
optimum, fresh aggregate, dan limbah beton sebagai material pengganti sebagian agregat kasar
dengan menggunakan variasi kadar limbah beton sebesar 0%; 20%; 40%; 60%; 80% terhadap total
berat agregat kasar. Setiap benda uji kemudian dipadatkan sebanyak 2 x 75 kali tumbukan,
kemudian diuji menggunakan metode Marshall. Peneliti membuat 3 benda uji dari tiap variasi kadar
limbah beton. Total benda uji adalah 15 buah benda uji.
Tahap V
Setelah diperoleh data dari hasil pengujian, peneliti mengevaluasi nilai Marshall Stability dan Flow,
VMA, VIM, VFWA dan Marshall Quotient (MQ) dari tiap variasi kadar limbah beton dan kemudian
dilakukan analisis. Berdasarkan analisis tersebut, akan dapat disimpulkan seberapa besar potensi
limbah beton apabila digunakan sebagai pengganti sebagian agregat kasar pada campuran HRS-
Base gradasi senjang.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pemeriksaan Material
Pemeriksaan sifat-sifat material pada penelitian ini meliputi: uji agregat (kasar dan halus), aspal
Pen. 60/70, dan limbah beton (sebagai material pengganti sebagian agregat kasar). Hasil
pemeriksaan material dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 3.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Aspal Pertamina Pen. 60/70 (Sumber: hasil peneltian dan Bina Marga 2010rev III)
No Jenis Pemeriksaan Metode Spec. Hasil Keterangan
1Penetrasi pada 25°(0,1mm)
SNI 06-2456-1991 60-70 68,4 Memenuhi
2 Titik lembek (°C) SNI 2434:2011 ≥ 48 50 Memenuhi3 Titik nyala (°C) SNI 2433:2011 ≥ 232 318 Memenuhi4 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 1,05 Memenuhi5 Daktilitas, 25°C, cm SNI 2432:2011 ≥ 100 125 Memenuhi
5
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Agregat (Sumber: hasil penelitian dan Bina Marga 2010 rev III)
No Jenis Pemeriksaan Standar Spec. Hasil Keterangan
A. Agregat kasar1 Abrasi dengan mesin Los Angeles
(500 putaran)SNI 2417:2008 ≤ 40% 23,76% Memenuhi
2 Berat Jenis BulkSNI 1969:2008 -a. Agregat kasar 0,5-1 cm 2,635 -
b. Agregat kasar 1-2 cm 2,598 -3 Berat Jenis SSD
SNI 1969:2008 -a. Agregat kasar 0,5-1 cm 2,667 -b. Agregat kasar 1-2 cm 2,634 -
4 Berat Jenis SemuSNI 1969:2008 -a. Agregat kasar 0,5-1 cm 2,721 -
b. Agregat kasar 1-2 cm 2,696 -5 Penyerapan air oleh agregat
SNI 1969:2008 ≤ 3%a. Agregat kasar 0,5-1 cm 1,20% Memenuhib. Agregat kasar 1-2 cm 1,41% Memenuhi
6 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 ≥ 95% 100% Memenuhi7 Kelapukan agregat SNI 3407:2008 ≤ 12% 6,30% Memenuhi
B. Agregat halus
1 Berat Jenis Bulk SNI 1970:2008 2,690 -2 Berat Jenis SSD SNI 1970:2008 2,717 -3 Berat Jenis Semu SNI 1970:2008 2,765 -4 Penyerapan air oleh agregat SNI 1970:2008 ≤ 3% 1,01% Memenuhi5 Sand Equivalent SNI 03-4141-1996 ≥ 60% 84,72% Memenuhi
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Limbah Beton (Sumber: hasil penelitian dan Bina Marga 2010 rev III)
No Jenis Pemeriksaan Standar Spec. Hasil Keterangan1 Abrasi dengan mesin Los Angeles
(500 putaran)SNI 2417:2008 ≤ 40% 36,39% Memenuhi
2 Berat Jenis BulkSNI 1969:2008 -a. Limbah beton 0,5-1 cm 2,446 -
b. Limbah beton 1-2 cm 2,478 -3 Berat Jenis SSD
SNI 1969:2008 -a. Limbah beton 0,5-1 cm 2,534 -b. Limbah beton 1-2 cm 2,552 -
4 Berat Jenis SemuSNI 1969:2008 -a. Limbah beton 0,5-1 cm 2,681 -
b. Limbah beton 1-2 cm 2,674 -5 Penyerapan air oleh agregat
SNI 1969:2008 ≤ 3%a. Limbah beton 0,5-1 cm 3,74% Tidak memenuhib. Limbah beton 1-2 cm 3,05% Tidak memenuhi
6 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 ≥ 95% 100% Memenuhi7 Kelapukan agregat SNI 3407:2008 ≤ 12% 10,4% Memenuhi
6
3.2 Kadar Aspal Optimum
Berdasarkan hasil evaluasi nilai propertis Marshall, diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO).
