pemahaman wajib pajak badan terhadap pelaporan surat pemberitahuan (spt) tahunan di kantor pelayanan...

Upload: mochamad-khairudin

Post on 22-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    1/74

    PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP

    PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN

    DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

    SURAKARTA

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

    Mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh:

    MOCHAMAD KHAIRUDINNIM F3411067

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    2/74

    i

    PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP

    PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN

    DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

    SURAKARTA

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

    Mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh:

    MOCHAMAD KHAIRUDINNIM F3411067

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    3/74

    ii

    ABSTRAK

    PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAPPELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN

    DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

    Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pemahaman Wajib Pajak Badan

    terhadap pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

    Surakarta. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif.

    Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara sebagai data

    primer dan penelitian kepustakaan sebagai data sekunder. Responden dalam

    penelitian ini adalah Wajib Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Surakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden, dalam hal inidiperoleh hasil dari studi penulis dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan

    tingkat penyampaian SPT Badan.

    Hasil studi menunjukkan tingkat penyampaian SPT di KPP Pratama

    Surakarta menurun dari tahun 2011 sebesar 56% menjadi 49% di tahun 2012 dan

    di tahun 2013 sebesar 39%. Beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya

    pemahaman Wajib Pajak Badan dalam melaporkan SPT: kurangnya minat wajib

    pajak dalam mengikuti sosialisasi oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan kurang

    optimalnya pelayanan Account Representative (AR). Hal ini dapat berpengaruh

    dalam kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan

    berpengaruh juga terhadap tingkat pendapatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

    Pratama Surakarta, oleh karena itu DJP harus meningkatkan kualitas dan kuantitaspenyuluhan dan kinerjaAccount Representative (AR).

    Kata Kunci : Pemahaman, Wajib Pajak Badan dan SPT

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    4/74

    iii

    ABSTRACT

    UNDERSTANDING OF THE BOARD OF TAX PAYERNOTICE REPORTING (SPT) ANNUAL

    IN TAX OFFICE PRIMARY SURAKARTA

    The purpose of this study is to determine the understandability of the tax

    payer to the annual tax return reporting in Tax Office (KPP) Primary Surakarta.

    The method in this study is descriptive method.

    The technique of collecting data using questionnaires, interview as primary

    data and literature review as the secondary data. Respondents in this study are tax

    payer in the Tax Office Primary Surakarta. The sample in this study is 30respondents, in this case the results obtain from the study authors using

    questionnaire, interview and rate of delivery of SPT Agency.

    This study shows the delivery rate of SPT in KPP Surakarta decrease from

    2011 by 56% to 49% in 2012 and in 2013 by 39%. Some of the factors that cause

    a lack of understandability of the Tax payer in the SPT report: lack of interest in

    following the socialization tax payer by the Direktorat Jendral Pajak (DJP) and

    less optimal servicing Account Representative (AR). It can be influential in tax

    payer compliance in meeting tax obligations and also affect the level of income in

    the Tax Office (KPP) Primary Surakarta, Direktorat Jendral Pajak should

    therefore improve the quality and quantity of socialization and performance

    Account Representative (AR).

    Keywords: Comprehension, Tax payer and SPT

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    5/74

    iv

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    6/74

    v

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    7/74

    vi

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    8/74

    vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MENUJU TAK TERBATAS DAN MELAMPAUINYA

    (Buzz Lightyear)

    PERUBAHAN TIDAK AKAN PERNAH ADA TANPA ADA TANPA

    KEMAUAN DAN KEBERANIAN YANG HARUS JUGA DIIRINGI

    KEBERSAMAAN

    (Joko Widodo)

    SYUKUR YANG PALING TINGGI ADALAH BERSYUKUR

    KARENA KITA MAMPU BERSYUKUR

    (Penulis)

    Penulis persembahkan kepada :

    Ayah dan Ibu tercinta

    Almamaterku

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    9/74

    vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat

    diselesaikan.

    Tugas Akhir ini dengan judul Pemahaman Wajib Pajak Badan Terhadap

    Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

    Pratama Surakarta ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Ahli

    Madya Diploma III Perpajakan di Fakultas ekonomi dan Bisnis Sebelas Maret

    Surakarta.

    Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

    membantu penyusunan laporan Tugas Akhir ini :

    1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-NYA.

    2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas sebalas maret surakarta.

    3.

    Drs. Hanung Triatmoko M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Studi

    Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret

    Surakarta

    4. Ibu Titik Setyaningsih, selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah

    memberikan pengarahan selama penyususnan Tugas Akhir ini.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    10/74

    viii

    5.

    Seluruh dosen, staff, dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan kepada

    penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    6. Bapak Fathoni selaku supervisor di bagian fungsional pemeriksaan di

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

    7. Bapak Farid selaku kepala Seksi Pengolahan Data Internal (PDI) Kantor

    pelayanan Pajak Pratama surakarta.

    8.

    Seluruh staff dan Karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

    yang telah membantu penulis selama melaksanakan praktik magang kerja.

    9. Kedua orang tua Bapak Heru Prayitno dan Ibu Purwiyati, serta kakak dan

    adikku yang selama ini telah memberikan motivasi dan kasih sayang yang

    telah diberikan selama ini.

    10.Sahabat-sahabatku, Ligan, Brian, Aji, Koko, Julian dan Andre.

    Terimakasih atas bantuan dan persahabatan kalian selama 3 tahun yang

    selalu membantu apapun masalah selama ini.

    11.

    Teman temanku Perpajakan kelas A dan B angkatan tahun 2011 Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

    12.Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis sebutkan

    satu persatu.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    11/74

    ix

    Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir Ini masih

    banyak kekurangan dan belum mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu saran

    dan kritik dari pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga

    laporan tugas akhir ini dapat memberi manfaat bagi penulis maupun pihak pihak

    yang mebutuhkan.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Surakarta, Juli 2014

    Penulis

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    12/74

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    ABSTRAK ........................................................................................................... ii

    ABSTRACK ....................................................................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................. .1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

    D.

    Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

    E.

    Metode Penelitian ........................................................................ 6

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A.

    Pajak ........................................................................................... 11

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    13/74

    xi

    B.

    Pajak Penghasilan ....................................................................... 16

    C.

    Surat Pemberitahuan .................................................................. 20

    BAB III. PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum ....................................................................... 25

    B. Pembahasan Masalah.................................................................. 34

    C. Temuan ....................................................................................... 43

    1. Kelebihan ............................................................................... 43

    2.

    Kelemahan ............................................................................ 44

    BAB IV. PENUTUP

    A.

    Kesimpulan ................................................................................. 45

    B. Saran ........................................................................................... 46

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    14/74

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1.1 Daftar penerimaan pajak ....................................................................... 2

    Tabel 3.1 Statistik Responden Berdasarkan Jenis Usaha .................................... 34

    Tabel 3.2 Statistik Responden Berdasarkan Cara Memperoleh Pengetahuan

    pajak .................................................................................................... 35

    Tabel 3.3 Hasil Kuesioner .................................................................................... 35

    Tabel 3.4 Wajib Pajak Badan Terdaftar, Wajib Pajak non-Efektif ...................... 39

    Tabel 3.5 Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Badan ............................ 41

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    15/74

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta .............................. 32

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    16/74

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Pernyataan

    Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran 3. Surat Keterangan Magang

    Lampiran 4. Lembar Penilaian Magang

    Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Kuesioner Kepada Wajib Pajak

    Lampiran 6. SE-96/PJ/2010

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    17/74

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 pasal 1 tentang ketentuan

    umum dan tata cara perpajakan, Pajak merupakan kontribusi wajib kepada

    negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa.

    Berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara

    langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya

    kemakmuran rakyat. Sekarang ini sektor pajak menyumbang penerimaan

    Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) paling dominan yaitu dengan

    70,9% dari seluruh penerimaan di Indonesia (www.anggaran.depkeu.go.id,

    30/06/2014, 21.12).

    Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dilaksanakan

    untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, seperti sektor pertanian,

    perdagangan, industri, kesehatan dan pendidikan. Dapat dilihat betapa sektor

    pajak sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan suatu negara.

    Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan dari pajak itu

    sendiri dapat tercapai (Resmi, 2007).

    Pajak di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, salah satu jenis pajak

    yang menjadi penyumbang penerimaan pajak terbesar adalah Pajak

    Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek

    pajak atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterimanya. Pajak

    http://www.anggaran.depkeu.go.id/http://www.anggaran.depkeu.go.id/
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    18/74

    2

    Penghasilan sendiri berdasarkan subjeknya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

    Pajak Penghasilan atas Wajib Pajak Orang Pribadi dan Pajak Penghasilan atas

    Wajib Pajak Badan. Diantara kedua jenis Pajak Penghasilan tersebut Pajak

    Penghasilan yang dikenakan atas Wajib Pajak Badan adalah yang

    menghasilkan penerimaan terbesar.

    Penerimaan dalam negeri dari sektor pajak adalah wajar karena secara

    logis jumlah pembayaran pajak dari tahun ketahun akan semakin banyak

    seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat.

    Sedangkan penerimaan dari sektor minyak dan gas cenderung menunjukkan

    penurunan akibat cadangan sumber daya (SDA) yang semakin lama semakin

    terbatas (Suandy, 2010). Sekarang ini pajak merupakan penerimaan yang

    paling dominan dari seluruh penerimaan di Negara Indonesia, dapat dilihat

    pada tabel di bawah ini:

    Tabel 1.1

    Daftar Penerimaan Pajak

    Sumber :www.anggaran.depkeu.go.id

    Sistem perpajakan setelah reformasi berintikan kesederhanaan,

    menunjang pemerataan, dan memberikan kepastian. Sistem yang baru tidak

    akan memungut pajak atas seluruh masyarakat, melainkan hanya memperoleh

    sumbangan besar dari hasil pemungutan pajak atas perusahaan-perusahaan

    besar dan individu-individu yang berpenghasilan. Untuk menaikkan

    Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013

    Penerimaan

    Perpajakan

    619.922,20

    -

    723.306,70

    -

    873.874,00

    -

    1.016.237,30

    -

    1.192.994,10

    -

    Pandapatan Dalam

    Negeri

    601.251,80

    -

    694.392,10

    -

    819.752,50

    -

    968.293,20

    -

    1.134.289,20

    -

    Pajak Perdagangan

    Internasional

    18.670,40

    -

    28.914,50

    -

    54.121,50

    -

    47.944,10

    -

    58.704,90

    -

    http://www.anggaran.depkeu.go.id/http://www.anggaran.depkeu.go.id/http://www.anggaran.depkeu.go.id/
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    19/74

    3

    penerimaan pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur perpajakan dengan

    melakukan komputerisasi dan peningkatan mutu para Wajib Pajak yang telah

    diberi kebebasan dan kepercayaan yang besar dalam menghitung dan

    membayar pajaknya sendiri dan untuk menambah jumlah Wajib Pajak perlu

    dilakukan intensifikasi pungutan (Suandy, 2010).

    Sistem yang baru Wajib Pajak diberikan kepercayaan serta tanggung

    jawab secara langsung dan mandiri untuk menghitung, memperhitungkan,

    menyetor serta melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang ke Direktorat

    Jendral Pajak (DJP). Disini peran aktif Wajib Pajak dalam melaksanakan

    kewajiban perpajakannya sangat diperlukan. Dengan kepercayaan dan

    tanggung jawab yang diberikan, diharapkan Wajib Pajak dapat melaksanakan

    hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku, dengan demikian peningkatan pendapatan negara dari

    sektor pajak dapat meningkat. Kesadaran Wajib Pajak yang sudah dipupuk

    harus diikuti dengan peningkatan kinerja petugas pajak. Petugas harus selalu

    memberikan pelayanan kepada masyarakat secara baik dan terus lebih baik lagi

    (Sulistyaningsih, 2009).

    Bentuk pertanggungjawaban itu terlihat dari keakuratan data yang

    dipaparkan dalam SPT, tanpa adanya usaha untuk memanipulasi nominal dan

    sumber penghasilan. Menurut peraturan Perpajakan salah satu kewajiban setiap

    Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap, serta

    menyampaikan SPT secara langsung atau melalui pos tercatat pada waktu yang

    telah ditentukan oleh Kantor DJP. Apabila Wajib Pajak dapat mengisi SPT

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    20/74

    4

    dengan informasi dan penghitungan pajak secara benar, lengkap, dan jelas,

    maka tujuan ditetapkannya asas Self Assesment System (SAS) dapat terwujud

    dan dapat memudahkan sebagian tahapan pengolahan dan administrasi data

    perpajakan.

    Bagi pihak pemungut pajak (Fiskus), SPT merupakan sarana untuk

    melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk dari

    pengawasan itu adalah dengan dilakukannya pemeriksaan terhadap Wajib

    Pajak, yang bertujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

    dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada

    Wajib Pajak (Suandy, 2010).

    Berdasarkan fakta di atas maka penulis ingin mengulas tentang

    Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap pelaporan SPT. Sehubungan dengan

    hal tersebut, maka penulis mencoba untuk menuangkan pemikiran dan

    pembahasan dalam sebuah laporan yang berjudul :

    PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN

    SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR

    PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    21/74

    5

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat didentifikasikan masalah-

    masalah yang berkaitan dengan pelaporan SPT sebagai berikut:

    1. Bagaimana pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap Pelaporan Surat

    Pemberitahuan (SPT) tahunan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

    Surakarta ?

    2. Apa saja faktor yang menghambat tingkat pemahaman Wajib Pajak Badan

    terhadap pelaporan SPT tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Surakarta ?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    1. Untuk mengetahui pemahaman Wajib Pajak Badan dalam membayar pajak

    2.

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman

    wajib pajak badan dalam melaporkan SPT Tahunan pada Kantor

    Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat dari penulisan ini sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangan

    mengenai ilmu pengetahuan tentang kebijakan pemerintah mengenai

    kesadaran Wajib Pajak Badan dalam menghitung dan melaporkan

    besarnya pajak yang terutang atas Wajib Pajak Badan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    22/74

    6

    2.

    Bagi Akademik

    Manfaat dari penelitian ini bagi akademik yaitu diharapkan dapat

    menambah pengetahuan serta bagi bahan masukan dibidang penelitian

    yang sejenis.

    3. Bagi Pembaca

    Manfaat dari penelitian bagi pembaca tugas akhir ini agar dapat

    bermanfaat bagi pembaca tentang pemahaman Wajib Pajak dalam

    membayar pajak.

    4.

    Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi

    kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat sebagai bahan

    masukkan informasi kepada para pegawai Kantor Pelayanan Pajak untuk

    dijadikan panduan mengenai pemahaman Wajib Pajak dalam membayar

    pajak.

    5. Bagi Mahasiswa

    Merupakan kesempatan penulis untuk memperluas ilmu pengetahuan dan

    sebagai sarana penerapan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke

    dalam praktek yang sesungguhnya.

    6. Bagi Ilmu Pengetahuan

    Untuk menambah referensi dan sebagai acuan mahasiswa lain dalam

    menyusun tugas akhir untuk masa yang akan datang.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    23/74

    7

    E. METODE PENELITIAN

    1.

    Objek Penelitian

    Sugiyono (2010) mendefinisikan bahwa objek penelitian adalah sasaran

    ilmiah untuk mendapatkan data tertentu. Hal ini Kantor Pelayanan Pajak

    Pratama Surakarta menjadi objek utama penelitian mengenai Pemahaman

    Wajib Pajak Badan terhadap pelaporan SPT dalam rangka peningkatan

    penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.

    2.

    Jenis dan Sumber Data

    a.

    Jenis data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir adalah:

    1)

    Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam

    bentuk angka (Moleong, 2007). Data kualitatif diperoleh melalui

    berbagai macam teknik pengumpulan melalui wawancara,

    kuesioner dan analisis dokumen. Penulis menggunakan data

    kualitatif, karena data kualitatif memberikan penjelasan

    mendetail, rinci, dan lengkap dalam menjawab pertanyaan.

