pemanfaatan cerita rakyat; batu...

168
PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGIS DALAM KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA KELAS VII MTS. NURUL FALAH PONDOK RANJI, TANGERANG SELATAN, TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Yayah Nur Asyani NIM 1112013000051 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 21-Sep-2019

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGIS

DALAM KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA

KELAS VII MTS. NURUL FALAH PONDOK RANJI,

TANGERANG SELATAN,

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Yayah Nur Asyani

NIM 1112013000051

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 3: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 4: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 5: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

ABSTRAK

Yayah Nur Asyani. NIM. 1112013000051. Skripsi. Pemanfaatan Cerita Rakyat; Batu Menangis dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. 2019.

Penelitian ini tentang pemanfaatan cerita rakyat; Batu Menangis dalam

keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian skripsi ini mendeskripsikan pemanfaatan cerita rakyat Batu Menangis dalam keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2018/2019.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, pada siswa kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, periode semester genap, yang berjumlah 25 orang, yakni 13 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini yaitu ditemukan sebanyak 23 orang siswa dengan persentase sebesar 92% sudah mampu memanfaatkan cerita rakyat Batu Menangis dalam keterampilan menulis pantun. Berdasarkan aspek penilaian kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, ketepatan penulisan huruf dan ejaan, kelogisan sampiran dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Dan ditemukan sebanyak dua orang siswa dengan persentase sebesar 8% yang belum mampu memanfaatkan cerita rakyat; Batu Menangis dalam keterampilan menulis pantun. Hasil penelitian ini juga berdasarkan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) di MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, dengan nilai minimal 70. Berdasar hasil wawancara, secara keseluruhan siswa sudah termotivasi dengan adanya cerita rakyat Batu Menangis dalam keterampilan menulis pantun. Kata Kunci: Menulis Pantun, Cerita Rakyat, Batu Menangis

i

Page 6: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

ABSTRACT

Yayah Nur Asyani. NIM. 1112013000051. Skripsi. Utilization of

folklore; Crying Stone in Pantun Writing Skills in Grade VII Students of MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, South Tangerang, Lesson Year 2018/2019. Department of Indonesian Language and Literature Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervising Lecturer: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. 2019.

This research is about utilization folklore: Crying Stone in pantun writing

skills by students of class VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, South Tangerang, year of study 2018/2019. The purpose of the research skripsi describes the utilization folklore of Crying Stone in pantun writing skills by students of class VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, South Tangerang, year of study 2018/2019.

The method used in this research is a qualitative descriptive method of study, in students of the VII class of MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, an even semester period, which amounted to 25 people, 13 men and 12 women. The research instruments used are observation, interviews, and documentation.

Results obtained after conducting this research is found as many as 23 students with a percentage of 92% have been able to utilize the folklore Crying Stone in pantun writing skills. Based on the assessment aspect of conformity with pantun features, the accuracy of letter writing and spelling, the lapdance and the contents of the content, Pantun suitability with story theme, and Pantun suitability with story message. And found as many as two students with a percentage of 8% who have not been able to utilize folklore; Crying Stone in pantun writing skills. The results of this research are also based on the minimum standard of submission criteria (KKM) in MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, with a minimum value of 70. Based on the results of the interview, the whole student has been motivated by the folklore of the Crying Stone in pantun writing skills.

Key Words: Writing Pantun, The Folklore, Crying Stone

ii

Page 7: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Cerita Rakyat; Batu Menangis

dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul Falah

Pondok Ranji, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2018/2019”. Selawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan

para sahabatnya.

Proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi, yang

telah sabar memberikan bimbingan, arahan, semangat serta motivasinya

kepada penulis.

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

5. Keluarga besar penulis, teristimewa kepada ayahanda, Bapak Mursan dan

ibunda tercinta, Ibu Nurlaelah yang selalu memberikan kasih sayang, doa,

motivasi dan dukungan yang begitu luar biasa.

6. Seluruh murid, dewan guru dan juga staff MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

Terima kasih telah menjadikan penulis bagian dari keluarga besar Yayasan

Nurul Falah.

7. Sahabat-sahabatku tercinta: Povi Maspupah, Ulfah Sundusiah, dan Putri

Anggraeni Ruminto. Terima kasih telah menjadi sahabat, pendengar dan

penasihat yang baik.

iii

Page 8: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2012, yang telah mewarnai hidup penulis selama proses

perkuliahan.

9. Keluarga besar Himpunan Qori dan Qori’ah Mahasiswa (HIQMA) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan pengalaman

baru.

10. Keluarga besar Majelis Ta’im FIRMAN (Forum Ishlah Remaja Masjid dan

Musholla Kampung Peladen).

Semoga segala kebaikan berbagai pihak, mendapat balasan yang berlimpah

dari Allah Swt. Selain itu, dalam skripsi ini tentulah tidak terlepas dari kesalahan-

kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para

pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi

para peneliti yang memerlukannya.

Tangerang Selatan, 25 April 2019

Penulis

Yayah Nur Asyani NIM. 1112013000051

iv

Page 9: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ..................................................................................................... ................ i

ABSTRACT .................................................................................................... ............... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... .............. iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ............... v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ............. vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. .............. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... ............... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ ............... 5

C. Batasan Masalah .................................................................................. ............... 6

D. Rumusan Masalah ............................................................................... ............... 6

E. Tujuan Penelitian ................................................................................ ............... 6

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. ............... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Menulis ................................................................................................ ............... 8

1. Hakikat Menulis ...................................................................... ............... 8

2. Tujuan Pengajaran Menulis ..................................................... ............. 10

3. Langkah-langkah dalam Menulis ............................................ ............. 11

4. Penulisan Huruf dan Ejaan ...................................................... ............. 13

B. Pantun .................................................................................................. ............ 14

1. Hakikat Pantun ........................................................................ ............. 14

2. Ciri-ciri Pantun ........................................................................ ............. 15

3. Jenis-jenis Pantun .................................................................... ............. 17

4. Bentuk-bentuk Pantun ............................................................. ............. 20

C. Media Pembelajaran ............................................................................ ............ 22

v

Page 10: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

1. Hakikat Media Pembelajaran .................................................. ............. 22

2. Fungsi Media Pembelajaran .................................................... ............. 23

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran .............................................. ............. 25

4. Cerita Rakyat ........................................................................... ............. 26

5. Teks Cerita Rakyat; Batu Menangis dari Kalimantan Barat ... ............. 28

D. Penelitian yang Relevan ...................................................................... ............. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. ............. 33

B. Metode Penelitian................................................................................. ............. 33

C. Subjek Penelitian .................................................................................. ............. 35

D. Objek Penelitian .................................................................................. ............. 35

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. ............. 35

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... ............. 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ...................................................................................... ............. 42

B. Persiapan Proses Kegiatan Belajar Mengajar ...................................... ............. 46

C. Teks Cerita Rakyat; Batu Menangis dari Kalimantan Barat ............... ............. 46

D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. ............. 48

E. Pemanfaatan Cerita Rakyat; Batu Menangis dalam Keterampilan Menulis

Pantun pada Siswa .............................................................................. ........... 101

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................................. ........... 104

B. Saran .................................................................................................... ........... 104

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... ........... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS

vi

Page 11: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Wawancara untuk Kepala Sekolah ................................ ............. 37

Tabel 3.2 Instrumen Wawancrara untuk Siswa ............................................... ............. 38

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Pantun .................................................................. ............. 40

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Pantun Berdasarkana Rentang Nilai .................. ............. 41

Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan ..................................... ............ 44

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan ......................... ............. 45

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Siswa MTs. Nurul Falah Pondok Ranji .................... ............. 45

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Rombongan Belajar (Rombel) ................................. ............. 45

Tabel 4.5 Penilaian Hasil Pantun Adelia.......................................................... ............. 48

Tabel 4.6 Penilaian Hasil Pantun Adhitya Putra Lie Winata ........................... ............. 50

Tabel 4.7 Penilaian Hasil Pantun Amel Olivia ................................................ ............. 53

Tabel 4.8 Penilaian Hasil Pantun Ardian Syah Fermana ................................ ............. 55

Tabel 4.9 Penilaian Hasil Pantun Ayu Maya Afrilia........................................ ............. 57

Tabel 4.10 Penilaian Hasil Pantun Fahmi Abdillah Askar .............................. ............. 59

Tabel 4.11 Penilaian Hasil Pantun Hasby Asidqi ........................................... ............. 61

Tabel 4.12 Penilaian Hasil Pantun Ispan Egi .................................................. ............. 63

Tabel 4.13 Penilaian Hasil Pantun Izat Ibrahim .............................................. ............. 65

Tabel 4.14 Penilaian Hasil Pantun M. Arba Rifa’i ......................................... ............. 67

Tabel 4.15 Penilaian Hasil Pantun Maharani Dwi R ...................................... ............. 69

vii

Page 12: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

Tabel 4.16 Penilaian Hasil Pantun Mayang Aprilia Sari ................................ ............. 71

Tabel 4.17 Penilaian Hasil Pantun M. Raihan Putra Sinva Pratama ............... ............. 73

Tabel 4.18 Penilaian Hasil Pantun M. Raihan Nur Ramadhan ....................... ............. 75

Tabel 4.19 Penilaian Hasil Pantun M. Razak Haikal ...................................... ............. 77

Tabel 4.20 Penilaian Hasil Pantun Nur Halimah ............................................. ............. 79

Tabel 4.21 Penilaian Hasil Pantun Pria Akbar ................................................ ............. 81

Tabel 4.22 Penilaian Hasil Pantun Rafi Thoriq .............................................. ............. 83

Tabel 4.23 Penilaian Hasil Pantun Romi David Rizki .................................... ............. 85

Tabel 4.24 Penilaian Hasil Pantun Sarah Febriana ......................................... ............. 87

Tabel 4.25 Penilaian Hasil Pantun Saskia Dinanti .......................................... ............. 90

Tabel 4.26 Penilaian Hasil Pantun Siti Faizah ................................................ ............. 92

Tabel 4.27 Penilaian Hasil Pantun Tuffahatul Azijah ..................................... ............. 94

Tabel 4.28 Penilaian Hasil Pantun Yuli Yanah ............................................... ............. 96

Tabel 4.29 Penilaian Hasil Pantun Yuni Anggraini ........................................ ............. 98

Tabel 4.30 Hasil Pencapaian Siswa Kelas VII ................................................ ........... 100

Tabel 4.31 Tabel KKM ................................................................................... ........... 101

viii

Page 13: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Uji Referensi

Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Pantun Siswa

Lampiran 6 : Transkrip Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lampiran 7 : Transkrip Hasi Wawancara dengan Siswa Kelas VII

Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 9 : Foto-foto Kegiatan Penelitian.

ix

Page 14: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Seluruh keterampilan berbahasa bisa dipelajari dan dilatih.

Semakin dilatih, kemampuan berbahasa seseorang akan semakin baik.

Pembelajaran bahasa selalu ada dalam setiap jenjang pendidikan. Ini

membuktikan bahwa pembelajaran bahasa merupakan salah satu

pembelajaran yang sangat penting bagi setiap siswa.

Secara garis besar, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia memuat

empat macam keterampilan berbahasa. Di antaranya yaitu keterampilan

menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Keempat macam keterampilan tersebut, berguna

dalam kehidupan bermasyarakat.

Keterampilan menulis merupakan tahapan level yang paling

kompleks di antara keterampilan berbahasa yang lain. Jika seorang anak

atau siswa sudah mampu menyimak, berbicara dan membaca dengan baik,

maka tahapan selanjutnya yaitu siswa akan diajarkan bagaimana caranya

menulis dengan baik. Pada praktiknya, setiap siswa akan diajarkan

berbagai macam keterampilan menulis, seperti; menulis puisi, pantun,

prosa, drama, teks pidato, surat dan lain sebagainya.

Penulis mengatakan bahwa menulis itu penting, karena selain

menulis itu dibutuhkan di masyarakat, menulis juga merupakan suatu

kegiatan yang mengharuskan penulisnya menggunakan daya pikir dengan

baik. Seseorang dapat menulis dengan baik, tentulah hal itu tidak didapat

begitu saja, melainkan karena telah melalui proses belajar, baik itu belajar

secara formal maupun non-formal.

Setiap siswa dituntut untuk mampu menulis dengan baik. Maka

dari itu harus berlatih sejak dini. Di antara beberapa macam keterampilan

berbahasa, nampaknya keterampilan menulislah yang masih kurang begitu

diminati dari para siswa dan nampaknya butuh perhatian lebih.

1

Page 15: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

2

Keterampilan menulis ini tidak dapat dipisahkan dari siswa, sebab

keterampilan menulis dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Sebagai mata pelajaran pokok, mata pelajaran bahasa Indonesia

seharusnya disukai oleh setiap siswa. Dengan tujuan agar tumbuh

kecintaan yang mendalam pada bahasa Indonesia, sehingga bisa memupuk

dan menumbuhkan apresiasi yang tinggi terhadap bahasa Indonesia.

Tetapi, pada masa ini, mata pelajaran bahasa Indonesia seolah-olah

terpinggirkan dan dianggap kurang penting bagi sebagian orang. Hal ini

tentu sangat berdampak pada para siswa di sekolah. Guru mata pelajaran

bahasa Indonesia pun menjelaskan materi pelajaran bahasa Indonesia

cenderung menggunakan metode konvensional saja, seperti ceramah.

Metode pengajaran yang konvensional semacam itu membuat jenuh para

siswanya dan akhirnya mereka cepat merasa bosan atau bahkan sampai

tidak memiliki ketertarikan sama sekali dengan mata pelajaran bahasa

Indonesia. Kalau saja guru bisa lebih kreatif, bahasa Indonesia tentu akan

menjadi mata pelajaran yang sangat menyenangkan.

Lebih lanjut, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa akan

diajarkan mengenal banyak karya sastra. Misalnya berupa cerpen, puisi,

novel, dan lain sebagainya. Salah satu jenis puisi lama yang menarik untuk

dikaji yaitu, pantun. Sebagai warga negara yang mencintai adat dan

kebudayaan, tentunya siswa tidak hanya sekadar menikmati keindahan

pantun saja, melainkan harus mempelajarinya juga. Pada masa ini,

masyarakat seringkali salah kaprah mengenai pantun. Pantun yang

berkembang di masyarakat, seperti pantun-pantun yang sering dilontarkan

dalam tayangan-tayangan televisi, adalah bukan sebuah pantun, melainkan

karmina atau pantun kilat. Pantun dan karmina memiliki ciri-ciri yang

berbeda. Kesalahpahaman tersebut disebabkan karena kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang pantun.

Sementara itu, dalam dunia pendidikan, pantun sudah dikenalkan

sejak jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Sedangkan keterampilan

menulis pantun, mulai diajarkan pada jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP).

Page 16: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

3

Penulis merasa sangat prihatin dengan melihat kondisi di lapangan, siswa

sering merasa kesulitan ketika disuruh menulis sebuah pantun. Kalau saja

mereka menyadarinya, menulis pantun bukanlah hal yang sulit asalkan

siswa mengetahui kaidah-kaidah dalam penulisan pantun. Selain itu,

menulis pantun juga merupakan hal yang menyenangkan, karena dapat

mengasah kemampuan berpikir serta kreativitas dari para siswa. Setiap

siswa bisa mendapatkan inspirasi dari mana saja untuk dapat menulisnya,

dan harus tetap menyesuaikan dengan jenis pantun yang ingin dibuat.

Seperti pantun nasihat, pantun agama, pantun jenaka, dan lain sebagainya.

Siswa membutuhkan kepekaan terhadap keadaan sekitar dan juga

kreativitas menulis pantun.

Kurangnya pengetahuan siswa tentang pantun dan kaidah-kaidah

penulisan pantun (cara menulis pantun yang benar) juga dapat menjadi

salah satu faktor penyebab kesulitan mereka terhadap penulisan pantun,

sehingga siswa kurang tertarik dalam menulis pantun. Di sinilah guru

mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan pengetahuan yang

cukup kepada para siswanya. Selain itu, sebagian besar siswa juga jarang

ada yang berinisiatif mencari informasi sendiri terkait pantun di

perpustakaan. Gurulah yang menjadi pintu utama pengetahuan siswa

tentang pantun dan cara menulisnya. Guru bisa memberikan pemahaman

pada mereka mengenai hakikat pantun, ciri-ciri pantun, jenis-jenis pantun,

dan bentuk-bentuk pantun. Selain memberikan pengetahuan umum tentang

pantun, guru juga harus memberikan pedoman penulisan pantun yang

baik. Jika guru mampu memberikan pengetahuan ini dan ilmunya tertanam

pada diri siswanya, niscaya para siswa tidak akan merasa kesulitan lagi

ketika disuruh membuat atau menulis sebuah pantun.

Tidak hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dasar tentang

menulis dan pemahaman pantun saja, guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia haruslah menguasai berbagai macam media pembelajaran, agar

ilmu yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh para siswa. Penulis

melihat fakta di lapangan bahwa jika hanya sebatas siswa disuruh menulis

pantun saja tanpa adanya media lain yang mendukung, siswa masih sering

Page 17: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

4

merasa kesulitan dalam menulisnya, karena menulis pantun membutuhkan

kreativitas dan imajinasi yang baik.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang

guru dalam materi pembelajaran penulisan pantun adalah bisa dengan

menggunakan media cerita rakyat. Hampir rata-rata setiap anak pasti

menyukai kisah-kisah cerita rakyat. Seorang guru haruslah mengambil

peluang ini, guru bisa memanfaatkan cerita rakyat sebagai media

pembelajaran di sekolah. Sebetulnya masih banyak sekali media

pembelajaran yang dapat dimanfaatkan bagi guru, namun karena

minimnya pengetahuan guru terkait media pembelajaran, menjadikan para

guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran. Oleh sebab itu

guru wajib mempunyai pengetahuan terkait media pembelajaran.

Lebih lanjut, pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan

media cerita rakyat; Batu Menangis dari Kalimantan Barat. Penulis

memilih cerita rakyat tersebut karena fakta di lapangan menunjukkan

siswa belum pernah mendengar cerita rakyat berjudul Batu Menangis.

Cerita Rakyat; Batu Menangis dipilih karena selain siswa belum pernah

mendengar cerita rakyat tersebut, cerita rakyat tersebut juga mengandung

pesan nilai-nilai moral yang baik, yaitu mengajarkan kepada setiap orang

untuk tidak berbuat durhaka kepada orang tua.

Tidak hanya memberikan cerita rakyat tersebut saja, penulis juga

memberikan pengetahuan kepada siswa tentang hakikat cerita rakyat dan

juga jenis-jenis cerita rakyat. Dengan adanya media cerita rakyat tersebut,

penulis berharap imajinasi siswa akan lebih terbuka, dan ketika siswa

disuruh menulis pantun, diharapkan siswa dapat dengan mudah

menulisnya.

Melihat dari latar belakang masalah tersebut, seorang guru pada

masa ini haruslah menjadi seorang guru yang kreatif, terlebih lagi pada

zaman sekarang teknologi sudah semakin canggih. Guru bisa

menggunakan dan memanfaatkan berbagai macam media, untuk

membantu proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar kegiatan

pembelajaran bisa lebih menarik, kemudian siswa juga tidak jenuh dan

Page 18: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

5

akhirnya mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran bahasa

Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis pantun.

Penelitian ini merupakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui

sejauh mana siswa dapat memanfaatkan media cerita rakyat; Batu

Menangis, dalam penulisan pantun. Lebih lanjut, penulis berharap dengan

adanya media cerita rakyat ini, siswa dapat menulis pantun dengan baik

sesuai dengan media cerita yang penulis sajikan. Tanpa media, siswa

seringkali merasa kesulitan dalam menulisnya. Penggunaan media cerita

rakyat dipilih dalam menulis pantun untuk memudahkan siswa dalam

menemukan inspirasi dan kemudian mampu mengekspresikan ke dalam

bentuk tulisan menjadi sebuah pantun. Berdasarkan latar belakang yang

sudah penulis paparkan di atas, penggunaan media yang tepat diharapkan

mampu menjadi solusi atas permasalahan yang ada di lapangan. Fokus

penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pemanfaatan cerita rakyat;

Batu Menangis, dalam keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII

MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, Tangerang Selatan, tahun pelajaran

2018/2019.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka penulis akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut.

1. Siswa kurang berminat dengan pelajaran menulis.

2. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang kreatif dalam

menyampaikan materi, sehingga membuat siswa kurang begitu tertarik

dengan pelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam pelajaran menulis

pantun.

3. Siswa sering merasa kesulitan ketika menulis pantun.

4. Siswa kurang memiliki pengetahuan tentang pantun dan kaidah-

kaidah penulisan pantun.

5. Guru kurang memiliki pengetahuan terkait media pembelajaran.

6. Siswa belum pernah mendengar cerita rakyat berjudul Batu Menangis.

Page 19: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

6

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, maka

masalah-masalah dalam penelitian ini dibatasi pada persoalan pemanfaatan

cerita rakyat; Batu Menangis, dalam keterampilan menulis pantun pada

siswa kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, Tangerang Selatan,

Tahun Pelajaran 2018/2019.

D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pemanfaatan cerita rakyat; Batu Menangis dalam

keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs. Nurul Falah

Pondok Ranji, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2018/2019?

2. Apakah cerita rakyat; Batu Menangis dapat memotivasi siswa dalam

menulis pantun?

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan sejauh mana pemanfaatan cerita rakyat; Batu

Menangis dalam keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII

MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, Tangerang Selatan tahun pelajaran

2018/2019.

2. Mengetahui sejauh mana cerita rakyat; Batu Menangis dapat

memotivasi siswa dalam menulis pantun.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya

pengetahuan, khususnya pengetahuan dalam menulis pantun bagi

pembaca secara umum dan siswa sekolah secara khusus.

Page 20: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

7

2. Manfaat Praktis

Manfaat atau kegunaan bagi pembaca dan masyarakat yaitu untuk

menyampaikan informasi bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia

sangat penting, khususnya dalam kegiatan pembelajaran menulis di

sekolah, dan mengajak para guru serta siswa sekalian untuk lebih

mencintai bahasa Indonesia dengan lebih kreatif lagi dalam

memanfaatkan media pembelajaran yang ada.

.

Page 21: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Menulis 1. Hakikat Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau

informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa

dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau

pensil1. Pengertian lain tentang menulis yaitu menulis adalah keterampilan

produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu

keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan

berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata

dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan

pikiran-pikiran dalam suatu struktur yang teratur.2

Lado dalam Mukhsin Ahmadi mengemukakan mengenai hakikat

menulis, “Menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis

yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang

lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian

satuan-satuan ekspresi bahasa.”3 Sementara itu, M.E. Fowler dalam Mukhsin

Ahmadi, menyatakan “Dalam proses pengajaran, menulis merupakan suatu

proses yang kompleks yang merupakan keterampilan berbahasa yang

meminta perhatian paling akhir di sekolah”.4

Lebih lanjut, Charles H.Vivian dalam Mukhsin Ahmadi, menyatakan

pendapatnya tentang menulis, sebagai berikut.

1 Alek dan Ahmad, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2009), Cet.I, h. 66.

2 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet.I, h. 130. 3 Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang, 1990), Cet.I, h. 28. 4 Ibid.

