pemanfaatan limbah beton pada campuran hot …eprints.ums.ac.id/46326/11/naskah publikasi.pdf ·...

15
PEMANFAATAN LIMBAH BETON PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASE DITINJAU DARI ASPEK PROPERTIS MARSHALL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Oleh: ZAKARIA ADE RAHMAN D 100 100 091 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: truongquynh

Post on 04-Aug-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMANFAATAN LIMBAH BETON PADA CAMPURAN HOT ROLLEDSHEET BASE DITINJAU DARI ASPEK

PROPERTIS MARSHALL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Oleh:

ZAKARIA ADE RAHMAN

D 100 100 091

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

1

PEMANFAATAN LIMBAH BETON PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASEDITINJAU DARI ASPEK PROPERTIS MARSHALL

Abstrak

Permasalahan kerusakan alam yang disebabkan oleh eksploitasi penambangan batuansebagai bahan bangunan, menjadi pendorong untuk memanfaatkan kembali materialbekas bongkaran bangunan berupa limbah beton menjadi bahan campuran padaperkerasan jalan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiseberapa besar potensi limbah beton apabila digunakan sebagai pengganti sebagianagregat kasar pada campuran HRS-Base gradasi senjang ditinjau dari aspek propertisMarshall. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen berdasarkan pada pedomanperencanaan campuran beraspal panas yang ditinjau dengan metode Marshall, menurutSNI 06-2489-1990 dan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi III. Diawali denganmemeriksa karakteristik bahan-bahan yang digunakan yaitu aspal, fresh aggregate danlimbah beton. Dilanjutkan dengan membuat rancangan gradasi gabungan sebagaikomposisi agregat campuran. Setelah itu, membuat benda uji Marshall untuk pengujianTahap I dengan mengunakan fresh aggregate sebagai bahan standar guna menentukankadar aspal optimum (KAO) pada variasi kadar aspal 5,5%; 6,0%; 6,5%; 7,0%; 8,0%dievaluasi dari nilai propertis Marshall yang memenuhi syarat. Berdasarkan nilai KAO,kemudian dibuat benda uji Marshall untuk pengujian Tahap II menggunakan limbahbeton sebagai bahan pengganti sebagian fresh agregat kasar dengan variasi penggantian0%; 20%; 40%; 60%; 80% untuk mendapatkan nilai propertis Marshall. Hasil penelitianmenunjukan, limbah beton dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sebagian agregat kasardalam campuran HRS-Base gradasi senjang. Diperkuat dari tinjauan propertis Marshallpada KAO 6,3%. Nilai Marshall Stability, Flow, dan VMA, dari kelima kadar limbahbeton memenuhi spesifikasi yang disyaratkan Bina Marga 2010 Revisi III. Semakinbesar kadar limbah beton, Marshall Stability cendurung turun, Flow dan VMAcenderung naik. Sementara nilai VFWA, VIM, dan Marshall Quotient, hanya sebagianyang memenuhi spesifikasi. Pada nilai VFWA cenderung turun hinga menyentuh batasminimum spesifikasi pada kadar limbah beton 30%, dan MQ turun hingga menyentuhbatas minimum spesifikasi pada kadar limbah beton 54%. Adapun nilai VIM cenderungnaik dan menyentuh batas maksimum spesifikasi pada kadar limbah beton 20%.Berdasarkan nilai propertis Marshall yang memenuhi syarat, diperoleh Kadar LimbahOptimum sebesar 10%. Namun hingga pada kadar limbah beton 20% masih dapatmenghasilkan campuran yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 RevisiIII.

Kata Kunci: campuran HRS-Base; limbah beton; propertis Marshall.

