efektifitas kepatuhan wajib pajak badan dalam menyampaikan spt tahunan badan dalam rangka...

70
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik Dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh LARASATI KENCANA PERTIWI 2011420034 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015

Upload: uofaunsada

Post on 07-Jan-2017

246 views

Category:

Data & Analytics


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM

MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA

PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA

JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik Dan Melengkapi

Sebagian Dari Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Akuntansi

Oleh

LARASATI KENCANA PERTIWI

2011420034

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2015

Page 2: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)
Page 3: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)
Page 4: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)
Page 5: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

v

ABSTRAK

NIM :2011420034, Judul Skripsi :EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB

PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA

KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2012-2014),

Jumlah Hal : xii + 52 Hal,

Kata Kunci : Efektifitas, Kepatuhan Wajib Pajak, SPT, Penerimaan PPh Badan

Untuk mengevaluasi seberapa besar hubungan ketepatan Wajib Pajak

Badan dalam melaporkan/menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan

tingkat penerimaan PPh Badan pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.

Sosialisasi atau penyuluhan yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta

Cakung Satu belum menunjukan hasil yang maksimal. Dapat dilihat adanya

peningkatan pada WajibPajak Badan, tetapi pada penyampaian SPT Tahunan

Badan terjadinya penurunan karena masih banyaknya Wajib Pajak yang belum

patuh, sehingga jumlah realisasi penerimaan pajak pun belum mencapai target

yang telah ditentukan.

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap pelaporan/penyampaian

SPT Tahunan Badan cenderung menurun. Total rata-rata penerimaan selama tiga

periode dari target pencapaiannya 8569,25% jadi beberapa tahun diantaranya

tahun 2012-2013 masih dibawah rata-rata target penerimaan. Perlu ditingkatkan

sosialisasi atau penyuluhan secara intensif yang berkaitan dengan hal perpajakan,

baik melalui talkshow, media massa maupun elektronik, dan mengoptimalkan

petugas pajak dan kualitas SDM agar potensi pajak yang besar dapat ditingkatkan

setiap tahunnya.

Daftar Acuan : (2006-2014)

Jakarta, Agustus 2015

Larasati Kencana Pertiwi

Page 6: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

vi

KATA PENGANTAR

Bismil-laahir-rahmanir-raahiim

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik dan

mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan dan motivasi sehingga memungkinkan skripsi ini terwujud.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Orang tua penulis, yang selalu mendoakan dan memberikan nasehat yang

terbaik untuk penulis.

2. Bapak Drs. Sukardi H. Sentono, SE, MM., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Darma Persada.

3. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada dan juga selaku

Pembimbing Materi yang telah memberikan waktu dan pikirannya dalam

memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu, khususnya bagian

Pengolah Data dan Informasi. Terima kasih bantuan yang sudah diberikan

selama penulis melakukan riset data.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai

pihak.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan

bermanfaat dengan baik.

Jakarta, Agustus 2015

Larasati Kencana Pertiwi

Page 7: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL SKRIPSI..................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iv

ABSTRAK............................................................................................... v

KATA PENGANTAR............................................................................. vi

DAFTAR ISI............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL.................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian............................ 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Perpajakan.............................................................. 5

2.1.1 Pengertian Pajak.......................................................... 5

2.1.2 Fungsi Pajak................................................................ 6

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak........................................... 7

Page 8: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

viii

2.1.4 Asas-asas Pemungutan Pajak...................................... 8

2.1.5 Cara Menghitung Pajak............................................... 9

2.2 Tinjauan Pajak Penghasilan Badan

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Badan.......................... 10

2.2.2 Bukan Subjek Pajak..................................................... 11

2.2.3 Subjek Pajak Dalam Negeri......................................... 12

2.2.4 Objek Pajak Penghasilan.............................................. 13

2.2.5 Tarif Pajak Penghasilan Badan.................................... 14

2.3 Tinjauan Surat Pemberitahuan (SPT)

2.3.1 Pengertian SPT............................................................. 15

2.3.2 Kewajiban Menyampaikan SPT................................... 16

2.3.3 Tandatangan SPT.......................................................... 16

2.3.4 Jenis dan Bentuk SPT.................................................... 17

2.3.5 Isi SPT........................................................................... 18

2.3.6 Cara Penyampaian SPT................................................. 19

2.3.7 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT.............. 19

2.3.8 SPT Dianggap Tidak Disampaikan............................... 20

2.3.9 Pembetulan SPT............................................................ 20

2.3.10 SPT Kurang Bayar dan Lebih Bayar........................... 22

2.3.11 Sanksi Tidak Menyampaikan SPT.............................. 22

Page 9: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

ix

2.4 TinjauanKepatuhan Wajib Pajak

2.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak............................... 23

2.4.2 Jenis Kepatuhan............................................................. 24

2.5 Tinjauan Efektifitas

2.5.1 Definisi Efektifitas......................................................... 25

2.6 Kerangka Berpikir..................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian...................................................................... 28

3.2 Jenis Data yang Digunakan...................................................... 28

3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 28

3.4 Metode Analisis Data............................................................... 29

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian....................................................... 32

4.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Cakung Satu...... 32

4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.......... 33

4.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.. 33

4.1.4 Tugas Secara Umum....................................................... 34

4.2 Analisis Data............................................................................. 36

4.2.1 Perbandingan Antara Wajib Pajak Badan Terdaftar Dengan

Wajib Pajak Badan Efektif............................................. 36

Page 10: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

x

4.2.2 Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan SPT

TahunanBadan........................................................ .... 39

4.2.3 Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Rangka Peningkatan

Penerimaan PPh Badan................................................... 42

4.2.4 Hambatan yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Dalam Menyampaikan SPT Tahunan dan Upaya

Peningkatannya............................................................... 45

4.3 Hasil Pembahasan

4.3.1 Perbandingan Antara Wajib Pajak Badan Terdaftar Dengan

Wajib Pajak Badan Efektif............................................. 47

4.3.2 Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan SPT

TahunanBadan................................................................. 47

4.3.3 Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Rangka Peningkatan

Penerimaan PPh Badan................................................... 48

4.3.4 Hambatan yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak Dalam Menyampaikan SPT Tahunan dan Upaya

Peningkatannya............................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan................................................................................... 50

5.2 Saran............................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 51

LAMPIRAN

Page 11: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Wajib Pajak Badan Terdaftar dan Wajib Pajak Badan

Efektif....................................................................................... 37

TABEL 4.2 Rata-rata Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar dan Jumlah

Wajib Pajak Badan Efektif....................................................... 38

TABEL 4.3 Keadaan SPT Tahunan Badan.................................................. 39

TABEL 4.4 Jumlah SPT Tahunan Badan yang Diterima............................ 40

TABEL 4.5 Target dan Realisasi Penerimaan PPh Badan........................... 43

TABEL 4.6 Rata-rata Target dan Realisasi Penerimaan PPh Badan........... 45

Page 12: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran............................................................. 26

GAMBAR 2 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu...... 33

Page 13: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

saat ini kemandirian suatu negara dapat dilihat dari kemampuan warga negaranya

untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin

maupun pengeluaran pembangunan. Dan penerimaan pajak secara tidak langsung

bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu

sendiri.