8

Page 22: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

9

Menulis sering dipandang berlebihan sebagai suatu ilmu dan seni karena di samping memiliki aturan-aturan, pada unsur-unsurnya, juga mengandung tuntutan bakat yang menyebabkan suatu tulisan tidak semata-mata sebagai batang tubuh sistem yang membawakan makna atau maksud, tetapi juga membuat penyampaian maksud tersebut menjadi unik, menarik, dan menyenangkan pembacanya.5 Pandangan menulis menurut Hull dalam I Made Sutama, “menulis

adalah aktivitas sosial”.6 McCutchen dalam I Made Sutama menyatakan

“untuk dapat menulis dengan baik, diperlukan bukan hanya pengetahuan

tentang topik yang akan ditulis, tetapi juga pengetahuan tentang pola atau

struktur wacana”.7 Singkatnya, menulis sebagai sebuah keterampilan

berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan,

perasaan, dan pemikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain

dengan menggunakan media tulisan. Setiap penulis pasti memiliki tujuan

dengan tulisannya itu, antara lain, mengajak, menginformasikan,

meyakinkan, membujuk atau menghibur pembaca.8

Pendapat mengenai belajar menulis dikemukakan oleh D’Angelo

dalam Henry Guntur Tarigan. Beliau menyatakan “Belajar menulis adalah

belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu”.9 Menulis ialah menurunkan

atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu

bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat

membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami

bahasa dan gambaran grafik itu.10

Berdasarkan berbagai pemaparan mengenai menulis di atas, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis ialah suatu proses

menuangkan pikiran ke dalam suatu media sebagai bentuk

mengekspresikan diri disertai dengan aturan-aturan tertentu.

5 Ibid. 6 I Made Sutama, Pembelajaran Menulis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. I, h.

19. 7 Ibid., h. 20. 8 Daeng Nurjamal, dkk., Terampil Berbahasa Menyusun Karya Tulis Akademik,

Memandu Acara (MC-Moderator), dan Menulis Surat, (Bandung: Alfabeta, 2017), Cet. VII, h. 69. 9 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV.

Angkasa, 2013), h. 23. 10 Ibid., h. 22.

Page 23: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

10

2. Tujuan Pengajaran Menulis

Program pengajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk

mencapai tujuan-tujuan berikut:

a. Mendorong siswa/mahasiswa untuk menulis dengan jujur dan

bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa

secara berhati-hati, integritas, dan sensitif;

b. Merangsang imajinasi dan daya pikir untuk intelek siswa/mahasiswa

c. Menghasilkan tulisan/karangan yang bagus organisasinya, tepat, jelas,

dan ekonomis penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala

sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran.11

Tarigan mengemukakan tujuan menulis, antara lain: (1).

Memberitahukan/mengajar, (2). Meyakinkan atau mendesak, (3).

Menghibur atau menyenangkan, dan (4). Mengutarakan atau

mengekspresikan perasaan dan emosi berapi-api.12 Hugo Hartig dalam

Tarigan juga mengungkapkan mengenai tujuan menulis, Hugo Hartig

merangkumnya sebagai berikut:

a. Tujuan Penugasan (assignment purpose)

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan

sendiri (seperti para siswa yang diberi tugas merangkum buku).

b. Tujuan altruistic (altruistic purpose)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedudukan para pembaca memahami, menghargai perasaan dan

penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih

menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak dapat menulis

secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun secara

tidak sadar bahawa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah

“lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah keterbacaan sebagai

tulisan.

c. Tujuan persuasif (persuasive purpose)

11 Ahmadi, Loc. Cit. 12 Tarigan, Op. Cit., h. 24.

Page 24: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

11

Penulis yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan.

d. Tujuan penerangan (informational purpose)

Penulis bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada para

pembaca.

e. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose)

Penulisan bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada

para pembaca.

f. Tujuan kreatif (creative purpose)

Tujuan ini berkaitan dengan tujuan pernyataan diri. Namun demikian,

“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri karena melibatkan

dirinya dengan keinginan mencapai norma atistik, atau seni yang

ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai

artistik, nilai-nilai kesenian.13

Dalam sebuah literatur Bahasa Inggris, dikatakan bahwa

“effective writers ussually have a purpose in mind and construct their

writing eith a view to achieving that purpose.”14 Yang artinya

keefektivan penulis biasanya mempunyai tujuan dalam pikiran dan

bentuk tulisan mereka untuk melihat bagaimana tujuannya.

Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai tujuan menulis

di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada dasarnya tujuan dari

menulis adalah sebagai bentuk ekspresi diri, sebagai wadah untuk

menuangkan pikiran serta gagasan dan untuk memberikan informasi,

baik kepada diri diri sendiri maupun kepada pembaca.

3. Langkah-langkah dalam Menulis

Alek dan Achmad H.P mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, langkah-langkah dalam menulis,

yaitu:

a. Persiapan (preparation)

13 Ibid., h. 25-26. 14 Jeremy Harmer, How to Teach Writing, (England: Longman, 2004), h. 39.

Page 25: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

12

1) Buat kerangka tulisan

2) Temukan idiom yang menarik

3) Temukan kata kunci

b. Menulis (writing)

1) Ingatkan diri agar tetap logis

2) Baca kembali setelah menyelesaikan satu paragraph

3) Percaya diri akan apa yang telah ditulis

c. Editing

1) Perhatikan kesalahan kata, tanda baca dan tanda hubung

2) Perhatikan hubungan antar paragraph

3) Baca esai secara keseluruhan15

Lebih lanjut, Heru Kurniawan dan Sutardi, dalam bukunya yang

berjudul Penulisan Sastra Kreatif memaparkan langkah-langkah atau

tahapan dalam menulis secara umum, yaitu:

a. Tahap pencarian ide dan pengendapan.

Modal dasar dalam menulis adalah ide, gagasan, inspirasi, atau ilham

dan sebagainya yang menjadi hal yang akan dikembangkan menjadi

cerita, puisi, ataupun novel. Oleh karena itu, langkah awal dalam

menulis adalah menyiapkan ide sebagai bahan membuat cerita (sumber

inspirasi). Dalam menulis karya sastra, seperti yang sudah dijelaskan di

awal, idealnya sumber ide (inspirasi) itu datang dari setiap peristiwa

atau hal-hal yang dijumpai atau dialami setiap hari, misalnya, cinta,

kesedihan, kemiskinan, kerinduan, Tuhan, rumah, airmata, dan

sebagainya.16

Sesungguhnya, saat kita mendapatkan momen estetik sebagai sumber

inspirasi itu, untuk kemudian dijadikan bahan cerita maka sumber

inspirasi itu akan diendapkan dan dikreasikan dalam pikiran dan

perasaan kita.17

b. Tahap penulisan

15 Alek dan Achmad H.P, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 107.

16 Heru Kurniawan dan Sutardi, Penulisan Sastra Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. I, h. 15.

17 Ibid., h. 17.

Page 26: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

13

Jika ide dan kemungkinan-kemungkinan dramatisasi peristiwa atau

logika cerita atau puisi sudah dikuasi maka segera tuliskan. Tuliskan.

Tuliskan. Tanpa menunda-nunda waktu karena apa yang menurut Anda

peristiwa terbaik hari ini, belum pasti menjadi yang terbaik besok. Esok

Anda akan menjumpai banyak perstiwa lagi, dan kita bisa mendapatkan

peristiwa yang membuat kita ingin menulis lagi. Jika ini terjadi maka

peristiwa atau ide yang kemarin didapat akan hilang sia-sia. Tidak bisa

terdokumentasikan menjadi karya sastra.18

c. Tahap editing dan revisi

d. Editing adalah pemeriksaan kembali karya yang baru kita tulis dari

aspek kebahasaannya, baik kesalahan kata, frasa, tanda baca, penulisan,

sampai ke kalimat-kalimatnya; sedangkan revisi adalah pemeriksaan

kembali karya yang baru ditulis dari aspek isi (content) atau logika

cerita.19

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menulis yaitu adanya

persiapan (mencari ide, dan sebagainya), kemudian lakukan tahap penulisan,

dan selanjutnya masuk dalam tahap edit (perbaikan).

4. Penulisan Huruf dan Ejaan

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

awal kalimat, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan

langsung, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan

ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan,

termasuk kata ganti untuk Tuhan, huruf kapital dipakai sebagai huruf

pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti

nama orang, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang,

huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang,

huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,

18 Ibid., h. 18-19. 19 Ibid., h. 21.

Page 27: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

14

dan bahasa, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,

bulan, hari, dan hari raya, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

unsur-unsur nama diri geografi, huruf kapital dipakai sebagai huruf

pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga

ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, huruf kapital dipakai

sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat

pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen

resmi, dan judul karangan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

semua kata, kecuali kata tugas, huruf kapital dipakai sebagai huruf

pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan

dengan nama diri.20

b. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,

kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu

kata.21

B. Pantun 1. Hakikat Pantun

Pantun merupakan bentuk puisi asli Indonesia. Pada awalnya pantun

berasal dari daerah Minangkabau (Sumatra Barat).22 Pada dasarnya sebuah

pantun terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri atas baris pertama dan

kedua. Bagian pertama pantun hanya menggambarkan keadaan suatu objek

yang ada di alam sekitar penggubahnya. Bagian tersebut seolah-olah hanya

sekadar untuk menyiapkan irama dan bunyi untuk mewujudkan maksud

penggubahnya yang akan dinyatakan pada baris ketiga dan keempat. Bagian

kedua sebuah pantun terdiri atas baris ketiga dan keempat. Bagian ini berisi

maksud penggubahnya untuk menyatakan perasaan dan pikirannya. Bagian ini

merupakan bagian inti dari suatu pantun.23

20 TIM Penulis PUEBI, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), Cet. I, h. 14-20.

21 Ibid, h. 32. 22 Nunung Yuli Eti, Seluk-Beluk Sastra Lama, (Klaten: PT. Intan Pariwara, 2009), Cet.

III, h. 10. 23 Ibid., h. 10-11.

Page 28: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

15

Pada awal mula sejarahnya, pantun masih disisipkan di dalam teks-teks

buku sejarah Melayu dan kitab-kitab syair karangan para penulis buku-buku

berbahasa Melayu. Dibandingkan dengan genre/jenis puisi rakyat lainnya,

pantun merupakan puisi rakyat yang murni berasal dari kecerdasan linguistik

lokal genius bangsa Indonesia sendiri.24

Ada banyak pendapat tentang asal kata pantun. Pendapat asal kata

pantun sebagai berikut.

a. Kata pantun berasal dari kata umpama, misal, dan seperti.

b. Kata pantun berasal dari bahasa Jawa, yaitu pantun atau pari. Pantun atau

pari berarti padi.

c. Kata pantun berasal dari kata Vtun. Kata Vtun berasal dari bahasa Kawi

tuntun atau tuntunan yang berarti mengatur. Dalam bahasa Filipina tuntun

berarti teratur. Dalam bahasa Tagalog tuntun berarti bicara menurut aturan

tertentu. Dengan kata lain, pantun berarti aturan atau susunan.25

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, penulis berkesimpulan

bahwa pantun merupakan puisi asli Indonesia yang di dalamnya memuat

sebuah pesan, terikat dengan aturan dan juga memiliki ciri khas tertentu

dalam bentuk penulisannya.

2. Ciri-ciri Pantun

Pantun merupakan puisi yang memiliki ketentuan-ketentuan sebagai

berikut.

a. Terdiri atas empat baris

b. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.

c. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya disebut isi

pantun.

24 Tajuddin Noor Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia (Pantun, Puisi, Syair, Peribahasa, Gurindam, dan Majas), (Yogyakarta: Araska, 2015), Cet. I, h. 9

25 Wendi Widya R.D, Bedah Puisi Lama, (Klaten: PT. Intan Pariwara, 2009), Cet. IV, h. 5.

Page 29: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

16

d. Pantun mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b. Bunyi akhir baris

pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama

dengan baris keempat.26

Sementara itu, Weni Widya R.D, dalam bukunya yang berjudul Bedah

Puisi Lama mengemukakan, pantun mempunyai ciri khas tertentu sebagai

berikut.

a. Tiap bait terdiri atas empat larik.

b. Tiap larik terdiri atas empat sampai enam kata.

c. Tiap larik terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.

d. Larik pertama dan kedua merupakan sampiran.

e. Larik ketiga dan keempat merupakan isi.

f. Rima akhir larik bersajak abab.

g. Larik pertama dan ketiga mempunyai bunyi akhir yang sama. Larik kedua

dan keempat juga mempunyai bunyi akhir yang sama. Atau keempatnya

memiliki bunyi akhir yang sama.

h. Isi pantun mengungkapkan suatu perasaan.27

Rachmat Djoko Pradopo mengungkapkan ciri-ciri formal pantun

sebagai berikut.

a. Satu bait terdiri dari empat baris (larik).

b. Tiap larik terdiri dua bagian yang sama. Bagian yang sama pembentuk

larik itu disebut periodus. Jadi, tiap larik terdiri dari dua periodus. Tiap

periodus terdiri dari dua kata.

c. Pola sajak (rima) akhir pantun berupa sajak berselang: a-b-a-b.

d. Pantun terbagi menjadi dua bagian, yaitu baris kesatu dan baris kedua

disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi.

e. Dalam pantun, satu bait sudah lengkap. Dalam arti, satu bait sudah utuh

tidak perlu ditambah lagi meskipun ada juga pantun yang lebih dari satu

bait.

f. Pantun bersifat liris, berupa perasaan atau pikiran.28

26 E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012), Cet. I, h. 125-126.

27 Widya R.D, Op.Cit., h. 6.

Page 30: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

17

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis berkesimpulan

mengenai ciri-ciri pantun secara umum, yakni tiap bait terdiri dari empat

baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak/berima a-b-a-b/a-a-a-a,

memiliki sampiran dan isi.

3. Jenis-jenis Pantun

Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:

a. Pantun Anak-Anak

Pantun anak-anak berisi tentang dunia anak-anak. Umumnya pantun anak-

anak digunakan pada saat bermain atau bersenda gurau. Pantun anak-anak

menggambarkan perasaan yang dialami anak-anak. Perasaan yang dialami

anak-anak biasanya sukacita dan dukacita. Oleh karena itu, pantun anak

dibagi menjadi pantun sukacita dan dukacita.29

1) Pantun Sukacita

Pantun sukacita berisi ungkapan yang menyatakan sukacita atau

kegembiraan. Perasaan sukacita bisa terjadi dalam semua kejadian atau

peristiwa. Misalnya kegembiraan saat bertemu keluarga. Saat mendapat

barang baru. Saat bermain. Saat mengungkapkan rasa sayang pada

keluarga.

2) Pantun Dukacita

Pantun dukacita berisi ungkapan yang menyatakan perasaan sedih atau

duka. Perasaan sedih saat ditinggal orang tua. Sedih saat meratapi nasib

yang yatim piatu. Sedih karena mempunyai orang tua tiri.

b. Pantun Remaja (Muda) atau Dewasa

Pantun dewasa umumnya digunakan oleh orang dewasa, termasuk juga

remaja. Pantun dewasa menggambarkan kehidupan orang dewasa dan remaja.

Tema pantun ini biasanya tentang cinta dan perjuangan hidup. Pantun dewasa

atau remaja dibagi menjadi lima jenis.30

1) Pantun Perkenalan

28 Rachmat Djoko Pradopo, Materi Pokok Puisi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. III, h. 2.5.

29 Ibid. 30 Ibid., h. 8.

Page 31: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

18

Dahulu pantun perkenalan digunakan oleh pemuda untuk berkenalan

dengan pemudi yang ia temui. Pantun perkenalan berisi ungkapan perasaan

hati untuk berkenalan. Biasanya juga berisi sanjungan atau pujian terhadap

orang yang akan diajak berkenalan. Pantun perkenalan harus dibuat

dengan hati-hati. Jangan sampai pantun yang dibuat menyinggung

perasaan orang lain. Pantun perkenalan boleh diterima atau boleh tidak.

Contoh:

Biduk kecil biduk bercadik Telah bertolak dari pangkalan Kalau berkenan di hati adik Bolehkah kakak hendak berkenalan31

2) Pantun Berkasih-kasihan

Setelah menerima pantun perkenalan, pemuda-pemudi bisa berkasih-

kasihan. Pantun berkasih-kasihan biasanya berisi curahan hati, perasaan

senang, perasaan tidak ingin berpisah, pujian, dan sanjungan.

Contoh:

Kalau tuan mandi dahulu Ambilkan saya bunga kamboja Kalau tuan mati dahulu Nantikan saya di pintu surga32

3) Pantun Perpisahan

Pantun perpisahan disebut juga pantun perceraian. Pantun perpisahan

dibuat untuk menyatakan akhir dari hubungan berkasih-kasihan. Pantun

perpisahan berisi kenangan indah yang pernah dilalui, perasaan sedih, atau

perasaan tidak ingin berpisah.

4) Pantun Beriba Hati

Pantun beriba hati menyatakan perasaan sedih ditinggal atau ditolak sang

kekasih. Oleh karena itu, pantun beriba hati berisi penyesalan,

kekecewaan, atau terkadang ancaman. Terkadang pantun beriba hati berisi

pernyataan untuk mengasihi diri sendiri.

5) Pantun Dagang

Pantun dagang disebut juga pantun nasib. Pantun dagang ditulis orang saat

mengenang nasibnya. Pantun dagang berisi perasaan yang dialami oleh

31 Eti, Op.Cit., h. 12. 32 Ibid.

Page 32: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

19

seseorang. Baik perasaan tertekan, sedih, atau merana karena harus jauh

dari tempat tinggal.

c. Pantun Orang Tua

Pantun orang tua berisi tentang pengajaran yang diberikan orang yang lebih

tua kepada orang yang lebih muda. Selain pengajaran, pantun orang tua juga

berisi nasihat, ibarat (perumpamaan), atau sindiran.33

Pantun orang tua dibagi menjadi lima jenis.

1) Pantun Adat

Pantun adat berisi pengajaran untuk menjaga adat yang berlaku. Dengan

adanya pantun adat, orang muda diharapkan dapat menjunjung tinggi adat dan

kebudayaan yang dianut. Anak muda diharapkan tidak menyimpang dari adat

yang telah ditentukan.

2) Pantun Nasihat

Pantun nasihat berisi nasihat. Pantun nasihat dibuat agar orang yang diberi

nasihat selalu ingat dan melakukan nasihat.34 Contoh pantun nasihat:

Berburu ke padang datar Mendapat rusa belang kaki Berguru kepalang ajar Bagai bunga kembang tak jadi.35

3) Pantun Agama

Pantun agama berisi pengajaran untuk taat kepada agama yang dianut. Pantun

agama akan mengingatkan siapapun untuk melakukan ajaran agama yang

mereka anut dan kembali kepada yang Maha Kuasa.

4) Pantun Budi

Pantun budi berisi pengajaran untuk berbuat baik kepada semua orang.

Pantun budi juga akan mengingatkan bahwa kebaikan yang dibuat seseorang

tidak akan hilang.

5) Pantun Kepahlawanan

Pantun kepahlawanan memberi semangat kepada seseorang untuk melakukan

sesuatu dan berjuang. Pantun kepahlawanan juga dapat digunakan untuk

33 Widya R.D, Op.Cit., h. 10. 34 Ibid. 35 Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. II,

h. 11.

Page 33: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

20

menunjukkan jasa pahlawan. Dengan demikian, kita tidak akan melupakan

jasa para pahlawan.

d. Pantun Teka-teki

Pantun teka-teki berisi pertanyaan yang bisa dijawab. Pantun teka-teki biasa

digunakan anak-anak untuk bermain tebak-tebakan atau berbalas pantun.36

e. Pantun Jenaka

Pantun jenaka digunakan orang untuk menghibur hati dan bersenang-senang.

Pantun jenaka berisi pernyataan yang akan membuat orang lain tertawa atau

tersenyum geli. Pantun jenaka dibuat untuk menghibur orang, tidak untuk

menghina siapa pun. Dengan pantun jenaka, orang diharapkan dapat bergembira

dan melupakan sejenak masalah yang menghimpitnya.37

Berdasarkan pemaparan mengenai jenis-jenis pantun di atas, maka penulis

dapat menyimpulkan, bahwa jenis-jenis pantun terdiri dari (1) pantun anak-anak,

(2) pantun remaja (muda) atau dewasa, (3) pantun orang tua, (4) pantun teka-teki,

dan (5) pantun jenaka.

4. Bentuk-Bentuk Pantun

Pantun memiliki beberapa variasi bentuk. Bentuk-bentuk pantun lainnya adalah

sebagai berikut.

a. Pantun Berkait

Pantun berkait disebut juga pantun berantai atau seloka. Pantun berkait adalah

pantun yang terdiri atas beberapa bait, dan bait yang satu dengan bait lainnya

sambung menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai

kembali pada baris pertama dari ketiga pada bait kedua. Demikianlah pula

hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.38

Contoh:

Sarang garuda di pohon beringin Buah kemuning di dalam puan Sepucuk surat dilayangkan angin Putih kuning sambutlah Tuan

Buah kemuning di dalam puan Dibawa dari Indragiri

36 Widya R.D, Op.Cit., h. 13. 37 Ibid. 38 Kosasih, Op.Cit., h. 126.

Page 34: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

21

Putih kuning sambutlah Tuan Sambutlah dengan si tangan kiri

Dibawa dari Indragiri Kabu-kabu dalam perahu Sambutlah dengan si tangan kiri Seorang makhluk janganlah tahu

b. Talibun

Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan atau

sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri

atas sampiran dan isi. Jika talibun itu enam baris, maka tiga baris pertama

merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi.39

Contoh:

Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak beli Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari Induk semang cari dahulu

c. Pantun Kilat

Pantun kilat atau karmina ialah pantun yang terdiri atas dua baris: baris

pertama merupakan sampiran dan baris kedua isinya.40

Contoh:

Gendang gendut, tali kecapi

Kenyang perut, senanglah hati

Pinggan tak retak, nasi tak ingin

Tuan tak hendak, kami tak ingin

Berdasarkan pemaparan mengenai bentuk-bentuk pantun di atas, maka

penulis dapat menyimpulkan, bahwa bentuk-bentuk pantun terdiri dari 3 bentuk,

yaitu pantun berkait, talibun, dan pantun kilat.

39 Ibid. 40 Ibid., h. 127.

Page 35: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

22

C. Media Pembelajaran 1. Hakikat Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Gerlach & Ely mengatakan

bahwa: Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat sikap siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.41

Lebih lanjut, Heinich, dan kawan-kawan mengemukakan sebagai berikut.

Istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.42 Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan

istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh

Hamalik di mana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan

lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang

disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne’ dan Briggs secara implisit

mengatakan bahwa “Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik

digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari

antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film,

slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.”43

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pembelajaran.44 Media pembelajaran yang bisa

41 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. XIII, h. 3.

42 Ibid., h. 4. 43 Ibid. 44 Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran, (Jakarta: Kata Pena, 2016), h. 3.

Page 36: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

23

digunakan dalam pembelajaran kreatif bahasa Indonesia yang natural,

misalnya tanaman, batu-batuan, kayu, benda-benda di sekitar yang berserak,

atau perabotan tidak dipakai. Media pembelajaran lainnya adalah media

atifisial, yaitu media pembelajaran buatan yang sudah didesain dan dirancang

khusus oleh guru.45

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa media adalah perantara atau alat untuk mengantar

informasi dari suatu sumber kepada si penerima.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar, dua unsur yang sangat penting adalah

metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis

media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain

yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan

pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah

pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik

siswa. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar

yang ditata dan diciptakan oleh guru.46

Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan

pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan

didasarkan pada penggunanya. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada

media terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran

berfungsi sebagai sumber belajar; (2) fungsi semantik, dan (3) fungsi

manipulatif. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunanya (anak

didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-

kultural.47

a. Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar

45 Heru Kurniawan, Pembelajaran Kreatif Bahasa Indonesia; Kurikulum 2013, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. I, h. 87.