    Berupa hasil kuesioner tentang pemahaman SPT Badan di Kantor

    Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

    2)

    Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan

    (Moleong, 2007). Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat

    diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan

    matematika atau statistika. Data yang penulis peroleh berupa data

    target dan realisasi penerimaan pajak serta data jumlah Wajib

    Pajak Badan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    24/74

    8

    b. Sumber data berasal dari:

    1)

    Data Primer

    Menurut Suliyanto (2006), data primer adalah data yang

    dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.

    Kelebihan data primer adalah data yang dikumpulkan benar-benar

    sesuai dengan kebutuhan peneliti. Kelemahan data primer adalah

    cara mendapatkan data, biasanya relatif lebih sulit dan

    memerlukan biaya yang lebih mahal. Pada penelitian ini data

    primer dikumpulkan dengan datang langsung ke Kantor

    Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dan dengan menggunakan

    teknik kuesioner.

    2) Data Sekunder

    Data sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber

    pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi

    untuk menjawab masalah yang diteliti (Arikunto, 2005). Dalam

    penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan dengan

    mencari kerangka referensi dan landasan teori baik dalam buku,

    peraturan-peraturan, maupun sumber-sumber lainya yang releven,

    seperti : pengertian pajak, surat pemberitahuan (SPT) serta dasar-

    dasar hukum nya.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    25/74

    9

    3.

    Teknik Pengumpulan Data

    Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan penulis, yaitu :

    a. Metode Kepustakaan

    Menurut Nazir (2003) mendefisinisikan metode kepustakaan adalah

    teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap

    buku-buku, literatur, catatan, dan laporan yang ada hubunganya

    dengan masalah yang akan dihadapi. Penulis mempelajari dan

    mengumpulkan data berupa pengertian tentang pepajakan dan tentang

    kegiatan pelaporan SPT dari berbagai literatur serta buku-buku dan

    peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penulisan ini.

    b. Metode Kuesioner

    Menurut Suliyanto (2006), metode kuesioner merupakan teknik

    pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan

    cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden

    tersebut memberikan jawabannya.

    Penulis membagikan kuesioner tentang tingkat kesadaran yang

    dimiliki Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak dalam melaporkan

    SPT. Disini penulis menggunakan kuesioner milik (Anggraeni, 2011).

    c. Metode Wawancara

    Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

    dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

    dalam suatu topik tertentu. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    26/74

    10

    dengan cara melakukan wawancara langsung dengan Wajib Pajak dan

    pegawai pajak terkait.

    d. Metode Pemerikasaan Dokumen

    Sugiyono (2010) mengungkapkan bahwa metode pemeriksaan

    dokumen adalah pelengkap dari metode kepustakaan dan metode

    kuesioner. Penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan

    dengan Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap pelaporan SPT di

    KPP Pratama Surakarta berupa data target dan realisasi penyampaian

    SPT Badan serta data jumlah Wajib Pajak Badan.

    4.

    Teknik Pembahasan

    Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

    menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

    kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2010). Teknik ini penulis gunakan

    untuk menjelaskan hasil dari pengamatan, pemahaman, dan kesimpulan

    mengenai kegiatan Pelaporan SPT.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    27/74

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pajak

    1. Pajak Secara Umum

    Pajak memiliki berbagai definisi, yang pada hakikatnya mempunyai

    pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

    para ahli adalah sebagai berikut:

    a.

    Menurut prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., Pajak adalah iuran

    rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

    dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

    yang langsung dapat ditunjukkkan dan digunakan untuk membayar

    pengeluaran umum (Mardiasmo, 2010).

    b. Menurut Dr. P. J. A. Andriani. Pajak adalah iuran kepada negara

    (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang Wajib Pajak

    membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat

    prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

    adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

    berhubungan dengan tugas negara yang diselenggarakan

    pemerintahan (Waluyo, 2010).

    Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban

    kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan

    bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    28/74

    12

    negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang

    perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi

    merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam

    bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan

    nasional (Suandy, 2010).

    2. Fungsi Pajak

    Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara karena fungsinya. Menurut Ilyas dan Burton

    (2010), pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

    a.

    Fungsi Penerimaan

    Yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya

    sesuai dengan undang-undang yang berlaku yang pada waktunya

    akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara,

    yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan bila ada

    sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk

    investasi pemerintah.

    b.

    Fungsi Mengatur

    Yaitu suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan sebagai

    suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar

    bidang keuangan. Fungsi ini pada umumnya dapat dilihat dari sektor

    swasta.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    29/74

    13

    c.

    Fungsi Demokrasi

    Yaitu suatu fungsi yang merupakan salah satu wujud sistem gotong

    royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan demi

    kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi dikaitkan dengan hak

    seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah.

    d. Fungsi Redistribusi

    Yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan

    keadilan masyarakat. Hal ini dapat terlihat misalnya dengan adanya

    tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada masyarakat

    yang mempunyai penghasilan besardan pajak yang lebih kecil kepada

    masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit (kecil).

    3. Syarat Pemungutan Pajak

    Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

    perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

    berikut:

    a. Pemungutan Pajak Harus Adil (syarat keadilan)

    Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang

    dan pelaksana pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan

    diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta

    disesuaikan dengan kemampuan masing masing. Sedangkan adil dalam

    pelakasanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak

    untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan

    mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    30/74

    14

    b.

    Pemungutan pajak harus bedasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

    Semua pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. Dengan

    begitu, pihak yang melanggar dapat dikenai sanksi hukum.

    c. Tidak menganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

    Pungutan tidak boleh mmenganggu kelancaran kegiatan produksi

    maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

    perekonomian masyarakat.

    d.

    Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)

    Sesuai fungsi anggaran, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

    sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

    e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

    Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

    masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

    dipenuhi oleh Undang-undang perpajakan yang baru.

    4. Pengelompokan Pajak

    a. Menurut Golongannya (Mardiasmo, 2010)

    1)

    Pajak Langsung

    Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib

    Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

    lain.

    2) Pajak Tidak Langsung

    Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

    dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    31/74

    15

    b.

    Menurut Sifatnya (Mardiasmo, 2010)

    1)

    Pajak Subyektif

    Pajak subyektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

    subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

    2) Pajak Obyektif

    Pajak obyektif yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa

    memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

    c.

    Menurut Lembaga Pemungutanya (Mardiasmo, 2010)

    1)

    Pajak Pusat

    Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan

    digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

    2) Pajak Daerah

    Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan

    digunakan untuk membiayai tumah tangga daerah.

    5. Sistem Pemungutan Pajak

    Pada dasarnya terdapat 3 (tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku

    (Mardiasmo, 2010) yaitu :

    a.

    Official Assesment System

    Adalah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

    pemerintah (fiskus) untuk menentukan beaarnya pajak yang terutang

    oleh Wajib Pajak.

    Ciri-cirinya :

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    32/74

    16

    1)

    Wewenang yang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada

    fiskus.

    2) Wajib Pajak bersifat pasif.

    3) Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

    b. Self Assesment System

    Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

    Wajib Pajak utuk menentukan sndiri besarnya pajak yang terutang.

    Ciri-cirinya :

    1)

    Wewenang untuk menentukan sendiri pajak yang terutang ada pada

    Wajib Pajak sendiri.

    2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, memperhitungkan,

    menyetor sampai dengan melapor sendiri pajak yang terutang.

    3)

    Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

    c. With Holding System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

    kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

    bersangkutan) untuk menentukan pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

    Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

    pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

    B. Pajak Penghasilan (PPh)

    1. Pengertian Pajak Penghasilan

    Pajak penghasilan termasuk dalam kategori sebagai pajak subyektif,

    artinya pajak dikenakan karena ada subyeknya yakni telah memenuhi

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    33/74

    17

    kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan UU No.36 Tahun 2008,

    sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subyek pajaknya,

    maka jelas tidak dikenakan PPh (Suandy, 2010).