Abstracts

Problems of environmental damage caused by the exploitation stone mining for buildingmaterials, be advocates for reusing waste materials from building demolition such aswaste concrete be a mixture on the road pavement. Therefore, the aim of this study is todetermine how much potential waste concrete when used as a partial replacement ofcoarse aggregate in the mixture of HRS-Base gap gradation by viewed from the aspectsof Marshall Properties. This study used an experimental method based on hot mixasphalt design guidelines that are reviewed by Marshall method, according to SNI 06-

2

2489-1990 and General Specification of Bina Marga 2010 Revision III. Begins byexamining the characteristics of the materials used are asphalt, fresh aggregate and wasteconcrete. Followed by drafting a combined grading as aggregate composition of themixture. After that, make Marshall Specimen for testing Phase I by using freshaggregate as a standard material in order to determine the Optimum Bitumen Content(KAO) on the variation of bitumen content of 5.5%; 6.0%; 6.5%; 7.0%; 8.0% wichevaluated from the eligible value of Marshall Properties. Based on the KAO, then makeMarshall Specimen for testing Phase II using waste concrete as a partial replacement offresh coarse aggregate with a variety of replacement 0%; 20%; 40%; 60%; 80% to getthe value of Marshall Properties.The results showed, waste concrete can be used as apartial replacement of coarse aggregate in the mixture of HRS-Base gap gradation.Amplified by viewed from Marshall Properties at KAO 6.3%. The value of MarshallStability, Flow, and VMA, from the five levels of waste concrete meets thespecifications required by Bina Marga 2010 Revision III. The greater the level ofconcrete waste, Marshall Stability tends to go down, Flow and VMA tends to rise. Whilethe value of VFWA, VIM, and Marshall Quotient, only partially meets thespecifications. In the VFWA value tends to fall to reach the minimum specifications atwaste concrete level of 30%, and MQ down to reach the minimum specified limit at alevel of 54% of waste concrete. The VIM value tends to go up and touch the maximumlimit specification at a level of 20% of waste concrete. Based on the eligible value ofMarshall Properties, acquired Optimum levels of waste by 10%. However, up to thelevel of 20% of waste concrete can still produce a mixture that meets GeneralSpecification of Bina Marga 2010 Revision III.

Keywords: HRS-Base mixture; Marshall properties; waste concrete.

1. PENDAHULUAN

Dalam pembuatan campuran perkerasan, dibutuhkan jumlah material agregat yang banyak. Apabila

dikaitkan dengan persaingan global yang memaksa setiap daerah mengembangkan wilayahnya,

maka akan mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan material, sehingga memicu eksploitasi

penambangan batuan sebagai bahan baku konstruksi. Hal ini dapat berpotensi terhadap terjadinya

degradasi lingkungan dan ekosistem di sekitar wilayah penambangan tersebut. Di sisi lain ada

bangunan yang terpaksa dibongkar karena bangunan tersebut perlu diperbarui atau mengalami

kerusakan parah akibat bencana alam sehingga tidak layak lagi dihuni. Pembuangan limbah tersebut

memerlukan biaya dan tempat pembuangan. Pembuangan limbah padat seperti ini pada dasarnya

dapat mengurangi kesuburan tanah.

Oleh karena itu dicari solusi utuk mengurangi pemakaian fresh aggregate dengan cara

memanfaatkan sisa bongkaran bangunan berupa limbah beton. Bila dikaji dari sifat fisik beton

hampir sama kerasnya menyerupai batu. Berdasarkan persamaan tersebut, sisa bongkaran bangunan

berupa limbah beton akan dicoba sebagai alternatif pengganti agregat kasar dalam pembuatan

perkerasan jalan. Sehingga peneliti bermaksud meneliti potensi limbah beton apabila digunakan

3

sebagai pengganti sebagian agregat kasar pada campuran Hot Rolled Sheet Base (HRS-Base) yang

ditinjau pada aspek propertis Marshall.

2. METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah beton menjadi agregat pengganti sebagian

agregat kasar pada campuran HRS-Base bergradasi senjang. Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen di laboratorium berdasarkan pada pedoman perencanaan campuran beraspal panas yang

ditinjau dengan metode Marshall, menurut SNI 06-2489-1990 dan Spesifikasi Umum Bina Marga

Tahun 2010 Divisi 6 Revisi ke 3.