46 Arsyad, Op.Cit., h. 15. 47 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 36.

Page 37: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

24

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar.

Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni

sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Fungsi media

pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya di samping

fungsi-fungsi lain.

b. Fungsi Semantik

Kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal)

yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak

verbalistik).

c. Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang

dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua

kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi

keterbatasan inderawi.

d. Fungsi Psikologis

1) Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa

terhadap materi ajar.

2) Fungsi Afektif

Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat

penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.

3) Fungsi Kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan

menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek

yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau

kejadian/peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan

dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang

dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.

4) Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan

imajinasi siswa.

5) Fungsi Motivasi

Page 38: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

25

Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam

hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan

menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

e. Fungsi Sosio-Kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-

kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran.48

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis berkesimpulan bahwa fungsi

dari adanya media yaitu sebagai alat bantu mengajar yang disesuaikan dengan

kebutuhan di kelas.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Suparno mengemukakan, media pembelajaran bahasa Indonesia dibedakan

atas:

a. Media pandang (visual). Contoh: papan tulis, papan panel, kartu gambar,

peta, grafik, sketsa, dll.

b. Media dengar (audio). Contoh: radio, rekaman, dan PH

c. Media pandang dengar (audiovisual). Contoh: slide, tv, video dll.

d. Media cetak. Contoh: kamus, buku pelajaran, buku bacaan, majalah, dan

koran.49 Bagi kebanyakan orang, istilah “media cetak” biasanya berarti bahan

bacaan yang diproduksi secara profesional, seperti buku, majalah, dan buku

petunjuk. Sebenarnya masih ada bahan lain yang dapat digolongkan ke dalam

istilah “cetak”, misalnya fotokopi, atau hasil reproduksi sendiri.50

e. Media nyata. Contoh: lingkungan alam, sosial, budaya, dan hasil karya

siswa-siswi.51

48 Ibid., h. 37-48. 49 Ridwanudin, Op.Cit., h. 136. 50 Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran,

(Jakarta: Rajawali Pers, 1987), Cet. I, h. 163. 51 Ridwanudin, Loc.Cit.

Page 39: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

26

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis berkesimpulan bahwa segala hal

yang dapat diambil manfaatnya dan bisa digunakan dalam pembelajaran bisa

dikatakan adalah sebuah media.

4. Cerita Rakyat

Danandjaja di dalam bukunya Murti Bunanta yang berjudul

Problematika Penulisan Cerita Rakyat untuk Anak di Indonesia,

menjelaskan bahwa:

Menurut folklor, cerita prosa rakyat adalah salah satu bentuk folklor lisan. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Selain folklor lisan ada dua kelompok besar lain, yaitu folklor sebagian lisan dan folklor bukan lisan. Bentuk-bentuk lain yang termasuk ke dalam folklor lisan adalah bahasa rakyat (folklor speech), ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, dan nyanyian rakyat.52 Sastra tradisional, dalam hal ini cerita rakyat, terdapat di semua

suku di Indonesia. Isinya berupa gambaran masyarakat pemiliknya, yang

tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat permukaan, tetapi juga

sendi-sendi kehidupan secara lebih mendalam. Kehadirannya sering

merupakan jawaban dari teka-teki alam yang terdapat di seputar kita.

Sayangnya, penutur cerita rakyat itu sudah langka sehingga

penginventarisasian cerita rakyat perlu diupayakan demikian rupa agar

dapat kita nikmati tuah yang tertuang di dalamnya.53

Pada umumnya, cerita itu diperoleh dari penutur cerita, misalnya,

pada waktu (a) pelaksanaan perhelatan; (b) percakapan sehari-hari; (c)

sedang bekerja atau dalam perjalanan; dan (d) seseorang ingin mengetahui

asal-usul tertentu.54

Cerita rakyat, selain merupakan hiburan, juga merupakan sarana

untuk mengetahui (a) asal-usul nenek moyang, (b) jasa atau teladan

kehidupan para pendahulu kita, (c) hubungan kekerabatan (silsilah), (d)

52 Murti Bunanta, Problematika Penulisan Cerita Rakyat untuk Anak di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 21-22.

53 Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), Cet. VII, h. 126.

54 Ibid.

Page 40: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

27

asal mula tempat, (e) adat-istiadat, dan (f) sejarah benda pusaka.55 Telah

disebutkan di muka bahwa cerita prosa rakyat terdiri dari tiga kategori

utama, yaitu mite, legenda, dan dongeng.56

a. Jenis-Jenis Cerita Rakyat

Cerita Rakyat ini dibedakan menjadi cerita jenaka, mite, fabel,

dan legenda.

1) Cerita Jenaka

Cerita jenaka adalah cerita pendek yang berisi kebodohan atau

kecerdikan seseorang dan menimbulkan senyum atau tertawa bagi

pembaca atau pendengar. Misalnya cerita Pak Pandir (seorang

yang bodoh, yang selalu salah melakukan pesan istrinya), Pak

Belalang (seorang yang cerdik), dan Pak Lebai Malang (seorang

yang selalu malang). Semua daerah di negara kita hampir memiliki

tokoh lucu tersebut. Misalnya Si Kabayan (Jawa Barat), Joko

Bodho (Jawa Tengah), dan Pan Bali (Bali).57

2) Mite

Mite adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan

animisme. Cerita berisi dewa-dewi atau roh. Misalnya cerita Putri

Tanjung Buih, Putri Bunga Karang, dan Putri dari Bambu.58

3) Fabel

Fabel adalah cerita yang tokoh-tokohnya binatang. Binatang-

binatang diceritakan hidup dan bermasyarakat seperti manusia.

Misalnya cerita Banteng dan Buaya, serta Burung Bnagau dan Ikan

Gabus.59

4) Legenda

Legenda adalah cerita yang berhubungan dengan keajaiban alam.

Misalnya Sangkuriang, Si Malin Kundang, dan Telaga Warna.60

Pendapat lain mengenai legenda, legenda atau legende adalah

55 Ibid. 56 Bunanta, Op. Cit., h. 32. 57 Ermina Krismarsanti, Karangan Fiksi dan Nonfiksi, (Surabaya: PT. JePe Press Media

Utama, 2009), Cet. I, h. 2. 58 Ibid. 59 Ibid., h. 3. 60 Ibid.

Page 41: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

28

dongeng mengenai asal mula suatu tempat atau mengenai keajaiban

alam. Misalnya: Cerita asal mula kota Surabaya, Cerita asal mula

terjadinya Gunung Tangkuban Perahu.61

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis berkesimpulan bahwa

cerita rakyat merupakan cerita turun temurun dari tradisi lisan dan terdiri dari 3

jenis, yaitu mite, legenda dan dongeng.

5. Teks Cerita Rakyat Batu Menangis dari Kalimantan Barat

Batu Menangis

Alkisah tinggallah seorang ibu bersama seorang anaknya di tempat terpencil di sebuah desa. Mereka hidup dengan sederhana. Mereka hidup dari bertani. Setiap pagi mereka pergi ke ladang untuk menanam dan merawat tanaman mereka.

Anak ibu ini adalah seorang gadis yang sudah beranjak dewasa. Ia adalah gadis yang paling cantik di desa itu. Awalnya ia sendiri tak menyadari kecantikannya. Suatu hari seorang tetangganya mengatakan sesuatu kepadanya.

“Waahh, kamu cantik sekali!” Si gadis tersipu malu dan tersenyum. Ia mulai gemar memandangi cermin

selama berjam-jam, menyentuh-nyentuh wajahnya, berbedak, merapikan rambutnya, dan memakai wangi-wangian. Ia jadi gemar senyum-senyum sendiri di depan cermin.

“Duh, cantiknya aku ini,” kata si gadis itu memuji dirinya sendiri. Semua orang mulai mengagumi kecantikannya. Para pemuda pun begitu

banyak yang berniat untuk segera melamarnya. Kecantikan gadis ini membuatnya lupa pada dirinya yang dulu. Dulu ia memegang cangkul, menanam jagung, dan menggendong sayuran. Kini ia tidak mau lagi melakukannya. Ia jadi malas dan setiap keinginannya harus segera dituruti. Hari demi hari berlalu. Sikap gadis ini menjadi semakin berubah. Ibunya yang baik hati dan sabar tetap menyayangi anak satu-satunya itu.

“Nak, kecantikanmu memang membuat banyak orang kagum kepadamu. Namun, apalah artinya jika engkau sekarang malas melakukan pekerjaan dan menjadi angkuh?” kata ibunya lembut.

“Ibu! Ibu tidak tahu apa itu kecantikan? Kecantikan adalah anugerah Tuhan, Bu.

Hargai, hargai, Bu!” kata anak itu dengan kasar. “Ya, Anakku. Ibu tahu. Tapi, bukan berarti kamu harus menjadi malas

seperti ini dan menyuruh-nyuruh ibu semaumu.” “Sudah, Ibu, sudah!! Aku harus menjadi diriku sendiri dan aku sekarang

sudah dewasa.”

61 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I, h. 101.

Page 42: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

29

Ibunya hanya terdiam melihat anaknya yang semakin berubah itu. Hatinya mulai sedih. Namun, karena rasa sayangnya kepada anak itu, sang ibu terus berusaha menuruti apa pun keinginannya.

Setiap malam ibunya berdoa, memohon kepada Tuhan untuk menyadarkan anak gadisnya itu. Demikian juga ia setiap hari menasehatinya supaya mau bergaul dengan masyarakat sekitar. Belakangan ia sangat enggan untuk keluar rumah. Ia tidak mau kulitnya terbakar sinar matahari dan terkena debu.

Berkali-kali ibunya menasehati hingga akhirnya si Gadis mau menuruti. Suatu ketika saat ibu hendak pergi ke pasar, si Gadis diajaknya serta.

“Aku mau pergi bersama Ibu, tapi jangan sekali-kali Ibu mengatakan bahwa aku adalah anak Ibu,” kata anak durhaka itu kepada ibunya.

Ibunya hanya terdiam sambil meneteskan air matanya. Hatinya sedih dan perih melihat sikap anaknya yang durhaka itu. keesokan harinya mereka pergi ke pasar. Ketika berjalan, gadis itu memilih berada di depan dan ibunya di belakang. Tak diperbolehkannya ibunya dekat-dekat dengannya. Mereka yang melihat ibu dan anak gadis cantik itu saling berbisik satu sama lain.

“Wah, cantik sekali. Gadis dari mana itu?” “Wajah mereka tampak sama? Tapi kok... Penampilan mereka beda?” “Cantik benar gadis itu, baru kali ini aku melihatnya.” “Bukankah mereka ibu dan anak yang tinggal di desa itu?” “Apa benar mereka ibu dan anak?” “Bukan! Ia bukan ibuku. Ia adalah pembantuku!” Kata gadis itu tak

mengakui ibunya. Ibunya hanya menunduk sedih dan hatinya sangat terluka. Sesampainya di rumah, sang Ibu mengurung diri dalam kamar dan berdoa

kepada Tuhan. “Tuhan, hambamu tak sanggup lagi menerima perlakuan anak hamba yang

durhaka dan sombong itu. Dengan cara apakah engkau akan menghukumnya supaya ia sadar. Biarlah kehendakmu yang terjadi Tuhan.”

Seketika itu juga anak gadis yang cantik itu, yang sedang berada di belakang rumahnya, berubah menjadi sebuah batu. Batu itu menangis menyesali perbuatannya kepada ibunya. Siang dan malam ia terus menangis. Ia tak bisa lagi memandang wajahnya di depan cermin. Sekarang ia tidak lagi dikenal sebagai si Gadis cantik, tapi sebagai si Batu menangis.

Gadis yang cantik, manis, lemah lembut, baik hati, dan tidak sombong adalah dambaan setiap orang tua dan orang-orang di sekelilingnya. Namun lain halnya ketika seorang gadis sangatlah cantik, tapi kasar, tidak baik hati, dan sombong. Ia pastilah akan dijauhi banyak teman.62

62 Yusup Kristianto, Cerita Rakyat Indonesia Sabang – Merauke, (Yogyakarta: Nyo-nyo, 2010), h.108-110.

Page 43: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

30

D. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan skripsi penelitian ini yaitu skripsi dari saudara

Nur Hidayat (NIM. 1112013000029), mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Skripsinya berjudul Pengaruh Media Gambar terhadap Kemampuan

Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Al-Mursyidiyyah Pamulang,

Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil skripsinya,

diperoleh data bahwa media gambar memiliki pengaruh terhadap kemampuan

menulis pantun siswa pada kelas VII MTs. Al-Mursyidiyyah tersebut.

Perbedaan dan persamaan penelitian skripsi Nur Hidayat dengan skripsi ini

adalah:

1. Nur Hidayat melakukan penelitian pada tahun 2017, sedangkan penelitian

dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2019.

2. Subjek penelitian dalam skripsi Nur Hidayat yaitu siswa kelas VII MTs. Al-

Mursyidiyyah Pamulang, sedangkan subjek penelitian dalam skripsi ini adalah

siswa kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

3. Objek penelitian dalam skripsi Nur Hidayat dan penelitian skripsi ini adalah

pantun.

4. Media yang digunakan dalam skripsi Nur Hidayat adalah media gambar,

sedangkan dalam penelitian skripi ini menggunakan media cerita rakyat.

5. Hasil penelitian dalam skripsi Nur Hidayat adalah diperoleh data bahwa media

gambar memiliki pengaruh terhadap kemampuan menulis pantun siswa pada

kelas VII MTs. Al-Mursyidiyyah, sedangkan hasil penelitian dalam skripsi ini

adalah siswa kelas VII MTs Nurul Falah mampu memanfaatkan cerita rakyat;

Batu Menangis dalam keterampilan menulis pantun, 92% siswa sudah

mencapai KKM.

Penelitian relevan yang kedua yaitu skripsi dari saudara Arifatul Latifah

(NIM. 2101411035), mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang (2015). Skripsinya

berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Model

Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction)

dengan Media Kartu Pantun pada Kelas VII F SMPN 24 Semarang. Berdasarkan

Page 44: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

31

hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kemampuan menulis pantun siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media

kartu pantun telah mencapai hasil yang baik. Hasil tes menulis cerpen pada siklus

I diperoleh nilai rata-rata 78,25. Setelah dilakukan tindakan siklus II diperoleh

nilai rata-rata 85,83 mengalami peningkatan sebesar 7,58.

Perbedaan dan persamaan penelitian skripsi Arifatul Latifah dengan

penelitian skripsi ini adalah:

1. Arifatul Latifah melakukan penelitian pada tahun 2015, sedangkan penelitian

dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2019.

2. Subjek penelitian dalam skripsi Arifatul Latifah yaitu siswa kelas VII F SMPN

24 Semarang, sedangkan subjek penelitian dalam skripsi ini adalah siswa kelas

VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

3. Objek penelitian dalam skripsi Arifatul Latifah dan penelitian skripsi ini adalah

pantun.

4. Media yang digunakan dalam penelitian skripsi Arifatul Latifah adalah media

kartu pantun, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan media cerita

rakyat.

Penelitian relevan ketiga adalah skripsi dari Ciptawati Kusuma Ningrum (NIM.

A1G108059). Mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Bengkulu (2014).

Skripsinya berjudul Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Rakyat Melalui

Penggunaan Media Audio pada Siswa kelas V SDIT Iqra’ 2 Kota Bengkulu.. Jenis

penelitiannya menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah

guru dan siswa kelas VA SDIT IQRA’2 kota Bengkulu. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah lembar obervasi dan lembar tes. menyimak cerita rakyat. Hasil

penelitiannya yaitu dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media audio

dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran dan kemampuan menyimak cerita

rakyat di kelas VA SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu.

Perbedaan dan persamaan penelitian skripsi Ciptawati Kusuma Ningrum

dengan penelitian skripsi ini adalah:

Page 45: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

32

1. Ciptawati Kusuma Ningrum melakukan penelitian pada tahun 2014, sedangkan

penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2019.

2. Subjek penelitian dalam skripsi Ciptawati Kusuma Ningrum yaitu siswa kelas

VA SDIT IQRA’2 Kota Bengkulu, sedangkan subjek penelitian dalam skripsi

ini adalah siswa kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

3. Media yang digunakan dalam penelitian Ciptawati Kusuma Ningrum yaitu

Media Audio Cerita Rakyat, sedangkan media yang digunakan dalam

penelitian skripsi ini adalah cerita rakyat Batu Menangis.

Page 46: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, yang

beralamat di Jalan Panda Raya No.50, Kampung Peladen, Kelurahan Pondok

Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Kode Pos 15412. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 5 November 2018

sampai dengan 18 April 2019, periode semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

B. Metode Penelitian Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang

mempunyai langkah-langkah sistematis.1 Sedangkan yang dimaksud dengan

metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan

analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.2 Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bodgan & Taylor dalam Imam

Gunawan, adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati

yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).3

Flick dalam Imam Gunawan mengemukakan mengenai penelitian

kualitatif, penelitian kualitatif ialah specific relevance to the study of social

relations, owing to the fact of the pluralization of life worlds. Penelitian kualitatif

adalah keterkaitan spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan

fakta dari pluralisasi dunia kehidupan.4

Lebih lanjut, Creswell dalam Imam Gunawan mengemukakan bahwa.

A qualitative approach is one in which the inquirer often makes knowledge claims based primarily on constructivist prespectives (i.e. the multiple meanings of individual experience meanings socially and historically

1 Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. II, h. 41.

2 Donald Ary, dkk., Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional., 1982), h. 50.

3 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 82.

4 Ibid., h. 81.

33

Page 47: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

34

constructed, with an intent of developing a theory or pattern) or advocacy/participatory perspectives (i.e. political, issue-oriented, collaborative or change oriented) or both. (Pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif (misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu), atau berdasaarkan perspektif partisipatori (misalnya: orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau keduanya.5 Secara harfiah, sesuai dengan namanya, penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi,

perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran

angka.6 Mengenai penelitian kualitatif, Imam Gunawan menyatakan,

Penelitian kualitatif membangun pengetahuan melalui interpretasi terhadap multiperspektif, dari berbagai masukan segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya semata. Sumber datanya bermacam-macam, seperti catatan observasi, catatan wawancara pengalaman individu, dan sejarah. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam.7 Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam sebuah

literatur Bahasa Inggris, dikatakan “Description represents in words our sensory

impressions caught in a moment of time.”8 Yang artinya deskripsi menampilkan

kata-kata dalam pandangan penglihatan kita dalam sebuah waktu.

Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif ialah

peneliti sendiri.9 Jadi, dalam hal ini peneliti sebagai instrumen penelitian. Sebab,

peneliti tersebut harus terjun sendiri ke lapangan untuk mengumpulkan dan

menganalisis data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, hal yang dianalisis dan

dideskripsikan adalah hasil pantun siswa berdasarkan cerita rakyat; Batu

Menangis.

5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid., h. 85-86. 8 Barnet & Stubbs’s, Practical Guide to Writing, (Canada: Library of Congress

Cataloging in Publication Data, 1983), h.160. 9 Ibid., h. 80.

Page 48: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

35

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan

dengan tema skripsi penulis.

2. Studi lapangan (field researchi), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji

data-data yang diperoleh dari lapangan (MTs. Nurul Falah Pondok Ranji), yaitu

seperti: observasi, wawancara, serta data-data sekolah yang diperoleh dari bagian

Tata Usaha (T.U) di sekolah MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

C. Subjek Penelitian Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Dengan demikian, dalam penelitian ini yang menjadi subjek

penelitian adalah peserta didik kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, yang

berjumlah 25 orang.

D. Objek Penelitian Objek dalam penelitian skripsi ini adalah pantun nasihat berdasarkan cerita

rakyat Batu Menangis.

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau cara pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informasi yang

penulis peroleh berbentuk dokumen dan catatan peristiwa yang kemudian diolah

menjadi data.

1. Jenis dan Sumber Data

Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data, yaitu:

a. Data primer. Data primer yang dimaksud adalah data-data yang penulis peroleh

dari pihak sekolah MTs. Nurul Falah.

b. Data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa kutipan-kutipan

dari wawancara dan juga lembar tugas siswa.

Page 49: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

36

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi.

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan

selama penelitian.10 Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar,

siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil

bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb.11 Observasi ini dilakukan di sekolah

MTs. Nurul Falah Pondok Ranji. Penulis melakukan pengamatan langsung yang

ada di lingkungan sekolah, dan juga mengamati proses pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar dan juga mengamati perkembangan siswa di sekolah MTs. Nurul

Falah Pondok Ranji.

b. Wawancara.

Setyadin dalam Imam Gunawan mengemukakan, yang dimaksud dengan

wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu

dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan

secara fisik.12 Penulis melakukan wawancara dengan tujuan untuk menggali

informasi dari informan, dalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan

dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai tiga orang peserta

didik dari kelas VII MTs. Nurul Falah Pondok Ranji yang mendapat nilai

tertinggi, terendah, dan sedang, dengan menggunakan sistem wawancara

terstruktur, yakni penulis sudah membuat instrumen pedoman wawancara

sebelumnya. Selain itu, penulis juga mewawancarai kepala sekolah MTs. Nurul

Falah Pondok Ranji, yaitu Bapak Saudin Noor, S.Ag., juga berdasarkan instrumen

pedoman wawancara yang telah penulis buat. Di sini, penulis mengajukan

pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan permasalahan. Berikut adalah tabel daftar

pertanyaan untuk wawancara terstruktur, antara lain.

10 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia, 2010), h. 116. 11 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006), h. 220. 12 Gunawan, Op.Cit., h. 160.

Page 50: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

37

1) Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah

Tabel 3.1 Instrumen Wawancara untuk Kepala Sekolah

No. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pendapat Bapak mengenai cara mengajar guru Bahasa

Indonesia di sekolah ini?

2. Apakah Bapak selalu memberikan kritikan, saran atau masukan

kepada setiap guru, terutama dalam kegiatan mengajar, khususnya

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia?

3. Apakah sejauh ini Bapak memantau sumber atau bahan pelajaran dan

media yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar?

4. Apakah guru-guru di sini, khususnya guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia sering mengajak Bapak berdiskusi mengenai strategi,

metode ataupun media yang mereka gunakan dalam kegiatan belajar

mengajar?

5. Di sekolah ini, apakah setiap guru membuat RPP dan Silabus?

6. Menurut Bapak, apakah kreativitas itu sangat diperlukan bagi

seorang guru?

7. Apakah sejauh ini guru-guru hanya menggunakan metode mengajar

yang konvensional atau ceramah saja?

8. Apakah di sekolah ini pernah diadakan pelatihan menulis?

9. Menurut pengamatan Bapak, apakah setiap guru, khususnya guru

mata pelajaran Bahasa Indonesia wajib menggunakan media

pembelajaran khusus?

10. Bagaimana pendapat Bapak mengenai guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia menerapkan penggunaan media cerita rakyat, dalam

kegiatan belajar mengajarnya?

11. Apakah menurut Bapak media cerita rakyat cocok diterapkan dalam

pembelajaran menulis pantun?

12. Adakah hambatan-hambatan yang dikeluhkan oleh guru-guru

terutama mengenai proses kegiatan belajar mengajar di sekolah?

Page 51: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

38

13. Upaya apa saja yang Bapak lakukan agar guru dapat lebih kreatif lagi

dalam mengajar?

14. Saran apa yang Bapak berikan kepada guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia untuk lebih meningkatkan kreativitasnya dalam mengajar?

2) Pertanyaan Wawancara untuk Siswa

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara untuk Siswa

No. Daftar Pertanyaan 1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia?

2. Bagaimana pendapatmu mengenai guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia ketika menyampaikan materi pelajaran di kelas?

3. Bagaimanakah gurumu biasanya menerangkan materi pelajaran

Bahasa Indonesia? Dengan metode ceramah sajakah atau ada metode

lain?

