pemanfaatan citra landsat

17
 PEMANFAATAN CITRA LANDSAT TM UNTUK UNTUK INVENTARISASI SUMBERDAYA LAHAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Guna Tanah Dosen Pengampu: Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc. Oleh : Marizha Ayu Jatmaningtyas K5409037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: jatmaningtyas-risa

Post on 20-Jul-2015

444 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT TM UNTUK UNTUK INVENTARISASI SUMBERDAYA LAHAN

TRANSCRIPT

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 1/17

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT TM UNTUK UNTUK 

INVENTARISASI SUMBERDAYA LAHAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Guna Tanah

Dosen Pengampu: Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc.

Oleh :

Marizha Ayu Jatmaningtyas

K5409037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 2/17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan

 penduduk dan aktivitas penduduk. Semakin meningkat jumlah penduduk akan

 berdampak pada semakin tinggi aktivitas penduduk di suatu daerah. Inilah yang

 pada akhirnya menimbulkan tingginya permintaan terhadap lahan untuk 

memenuhi kebutuhan manusia, terutama pemanfaatannya sebagai permukiman

maupun penunjang kegiatan ekonomi.

Konversi lahan menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Departemen

Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1972 melaporkan bahwa selama dekade

tahun 60an, sekitar 296.000 hektar lahan telah berubah menjadi kota, lahan

untuk kegiatan transportasi meningkat seluas 53.000 hektar per tahun, dan lahan

untuk kepentingan rekreasi meningkat sekitar 409.000 hektar per tahun. Adanya

 perubahan penggunaan lahan tersebut dilihat dari aspek ekonomi pertanian

merupakan ancaman terhadap ketahanan pangan penduduk dan dilihat dari

aspek lingkungan hal itu merupakan ancaman terhadap daya dukung

lingkungan.

Pengetahuan mengenai sebaran penggunaan lahan terkini dan

 perubahannya sangat dibutuhkan oleh pemerintah pusat dan daerah, legislator,

serta perencana ( planners) dalam penyusunan tata ruang dan rencana

 pembangunan wilayah yang efektif dan berkelanjutan. Dalam hal ini maka

sangat penting dilakukan pengelolaan sumber daya lahan agar pemanfaatannya

dapat tepat guna dan bereklanjutan. Pengelolaan sumberdaya lahan sendiri

memiliki empat tahapan yang meliputi tahap inventarisasi, tahap monitoring,

tahap evaluasi, dan tahap perencanaan.

Selama ini data penggunaan lahan di Indonesia telah dikumpulkan oleh

 berbagai instansi yang berwenang namun pengelolaannya hampir dipastikan

 belum terintegrasi sehingga pemanfaatannya belum optimal. Sandy (1977)

mengungkapkan bahwa inventarisasi data penggunaan lahan tanpa diketahui

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 3/17

letak dari setap penggunaan lahan tersebut bukanlah sesuatu yang efektif. Untuk 

itu, data penggunaan lahan sudah seharusnya disajikan dalam sebuah peta agar 

dapat diketahui letak dan hubungan antar penggunaan lahan. Inventarisasi data

merupakan tahap pertama dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan merupakan

tahap yang krusial karena output  dari tahapan ini dapat dijadikan sebagai alat

analisis dalam tahapan – tahapan selanjutnya yaitu tahap monitoring, tahap

evaluasi, dan tahap perencanaan.

Perkembangan teknologi informasi utamanya dalam teknologi informasi

geografis memberikan keuntungan dalam penyediaan dan pengolahan data

 penginderaan jauh baik berupa foto udara maupun citra satelit sehingga

dihasilkan berbagai output yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

 penggunanya. Semakin tinggi resolusi spasial dan temporal yang ditawarkan

memberikan kemudahan pagi penggunanya untuk memilih spesifikasi data yang

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengguna. Dalam hal inventarisasi data

 penggunaan lahan, keberadaan data penginderaan jauh sangat membentu karena

resolusi spasial yang beragam memberikan berbagai pilihan kerincian output

 peta serta semakin baik resolusi temporal yang ditawarkan memberikan

kemudahan analisis dan monitoring untuk rekomendasi perencanaan wilayah.

