pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

146
Cv- SULAWESI REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT DISCUSSION SERIES 'AUSr«AL,lA Xjj PROYEK PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI '"'uJ SERI DISKUSl . I»EMAHAMAN PEOESAAN DAEAM WAKTE SINGKAT DAN DATA DASAR GENA PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASARAN YANG LEBIH TEPAT ( ' DI DESA E’EYA, ULATAN DAN PALASA TENGAH KECAMATAN TOMINI, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH A 'i -E. k., rekaN! ' x; \ (Heh H- TANIA LI, Ph.D, dkk * ; SANREGO GtJLAMAS' w-' - f* ^ MARE! 1993 r-r

Upload: duongmien

Post on 18-Jan-2017

263 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Cv-

SULAWESI REGIONAL DEVELOPMENT PROJECTDISCUSSION SERIES

• 'AUSr«AL,lA

Xjj PROYEK PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI'"'uJ SERI DISKUSl .

I»EMAHAMAN PEOESAAN DAEAM WAKTE SINGKAT DAN DATA DASARGENA PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASARAN YANG LEBIH TEPAT

(' DI DESA E’EYA, ULATAN DAN PALASA TENGAH

KECAMATAN TOMINI, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

A

'i -E.k.,

rekaN!

' x;

\

(HehH-

TANIA LI, Ph.D, dkk

*;SANREGO

GtJLAMAS'

w-'

- f*

^ MARE! 1993

r-r

Page 2: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

SRDP II

The Sulawesi Regional Development Project, Phase II (SRDP II), aims to improve the welfare of

rural populations in Sulawesi, Indonesia, by enhancing the capacity of local planning agencies to

plan and implement effective regional development programs. Through a carefully designed program

of institutional development, SRDP II assists in developing the skills of local planners in midterm

and annual planning ns well as in the identification, appraisal, design, monitoring and evaluation

of projects which will benefit Sulawesi populations.

SRDP II (1990-1995) is a joint effort of the University of Guelph and the Department of Home Affairs

of the Government of Indonesia (GOI). The Canadian Government through the Canadian International

Development Agency (CIDA) has contributed C$ 24.8 million to support SRDP II. The Government

of Indonesia supports the Project, both directly and indirectly through the contribution of funds,

labour and commitment. •

Special concerns of SRDP II include the alleviation of rural poverty, the role of women in planning

and implementing development, sustainable development planning, the role of Non-Governmental

Organizations (NGOs) in promoting effective development and supporting the GOI initiative towards

decentralization and bottom-up planning. ’

'ii

SRDP IPs six Integrated Area Development sites (IADs) offer Sulawesi based-planners a well-defined

area in which to apply their skills and observe the effectiveness of their development plans. Lessons

learned in the implementation of IAD programs can be applied to district and province wide planning.

For further information about SRDP II please call or write:

Proyek Pengembangan Wilayah Sulawesi

Jalan Dr. Sutomo 26

P.O. Box 187

Ujung Pandang .

Sulawesi Selatan

Indonesia

Tel: 62-411-322049 or 62-411-313235

Cosy: [email protected]

Fax:62-411-313225

Sulawesi Regional Development Project

620 Gordon St.,

University of Guelph,

Guelph, Ontario, Canada

NIG 2W1

Tel: 519-824-4120 ext. 3654

Cosy; [email protected]

Fax: 519-825-5523‘

Page 3: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 4: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

f V\ _

}

Page 5: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

PEMAHAMAN PEDESAAN DALAM WAKTU SINGKAT DAN DATA DASARGUNA PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASARAN YANG LEBIH TEPAT

DI DESA E’EYA, ULATAN DAN PALASA TENGAHKECAMATAN TOMINl, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

LAPORAN PENELITIAN OLEHTIM LATIHAN PEMAHAMAN PEDESAAN DALAM WAKTU SINGKAT

(RAPID RURAL APPRAISAL TRAINING TEAM)

APRIL - MEI 1992

oleh

Tania Li, Ph.D, Konsultan

dan

dra. Farida T. Latepo, BAPPEDA Tk. I Sulawesi Tengah

drs. Ambril Landusa, Motivator TTM, BAPPEDA Tk. I Sulawesi Tengah

drs. Sutopo Sapto Condro, BAPPEDA Tk.II, Donggala

Hja. Zainab Hi. M. Husain, BAPPEDA Tk. H, Donggala

Monongon Sitohang, B.Sc., Dinas Perkebunan DAT! H, Donggala

drs. Wahab Wabyudin, Bangdes, Donggala

drs. Hapri Ika Poigi, Universitas Tadulako dan Yayasan Ronsontapura

drs. Datu Pamusu T., Yayasan Rosontapura

Arnold Yuta, Yayasan Wahana Bina Mandiri

William J. Duggan, Universitas Guelph

untuk

Proyek Pengembangan Wilayah Sulawesi

(Sulawesi Regional Development Project)

Universitas Guelph

dan

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (BANGDA)Departemen Dalam Negeri

bekerja sama dengan

Canadian International Development Agency (CIDA)

Maret 1993

ISSN 1192-1439;#2

ISBN 0-88955-316-5

Page 6: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Digitized by the Internet Archive

in 2015

https://archive.org/details/pemahamanpedesaaOOtani

Page 7: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Canadian Cataloguing in Publication Data

Li, Tania, 1959-

Pemahaman pedesaan dalam vaktu singkat dan datadasar guna pengidentif ikasian kelompok sasaranyang lebih tepat

(Sari diskusi, ISSN 1192-1439; 2)

Issued also in English under title: Rapid appraisaland baseline data for refined target groupidentification.Includes bibliographical references and index.

ISBN 0-88955-316-5

1. Needs assessment - Indonesia - Celebes.2. Rural poor - Indonesia - Celebes. 3. Ruraldevelopment - Indonesia - Celebes. 4. Economicassistance. Domestic - Indonesia - Celebes.I. Latepo, Farida T. II. Sulavjesi RegionalDevelopment Project. III. Indonesia. DirektoratJenderal Pembangunan Daerah. IV. CanadianInternational Development Agency. V. Title.VI. Series: Discussion series (Sulawesi RegionalDevelopment Project)

;2.

HN710.Z9C6 1993 338.9598’4 C93-093883-6

Page 8: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

— I i / Li;i}'i' t

'*'1

S'^?^

Xi> » -i®^^'*'~'‘'''

' i. HS^I . t . ',^i« i t> iXs^S'J

*^.V J^

i. • T':.'^-''."'*^'‘

fe?. '"k- -.i% 'S^.-•'

ji^'

‘>V-^

If

TO-T i;3 5'2 ^ V: <J

lMt«. ••;••.. ;v;^^ -.'I..-

‘ :i^•I*

,‘

igtv^;" j ^-^»v:-j:j ^.'„f ' itii-^stb^X I '• ? "ftituS -.S...

• • ' -^ *——— r«,.,..3

' ',r. f;H«-f^^;’ vr'’

-rf ^x^«^to^i .t^*» :>';'

-.

:.'• h''5 - -,

*.-.4^-,- .!-if^’'«fj i, V. ti ;.'- £ 'i&i''*I ‘ ’ ?V~i oXi5’" «*5 Xt C' '• £ 'i&£'*I ’ £

Page 9: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pengidentifikasian kelompok sasaran diperlukan untuk keefektifan program pengembangan, terutama yang dirancang

untuk membantu masyarakat paling miskin guna meningkatkan penghidupan mereka dan aktif berpcran-serta dalam

kehidupan nasional. Studi percobaan dalam pemahaman pedesaan secara cepat dan pengumpulan data dasar,

dipadukan dengan program latihan, dilakukan di tiga desa di Sulawesi Tengah pada bulan April - Mei 1992.

Metodologi yang dikembangkan dapat diterapkan di banyak tempat di Indonesia, terutama di daerah yang banyak

penduduknya terpencil, dimana tidak terdapat sumber data sosial ekonomi, bahkan data dasar demografi (seperti

jumlah rumah- tangga dan lokasinya). Aspek kemiskinan yang beraneka ragam yang dialami oleh kelompok tersebut

(keterkucilan, kelemahan fisik, kemiskinan material, kerentanan dan ketidak-berdayaan) semuanya perlu diperhatikan

dalam pengidentifikasian kelompok sasaran.

Segi-segi kunci dari metodologi tersebut termasuk kunjungan langsung ke lingkungan pemukiman (RT); penggunaan

lingkungan pemukiman/ RT sebagai unit bagi pengumpulan data secara sistematik; pemetaan yang melibatkan peran-

serta masyarakat sebagai alat untuk memperoleh data bio-fisik dan rumah-tangga yang tepat (jumlah rumah-tangga

dan lokasinya): membuat daftar lengkap rumah-tangga di tiap daerah berdasarkan peta tersebut; menggunakan daftar

tersebut untuk mendapatkan data dasar demografi dan ekonomi tiap rumah-tangga, dengan melakukan wawancara

singkat dengan anggota keluarga rumah-tangga tersebut atau wakilnya; menggunakan indikator kunci sebagai titik

utama untuk pengumpulan data rumah-tangga; penyusunan ranking kekayaan oleh pcnduduk setempat sebagai uji-

silang atas pengidentifikasian rumah-tangga termiskin serta sebagai tehnik untuk memulai diskusi tentang cara untuk

memperbaiki situasi mereka; diskusi kelompok tentang masalah-masalah, potentsi dan prioritas; wawancara semi-

struktural yang lebih mendalam, untuk memahami pandangan masyarakat setempat, proses perubahan, dan hubungan

antara masyarakat dengan lingkungan hidup.

Indikator yang terpilih bersifat spesifik berdasarkan daerah yang diteliti, namun laporan membahas beberapa

pendekatan yang terinci dan kriteria yang digunakan dalam memilih indikator, serta kekurangan dan kelebihan dari

berbagai indikator altematif. Indikator ekonomi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah: jumlah petak

kebun yang sedang ditanami; tanaman pangan dan garapan hortiluktura yang ditanam; jumlah tanaman keras yang

ditanam; serta cara memperoleh tanah. Indikator pendidikan adalah rasio jumlah anak usia sekolah dengan anak yang

bersekolah, dan persentasi pcnduduk dewasa yang buia huruf. Indikator kesehatan utama yang digunakan adalah

jumlah bayi dan anak kecil di lingkungan pemukiman tersebut yang pemah mengunjungi klinik kesehatan atau yang

pemah memperoleh imunisasi.

Di Bagian Satu, Bab Dua menguraikan metodologi dan pendekatan yang digunakan untuk pengidentifikasian

kelompok sasaran. Bab Tiga menyajikan hasil penelitian dalam bentuk ringkasan, dan mengidentifikasi karakteristik

dan tingkat kemiskinan yang dialami oleh tiap RT/ lingkunan pemukiman yang diteliti. Hasil pengidentifikasian

kemiskinan dalam tingkat rumah-tangga (dengan cara skoring indikator data dasar dan mengujinya dengan hasil

ranking kekayaan) tidak dilaporkan disini, tetapi penjelasan mengenai metodologi yang digunakan dapat disediakan

bilamana perlu. Bab Empat mengetengahkan beberapa usulan untuk memepertajam program guna memenuhi

kebutuhan masyarakat desa yang miskin. Bagian Dua (hanya tersedia dalam versi Bahasa Indonesia) melapwrkan

mengenai analisis data yang disusun oleh tim latihan, yang membuat ringkasan bahan wawancara yang diperoleh dari

perorangan dan diskusi kelompok, menyusun tabel dari data indikator, dan mempertimbangkan beberapa macamstrategi guna meningkatkan kondisi tiap RT. Data dan analisa ini menyajikan dasar bagi hasil-hasil yang tertulis pada

Bab Tiga, Bagian Satu.

Saran-saran utama dari penelitian ini adalah sebagai berikui :

* Pengakuan akan adanya keragaman di daerah Proyek, namun hams pula mencari pola-pola umum yang

dapat menjadi dasar untuk menentukan "wilayah sasaran", sehingga informasi yang terpcrinci hanya

dikumpulkan jika benar-benar dibutuhkan, jika masalah utama dan pola-pola yang mempengamhi zona

tenentu telah benar-benar dipahami.

11

Page 10: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

157

.itP5fto'ln(»j(»'sq jpa>80V{ Acplii namu o<jt«t>UTibu>J^

Kutinb Itrjte unfe n$>Mm Us\uidii%ti,'s>q *ni/8 Kti^ka sn»l«q i«?t»

UMikb udmtme^ati msb iCQ» siti^ awHSrtsuwq rfi«kli il>a)3 cw|ulN£i9:tfw“ ^wjia4fcU.a> ,nsrfU«l

,I«*( d|4- fNA nsriei'thfiii (fiignat & WK^Sr ^ .

jo*x a «wnh« *itec!tw?^ il) 2j=<jmoJ ^Mvn^M JAi|^ ft/i34tn6(tofa^ |na\ tajjfob«^‘

ijvi<M») fljfT^ub fiiiifevf itt'rfitiuste ft«Boa «i;T> T»«l(n«4 fA^iiim Bna^ub i|?a^i a^aiubdK^.. . -- . . .

s £

h

-niti'jq o«»fswii dt^wgiwi ®^s rtflStX|fTii4mii ised iiiw r^(6P^^<3 aasM^i g^0ipai-4Uimin my tc

"^1^ midbrntsp^jr qsJ«5I|»J v^JaAnsai

4tu .^feuW,x| Ao r«fw«^ajSi^ ^Xuicw^ ia^UimMH.duwe.sKM

-jt»ts« <r«jbiMy/avf ,K^i<>^t^ itai'*‘Litsdw^^ptem

::^- AS^nSliJS^

?®jiia,. -•ti,

•3 hfi6 rt^«j^ mtmirn md ^.lijflin«t« itijsjiiMj|aWjN«^MS^>te ini

,.

,

E«a^ jii^apsipb #»ia|^^»«j,;:'

_

1

’•*..' —

*

... J

'.- '.. *-i »• .1*'. .-£» ••'V I..'-"' :v“..*i ... of-.: • ,1.:..'

;. 4 .i^..*/ m4*» -„a-: f' - •' ^ - :i— ^

DR^ciiiiyAm fi«‘:h £Lfi(h ixtn

imtm«>ai 8m<%fnints*^ nut{awoq^nrB 44i«l^

(*r5iOi«4&{f I^4»ts€jr4^^ 3/«^ wsb j/4i7i«>^iP:f

nab /«58sr4,^n& jiy!^R£j^^^.^nsau^ ftjJi HjjIo augiwSl'Iflat

. ...^ jj '

-/ -^ • ^ n^r^s.. .<idL^:v WcC^. i*sMAtA%^tvtkfr4 maih A^ A&5 ,4i?E^>aib5» ^iggigolgat

?a m%%

m

m -*f aO»' }i#ii^^1^|& ii^ /4ifiIo<t^ nsb

s»iLt mara^ ^n-5^n fil*«r ‘%w«v»wi< ttonhxiw gm hwiw<bl« :^uwo ais^ifiatnsa^ iBquI)

^i\<xK .|iUnHyttaq0»>iTt ^nii'if «U>q-sft>i|, imfe RHisia ^iptasn nMwd*:anad a^it miiluqaMilb

ifi^lfft ib uimi^l^li ditiaM <tliJ» alf

i,^.&• ^madsqib tfint-<.>-«n.^ ii^si^wJiKr^

m

Page 11: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Menyesuaikan program dan pendekatan dengan kondisi setempat, melalui mekanisme seperti latihan,

penyuluhan aktif dan monitoring, insentif untuk petugas yang bekerja di tempat sulit dan terisolasi,

penggunaan kader dan pembantu lokal, dan pemakaian kemudahan komunikasi yang efektif.

Memperkuat kemampuan masyarakat setempat untuk perencanaan dan pengelolaan program,

sehingga lingkungan pemukiman dan desa dapat lebih mandiri, dibantu oleh LSM jika perlu.

Menerapkan lingkungan pemukiman tingkat Rumah Tangga (RT) sebagai unit operasional untuk

perencanan dan manajemen program, karena unit ini merupakan ukuran yang sesuai (20 - 60 rumah

tangga), yang terjalin erat oleh kekeluargaan dan ikatan sosial lainnya, dan status sosial-ekonomi anggota-

anggotanya relatif setaraf, menghadapi berbagai kesempatan dan hambatan yang sama, akan membuat

pengembangan lokal yang berlanjut dan adil menjadi suatu harapan yang realistis.

Bekerja dengan perorangan, wanita, laki-Iaki dan kelompok muda, daripada dengan rumah-tangga,

sebagai unit ' bantuan pada tiap program yang berorientasi pada pendapatan (seperti

penanaman tanaman keras, peningkatan teknik pertanian, program perkreditan, dll), Pendekatan ini sejalan

dengan kebiasaan dan tradisi setempat, dan menjamin bahwa peran kemandirian wanita sebagai pemilik

lahan dan sebagai petani diakui dan didukung, dan bahwa kaum muda wanita dan laki-laki dibantu untuk

memantapkan dasar ekonomi sebelum menghadapi beban untuk menunjang kehidupan keluarga muda.

Maju selangkah demi selangkah, mulai dengan kegiatan-kegiatan yang sederhana, dengan potensi yang

baik bagi proses belajar masyarakat dan pemerintah. Di desa desa sasaran, langkah-langkah tersebut dapat

meliputi pengadaan sekolah kecil di pegunungan; pelayanan kesehatan dasar secara aktif; peningkatan bidang

pertanian menuju sistem yang lebih berkelanjutan, serta peningkatan di bidang komunikasi.

Ill

Page 12: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

L.;V • oRJc.-n^! iOb Iili»3 »» tfettswcj art#\' ?«*Otoq ii^Xnu 'U»n:>em neb Ib-d 'uMir^sq

’jfiiiv ‘2i:^a^wo4 ii'tnficijftsci fi«& ; mifv;

nnMa‘mri>.n. »R^.T.v.'>y, b? .<si«-{3or4 aRif'ifltam’iJl

j'' . . iil n;: ..' !tot'^ at^ iwi^msq

;.iliifw W,w>kirx-Jiiri»' ti !/ 'T rj;r'**JT ii»maSf--i%l;>iai makji^tffsn

(' .Tjrv od - tu:) o-w.-* »* ••'-• ;v.is»m •.fn< '• I! •ui aS>«4 j4«H.

'

:'

iv-Jjfiij: .'i.'!-.-/ fUi([&-w;rt apm. mt tuii^tsd'^aw

itiy^-'si)' aJsaq <^3 fiW-':(»«Sl •.••^ b.=" 4o>i

iai /ffb n}o^(,d fsgaifenaf

f<4«bn6ffjaa' bBagg.

».5wf^ d^ Slbiji'A' Bbu.-n :(7jjrtd (»b ifitetl-' ^ ftid) ffdliT.

.RT.«fti rsqd idfti aik3^8Jncnv$crt,

S®."'

'

' •

a<ijjb JucirjTrti esd) XHlttpd- tgivd

'i'T,f!»v<J{ii'j.ft)iSn}fito»^ ;irr:'{5 rut n«'^)#;iR3qUuq;i3m

8fH^^na4tWsm f%uu‘..ft'yj

;

i?!'

Page 13: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif ii

Daftar Gambar v

Daftar Tabel vi

Daftar Singkatan dan Istilah vii

Kata Pengantar viii

Ucapan Terima Kasih ix

Bagian Pertama

Pengidentifikasian Kelompok Sasaran

I. Latar Belakang 1

II. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran: Pendekatan 6

III. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran: Hasil 19

IV. Saran-saran Guna Menfocuskan Kembali Program untuk Memenuhi Kebutuhan Rakyat Pedesaan yang

Miskin 47

Daftar Pustaka 57

Bagian Kedua

(tidak dimuat dalam versi ini)

iMporan mengenai Desa dan Lingkungan pemukimannya

iv

Page 14: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

b* =feilf C

eSxi . 1 r?« .. •-..ifV . V ' * * i' " “t' ' <;.< t',^)»''‘.*:^M " r"

-

_JL :' ».. . .a#-" :;". - ai^*lia, ^^».^iit^. : -aA* - aj _i£_%.

M

L*

,® j , (ff

T_.

'''

'

w-' '

!!?^' -iMlS -V ^

?r tii’r ''

•' **». !' -w^'?" “ % ,

'^'" '*' 3 'iH.-rfiK'.'.

j ti .: . y jSfji ..»'t .^Vi

Page 15: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Lokasi - Tinombo-Tomini-Moutong, Sulawesi Tengah x

Gambar 2: Peta Administrasi - Desa E’eya 3

Gambar 3: Peta Administrasi - Desa Ulatan 4

Gambar 4: Peta Administrasi - Desa Palasa Tengah 5

Gambar 5: Peta Zona - Desa E’eya 44

Gambar 6: Peta Zona - Desa Ulatan 45

Gambar 7: Peta Zona - Desa Palasa Tengah 46

V

Page 16: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

af‘

jRATlAa

" ' '^'jJSJ

"8t'

p - 3'

^ ' 6'

' ^“ '*

- . , vv - w . «siiiftJ *• i«fiti?ifllmbA

g «^' *L ' laA. , a|« ««><•> ('ft* •• »«» I fl • V »«“»•» -. • >'* '*

I . . . . . r Mf- - *S^'’

- -T. .fcr-'t-- ,-

'

^„'.'i -a*a _-.

* . . :- ••-

> . . -I K BI f(»,v* ii«alfjk«f^ • i-'>9-V ®*% A g,' •

'

,

'5 • •« » 3W.: *1*-''

2^^ 4 -'»~ f- nitn |T T^flnsL>

Page 17: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Distribusi Penduduk Berdasarkan Zona (Rumah-Tangga) - Tiga Desa . . . 21

Tabel 2: Ringkasan - Skor Zona Pesisir 25

Tabel 3: Ringkasan - Skor Zona Kaki Bukit 28

Tabel 4; Ringkasan - Skor Pegunungan Tengah 37

Tabel 5: Ringkasan - Skor Pegunungan Dalam 42

Tabel 6: Ringkasan Skor Dari Seluruh Zona 43

vi

Page 18: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 19: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

GKSTPKMTPPWSPPLDTTM

Bahasa Lauje:

abo

bagis

belang

joong

gio

ondot

ulat dedei

ulat apangkat

doat; mendoat

Gereja Kristen Sulawesi Tengah

Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing

Pemahaman Pedesaan dalam Waktu Singkat

Penyuluh Petanian Pembantu, Tingkat Desa

Kecamatan Tinombo, Tomini, dan Moutong

semak-semak

pohon sago

satu kebun dibuat berberapa bagian, untuk masing masing anggota rumah tangga

kebun yang sementara diola

alang-alang

ubi hutan

hutan sekunder yang masih kecil

hutan sekunder sudah besar

hutan primer; membuka hutan primer

vii

Page 20: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

<*' 1 .;

•''^;'(!9

Page 21: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

KATA PENGANTAR

Tujuan utama Sulawesi Regional Development Project (SRDP) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan sosial masyaiakat pedesaan di wilay^ Proyek (lAD). Wilayah TTM terdiri dari kecamatan Tinombo,

Tomini dan Moutong di pantai Timur Sulawesi Tengah. Studi-studi sebelumnya seperti misalnya Provincial

Development Status Review: Sulawesi Tengah (1989) telah membuktikan bahwa kehidupan petani-petani di daerah

pegunungan di wilayah TTM sangat suliu Banyak petani dari wilayah ini mengerjakan tanah maijinal dan hutan

daerah pegunungan bagian dalam telah banyak mengalami penggundulan, Kedka program SRDP d^rkenalkan di

TTM, hanya sedildt usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kondisi petani daerah pegunungan yang terisolir

ink

Sampai sekarang, lokasi dan karakteristik sosial yang pasti dari masyarakat termiskin di wilayah tersebut

belum diketahui dan kelompok tersebut belum diketahui jomlahnya. Selama ini perencana-perencana Bappcda

mengandalkan kantor pemerintah setempat dan lembaga-Iembaga pembangunan, misalnya Bangdes, untuk

memperkirakan luasnya kemiskinan. Sebagian besar dari lembaga ini mengandalkan pada data yang mutnnya masih

dipertanyakan, Proyek ini sebeluranja telah berusaha untuk menggunakan standar omom seperti misalnya ukuran

luas rumah, kondisi rumah atau pemHikan barang-barang rumah tangga untuk mengidentifikasi kelompok yang

miskin. Dirasakan bahwa ukuran-ukuran umum tersebut tidak dapat menangkap variasi gaya hidup di antara wflayah-

wilayah tersebut diraana beberapa di antaranya menggunakan sumber daya dalam cara yang beibe^-beda, Misalnya,

peladang berpindah-pindah mungkin tidak banyak mcnginvestasikan dalam bangunan fisikkarena merekabermaksud

meninggalkan daerah iiu dalam beberapa tahun mendatang.

Studi yang bemama "Rapid Appraisal and Baseline Data for Refined Target Group Identification" ini beittyuan untuk

menciptakan suatu raetodologi untuk mengidenti fikasikan dan menghitung masyarakat miskin dalam setiap lokasi

dan untuk menciptakan parameter yang disesuaikan dengan keadaan setempat untuk mendefinisikan kemiskinan.

Proses tersebut mencakup satu rangkaian workshop untuk instansi sektoral, perencana dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yang beroperasi di wilayah TTM,

Proyek tersebut terns menerus berusaha meraperhalus dan menyesuaikan pendckatan yang diambil dalam studi

tersebut dan meninjau kembali penerapan "RRA" laiimya yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan Proyek untuk

menjamin efektifitas, efisiensi, ’replicability’ dan pelembagaan ddam proses perencanaan pembangunan daerah.

Hasil dari review ini akan dilaporkan dalam pembahasan berikutnya dari Rangkaian kefctas keija ini.

Maret 1993

SULAWESI REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT

Barbara Kirby,

Research and Publications Coordinator

Editor, Sulawesi Regional Development Project Discussion Series

viil

Page 22: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

^1^;.

"

>uM anil Stt!p»Bi iJrau) s

it) neUKwtoabWHE ew*yqji« ;#la«i»m^‘*^ "^^^'*‘’1'^

^Wi»*SM^:f

i

dJto ^fmOMtKJfai d^ttlwlftH' JjTOtjm Mlifii?

'

'^'

ia«iis»'a&'^ojsK'i'(»t-:itahs!^ "ml

KKibKf 8^^,6«»w&nw

-to ;|M|^ lidflSRifc' ;,i«i3,!i5i4M‘' ^.11^^ tssMaMmsiQ

'^^ _ @0

Page 23: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

UCAPAN TERIMA KASIH

Telah banyak pihak memberikan sumbangan bagi keberhasilan program laiihan dan penelilian ini. Pertama-tama

kami ucapkan terima kasih kepada semua pimpinan proyek TTM, di Bappeda Tingkat I dan Tingkat II, serta kepada

penasehat SRDP Bill Barlow dan Tim Babcock yang telah mengatur supaya latihan ini dapat terlaksana, dan selama

ini telah memberikan banyak bantuan dan dorongan semangat.

Terima kasih ditujukan pula kepada anggota Tim atas rasa humor mereka yang tidak pemah padam, semangat kerja

dan kerja keras mereka dalam keadaan yang paling sulit dan melelahkan. Terima kasih disampaikan pula kepada

Bill Duggan yang dengan keahliannya dalam pelatihan, pengetahuan RRA dan keramahannya, menjadikannya sebagai

penengah yang sangat menolong serta pembantu yang tidak temilai dalam memecahkan banyak rtasalah serta

menjaga agar program latihan tetap berjalan sebagaimana mestinya. la juga melakukan evaluasi terinci bagi program

latihan, yang sangat berarii dalam peningkatan proses latihan lebih lanjut.

Para warga desa berbaik hati meluangkan waktu dan perhatiannya bagi kelompok pendatang yang tidak biasa ini dan

menyediakan makanan dan tempat tinggal di rumah mereka di pegunungan. Camat Tomini, petugas kecamatan dan

pejabat desa sangat membantu dalam pengaturan acara serta menjamin bahwa semuanya berjalan dengan lancar.

Di Tinombo, staf Yayasan Wahana Bina Mandiri menyediakan tempat tinggal yang nyaman bagi anggota Tim, dan

begitu toleran atas pertemuan berkepanjangan yang diadakan anggota tim di rumah mereka. Bapak Dullah dan

keluarganya menyediakan makanan dan bantuan lainnya.

Penterjemah bahasa Lauje merupakan bagian yang penting dari Tim.. Terima kasih disampaikan kepada Upa, Yan,

Nia, Ida, Hasir, Sarnia dan lainnya yang telah membantu kami di tiga desa tersebut. Para penunjuk jalan,

menunjukkan jalan setapak di pegunungan dan mendampingi ke tiap lingkungan pemukiman, membawa perbekalan

yang berat, dan kadang-kadang membantu pula dalam menterjemahkan.

Di Palu, staf Bappeda Tingkat II menyediakan tempat kerja dengan suasana yang menyenangkan dan bantuan lain

bagi anggota tim, serta mengatur penyelenggaraan seminar dimana tim menyajikan temuan-temuannya. Di Halifax,

beberapa mahasiswa Indonesia bekerja untuk penterjemahan dan pemeriksaan tabel.

Banyak terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang disebutkan di atas, serta kepada pihak-pihak lainnya

yang telah membantu tim dalam melakukan pekerjaannya.

ix

Page 24: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

.mi f

*f?raaT I'A’iA'Ciu

^tyui RfiM M t^i€T rt«h J f I tb

.mb» nuh rfsnepRj /criJi^Uif na}»

'^le jfig(iotn6iJ iii^titTiffb n^) pM>i‘4^ rtafen flfi

»iiai< tRinpiiw ®Oainpi afiiq W ^

«rr» telaiiWi :I14<|»S' ‘Hdsb itj^‘ ^aqtkkrojT^

mwijgtq fej«d ^'..'-A-'V:

. O',' -'^•-,

wjh im «*wd -W^lifiiPC

4»h «ittianir«.imi^i^^(^'>;

.ik3rtStf nsi«^ <w^S|pjd o\^(*jn3yii^.'m Siafeb

r"

- ® til S--' ' i^^ ^

.

*•'- W' ^

pwityf^lT eiui^ijf® i^-s!|#fW5Xfl.gn^ -ime V| :*

retb' rtalji^ia mM tdmm 4zvmV - ^ avaiite^»^

.pRlai, ii)(j«ie-^-^j^- .irn?4‘^‘' “'" ‘~'' it—a*, .^v. .t^,^.-.,

tjaiUcia^Ir^ 1 ;wrf3&m9q naaJiMfig^^

,iieddw)^i

^„lP(mifsl (‘b da#«l£»sib an-s^-cii(ii#<j(i.vtt,wn|^,4l&^^

Page 25: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 1; Peta Lokasi - Tinombo-Tomini-Moutong, Sulawesi Tengah

X

Page 26: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

.r’ ® ansM »’ kwiiJu^ ,j}ooUK>M-tWrtioT-<nl»flOfirr g^>*I ;t i^^OTiO

HT«OVt

441

rs' > i X* ^

•W«*i

oaMOvi'hr \K-i

>vx»

V7.W.«T K'ik!k‘%r*<

\Ri.' .. N 'V*'^. ^

rm^.

UutftO nvut{0(i6‘J\Mi>n't^^'’S ^*tf. •»

. :# VtaSl^OMOa- ISfStlfj’ACn'^*

o''^'-

" «a»£;qud 6X^~ ^ »

, 53X

1^

a*ic(A CI.'A4

;, — I'M .

\ .rjw^ae.JMl

l#y{ ;w:

I'V^

-^J' " •^^ " 0

/,

V '.!

i

.»* ^vfUW<.'

"'i^''

1^*’ -j

”'"’ '"^' ^jKjfmionAti f ’^‘

. v1 iV-w

'it^ A: 4 V;3?'

t tt40« *

53^Kv'V^ s

'1^ '

'- ^''

V

I

•> *,

G%<m'"X

/'•

/ \/"

.

"“ T .

i-j

t2-3fAJU2 r’iG2

/ •Jl-'wT/ :.. H

. . I5

;ui \ V

ft • •

Page 27: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Bagian Pertama

Pengidentifikasian Kelompok Sasaran

xi

Page 28: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 29: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

BAB I

LATAR BELAKANG

Pemerintah Indonesia, bekerja sama dengan Proyek Pengembangan Wilayah Sulawesi, beitekad untuk meningkatkan

kehidupan sosial dan ekonomi rakyat miskin di pedesaan. Di Sulawesi Tengah, daerah yang dipilih untuk

pengembangan daerah terpadu (integrated area development/IAD) adalah kecamatan Tinombo, Tomini dan Moutong(TTM) di Kabupaten Donggala. Sebagian besar penduduknya adalah petani. Di daerah transmigrasi, petani sudah

menerima bantuan pembangunan dalam bentuk infrastruktur dan penyuluhan, pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Namun, banyak penduduk asli adalah petani miskin di daerah perbukitan, yang mengerjakan lahan marjinal dan agak

sukar untuk mencapai infrastruktur atau p>elayanan.

Dalam rangka mencapai tujuan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pemeraiaan, 12 desa ditetapkan sebagai

"Lokasi Pengembangan Daerah Berkelanjutan" (SAD) dan akan menerima paket program yang dirancang

terutama guna memenuhi kebutuhan petani miskin daerah perbukitan. Dalam merancang program yang efekiif dan

sesuai dengan kondisi seiempat, diperlukan informasi yang dapat mengidentifikasi kelompok sasaran secara agak

terinci. Perencana perlu mengetahui: siapa yang akan dibantu, berapa jumlahnya, dimana tempatnya, apa kebutuhan

dan prioritas mereka, seria bagaimana merancang agar program secara efektif dapat mencapai mereka.

Informasi mengenai kelompok sasaran diperlukan oleh pihak Bappeda Tingkat I dan II yang berperan sebagai

koordinator, Dinas yang terkait di tingkat Propinsi, Kabupaten serta Kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) yang aktif di daerah tersebut, dan oleh pimpinan tingkat Desa, Dusun dan RT. Semua pihak tersebut terlibat

dalam berbagai tingkat perencanaan, penyampaian, pemantauan serta evaluasi program, hiformasi yang dipcroleh

melalui identifikasi kelompok sasaran berfungsi sebagai titik awal suatu sarana atau pedoman guna memulai proses

perencanaan. Data ini akan memberi informasi kepada berbagai pihak di atas mengenai masyarakat miskin yang

dimaksud, dan dimana lokasinya, serta memberi informasi awal mengenai kebutuhan dan prioritas masyarakat

tersebut, sehingga wakil dari instansi terkait dapat mengetahui hams mulai dari mana, dan topik apa yang dapat

menjadi dasar bagi pembahasan dengan masyarakat dalam proses perancangan dan penyampaian program-program

yang tepat Telah diketahui bahwa "kecuali dapat dilemukan suatu tempat atau titik fokus, konsep peran-serta sukar

untuk diimplementasikan dan dilaksanakan" (Ohlsson, 1990).

Pengidentifikasian kelompok sasaran TIDAK menerangkan secara rind kepada instansi-instansi mengenai apa

seharusnya program mereka, atau bagaimana program tersebut hams disampaikan. Adalah menjadi tanggung jawab

berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan pengembangan pedesaan untuk melakukan kunjungan langsung ke

kelompok sasaran guna membahas program-program yang potensial dengan mereka, dan guna melibatkan mereka

dalam perancangan, penyampaian, pemantauan dan evaluasi program tersebut. Perencanaan yang efektif, temtama

apabila tujuannya adalah untuk menjangkau masyarakat miskin, hams mempakan proses yang bersifat peran-serta:

karena perencanaan dan program dari "atas-ke-bawah" tidak akan dapat menyentuh kebutuhan dan prioritas

masyarakat secara memadai, walaupun dilengkapi dengan informasi terbaik yang tersedia.

Pengidentifikasian kelompok sasaran adalah bagian dari survai Kerangka Pembangunan Strategis (KPS) yang

dilakukan secara periodik oleh Bappeda Tingkat II dalam rangka program latihan (LPTPD). Informasi mengenai

daerah TTM yang diperoleh dari hasil survai KPS tahun 1990, dari Laporan Provincial Development Status Review

Sulawesi Tengah (Strachan, et al. 1989), dari sumber sekunder lain, dan dari penelitian sebelumnya (Li, 1991) telah

cukup memadai guna mengetahui bahwa desa-desa termiskin adalah duabelas desa yang terletak di antara Baina’a

dan Tingkulang, dan bahwa masyarakat miskin di desa-desa tersebut mempakan penduduk asli petani perbukitan.

Namun informasi yang ada tersebut belum cukup rinci guna mcnentukan "siapa, dimana, apa, dan berapa jumlahnya",

yang sebenamya mempakan data dasar yang diperlukan sebagai suatu langkah awal dalam suatu perencanaan.

Kemudian, seorang konsulian diminta untuk mengembangkan suatu metodologi pengidentifikasian kelompok sasaran

1

Page 30: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

i d

iuvw rt1«*T*b mi ilKtosb

^uoH (kfh flilflioT ^mfwjit i^b«iiaj iisi^/i8¥«W,

litiitti iteitoq ^hjrwifwmw <<jrwwS>l5J /isifcfea aY^u64»i>^«^ a»i|i»«ia2 ofls^aodw psfsi^ud^ ib (WTr) ^fUdt! nafiK^^ iiiUiKi^

149* irftJtiiHti Wafffl ito;i<4lagy^5Kn ife iq^'ill fWii^ ^uf)ul#ttJte<rt«t 4il®"

M3l(i&KiV«b DJ>tit fja^^'aMKT miiiirt iir^tort«^||sft45 twilfiO

gfiit £raiY8f«ffi» JzuloJ"

itcD IldAr gnct' miiw(| W3 ’;t4i nv^;hr^v?i «»d<iJiNia:4 idtr.vomiw zna%

(JYSO^ cMi^. )k>(imofol

MjKiin\a6^usnn Kr«^ amomf tmb

f!f

fuascpod g/TR? II ftsb I Jftlj'wfr lawmolnT ^

isiru^^aiM ,. .., .= - - -„

ii3\»S^ >tfd?«i«i£/tlq'*^ir^ /fRiaiSfe a>TO g/wW^eJ)

d^Un?^b -gad?'t«im5otM' .rUfti^oaq *riSJp!Wirtiin»:iia^ ’F

i^jt^iin ttiieg «wim mmiltt 3to«^<^«sb3f ^

liOSkftMtm r*;ftfTr>t4^ft; ^ lb .naan^fl^

utHn\f^(tam :iu,i*iHq a»duji}a3y^'^»Sf*<>‘)i'% sHb^ cmanfl) sm^; ,t»»ttmtb iv

)sq«b %>i nfili ,^ncm hsfe iijl^

{fjfci^n mTJ^ i,{otq igad iti|^tefn

4 1

4

ijU u^i'

X0|ft .no«saai(0).'^^‘»i#^o^4^

mm ® 'J’' M .

ertS itfisgbvifl njikimfAnxmm i»f0‘i mm i-ixigrifclltemi ^a dfi'.«£5l Jjpaga»w.i «fii« mtg^x^!^^

j;y*rrlan H»Hi4dU»® anis| n«b ft&tfidirom ttiiyg <ilii^j^c||sn^

unuHif^ai

'M

,^;?i>ir> H«»Y o»&«4iWfA^T rtgu«a4-Yii2^_ ^ w'iw^d-afttiY i^wytq fc^ofUi;l0

liitlfci! n^' iiidtti vi«t^ fraiigoiq, fisijnaofiai^

fftibj»^3»' tiCgftiftJa«XSfi*llfc iwicatsw .ifibton? «is®^f

&j»ifer^.“«5'

'

" ® ^ 'iyw ' >w>4Y icv30|t;i;|ftb toqmo!3i:ffRSap^.'as|>iaii«^'^

IfiTOHm-in latwctfbl (Cm'^.J) li^bd ittkSQ^ rf8li> :i;|)Oi1fl^ 8i«rw(» ®cfeSf<rfii)

itumZ iijsnvpf^v:^ Udtx^oA mi6qifi%ib^0i ntato iavTifi iifilb :i'jlmo<|gj'g(»a^MTT rt^eb

dftlii (l<Fy( .UJ W jHari^i^rfag t^?9#U<2

' ^r^f{)^«^*f>'ew^U;d iurlwbgiom eni:^ tfibeni^

I?

tf'<wt«ifi uaMf^ i5 gncrllyihrsq imti%i .‘t^itio^frtKj ewdad ngfi JnliuiarriT (u^ f,'*tr(.iiteJftiHt *<t|iftj3d »xfcb,4fiR ,«iwb>iJ3i ;affl!»'‘ ii;ft^0i*w;«3irtj wjukid iwdirtAi sba /’ni riuM|||^'

.nfl#rtt»03l?ll <uj«iw BUj^i Ma fWs’nd’ '*<^**^ 4^*^ n£.4sqtr»«'

aa^si ik^LSOttu f'ftfea^iiiJ/nbignvq fgcfobiiibWbaijw /t^Xg»t<i<iw;iivi5(it <a1au nmi«w03l ’fsrajw* ,nHitufri«^,

;V 4. ^ ,

Page 31: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

yang lebih tepat lagi dan menyelenggarakan latihan bagi petugas pemerintah scrta petugas LSM yang akan

menjalankan pekeijaan ini. Latihan yang dilakukan terutama berupa tiga minggu kerja praktek lapangan di tiga desa,

atau "belajar dari bekerja". Kelompok kerja tersebut kemudian menuliskan bahan-bahan, dan laporan ini merupakan

hasil kerja kolektif antara konsultan dan tim pelatihan.

Walaupun program latihan bertemakan "rapid rural appraisal (RRA)" (Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat,

PPWS), namun tugas tim adalah lebih dari sekedar melakukan pemahaman yang berfokus pada kemiskinan

(pemahaman karakteristUc umum mengenai kemiskinan di daerah), sampai meliputi data dasar tentang kelompok

sasaran yang potensial, peta-peta yang terinci, daftar penduduk lengkap di lingkungan pemukiman, dan informasi

mengenai karakteristik sosial-ekonomi tiap rumah tangga dikumpulkan, sehingga pertanyaan mengenai "siapa, dimana,

apa, bagaimana dan sebagainya", dapat dijawab dengan lebih seksama. Karena data dasar telah secara sistematik

mencakup seluruh penduduk perbukitan di tiap desa, data yang terkumpul ini tidak hanya berfungsi

sebagai sarana bagi program perencanaan, tapi juga dapat digunakan untuk membantu penyampaian, pemantauan,

serta evaluasi program.

Metodologi yang dikembangkan mencakup gabungan antara prinsip pemahaman (PPWS) yang cepat dengan teknik

peliputan sistematik yang diharapkan dapat diperoleh dari sensus dan survai rumah tangga. Pendekatan ini dapat

disebut sebagai "data dasar cepat untuk pengidenlifikasian kelompok sasaran yang lebih tepat".

Pendekatan ini juga menggunakan beberapa teknik yang berasal dari proses yang dikenal sebagai "participatory

appraisal", yang melibatkan peran-serta masyarakat dalam penyusunan topik-topik penelitian, dan secara langsung

mengarah pada perencanaan "bawah-ke-atas", dalam hal mana masyarakat dirangsang untuk mengidentifikasi masalah,

sumberdaya, prioritas serta altematif pemecahannya. Tim menggalakkan pada peran serta, sementara penduduk desa

mengerti bahwa pengumpulan data dilakukan dalam kaitannya dengan perencanaan. Namun demikian, tugas tim

dalam pengidentifikasian kelompok sasaran belum sampai pada proses perencanaan yang melibatkan peran serta

secara penuh. Proses perencanaan yang melibatkan peran-serta secara penuh lebih tepat menjadi tanggung jawab

instansi-instansi teknis (Dinas) dan instansi tingkat desa (LKMD, LMD, dsb.), mungkin dengan bantuan LSM yang

terlibat langsung dengan kelompok sasaran. Sebagaimana diketahui dari uraian di atas, proses perencanaan yang

melibatkan peran serta masyarakat dapat berjalan pada tahap berikutnya, setelah pengidentifikasian kelompok sasaran

yang lebih tepat.