2.1 Tahapan Penelitian

Tahap I

Diawali dengan mempersiapkan alat-alat pengujian, menyediakan material yang dibutuhkan berupa

aspal, fresh agregat (kasar dan halus), dan pecahan limbah beton yang digunakan sebagai pengganti

sebagian agregat kasar. Peneliti membuat agregat kasar dari pecahan limbah beton dengan cara

menghancurkan beton tersebut secara manual menggunakan palu pemecah batu. Besar diameter

pecahan limbah beton yang dibutuhkan adalah sama dengan diameter yang dibutuhkan fresh agregat

kasar dalam pengujian.

Tahap II

Peneliti melakukan pengujian guna memeriksa mutu bahan-bahan penelitian (aspal, agregat halus,

agregat kasar, dan limbah beton) agar sesuai dengan persyaratan teknis sebagai bahan susun

campuran aspal panas (Hot Mix). Pengujian mutu bahan aspal meliputi: pemeriksaan berat jenis, uji

penetrasi, titik lembek, titik nyala dan titik bakar, serta daktilitas aspal. Pengujian mutu agregat

halus meliputi: analisa saringan, pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, serta Sand Equivalent.

Pengujian untuk mutu agregat kasar meliputi: analisa saringan, pemeriksaan berat jenis dan

penyerapan, keausan, kelekatan terhadap aspal, serta kelapukan. Adapun pengujian limbah beton

meliputi: pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, keausan, kelekatan terhadap aspal, serta

kelapukan.

Tahap III

Menentukan gradasi ideal untuk komposisi agregat campuran menggunakan Simple Numerical

Method. Setelah mendapatkan komposisi agregat campuran, dilanjutkan ke pembuatan benda uji

sejumlah 6 variasi kadar aspal yaitu 5,5%; 6,0%; 6,5%; 7,0%; 7,5%; 8,0% menggunakan bahan

standar dengan masing-masing kadar aspal dibuat 2 benda uji. Setiap benda uji kemudian

dipadatkan sebanyak 2 x 75 kali tumbukan, kemudian diuji menggunakan metode Marshall dan

4

dievaluasi nilai Marshall Stability dan Flow, VMA, VIM, VFWA dan Marshall Quotient (MQ) untuk

mendapatkan nilai kadar aspal optimum (KAO). Total benda uji adalah 12 buah benda uji.

Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap pencampuran dan pemadatan benda uji antara aspal dengan kadar aspal

optimum, fresh aggregate, dan limbah beton sebagai material pengganti sebagian agregat kasar

dengan menggunakan variasi kadar limbah beton sebesar 0%; 20%; 40%; 60%; 80% terhadap total

berat agregat kasar. Setiap benda uji kemudian dipadatkan sebanyak 2 x 75 kali tumbukan,

kemudian diuji menggunakan metode Marshall. Peneliti membuat 3 benda uji dari tiap variasi kadar

limbah beton. Total benda uji adalah 15 buah benda uji.

Tahap V

Setelah diperoleh data dari hasil pengujian, peneliti mengevaluasi nilai Marshall Stability dan Flow,

VMA, VIM, VFWA dan Marshall Quotient (MQ) dari tiap variasi kadar limbah beton dan kemudian

dilakukan analisis. Berdasarkan analisis tersebut, akan dapat disimpulkan seberapa besar potensi

limbah beton apabila digunakan sebagai pengganti sebagian agregat kasar pada campuran HRS-

Base gradasi senjang.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan Material

Pemeriksaan sifat-sifat material pada penelitian ini meliputi: uji agregat (kasar dan halus), aspal

Pen. 60/70, dan limbah beton (sebagai material pengganti sebagian agregat kasar). Hasil

pemeriksaan material dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 3.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Aspal Pertamina Pen. 60/70 (Sumber: hasil peneltian dan Bina Marga 2010rev III)

No Jenis Pemeriksaan Metode Spec. Hasil Keterangan

1Penetrasi pada 25°(0,1mm)

SNI 06-2456-1991 60-70 68,4 Memenuhi

2 Titik lembek (°C) SNI 2434:2011 ≥ 48 50 Memenuhi3 Titik nyala (°C) SNI 2433:2011 ≥ 232 318 Memenuhi4 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 1,05 Memenuhi5 Daktilitas, 25°C, cm SNI 2432:2011 ≥ 100 125 Memenuhi