Pendapatan dari sektor pajak sangat dibutuhkan, bahkan pemerintah

berupaya agar penerimaan dari sektor pajak dapat terus meningkat dari tahun

ketahun, karena sektor pajak merupakan sumber devisa negara. Pratama (2012),

pajak penghasilan merupakan beban yang timbul karena diberlakukannya

peraturan pajak kepada dunia usaha, dan beban pajak penghasilan tersebut

merupakan pos yang jumlahnya kadang kala cukup material yang dilaporkan di

dalam laporan keuangan perusahaan.

Perpajakan di Indonesia mulai tahun 1984 menganut self assessment

system, dimana sistem pemungutan pajak memberikan wewenang kepada Wajib

Pajak dalam menghitung, melaporkan, dan menyetorkan sendiri jumlah pajak

yang terutang. Adapun yang sudah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

Selain itu, dalam pelaksanaan sistem Self Assessment juga dibutuhkan

kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak serta keinginan untuk membayar pajak.

Page 14: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

2

Kepatuhan membayar pajak pada Wajib Pajak Badan didasarkan pada kepatuhan

pelaporan SPT Tahunan. Karena kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan

SPT merupakan salah satu bentuk perwujudan peran serta masyarakat khususnya

Wajib Pajak dalam meningkatkan penerimaan Negara yang berasal dari pajak.

Finasari (2013), tingkat kepatuhan Wajib Pajak merupakan unsur terpenting

dalam mempengaruhi tingkat realisasi penerimaan pajak. Tingkat kepatuhan

Wajib Pajak dapat dilihat dari berbagai indikasi-indikasi tertentu, seperti realisasi

jumlah Wajib Pajak terdaftar, realisasi jumlah Wajib Pajak efektif, tingkat

penetapan pajak, ketepatan waktu dalam melaporkan pajak dan lain-lain.

Pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Trianasari (2008) selama ini ternyata kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama

Jakarta Cakung Dua dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh badan masih sangat

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kepatuhan Wajib Pajak dalam

melaporkan SPT dapat berakibat atau berpengaruh pada penerimaan pajak

penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak.

Penurunan setoran dan tingkat kepatuhan pelaporan pajak juga terjadi pada

KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu.Ditjen Pajak Mekar Satria Utama

mengatakan, kepatuhan pelaporan itu cenderung menurun dari 89% tahun lalu

menjadi 83% tahun ini.Tidak dijelaskan untuk besaran penurunan penerimaan

yang muncul akibat adanya penurunan kepatuhan tersebut (Tempo.co : 2015).

Kepatuhan Wajib Pajak, baik orang pribadi maupun badan, yang terdaftar

di Kantor Pelayanan Pajak dan telah melakukan kewajiban perpajakannya, yaitu

dengan melunasi dan melaporkan SPT masa dan tahunannya tepat waktu

Page 15: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

3

(Oktaviani, 2007).Agar Wajib Pajak tetap berada dalam aturan yang benar dan

kepatuhan Wajib Pajak pun menjadi lebih meningkat, diperlukan upaya dari pihak

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yaitu

dengan memberikan sosialisasi kepada Wajib Pajak agar memenuhi kewajiban

perpajakannya.Efektifitas diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam

pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul, “EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK

BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM

RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP

PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU(Periode 2011-2014)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah tingkat efektifitas kepatuhan Wajib Pajak badan dalam

menyampaikan SPT Tahunan badandapatmempertahankan

penerimaan PPh badan pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu?

2. Apa hambatan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dan upaya apa

yang dilakukan untuk mempertahankan kepatuhan Wajib Pajak

badan dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh badan pada KPP

Pratama Jakarta Cakung Satu?

Page 16: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

4

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasitingkat efektifitas kepatuhan Wajib Pajak badan

dalam menyampaikan SPT Tahunan badan dapat mempertahankan

penerimaan PPh badan pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.

2. Untuk mengevaluasihambatan yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan dan upaya apa yang dilakukan untuk mempertahankan

kepatuhan Wajib Pajak badan dalam menyampaikan SPT Tahunan

PPh badan pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan, pemahaman mengenai peraturan

perpajakan, sistem perpajakan, dan alat ukur kemampuan teori yang

didapat dari perkuliahan maupun literatur yang ada dalam

penerapannya.

2. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan dapat dijadikan bahan masukanyang dapat berguna bagi

instansi yang terkait.

3. Bagi Pihak Lain

Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan informasi yang

bermanfaat dan juga sebagai bahan referensi bagi pembaca ataupun

peneliti, sehingga dapat melengkapi kekurangan yang ada di dalam

penulisan ini.

Page 17: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Perpajakan

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari kemampuan warga negaranya untuk

membiayai pengeluaran – pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan. Dan penerimaan pajak secara tidak langsung

bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu

sendiri.

Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum Perpajakan yang menyatakan bahwa :

Pajak juga merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Feldmann yang dikutip oleh Waluyo (2010;2), mengatakan :

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya

kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-

pengeluaran umum.

Page 18: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

6

Menurut Adriani yang dikutip oleh Waluyo (2010;2), mengatakan:

Iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-

undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai

public investment.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2014:3)dalam bukunya Teori & Kasus terdapat dua

fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi

regularend (pengatur) :

Page 19: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

7

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh :

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh : dikenakannya

pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian

pula terhadap barang mewah.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Resmi (2014:11) dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem

pemungutan, yaitu :

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur pajak

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan.

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak

dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Page 20: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

8

Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak.

3. Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.4 Asas-asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak menurut Waluyo dalam bukunya Perpajakan

Indonesia (2010:13)menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan

pada asas-asas berikut :

1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak

dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan

membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang

diterima.

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena

itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak

yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajajk sebaiknya sesuai

dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sebagai contoh :

pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan.

Page 21: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

9

4. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,

demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

2.1.5 Cara Menghitung Pajak

Menurut Resmi (2014:138)PPh terutang dihitung dari tarif dikalikan

penghasilan kena pajak :

Dalam menghitung Pajak Penghasilan yang terutang dibedakan antara

Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri. Bagi Wajib Pajak dalam

negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan

Kena Pajak, yaitu :

1. Penghitungan PPh dengan dasar pembukuan.

2. Penghitungan PPh dengan dasar pencatatan.

Bagi Wajib Pajak luar negeri, Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar

penghitungan Pajak Penghasilan adalah sebesar penghasilan bruto, sehingga Pajak

Penghasilan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan

penghasilan bruto.

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak

= Tarif x (Peredaran bruto – pengeluaran/

biaya yang boleh dikurangkan)

Page 22: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

10

2.2 Tinjauan Pajak Penghasilan Badan

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Badan

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:102) pengertian Pajak Penghasilan

adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan atas penghasilan

yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Subjek pajak yang menerima

atau memperoleh penghasilan dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan (PPh) disebut Wajib Pajak. Pengertian badan adalah

sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer,perseroan lainnya, badan usaha milik negara

(BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk

apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,

yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,

lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan

bentuk usaha tetap.

Badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah

(BUMD) merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya

sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah, misalnya lembaga, badan,

dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan

merupakan subjek pajak.

Page 23: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

11

Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan,

perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang

sama, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

(APBN) atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau

pemerintah daerah.