Pendekatan yang digunakan tersebut sangat efektif dalam mencapai tujuan spesifik ini, dan dapat secara effisien

memanfaatan waktu dan dana yang terbatas. Untuk maksud dan konteks lain, mungkin lebih sesuai apabila dilakukan

kegiatan apraisal konvensional yang lebih cepat, pemahaman yang melibatkan peran serta dan kegiatan perencanaan

atau survai dasar yang lebih lengkap.

Bab Dua, yang ditulis oleh konsultan, membahas masalah umum yang timbul pada saat pengidentifikasian kelompok

sasaran serta menyajikan metodologi secara umum. Bab ini juga menerangkan pendekatan dan metodologi yang

digunakan pada penelitian ini, sebagai suatu conioh masalah umum yang dibahas, serta menjelaskan alasan penelitian.

Bab Tiga ditulis oleh tim latihan, secara singkat menguraikan beberapa teknik lapangan yang digunakan. Bab Empatditulis oleh konsultan, dengan masukan dari tim, menyajikan temuan-temuan kunci yang berkaitan dengan

pengidentifikasian kelompok sasaran di tiga desa dimaksud. Bab Lima, Enam dan Tujuh, ditulis oleh tim latihan,

menerangkan temuan-temuan secara terinci dari tiga desa contoh tersebut. Bab Delapan, ditulis oleh konsultan,

menyarankan beberapa pendekatan guna menitikberatkan kembali program-program untuk memenuhi kebutuhan orang

miskin di pedesaan. Apabila diperlukan, bahan arsip yang berisi daftar rumah tangga yang dan karakteristiknya yang

aktual dapat diperoleh di kantor Bappcda Tingkat 11 melalui pihak-pihak yang terkaiL

2

Page 32: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

3 s ‘- ' »i 5^.

nc*n T-Ats hf£3* £*fU2>q stftrf

.mt) 1^17 I!) (T£«fUSf!0l4^*5l!mCr Ci^4«|UlS»i .grtUltp^W <!<v^fe&i:to Js/.

«ttn(km.itiiM» iai f^npilmenH ii»<t90»i at«»j

55 ^a' oth Afife

©: ^ ^ ,Cloii*w •i/'|i»<St<i«j^)''*(A3ffi i*4te»q^ fmw o^4«faas^ t®rt^5l ''m5jgi|i!uqw^W m

Miusil twiob&^ optp«Afciti«5 (sB^li4tt£ii9(n ei^ gi^f

)kxi*o?<^ Iftaifoi iwiJ> wjifc i&Qim sfe £g®^|iT»m rruwtt^

^mifc imm^nmmmr- ’

r

iiiismsiiM ev^ f^oJ iftZKfc '-‘‘*‘'‘'^'*^5^^,^^ i

m(a^ r^NU'if -Mtf ki^im^.^nAtmb - ^ipxht,^0pim

:6i'kj)b> ««!j«i»^ J«|SQ,|r»< (^/^ i

frj]Bit Itti (tw«is^}aa(^ fIfimiH Issm'J- ffj® iUM!A«t

„ '' ^.sa

. ,. ® :„

**'.,®.® , B,e**";«. -I' Ai

^

I&l!]^3li|j ^'i 5«>3Sn<t .'6:^ (Sa4,W; ^t: S?H4?3rtSf ,^2|>i^‘ffg^^ '| J1/4«1^^ ,(l«fmm «8ATiin.ri^3rt!i«A tiqg^'<?aAle^45^^^ r.s6f^S««n^ rttfJS3|narr

c^ =5*ijdb!j6fj5qj ^ws

^ iiJ0j01^'^ ns^ife

^

„_^,

tUJlttlUf nsi^lMBiSft^fe'fa^

. > V ^ «»®'- '®i:,..,^l I* ^“« rk

linvf

wttfix^ njssnia ^^&h>iPvm.ii^fm i[^e^^s6^nMfc^« sfifiq 4 '«

i«(j(r.S«teS mil ddjc> i'llyiib aglfT.^g

rti|3itf^v;0^' rdptm^ {yt^atSb jispizit^ tpio -^^ib ^^

^ rt«dO«i,friif ib<5» ?^lii>H)^r^Y es^ M ^y(pris^^mikt^0ia^l^dri

^fluno («rftrJutlSG< iOUiSSmWi )^aM>ifMr^9-

|<»q< e<(U(i«rt'ii

'^:'" " " *"

Page 33: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 2: Peta Administrasi - Desa E’eya

3

m.UK

TOM

INI

Page 34: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 35: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 3: Peta Administrasi - Desa Ulatan

Jalan Propinsi Batas Kabupaten A Sekolah

Jalan Kabupaten Batas Desa ^ Mesjid

Jalan Desa Batas Dusun i Gereja

— Jalan Setapak Bang/Kantor

— Sungai1

Pasar

1:25,000• Puskesmas

4

Page 36: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

fipi'ijD % '^'“'\.Z

a

ii^$l’4iSli»« f'^<S|tll^i!l .TSjIal^_: ^'v

'!!5.-_ "^s*

1o:nii;'i\|yfiiI,, ,,

.ff^

iA-jjt>*n A * 7")lSm«;44iH •

Page 37: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 4: Peta Administrasi - Desa Palasa

5

Page 38: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

*JSItCJ - «£ar!J*t:t(mbA' dM' 'Jh

•"

:J:"

I

ES

.wO M 1||^

ta'JTfil'’* '®\ -*

, i

^io4rft0*^

anto»>i .CFl

j

, A'

* \ iHOtj

«}itiW(!Wv4Sl '

-

,a "®

*T' .

' I

'.

> '

'" Ji ,(i 11' ^

\ ^ v'v^'\ \^"'

'^’^’Sjfcv ^ \ M - ^*'^->^,1 lit.

\l . V

^1

I-

.,«!Wi M'-. -S'jAA /I)

I ^^l>

I f f '|A

|ii 1 II

ftj .‘nr--

7^^rStsliZt

^jl L !7.^''/|

^ ^fRfj«3qti4fiX a&I»l

» It-'»:€>« ! .'.

,

If V «4b '

szsCL niilAl :rf

• *>>i; ^

s>o^isqucNsSf ^&lBi^

m4H -if

; S .-

,;£3•7 t m'.

n iig'tidi Mlc^"T-~~ ® ... -!^„ , 1

1'

iiiloitM.,. A', .. v} ^ ^

/

,, ...^

'.It '.

. loiniJ m'

^ fe-TMlfl O

.:SOT25:ltS^. • -*5 .

Tffi

;,s..

:yc

Page 39: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

BAB DUA

PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASARAN - PENDEKATAN

Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam melakukan pengidentifikasian kelompok sasaran. Bab ini membahasbeberapa masalah umum dalam pengkajian mengenai kemiskinan, dan menguraikan metodologi atau pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini, alasannya serta beberapa altematif yang mungkin. Teknik pengumpulan data diuraikan

secara singkat pada bab berikutnya, dan rincian yang lebih lengkap terdapat pada petunjuk dan pedoman lapangan.

1. ASPEK-ASPEK KEMISKINAN DI PEDESAAN

Tujuan utama upaya pembangunan di areal Proyek adalah guna mengurangi kemiskinan di pedesaan, memberikan

prioritas bagi rakyat yang paling miskin. Adalah dianggap perlu untuk mengerti beberapa batasan atau karakteristik

kemiskinan, sehingga beberapa kelemahan yang tumpang tindih dapat diidentifikasi. Dikemukakan, mengenai adanya

lima batasan kemiskinan pedesaan (Chambers, 1983):

kemiskinan material: tidak adanya modal, sedikit atau tidak memiliki lahan atau lahan dengan kualitas

yang menyedihkan, sedikit temak, tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah, hutang, kurang dan tidak

dapat diandalkannya bahan makanan serta uang tunai guna memenuhi kebutuhan dasar

kelemahan fisik: tingginya rasio beban tanggungan kelompok dewasa yang bekerja disebabkan penyakit,

cacat fisik, perceraian atau penterlantaran, kematian dini atau migrasi tenaga kerja; buruknya tingkat

kesehatan diakibatkan penyakit tertentu, parasit, kurang gizi atau seringnya mengandung; rendahnya bobot

waktu lahir serta tingginya tingkat kematian anak

keterkucilan dan keterpencilan: rumah tangga yang terkucil dari dunia luar, jauh lokasinya, jauh dari

pusat kegiatan perdagangan dan informas i desa; anggota keluarga yang buta huruf, anak-anak yang tidak

bersekolah, dewasa yang tidak datang dalam rembuk desa atau datang tetapi tidak berbicara, mereka yang

tidak menerima penyuluhan dari penyuluh pertanian dan kesehatan, dan tidak mempunyai sarana angkutan

untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

kerentanan: rumah tangga hanya memiliki sedikit cadangan untuk menghadapi keadaan darurat; bencana

seperti sakit, kegagalan panen atau kebutuhan sosial lain yang hams dipenuhi dengan jalan menjual modal

yang produktif seperti lahan, temak, dan tumbuh-tumbuhan, yang mengakibatkan mmah tanggga tersebut

makin miskin.

ketidak-berdayaan: rumah tangga buta hukum, kurangnya pengertian akan haknya, kelemahan dalam

bemegosiasi dalam penjualan tenaga kerja atau modalnya, dan mudahnya dikelabui oleh penjual, lintah darat,

dan orang yang bcrkuasa lain yang beraksi sebagai penjaring, menjebak sumberdaya dan manfaat lain yang

dapat membantu mereka

Aspek-aspek kemiskinan ini cendemng mengelompok dan tumpang tindih, dan seringkali saling terkait. Sebagai

contoh, kelemahan fisik bcrperan pada kemiskinan material karena hal ini membatasi kekuatannya untuk bekerja;

kemiskinan material berperan pada gizi yang buruk serta kelemahan fisik; pengkucilan berperan pada ketidak-

berdayaan, dan setemsnya. Tidak semua batasan ini dapat ditemukan pada tiap situasi atau sampai tingkat tertentu,

namun hal tersebut memberikan suatu kerangka bagi pengkajian kondisi kemiskinan.

Luasnya kemiskinan cenderung diluar perkiraan, karena karakteristik rakyat termiskin membuatnya tidak kelihatan

(Chambers, 1983). Kemiskinan material dan buruknya pakaian mereka menjadikan mereka malu terhadap orang luar,

dan mmah mereka tidak seperti yang ditunjukkan kepada pengunjung. Ketika mereka kelaparan dan sakit, mereka

tidak menghadiri pertemuan, dan wanita yang berperan sebagai kepala mmah tangga dan menanggung beban berat

6

Page 40: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

-'it «/!:K{ >;p :«iafc>5i s;;r!tt t«,.4efrtU.'5ib ta(p|»

; i "v.-’m -X'l iV*.'5f§ri«.« tr/u * >Jgoyi (

i-' fM .I'^yi "j'i:''\^u. >iik ftni i

:l :';:r^.<: >x>J

- '."i

*.)

|[r4fe^''

'

.

-r'fy ,i, •> iKjl

'

': ' A ,'^i \j dij^^bs^

;

.' . i:-'i

> - -r;' Jr.iiU'3i ,i?i

:...' ,; :. I

-.-T-

. : :

- ;'V ; -<

.

'' vy:-' «. ’q y-i

;

'; > > >

’’

, i'l. 'iM!j s , ilsi^lislr I

/ '.H. ''{I.

V,’

' y j ’Ti itl4u','fi-Si(!|’4

» '(,' Ir

g ,‘V' iiijii s,i£uixi><f'

fi;fc-T->OT

d: . : .urtijs^l

ill ' wjf

d> u .'t'ji^arj m

•d'ev ::> ,'j<>

• I. ..M! "yiJsaq

Page 41: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

bahkan seringkali tidak diundang. Keterkucilan fisiknya, jauhnya dari jalur jalan, menjadikan mercka di luar

perhatian orang luar, perencana, dan pemimpin desa yang menyampaikan aliran informasi untuk keperluan

perencanaan proyek.

Apabila pengunjung dibawa dalam suatu kunjungan ke desa, mereka tampaknya dibawa ke tempat-tempat di tempat

mana proyek dibangun; sekolah, puskesmas, kelompok tani dan seierusnya. Mereka tidak akan melihat anak-anak

orang miskin, yang tidak bersekolah dan terlalu jauh dari puskesmas; juga mereka tidak akan berbincang-bincang

dengan petani miskin yang tidak mempunyai sumberdaya untuk bergabung dengan kelompok tani. Perencana yang

memerlukan informasi mengenai masyarakat miskin perlu hati-hati atas prasangka yang mungkin timbul dalam

informasi yang diterimanya, dan melakukan tindakan khusus guna memp>eroleh informasi yang lebih akurat langsung

dari rakyat miskin, baik wanita maupun prianya.

* Informasi awal: Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai daerah tersebut (Strachan, et al. 1989; Li,

1991a), diketahui bahwa banyak penduduk tinggal di perbukitan; bahwa petani perbukitan merupakan rakyat

miskin dan sangat mungkin menjadi kelompok sasaran; dan bahwa perbedaan budaya, sebagaimana pula

jarak, membedakan mereka dengan penduduk daerah pantai. Pendekatan yang dikembangkan untuk

pcngideniifikasian kelompok sasaran yang lebih mumi ini dapat mengurangi ketimpangan informasi dari

daerah pesisir yang terdapat pada data sekunder yang ada, dan mengimbangi pcndapat-pendapat

kepemimpinan pedesaan yang berlatar bclakang pesisir dengan cara pengamatan dan diskusi langsung

dengan penduduk perbukitan.

* Kategori zona dan prioritas: Berdasarkan penelitian terdahulu (Li, 1991a), suatu pengkategorian dini yang

membagi wilayah agro-ecologikal menjadi tiga: pesisir (termasuk kaki bukit), pegunungan tengah (1-4 jamperjalanan kaki dari pesisir, penduduk letap perbukitan) dan pegunungan dalam. Penduduk pegunungan

tengah yang sedang mengalami masalah penurunan kualiias lingkungan, peningkatan jumlah penduduk, dan

penurunan produksi, sebelumnya telah diidentifikasi sebagai sasaran program, sehingga usaha-usaha

pengumpulan data yang paling sistematis diarahkan ke daerah tersebut.

* Lima aspek kemiskinan: Kelima aspek kemiskinan sebelumnya telah dianggap relevan dengan

pengidentifikasian kelompok sasaran, dan diperkirakan akan adanya perbedaan pada berbagai aspek tersebut

di antara lingkungan pemukiman di perbukitan, sepeni halnya perbedaan antara daerah pesisir dan

perbukitan. Rakyat miskin dapat ditemui di tiap daerah tersebut, tetapi sifat kemiskinannya dan cara

penanggulangannya akan berbeda.

2. KERAGAMAN DAN RELATIVITAS

Keragaman gaya hidup menipakan suatu karakterisiik di berbagai daerah, dan perlu dipertimbangkan dalam mengkaji

kemiskinan material.

* Perumahan: Di areal Proyek yang berada di daerah pesisir, gubuk bambu yang hampir roboh setelah

beberapa tahun, merupakan tanda kemiskinan dan rumah kayu dan tembok adalah tanda kekayaan relatif.

Di perbukitan, rumah bambu hanya menunjukkan ketersediaan bahan bangunan dan kebutuhan untuk

memindahkan rumah secara periodik sesuai dengan rotasi kebun agar dapat menjaga tanaman jagungnya.

* Makanan dan pakaian: Kebiasaan makan juga berbeda. Di daerah pesisir, membcli makanan yang lebih

murah (ubi dan jagung) dibandingkan dengan beras merupakan gejala kemiskinan, sedangkan di perbukitan,

makanan lebih beragam sesuai dengan hasil panen serta musimnya, sehingga tidak ada kaitannya dengan

kemiskinan relatif. Standard pakaian juga beragam. Di pesisir, bcrjalan di pusat keramaian kampung

dengan mengenakan pakaian compang-camping merupakan gejala kemiskinan sedangkan di perbukitan,

pakaian yang sudah usang digunakan untuk bekerja di kebun sementara mereka dapat saja mempunyai

pakaian yang lebih baik atau mempunyai uang tunai guna membeli pakaian.

7

Page 42: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

m-l ib tJtim tunatojjWH ,*n«liin)H)^i»|

/jauIWQ^ iiiinu tPwrvlSor n'ujfrtjwt^ nlfe:

'

(S3^''

.

t£<[mal ib UtfpiM i£^in0 ai f^ife ,(*if9fo «< , tugn^'j

igtW' .im MdUom Mhf} mm afWm^'^ hai> t^iusf. .nu^angio .

,m«. tmtp-)hW4^

.-(ifclfib l»#tfwii (»i:igrtdro niMmi rnkm^^ i«flSgn# :«ufni#| ns;fa(i^2fn ;

^ V3-

umM fes(fn(^ja5 d5iio3«qm2i(!f« Snys fteb ,i.v jtjimn^

^'' mxp4(fl<fi.^hW iftid ,n«^

,^„,.'f<j,V , . "f

Wi(:»iS5,a#ioquii3m

ttlwj ^/T&fida* ikit^4Sq « Xoqmoldi ife^fi?«d aiXgyaifl i^siSai

AiuiU ()«*j|m^r«t«iKft g^tPX os^jab

h#t^ *Ai m^(ti ii?vii'4 ioqf«igJ«, t i/.j.^lii

itcjiforis^^ ga«| lisi^

5(»uegMc.l %»s^itv, :iMil3-'W,

• ^.il .;:?i fU;32jMi^'ili|^fot^

•'gmx i^ife (iiAm&lst^^tmiT&^ .^ogal«

mfii n«^-3(ia<rg^,a« iHcS

bsti iip"'n sfutff

ffjETBiar«

ftsi^sb

-

.;- & ,. ,- -. _ -...

''y

« - - '.T*

Pi*

k.

_ -,,_

W~~.„ ~^'

\

, •‘v;.^^

,^«|“"'“

IbdtSl^ .<„d^

g<5{, Oi«fBA^'''C8):fi^OT';‘i(«l&b!'.t?g|^''RSjfiMf" ifestfiirt iiA^JrfctjaVnwl^i

**&, .

-i,-S-

iid^i |rw\, roin)M«.i :^afe<Hh3«},figw\aR36fen1wfi8^ I

*0«uhittC'i'5i 4) nd%wbw( )raflfei#i< «a^»gri<w»i fugnib-

Wywqmsim ft^w fe^iiti ttJiwica i;:ii)i«'5fus')j ib j^syiy m^iaagib ^eay iMlirt |(it*‘(

'''H

f .;r4iu){^a^'lh^rrujy^jwiug (RRiM'g^ b4^fi4igsw3i^‘^ m\4 S/*«’£ ncigi®®,

'* rir. „

Page 43: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Dalam hal keragaman gaya hidup sebagaimana diutarakan di atas, bagaimanakah cara mengkaji masalah kemiskinan

material relatif ? Kriteria konsumsi dapat digunakan untuk mengkaji kemiskinan relatif di suatu daerah, tetapi tidak

begitu baik hasilnya apabila diterapkan di antara daerah-daerah yang berlainan. Suatu pendekatan praktis adalah

untuk mengimbangi pengkajian standard konsumsi (perumahan, pakaian, makanan) dengan suatu pengkajian terhadap

modal yang bersifat produktif (lahan, tumbuhan, tenaga kerja dan keahlian) karena merupakan modal yang dapat

menentukan kecukupan dan keteraturan ketersediaan cadangan dan kebutuhan harian akan makanan dan uang tunai

guna memenuhi kebutuhan pokok. Modal seperti lahan, tumbuhan, tenaga kerja dan keahlian juga lebih bersifat

jangka panjang dan lebih mudah untuk mengukur dan mengkajinya dibandingkan dengan jalurbarang konsumsi yang

dapat bervariasi sesuai dengan musim maupun tradisi.

Untuk memperluas dan mengimbangi pengkajian kemiskinan lebih lanjut, empat batasan lain perlu pula diselidiki.

Dengan cara ini dimungkinkan untuk membuat suatu gambaran terpadu dari variasi karakteristik dan sistematik antar

daerah, antar desa, antar daerah agro-ekologis, antar lingkungan pemukiman dan antar rumah tahgga di tiap

lingkungan pemukiman, sesuai dengan tingkat kerincian yang diperlukan. Hubungan satu sama lain dapat juga

diutarakan, seperti halnya contoh berikut:

* Gambaran terpadu: Suatu gambaran terpadu dari aspek-aspek kemiskinan di pegunungan dalam

menunjukkan bahwa petani-petani mempunyai standard konsumsi yang buruk dalam hal perumahan, pakaian

dan protein, tetapi umumnya masukan kalori dari makanan pokoknya dianggap cukup. Mereka mempunyai

lahan yang cukup luas yang merupakan suatu modal produktif yang bemilai, tetapi, kerena keterkucilannya,

kurangnya informasi mengenai bagaimana caranya agar mereka menjadikan lahannya lebih produktif melalui

tanaman untuk dijual. Juga dengan alasan keterkucilan, mereka relatif tidak berdaya, tidak lerwakili dalam

rembuk desa dan seringkali dicurangi dalam hal harga. Hak mereka atas lahannya lebih mudah untuk

dilanggar. Fisik mereka lemah karena kurangnya pelayanan kesehatan dan imunisasi.

Gambaran terpadu yang serupa dapat diperoleh untuk daerah lain, lingkungan pemukiman atau rumah tangga sesuai

dengan keperluan, dan akan disajikan secara rinci dalam laporan ini kemudian. Pendekatan yang diambil tidak

mengarah pada satu penilaian terpadu akan masalah kemiskinan, melainkan pada pengertian dan pengukuran

kemiskinan dalam berbagai aSpek yang membantu perencana secara langsung dalam melihat apa yang hams

dilakukan; "program apa yang mungkin berguna, untuk siapa, dimana, dan pada tingkat prioritas apa".

3. INDIKATOR-INDIKATOR

Karakteristik kemiskinan di atas diketahui secara luas oleh analis-analis pembangunan dan perencana yang prihatin

atas pengurangan kemiskinan. Tantangannya adalah dalam pengembangan suatu pendekatan guna mengkaji

kemiskinan secara cepat, tepat dan efektif dari segi biaya, sehingga sumberdaya manusia dan dana dapat dapat

difokuskan pada penyampaian program. Suatu karakteristik kunci dari p>endekatan seperti di atas adalah dengan

penggunaan indikator-indikator.

Tiap informasi yang diperoleh mempunyai suatu nilai dalam bentuk waktu dan uang, sehingga perlu selektif dan

penggunaan waktu dan sumberdaya secara maksimal. Adalah tidak mungkin untuk menemukan semua hal bagi

semua. Ini mempakan prinsip yang dikenal dengan "ketidaktahuan optimal" (optimal ignorance) (McCraken, et al.

1988: 12) - membedakan antara informasi yang sangat dibutuhkan dengan informasi "yang baik untuk diketahui"

tetapi tidak mendasar. Prinsip ini sama pentingnya dalam hal pengumpulan data kuantitatif maupun kualitatif.

Indikator-indikator langsung mempakan informasi yang secara jelas berkaitan dengan apa yang sedang dikaji.

Sebagai contoh, apabila informasi mengenai hasil panen diperlukan naka hasil panen tersebut dicatat. Indikator tidak

langsung mempakan informasi esensial yang dipilih dari berbagai informasi yang memungkinkan, yang bisa

mengganti atau yang dapat mewakili guna menjawab pertanyaan dan/atau menanggapi pemyataan yang sulit diukur.

Sebagai contoh, sebagai pengganti indikator langsung bagi pemasukan, indikator tidak langsung dari kemiskinan ...

mungkin: orang dianggap miskin bila mereka hams bekerja sebagai bumh; orang dianggap kaya bila mereka dapat

8

Page 44: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

.III’

'

T mmwm w*-* ^p»-cr.,»w^

4 •mo «.»«/* .««^ ••^n-wyiwaTl «w *ti-»inM.|i^-^^i-**(l

Q<»fc«rfi3i /wi^ii^narj'OJttui' ^emmU r; i ^

i^it|«fe gwY miiii4 ' mh x

snis^^tsi*

3Mflt ismifflirtW gofi^wf

<{3i) 4>

M. ""'.K

„ Jii?*>

?f'^'

cudiyv^'ijrwrtil

£5i%M' f{S;^^(^;a5C^^

im j£|^;'* ' ''

'•^-

itsmflWfl,';'

ml'

, ^,

.^. ?iUii«;«jJ^?>(Mri0f^ra-:nw1j^^,

,,

'

'

£*-«arf €%.. '

.

.SSWir .^,-1''^'- i(*nii^'il I t ' X ~ ':*&.-. laia Sk f i-^i J,

iSBt

^' .'S«v^"«j(i*4i; ..,

?^A>rrTO»ofx^)i'i(

m ikf .irtfi#>'']|(W!4 ,,_

™ ^8Jfrtu-.iP ... .XX. X . .X.. . .. .^x>v.

„3l? Sftc^3g4t 4^^Ss^^ll!i^|

fe'ijJ|, Wirli^/CJ0i^> lf,t^^j!^*04.

.',

_ , . . „,

^^«¥' iAniik jAq^i

Hi^:^ WS^'graitum utm0l^^

Page 45: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

membayar buruh. Indikaior kunci merupakan informasi escnsial yang dapat membuka wawasan pengertian ...

Penentuan indikator-indikaior yang baik akan mengurangi jumlah kebutuhan informasi yang perlu dikumpulkan (Case,

1990: 39).

Selain kaitannya dengan "membuka wawasan pengertian", kriteria lain dalam memilih indikaior adalah kemudahanrelatif dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi; kemungkinan ketepaiannya; dan keaneka-gunaan

serta keaneka-tujuan sifat informasi yang terkumpul. Apabila fokus intervensi program dapat diketahui sebelumnya,

pemilihan indikaior dapat dilakukan, yang akan memberikan manfaat langsung pada perencanaan program dan

bersifat sebagai data dasar terhadap perubahan-perubahan yang dapat terukur yang terjadi selama masa operasional

proyek.

Demografi, informasi kesehatan dan pendidikan umum digunakan sebagai indikaior tidak langsung dari kelemahan

fisik dan keierkucilan, dan kemampuan rumah tangga dalam menanggapi kesempatan ekonomis. Hal ini juga

bermanfaat sebagai indikaior langsung bagi peran pemerintah dalam penyampaian pelayanan dasar bagi penduduk,

serta data dasar untuk mengukur perubahan yang terjadi selama kurun waktu terientu (World Development Report,

1990).

* Data demografi dasar dikumpulkan dari tiap rumah tangga. Penentuan jumlah orang dewasa aktif dan

anak-anak menunjukkan rasio ketergantungan tingkai rumah tangga. Rumah tangga yang dikepalai oleh

wanila tanpa anak laki-laki dewasa dicatai. Rumah tangga dengan jumlah angkatan keija cukup bcsar

berdasarkan jumlah anak yang berusia di atas 12 tahun dan belum menikah juga dicatai.

* Data kesehatan Data ini memfokuskan pada kondisi anak usia antara 0-6 tahun, untuk menunjukkan

jumlah penduduk yang perlu diberi program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan anak (kelompok

sasaran potensial). Persentase rumah tangga yang pemah menerima pelayanan kesehatan ibu dan anak

digunakan sebagai indikaior kasar terhadap tingkat kesehatan dan kemalian anak, bayi dan ibu-ibu, juga

sebagai indikaior langsung bagi efektivitas program kesehatan pemerintah di daerah tersebul. Data mengenai

tingkat kemalian anak-anak dianggap terlalu peka untuk diperoleh secara sisiematik pada wawancara singkai

(kalau data rumah tangga kadang-kadang diperoleh dari pihak ketiga, seperti halnya leiangga atau saudara).

Data ini diperoleh dari sejumlah kecil wanila dalam wawancara selanjutnya yang bersifat lebih pribadi.

* Data pendidikan digunakan sebagai indikaior tidak langsung dari keierkucilan rumah tangga terhadap roda

kehidupan nasional, kemampuan membaca dan berbahasa Indonesia, dan kemampuan untuk memperoleh

manfaat pembangunan ekonomi pada skala yang lebih luas, mungkin melalui migrasi keluar. Data ini

berdasarkan jumlah anggota keluarga yang pemah bersekolah selama lebih dari dua tahun (digunakan

sebagai perkiraan bagi tingkat kemampuan membaca), dan mereka yang pemah mengikuti program

pemberantasan buia huruf bagi tingkat dewasa. Gambaran kasar leniang dewasa yang bula huruf didapat

dari selisih antara jumlah penduduk dikurangi jxnduduk yang berusia 12 tahun ke atas. Data jumlah anak

usia antara 7 -12 tahun, dan persentase anak yang tidak bersekolah, sebagai indikaior tidak langsung

keierkucilan mmah tangga dan indikaior langsung bagi pelayanan pemerintah di bidang pendidikan bagi

daerah tersebut. Bagi anak sekolah, dicaiat mengenai apakah mereka jalan kaki ke sekolah tiap hari, atau

tinggal di daerah pesisir yang jaraknya lebih dekai ke sekolah.

Indikator-indikaior kemiskinan material lebih mmit dan bervariasi sesuai dengan keadaan setempai, dan paling baik

ditentukan berdasarkan informasi setempai, kemudian dilakukan uji-coba bagi keabsahan dan kepraktisannya.

Beberapa teknik untuk menenlukan indikator-indikaior ekonomi melipuli penggunaan data sekunder, pengetahuan

dan pengalaman indikaior di daerah yang serupa, pemahaman dalam waktu singkai, dan penggolongan tingkai

kekayaan yang dilakukan oleh anggota masyarakat.

* Indikator-indikaior ekonomi yang digunakan pada penelitian ini diieiapkan oleh konsulian berdasarkan

kebutuhan data bagi Proyek, pengalaman yang diperoleh dari pemahaman dalam waktu singkai dan

penelitian yang mendalam di areal Proyek, uji lapangan dan penilaian lapangan.

9

Page 46: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

I

i

- -- - - %,

wfymatttft «»ujfm^va-

nt^iUsbujfvd (ittUifci u>«5abQi rfOitmuii n««l»:b,.ak1 uhajni/wtimjjn^ -niafei ni^WAiSbU/ZH^I Wttlftttl hhIITTW* uw^O.Amwt unojiw t «i. “'*^**^1!. ***»*-j^

,«^ Ju4jU23^ iy^a5W»- ;>• ai:^^piJl^''«tas -TTu-iikriiD rtt»iin»-\ivnf<« itfacw »iiriJij<ii>‘ii5^lflJiliXBrci BMkSdfttSuU ^j£ib k4?~uiwr tllUti3K>'54<J

Utho^Lcid^'AMi/T) jMTjaJsi; {iSii^ij»^5nir< t4#Uisi ^Ab«h:J^l»s8b Blab t J-*

' '' ' _ ' ' ’jfottJVi »r^

->T5

tli^ .

ti0

W

.w_ ..-.*<»i:^8ijmr ,nen||^ni»a "

giijat tm tltff J5iSK>fwi? (tati .adbbiia^

:«KW^' rnmm

nab >ai$ sgffdb-4^'^. A ..’S^

.lilo iiij3fp^tb,;tafcsf'^«ci' -’i* :-

utaxf flifc»)j i«asj?art£ .ijaAalfc',

B 4Kic5ib J^:|H'rgaia

^

ioq^noliiO nsii^fa^i rtstnnii

;<ri«fi wab «dt fra*w3«»it<»;^ naW^iliQ 4^ .{impact

figuCMiSi'»90:

tfti^twR ftiyecr4^^3^'

c^>igaiN4if3f f&{mfina{!i«*4i5w t -v

.

rt^s0l|>iTi'‘4^iiioU' i^i.ftslimorti. '‘i-:

: ifi' WiiO '''..3I5«4<«4 |bi|ti^': M^:.Mm: ‘

mtigtyK} ^iiwa

Vu>&;|{f^ ^Ui, .1^ ^ t'ftyAa ^'El’''

.t„...^^f. i-|—

ia;{s44

I

itisajj f»»u?/Hji(oJan,n “<‘^»

(tab m3l|jW'» iiiM^t tTifl^sU) /oaiaJt<ten't&«| nt>doia|i3[^”

M^•nMtMyVI«M»tf«-''| % -*7* »*!»,» * mrr-”^^

Page 47: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Sejumlah indikator yang mungkin, yang telah dipertimbangkan dan ditolak:

* Konsumsi makanan sehari-bari Hal ini dapat merupakan indikator langsung dari nutrisi dan sebagai

indikator tidak langsung dari kemiskinan material, namun usaha-usaha sebelumnya untuk memperoleh

informasi ini di areal Proyek menunjukkan bahwa masyarakat lupa apa yang mereka makan, jenis makanan

yang berbeda di lokasi yang berbeda, dan merasa malu untuk menjelaskan keburukan makanan mereka

kepada orang luar, sehingga informasi ini lambat terkumpul dan kadang-kadang tidak tepat. Informasi

mengenai nutrisi, apabila diperlukan sebagai bagian dari data dasar yang lebih terfokus, dapat diperoleh

lebih mudah dan tepat dengan bertanya atau mengamati apa yang ada di kebun-kebun.

* Ukuran dan kualitas rumah Indikator ini telah ditolak untuk berbagai alasan seperti dikemukakan di atas:

Hal ini bervariasi secara tradisi antar tiap daerah, dan walaupun merupakan indikator yang baik bagi

kekayaan relatif di daerah pesisir, tidak tepat untuk diterapkan untuk daerah perbukitan. Demikian pula,

karena data rumah tangga tidak diperoleh dengan mengunjungi tiap rumah tangga secara langsung, rumah

tangga tersebut tidak dapat diamati, dan diperkirakan pihak ketiga merasa malu untuk berbicara lentang

kemiskinan tetangga. Indikator ini berhasil digunakan di Jawa (lihat Honadle, 1979; dikutip dalam

McCraken, et al. 1988: 21).

* Luas lahan tiap rumah tangga Hal ini dapat merupakan indikator tidak langsung bagi kemiskinan relatif,

dan indikator langsung bagi potensi pertanian, namun pengukuran langsung terlalu lama bagi suatu

pemahaman dalam waktu singkat sedangkan perkiraan sering tidak tepat. Demikian pula, di daerah

penelitian, lahan kebun dirotasikan dan ditinggalkan sementara untuk menjaga kesuburan tanah (ladang

berpindah). Karena sistem ini, luas lahan yang sedang ditanami tidak dapat menggambarkan potensi

sumberdaya bagi rumah tangga. Dengan sistem pemilikan lahan yang berlaku, orang tua tidak membagi

lahan kepada anak-anaknya selama ia hidup, namun meminjamkan lahan tersebut kepada anaknya untuk

digunakan. Oleh karena itu, generasi yang lebih muda yakin akan kaitannya dengan lahan orangtua mereka

tetapi tidak memilikinya - sehingga pertanyaan tentang pemilikan lahan tiap rumah tangga dapat menjadi

indikator yang menyesatkan sehubungan dengan modal lahan dan potensi ekonomisnya di masa kini dan

masa mendatang.

* Pendapatan Faktor ini digunakan sebagai indikator kemiskinan dalam berbagai statistik nasional maupunintemasional, namun lambat dan tidak tepat dalam ekonomi yang subsisten dalam hal mana masyarakat tidak

terbiasa menafsirkan produksi dan konsumsi mereka ke dalam harga pasar.

* Kelompok mata pencaharian Hal ini merupakan indikator yang baik bagi kekayaan relatif karena hanya

orang miskin yang terikat pada pekerjaan- tertentu (seperti mengumpulkan kayu bakar, buruh harian, dan

sebagainya). Indikator ini digimakan dalam survai KPS untuk mengidentifikasi kelompok sasaran. Indikator

ini digunakan untuk mengidentifikasi petani perbukitan sebagai kelompok sasaran utama bagi Proyek TTM.Namun, hal ini tidak dapat digunakan untuk penentuan kembali kelompok sasaran dalam penelitian yang

sedang berlangsung karena tidak mengupas perbedaan lebih rinci yang terdapat antar petani perbukitan.

Tetapi "sumber pendapatan lain" digunakan sebagai indikator dalam penelitian, sebagaimana diuraikan

berikut ini.

Indikator-indikalor ekonomi yang dipilih adalah:

* Modal produktif Jumlah kebun yang didayagunakan pada tiap rumah tangga digunakan sebagai indikator

tidak langsung bagi status ekonomi, dan indikator perkiraan bagi lahan yang dapat dimanfaatkan. Hal ini

juga digunakan sebagai suatu pertanyaan yang memudahkan proses pengumpulan informasi dan mengarah

ke pertanyaan lebih rinci mengenai apa yang ditanam di tiap kebun.

* Tanaman budidaya Diperlakukan sebagai indikator tidak langsung bagi status ekonomi, dan bcsamya

produksi tanaman utama dikuantifikasi; data diperoleh dalam jumlah pohon yang bemilai komersial tiap

10

Page 48: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

willlii’fryKAt ‘MltivHiiit

|lilW9|iaii»*^ tWJ m^^i>imii h0 ^mspi^ M# -mMd '

te'

msm -m0^ 0mi^ Jmi0

^

'«Mdf

5Sii#'i4# (Sm jj^iteiNiS# Mm’ -

^•«'. , , , - , „ . ,.

,

'

‘4 4 '^''i . L - -J

-Vir^Sj^lit

^

-V,, ^ '^^''^A

'*'*^ ""' .• f-

'

;j

sttieT 8^««M 1»r

. -^. . .-.B V •*•t* '"^’ ~Ti'

-- J-- • bV . •-.•;*>^7>i'» -s •'£>' -iwii ff 'I’y -. ..'Vs •' •' * ii*t’ ^ ’-/xfw.^^. ix ' .•.*"'

"S' ^JHfciT-*-**•' Wl^»^’” ' -' -*-.4 "-Jrrv;- *

'-'-r.- *i. »‘;t^.. -.... -'* i."'

'^m^iri v« ^4 msm, nt^ ^,„,

m04^'I ^>aM m04^4i||^ pferj#

#' . W '*''• ^ I'

*v '«

\.<f

i .

''

j '»,flIS^«' "«

t

L'jaiiUta o

{A.

i

lA.v*

“%jM^4% •'

' -C

4^™ * .1

:

'M%.^CL

,4"

& I 'Miim'

Page 49: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

rumah tangga (apakah menghasilkan buah atau tidak), dan berapa kilogram bibit bawang merah atau bawangputih yang mereka tanam. Informasi ini mengungkapkan besamya variasi produksi dan pendapatan di suatu

lingkungan pemukiman, antar tetangga di salu lokasi, dan antar lokasi. Informasi ini juga merupakan data

dasar untuk memberitahukan Departemen Pertanian mengenai apa yang ditanam rakyat, dan akan membantumereka guna mengawali pembahasan mengenai pengembangan bidang pertanian.

* Cara memperoleh lahan Hal ini digunakan sebagai indikator tidak langsung bagi status ekonomi, dan

indikator langsung bagi status pemilikan lahan, karena hal ini merupakan masalah kunci dalam program

perencanaan seperti agro-forestry yang mengarah pada perubahan pada tata guna lahan melalui penanamanpepohonan secara luas. Berbagai variasi dalam pola cara memperoleh lahan di tiap rumah tangga dan tiap

lingkungan pemukiman dapat diketahui. Kaiegori yang digunakan adalah pewarisan, pembelian,

peminjaman, atau pembukaan hutan primer oleh pemilik saat ini.

* Sumber pendapatan lain Informasi ini merupakan indikator tidak langsung bagi status ekonomi, karena

beberapa kegiatan tertentu yang mempunyai status rendah dan pengembalian yang buruk hanya berkaitan

dengan rakyat miskin yang hanya mempunyai sedikit modal dan tidak mempunyai pilihan produktif lain bagi

tenaganya (Watson and Holloway, 1989). Informasi ini merupakan indikator langsung bagi pola variasi

kegiatan mata pencaharian antar daerah, dan memberikan wawasan ke arah kesempatan dan potensi.

Pengumpulan data dilakukan secara terpisah aniara laki-laki dan wanita karena sumber mata pencaharian

sampingannya sangat berbeda.

* Hasil panen rata-rata, kualitas lahan, sumber benih, pelayanan penyuluhan Data ini diperoleh dengan

dasar lingkungan pemukiman, tidak berdasarkan pada tiap rumah tangga, karena keadaan di dalam tiap

lingkungan pemukiman sangat serupa. Data ini bermanfaat guna membandingkan antara lingkungan

pemukiman dan daerah-daerah dalam hal tingkat produktivitas dan potensi pertaniannya.

4. PROSES PERUBAHAN, ALASAN DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT SETEMPAT

Sebagai tambahan guna mengetahui karakteristik kelompok sasaran yang dianggap potensial sesuai dengan perangkat

indikator yang diuraikan di atas, adalah dianggap perlu untuk mengerti pola atau kecenderungan dari perubahan.

Perubahan dapat terjadi di lingkungan, dalam penggunaan sumberdaya, dalam kegialan-kegiatan yang produktif,

dalam pola pemukiman atau migrasi, atau dalam hubungan sosial serta produksi antara laki-laki dan wanita serta antar

saudara lain dan tetangga. Tiap perubahan ini dapat berpengaruh pada mata pencaharian secara positif maupun

negatif bagi kelompok sosial tertentu di masyarakat.

Pemahaman mengenai perubahan sosial dan lingkungan ini perlu untuk menempatkan keadaan saat ini dalam kaitan

sejarahnya dan untuk menentukan kelompok sosial yang akan memperoleh manfaat atau dirugikan sebagai akibat

adanya perubahan tersebui. Dalam hal ini, tidak selalu hams melakukan kuantifikasi pembahan yang leijadi, tetapi

penting untuk menentukan arah dan besaran serta laju perubahan. Pemahaman atas dinamika tersebut dapat

membantu dalam mengkaji prioritas-prioritas dan kepentingan relatif dari intervensi, dan memungkinkan perancangan

program agar dapat menghindarkan atau mengurangi kecenderungan negatif dan memberi tekanan atau merangsang

kecenderungan yang positif bagi orang miskin. Pembahan dalam indikator kunci dapat digunakan untuk memantau

kemajuan atau p>cnurunan kondisi rakyat miskin.

Kecendemngan serta kckcrabatan tidak dapat langsung diamati maupun diukur, paling tidak bukan dengan cara

singkat dan bukan dengan cara yang efektif dari segi biaya, namun informasi ini tetap penting bagi pengidentifikasian

kelompok sasaran. Informasi mengenai kekerabatan dan kecendemngan dapat diperoleh secara langsung dari orang

yang mengalaminya, karena mereka mengerti mengenai keadaan mereka sendiri, serta dapat menganalisis dan

menguraikannya kepada orang luar apabila ditanyakan secara sistematis dan tepat. Teknik-ieknik yang relevan

meliputi wawancara semi su-uktural dengan perorangan dan kelompok, riwayat hidup, sejarah lingkungan pemukiman

serta diskusi-diskusi kelompok kecil. Dengan mempercayai pengetahuan penduduk setempat, disertai dengan

verifikasi, uji silang dan pendalaman terhadap pemahaman atas masalah penting, mempakan prinsip kunci pada

11

Page 50: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

-j> J;S}<^.'1615434 \4%

. • ',';;Matf c.p

rii'.’sfsasi^

- n^rTiU®*? "V'

i g.uUinsa:

^

I

'f,i“,Q JUftiH ;.

' *

,>M TiiijJif)

V •'; iur.f )t*'

" >

; :Kdj«4i'i;8)E’l<^i4»2 ,

'jjj

i ',.<1 -U

;-:.... s'>qdO<i'fCU;i»b

•• ,u!,. >iiii 'i^4»ea

' .ismgiiiwr*^

.'u, I hb z\n([fnMiti

•i'

.r'„. .V'jjru’;' Ijfl^utoq

.;’ lib ijtnsd'mim

. i.tjfc' 'ftanysflpi

">.iT•..••

•'

.-rill v:, V

'!,'. ii;{eib mm'

Page 51: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

pengidentifikasian kelompok sasaran.