5

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Agregat (Sumber: hasil penelitian dan Bina Marga 2010 rev III)

No Jenis Pemeriksaan Standar Spec. Hasil Keterangan

A. Agregat kasar1 Abrasi dengan mesin Los Angeles

(500 putaran)SNI 2417:2008 ≤ 40% 23,76% Memenuhi

2 Berat Jenis BulkSNI 1969:2008 -a. Agregat kasar 0,5-1 cm 2,635 -

b. Agregat kasar 1-2 cm 2,598 -3 Berat Jenis SSD

SNI 1969:2008 -a. Agregat kasar 0,5-1 cm 2,667 -b. Agregat kasar 1-2 cm 2,634 -

4 Berat Jenis SemuSNI 1969:2008 -a. Agregat kasar 0,5-1 cm 2,721 -

b. Agregat kasar 1-2 cm 2,696 -5 Penyerapan air oleh agregat

SNI 1969:2008 ≤ 3%a. Agregat kasar 0,5-1 cm 1,20% Memenuhib. Agregat kasar 1-2 cm 1,41% Memenuhi

6 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 ≥ 95% 100% Memenuhi7 Kelapukan agregat SNI 3407:2008 ≤ 12% 6,30% Memenuhi

B. Agregat halus

1 Berat Jenis Bulk SNI 1970:2008 2,690 -2 Berat Jenis SSD SNI 1970:2008 2,717 -3 Berat Jenis Semu SNI 1970:2008 2,765 -4 Penyerapan air oleh agregat SNI 1970:2008 ≤ 3% 1,01% Memenuhi5 Sand Equivalent SNI 03-4141-1996 ≥ 60% 84,72% Memenuhi

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Limbah Beton (Sumber: hasil penelitian dan Bina Marga 2010 rev III)

No Jenis Pemeriksaan Standar Spec. Hasil Keterangan1 Abrasi dengan mesin Los Angeles

(500 putaran)SNI 2417:2008 ≤ 40% 36,39% Memenuhi

2 Berat Jenis BulkSNI 1969:2008 -a. Limbah beton 0,5-1 cm 2,446 -

b. Limbah beton 1-2 cm 2,478 -3 Berat Jenis SSD

SNI 1969:2008 -a. Limbah beton 0,5-1 cm 2,534 -b. Limbah beton 1-2 cm 2,552 -

4 Berat Jenis SemuSNI 1969:2008 -a. Limbah beton 0,5-1 cm 2,681 -

b. Limbah beton 1-2 cm 2,674 -5 Penyerapan air oleh agregat

SNI 1969:2008 ≤ 3%a. Limbah beton 0,5-1 cm 3,74% Tidak memenuhib. Limbah beton 1-2 cm 3,05% Tidak memenuhi

6 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 ≥ 95% 100% Memenuhi7 Kelapukan agregat SNI 3407:2008 ≤ 12% 10,4% Memenuhi

6

3.2 Kadar Aspal Optimum

Berdasarkan hasil evaluasi nilai propertis Marshall, diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO).

Kadar Aspal Optimum (KAO) adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal maksimum dan minimum

yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi ditinjau dari semua aspek propertis Marshall yang

disajikan dengan metode Bar-chart seperti pada Gambar 1.

Berdasarkan Gambar 1, diketahui seluruh propertis Marshall yang memenuhi persyaratan

terletak pada rentang kadar aspal antara 6,1% sampai 6,5%. Jadi, didapatkan Kadar Aspal Optimum

sebesar (6,1 + 6,5)/2 = 6,3%.

3.3 Hasil Pengujian Marshall Campuran HRS-Base Menggunakan Limbah Beton

Hasil pengujian Marshall Campuran HRS-Base menggunakan limbah beton pada Kadar Aspal

Optimum 6,3% ditunjukkan pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4, dapat dibuat kurva hubungan antara kadar limbah beton dan masing-

masing propertis Marshall, yang disajikan pada Gambar 2 sampai Gambar 7.