    2. Subyek PPh Badan

    Badan yaitu sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

    kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha

    yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

    badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan

    dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

    perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

    organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak

    investasi kolektif dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

    3.

    Obyek Penghasilan Badan

    Obyek pajak dalam hal ini adalah pengasilan, yaitu setiap tambahan

    kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

    berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat dipakai untuk

    konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

    dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

    a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

    diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

    komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

    lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang.

    b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan pengahargaan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    34/74

    18

    c.

    Laba usaha.

    d.

    Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

    1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

    persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau

    penyertaan modal.

    2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,

    sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan,

    dan badan lainnya.

    3)

    Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,

    pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau

    reorganisasi dengan nama dan bentuk apapun.

    4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan

    atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga

    sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan

    keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

    pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh

    Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan

    usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-

    pihak yang bersangkutan.

    5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau

    seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam

    pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan

    pertambangan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    35/74

    19

    e.

    Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

    biaya.

    f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

    pengembalian utang.

    g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen

    dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa

    hasil usaha koperasi.

    h.

    Royalty atau imbalan atas penggunaan hak.

    i.

    Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

    j.

    Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

    k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

    tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    l.

    Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

    m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

    n. Premi asuransi.

    o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

    terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

    p.

    Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

    dikenakan pajak

    q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

    r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

    mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    36/74

    20

    s.

    Surplus Bank Indonesia.

    C.

    Surat Pemberitahuan (SPT)

    1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

    Menurut Mardiasmo (2010), Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat

    yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan

    dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak,

    dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan per

    Undang-Undang Perpajakan.

    Menurut Waluyo (2010), pengaturan SPT tersebut selanjutnya

    dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 Tentang

    Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan

    UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

    Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

    dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 dan aturan pelaksanaan

    pada tingkat di bawahnya seperti Peraturan Menteri Keuangan.

    2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

    Menurut Waluyo (2010), Pasal 3 Undang-Undang Ketentuan Umum

    Perpajakan (KUP) juga menegaskan kewajiban bagi setiap Wajib Pajak

    untuk mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa

    Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang

    rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor Direktorat

    Jenderal Pajak (DJP).

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    37/74

    21

    Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

    mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya

    terutang dan untuk melaporkan tentang:

    a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

    dan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1

    (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak.

    b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak.

    c.

    Harta dan kewajiban, dan/ atau

    d.

    Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau

    pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa

    pajak sesuai dengan ketentuan peraturan per Undang-Undang

    Perpajakan. Bagi Pegusaha Kena Pajak (PKP), fungsi SPT adalah

    sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

    penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak

    Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang

    dan untuk melaporkan tentang:

    1)

    Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran, dan

    2)

    Pembayaran dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak,

    sesuai dengan ketentuan praturan per Undang-Undang Perpajakan.

    Bagi pemotong atau pemungut pajak.fungsi SPT adalah sebagai

    sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak pajak

    yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    38/74

    22

    3.

    Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

    Menurut Mardiasmo (2010), secara garis besar SPT dibedakan

    menjadi 2 (dua), yaitu:

    a. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan (SPT) untuk

    suatu masa pajak.

    b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan (SPT)

    untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

    Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak meliputi:

    a.

    SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

    b.

    SPT Masa yang terdiri dari:

    1) SPT Masa Pajak Penghasilan.

    2) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai, dan

    3)

    SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak

    Pertambahan Nilai.

    Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak dapat berbentuk:

    a. Formulir kertas (hardcopy), dan

    b.

    e-SPT.

    4.

    Batas Waktu Penyampaian SPT

    Menurut Mardiasmo (2010), batas waktu penyampaian Surat

    Pemberitahuan adalah:

    a. Untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa

    Pajak.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    39/74

    23

    b.

    Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi,

    paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, atau

    c. Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling

    lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

    5. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

    Menurut Mardiasmo (2010), apabila SPT tidak disampaikan dalam

    jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan.

    penyamapaian SPT, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar:

    a.

    Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa Pajak

    Pertambahan Nilai.

    b. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya.

    c. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan Pajak

    Penghasilan Wajib Pajak Badan.

    d. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan Pajak

    Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Menurut Mardiasmo (2010), Wajib Pajak yang karena kealpaannya

    tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar

    atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar

    sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak

    dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh

    Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan

    pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa

    kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    40/74

    24

    dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang

    Bayar (SKPKB).

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    41/74

    25

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta

    1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta

    KPP Pratama Surakarta sudah ada sejak lama dengan berbagai

    nama dan istilah. Sebelum tahun 1966, KPP Pratama Surakarta berstatus

    sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah

    wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan (KIK)

    Yogyakarta. Tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak

    (WP) dan jumlah penerimaan pajak, KDL Tk. I Surakarta ditingkatkan

    menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi

    diantara KDL Tk. I Klaten dan pada akhir tahun 1966 KIK Surakarta

    berganti istilah menjadi KIK Surakarta A.

    Tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor:

    276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja DJP, KPP Surakarta

    dipecah menjadi:

    a.

    Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja

    meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan

    Kabupaten Surakarta.

    b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja meliputi Kota

    Administrasi Klaten, Kota Boyolali, Kabupaten Sukoharjo dan

    Kabupaten Wonogiri.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    42/74

    26

    c.

    Unit Pemeriksa dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta Tipe B, dengan

    wilayah kerja se-eks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor

    Inspeksi Pajak Surakarta).

    Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik

    Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak(DJP), wilayah kerja

    KPP Surakarta meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar,

    Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten serta Kantor Penyuluhan

    Pajak (Kapenpa) Sragen yang berkedudukan di Sragen.

    Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program

    reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah

    berjalan sejak tahun 2002 yang ditandai dengan terbentuknya Kanwil dan

    KPPWP Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh

    terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan

    Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah

    Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP).

    Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan DJP, KPP

    Surakarta telah berubah menjadi KPP Pratama Surakarta. KPP Pratama

    Surakarta dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-

    141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang

    Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor

    Wilayah (Kanwil)DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan,

    dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kanwil DJP Jawa Tengah I,

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    43/74

    27

    Kanwil DJP Jawa Tengah II, Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta.

    KPP Pratama Surakarta mulai beroperasi tanggal 30 Oktober 2007 dan

    sampai saat ini wilayah KPP Pratama Surakarta sudah meliputi 5 (lima)

    kecamatan, yaitu Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon, dan

    Banjarsari.

    Pembentukan KPP Pratama diseluruh Indonesia berlangsung dalam

    periode tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur

    organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan

    prasarana, serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam

    struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya

    Account Representative untuk pelayanan kepada WP, penerapan Kode

    Etik Pegawai yang diawasi oleh Komite Kode Etik Pegawai, dan sistem

    penggajian yang lebih baik.

    KPP Pratama merupakan penggabungan 3 (tiga) jenis unit kantor

    yang berbeda, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan

    Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Karikpa (Kantor Pemeriksaan

    dan Penyidikan Pajak) dengan masing-masing seksi ke dalam seksi-seksi

    yang baru sebagai berikut:

    a. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

    Berdasarkan wilayah di kota Surakarta, maka seksi waskon di KPP

    Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 (empat), dengan pembagian

    wilayah sebagai berikut Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan,

    Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres, Waskon III untuk

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    44/74

    28

    wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon, dan Waskon IV untuk

    wilayah Kecamatan Banjarsari.

    b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

    c. Seksi Pelayanan

    d. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

    e. Seksi Pemeriksaan

    f. Seksi Penagihan

    g.

    Sub Bagian Umum

    2.

    Lokasi KPP Pratama Surakarta

    KPP Pratama Surakarta berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim No. 1

    Surakarta 57417, Telepon (0271) 717522/718400/720821, Faksimili

    (0271) 728436, Homepage DJP :www.pajak.go.id.

    3.

    Fasilitas KPP Pratama Surakarta

    KPP Pratama Surakarta dilengkapi dengan:

    a. Aula yang terletak berdekatan dengan taman berseri KPP Pratama

    Surakarta.

    b.