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

Unit pemerintah yang memenuhi empat syarat tersebut tidak akan terutang

Pajak Penghasilan apabila menerima penghasilan yang merupakan objek Pajak

Penghasilan.

2.2.2 Bukan Subjek Pajak

Menurut Fitriandi, Aryanto, dan Priyono (2014:99) dalam pasal 3 ayat 1

UU PPh menyebutkan pihak yang tidak termasuk subjek pajak adalah :

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan

syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

Page 24: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

12

3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi

anggota organisasi tersebut, dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan

lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan

pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para

anggota.

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau

pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.2.3 Subjek Pajak Dalam Negeri

Menurut Fitriandi, Aryanto, dan Priyono (2014:92) dalam pasal 2 ayat 3

UU PPh subjek pajak dalam negeri adalah :

1. Orang pribadi :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.

b. Berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan/atau

c. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan :

a. Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu

dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria. Kriteria yang pertama,

pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Kedua, pembiayaannya bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan

Page 25: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

13

Belanja Daerah. Ketiga, penerimaannya dimasukkan dalam anggaran

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Keempat, pembukuannya

diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

2.2.4 Objek Pajak Penghasilan

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:109) penghasilan yang dikenai pajak

adalah tambahan kemampuan ekonomis yang diterima selama suatu tahun pajak,

dan bukan berdasarkan kumulatif kemampuan ekonomis tahun pajak sebelumnya.

Penghasilan yang dikenai pajak harus dapat dinilai satuan ekonomis dalam satuan

mata uang. Penghasilan yang dikenai pajak tidak tergantung dengan nama dan

bentuk yang diterima atau diperoleh namun tergantung hakekat ekonomis atas

penghasilan tersebut. Penghasilan yang dikenai pajak berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib

Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas

seperti gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, uang pensiun,

penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan

sebagainya.

2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan (laba usaha).

Page 26: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

14

3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak,

seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau

hak yang tidak dipergunakan untuk usaha dan

4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi

dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

2.2.5 Tarif Pajak Penghasilan Badan

Menurut Fitriandi, Aryanto, dan Priyono (2014:145) mengenai tarif PPh

Badan yaitu :

1. Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf b, Wajib Pajak badan dalam negeri dan

bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

Sebagaimana yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, tarif tertinggi

dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang

mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

2. Tarif PPh Pasal 17 ayat (2) huruf b, Wajib Pajak badan dalam negeri yang

berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen)

dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek

di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh

tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah.

3. Tarif PPh Pasal 31E ayat (1), Wajib Pajak badan dalam negeri dengan

peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar

rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima

puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)

Page 27: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

15

huruf b dan ayat (2) huruf a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak

dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat

miliar delapan ratus juta rupiah).

2.3 Tinjauan Surat Pemberitahuan (SPT)

2.3.1 Pengertian SPT

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:23) Pasal 1 angka 11 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang

oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran

pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak dan/atau harta dan kewajiban,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam Peraturan

Pemerintahan Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban Perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa

kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan aturan

pelaksanaan pada tingkat di bawahnya seperti Peraturan Menteri Keuangan.

Berdasarkan definisi tersebut, fungsi SPT adalah :

1. Sarana melaporkan seluruh penghasilan objek PPh maupun bukan objek

PPh, harta dan kewajiban, termasuk penghitungan dan pembayaran pajak

suatu tahun pajak.

2. Sarana melaporkan jumlah pemotongan/pemungutan pajak dan

pembayarannya dalam suatu masa pajak.

Page 28: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

16

3. Sarana melaporkan penghitungan PPN dan atau PPnBM dalam suatu Masa

Pajak serta penyetorannya apabila terdapat pajak yang kurang dibayar.

2.3.2 Kewajiban Menyampaikan SPT

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:23) dalam Pasal 3 ayat (1) UU KUP

menyebutkan setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan (SPT)

dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan

huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta

menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Pajak.

Sementara itu, yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam

mengisi Surat Pemberitahuan adalah :

1. Benar adalah benar dalam penghitungan, termasuk benar dalam penerapan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalampenulisan dan

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek

pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan.

3. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-

unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

2.3.3 Tandatangan SPT

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:24) dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b UU

KUP menyebutkan tanda tangan SPT meliputi :

Page 29: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

17

1. Tanda tangan biasa.

2. Tanda tangan stempel.

3. Tanda tangan elektronik atau digital.

Tanda tangan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan

tanda tangan biasa. Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) UU KUP menegaskan SPT Masa

atau Tahunan Wajib Pajak Badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi

atau kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan menandatangani SPT.

2.3.4 Jenis dan Bentuk Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:24) jenis SPT sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Nomor 181/PMK.03/2007 yang telah diubah dengan

Nomor 152/PMK.03/2009 meliputi :

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak atau

Bagian Tahun Pajak.

2. SPT Masa, yaitu SPT untuk suatu Masa Pajak yang terdiri atas :

a. SPT Masa Pajak Penghasilan;

b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan

c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak

Pertambahan Nilai.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 9/PJ/2009 menegaskan :

1. SPT Tahunan terdiri dari : SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi,

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, dan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan

dalam mata uang Dollar Amerika Serikat.

Page 30: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

18

2. SPT Masa yang terdiri dari : PPh Pasal 21 dan 26, PPh Pasal 22, PPh Pasal

23 dan 26, PPh Pasal 25, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, Masa PPN,

dan Masa PPN bagi Pemungut PPN.

2.3.5 Isi Surat Pemberitahuan

Menurut Resmi (2014:45) untuk kepentingan keseragaman dan

mempermudah pengisian serta pengadministrasian perpajakan, bentuk dan isi

SPT, keterangan, dokumen yang harus dilampirkan dan cara yang digunakan

untuk menyampaikan SPT diatur bedarasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

1. SPT Tahunan

Suatu SPT terdiri dari SPT induk dan lampirannya sebagai suatu kesatuan

yang tidak terpisahkan. Untuk data dasar (formal) SPT paling sedikit

memuat :

a. Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan alamat Wajib

Pajak;

b. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang

bersangkutan; dan

c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.

2. SPT Masa

Dalam SPT Masa di samping data dasar berisi pula data materiil untuk

SPT Masa Pajak Penghasilan, yaitu memuat :

a. Jumlah Objek Pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau jumlah

pajak dibayar;

b. Tanggal pembayaran atau penyetoran; dan

Page 31: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

19

c. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

2.3.6 Cara Penyampaian SPT

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:25) dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2)

UU KUP menegaskan penyampaian SPT dapat dilakukan :

1. Secara langsung dan diberikan tanda penerimaan surat, atau

2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau

3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman

surat, atau

4. E-Filling melalui Penyedia Jasa Aplikasi / Application Service Provider

(ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2.3.7 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:25) sesuai Pasal 3 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur :

1. Untuk SPT Tahunan badan, batas waktu pembayaran adalah sebelum

SPT Tahunan PPh disampaikan dan batas waktu pelaporan adalah akhir

bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian Tahun Pajak.

2. Untuk SPT Masa badan (PKP), batas waktu pembayaran adalah akhir

bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa

PPN disampaikan dan batas waktu pelaporan adalah akhir bulan

berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.