Landsat ( Land Satelite) merupakan satelit sumberdaya bumi yang paling

lama beroperasi. Hingga kini LANDSAT telah mencapai seri ke-7. Kemajuan

 perekaman data pada satelit ini tidak terlepas dari peningkatan kemampuan

sensor bawaannya dalam merekam informasi. Berawal dari sensor  Return Beam

Vidicon (RBV), Multi Spectral Scanner (MSS), Thematic Mapper (TM), hingga

 Enhanced Thematic Mapper  (TM) kemampuan perekaman data Landsat

semakin berkembang dari waktu ke waktu. Pada makalah ini penulis akan

membahas mengenai pemanfaatan citra Landsat TM dalam pemetaan

 penggunaan lahan.

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 4/17

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan inventarisasi data penggunaan lahan

dengan memanfaatkan data penginderaan jauh?

2. Apa sajakah spesifikasi citra Landsat sehingga cocok untuk penggunaan

lahan?

3. Bagaimana prosedur pemetaan penggunaan lahan dengan memanfaatkan

citra Landsat TM?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mendeskripsikan inventarisasi data penggunaan lahan dengan

memanfaatkan data penginderaan jauh

2. Menjekaskan spesifikasi citra Landsat TM

3. Menjelaskan prosedur pemetaan penggunaan lahan dengan

memanfaatkan citra Landsat TM

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 5/17

PEMBAHASAN

A. Inventarisasi data penggunaan lahan dengan memanfaatkan data

penginderaan jauh

Malingreau (1977:6) mendefinisikan penggunaan lahan sebagai segala

campur tangan manusia baik secara siklis ataupun secara permanen terhadap

suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara

keseluruhan dapat disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan

 baik kebendaan ataupun spiritual ataupun kebudayaan.

Arsyad (1989:207) menyatakan bahwa “Penggunaan lahan merupakan suatu

 bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup baik material maupun spiritual”.

Dari definisi kedua pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

 penggunaan lahan merupakan suatu bentuk upaya pemenuhan kebutuhan hidup

manusia (baik kebutuhan spiritual maupun kebudayaan) melalui campur tangan

terhadap keberadaan suatu lahan (baik secara siklis maupun permanen).

Inventarisasi data penggunaan lahan sangat penting sebagai langkah

awal dalam proses pengelolaan sumberdaya lahan. Ketersediaan data tersebut

akan menunjang proses selanjutnya yang meliputi monitoring, evaluasi dan

 perencanaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk mengakibatkan

semakin tingginya jumlah kebutuhan penduduk akan sumberdaya, dan lahan

merupakan sumberdaya alam yang sangat krusial. Pemanfaatan lahan yang

semula diutamakan untuk sector agraris telah berubah peruntukan sebagai lahan

 permukiman serta penunjang aktivitas manusia lainnya seperti misalnya industri

dan perdagangan. Pemanfaatan lahan pun sudah tidak lagi memperhatikan daya

dukungnya sehingga berpotensi terjadinya degradasi lahan. Pengelolaan

sumberdaya lahan sangat penting agar berbagai kebijakan pemanfaatan lahan

sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selama ini data penggunaan lahan di Indonesia telah dikumpulkan oleh

 berbagai instansi yang berwenang namun pengelolaannya hampir dipastikan

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 6/17

 belum terintegrasi sehingga pemanfaatannya belum optimal. Sandy (1977)

mengungkapkan bahwa inventarisasi data penggunaan lahan tanpa diketahui

letak dari setap penggunaan lahan tersebut bukanlah sesuatu yang efektif. Untuk 

itu, data penggunaan lahan sudah seharusnya disajikan dalam sebuah peta agar 

dapat diketahui letak dan hubungan antar penggunaan lahan. Ketersediaan data

 penginderaan jauh dan software SIG sangat membantu proses inventarisasi data

 penggunaan lahan kaitannya dengan pembuatan peta yang representative sesuai

dengan tujuan pemetaan.

Perkembangan penggunaan data penginderaan jauh tidak terlepas dari

 berbagai keuntungan yang diperoleh oleh penggunanya. Hal ini semakin

ditunjang dengan kehadiran Sistem Informasi Geografis yang memiliki peran

vital dalam proses pengolahan, analisis dan penyimpanan data penginderaan

 jauh. Sutanto (1987) mengemukakan enam alasan utama peningkatan

 penggunaan data penginderaan jauh, yaitu:

1. Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan

wujud dan letak yang sama dengan letaknya dan wujudnya di permukaan

 bumi, relative lengkap, meliput daerah yang luas serta permanent.