4. Apakah kamu menyukai guru yang memaparkan materi secara

konvensional (ceramah saja), ataukah menyukai guru yang

menggunakan media dalam kegiatan pembelajarannya?

5. Apakah gurumu sering menggunakan media dalam pembelajaran di

kelas?

6. Bagaimana pendapatmu mengenai penggunaan cerita rakyat sebagai

media dalam pembelajaran menulis pantun? Apakah cukup

membantu atau tidak?

7. Media apa saja yang paling kamu sukai ketika gurumu menerangkan

materi pelajaran?

8. Ketika gurumu menerangkan materi tentang pantun, apakah kamu

memahaminya?

9. Apakah kamu memahami cara menulis pantun dengan baik dan

benar?

10. Apakah kamu merasa kesulitan dalam menulis pantun? Dan apa

alasannya?

Page 52: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

39

11. Apakah kamu menyukai pembelajaran menulis pantun?

12. Adakah pesan atau amanat yang dapat kamu petik dari cerita rakyat;

Batu Menangis tersebut?

13. Apakah kamu bisa menulis pantun berdasarkan cerita rakyat yang

dipaparkan oleh gurumu?

14. Saran apa yang kamu berikan kepada guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia terutama dalam hal proses pembelajaran di kelas?

c. Dokumentasi.

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data

yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.13 Dokumen dapat berupa catatan

pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus,

rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya.14 Dokumentasi yang

akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa foto-foto kegiatan belajar mengajar

di kelas, hasil transkrip wawancara, dokumen teks hasil pantun siswa, dan data

penunjang lainnya yang berupa arsip-arsip sekolah yang berkaitan dengan

penelitian ini, seperti profil lengkap sekolah MTs. Nurul Falah Pondok Ranji, baik

tentang visi misinya, infrastruktur, maupun sumber daya manusia yang ada di

dalamnya.

F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya sehingga

diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.15 Hal

tersebut dilakukan untuk mendapatkan pola hubungan yang sistematis mengenai

permasalahan yang diteliti sehingga bisa menyimpulkan suatu tema umum dari

hasil penilaian tersebut. Samarin mengungkapkan, bahwa dalam menganalisis

data bisa terjadi kesalahan, seperti dalam kutipan berikut.

13 Usman, Op.Cit., h. 69. 14 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 101. 15 Gunawan., Op.Cit., h. 209.

Page 53: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

40

In analysis many things can go wrong. The most common error is simply failing to see the better way of describing the same data.16 (Dalam analisis banyak berbagai hal dapat terjadi kesalahan. Paling banyak kesalahan umum gagal dalam melihat cara yang baik untuk menggambarkan data yang sama).

Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu.

1. Data Observasi. Data hasil observasi atau pengamatan yang penulis peroleh

berupa adanya data-data terkait profil sekolah, profil guru dan lain sebagainya,

yang terkait dengan lingkungan sekolah.

2. Data Wawancara. Data hasil wawancara dari tiga orang siswa dan satu kepala

sekolah yang penulis dapatkan, nantinya akan di deskripsikan pada bagian

pembahasan untuk memperkuat analisis penelitian penulis.

3. Data Dokumentasi. Data dokumentasi yang penulis dapatkan berupa foto-foto,

hasil transkrip wawancara, dokumen teks hasil pantun siswa akan penulis

cantumkan dalam bagian lampiran. Data hasil wawancara dan data-data sekolah

juga akan penulis gunakan untuk memperkuat analisis penulis pada bagian

pembahasan.

4. Teknik Penilaian. Penelitian ini menggunakan teknik penilaian yang berpedoman

dari buku Burhan Nurgiyantoro yang berjudul Penilaian Pembelajaran Bahasa

Berbasis Kompetensi. Menggunakan format rubrik penilaian sebagai berikut.17

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Pantun

No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor Nilai

16 William J. Samarin, Field Linguistics: A Guide to Linguistics Field Work, (USA: Holt, Rinehart and Winston Inc., 1967), h. 199.

17 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta, 2016), Cet. VII, h. 526.

Page 54: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

41

Catatan Pedoman Penskoran:

a. Penulis memberi tanda ceklis () pada skor yang dianggap sesuai dengan

pencapaian aspek-aspek yang dinilai.

b. Skor 5 diberikan apabila siswa mencapai aspek penilaian dengan sempurna, tanpa

ada kesalahan.

c. Skor 4 diberikan apabila terdapat satu kesalahan atau ketidaktepatan dalam aspek

penilaian yang telah ditentukan penulis.

d. Skor 3 diberikan apabila terdapat dua kesalahan atau ketidaktepatan dalam aspek

penilaian yang telah ditentukan penulis.

e. Skor 2 diberikan apabila terdapat tiga kesalahan atau ketidaktepatan dalam aspek

penilaian yang telah ditentukan penulis.

f. Skor 1 diberikan apabila terdapat lebih dari tiga kesalahan atau ketidaktepatan

dalam aspek penilaian yang telah ditentukan penulis.

g. Skor minimal siswa adalah 5. Dan skor maksimalnya adalah 25.

h. Nilai diperoleh dengan cara:

(skor yang diperoleh : skor maksimal) X 10018

i. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia di

MTs.Nurul Falah Pondok Ranji adalah 70.

j. Persentase Siswa diperoleh dari:

(Jumlah siswa yang diperoleh : Jumlah seluruh siswa) 100%

Kriteria Penilaian Hasil Pantun Berdasarkan Rentang Nilai yang Diperoleh:

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Pantun Berdasarkan Rentang Nilai

No. Kriteria Penilaian Rentang Nilai

1. Nilai Terendah 0-69

2. Nilai Sedang 70-84

3. Nilai Tertinggi 85-100

18 Ibid, h. 391.

Page 55: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah 1. Identitas Sekolah

Nama Yayasan : Yayasan Nurul Falah

Nama Madrasah : MTs.Nurul Falah Pondok Ranji

Alamat : Jl.Panda Raya No.50 RT 02/06 Peladen

Pondok Ranji, Ciputat Timur – Tangerang

Selatan, Banten. 15412

Nomor Telepon : 021-22737142

NSM : 121236740032

Jenjang Akreditasi : Terakreditasi B

SK dan Tahun Pendirian : W 1/1/PP.00.5/1857/2001

Status Tanah : Hak Guna Pakai ( Fasilitas Umum )

a. Surat Kepemilikan Tanah : Hak Guna Pakai ( Fasilitas Umum )

b. Luas Tanah : 5.327,5 m2

Situasi Bangunan : Hak Milik

2. Pengurus Yayasan

Pengurus yayasan pada saat yayasan ini didirikan adalah:

Pendiri Yayasan : H. Arsyad

Saidih Fauzi, S.Ag.

Ketua : Namad Syafe’i, S.Ag.

Sekretaris : Salman Al-Farisi

Anggota : Saudin Noor, S.Ag.

Munasik, S.Sos.

Namad Syafe’i, S.Ag.

Jayadih, S.Pd.

42

Page 56: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

43

Pengurus Yayasan Nurul Falah saat ini:

Pembina Yayasan : H. Arsyad

Ketua : Abu Yazid, S.Ag., M.Pd.

Sekretaris : Jayadih, S.Pd.

Bendahara : Nursodikin, S.Pd.

Pengawas : Saudin Noor, S.Ag.

3. Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Pondok Ranji

a. Struktur Organisasi

Kepala Sekolah : Saudin Noor, S.Ag.

Wakil Bidang Kurikulum : Natiqoh, S.Sos.

Wakil Bidang Kesiswaan : Katinem, S.Pd.I.

Ketua Komite : Markasan. C

Bendahara : Anita, S.Pi.

Tata Usaha : Devita Sari

Satpam : Mamad

Anggota : Seluruh Dewan Guru

b. Visi dan Misi

Visi : Beriman, Bertakwa, Berteknologi,

Berkarakter, dan Berbuat Ikhlas (B5)

Misi :Menyelenggarakan pendidikan

secara profesional, inovatif dan

selalu berupaya meningkatkan

pelayanan dan kepuasan stakeholder.

c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan di MTs. Nurul Falah

Pondok Ranji sebagian besar merupakan orang-orang dengan latar

belakang bidang ilmu pendidikan, dan sebagiannya lagi dari luar

bidang ilmu pendidikan. Meskipun demikian, guru-guru (pendidik)

dan tenaga kependidikan di MTs. Nurul Falah Pondok Ranji dapat

bekerja secara professional. Berikut adalah data tenaga pendidik

dan kependidikan di MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

Page 57: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

44

Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan

No. Nama Pendidikan Terakhir

Jabatan Mata Pelajaran

1. Saudin Noor, S.Ag.

S1 – STAI Al-Hikmah

Kepala Madrasah

Akidah Akhlak

2. Natiqoh, S.Sos.

S1 – UIN Jakarta

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

3. Katinem, S.Pd.I.

S1 – STAI Lan Taboer Jakarta

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Prakarya

4. Anita, S.Pi. S1 – IPB Bogor

Bendahara Matematika dan IPA Terpadu

5. Drs. Kholil Anshor.

S1 – UIN Jakarta

Guru Fiqih

6. Jayadih, S.Pd. S1 – STAI Ar-Rahmaniah

Guru PKN

7. Drs. Nasib. R.M.

S1 – STAI As-Syafi’iyah

Guru Bahasa Arab

8. H. Nurhasan, S.Pd.I.

S1 – STAI Al-Hikmah

Guru Bahasa Inggris

9. Entin Kholisoh, Amd.

D3 – UIN Jakarta

Guru Seni Budaya

10. Hasyim Adnan, S.Ag.

S1 – STIT Darma Jakarta

Guru Guru Ekstrakulikuler Pramuka

11. Rahman Sugiarto, S.E.

S1 – STIE Ahmad Dahlan

Guru Penjasorkes

11. Wahyudi S1 – STIE Al-Amin

Guru Qur’an Hadis

12. Yayah Nur Asyani

S1 – UIN Jakarta (masih berlangsung)

Guru Bahasa Indonesia

13. M. Fariz Ruslan

S1 – PTIQ (masih

Guru Baca Tulis Qur’an (BTQ)

Page 58: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

45

berlangsung) 14. Wanda HP S1 –

UNPAM (masih berlangsung)

Guru Komputer

15. Devita Sari D3 – UNPAM

Tata Usaha

16. Mamad - Satpam

Tabel 4.2 Daftar Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Jumlah Tenaga Pendidik 14 orang

Jumlah Tenaga Kependidikan 2 orang

Total 16 orang

d. Siswa

Berikut ini adalah tabel daftar siswa dan jumlah rombongan

belajar (rombel) di Mts. Nurul Falah Pondok Ranji.

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Siswa MTs. Nurul Falah Pondok Ranji

L/P Kelas Jumlah

VII VIII IX

Laki-Laki 13 18 12 43

Perempuan 12 10 4 26

Jumlah 25 28 16 69

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Rombongan Belajar (Rombel)

Kelas Jumlah Rombongan Belajar

VII 1

VIII 1

IX 1

Total Rombel 3

Page 59: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

46

B. Persiapan Proses Kegiatan Belajar Mengajar 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah. Sebelum penelitian dimulai,

penulis terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). RPP dibuat dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar

selama penelitian bisa berjalan dengan baik.

2. Menentukan Media Pembelajaran.

Media pembelajaran yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah

dengan menggunakan media cerita rakyat, dengan judul Batu

Menangis. Cerita rakyat Batu Menangis ini adalah cerita rakyat yang

berasal dari Kalimantan Barat. Penulis menggunakan media cerita

rakyat dalam penelitian ini karena penulis ingin mengetahui sejauh

mana peserta didik bisa memanfaatkan media cerita rakyat ini dalam

penulisan pantun mereka. Penulis memilih cerita rakyat Batu Menangis,

karena di dalam cerita Batu Menangis, mengandung pesan-pesan moral

yang baik. Sebatas pengetahuan penulis, tanpa adanya media, peserta

didik seringkali merasa kesulitan dalam membuat pantun. Dalam

menulis pantun, selain pengetahuan tentang pantun, yang dibutuhkan

adalah imajinasi yang baik. Dengan adanya media cerita rakyat ini,

diharapkan peserta didik dapat berkreasi menulis pantun dengan baik.

C. Teks Cerita Rakyat; Batu Menangis dari Kalimantan Barat

Batu Menangis

Alkisah tinggallah seorang ibu bersama seorang anaknya di tempat terpencil di sebuah desa. Mereka hidup dengan sederhana. Mereka hidup dari bertani. Setiap pagi mereka pergi ke ladang untuk menanam dan merawat tanaman mereka.

Anak ibu ini adalah seorang gadis yang sudah beranjak dewasa. Ia adalah gadis yang paling cantik di desa itu. Awalnya ia sendiri tak menyadari kecantikannya. Suatu hari seorang tetangganya mengatakan sesuatu kepadanya.

“Waahh, kamu cantik sekali!” Si gadis tersipu malu dan tersenyum. Ia mulai gemar memandangi

cermin selama berjam-jam, menyentuh-nyentuh wajahnya, berbedak,

Page 60: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

47

merapikan rambutnya, dan memakai wangi-wangian. Ia jadi gemar senyum-senyum sendiri di depan cermin.

“Duh, cantiknya aku ini,” kata si gadis itu memuji dirinya sendiri. Semua orang mulai mengagumi kecantikannya. Para pemuda pun

begitu banyak yang berniat untuk segera melamarnya. Kecantikan gadis ini membuatnya lupa pada dirinya yang dulu. Dulu ia memegang cangkul, menanam jagung, dan menggendong sayuran. Kini ia tidak mau lagi melakukannya. Ia jadi malas dan setiap keinginannya harus segera dituruti. Hari demi hari berlalu. Sikap gadis ini menjadi semakin berubah. Ibunya yang baik hati dan sabar tetap menyayangi anak satu-satunya itu.

“Nak, kecantikanmu memang membuat banyak orang kagum kepadamu. Namun, apalah artinya jika engkau sekarang malas melakukan pekerjaan dan menjadi angkuh?” kata ibunya lembut.

“Ibu! Ibu tidak tahu apa itu kecantikan? Kecantikan adalah anugerah Tuhan, Bu.

Hargai, hargai, Bu!” kata anak itu dengan kasar. “Ya, Anakku. Ibu tahu. Tapi, bukan berarti kamu harus menjadi

malas seperti ini dan menyuruh-nyuruh ibu semaumu.” “Sudah, Ibu, sudah!! Aku harus menjadi diriku sendiri dan aku

sekarang sudah dewasa.” Ibunya hanya terdiam melihat anaknya yang semakin berubah itu.

Hatinya mulai sedih. Namun, karena rasa sayangnya kepada anak itu, sang ibu terus berusaha menuruti apa pun keinginannya.

Setiap malam ibunya berdoa, memohon kepada Tuhan untuk menyadarkan anak gadisnya itu. Demikian juga ia setiap hari menasehatinya supaya mau bergaul dengan masyarakat sekitar. Belakangan ia sangat enggan untuk keluar rumah. Ia tidak mau kulitnya terbakar sinar matahari dan terkena debu.

Berkali-kali ibunya menasehati hingga akhirnya si Gadis mau menuruti. Suatu ketika saat ibu hendak pergi ke pasar, si Gadis diajaknya serta.

“Aku mau pergi bersama Ibu, tapi jangan sekali-kali Ibu mengatakan bahwa aku adalah anak Ibu,” kata anak durhaka itu kepada ibunya.

Ibunya hanya terdiam sambil meneteskan air matanya. Hatinya sedih dan perih melihat sikap anaknya yang durhaka itu. keesokan harinya mereka pergi ke pasar. Ketika berjalan, gadis itu memilih berada di depan dan ibunya di belakang. Tak diperbolehkannya ibunya dekat-dekat dengannya. Mereka yang melihat ibu dan anak gadis cantik itu saling berbisik satu sama lain.

“Wah, cantik sekali. Gadis dari mana itu?” “Wajah mereka tampak sama? Tapi kok... Penampilan mereka

beda?” “Cantik benar gadis itu, baru kali ini aku melihatnya.” “Bukankah mereka ibu dan anak yang tinggal di desa itu?” “Apa benar mereka ibu dan anak?”

Page 61: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

48

“Bukan! Ia bukan ibuku. Ia adalah pembantuku!” Kata gadis itu tak mengakui ibunya.

Ibunya hanya menunduk sedih dan hatinya sangat terluka. Sesampainya di rumah, sang Ibu mengurung diri dalam kamar dan

berdoa kepada Tuhan. “Tuhan, hambamu tak sanggup lagi menerima perlakuan anak

hamba yang durhaka dan sombong itu. Dengan cara apakah engkau akan menghukumnya supaya ia sadar. Biarlah kehendakmu yang terjadi Tuhan.”

Seketika itu juga anak gadis yang cantik itu, yang sedang berada di belakang rumahnya, berubah menjadi sebuah batu. Batu itu menangis menyesali perbuatannya kepada ibunya. Siang dan malam ia terus menangis. Ia tak bisa lagi memandang wajahnya di depan cermin. Sekarang ia tidak lagi dikenal sebagai si gadis cantik, tapi sebagai si b atu menangis.

Gadis yang cantik, manis, lemah lembut, baik hati, dan tidak sombong adalah dambaan setiap orang tua dan orang-orang di sekelilingnya. Namun lain halnya ketika seorang gadis sangatlah cantik, tapi kasar, tidak baik hati, dan sombong. Ia pastilah akan dijauhi banyak teman.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Adelia.

Fatamorgana ternyata semu Namun Indahnya tiada terkira Patuhilah selalu nasihat ibumu Agar hidupmu tidak sengsara

Tabel 4.5

Penilaian Hasil Pantun Adelia No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 23 Nilai 92

Skor tertinggi pada pantun tersebut terdapat pada aspek kelogisan

sampiran dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Ketiga aspek tersebut, masing-

masing diberi skor 5. Mengenai kelogisan sampiran dan isi, sampiran

Page 62: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

49

pantun pada baris/larik pertama sudah logis dengan sampiran pantun pada

baris/larik kedua. Isi pantun di baris ketiga juga logis dengan isi pantun

pada baris keempat.

Mengenai aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita, tema yang

ada dalam cerita rakyat yang penulis sajikan yaitu mengenai kedurhakaan

atau anak yang durhaka pada ibunya. Tema yang terdapat dalam pantun

tersebut pun sudah sesuai sesuai dengan tema yang ada dalam cerita

rakyat. Mengenai penilaian kesesuaian pantun dengan pesan cerita,

pantun yang ditulis oleh Adelia, juga sudah sesuai dengan pesan yang

terkandung dalam cerita rakyat. Adelia berpesan dalam pantunnya

patuhilah selalu nasihat ibumu, agar hidupmu tidak sengsara. Sedangkan

pesan yang terdapat dalam cerita rakyat; Batu Menangis juga memberitahu

pada pembaca bahwa siapapun tidak boleh menjadi anak yang durhaka

pada orang tua, khususnya ibunda, juga siapapun harus menuruti nasihat

orang tua, agar tidak sengsara seperti tokoh wanita di dalam cerita rakyat;

Batu Menangis.

Lebih lanjut, penulis memberi skor 4 pada pantun tersebut, dalam

dua aspek. Pertama, dalam aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, dan

kedua dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan ejaan. Mengenai

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, ciri-ciri pantun yang pertama yaitu

tiap bait pantun terdiri dari 4 baris/larik. Dalam pantun tersebut pun

terdiri dari 4 baris/larik. Kedua, tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata.

Analisisnya sebagai berikut.

Fatamorgana ternyata semu: terdiri dari 10 suku kata Namun Indahnya tiada terkira: terdiri dari 11 suku kata Patuhilah selalu nasihat ibumu: terdiri dari 13 suku kata Agar hidupmu tidak sengsara: terdiri dari 10 suku kata

Mengenai pantun tersebut, di baris/larik ketiga terdiri dari 13 suku

kata. Artinya, pantun pada baris/larik ketiga belum memenuhi kriteria ciri

sebuah pantun dalam hal jumlah suku katanya.

Kemudian, ciri yang ketiga yaitu adanya sampiran dan isi. Dalam

pantun tersebut memiliki sampiran dan juga isi. Sampiran terletak di baris

pertama dan kedua, sedangkan isi pantunnya terletak pada baris/larik

Page 63: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

50

ketiga dan keempat. Ciri pantun yang keempat yaitu, memiliki pola rima a-

a-a-a/a-b-a-b. Pada pantun tersebut memiliki pola rima a-b-a-b. Dapat

dicermati sebagai berikut.

Fatamorgana ternyata semu: memiliki bunyi rima akhir -mu Namun Indahnya tiada terkira: memiliki bunyi rima akhir -ra Patuhilah selalu nasihat ibumu: memiliki bunyi rima akhir -mu Agar hidupmu tidak sengsara: memiliki bunyi rima akhir –ra

Lebih lanjut, mengenai ketepatan penulisan huruf dan ejaan, pada

pantun tersebut ada penulisan huruf kapital yang tidak pada tempatnya,

yaitu pada pantun baris/larik kedua, Namun Indahnya tiada terkira.

Seharusnya ditulis Namun indahnya tiada terkira.

Secara keseluruhan, Adelia sudah mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Adelia sudah bisa menulis

pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang disediakan,

meskipun masih ada beberapa hal yang kurang sempurna, misalnya dalam

hal penulisan huruf kapital yang tidak pada tempatnya dan jumlah suku

kata yang berlebih. Berdasarkan hasil analisis, Adelia mendapatkan nilai

92. Nilai 92 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(23 : 25) X 100 = 92.

2. Adhitya Putra Lie Winata.

Pergi ke pasar membeli Semangka Pulangnya membeli Duku Janganlah engkau durhaka Agar tidak dikutuk menjadi Batu

Tabel 4.6 Penilaian Hasil Pantun Adhitya Putra Lie Winata

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 22

Page 64: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

51

Nilai 88

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat pada aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut diberi skor 5. Mengenai penilaian

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, ciri pantun yang pertama yaitu tiap

bait pantun terdiri dari 4 baris. Pantun yang ditulis oleh Adhitya Putra Lie

Winata pun sudah terdiri dari 4 baris. Kemudian, tiap baris terdiri dari 8 –

12 suku kata. Dapat dicermati sebagai berikut.

Pergi ke pasar membeli Semangka: terdiri dari 11 suku kata Pulangnya membeli Duku: terdiri dari 8 suku kata Janganlah engkau durhaka: terdiri dari 8 suku kata Agar tidak dikutuk menjadi Batu: terdiri dari 12 suku kata

Berdasarkan analisis pantun tersebut, sudah memenuhi syarat

penulisan jumlah suku katanya. Kemudian, pantun tersebut juga memiliki

sampiran dan isi. Sampiran terletak pada baris pertama dan kedua,

sedangkan isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. Ciri pantun yang

selanjutnya yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun yang ditulis

oleh Adhitya Putra Lie Winata tersebut memiliki pola rima a-b-a-b.

Analisisnya dapat dicermati sebagai berikut.

Pergi ke pasar membeli Semangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Pulangnya membeli Duku: memiliki bunyi rima akhir -ku Janganlah engkau durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka Agar tidak dikutuk menjadi Batu: memiliki bunyi rima akhir -tu

Lebih lanjut, mengenai penilaian aspek kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, pada pantun tersebut sudah logis antara sampiran pada baris

pertama dengan sampiran pada baris kedua, dan isinya juga sudah logis

antara isi pantun di baris ketiga dengan isi pantun di baris keempat.

Penilaian selanjutnya mengenai aspek kesesuaian pantun dengan tema

cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Pantun yang ditulis

oleh Adhitya Putra Lie Winata, bertema tentang anak yang durhaka, sama

dengan tema cerita rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan.