* Wawancara lebih mendalam dengan kelompok kecil dan perorangan dilakukan di tiap lingkungan

pemukiman dengan kisaran topik yang telah ditentukan sebelumnya; perubahan sejarah dalam hal penduduk

dan lingkungan, kegiatan ekonomi, kaitan dengan lahan, organisasi ekonomi rumah tangga, pendidikan,

kesehatan, kegiatan dan perhatian wanita, organisasi sosial dan keagamaan.

• Pengetahuan masyarakat setempat bagi pengidentifikasian kelompok sasaran direkam langsung dan efektif

melalui pembuatan ranking kekayaan. Anggota masyarakat diminta mengelompokkan seluruh rumah tangga

di lingkungannya sesuai dengan tingkat kekayaan mereka. Responden sampai seratus rumah tangga dibagi

secara cepat dalam 3-7 kategori kekayaan, kemudian informasi mengenai kriteria yang mereka peroleh

digunakan untuk melakukan pembuatan ranking dan karakteristik tiap kelompok.

Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka akan keadaan setempat, responden serentak melakukan

pengkajian atas modal material tetangganya, standard konsumsi, kekuatan maupun kelemahan fisiknya, dan

kaitan satu sama lain (seperti hutang, judi, pembelian atau penjualan lahan maupun jasa tenaga kerja, dan

sebagainnya), dan keluar dengan suatu ukuran majemuk yang apabila dilakukan orang luar akan lebih lama

untuk mengembangkan suatu indikator atau karakteristik pada suatu saat. Hasil-hasil pembuatan ranking

kekayaan kemudian diuji silang dengan indikator-indikator dasar rumah tangga, mengarah pada suatu

kombinasi yang kuat akan suatu perspektif penduduk setempat dan orang luar.

5. SIFAT KOMPREHENSIF DATA

Sesuai dengan prinsip "ketidaktahuan optimal", setalah indikator-indikator dipilih dan pendekatan informasi kualitatif

telah ditentukan, maka lingkup pengumpulan data harus ditetapkan. Tergantung keadaannya, data yang diperlukan

dapat berdasarkan tiap rumah atau hanya merupakan contoh dari beberapa rumah tangga di tiap lingkungan

pemukiman, atau hanya merupakan contoh beberapa lingkungan pemukiman di tiap desa, atau dari contoh desa-desa,

dan lain-lain. Pemahaman yang bertujuan membangkitkan pengertian mengenai masalah kemiskinan dan ukuran

reladfnya di suatu propinsi, kabupaten atau kecamatan dapat menggunakan pendekatan pengambilan contoh (seperti

halnya dalam KPS), asalkan sarigat hati-hati dalam pemilihan lingkungan pemukiman dan rumah tangga contoh untuk

menghindarkan penyimpangan-penyimpangan lain yang dapat tetap menyembunyikan sifat serta luasnya kemiskinan.

Pada penelitian dasar bagi pengidentifikasian yang lebih tepat akan kelomjx)k sasaran terdapat beberapa kelebihan

penting guna memperolch informasi mengenai tiap lingkungan f>emukiman dan rumah tangga. Ketimpangan

informasi yang ada dalam pjemilihan responden berdasarkan rekomendasi pimpinan desa dihindarkan; keragaman

lingkungan pemukiman, rumah tangga dan kegiatan ekonomi secara luas diidentifikasi; dan peran serta lingkungan

pemukiman dan rumah tangga miskin dalam kegiatan perencanaan proyek dapat dengan seksama dipantau. Hal ini

penting, terutama karena, seperti diuraikan di atas, merupakan karakteristik lingkungan dan keluarga masyarakat

miskin bahwa mereka terkucil secara fisik maupun sosial, jauh dari sumber informasi dan tampaknya tidak suka

menghadiri rembuk desa. Kebutuhan dan keprihatinan mereka sering tidak terwakili oleh pimpinan desa dan kaumelit yang pertimbangan dan perspektifnya cenderung mendominasi acara.

Begitu penyampaian proyek dimulai, ketidak-berdayaan rakyat miskin sering bermakna bahwa mereka dikucilkan

dari manfaat proyek yang dimaksudkan terutama bagi mereka. Begitu nama dan lokasi miskin diketahui, bantuan

material proyek dapat disampaikan langsung kepada mereka, dan peran serta mereka dalam kegiatan proyek

digalakkan dan dipantau.

Penentuan daftar rumah tangga berdasarkan daerah pemukiman merupakan kunci bagi penelitian dasar dalam waktu

singkat yang perlu mendapatkan informasi mengenai tiap rumah tangga secara cepat dan murah. Dalam beberapa

kasus, penguasa desa sudah mempunyai daftar tersebut dan penelitian mulai dengan memperbaharui dan melakukan

verifikasi daftar tersebut. Di daerah terpencil, daftar desa sering tidak lengkap, dan pembuatan daftar data dasar

dilakukan untuk mengidentifikasi berapa jumlah penduduk yang tinggal di suatu daerah dan juga menandai semua

12

Page 52: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

.t v-_ > . U.

u . At' 'i-T.'

' ' I’,’. :'. S'(

/ '

'. ~y"Z/

i iL '-tty.tSj

I ' ' 'kI

Z4 :ii gj

- r-V4':r/ll3\

'V: ,'

^ y.

t \ I '4ui:^p<a

- -n ,

" |>„r|ST

'

'‘

' Z tV4''*:r.'T

i;l4 /t,:pjq05|[

Page 53: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

penduduk dewasanya. Teknik pembuatari daftar meliputi pcmetaan sosial dan uji silang dengan daftar yang ada dan

data sensus.

Daftar lengkap rumah tangga dapat digunakan untuk kegiatan pengumpulan berbagai data. Apabila wakiu tidak

memadai guna wawancara langsung dengan tiap rumah tangga, data dasar demografi dan mata pencaharian dapat

diperoleh dari pihak ketiga (saudara, tetangga, pimpinan seiempat) setelah nama kepala keluarganya diketahuia, dan

rincian yang lebih lengkap terdapat pada petunjuk dan pedoman lapangan.

* Pendaftaran Lengkap: Di daerah penelitian, daftar lengkap untuk tiap lingkungan pemukiman dibuat

berdasarkan peta sosial yang menggambarkan lokasi fisik tiap rumah, dan berisi nama tiap kepala keluarga.

Daftar ini menjadi dasar bagi pengambilan data rumah tangga dan pembuatan ranking kekayaan. Penyusunan

daftar lengkap sangat penting mengingat bahwa menurut pengalaman lapangan daftar resmi yang ada banyak

yang tidak lengkap dan sering ddak mencantumkan nama orang yang sangat rentan/marjinar misalnya

pasangan muda, kepala keluarga wanita, pendatang baru serta orang luar yang baru mulai menggarap lahan

pinjaman.

* Data dasar: Data dasar (menggunakan indikator kunci) diambil untuk semua rumah tangga di lingkungan

pemukiman di pegunungan tengah di ketiga desa, karena merupakan daerah sasaran utama. Data

pembanding dikumpulkan dari semua penduduk daerah pesisir dari satu desa. Bagi dua desa yang

penduduknya banyak dan jauh di perbukitan, hanya jumlah rumah tangga, lokasinya di p>eta, dan namakepala keluarganya yang diambil. Data ekonomi dan pendidikan dikumpulkan di tingkat lingkungan

pemukiman, bukan di tingkat rumah tangga. Data ini, walaupun tidak selengkap data untuk pegunungan

tengah, lebih akurat dibandingkan data sensus nasional atau data lain yang ada, dan dapat digunakan sebagai

titik awal bagi kegiatan perencanaan di pegunungan dalam.

6. PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASARAN: BEBERAPA ALTERNATIF DANPERTIMBANGAN

Pemahaman dalam waktu singkat dan penelitian data dasar merupakan unsur yang bermanfaat bagi pengidentifikasian

kelompok sasaran dan perencanaan proyek. Hasilnya dapat digunakan pada tahapan perencanaan yang berbeda, dan

dilakukan dengan cara yang berbeda, sesuai dengan persyaratan situasinya. Beberapa altematif adalah sebagai

berikut;

Pemahaman dalam waktu singkat:

* Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan: guna mengumpulkan infonnasi awal

mengenai topik baru atau agro-ekosistem. Hasilnya biasanya berupa seperangkat p>ertanyaan kunci

pendahuluan dan hipotesis-hipotesis.

* Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat berdasarkan topik: untuk penyelidikan topik khusus,

seringkali dalam bentuk pertanyaan kunci dan hipotesis yang dihasilkan sebclumnya dari pemahaman

pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan. Hasilnya biasanya suatu hipotesis terinci dan luas yang

dapat digunakan sebagai dasar yang cukup kuat bagi penelitian atau pembangunan.

* Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat yang melibatkan peran-serta: untuk melibatkan penduduk

desa dan pemerintah setempat dalam keputusan mengenai tindakan selanjutnya berdasarkan hipotesis yang

diperoleh melalui pemahaman pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan atau berdasarkan topik.

Hasilnya berupa uji coba pertanian-terkelola atau kegiatan pembangunan dalam hal mana penduduk desa

terlibaL

* Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat untuk memantau: untuk memantau kemajuan uji coba dan

eksperimen dan dalam implementasi kegiatan pembangunan. Hasilnya biasanya berupa suatu hipotesis yang

13

Page 54: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

mib nea«»b «Ut toiROi jlto:;^ ,^;ita6wqJ> %fi!it!!»qm1^

.2uaiM s)fib' ^'-iW' „,

^ ^ ^XaI'U UTjbiw a{I#^ .iuuf) h(jjc(Knit m(uq^ (uri{Hii>a^ is^ h^pm uuIaG

mJ6t;jib flaiiiiiliioe^ wsi>i rtsii rwa<s^?!’.' ’Uiftnft (wa6 j^K't ««ati’3i> mf% >dbumm »

ttab ^‘titUiJMjb ^abai -Mij iiat? I'aiiowqiibsSi^' ''

n«3Afir|irf nftmitiJ^'T Rfib tb^ qjBJaflOj didal .^ns'{ odiafrh

n M iJS ^ (ft,

t ^ ^ ^iKudJb Ajstai itsai^ ff(o.;Ae

qeb Kmart oWi .rtflcfiv* T»b ‘iof •'•

{H^fnJs^a\os^^B^8:i1Ki ^mitm iliimnMpiMi^^ likyij^ bt KUiBiOt

;l4'{rattt*&B^aaH iroiA iBjfeb ^fi^rtaql^, iiciJifsIftgoaq iftlfiiMt

s^Bteifn isoti?6rtiVtj^nw gnnai Rttb

Riidai <|eisgpJi>«i »Btam «s-ii<f twd'.^n^ m^: fq^&&ia*JS«joai ,aljam tui§»

un

e

5:1.

ti-'L »*•.m ^ 4'-p

*S-l!il

I

k SI

#1 ^

'f ss

f

iwtaoo^artil i^BSlinb ta^ mCi iisinlf-iiiUI-

'

rjoG .rtfltaJy rt^ng^’a ({ttj^ (t«frtbturo<j*i,

4o«^ '&bb‘^««fb ,'jhtu'b^, j/UlliJidmrtii! -<;*

amsn rt(ib ‘,01^1 ib' sybiBW' v^-Jisy;!# •' vei

:iijgni:lan:U gs;f{i#qrt5rtyib

ijS3^«mwsrtq Jluiffu >«'* ’

tE 8ias'4rt^;«jb6 iB'tinfe iid^rf , risgoai.

'"

^ ;.

- ?!;

J^-a

v--'" -"*

; ^ttW^>‘JU:)u<;s»j»|i^^ "‘-fr*~^l“;'^^ ^'-f ftllwaa^;. rtsi^rt40fWjaq,jrt4^^' n«b,;i*T«£»,4^{pf^fkaatk^a fteJcho j

mttiftb- oamartwaa'I ,

»V '?*l

'

'i>i, r> ^ V (?» ‘ (f!t

.V ii.; awi*to;:a«fe|r'^/*-*^j«.inartdi ,fvqpP namjWf^njj^,nacftfM<^sa»<| nrb, 4^i^«b!63ie® lfa:i3nns«t

;

gAA^ 8Si<{ rtj^ i1rtM,tl?53j<^id->ya,uie ift3C^^:uf^«'<fif mgt'0 ftteRabaq.;

«<0s i4«Ni

g.^ ^ .^-i.

, .ftj,

:-%g,., . .^2j.. r,. ..

'

MMittyj-j lutAigfifli^Jauuf fvsiah nKM«4«ard1

gn«'< ?iiWKxjjd «;:ftaw4rtWf rt*o0tf>rtti nj^b'mb'

MJh£^r^ um ir4ak^ itorowqib'

!_''' '’ ^ ^ ^

>':' aKK- '^:

i. :#

¥

tt#i> itduw Krt r4;UU»mu>< T^j/wumam iu^u .aattintmum jIuirw ujim h «l«>kh Eu«*aob»<^^ nsmji'cy!iuoKx{iii u)tin:Eq«i'xf«^aB*rtt#«yrtb*34H j»«nitA«a«b^^'t^^.l5»9i(i2i;jpwn-jJqrtli

Page 55: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

disempumakan bersama perubahan yang diakibatkannya dalam percobaan atau inlervensi pembangunan yang

diharapkan memberikan manfaat.

(McCraken, et al. 1988)

Pengumpulan data dasar:

* Pengidentifikasian kelompok sasaran: hal ini dapat dilakukan bersama dengan, atau mengikuti

pemahaman pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan, atau sebagai suatu jenis pemahamanpedesaan dalam waktu singkat yang sifatnya khusus (McCraken, et al. 1988) dan digunakan untuk

memperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai lokasi dan jumlah kelompok sasaran dan beberapa

informasi tentang kebutuhan mereka, untuk digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi proyek.

* Pegumpulan data dasar berdasarkan topik: Mempersiapkan data dasar mengenai masalah khusus yang

telah dudentifikasi sebagai daerah yang kemungkinan besar mendapatkan intervensi program, sef>erti

kesehatan, pendidikan atau sistem pertanian.

* Pengumpulan data dasar yang melibatkan peran-serta (Case, 1990); merupakan suatu penelitian yang

dirancang dan diarahkan oleh anggota masyarakat guna memperoleh informasi yang diperlukan bagi

perancangan proyek, pemantauan dan evaluasi dalam proyek swadaya dan proyek yang masyarakatnya

memerlukan bantuan dana pihak lain.

Masalah-masalah kunci yang diperlimbangkan dalam memilih rangkaian kegiatan perencanaan yang sesuai sebagai

berikut;

Data apa yang tersedia ?

Apabila pengumpulan data dasamya baik, seperli peta, daftar, dan survai sosial-ekonomi telah tersedia,

mungkin hanya perlu melakukan pemahamam pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan guna

mengidentifikasi fokus pembuatan program, atau langsung bergerak ke pemahaman pedesaan dalam waktu

singkat melibatkan peran-serta, dalam hal mana masyarakat menentukan masalah dan prioritasnya, dan

melakukan identifikasi sumberdaya serta pemecahan yang mungkinkan.

Gambaran program apa bagi daerah tersebut ?

Apabila fokus pembuatan program sudah ditentukan dan sifatnya spesifik untuk tiap sektor (misalnya

pendidikan, kesehatan), data data dasar dapat juga sangat terfokus. Karena masalah umum telah

diidentifikasi, tidak diperlukan lagi pemahaman pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan, tetapi

pemahaman pedesaan dalam waktu singkat berdasarkan topik dengan suatu pengumpulan data dasar

berdasarkan topik bermanfaat guna menentukan kebutuhan spesifik dan mekanisme penyampaian yang

mungkin dilakukan.

Tergantung pada prioritas yang ada di masyarakat terhadap topik fokus, masyarakat dapat dan berkemauan

untuk melakukan banyak penelitian data dasar atas kemauan mereka sendiri, dengan petunjuk terbatas dan

dorongan petugas (pemerintah). Sebagai contoh, apabila pendidikan menjadi fokusnya, masyarakat setempat

dapat membuat daftar anak usia sekolah yang tidak bersekolah, mengidentifikasi alasan mengapa anak-anak

tidak bersekolah, mengidentifikasi lokasi yang sesuai bagi suatu bangunan sekolah baru, dan mengusulkan

pemecahan yang mengarah ke masalah lain seperti nutrisi sekolah dan ketentuan keseragaman sekolah.

14

Page 56: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

If''

,}jy?iit«rti, niUr.f>dmira—I^

-^^j.

J«. i9 .w%.%

,

^sj

rn»fb «i£b <wfo^csujtiM?f*^

iiifiitii^'fM am i^. ,iitSi&“

iwisaita^ «iM( 0Siaft l$|^ -‘»^^ (gi^Ab fis«'bi)CKi..(i*fn6rtB^

Aii imMiii^ i^i .fe 1^. ><^4int53M> ^3V.9iy ^t»« o^i)<»q

O0ij^:s?, sfeyqtro^'

m

4^^“*

.>,, ®-' ffi^ , ,

. ,|^

imqof. ,fft^R|i<wq^te^'^ ^s»^^-^^

t^M 3fi8X isi»ttTf>l«« dcItssaop^^TOf

fi/fi&ibmmm rrsl) RVfsb^^K. >fe^t^<{ i^(j$$:m:i^tm^

r^m \ •

^ITMlI'ifiirif"

j^^-ttii- |i^ar ;, isxlfl®: .,|i^ ««b nei Jiii^ifatlA

Kfiuit :md^' lihacj. p^o# ni;i:

"''

aeiAiS<W^

^^

.a..j

'"

-.,/l^-,;

"•^'ii«r.l^i/4);'ie5^;#^ ;«un30^f .,

3ij^ fgal 'iiW^2«4i4lm<>64b

i*Uafr 4^.'flisl^ m«nirtert«ii|t

^ x^smmf^xrn

/KSJi 'iOi«fi*‘H

i4qmal5>f i1)^almia

naJiutiiffri'-iim

;jJiidrtiKwn J^qab'.'iihfi^gp^tti'nii^i^pnM^e:^^ ;mtd(mmms^utufftm ffflb

rtulftO -

Page 57: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

* Apakah rincian setempat diperlukan untuk tiap kasus ?

Setelah kegiatan pcmahaman pedesaan dalam waktu singkat bersifat penyelidikan mengidentifikasi masalah

kunci dan kelompok sasaran, dan pemahaman pedesaan dalam waktu singkat berdasarkan topik telah

mengidentifikasi intervensi program yang sesuai, perluasan program dapat pula dilakukan ke lingkungan di

dekatnya yang mempunyai keadaan serupa tanpa harus melakukan pemahaman kembali. Hanya pemahamansingkat mungkin diperlukan guna menentukan apakah keadaan kuncinya sama, dan bahwa daerah baru

termasuk "wilayah saran (recommendation domain) yang sama sebelum masuk ke rincian "pengumpulan

data dasar berdasarkan topik yang melibatkan peran-serta" dan perencanaan. Konsep "wilayah saran" yang

dikembangkan dalam penelitian sistem pertanian mengacu pada suatu daerah geografis yang menggunakan

seperangkat rekomendasi dasar dan pendekatan pembuatan program yang sama (McCraken, 1988: 55).

* Pemahaman berimbang dan peran-serta aktif:

Pemahaman dalam waktu singkat memerlukan petugas yang bertanggung jawab bagi perencanaan

pembangunan masyarakat pedesaan, mengamati keadaan, dan berbicara langsung dengan kelompok sasaran

yang potensial. Pemahaman dirancang untuk menghindarkan ketimpangan informasi dan mengungkapkan

aspek-aspek kemiskinan yang tersembunyi, sering mengubah sikap petugas yang sebelumnya biasa melihat

ke bawah ke arah rakyat miskin tanpa didasari pengertian akan kesulitan mereka. Pemahaman mempunyai

manfaat edukasional diluar manfaat data yang lerkumpul. Hal ini merupakan alasan yang baik guna

pembuatan pemahaman yang teratur, unsur-unsur yang diperlukan dalam perencanaan dan pemantauan

pembangunan pedesaan.

Pada saat yang sama, petugas dari luar tidak selalu harus mengunjungi suatu daerah guna memperoleh

informasi mengenai hal ini. Peran serta setempat secara aktif, dibantu oleh petugas, pimpinan desa, atau

oleh LSM, dapat merupakan cara efektif guna mengidentifikasi masalah dan pemecahannya dan

pengumpulan data data dasar dengan tambahan manfaat dari pengembangan kemampuan setempat dalam

bidang organisasi dan perencanaan, pembuatan program yang lebih berkesinambungan untuk jangka panjang.

Namun, karena ketimpangan informasi seringkali masuk ke dalam periemuan masyarakat, bahkan pada

pemahaman yang telah dirancang bersifat "keperan-sertaan", laki-laki dibanding dengan wanita, dan orang

kaya dibanding orang miskin tetap cenderung mendominasi acara.

Pemahaman dan pengumpulan data dasar yang sengaja disusun untuk menghadapi ketimpangan informasi

dan mengidentifikasi rakyat miskin dan kebutuhan mereka dapat bermanfaat dalam pemantauan kegiatan

pembangunan masyarakat dan meyakinkan bahwa orang miskin tidak terlewatkan atau ditiadakan.

Pemahaman oleh pihak luar maupun peran-serta masyarakat dibutuhkan, dan perimbangan yang sesuai akan

tergantung pada beberapa faktor lain sebagaimana diuraikan di atas.

Kebutuhan penelitian saat ini, dan alasan pendekatan yang diambil, telah diuraikan di atas dalam Bab Satu sebagai

data dasar untuk pengidentifikasian yang lebih tepat akan kelompok sasaran, menitikberatkan pada rakyat miskin,

mecakup semua sekior utama (yaitu tidak terbatas pada satu topik), dengan peran-serta masyarakat dalam

pengumpulan data tetapi bukan pekeijaan perencanaan yang melibatkan peran-serta di tingkat seluruh desa atau

lingkungan pcmukiman.

7. PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASASARAN: TEKNIK-TEKNIK YANG DIGUNAKAN

Perangkat leknik yang digunakan untuk pengumpulan data diuraikan secara singkat pada bagian ini. Informasi yang

lebih lengkap dapat diperolch dari petunjuk latihan yang disiapkan oleh PPWS (SRDP). Prinsip kunci pemahaman

pedesaan dalam waktu singkat adalah bahwa sejumlah metoda berbeda digunakan untuk melakukan uji-silang

informasi dan membantu meyakinkan bahwa, walaupun cepat, data yang diperoleh dapat diandalkan. Prinsip ini

dikenal sebagai "triangulasi" atau menggunakan tiga metoda, memperoleh tiga titik pandang dan sebagainya.

15

Page 58: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

ll"'

"’

liRilJ«.<fl»,»tf:«U*fWb!«5^^ 4»S5tK«Mi i»J?fcw

r'*. ^*»f5rs-

Jk iwaffQ^:ir.4«4

If m^w ^?T#5p*M 'vtB*v k ^ ''^ T^’Sl*^ T^'T'.. '\\y' ” —-5SI

V?»

tf.*

^(m "n4W»

'®V ’VM

sa

(ttiwjw .MiiMo#,»utii7s3<>' jj^iTS^^i:,rSfi'..S!Hi<...

_ ..^ i-

M-

£«*'

.i»<4T89Jl fm^&it»f?*m(qf

.neiCJit

'fimii

itMmt&t>

net;

WMk3tivV^U;;DC1

. .e

.iisRlik ijsijftb (}/xitan4:<*^. ; »^"^.liur^;

9lL ..'^ ... '»& I mIt- ' " • .. :«^b^Aub _^CI. . I ' tfSI!. —V.^ - j

.i'

Page 59: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Rembuk desa*

Kegiatan pertama di tiap desa adalah rembuk desa yang dihadiri oleh petugas desa, kader (seperii kader

Posyandu, PPLD) dan wakil-wakil kelompok khusus seperti wanita dan masyarakat dari RT yang lebih

terkucil. Satu atau beberapa peia menggambarkan desa dan dusun-dusun, dan berfungsi sebagai dasar bagi

diskusi mengenai daerah pemukiman masyarakat; fasilitas seperti sekolah, jalan, dan jalan setapak; kegiatan

dan program; serta masalah dan potensi di berbagai daerah di desa tersebuL

Pada pertemuan ini, disusun suatu agenda untuk mengunjungi lingkungan pemukiman di perbukitan, dan

pimpinan lingkungan pemukiman (kepala suku, kepala RT) diberitahu mengenai kunjungan ini.

Kunjungan ke lingkungan pemukiman tingkat Rukun Tetangga (RT)

Tim latihan dibagi menjadi dua kelompok (tiap tim terdiri dari lima anggota) agar dapat meliput seluruh

lingkungan pemukiman di pegunungan. Tiap tim mengunjungi satu lingkungan pemukiman tiap hari, dan

meliput sekitar lima lingkungan pemukiman selama lima hari empat malam. Malam digunakan untuk

melakukan wawancara yang lebih mendalam dengan penduduk di lingkungan pemukiman tersebut dan

anggota tim bermalam di rumah salah satu penduduknya.

Perkenalan

Setelah tiba di Uap lingkungan pemukiman, tim memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kunjungan

ini kepada masyarakat yang dikumpulkan di suatu rumah yang disediakan sebagai tempat pertemuan.

Umumnya sekitar 50 % dari penduduk laki-laki lingkungan pemukiman menghadiri, bersama dengan

beberapa penduduk wanita.

Pemetaan

Kegiatan pengumpulan data yang pertama adalah menggambar peta lingkungan pemukiman tersebut. Peta

ini digambar oleh penduduk, umumnya di tanah, menggunakan batang atau potongan kayu, batu, daun-

daunan dan biji-bijian sebagai alat dan penandanya. Di peta digambari jalan setapak, sungai, sumber air,

daerah hutan primer, hutan sekunder, padang rumput, perkebunan, serta tiap rumah. Dua anggota tim

membantu penduduk mengeijakan proses pembuatan peta ini selama sekitar satu sampai tiga jam.

Pendaftaran lengkap

Dari rumah-rumah yang digambar pada peta, dibuat suatu daftar semua kepala rumah-tangga (kepala

keluarga) di lingkungan pemukiman tersebuL Daftar ini kemudian menjadi dasar bagi kegiatan

pengumpulan data lainnya.

Data dasar rumah-tangga dan indikator ekonomi kunci

Anggota tim membagi nama-nama dalam daftar, dan menggunakan dua formulir sederhana (blanko),

mengumpulkan informasi menengai tiap rumah-tangga. Apabila wakil rumah-tangga tersebut ada di tempat

pertemuan, mereka langsung diwawancarai. Apabila tidak, sebagai gantinya, tetangga atau saudara atau

Ketua RT yang mengetahui tentang anggota rumah-tangga dan kebun mereka memberikan informasi.

Dengan menggunakan pendekatan ini, data dasar diperoleh dari sekitar 90 - 1(X) % dari jumlah seluruh

rumah tangga dalam waktu satu sampai tiga jam (tergantung jumlah rumah-tangga).

16

Page 60: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

|fi<^f4i'j|iH|‘< TJ^^,,^tSfc fftkctP'^'liftl Nil) AajK^’^^iSXiWffl*^

%(kr ii»^ iKSfiSto#- *e®S|^>K4 in^ i^;# ,p.||t^iiiilj|)9W mii%; 4i Adt.

fi>t*tr*u4> >,«aMft %r.(--' :’0m1M

nab

t I

IHjBEPTIElTBrMTr-'V, '"o' '‘..

'

:<ifl' '.ui'i/ii-oq

ftf' ••' ''..i}-< '.

’ .ST -x^, isw ,

• •^^'•t-aK3 _-,,„y,|i.

3<u^mi ngimt^}b' 'am,iij6mT0' mi0(iimm '

’ W#; ^ icJr'^****^

U: :.%’’^si?

'**^-**iYiillM fTIffr"'''"” % ''iJ!

ibL''' JK''-

' .

' ., •..

r*r.

1st 'ibltes'WW ujbidirtattt'

'l}nM''"'

'! "i&. im’

-

'"...'te-

---sii

'.Aa '

!t^:'i]fe)^J'’'''.'

'-''OSilf

,

:ib".

rSi-'-a

'm

iMiwitt-ilewih

.Er,:'

^- n^wfTpttJ ii;^_

’^0*^^ ;i2^ ,Jl)l*iJ*r,j;nj^

',|T® f '»

4ir-^w^'

'''

W^" 3

Page 61: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Diskusi kelompok: wanita

Sementara proses pengumpulan data berlangsung, suatu kelompok diskusi dilakukan dengan dihadiri oleh

semua wanita yang ada. Topiknya meliputi pekeijaan dan sumber pendapatan, kesehatan dan pendidikan.

Dalam kelompok diskusi yang memfokuskan masalah wanita ini, wanita-wanita yang ada tidak bcgitu malu-

malu dan berbagi banyak informasi dengan anggota tim. Umumnya seorang wanita anggota tim yang

bertanggung jawab untuk diskusi ini.

Diskusi kelompok: umum

Sebelum penduduk kembali ke rumah masing-masing, pertemuan penutupan dilaksanakan untuk

mengucapkan terima kasih kepada mereka atas keijasama mcreka, dan menanyakan pandangan mercka atas

masalah dan potensi lingkungan pemukiman mereka. Topiknya meliputi masalah ekonomi, f>endidikan dan

kesehatan.

Wawancara semi-struktural yang lebih mendalam

Sementara kegiatan-kegiatan seperti disebutkan di atas berlangsung, atau pada sore hari dan malam hari

setelah sebagian besar penduduk kembali ke rumah mereka, anggota tim melakukan wawancara yang lebih

mendalam dengan penduduk setempat dan pimpinan mereka, baik wanita maupun laki-laki. Wawancara ini

mengikuti topik dan sub-lopik yang sebelumnya lelah disepakati oleh tim, namun mereka tidak mengikuU

suatu format yang kaku. Pewawancara dapat memberikan respon terhadap informasi yang diperoleh, dan

menggali informasi tambahan apabila responden mengemukakan suatu masalah yang menarik perhatian tim.

Topiknya meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, sejarah riwayat lingkungan tersebut, pola perubahan

penggunaan sumbcrdaya, pola kepemimpinan serta kebiasaan dan adat setempat.

Transek

Ini merupakan suatu gambar diagram untuk menggambarkan kondisi lapangan lingkungan pemukiman

tersebut, dengan karakteristiknya seperti kemiringan, tanah, tumbuhan alami, tanaman budidaya, masalah

serta potensi yang ada. Ini dibuat berdasarkan pengamatan serta melalui diskusi dengan penduduk setempat.

Pengamatan

Anggota tim menuliskan Catalan mengenai status lahan dan tumbuhan yang ada di atasnya, rumah-rumah,

tingkat kesehatan lingkungan, kesehatan secara umum, penyakit kulit, serta ketersediaan air bersih. Mereka

juga mencatat aspek-aspek proses penehtian, apakah masyarakatnya santai atau gugup, terbuka atau malu-

malu, dsb.

Pembuatan ranking kekayaan

Kegiaian ini dilakukan oleh penduduk yang membantu anggota tim di suatu tempat yang tenang tanpa

gangguan. Kegiatan ini hams diulangi dua atau tiga kali di tiap lokasi lingkungan pemukiman oleh

responden yang berbeda (misalnya wanita, laki-laki, kaya, miskin), namun karena keterbatasan waktu,

kegiaian ini hanya dilakukan satu kali.

Penghimpunan data

Setelah empat sampai lima hari berada di suatu desa, tim menggunakan waktu satu hari untuk menyusun

bahan-bahan yang terkumpul, menuliskan Catalan wawancara agar lebih jelas sehingga dapat terbaca dan

17

Page 62: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

"f "f,

ft

.Q *-1^ ^

jv BlUiw ;?Ioqinoli»}| Uri>?2i<|

rtilo WfcSftUj (Uwte;4tfli^ iw<iftsH» umm *aafc

tuJ'ibibivjr, fji^» l^Jito^^^JC8i^ VjrfrnlA ftfih .sb« cjin^:«wff

“OlAfli iIsliSliBi |/ir/ iaoJia^ ^oq/ncrta^T**^

^{tA-{ mil WKMi'jiM .mi* >5^-56® '

-- ^ M <?AweistL

laeuimjtt ;

•iumy H^tquisms^ fiSumorua<j a< i£«iS»5i Mintmfi-‘

nwj*«Anvrt' ‘ • -* - j -

.•*

'i?; fiai>(vejlii)ib«:2^,i

ir4|Ki.’6miq n&Mxiiiufyiti a'

(W| .imoacMia ^tasB^iQ nsb^ j|. ^

K

S^;i)

lii|li'tt)li!^ kvawtttkWk .ill,

)S!^.- ^ is .'^,

ivut itckin tiisbi hSil •

ifidjH ^^a}^5^^^v8w ^t.,ti5S#9({ uaad nsl^js^ ctebja*

Hu^i^m #11^ ffU<rf9«|,Twir4'*® by;fiai*dKti

flflb ,49fmaq'di .u:^ isimdl jmt -X'

Jii<trB^)9i nosn;

na*ci:^wni'^ aaiBa n&-)^fiism^

dateitam . .)udM

mW-I'

y-mjfn

.t.§A-. jhwA#'' ’ ', ’'^.^an^:<'9 »TBr.j!4s«^.;":3B9

if -»^; © B- ./ .,• ^ .-

y$

tSi

r W '

’^: n g .«.

nsisinsdni^

fv ^r |%}|ifcij|#d^‘4'i^gt>fy^'ii ijsjfjjjir

rT '.cai '3.. .19

C o'

^'-3 / ®r

sqnu ^r.ftn.'U^ ul®«v lb mkt im>feg'aj t'WiicJmaint $ne/ |s«i*^i6iifi tai rtu^gsX'

, ^ rtalb /lacttlium^ afl3®iX4oil. i^ol ^.ib usjtg mh IgnBuili iirtfid w» C.h»i*4^^'•s .tfoiiw ^ictfUKlifttiM’ '» f(<Mif\(id'?telinM^ia'v .Wiadw e-erifaghi^;

‘ -*.:.-,-.i-Mi -MBmijiu^(i»®m iuwiu oan >S?^ i«9U2 U^Bmaif tiA/t mftii mmm )ru}m«Ja^sZMib » .t^.M Hki*b liQ^Jiikfexj vtatei (I»»!:*( wa« (tfeioiR? naisifbiviMTif ^liiQpioJtsa gfUi’^.TKdiitf'nedaf

y"

.1 «"

'

kq

Page 63: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

digunalcan oleh anggota Urn lainnya, dan menguji peta-peta serta foimulir pengumpulan data untuk

meyakinkan bahwa semuanya jelas dan lengkap.

Analisis data

Setelah menyelesaikan studi di tiga desa, tim kembali ke Palu dan mulai menyusun serla menganalisis data

tersebut. Proses ini meliputi beberapa langkah.

penghimpunan data rumah-tangga yang dikumpulkan pada formulir data untuk setiap RT atau

lingkungan pemukiman ke dalam tabel-tabel yang sederhana, memeriksa kembali catatan

wawancara, dan menuliskan uraian mengenai lingkungan pemukiman tersebut (laporan RT, lihat

Bagian Dua)

memasukkan data kuantitatif dasar dari tiap RT/lingkungan pemukiman ke dalam tabel-tabel desa

(lihat Bab Tiga)

memeriksa kembali laporan-laporan RT serta tabel desa serta catatan pertemuan tingkat desa guna

mengembangkan suatu analisis desa secara keseluruhan

membuat ringkasan mengenai informasi kunci yang diperoleh yang berkaitan dengan

pengidentifikasian kelompok sasaran, dan memberitahu pengambil keputusan tentang dimana orang

yang paling miskin berada, apa saja asp>ek-aspek kemiskinan yang mereka alami, serta beberapa

pendekatan yang mungkin dapat digunakan untuk membantu mereka (lihat Bab Tiga)

Apabila diperlukan, langkah yang lebih rinci dalam analisis dapat dilakukan untuk identifikasi atas rumah-

tangga yang paling miskin di dap lingkungan pemukiman. Proses ini menggunakan sislem skor untuk

menghitung modal dap rumah-tangga yang termasuk dalam data indikator ekonomi dasar, dan

membandingkan skor-skor ini dengan hasil kegiatan pembuatan ranking kekayaan.

Apabila ada kesesuaian yang dekat antara data indikator dan perankingan kekayaan, hal ini menunjukkan

bahwa baik inidkator kunci yang dipilih maupun kualitas informasi yang diperoleh dapat diandalkan dan

dapat digunakan sebagai sauatu dasar bagi perencanaan di dngkat RT/lingkungan pemukiman. Apabila

kesesuaiannya ddak baik, hal ini menunjukkan data tersebut ddak dapat diandalkan. Secara umum,kesesuaian antara kedua sumber data cukup baik, dan indikator ekonomi rumah-tangga serta data

perankingan kekayaan dapat digunakan dengan yakin.

Mengidentifikasi rumah-tangga dan RT yang paling miskin adalah penting terutama untuk pemantauan,

karena orang paling miskin seringkali ditinggalkan dari kegiatan proyek serta manfaatnya, dan perhatian

khsusus diperlukan untuk meyakinkan bahwa mereka berperan-serta dan menerima manfaat sepenuhnya

sesuai rencana.

18

Page 64: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

.^i V. 1 ‘

,

.

' -

';.a jB. W” m

*

I aMn j *•„

'

ftmb ns*ii«<tt^4n»ni ojl^ flui(t^V>3m fclutm Ofifc uf«^ s^. lltsros^jsl. roiJ;,;pt5fe

'. ^

S V''

’‘31 ' ^5 . ''ai .' 11^ 3!

tmia TJ^’ ^.bitJSs -iififtMi 6i*ij i?1bninc^f'':(Sli!mj^ w^|;2»»!li»'"*

O«JrtJ*0 hf^h'^6^- MWi&tfe «iJf

/flrtil ,TJfli,««iij>(i*i)-_iut^lll«ll' m ijmaSfK# «Sii«

tufa i«M-l3i#(k'ra>ilra «i-hE^l:linmrnKjw4tnil\t4(iM tb«IBinitf'iisk.awii^im

:S; '•'

''ill

®-'..V i' ™ ..irs”- * UP-., -

,f

;#ij21®»/2 Hi

m-if'

K?'-''

... .(obwtwj .» -’'—to®

n,’’

'

•ns®!

;.')?«'•„

..'

.'iT^

4:'

:

Wj.«l[

'* .’.

'

?/: :i

Page 65: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

BAB TIGA

PENGIDENTIFIKASIAN KELOMPOK SASARAN - BASIL

Telah dikeiahui sebelumnya bahwa orang miskin dapat ditemukan di seluruh daerah SAD (desa desa sasaran), namun,

aspek kemiskinan yang dialami dan cara mengatasinya berbeda. Bab ini menyajikan temuan kunci yang berkaitan

dengan pengidentifikasian kelompok sasaran di ketiga desa yang terliput dalam penelitian. Temuan kunci ini

menunjukkan bagaimana indikator kunci dan informasi atas kecenderungan atua proses perubahan dapat digunakan

untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang paling dipengaruhi oleh kemiskinan dalam berbagai aspeknya,

dan penggunaan indikator ini untuk membandingkan ketiga zona dan ke 26 RT, Penerapan untuk perencanaan

program ditunjukkan disini, diselesaikan dengan saran saran di Bab Empat.

Sumber informasi bagi pengidentifikasian kelompok sasaran adalah tabel-tabel desa, yang memberikan ringkasan

mengenai informasi kuantitatif, catatan lapangan yang berisi informasi yang diperoleh dari wawancara yang lebih

mendalam, dan laporan RT yang disajikan di Bagian Dua yang ditulis oleh tim latihan serta menjelaskan latar

belakang dan analisis tiap RT.

Persentasi di dalam tabel-tabel desa memberikan petunjuk cepat pertama guna mengidentifikasi sasaran yang

potensial: RT mana yang tingkat kehadiran anak-anak di sekolahnya rendah, angka penduduk yang buta huruf-nya

tinggi, ekonominya lemah atau kurang aspek anekaragam dan sebagainya. Sebagai tambahan pada persentasi,

jumlahnya juga penting; RT yang lebih besar mungkin hanya mempunyai 30 % penduduknya yang buta huruf, namun

dapat mempengaruhi 50 orang, sedangkan RT yang lebih kecil yang mempunyai penduduk yang buta huruf sampai

50 %, hanya mempengaruhi 15 orang'.

Apabila jumlah RT yang lebih banyak hams dibandingkan, dan diprioritaskan suatu campur-tangan atau intervensi,

sistem skoring secara kasar yang meringkas data kunci dapat digunakan untuk membantu pengambil keputusan guna

menyimpan kepingan informasi di benaknya secara serentak. Sistem skoring yang digunakan dalam bab ini

membandingkan enam macam data. Kehadiran anak-anak di sekolah dan penduduk dewasa yang kenal humf sebagai

indikator keterkucilan; produksi jagung dan padi sebagai indikator jaminan pangan dan kualitas lahan (padi hanya

dapat diproduksi di lahan yang lebih subur); dan produksi bawang merah serta tanaman keras sebagai indikator

penghasilan (cash flow) guna memenuhi kebutuhan dasar seperti pakaian, pengobatan, minyak tanah, dsb. .

Skoring didasarkan pada persentasi mmah-tangga tiap RT yang memiliki modal atau kemudahan tersebut: contohnya,

kalau 0-9 % kk di sesuatu RT memimiliki tanaman padi, skor padi di RT tersebut adalah 0, 10-19% skor 1, 20-29%

skor 2 dst. Begitu juga dengan pendidikan: kalua 25% anak usia 7-12 aklif bersekolah, skor pendidikan RT tersebut

adalah 2 dst. Untuk pepohonan, skor didasarkan pada persentasi mmah-tangga yang memiliki jenis pohon yang

paling dikenal.

Pendekatan sistem skor ini didasaiican pada masyarakat, dan memfokuskan pada keadilan - bagaimana pcnyebaran

kepemilikan atau kemudahan (akses) terhadap modal (pendidikan, tanaman dst) tertentu di suatu zona. Skoring ini

tidak mengukur jumlah produksi - berapa pohon yang mereka punyai, setinggi apa pendidikan mereka dsL Untuk

lebih rinci dan untuk pemahaman terhadap situasi tiap RT, perlu mengacu pada tabel desa dan uraian mengenai RT.

Sistem skoring pangan dan uang paling akurat bagi daerah perbukitan, dimana pertanian mempakan sumber

pendapatan utama. Skoring ini mungkin tidak begitu berguna untuk daerah pesisir dimana pendepatan dari kegiatan

bukan pertanian (non-farm) seperti bumh, perdagangan dan gaji pegawai lebih menonjol; hal ini menjadikan zona

Perlu dikeiahui bahwa tabel kep>endudukan metnisahkan jumlah penduduk berdasaikan kelompok usia hanya untuk populasi yang telah

disurvai - suatu p>erseniasi dari seluruh rumah-tangga di RT. Untuk mengesiimasi jumlah penduduk yang berusia aniara 7-12 tahun yang

sebenamya, atau penduduk dewasa yang buta huruf di suatu RT, jumlah yang ditunjukkan dalam label hams dibagi dengan persentasi popxjlasi

yang telah terliput dalam survai di RT tersebut (ditemukan dalam Tabel 1 untuk tiap desa).

19

Page 66: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

r'

adit 0A«

aiaAH • HAilAKAg

1^1

.ttUingiK

\ni

^ tswuf .(H

3Y«3teq4c Mo Sf»^t mdr.u

^(^''' awiNKMmq iui/to jMsp;^^ ^ «* pfil,

,

m^^H' ' fiE®' =«-' ^ 1 ,' 1^']^. -

ne«m3(^h fisedhidmcrti (1|^M ntrao^

ffklal soax Jseli Brifit 'si

8)(vy i?iwlftt|f<i^ji0Skfn mt$ US ili^

«Xn*luTUff wu<rs«Rt. .itebwi. ,>

nuiruin

ll^mM

sc a

Virwil mi^.

i’{ri*^‘'rf|<iaj!_-8f»f T^'jtalr

'j, -i>' '

• iW

Tfi, 01 '

,. iif‘

, _r, aT^^Wk^:.^ -, ;^L, ,

' /.V!T .^--£.*,::i«'SWPP e»pv.'fanwaim mi «uUi ,,f?ft«^boi#te:

IPiia'nt^iiUmtatit*' """ "' ‘ ' '* ' ' '' ‘ " mm

- ,ili’i'rf'

f{^ ..; ."iKv, ,<' Jiff -ijiuiafiSi' — . ,1 ./ .