    Poliklinik yang dibuka setiap Senin dan Kamis, yang dilayani oleh

    1(satu) orang dokter.

    c. Lapangan tenis outdoordi halaman belakang kantor.

    d. Ruang rapat khusus yang digunakan untuk pertemuan-pertemuan

    khusus.

    e. Koperasi Pegawai Negeri.

    http://www.pajak.go.id/http://www.pajak.go.id/
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    45/74

    29

    f.

    Mushola yang terletak di belakang kantor sebagai sarana tempat

    beribadah bagi para pegawai yang beragama Islam.

    4. Peran KPP Pratama Surakarta

    KPP Pratama Surakarta, berperan untuk mengamankan dan meningkatkan

    penerimaan negara dari pajak serta non pajak sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku sebagai upaya mengurangi

    ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri guna membiayai tugas

    pemerintah dan pembangunan. Selain itu, KPP Pratama juga berperan ikut

    serta dalam pembangunan dunia usaha dan industri dalam negeri dengan

    jalan memberikan fasilitas kebijakan fiskal.

    5. Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta

    a. Tugas pokok KPP Pratama Surakarta

    Tugas pokok dari KPP Pratama Surakarta yaitu melaksanakan

    pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana

    terhadap WP dalam bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

    Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

    (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wewenangnya

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    b. Fungsi KPP Pratama Surakarta

    Beberapa fungsi yang dijalankan oleh KPP Pratama Surakarta

    diantaranya melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian

    informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan

    ekstensifikasi WP; Melakukan penelitian dan penatausahaan surat

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    46/74

    30

    pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan masa, serta berkas WP;

    Melakukan pengawasan pembayaran masa PPh, PPN dan PPnBM dan

    Pajak Tidak Langsung Lainnya; Melakukan penatausahaan piutang

    pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan

    banding, dan penyelesaian restitusi PPh, PPN dan PPnBM dan Pajak

    Tidak Langsung Lainnya; Melakukanpemeriksaan sederhana dan

    penerapan sanksi perpajakan; Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak;

    Melakukan pembetulan Surat Ketetapan Pajak; Menghitung

    pengurangan sanksi pajak; Melakukan penyuluhan dan konsultasi

    perpajakan; serta Pelaksanaan administrasi KPPPratama Surakarta.

    c. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta

    1) Visi

    KPP Pratama Surakarta selalu mengacu pada visi DJP dalam

    menjalankan tugas-tugasnya yaitu Menjadi institusi pemerintah

    yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern

    yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas

    dan profesionalisme yang tinggi.

    2)

    Misi

    Misi KPP Pratama Surakarta yaitu Menghimpun penerimaan

    pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang

    mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi

    perpajakan yang efektif dan efisien.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    47/74

    31

    3)

    Nilai

    a)

    Integritas

    Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang

    teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan

    dengan bertindak jujur, konsisten, dan adil.

    b) Profesionalisme

    Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas

    dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta

    norma-norma profesi, etika, dan sosial.

    c)

    Inovasi

    Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif

    pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan

    aturan dan norma yang berlaku.

    d) Teamwork

    Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang/pihak

    lain, serta membangun networkuntuk menunjang tugas dan

    pekerjaan.

    6.

    Struktur Organisasi

    Struktur organisasi digunakan untuk menunjukkan adanya pembagian kerja

    dan menunjukkan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda

    tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain itu juga digunakan untuk

    menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian

    laporan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    48/74

    32

    Gambar 3.1

    Stuktur Organisasi di KPP Pratama Surakarta

    Sumber : Sub Bagian Umum

    Gambar 3.1

    Stuktur Organisasi di KPP Pratama Surakarta

    7.

    Deskripsi Jabatan

    Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-14/PJ/2008

    tentang Standar Prosedur Operasi (SPO) DJP, beberapa fungsi dan tugas

    pokok dari seksi di KPP Pratama adalah sebagai berikut:

    1.

    Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

    Secara umum memberikan pelayanan kepada WP yang berupa bimbingan

    atau penyuluhan. Selain itu, ada tugas pengawasan yang berupa kepatuhan

    pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasar

    hasil pengawasan dan bimbingan.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    49/74

    33

    2.

    Sub Bagian Umum

    Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah

    tangga.

    3. Seksi Pelayanan

    Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

    pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

    pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya,

    penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan

    kerjasama perpajakan.

    4.

    Seksi PDI

    Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan

    potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

    perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-

    SPT, dan e-filling serta penyiapan laporan kerja.

    5. Seksi Ekstensifikasi

    Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB

    serta menindaklanjuti data yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib

    Pajak (NPWP) untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP.

    6. Seksi Pemeriksaan

    Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan

    aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana

    Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    50/74

    34

    7.

    Seksi Penagihan

    Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran

    tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta

    penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

    B. PEMBAHASAN

    1. Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap Pelaporan SPT Tahunan

    di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

    Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini

    yaitu dengan cara membagikan kuesioner yang berjumlah 30 buah kepada

    Wajib Pajak berdasarkan data Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP

    Pratama Surakarta. Karakteristik responden disajikan dalam tabel:

    Tabel 3.1

    Statistik Responden

    Berdasarkan Jenis Usaha

    KATEGORI KETERANGAN DARI 30 RESPONDEN

    Jenis Usaha a. Pedagang 15 (50%)

    b. Pabrikan 10 (33%)

    c. Jasa 3 (10%)

    d. Lain-lain 2 (7%)

    Jumlah 30 (100%)

    Sumber : Data primer diolah

    Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa responden menurut jenis

    usaha lebih didominasi pada usaha sektor pedagang yaitu berjumlah 15

    orang dengan presentase 50%. Responden jenis usaha pabrikan berjumlah

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    51/74

    35

    10 orang (33%), responden dengan jenis usaha jasa berjumlah 3 orang

    (10%), sedangkan dari jenis usaha lainnya sebanyak 2 orang (7%).

    Tabel 3.2

    Statistik Responden

    Berdasarkan Cara Memperoleh Pengetahuan Pajak

    KATEGORI KETERANGAN DARI 30 RESPONDEN

    Cara memperoleh

    Pengetahuan Pajak

    a. Brevet 10 (33%)

    b. Penyuluhan pajak 16 (53%)

    c. Tidak ada 1 (3%)

    d. Lain-lain 3 (10%)

    Jumlah 30 (100%)

    Sumber : Data primer diolah

    Tabel 3.2 menunjukkan cara memperoleh pengetahuan pajak,

    didominasi oleh responden yang memperoleh informasi dari penyuluhan

    pajak berjumlah 16 orang (53%), kemudian yang memperoleh

    pengetahuan dari brevet berjumlah 10 orang atau sekitar 33%. Selanjutnya

    responden yang memperoleh pengetahuan pajak dengan cara yang lain

    berjumlah 3 orang (10%) dan responden yang tidak memperoleh

    pengetahuan berjumlah 1 orang (3%).

    Hasil kuesioner yang dapat penulis rangkum seperti di bawah ini:

    Tabel 3.3

    Hasil Kuesioner

    NO PERTANYAAN Dari 30 Responden

    Setuju Tidak1 Saat ini formulir Surat Pemberitahuan (SPT) sudah

    sederhana.

    22 (74%) 8 (27%)

    2 SPT dapat diperoleh dengan mudah dan cepat dengan

    mengakses melalui internet.

    30 (100%)

    3 Aparat Pajak memberikan bantuan kepada Wajib

    Pajak untuk mempermudah dalam pengisian SPT.

    29 (97%) 1 (3%)

    4 Penyuluhan pajak yang dilakukan DJP dengan

    memberikan informasi terbaru, sangat membantu

    Wajib Pajak dalam melakukan kewajibannya.