Kadar Aspal Optimum (KAO) adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal maksimum dan minimum
yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi ditinjau dari semua aspek propertis Marshall yang
disajikan dengan metode Bar-chart seperti pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, diketahui seluruh propertis Marshall yang memenuhi persyaratan
terletak pada rentang kadar aspal antara 6,1% sampai 6,5%. Jadi, didapatkan Kadar Aspal Optimum
sebesar (6,1 + 6,5)/2 = 6,3%.
3.3 Hasil Pengujian Marshall Campuran HRS-Base Menggunakan Limbah Beton
Hasil pengujian Marshall Campuran HRS-Base menggunakan limbah beton pada Kadar Aspal
Optimum 6,3% ditunjukkan pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4, dapat dibuat kurva hubungan antara kadar limbah beton dan masing-
masing propertis Marshall, yang disajikan pada Gambar 2 sampai Gambar 7.
Gambar 1. Bar-chart Kadar Aspal Optimum
Tabel 4. Hasil Pengujian Marshall Campuran HRS-Base Menggunakan Limbah Beton
No Parameter Marshall Satuan SyaratKadar agregat limbah beton (%)
0% 20% 40% 60% 80%1 Rongga dalam mineral agregat
(VMA)% ≥ 18 18,18 18,34 19,38 20,79 21,47
2 Rongga terisi aspal (VFWA) % ≥ 68 72,49 70,72 65,69 59,77 55,49
3Rongga dalam campuran(VIM)
% 4-6 5,34 5,69 6,97 8,68 9,87
4 Stabilitas Marshall (MS) kg ≥ 800 1526,9 1712,8 1445,9 1184,1 977,35 Kelelehan Marshall (Flow) mm ≥ 3 4,43 4,83 5,23 5,53 5,936 Marshall Quotient (MQ) kg/mm 250 343,30 362,36 281,31 215,13 166,43
7
Hubungan antara kadar limbah beton dan VMA pada kadar aspal optimum dapat dilihat
seperti Gambar 2. Semakin besar kadar limbah beton semakin besar nilai VMA. Besarnya nilai
abrasi, menyebabkan limbah beton lebih rentan terdegradasi atau hancur saat proses pemadatan.
Pemadatan menjadi tidak sempurna, sehingga rongga udara di dalam campuran akan besar.
Hubungan antara kadar limbah beton dan VFWA pada kadar aspal optimum dapat dilihat
seperti Gambar 3. Semakin besar kadar limbah beton semakin kecil nilai VFWA. Hal ini disebabkan
karena aspal yang seharusnya mengisi rongga, terserap oleh limbah beton yang memiliki nilai
penyerapan cukup besar.
Gambar 2. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan VMA
Gambar 3. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan VFWA
Gambar 4. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan VIM
8
Hubungan antara kadar limbah beton dan VIM pada kadar aspal optimum dapat dilihat
seperti Gambar 4. Semakin banyak kadar limbah beton semakin besar nilai VIM. Hal ini disebabkan
karena aspal yang seharusnya mengisi rongga justru terabsorpsi oleh limbah beton yang memiliki
penyerapan cukup besar, sehingga akan masih menyisakan rongga udara yang cukup besar di
dalam campuran.
Hubungan antara kadar limbah beton dan Stabilitas Marshall pada kadar aspal optimum
dapat dilihat seperti Gambar 5. Nilai Stabilitas Marshall terkait dengan kinerja dari VIM, VMA, dan
VFWA. Secara umum Stabilitas Marshall akan turun seiring dengan bertambahnya nilai VIM.
Hubungan antara kadar limbah beton dan Marshall Flow pada kadar aspal optimum dapat
dilihat seperti Gambar 6. Nilai Flow cenderung mengalami kenaikan pada kadar limbah yang lebih
besar. Hal ini disebabkan oleh agregat limbah beton mempunyai nilai penyerapan yang besar
sehingga campuran yang memiliki kandungan limbah beton lebih banyak akan lebih menyerap
aspal dari pada kondisi campuran yang memiliki kadar limbah beton lebih sedikit. Selain itu dari
segi kekuatan fisik agregat dari limbah beton lebih mudah hancur dibanding dengan agregat baru.