II

p- M it.'

mrMssff-

__ i^-^\

Is t«^»trtifiS^Ii!*4^ mtiiSiitamianJm s(W£^,

„ MiUfliwJ T« Jjife

1^'

® Ea

r.,.-^'

di

m.w

^ E® .'' ' " 'e; f.

.?>'~

^-, -,-oa -/«<

oin0aj(<i^

im initt^z^ 'tJcrt^iradf UOS®

itiimU.' jjli' * tfe*ft><m‘''((f«i^4-^

^ ^,i

<,#>,

9«te'i<>f>i«»y:;*mmm'i« itti'

4»iyeoia"''’*wi*)tt <uuik&»c}''L ^Mtvs. n^awtu^Kn fjr|.m

a'SjSi-: _ V'%' ' ;;3

,

o'

*1

|i*«y iu^ 4«.ui* .r„nf4 *'*,; •v^<fan, ±,rM W^-'^•o5l^^|.w.Bt •

Page 67: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

pendapatan utama. Skoring ini mungkin tidak begitu berguna untuk daerah pesisir dimana pendepatan dari kegiatan

bukan pertanian (non-farm) seperti buruh, perdagangan dan gaji pegawai lebih menonjol: hal ini menjadikan zona

pesisir tampak lebih miskin daripada keadaan sebenamya.

Jumlah total di label dipisahkan untuk tiap kategori (pendidikan, pangan, dan uang tunai). Suatu penekanan pada

aspek pangan atau kesediaan uang tunai menunjukkan strategi mata pencaharian yang cukup berbeda. Argumentasi

yang kuat dapat dibuat bahwa kesetimbangan antara keduanya adalah yang terbaik: produksi pangan yang baik

namun dengan sedikit uang tersedia menyebabkan suatu rumah-tangga tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhannya,

seperti pakaian, pendidikan dan jaminan kesehatan; tetapi ketergantungan yang berlebihan terhadap produksi khusus

untuk dipasarkan (seperti coklat dst) menyebabkan rumah-tangga sangat rentan terhadap kegagalan produksi

(terserang penyakit) atau terhadap jatuhnya harga-harga. terutama untuk tanaman keras yang diproduksi untuk

dipasarkan ke tempat yang jauh. Dengan alasan ini suatu "jumlah total" dapat menyesatkan karena tiap RT dengan

skor keseluruhan tertinggi dapat saja tidak memiliki strategi terbaik bagi peningkatan di bidang mata p>encaharian

untuk Jangka panjang. Demikian pula pengaruh keterkucilan pada suatu RT harus letap dipisahkan dari produksi

pangan dan uang tunainya (cash).

Perencanaan secara prakiis bagi zona perbukilan, terutama bagi fasilitas seperti sekolah kecil di pegunungan, perlu

didasarkan pada jumlah penduduk tertentu. Apabila jumlah anak-anak di suatu RT yang jauh tidak memenuhi syarat

untuk mendukung sekolah dasar, apakah ada lokasi di antara dua RT yang dapat menopang populasi yang lebih

besar? Untuk menjawab pertanyaan semacam itu, peta-peta sangat berguna, karena peta menunjukkan dimana lelak

RT yang diuraikan pada label dan laporan di tingkat RT.

Untuk menjawab pertanyaan lain - seperti mengapa di RT tertentu tingkat pemilikan pepohonannya tinggi, atau

tingkat produksi pangannya rendah, perlu mengacu kembali ke informasi latar belakang di dalam laporan RT, yang

menerangkan karakteristika sosial RT tersebut dan keadaan ekonomi dan kendala lain serta kesempatan yang dialami

penduduknya.

Prioritas yang dikemukakan untuk tiap zona hanya sasaran yang potensial dan pendekatan yang mungkin digunakan:

informasi dalam penelitian menerangkan kepada perencana tentang dimana harus melihat dan program apa yang

relevan, namun, suatu proses konsultasi dengan petugas desa dan penduduk RT yang terkait, diperlukan untuk

menentukan prioritas mereka, dan untuk membahas rincian mekanisme penyampaian yang sesuai.

Analisis di bab ini berfokus pada tingkat zona dan RT. Untuk berbagai jenis program, seperti sekolah, pelayanan

kesehatan serta penyuluhan pertanian, tingkat ini relevan untuk suatu campur-tangan (lihat bab berikut). Tabel-tabel

menunjukkan skor di seluruh tiap RT. Namun, di tiap RT terdapat banyak rumah-tangga miskin yang hanya

mempunyai sedikit pangan dan pendapatan tunai yang sangat kecil, dan selalu ada kemungkinan bahwa orang

termiskin dapat ditemukan di RT-RT yang mempunyai skor uang tunai (cash) tertinggi. Apabila dianggap perlu

untuk mengidentifikasi rumah-tangga termiskin di suatu RT, meioda skoring yang diuraikan di bab sbelumnya dapat

digunakan.

Ke-empat zona yang digunakan dalam penelitian adalah pesisir, kaki bukit, pegunungan lengah dan pegunungan

dalam. Tidak dapat dipungkiri, akan adanya kasus-kasus yang dapat dianggap "perbatasan" (borderline) yang

mempunyai karakieristik kedua zona yang berbatasan. Kriteria utama tiap zona adalah sebagai berikuL

* Pesisir: dataran f>csisir, dapat menjangkau (aksesibel) dengan kendaraan ke jalan raya Trans-Sulawesi, dan

dekat dengan pusat kegiatan desa.

* Kaki bukit: di ujung dataran pesisir dan perbukitan; sebagian besar mata pencahariannya mengarah ke

perbukitan; agak jauh dari pusat kegiatan desa; sebagian mengusahakan rotan.

20

Page 68: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

V.Ufcswjl j1«oWS itrtna finug?s-i u*i35^ M 4nBSW

a^iw awttfe*l(w« ^ U:i ^ ^M8f35^>gl^^ ,i;f»ip{f: frw«a^mKO.’

—.

i'.r

,^'j7»(mfsi9i'^ liailbq.

.

'.

'

^. ],>.

nftfiH)b<t4q u^tuiZtetjai

lrtia:^raii|iA ;yKi“4 rtaaiute;if aJBCni

fitri rotgojii deltas h>R4<«t

,ii^ft«iu^mkpat ,

-1

vtAn^ »tij#60iq ^

|

Juiim «i}iij*K>rri{}> jai?f -eA:)s^ rcyfirsiui 5u.‘»fw uiiW' snioj^l)

T5! Dmyd nBv}rt^a«»m '’' rlteala n44^3 )n^^ x«3h»wjit)

. ^Bihsuilio^oc} '£1^^'^ jH tstiilifwf^i Jjfiii'i/’ liipi i(5^ii! ni-.iiirts^djsj^p.'^-?

tefcubp'^ i*MU)

t'.

:-Ti>^ -e ^

h

r-.ri,'.

'i*' ^ 1^.-'*^-

’’*^

'• "7-jj;?5

i&iai .g/isv hdxftm ,«i^

SB SflyW; ,

.a'tJiMM ® .'^

'

. ^

%- •^ ^ '

twuft^ rijKS)^ ttnnB«od«xp^ dsv/s0^^^ftU

anav m£kb il>

tm&'laib- gf»y; fl'utfiqippid^ .^4^;r1&}.

,g' MUiaMBd ?Si,..' ;%ai:iiaii;

'... ._

'

"*' '"

1.^'

!P

33^

!f?S ^ iJT'Tft^ ^.' ,', ^ ,M«

H.ta^ i&mrn

iifiKjiia ,tp»4<iui Afew^ ieio'hjyi iflf 'Jp# Jb e«»J»^

-TofJ.«i?4«kT dmi iM).

iP^TWl Sfl,W(.rai^BC-'r-ai -

njsd5{5«>iins^ 'g^ m iiMbm: iefpgavo n %v\^ qa^j^fi^i) aUtii^A' i&Wi;.8iV4 *n»X (w Mi<K,n«^ >sq«lf

ipQeb.»^r»A»<l»idk d«j Jb nl^ -'

Ia

Itoadi^ rtftfok snos 1?ii» siiwifl^

atb.*»^4b^ienr»T axer naJ«t,93f

K«^

ai npb v^p«l o^ 14 I4a)t

’'Zr*®'

jft*. sfl

'T'"

"^'

»3M

Page 69: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

* Pegunungan tengah: sebagian besar penduduknya mempunyai rumah utama di dalam zona, dan merupakan

petani tetap dengan mata pencaharian sampingan tidak seberapa (mencakup rotan). Lama perjalanan ke

pesisir antara 1,5-4 jam. Lahannya merupakan hutan sekunder kecil, semak dan alang-alang.

* Pegunungan dalam: penduduknya sepenuhnya beitumpu pada pertanian, dan lebih condong pada lanaman

pangan sebagai sumber nafkah daripada tanaman yang dijual. Sistem "pengistirahatan" lahan lebih lama,

5-15 tahun, sehingga hutan sekunder suai menengah cukup predominan. Terdapat sedikit hutan primer.

Rotan menjadi salah satu komoditi yang diusahakan.

Suatu ringkasan distribusi penduduk antar zona dapat membantu menunjukkan arti tiap zona di desa-desa secara

keseluruhan.

LABEL 1: DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN ZONA (RUMAH-TANGGA) - TIGA DESA

E’eya Ulatan Palasa

Pesisir 129(34%) 205* 253*

Kaki Bukit 89(23%) 122 24

Pegunungan tengah 161(42%) 96 208

Pegunungan dalam 0 47(187?) 215

Jumlah zona perbukitan 250 265(405?) 447

Jumlah rumah-tangga seluruh zona (RRA1992)

379 *** ***

Jumlah rumah-tangga (Kecamatan Dalam

Angka, 1990)

294 470 700

Penduduk desa Ulatan di daerah pesisir dapat diestimasi secara kasar dengan menggunakan jumlah penduduk

desa dari Kecamaian Dalam Angka 1990, dikurangi dengan yang terliput dalam RRA 1992 untuk daerah

perbukitan, yaitu; 470 - 265 = 205. Untuk Palasa Tengah, menurut statistik Kecamatan jumlah jiwa adalah

3550, yang merupa sekitar 700 KK, dan dari jumlah itu dikurangi jumlah KK di daerah pegunungan 447

untuk jumlah kasar di daerah pesisir 253 KK.

Dilaporkan masih terdapat 140 rumah-tangga di pegunungan dalam yang termasuk bagian desa Ulatan,

namun belum diverifikasi.

Jumlah seluruhnya belum diketahui, karena RRA meliput daerah pesisir secara lengkap hanya di zona pesisir

desa E’eya

ZONA PESISIR

PENDUDUK

Karena fokus utama penelitian adalah pegunungan tengah, data lengkap akan rumah-tangga di zona pesisir

dikumpulkan hanya pada salah satu dari ketiga desa (E’eya), untuk pembanding. Di E’eya, 34 % dari penduduk desa

(129 rumah-tangga) tinggal di zona pesisir, di Dusun 1 RT 1/2, dan Dusun II RT 4. Daerah PKMT di desa Ulatan

21

Page 70: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

I&PS

bs

3 J

mJ0^ino^n <ieijl^vss nwlst’ »5j »Ut«un tBXmK(QiBmrra4U>j:4^ :s(u|»$t *|

oi ttfi«inJsi>?Ki «(iuui quitsoirtm) aqprt^dai myi^joiirmjr^d^ti^ mm ne^fidj qaa>

^Kiaa-^tnls nail Xcrtjoe 'vs&iiciM flgjraQOWm avfwsrfe .mi J- i £mm

mmm sUg gfsOlioqQi'iiidai <«a> jcainismq sl>sq nqiiJ^tiod jwislfib

,gmcl dkhl nneiai 3^‘>r msmia^ £!baqraib iNoua >^88®*;^%-'^^

.TBiJihq iwiuri lW<Uui fnqffbvif .qufbuti im f - C ' 4

IT .

'- -.'‘"^.'-fi

tmn& iosb-mAt tfif y«e« tfsb Itic f!(«f3t«inuresm £j,in3(s<i(i^jt-i tms j?Mbflaq riet4fii«i|, ru^igig^ijtffiyg

Pi-;

Aaki Am Am^

i

' dsi:^fib.

4&*£b )«j|i^ai r 'ijf

.

& fpp li»u.'3i;?g

.flwaRJ dab <88^ iSisflii aiahi^qsiKl-

^ ',

"-^-.. —,.ji—w.^ai_ ' -

-..rrimm. _rnelsd'

# majai>q.$a»s ii) fWfiuit-

& a

K».

g'<»'3 fixaijr

.):.: K--:wX1jbS-

^ - % '3*^

xuaud>'.34»

ris ’- .- ,#l -a

fl-m .3HVlUljoq ffltta ib 'iS88J!lb*WlfSfi jiRia&a nd»l2^ ' aaiol tnjTjo^ '

|

til ls22^ j ''^ntj-rti|j|85^

ftzab iuf^^'bna) 1 .(l^**;^ ©a?b ma {Qsfea-eb^fi^r.e^^ nftjjjnnrrdclli^^

nnuifiJ BTst ib TMzet Tl^wj'agi nkb (m<t‘ih

Page 71: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

(dimana hanya dilakukan suatu bagian survai) juga termasuk zona ini karena ke 100 rumah-tangga yang disediakan

pada tahun 1987 yang dimaksudkan untuk pembinaan ditempat (resettlement) bagi penduduk perbukitan (yang disebut

suku terasing) sekarang sebagian besar dihuni penduduk pesisir. Penduduk perbukitan telah kembali ke tempat asal

mereka diperbukitan karena lahan yang disediakan bagi mereka di belakang lokasi PKMT terlalu sempit dan terlalu

kering untuk dapat menunjang kehidupan mereka. Zona pesisir desa Ulatan dihuni sekitar 44 % dari jumlah

penduduk desa tersebut. Sementara banyak masalah program yang dikemukakan disini mungkin relevan untuk

seluruh zona pesisir di desa desa sasaran TTM, saran-saran yang terinci di tingkatan RT hanya berkaitan dengan desa

E’eya.

KETERKUCILAN/ KETIDAK-BERDAYAAN/ PENDIDIKAN

Keterkucilan fistk bukan merupakan masalah bagi orang kaya karena ada jalan raya Trans-Sulawesi; namun beberapa

orang (misalnya wanita miskin penjual di pasar dengan modal sangat kecil) tidak mampu membayar ongkos bis dan

tetap berjalan kaki sepanjang jalan; dalam kasus ini, kemiskinan material mendukung keterkucilan fisik, walaupun

fasUitasnya (jalan dan bis) tersedia.

Keterkucilan sosial ada - di pesisir E’eya, 92 % anak-anak bersekolah namun 41 % penduduk dewasanya buta huruf,

dan banyak yang tidak dapat berbahasa Indonesia. Di RT 4 desa E’eya, yang terletak di tengah desa, tingkat buta

hurufhya rendah, hanya 21 %. Di lokasi PKMT di pesisir desa Ulatan, 43 % dari anak usia sekolah tidak bersekolah,

namun penduduk dewasa yang buta huruf hanya 1 1 %, (sebagian pemah bersekolah atau mengikuti program belajar

Paket A). Harap diketahui pula bahwa porsentasi penduduk dewasa yang dapat membaca dan posentasi anak yang

bersekolah tidak berkaitan: banyak orangtua yang tidak terdidik sangat termotifasi kuat untuk menyuruh anaknya

bersekolah.

Komunikasi antara pimpinan desa dan penduduk pesisir cukup sering, dan pemimpin desa umumnya mengetahui

dengan baik nama tiap penduduknya. Semua petugas desa (kepala desa, LKMD, LMD, ketua PKK) dipilih dari zona

pesisir, dan terutama yang terwakili dalam rembuk desa adalah kepentingan penduduk pesisir (terutama yang tingkat

pendidikannya lebih baik dan lebih kaya). Walaupun dekat dengan pusat kekuasaan, tidak semua penduduk pesisir

mempunyai andil yang sama dalam kekuasaan tersebut. Sistem RT berlaku, namun tidak aktif sebagai suatu fokus

untuk komunikasi dan kegiatan swadaya.

* Peningkatan kehadiran anak di sekolah

Kebutuhan; PKMT Ulatan, sekitar 32 anak

Pendekatan; penyuluhan, beasiswa

* Program belajar penduduk dewasa

Kebutuhan: RT 1/2 desa E’eya, sekitar 170 penduduk dewasa

Pendekatan: Paket A

* Mengaktifkan sistem RT untuk komunikasi dan swadaya

Kebutuhan: RT-RT yang lebih miskin di zona pesisir, yang memerlukan organisasi dan

kepemimpinan

Pendekatan: kepemimpinan dan penggalakkan dari perangkat desa

KEMISKINAN MATERIAL/ MATA PENCAHARIAN/ KERENTANAN

Hanya 7 % rumah-tangga di pesisir di desa E’eya yang tidak mempunyai kebun; 67 % mempunyai dua atau tiga

kebun. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian masih tetap mempunyai arti bagi penduduk pesisir, baik sebagai mata

pencaharian utama maupun sumber pendapatan sampingan. Hal ini juga menunjukkan bahwa kemudahan (akses)

ke lahan kebun bagi penduduk pesisir relatif terdistribusi luas: tidak hanya sekelompok keluarga kaya yang

mempunyai kebun, walaupun produktivitas kebun sangat bervariasi sesuai ukuran dan modal yang ditanamkan. Akses

22

Page 72: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

r „»p.

uiV'

’S^''

jocfoa/b styix) ,ttj^ •‘^sq

JfKi 'liKj;(w»; 9^>iifdwiirf tlisW' «rifessdi»8-' (artfew aiias,^^

jljiliPM Miab ifej^fWMi, mr^i >uihitjiiii/3^^&hiam '

rfieJmo'l •"fttsfa' # f«»ril,Ii>

iwv^few 11^^#' i'nhn'S

«i!Sb riftfuiJiodf

'1^A;ii<a[i0.wsi« mnimi4 J 'AA.

mi Jts5i» tei99oj^ niMt^

,;a..-Jf *

~^

,

itee.v ififib

,., ,^,_ „ ,

, .„ , ,,

.

iteifaQ r^ 4^- '

aSfSfcj,|||;

i^" ' W

3 i-%

im:i^S'<^.' ”W, .'"fflinii

' %

Page 73: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

ke lahan kebun scbagian besar bersifal warisan: 80 % lahan kcbun yang ada sekarang dipcrolch dari warisan, 14 %basil pembelian, dan 5 % merupakan pembukaan lahan baru oleh penggunanya.

Tanaman budidaya untuk diperdagangkan merupakan jenis yang paling penting: hanya 17 % di rumah-tangga pesisir

desa E’eya menanam jagung, tanaman pangan utama. 6 % menanam bawang merah. Tanaman yang paling p>opuler

adalah pohon coklat yang dimiliki oleh 50 % rumah-iangga, pohon cengkeh dimiliki oleh 43 % dari seluruh rumah-

tangga pesisir, kapok dimiliki oleh 32 % rumah-tangga, jambu-mete dimiliki oleh 22 %, serta kelapa, yang dimiliki

oleh 18 %. Pengamatan menunjukkan bahwa kelapa merupakan tanaman budidaya yang dominan di lahan daerah

pesisir, dan rendahnya tingkat pemilikan pohon kelapa bagi penduduk desa E’eya menggambarkan kenyataan bahwapohon-pohon tersebut (beserta lahannya) telah dibeli oleh orang dari luar desa sejak beberapa tahun. Peningkatan

yang menyolok akan penanaman pohon oleh penduduk pesisir tidak bcrlanjut di zone mereka sindiri tetapi bcrlanjut

di kaki bukit dan pegunungan tengah.

Perdagangan di pasar menyajikan pendapatan yang baik bagi lebih kurang sepuluh wanita di zona pesisir desa E’eya

yang mempunyai modal dagang antara Rp. 50 - 100 ribu serta dapat melakukan peijalanan sampai sejauh Sigenti

dan Moutong. Beberapa dari orang-orang ini telah menerima modal dari dana arisan PKK. Keanggotaan PKK dan

distribusi dana ini tidak merata. Hanya 35 orang dari daerah pesisir adalah peserta aktif dalm kegiatan PKK.

Sebagian besar wanita pesisir yang terlibat dalam perdagangan hanya mempunyai modal antara Rp. 3-10 ribu, yang

membatasi mereka hanya untuk berdagang sayur atau membuat kue untuk dijual di pasar lokal E’eya. Kegiatan

ekonomi lain yang dilibatkan oleh wanita miskin termasuk pembuatan belanga tanahliat (sekitar 20 wanita),

pembuatan kasur dari kapok lokal, dan menjaring bibil ikan bandeng

(nener).

Wanita yang diwawancarai tenarik pada penanaman pohon dan menunjukkan ketertarikannya yang sangat kuat untuk

memiliki pohon sendiri, "jadi hak kami jelas, sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kami, dan hak kami akan

terlindungi apabila suami kami menikah lagi", Pemilikan yang sifamya perorangan akan mengurangi kerentanan

mereka terhadap hilangnya hak atas tanah dan tanaman melalui kegiatan laki-laki. Mereka merasa jika mereka

mempunyai bibit pohon sendiri, mereka dapat bekerja sama dan terlibat dalam gotong-royong dengan suami mereka

atau kerebai lainnya (apabila mereka janda ditinggal mail atau janda cerai, atau belum menikah), sehingga tidak akan

ada masalah terhadap ketenaga-kerjaan.

Sumber mata pencaharian sampingan bagi laki-laki meliputi perdagangan pasar, buruh di sektor kelapa, mencari

rotan, dan tukang (tukang kayu, tukang batu). Bagi wanita, perdagangan pasar dan pembuatan belanga tanahliat

untuk dijual merupakan kegiatan utama.

Seorang responden menguraikan tingkatan kekayaan di zona pesisir sebagai berikut: orang terkaya mempunyai

banyak pohon, rumah bagus dengan fasilitas listrik dan pesawat TV, dan keuntungan sampingan seperti perdagangan.

Kelompok kedua mempunyai beberapa p>ohon, tetapi kekuatan ekonomi utamanya dari kegiatan perdagangan yang

dilakukan wanita di rumah-tangga. Kelompok ketiga terdiri dari pasangan muda, banyak yang berpendidikan cukup,

namun belum mempunyai pekerjaan tetap dan belum mampu membangun kebun. Kelompok

termiskin meliputi buruh di sektor kelapa, nelayan, dan wanita pembuat belanga tanah liat dan penjual kue.

Menurut responden, harapan utama untuk peningkatan bidang ekonomi bagi dua kelompok yang di bawah diperoleh

dari penanaman pohon, namun pendapatan hariaji mereka tidak terjamin sehingga mereka tidak dapat melakukan

pekerjaan untuk membangun kebunnya. Namun, motivasi mereka tinggi, dan lahan dapat dicari bagi mereka apabila

suatu program banuian telah dimulai.

Kerentanan bidang ekonomi di zona pesisir disebabkan oleh sifat jangka pendek dan ketidak-tentuan sebagian besar

kesempatan kerja, terutama bagi rakyat miskin. Penangkapan ikan tidak dapat diandalkan, dan banyak yang tidak

mempunyai peralatan; pekerjaan buruh harus dikejar dari hari ke hari, dan selalu lebih banyak pekerja dibandingkan

kesempatan kerja yang tersedia. Jaringan sosial yang menghubungkan antara buruh dengan pemilik pohon kelapa

23

Page 74: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

fJP M .«B4!iTU(W fiAfi rtvlovxjib I* OR ruuli^iji ^ji^iua^if{^ri«q rt»-0 'WVi fwdBt niiWttidfiiMJ

^

HJT. »|‘':7S!

'“ •'

ftjUjfiEjAttiimn !h .*? VI igtirm-y^ £««!( ^gOilSQ 'niA iM««6hAT !^ 4fP J> jiin;.>w nAgr^ «uT^»n» 40^31^ n’^atwiaw a'(ft‘3»aij9b g-

•Jbcmat fbigu.i* il5A? i}OUmfb/^3i2jiwo r^ r 0^1 wNog^jJpto^ ^

ijttBmrt) irahf .nr^chi if AoIq (Aitknih ;fe^ .P#ii3q'ii^^

ftfftaeb /ttiial ib Witrrtsb g/objiAjrf eq^yi?-/

tw(iit<) imiP^M^nmyA^-y^nt a^’afis&a .<ul?i/lbn^)5:5|^ a^ksiq t^psk ntft .nelbq

*i.l tmt ^r.rcf& nortoi^aoiloq4.

ibl, I

nsia^Isrun:**) jir>4tJ £(fUJ:y^ 4?;[;W «i^

wl^Bihad lQ4c»HMfHT0» ioJ rb' "«i^' 'ra‘v. ,

‘^..

'

: lUitr.ar' <£«tfnja^s^^."

*-J!F

s<8’a-««9b »kiKKi BC6® aj iis^,^ftex''aia6!i^

rti/fitJB, /fi(^?rTa». uoiilst^^ ^ i>5^: ;q«

_

jba 4 twaij^ .«J«Wfn ^5^ Jtf4 taKb te«{^

r:f..

,/x-.

aittY ,ju<t« Of - S .l^a ^istim Lav(VMq/ft&fn StlPJ^irt tis^s^ibviq

.(tijirX'sr 0£ iaiviiy.l jflR'itfrl.

.’a

^ia

iktiPM usuX^^rutfi iisiUait^m Rkb ?' Sms^fAifimW

M^pf^ ittrfoq ti|^(i&rf( ^cjiwsiJa /wl^l. «u;?t>/jt n*iLKri3^^-i?^9i»n;

A-Jati^tn Wyg jA4Uwva»fc^ nprfgq^ urii43y;nttiewm rs

;® ’'"(V

' % '

qR

-ii / '‘Hi \ ^ '®'^.

'lOjiab ib luatti xa*mj2 v

P,,,|iii}it<vafti ustawrfffl^ raibvw ,@)li'<3

'

M. s-‘v^

e;-' j3

1^c ,,J

sdi* W. . .

'

'/ ^. '., U .;•

, , jrj- --,

.

isXowQfTwm ,<iy3bifiKf ;-«^/iHawaMtwii nsan^iSit^^ rtai»»/i

SWiY n*5««:;<einofi !ru^&ai

i

6^ii|ioI^ ,4 a-

th^ ^

irf? diriwd .tejtttfl ^ i' e -j^,

' <\‘'

' ''“ ;» ," "

,TT-. ^ ^'w •

_‘ "’• ’’J-13 ' J ^m ,^3Awi 'J»ji^'<|; fid

?£i '

rt5tou»q% ifevi^ a) |nij^ ,;<»>«,|im)b;^

rnMyJtelaiA Jiifiib

‘*alidcqi 4ulsi«m i2<A</ iv.'Jiib

gj ’4|HRH ;<A%{ii>ib ;1s(Aif’’

-

la

_j94'«i«i3Mi^HK nw»k>A)pl6Hif'1i (fe ina^idl

o«i8»lbr<Aifib Ji|t53i*iq iulmi uhiL^t qifb ,htifl tA'ti0 f’lfch .,wi6<!' 4rrii/J :lU^,^»ta^^;^Je»;c^i8^^1lxIW

aqala^l rtov^oq .fiflaf«f fl«sfteb Kidinfr ;i®4;^uifl6/4 b#ito^jii^lf»r^l ^a»isN('i<«Y

Page 75: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

merupakan hal penting bagi mata pencaharian, karena pemilik memberikan pekerjaan dan meminjamkan lahan di

kebun kelapa tersebut kepada mereka untuk mendirikan gubuk bambunya.

Bagi sescorang yang tidak mempunyai pendapatan hari itu, kelaparan merupakan hal yang biasa. Jaringan sosial di

antara kerabat tidak selalu berupa penyediaan makanan dalam situasi demikian, dan orang sering terpaksa membeli

beras dari toko/kios kecil sctempat secara kredit.

* Pepohonan bagi rumah-tangga yang paling miskin

Kebutuhan: rumah-tangga yang tidak mempunyai pohon; 60 rumah-tangga di desa E’eya

(sekitar 150 laki-laki, wanita, dan anak usia ekonomis antara 12 - 18 tahun)

Pendekatan: program perkebunan yang dirancang khusus, penyuluhan

* Wanita berperan-serta secara individual dalam penanaman pohon

Kebutuhan: wanita yang tidak mempunyai pohon; sekitar 100 orang di desa E’eya

Pendekatan: program perkebunan, penyuluhan

* Kredit bagi wanita yang paling miskin untuk keperluan perdagangan pasar dan produksi skala kecil

(belanga tanahliat, kasur)

Kebutuhan: wanita yang paling miskin; sekitar 100 orang di desa E’eya

Pendekatan: PKK, dengan latihan khusus mengenai bagaimana agar kreditnya dapat

menjangkau ke orang yang paling miskin; latihan untuk meningkatkan kualitas produksi dan

potensi pasar

KELEMAHAN FISIK/ KESEHATANAda sebanyak 74 anak usia antara 0-6 tahun di zona pesisir desa E’eya. Wanita Kader Posyandu memperkirakan

bahwa sekitar 30-40 anak secara aktif mengunjungi klinik Posyandu, walaupun berdasarkan responden dari

wawancara rumah-tangga, sangat sedikit yang menyatakan bahwa mereka pemah mengunjungi Posyandu,

menunjukkan bahwa jumlah yang mengunjungi Posyandu mungkin lebih sedikit. Di kaki bukit dan pegunungan

tengah tidak ada Posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa, paling banyak 50 % anak-anak pesisir yang terlayani, dan

tidak ada satupun yang berasal dari zona lain. Wanita menyatakan bahwa mereka telah mencoba berbagai pendekatan

penyuluhan, sepeni kunjungan dari rumah ke rumah di zona p>esisir, namnun keberhasilannya kecil. Diperlukan

pendekatan model baru.

Akses untuk memperoleh air bersih merupakan masalah serius bagi penduduk pesisir desa E’eya, terutama di Dusun

I, RT 1 dan 2.

Kemiskinan material mempengaruhi kesehatan: satu studi kasus melaporkan tentang seorang laki-laki penderita TByang menjual semua pepohonan miliknya untuk membiayai pengobatan, dan saat ini miskin, sedangkan penderita

lainnya meninggal karena mereka tidak mampu membiayai pengobatannya.

* Peningkatan pelayanan dasar kesehatan

Kebutuhan: sebanyak 40 anak-anak usia antara 0-6 tahun dan ibu-ibu penduduk desa E’eya

tidak mengunjungi Posyandu

Pendekatan: penyuluhan Posyandu secara aktif

* Air bersih

Kebutuhan: di Dusun I desa E’eya, fasilitas untuk 71 rumah-tangga

KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN DAN DAMPAK-DAMPAK

Penjualan pohon kelapa serta lahan kepada orang luar merupakan kecenderungan yang sudah berlangsung turun-

temurun di zona pesisir. Hal ini melemahkan pengawasan masyarakat pesisir akan basis sumberdaya lokal. Mereka

24

Page 76: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

fS

'^’

K^M;rfrtr«aia

''

E>;

m

lb nfnohs(rt .rfJ:«*ff M <ibl|ii^><«(q 5<i0i| snA^

nstJiftqDo: tvauU

jHvirff (fe3A:!!«i9a i<30^ >0^ ztstnd

(rcf‘3 laMdb 16 <iii.5}ittJkit«bM > Od («odu^ tR{iiiu*j^ni liOhU s«#^G-v n *&l rc^bp m\i ^'f "tfJbta"

'

lMt»6 tb

Ityytf tdM^tfoiidbQtq flub fib9i)l>

. Ifk SflMib QOI m. ^ ^_ i> iffkiitfi I}(f9u9

jwijisv aintr%rwyn wj|« Bn8fiTM^«sQ

w?-

.iS

t'ji3t«iliT^^,*ft<»m aJjbbW .#<^'a.:^i) »««.;^ijn3 K :s(nx{tfsds» sbA ^

'

h4>

imw ti# AsgfflsiBW tnoqw

jned

m

r Bihwtw^ ^TjS5({^jg?9^^^ li^haiecn

ifciffi' j^stifoqa^ ajynid^ iw^^^alffeY

ii- ^ ife

aw.., »-. .. ...i._w.....-j, .

^ , - . - ^ . . ..

®fis

-‘M'

*,.

ff^^oxi)-iif(tiiitl iT ^lifntf:^ •-^ >S)

- dlmdiJA

lurtfli 8^Mrt^^fl^iOd dabi^'^ic^'flesa ,..^»

,' '".. .: :.:, - “ '

ay> ,;‘i .'ifca'.!ge8<^iri^bj^ij4 A<i^aG(f’nod«J , ,, ,

mi anoifft ntnotnai^a

' Qi ‘-•Jrr.’--

' “»“'

b;i

.a ...^ ^

Page 77: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

sekarang mencari lahan di perbukitan. Kecenderungan ini mempunyai keuntungan yang polensial bagi masyarakat

pesisir yang dapat menginvestasikan modalnya untuk menanam pepohonan di perbukitan, teiapi tidak melibatkan

orang paling miskin yang tidak mempunyai modal. Hal ini juga mempunyai dampak negatif yang potensial bagi

mereka yang linggal di kaki bukit dan pegunungan tengah, karena hal ini akan mengurangi luas lahan yang dapat

mereka gunakan untuk mempertahankan atau memperluas kegiatan pertaniannya.

* Perhatikan pemilihan sasaran bantuan ekonomi secara seksama, misalnya pepohonan bagi rumah-tangga

paling miskin di tiap RT

Pendekatan: indikator dan data rangking • terdapat banyak keragaman kegiatan ekonomidi zona pesisir yang menyebabkan RT di daerab tersebut tidak dapat digunakan sebagai

dasar untuk penyusunan program meningkatkan ekonomi rumah tangga

* Pantau di daerab perbukitan mana masyarakat pesisir menanam pepohonan, baik atas inisiatif merekamaupun di bawah program pemerintah, dan harus diyakinkan bahwa dampak mereka tidak bersifat negatif

bagi penduduk perbukitan

Pendekatan; memperkuat pengakuan akan hak atas lahan; gunakan peta-peta; iangsung

buktikan kepemilikan lahan sebelum dialokasikan untuk penggunaan baru, berkonsultasi

dengan masyarakat perbukitan dan penduduk pesisir yang memperoleh manfaatnya

TABEL 2: RINGKASAN - SKOR ZONA PESISIR

Desa sckolah mampubaca-lulis

skor

p>endidikan

jagung padi skor

pangan

kebun

bawang

pK>hon skor

p>endapatan

lunai

E’eya

n/4 4 7 11 0 0 0 0 6 6

I/l 9 4 13 1 0 1 1 5 6

1/2 8 4 12 3 0 3 0 5 5

Ulatan

PKMT 5 9 14 - - - - - -

KAKI BUKIT

PENDUDUK

Kaki bukit terletak di perbatasan antara dataran f>esisir dan perbukitan, dan penduduknya melakukan berbagai

kegiatan ekonomi di perbukitan dan di pesisir. Di desa E’eya, 23 % dari seluruh rumah-tangganya bcrada di zona

kaki bukit, di Dusun III/7 Alau (32 rumah-tangga) dan Dusun 11/5, 6 Bainokintar (57 rumah-tangga). Tidak adanya

pertemuan RT di desa Ulatan merupakan karakteristik zona ini.

Bambasiang di desa Palasa dijadikan suaui lokasi pemukiman suku terasing bagi 100 rumah-tangga oleh pemerintah

pada tahun 1969, tetapi tempat ini ditinggalkan penduduk tidak lama setelah itu. Pada tahun 1975, upaya kedua di

lokasi pemukiman dibual oleh GKST, dan 70 keluarga (rumah-tangga) pindah ke tempat tersebut. Mereka juga

kembali ke perbukitan setelah beberapa tahun, karena lahan di sekitar lokasi tersebut tidak dapat menunjang

sedemikian banyak penduduk. Sekarang, hanya 7 rumah-tangga yang tinggal sebagai penduduk letap di lokasi

tersebut, sedangkan sebagian besar tinggal di kebun mereka.

25

Page 78: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

«Br. •

^ rtl/OftdUstv jteLsJ JiqpJ^ ,(TajNi^;f(»(|in^ art^lii20(j -

-I (itn6 tefe/i'»lOf7 ««av liwt^ h;pim

l«Hib 2m w«l j|»^nvn nA^brtftrf *»]

.•^.1

0 mmuiilSit 'nn><il

r

' ’ ®" ' ’’^ ^. uiotio4» 0<i)itt)it>ii oui^JT^iai iM tji^ »^i0rih1 -

tftS«dlM «m>*i»tJi»5)l^b «» UfA^tiYhvMi} Ijj ‘m fi'»ijl^#V;«?nj ih4««j tb

1^^;^ u«}in«r jffsmuT ii4i«Juwt<^q 4«i4a< T«tv*b

W '.. :.m -ir^

'-. i ’ »ee:.. . ,,_

^ jgi J' ^^:„::r*'"' mtitpfirn .i.bubi^i^d

|fl05ij(nd rf«:^ «weii»6«3^

£r '-^- '»

ar^"

«flo» iJi i^>4r«j3?WcJ(a#'i¥Nli^^^ dOTf'b^.'rtfib 'Ip^ B S

iittrr

~-,

JBL ,- ..^fl

'

;ioi aaiJtd^

i^fian IMmm\ ,

a *. ,v

ibimmaiwt <U4o 0^. igiHJ i45ria<uJa.4ifc«{^mA’l ^ib I>i,tw4 «^4»qu

'

j|f;{4/»uTOm IBi^i.t) ittbil iJt.U?a<d,^i/A3loriiaW:»

fefiilti lb qftrtf Mwbn X4 io|«l^ fejjso** Ii«« nib^ntwa

^ y*^gg^ aiaiaffl (TiKJ[,3^ ii) <«:|,|4T0

111

Page 79: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

KETERKUCILAN/ KETIDAK-BERDAYAAN/ PENDIDIKAN

Masyarakat kaki bukit agak jauh dari pusat kegiatan pedesaan. Pada beberapa kasus daerah-daerahnya terjangkau

oleh kendaraan, namun apabila tanpa kendaraan, memerlukan waktu sekitar 0,5 - 1 jam untuk mencapai tempat

tersebuL Dalam kasus Bambasiang, ada sungai besar yang hams diseberangi tanpa jembatan, walaupun sebagian

besar kondisi jalan cukup baik, apabila diperbaiki sedikit, akan dapat dicapai oleh kendaraan.

Masyarakat kaki bukit tidak selalu terwakili dengan baik dalam rembuk desa, dan sistem RT belum berfungsi sebagai

jaminan bahwa kepentingan mereka disampaikan ke proses pengambilan keputusan tingkat desa (Musbang dst).

Stasiun Misi GKST di Bambasiang dengan adahnya petugas kesehatan penuh waktu, sekolah dasar dan kebaktian

mingguan di gereja berfungsi sebagai pusat pelayanan dan informasi bagi masyarakat kristen di pegunungan tengah

dan pegunungan dalam. Suatu pusat yang melayani masyarakat muslim kaki bukit sedang dibangun di Padongkal,

di bawah Bambasiang, dimana terdapat pasar kecil dan kegiatan Posyandu bulanan. Masyarakat yang memperoleh

pelayanan di Palongkal, secara sosial lebih mengarah ke pesisir dibandingkan masyarakat yang memperoleh

pelayanan di Bambasiang.

Di zona kaki bukit, tingkat kehadiran anak di sekolah lebih rendah dan porsentasi penduduk yang buta humf lebih

tinggi dibandingkan di zona pesisir, walaupun sekolah-sekolah dapat dijangkau dalam setengah (0,5) jam jalan kaki.

Masyarakat kaki bukit di Bambasiang mempakan suatu kekecualian dengan akses (kemudahan) yang baik pada

fasilitas pendidikan, melalui sekolah yang dimulai oleh misi GKST, dan 89 % anak-anak bersekolah, sementara 40

% penduduk dewasanya buta humf. Di RT 7 desa E’eya, hanya 60 % dari anak-anak usia antara 7-12 tahun yang

bersekolah dan 64 % penduduk dewasanya buta humf. Di RT 5/6 desa E’eya, 80 % anak-anak bersekolah, dan 58

% penduduk dewasanya buta humf.

* peningkatan aksesibilitas

kebutuhan: jembatan orang atau kendaraan yang menghubungkan Bambasiang dengan pusat

desa

pendekatan: perencana dan petugas teknis berkonsultasi dengan pimpinan desa

* peningkatan bidang komunikasi

kebutuhan: semua RT di kaki bukit yang sifatnya marginal terhadap aliran informasi

pendekatan: dukungan dan penggalakkan oleh pimpinan desa untuk mengaktifkan sistem

RT untuk keperluan komunikasi, swadaya, organisasi dan kepemimpinan lokal

* peningkatan kehadiran anak-anak di sekolah

kebutuhan: sekitar 14 anak-anak di RT 7 desa E’eya

pendekatan: penyuluhan dan beasiswa bagi keluarga miskin; fasilitas sekolah digabungkan

dengan RT 8 dan 9 (lihat di bawah)

* Program membaca bagi dewasa

kebutuhan: 122 orang penduduk RT 5/6, 60 orang penduduk RT 7 desa E’eya

pendekatan: Paket A

KEMISKINAN MATERIAL/ MATA PENCAHARIAN/ KERENTANAN

Masyarakat kaki bukit sangat tergantung pada pertanian, dengan hampir semua rumah-tangga mempunyai paling tidak

satu petak bidang kebun, dan sebagian besar mempunyai dua sampai empat bidang kebun. Di Bambasiang, 85 %penduduknya mempunyai dua atau tiga kebun; di desa E’eya, 71 % penduduk RT 7 mempunyai dua atau tiga lokasi

kebun, dan 87 % penduduk RT 5/6 mempunyai dua atau tiga lokasi kebun. Lebih dari 80 % lokasi kebun tersebut

diperoleh dari warisan.

26

Page 80: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

' -m ,.“ '•‘j ‘ ji‘ i

Hft^uci^a aifflci g^t^Kuho ^«la]!J'^:< ?Wl) ijliwJi '^ '£Ta'(i(tt/

littywoiin iafrtu on^t’T r' ?„0 wi!*« uf^'e «Udw^^(Hj!mJSfl[ rtak>

tvif’g^^foa iio(qu«lcw s^ain f|jfi?ir)rb«i6 ffrtBii gpu'? Jjna-iM-Vfi^ik%ii r^(ii4i<fi.vf% ..iltAd ni(iji*t rinflli i>i^>^n'!f utv.M

J,4 »'sya ., ,

: y?.

iBji9^ <B|,/iu5^ mijifiK^ iilsKJ akiss ;toiS ibto^

,Cftb inkteiAO »lafe

fKlnl&j&i r^ Huw;^ rtiisr^-^^aiif ^)}5q%<^ Mgtt ib

ASQ’*i iia itjiwttjd staiailb rawai^Jin^neoA’? ib ^bik ij4dil:.li^’i^l^j3ti «wq u^t77*n«iab

,

ifoUjiaqaicwc a“®X :Cw«wlidi nbae’^^^n«)i^^ lB#?f

riokn»^tsnWP fnsv JriiiTa'^iT^ ^ to :h

'MamHsm l«^oulft^ tb (tft(iny(ii£k{

•'- »'*'T, 'i- .“ - '

tjjj..- 3jl ^

MiM iwimt &ii^ 3|«Bx Jtw^nii jUiif rJKl «RO»^

J-iti nt*ii WfOS iii..rtj(:in

ntito If-r stst^Riito ^ jn^ft!?:if^ ,ia-eit]S ef-^";^,TS «2 ^^ flfib ^ :0^ ,8(4*3^esia^^ Tf? nab

lanfjrujfiw % IfS ^umn»»)inti 4»jjnoin to ipki^»bMq

.'^m

M-'__i£'\j

rtnot^jWdcfgili 4Gfp,to7^)tHf<tfi1

® J0BP

^ ?yBL'^:

J[fifr^0 tib jiTJt .'faaoaij ,,

m-:^.p ^ >«4tt»«i fnai,

i^ Wfubt Tfl 09 p^.T'ft: ^70 SSi

B P9i®iG?'V. '^

UAfSiai^M SdA^l>«fiM3><a a ^2.1 ^

'''^ - *

.^bh ’.a<S^ !r/udi^ intoia^^l^

4| .jiriiscdnaeK ?0 r«fib ,ni''te3f toi^ uitst

ii&HiV'Stjj ttba aaJr'ayn&qrjf^fft i3sS<* ^Mm ^'b ajym''Xfbi/n siffuliiljubtoj

n>r!‘An^ ^;st It^oi ^08 uftl> OhJoJ )«{t llynwqmw TSI ibbobb<ii V8 Mb irrwtei

,

' !' w .