2. Melalui citra dapat dilakukan analisis tiga dimensional

3. Karakteristik obyek yang tidak nampak dapat diwujudkan melalui citra

sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya

4. Perekaman data lapangan dapat dilakukan dengan cepat meskipun pada

daerah yang sulit dijelajahi secara terrestrial

5. Merupakan alat yang efektif untuk pemetaan daerah bencana

6. Data penginderaan jauh dapat diperoleh dalam waktu ulang yang pendek.

Kemajuan teknologi penginderaan jauh telah meningkatkan resolusi

temporal citra.

Dalam melakukan inventarisasi data penggunaan lahan dengan

 pendekatan penginderaan jauh ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Penetapan Permasalahan

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 7/17

Penetapan permasalahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan

sebelum pengolahan data. Dalam hal ini masalah yang dicari solusinya adalah

inventarisasi data penggunaan lahan.

2. Penetapan Tujuan

Penetapan tujuan diperlukan untk kepentingan penentuan skala peta.

Inventarisasi merupakan langkah awal dalam proses pengelolaan sumberdaya

sehingga tingkat kedetilan informasi yang akan ditampilkan harus sesuai dengan

kebutuhan pada tahap selanjutya. Misalnya tujuan inventarisasi data adalah

untuk melakukan monitoring perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah

 pesisir, maka skala peta harus disesuaikan dengan tujuan tersebut.

3. Pemilihan Data

Pemilihan data meliputi tahap penentuan citra penginderaan jauh yang

diperlukan, peta topografi sebagai peta dasar, dan data sekunder lain misalnya

data statistik (jika diperlukan).

4. Klasifikasi

Pada dasarnya, setiap data yang dihasilkan oleh penginderaan jauh memiliki

kemampuan yang berbeda dalam penyediaan informasi. Pengetahuan mengenai

spesifikasi citra sangat penting kaitannya dengan tujuan pemetaan penggunaan

lahan yang akan dilakukan. Ukuran luasan minimum yang dapat dipetakan

tergantung dari skala dan resolusi yang dimiliki oleh sebuah data penginderaan

 jauh atau data lainnya yang diinterpretasi. Hal tersebut juga bergantung pada

skala data kompilasi serta skala peta output yang diharapkan. Perbedaan skala

ini akan menentukan informasi apa saja yang akan termuat dalam sebuah peta.

Peta dengan skala kecil tentu akan memuat informasi yang tidak serinci peta

dengan skala besar. Agar informasi yang disajikan dalam sebuah peta

 penggunaan lahan representative, maka disusun system klasifikasi baku

cakupan informasi dalam sebuah peta penggunaan lahan.

Terkait dengan kemampuan sensor dalam merekam informasi, maka

Anderson (2001) mengemukakan tingkat klasifikasi penggunaan lahan

 berdasarkan kemampuan perekaman data pada sensor yang diasumsikan

menggunakan kamera dengan panjang focus 6 inchi .

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 8/17

Tabel 1. Tingkat Klasifikasi Citra berdasarkan Karakteristik Tipe Data

Tingkat

Klasifikasi

Karakteristik Tipe Data

I Tipe Data LANDSAT

II Data yang diambil pada ketinggian 40.000 kaki (12.400

meter) atau di bawahnya, (menghasilkan peta dengan skala

di bawah 1:80.000)

III Data yang diambil pada ketinggian sedang (10.000 – 40.000

kaki atau sekitar 3.100 – 12.400 meter), menghasilkan peta

dengan skala antara 1:80.000 hingga 1:20.000

IV Data yang diambil pada ketinggian rendah di bawah 10.000

kaki atau sekitar 3.100 meter, menghasilkan peta dengan

skala di atas 1:20.000

Informasi pada tingkat klasifikasi I dan II memungkinkan pengguna data

untuk melakukan pemetaan penggunaan lahan pada luasan Negara, propinsi

maupun kabupaten/kota. Pemetaan penggunaan lahan yang lebih detail

mensyaratkan tingkat klasifikasi III dan IV untuk pemetaan kabupaten/kota

hingga kecamatan. Berikut ini klasifikasi penggunaan lahan manurut Anderson

dalam Utomowati (2011).