Gambar 5. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan Stabilitas
Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan Flow
9
Hubungan antara kadar limbah beton dan Marshall Quotient pada kadar aspal optimum
dapat dilihat seperti Gambar 7. Limbah beton mempunyai nilai abrasi yang tinggi dan
penyerapannya yang besar sehingga mempengaruhi kepadatan campuran aspal, yang
mengakibatkan juga penurunan nilai stabilitas Marshall, maka nilai MQ juga akan terpengaruh.
3.3 Penentuan Kadar Limbah Beton Optimum
Kadar Limbah Beton Optimum ditentukan dengan menggunakan metode Bar-chart seperti pada
Gambar 8 berikut.
Berdasarkan Gambar 8, diketahui seluruh propertis Marshall yang memenuhi persyaratan
terletak pada rentang kadar limbah beton antara 0% - 20%. Jadi, didapatkan Kadar Limbah Beton
Optimum sebesar (0 + 20)/2 = 10%.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian:
1. Propertis Marshall pada nilai Marshall Stability, Flow, dan VMA, dari kelima kadar limbah beton
memenuhi spesifikasi yang disyaratkan Bina Marga 2010 revisi III. Semakin besar kadar limbah
Gambar 7. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan Marshall Quotient
Gambar 8. Bar-chart Kadar Limbah Beton
10
beton, Marshall Stability cendurung turun, sedangkan Flow dan VMA cenderung naik. Sementara
nilai VFWA, VIM, dan Marshall Quotient, hanya sebagian yang memenuhi spesifikasi. Pada nilai
VFWA cenderung turun hinga menyentuh batas minimum spesifikasi pada kadar limbah beton
30%, dan MQ turun hingga menyentuh batas minimum spesifikasi pada kadar limbah beton 54%.
Adapun nilai VIM cenderung naik dan menyentuh batas maksimum spesifikasi pada kadar
limbah beton 20%.
2. Diperoleh nilai kadar limbah beton optimum sebesar 10% terhadap total agregat kasar. Namun
hingga pada kadar limbah beton 20% masih dapat menghasilkan campuran yang memenuhi
spesifikasi Bina Marga 2010 revisi III.
4.2 Saran
Beberapa saran dapat yang dapat disampaikan:
1. Penelitian dapat dikembangkan dengan membuat variasi kadar aspal pada setiap variasi kadar
limbah beton, karena setiap kadar limbah beton memerlukan kadar aspal optimum (KAO) yang
berbeda.
2. Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan pengujian bahan yang betul-betul akurat, karena
material agregat di lapangan mempunyai sifat dan karakteristik yang sangat berbeda setiap
waktu.
PERSANTUNAN
Dengan terselesaikannya Penelitian ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas
bantuan, petunjuk, arahan, bimbingan dan kerjasamanya kepada:
1. Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta dan Dosen penguji I.
2. Bapak Dr. Mochamad Solikin, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
3. Ibu Yenny Nurchasanah, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik dan Sekretaris Jurusan
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Ibu Senja Rum Harnaeni, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Bapak Ir. Agus Riyanto SR, M.T., selaku Dosen Pembimbing II.
6. Pimpinan dan staf Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
7. Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan nasehat dan bantuan segalanya.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Andhikatama, Arys. 2013. Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada
Campuran Asphalt Concrete – Wearing Course Gradasi Kasar. Tugas Akhir Teknik Sipil.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Huwae, Meggie. 2015. Kajian Kinerja Campuran Lapis Pondasi Jenis Lapis Tipis Aspal Beton-Lapis
Pondasi (HRS-Base) Bergradasi Senjang Dengan Jenis Lapis Aspal Beton-Lapis Pondasi
(AC-Base) Bergradasi Halus. Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (183-189) ISSN:
23376732. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Jurusan Teknik Sipil UMS. 2015. Modul Praktikum Jalan Raya. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kumoro, Bayu. 2015. Potensi Penggunaan Copper Slag Sebagai Material Pengganti Agregat Halus
Lapis Perkerasan Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Tugas Akhir Teknik Sipil Dan
Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Spesifikasi Umum Revisi (3), 2010, Divisi 6: Pekerjaan Aspal.
Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.
Prawiro, Bangun & Nugraha Pasca O. T. 2014. Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai
Agregat Kasar Pada Campuran Aspal Porus Dengan Tambahan Gilsonit. Jurnal Teknik Sipil:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Brawijaya
Rondonuwu, Fernando. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Agregat Terhadap Rongga Dalam Campuran
Beraspal Panas. Jurnal Teknik Sipil Statik Vol.1 No.3, Februari 2013 (184-189). Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit.
Suprapto. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: KMTS FT UGM
Yasra, Selvi. 2014. Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Agregat Pengganti Pada Campuran Asphalt
Concrete – Binder Course (AC-BC). Tugas Akhir Teknik Sipil Dan Lingkungan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.