.{j;,^'® itKiixtf*^yhitb daftrra*^^'

Page 81: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Di kaki bukit, lebih banyak ditemukan kebun tanaman pangan untuk dimakan sendiri dibandingkan di zona pesisir.

Di Bambasiang, 95 % rumah-tangga menanam jagung, dan 38 % penduduknya juga menanam padi. Tanahnya

dianggap subur sekarang namun demikian daerah tersebut hanya dihuni oleh sejumlah kecil penduduk. Namun,ketika 70 rumah-tangga dibina untuk dimukimkan di Bambasiang, penurunan kualitas tanah di sekitamya

menyebabkan sebagian besar masyarakat pegunungan yang dimukimkan di Bambasiang, kembali ke lahan mereka

sebelumnya. Untuk menarik mereka agar kembali ke Bambasiang, diperlukan beberapa teknik untuk intensifikasi

dan meningkatkan produksi kebun tanpa dampak negatif kepada lingkunan.

Sebagian besar rumah-tangga memperoleh lahan mereka melalui jalur warisan, namun, di RT 7 desa E’eya, 26 %lahannya diperoleh melalui pembelian. Orang yang membeli lahan tersebut menggunakannya untuk pcnanaman

tanaman keras.

RT 7 desa E’eya mempunyai sedikit tanaman jagung (hanya 14 % dari seluruh rumah-tangga) karena tanahnya sangat

kering. Di RT 5/6 desa E’eya, 78 % rumah-tangga menanam jagung, namun masyarakatnya mengeluh akan kerugian

yang diakibatkan oleh babi hutan. Daerah-daerah ini, seperii sebagian besar daerah di zona kaki bukit, mengetahui

adanya musim kering dan jagung hanya dapat ditanam pada waktu tertentu dap tahun.

Tanaman palawija untuk dijual sangat menonjol di beberapa daerah, 65 % rumah-tangga di Bambasiang menanambawang merah, dan 13 % rumah-tangga RT 5/6 desa E’eya menanam kacang tanah.

Pertanian tanaman keras cukup dikenal, dan tingkat pemilikan tanaman keras yang serupa dengan yang ada di zona

pesisir, menunjukkan bahwa sekitar setengah dari seluruh rumah-tangga sudah mampu bcrp>eran-serta dalam "demampertanian tanaman keras" (U'ee boom), tetapi setengah lagi sejauh ini tertinggal. Di Bambasiang, 45 % mempunyai

tanaman coklat, 25 % mempunyai tanaman jambu mete dan 20 % lagi mempunyai tanaman cengkeh. Di kaki bukit

yang termasuk bagian desa E’eya, (RT5/6 dan 7), 59 % mempunyai tanaman kapok, 46 % mempunyai tanaman

coklat, 22 % mempunyai tanaman jambu mete, 19 % mempunyai tanaman kelapa dan 16 % mempunyai tanaman

cengkeh.

Karena adanya musim kering serta kondisi tanah yang umumnya kurang baik, petani kaki bukit tidak mempunyai

jaminan akan pasokan makanannya, dan mereka harus mencari sumber penghasilan lain sepanjang tahun. Mereka

juga harus berusaha menghemat uang yang diperoleh dari usaha lain guna menunjang kehidupan mereka selama masa

kritis ketika mereka perlu menyiapkan kebunnya untuk penanaman.

Sumber penghasilan lain bagi laki-laki adalah: mencari rotan di pegunungan tengah dan sebagai buruh di seklor

kelapa.

Sumber penghasilan lain bagi wanita meliputi perdagangan skala kecil, menanam sayur untuk dijual di pasar, dan

pembuatan nyiru untuk dijual.

* Dukungan bagi pertanian pangan untuk dimakan sendiri

Kebutuhan; petani yang menanam jagung untuk dimakan sendiri; 45 rumah-tangga RT 5/6

dan 20 rumah-tangga di Bambasiang, Palasa

Pendekatan: berbagai teknik untuk mengembalikan kesuburan tanah; pemagaran untuk

mencegah gangguan babi hutan

Dukungan bagi pertanian tanaman keras

Kebutuhan; wanita dan laki-laki yang tidak mempunyai tanaman keras; sekitar 12 rumahtangga di Bambasiang, dan 40 rumah-tangga di RT 5/6 dan 7 desa E’eya

Pendekatan; program perkebunan, penyuluhan

27

Page 82: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

^ ''“iR"uni*’ "

^

"".>-*^. “. ;5I ^

i/i''t'^

''’

' ' '^ 'M .liiiifxi KOttf ft) nial^rtiJlHUKJib iisjlsa*^’il^uu m*jjO«q iCl

>

a-tiwSwuiT .ii^ mmoitn sjijx

ib rtartgi Jb' ;*Mralr^-

fWbnaw nsrtfi) a;< asjg««i!w o^

« -® ^:.

'*. m. ‘ € aliiiWWI''’

"

hM'

-- """ " * -- »*'t5^^iBmenai|'^Jt _) ;:<'!‘ •*.» 'ft."

iifcr--**'.'

a*,^...

,

' ;'-'®'-*" 'WTa#*'"

« h#itefi>ar}aw, .ii-./M IM' ,1iio

' .‘

'“'X^w. '.sj' -

,H (nfiiMfwm '8n£.«tet{j««a rb.

_^^0f>ox tb^bfl' iRiifiY. SdifiosL. Igj^naimf^ :

,

''" ’«

’«

,W>a(a« .ii) » if}

mim 13..

..^ '

,-iivsia

' ' '

IM^ J

'H.-'y--

hw

^'.f

•^o*.

-V--- ,' 't '

i «Sf5i' .1

’ ' .' ^' "‘

r‘Ti!^!S^S‘

jSilLS

SICS'''-...

.w

im

Page 83: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

* Dukungan bagi kegiatan wanita di bidang produksi dan perdagangan lainnya

Kebutuhan: wanita yang lebih miskin

Pendekatan: penyuluhan dan peningkatan mutu benih untuk sayuran yang dipasarkan;

kredit untuk berdagang

KELEMAHAN FISIK/ KESEHATAN

Kunjungan ke Posyandu yang dilakukan kelompok ini sangat terbatas, walaupun fasilitasnya tidak terlalu jauh.

Sebagian besar anak-anak dan ibu-ibu tidak terlayani. Di Bambasiang terdapat petugas kesehatan yang disediakan

oleh GKST, namun ia harus meliput daerah yang sangat luas dan tidak mempunyai sumberdaya untuk menarik kader

guna mengembangkan kegiatan Posyandu secara teratur. Di Padangkal (di bawah Bambasiang) suatu kegiatan

Posyandu yang teratur telah didirikan dan ada peningkatan jumlah kunjungan.

Tidak adanya uang menjadikan banyak penduduk yang enggan untuk memperoleh pelayanan pengobatan, seperti

perawatan TB.

* Peningkatan pelayanan kesehatan primer

Kebutuhan: Yang tidak mengunjungi Posyandu, sekitar 150 anak di dua desa, sekitar 70

anak di RT 5/6, 35 anak di RT 7 desa E’eya, dan sekitar 45 anak di Palasa Bambasiang

Pendekatan: Posyandu aktif dengan penyuluhan dan peningkatan jangkauan

KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN DAN DAMPAK-DAMPAK

Seperti halnya di zona pesisir, ada suatu perbedaan antar rumah-tangga (sekitar 60 %) yang mulai menanam tanaman

keras di perbukitan sebagai sumber penghasilan yang barn dan rumah-tangga yang paling miskin (40 %) yang

tertinggal karena tidak mempunyai sumber modal. Rumah-tangga yang menanam tanaman palawija (jagung, bawang

merah) juga mengalami penurunan hasil panen karena penurunan kesuburan tanah dan kerugian akibat penyakit dan

babi hutan.

* Tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi tanaman pangan untuk dimakan

sendiri

* Menjamin bahwa rumah-tangga miskin berperan-serta secara aktif dalam program penanaman

tanaman keras

TABEL 3: RINGKASAN - SKOR ZONA KAKI BUKIT

Desa sekolah mampu akor jagung padi skor bawang pohon skor

baca-tulis pendidikan pangan merah pcndapalan

tunai

E’eya

in/7 Alau 6 3 9 1 0 1 0 6 6

n/5/6-

Bainukinlar

8 4 12 3 0 3 0 4 4

Palasa

Bambasiang 8 6 14 9 3 12 6 2 8

28

Page 84: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

itetiiugsbisq ©sfe «5^it>frirj |R<fl3W U» iu)&r^ l3|ii4 ««sjtu^<Maj

«6tidm 4d(^ }fa:8v aiSfww ^

.nwhwwiii^ gjTP<t^ RMut^w iiUfiv stifVMjfiflirm

g 8«r^sfeal(f rsby^**^"*^

''SK ^

I

WM* xrMsfHvai mitio ££v^i/j?m'5ffl ;4fip« mp- ?«3t |&«R0a n hl

dtUit^ rteo? fUvftd ilt^Vl/it4^tfife i%5i^ ; • < )i^nadpi^|^fa nfegnu^^-i

.i ii'^jglj ^ ‘t^--

os - 0i}irfQy.jri^ Tifjftjigttifwl

©T sufeJls^«ifc.OU’

fTBy»^/*4 '‘

s? •i‘.) -,^ ^ ~•-

’ ^ '” '“•"^

mtAhfti\k ^uiiitt aiijgacq 'TifimBiiBJ' 'iakwi^t^ ,fl(g^"slFai^^'

, ^ .

niimB{t»Tr9q nifliswQ rufJfeS IjJrfs K,^g^|fSiojqif;sMl utrnetiwM?*,^,^

4:s.V#~

rfiisni

tSHtJft sif^.A^<p l!O^-w-iA<ai^0m«^;C

^,:^uad^ ^ , .,...,-

neinasts!

,--^, .

V. _'Ve»^5;

a«iA

a

-<)U;

'

Page 85: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

ZONA PEGUNUNGAN TENGAH

PENDUDUK

Zona ini mempunyai konsentrasi penduduk yang jelas: 42 % wilayah desa E’eya (161 rumah-tangga), 20 % wilayah

desa Ulatan (96 rumah-tangga) dan 208 rumah-tangga di Palasa Tengah. 15 dari 16 RT di zona ini telah disurvai.

Sebagian besar penduduknya merupakan penduduk tetap di daerah perbukitan yang berasal dari sana dan merupakan

keturunan pelopor awal di tiap RT, namun kelompok minoritas yang sedang tumbuh terdiri dari masyarakat pesisir

yang telah membeli lahan di pegunungan tengah dan mempunyai rumah sementara di tempat tersebut.

KETERKUCILAN/ KETIDAK-BERDAYAAN/ PENDIDIKAN

Keterkucilan fisik merupakan karakteristik zona ini. Jarak RT-RT sekitar 1,5 - 4,5 jam dari fasilitas sekolah lerdekat

dengan jalan kaki sepanjang jalan setapak dan menyeberangi sungai-sungai. Dalam banyak kasus, sekolah terdekat

berada di pesisir. Hasil bumi harus diangkut turun ke pasar dan bahan seperti garam, gula, sabun dan minyak tanah

harus diangkut ke atas. Namun, penduduk zona ini tidak menganggap keterkucilan fisik ini sebagai hal yang

merugikan; mereka perlu lebih dekat dengan kebun mereka di perbukitan. Tidak adanya fasilitas pendidikan yang

dekat dengan rumah mereka merupakan karakteristik utama keteiicucilan sebagaimana mereka alami.

Banyak penduduk zona ini mempunyai pengalaman di lokasi permukiman di dataran rendah (PKMT Ulatan,

Bambasiang di Palasa) dimana mereka tinggal selama sekitar 1 - 4 tahun. Walaupun mereka sekarang kembali ke

perbukitan untuk memanfaatkan lahan nenek moyang mereka, mereka tetap mengharapkan lokasi pemukiman di

dataran rendah sebagai pusat informasi, yang mereka peroleh melalui kebakiian gereja atau secara informal dari

petugas misi. Mereka juga memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pclayanan lain yang dibcrikan oleh misi di daerah

pemukiman / pembinaan dimaksud.

Bagi masyarakat muslim yang bukan merupakan bagian dari upaya pembinaan dan pemukiman (pegunungan tengah

dari wilayah desa E’eya, Pasilanang dan Siulanga di wilayah desa Ulatan) kehadiran mereka di mesjid di zona pesisir

juga memberikan kesempatan untuk memperoleh informasi mengenai peristiwa-peristiwa pedesaan.

Petugas desa kadang-kadang mengunjungi pegunungan tengah, namun umumnya, aliran informasinya tidak baik,

sehingga petugas desa seringkali tidak menyadari akan kebutuhan dan perhatian masyarakat perbukitan, dan

masyarakat perbukitan tidak menyadari kesempatan dan tanggung jawab keperan-sertaan dalam kegiatan rembuk desa.

Banyak masyarakat pegunungan tengah bersikap ragu-ragu akan penguasa desa yang berasal dari wilayah pesisir

bahwa mereka benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat perbukitan dengan serius, dan banyak contoh

bantuan yang ditujukan bagi mereka tidak pemah mencapai sasarannya.

Tingkat kehadiran anak-anak di sekolah di zona ini bervariasi tergantung pada jarak dan karakteristik masyarakat di

lingkungan RT. Di desa E’eya, tingkat terendah akan kehadiran anak di sekolah ditemukan di Ogomanu, dimana

tidak ditemukan anak-anak dari RT 10, dan hanya 35 - 45 % dari RT 1 1 dan 12. RT-RT lain (RT 3, 8 dan 9) hanya

mempunyai sekitar 45 - 70 % anak yang bersekolah. Di desa Ulatan, tingkat kehadiran juga tidak sama: 98 % di

Pasilanang dan Siulanga, hanya 46 % di Bainogio, dan 9 % di Bolili dan Tamugu. Anak-anak dari Pasilangan

tinggal dengan saudara mereka di pesisir untuk bersekolah, suatu keuntungan yang menggambarkan hubungan RTini yang lebih erat dengan pesisir.

Sekolah yang bersifat swadaya telah dibangun di Lambori di lingkungan Palasa, dan guru yang mulai bekerja bagi

misi GKST sekarang telah diangkat sebagai guru pegawai negeri.

Sekolah yang memperoleh bantuan misi di Bambasiang yang melayani masyarakat pegunungan tengah desa Palasa

mengetahui bahwa kehadiran anak di sekolah tidak teratur dan performansenya buruk. Alasannya adalah segi

ekonomi. Anak-anak harus berjalan jauh ke sekolah tanpa sempat sarapan dan tidak membawa bekal makanan atau

uang, sehingga mereka terlalu lapar untuk belajar secara efektif. Mereka juga perlu bekerja di kebun keluarganya.

29

Page 86: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

fa

5^ :

';:1;i-'J^3^

:‘IU)^a>1'3*l

' w'.*'

M

'. !^J| ' '

"S

ric^dlw d? 0$ (di) »<fS-aBa9i»iffv^V>/ ^1?* i%«;qra^» mi

ifinutib ife^iiii ftfKa; if> TS <>f htfi^ if \rt««paT^e>t5 (»|^^'dtrpin ftiJtJU

iBUifiqu'vsra fu* Hab fJKyu'ioo iisniJii^Sq ?b <0&i T^u^th^vflJsiJs^

ii;{W(>f^»;aUmi(5Wtm h^ hihici* v,ni^»5j:s,rte)^ |j«W» i ,,,,

Ju<i«^r4l,j«^W ib sx-Qfitwo^ %niiii s«4 hsHifi gnaif i

^J'

)«lisbi(y Aitolioa tjwlis^a=c^ wro* .w4«»qwi^^

la:tebiw Ae* n^t^sb^ ^d4fiBi )Ui'<rBm ftchi^syf^ ,iiluf‘;ni4% tnikr^ ib

inay_ lirf legad^xs H^' ««£rt

rujdrWbnati ?.6Jiii^V(^i;t^'lIfe^-f%T36^ •.na^bTom

.tuoalU TM)!^ litiiin^t i|-.:^f«ij|^frnBq^iii^^^ jUm'

riaic'f;b ib kfOi d9?6!ni^^di^M]f’ii^iTiMS^

8i _“ V-i "' '

dteanai nflgiwfjMgo^

tWaoq imc3«i^^ljpjtiTlb>;impo;E

«|WL-^

.«9b a I

^c

S?

fiftEmaj-^fii}^p£jga y> {r£^I^^lfI9J!b^r^fll^)^^^l^’)^^^'uM^|^;^-!^-:^^^ :.Til as0^aii -^' 1/Vi -K.4f."w’ --J^. 'Wff^ a»!i< Y^*f^*^iL^-tu is-ialL-iiZi; S'. <tS

iu ;a oa-,..,..*;;: >»#<ji^T" -Si’i.kV Tm -^TLU.i |J» ra* si. „. tib ^ S^ :,urji<w Q^ • Si wjW« isx<au(is^t

^.1*5* 'L.^.k^ .t_. ^«i'.. r JL .VLfc*ti^-_‘>>aw-..-j-^-.-jl -*«^-.?.l^‘''^i'u'J84t<^"»'-'^j.W-r. '•-- *>».^E^.\’’i.iflfc‘ im^ ' ..'. ,_^i..'*<a . . k. ..kt ™

©

iWi«JiC«a3 hfcb :^fig“>’«nA its^

T^l njosflWdiid'flfe;^ iibWi ikg^iij

igwj i«ium.:g6«^ felll^xi

IT ip

liftJb Rfi2«u0ug3qf4^iC^^ <iiam6 ^tcnw3flfi«f5r gfus^ d

»g« ,3cno^ ib tisfii Wjj^»ih:i i;s^sdi^ \ui\i^

MUi ic.TE4/trillA4aii'fivy4j^n«nj .ini-

n

.•yft<tg'^*<I»i tb'fcitaijd ul.»i Uit^'ki’jnM uiitl'Mil «3!3%3^

Page 87: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

atau mencari uang untuk biaya sekolah. Guru mengetahui suatu siklus yang teratur akan kehadiran di sekolah:

selama musim kering ketika pekerjaan di kebun tidak begitu padat, anak-anak keluar dari sekolah dan pergi dengan

orang Uia mereka untuk mencari rotan untuk dijual, membantu mengangkut rotan ke pasar, kemudian membeli

pakaian sekolah dan kembali ke sekolah. Ketentuan seragam sekolah dan makanan atau makanan kecil bergizi di

sekolah sangat berarti dalam meningkatkan tingkat kehadiran anak di sekolah. Untuk makanan kecil, guru telah

menyiapkan anggaran Rp. 2000,- untuk tiap anak setiap bulannya.

Kebuta-hurufan tersebar luas. Di RT 8 Alau desa E’eya penduduk yang buta huruf penduduknya mencapai 37 %,tingkat buta huruf penduduk daerah lain di pegunungan tengah mencapai 66 - 72 %. Di desa Ulatan, Bainogio

mempunyai tingkat buta huruf penduduknya cukup rendah, hanya 10 %, terutama karena mereka pemah bersekolah.

Tiga RT di pegunungan tengah penduduknya yang buta huruf mencapai 66 - 74 % dan Tamugu mempunyai tingkat

tertinggi, sebesar 85 %. Di Palasa, penduduk yang buta huruf di tiga RT mencapai 66 - 74 % dan tingkat buta huruf

penduduk terendah sebesar 40 % terdapat di Tamalang. Persentasi penduduk pesisir di Tamalang lebih tinggi.

Misi GKST yang bekerja sama dengan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) mempunyai program belajar membaca di

Bambasiang, Silipoyo (60 murid) dan Silola/Polaboal (9 murid). Murid tersebut belajar atas kemauan sendiri, dan

mendatangi tutor (petugas kesehatan GKST) apabila sedang berada di Bambasiang.

* Peningkatan arus informasi antara petugas desa dan RTKebutuhan: RT yang sering tidak terwakili dalam rembuk desa

Pendekatan; kunjungan/Jangkauan aktif oleh petugas desa, termasuk kunjungan ke RT dan

pemberitahuan awal mengenai rembuk desa; mengatur pertemuan agar semua suara

terdengar, termasuk yang muncul dari penduduk perbukitan

* Peningkatan fasilitas komunikasi

Kebutuhan: daerah-daerah yang keterkucilannya dirasakan sebagai masalah, misalnya yang

terputus hubungannya oleh sungai yang banjir atau kondisi jalan setapak yang terlalu parab

untuk digunakan oleh petugas instansi dll.

Pendekatan: peningkatan kualitas jembatan kecil dan jalan setapak

* Peningkatan kehadiran anak di sekolah

Kebutuhan: daerah-daerah yang mempunyai penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah

desa E’eya

1 .

2 .

3.

desa Ulatan

1 .

2 .

desa Palasa

1 .

2 .

3.

sekitar 55 anak usia 7-12 tahun di Ogomanu, hanya sedikit yang bersekolah

sekitar 70 anak usia 7-12 tahun di Atau, ditambah 60 anak dari Bobalo,

sekitar 50 % tidak bersekolah

40 anak usia 7-12 tahun di Ogoreno - 60 % bersekolah namun harus

menempuh jarak Jauh dengan berjalan kaki

sekitar 60 anak usia 7-12 tahun di Bolili/Tamugu, sangat sedikit yang

bersekolah

sekitar 30 anak usia 7-12 tahun di Bainogio, 46 % bersekolah tetapi jauh

[dapatkah dicarikan lokasi yang sesuai antara Bainogio dan Bolili ?]

sekitar 44 anak di Tamalang, setengahnya bersekolah

sekitar 35 anak di Koja, setengahnya bersekolah [dapatkah dicarikan lokasi

yang sesuai antara Tamalang dan Koja ?]

Silipoyo, Sidauga - mungkin jumlah anak tidak mencukupi untuk

membangun sebuah sekolah - mencari alternatif seperti program

pemberian makanan di sekolah guna memudahkan mereka untuk datang

ke sekolah di Bambasiang

30

Page 88: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

'~^ nfeaMyi

I'.’

'S’^T ^*> n< L'’..-'lA:ia :fii?>i) rtiKiw '^ fiRCCl-Jit^q \r.hs^ f^lf'dUfn s/rtSl% ,-x

‘5'

'

iflWiftll,'rtfI/ii^i:v:4 . ; '

.' : -^Hifd-i'r. / u fM'^n .Uu^l: nsioz r.’r'n . n ihimn Jtfowr' .j snsio

:B» < . '.nP^'Ti :. :..' ' . i'-M; i” .-iS'jft asiOff'H’jj) .-».i,' 'ja lu.'ffto'x^ rtfib iUfp?’;.;’ asisi^jq

itofof tfiOf ^1:.;. fen ir 'b ,

?• -.vEjIns* nt5liui,\iur. jm u'.‘;i''il) imr‘^ dsjQ^^.

,-• ft .i£^}:^l: isf^.!:- ^wpm ,-XX". . i!-*

-S'*

I* .icrjnom : ,'

. ^ ’.sr^ n^^i; ; -V :'A I'i, v;,jr; naWiBiiWIu^aJ^

'^•.3' f;-'. 1 . ’UEj’7 ii ! M ^ r ?v:' ! Vi. I’Jt' ;'-n.'>^>!-; n-i-; JtJT»td

.;i,-;' ,.!-r^^>r- r^A»r. •4_ri>'ntHn EitTOTfiiB^ .X‘ ^'-'f i=->.n.v I ..‘/iS'-'si :•;^'iJJJ svr.X,fe(Jl»n'5q '.:nu<l eitjr' i.-ii^nil

i-.:,r,

. »-:; .;<••?.' fiBb <ff M’ - ;«(•>• -c'-ri ': •:;.»,•• iHi.i ,<asv /”-:n;ii:ji5S^t»; nyjoq w TH C:;i'V

• - if . ni: '.’f: >' '

.qRoiutr* i ? c.

• •

'

•:'<

'; !• .‘a i^zacbs ,{ggf.!l^v5il

ifi^T J{> v-y. ••i :ii!'!ir!puy(| .< isqph-ViS^'^> rx- Til* <fab'H8bB--'»il iufaUbAM;

>r;-nav-4 ''*;^ii£X T2^0

‘if'b.J^s^'nisa siix:M ^(tnb^r. 4 (T2XD lom! ’f^ajpjsfenain

L-.

4 II ntiJi fc«yx« 'ii&iau ^

3?';;.b AihI : .)' iHiilRt/

F

3 ?X, '-.v

• iriifi'ti>>4 f-.4 n- i.» ..1 ,.T!nJ<5 da?<) litiia ^

TKSa *Xiiv)i^-:-i'ii~ j;/jfrdon

. fr'Sm ... , , 4_..-iggite

^ f>£{> :r;>i^uiu4^ ^

^

iaiav

•An-icls,. -pi 'tw!>

.'s 4-#4.-L= •^. iSH riH-iUific <

ij^ii'b^A Rvc' ’’/iiy i-b i*u'!ur i?

'iK^ <'i'i rj ^.1 . ^-* <ia>Tk

.- s^SgSw* ..- r?/i;,.-v if.sbb ^ 0?. Tt4»ij!l',!ia

-• iii •-/ x-j '^l-r ,j|^;^. iatui. 0^

!)-’»;.» ,u4 ’” j'vliltffl U>. gt?i/ .-i'l.-'a ^5' iiii2;i’ste'

' Vv.-.: r" .>% ib BltfllfiT ^ '*V HtiJi/ f

|;'(!;’n G.’;: U j'-y^lK JwilM - '•-.?i>J ' .dh»oIb ^

til’Tfftt ’KWtii.t , dfiksiijil ;- -:

.it-f .,., r'}.i;-/t;).i:;' y»}iA%i

.' '»« wii ;- '('4'* - ••^'^'tyrt?i‘^^.3 Tatij)!??

IV .'••in X «fth ^r.SftrnaC e'*^JI-. ;> ‘;f«R'f

m f'lv.iiaamwg

dijJO-Wv ll' 0iifl4ai^. ..'

4r

't I',; *»,

MJ ''i li>i

<>»>• ‘'JT'W *'

Page 89: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Pendekatan: sekolah kecil di pegunungan; program pemberian makan atau makanan kecil

serta seragam di sekolah untuk semua anak sekolah kecil di pegunungan

* Kemampuan membaca penduduk dewasa

Kebutuhan: daerab yang jumlah penduduk dewasanya yang buta huruf lebih banyak;

Ogomanu, Alau dan Ogoreno di desa E’eya masing-masing mempunyai 100-150 pendudukdewasa yang buta huruf; Bolili/Tamugu, Siulanga dan Pasilanang di desa Ulatan masing-

masing mempunyai 50-100 penduduk dewasa yang buta huruf; tiap RT di desa Palasa

mempunyai 55-70 penduduk dewasa yang buta huruf

Pendekatan: Paket A; dikoordinasikan dengan inisiatif GKST

KEMISKINAN MATERIAL/ MATA PENCAHARIAN/ KERENTANAN

Pertanian merupakan dasar kegiaian ekonomi di perbukitan. Hampir semua rumah-tangga mempunyai paling tidak

satu kebun, dan sebagian besar petani di ketiga desa mempunyai dua sampai liga petak kebun. Sebagian besar akses

ke lahan mereka melalui warisan. Jumlah petak kebun yang lebih sedikit diperoleh melalui pembclian, pcminjaman,

atau pembukaan hutan primer oleh penggunanya saat ini.

Pola akses ke lahan di RT-RT yang berbeda merupakan indikator berubahnya kondisi sosial dan ekonomi. Tingkat

pembelian lahan yang lebih linggi menunjukkan bahwa lahan menjadi relatif berkurang, dan seringkali menunjukkan

bahwa orang luar (umumnya orang dari pesisir) masuk ke suatu RT mencari lahan untuk ditanami tanaman keras.

Di daerah dimana hanya sedikit yang ditanami tanaman keras tidak ditemukan kasus pembelian lahan. RT yang

paling banyak tingkat pemeblian lahannya adalah RT 10 Ogomanu di desa E’eya, dengan angka 33 % petak kebun

diperoleh melalui pembelian; semua RT lain di pegunungan tengah tingkat pembelian lahannya antara 0 - 8 %.

Wawancara yang dilakukan di RT-RT menunjukkan bahwa banyak orang dari pesisir yang telah membeli lahan di

beberapa daerah: angka-angka di tabel mungkin terlalu kecil, untuk tiga alasan. Pertama, orang dari pesisir yang

mempunyai rumah dan kebun di perbukitan tidak tinggal secara tetap di tempat tersebut, tetapi hanya berkunjung,

sehingga mereka tidak ada pada saat survai dan jumlah mereka cukup besar untuk kategori "yang tidak disurvai".

Orang yang membeli lahan di suatu daerah namun tidak mendirikan rumah terlampaui oleh survai, karena daftar

rumah-tangga yang akan diwawancarai didasarkan pada peta yang berisi plot rumah-rumah. Kedua, beberapa orang

mungkin enggan untuk mengakui bahwa mereka telah membeli lahan, karena mereka tidak yakin akan status hukum

transaksi informalnya. Akhimya, di beberapa daerah orang dari pesisir yang menanam tanaman keras di pegunungan

tengah mempunyai nenek moyang di zona pegunungan tengah, tetapi pindah ke pesisir puluhan tahun yang lalu.

Mereka sekarang memanfaatkan lanah nenek moyangnya, meningkatkan lekanan alas lahan terhadap saudara sepupu

jauh mereka yang tetap tinggal menetap di perbukitan. Orang-orang pesisir yang kembali ini cenderung mendaftarkan

status lahan mereka sebagai "lahan warisan".

Peminjaman lahan tidak begitu umum (sebagian besar kurang dari 5 %), namun Bainogio di desa Ulatan mempunyai

tingkat peminjaman lahan yang tinggi: paling tidak 17 %. Lahan di Bainogio cocok untuk bawang merah, 85 %rumah-tangga menanam palawija ini, yang menerangkan tingginya tingkat peminjaman karena lahan tersebut sebagian

besar umumnya dipinjam untuk masa produksi yang singkat.

Pembukaan lahan hutan primer tidak umum di pegunungan tengah dan tidak lerjadi sejak beberapa puluh tahun.

Lahan yang tercatat dalam kategori ini dibuka oleh generasi penduduk bertahun-tahun yang lalu, umumnya ketika

mereka masih muda (yaitu sekitar tahun 1950-an), dan bahkan pada saat itu mereka hanya membuka bidang-bidang

kecil lahan hutan yang dapat digunakan, sebagian besar telah dibuka pertama kali oleh orangtua dan kakek-nenek

mereka. Tingkat pembukaan lahan di Ogoreno di desa E’eya dan di sebagian besar RT di desa Ulatan sekitar 5 -

8 %. Di desa Palasa, tingkat pembukaan lahan di Tamalang dan Koja sedikit lebih tinggi, sekitar 12 %.

31

Page 90: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

-• nti|}nv4iiii^9i] lb 4«rt«:,*iM'0-w lioirtu mHUta^.li 'Va

t:m.

m diiht *k^ 9«M(^ 4«but'K •% :^ti87 lisrwah !oei4u»uii9:)l

eii'-OW ^trMn^'^|tIiiuwlIt f<‘/n lb OijftstffljO ^n»«a\:i|0

‘Itrfiaew oftislU wwb iti n<?fiib^iii’^ nab jjSbitf?iiJ9 4uwvl i

/iRUli*! umb ii[»ii ;1uniif lt<b<d 3^rc;t'

as)»:48 u«2.^ 4Ufia&J^. nab.nfimcyiiinoq W^fejfb

: ‘m >'^.’ -

,, -tT*

««tttHftbn9W.il£>laBTO rtMjafarts^ Iwrtd.ftaitlkjib^^^

.uskiA .ibjbfauui iu«i»' »al Sorw -i

TH*\r.firfsI a'i^ tdi^r.ib I®^

I"

nfirfsr btJMfpi^fliaasf. . . . . ..... , , . ^

^‘ r V m " -f^ jt'^~^- ' ''-^

E' .,

tb ftAilbl rtsf/J a«fi*< Rwlyi^fito# • •; moxisf^Vf^ihsittoitj mh t^Jb Mim tfi'^ u(^,^,^j^f iMrJkp aqin^cd%

Sns\'|WtO ^s«fr^o tibJbi ,^airx s^gitiljriitiinin

m H(i6*i'i<;i ^60i, «XW^fnani itajji^T ^ '1,

^ tAW« iti^m t^Aifi^dtiftim

naiKlfebrJffJ.g^^ Ibi leSlbb 4^<# giiax rJmmsiual ’I

h2b ]|ni^ Vrtanw y^ad^'Sfiljib AWTo^te f

ilit^l^'l < ^k A<KvS\i ifirWi'&'k^t^'** ^iTw* ... ..» ’:.. .i».i .. Ao.i.^.lt ..'..ll,.^ k. ^ .>'^ ' _

s

ATHiisdg jv(^

/.iirjlifta&^biieil om^'^iio mt{nn|iJb r.ta»buiTui. ^wiod

m ^ '

"iie% ™Aijjfc,;

a.i.'l&i fi\(n<1<uu»<> ^ffrf jjiuiy ^i<l^-rb}nkiv/3<t ,4wiaitbit^<2i5Ti!w.^^^ ic^ib liii ilijjtsijal nadikJ"

Hftfcbtt) ssiiiifftjaift •• •>’W« lhw| ff&4M rabffti vahsm awv) nhum Hialrti'ttiwwi.....^'.

JkxVIH -AlXaX t'iiL ttsb tla mikffsuf sabf^k fi&Ui ma&':. It«;^«rtb/%iji:i1ii3»b 1!K|W!i naJi/rf rtfetsl tiivai

* otHinj liwib lb Tfi vu^ 5b riefe U) iKvl'jJ Accili^(?i'^5(5( «ai^T ,0^nim '

.of SI ilyjifiu ii.Hh«? 6pl (tm^mkiiiATih md^ ni^>MA^n.Vf mts*i mb la'^J?

wf.

31

Page 91: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Produksi pangan penting bagi perekonomian di perbukitan, dan merupakan indikator yang berguna dari dua

karakteristik. Jagung ditanam oleh semua penduduk perbukitan dan tidak mengenal musim tertentu, walaupun selalu

ada beberapa rumah-tangga yang telah panen jagung dan sekarang tidak punya ladang jagung, Dengan keadaan

kurang dari 80 % rumah-tangga yang terdaftar mempunyai ladang jagung, ini menunjukkan adanya perubahan yang

kuat menuju produksi tanaman untuk dijual dan adanya kekurangan lahan untuk produksi bahan makanan; hal ini

juga dapat menunjukkan kehadiran orang pesisir di RT tersebut yang umumnya adalah petani tanaman keras dan tidak

tertarik pada produksi tanaman pangan untuk dimakan sendiri karena mereka mempunyai modal dan sumber

penghasilan lain untuk menopang kehidupannya. Data ini menyajikan uji-silang data mengenai cara memperoleh

lahan berkebun sebagai sumber informasi atas perpindahan penduduk ke perbukitan. Daerah-daerah dengan

karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

Di desa E’eya, Ogoreno (62 % tidak memiliki jagung); Ogomanu RT 1 1 (66 % mempunyai jagung): dan di OgomanuRT 10 (dikemukakan pula di atas mengenai adanya tingkat pembelian lahan yang tinggi) 84 % dari rumah-tangga

tidak mempunyai kebun jagung. Wawancara dengan rumah-tangga di Ogomanu membuktikan bahwa mereka

mengalami penciutan lahan untuk produksi bahan makanan, walaupun tidak semua rumah-tangga memiliki tanaman

keras sebagai altematif sumber penghidupan mereka. Di desa Ulatan, 87 % dari rumah-tangga di Pasilanang

menanam jagung tetapi sebesar 27 % KK - utama mereka yang berasal dari pesisir - tidak ada di tempat pada waktu

survei. Kalua mereka menghadir, mungkin jumlah yang beli tanah lebih tinggi lagi. Di Siulanga dan Bainogio sekitar

80 % rumah-tangga menanam jagung. Produksi bahan makanan, jagung maupun padi di Bolili dan Tamugu sangat

tinggi. Di desa Palasa, 75 % dari rumah-tangga di Tamalang dan 77 % rumah-tangga di Koja menanam jagung, tetapi

20 % dari rumah-tangga di Koja (sebagian besar berada di pesisir) tidak tercakup dalam survey. Di Silopoyo dan

Sidauga semua (100 %) rumah-tangga menanam jagung.

Ukuran terjaminnya kebutuhan makanan pokok timbul dari kebiasaan bagi-hasil atas panen jagung antar tetangga dan

sanak keluarga, jadi mereka yang panennya tidak berhasil baik atau tanamannya belum dapat dipanen akan terjamin

ketersediaan bahan makanannya. Kelak, jika panen mereka berhasil, sebagai gilirannya mereka akan memberikan

bahan makanan kepada tetangganya.

Di musim kering yang panjang, ketika panen jagung tidak berhasil baik, penduduk pegunungan tengah mempunyai

tiga sumber sebagai sumber pasokan pangan darurat bagi mereka. Mereka akan turun ke pesisir dan mencari

pekerjaan di desa mereka sendiri atau dimana saja sepanjang pesisir; mereka akan tinggal di daerah mereka sendiri

dan menyiapkan ubi hutan (ondot) ; atau mereka akan berjalan jauh ke dalam sampai ke pegunungan dalam dan minta

makanan dari petani disana, atau menukamya dengan kelapa, ikan kering, pakaian bekas dan barang lain. Walaupun

ada pilihan di atas, penduduk sangat menderita selama musim kering, dan ada laporan mengenai banyaknya penduduk

yang sakit karena kondisi makanan yang buruk dan karena terlalu keras bekerja sebagai usaha untuk mendapatkan

sekedar makanan untuk mempertahankan hidup. .

Daerah dimana dilakukan penanaman padi ladang menunjukkan sebagai sumberdaya lahan yang baik yang relatif

subur, karena tanaman padi ini tidak dapat tumbuh di tanah yang tidak subur. Sebab utama tidak subumya tanah

karena waktu diistirehatkan lahan yang tidak memadai, namun daerah-daerah yang menanam padi juga merupakan

daerah yang dap rumah-tangganya mempunyai jumlah petak lahannya lebih banyak dimana lahannya dapat

diistirahatkan selama 5 tahun atau lebih. RT-RT yang mempunyai produksi padi yang berarti adalah: RT 12

Ogomanu di desa E’eya tingkat produksi padinya 28 %; Bolili dan Tamugu di desa Ulatan tingkat produksi padinya

70-85 %; Koja di desa Palasa produksi padinya 51 %.

Sejak beberapa dasa warsa, bawang merah telah diproduksi di perbukitan sebagai palawija untuk dijual. Bahkan

daerah yang lebih terdegradasi dengan lapisan tanah yang lebih tipis dan yang banyak ditumbuhi alang-alang lebih

disukai untuk jenis tanaman ini. Akhir-akhir ini produksinya menurun disebabkan penyakit yang memusnahkan

tanaman dan menyebabkan para petani tidak mempunyai bibit untuk ditanam kembali. Hanya petani yang

mempunyai modal yang mampu membeli bibit bawang merah untuk mulai berproduksi kembali, tetapi ada juga yang

mendapatkan bibit itu dengan meminjam kepada tetangga atau kepada para pedagang dan harus membayar kembali

dengan sebagian hasil panennya. Karena itu daerah-daerah yang produksi bawang merahnya tinggi menunjukkan

32

Page 92: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

*^«t- - •--•

t IMm M #«Sf"Wjm<^

v-^ „ >

. .. .,.,

,

K^.n

g

jP-TCTliiii^'V ^•-- - |.-j-- w^r'i^ liT ‘~'4i nil' At^^mii^''^>'^-‘'

^ ff ' rl.-> i*"

•liiliirtbk'^mrfr'ii ‘iTOifffitti^ jU’iTt-A-.fc Jfififc'-^rfjniki‘ iliB^~*

*« s“^aV'W IWNj ^1^-;, .

lilllif® (jP!» ,'•:

I

,4.

,,-^S

111^

^

A'

'

vv,^ * dk ‘< ^4i‘'^ ^;:w^

'

:^M 'jk.<0bjn

»na8lf^ 1^4'

I'tm'N''')t4;^.. _:•:•»,

I

•fci&i

^ 'W ^ mif'‘

Jv ^ V^

t, f \'

^4'- *

.:|&;ii|^rt^^ fi|r wis«ii eM;:^m»t

Page 93: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

lahan yang sesuai dan daerah yang penduduknya relatif berada.

Daerah dengan produksi bawang merah yang berarti, adalah sebagai berikut; di desa E’eya, RT 10 Ogomanu tingkat

produksi bawang merahnya 24 %, RT 1 1 tingkat produksi bawang merahnya 18 % (mungkin karena kehadiran orang

pesisir yang mempunyai modal, karena tingkat produksi bawang merah di RT 12 hanya 7 %). Di beberapa RT di

desa Ulatan, tingkat produksi bawang merahnya cukup tinggi: Pasilanang 89 %, Bainogio 85 %, Bolili 79 %,Siulangga 39 % dan Tamugu 38 %. Di desa Palasa, tingkat produksi bawang merah di Silipoyo dan Sidauga rata-rata

90-100 %, di Tamalang 33 % dan di Koja 22 %. Di tingkat rumah-tangga, ada atau tidak adanya bawang merah

merupakan indikator yang baik dari kesejahteraan rumah-tangga itu, walaupun tidak dianggap sebagai hal yang

penting oleh responden dalam kegiatan pembuatan rangking kekayaan, kemungkinan karena sifat jangka pendek dan

sifat untung-untungannya, karena kiia tidak pemah mengetahui bilamana bawang merah akan gagal.

Pertanian tanaman keras merupakan andalan sebagai harapan masa depan oleh sebagian besar RT di pegunungan

tengah, dan jumlah tanaman yang dimiliki tiap rumah-tangga merupakan kriteria utama yang digunakan penduduk

lokal sebagai patokan kesejahteraan di lingkungan mereka. Persentasi kepemilikan tanaman keras sangat bervariasi

di antara RT-RT itu, tergantung lahan, modal dan tenaga kerja dari penduduk setempat dan para pendatang baru dari

pesisir. Rincian lengkap dari varietas tanaman keras dan jumlahnya tiap RT disajikan dalam tabel-tabel desa.

Gambaran singkat dapat diperoleh dengan melihat persentasi rumah-tangga di suatu RT yang mempunyai tanaman

keras yang paling populer di RT tersebuL

Di desa E’eya: RT 8 Alau, 43 % rumah-tangga mempunyai kapuk; RT 9, 80 % memiliki coklat; Ogoreno 79 %memiliki cengkeh; Ogomanu RT 12 60 % cokelat; RT 11 67 % cengkeh; dan RT 10 76 % mempunyai cengkeh. Di

desa Ulatan; Pasilanang 84 % mempunyai cengkeh; Tamugu 52 % jambu mete. Di Palasa: Tamalang 100 % memiliki

cengkeh; Koja 85 % cengkeh; Silipoy 57 % cengkeh; dan Sidauga hanya 15 % rumah tangga yang mempunyai

cengkeh.