Page 32: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

20

2.3.8 SPT Dianggap Tidak Disampaikan

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:26) dalam Pasal 3 ayat (7) UU KUP

menegaskan SPT yang dianggap tidak disampaikan adalah :

1. SPT tidak ditandatangani.

2. SPT tidak dilampiri keterangan dan/atau dokumen. Menurut Peraturan

Menteri Keuangan No. 181/PMK.03/2007 :

a. SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran, merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan.

b. SPT harus dilampiri dengan keterangan dan/atau dokumen sesuai

dengan undang-undang perpajakan yaitu laporan keuangan bagi Wajib

Pajak yang wajib pembukuan, laporan keuangan yang diaudit apabila

diaudit oleh akuntan publik, surat kuasa apabila ditandatangani bukan

oleh pengurus atau Waib Pajak yang bersangkutan.

3. SPT lebih bayar disampaikan telah lewat 3 (tiga) tahun sesudah

berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib

Pajak telah ditegur secara tertulis.

4. SPT disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan

/ menerbitkan surat ketetapan pajak.

2.3.9 Pembetulan SPT

Menurut Resmi (2014:46) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat

membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah disampaikan dengan

menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum

melakukan tindakan pemeriksaan.

Page 33: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

21

Apabila pembetulan Surat Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih

bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua)

tahun sebelum daluwarsa penetapan. Daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5

(lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian

tahun pajak, atau tahun pajak.

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan

syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib

Pajak dengan kesadaran sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang

telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat

Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan, yang dapat

mengakibatkan :

1. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil.

2. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih

besar.

3. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil, atau

4. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses

pemerikasaan tetap dilanjutkan.

Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah

disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat

Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau

Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak

sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang

telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan

Page 34: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

22

tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima Surat Ketetapan

Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan

Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal

Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

2.3.10 SPT Kurang Bayar dan Lebih Bayar

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:27) SPT Kurang Bayar timbul apabila

jumlah pajak terutang suatu masa atau tahun pajak lebih besar dibandingkan

kredit pajak atau pajak yang dibayar. Pajak yang kurang dibayar yang tercantum

dalam SPT Masa harus disetor paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat

terutang atau berakhirnya masa pajak sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) UU KUP.

Pajak yang kurang dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan harus disetor

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak untuk Wajib Pajak orang

pribadi dan 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak untuk Wajib Pajak badan

sesuai Pasal 29 UU PPh.

SPT Lebih Bayar terjadi apabila jumlah pajak yang terutang suatu masa

atau tahun pajak lebih kecil dibandingkan jumlah kredit pajak atau pajak yang

dibayar. Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan restitusi

pajak atau pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

2.3.11 Sanksi Tidak Menyampaikan SPT (sanksi administrasi)

Menurut Ilyas dan Suhartono (2013:28) sesuai Pasal 7 ayat (1) UU KUP

menyebutkan sanksi administrasi tidak menyampaikan SPT, yaitu :

1. Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN.

2. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya.

Page 35: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

23

3. Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

Badan.

4. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

Orang Pribadi.

Sanksi administrasi berupa denda diatas tidak dilakukan terhadap :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah meninggal dunia.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas.

3. Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai Warga Negara Asing

yang tidak tinggal lagi di Indonesia.

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang tidak melakukan kegiatan lagi di

Indonesia.

5. Wajib Pajak Badan yang tidak melakukan usaha lagi tetapi belum bubar

sesuai dengan ketentuannya.

6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi.

7. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan.

8. Wajib Pajak lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

2.4 Tinjauan Kepatuhan Wajib Pajak

2.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Kepatuhan adalah tunduk atau

patuh pada ajaran atau aturan. Jadi dapat diartikan bahwa kepatuhan perpajakan

Page 36: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

24

merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan pajak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kepatuhan pajak yaitu kesadaran Wajib Pajak untuk tunduk terhadap

peraturan dan administrasi perpajakan yang berlaku tanpa perlu disertai dengan

aktivitas tindakan dari otoritas pajak sebelumnya (Simanjuntak dan Mukhlis,

2012:83-84).

Berdasarkan definisi kepatuhan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan adalah tindakan Wajib Pajak yang melaksanakan semua kewajiban

perpajakannya dan menikmati semua hak perpajakannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan yang berlaku. Predikat Wajib Pajak patuh dalam artian

disiplin dan taat, tidak sama dengan Wajib Pajak yang berpredikat pembayar

pajak dalam jumlah besar. Karena pembayar pajak terbesar sekalipun belum tentu

memenuhi kriteria sebagai Wajib Pajak patuh, meskipun memberi kontribusi

besar pada negara, jika masih memiliki tunggakan maupun dalam keterlambatan

penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat Wajib Pajak patuh.

2.4.2 Jenis Kepatuhan

Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006 : 110) terdapat 2

(dua) jenis kepatuhan Wajib Pajak, yaitu :

1. Kepatuhan Formal

Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang

Perpajakan.

Page 37: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

25

2. Kepatuhan Material

Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan. Wajib Pajak yang sudah memenuhi kepatuhan material adalah

Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat

Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya pada

Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu berakhir.

2.5 Tinjauan Efektifitas

2.5.1 Pengertian Efektifitas

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata efektif berarti berhasil atau

sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Sehingga efektifitas diartikan

sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah

ditentukan.

Pujiani dan Effendi (2009) secara umum efektifitas adalah pencapaian

tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dri serangkaian

alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.

Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian

tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Unsur yang penting dalam konsep efektifitas adalah pencapaian tujuan

yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan

harapan yang dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh

serangkaian proses.

Page 38: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

26

2.6 Kerangka Berpikir

Gambar 1

Kerangka Berpikir

Sumber : Diolah oleh penulis

Tingkat Kepatuhan

Jumlah Penyampaian

SPT

Penerimaan

Target Penerimaan Realisasi Penerimaan

Tingkat Efektif

WajibPajak

Badan

Page 39: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

27

Keterangan :

Pada skripsi ini penulis hanya membahas tentang PPh Badan. Untuk

meningkatkan penerimaan Negara melalui pajak khususnya PPh Badan, KPP

perlu menetapkan target SPT. Setelah itu KPP dapat melihat hasil dari realisasi

SPT yang diterima.

Dari realisasi SPT yang diterima dan SPT yang tidak diterima, dapat

dilihat bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT.

Apakah sudah sesuai dengan pembayaran dan ketentuan yang berlaku. Dengan

adanya kesadaran dan kepatuhan dari Wajib Pajak diharapkan penerimaan pajak

dapat lebih optimal.

Page 40: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung

Satu yang terletak di Jalan Pulo Buaran VI Blok JJ No.11 Kawasan Pulo Gadung

Jakarta Timur.

3.2 Jenis Data yang Digunakan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini merupakan

sumber-sumber asli yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Jakarta Cakung Satu.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung, dimana pengambilan data

ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang mendukung

penulisan ini, yang tidak diperoleh dari perusahaan melainkan dari

internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian yang dilakukan untuk mencari keterangan dengan cara

membaca serta mempelajari bahan teoritis dari buku-buku literature,

Page 41: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

29

catatan kuliah serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti sehingga diperoleh suatu pemahaman yang

mendalam serta menunjang proses pembahasan mengenai masalah

yang diteliti.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara memilih lokasi yang akan

dijadikan objek penelitian, melakukan persiapan dalam mengkaji

bahan yang akan diteliti.