Gambar 1. Bar-chart Kadar Aspal Optimum

Tabel 4. Hasil Pengujian Marshall Campuran HRS-Base Menggunakan Limbah Beton

No Parameter Marshall Satuan SyaratKadar agregat limbah beton (%)

0% 20% 40% 60% 80%1 Rongga dalam mineral agregat

(VMA)% ≥ 18 18,18 18,34 19,38 20,79 21,47

2 Rongga terisi aspal (VFWA) % ≥ 68 72,49 70,72 65,69 59,77 55,49

3Rongga dalam campuran(VIM)

% 4-6 5,34 5,69 6,97 8,68 9,87

4 Stabilitas Marshall (MS) kg ≥ 800 1526,9 1712,8 1445,9 1184,1 977,35 Kelelehan Marshall (Flow) mm ≥ 3 4,43 4,83 5,23 5,53 5,936 Marshall Quotient (MQ) kg/mm 250 343,30 362,36 281,31 215,13 166,43

7

Hubungan antara kadar limbah beton dan VMA pada kadar aspal optimum dapat dilihat

seperti Gambar 2. Semakin besar kadar limbah beton semakin besar nilai VMA. Besarnya nilai

abrasi, menyebabkan limbah beton lebih rentan terdegradasi atau hancur saat proses pemadatan.

Pemadatan menjadi tidak sempurna, sehingga rongga udara di dalam campuran akan besar.

Hubungan antara kadar limbah beton dan VFWA pada kadar aspal optimum dapat dilihat

seperti Gambar 3. Semakin besar kadar limbah beton semakin kecil nilai VFWA. Hal ini disebabkan

karena aspal yang seharusnya mengisi rongga, terserap oleh limbah beton yang memiliki nilai

penyerapan cukup besar.

Gambar 2. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan VMA

Gambar 3. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan VFWA

Gambar 4. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan VIM

8

Hubungan antara kadar limbah beton dan VIM pada kadar aspal optimum dapat dilihat

seperti Gambar 4. Semakin banyak kadar limbah beton semakin besar nilai VIM. Hal ini disebabkan

karena aspal yang seharusnya mengisi rongga justru terabsorpsi oleh limbah beton yang memiliki

penyerapan cukup besar, sehingga akan masih menyisakan rongga udara yang cukup besar di

dalam campuran.

Hubungan antara kadar limbah beton dan Stabilitas Marshall pada kadar aspal optimum

dapat dilihat seperti Gambar 5. Nilai Stabilitas Marshall terkait dengan kinerja dari VIM, VMA, dan

VFWA. Secara umum Stabilitas Marshall akan turun seiring dengan bertambahnya nilai VIM.

Hubungan antara kadar limbah beton dan Marshall Flow pada kadar aspal optimum dapat

dilihat seperti Gambar 6. Nilai Flow cenderung mengalami kenaikan pada kadar limbah yang lebih

besar. Hal ini disebabkan oleh agregat limbah beton mempunyai nilai penyerapan yang besar

sehingga campuran yang memiliki kandungan limbah beton lebih banyak akan lebih menyerap

aspal dari pada kondisi campuran yang memiliki kadar limbah beton lebih sedikit. Selain itu dari

segi kekuatan fisik agregat dari limbah beton lebih mudah hancur dibanding dengan agregat baru.

Gambar 5. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan Stabilitas

Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan Flow

9

Hubungan antara kadar limbah beton dan Marshall Quotient pada kadar aspal optimum

dapat dilihat seperti Gambar 7. Limbah beton mempunyai nilai abrasi yang tinggi dan

penyerapannya yang besar sehingga mempengaruhi kepadatan campuran aspal, yang

mengakibatkan juga penurunan nilai stabilitas Marshall, maka nilai MQ juga akan terpengaruh.

3.3 Penentuan Kadar Limbah Beton Optimum

Kadar Limbah Beton Optimum ditentukan dengan menggunakan metode Bar-chart seperti pada

Gambar 8 berikut.