Baik wanita maupun laki-laki menanam bawang merah, seringkali secara terpisah dan mandiri, dan dalam hal

tanaman keras mereka umumnya sepakat sebagai milik bersama; wanita mengekspresikan keinginannya untuk

memiliki tanaman keras sendiri, [perceraian cukup sering terjadi di daerah ini, namun data tentang perceraian tidak

dicatat waktu penelitian ini] agar ada rasa aman untuk dirinya dan anak mereka jika saja perceraian terjadi. Banyak

rumah-tangga yang juga membagi ladang jagung dan bcras sebagai hak suami, istri dan anak yang lebih tua, sehingga

masing-masing dapat merasakan keberhasilan usaha mereka sendiri dalam berproduksi, walaupun mereka seringkali

bekerja sama dan saling membantu.

Seperti halnya di daerah pesisir, pendapatan dari kegiatan non-pertanian berbeda bagi wanita dan laki-laki. Laki-laki

mengangkut bawang merah ke pesisir, beijalan ke pegunungan untuk mencari rotan dan kemiri untuk dijual, atau

menjadi buruh bagi orang pesisir yang mempunyai kebun tanaman keras di daerah perbukitan atau di pesisir.

Sumberdaya rotan makin jauh, dan pengusaha rotan menerapkan sistem kredit untuk menjebak pencari rotan dengan

hutang yang dijabarkan oleh mereka sebagai ’mencekik leher’. Pencari rotan tidak lagi bebas mencari rotan dimana

saja, tapi hanya di daerah-daerah dimana pengusaha mempunyai hak khusus lewat perjanjian dengan pemimpin

p)egunungan dalam.

Selain menanam bawang merah dan kacang tanah di lahan mereka sendiri, para wanita membuat nyiru untuk dijual

ke p>asar, menanam sayuran untuk dijual ke pedagang di pasar pesisir.

Kegiatan pembuatan rangking mengungkapkan faktor yang mengejutkan dalam hal kesejahteraan rumah-tangga:

peijudian merajalela di beberapa RT, sehingga laki-laki dengan mudahnya kehilangan tanaman keras dan lahan

garapan mereka. Perbedaan antara data ranking dan data indikator disebabkan oleh p>erjudian, karena mereka yang

melaporkan pohon dan tanah yang pemah mereka miliki takut untuk mengakui bahwa mereka kehilangan semuanya

karena kalah judi. Dalam beberapa kasus ada orang yang masih membayar pajak lahan dan pajak atas tanaman keras

yang sudah bukan milik mereka. Perjudian sangat merusak kesejahteraan rumah-tangga, dan merupakan faktor

penting dalam penjualan lahan ke pendatang, termasuk orang-orang pesisir.

33

Page 94: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

..iiJ ^incx ftsiolib ruib'iftript 'iis^wSr

Jtlstr.o^O fU r’^’ 4iji'»aiiv gns^' J'i fa.'* j !>: ; itj s dStlSiCI >

%t:.^no JUiTjbtfrfiJ •:' •• i m.''j,'r ",u; jT 3i ,?vftfj£i3r> jir.f.-'

ia>*s3il If TM igiuboiq

ti’ .n an;itad34 ,

• vk3 i^A<!xy:ii ,bbtmie3(ni^jj(k/. ,

../ ,:/ I •i';.,:v.i'.; ..r QH i,/’^.v-'CC3 uJfiiU- IS»^

iFii-siJfii RpJ) ir ;'' '< ih ivu'- ! T - v-. ! r .'L, : ... iq .‘5idc- Visi-.il i(2 8€r:j..‘.-.nKTiSsl>,j KggnatalZ

L'xafr: I'.vn : ..‘

< '- ' '- • -I'ir*’ -^ i^k>^ ift'ftsfr?' '

ib .0? OOfrC^'

ItA v iiurj/>iat:2.'V’;4 mb iiiT:' .,;is\ nssfig^/pm

ri;b :f..'.'.r,'>'3 2;4gruii.l!)K» nf:>,:{sjs .•#•• ,.> ’ ^r;c;i^;io; ii.skii itdbiM^in Msfo gaiiiiv-q

Iflyd fiLc-lii ir. r.!.

» '. :.'5 '-r;.’i Uvo-aq. 5(jsbi ,ij*5«oi;..u{rtffW‘‘5n«lW'KTk

nasi(Wj<ojji5'7"• :l wd . . ,.ir,u<f< rjatev .'...'isics t.,-; sUirir^v^ mjnsS^'si

^iihq^pggn :if,.-4(-uj;jio - X‘

{

' va:biQ‘ ,. • ilS---- ;*;>*» i tiafcrifa'i ofi-b .dfii^na)

isgiwwd Vr.

ijfibinad /..iiq in,tj (..^iSJ ,n^ot 43 !? TS^TJT cTCinfitfi

ji!’ •!«’;! Ti»-UU) T.K qw) vxv’>;t ffin-usv.A;- -’aRsnBv iwi. iqsijiwf ne'an-H .im?.3q

muu^ u5tnoqf/r^« TM ib -.?: i '4/ii '.i

i

iwn ilKl^.Tab ic^m'u ns^bivi:-";

;

-.-.'u.qoti, XrtllSiq goe^ ?HK^

^ (‘DarfosO 3i^'V; iMHtuf.vm o? TH,>b,q;;;-! l Vi- .tjiilA TM :si(3'3

'

K3 ,(te3lgi*M.f$'{m<qinpm d bV O' •''Ti ^ .li Ta ;^'/iJif»ogO .ft.5^§flW

liilfrntJ.T? -i^OOi ^ulsinitT r('l,-miv udaisr^ sc ‘sPJ'6g>uM«ifiasM ;u£JsfU

iCXniKimiii gnfi=f ii5gn«.f v-l ••|oi!ji>r2 ;rto^o»4? ..ti

fail msifib ti£b. .hibttiifn oi.b iiidgniivi ;n..s.aiu ajinfivir XieS^

iikiU Afifwiixoa /offer. :- -.ip 4 nuaij^'bdjii! r-'-vai sifis ‘.'.h neiJiisr.jq

L .i;u> (Udoi vtarm urtL < 1}?.: .iusAu^^rl ir£D j(fry§rq ij«<»5rus{a *J«^navTie.'^jyiBia drtOX.TT b; qufclfcf' ,.ii,:4juB<r.q'ts'i':i -nslsh i^pn^-V ! n''rp nj-dsrai-Kb-'i^ r«itiiT,';9*rf'biiiBbq.:

..t'Puvdbism qniTrivuiJJ LCTi.^

•F^; .

'

,- ,-vL ta

„;

.

;

(Uaiariv''‘ £U3‘'Vij£,!Ei%u4 ..-Jdit'Xt djjS*^IE jivniafl

.iuiiiib ;tu3fio Tioa:-;?? issr.'W aslfid-d .t';::--.; •.•< dsn^m. F.-rgwt,;.' lujisRS^mp'.

.•s:.t2;5(t ^ u&>a rx.ifc^iidic»'^ rfird^^l' Ik ,yAiiX^/$rn ^luiyd ibeyiain

fT«§f-/.;i.‘ ajiioi bvnq <u'j??.u fi£yli^?vsii?5si fidteffi (is)c-i ^x^.b^ofimag

cfia<iiii/ aa'c.i cca-c. c aie'*' :... a*4o i?aJ isdsidj ^lax

nfqATiiftytf fia^pi;?’5q iavj.'ii ‘Mt ; b/l ic r •-vur^fi's;- a.-^-p4t) ih .«•• a».d i«|e

- ''.;

‘ V.:) ii£;jn(jfj;i5j£»q

ifav/t Uf*ti!'n-)ai ,5; p.' .iair nic :!r;l >1.' ;i^itU ’qrpnfU Piiii jtnaf’.f'F-j^mfinfinvifn rntsIdB

.r<ii:v ; !Uii:q :b ‘V jpi^rb Tamw U^isn^;:- ,-iflariq ^W'in^-:sr; 'xvbiHV.^iiom 3

v..j4jt5bfH fijab ,^aL,.V7v:<.:r. :vfev 'i£q£\6S

. ,:;.'i'Oa? .I ‘ ' axwdijd' iii.i^-rT.v'i, >Urn,a ur.^td ;>b{iTv t;'-^:;l9ii: ri«m3<3 '-j-'u-.i n^ tt(aitipqmt!'>:iiihm

‘Xit jMt(;>;’.i.: / :iis itopq . k') ..iVtf iu|L<: s! ., be .:." aiiftm gfisis) aU cqcvV'.i'xl rr^ ).;:>' iaiatwfil^‘

^yj/rTiVac .-A.'irtS : v.u;-: : ' :‘Lil>ft |™•toi-wq .i«ar<(j«^feri*:> :k;

' k, -i .;.paiBbBsa,gi wi.IkI nslnlfl .•';

Page 95: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN DAN DAMPAK-DAMPAK

Perubahan utama umumnya terjadi di zona pegunungan tengah. Selama berpuluh-puluh tahun kondisi kesuburan tanah

lambat laun mulai menurun karena waktu mengistirehatkan lahan tidak cukup, sehingga produksi pangan dari lahan

dengan kondisi ini jarang memenuhi kebutuhan pokok mereka. Bawang merah yang menghasilkan uang untuk

membeli bahan pokok sebagai pelengkap produksi pangan menurun produksinya karena penyakit. Para petani

bericeinginan untuk menanam tanaman keras sebagai jenis produksi barn yang dapat menunjang bagi lahan

perbukitan.

Para petani tidak berpengalaman di bidang produksi tanaman keras, sehingga sering kali salah dalam pemilihan jenis

tanaman yang cocok untuk lahannya, menanamnya tanpa penanganan, dan penggunaan bibit dengan kualitas yang

buruk. Sehingga panennya tidak memberikan hasil yang baik. Ditambah lagi lamanya masa menunggu (3-7 tahun)

sampai tanaman keras itu menghasilkan.

Tanaman keras yang baru menempati lahan yang luas yang dulu ditanami tanaman pangan dan palawija (seperti

bawang merah dll). Para petani kekurangan lahan sebagai sumber pangan mereka, dan terpaksa menggunakan satu

petak lahan berulang-ulang tanpa masa pengosongan lahan. Banyak dari mereka sekarang pindah ke pegunungan

dalam untuk mencari lahan untuk produksi pangan, menimbulkan ketidak-mapanan rumah-tangga mereka dan makin

jauh dari sekolah dan fasiliias lainnya, dan menambah beban bagi lingkungan RT di pegunungan dalam.

Meningkamya tekanan atas lahan di pegunungan tengah adalah kelakuan orang-orang dari zona pesisir yang membeli

lahan untuk menanam tanaman keras. Petani pegunungan tengah menjual lahan mereka untuk memenuhi kebutuhan

jangka pendek mereka akan uang, untuk ditukar dengan bibit/anakan pohon, atau untuk menutupi hutang judi mereka.

Namun, sebagai konsekuensinya, terjadi penurunan sangat berarti akan basis sumberdaya dan peluang masa depan

mereka.

RT-RT dan rumah-tangga yang lebih miskin yang tidak mampu menanam tanaman keras akan tertinggal dalam masa

transisi ekonomi ini, dan aksesnya atas lahan untuk pangan menjadi lerbatas tanpa adanya altematif sumber

pendapatan lain yang sesuai. Mereka perlu dibantu agar tetap sama seperti yang lainnya, sehingga mereka tidak

merasa kehilangan lahan dan tergeser.

Jika hak wanita atas tanaman keras tidak diakui, mereka besar kemungkinannya berkedudukan lemah dalam

pergantian ke jenis tanaman ini. Dalam banyak kasus, wanita menerima bagian berupa tanaman keras nimah-

tangganya jika terjadi perceraian, tapi dalam kasus lain mereka tidak mendapatnya sama sekali, karena suami

menganggap bahwa tanaman itu milik pribadinya. Padahal banyak kaum pria kehilangan tanamannya akibat

peijudian.

Petani pegunungan tengah sangat tertarik dengan teknik-teknik baru yang membantu kelanggengan produksi pangan

mereka pada lahan yang lebih sempit, sekarang sistem pengosongan tanah yang biasa mereka pakai tidak lagi berjalan

dengan baik. Sebenamya mereka tidak berkeinginan pindah lebih jauh ke pegunungan dalam, tapi tidak ada jalan

lain. Mereka juga berkeinginan untuk meningkatkan produktivitas dan keselamatan tanaman mereka. Pelayanan

penyuluhan yang berkualitas tinggi meninmbulkan dampak yang sangat tinggi pada tahapan ini.

* Meningkatkan tingkat produksi di semua daerah perbukitan

Kebutuhan: Tak satupun RT mempunyai standar nutrisi atau penghasilan yang

memadai, dan semuanya perlu perbaikan, dengan prioritas RT-RT yang paling

miskin

Pendekatan: penyuluhan aktir di tiap RT

* Meningkatkan pengetahuan akan tanaman keras jenis baru untuk meningkatkan produktivitas

Kebutuhan: seluruh daerah perbukitan yang ditanami tanaman keras

Pendekatan: penyuluhan pengetahuan tentang teknik penanaman pohon di lereng-

34

Page 96: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Wr 0 t^30^' >.Iji

••.. :;) f1filrf,;-,it:iu^p*v^<trnBl5B.'*«^^'ll8y!»nt n i<;!Oyit;«

'nr; ri rifxicnirtf

. - .'- X. -,

.-.i.s.Tif?. .<>.*:'lJj.v 'fiisfcii:}- siv «-|»rw swr^-i;.;. 4tl .; uj > t&dmtt

,;: ii4- n;iaa5'-Ti^/,r.. t'UfmS j\:h.v,iu :^loM:^ rrEwV:L>-d''>i i/turtwr-i^n : i (t«^nst>

.;;^ •'; . 'aas'lfijl -' rano/n iVJuhOTiJ Uigfiffag ioa|tS||rr :y:4:iV'ni

r.r-x'J d :. .’n-’fff- ^'njs--: 'ren txri'b --.triji: E.-.’-voidjhtid

;- iv;< I. . !V na»Hal' ali. ' ,-ir*-.c t.*: •{.•'»»<•»&• ‘v,- .:* j^qe a*?

._!' ;

•.';.'.i(i nfigri.i; r/i.:,;-. ,<‘j.;'. . tfM''- *4^j9» anJS'< nfiuir/v •

'

• ^(!. ' jygniR'-

'

j' ..'i;;' KC .;Usd a'U;/ ev^^nanK^ a§g/Ufb2

;?f=4is/:a3:r?i^i??wr iiir iism^

.;.-yi . .- .lA^irTmpiix.xS'iv . •' ^jU'( ' .'sdsi 2ii^ r^iniBn^T

iitc- .<T fsnsrn iibgasti ;./ -^ 5,

ju iV'd- rs)sg«fiw;«SMl' irs»o| Jiib dai5in gfuwBd

.mefcli'’

'I’/i' ""ledo-d 'mfine® n?.

verr* efi i&} ?r j.E gnfelifwd rkTifll 'JfAr :

•:m Rpdflf mansrtiviuinii msifib

,uwii;Br3Bf^*wit,2 R'vti rfjuIo>*'2 nab riuot

.Mi.*' .' £^/'

:i3dr?>uuT ?.nfjv i;v,t'*x! sit(>\ hab incw-sntiio nsfjr)st:!'.V7l r\'njjj^:gnindM

nctU-- ).jJ !/*yf»jru!)ni.'

.'!•'.« ^ p^:rr\sns< «uuujis:n :f£aas r.iirl'J

.iLf:r.rx'-, ib^^niuud ''iv.is|ifc.gidM';TJ5g i ’V jbf.n^»q

n0xjb nHh Eo7^frS ' naliLnwiKX! ,r-dtj?:t>{;as ';OJ* tcgtxi;^ .nunwiM

^#*3iSRS4ri

t’£i.i'' J ,; :s/hx?.kVj'Jx miTi.,pi:i} oititnra.Ti. ?EfR;?acn ^ri/^ag^nfil-ilwniji (i&t>

. 4*^^. sv;«rw;te nafe ,iol imotioia. falto;)

i.d-Tj einPE? .ifids^vi w|J Pi'Jtif|6hRixr-

;iyTiorn'i;<ub;={K*<.r-4 «wnL;;<. 'fd/: atfUA' isri aafil

ruf.'TTj-f raiJd njlniiw >I«7 :er3 isaJs'T ?jn9t .si flUiJJTOgTiSfl

a‘5crti4«jr.^? iakIvAi' .w;/ybBdhi| aubrj :iit rtsa^bi^ f.vdiid f|ri§nfigfloi;;

'

..

'

' 7' ,nsib7;p^’Q

ndv' i >:1 .Tsi ,d|l;il ;;37-<idi»rS;iJid t;,'Uiv -knai ;.uwaift§'aAv-7ise n» '*.1 ;J[j8f| fiVowiu

sJsbW !f;u;. fmjit, a/;;.' ox if«T- .<-i ftAvijm a

. nagn^b

.ai'j.wrn o^iirr!j)io?f.o:4 nab aaiFvu';^.o‘bPA<! (icrx.^nioi'ad B8w\ aSteisM .flifiJ

.inf nf.n.i'irj fd..j/j gofcv niji^'nn4ff.o!'si ’.qv.'n.* 7js;<leiu:^*id ijnsV natkituvnEW

.'

"'

'J "Eoo fis^HHft fb gBrflsrf^tilo'j?/

gn. ‘-i; .j*'8x i'J?-*! . ^f>ih>'tii iir./Enoh '.

-q tjh^ fc'yagi>;n;^ ,“*'b ,iM©#ix.3m i|Mardirim

;l qsjJ Ih f :nii}aAaacf3*f '

>.,>.;l7h/?(;b<;oq ('4tn«<?.nR i«]fiu u m'' v.odyoi i rtfedJKiTg^™

1' .'SrRjfoi (.' \rjq h .ni.l2ulud)>4

;;,: ::*J tl- n'»d:>y n<..ririv'u. f( i «

Page 97: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

lereng dengan modal kecil dan keterbatasan input uang tunai serta peka terhadap

perlunya pengintegrasian tanaman keras dengan produksi pangan.

Mempertahankan atau meningkatkan produksi pangan

Kebutuhan: seluruh perbukitan dimana penduduk berkepentingan dalam produksi

pangan namun kekurangan lahan atau kualitas lahan yang rendah karena adanya

tekanan dari penanaman tanaman keras

Pendekatan: penyuluban pengetahuan tentang sistem pertanian terpadu untuk

daerah perbukitan dan metoda untuk meningkatkan produktivitas dan

kesinambungannya dengan input uang yang sedikit (seperti penanaman berdasarkan

kontur, penggunaan kompos, mulsa, pagar bidup yang dapat memfiksasi nitrogen

dsb); eksperimen dengan petani untuk mengidentifikasikan dan menguji peningkatan

benih yang sesuai bagi lingkungan perbukitan.

Memberikan input (benih, bibit, patok pagar, peralatan dsb.)

Kebutuhan: RT>RT dimana kurang dari 69 % rumah-tangganya mempunyaitanaman keras (skor 0-6 dalam tabel di atas), pemantauan untuk menjamin agar

rumah-tangga termiskin yang tidak mempunyai tanaman keras benar-benar

berperan-serta dan memperoleh bagian mereka.

Pendekatan: penyuluban (PPL, PPLD) untuk menginformasikan RT mengenai waktu

penyampaian input ke tepi jalan dan semua penduduk RT.. datang untuk

mengambil bagiannya (pengecekan nama-nama dalam daftar RT); tindak lanjut

sesegera mungkin dilakukan PPL/PPLD dengan pemantauan penyampaian input dan

acara penyuluban.

Wanita dan anak muda juga laki-laki berperan-serta dan mendapat manfaat dari peningkatan

pertanian.

Pendekatan: latihan bagi pekerja penyuluban untuk mengenai pekerjaan dan

keablian wanita dan anak muda; penyuluban dan penggalakkan secara aktif agar

untuk mencapai peran-serta penub; distribusi input berdasarkan daftar lengkap;

pengakuan atas bak pemilikan pribadi atas lahan dan tanamannya.

Mengembangkan keanekaragaman palawga untuk d(jual

Kebutuhan: wanita (yang kesempatan lebib sedikit untuk mendapatkan penghasilan

dari sektor non-pertanian dibandingkan laki-laki)

Pendekatan: penyuluban dan bibit berkualitas untuk produksi sayuran dengan

strategi pemasaran teratur (tomat dengan nilai pasar lebib baik, wortel yang dapat

dikirim ke pasar di Palu atau Gorontalo dll.).

Mencegah perjudian

Kebutuhan: RT-RT dimana perjudian mingguan permanen dilaksanakan

Pendekatan: kepemimpinan, pendidikan, tindakan pihak kepolisian, tidak diakuinya

penjualan tanah sebagai basil perjudian

Pembatasan pembelian lahan di pegunungan tengah oleh orang pesisir

Kebutuhan: daerah yang mengalami tekanan atas lahan, terutama yang aksesibel

(mudah terjangkau) dari pesisir serta lahan lainnya

Pendekatan: mengidentifikasi lokasi penanaman tanaman keras bagi orang pesisir

di lahan yang tidak digunakan oleh siapapun, seperti daerah-daerah di kaki bukit

yang terlalu kering dan berbatu yang tidak sesuai untuk produksi pangan;

mengidentifikasikan jenis tanaman keras yang cocok (kapuk, jambu mete)

35

Page 98: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

tolsQ buitt <^1^11 Lt))! <i(!;

- jjo . til

• '.-

J

4«j>i»b 2i' 6f.’ .J :i^r KDMSJ ;" i>-'' v..i',

1 ‘h '< •< > I Tt'l 1 j^ft

i, r;uiOM ; .i ii>

5iii 1«<T irbs-fi'i «

« 4b e; •. s

ni Jiticb ittri fij.. .u

i.iii l.’fij :i'i -i!

.

,

.! . -J -.J'liu'*-.. •*. •i. -.la-MKii y\ : 'A

• <‘J -rv:; •.- ,Hn|(0Si-.tf*-r{‘-.* u* y.twn fti/im'-iq

iio tSi,! • !• it*!) *4 .-, ur;<i 'ii

'1 sWrilrt^Ll <t>‘)q a.;dnfu

ivC:' rtU.KJM ' iUib itf'

'

-4

• ••' 8flig»J 'ji ni nt^arii .i\ i:'

.tv .1 .y .Is'J'l'tcf yrngrtui; r'! i^rict --

• (»i frsi»j OKWSsinur ‘ ''^

mfctTHi ;|, rH Uti'U'.b nefftb -:Vf!XT&*5i}d IH

.flKJljj

;

;7 i-bmn ;<i5 JUl nub

^ .. . \^.

-

a<ih' kP‘'V^7v.j Ci.-.vv .^'.-.-nt,.!

'vP aiM,?^'7Sy v-)'i f?j^’;l iesMh’.iH) ;tU» /.-<• entj? .'JJ'O-i k :u:--. .'s* ^:.tl)vu

av.l®-.

.>(, I’.y ttki .1 '•, tn.,

;,}^j=;i{4fiwv»tt 7::iaJsida-34

iti. if . 4-

',?s.v.4 ii; • 4 ;fkr<v*c^no/« li«S

Uliuyjsa .•'i*ix<j 'L’l.'IAJf «i iMi s$Bi» :,'

*'v,

- =ui>if W .r,.; .

'*J,: ''

/Ui£lifj{l“<i ?U t.) r-. t>;{i|!i

H.

t* -.," ' Jitnitief nkrfi:? r.iv;-;,7< fTfcP

'‘jSpff-

kl ft (!;l... !, ., ..'i.i'.it '.ylWJ f.n' <t'

,n-.rv.Tli^ irJyly't’i *(u r.j .'i^|||||g'V,i^;t /^.M, V nr-.ciiii'f ntib ifai'iyJt *Yb‘itW

('il'itti • ‘I -'jI ;v ifvt.'.ttS ekx B,Mii««4irtlU? 7'br; .:: ir-

k

>>

vJi"

Page 99: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

KELEMAHAN FISIK/ KESEHATANPelayanan kesehatan dasar tidak tersedia di pegunungan tengah. Anak usia 0-6 tahun, sekitar 25-35 % dari populasi,

dan sedikit sekali telah diimunisasi. Banyak wanita mengidap anemia karena sering melahirkan. Walau tidak ada

data statistik, nampaknya jumlah kematian anak tinggi. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi yang

baru lahir; anak-anak menderita diare, infeksi dan demam.

Infeksi kulit, termasuk frambosia, kaskado tersebar di daerah ini, dan umumnya tidak terawat. Juga teridentifikasi

adanya kasus kusta, terutama di Silipoyo. Program Frambosia belum menjangkau banyak daerah perbukitan sesuai

sasaran utama program tersebut. Hal ini disebabkan oleh keengganan atau waktu yang tidak memadai bagi petugas

kesehatan untuk mendaki perbukitan. Di desa Palasa pengelolaan obat-obatan diberikan kepada petugas kesehatan

GKST, tapi ia tidak dapat mengobati ribuan rakyat di daerah itu tanpa peran-serta petugas kesehatan pemerintah yang

tanggung-jawabnya melayani masyarakat.

Keluarga-keluarga diobati penyakitnya secara adat, tapi tampaknya hanya menggunakan sedikit tanaman obat-obatan

(daun-daunan, akar, dll). Jika pengobatan ini gagal, mereka membeli obat di pasar atau waning di pesisir. Kadang-

kadang mereka membawa pasien ke Puskesmas di pesisir, tapi mereka khawatir akan biayanya, dan seringkali

terlambat berupaya mencari bantuan medis.

Rumah-tangga di pegunungan tengah dan pegunungan dalam yang termasuk wilayah desa Palasa dilayani pusat

kesehatan di Bambasiang yang dikelola oleh GKST. Petugas kesehatannya sangat disukai dan dihormati, dan maubeijalan ke RT-RT yang jauh letaknya apabila diperlukan, mereka menyediakan obat-obatan dengan harga rendah

atau bahkan memberikan pengobatan cuma-cuma bagi pasien yang tidak mampu. Tapi penduduk dan daerah yang

harus dilayani begitu banyak dan luas mulai dari perbukitan wilayah desa Ulatan, Palasa dan Tingkulang, sehingga

mereka tidak selalu dapat memenuhi permintaan. GKST sering kekurangan dana untuk membiayai obat-obatan, gaji

kademya dll.

Usaha Posyandu yang teratur telah diadakan di Padongkal (di kaki bukit Palasa) yang melayani penduduk Silipoy

dan Sidauga, tapi pelayanan seperti ini belum ada di daerah-daerah di pegunungan tengah.

Wanita di pegunungan tengah dan pegunungan dalam sangat tertarik akan program kesehatan, menyatakan "siapa

yang tidak mau melihat anaknya kuat dan sehat". Walaupun mereka mengaku tidak takut terhadap imunisasi,

diperlukan beberapa program penyuluhan untuk menerangkan manfaatnya.

Para wanita juga tertarik akan keluarga berencana, mereka menyatakan bahwa mereka tidak ingin mempunyai anak

banyak, karena menyulitkan mereka untuk bekerja di ladangnya. Beberapa wanita telah menikmati pelayanan

keluarga berencana, dan beberapa lainnya berhenti dari program ini karena bimbingan dan program lanjutannya yang

kurang tepat.

* Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar, termasuk imunisasi, keluarga berencana, dan pengobatan

diare

Kebutuban: selurub RT di perbukitan

Pendekatan: kunjungan teratur Posyandu ke RT-RT secara aktif, latihan serta

metoda penyuluhan yang baik; penggunaan wanita setempat sebagai kader untuk

membantu kegiatan; pelaksanaan program oralit.

* Program kesehatan kulit di RT-RT perbukitan

Kebutuhan: seluruh RT di perbukitan yang belum terlayani

Pendekatan: petugas kesehatan langsung mngunjungi RT-RT itu untuk melayani dan

memberikan penyuluhan tentang pencegahan penyakit yang sedang ditangani.

* Peningkatan pengenalan penduduk perbukitan terhadap pelayanan kesehatan

Kebutuhan: seluruh RT-RT di perbukitan

36

Page 100: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

« /Iri-iA :t;S ?..;_ -i..-iJ'« ^^ it) HBUtfe IjMtfiMl

., vi*’ - ' ' ..n .1

, r-;,;;,.ri- '‘f.'!-'. '-. T ..,; ,

.j' ,}.,frJS4 /lljIffUli.

.,

,

,

;/, 'M .. . <

- •’ '

i- ' i'•' ’

...' .'•,r. <>••. -• (. fb r«uutn«a*jm|

'

.,!' ,:ii

-» 'H :. 8 r.rn

.,-H

. '':iK ‘'’' '‘^‘*1

-'U -'f’la

..

-.'. r;,l 5i ,v»iM

' VT7

'txjijdiEiafeii

. . ‘ *t c u £

ii’''i<:' ' i-i".’ .4 k’j [VUr .'i

,.t ,.‘t''i'i4 '»' ;"

ovj *r :-t%Jr;'> '’

. .-;:v’'rr./r >- :S'V' .sdi'f'’,!'^

:vj H”' ,.4,

,^‘.£

'..-

Page 101: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Pendekatan: petugas Puskesmas mengunjungi RT, menerangkan mengenai bentuk

pelayanan dan fasilitas Puskesmas, dan menghimbau masyarakat agar datang ke

Puskesmas untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai.

TABEL 4: RINGKASAN - SKOR PEGUNUNGAN TENGAH

Desa sekolah mampu jumlah jagung padi jumlah bawang pohon jumlah

baca- pendidikan pangan merah pendapatan

lulls tunai

E’eya

in/8 Alau 7 6 13 10 1 11 0 4 4

IH/9 Alau 4 2 6 10 4 14 0 8 8

1/3 Ogoreno 6 3 9 3 0 3 1 7 8

rV/12 Ogomanu 3 3 6 8 2 10 0 6 6

rV/11 Ogomanu 4 3 7 6 0 6 1 6 7

rV/10 Ogomanu 0 3 3 1 1 2 2 7 9

Ulaian

xx/Pasilanang 9 6 15 8 0 8 8 8 16

xx/Siulanga 9 6 15 7 1 8 3 8 11

rn/Bainogio 4 9 13 8 0 8 8 9 17

V/Bolili 0 4 4 10 7 17 7 6 13

V/Tamugu 0 1 1 7 8 15 3 5 8

Palasa

V/Tamalang 5 6 11 7 0 7 3 10 13

V/Koja 5 2 7 7 5 12 2 8 10

V/Silipoy 7 3 10 10 0 10 8 5 13

V/Sidauga 5 2 7 10 0 10 10 1 11

PEGUNUNGAN DALAM

JUMLAH PENDUDUK

Penduduk di zona ini meliputi 47 rumah-tangga di Gagala di desa Ulatan, dengan 140 rumah-tangga lain mungkin

di pedalaman yang tidak tercakup dalam penelitian (banyak yang tidak lerdaftar oleh pihak berwenang), dan paling

tidak 215 rumah-tangga di Palasa. Hal ini mewakili di desa Ulatan jumlah penduduk sekitar 300 orang atau, kalau

termasuk rumah-tangga di pedalaman, lebih dari 1000 orang di desa Ulatan, dan sekitar 1140 di desa Palasa.

KETERKUCILAN/ KETIDAK-BERDAYAAN/ PENDIDIKAN

Beberapa penduduk di pegunungan dalam (di Gagala di desa Ulatan) dan di Siloia/Polaboal, Ogouang dan Ogotop

(di desa Palasa) pemah mengalami tinggal di kedua lokasi pemukiman yang telah disebutkan di atas (PKMT Ulatan

dan Bambasiang Palasa). Sejak mereka kembali ke tempat tanah nenek moyangnya, mereka menyatakan

keinginannya untuk tinggal tctap ditempatnya semula, tetapi dengan fasilitas pelayanan yang lebih dekat tempat

tinggalnya, terutama fasilitas pendidikan.

GKST sekarang menangani proyek "pembinaan di tempat" Ookal resettlement) di Pongutusan dan Labani, membina

masyarakat perbukitan di hulu sungai Palasa untuk menetap di tempat pemukiman teratur yang dekat dengan lahan

perianian mereka (Pongutusan berjarak satu hari sedangkan Labani beijarak dua hari perjalanan kaki dari pesisir).

Ada rencana untuk mendirikan sekolah-sekolah kecil dan fasilitas pelayanan lain di lokasi pemukiman itu.

Komunikasi dan kerja sama antara pemerintah dan misi GKST sangat penting terutama pada saat ini, dimana

37

Page 102: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

.u4:iiH .7 i« v:fl'4rii»sn'>‘ta ,'' *"^11

M

A

Air ’-i'‘ * H

' - '

.'..*i-;i S^iOi.r ?<»*

; ij ii-Vi .Ksu^lig^

-, . r; i' 'i.'i'imkbS'q'

>'/.' (ifl'M-AAm

'» , .'.nM ' ,1^

. 1$;

' ’•--v;:

' ,tVk|

. ‘rL . y i. itUd ^'i

:v -i. .

;;

?iaii!,viZ iU'ttm gfsait

Page 103: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

sumberdaya milik pemerintah (petugas kesehatan, obat-obatan, guru, dll) serta pengalaman keterlibatan GKST dengan

masyarakat yang tinggalnya jauh di daerah SAD sangat efektif untuk disatukan. GKST tidak dapat melayani seluruh

penduduk di pegunungan dalam dengan sumberdayanya yang terbatas, namun pelayanan yang kompctitif dari

pemerintah menjadi sia-sia dan membingungkan masyarakat pegunungan dalam.

Namun perlu diperhatikan apakah masyarakat akan menetap di lokasi pemukiman bahru, atau hanya datang sekali-

sekali mengingat ladang mereka masih agag jauh dan perlu dijaga. Penempatan sekolah dan "pusat pelayanan" lebih

dekat ke masyarakat pegunungan dalam dan lahan pertanian mereka sangat mendesak sesuai kebutuhan masyarakat,

juga sejalan dengan kebijakan pemerintah bagi suku-terasing (pembinaan dan pelayanan di tempat).

Walaupun di banyak tempat sistem RT di pegunungan dalam tidak berfungsi, tiap kelompok di pegunungan dalam

yang terdiri dari 20 -50 rumah-tangga di tempat tertentu (dinamai berdasarkan sungai atau gunung) mempunyai

pemimpin sendiri dengan identitas sosial yang jelas. Pemimpin lokal adalah p>emimpin politis atau administratif

(kepala suku), pemimpin spritual (kepala adat), pemimpin upacara ritual pertanian (pasobo) dan pengawas atas lahan

hutan dan rotan (pasori). Kepala suku diakui oeh kepala desa untuk berbicara atas nama kelompoknya, dan dalam

banyak hal, kekuasaan se orang kepala suku atau kepala adat yang disegani diakui di beberapa tempat mencakup

beberapa lingkungan pemukiman, namun ada Juga pemimpin tiap kelompok yang mengurusi kegiatan mereka sehari-

hari.

Penduduk pegunungan dalam umumnya tidak terwakili dalam rembuk desa, dan pertiatian mereka jarang menjadi

prioritas utama di tingkat desa. Mereka berkomunikasi secara informal dengan pimpinan desa, terjadi jika pemimpin

mereka (kepala suku) singgah ke kepala desa dalam perjalanannya ke pasar, atau ketika kepala desa mengirim pesan

untuk mendiskusikan masalah penting.

Di desa Palasa, masyarakat pegunungan dalam tidak pemah bertemu dengan kepala desa yang lama, dan kepala desa

yang baru belum sempat ketemu. Kepala dusun V di desa Palasa berfungsi sebagai corong informasi bagi masyarakat

pegunungan dalam, tapi hal ini tidak tepat bagi seseorang untuk mengendalikan masyarakat yang sangat besar, dan

bagi mereka yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan lembaga tingkat desa (kepala desa, LKMD, LMD,PKK, dll) yang selayaknya harus mewakili dan membantu mereka.

Umumnya masyarakat pegunungan dalam lemah kedudukannya dan mudah diabaikan atau dieksploitasi. Mereka

tidak sadar akan hak-hak hukumnya, dan mereka takut akan gangguan dari orang pesisir. Mereka sering ditipu oleh

pedagang atau tengkulak. Umumnya mereka terkungkung oleh peraturan, seperti kartu identitas tahunan, mereka

yang tidak punya kartu itu takut untuk turun ke pesisir. Mereka mengerti akan pentingnya pemungutan suara waktu

pemilu, namun pada masa yang lalu mereka pemah mengalami gangguan saat melakukan pemungutan suara dan takut

dengan prosesnya. Ketika mereka ke pasar, mereka tidak punya tempat bermalam, dan sering diganggu oleh orang

pesisir saat berusaha untuk berteduh di teras rumah-mmah ketika hujan.

Masyarakat pegunungan dalam menerangkan bagaimana, ketika mereka ingin mengetahui apa yang terjadi di desa,

atau mengenai tanaman keras yang barn, mereka berkeliling di pasar, mendengarkan pcmbicaraan orang lain dan

mengamati. Kehausan akan informasi, dan kesulitan yang mereka alami dalam memperoleh informasi, dapat menjadi

dasar bagi program penyuluhan sederhana yang efektif dari segi biaya yang diadakan tiap hari pasar.

Gereja dan petugasnya merupakan sumber utama yang memberi pedoman informal, informasi, dan bantuan bagi

masyarakat pedalaman untuk mengatasi kesulitan dan seringkali bertentangan dengan orang pesisir. Peningkatan

tingkat pendidikan juga sangat membantu.

Tingkat pendidikan dan tingkat kemampuan membaca masyarakat di pegunungan dalam sangat rendah, karena jarak

yang berjauhan. RT berharap mempunyai sekolah kecil dan pusat pemberantasan buta huruf di daerah mereka

masing masing, dan disiapkan untuk terlibat dalam kegiatan swadaya untuk pembangunan fasilitas kasar. Hanya ada

satu lokasi di pegunungan dalam yang mempunyai tingkat kehadiran anak di sekolah yang tinggi, yaitu

Siloila/Polaboal di Palasa, dimana 13 anak usia sekolah harus berjalan menyusuri sungai ke sekolah di Bambasiang

38

Page 104: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

'- Vi?),'.3?,

??:v

! j'rifTU'VI

:v;?;

.1

;i vii.;.:,'

';fsv:vr-;

-"i fiiV;;.

,:i, r jft,:

V’i >.

!

a';.:;?' 'x'n.ii,,

.

.U -rjo.

I'r.'', XI' Vf'j

Page 105: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

yang didirikan oleh GKST. Di beberapa lingkungan pemukiman lain di pegunungan dalam yang bcrdekatan (seperti

Ogouang), anak-anak pemah bersekolah, tetapi tidak lagi ketika ada satu anak tenggelam sewaktu menyebrangi sungai

dalam perjalannyannya ke sekolah. Angka buta humf sekitar 90-100% di pegunungan dalam.

GKST merencanakan seperangkat inisiatif untuk memberikan pelayanan bagi daerah pegunungan dalam. Hal ini

memerlukan sumberdaya untuk pembangunan sekolah secara swadaya dan membayar honorarium guru, yang

diharapkan akhimya akan dikenal secara resmi dan dibiayai. GKST merencanakan sebuah sekolah dan pusat

pemberantasan buta huruf di Pongutusan bagi masyarakat di Sintual, Sinimpis dan Tampo. Sekolah dan pusat

pemberantasan buta huruf telah beroperasi di Labani bagi Osom, Tampo dan Palandunduan. GKST merencanakan

pendirian pusat pemberantasan buta huruf di Gagala untuk masyarakat Gagala, Lemotasi, Awudali dan Tempa.

Gagala berada di bawah administrasi perbatasan Ulatan, tapi dilayani oleh GKST Bambasiang. Beberapa anggota

masyarakat yang tinggal jauh di pedalaman tidak terdaftar, dan perbatasan antara desa Ulatan dengan desa Palasa

tidak jelas.

* Meningkatkan arus informasi antara pejabat desa dan masyarakat pegunungan dalam

Kebutuhan: selurub daerah yang tidak tenvakili di pertemuan desa

Pendekatan: pejabat desa harus aktif mengbubungi mereka, termasuk mendatangi

dan pemberitabuan dini mengenai adanya rembuk desa; mengelola pertemuan

sebingga semua pendapat didengar, termasuk penduduk pegunungan.

* Meningkatkan akses/bubungan

Kebutuban: daerab dimana keterasingan merupakan masalab, seperti mereka yang

terputus bubungannya akibat banjir atau yang Jalannya terlalu buruk untuk

didatangi petugas Pendekatan: jembatan-jembatan kecil, perbaikan Jalan setapak

* Memantau dan menunjang pemukiman di bulu sungai/pengembangan pelayanan oleb GKSTKebutuban: Pongutusan dan Labani

Pendekatan: pejabat tingkat desa dan pejabat bidang pendidikan, pelayanan

kesebatan dan sosial (Depsos) peran-serta departemen-departemen dalam

penyusunan program dan penggunaan sumberdaya pemerintab untuk memperluas,

melengkapi dan meningkatkan apa yang telab dilakukan oleb GKST.

* Peningkatan akses ke pendidikan dasar dan pemberantasan buta buruf bagi orang dewasa

Kebutuban: selurub daerab di pegunungan dalam

Ulatan: di Gagala sekitar 65 anak-anak usia 7-12, sangat sedikit yang bersekolab

Palasa:

1. Pongutusan dan Labani: setidaknya 50 anak-anak usia 7-12 (kemungkinan

lebib dari 100 jika rumab-tangga dibangun mengarab makin ke daerab

pembinaan di tempat/resettlement) tidak seorangpun masuk sekolab;

kemungkinan dua daerab memerlukannya

2. 35 anak-anak di Ogouang, banya sedikit yang bersekolab

3. 20 anak-anak di Ogotop, tak satupun yang bersekolab [adakab tempat yang

cocok untuk lokasi sekolab antara Ogotop dan Ogouang?]

4. Siloia/Polaboal: 13 anak bersekolab di Bambasiang, namun barus

menempub perjalanan jaub dan menyeberangi sungai • adakab alternatif

lain ?

KEMISKINAN MATERIAL/ MATA PENCAHARIAN/ KERENTANAN

Pertanian tanaman pangan untuk dimakan sendiri merupakan dasar bagi perekonomian pegunungan dalam, dan di

banyak daerah terpencil, umumnya rumah-iangga hanya mempunyai satu petak kebun (Tampo 97%, Pongutusan

75%). Di lain tempat rata-rata dua petak kebun

39

Page 106: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

,. -cpinst^i^iati

V

. :t'j amshmait;’i>'i feiitJiJ-O

, .,

2a.Asx&>(m(\

;i.sn y}VJ*.;' '

:".

jr flr.tsfe'

. - i-Jd

)lr

C'l

Page 107: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Rumah-tangga di Gagala, Ulatan, mempunyai lebih banyak petak (tiga sampai lima) kebun dan beberapa karakteristik

lain bagi zona pegunungan tengah. Hal ini termasuk di pegunungan dalam karena keterpencilannhya dan karena

merupakan karakter kedua dari pegunungan dalam: setidaknya 20% dari kebun mereka dewasa ini telah membukasindiri dari hutan primer.

Lebih dari 40 % lahan di tiap daerah pegunungan dalam di desa Palasa, telah dibuka oleh generasi sekarang, dan

sekitar 97 % di Tampo. Tapi ini tidak menunjukkan bahwa hutan primer lerus-menerus dibuka. Secara tradisional,

jika suatu kelompok membuka sepetak lahan untuk digunakan, mereka akan tinggal di tempat itu selama beberapa

generasi, pembukaan kembali hutan sekunder selanjutnya dilakukan tiap 10 tahun setelah hutan tumbuh kembali.

Kelompok di Tampo baru pindah ke daerah tersebut sekitar 10-20 tahun yang lalu (mungkin setelah kembali ke

perbukitan dari masa di tempak pemukiman dibawa (di Bambasiang). Mereka sekarang dalam proses menggunakan

kembali kebun mereka, seperii memanfaatkan tanah yang telah mereka buka berpuluh-puluh tahun yang lalu. Di

Ogouang, hanya 19% dari lahan yang sekarang dipakai merupakan hasil pembukaan generasi sekarang. Sebagian

besar dibuka oleh orang tua atau kakek-nenek mereka.