3. Penelitian Wawancara

merupakan komunikasi yang dilakukan penulis, berupa tanya jawab

secara langsung dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan atau

pengaruh dalam penelitian yang sedang dilakukan dengan

menggunakan daftar pertanyaan.

3.4 Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi

ini adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode yang

menggambarkan data dan fakta sejelas-jelasnya, selengkap-lengkapnya atas suatu

objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan dari pihak-pihak yang

berhubungan dengan penelitian ini. Efektifitas data dalam penelitian ini yaitu

dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menganalisis presentase Wajib Pajak badan pada KPP Pratama

Jakarta Cakung Satu dari tahun 2011-2014 yaitu membandingkan

Page 42: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

30

antara jumlah Wajib Pajak efektif dibagi dengan jumlah Wajib Pajak

terdaftar kemudian dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :

Presentase Wajib Pajak :

Jumlah Wajib Pajak EfektifJumlah Wajib Pajak Terdaftar

× %

2. Menganalisis presentase kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama

Jakarta Cakung Satu dari tahun 2011-2014 yaitu membandingkan

antara jumlah pelaporan SPT Tahunan PPh badan dibagi dengan

jumlah Wajib Pajak badan efektif kemudian dikalikan 100% dengan

rumus sebagai berikut :

Presentase Kepatuhan WP Badan :

Jumlah Pelaporan SPT Tahunan BadanJumlah Wajib Pajak Badan Efektif

× %

3. Menganalisis presentase penerimaan pajak pada KPP Pratama

Jakarta Cakung Satu dari tahun 2011-2014 yaitu membandingkan

antara realisasi penerimaan pajak dibagi dengan rencana penerimaan

pajak kemudian dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :

Presentase Penerimaan Pajak : Realisasi Penerimaan PajakRencana Penerimaan Pajak × %

Page 43: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

31

Dari hasil rumus presentase tersebut, kriteria indikator efektifitas yaitu :

0% - 50% = belum efektif

51% - 65% = cukup efektif

66% - 80% = efektif

81% - 100% = sangat efektif

Kemudian data-data yang sudah terkumpul dari berbagai pengumpulan

data dan setelah di analisa menggunakan perhitungan selanjutnya diadakan analisa

data dengan cara membandingkan, menguraikan, merinci, mengolah dan memberi

arti terhadap permasalahan yang diteliti, sehingga dari uraian tersebut dapat

diambil suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

Page 44: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

32

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung

Satu

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Cakung Satu

berkedudukan di jalan Pulo Buaran VI Blok JJ No. 11 Kawasan Industri

Pulogadung, Jakarta Timur. Pada tahun 2000 KPP PratamaJakarta Cakungdibagi

menjadi dua yaitu; KPP Jakarta Cakung Satu dan KPP Jakarta Cakung Dua.

KPP Pratama Jakarta Cakung Satu didirikan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juni 2001 dengan Luas

Tanah 7.145 M2 dan Luas Bangunan 1.541 M

2. Berdasarkan keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor 87/PJ/2007 tanggal 11 Juni 2007, KPP Pratama Jakarta

Cakung Satu meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Jatinegara, Penggilingan,

dan Rawa Terate Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur.

Tugas dan fungsi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu adalah melaksanakan

pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak

dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung

lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Undang-Undang

Perpajakan yang berlaku.

Page 45: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

33

4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

Visi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu adalah menjadi model pelayanan

masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan yang

sangat dipercaya dan dibanggakan masyarakat.

Misi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu adalah menghimpun penerimaan

negara dari sektor pajak yang mampu menunjang pembiayaan pemerintah

berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi

tinggi.

4.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

Gambar 2

Struktur Organisasi

KEPALA KANTOR

Sub Bagian

Umum

SEKSI

EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

SEKSI

PENGOLAHAN

DATA DAN

INFORMASI

SEKSI

PELAYANAN

SEKSI

PENGAWASAN

DAN

KONSULTASI

SEKSI

PEMERIKSAAN

SEKSI

PENAGIHAN

KELOMPOK FUNGSIONAL

Page 46: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

34

*) Ada 4 seksi pengawasan dan konsultasi

Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu terdiri dari :

1. Kepala Kantor

2. Kepala Sub Bagian Umum

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Kepala Seksi Pelayanan

6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

10. Kepala Seksi Pemeriksaan

11. Kepala Seksi Penagihan

12. Ketua Kelompok Fungsional I

13. Ketua Kelompok Fungsional II

4.1.4 Tugas Secara Umum

Tugas masing-masing seksi adalah :

1. Sub Bagian Umum : Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata

usaha dan rumah tangga.

2. Seksi Ekstensifikasi perpajakan : Melakukan penilaian misal objek

PBB, pencairan data informasi perpajakan, penyelesaian mutasi

objek dan subjek pajak, penerbitan surat teguran pengembalian

SPOP, penyusunan monografi perpajakan.

Page 47: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

35

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi : Melakukan pengumpulan,

pencairan dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,

penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,

pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-spt dan

e-filling, serta penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan : Melakukan penetapan dan penertiban produk

hukum perpajakan, pengadministrasian pada dokumen dan berkas

perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan serta

penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan

registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi : Melakukan pengawasan dari

kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, bimbingan atau himbauan

kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknik perpajakan, penyusunan

profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data

Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan

pembetulan ketetapan pajak, serta evaluasi hasil banding.

6. Seksi Pemeriksaan : Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, serta administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Penagihan : Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

Page 48: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

36

dalam penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-

dokumen penagihan.

8. Kelompok Fungsional : Menguji kepatuhan Wajib Pajak melalui

pemeriksaan.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Perbandingan Antara Wajib Pajak Badan Terdaftar Dengan Wajib

Pajak Badan Efektif

PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak

badan atas penghasilannya sehubungan dengan pekerjaan atau jasanya. Dengan

demikian yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan Badan yaitu

pemberi kerja yang memberikan penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau

jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

Berikut ini adalah Wajib Pajak badan yang terdaftar dan Wajib Pajak

badan efektif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu yang

mempunyai kewajiban menyampaikan atau melaporkan SPT Tahunan Badan,

yang disajikan di dalam tabel 4.1 dibawah ini :

Page 49: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

37

Tabel 4.1

Wajib Pajak Badan Terdaftar dan Wajib Pajak Badan Efektif di KPP

Pratama Jakarta Cakung Satu

TAHUN JUMLAH WP

TERDAFTAR

JUMLAH WP

EFEKTIF %

2011 2.973 2.232 75,08%

2012 3.191 2.451 76,81%

2013 3.381 2.662 78,73%

2014 3.555 2.863 80,53%

Sumber : KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

Dibawah ini adalah rumus untuk mengetahui presentase Wajib Pajak :

Presentase Wajib Pajak Badan=Jumlah Wajib Pajak Badan Efektif

Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar × %

Pada Tahun 2011 :2.2322.973 × % = 75,08%

Pada Tahun 2012 : 2.4513.191 × % = 76,81%

Pada Tahun 2013 : 2.6623.381 × % = 78,73%

Pada Tahun 2014 : 2.8633.555 × % = 80,53%

Dari hasil perhitungan diatas, jumlah Wajib Pajak PPh Badan meningkat

setiap tahunnya, untuk Wajib Pajak efektif pada tahun 2011 berjumlah 2.232

dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar sebesar 2.973 diperoleh presentase 75,08% .