Kemudian, pesan cerita yang terdapat dalam pantun yang ditulis oleh

Adhitya Putra Lie Winata juga sudah sesuai dengan pesan yang

Page 65: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

52

terkandung dalam cerita rakyat. Dalam pantun tersebut, Adhitya Putra Lie

Winata berpesan:

Janganlah engkau durhaka Agar tidak dikutuk menjadi Batu

Lebih lanjut, dalam cerita rakyat; Batu Menangis juga penulisnya

memberi pesan bahwa seseorang tidak boleh menjadi anak yang durhaka.

Mengenai penilaian pada aspek ketepatan penulisan huruf dan ejaan,

penulis rasa masih ada beberapa hal yang kurang tepat. Analisisnya dapat

dicermati sebagai berikut.

Pergi ke pasar membeli Semangka Pulangnya membeli Duku Janganlah engkau durhaka Agar tidak dikutuk menjadi Batu

Kata Semangka pada pantun tersebut tidak boleh diawali dengan

huruf kapital. Seharusnya, penulisan yang tepat adalah Pergi ke pasar

membeli semangka.

Sama halnya seperti pantun di baris kedua, kata Duku tidak boleh di awali

dengan huruf kapital, karena duku adalah nama buah, bukan nama kota

atau nama tempat, dan lain sebagainya. Penulisan yang tepat adalah

Pulangnya membeli duku. Kemudian, pada pantun baris keempat, kata

Batu tidak boleh diawali dengan huruf kapital juga. Penulisan kalimat

yang tepat adalah Agar tidak dikutuk menjadi batu.

Secara keseluruhan, Adhitya Putra Lie Winata sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

kemampuannya menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang

kurang, misalnya dalam hal penulisan huruf kapital yang tidak tepat.

Berdasarkan hasil analisis, Adhitya Putra Lie Winata mendapatkan nilai

88. Nilai 88 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(22 : 25) X 100 = 88.

Page 66: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

53

3. Amel Olivia.

jalan-jalan ke surabaya jangan lupa naik kereta kalo ingin masuk surga Jangan durhaka kepada orang Tua

Tabel 4.7 Penilaian Hasil Pantun Amel Olivia

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dicapai dalam aspek kesesuaian dengan ciri-ciri

pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan

tema cerita, dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Keempat aspek

tersebut penulis memberinya skor 5. Mengenai aspek kesesuaian dengan

ciri-ciri pantun, pantun yang ditulis oleh Amel Olivia sudah sesuai dengan

ciri-ciri pantun. Pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun tersebut

memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata.

Mengenai jumlah suku kata, dapat diamati sebagai berikut.

jalan-jalan ke Surabaya: memiliki 9 suku kata jangan lupa naik kereta: memiliki 9 suku kata kalo ingin masuk surga: memiliki 8 suku kata Jangan durhaka kepada orang Tua: memiliki 12 suku kata

Analisis tersebut membuktikan bahwa pantun tersebut memenuhi

syarat jumlah suku kata dalam pantun. Ciri selanjutnya yaitu adanya

sampiran dan isi. Pantun tersebut memiliki sampiran di baris pertama dan

kedua, sedangkan isinya terdapat di baris ketiga dan keempat. Kemudian,

ciri selanjutnya yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan

hasil analisis, pantun tersebut memiliki pola rima a-a-a-a. Mengenai pola

rima, dapat dilihat sebagai berikut.

jalan-jalan ke Surabaya: memiliki bunyi rima akhir -ya

Page 67: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

54

jangan lupa naik kereta: memiliki bunyi rima akhir –ta kalo ingin masuk surga: memiliki bunyi rima akhir -ga Jangan durhaka kepada orang Tua: memiliki bunyi rima akhir -a

Penilaian selanjunya yaitu mengenai aspek kelogisan sampiran dan

kelogisan isi. Sampiran dan isi yang terdapat dalam pantun tersebut sudah

cukup logis. Kemudian, penilaian mengenai kesesuaian pantun dengan

tema cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita, penulis menilai

bahwa tema dan pesan dalam pantun sudah sesuai. Keduanya sama-sama

bertema tentang kedurhakaan, dan keduanya juga berpesan agar pembaca

tidak boleh menjadi anak yang durhaka.

Lebih lanjut, penilaian dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan, penulis memberinya skor 1, karena masih banyak ditemukan

kesalahan dalam penulisan hurufnya. Dapat dianalisis sebagai berikut.

jalan-jalan ke surabaya: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Surabaya jangan lupa naik kereta: seharusnya ditulis Jangan lupa naik kereta kalo ingin masuk surga: seharusnya ditulis Kalau ingin masuk surga Jangan durhaka kepada orang Tua: seharusnya ditulis Jangan durhaka kepada orang tua. Secara keseluruhan, Amel Olivia sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Amel Olivia sudah

mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan indikator-indikator

penilaian yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang

kurang, misalnya dalam hal penulisan huruf kapital yang tidak tepat.

Berdasarkan hasil analisis, Amel Olivia mendapatkan nilai 84. Nilai 84

didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

4. Ardian Syah Fermana.

Jalan-Jalan nyari mertua tidak Lupa membeLi kerudung buat apa durhaka pada orang tua bukan nya untung malah buntung

Page 68: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

55

Tabel 4.8

Penilaian Hasil Pantun Ardian Syah Fermana No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dicapai dalam pantun tersebut, terletak dalam aspek

kelogisan sampiran dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema

cerita, dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Ketiga aspek tersebut

penulis memberinya skor 5. Mengenai aspek kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, sampiran dan isi yang terdapat dalam pantun tersebut sudah

cukup logis. Kemudian, penilaian mengenai kesesuaian pantun dengan

tema cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita, bahwa tema dan

pesan dalam pantun sudah sesuai. Keduanya sama-sama bertema tentang

kedurhakaan, dan keduanya juga berpesan agar siapapun tidak menjadi

anak yang durhaka, karena tidak ada untungnya menjadi anak durhaka,

bukannya untung malah buntung (rugi), pesan Ardian Syah Fermana.

Mengenai aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, penulis

memberinya skor 4, karena ada salah satu ciri pantun yang tidak sesuai,

yakni mengenai jumlah suku kata dalam tiap barisnya. Analisisnya, ciri

pantun yang pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun tersebut

memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata.

Mengenai jumlah suku kata, dapat diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan nyari mertua: memiliki 9 suku kata tidak Lupa membeLi kerudung: memiliki 10 suku kata buat apa durhaka pada orang tua: memiliki 13 suku kata bukan nya untung malah buntung: memiliki 9 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku kata pada pantun baris

ketiga berjumlah 13 suku kata. Ini menunjukkan bahwa pantun tersebut

Page 69: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

56

melebihi aturan/syarat dari jumlah suku kata sebuah pantun. Ciri

selanjutnya yaitu adanya sampiran dan isi. Pantun tersebut memiliki

sampiran di baris pertama dan kedua, sedangkan isinya terdapat di baris

ketiga dan keempat. Kemudian, ciri selanjutnya yaitu memiliki pola rima

a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan analisis penulis, pantun tersebut memiliki

pola rima a-b-a-b. Mengenai pola rima, dapat dilihat sebagai berikut.

Jalan-Jalan nyari mertua: memiliki bunyi rima akhir -a tidak Lupa membeLi kerudung: memiliki bunyi rima akhir -ung buat apa durhaka pada orang tua: memiliki bunyi rima akhir -a bukan nya untung malah buntung: memiliki bunyi rima akhir -ung

Lebih lanjut, penilaian dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan, penulis memberinya skor 2, karena masih banyak ditemukan

kesalahan dalam penulisan hurufnya. Dapat dianalisis sebagai berikut.

Jalan-Jalan nyari mertua: seharusnya ditulis Jalan-jalan nyari mertua tidak Lupa membeLi kerudung: seharusnya ditulis Tidak lupa membeli kerudung buat apa durhaka pada orang tua: seharusnya ditulis Buat apa durhaka pada orang tua bukan nya untung malah buntung: seharusnya ditulis Bukannya untung malah buntung. Secara keseluruhan, Ardian Syah Fermana sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

Ardian Syah Fermana sudah mampu menulis pantun dengan baik, sesuai

dengan aspek penilaian yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada

beberapa hal yang kurang, misalnya dalam hal penulisan huruf kapital dan

ejaan yang tidak tepat. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Ardian Syah

Fermana mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

5. Ayu Maya Afrilia.

Jalan-Jalan ke yogyakarta Jangan Lupa membeli nangka Kalau kamu tidak ingin berdosa berbaktilah kepada orang tua

Page 70: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

57

Tabel 4.9 Penilaian Hasil Pantun Ayu Maya Afrilia

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 22 Nilai 88

Skor tertinggi dalam pantun tersebut ada pada aspek penilaian

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut penulis memberinya skor 5. Aspek

pertama mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, ciri pantun yang

pertama yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris/larik, pantun tersebut memiliki

4 baris/larik. Kedua, tiap baris tediri dari 8-12 suku kata. Mengenai

jumlah suku kata, dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke yogyakarta: memiliki 9 suku kata Jangan Lupa membeli nangka: memiliki 9 suku kata Kalau kamu tidak ingin berdosa: memiliki 11 suku kata berbaktilah kepada orang tua: memiliki 11 suku kata

Jika dilihat dari jumlah suku kata yang ada dalam pantun tersebut,

dapat dilihat bahwa Ayu Maya Afrilia sudah memahaminya. Kemudian,

ciri pantun yang selanjutnya yaitu adanya sampiran dan isi. Dalam pantun

tersebut, memiliki sampiran dan juga isi. Sampiran terletak pada baris

pertama dan kedua, sedangkan isi terletak pada baris ketiga dan keempat.

Ciri pantun selanjutnya yaitu, memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun

tersebut memiliki pola rima a-a-a-a. Dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke yogyakarta: memiliki bunyi rima akhir -ta Jangan Lupa membeli nangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Kalau kamu tidak ingin berdosa: memiliki bunyi rima akhir -sa berbaktilah kepada orang tua: memiliki bunyi rima akhir -a

Penilaian selanjutnya berkenaan dengan kelogisan sampiran dan

kelogisan isi. Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut sudah logis antara

Page 71: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

58

tiap sampiran dan juga tiap isinya. Kemudian penilaian mengenai aspek

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Penulis menilai pantun yang ditulis oleh Ayu Maya Afrilia

tersebut sudah sesuai dengan tema dan juga pesan dari cerita rakyat yang

penulis sajikan. Masih berkaitan dengan kedurhakaan anak pada orang

tuanya, di sini Ayu Maya Afrilia berpesan bahwa kalau kamu tidak ingin

berdosa, berbaktilah pada orang tua.

Penilaian selanjutnya adalah pada aspek ketepatan penulisan huruf

dan ejaan. Penulis memberinya skor 2, karena dalam pantun tersebut,

masih terdapat kesalahan dalam penggunaan huruf kapital yang tidak

sesuai dengan kaidah penulisan huruf kapital. Analisisnya dapat dicermati

sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke yogyakarta: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Yogyakarta Jangan Lupa membeli nangka: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli nangka berbaktilah kepada orang tua: seharusnya ditulis Berbaktilah

kepada orang tua

Secara keseluruhan, Ayu Maya Afrilia sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

kemampuannya menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang

kurang, misalnya dalam hal penulisan huruf kapital yang tidak tepat.

Berdasarkan hasil analisis, Ayu Maya Afrilia mendapatkan nilai 88. Nilai

88 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(22 : 25) X 100 = 88.

6. Fahmi Abdillah Askar.

Jalan-Jalan Ketemu Kak wawan Sambil membeLi semangka Jadi anak Jangan melawan nanti kamu akan masuk neraka

Page 72: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

59

Tabel 4.10 Penilaian Hasil Pantun Fahmi Abdillah Askar

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut yaitu terdapat dalam aspek

penilaian kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian

pantun dengan pesan cerita. Keempat aspek tersebut, penulis memberinya

skor 5. Penilaian pertama yaitu mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri

pantun. Penulis memberinya skor 5 karena Fahmi Abdillah Askar sudah

tepat dalam menuliskan pantun sesuai dengan ciri-ciri pantun. Dapat

dilihat, ciri yang pertama yaitu berkaitan dengan tiap bait pantun terdiri

dari 4 baris/larik. Pantun yang ditulis oleh Fahmi Abdillah Askar terdiri

dari 4 baris/larik. Selanjutnya, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. Dapat

dicermati sebagai berikut.

Jalan-Jalan Ketemu Kak wawan: terdiri dari 10 suku kata Sambil membeLi semangka: terdiri dari 8 suku kata Jadi anak Jangan melawan: terdiri dari 9 suku kata nanti kamu akan masuk neraka: terdiri dari 11 suku kata

Jika dilihat, mengenai jumlah suku katanya pada pantun tersebut,

sudah memenuhi kaidah penulisan pantun. Ciri pantun selanjutnya yaitu

adanya sampiran dan isi. Sampiran pada pantun tersebut terletak pada

baris pertama dan kedua, sedangkan isi dari pantun tersebut terletak pada

baris ketiga dan keempat. Kemudian, ciri pantun selanjutnya yaitu

memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun tersebut memiliki pola rima a-

b-a-b, dapat diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan Ketemu Kak wawan: memiliki bunyi rima akhir -wan Sambil membeLi semangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jadi anak Jangan melawan: memiliki bunyi rima akhir -wan

Page 73: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

60

nanti kamu akan masuk neraka: memiliki bunyi rima akhir –ka

Aspek penilaian mengenai kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

pantun tersebut sudah logis antara tiap sampirannya dan juga antara tiap

isinya. Kemudian mengenai kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

juga kesesuaian pantun dengan pesan cerita, tema dalam pantun yang

ditulis oleh Fahmi Abdillah Askar sudah sesuai dengan tema cerita rakyat;

Batu Menangis yang penulis sajikan, yaitu mengenai kedurhakaan/anak

yang durhaka. Dalam pantun tersebut Fahmi Abdillah Askar berpesan jadi

anak jangan melawan, nanti kamu akan masuk neraka. Sesuai dengan

kisah dalam cerita rakyat; Batu Menangis, yang menceritakan tentang

seorang anak gadis yang melawan orang tuanya, akhirnya malah mendapat

petaka di akhir hayatnya.

Skor terendah yang dicapai dalam pantun tersebut yaitu mengenai

ketepatan penulisan huruf dan ejaan. Pada aspek tersebut, diberi skor 1,

karena penulis menilai bahwa masih banyak kekurangan, terutama dalam

hal penulisan huruf kapital yang tidak tepat, di antaranya.

Jalan-Jalan Ketemu Kak wawan: seharusnya ditulis Jalan-jalan ketemu kak Wawan Sambil membeLi semangka: seharusnya ditulis Sambil membeli semangka Jadi anak Jangan melawan: seharusnya ditulis Jadi anak jangan melawan nanti kamu akan masuk neraka: seharusnya ditulis Nanti kamu akan masuk neraka.

Secara keseluruhan, Fahmi Abdillah Askar sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

kemampuannya menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang

kurang, misalnya dalam hal penulisan huruf kapital yang tidak tepat.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, Fahmi Abdillah Askar mendapatkan

nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

Page 74: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

61

7. Hasby Asidqi.

jalan jalan kekampung rawa jangan lupa membeli kerupuk jangan pernah melawan orang tua karna bisa kena kutuk

Tabel 4.11 Penilaian Hasil Pantun Hasby Asidqi

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut yaitu terdapat dalam aspek

penilaian kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian

pantun dengan pesan cerita. Keempat aspek tersebut, penulis memberinya

skor 5. Penilaian pertama yaitu mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri

pantun. Penulis memberinya skor 5 karena Hasby Asidqi sudah tepat

dalam menuliskan pantunnya sesuai dengan ciri-ciri pantun. Dapat dilihat,

ciri yang pertama yaitu berkaitan dengan tiap bait pantun terdiri dari 4

baris/larik. Pantun yang ditulis oleh Hasby Asidqi terdiri dari 4 baris/larik.

Selanjutnya, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. Dapat dilihat

analisisnya sebagai berikut.

jalan jalan kekampung rawa: memiliki 9 suku kata jangan lupa membeli kerupuk: memiliki 10 suku kata jangan pernah melawan orang tua: memiliki 11 suku kata karna bisa kena kutuk: memiliki 8 suku kata

Jika dilihat, mengenai jumlah suku katanya pada pantun tersebut,

sudah memenuhi kaidah penulisan pantun. Ciri pantun selanjutnya yaitu

adanya sampiran dan isi. Sampiran pada pantun tersebut terletak pada

baris pertama dan kedua, sedangkan isi dari pantun tersebut terletak pada

baris ketiga dan keempat. Kemudian, ciri pantun selanjutnya yaitu

Page 75: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

62

memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun tersebut memiliki pola rima a-

b-a-b. Dapat diamati sebagai berikut.

jalan jalan kekampung rawa: memiliki bunyi rima akhir -wa jangan lupa membeli kerupuk: memiliki bunyi rima akhir -puk jangan pernah melawan orang tua: memiliki bunyi rima akhir -ua karna bisa kena kutuk: memiliki bunyi rima akhir –tuk

Aspek penilaian mengenai kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut sudah logis antara tiap

sampirannya dan juga antara tiap isinya. Kemudian mengenai kesesuaian

pantun dengan tema cerita dan juga kesesuaian pantun dengan pesan

cerita, tema dalam pantun yang ditulis oleh Hasby Asidqi sudah sesuai

dengan tema cerita rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan, yaitu

mengenai kedurhakaan/anak yang durhaka. Dalam pantun tersebut Hasby

Asidqi berpesan jangan pernah melawan orang tua, karna bisa kena

kutuk.

Skor terendah yang dicapai dalam pantun tersebut yaitu mengenai

ketepatan penulisan huruf dan ejaan. Pada aspek tersebut, diberi skor 1,

karena penulis menilai bahwa masih banyak kekurangan, terutama dalam

hal penulisan huruf dan ejaan yang tidak tepat, seperti kutipan berikut.

jalan jalan kekampung rawa: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke kampung Rawa jangan lupa membeli kerupuk: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli kerupuk jangan pernah melawan orang tua: seharusnya ditulis Jangan pernah melawan oran tua karna bisa kena kutuk: seharusnya ditulis Karna bisa kena kutuk.

Secara keseluruhan, Hasby Asidqi sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Hasby Asidqi sudah

mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian

yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang tidak tepat,

misalnya dalam hal penulisan huruf kapital dan ejaannya yang tidak

sesuai. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Hasby Asidqi mendapatkan

nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

Page 76: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

63

(21 : 25) X 100 = 84.

8. Ispan Egi.

Beli buah dirumah Fahreza Makan papaya sampai disana Jangan menyakiti hati orang tua Jika tidak mau di bilang durhaka

Tabel 4.12 Penilaian Hasil Pantun Ispan Egi

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 22 Nilai 88

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat pada aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut diberi skor 5. Mengenai penilaian

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, ciri pantun yang pertama yaitu tiap

bait pantun terdiri dari dari 4 baris. Pantun tersebut pun terdiri dari 4

baris. Kemudian, tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata. Dapat dilihat

analisisnya sebagai berikut.

Beli buah dirumah Fahreza: memiliki 10 suku kata Makan pepaya sampai disana: memiliki 10 suku kata Jangan menyakiti hati orang tua: memiliki 12 suku kata Jika tidak mau di bilang durhaka: memiliki 12 suku kata

Berdasarkan analisis pantun tersebut, sudah memenuhi syarat

penulisan jumlah suku katanya. Kemudian, pantun tersebut juga memiliki

sampiran dan isi. Sampiran terletak pada baris pertama dan kedua,

sedangkan isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. Ciri pantun yang

selanjutnya yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun yang ditulis

oleh Ispan Egi, memiliki pola rima a-a-a-a. Dapat diamati sebagai berikut.

Page 77: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

64

Beli buah dirumah Fahreza: memiliki bunyi rima akhir -za Makan papaya sampai disana: memiliki bunyi rima akhir -na Jangan menyakiti hati orang tua: memiliki bunyi rima akhir -a Jika tidak mau di bilang durhaka: memiliki bunyi rima akhir –ka

Lebih lanjut, mengenai penilaian aspek kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, pada pantun tersebut sudah logis antara sampiran pada baris

pertama dengan sampiran pada baris kedua, dan isinya juga sudah logis

antara isi pantun di baris ketiga dengan isi pantun di baris keempat.

Penilaian selanjutnya mengenai aspek kesesuaian pantun dengan tema

cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Pantun yang dibuat

oleh Ispan Egi bertema tentang kedurhakaan, sama dengan tema cerita

rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan. Kemudian, pesan dalam

pantun juga sudah sesuai dengan pesan yang terdapat dalam cerita rakyat;

Batu Menangis. Dalam pantun tersebut, Ispan Egi berpesan jangan

menyakiti hati orang tua, jika tidak mau dibilang durhaka.

Mengenai penilaian pada aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan, ada beberapa hal yang kurang tepat. Maka dari itu, penulis

memberinya skor 2. Analisisnya adalah sebagai berikut.

Beli buah dirumah Fahreza: kata dirumah seharusnya ditulis di rumah Makan papaya sampai disana: kata disana seharusnya ditulis di sana Jika tidak mau di bilang durhaka: kata di bilang seharusnya ditulis dibilang Secara keseluruhan, Ispan Egi sudah mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Ispan Egi sudah mampu

menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang

penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang kurang, misalnya

dalam hal penggunaan kata depan dan kata imbuhan yang tidak sesuai.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, Ispan Egi mendapatkan nilai 88. Nilai

88 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(22 : 25) X 100 = 88.

Page 78: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

65

9. Izat Ibrahim.

jalan2 Ke Cikupa jangan lupa membeli jambu jangan durhaka kepada orang tua agar kamu tidak menjadi batu

Tabel 4.13 Penilaian Hasil Pantun Izat Ibrahim

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut, penulis memberikan skor 5.

Mengenai aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, ciri pantun yang

pertama yaitu tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun tersebut memiliki 4

baris. Ciri selanjutnya yaitu, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata.

Analisisnya adalah sebagai berikut.

jalan2 Ke Cikupa: memiliki 8 suku kata jangan lupa membeli jambu: memiliki 9 suku kata jangan durhaka kepada orang tua: memiliki 12 suku kata agar kamu tidak menjadi batu: memiliki 11 suku kata

Mengenai jumlah suku kata dalam pantun, Izat Ibrahim sudah

menulisnya dengan tepat. Kemudian, ciri pantun selanjutnya yaitu adanya

sampiran dan isi. Pantun tersebut tentu memiliki sampiran dan isi.

Sampiran dalam pantun tersebut ada di baris pertama dan kedua,

sedangkan isinya ada di baris ketiga dan keempat. Ciri pantun selanjutnya

yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun yang ditulis oleh Izat

Ibrahim memiliki pola rima a-b-a-b, dapat dicermati sebagai berikut.

jalan2 Ke Cikupa: memiliki bunyi rima akhir -pa

Page 79: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

66

jangan lupa membeli jambu: memiliki bunyi rima akhir -bu jangan durhaka kepada orang tua: memiliki bunyi rima akhir -a agar kamu tidak menjadi batu: memiliki bunyi rima akhir -tu

Penilaian mengenai aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

berdasarkan hasil analisis, pantun yang ditulis oleh Izat Ibrahim sudah

logis antara tiap sampirannya dan juga antara tiap isinya. Tapi, yang

menjadi catatan penulis, isi dari pantun tersebut yang berbunyi Jangan

durhaka kepada orang tua, agar kamu tidak menjadi batu, sebetulnya

tidak semua orang yang durhaka pada orang tuanya lantas dapat berubah

menjadi batu, hanya saja itu mungkin terjadi apabila amarah orang tua

sudah tidak terbendung lagi, sampai akhirnya terpaksa mengutuk anaknya

menjadi batu. Tapi, biar bagaimanapun, janganlah sampai seseorang

berbuat durhaka pada orang tua..