Tabel 2. Klasifikasi Penggunaan Lahan menurut Anderson

Level I Level II

1.Perkotaan/lahan

terbangun

1. Hunian

2. Penggunaan umum

3. Kompleks industri dan komersial

4. Lahan sedang dibangun

2.Lahan pertanian 1. Lahan pertanian dan peternakan

2. Lahan kebun buah, persemaian dan lahan

holtikultura hias

3. Lahan pertanian lainnya

3.Lahan peternakan 1. Lahan peternakan rumput

2. Lahan peternakan semak dan belukar 

4. Lahan hutan 1. Lahan hutan menggugurkan daunnya

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 9/17

2. Lahan hutan selalu hijau

3. Lahan hutan campur 

5. Perairan 1. Sungai dan saluran

2. Danau

3. Reservoir 

4. Tanggul dan muara

6. Lahan basah 1. Lahan basah berhutan

2. Lahan basah tidak berhutan

7. Lahan kosong 1. Pantai

3. Area berpasir lain selain pantai

4. Bidang tambang

5. Lahan gundul

8. Salju / es tahunan 1. Padang salju tahunan

2. Gletser 

Sebagai Negara yang sangat luas, jenis penggunaan lahan di

Indonesia sangat berbeda dengan yang diungkapkan oleh Anderson di atas.

Perbedaan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik wilayah maupun sosial

 budaya masyarakat. Klasifikasi penggunaan lahan di Indonesia berdasarkan data

 penginderaan jauh sendiri disusun oleh Malingreau (1977:15)

Tabel 3. Klasifikasi Penggunaan Lahan Menurut Anderson

Tingkat I Tingkat II Tingkat III

1. Daerah

 perkotaan

dan

terbangun

a. Permukiman

 perkotaan

Permukiman perkotaan

 b. Perdagangan, jasa,

Indus tri

Perdagangan, jasa, industri

c. Kelembagaan Kelembagaan

d. Transportasi,

komunikasi

Transportasi, komunikasi

e. Lahan terbangun

lainnya

Lahan terbangun lainnya

f. Bukan lahan

terbangun

Bukan lahan terbangun

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 10/17

7. Daerah

 pedesaan

a. Permukiman pedesaan Permukiman pedesaan

 b. Lahan bervegetasi

diusa- hakan

Sawah irigasi

Sawah tadah hujan

Sawah pasang surut

Tegalan

Perkebunan

g. Lahan bervegetasi

tidak diusahakan

Hutan lahan kering

Hutan lahan basah

Belukar 

Semak 

Rumput

l. Lahan tidak   bervegetasi (lahan

kosong )

Lahan terbukaLahar dan lava

Beting pantai

Gosong pantai

Gumuk pasir 

q. Tubuh perairan Danau

Waduk 

Tambak 

Rawa

Sungai

v. Kelurusan Kelurusan

5. Field Check  

Akurasi pemetaan melalui data penginderaan jauh sangat bergantung pada

 pengguna data dalam melakukan interpretasi citra. Setelah dihasilkan peta

tentatif penggunaan lahan, surveyor harus melakukan uji lapangan dengan cara

sampling. Hasil sampling kemudian diuji ketelitian interpretasinya. Data

dianggap valid jika hasil uji katelitian interpretasi di atas 80%. Jika tidak 

mencapai jumlah tersebut, maka surveyor harus melakukan interpretasi ulang.

6. Penyajian Kartografis

Penyajian kartografis meliputi penyusunan peta penggunaan lahan yang sesuai

dengan kaidah kartografis melalui software SIG.

C. Spesifikasi citra Landsat TM

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 11/17

Sensor TM (Thematic Mapper) merupakan sensor yang dipasang pada

satelit Landsat 4 dan Landsat 5. Lebar sapuan ( scanning ) dari sistem Landsat

TM sebesar 185 km, yang direkam pada tujuh saluran panjang gelombang

dengan rincian; 3 saluran panjang gelombang tampak, 3 saluran panjang

gelombang inframerah dekat, dan 1 saluran panjang gelombang termal (panas).

Sensor TM memiliki kemampuan untuk menghasilkan citra multispektral

dengan resolusi spasial, spektral dan radiometrik yang lebih tinggi daripada

sensor MSS.