Pada tahun 2012 Wajib Pajak efektif berjumlah 2.451 dengan jumlah Wajib Pajak

Page 50: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

38

terdaftar sebesar 3.191 diperoleh presentase 76,81%. Lalu tahun 2013 Wajib

Pajak efektif berjumlah 2.662 dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar sebesar

3.381diperoleh presentase 78,73%. Pada tahun 2014 Wajib Pajak efektif

berjumlah 2.863dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar sebesar 3.555 diperoleh

presentase 80,53%.

Hasil peningkatan jumlah Wajib Pajak badan tahun 2011-2014 dapat

dikatakan efektif menurut anggapan dari pihak KPP, karena angka presentase

yang diperoleh berada diatas 70%.

Tabel 4.2

Rata-rata Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar dan Jumlah Wajib

Pajak Badan Efektif di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

TAHUN JUMLAH WP

TERDAFTAR %

JUMLAH WP

EFEKTIF %

2011 2.973

2.232

2012 3.191 7,332% 2.451 9,811%

2013 3.381 5,954% 2.662 8,608%

2014 3.555 5,146% 2.863 7,550%

Rata-rata 614,4% Rata-rata 865,63%

Sumber : KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

Namun anggapan dari pihak penulis, bila dihitung selama tiga periode

tersebut hasil dari jumlah Wajib Pajak badan terdaftar diperoleh rata-rata sebesar

614,4% dan jumlah Wajib Pajak badan efektif diperoleh rata-rata sebesar

865,63%.Hal ini dapat dikatakan belum efektif karena belum menggambarkan

Page 51: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

39

adanya peningkatan kepatuhan pada jumlah Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri

sebagai Wajib Pajak dan melakukan pembayaran pajak.

4.2.2 Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Badan

Pelaporan atau penyampaian SPT tepat waktu merupakan salah satu alat

ukur untuk menentukan kepatuhan Wajib Pajak. Karena dengan kepatuhannya

melaporkan SPT berarti Wajib Pajak telah melakukan peranannya mulai dari

menghitung, membayar, dan melaporkan pajak yang terutang.

Keadaan dari SPT Tahunan Badan yang diterima di KPP Pratama Jakarta

Cakung Satu tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.3

Keadaan SPT Tahunan Badan

KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

TAHUN KURANG

BAYAR

LEBIH

BAYAR NIHIL

SPT YANG

DITERIMA

2011 522 27 467 1.016

2012 463 17 415 895

2013 658 23 495 1.176

2014 613 22 511 1.146

Jumlah 2.256 89 1.888 4.233

Sumber : KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

Pada tabel 4.2 diatas merupakan keadaan dari SPT Tahunan Badan yang

disampaikan kembali oleh Wajib Pajak ke KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.

Page 52: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

40

Maka dapat dilihat jumlah SPT Tahunan Badan yang diterima dari tahun 2011

sampai dengan 2014 sebanyak 4.233 lembar. Dengan uraian, jumlah SPT kurang

bayar dari tahun 2011 sampai dengan 2014 sebanyak 2.256 lembar, untukjumlah

SPT lebih bayar sebanyak 89 lembar, dan jumlah SPT nihil sebanyak 1.888

lembar.

Peningkatan jumlah Wajib Pajak sesuai pada tabel 4.1, diharapkan juga

diikuti dengan kepatuhannya dalam melaporkan SPT. Dapat diketahui SPT

Tahunan Badan yang diterima sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yang

disajikan pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.4

Jumlah SPT Tahunan Badan yang Diterima

KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

TAHUN JUMLAH WP

EFEKTIF

SPT YANG

DITERIMA

SPT YANG

TIDAK

DITERIMA

%

2011 2.232 1.016 1.216 45,52%

2012 2.451 895 1.556 36,52%

2013 2.662 1.176 1.486 44,18%

2014 2.863 1.146 1.717 40,03%

Sumber : KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

Page 53: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

41

Dibawah ini adalah rumus untuk mengetahui presentase Wajib Pajak :

Presentase Kepatuhan Wajib Pajak Badan =

Jumlah Pelaporan SPT Tahunan BadanJumlah Wajib Pajak Badan Efektif

× %

Pada Tahun 2011 : 1.0162.232 × % = 45,52%

Pada Tahun 2012 : 895

2.451 × 100% = 36,52%

Pada Tahun 2013 : 1.1762.662 × 100% = 44,18%

Pada Tahun 2014 : 1.1462.863 × 100% = 40,03%

Dari perhitungan diatas, kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan SPT

Tahunan badan pada tahun 2011 yang diterima sebanyak 1.016 dengan jumlah

Wajib Pajak badan efektif sebesar 2.232 diperoleh presentase 45,52%. Untuk

tahun 2012 SPT Tahunan badan yang diterima sebanyak 895 dengan jumlah

Wajib Pajak badan efektif sebesar 2.451 diperoleh presentase 36,52%. Pada tahun

2013 SPT Tahunan badan yang diterima sebanyak 1.176 dengan jumlah Wajib

Pajak badan efektif sebesar 2.662 diperoleh presentase 44,18%. Pada tahun 2014

SPT Tahunan badan yang diterima sebanyak 1.146dengan jumlah Wajib Pajak

badan efektif sebesar 2.863 diperoleh presentase 40,03%.

Dari data SPT Tahunan Badan, maka dapat dikatakan meningkatnya

jumlah Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT Tahunan badan sebanyak

Page 54: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

42

5.975 dari jumlah Wajib Pajak badan efektif. Jika dilihat dari SPT Tahunan badan

yang tidak diterima pada tahun 2011 sebanyak 1.216 dari jumlah Wajib Pajak

badan efektif sebesar 2.232. Pada tahun 2012 SPT Tahunan badan yang tidak

diterima meningkat sebanyak 1.556 dari jumlah Wajib Pajak badan efektif sebesar

2.451. Pada tahun 2013 SPT Tahunan badan yang tidak diterima mengalami

penurunan yang sangat tipis sebanyak 1.486 dari jumlah Wajib Pajak badan

efektif sebesar 2.662. Terakhir pada tahun 2014 SPT Tahunan badan yang tidak

diterima sebanyak 1.717 atau meningkat sebanyak 231 SPT dari jumlah Wajib

Pajak badan efektif sebesar 2.863.

Tingkat pelaporan/penyampaian SPT Tahunan badan dari tahun 2011-

2014 dapat dikatakan belum efektif karena angka presentasenya berada di 40%.

Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan jumlah SPT Tahunan badan yang

diterima dengan SPT Tahunan badan yang tidak diterima dan jumlah Wajib Pajak

badan efektif. Gambaran ini menunjukkan bahwa kurangnya kepatuhan dan

kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam

hal melaporkan/menyampaikan SPT Tahunannya.

4.2.3 Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Peningkatan Penerimaan PPh

Badan

Melalui SPT Tahunan Badan yang disampaikan dapat diketahui berapa

besarnya pajak yang harus dibayar dan sebagai penerimaan PPh Badan tersebut.