Kemudian, penilaian pada aspek kesesuaian pantun dengan tema

cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita, menurut pendapat

penulis, tema pada pantun tersebut sudah sesuai dengan tema cerita rakyat

yang penulis sajikan, yakni mengenai kedurhakaan. Dan isi pesannya pun

sudah sesuai dengan cerita rakyat yang penulis sajikan. Dalam pantun

tersebut, Izat Ibrahim berpesan jangan durhaka kepada orang tua, agar

kamu tidak menjadi batu, sesuai dengan cerita rakyat; Batu Menangis,

memberi pesan pada pembaca agar tidak menjadi anak yang durhaka pada

orang tuanya. Karena, dalam cerita rakyat tersebut, tokoh si gadis menjadi

batu akibat kedurhakaan pada ibunya.

Penilaian mengenai ketepatan penulisan huruf dan ejaan, masih

banyak terdapat kesalahan, terutama dalam penulisan huruf kapital yang

tidak sesuai dengan kaidahnya, sehingga penulis memberinya skor 1.

Analisisnya dapat dicermati sebagai berikut.

jalan2 Ke Cikupa: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Cikupa jangan lupa membeli jambu: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli jambu jangan durhaka kepada orang tua: seharusnya ditulis Jangan durhaka kepada orang tua agar kamu tidak menjadi batu: seharusnya ditulis Agar kamu tidak menjadi batu

Page 80: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

67

Secara keseluruhan, Izat Ibrahim sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Izat Ibrahim sudah

mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian

yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang kurang,

misalnya dalam hal penulisan huruf kapital yang tidak tepat. Izat Ibrahim

belum memahami bagaimana cara penempatan huruf kapital dalam

kalimat. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Izat Ibrahim mendapatkan

nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

10. M. Arba Rifa’i.

jalan-jalan ke balai kota Jangan lupa membeli semangka Janganlah kamu durhaka nanti ibu bisa murka

Tabel 4.14 Penilaian Hasil Pantun M. Arba Rifa’i

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi pada pantun tersebut terdapat pada aspek kesesuaian

dengan ciri-ciri pantun, kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Untuk ketiga aspek tersebut diberi

skor 5 karena pantun yang dibuat sudah sesuai dengan aspek penilaian.

Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, pantun yang dibuat oleh M.

Arba Rifa’i sudah tepat. Ciri yang pertama, yaitu tiap baitnya terdiri dari 4

bari/larik, pantun tersebut memiliki 4 baris/larik. Kedua, tiap baitnya

terdiri dari 8 – 12 suku kata, dapat dilihat sebagai berikut.

Page 81: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

68

jalan-jalan ke balai kota: terdiri dari 9 suku kata Jangan lupa membeli semangka: terdiri dari 10 suku kata Janganlah kamu durhaka: terdiri dari 8 suku kata nanti ibu bisa murka: terdiri dari 8 suku kata.

Secara keseluruhan, pada pantun tersebut sudah memenuhi syarat

jumlah suku katanya. Ketiga, adanya sampiran dan isi. Baris pertama dan

kedua pada pantun tersebut disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan

keempatnya disebut sebagai isi. Keempat, memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-

a-a. Pantun tersebut memiliki pola rima a-a-a-a. Dapat dicermati sebagai

berikut.

jalan-jalan ke balai kota: memiliki bunyi rima akhir -ta Jangan lupa membeli semangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Janganlah kamu durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka nanti ibu bisa murka: memiliki bunyi rima akhir –ka

Lebih lanjut, untuk penilaian selanjutnya yaitu mengenai

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Tema pantun yang dibuat oleh M. Arba Rifa’i sudah sesuai

dengan tema cerita rakyat yang penulis sajikan, yaitu mengenai

kedurhakaan/anak yang durhaka. Dan pesan yang disampaikan dalam

pantun juga sudah sesuai dengan pesan yang terdapat dalam cerita rakyat,

M. Arba Rifa’i berpesan dalam pantunnya janganlah kamu durhaka, nanti

ibu bisa murka.

Kemudian, skor 4 diberikan pada aspek kelogisan sampiran dan

kelogisan isi. Mengenai kelogisan sampiran, kurang sesuai, di sana M.

Arba Rifa’i menulis.

jalan-jalan ke balai kota Jangan lupa membeli semangka

Secara logika, di Balai Kota bukan tempat orang berjualan

semangka, jadi kemungkinan tidak akan ditemukan semangka di sana.

Kemudian mengenai aspek kelogisan isi, isi dari pantun yang dibuat oleh

M. Arba Rifa’i sudah logis.

Skor terendah yang dicapai oleh M. Arba Rifa’i ada pada aspek ketepatan

penulisan huruf dan ejaan. Untuk aspek tersebut, diberi skor 2, karena ada

beberapa hal yang kurang tepat dalam penggunaan huruf kapitalnya.

Page 82: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

69

jalan-jalan ke balai kota: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Balai Kota nanti ibu bisa murka: seharusnya ditulis Nanti ibu bisa murka.

Secara keseluruhan, M. Arba Rifa’i mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang menulis sajikan, dibuktikan dengan M. Arba Rifa’i bisa

menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang

penulis siapkan, meskipun masih ada beberapa hal yang kurang, misalnya

dalam hal penulisan huruf kapitalnya. Berdasarkan hasil analisis di atas,

M. Arba Rifa’i mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

11. Maharani Dwi R.

Ada orang beli Semangka Jangan lupa membeli Duku Janganlah kamu durhaka Jika tidak dikutuk menjadi Batu

Tabel 4.15 Penilaian Hasil Pantun Maharani Dwi R

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam penilaian pantun tersebut ada dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kesesuaian pantun dengan tema cerita

dan juga kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Ketiga aspek tersebut

diberi skor 5. Mengenai aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, penulis

memberinya skor 5 karena pantun yang ditulis oleh Maharani Dwi R

sudah sesuai dengan ciri-ciri pantun. Ciri yang pertama, yaitu tiap bait

terdiri dari 4 baris, pantun tersebut terdiri dari 4 baris. Kedua, tiap bait

Page 83: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

70

terdiri dari 8-12 suku kata, Pantun tersebut pun sudah memenuhi syarat

jumlah suku katanya. Dapat dicermati sebagai berikut.

Ada orang beli Semangka: terdiri dari 9 suku kata Jangan lupa membeli Duku: terdiri dari 9 suku kata Janganlah kamu durhaka: terdiri dari 8 suku kata Jika tidak dikutuk menjadi Batu: terdiri dari 12 suku kata

Ketiga, adanya sampiran dan isi. Dalam pantun tersebut, sampiran

terletak di baris pertama dan kedua, sedangkan isinya terletak pada baris

ketiga dan keempat. Ciri pantun yang terakhir yaitu, pantun memiliki pola

rima a-b-a-b/a-a-a-a. Dalam pantun tersebut, memiliki pola rima a-b-a-b.

Dapat dicermati sebagai berikut.

Ada orang beli Semangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jangan lupa membeli Duku: memiliki bunyi rima akhir -ku Janganlah kamu durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jika tidak dikutuk menjadi Batu: memiliki bunyi rima akhir -tu

Penilaian dalam aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

kesesuaian pantun dengan pesan cerita, penulis juga memberinya skor 5,

karena pantun tersebut sudah sesuai dengan tema cerita rakyat yang

penulis sajikan, yaitu mengenai kedurhakaan. Pesan yang disampaikan

dalam pantun pun sudah sesuai dengan cerita rakyat; Batu Menangis yang

penulis sajikan. Maharani Dwi R berpesan dalam pantunnya janganlah

kamu durhaka, jika tidak dikutuk menjadi batu. Mengandung pesan bahwa

seseorang tidak boleh durhaka pada orang tua, jangan sampai membuat

orang tua marah, apalagi sampai mengutuk.

Mengenai aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi, penulis

memberinya skor 4. Sampiran yang ditulis, sudah logis. Namun, isi dari

pantun tersebut, kurang logis. Karena, tidak semua anak yang berbuat

durhaka pada orang tuanya, lantas orang tuanya tega mengutuk anaknya

menjadi batu.

Penilaian dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan ejaan,

penulis memberinya skor 2. Karena, ada beberapa kata yang dalam

penulisannya menggunakan huruf kapital di tempat yang tidak semestinya.

Dapat dicermati sebagai berikut.

Ada orang beli Semangka: seharusnya ditulis Ada orang beli semangka

Page 84: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

71

Jangan lupa membeli Duku: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli duku Jika tidak dikutuk menjadi Batu: seharusnya ditulis Jika tidak dikutuk menjadi batu Secara keseluruhan, Maharani Dwi R sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Maharani Dwi R

sudah mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian yang penulis sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang

kurang, misalnya dalam hal ketepatan penulisan huruf (huruf kapital), dan

juga mengenai kelogisan isi pantunnya. Berdasarkan hasil analisis di atas,

Maharani Dwi R mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

12. Mayang Aprilia Sari.

Buah nangka buah kedongdong Jangan di makan disiang terik Jadi anak Jangan suka berbohong Karena berbohong itu tidak baik

Tabel 4.16 Penilaian Hasil Pantun Mayang Aprilia Sari

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 17 Nilai 68

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat aspek kesesuaian

dengan ciri-ciri pantun dan kelogisan sampiran dan kelogisan isi. Kedua

aspek tersebut diberi skor 5. Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun,

dapat dianalisis yaitu, pertama tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun yang

Page 85: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

72

ditulis oleh Mayang Aprilia Sari terdiri dari 4 baris. Kemudian, tiap

barisnya terdiri dari 8-12 suku kata. Dapat dicermati sebagai berikut.

Buah nangka buah kedongdong: terdiri dari 9 suku kata Jangan di makan disiang terik: terdiri dari 10 suku kata Jadi anak Jangan suka berbohong: terdiri dari 11 suku kata Karena berbohong itu tidak baik: terdiri dari 12 suku kata

Berdasarkan analisis di atas, mengenai jumlah suku kata, Mayang

Aprilia Sari sudah memahaminya dengan baik. Ciri pantun selanjutnya

yaitu adanya sampiran dan isi. Dalam pantun di atas, sampiran ada di

baris pertama dan kedua, sedangkan isinya ada di baris ketiga dan

keempat. Ciri pantun selanjutnya yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-

a. Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut memiliki pola rima a-b-a-b.

Dapat dilihat sebagai berikut.

Buah nangka buah kedongdong: memiliki bunyi rima akhir -ong Jangan di makan disiang terik: memiliki bunyi rima akhir -ik Jadi anak Jangan suka berbohong: memiliki bunyi rima akhir -ong Karena berbohong itu tidak baik: memiliki bunyi rima akhir -ik

Penilaian mengenai aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

pantun yang ditulis oleh Mayang Aprilia Sari sudah sesuai antara

sampirannya dan antara tiap isinya. Kemudian, penilaian pantun dalam

aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun

dengan pesan cerita, penulis memberinya skor 3, dikarenakan dalam cerita

rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan, bertema kedurhakaan atau

anak yang durhaka, sedangkan pantun yang ditulis oleh Mayang Aprilia

Sari poin utamanya bertema tentang kebohongan atau anak yang suka

berbohong. Meskipun begitu, yang dimaksud Mayang Aprilia Sari adalah

tidak boleh berbohong pada orang tua, karena dalam cerita rakyat tersebut,

tokoh si gadis memang berbohong, dan tidak mengakui ibunya. Mengenai

pesan cerita, Mayang Aprilia Sari berpesan dalam pantunnya bahwa

sebagai seorang anak, tidak boleh berbohong, karena berbohong itu adalah

perbuatan yang tidak baik. Sebetulnya, dalam cerita rakyat; Batu

Menangis pun, ada memang bagian yang si tokoh gadis berbohong kepada

orang lain, dengan tidak mengakui ibunya sebagai ibu kandungnya. Tetapi,

penulis tidak memberinya skor sempurna (5), sebab makna atau pesan

Page 86: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

73

yang terdapat dalam cerita, secara garis besar, bukanlah hal tersebut,

melainkan pesan agar pembaca tidak boleh menjadi anak yang durhaka

pada orang tua.

Penilaian mengenai ketepatan penulisan huruf dan ejaan, penulis

memberinya skor 1, sebab masih banyak sekali terdapat kesalahan dalam

penulisan hurufnya. Dapat dicermati sebagai berikut.

Buah nangka buah kedongdong: kata kedongdong seharusnya ditulis kedondong Jangan di makan disiang terik: kata di makan seharusnya ditulis dimakan. Dan kata disiang seharusnya ditulis di siang Jadi anak Jangan suka berbohong: seharusnya ditulis jangan

Secara keseluruhan, Mayang Aprilia Sari sudah cukup mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

Mayang Aprilia Sari sudah cukup mampu menulis pantun dengan baik,

sesuai dengan aspek-aspek penilaian. Meskipun masih ada beberapa hal

yang perlu menjadi catatan. Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf

(huruf kapital), dan juga mengenai kesesuaian pantun dengan tema cerita

dan juga pesan dari cerita rakyat yang penulis sajikan. Berdasarkan hasil

analisis di atas, Mayang Aprilia Sari mendapatkan nilai 68. Nilai 68

didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(17 : 25) X 100 = 68.

13. M. Raihan Putra Sinva Pratama.

Jalan-Jalan ke gang Nangka Jangan lupa membeli Jangka Jadilah anak jangan durhaka Agar Ibunda tidak murka

Tabel 4.17 Penilaian Hasil Pantun M. Raihan Putra Sinva Pratama

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja 1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi

Page 87: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

74

4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut, penulis memberinya skor 5.

Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, dapat dianalisis berdasarkan

ciri-cirinya. Ciri yang pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun

tersebut memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata,

dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke gang Nangka: memiliki 8 suku kata Jangan lupa membeli Jangka: memiliki 9 suku kata Jadilah anak jangan durhaka: memiliki 10 suku kata Agar Ibunda tidak murka: memiliki 9 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku kata dalam pantun

sudah sesuai. Kemudian, ciri selanjutnya yaitu adanya sampiran dan isi.

Dalam pantun tersebut, sampiran terletak di baris pertama dan kedua,

sedangkan isi pantunnya terletak pada baris ketiga dan keempat. Ciri

pantun yang terakhir yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pantun di

atas memiliki pola rima a-a-a-a. Dapat diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke gang Nangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jangan lupa membeli Jangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jadilah anak jangan durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka Agar Ibunda tidak murka: memiliki bunyi rima akhir –ka

Penilaian dalam aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

pantun tersebut sudah logis antara tiap sampirannya dan juga tiap isinya.

Kemudian, penilaian dalam aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita

dan juga kesesuaian pantun dengan pesan cerita, berdasar hasil analisis,

bahwa pantun tersebut sudah sesuai antara tema dan pesannya dengan

cerita rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan. Dalam tema, keduanya

sama-sama mengangkat soal kedurhakaan, dan pesan yang disampaikan

Page 88: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

75

sama-sama mengajak untuk tidak berbuat durhaka pada orang tua,

khusunya pada ibu.

Lebih lanjut, penilaian mengenai ketepatan penulisan huruf dan

ejaan, bahwa masih banyak penulisan huruf yang tidak sesuai, yakni

menggunakan huruf kapital di tempat yang tidak seharusnya. Dapat dilihat

analisisnya sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke gang Nangka: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Gang Nangka Jangan lupa membeli Jangka: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli jangka Agar Ibunda tidak murka: seharusnya ditulis Agar ibunda tidak murka. Secara keseluruhan, M. Raihan Putra Sinva Pratama sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

kemampuannya menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan.

Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf (huruf kapital) yang tidak

pada tempatnya. Berdasarkan hasil analisis di atas, M. Raihan Putra Sinva

mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

14. M. Raihan Nur Ramadhan.

Ada cincin di dalam nangka Cincinnya warna abu-abu Jaganlah kamu durhaka Agar tidak mejadi batu

Tabel 4.18 Penilaian Hasil Pantun M. Raihan Nur Ramadhan.

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja 1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita

Page 89: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

76

5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita Skor 22 Nilai 88

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kesesuaian pantun dengan tema

cerita, dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Ketiga aspek tersebut

diberi skor 5, karena sudah memenuhi kriteria penilaian. Mengenai

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, dapat dianalisis berdasarkan ciri-ciri

pantun. Pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris, pantun tersebut sudah

memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata.

Mengenai jumlah suku kata, dapat dianalisis sebagai berikut.

Ada cincin di dalam nangka: memiliki 9 suku kata Cincinnya warna abu-abu: memiliki 9 suku kata Jaganlah kamu durhaka: memiliki 8 suku kata Agar tidak mejadi batu: memiliki 9 suku kata

Berdasarkan analisis jumlah suku kata tersebut, pantun di atas

sudah memenuhi kriteria. Ciri pantun yang ketiga, adanya sampiran dan

isi. Dalam pantun tersebut, sampiran terletak di baris pertama dan kedua,

sedangkan isinya terdapat di baris ketiga dan keempat. Ciri pantun yang

keempat yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan hasil

analisi, pantun tersebut memiliki pola rima a-b-a-b. Dapat dicermati

sebagai berikut.

Ada cincin di dalam nangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Cincinnya warna abu-abu: memiliki bunyi rima akhir -bu Jaganlah kamu durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka Agar tidak mejadi batu: memiliki bunyi rima akhir –tu

Mengenai penilaian kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

kesesuaian pantun dengan pesan cerita, pantun tersebut sudah sesuai

dengan tema maupun pesan dari cerita rakyat yang penulis sajikan.

Keduanya sama-sama bertema tentang kedurhakaan, dan memiliki pesan

agar seseorang tidak boleh menjadi anak yang durhaka, dan jangan sampai

membuat orang tua marah sampai akhirnya mengutuk.

Penilaian dalam aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

penulis memberinya skor 4. Sampiran yang ditulis, sudah logis. Namun,

Page 90: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

77

berdasar hasil analisis, mengenai isi dari pantun tersebut, kurang logis.

Karena, tidak semua anak yang berbuat durhaka pada orang tuanya, lantas

orang tersebut langsung berubah tubuhnya menjadi batu. Peristiwa itu bisa

terjadi jika orang tua sudah mengeluarkan sumpah dan kutukannya, karena

doa orang tua terutama seorang ibu adalah maqbul (didengar oleh Tuhan).

Meskipun begitu, seseorang harus taat kepada orang tua. Jangan sampai

memancing amarah orang tua.

Mengenai ketepatan penulisan huruf dan ejaan, masih ditemukan

penulisan huruf yang tidak tepat, sehingga penulis memberinya skor 3.

Dapat diamati sebagai berikut.

Jaganlah kamu durhaka: seharusnya ditulis Janganlah Agar tidak mejadi batu: seharusnya ditulis menjadi

Secara keseluruhan, M. Raihan Nur Ramadhan sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan

kemampuannya menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan.

Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf dan ejaan yang tidak sesuai.

Berdasarkan hasil analisis di atas, M. Raihan Nur Ramadhan mendapatkan

nilai 88. Nilai 88 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(22 : 25) X 100 = 88.

15. M. Razak Haikal.

Jalan2 beRsama anak Muda SeTelah pulang Membawa beRkaT Janganlah Melawan oRang Tua agar selamaT dunia akhiRaT

Tabel 4.19 Penilaian Hasil Pantun M. Razak Haikal

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita

Page 91: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

78

5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut penulis memberi skor masing-

masing 5. Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, pantun tersebut

sudah sesuai dengan ciri-ciri pantun, yaitu pertama tiap bait terdiri dari 4

baris. Pantun tersebut berjumlah 4 baris. Kedua, tiap baris terdiri dari 8-

12 suku kata. Dapat dianalisis sebagai berikut.

Jalan2 beRsama anak Muda: memiliki 11 suku kata SeTelah pulang Membawa beRkaT: memiliki 10 suku kata Janganlah Melawan oRang Tua: memiliki 10 suku kata agar selamaT dunia akhiRaT: memiliki 11 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku katanya sudah sesuai

dengan ciri-ciri pantun. Ketiga, adanya sampiran dan isi. Dalam pantun

tersebut, memiliki sampiran dan isi. Sampiran terletak di baris pertama dan

kedua, sedangkan isinya terletak di baris ketiga dan keempat. Ciri pantun

yang keempat yaitu, memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan

analisis penulis, pantun tersebut memiliki pola rima a-b-a-b. Dapat

dicermati sebagai berikut.

Jalan2 beRsama anak Muda: memiliki bunyi rima akhir -da SeTelah pulang Membawa beRkaT: memiliki bunyi rima akhir -kat Janganlah Melawan oRang Tua: memiliki bunyi rima akhir -a agar selamaT dunia akhiRaT: memiliki bunyi rima akhir –rat

Penilaian dalam aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

menurut hasil analisis, sudah sesuai antara tiap sampiran maupun isinya.

Kemudian, penilaian dalam aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita

dan juga kesesuaian pantun dengan pesan cerita, berdasarkan hasil

analisis, tema maupun pesan dalam pantun sudah sesuai dengan cerita

rakyat yang penulis sajikan. Keduanya sama-sama bertema tentang

kedurhakaan/anak yang durhaka. Pesan yang ditulis M. Razak Haikal

Page 92: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

79

dalam pantunnya adalah janganlah melawan orang tua, agar selamat

dunia akhirat.

Skor 1 diberi dalam aspek penilaian ketepatan penulisan huruf dan

ejaan. Berdasarkan hasil analisis, masih banyak terdapat kesalahan dalam

penulisan hurufnya (penulisan huruf kapital yang tidak sesuai tempatnya)

dan juga ejaan yang tidak tepat. Dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan2 beRsama anak Muda: seharusnya ditulis Jalan-jalan bersama anak muda SeTelah pulang Membawa beRkaT: seharusnya ditulis Setelah pulang membawa berkat Janganlah Melawan oRang Tua: seharusnya ditulis Janganlah melawan orang tua agar selamaT dunia akhiRaT: seharusnya ditulis Agar selamat dunia akhirat.

Secara keseluruhan, M. Razak Haikal sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan M. Razak Haikal

sudah mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan.

Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf (dalam hal ini adalah

penulisan huruf kapital dan ejaan yang tidak sesuai). Berdasarkan hasil

analisis di atas, M. Razak Haikal mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat

dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

16. Nur Halimah.

Jalan-Jalan ke Jakarta Jangan lupa Naik kereta Kalau engkau Anak Durhaka Pasti kau Masuk Neraka

Tabel 4.20 Penilaian Hasil Pantun Nur Halimah

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan

Page 93: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

80

3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita, dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut penulis beri masing-masing skor 5.

Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, pantun tersebut sudah

sesuai dengan ciri-ciri pantun, yaitu pertama tiap bait terdiri dari 4 baris.