Tabel 4. Nama dan Panjang Gelombang pada Landsat TM

Saluran Nama Gelombang Panjang Gelombang (µm)

1 Biru 0,45 – 0,52

2 Hijau 0,52 – 0,60

3 Merah 0,63 – 0,69

4 Inframerah Dekat 0,76 – 0,90

5 Inframerah Tengah 1,55 – 1,75

6 Inframerah Termal 10,40 – 12,50

7 Inframerah Tengah 2,08 – 2,35

Tabel 5. Karakteristik Saluran pada Landsat TM

Saluran

Panjang

Gelombang

(µm)

Resolusi

Spasial

(meter)

A p l i k a s i

1 0,45 – 0,52 30 x 30

Penetrasi tubuh air, analisis

 penggunaan lahan, tanah, dan

vegetasi. Pembedaan vegetasi dan

lahan.

2 0,52 – 0,60 30 x 30

Pengamatan puncak pantulan

vegetasi pada saluran hijau yang

terletak di antara dua saluran

 penyerapan. Pengamatan inidimaksudkan untuk membedakan

tanaman sehat terhadap tanaman

yang tidak sehat.

3 0,63 – 0,69 30 x 30

Saluran terpenting untuk 

membedakan jenis vegetasi.

Saluran ini terletak pada salah satu

daerah penyerapan klorofil dan

memudahkan pembedaan antara

lahan terbuka terhadap lahan

 bervegetasi.

4 0,76 – 0,90 30 x 30 Saluran yang peka terhadap

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 12/17

 biomasa vegetasi. Juga untuk 

identifikasi jenis tanaman,

memudahkan pembedaan tanah dantanaman serta lahan dan air.

5 1,55 – 1,75 30 x 30

Saluran penting untuk pembedaan

 jenis tanaman, kandungan air pada

tanaman, kondisi kelembaban

tanah.

6 2,08 – 2,35 120 x 120Untuk membedakan formasi batuan

dan untuk pemetaan hidrotermal.

7 10,40 – 12,50 30 x 30

Klasifikasi vegetasi, analisis

gangguan vegetasi, pembedaan

kelembaban tanah, dan keperluanlain yang berhubungan deengan

gejala termal.

Sumber : Lillesand dan Kiefer (1979) dalam Sutanto (1987).

Pemanfaatan citra landsat telah banyak digunakan untuk beberapa

kegiatan survey maupun penelitian antara lain geologi, pertambangan,

geomorfologi, hidrologi, dan kehutanan. Dalam setiap perekaman, citra Landsat

mempunyai cakupan area 185 x 185 km, sehingga aspek dari objek tertentu

yang cukup luas dapat diidentifikasi tanpa menjelajah seluruh daerah yang

disurvei atau yang diteliti. Dengan demikian, pemanfaatan citra Landsat TM

dapat menghemat waktu dan biaya dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan

cara konvensional atau survey terrestrial (Wahyunto dalam Saripin , 2003).

D. Prosedur pemetaan penggunaan lahan dengan memanfaatkan citra

Landsat TM

Menurut Saripin (2003), citra Landsat TM sangat membantu dalam

identifikasi penggunaan lahan di suatu daerah terutama untuk lahan perkebunan

(perkebunan karet, tebu, kakao). Demikian pula untuk penggunaan lahan lain

yang mempunyai kenampakan obyek dan ciri-ciri yang spesifik seperti sawah

dan waduk/danau. Namun, untuk obyek-obyek yang tidak spesifik sulit dibatasi

dan dibedakan dengan penggunaan lahan yang lain. Sehingga citra Landsat TM

sangat cocok digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan pada wilayah yang

relative luas.

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 13/17

Berikut ini disajikan diagram alir tahapan pemetaan dengan citra Landsat

TM.