Mengenai jumlah target dan realisasi PPh Badan di KPP Pratama Jakarta Cakung

Satu dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Page 55: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

43

Tabel 4.5

Target dan Realisasi Penerimaan PPh Badan di KPP Pratama

Jakarta Cakung Satu

TAHUN TARGET

PENERIMAAN PAJAK

REALISASI

PENERIMAAN PAJAK %

2011 210.614.528.400 216.858.140.837 102,96%

2012 80.016.730.000 53.577.711.874 66,96%

2013 73.518.700.000 61.982.670.457 84,31%

2014 75.563.119.221 66.905.034.056 88,54%

Sumber : KPP Pratama Jakarta Cakung Satu yang diolah Penulis

Presentase Penerimaan Pajak = Realisasi Penerimaan Pajak

Target Penerimaan Pajak × 100%

Pada Tahun 2011 : 216.858.140.837210.614.528.400 × 100% = 102,96%

Pada Tahun 2012 : 53.577.711.87480.016.730.000 × 100% = 66,96%

Pada Tahun 2013 :61.982.670.45773.518.700.000 × 100% = 84,31%

Pada Tahun 2014 : 66.905.034.05675.563.119.221 × 100% = 88,54%

Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas realisasi penerimaan PPh Badan belum

mencapai target dari yang telah direncanakan, hanya pada tahun 2011 yang telah

tercapai yaitu realisasi penerimaan sebesar 216.858.140.837 dari target

penerimaan PPh Badan yang sebesar 210.614.528.400 diperoleh presentase

102,96%.

Page 56: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

44

Pada tahun 2012 realisasi penerimaan sebesar 53.577.711.874 dari target

penerimaan PPh Badan yang sebesar 80.016.730.000 diperoleh presentase

66,96%. Pada tahun 2013 realisasi penerimaan sebesar 61.982.670.457 dari target

penerimaan PPh Badan yang sebesar 73.518.700.000 diperoleh presentase

84,31%. Pada tahun 2014 realisasi penerimaan sebesar 66.905.034.056 dari target

penerimaan PPh Badan sebesar 75.563.119.221 diperoleh presentase 88,54%.

Dari perhitungan di atas, jumlah realisasi penerimaan pajak pada tahun

2011-2014 dapat dikatakan sangat efektifmenurut anggapan pihak KPP, karena

angka presentasenya berada di atas 80%. Walaupun terjadi penurunan signifikan

penerimaan pajak dari tahun 2011 ke 2012 yang dikarenakan pindahnya Wajib

Pajak besar ke KPP Madya Jakarta Timur dan ke KPP Khusus.Terdapat 31 Wajib

Pajak yang pindah dengan total penerimaan sebesar 198.717.551.303 (Lampiran

2).

Page 57: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

45

Tabel 4.6

Rata-rata Target danRealisasiPenerimaan PPh Badan di KPP Pratama

Jakarta Cakung Satu

TAHUN TARGET % PENERIMAAN %

2011 210.614.528.400

216.858.140.837

2012 80.016.730.000 -62,007% 53.577.711.874 -75,293%

2013 73.518.700.000 -8,120% 61.982.670.457 15,687%

2014 75.563.119.221 2,780% 66.905.034.056 7,941%

Rata-rata -2244,9% Rata-rata -1722,16%

Sumber : KPP Pratama Jakarta Cakung Satu yang diolah Penulis

Bila dilihat dari hasil perhitungan rata-rata jumlah Wajib Pajak badan

efektif dengan hasil perhitungan rata-rata jumlah realisasi penerimaan pajak

selama tiga periode tersebut dapat dikatakan belum efektif menurut anggapan

pihak penulis. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan jumlah Wajib Pajak

efektif sebesar865,63%tetapipada rata-rata jumlah realisasi penerimaan pajak

mengalami penurunan sebesar -1722,16%. Artinya total penerimaan pajak dari

yang ditargetkan terjadi penurunan.

4.2.4 Hambatan yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Menyampaikan SPT Tahunan dan Upaya Peningkatannya

Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak

dalam menyampaikan SPT Tahunan, yaitu :

Page 58: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

46

1. Kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak itu sendiri untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya khususnya dalam menyampaikan SPT Tahunan.

2. Kurangnya pemahaman Wajib Pajak tentang perpajakan maupun Undang-

Undang Perpajakan khususnya PPh Badan dan aturan pelaksanaannya.

Selain itu, masih terbatasnya pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan

dan belum dipahaminya ketentuan perpajakan maupun sanksi yang dapat

ditimbulkan karena tidak membayar pajak.

3. Kurangnya sosialisasi atau penyuluhan dari aparatur perpajakan kepada

Wajib Pajak.

Dengan mengetahui hambatan-hambatan tersebut, maka terdapat upaya

yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan langsung di KPP yang dilakukan

oleh aparatur pajak dengan bertanya langsung kepada Wajib Pajak. Ada

pula sosialisasi atau penyuluhan tidak langsung yang dilakukan oleh

aparatur pajak dengan Wajib Pajak melalui bantuan media elektronik.

2. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dilakukan terhadap

penyampaian SPT dan jumlah pajak terutang dengan cara mengirim

tagihan pajak. Sedangkan pemeriksaan ditujukan kepada Wajib Pajak yang

kurang bayar, lebih bayar mengajukan restitusi, Wajib Pajak yang tidak

menyampaikan SPT, dan Wajib Pajak yang tidak terdaftar. Pengawasan

dan pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

kepatuhan.

Page 59: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

47

4.3 Hasil Pembahasan

4.3.1 Perbandingan Antara Wajib Pajak Badan Terdaftar Dengan Wajib

Pajak Badan Efektif

Dalam hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pada saat melakukan

penyuluhan pihak perwakilan dari KPP yang ditunjuk adalah orang yang benar-

benar mengerti dalam masalah perpajakan agar lebih mudah untuk menjelaskan

kepada Wajib Pajak dan dapat menjawab apabila Wajib Pajak bertanya mengenai

perpajakan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Cakung

Satu dalam penyuluhan, salah satunya adalahpengadaan talkshow atau seminar-

seminar yang biasanya diadakan di perusahaan.

Dapat dilihat pada tabel 4.1, rata-rata dari total Wajib Pajak Badan selama

tiga periode diperoleh presentase sebesar7778,75%.Hal ini bagi pihak KPP

menunjukan hasil yang efektif, karena dengan penyuluhan tersebut Wajib Pajak

mulai sadar akan pentingnya mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan

melakukan kewajiban perpajakannya.

4.3.2 Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Badan

Setelah menjadi Wajib Pajak badan yang terdaftar dan memiliki NPWP,

Wajib Pajak pun harus melakukan perhitungan hingga penyampaian SPT

Tahunan. Penyampaian SPT Tahunan merupakan suatu kewajiban yang dilakukan

oleh Wajib Pajak, tetapi kenyataannya kesadaran Wajib Pajak dalam

menyampaikan SPT Tahunan tersebut belum maksimal.

Page 60: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

48

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 yang menunjukan bahwa kepatuhan

Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan belum efektif dikarenakan rata-

rata dari total SPT yang diterima selama tiga periode diperoleh presentase sebesar

4156,25%.