Pantun tersebut berjumlah 4 baris. Kedua, tiap baris terdiri dari 8-12 suku

kata. Dapat dianalisis sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta: terdiri dari 8 suku kata Jangan lupa Naik kereta: terdiri dari 9 suku kata Kalau engkau Anak Durhaka: terdiri dari 9 suku kata Pasti kau Masuk Neraka: terdiri dari 8 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku katanya sudah sesuai

dengan ciri-ciri pantun. Ketiga, adanya sampiran dan isi. Dalam pantun

tersebut, memiliki sampiran dan isi. Sampiran terletak di baris pertama dan

kedua, sedangkan isinya terletak di baris ketiga dan keempat. Ciri pantun

yang keempat yaitu, memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan

hasil analisis, pantun tersebut memiliki pola rima a-a-a-a. Dapat dicermati

sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta: memiliki rima bunyi rima akhir -ta Jangan lupa Naik kereta: memiliki rima bunyi rima akhir -ta Kalau engkau Anak Durhaka: memiliki rima bunyi rima akhir -ka Pasti kau Masuk Neraka: memiliki rima bunyi rima akhir –ka

Penilaian aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi, berdasarkan

hasil analisis, sudah sesuai antara tiap sampiran maupun isinya. Kemudian,

penilaian dalam aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita dan juga

kesesuaian pantun dengan pesan cerita, berdasarkan hasil analisis, tema

maupun pesan dalam pantun sudah sesuai dengan cerita rakyat yang

penulis sajikan. Keduanya sama-sama bertema tentang kedurhakaan/anak

yang durhaka. Pesan yang ditulis Nur Halimah dalam pantunnya juga

Page 94: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

81

berisi kalau kau anak durhaka, pasti kau masuk neraka. Nur Halimah

memberi pesan kepada pembaca untuk tidak menjadi anak yang durhaka,

sama seperti pesan yang terdapat dalam cerita rakyat; Batu Menangis.

Skor 1 diberi dalam aspek penilaian ketepatan penulisan huruf dan

ejaan. Berdasar hasil analisis, masih banyak terdapat kesalahan dalam

penulisan hurufnya. Dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Jakarta Jangan lupa Naik kereta: seharusnya ditulis Jangan lupa naik kereta Kalau engkau Anak Durhaka: seharusnya ditulis Kalau engkau anak durhaka Pasti kau Masuk Neraka: seharusnya ditulis Pasti kau masuk neraka. Secara keseluruhan, Nur Halimah sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Nur Halimah sudah

mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian.

Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan. Seperti,

dalam hal ketepatan penulisan huruf (dalam hal ini adalah penulisan huruf

kapital yang tidak sesuai). Berdasarkan hasil analisis di atas, Nur Halimah

mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

17. Pria Akbar.

JIka melawan kpd gurumu Tdk akan berkah Ilmumu Tapi Jika kau Durhaka pada Ibumu Maka haramlah surga bagimu

Tabel 4.21 Penilaian Hasil Pantun Pria Akbar

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja 1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Page 95: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

82

Skor 20 Nilai 80

Skor tertinggi dicapai dalam pantun tersebut, terletak dalam aspek

kelogisan sampiran dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema

cerita, dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Ketiga aspek tersebut

penulis memberinya skor 5. Mengenai aspek kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, sampiran dan isi yang terdapat dalam pantun tersebut sudah

cukup logis. Kemudian, penilaian mengenai kesesuaian pantun dengan

tema cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita, tema dan pesan

dalam pantun sudah sesuai. Keduanya sama-sama bertema tentang

kedurhakaan, dan keduanya juga berpesan agar seseorang tidak boleh

menjadi anak yang durhaka, Pria Akbar dalam pantunnya berpesan jika

kau durhaka pada ibumu, maka haramlah surga bagimu.

Mengenai aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, penulis

memberinya skor 4, karena ada salah satu ciri pantun yang tidak sesuai,

yakni mengenai jumlah suku kata dalam tiap barisnya. Analisisnya, ciri

pantun yang pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun tersebut

memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata.

Mengenai jumlah suku kata, dapat diamati sebagai berikut.

JIka melawan kpd gurumu: memiliki 11 suku kata Tdk akan berkah Ilmumu: memiliki 9 suku kata Tapi Jika kau Durhaka pada Ibumu: memiliki 13 suku kata Maka haramlah surga bagimu: memiliki 10 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku kata pada pantun baris

ketiga berjumlah 13 suku kata. Ini menunjukkan bahwa pantun tersebut

melebihi aturan/syarat dari jumlah suku kata sebuah pantun. Ciri

selanjutnya yaitu adanya sampiran dan isi. Pantun tersebut memiliki

sampiran di baris pertama dan kedua, sedangkan isinya terdapat di baris

ketiga dan keempat. Kemudian, ciri selanjutnya yaitu memiliki pola rima

a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut memiliki pola

rima a-a-a-a. Mengenai pola rima, dapat dilihat sebagai berikut.

JIka melawan kpd gurumu: memiliki bunyi rima akhir -mu Tdk akan berkah Ilmumu: memiliki bunyi rima akhir -mu

Page 96: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

83

Tapi Jika kau Durhaka pada Ibumu: memiliki bunyi rima akhir -mu Maka haramlah surga bagimu: memiliki bunyi rima akhir –mu

Lebih lanjut, penilaian dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan, penulis memberikan skor 1, karena masih banyak ditemukan

kesalahan dalam penulisan hurufnya. Dapat dianalisis sebagai berikut.

JIka melawan kpd gurumu: seharusnya ditulis Jika melawan kepada gurumu Tdk akan berkah Ilmumu: seharusnya ditulis Tidak akan berkah ilmumu Tapi Jika kau Durhaka pada Ibumu: seharusnya ditulis Tapi jika kau durhaka pada ibumu Secara keseluruhan, Pria Akbar sudah mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Pria Akbar sudah mampu

menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek penilaian yang penulis

sajikan. Walaupun, masih ada beberapa hal yang kurang, misalnya dalam

hal penulisan huruf kapital dan ejaan yang tidak tepat, kemudian juga

dalam hal jumlah suku kata dalam pantun, harus lebih diperhatikan lagi.

Berdasarkan hasil analisis di atas, Pria Akbar mendapatkan nilai 80. Nilai

80 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(20 : 25) X 100 = 80.

18. Rafi Thoriq.

Jalan2 ke gang nangka Jangan Lupa beli Jangka eh kamu Jangan durhaka nanti dikutuk sama orang tua

Tabel 4.22 Penilaian Hasil Pantun Rafi Thoriq

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Page 97: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

84

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

penilaian kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian

pantun dengan pesan cerita. Keempat aspek tersebut, penulis memberi

skor 5, karena sudah sesuai dengan kriteria. Penilaian dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris,

pantun di atas memiliki 4 baris. Kedua, tiap baris terdiri daari 8-12 suku

kata. Mengenai jumlah suku kata, dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan2 ke gang nangka: memiliki 8 suku kata Jangan Lupa beli Jangka: memiliki 8 suku kata eh kamu Jangan durhaka: memiliki 8 suku kata nanti dikutuk sama orang tua: memiliki 11 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku kata dalam tiap barisnya

sudah sesuai dengan ciri pantun. Ciri selanjutnya yaitu adanya sampiran

dan isi. Dalam pantun tersebut, sampiran terletak pada baris pertama dan

kedua, sedangkan isi pantunnya terletak pada baris ketiga dan keempat.

Ciri pantun yang terakhir, yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a.

Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut memiliki pola rima a-a-a-a.

Dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan2 ke gang nangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jangan Lupa beli Jangka: memiliki bunyi rima akhir -ka eh kamu Jangan durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka nanti dikutuk sama orang tua: memiliki bunyi rima akhir –a

Penilaian mengenai kelogisan sampiran dan kelogisan isi, pantun

tersebut sudah logis antara tiap sampirannya dan juga tiap isinya.

Kemudian, penilaian mengenai kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

juga kesesuaian pantun dengan pesan cerita, pantun tersebut sudah sesuai

dengan tema cerita rakyat yang penulis sajikan. Keduanya sama-sama

bertema tentang kedurhakaan/anak yang durhaka. Dalam pantun tersebut,

Rafi Thoriq juga berpesan, katanya eh kamu jangan durhaka, nanti dikutuk

sama orang tua. Pesan yang Rafi Thoriq tulis dalam pantun tersebut,

sesuai dengan cerita rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan.

Page 98: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

85

Lebih lanjut, penilaian mengenai ketepatan penulisan huruf dan

ejaan. Penulis memberinya skor 1, karena masih banyak sekali terdapat

kesalahan dalam penulisan hurufnya. Dapat dianalisis sebagai berikut.

Jalan2 ke gang nangka: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Gang Nangka Jangan Lupa beli Jangka: seharusnya ditulis Jangan lupa beli jangka eh kamu Jangan durhaka: seharusnya ditulis Eh kamu jangan durhaka nanti dikutuk sama orang tua: seharusnya ditulis Nanti dikutuk sama orang tua.

Secara keseluruhan, Rafi Thoriq sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Rafi Thoriq sudah

mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian.

Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki.

Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf (dalam hal ini adalah

penulisan huruf kapital yang tidak sesuai pada tempatnya). Berdasarkan

hasil analisis di atas, Rafi Thoriq mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat

dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

19. Romi David Rizki.

jALAN-jaLaN kegang Tangka jaNgan Lupa beli nangka eh kamu jangan durharka nanti di kutuk orang tua

Tabel 4.23 Penilaian Hasil Pantun Romi David Rizki

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21

Page 99: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

86

Nilai 84

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Keempat aspek tersebut diberi skor 5. Mengenai aspek

kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, pantun yang ditulis oleh Romi David

Rizki sudah sesuai dengan ciri-ciri pantun. Pertama, tiap baitnya terdiri

dari 4 baris. Pantun tersebut memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri

dari 8-12 suku kata. Mengenai jumlah suku kata, analisisnya dapat dilihat

sebagai berikut.

jALAN-jaLaN kegang Tangka: memiliki 8 suku kata jaNgan Lupa beli nangka: memiliki 8 suku kata eh kamu jangan durharka: memiliki 8 suku kata nanti di kutuk orang tua: memiliki 9 suku kata

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku katanya pun sudah

sesuai. Ketiga, adanya sampiran dan isi. Sampiran pada pantun tersebut

ada pada baris pertama dan kedua, sedangkan isinya terletak pada baris

ketiga dan keempat. Ciri pantun yang terakhir yaitu memiliki pola rima a-

b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut memiliki pola

rima a-a-a-a. Dapat dilihat sebagai berikut.

jALAN-jaLaN kegang Tangka: memiliki bunyi rima akhir -ka jaNgan Lupa beli nangka: memiliki bunyi rima akhir -ka eh kamu jangan durharka: memiliki bunyi rima akhir -ka nanti di kutuk orang tua: memiliki bunyi rima akhir –a

Penilaian mengenai aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

dalam pantun tersebut berdasarkan hasil analisis, sudah logis antara tiap

sampirannya maupun antara tiap isinya. Kemudian, penilaian dalam aspek

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Berdasarkan hasil analisis, pantun yang ditulis oleh Romi

David Rizki sudah sesuai dengan tema cerita rakyat, yaitu keduanya sama-

sama mengangkat tema tentang kedurhakaan dan pesan yang disampaikan

dalam pantun tersebut juga sudah sesuai dengan pesan yang terdapat

dalam cerita rakyat; Batu Menangis. Romi David Rizki berpesan dalam

pantunnya eh, kamu jangan durhaka, nanti dikutuk orang tua. Dalam

Page 100: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

87

cerita rakyat juga mengandung pesan agar seseorang tidak boleh menjadi

anak yang durhaka pada orang tua.

Kemudian, penilaian dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan. Penulis memberinya skor 1. Skor 1 diberikan karena masih banyak

sekali penulisan huruf dan ejaan yang tidak tepat. Lebih jelasnya dapat

diamati sebagai berikut.

jALAN-jaLaN kegang Tangka: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Gang Tangka jaNgan Lupa beli nangka: seharusnya ditulis Jangan lupa beli nangka eh kamu jangan durharka: seharusnya ditulis Eh kamu jangan durhaka nanti di kutuk orang tua: seharusnya ditulis Nanti dikutuk orang

tua.

Secara keseluruhan, Romi David Rizki sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Romi

David Rizki sudah mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan

aspek-aspek penilaian. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dan diperbaiki. Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf

maupun ejaan. Berdasarkan hasil analisis di atas, Romi David Rizki

mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

20. Sarah Febriana.

Jalan-Jalan ke Makasar Jangan lupa mampir ke sumatra Jangan lah anda kasar Nanti hidupmu akan sengsara

Tabel 4.24 Penilaian Hasil Pantun Sarah Febriana

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi

Page 101: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

88

4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 19 Nilai 76

Skor tertinggi dalam pantun tersebut terdapat dalam aspek

kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian pantun dengan

pesan cerita. Kedua aspek tersebut, penulis memberinya skor 5.

Berdasarkan hasil analisis, tema cerita dalam pantun tersebut sudah sesuai

dengan tema dari cerita rakyat yang penulis sajikan, yakni sama-sama

bertema tentang kedurhakaan, dan dalam pantunnya, Sarah Febriana

berpesan janganlah anda kasar, nanti hidupmu akan sengsara. Maksud

pesan dari Sarah Febriana adalah, seseorang tidak boleh bersikap kasar

kepada orang tua.

Kemudian, mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, penulis

memberinya skor 4, karena setelah dianalisis, ada salah satu bagian dari

ciri-ciri pantun yang tidak sesuai (mengenai jumlah suku katanya). Pantun

tersebut dianalisis berdasarkan ciri-ciri pantun pada umumnya, yaitu yang

pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun tersebut memiliki 4 baris.

Kedua, tiap baitnya terdiri dari 8-12 suku kata. Mengenai jumlah suku

kata, dapat dilihat analisisnya sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Makasar: memiliki 8 suku kata Jangan lupa mampir ke sumatra: memiliki 10 suku kata Jangan lah anda kasar: memiliki 7 suku kata Nanti hidupmu akan sengsara: memiliki 10 suku kata

Pantun tersebut pada baris ketiga hanya memiliki 7 suku kata saja,

sehingga tidak memenuhi ciri dari sebuah pantun. Ciri pantun selanjutnya

yaitu adanya sampiran dan isi. Sampiran terletak pada baris pertama dan

kedua, sedangkan isi pantunnya terletak pada baris ketiga dan keempat.

Ciri pantun yang terakhir yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a.

Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut berima a-b-a-b. Dapat dilihat

sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Makasar: memiliki bunyi rima akhir -sar Jangan lupa mampir ke sumatra: memiliki bunyi rima akhir -ra Jangan lah anda kasar: memiliki bunyi rima akhir -sar

Page 102: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

89

Nanti hidupmu akan sengsara: memiliki bunyi rima akhir –ra

Penilaian mengenai kelogisan sampiran dan kelogisan isi, penulis

memberinya skor 3. Dikarenakan, sampiran yang terdapat dalam pantun

tersebut tidak logis. Dapat diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Makasar Jangan lupa mampir ke sumatra

Berdasarkan sampiran tersebut, sampiran tersebut tidak logis

karena kota Makasar ada di Pulau Sulawesi, sedangkan Sumatra adalah

pulau yang berbeda dengan Sulawesi.

Penilaian yang terakhir mengenai aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan. Mengenai aspek ini, penulis memberi skor 1, dikarenakan banyak

ditemukan penulisan huruf dan ejaan yang tidak tepat. Lebih jelasnya

dapat diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Makasar: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Makasar Jangan lupa mampir ke sumatra: seharusnya ditulis Jangan lupa mampir ke Sumatra Jangan lah anda kasar: seharusnya ditulis Janganlah anda kasar

Secara keseluruhan, Sarah Febriana sudah mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Sarah Febriana

sudah mampu menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek

penilaian. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan

diperbaiki. Seperti, dalam hal ketepatan penulisan huruf dan ejaan,

kemudian mengenai jumlah suku katanya. Berdasarkan hasil analisis di

atas, Sarah Febriana mendapatkan nilai 76. Nilai 76 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(19 : 25) X 100 = 76.

21. Saskia Dinanti.

Dua tiga gadis cantik Mengapa kamu menangis Ketika Dikutuk menjadi Batu Jangan kamu Durhaka pada orang tua

Page 103: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

90

Tabel 4.25 Penilaian Hasil Pantun Saskia Dinanti

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 16 Nilai 64

Skor tertinggi yang dicapai oleh Saskia Dinanti adalah pada aspek

kesesuaian pantun dengan tema cerita, untuk aspek tersebut diberi skor 5.

Pantun yang dibuat oleh Saskia Dinanti bertema tentang kedurhakaan,

sama seperti tema pada cerita rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan.

Kemudian, skor 4, diberikan pada aspek kesesuaian pantun dengan pesan

cerita. Amanat atau pesan yang terdapat dalam cerita rakyat; Batu

Menangis adalah bahwa seseorang tidak boleh menjadi anak yang durhaka

pada orang tua. Saskia Dinanti juga sudah cukup memahami amanat atau

pesan yang ada dalam cerita rakyat tersebut. Bisa dilihat dari isi pantun

baris/larik keempat yaitu Jangan kamu durhaka pada orang tua. Hanya

saja, pada pantun tersebut, untuk bagian isi nya, kurang sesuai bahasanya.

Terlihat pada kutipan.

Ketika Dikutuk menjadi Batu Jangan kamu Durhaka pada orang tua

Secara logika, ketika seseorang sudah menjadi batu, tentu ia tidak dapat

melakukan apa-apa, apalagi untuk berbuat durhaka pada orang tua.

Kemudian, untuk penilaian kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

penulis memberinya skor 3. Karena, sampiran pantun yang dibuat oleh

Saskia Dinanti, kurang tepat.

Dua tiga gadis cantik Mengapa kamu menangis

Dalam sampiran, kurang tepat jika menempatkan kalimat pertanyaan. Pada

sampiran pantun tersebut, menggunakan kata tanya mengapa. Kemudian,

Page 104: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

91

dalam isi pantun yang ditulis oleh Saskia Dinanti, antara kalimat di

baris/larik ketiga dan keempat, tidak logis.

Ketika Dikutuk menjadi Batu Jangan kamu Durhaka pada orang tua

Kalimat tersebut tidak logis. Karena, pada pantun tersebut, Saskia Dinanti

seolah berpesan kalau seseorang sedang dikutuk, maka tidak boleh

durhaka pada orang tua. Secara logika, jika seseorang sudah dikutuk

menjadi batu, tentulah dia tidak lagi bisa berbuat apa-apa.

Skor terendah, ada pada aspek penilaian kesesuaian dengan ciri-

ciri pantun dan ketepatan penulisan huruf dan ejaan. Keduanya diberi

skor 2. Pada aspek penilaian kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, pantun

yang dibuat oleh Saskia Dinanti ada beberapa aspek yang belum

memenuhi kriteria dari ciri-ciri pantun, yaitu tiap bait terdiri dari 8-12

suku kata.

Dua tiga gadis cantik: 8 suku kata. Mengapa kamu menangis: 8 suku kata. Ketika Dikutuk menjadi Batu: 11 suku kata. Jangan kamu Durhaka pada orang tua: 13 suku kata.

Pada larik/baris keempat pantun tersebut, terdiri dari 13 suku kata,

sehingga tidak memenuhi kriteria ciri-ciri pantun.

Kriteria ciri pantun selanjutnya yang tidak memenuhi syarat mutlak

adalah pada bagian tiap pantun memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a.

“Pantun” yang dibuat oleh Saskia Dinanti tersebut bukanlah sebuah

pantun, karena tidak memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pola rima pada

“pantun” yang dibuat oleh Saskia Dinanti tersebut yaitu a-b-c-d.

Perhatikan kutipan berikut.

Dua tiga gadis cantik: memiliki bunyi rima akhir -ik Mengapa kamu menangis: memiliki bunyi rima akhir -is Ketika Dikutuk menjadi Batu: memiliki bunyi rima akhir -tu Jangan kamu Durhaka pada orang tua: memiliki bunyi rima akhir –a Kemudian, untuk penilaian aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan, masih banyak yang keliru, terutama dalam ketidaktepatan dalam

menempatkan huruf kapital.

Page 105: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

92

Ketika Dikutuk menjadi Batu: seharusnya ditulis Ketika dikutuk menjadi batu Jangan kamu Durhaka pada orang tua: seharusnya ditulis Jangan

kamu durhaka pada orang tua.

Secara keseluruhan, Saskia Dinanti belum mampu memanfaatkan

cerita rakyat yang penulis sajikan dengan baik. Dibuktikan dari hasil

pantun yang dibuat, belum memenuhi kriteria penulisan pantun yang baik.

Berdasarkan hasil analisis di atas, Saskia Dinanti mendapatkan nilai 64.

Nilai 64 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(16 : 25) X 100 = 64.

22. Siti Faizah.

Jalan-Jalan ke pulau Bangka Jangan lupa Membeli Nangka Jangan kamu Jadi anak durharka agar kamu tidak Masuk Neraka

Tabel 4.26

Penilaian Hasil Pantun Siti Faizah No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 21 Nilai 84

Skor tertinggi yang dicapai dalam pantun tersebut terdapat dalam

aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran dan

kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita dan kesesuaian

pantun dengan pesan cerita. Keempat aspek tersebut diberi skor 5.

Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, dapat diamati berdasarkan

cirinya. Pertama, tiap bait pantun terdiri dari 4 baris, pantun tersebut

Page 106: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

93

memiliki 4 baris. Kedua, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata. Analisis

jumlah suku kata dapat diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke pulau Bangka: memiliki 9 suku kata Jangan lupa Membeli Nangka: memiliki 9 suku kata Jangan kamu Jadi anak durharka: memiliki 11 suku kata agar kamu tidak Masuk Neraka: memiliki 11 suku kata.

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku kata dalam pantun

sudah sesuai. Ciri pantun selanjutnya yaitu adanya sampiran dan isi.

Dalam pantun tersebut, sampiran terletak pada baris pertama dan kedua,

sedangkan isi pantun terletak pada baris ketiga dan keempat. Ciri pantun

selanjutnya yaitu memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan hasil

analisis, pantun tersebut memiliki pola rima a-a-a-a. Dapat dicermati

sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke pulau Bangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jangan lupa Membeli Nangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jangan kamu Jadi anak durharka: memiliki bunyi rima akhir -ka agar kamu tidak Masuk Neraka: memiliki bunyi rima akhir -ka

Penilaian dalam aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

pantun tersebut sudah logis antara tiap sampirannya maupun antara tiap

isinya. Aspek selanjutnya mengenai kesesuaian pantun dengan tema cerita

dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Tema dalam pantun tersebut

sudah sesuai dengan cerita, yakni keduanya sama-sama bertema tentang

kedurhakaan/anak yang durhaka. Dan mengenai pesannya, pun sudah

sesuai dengan cerita rakyat yang penulis sajikan. Dalam pantun tersebut,

Siti Faizah berpesan jangan kamu jadi anak durhaka, agar kamu tidak

masuk neraka.

Penilaian mengenai ketepatan penulisan huruf dan ejaan, penulis

memberinya skor 1, dikarenakan masih banyak terdapat penulisan huruf

dan ejaan yang kurang tepat.

Jalan-Jalan ke pulau Bangka: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke pulau Bangka Jangan lupa Membeli Nangka: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli nangka Jangan kamu Jadi anak durharka: seharusnya ditulis Jangan kamu jadi anak durhaka agar kamu tidak Masuk Neraka: seharusnya ditulis Agar kamu tidak masuk neraka

Page 107: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

94

Secara keseluruhan, Siti Faizah sudah mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang penulis sajikan dengan baik. Dibuktikan dari hasil pantun

yang dibuat, sudah memenuhi kriteria penulisan pantun yang baik.

Meskipun ada beberapa kekurangan, terutama dalam hal ketepatan

penulisan huruf dan ejaan. Berdasarkan hasil analisis di atas, Siti Faizah

mendapatkan nilai 84. Nilai 84 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(21 : 25) X 100 = 84.