Gambar 1. Diagram Alir Pemetaan Landuse dari citra Landsat (Saripin ,2003)

Dari diagram alir tersebut, maka dapat disimpulkan tiga tahapan utama

dalam pemetaan landuse menggunakan citra Landsat ( studi kasus Kabupaten

Jombang, Jatim), meliputi:

1. Intepretasi citra Landsat TM

Langkah yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah melakukan

identifikasi penggunaan lahan yang sesuai dengan unsur-unsur yang

ditampilkan citra, meliputi:

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 14/17

a. Ukuran, meliputi panjang, lebar, luas sehingga antara obyek yang satu dan

obyek lainnya dapat dibedakan dan dibuat batasan.

 b. Rona, menunjukkan perbedaan gelap terangnya suatu obyek yang

dipengaruhi tingkat kelembaban (biasanya disebabkan genangan atau

keadaan vegetasi penutup tanah)

c. Warna, sangat dipengaruhi oleh reflektansi obyek terhadap tenaga yang

 berbeda

d. Tekstur, merupakan gabungan antara rona dengan ukuran serta jarak yang

satu dengan yang lain

e. Pola, merupakan susunan suatu obyek yang terjadi secara alami maupun

 buatan

Dalam tahapan ini juga diperlukan data penunjang lain misalnya peta

topografi, peta tata guna tanah, dan data sekunder lain. Dari hasil analisis

tersebut akan dihasilkan peta interpretasi/ peta penggunaan lahan tentatif. Hal

yang sangat diperhatikan dalam tahapan ini adalah klasifikasi penggunaan lahan

yang digunakan harus sesuai dengan skala dan tujuan pemetaan citra.

2. Pengecekan Lapangan

Pengecekan lapangan sangat penting kaitannya dengan validitas data hasil

interpretsi. Semakin valid data yang tersaji dalam sebuah peta, maka semakin

Gambar 2. Citra Landsat TM (kiri), peta penggunaan lahan tentatif Kab. Jombang

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 15/17

 baik peta tersebut untuk dijadikan sumber acuan berbagai tujuan penggunaan

selanjutnya. Pengecekan lapangan meliputi uji kesesuaian hasil interpretasi,

melalui sample yang telah ditetapkan. Jika ketelitian interpretasi mencapai 80%

dari total sample yang diuji maka tahap pemetaan selanjutnya dapat terus

 berjalan. Namun, jika ketelitiannya kurang dari 80%, maka surveyor harus

melakukan interpretasi ulang.

3. Perbaikan Peta

Setelah dilakukan cek lapangan dan dinyatakan data hasil interpretsi

tersebut valid, maka peta tentatif dapat dilakukan penyempurnaan menjadi peta

 penggunaan lahan final.

 

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut:

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Final Kabupaten Jombang

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 16/17

1. Inventarisasi data penggunaan lahan sangat penting kaitannya dengan

keberlanjutan proses pengelolaan sumberdaya lahan yang berkelanjutan.

Penyajian data dalam bentuk peta memudahkan pengguna dalam

mengetahui posisi lahan tersebut, pola yang terbentuk sehingga

memungkinkan analisis lebih jauh.

2. Inventarisasi data adalah tahapan sangat krusial sehingga sumber data dan

 pengolahan datanya harus dilakukan secara cermat dan teliti sehingga peta

yang dihasilkan representatif.

3. Landsat TM merupakan satelit dengan spesifikasi citra yang memedai untuk 

 pemetaan penggunaan lahan dalam tingkat klasifikasi I sampai II.

DAFTAR PUSTAKA

.

5/17/2018 pemanfaatan citra landsat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemanfaatan-citra-landsat 17/17

Anderson, James.R, dkk.2001. A Land Use and Land Cover Classification

System For Use With Remote Sensor Data.PDF Download

Arsyad, Sitanala.1989. Konservasi Tanah dan Air.Bogor: Instititut Petanian

Bogor.

Malingreau, Jean-Paul.1977. A Proposed Land Cover/ Land Use

Classification And Its Use With Remote Sensing Data In Indonesia (The

 International Journal of Geography, Vol.7, No.33, pp. 5- 27). Yogyakarta: Fak.

Geografi UGM

Sandy, I Made.1977. Penggunaan Tanah (Land Use) di Indonesia.Jakarta

Saripin, Ipin.2003. Identifkasi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Citra

 Landsat Thematic Mapper .Buletin Teknik Pertanian Vol.8 Nomor 2, 2003

Sutanto.1987. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Fak. Geografi UGM.

Ukur, Muhammad Tenang, dkk.2007. Pemetaan Batas Wilayah Darat 

 Penggunaan Lahan Dari Citra Landsat (Studi Kasus Kabupaten

 Jombang).Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November 

Utomowati, Rahning.2011.Materi Kuliah Tata Guna Tanah.Pendidikan

Geografi FKIP UNS