    24 (80%) 6 (20%)

    Sumber : Data primer diolah

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    52/74

    36

    Sesuai tabel 3.3 dapat ditarik kesimpulan bahwa 22 dari 30

    responden atau 74% setuju dengan formulir SPT sudah sederhana

    sedangkan sisanya menyatakan tidak setuju. Dalam hal kemudahan

    memperoleh SPT sebanyak 30 responden (100%) setuju, berdasarkan

    pelayanan aparatur pajak sebanyak 29 responden atau 97% memilih setuju

    dan sisanya 1 responden memilih tidak setuju, sedangkan untuk peranan

    DJP dalam memberikan penyuluhan tentang informasi terbaru tentang

    perpajakan 24 responden atau 80% memilih setuju dan sisanya 6

    responden memilih tidak setuju dengan presentase 6%.

    Berdasarkan hasil wawancara untuk mengetahui seberapa besar

    Pemahaman Wajib Pajak terhadap pelaporan SPT Tahunan, mengenai

    kegunaan SPT Tahunan, Wajib Pajak A mengemukakan SPT Tahunan

    adalah sarana untuk melaporkan pajak, biasanya SPT bisa diperoleh dari

    kantor pajak mas.

    Wajib Pajak B menyatakan:

    SPT itu formulir untuk mencatat semua pajak yang harus kami

    keluarkan. Biasanya saya mendapatkan SPT dari internet mas, jadi

    nggak usah panas-panas pergi ke kantor pajak. Di kantor pajak ya

    tinggal lapor aja.

    Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Surat Pemberitahuan (SPT)

    merupakan hal yang paling mendasar terhadap tingkat pemahaman Wajib

    Pajak terhadap pelaporan SPT. Wajib Pajak A dan B paham tentang

    kegunaan SPT, terutama Wajib Pajak B yang menggunakan fasilitas

    internet untuk mendapatkan formulir SPT. Hal ini menunjukkan peranan

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    53/74

    37

    dan fungsi internet untuk mempermudah Wajib Pajak dalam

    menyampaikan kewajiban perpajakannya.

    Mengenai tempat melaporkan SPT, menurut Wajib Pajak C:

    Biasanya saya melaporkan SPT saya di kantor pajak yang ada di

    Purwosari itu mas, kalau bayarnya ya di kantor pos.

    Wajib pajak D mengemukakan Kalau penyampaian SPT, kami

    kirim melalui jasa kurir SPT kami masukkan dalam amplop tertutup.

    Pemahaman Wajib Pajak terhadap tempat melaporkan SPT

    merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemudahan Wajib Pajak dalam

    melaporkan kewajibannya. Wajib Pajak C menggunakan kantor pos dan

    Wajib Pajak D menggunakan jasa kurir. Sarana pelaporan SPT Tahunan

    ini dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak,

    sehingga WP merasa lebih nyaman dalam menunaikan kewajiban

    perpajakannya.

    Mengenai waktu penyampaian SPT Tahunan Badan, Wajib Pajak E

    mengungkapkan, Kalau kami lebih senang menyampaikan SPT nya di

    bulan Maret mas, karena kalau saya bayar di bulan April pasti antrinya

    lama.

    Wajib Pajak F, Kalau toko kami biasanya bayar lewat e-filling.

    Bayarnya bulan April, lebih praktis dan ga antri mas.

    Batas waktu pelaporan SPT Tahunan PPh Badan adalah 4 (empat)

    bulan setelah akhir Tahun Pajak atau 30 April, dengan adanya pembatasan

    waktu pelaporan SPT ini Wajib Pajak E memilih melaporkan

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    54/74

    38

    kewajibannya di bulan Maret untuk menghindari antrian yang terjadi di

    batas akhir pelaporan SPT yaitu bulan April, sedangkan Wajib Pajak F

    menggunakan fasilitas e-filling. E-Filing adalah sistem pelaporan SPT

    yang menggunakan sarana internet tanpa melalui pihak lain dan tanpa

    biaya apapun melalui efiling.pajak.go.id, yang dibuat oleh Direktorat

    Jenderal Pajak (DJP) untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak

    (WP) dalam pengisian dan penyerahan laporan SPT.

    Mengenai kewajiban melaporkan SPT, Wajib Pajak G memaparkan,

    Kalau menurut kami melaporkan SPT itu wajib, soalnya saya sudah

    punya NPWP jadi kalo ga bayar atau telat bisa kena denda.

    Wajib Pajak H menjelaskan: SPT itu Surat Pemberitahuan, ya kalau

    dapat surat itu mau tidak mau harus bayar. Pajak kan berguna dalam

    pembangunan negara.

    Menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1) UU Tentang Ketentuan Umum

    Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) setiap Wajib Pajak (yang telah ber-

    NPWP) wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

    dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya. Hal ini

    menunjukkan peranan setiap warga negara untuk ikut serta dalam

    pembangunan negara seperti yang diutarakan oleh Wajib Pajak H dan bagi

    yang memiliki NPWP tetapi tidak melaporkan kewajibannya maka dapat

    dikenai denda seperti yang dikemukakan oleh Wajib Pajak G.

    https://efiling.pajak.go.id/https://efiling.pajak.go.id/
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    55/74

    39

    Mengenai pelayanan di KPP Pratama Surakarta, Wajib Pajak I

    memaparkan, Saya sudah cukup puas dengan pelayanannya. Saya sering

    menggunakan jasa AR untuk menanyakan masalah tentang pajak saya.

    Ada Wajib Pajak yang belum puas oleh pelayanan AR seperti yang

    diungkapkan oleh Wajib Pajak J:

    Kamibelum puas mas, terlebih jika saya bayarnya mepet pas bulan

    April pasti antriannya banyak. Seharusnya pada bulan-bulan itu

    pegawai harus lebih banyak dikerahkan agar kami tidak mengantri

    lama.

    Pemahaman Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar

    pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan yang diberikan aparat

    pajak kepada Wajib Pajak. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan

    yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak dan semakin baik

    kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh aparat pajak maka Wajib

    Pajak akan merasa puas sehingga Wajib Pajak akan menjadi patuh.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Surakarta

    tentang Wajib Pajak terdaftar dan Wajib Pajak non-efektif adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 3.4

    Wajib Pajak Badan Terdaftar, Wajib Pajak non-Efektif

    di KPP Pratama Surakarta

    Tahun WP Badan Terdaftar WP Badan Non EfektifPresentase WP

    Badan non-efektif

    2011 7.202 319 4%

    2012 7.902 322 4%

    2013 8.472 325 3%

    Sumber: Sub PDI KPP Pratama Surakarta diolah

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    56/74

    40

    Wajib pajak efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban

    perpajakannya berupa kewajiban menyampaikan SPT Masa dan SPT

    Tahunan sebagaimana mestinya.

    Wajib Pajak non-efektif adalah Wajib Pajak yang tidak memenuhi

    kewajiban perpajakannya berupa memenuhi kewajibannya menyampaikan

    SPT Masa dan SPT Tahunan. Hal ini diterangkan dalam Surat edaran

    Direktur Jendral Pajak Nomor SE-09/PJ.8/1998, Wajib Pajak non-efektif

    adalah:

    a.

    Wajib Pajak yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak

    menyampaikan SPT Tahunan.

    b. Wajib Pajak meninggal atau usahanya bangkrut tetapi belum ada

    surat keterangan secara resmi.

    c.

    Wajib Pajak yang tidak ditemukan alamatnya meskipun sudah

    diusahakan pencarian oleh dinas luar.

    d. Wajib Pajak yang secara nyata tidak menunjukkan suatu kegiatan

    usaha.

    Dari tabel 3.4 terlihat presentase Wajib Pajak Badan non-efektif

    pada tahun 2011 sebesar 4%, tahun 2012 sebesar 4% dan tahun 2013

    sebesar 3%. Penurunan Wajib Pajak non-efektif ini dikarenakan naiknya

    jumlah Wajib Pajak tetapi tidak diiringi dengan naiknya jumlah Wajib

    Pajak efektif.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    57/74

    41

    Tabel 3.5

    Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Badan

    Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

    Tahun 2011-2013

    TahunWajib Pajak

    Realisasi Penyampaian SPTTerdaftar Wajib SPT

    2011 7.202 6.470 2.250 (35%)

    2012 7.902 4.593 2.249 (49%)

    2013 8.472 4.914 2.733 (56%)

    Sumber : Sub PDI KPP Pratama Surakarta diolah

    Dari tabel 3.5 tentang penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

    tahunan Wajib Pajak Badan dapat ditarik kesimpulan bahwa realisasi

    penyampaian SPT dari tahun 2011 sampai tahun 2013 terjadi kenaikan.