Produksi pangan untuk dimakan sendiri merupakan kepentingan utama. Di pegunungan dalam di desa Palasa, 100%rumah-tangganya menanam jagung, dan di banyak daerah 100% rumah-tangganya juga menanam padi. Angka-angka

tampak lebih rendah di Ogouang (85%) dan Siloia/Polaboal (32%). Di Gagala, Ulatan, 67% rumah-tangganya

menanam jagung dan sekitar 72% rumah-tangga menanam padi.

Karena tanahnya subur (terutama di daerah yang terpencil dimana tanah dibiarkan kosong selama 10-20 tahun) panen

dari tanaman pangan sangat tinggi. Hasil panen padi dapat disimpan untuk keperluan selama masa paceklik, sakit,

pembukaan lahan, berburu atau kegiatan lain, dan beras tidak sering terjual. Produksi jagung melimpah ruah

sehingga sering busuk sebelum dimakan, karena penyimpanannya kurang baik. Sejumlah jagung dijual ke pasar

pesisir, tapi karena jaraknya jauh sehingga masalah waktu dan pengangkutan jagung tersebut merupakan hambatan

untuk menjualnya ke pasar pesisir. Petani harus berjalan sepanjang hari menggotong jagung, dan kembali dengan

hanya membawa Rp. 1000,-. Jika tetangganya menjadi bandar jagung, mereka dibayar setengah dari keuntungan

penjualan jagung itu.

Walaupun petani biasa mempunyai banyak persediaan pangan, mereka tetap sulit untuk mendapalkan uang tunai

untuk membeli minyak tanah, garam, dan kadang-kadang, ikan kering, pakaian, atau baterai. Di Gagala 56% rumah-

tangga menanam bawang merah, tetapi di pegunungan dalam di Palasa menunjukkan angka yang lebih rendah;

bahkan tak satu rumah-tanggapun di Pongutusan yang menanam, 3% di Tampo, 9% di Ogotop, 13% di Ogouang dan

21% di Siloila/Polaboal. Kacang tanah ditanam oleh 32% rumah-tangga di Ogotop, dan 28% di Gagala, tapi sedikit

sekali ditanam oleh rumah-tangga lain di daerah lain di lingkungan zona tersebut.

Pertanian tanaman keras sedikit sekali dibanding di pegunungan tengah walaupun para petani sangat tertarik dengan

kegiatan ini. Tidak seperti di pegunungan tengah, mereka punya cukup lahan untuk ditanami tanaman keras tanpa

mengganggu produksi pangan mereka. Pongutusan dan Tampo hampir tidak mempunyai tanaman keras. 11% rumah-

tangga di Ogouang hanya memiliki cengkeh. Ogotop punya lebih banyak tanaman keras, 32% rumah-tangga

mempunyai tanaman coklat, dan di Siloia/Polaboal 42% menamam coklat dan 32% memiliki jambu mete. Di Gagala,

petani tanaman keras lebih mapan, 39% memiliki cengkeh, 31% coklat, 17% jambu mete, dan 17% menanam kemiri.

Hambatan utama bagian mereka adalah kekurangan modal untuk membeli bibit.

Sumber pendapaian uang tunai bagi laki-laki adalah dari mencari pengumpulan rotan, dan menjual kemiri hutan.

Sebagian rotan di jual ke pengusaha (dan para pencari rotan terperangkap dengan persoalan yang sama seperti yang

dihadapi oleh masyarakat pegunungan tengah). Yang lainnya menjual rotan sebagai tali pengikat, dan

menggotongnya langsung ke pasar. Produksi rotan di beberapa tempat telah menurun karena ekploitasi yang

berlebihan oleh perantara dan pencari rotannya. Hasil yang mereka mendapat dari perkerjaan rotan amatlah kecil -

paling RpKXX) per hari kerja, sehingga dapat saja membeli garam tetapi belum lain lain.

Para wanita mendapalkan uang tunai melalui pembualan tapis bambu atau rotan, yang oleh mereka dijual sendiri ke

pasar.

40

Page 108: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 109: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

* Mengembangkan pertanian tanaman untuk dijual yang memiliki potensi pasar

Kebutuhan: RT dengan akses yang terbatas atas uang tunai untuk memenuhikebutuhan akan pakaian, obat-obatan dan pendidikan; seluruh RT di pegunungandalam jika memungkinkanPendekatan: program pertanian tanaman keras, bawang merah, bawang putih dansayuran untuk dijual ke pasar lokal

* Mengembangkan produk Iain yang bersifat mempertahankan kesinambungan penggunaansumberdaya hutan

Kebutuhan: RT yang aksesnya sangat terbatas untuk memperoleh uang tunai gunamemenuhi kebutuhan pokok pakaian, pengobatan dan pendidikan; apabila

memungkinkan, semua RT di pegunungan dalam

Pendekatan; LSM yang langsung bekerja di pedesaan untuk meneliti kemungkinanlain, seperti produksi madu; produk-produk rotan; kerajinan; tanaman obat-obatan

dll.

KELEMAHAN FISIK/ KESEHATAN

Keadaan kesehatan di pegunungan dalam di desa Palasa sangat mirip dengan keadaan daerah-daerah di pegunungan

tengah. Tidak terdapat pelayanan kesehatan dan imunisasi, Angka kematian bayi dan anak-anak cukup tinggi, dan

diare, demam dan penyakit kulit menonjol. Masyaralcatnya dilayani oleh pusat kesehatan GKST yang sama di

Bambasiang, tetapi jarak yang harus dilempuh untuk memperoleh bantuan pengobatan lebih jauh. Masyarakat Gagala

di desa Ulatan juga harus turun ke Bambasiang untuk mendapatkan bantuan daripada pergi ke Puskesmas di pesisir

Palasa.

* Pelayanan kesehatan dasar

* Penyuluhan dan pendidikan di bidang kesehatan

* Program perawatan kulit yang efektif

KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN DAN DAMPAK-DAMPAK

Kecenderungan paling serius di masyarakat pegunungan dalam adalah hilangnya pengendalian atas cadangan lahan

dan hutan mereka, yang merupakan modal utama mereka. Sejauh ini, hal lersebul belum lerjadi, tetapi tekanan dari

petani pegunungan tengah yang mencari lahan di pegunungan dalam mulai meningkat. Setiap pembuatan jalan

membuat pegxmungan dalam lebih mudah dicapai oleh orang pesisir, yang tentunya akan mengubah situasi dengan

cepat, sehingga para petani dengan mudahnya dapat dipindahkan dari lahannya oleh pendatang dengan modal kuai

untuk mengembangkan pertanian tanaman keras. Penduduk pegunungan dalam sangat rentan terhadap pemindahan

dan mudah digeser karena mereka terkucil secara fisik dan sosial serta tidak mengerti akan hak-hak hukum mereka.

Masyarakat pegunungan dalam sadar bahwa mereka harus menyesuaikan gaya hidupnya dengan kondisi yang sedang

berubah. Mereka ingin memperoleh penghasilan tetap untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan uang tunai, dan

mereka mempunyai harapan agar anak-anak mereka berpendidikan. Tetapi mereka tidak lerlarik untuk pindah dari

tanah leluhur mereka, karena mereka tidak punya sumber mata pencaharian apabila harus pindah ke tempat lain.

Mereka perlu lahan yang luas, karena sistem pertanian mereka memerlukan lahan yang dapat diistirahatkan selama

sekitar 10 tahun untuk melindungi lingkungan dan memperbaiki kesuburan tanah. Tantangan yang dihadapi mereka

adalah untuk mengubah secara bertahap sejalan dengan keinginan mereka, dengan bantuan namun tanpa tekanan atau

paksaan pihak luar.

Kegiatan GKST di pegunungan dalam, secara umum, sangat berguna bagi masyarakat, dan GKST berpengalaman

41

Page 110: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

r,

I's#* :'

'i

F'-ft

t

fiWJl' ' "*""

¥'vsra

^_y<

.,

_,, ,

W

Page 111: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

di daerah itu. Masih banyak peluang untuk meluaskan kerja sama antara pemerintah dan LSM dan mengembangkan

pola kerja bahru yang amat sesuai dan efektif di daerah terpencil.

TABEL 5: RINGKASAN - SKOR PEGUNUNGAN DALAM

Desa ickolah mampubaca-

nilis

»kor

fiendidikan

jagung padi skor

pangan

bawang

merah

jKihon skor

penda-

patan

tunai

U1atari

Gagala 5 8 13 6 7 13 5 3 8

Palasa

V/Siloia/Polaboal 10 1 11 10 3 13 2 4 6

V/Ogouang 1 0 1 10 8 18 1 1 2

V/Ogotop 0 0 0 10 10 20 0 3 3

V/Pongutusan 0 1 1 10 10 20 0 0 0

V/Tampo 5 0 5 10 10 20 0 0 0

42

Page 112: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

•>*

,n«f) (IfifjintMay? ; , ittirib riiKelti .uj] rt';- sib U>

'. qtoj 4a-; V ;?; I'u liii^i'h ni^ isyaa? ?crrifi gf5f.-< in<lc4 fi(iat> eloq

f/A.'V..] >5Anv^J/l;OST.'5lO>i.5S • HAeiAJCDHtt' ;^. ja«AT

Page 113: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

RINGKASAN SKOR DARI SELURUH ZONA

Dcsa sckolah mampu »kor jagung padi skor bawang pohon ikor

baca- pendidikan pangan mcrah pendapatan

tubs tunai

PESISIR

E’eya

n/4

yi 4 7 11 0 0 0 0 6 6

1/2 9 4 13 1 0 1 1 5 6

8 4 12 3 0 3 0 5 5

Ulatan

PKMT 5 9 14 - - - - - -

KAKl BUKIT

E’eya

in// Alau

n/5/6 Bainu-kiniar 6 3 9 1 0 1 0 6 6

8 4 12 3 0 3 0 4 4

PaJasa

Bambasiang

8 6 14 9 3 12 6 2 8

PEGUNUNGAN TENGAH

E’eya

ni/8 Alau

ni/9 Alau 7 6 13 10 1 11 0 4 4

1/3 Ogoreno 4 2 6 10 4 14 0 8 8

rV/12 Ogomanu 6 3 9 3 0 3 1 7 8

rV/11 Ogomanu 3 3 6 8 2 10 0 6 6

rV/10 Ogomanu 4 3 7 6 0 6 1 6 7

0 3 3 1 1 2 2 7 9

Ulatan

xx/PasOanang 9 6 15 8 0 8 8 8 16

xx/Siulanga 9 6 15 7 1 8 3 8 11

ni/Bainogio 4 9 13 8 0 8 8 9 17

V/Bolili 0 4 4 10 7 17 7 6 13

V/Tamugu 0 1 1 7 8 15 3 5 8

Palasa

V/Tamalang 5 6 11 7 0 7 3 10 13

V/Koja 5 2 7 7 5 12 2 8 10

V/Siiipoy 7 3 10 10 0 10 8 5 13

V/Sidauga 5 2 7 10 0 10 10 1 11

PEGUNUKGAN DALAM

Ulatan

Gagala

5 8 13 6 7 13 5 3 8

Palasa

V/Siloia/Polaboal 10 1 11 10 3 13 2 4 6

V/Ogouang 1 0 1 10 8 18 1 1 2

V/Ogoiop 0 0 0 10 10 20 0 3 3

V/SPongutusan 0 1 1 10 10 20 0 0 0

V/Tampo 5 0 5 10 10 20 0 0 0

43

Page 114: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 115: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 5: Peta Zona - Desa E’eya

44

INIhlOL

.V/77J/J

Page 116: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

I, .1JiwMJ * 4l4«l ;a •uKJniaO

m

h- r-:'^ ! _

1i.'

,

^ aa j /..N'l' -Ti—

.

St.«.'‘.nnR'Mia|u^ "’' t'J-„.l

f#'

:'<>,a :'tf„

i frsp^sMii

'*J I 1 1 t^r 1*1 I i,|’ |.,|4 :

c3» i s. 14 a s^a « a. 5 s4 I<©. .jeS',-.

l^-

• » r,%k 'f>."

«fT* la . i:^j .'I i-v.i-•a

, J.r' ’ "*

. ' /r'

.43*“.''I

'I•y ,.

'y»t!.a r.^

;»tr4

,3W •.*.- ^ , .7 f-

, a*.(

,1.

^' m

"K; ::

rwfj -B'

'i -' p ^ -*t

K" V|. *»•* El

idwl.

ife'"

;X'

#- #'tnI

'»H

a

'38 ’rs 1'®^'

IK'

.sr

. 1^'.

i^'. »,• «...

'.Ti*s

ii'f* 'ir.

->i«ir'

in'-'.-ffl

.4 «'

"i

Page 117: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 6: Peta Zona - Desa Ulatan

Jalan Propinsi Batas Kabupaien A Sekolah

Jalan Kabupalen Batas Desa A Mesjid

Jalan Desa Batas Dusun A Gereja

Jalan Setapak Bang/Kanior

•—^ Sungaif

Pasar

1:25,000• P^iskcsmas

45

Page 118: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

' -'

‘iT«4*ftl 4«i»a > feJa'f' td TiftdaxBD

4£ra^r-*i?sJ^

' *’

5jr,ei^^£X S5'J£?I

i;^50

firiauCi.

^oy^iC: I

h.

Izniqj i nfilsl|

.

njinqodiX ;-sUl. r'.

.

htiCi fusmi. '^r

*'•-

id

Page 119: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Gambar 7: Peta Zona - Desa Palasa Tengah