23. Tuffahatul Azijah.

Jalan-Jalan ke Jakarta Jangan Lupa ke kota Papua kalau kamu anak durhaka kamu tak disayang orang tua

Tabel 4.27 Penilaian Hasil Pantun Tuffahatul Azijah

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 19 Nilai 76

Skor tertinggi yang dicapai dalam pantun tersebut yaitu dalam

aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kesesuaian pantun dengan tema

cerita, dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Ketiganya masing-

masing diberi skor 5. Mengenai kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, dilihat

dari ciri pantun secara umum. Pertama, tiap bait terdiri dari 4 baris.

Dalam pantun tersebut terdiri dari 4 baris. Kedua, tiap baris terdiri dari 8-

12 suku kata. Dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta: memiliki 8 suku kata Jangan Lupa ke kota Papua: memiliki 10 suku kata kalau kamu anak durhaka: memiliki 9 suku kata

Page 108: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

95

kamu tak disayang orang tua: memiliki 10 suku kata

Ciri selanjutnya yaitu memiliki sampiran dan juga isi. Pantun

tersebut memiliki sampiran dan isi, sampiran terletak pada baris pertama

dan kedua, sedangkan isinya terdapat pada baris ketiga dan keempat.

Kemudian, pantun memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan hasil

analisis, pantun tersebut memiliki pola rima a-a-a-a. Pola rima dapat

diamati sebagai berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta: memiliki bunyi rima akhir -ta Jangan Lupa ke kota Papua: memiliki bunyi rima akhir -a kalau kamu anak durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka kamu tak disayang orang tua: memiliki bunyi rima akhir -a

Penilaian dalam aspek kesesuaian pantun dengan tema cerita dan

kesesuaian pantun dengan pesan cerita, berdasarkan hasil analisis, tema

yang terdapat dalam pantun tersebut sudah sesuai dengan tema dalam

cerita rakyat. Keduanya sama-sama bertema kedurhakaan/anak yang

durhaka. Dan pesan dalam pantunnya juga sudah sesuai/sama dengan yang

terdapat dalam cerita rakyat; Batu Menangis.

Penilaian dalam aspek kelogisan sampiran dan kelogisan isi,

berdasarkan hasil analisis, isi dalam pantun sudah logis, tetapi isi

sampirannya tidak logis. Seperti kutipan sampiran berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta Jangan Lupa ke kota Papua

Penulis menyatakan sampiran tersebut tidak logis, dikarenakan di

Jakarta tidak ada kota Papua. Mengenai hal ini penulis memberikan skor 3.

Penilaian selanjutnya yaitu dalam aspek ketepatan penulisan huruf dan

ejaan. Dalam hal ini masih banyak ditemukan kesalahan dalam penulisan

huruf maupun ejaannya. Sehingga, penulis memberinya skor 1. Seperti

terlihat dalam kutipan berikut.

Jalan-Jalan ke Jakarta: seharusnya ditulis Jalan-jalan ke Jakarta Jangan Lupa ke kota Papua: seharusnya ditulis Jangan lupa ke kota Papua kalau kamu anak durhaka: seharusnya ditulis Kalau kamu anak durhaka kamu tak disayang orang tua: seharusnya ditulis Kamu tak disayang orang tua.

Page 109: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

96

Secara keseluruhan, Tuffahatul Azijah sudah mampu

memanfaatkan cerita rakyat yang penulis sajikan dengan baik. Dibuktikan

dari hasil pantun yang dibuat, sudah memenuhi kriteria penulisan pantun

yang baik. Meskipun ada beberapa kekurangan, terutama dalam hal

ketepatan penulisan huruf, ejaan dan juga kelogisan sampiran.

Berdasarkan hasil analisis di atas, Tuffahatul Azijah mendapatkan nilai 76.

Nilai 76 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(19 : 25) X 100 = 76.

24. Yuli Yanah.

Jalan-jalan ke majalengka Jangan lupa membeli semangka Kalau kamu jadi anak durhaka Pasti kamu akan mendapat petaka

Tabel 4.28 Penilaian Hasil Pantun Yuli Yanah

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 24 Nilai 96

Skor tertinggi yang dicapai oleh Yuli Yanah adalah penilaian

pantun pada aspek kesesuaian dengan ciri-ciri pantun, kelogisan sampiran

dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan tema cerita dan juga

kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Untuk keempat aspek tersebut,

masing-masing diberi skor 5. Pada aspek Kesesuaian dengan ciri-ciri

pantun, pantun yang dibuat oleh Yuli Yanah sudah memenuhi semua

syarat. Yaitu: pertama, setiap bait terdiri dari empat baris/larik, pantun

yang dibuat oleh Yuli Yanah jumlahnya 4 baris/larik. Kedua, satu

Page 110: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

97

baris/larik terdiri dari 8-12 suku kata. Mengenai jumlah suku kata, dapat

dilihat analisisnya sebagai berikut.

Jalan-jalan ke majalengka: memiliki 9 suku kata Jangan lupa membeli semangka: memiliki 10 suku kata Kalau kamu jadi anak durhaka: memiliki 11 suku kata Pasti kamu akan mendapat petaka: memiliki 12 suku kata

Ciri pantun selanjutnya yaitu adanya sampiran dan isi. Pada

pantun tersebut, Yuli Yanah sudah tepat memposisikan sampiran pada

baris pertama dan kedua, dan isi pantun pada baris ketiga dan keempat.

Ciri yang keempat yaitu, pantun memiliki pola rima a-b-a-b/a-a-a-a. Pada

pantun tersebut, memiliki pola rima a-a-a-a. Mengenai rima pada pantun,

dapat dilihat analisisnya sebagai berikut.

Jalan-jalan ke majalengka: memiliki bunyi rima akhir -ka Jangan lupa membeli semangka: memiliki bunyi rima akhir -ka Kalau kamu jadi anak durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka Pasti kamu akan mendapat petaka: memiliki bunyi rima akhir -ka

Pantun tersebut pun, Yuli Yanah sudah mampu meletakkan

sampiran dan isi dengan baik. Sehingga, antara kalimat di sampiran 1 dan

sampiran 2, logis. Dan isi di baris ketiga dan keempat, juga logis atau

saling berikatan antara tiap barisnya. Kemudian, mengenai kesesuaian

tema dan pesan cerita. Pantun tersebut pun sudah sesuai dengan tema dan

pesan yang terdapat dalam cerita rakyat yang penulis sajikan. Dalam

cerita, mengandung tema kedurhakaan. Yuli Yanah juga membuat pantun

nasihat dengan tema kedurhakaan dan memberi pesan kepada para

pembaca bahwa kalau kamu jadi anak durhaka, pasti kamu akan

mendapat petaka. Dari pantun tersebut, Yuli Yanah berpesan kepada para

pembaca agar kita tidak boleh menjadi anak yang durhaka. Pesan yang

Yuli Yanah sampaikan di dalam pantun, sama dengan pesan atau amanat

yang terdapat dalam cerita rakyat; Batu Menangis.

Penilaian mengenai ketepatan penulisan huruf dan ejaan, diberi

skor 4. Pada pantun baris pertama, Yuli Yanah menulis Jalan-jalan ke

majalengka. Seharusnya, untuk penulisan nama kota, di awali dengan

huruf kapital. Penulisan yang tepat adalah Jalan-jalan ke Majalengka.

Page 111: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

98

Secara keseluruhan, Yuli Yanah mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Yuli Yanah bisa menulis

pantun dengan sangat baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang

penulis siapkan. Berdasarkan hasil analisis di atas, Yuli Yanah

mendapatkan nilai 96. Nilai 96 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

(24 : 25) X 100 = 96.

25. Yuni Anggraini.

Jalan-jalan ke kota tua jangan lupa membeli jamu jika kamu jadi anak durhaka maka neraka menantimu

Tabel 4.29 Penilaian Hasil Pantun Yuni Anggraini

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5 1. Kesesuaian dengan ciri-ciri pantun 2. Ketepatan penulisan huruf dan ejaan 3. Kelogisan sampiran dan kelogisan isi 4. Kesesuaian pantun dengan tema cerita 5. Kesesuaian pantun dengan pesan cerita

Skor 22 Nilai 88

Skor tertinggi terdapat dalam aspek kesesuaian dengan ciri-ciri

pantun, kelogisan sampiran dan kelogisan isi, kesesuaian pantun dengan

tema cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Keempat aspek

tersebut, penulis memberikan skor 5. Mengenai kesesuaian dengan ciri-

ciri pantun, pantun tersebut sudah sesuai dengan ciri umum sebuah

pantun. Di antaranya, tiap bait terdiri dari 4 baris. Pantun tersebut terdiri

dari 4 baris. Kemudian, tiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata.

Mengenai jumlah suku kata, dapat dianalisis sebagai berikut.

Jalan-jalan ke kota tua: terdiri dari 9 suku kata jangan lupa membeli jamu: terdiri dari 9 suku kata jika kamu jadi anak durhaka: terdiri dari 11 suku kata maka neraka menantimu: terdiri dari 9 suku kata

Page 112: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

99

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah suku katanya sudah sesuai

dengan syarat penulisan pantun. Kemudian, mengenai aspek kelogisan

sampiran dan kelogisan isi, berdasarkan hasil analisis, antara sampiran

dan antara isi, sudah logis. Ciri selanjutnya yaitu, pantun memiliki pola

rima a-b-a-b/a-a-a-a. Berdasarkan hasil analisis, pantun tersebut berima a-

b-a-b. Mengenai rima pantun, dapat dicermati sebagai berikut.

Jalan-jalan ke kota tua: memiliki bunyi rima akhir -a jangan lupa membeli jamu: memiliki bunyi rima akhir -mu jika kamu jadi anak durhaka: memiliki bunyi rima akhir -ka maka neraka menantimu: memiliki bunyi rima akhir –mu

Kemudian, penilaian mengenai aspek kesesuaian pantun dengan

tema cerita dan kesesuaian pantun dengan pesan cerita. Tema yang

terdapat dalam pantun tersebut sudah sesuai dengan tema yang terdapat

dalam cerita rakyat yang penulis sajikan, yakni keduanya bertema tentang

kedurhakaan/anak yang durhaka. Kemudian, mengenai pesan yang

terdapat dalam pantun, pun sudah sesuai dengan pesan yang terdapat

dalam cerita rakyat. Dalam pantunnya, Yuni Anggraini menulis jika kamu

jadi anak durhaka, maka neraka menantimu.

Skor terendah dalam analisis tersebut yakni dalam aspek ketepatan

penulisan huruf dan ejaan. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat

beberapa kesalahan dalam penulisan huruf dalam pantun ini. Dapat

dicermati sebagai berikut.

jangan lupa membeli jamu: seharusnya ditulis Jangan lupa membeli jamu jika kamu jadi anak durhaka: seharusnya ditulis Jika kamu jadi anak durhaka maka neraka menantimu: seharusnya ditulis Maka neraka menantimu. Secara keseluruhan, Yuni Anggraini mampu memanfaatkan cerita

rakyat yang penulis sajikan, dibuktikan dengan Yuni Anggraini bisa

menulis pantun dengan baik, sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang

penulis siapkan. Berdasarkan hasil analisis di atas, Yuni Anggraini

mendapatkan nilai 88. Nilai 88 didapat dari:

(skor yang diperoleh : skor masimal) X 100

Page 113: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

100

(22 : 25) X 100 = 88.

Tabel 4.30 Hasil Pencapaian Siswa Kelas VII

No. Nama Nilai Keterangan

1. Adelia 92 Tuntas

2. Adhitya Putra Lie Winata 88 Tuntas

3. Amel Olivia 84 Tuntas

4. Ardian Syah Fermana 84 Tuntas

5. Ayu Maya Afrilia 88 Tuntas

6. Fahmi Abdillah Askar 84 Tuntas

7. Hasby Asidqi 84 Tuntas

8. Ispan Egi 88 Tuntas

9. Izat Ibrahim 84 Tuntas

10. M. Arba Rifa’i 84 Tuntas

11. Maharani Dwi R 84 Tuntas

12. Mayang Aprilia Sari 68 Tidak Tuntas

13 M. Raihan Putra SP 84 Tuntas

14 M. Raihan Nur Ramadhan 88 Tuntas

15. M. Razak Haikal 84 Tuntas

16. Nur Halimah 84 Tuntas

17. Pria Akbar 80 Tuntas

18. Rafi Thoriq 84 Tuntas

19. Romi David Rizki 84 Tuntas

20. Sarah Febriana 76 Tuntas

21. Saskia Dinanti 64 Tidak Tuntas

22. Siti Faizah 84 Tuntas

23. Tuffahatul Ajizah 76 Tuntas

24. Yuli Yanah 96 Tuntas

25. Yuni Anggraini 88 Tuntas

Page 114: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

101

Catatan:

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di

MTs. Nurul Falah Pondok Ranji = 70

Tabel 4.31 Tabel KKM

Kriteria Ketuntasan Minimal

Keterangan Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 23 92 %

Tidak Tuntas 2 8%

E. Pemanfaatan Cerita Rakyat; Batu Menangis dalam

Kemampuan Menulis Pantun Pada Siswa

1. Hasil Wawancara Responden yang Mendapat Nilai Terbaik

(Berjumlah 7 Orang Siswa)

Responden menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Menurutnya, guru di kelas menyampaikan materi dengan cukup baik,

meskipun ada materi-materi tertentu yang terkadang membosankan.

Meskipun guru lebih sering menerangkan materi pelajaran dengan metode

ceramah, tetapi terkadang menggunakan metode lainnya juga. Responden

menyukai pembelajaran dengan menggunakan media yang menarik,

seperti infocus. Menurutnya, penggunaan media cerita rakyat; Batu

Menangis ini sangat membantu dalam pembelajaran menulis pantun.

Ketika guru menerangkan pun, responden sangat memahami dan mengerti

bagaimana cara menulis pantun dengan baik. Menurutnya, menulis pantun

itu mudah dan dia menyukai pembelajaran menulis pantun. Selain itu,

Page 115: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

102

responden juga bisa mengambil pesan atau hikmah yang terdapat dalam

cerita rakyat; Batu Menangis yang penulis sajikan.1

2. Hasil Wawancara Responden yang Mendapat Nilai Sedang (Berjumlah

16 Orang Siswa)

Ketertarikan responden terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia

tidak menentu, tergantung tema yang sedang dibahas. Responden menilai

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sejauh ini asyik, meskipun

terkadang membosankan. Responden berpendapat bahwa guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia paling sering menggunakan metode ceramah

dan pakai LKS. Padahal, dirinya menyukai kegiatan pembelajaran yang

menggunakan media di kelasnya. Menurutnya, dengan adanya media

cerita rakyat, sangat membantu dalam pembelajaran menulis pantun.

Terlebih, responden sangat menyukai pembelajaran menulis pantun.

Karena, sekalian mengenal kebudayaan juga. Menurutnya, menulis pantun

sangat mudah. Dengan adanya media cerita rakyat; Batu Menangis, selain

dapat berkreasi membuat pantun, responden juga bisa mengambil pesan

atau amanat yang tedapat dalam cerita rakyat tersebut. Menurutnya,

sebagai seorang anak jangan jadi anak yang durhaka, jangan sampai

menyakiti hati ibu, harus bersikap lemah lembut kepada orang tua,

terutama ibu.2

3. Hasil Wawancara Responden yang Mendapat Nilai Terendah

(Berjumlah 2 Orang Siswa)

Berdasarkan wawancara penulis terhadap responden, responden

tidak terlalu menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, biasa aja, katanya.

Guru juga paling sering pakai metode ceramah, meskipun terkadang pakai

metode lainnya juga. Responden berpendapat, bahwa ia menyukai guru

yang mengajar menggunakan media. Menurutnya, media cerita rakyat

yang disajikan penulis cukup membantu, tapi ia harus mendapat

1 Hasil wawancara pribadi dengan Yuli Yanah, siswi kelas VII, dilaksanakan pada tanggal 18 April 2019, pukul 14.00 WIB, tempat pelaksanaan wawancara di ruang guru MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

2 Hasil wawancara pribadi dengan M. Arba Rifa’i, siswa kelas VII, dilaksanakan pada tanggal 18 April 2019, pukul 14.15 WIB, tempat pelaksanaan wawancara di ruang guru MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

Page 116: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

103

penjelasan dua kali agar betul-betul paham. Ketika penulis melakukan

penelitian di sana, dan mengajar materi tentang pantun, responden ternyata

tidak begitu memahami apa yang penulis sampaikan dan responden tidak

berani untuk bertanya. Responden juga kurang begitu menyukai

pembelajaran menulis pantun. Karena, menurutnya menulis pantun itu

ribet, banyak aturan, dan responden sering lupa dengan aturan-aturan

dalam menulis pantun tersebut. Meskipun begitu, responden memahami

pesan yang terkadung di dalam cerita rakyat; Batu Menangis.3

3 Hasil wawancara pribadi dengan Saskia Dinanti, siswi kelas VII, dilaksanakan pada tanggal 18 April 2019, pukul 14.30 WIB, tempat pelaksanaan wawancara di ruang guru MTs. Nurul Falah Pondok Ranji.

Page 117: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs. Nurul Falah Pondok

Ranji, Tangerang Selatan, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII mampu

memanfaatkan cerita rakyat; Batu Menangis dalam keterampilan menulis

pantun dengan baik. Dibuktikan dengan sebanyak 23 orang siswa atau

persentase 92% sudah mampu mencapai standar KKM (70). Siswa yang

mendapat nilai kategori “sedang” dengan rentang nilai 70-84, terdiri dari 16

orang siswa, dan siswa yang mendapat nilai kategori “tertinggi” dengan

rentang nilai 85-100, terdiri dari 7 orang siswa. Sebanyak 2 orang siswa atau

persentase 8% belum mencapai standar KKM (70), yaitu siswa yang mendapat

nilai kategori “rendah” dengan rentang nilai 0-69. Secara keseluruhan, dengan

adanya media cerita rakyat; Batu Menangis, dapat memotivasi siswa khususnya

dalam pembelajaran menulis pantun. B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran terkait dengan

penelitian, khususnya kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, agar lebih

bisa memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Kemudian, harus lebih

sering menggali informasi-informasi terbaru seputar dunia pendidikan. Jangan

takut untuk mencoba menggunakan media yang beragam. Agar kegiatan

belajar mengajar lebih mengasyikkan dan tidak membosankan.

104

Page 118: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Mukhsin. Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan

Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Cet. I,

1990.

Alek dan Ahmad. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. Cet. I, 2009.

_____________. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.

Cet. I, 2011.

Anderson, Ronald H. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.

Jakarta: Rajawali Pers. Cet. I, 1987.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet.

XIII, 2010.

Ary, Donald dkk.,. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional, 1982.

Barnet & Stubbs’s. Practical Guide to Writing. Canada: Library of Congress

Cataloging in Publication Data, 1983.

Bunanta, Murti. Problematika Penulisan Cerita Rakyat untuk Anak di Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. Cet. I, 1998.

Eti, Nunung Yuli. Seluk-Beluk Sastra Lama. Klaten: PT. Intan Pariwara. Cet. III,

2009.

Ganie, Tajuddin Noor. Buku Induk Bahasa Indonesia (Pantun, Puisi, Syair,

Peribahasa, Gurindam, dan Majas). Yogyakarta: Araska. Cet. I, 2015.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia, 2010.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2013.

Harmer, Jeremy. How to Teach Writing. England: Longman, 2004.

Kosasih, E. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Cet.

I, 2012.

Krismarsanti, Ermina. Karangan Fiksi dan Nonfiksi. Surabaya: PT. JePe Press

Media Utama. Cet. I, 2009.

105

Page 119: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

106

Kristianto, Yusup. Cerita Rakyat Indonesia Sabang – Merauke. Yogyakarta: Nyo-

nyo, 2010.

Kurniawan, Heru. Pembelajaran Kreatif Bahasa Indonesia; Kurikulum 2013.

Jakarta: Prenadamedia Group. Cet. I, 2015.

Kurniawan, Heru dan Sutardi. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Cet. I, 2012.

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.

Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta. Cet. VII, 2016.

Nurjamal, Daeng dkk.,. Terampil Berbahasa Menyusun Karya Tulis Akademik,

Memandu Acara (MC-Moderator), dan Menulis Surat. Bandung:

Alfabeta. Cet. VII, 2017.

Pradopo, Rachmat Djoko. Materi Pokok Puisi. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet.

III, 2007.

Purba, Antilan. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet. II,

2012.

Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press. Cet. I, 2015.

Samarin, William J. Field Linguistics: A Guide to Linguistics Field Work. USA:

Holt, Rinehart and Winston Inc., 1967.

Sugono, Dendy. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. Cet. VII, 2011.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2006.

Sutama, I Made. Pembelajaran Menulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. I,

2016.

Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: CV. Angkasa, 2013.

TIM Penulis PUEBI. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung:

CV. Pustaka Setia. Cet. I, 2012.

Page 120: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

107

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. II, 2009.

Wati, Ega Rima. Ragam Media Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena, 2016.

Widya R.D, Wendi. Bedah Puisi Lama. Klaten: PT. Intan Pariwara. Cet. IV, 2009.

Zainuddin. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Cet. I, 1992.

Page 121: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 122: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 123: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 124: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 125: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 126: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 127: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 128: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 129: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 130: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 131: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 132: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 133: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 134: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 135: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 136: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 137: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 138: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 139: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 140: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 141: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 142: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 143: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 144: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 145: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 146: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 147: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 148: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 149: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 150: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 151: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 152: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 153: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 154: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 155: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 156: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 157: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 158: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 159: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 160: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 161: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 162: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 163: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 164: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 165: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 166: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul
Page 167: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Page 168: PEMANFAATAN CERITA RAKYAT; BATU MENANGISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45714/1/YAYAH NUR... · dalam Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul

RIWAYAT PENULIS

Yayah Nur Asyani, lahir di Tangerang, 1 April 1994.

Penulis menempuh pendidikan formalnya di MI.

Nurul Falah Pondok Ranji, MTs. Nurul Falah Pondok

Ranji, SMAN 108 Jakarta, dan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Anak sulung dari dua bersaudara ini, mulai aktif

menulis sejak duduk di bangku SMA. Tulisan pertama

penulis, terbit pada tahun 2012 yang tergabung dalam

sebuah buku kumpulan cerpen bersama, dengan judul

Sayap-Sayap Cupid. Di tahun yang sama, penulis juga

menulis sebuah cerpen berjudul Hadiah Terindah,

yang tergabung dalam buku kumpulan cerpen bersama, dengan judul Before

Death, dan juga cerpen Skenario Tuhan dalam buku kumpulan cerpen Eulogi

Bertasbih, Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 3 (2015) dan Sekumpulan Surat

Patah Hati (2016).

Selain menulis cerpen, penulis juga menulis beberapa puisi, di antaranya:

Ramadanku: Penantianku, dalam buku kumpulan puisi Ramadan Semesta

Merindu, serta sebuah puisi berjudul Hijabku Cerminanku, dalam buku kumpulan

puisi Refleksi Kehidupan, keduanya terbit di tahun 2013.

Penulis juga aktif dalam berorganisasi. Selama menempuh pendidikan di

perguruan tinggi, penulis tergabung dalam divisi Humas Himpunan Qori’ dan

Qori’ah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan di

lingkungan masyarakat juga aktif menjadi pengurus di Majelis Ta’lim FIRMAN

(Forum Ishlah Remaja Masjid dan Musholla Kampung Peladen), serta pengurus

Karang Taruna Kecamatan Ciputat Timur, divisi pengembangan SDM (bidang

kerohanian dan dakwah).

Jika ingin bertegur sapa, penulis bisa dihubungi melalui akun instagram:

@asya_yah, Facebook dengan nama Yayah Nur Asyani, atau e-mail

[email protected].