Berdasarkan Gambar 8, diketahui seluruh propertis Marshall yang memenuhi persyaratan

terletak pada rentang kadar limbah beton antara 0% - 20%. Jadi, didapatkan Kadar Limbah Beton

Optimum sebesar (0 + 20)/2 = 10%.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian:

1. Propertis Marshall pada nilai Marshall Stability, Flow, dan VMA, dari kelima kadar limbah beton

memenuhi spesifikasi yang disyaratkan Bina Marga 2010 revisi III. Semakin besar kadar limbah

Gambar 7. Kurva Hubungan Antara Kadar Limbah Beton dan Marshall Quotient

Gambar 8. Bar-chart Kadar Limbah Beton

10

beton, Marshall Stability cendurung turun, sedangkan Flow dan VMA cenderung naik. Sementara

nilai VFWA, VIM, dan Marshall Quotient, hanya sebagian yang memenuhi spesifikasi. Pada nilai

VFWA cenderung turun hinga menyentuh batas minimum spesifikasi pada kadar limbah beton

30%, dan MQ turun hingga menyentuh batas minimum spesifikasi pada kadar limbah beton 54%.

Adapun nilai VIM cenderung naik dan menyentuh batas maksimum spesifikasi pada kadar

limbah beton 20%.

2. Diperoleh nilai kadar limbah beton optimum sebesar 10% terhadap total agregat kasar. Namun

hingga pada kadar limbah beton 20% masih dapat menghasilkan campuran yang memenuhi

spesifikasi Bina Marga 2010 revisi III.

4.2 Saran

Beberapa saran dapat yang dapat disampaikan:

1. Penelitian dapat dikembangkan dengan membuat variasi kadar aspal pada setiap variasi kadar

limbah beton, karena setiap kadar limbah beton memerlukan kadar aspal optimum (KAO) yang

berbeda.

2. Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan pengujian bahan yang betul-betul akurat, karena

material agregat di lapangan mempunyai sifat dan karakteristik yang sangat berbeda setiap

waktu.

PERSANTUNAN

Dengan terselesaikannya Penelitian ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas

bantuan, petunjuk, arahan, bimbingan dan kerjasamanya kepada:

1. Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta dan Dosen penguji I.

2. Bapak Dr. Mochamad Solikin, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

3. Ibu Yenny Nurchasanah, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik dan Sekretaris Jurusan

Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Ibu Senja Rum Harnaeni, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I.

5. Bapak Ir. Agus Riyanto SR, M.T., selaku Dosen Pembimbing II.

6. Pimpinan dan staf Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7. Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan nasehat dan bantuan segalanya.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan laporan Tugas Akhir ini.

11

DAFTAR PUSTAKA

Andhikatama, Arys. 2013. Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada

Campuran Asphalt Concrete – Wearing Course Gradasi Kasar. Tugas Akhir Teknik Sipil.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Huwae, Meggie. 2015. Kajian Kinerja Campuran Lapis Pondasi Jenis Lapis Tipis Aspal Beton-Lapis

Pondasi (HRS-Base) Bergradasi Senjang Dengan Jenis Lapis Aspal Beton-Lapis Pondasi

(AC-Base) Bergradasi Halus. Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 (183-189) ISSN:

23376732. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Jurusan Teknik Sipil UMS. 2015. Modul Praktikum Jalan Raya. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kumoro, Bayu. 2015. Potensi Penggunaan Copper Slag Sebagai Material Pengganti Agregat Halus

Lapis Perkerasan Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Tugas Akhir Teknik Sipil Dan

Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Spesifikasi Umum Revisi (3), 2010, Divisi 6: Pekerjaan Aspal.

Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.

Prawiro, Bangun & Nugraha Pasca O. T. 2014. Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai

Agregat Kasar Pada Campuran Aspal Porus Dengan Tambahan Gilsonit. Jurnal Teknik Sipil:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Brawijaya

Rondonuwu, Fernando. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Agregat Terhadap Rongga Dalam Campuran

Beraspal Panas. Jurnal Teknik Sipil Statik Vol.1 No.3, Februari 2013 (184-189). Manado:

Universitas Sam Ratulangi.

Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova

Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit.

Suprapto. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: KMTS FT UGM

Yasra, Selvi. 2014. Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Agregat Pengganti Pada Campuran Asphalt

Concrete – Binder Course (AC-BC). Tugas Akhir Teknik Sipil Dan Lingkungan. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.