    Pada tahun 2011 realisasi penyampaian SPT sebesar 2.250 (35%) naik di

    tahun 2012 yang menjadi 2.249 atau sekitar 49% dan tahun 2013 menjadi

    2.733 (56%).

    Pemahaman Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

    perpajakannya khususnya dalam penyampaian SPT masih dibilang cukup

    rendah. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak menjadi salah satu hambatan

    yang perlu ditanggulangi. Sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp

    1.000.000,00 (satu juta rupiah) apabila terlambat melaporkan kewajiban

    membayar dan melaporkan SPT. Direktorat Jendral Pajak mengharapkan

    kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dan

    sanksi tersebut hanya digunakan untuk menimbulkan efek jera agar Wajib

    Pajak tidak melakukan pelanggaran lagi. Target rasio Penyampaian SPT

    Tahunan Pajak Penghasilan adalah 60%, sesuai dengan SE-10/PJ/2010

    sebagaimana telah diubah dengan SE-96/PJ/2010 sedangkan rasio

    penyampaian SPT pada Tabel 3.5 masih belum memenuhi target.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    58/74

    42

    2. Faktor yang menghambat tingkat pemahaman WP Badan terhadap

    pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Surakarta.

    Berdasarkan wawancara penulis kepada fiskus mengenai faktor yang

    menghambat tingkat pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap pelaporan

    SPT Tahunan di KPP Pratama Surakarta, fiskus A menyatakan :

    Saya kira faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan setiap wajib

    pajak dalam memahami petunjuk dalam pengisian SPT, minat wajibpajak dalam menghadiri sosialisasi yang diberikan oleh DJP dan

    pelayanan pegawai kami. Saya kira hal itu yang menyebabkan kualitas

    pemahaman setiap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya.

    Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

    mempengaruhi pemahaman Wajib Pajak badan terhadap pelaporan SPT

    adalah:

    a.

    Kurangnya Minat Wajib Pajak untuk Mengikuti Sosialisasi yang

    diberikan KPP

    Sosialisasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pajak terbaru

    kepada Wajib Pajak dan lebih mengakrabkan Wajib Pajak dengan

    peraturan-peraturan terbaru mengenai sistem pembayaran pajak

    maupun peraturan pajak lainnya. Hal ini berpengaruh terhadap

    pemahaman Wajib Pajak Badan dalam penyampaian SPT Tahunan di

    KPP Pratama Surakarta.

    b. Kualitas PelayananAccount Representative

    PerananAccount Representative(AR) didalam memberikan pelayanan

    yang baik kepada Wajib Pajak sangat diperlukan dan dengan

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    59/74

    43

    berlakunya sistem Account Representative (AR) sebagai salah satu

    wujud pelayanan prima kepada wajib pajak, diharapkan dapat

    membantu dalam kegiatan pelaporan SPT Tahunan di KPP Surakarta.

    Kurang optimalnya pelayanan Account Representative (AR) di KPP

    Surakarta merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan

    kurangnya pemahaman Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

    perpajakannya.

    C. TEMUAN

    Setelah penulis melakukan penelitian di KPP Pratama Surakarta

    mengenai Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap Pelaporan SPT Tahunan

    di KPP Pratama Surakarta, penulis menemukan kelebihan dan kekurangan

    mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Kelebihan

    a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta terus berusaha untuk

    meningkatkan pemahaman Wajib Pajak Badan dalam pelaporan SPT

    Tahunan di KPP Pratama Surakarta guna mengoptimalkan

    penerimaan negara.

    b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan mempunyai manfaat baik untuk

    KPP maupun Wajib Pajak Badan.

    c. Penerapan Self Assesment di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

    Surakarta sudah terbilang baik.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    60/74

    44

    d.

    SPT dapat diperoleh dengan mudah dan cepat dengan mengakses

    melalui internet.

    2. Kekurangan

    a. Realisasi penerimaan SPT Tahunan setiap tahunnya turun, adanya

    penambahan jumlah Wajib Pajak non efektif dan penambahan

    jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penundaan

    penyampaian SPT sehingga SPT yang diterima menjadi berkurang

    b.

    Rendahnya tingkat pemahaman Wajib Pajak, banyak ditemukan

    Wajib Pajak yang melaporkan pajaknya secara tidak benar dan tidak

    melaporkan Surat Pemberitahuannya.

    c. Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

    biasanya menyampaikan Surat Pemberitahuan menjelang batas akhir

    penyampaian sehingga membuat petugas Tempat Pelayanan Terpadu

    (TPT) bekerja lebih keras.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    61/74

    45

    BAB IV

    PENUTUP

    Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya yang

    berhubungan dengan Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap Pelaporan SPT

    Tahunan di KPP Pratama Surakarta, penulis menarik kesimpulan dan saran yaitu

    sebagai berikut :

    A. Kesimpulan

    1.

    Pelaksanaan kewajiban perpajakan dapat terpenuhi dengan baik apabila

    Wajib Pajak memiliki pemahaman yang baik mengenai tata cara

    pelaporan SPT .

    2. Tingkat pemahaman Wajib Pajak Badan dalam melaporkan

    kewajibannya sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan lagi.

    3. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Badan Tahunan di

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dapat dikatakan cukup baik

    meskipun masih ada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban

    perpajakan sebagaimana mestinya.

    4.

    Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi pemahaman Wajib Pajak dalam

    pelaporan SPT yaitu :

    a. Kurangnya Minat Wajib Pajak untuk Mengikuti Sosialisasi yang

    diberikan KPP

    b. Kualitas PelayananAccount Representative

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    62/74

    46

    B. SARAN

    Setelah mengemukakan kesimpulan atas analisis dan pembahasan

    pada bab-bab sebelumnya, penulis akan mencoba memberikan saran yang

    dapat membantu Pemahaman Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaporan SPT

    adalah sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kualitas maupun kuantitas penyuluhan dan sosialisasi

    terhadap Wajib Pajak, khususnya Wajib Pajak Badan sehingga upaya

    penyuluhan dan sosialisasi tersebut benar-benar memberi pengaruh

    yang efektif tentang Pemahaman Wajib Pajak Badan terhadap

    kewajiban perpajakannya.

    2. Meningkatkan kualitas kinerja Account Representative. Berdasarkan

    pengamatan, keaktifan Account Representative dalam melakukan

    pembinaan kepada Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya

    harus ditingkatkan.

    3. Meningkatkan jumlah wajib pajak efektif dengan kegiatan

    ekstensifikasi, dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi

    jumlah wajib pajak non-efektif sehingga penerimaan pendapatan

    semakin tinggi.

    4. Sosialisasi kepada rekan Direktorat Jenderal Pajak seperti kantor

    pos dan bank persepsi perlu dilakukan agar tidak terjadi salah paham

    dan dapat meningkatkan kualitas penerimaan pajak.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    63/74

    47

    5.

    Mengoptimalkan fungsi help desk di KPP Pratama Surakarta.

    Berdasarkan pengamatan, fasilitas help desk jarang digunakan Wajib

    Pajak.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    64/74

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggoro, M. Toha, dkk. 2007.Metode Penelitian.Universitas Terbuka. Jakarta.

    Anggraeni, Desy. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Wajib

    Pajak Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib

    Pajak Badan, S1 FEB.

    Arikunto, Suharsimi. 2005.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

    Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Indonesia. PT. Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta.

    Mardiasmo. 2010. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta.

    Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remadja Rosda.

    Bandung.

    Nazir, Muhammad. 2003.Metode Penelitian. Ghalian Indonesia. Jakarta.

    Resmi, Siti, 2007. Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat.Jakarta.

    Soemarso. 2007.Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.

    Suandy, Erly. 2010 .Hukum Pajak. Salemba Empat,. Jakarta.

    Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif. ALFABETA. Bandung.