Wajib Pajak yang terlambat menyampaikan SPT (lewat dari batas waktu

yang ditetapkan) dapat dikenakan denda untuk SPT Masa PPN sebesar Rp500.000,

SPT Masa lainnya sebesar Rp100.000, dan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan

sebesar Rp1.000.000.

4.3.3 Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Peningkatan Penerimaan PPh

Badan

Melalui SPT Tahunan Badan yang disampaikan, terlihat peningkatan pada

penerimaan pajak dan hal tersebut menunjukan hasil yang sudah efektif. Dapat

dilihat pada tabel 4.4, rata-rata dari total penerimaan pajak selama tiga periode

diperoleh presentase sebesar 8569,25%.

Dari perhitungan di atas, jumlah realisasi penerimaan pajak pada tahun

2011-2014 dapat dikatakan sangat efektif menurut anggapan pihak KPP, karena

angka presentasenya berada di atas 80%. Namun anggapan dari pihak penulis

dapat dikatakan belum efektif, karena terjadinya peningkatan jumlah Wajib Pajak

efektif sebesar 865,63% tetapi pada rata-rata jumlah realisasi penerimaan pajak

mengalami penurunan sebesar -1722,16%.

Page 61: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

49

4.3.4 Hambatan yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Menyampaikan SPT Tahunan dan Upaya Peningkatannya

Adanya hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan penerimaan pajak

yaitu kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak itu sendiri untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya khususnya dalam menyampaikan SPT

Tahunan.Kurangnya pemahaman dan pengetahuan Wajib Pajak tentang

perpajakan maupun Undang-Undang Perpajakan khususnya PPh Badan dan aturan

pelaksanaannya. Kurangnya sosialisasi atau penyuluhan dari aparatur perpajakan

kepada Wajib Pajak.

Upaya yang dilakukan yaitu melakukan sosialisasi atau penyuluhan

langsung di KPP yang dilakukan oleh aparatur pajak dengan bertanya langsung

kepada Wajib Pajak. Ada pula dengan sosialisasi atau penyuluhan tidak langsung

yang dilakukan oleh aparatur pajak dengan Wajib Pajak melalui bantuan media

elektronik.

Page 62: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis,

maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Efektifitas tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap pelaporan /

penyampaian SPT Tahunan Badan cenderung menurun.

2. Total rata-rata penerimaan selama tiga periode dari target pencapaiannya

8569,25% jadi beberapa tahun diantaranya tahun 2012-2013 masih

dibawah rata-rata target penerimaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran kepada

KPP Pratama Jakarta Cakung Satu, diantaranya :

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Badan harus

dipertahankan, agar penerimaan PPh Badan dapat dioptimalkan.

2. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan secara intensif yang berkaitan

dengan hal perpajakan melalui talkshow, media massa, media elektronik

dan spanduk. Hal ini dikarenakan masih banyak Wajib Pajak yang belum

memiliki kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Page 63: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

51

DAFTAR PUSTAKA

Devano, S. dan Rahayu, S. K. 2006. Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu. Edisi 1.

Jakarta: Kencana.

Fitriandi, Primandita; Yuda Aryanto dan Agus Puji Priyono. 2014. Kompilasi

Undang-Undang Perpajakan Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat.

Harinurdin, Erwin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu

Administrasi dan Organisasi. Volume 16, Nomor 2. (11 Januari 2015)

Ilyas, B. Wirawan dan Suhartono, Rudy. 2013. Perpajakan. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Pujiana, Melli dan Effendi, Rizal. 2009. Analisis Efektivitas Penggunaan E-

System Terhadap Penerimaan Pajak. Jurusan Akuntansi STIE MDP.

Palembang. (3 Juli 2015)

Purwono, Herry. 2011. Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta:

Erlangga.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Simanjuntak, T.H dan Imam Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam

Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Ratih Asa Sukses.

Trianasari, Ilhami. 2008. Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam

Menyampaikan SPT Tahunan Badan Terkait Upaya Optimalisasi

Page 64: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

52

Penerimaan PPh Badan Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Dua.

Jurusan Akuntansi UNSADA. Jakarta.

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak (10 Januari 2015)

kbbi.web.id/efektif (11 Januari 2015)

kbbi.web.id/patuh (11 Januari 2015)

m.tempo.co/read/news/2015/04/23/092660306/setoran-dan-tingkat-kepatuhan-

pelaporan-pajak-menurun (27 April 2015)

Page 65: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

TAHUN JUMLAH WP EFEKTIF JUMLAH WP TERDAFTAR

2011 2,232 2,973

2012 2,451 3,191

2013 2,662 3,381

2014 2,863 3,555

Tahun Kurang Bayar Lebih Bayar Nihil SPT Diterima SPT Tidak Diterima

2011 522 27 467 1,016 1,216

2012 463 17 415 895 1,556

2013 658 23 495 1,176 1,486

2014 613 22 511 1,146 1,717

TAHUN PENERIMAAN TARGET

2011 216,858,140,837 210,614,528,400

2012 53,577,711,874 80,016,730,000

2013 61,982,670,457 73,518,700,000

2014 66,905,034,056 75,563,119,221

*) Terjadi penurunan signifikan penerimaan dari tahun 2011 ke 2012 karena pindahnya WP-WP besar ke KPP Madya Jakarta Timur dan KPP Khusus

Lampiran 1

JUMLAH WP BADAN PER AWAL TAHUN

JUMLAH SPT TAHUNAN PPH BADAN

Realisasi Penerimaan PPh Badan per tahun

Page 66: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

17,564,144

12,214,196

2,306,471

67,900

198,717,551,303

115,149,306

74,330,984

50,534,790

48,741,724

34,770,318

28,136,477

239,724,051

214,440,068

148,893,132

148,405,132

130,025,197

125,126,691

713,162,139

606,144,465

539,738,077

502,370,109

347,907,812

241,631,199

111,956,468,811

25,501,669,780

21,306,771,257

12,043,820,349

10,070,097,164

5,097,474,165

4,292,221,210

2,433,454,216

1,674,189,969

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

Grand Total

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

PMA 3

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

WP 31

LTO1

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

MADYA TIMUR

WP 25

WP 26

WP 27

WP 28

WP 29

WP 30

WP 19

WP 20

WP 21

WP 22

WP 23

WP 24

WP 13

WP 14

WP 15

WP 16

WP 17

WP 18

WP 7

WP 8

WP 9

WP 10

WP 11

WP 12

Lampiran 2

WP 1

WP 2

WP 3

WP 4

WP 5

WP 6

RANK : WP PINDAH

Sum of PTJMBY

NAMA WP KPP TOTAL

Page 67: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)
Page 68: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)
Page 69: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)
Page 70: EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENERIMAAN PPh BADAN PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU (PERIODE 2011-2014)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Larasati Kencana Pertiwi

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 17 Januari 1994

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jl. Madrasah II No.5 RT 008/010 Duren Sawit,

Jakarta Timur 13440

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

SD Negeri Penggilingan 01 Pagi, Jakarta Timur Lulus Tahun 2005

SMP Negeri 138, Jakarta Timur Lulus Tahun 2008

SMA Negeri 59, Jakarta Timur Lulus Tahun 2011