    Suliyanto.2006.Metode Riset Bisnis, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.

    Sulistyaningsih, Ernawati. 2009. Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat

    Paksa Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak Di KPP Pratama

    Surakarta, D3 FEB UNS. Tidak Dipublikasikan.

    Undang-Undang No. 16 tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

    Perpajakan.

    Waluyo. 2010.Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

    Website Resmi Departemen Keuangan, www.anggaran.depkeu.go.id diakses

    tanggal 15 maret 2014. 21.40.

    http://www.anggaran.depkeu.go.id/http://www.anggaran.depkeu.go.id/http://www.anggaran.depkeu.go.id/
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    65/74

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    66/74

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    67/74

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    68/74

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    69/74

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    70/74

    LAMPIRAN KUESIONER

    Bapak/Ibu dimohon untuk mengisi dan memberikan tanda silang (X) pada

    salah satu kolom yang tersedia dibawah ini.

    Nama Perusahaan* =

    Bidang Usaha = a. Pedagang c. Jasa

    b. Pabrikan d. lain-lain ...

    Pengetahuan Pajak = a. Brevet c. Tidak Ada

    di Dapat Dari b. Penyuluhan Pajak d. Lain-lain ..

    Petunjuk pengisian :

    Jawaban dapat diberikan dengan cara memberi silang (X) pada salah satu

    kolom sebagai jawaban, sesuai dengan kondisi yang saudara rasakan, yaitu :

    SS = Sangat Setuju

    S = Setuju

    TS = Tidak Setuju

    STS = Sangat Tidak Setuju

    Keterangan :

    *Boleh Tidak Diisi

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    71/74

    Wawancara :

    Apa kegunaan Surat Pemberitahuan (SPT) ?

    Dimana biasanya anda melaporkan SPT ?

    Kapan SPT tahunan Wajib Pajak (WP) Badan anda dilaporkan ?

    Mengapa WP wajib melaporkan SPT ?

    Bagaimana pelayanan pegawai di KPP Pratama Surakarta ?

    NO PERTANYAAN SS S TS STS

    1Saat ini formulir Surat Pemberitahuan (SPT)

    sudah sederhana.

    2SPT dapat diperoleh dengan mudah dan cepat

    dengan mengakses melalui internet.

    3

    Aparat Pajak memberikan bantuan kepada

    Wajib Pajak untuk mempermudah dalam

    pengisian SPT.

    4

    Penyuluhan pajak yang dilakukan DJP denganmemberikan informasi terbaru, sangat

    membantu Wajib Pajak dalam melakukan

    kewajibannya.

  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    72/74

    SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

    NOMOR SE - 96/PJ/2010

    TENTANG

    PERUBAHAN TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN

    SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PADA TAHUN 2010

    SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAMSE-10/PJ/2010

    DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

    Sehubungan dengan dilakukannya perubahan besaran Indikator Kinerja Utama

    (IKU) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk rasio kepatuhan penyampaian Surat

    Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) pada tahun 2010dan dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT

    Tahunan PPh, dipandang perlu melakukan perubahan atas Surat Edaran Direktur

    Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ/2010 Tanggal 1 Februari 2010 tentang Target

    Rasio Kepatuhan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dan SPT Masa Pajak

    Pertambahan Nilai Pada Tahun 2010. Terkait dengan perubahan tersebut

    disampaikan beberapa hal sebagai berikut :

    1. Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan perubahan terhadap besaran IKU

    atas rasio kepatuhan SPT Tahunan PPh pada tahun 2010 menjadi 57,50%.

    2. Untuk mencapai target IKU yang baru tersebut, dilakukan perubahan (revisi)

    target minimal untuk masing-masing Kantor Wilayah (Kanwil) dan KantorPelayanan Pajak (KPP) sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Direktur

    Jenderal Pajak NomorSE-10/PJ/2010menjadi sebagai berikut :

    NoUnit Kerja dan

    Pengelompokan

    Target Rasio Kepatuhan Penyampaian

    SPT Tahunan PPh Tahun 2010

    Sebelumnya

    (SE-

    10/PJ/2010)

    Revisi Keterangan

    A. Kanwil DJP

    1 Kanwil DJP Wajib Pajak

    Besar

    97.50% 97.50% Tetap

    2 Kanwil DJP Jakarta

    Khusus

    95.00% 95.00% Tetap

    3 Kanwil DJP Lainnya yang

    berada di:

    - DKI Jakarta 65.00% 67,50% Berubah

    - Pulau Jawa (di luar DKI

    Jakarta) dan Bali

    60.00% 62,50% Berubah

    - Pulau Sumatera dan Pulau

    Sulawesi (dan sekitarnya)

    57.50% 60,00% Berubah

    - Pulau Kalimantan, Pulau 55.00% 57,50% Berubah

    http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    73/74

    Nusa Tenggara, dan Papua

    (dan sekitarnya)

    B. Kantor Pelayanan Pajak1 KPP Wajib Pajak Besar 97.50% 97.50% Tetap

    2 KPP Madya yang berada

    di:

    - DKI Jakarta 95.00% 95.00% Tetap

    - Pulau Jawa (di luar DKI

    Jakarta) dan Bali

    92.50% 92.50% Tetap

    - Luar Pulau Jawa dan Bali 90.00% 90.00% Tetap

    3 KPP Pratama yang berada

    di:

    - DKI Jakarta 65.00% 67,50% Berubah- Pulau Jawa (di luar DKI

    Jakarta) dan Bali

    60.00% 62,50% Berubah

    - Pulau Sumatera dan Pulau

    Sulawesi (dan sekitarnya)

    57.50% 60,00% Berubah

    - Pulau Kalimantan, Pulau

    Nusa Tenggara, dan Papua

    (dan sekitarnya)

    55.00% 57,50% Berubah

    Daftar Kanwil DJP berdasarkan kelompok di atas sebagaimana lampiran surat

    edaran ini.

    3. Wajib Pajak (WP) Terdaftar yang wajib menyampaikan SPT Tahunan PPhmeliputi WP Orang Pribadi dan WP Badan yang terdaftar dalam administrasi

    DJP per tanggal 31 Desember 2009 dengan status domisili/pusat (kode NPWP

    000). Dalam hal ini tidak termasuk bendahara pemerintah, joint operation,

    maupun cabang/lokasi. Jumlah WP terdaftar yang wajib menyampaikan SPT

    Tahunan PPh setelah mempertimbangkan data yang disampaikan masing-

    masing Kanwil DJP sebagaimana daftar terlampir;

    4. SPT Tahunan PPh yang diterima mencakup seluruh SPT Tahunan PPh (SPT

    Tahunan PPh Orang Pribadi dan SPT Tahunan PPh Badan) yang diterima DJP

    selama tahun 2010 tanpa membedakan tahun pajaknya, namun tidak termasuk

    pembetulan SPT Tahunan PPh;

    5. Dalam rangka untuk mencapai target rasio kepatuhan penyampaian SPTTahunan PPh pada tahun 2010, Kepala Kanwil DJP bersama para Kepala KPP

    di lingkungannnya agar menetapkan upaya-upaya atau langkah-langkah

    konkrit yang perlu dilakukan antara lain memanfaatkan data Wajib Pajak yang

    tidak menyampaikan SPT tetapi melakukan kegiatan usaha, diantaranya

    ekspor/impor berdasarkan data PEB dan PIB maupun data lainnya yang

    bersumber dari Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan (TIP);

    6. Surat Edaran ini merupakan perubahan pertama terhadap Surat Edaran Nomor

    SE-10/PJ/2010tanggal 1 Februari 2010 tentang Target Rasio Kepatuhan SPT

    Tahunan Pajak Penghasilan dan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai Pada

    Tahun 2010. Oleh sebab itu dalam administrasi dan pelaksanaannya agar tidak

    memisahkan muatan substansinya dari surat edaran tersebut.

    http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14109
  • 7/24/2019 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN DI KANTOR PELAY

    74/74

    Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 20

    September 2010

    Direktur Jenderal,

    ttd.

    Mochamad TjiptardjoNIP

    19