I

XD. Osom

1 ;25,000 » I

^D. PaJapunduan

I

~~~ A I

1 Zona Peg. Dalam

2 Zona Kaki Bukit

3 Zona Kaki Gunung

4 Zona Pesisir

Jalan Proplosi

Jalan Kabupaten

Jalan Desa

Jalan Setapak

Sungai

Batas Kabupaten

— Batas Desa— Batas Dusun

A Sekolah

Mesjid

A Gcreja

Bang/Kantor

Pasar

• P\iskesmas

i i/

/

1

' 1

1

1 {!<1 1

1

1 / DUSUN1

/ 1

1 '"A'l/ i

1

SMP 1 ijif

1 o'A r—

i<1=L.

3_ A1

i

i

A. i

i

\ i

i \ \ \

DUSUN II

TELUK TOMINI-

46

Page 120: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

{fsynaT 'indas^

\

A . c:

1 V 4 (A ovOitUZ-C!- .-

\ \ 1,

‘'Jg,*-''' y

\ . \ . .

•^' f *xjyuiT .a ..

5^

I'r „\t.<; -f!l»^; ,

; '•

j;/j?

\ / 'I':'

/ /.'^'

l: i^/, ,fm

'

si'f \ \ i'f'

'^|i-!

' \.

vit h ‘

lUv X ! ; \,^

cfiiuS .G

maijiQ .|^^>^;^^oS

ifJ'jB iAB>l moS.C

gnonoD btsX^ijaQ^s

!/S|

1...:

gI'.

I ^

*t^U‘J

m;¥®?-

izolq.oft-xiKUl -

nsjequdc^ —x,ji»Q.a£kl

*

i£q£J3o asIsX " • —, tfignu?

p^n:.lltdilX ?JS3sB

Q^.•:^'z^f83 — -

fWtu(J,zmr.Q'’i^ -

.7 -dsIoisS K

•job-

'll

f'

Page 121: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

BAB EMPAT

SARAN-SARAN GUNA MEMFOKUSKAN KEMBALI PROGRAM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHANRAKYAT PEDESAAN YANG MISKIN

Bab ini mengemukakan beberapa saran guna memfokuskan kembali program-program untuk memenuhi kebutuhan

rakyat pedesaan yang miskin. Hal ini didasarkan atas hasil penelitian saat ini, bersama dengan pengalaman yang

diperoleh konsultan dari penelitian-penelitian sebelumnya di areal Proyek. Hal ini tidak mengemukakan rencana-

rencana program secara rinci bagi Uap seklor, tetapi mengarah pada masalah-masalah besar dari fokus dan pendekatan

yang dapat membantu perencana untuk merancang program yang efektif dan sesuai bagi kondisi di ke 12 desa

sasaran. Beberapa pendekatan yang diusulkan dapat diterapkan secara lebih luas di tingkat propinsi, namundiperlukan pengkajian tambahan guna memverifikasinya serta membuat beberapa penyesuaian setempaL

1. MENGENALI DAN MENGAKUI KERAGAMAN DI AREAL PROYEK, NAMUN MENCARI POLA-POLA UMUM YANG DAPAT MENJADI DASAR BAGI WILAYAH SARAN(RECOMMENDATION DOMAINS)

Ke 12 desa pilihan bagi fokus khusus di bawah Proyek mencakup suatu kisaran keragaman yang cukup berarti.

Namun, berdasarkan data sekunder, pada pemahaman penjajakan, dan pada beberapa data dasar, dimungkinkan untuk

melakukan identifikasi beberapa pola umum. Setelah polanya diketahui, akan menjadi dasar bagi "wilayah saran",

dimana suatu paket program yang telah ditetapkan yang sesuai bagi daerah tersebut ditawarkan guna pertimbangan

rinci oleh masyarakat di tiap lingkungan pemukiman di dalam daerah tersebuL

Program yang diuji coba dan berhasil, dan pengalaman yang diperoleh di satu lingkungan di dalam daerah tersebut,

dapat diperluas ke daerah lain. Pendekatan ini dapat menghemat uang dan waktu dalam hal pengumpulan data dan

perencanaan. Namun, hal ini bukan merupakan pengganti peran serta masyarakat dalam menetapkan prioritas dan

menyesuaikan program untuk kebutuhan setempat, karena hal ini selalu perlu untuk menjamin kesinambungan

program.

Di wilayah proyek, ketiga daerah agro-ekologis (pegunungan dalam, pegunungan tengah dan pesisir) dapat

diperlakukan masing-masing sebagai "wilayah saran", di mana suatu paket program yang konsisten layak diterapkan

2. MENYESUAIKAN PROGRAM DAN CARA-CARA PENYAMPAIAN TERHADAP KEADAANSETEMPAT

Berbagai program baru dari berbagai instansi pemerintah adalah cocok dan sangat dibutuhkan oleh rakyat miskin di

areal Proyek, terutama yang berada di pegunungan tengah dan pegunungan dalam. Namun, diperlukan adaptasi guna

menjadikan program tersebut sesuai dengan keadaan setempat.

Proyek PPWS/TTM berkesempatan untuk mencoba pendekatan baru untuk penyampaian program bagi penduduk

terpencil dengan suatu potensi yang dapat ditiru di berbagai daerah lain di Indonesia. Inovasi ini sangat tepat, karena

pemerintah sedang menyiapkan kebijaksanaan lama berkenaan dengan pemindahan penduduk terpencil ke daerah yang

mudah dijangkau dan untuk lebih banyak menyiapkan pelayanan bagi mereka, di tempat mereka sudah hidup selama

beberapa generasi dan di tempat mereka mempunyai lahan, tanaman, dan sumberdaya lain yang merupakan dasar

bagi penghidupan masa kini dan masa depan mereka.

Beberapa saran untuk bahan pertimbangan, meliputi:

* Latihan

Petugas pemerintah memerlukan latihan mengenai bagaimana melakukan p>emahaman pedesaan dalam waktu

singkat, pengumpulan data dasar (baseline), pengidentifikasian kelompok sasaran, peran serta penduduk

47

Page 122: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

'

-"J/.y?

.^i'

'

'f-'^’/t.:i

Page 123: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

setempat di tingkat perencanaan, serta pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program di daerah terpencil.

Latihan ini dapat dikembangkan berdasarkan program dan keahlian yang ada, namun perlu dirancang dengan

baik dan dilaksanakan secara luas. Hal ini perlu mencakup kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan

sosialkultural, informasi mengenai gaya hidup di daerah dimaksud, teknik-teknik praktis bagi pembuatan

program secara partisipatif, dan informasi pendukung tentang bagaimana cara bekerja secara efektif di

daerah seperti dimaksud.

Penyebaran penyuluhan dan pemantauan secara aktif

Banyak program pemerin^ yang berjalan secara pasif, yakni, programnya ada, tetapi tanpa adanya usaha

luar biasa untuk menjamin bahwa program tersebut menjangkau secara efektif sebagian besar masyakarat

yang membutuhkannya secara efektif. Sebagai contoh, Posyandu berlangsung tiap bulan di semua desa

sasaran, dan laporan rutin menunjukkan bahwa program tersebut "beijalan lancar". Tetapi tidak ada

pemantauan guna membandingkan jumlah penduduk yang mengunjungi Posyandu dengan jumlah anak di

bawah usia 5 tahun (anak balita) di desa tersebuL Masalah yang mirip terjadi pula di bidang pelayanan

pendidikan dan pertanian.

Suatu pendekatan penyuluhan yang lebih aktif bagi pelayanan pemerintah diperlukan apabila tujuannya agar

lebih banyak lagi rakyat miskin dan penduduk terpencil yang dapat dijangkau, dan apabila orang yang

menyampaikan pelayanan memandang tugas melayani masyarakat ini sebagai bagian penting dari tanggung

jawab mereka.

Insentif

Apabila petugas pemerintah diharapkan mendatangi tempat yang jauh dan bermalam di lingkungan

pemukiman daerah perbukitan dalam rangka pengumpulan data dasar, perencanaan program yang partisipatif,

pemantauan dan evaluasi program serta penyampaian program, mereka memerlukan insentif yang sepadan

dengan kesulitan fisik maupun sosial yang dihadapinya. Insentif tersebut harus berkaitan dengan

pelaksanaan tugas nyata di daerah terpencil, dan perlu dimasukkan ke dalam anggaran rutin agar

beikesinambungan untuk jangka panjang.

Pemerintah pusat telah mengakui masalah ini misalnya dalam hal penyediaan uang insentif bagi guru di

daerah terpencil. Prinsip ini perlu dilaksanakan dan diperluas ke bidang pelayanan lain seperti program-

program Posyandu dan program khusus bidang kesehatan (frambosia, kusta) dan pelayanan pengembangan

bidang pertanian di daerah perbukitan.

Penggunaan kader dan pembantu lokal

Dalam hal pemahaman bahasa dan tradisi, serta kebiasaan pendakian jarak jauh, dampak dan kesinambungan

terbesar bagi penyampaian program dapat dicapai dengan penggunaan kader dari masyarakat dimaksud.

Selain kader di tingkat desa, sebaiknya diambil pembantu dari tiap lingkungan pemukiman sasaran, dengan

fokus pegunungan tengah. Pembantu ini dapat bertindak sebagai organisator lokal dan penghubung untuk

tiap program, menjalin hubungan antara lingkungan pemukiman dengan instansi pemerintah maupun LSMyang bersangkutan.

Sebagai contoh, pembantu di bidang kesehatan wanita di lingkungan pemukiman dimaksud dapat membantu

staf Posyandu untuk mengumpulkan wanita dan anak-anak pada saat tertentu guna suatu kunjungan (staf

Posyandu) ke lingkungan pemukiman mereka, dan membantu usaha penyuluhannya untuk jangka panjang

di tempat tersebut sehingga makin banyak tetangga yang datang secara teratur,

Pembantu lokal di bidang pertanian dapat membantu petugas PPL dan PPLD', dan dapat menerima petunjuk

yang lebih intensif mengenai teknik baru yang kemudian disampaikannya kepada petani lain. Hal ini serupa

48

Page 124: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

i'Eb

..,

1

:r.i,^ jfr'u?

.. -ifr, ;!

li

'. , i: wriJX|

; p’/

ViHid'

!ii vn9ns

.jj, dfi'^el'V .;

'icmMif'T'N’'' •

'X'"'

,i' j\h"

>;JiJeqA

l'‘ ii.<:'jiti»

.x«':.jVK5i{

^t'nOisli ii> ?S3tl3

H’' .'i''q fi-S^sriKt

;

:

' ;: : dgiSiMi

:••;' ,;:.• i. i'b uiioq-J<ii q«nh^ •..

I->! > •“ilKT^tpq fSSb'U^

- rS.ii'ludi'X'f ffataeiJ Ifc

p. ti»f» qsl

. .’ it.

, ’. li^vb

' iai ,(iS5?,W

.‘ " " '.rM

, ^

1 ,'i,.

-.' •' ys-jiuid r5

1 . 's4) 'iA'

, ,).•; •'

,

,-*i' \a^‘ uni

',;,'j';!,o;t)'^ n '•/!>• x'.m,n‘jq d ,‘t'

Page 125: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

dengan konsep "kontak tani".

Satu pembantu atau panitia kecil di lingkungan pemukiman dapai membantu usaha-usaha di bidang

pendidikan, mengkoordinasikan rencana bagi sekolah di daerah perbukiian, memberikan penerangan kepada

orang tua dan anak-anak, memanggil orang dewasa untuk program pemberaniasan buta-huruf, dan membantuguru dalam hal hubungan dengan masyarakat.

Pembantu-pembantu hams dipilih oleh lingkungan pemukiman masing-masing berdasarkan kualitas

kepemimpinan, energi, kemampuan berkomunikasi, serta tanggung jawabnya (komiunen) untuk bekerja

dengan tetangga di lingkungan pemukiman tersebut. Kemampuan membaca tidak hams menjadi persyaratan

pemilihan, dan latihan bagi pembantu-pembantu ini hams sangat praktis, menggunakan cara demonstrasi

(peragaan), dan gambar untuk menggantikan tulisan. Kompensasi bagi pembantu-pembantu boleh dalam

bentuk material yang sesuai: sebagai contoh perlengkapan peitolongan pertama (P3K), peralatan pertanian,

peralatan sekolah.

* Penggunaan kesempatan komunikasi secara efektif

Penduduk pegunungan, temtama di pegunungan tengah sering pergi ke pasar di daerah pesisir. Instansi

pemerintah dan LSM seperti halnya pimpinan desa dapat menggunakan kesempatan hari pasar guna

menyelenggarakan rembuk desa yang dapat dihadiri oleh penduduk pegunungan, menyelenggarakan

Posyandu, menyelenggarakan acara demonstrasi pengembangan pertanian serta diskusi, dan menggelar

poster-poster yang memberikan informasi kepada masyarakat desa mengenai rencana dan kegiatan yang

bertujuan memperhatikan mereka. Hal ini sangat praktis dan efektif dari segi biaya komunikasi, guna

melengkapi kunjungan langsung pimpinan desa, petugas pemerintah dan staf LSM ke daerah perbukitan.

3. MEMPERKUAT KEMAMPUAN SETEMPAT BAGI PERENCANAAN DAN PENGELOLA^NPROGRAM

Masyarakat hams mampu mengembangkan rencana dan program untuk memenuhi kebutuhannya dengan upaya

mereka sendiri. Mereka juga hams mampu berinteraksi secara efektif dengan perencana pemerintah yang

menawarkan program-programnya sehingga prioritas setempat dapat dikaji dan program-program dapat disesuaikan

dengan keadaan setempat, dilaksanakan dipantau dan dievaluasi serta dilestarikan.

Beberapa LSM seperti yang telah bekerja di areal Proyek, dapat berperan lebih kuat dalam mendukung pembangunan

kemampuan masyarakat. Usaha pembangunan masyarakat di daerah terpencil bersifat padat karya(memerlukan

penanganan intensif), dan memerlukan beberapa pendekaian khusus. Adanya kerja sama antara instansi pemerintah

dengan LSM sebagai rekan keija dalam penyampaian program-programnya mempakan suatu hal baik dan menghemat

biaya.

Hal ini temtama memberikan manfaat apabila bekerja dengan LSM yang mempunyai komitmen untuk pekerjaan

jangka panjang di areal Proyek. Hal ini dapat mencakup beberapa kelompok Gereja yang berpengalaman bertahun-

tahun memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan dan pengembangan penyuluhan terbatas bagi petani perbukitan,

dan mempunyai keahlian yang sesuai, kemampuan bahasa, serta kepercayaan masyarakat, namun kekurangan dana

tetap guna memperluas pelayanannya. Hal ini dapat pula mencakup LSM-LSM dari Palu, temtama apabila mereka

dilibatkan dalam pelatihan kader lokal.

Sedapat mungkin, apabila LSM terlibat langsung dalam perencanaan dan penyampaian program, pelayanannya jxjrlu

dibiayai dari anggaran pembangunan sehingga mereka dapat bekerja dalam kegiatan pembangunan jangka panjang

di daerah perbukiian, sebagai rekan kerja penuh dan resmi.

49

Page 126: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

a''.'’wttJ ifiiflOiT* qsiffO)* ....ijuob' "|

^iijil/Ki .i' idflSi) . u4»fir;-j

<h fiiittiGft Ht-i8 an^drtK:{UJeE.>

'fimr-i -..:^i.ii •!• tj.x.-c^jc.-'.rjq riisioib. 'ib f?»lg.!fe': •••• |

uln!-i.'r: '..t ns< ^ir fUtcTRimq JfWt'ti 6i:H\w90 Jijsaff/H'nom .iera-ilcAfi nefe &i'i ^/laro^/.p

.tijiir-uy^Kis-rn ttHgnsiJ r,i.^nudOfl,lt<f /ffl.;dV

-4- I r^:{6aU flft3iau-<,t'!0>i ^ir.i“iif.-, sjoJ^Rni .•- .riijfuaj^^q'- ifeto diUqffb ?inwf ; insrfmo*!

AjMKi (oi.(roifijorf> ii'(udsw^ p«iinos{ f-.:VM .h^Maainaiii^ .«?tK|f«cm&jl ,fiani<p[.iT!‘xyii

.'.^j'.iiivvV v, -. ’(' >>11 .fei'>,! {^niuiymsq

j*5w>.r>\:(i:gf} ’; > .•.k;.v.pi5 j;Vu.: ...u^^K'sc’ Ui^ciSi '2UXqA i§J!d ' nadiid'

im»lf.b iUim iiifU5<.n».'5q.‘«ia»i.-.^')q i' "i bivTK&qtjjo-k ^HAiibi w^JiiSjj^aaru' itfjnu adow^ pm ,(n6s?Aia^’:

>

, ^: r. a«v/j ngJ.eiU'iaq ii^ihAnv.%1 doitm :tBikiii in&\ U.iniitfit ^'r.

•s .

(eftjliffjifaajk <iR><:*’in3:i34 rTK'-<^JUg|as*J

't -^q :;, . ./? s'rtiisfe .nte^nsK usxi^nii^. ib smsjirert ^ ragfia

ami'll ’ .:»?£? ijii.: iaqst> fiisb naftfqmiq eSjnfefi ineqsa MEJ neb itiiiaf^iin

kJa hita;.*1lb gmi'c 8^^b ite*rcm:n.?iaic^:

a fifib .birkfb-^.tue ftfliftsii'^i n?igs(edrR.f?i03»'j’ »^s^3g^^q^R^!!^l aum n&^Lm^nfvib^n^-it ,ybi'.t;x^o'5

gnc’?. ft5vMi3q^)i or>t xaikjE^aam i?,!SjTrnjWt

&nnf ,--V.!MiiiJtx0^ hr?; '*i! is'w «eb tiiisaq flu kifi .fiattfwm fl£ii)>:r.i"qfmm j^utunad

..ttiiiiiwmD'i fiiT.tifib ,sivb-o6«iqmi<4 gaoegrt^

13A« TMMSTaZ- HAU‘«4yMViai! tAtiXilttl/VIW

cv'iKjtf 4yjmi fftfiigax; nab siifcan-^. uqmB''" if;k# JJSiBT^enM

flitiniuMiiy', j^nJ-vf^naq rt#5^rrx< lirisk iic|rnMt ;:ir«.:>. %y(‘ jrfiTani

"^(h..2iEOi5S?il> .jf-j,I>. iyUiL usqsn .tfecjirsai^ yiraohq sagfUili^

-_ ..1 .'

. ati^ kiJad^vnil* 'T*43 ui^n^'su' • '

’ i-Y- ,.

' >

'

ifid4rf.waq»d J«qfib t^ife'''b’^4ad dfilai.gnEif' eqiMdi.S

Ihnsqmi dBiseb i5 lankfl^/aap srfazll' ijanqmafiiti

ilai'ih j.-'i.'jfi idfeiwi ,^mc k«fi*a &(mi B\mbfi. '.auauiW rajUM-'ifafloq *fifctad->d capbiham^m mb, .(feejui !iamgn«i»'>q

a^iwigo'Ki^mfirJSOTq mskqflia^asq {jstlslb apo^ mdfW ii^i)fc“’.-> ME’

"..^Vl5d .

. '’

rUJii’.i Mi:J ;>y.aasd aSrfffiqe }a*)iTSm ofijihodm^fij' smrouiijJ ini khai^ioCi quM'imm Mi tsH Jr;vdiq.lfi5i4 ib ;jmiits(| ssi^i\sii

aapadm^gnsic} aab ftRiibri?»s jq ,fwJwisa«i tuul -

‘5n<^'W5§ik?tr'4^‘<' ,g?iflkd kaziS! gne^ n«WK4 -fiiib

Kfid.r-:>’ •: rrt ftitfr-.i , difq jeqta) im iuR js^jSltimBxsIdq «aoliaqs?s3#n auag q«> 4

Wi;-a3l fraduslaq fft^'- r.a4i#duc^ j

ii.{y>;>nv5‘Xi fJKslnh gm/i'«niil ME. I .nr:;4'gi .;, ra iaq^Eifcqsb ai-j'isru eq^dnlj^ aRmjxiftfMihr. q

r!4asq’j((i. asb iir{E«Jib

,:i(.i»; mb ffnsrxj aiipit. ntdfs't (aqi6U>^.’ ,”r..i.;jorxf _.';'’!3aI) it ^a

Page 127: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

4 . MENGGUNAKAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN (RT) SEBAGAI UNIT OPERASIONAL DITINGKAT LOKAL BAGI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM

Walaupun zona agroekologi dapat digunakan sebagai "wilayah saran", zona-zona tersebut terlalu besar dan beragam

untuk digunakan dalam perencanaan rinci dan penyampaian program partisipasi secara rinci. Desa merupakan unit

administratif, namun dalam areal Proyek, desa-desa memotong ketiga zona. Karena petugas-petugas tingkat desa

dan kaum elit tinggal di daerah pesisir, perencanaan untuk tingkat desa cenderung ^arahkan untuk kepentingan

daerah pesisir, sementara daerah perbukitan (sekitar 70 % penduduk desa) terabaikan. Di beberapa desa, dusun juga

dibagi menjadi tiga zona sehingga mengalami masalah ketimpangan yang sama. Jumlah penduduk satu dusun masih

terlalu besar, beragam dan tersebar untuk diperlakukan sebagai unit sosial yang efektif.

Tingkat di bawah Dusun adalah lingkungan pemukiman (disebut RT, RW atau RK, tergantung dap desa), atau di

beberapa kasus, hanya sekedar nama Ungkungan pemukiman (sering berkaitan dengan nama gunung atau sungai

setempat) tanpa suatu nomor/nama RT yang resmi. Ini merupakan unit yang digunakan sebagai fokus bagi

pengumpulan data dalam penelitian data dasar.

Lingkungan-lingkungan pemukiman terdiri dari sekitar 30 - 50 rumah tangga. Lingkungan pemukiman ini

mempunyai batas geografis yang jelas yang menempatkannya dalam salah satu dari kedga zona sehingga anggota

masyarakatnya menghadapi keadaan bio-fisik yang serupa (lokasi, tanah, curah hujan, hutan, dsb). Tiap lingkungan

pemukiman mempunyai idendtas sosial tertentu, semua anggota masyarakat saling mengenal dan sebagian besar

mempunyai hubungan persaudaraan yang erat.

Ada struktur kepemimpinan di lingkungan pemukiman, menggabungkan pemimpin formal yang diakui penguasa desa

(kepala RT, kepala jaga) dan pemimpin informal yang dikenal oleh masyarakat, seperti kepala adat, kepala suku,

pasobo dan pasori. Para pemimpinnya dapat memanggil semua anggota lingkungan tersebut guna menyelenggarakan

pertemuan dan diskusi.

Data dasar menunjukkan adanya beberapa perbedaan ekonomi antar rumah tangga di dalam satu lingkungan

pemukiman, tetapi terdapat kemiripan dalam status modal dan pola produksi mereka. Dalam hal karakterisdk lain,

seperd keterpencilan (isolasi) serta kemudahan untuk memperoleh j)elayanan kesehatan dan pendidikan, semua

anggota suatu RT berada dalam kedudukan yang sama.

Berdasarkan kriteria ini, lingkungan pemukiman merupakan unit sosial yang paling sesuai guna membuat rencana

dan melestarikan program lokal, baik berdasarkan kemampuan sendiri maupun melalui kerja sama dengan instansi

pemerintah maupun LSM. Suatu fokus terhadap lingkungan pemukiman akan menghindari beberapa ketimpangan

dan hambatan yang menunjang keterkucilan dan keddak-berdayaan masyarakat daerah perbukitan, yang

menjauhkannya dari pelayanan dan manfaat yang ditujukan bagi mereka.

Sedapat mungkin, program sebaiknya direncanakan dan dilaksanakan langsung di tingkat lingkungan pemukiman,

dengan komunikasi langsung antara lingkungan ini dengan instansi pemerintah maupun LSM yang bertanggung jawab

atas program tersebut Adalah pendng untuk letap memberikan informasi kepada LKMD, namun pengalaman

menunjukkan bahwa masyarakat perbukitan akan memperoleh manfaat lebih banyak bila ddak banyak terdapat

perantara yang menyaring informasi dan merancang penyampaian bahan atau pelayanan sesuai dengan kepentingan

dan prioritas pribadi mereka.

Di dalam lingkungan pemukiman, ikatan sosial yang erat termasuk tali persaudaraan akan meningkatkan arus

informasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat di lingkungan tersebut untuk secara akdf memantau program,

mengurangi resiko penyalah-gunaan kekuasaan dan sumberdaya oleh pimpinan lingkungan pemukiman.

Secara umum, penyebaran bahan seperd bibit tanaman, peralatan atau barang lain yang berharga, hams dengan dasar

sama rata di dalam suatu lingkungan pemukiman sasaran, sehingga rasa persamaan, kerja sama dan tanggung jawab

yang saling menguntungkan dapat ditumbuhkan. Usaha-usaha untuk memberikan perhatian isdmewah bagi mereka

50

Page 128: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

J.

.binu

' i.tui l£ji)

. '‘'rl riiijsah

Page 129: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

yang paling miskin dapat membuat mereka malu, atau bahkan disabot oleh pimpinan lingkungan yang juga mcrasa

seolah-olah mereka sendiri melarat.

Daftar penduduk lingkungan yang lengkap merupakan alat sederhana dan efektif untuk memantau dan menjamin

bahwa tiap anggota benar-benar memperoleh bagian mereka masing-masing. Mengingat beberapa keragaman dan

tingkatan (stratifikasi) di dalam lingkungan pemukiman, yang ada sena kecenderungan orang miskin untuk terkucil

secara relatif walaupun di lingkungan pemukiman mereka sendiri, adalah dianggap perlu melakukan pemantauan yang

lebih cermat terhadap peran serta rumah-tangga miskin.

Pendekatan yang diusulkan disini menunjukkan bahwa lingkungan pemukiman hams menjadi "kelompok sasaran",

diperlakukan sebagai unit sosial dan dirangsang untuk bertanggung jawab atas selumh anggotanya, sumberdaya

setempat dan program yang diperkenalkan oleh instansi pemerintah atau LSM.

5. BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN PERORANGAN, WANITA, LAKI-LAKI DANANAK-ANAK, BUKAN DENGAN PATOKAN UNIT RUMAH TANGGA, DALAM PROGRAMPENINGKATAN PENDAPATAN DAN PRODUKTIVITAS

Di areal Proyek, wanita mempunyai hak waris atas tanah yang sama dengan laki-laki. Di tiap kebun, wanita, laki-

laki dan anak-anak anggota keluarga mempunyai tanaman budidaya masing-masing yang terpisah. Sistem tradisional

ini merangsang tiap anggota keluarga untuk bemsaha sendiri dan bertanggung jawab dalam memproduksi bahan

makanan dan tanaman budidayanya. Dalam hal ini, anak-anak diajari untuk bekerja keras, dan wanita baik yang

sudah menikah, janda yang ditinggal mati atau janda cerai mempunyai hak atas cadangan makanan dan uang mereka

sendiri untuk digunakan sesuai prioritas masing-masing. Pendapatan lain yang timbul dari upah tenaga kerja atau

produksi kerajinan, juga disimpan secara terpisah oleh orang yang mendapatkannya. Laki-laki kadang-kadang

mengums pendapatan pribadinya, atau diserahkan kepada istrinya. Anak-anak kadang-kadang menabung uang mereka

pada ibunya, namun tetap memegang hak penuh untuk menggunakan uang tersebut apabila diperlukan.

Menyadari manfaat sistem tradisional ini, kegiatan Proyek dalam meningkatkan pendapatan hams dilakukan pada

tingkat perorangan, bukan pada tingkat mmah langga. Karena wanita dan anak muda seperti halnya laki-laki,

berkeinginan untuk mempunyai tanaman masing-masing dan pada beberapa kasus telah mulai menanamnya, tiap

bantuan Proyek sepeni bibit tanaman, peralatan, patok pagar, pupuk dan penyuluhan serta latihan hams diberikan

secara adil/merata bagi mereka.

Kebiasaan saat ini bempa pemberian masukan (bempa bahan-bahan) bagi laki-laki karena dianggap sebagai kepala

mmah tangga, tetapi hal ini memgikan wanita, baik yang menikah, janda ditinggal mati atau janda cerai, karena

mereka kehilangan tiga hal: mereka tidak menerima bagian yang sama dari manfaat Proyek secara langsung; mereka

tidak dijamin bagian pendapatan yang dihasilkan dari masukan (bibit tumbuhan, dan lain-lain); dan mereka merasakan

bahwa lahan yang tumt mereka miliki secara warisan ditanami tanaman keras dan diakui sebagai milik pribadi oleh

suami mereka, dan saudara laki-laki lainnya.

Wanita menyatakan dengan tegas bahwa mereka akan mempunyai perasaan yang lebih aman tentang hak atas lahan,

tumbuhan (tanaman keras) dan pendapatan mereka yang dihasilkan dari tanaman bam apabila mereka menerima

pembagian hasil mereka masing-masing, temtama bibit.

Demikian pula halnya dengan anak-anak muda. Akan bermanfaat temtama untuk membantu rakyat yang bemsia 12

tahun ke atas guna membangun kebun produktif, sehingga tanaman budidayanya dapat memberikan hasil yang baik

pada saat mereka menikah dan diperlukan sebagai dasar ekonomi yang kuat bagi keluarga muda.

Perjudian mempakan pertimbangan berikumya. Di banyak bagian dari areal Proyek, perjudian mempakan masalah

serius, dan ada laki-laki yang diketahui telah mempertamhkan dan kehilangan selumh lahan serta tanam tumbuh di

dalamnya. Apabila isteri serta anak-anak mereka mempunyai pemisahan yang jelas akan hak atas lahan dan tanam

tumbuhnya, suami-suami tidak dapat mengganggu milik mereka dan wanita dapat terns mencukupi kebutuhan mereka

51

Page 130: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

M,'.. I'l ,l nS: 'inmiq ii--'-.' ititSB ^^ton^'la'r:vn(am

,ihitwfefn :> ::T<ji,orn drlo-dcJo^

i;.i r -t- jiila ;tgfu{ i&JlsCI

:‘.i ,,;-r i .1. ..... :;iy .gaiu^n-^UErn ^ .j t^fih<^

' ’:: .::

..•;/.: orjUK' ?4tw rtifri'oi’jjmj/q iL (Izs-'^nUsia; ‘ uit^artii

.n.iKirti tagnuu-fliifi-un rjw2 rui\3(,7

’.'?r iiW.'U :L^4n5in.auiS'1 ewris^j niUbauU* gm,-x nuiEistU'iii'^

s'-nj.v.‘<if’!u’: .jiYO;'i)ogs«l aWiti ' ^Muiqu safiggnmil) /icl> Isiaoe I'rs^iid^a ocio^

,%ijJ teaftJZifi ihlo fis-iJjsfio;ii^i?) gfi£^ mingOTij nsb

'A/.Q

vku ,.'ii

vTAOViaa DHu8?>vfAi '4;,;:?yrja'..mkaa

yumf^ tmu kajiota^' viA»v?.3a^^;j[ua ,j!A'rA*>iAj^A''

-i/.,'J’i .''5'V)i’jaO;lT' 4A<I V(ATa<IA€43*I'

•.Alt jutfidv/ .lUtUsii iCl .iM-iM Jimsa .^isct <4»34 aste arujw Jtsd lew* tC

«<;(!...' 'ihik\\ n' MiZ djteiqiiai '^tsv 3.Tffi£d^gsti.isfrv 6 nsiioaiaj !jj\;{U(q<r*ofn BgTjfcOteJt'iio^oa ftf.b

lur.'ltd m.e5al> 4fcw«j. j^m^jinnnad' ael hii)r»3.,«itn-Ain3tf' iuinu cnogsas q-»«i sr.s^^ii^KWi »ai

\ •'st)’ ..’JiiajT f^iy^dd ivitfcib i&nR- k\n& ,m ieii rsml&U ;;i4? <iiinft;s0.m

. . ,yi; ’inaii okh auJM .4i!ul nu<imofn isrj> ftbOBf, ifsic ibfrst , rtn^ifwm

t-;‘.: ^.i;t:,;'i sJj.m.'jj dsou bib g^itrs; a'&i (miBqtJbn.93 .j-’fUJJim-gnizfifh i-siirtcKiq kuisi^a n{y§Sfiugib. 4w/iia hibn-w

Vs.fTfi'. ’ gn«'{ •^^ic{ (kil^ euiaaa ttA/b07qj

'>vitHv'.'4!b jwfe-;'t» ;.,'isu «ii4u«uggH9<ii aujnu jted g^igamam niidien ,^^-'

.|

,.l.;tAj <54i«^ ;!iJEq5?!«j.r.<? msteb jlay.oiS; masis^Jl ,ixu taooiaibifq (nsiiijf, iselftem m4)e^fu>M,

/I

i cy-il^d irhan. asb 'tbeq o*L^d ,:.?fi:.>T:nrA^.4fik8fib j

:(ji. .S ' «f» Uibiffi '‘u:\&A O5fl-t3dod eb8q’'«*45 '^kis£m*gai?sm nehioiei wctujqmiMn ifilaa -unl^ajhad

vriofits rujdbs! ,i£§t»q ioJEq .nsxefingq .t'cmeruu: lidrd fra|a3 fieujaM'' ^

' .a^^iarn aSh,oai\iibfi etiiTJOz

Bie^* qjfifJ (iifijiiid-nstific; sqbi;4) n>mmm asmdfao^ aqsp^

,knro ««JA ijerto U^tkiSb/i^m^ igtfci’< .dlad ^iiaw laiiigtoacri inJ ffiii «t ^-iou itefmn

jai'i'tim iiib ecn«r ftsia^xf Jb?b*J esfown ilcf! 6^11 tt^rtcIL'bjt -

TiiAis?iT''<n mb <tfeiliaadU> sniy njysqrbf?'. q ntmayb 5?ibu

dole- ’bK'mq :iit;m M 5£X33f nurtiisiiiiJ rrnfimitb .HiiKhtw aieo&s i^Unt fiis'*am xau>i jaeikrev/dtfi .

,.^. .S^vntsi lieJyj-'AJ £^I£fcd^:^

. - .' .

;'''.,.-. '

. .

.'

,^ll4 Et(f, f':r.is»i f?'d.'4 tmx/. n«fc;''n9q, isynnqfr.am nnkx ewcUd uagtil na^'^b -», ;tui/:.Y,n3m <j;(mW

fifih ae^lli&enii) .tdaisiS imb (/s-sr4 wruiftti)) flsdi^' '

..xtdrd WTtSJwsj itii um.Uyid to W

4.; f.yut.r J4XC.. }a'<;,ta uJOfidiftit'’. -<i:t;i'j ifia'^nsravyj rif.jtA .suoni eloq JiiiinsQ

.iifid •ifujx M/.'fH I'iyJn-yjxAOxt). J8i^ s .:iiRyr;.i;ibiXrt »>./n»rtcl 8g3jiiJii«f.clL’’?6xb9Tqt m>ddi »aJ« ox uurifi.’

.atxiiffrr ie^ui jr-aeb iqtada^ 4«jI> 3m siww.t ific.’ ebaq

r!^;0.?.; •,„ .3^»,qi. t‘>fa ,iiiui>ai;ioq ; ''

5 k > iitdi iQ .fTyracjliiyi ott§a©dfn.ij i.vq

,1. i.'V'j 'iwd f.rv.’-x itsrifiJ dutid.,' < • "liu’b fUi.;rfirwma?fi3ni datsj tWfUiyxJih .iurtM

M.i.ir. •I ?.,v! '>.;« .ir*6Y c U','m uAs'<.'Mx ikoR-iaao ajx*}?. »iaiu .'l/d&tf: c^nmultb

.j,'-.. ;..^}',;, ’.uK'.'ii (vtu,<u.5JWin xuvit r^inz'^f ik' v"i:-')a ^fjticn ug.j|{iJi5;ins«U6!.jfJ> ir!tb i ru;fj2-t*iu '<.',ey*^ijdirlt»J^-

Page 131: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

dan tanggungannya. Perhatian khusus perlu diberikan guna menjamin bahwa perubahan di bidang status pemilikan

lahan, pendaftaran lahan, dan perpajakan mengakui wanita dan, apabila dianggap perlu, anak-anak muda sebagai

pemilik atau pemilik bersama atas sumberdaya, dan tidak melebihkan hak mereka sebagai bagian dari hak milik

"rumah tangga".

Di samping tanaman budidaya utama, kegiatan yang menghasilkan pendapatan berbeda bagi wanita dan laki-laki.

Wanita di daerah pegunungan lengah menanam sayur-mayur untuk dijual. Wanita di daerah pesisir terlibat dalam

perdagangan skala kecil dan membuat kasur. Wanita di daerah pegunungan dalam menghasilkan peralatan rumah

tangga seperti tikar dan nyiru. Ada beberapa peluang untuk meningkatkan pendapatan melalui kegiatan ini. Laki-

laki lebih sering bekerja untuk mendapatkan upah baik di lingkungan mereka sendiri maupun di luar daerah, Banyak

laki-laki di areal Proyek terjerat hutang dalam hubungannya dengan pedagang rotan, sehingga tidak menerima upah

penuh atas hasil kerjanya. Keadaan ini sebaiknya diperbaiki dengan peningkatan produktivitas hasil pertanian dan

merangsang kegiatan-kegiatan lain yang menghasilkan pendapatan yang dapat menghindarkan hubungan yang sifatnya

eksploitatif.

6. MAJU SELANGKAH DEMI SELANGKAH, MULAI DENGAN INTERVENSI SEDERHANADENGAN POTENSI BELAJAR YANG BAIK BAGI MASYARAKAT MAUPUNPEMERINTAH

Untuk melaksanakan semua pembaharuan inovasi pada saat yang sama merupakan hal yang tidak mungkin, dan

disarankan melalui pentahapan. Secara ideal, program dapat mulai dengan suatu intervensi bersifat sederhana yang

dapat diterima oleh seluruh masyarakat disemua lingkungan pemukiman, menghasilkan suatu dampak nyata dengan

cepat, dan dapat berfungsi sebagai sarana guna meningkatkan kapasitas pengelolaan di tingkat desa maupun tingkat

lingkungan pemukiman. Intervensi ini akan memberikan manfaat sampingan jangka pendek dan jangka panjang bagi

daerah program lainnya. Contoh-contoh Intervensi lain diuraikan di bawah ini, dalam perkiraan urutan prioritas sesuai

prinsip-prinsip yang disebutkan di atas. Tidak ada satupun yang mahal, dan semuanya dapat diterapkan secara luas

di daerah pegunungan tengah dan daerah pegunungan dalam, dalam waktu dua tahun, dengan dampak yang cukup

besar terhadap dimensi utama kemiskinan.

* Sekolah kecil di daerah pegunungan;

Kebutuhan: Disemua zona perbukitan masyarakat telah menyatakan keinginannya yang kuat agar anak

mereka dapat bersekolah. Kurangnya pendidikan, kemampuan membaca dan berbahasa Indonesia adalah

faktor utama keterkucilan, kerentanan dan ketidak-berdayaan keluarga di perbukitan, seperti halnya

kemiskinan material (kurangnya kesempatan kerja) serta kelemahan fisik (kurangnya pengetahuan kesehatan,

keluarga berencana, dan lain-lain).

Pendekatan: Untuk mulai memperkenalkan pelayanan pendidikan secara cepat dan guna

mendemonstrasikan manfaat kerja sama, sekolah kecil di daerah pegunungan dapat dibangun sebagai suatu

keija sama antara Dinas Pendidikan dan beberapa kelompok masyarakat di lingkungan pemukiman. Di tiga

desa sasaran (Bobalo, Lombok dan Dusunan), lerdapat beberapa sekolah kecil di pegunungan yang telah

berhasil, dan model tersebut dapat ditiru oleh semua daerah.

Tanggung jawab masyarakat lingkungan pemukiman: penghitungan dan pembuatan daftar jumlah anak

usia sekolah di lingkungan pemukiman mereka; penyelenggaraan pertemuan dan diskusi terbuka untuk

memilih lokasi sekolah yang sesuai bagi pengunjung dari luar, dekat dengan sumber air, dan mudah

dijangkau oleh paling tidak lima puluh anak-anak; penyediaan tenaga kerja untuk membangun bangunan

sekolah semeniara; memperkirakan biaya bahan lokal seperti papan, atap dan rotan, pcmbelian bahan dan

pertanggung jawaban biaya yang diperoleh dari Dinas Pendidikan.

Tanggung jawab Dinas Pendidikan: kunjungan awal ke tiap lokasi untuk membahas pendekatan program

dan tanggung jawab; kemudian mengunjungi tiap lokasi untuk pemeriksaan terhadap proses pendaftaran dan

52

Page 132: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

1

;'.;i < yi 2'J.nS^I^

•pA

::,•>? f:f:;fcvja;i:e[sC^TO

>i\ f.'(’

I

r : r:;Mi3Ki^

,;!t;r'i!!!((l5,il >

.- lat ;ci5wm

;.«;-.u:.(} .lO'KtelJ'

- .

-- : ::,(j 5jn«t.'l9i'’'

-

! fjOJ*! w^

'^'-1

'-’'':r;s'r,')b't3R» VTr

;

- : -.!'/; C^Tw;: -

!. ': -i;^

fiaat)" "

• !•.,-;;; /:2ert?9d%.,’'

:,i‘

,, .

J.;f-

jr;jj|, 3(1*1 r

V 'A ^'v.t -

, -iO* .iiiifC5rr(

0(1 l>-,'(fa

,( .,

',

1:'’

'

I pi r5si,‘

Page 133: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

pemilihan lokasi, pembahasan rencana biaya, dan melimpahkan dana kepada masyarakat untuk pembelian

bahan bangunan; penyediaan satu guru untuk tiap sekolah, (penduduk asli daerah tersebut). Apabila tidak

diperoleh guru yang memenuhi syarat, guru yang bertaraf setengah memenuhi syarat atau lulusan SMP perlu

dibcri honorarium untuk bekerja sebagai guru semcntara guna memulai program.

Manfaat sampingan dari program: Pendekatan yang diusulkan memberikan pcngalaman bagi lingkungan

pemukiman untuk bertindak sebagai suatu kesatuan guna mengurus sumberdaya dan mencapai tujuan-tujuan

umum. Hal ini juga memberikan pengalaman bagi instansi pemerintah dalam bekerja sama dengan

masyarakat perbukitan guna mengembangkan program yang sesuai bagi daerah tersebut.

Di daerah yang mempunyai sekolah kecil di pegunungan yang sudah mapan, sekolah ini sudah berfungsi

sebagai batu loncatan bagi instansi pemerintah dan LSM untuk memulai pekerjaan mereka. Di lokasi itu

Kader Posyandu, staf program kesehatan (frambosia, dan lain-lain) dan petugas PPLD telah mulai

mengunjungi daerah perbukitan apabila di daerah itu sudah ada sekolah dan mereka dapat mengandalkan

bantuan gurunya untuk mengumpulkan masyarakat, menterjemahkan, dan mengatur lempat untuk bermalam.

Bangunan sekolah dapat digunakan sebagai tempat pertemuan untuk berbagai tujuan, dan masyarakat

seringkali memindahkan rumahnya ke tempat yang lebih dekat ke sekolah, dan hal ini merupakan awal dari

pola pemukiman yang lebih terkonsentrasi.

Biaya: bahan-bahan: diperkirakan dapat mencapai Rp. 100.000,- bagi tiap sekolah, rata-rata tiga sekolah

tiap desa (tergantung jumlah penduduk dan keadaan setempat), seluruhnya 12 desa, Rp. 3.600.000,-.

Pengupahan/penggajian: Dari pengalokasian kembali anggaran gaji guru di sekolah-sekolah yang tidak

digunakan, yang terdapat di sepanjang tepi Jalan raya dan dari sumber lain, untuk memenuhi hak semua

anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan.

Pendanaan lainnya: apabila terdapat sumberdaya bagi seragam, buku, dan satu kali makanan bergizi setiap

hari bagi semua pelajar sekolah daerah p)egunungan, hal ini akan sangat membantu dalam meningkatkan

efektivitas belajar dan dapat menjamin kehadiran pelajar sampai 100 %. Makanannya dapat merupakan

bagian dari suatu proyek yang memberikan penghasilan bagi wanita (menanam lebih banyak kacang-

kacangan, sayuran, buah, dan lain-lain untuk dijual ke sekolah, dan memberikan kesempatan keija untuk

memasak). Akhimya, makanan sekolah dapat menjadi suatu proyek swakelola bagi lingkungan pemukiman

tersebut.

Pemeliharaan kesehatan primer secara aktif:

Kebutuhan: Indonesia mempunyai sislem pemeliharaan kesehatan primer yang sangat baik melalui

program Posyandu, yang juga memerlukan kemudahan untuk dijangkau oleh masyarakat pegunungan.

Program ini langsung menangani kemiskinan yang diakibatkan oleh kelemahan fisik (buruknya tingkat

kesehatan, kehamilan yang sering dan tingginya tingkat kematian bayi dan anak).

Pendekatan: Staf Posyandu perlu ditatar, didukung dan dibcri insentif guna memperluas pelayanan mereka

secara leratur ke daerah lingkungan pemukiman di perbukitan. Latihan khusus perlu menekankan pada

kemampuan berkomunikasi, menghargai masyarakat pegunungan, kesabaran dan ketekunan, sehingga kader

ini tidak merasa kecil hati apabila pada kunjungan pertama mereka, hanya dikunjungi oleh sejumlah kecil

anggota masyarakat. Mereka harus cepat mengenali beberapa wanita yang tinggal di lingkungan pemukiman

dimaksud untuk bertindak sebagai pembantu lokal.

Sebagaimana diuraikan di atas, merupakan hal yang baik untuk memanfaatkan hari pasar guna

berkomunikasi dengan masyarakat yang turun bukit, atau menawarkan pelayanan Posyandu atau palayanan

kesehatan lain. Staf Posyandu dengan pembantu lokalnya, yang mulai mengunjungi daerah perbukitan

53

Page 134: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

I--} hiintj c.i&tfix'iBKin ubiKj »f'(4b *ia>''(teqfaiIijvT''hsb ,fl\r.id a(ja:jnsi; r^5uri«dflW<| irtrtiJiiTvaq

AT;jua ji'irtaqA (:. \..4nii) flBv>£b il2JS :teiM']j/’‘:<i) tjsU jii'ii',;. (Au^ uou- fiaivilw’^n'xi 0fJl«d

-; iic/u :' ' Ui'iiS'iS idon.-t.'nvm ^.u nno^j laijv nii;n30i»nt gr.b".^ yTOis .kiintacitf).

auna<y*q •»-'.Mfnw» tM*-? r.-iM.-vrfi-rtt «no8 vs^ fti^s^b-i iuiiUi hoJib

na^iUPli‘ii^ (Uiinfilt’afToq ,v.fiev ;«\frs|te>iq hcb nn^^mqitie.H iu«Ss

(ir.t'i,'ii'a,''ui,!»1r>qfibn9.ii .iVi;.? i;:suji iejscfoa )(i4ia^sd ;(u:£iy ftbtoiiunir^

f '»8^ i;rn;« r -, 1} ..fni'P -vi--; ij( d iWtowUiiifwq asjSiycfrnafn, /i8ui:int ifiH

i li .’irit;'' mtv^’tq lUn/Ji atai?ibdi».q

r,^$f'!.1-VS<j d.iby« W:i ,«t4f5K.7 fl^-.r^i‘ - 14^ rtstojbg t8Xnuq;.v;«| .iilvaiJb id

i4» >..bA<J ia .n/ui .'.'i 'dT-i :3ci*4ri J r;r.h itafnriorur-Kj isneJKrad^r^'^&UISwi

ialum rifib; Cl.ivT ,ii.2ocM^«tl) nftJ8j1:.y,3/^'mirr|ojq ,nbw;;sa'i

iU3i:cb«:a«:-‘« '"'ISv fc-tevxn di7ln;bie libi; iijCibfi.; ')>i dtrr 'J ib fuc€iaw'iJ<q rini<>6b

.cnabmiM fn«:{jy,qc5Jjvr^;a ^vinti ir-'.'wn/rg ojaeffne^' W.V”'

)ft‘!i*v.'<iA‘.!n iiab ,nau{y|. :,f .>ii\! ;v&ofiv:'^t^} i'lqqiaJ »£^k<}5x wtisnonib ?fiqr.5 tUii0s» fiSfWjjfi^'

na:4fit;u sat. JCtt'Mb 3.'!! fi! bi ^9*'^ ^vi s’fftrljiiaji nii;;4i(t!jfumqiii iitu^llki

,iif£-unaino?(wj (lids' gstii/ sloq

i4i» _"

qfl ,SXtsi' ^s;i>/'Siv ^^:• nioihi&S)* nsb >iid.wt>qsq

5?KbiJ iS Wi3 iis%fwrisi|Safi iUtd^ mCf^inu rmfe -ih J»q«bin}

. (Uj3iRliB.&i!jq si3l<n»gm9»n '••.-;!

f?S.

'' SS ;^/

'

/ .

.

niusia hi v t">d (uii) ‘Stid e'4«fet?dm!.(?. isqabiaj slideqa :ayv'(xi^ uiifinisbria’l

c ., ’t.<l .nqgaofljfs.oq dsts«b, rlfJoites 'etfe'’‘'''i i;:6d hM'.c^H^qsjssstn Viiiiltiq,}mib(idoA nifficywm'ujqeb ':^‘; tf^islisd ismjjlib

t,s^ b^i5cs»>;.'t'>q «Kihsdtru»m. gfi^Y

',r!'. {Su;,tl) ;lym« n.i;-{*ftU5i .nfnyvf^ .njf^.AsJ

iU’4r<.5(n Jiiqsl) riisbiis; /isitg^tefr. .c^fnifliA

‘ ::%•

'

'.juda«tgi'

''4:.. .

-„:

• • ^'/

xlsJtls fin<u3'j« ««>eriv-;4"'

(5.;'

,i-;

'

''

"a " ' h ',.,>’• - 'V'-ta

!?dfeiosu ., 4., niJi'd^w d^^ii ifei(ii«j»Ti9w>-gi5ti?JobflX jnaKtiitsdgal

•friisHiais-.-.y i^o isi4dS''!q^t ,i)bdG'(8o^ r.iei'^oiq

if-ignb ;ihiV rtqrififdsSy^l yd-f i^cnudai;m:.rkc;^aiva3t^ gnyr'and iai^jwanjcfii^

mb had 'f/.ni^tns ntsb

H '

'a '1*4i::trt-'ffa

;iir»yh?)4iH5;

:litJfSAqi iffidib d'st' i,^^Jt^iu&^Iv,'^ft.’^y<b uhaq (ibnj^,?a6^ .'TtUB^I^bflsSI

?; v'i i-j;^ -vn’ 'tifif n^'lhJX .iiaS5lud,t% d>> ncmUusT?«j ,a;< '«i<n4f fr?A:>9«

‘'>brJ ,aiiu>y:-{W'./, (B-..b4't«tsd*atyi iis^valgftsfn /;is^li|ia..:,„-.v<d'

,ti inu\fSi ' !» j»iqy«i43lib jU<teo« ii3flCi-?sj»wi?.d iabii tm

1 !:.'' ,s!*c|a >/v|0.v »W)Aii .if-'-i/- SJo'^^U

d dyj.™ 1^' hmib

i.‘.u;2 ,01^ .li!!' ;,' i Jm(I iituh.tiu'biti ,v,b. \, ift

swnjsYftjfeq iri^ t ^n:. a;;,’ ir •viifbJ^- .'-idi: ji.ktd.sitfiiiJ (ft--:j‘. ,^y.fs; ns!^y;>b tii8>inutfw:had

i\Ut’,iu(hKi 4lsV ij sq.’sti.A'. AMd) hlufri i/Ai^ Ul<-.<jdlfc5aq, lai?. .tiki -

Page 135: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

secara teratur, dapat mengetahui kasus frambosia, kusta, TBC dan penyakit lain yang memerlukan program

kesehatan khusus, meningkatkan efisiensi penyampaian pelayanan.

Biaya: Dana yang diperlukan untuk membiayai insentif bagi staf Posyandu, kader di tingkat desa dan

pembantu-pembantu; bahan-bahan dan peralatan guna melayani lebih banyak lagi (targetnya 100%)

penduduk desa.

Peningkatan di bidang pertanian

Kebutuhan: Kemiskinan material (kurang dan tidak terjaminnya cadangan dan arus F>ertukaran bahan

makanan dan uang untuk memenuhi kebutuhan dasar), rendahnya produktivitas tenaga kerja, penurunan hasil

panen dan penurunan kualitas kesuburan tanah menunjukkan perlunya suatu perbaikan di bidang pertanian,

Alasan bagi kecenderungan yang merugikan ini diuraikan pada bab sebelumnya, dan menyarankan bahwa

masalah di bidang pertanian perlu diperhatikan secara mendesak. Pertanian tetap merupakan fokus guna

peningkatan pendapatan untuk jangka panjang, apabila perlu, ditunjang peningkatan bidang kredit dan

pemasaran, dan dengan fasilitas prosesing lokal yang dapat dibangun di daerah pesisir apabila tingkat

produksi memungkinkannya.

Pendekatan: Pembaharuan inovasi di bidang pertanian perlu diterapkan secara bertahap. Untuk jangka

panjang, suatu sistem pertanian yang sesuai bagi daerah tersebut adalah agro-forestry terpadu, yang

menggabungkan tanaman pangan, tanaman hortikultura, serta tanaman keras komersial jangka panjang.

Sistem seperti ini akan mempertahankan keragaman hasil sehingga memberi kesempatan bagi petani miskin

untuk menjamin kelangsungan mata pencahariannya, dan dapat diterapkan pada berbagai jenis tanah, lahan

dan air di tiap bidang lahan milik petani. Perkebunan tanaman monokultur (sejenis) dan kelergantungan

yang berlebihan atas tanaman komersial yang bemilai eksp>or perlu dihindarkan (lihat Li, 1991a dan 1991b).

Namun, sistem agro-forestry tidak dapat diterapkan secara serentak, akan lebih baik apabila tehnologi baru

diperkenalkan satu persatu secara bertahap, dengan melibatkan sebanyak-banyaknya petani (lihat Bunch,

1985).

Tekanan usulan langkah ini adalah pada penyuluhan pertanian yang sesuai serta peran-serta masyarakat yang

mengarah pada proses peningkatan pertanian yang berkesinambungan dan mandiri, dengan melibatkan

masukan sarana produksi sesedikit mungkin (benih, peralatan, dll.) dari pemerintah, untuk menjamin bahwa

semua petani perbukitan, termasuk yang miskin, didorong untuk berperan-serta.

Sistem penyuluhan sudah mulai bekerja secara efektif di enam desa sasaran di Kecamatan Tinombo, tempat

yang telah memperoleh suatu dukungan dari kehadiran seorang ahli pertanian lahan kering

(tenagasukarelawan VSO) dan motivator lapangan yang yang latar belakang pendidikannya di bidang

pertanian. Latihan kerja lapangan bagi petugas PPL dan PPLD sedang dilakukan secara teratur sehingga

meningkatkan pengetahuan mereka mengenai masalah pertanian lahan kering. Awal yang baik yang telah

dimulai perlu diperluas.

Sejauh ini, usaha penyuluhan memfokuskan kelompok tani laki-laki yang seringkali tidak melibatkan petani

miskin, dan dalam beberapa kasus, terdiri dari orang-orang terpencar yang tidak bekerja bersama serta tidak

saling berbagi informasi. Program penyuluhan hams menjangkau tiap lingkungan pemukiman di daerah

perbukitan di duabelas desa sasaran, mulai dengan pengujian beberapa inovasi/iehnologi efektif yang dapat

diserap secara luas dan yang dapat membantu dalam pengembangan dan pcnyempumaan sistem penyuluhan

ini.

54

Page 136: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

^.obn:A ,t'l^i3x?.c!'i 'Is?!' '^‘v<J ti;?wi'i; iaviit'JfTivir - : i:; gni;v eiifih

(<W0UJ . Mnaji t'S-v. i..:ri 4 ttutli}i1

'_

/

hsa s^tibid ib

r/.rb'-' Jiii''>.4:ir-,’jq zva^ n.-’^ «jv|:ni.ij»r,j o i«{ ;i

!•;>..' Joi irfon^rngin itan'' ^.w .la. :•

r.

.j:=:>,- di f?' i'U J^vm'iaq nA;^bV!-'. <^WTtriJ}H!5q, <(5njHq , .

h.^ f'

.

ri.Cf. -j’l <n. .t!iSi;^am ^/i3^ fjSgnuJ^bimoi ruji.6l/.

fl'j'./j;. r,a-A(<^- .•

. q ; gnsb'iii ih

' ,.i- Jtbrj S>- .’^b.:1’

Ufii s s(J'ck;.f- .v/:4fiaq fltfxnsi &qn«%->;jnq[fibnoq afcp/jqiiwq

ijidwjR sb yrt;a5«0'sq ?.«iliif!8^ masM’’. ,n6ie?.affi©q

,j

' - '

.;^;nnginii!3nu<Tti!j’iw; '^b6o^ -

3:-f'/.- ' '4iiif^U ri'^o-v. lb I'ii'-'oni ..

-

;

::r,f:Y l;i;qv>3 n£infijT«q ffWqt '-*

.q ..eiuiluiitfpri nam^iej' 4*»3{J«? v

nijtelrq %sti

iiT<>yj ij jdRiryjici ;i'::fv«'.!-:,!q- tgiv tsmoi BBtlldoKad a^sr • :^3P[3

' ’

.

'“^ins^ Sqjd qfc iq/M^ib fiiqiib jbJjti “'.iufnqH'V'^

T >'

’/i-ub^Vin n^' iu;,ai.'r\aq qsi&lg^is^

i;v‘iift|4 rn'ff^fssr hab’flifi ,::£iii?l«Efo<i >iuxo!dbrw>%«umJ^T#ff>8?a4 H::7'7 $3r<&$ nikmJ^^*y "

,g#K47ftftib .flwtm |ns’> :&:.>f?mi ,fiRJi':^ifd-!iq i-.uisq Ranns^. ,

gf/S'> S’^ISWA !4afts:J n«&! .blRasqi ran^srwrq a:ir/jm qfljidsjSHqtyj/riqiJiUgqfmfn'

•< v'"' 4awb.‘X|ilL' «t

esBH «

“HItm iij; X ;^'i ,' :sa ;<,!

i

%‘( 5T'3^fi5@l3:i (ii*i2U^;yb C*r« nfe aOfdq

v; i>n::i'Ai ;.bij« ;.i«sv hibpt scjffrxJfid ir.riJcb jf:i4> .nbjft |vS'il:?if)45r^,*4^

"iii; r-t;wrf rnarq|Ol*i^

.,i. i-ri) 7.)i;-.: '^I;is''b tgrjfcaNr/;\i?4ii^'.r^n!n3d ^ kittfii iaab *^td*1s*b ib

qr.){qhj7 «..q j'i!. f«h

n

8gnr4«»Hqq»j< » :)>il«d» uw&dcibrqt ’^qs'j jjas^iuji' ?>.uf j

iif

Page 137: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Urutan langkah-langkah yang mungkin dilakukan, adalah sebagai berikut:

Latihan bagi pekerja penyuluhan: Hal ini perlu dilanjutkan dan ditingkatkan serta perlu memasukkan

aspek kepekaan budaya, pemahaman akan sistem p>ertanian tradisional, penghargaan terhadap pengalaman

pctani, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan menyebarkan informasi ke lokasi terpencil dimana

sebagian besar petaninya buta huruf.

PPLD baru yang direkrut hams berasal dari desa dan dusun tempat dia akan bekerja nanti, mahir berbicara

bahasa setempat, dan menyadari bahwa tugas nriereka akan mencakup pekerjaan mlin di lingkungan

pemukiman di perbukitan.

Tugas pertama mereka adalah mengunjungi tiap lingkungan pemukiman dan mintapenduduk untuk memilih

petani setempat sebagai wakil mereka (kontak tani), baik lelaki maupun perempuan yang berperan sebagai

penghubung bagi masyarakat pemukiman tersebuL Apabila memungkinkan, kontak tani (pembantu

penyuluh) ini sebaiknya memperoleh beberapa latihan (mungkin di Balai Pertanian di Bobalo) sehingga

mereka mampu menemskan informasi dan dapat mulai membantu lingkungan pemukiman mereka tanpa

hams tergantung pada kunjungan PPLD.

Penanaman sesuai dengan kontur: Hal ini sudah dilaksanakan oleh beberapa kelompok tani di areal

Proyek, dan dapat lebih diperluas lagi karena cukup sederhana, efektif dan Udak membutuhkan biaya

tambahan maupun resiko bagi petani. Hal ini dapat dipakai untuk mengawali diskusi dengan para petani

mengenai masalah erosi tanah, temtama pada lahan-lahan dimana tanaman keras ditanam.

Intensifikasi tanaman pangan: Telah ditunjukkan sebelumnya bahwa akan terjadi krisis produksi pangan

di perbukitan, karena tanaman keras semakin memakan sebagian besar lahan dan hanya menyisakan sedikit

bagi tanaman pangan, atau bahkan memindahkan tanaman pangan ke daerah yang curam dan tererosi tanpa

masa istirahat (bcro) yang memadai.

Pencarian lahan untuk tanaman pangan telah menyebabkan beberapa petani pegunungan tengah hams pindah

ke pegunungan dalam, suatu kecendemngan yang mempunyai konsekuensi jangka panjang yang memgikan

bagi masyarakat maupun lingkungan hidup. Usaha-usaha mendesak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

produksi pangan di kebun di daerah pegunungan tengah, dengan berbagai teknik seperti penanaman sesuai

dengan kontur, teknik mulsa, benih unggul, pemagaran kebun untuk melindungi tanaman dari gangguan babi

hutan dan lain-lain.

Diperlukan pula usaha penggalakan tanaman hortikultura seperti bawang merah, kacang tanah dan sayuran,

dan memperhatikan masalah penyakit bawang merah mengingat masyarakat benar-benar bertumpu pada jenis

tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan uang tunai.

Penyuluhan bagi usaha perluasan tanaman keras: Walaupun banyak petani yang menanam tanaman

keras, mereka memerlukan penyuluhan mengenai masalah pemilihan jenis tanaman, kecocokan lokasi dan

kesesuaian lahan, kualitas benih, Jarak tanam, penaungan, p>emupukan, pemangkasan, dan pengendalian hamadan penyakit. Tanpa penyuluhan tersebut, banyak pohon yang sudah ditanam atas inisiatif sendiri kurang

baik tumbuhnya, lebih mengkhawatirkan bagi petani dibandingkan ketika lahan yang sama ditanami dengan

tanaman pangan dan hortikultura. Usaha mempcrbaiki kualitas serta daya tahan pohon-pohon yang telah

tumbuh tersebut sama pentingnya dengan penyediaan bibit untuk menambah jumlah pohon.

Bahan-bahan, bibit, peralatan, dan sebagainya: Apabila mereka akan diberi bantuan bahan-bahan,

prioritas utama perlu diberikan bagi lingkungan pemukiman yang mempunyai uang paling sedikit untuk

membeli bahan tersebut. Begitu lingkungan pemukiman dimaksud telah dipilih, bahan-bahan tersebut

dibagikan secara adil dan merata di lingkungan pemukiman tersebut, sesuai dengan daftar lengkap

penduduknya. Hal ini menjamin kejujuran dan kemudahan tugas pemantauan.

55

Page 138: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

‘im uh^q enw r«j-- ;»iiSq m teH.' :u«ift'lHvRfirq Igiid ludljsj' •'

ju-J!ik.>.;^4iwq qsfcfiitiw nfissurf^icrq iH9»« muto R^i'rwwlfeifoQ

miTnf^ trinagsas -,'m nfiuqm'

~r Auu<<! .ajHd ^'vainaisq

•n»idvw lilam .imsfl •t^sS-sd n«X£ f-i6 ‘au-#n^‘ eeab mb team.9d. mart

lS45‘:W4yf'9 !tJ '^</! rSiiv;?!'''*) flO’^ O' yiB K-ioTOMif k^£^ill jiWjisd ilii.bfi\(llSfn fVBb ,JSQ/T5al^! . /.'ul&J

Ai'urr^in >:tiU';si .^ubM[y«s»j isS^iti^ rd> '4£U i3nt;(.flMSn»«n fexswrn ftm&n^sq

'

-r-.*; irqti.'d ,w<iqr,W.-r^ Wflffll Js'^sf^ .(ina.' MinoJf) ^*fi^m IbtBw i£gf.(fe?

Mttmdftfcq). hai Mfko.i .md9£«a fieindbOisq; »i£teJSY.a8«i.

(ruMfGiJ ib j/i'.S'l lb taj^ten) iterfiiftr rfsflowiqfTJp^ji /iliiiuvnrsq

:;um ' ,- ^at'.m iaimff >sqsh aiii iz&mvMl MJt&trmdm dqflisrr oi^wm.

.QjqH-wgautmj^i &|ja<j §iHi«-i;;..i-*i} ztnui,

ijj' im -:ibqRiGt^i 4'»i0 mi Mi na.yao^l aiigosb icsf^SR fifi{nt'.;fca,9*l

ii'/aid IkJdfx^ qw^aa s«ai&5( igsl asoliqqib mqab asb .isYO^

; .q Oi;§?wb i.giyfeb itti IfiH ifttiiKj i|£d a4!?'Ot^qw?fc‘4ai nsdedcf^ ;';;

iimmib mM'-mM snmnn^ ,/4o«: ii4cni <iaJ.feaBm iBnaanam >

B'.vs1todi liebT roagaii^ naihRiani) fesxi^aial

: '.£i^a Tittisd •‘'•%gMse cDLiifiqsg- ftsmsim imv^- >l^y»ti.3Q U)

;

!>qnefHo.w?b) B»g^?aq nurnariRl myJslfibqim^nT fie:iitsff uias ,ost^ oimmiH qcd

,i£bBni3iti gnfjY'V? .'-‘W

'

VS

tetin .jqjnSfJad (iiaTt«.^Ji JlaffiO fud«i nshfic^'^'

. .. . - .. . ,. . _ _ . .... .

;-:rd .(iCriif apd>yj? acri&^g;;K>q Juggmi riif?^-,®2;luffi iimn , laJnoil. »ft|B3b

.atsMJBl ocb ilajiud• '9 r^-j

"',,{Tft5»§*<5?> nel) dfjq® gosbad. a«^v/sd il

&<no; abd^? ibf^ (&>bns?-^?js/n

Siiittm s(i^ iwiuHidi3)( irfyn$ai?>m ;(uJmMni fttiruinEj

^ •:«£&na» ,«iM.^«0 ' a«q$y#W rtaitufttYRS*!

'Sl!lKHBS5fc5if-di»:to^^ dsi«*«:v. .?si«i

Ki ds^fit.a' r^'•^^^lS}^tti^^^^ ,-airfiilfudao5pi£9.ij[

StTai4;^’^.tb'’aUbetaini iv>4oq .a6v<u;*l ^dsiijai ra,<U;!j\t.-)q atififiT deb

mrii inoJsq ixeu^'jbawfiftianain ttHii ,;\ndu4fm} died

5i(jWii'^4||*r;od^ ;.v4 sfi'da itSiUsiud i^ife'itaqfnem atfel.' .*r»«ii'. ^i.b(?d nab RS||te4 i£mendi

'

,^iioq slalftial ife:ddMsd(»|p -iu)ad JkJid siftsilKr<*5»? ofi-^nish nvognuik-q s<Rfc£. rhitUm -

,,-. mtiilisH iiodth ria'lfi fid^<Sfii fttiffjJcjA :a'<ir»«as»d^ «fib _,iidld t«uda'l-.a«)rfi<l^

tuii.u liiSi-j.' ,sa£'<. _»8»^ ^iviiTvJ sfimu >^hohq

•uih‘^»J ir'J'iqib nVfof MUrifimB iVbu-.Uiuinaq na^nujliitifiJ tvi^ofi ^d»i9i' w;:{ed

•';'. }) iiqgn*-b iiu^ab?. ,tu<fe'<yT3» <';e3{afi<ljftil ib n‘.;ii ftba tuas^c^a aeifSKdib

.!iRi!;:.M,v7i-.<f /.five' isf'Hiibonibd f.'sfj n«yiuio5f ranMitftw \m f«'H BYn;'Vbal«siq

Page 139: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

Guna memperbaiki efisiensi penyampaian serta penyebarannya, seorang petugas PPL hams hadir ketika

bahan-bahan (seperti bibit, benih, patok-patok pagar, pupuk, peralatan) diantarkan ke desa oleh kontraktor,

dan hams mencatat nama-nama anggota masyarakat lingkungan pemukiman yang datang ke kantor desa

untuk mengambil bagian mereka pada hari yang ditentukan. Pengambilan bahan-bahan dapat dipadukan

dengan suatu acara penyuluhan tambahan yang dipimpin oleh petugas PPLD dan wakil-wakil kontak petani

dan dihadiri oleh masyarakat lingkungan pemukiman yang meneiima bantuan ini.

Awal dari agro-forestry terpadu: Diskusi mengenai konsep agro-forestry terpadu perlu dimulai di

lingkungan pemukiman sehingga tiap individu dan lingkungan pemukiman secara keselumhan dapat mulai

mengkaji/mengevaluasi lahan mereka dan sumberdaya lainnya guna mengembangkan rencana jangka

panjang. Proses ini perlu berjalan serentak dengan pemecahan masalah pemilikan lahan (lihat Li, 1991n;

Ruwiastuti and Blowfield, 1991).

Tujuannya, setelah dua tahun, semua petani di areal Proyek sudah hams mempunyai suatu pengertian dasar

mengenai prinsip-prinsip agro-forestry, mereka sudah hams belajar dan melaksanakan beberapa teknik

(seperti penanaman sesuai dengan kontur, pemagaran, mulsa, pemeliharaan pohon) dan mereka hams sudah

berperan-serta dalam suatu sistem penyuluhan yang efektif yang dapat membantu mereka pada proses

perbaikan dan intensifikasi pertanian untuk jangka panjang.

Perbaikan Jalan setapak dan jembatan kecil

Kebutuhan: Keterkucilan fisik mempakan masalah yang dirasakan lebih serius oleh petugas pemerintah

yang tidak lerbiasa mendaki dibandingkan oleh penduduk pegunungan yang biasa tumn ke pasar. Tingkat

masalah ini prioritas yang hams diperhatikan perlu didiskusikan lebih lanjut dengan tiap lingkungan

pemukiman, dengan pimpinan desa, serta wakil-wakil dari instansi pemerintah dan LSM yang karena

tanggung-jawabnya menghamskan mereka untuk berkunjung ke daerah perbukitan. Prioritas awal dapat

bempa jembatan kecil di beberapa perlintasan sungai utama, guna memudahkan komunikasi dan mencegah

kematian atau rusaknya hasil pertanian pada saat sungai tersebut banjir.

Pendekatan: Mengembangkan suatu rencana terpadu didngkat desa guna perbaikan bidang komunikasi

(jembatan dan jalan setapak yang diperbaiki sesuai keperluan) mempakan suatu tindakan yang baik bagi

pimpinan desa dalam proses perencanaan dari bawah-ke-atas yang melibatkan peran-serta. Mereka perlu

memanggil anggota masyarakat tiap lingkungan pemukiman, membuat peta, mendiskusikan kebutuhannya,

prioritasnya, dan membuat anggaran serta jadwalnya, mungkin untuk suatu perioda rencana selama lima

tahun. Petugas dari Dinas Pekerjaan Umum bersama staf Bangdes dan LSM dapat membantu diskusi di

tingkat lingkungan pemukiman maupun tingkat desa, dan menjamin bahwa kebutuhan lingkungan

pemukiman yang miskin dan jauh terwakili dengan baik.

56

Page 140: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

I

I

I

'iib#H:^.i^ Jf^ Jt^eWQ %m<^ >am T^*m'(fJ!»q iwaaSw^ fenaO,^,-JOi:iffno».'« fbte ^a JtS5htO«/iiti'(r0tt;l«s!>q^^ io^Kj-ii^ ,r(ifw3 jH«i nfirt^-ftsiJad

;

^tlnb wwKSl ai gfwib gtw<( ,'uyttj;Wftv«l i^ptms^iww neb^

iKjab <iwfcrf«OBd8d nsimm js^ Ji6^ «i9ii)fl^.«^%«d iidoK#^^‘

tflfiWq ifcinol iMcvr lbim i«H oailt/t«n{r«(q utK>A itim a

^ M arni-rai*®^ gnasic dolo isibe/iib

H 1^ tir !' t»-.'S’’ „ . .fl,!®"-^'-" . -s-at

.'il ^ ® <!f , ® ^ '^ '•^- -»<ia ialuimi) efviq ;uinjq-wJ '^te^loVotga \ffft.

laTaoi JSqfi* msrf«a»b?^ a

ftig«l W$o<{0ii 3t ctBitcISsetftev^sni^^

T£2»^ /ii^»gn4>9 «}^a^ ti> Utsfaq aonwe .Wf^a» jsub rfftl^se"

/Ifibite «L'.tfiil jwb {nt^pq^^v^fnioms^f;^^ i-^riaiTsb/^’j^w n^H5^|j||*<i

i^flsjoiq siififi r.>(«ooix mnsdfftom' o^s «rj - *- i.v<s2“fltfii

'

'Mii’^tfiiiiffi^ ''‘Tfr-rr- ir'i ...- •j?--^'*' --

'IStw'ilT

lit? “'r-jjf 7'

S qejifiadi

|ili (tetoaartlj

'^if‘

}fi«5 sb^ neiosna^i fJawi"

^6C«i <ie!fid^

iB:i (ofltfife fi*sb;

fimil (ui^^fi)- fiT»jjsoj(^<W leodmiJwi rb6

tb tta?%i>:iu'£y6d 1ti* «a8*«s¥ .naiteft,;

2a^ . ,_. . ,

""ttft§fWb;.8iWs^ ,i^im 2m wniiunk)^

Page 141: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

DAFTAR PUSTAKA

Bunch, Ronald 1985 Two Ears ofCom: A guide to people centred agricultural improvement World Neighbours

Case, D’Arcy Davis 1990 The Community’s Toolbox: The idea, methods and tools for paitjclpatorv assessment,

monitoring and evaluation in community forestry Rome: FAO

Chambers, Robert 1983 Rural Development’ Putting the Last First Harlow: Longman

Kerangka Perencanaan Strategis (KPS) Training Manual

Li, Tania 1991a Culture. Ecology and Livelihood in the Tinombo Region of Central Sulawesi Jakarta and Halifax:

Environmental Management Development in Indonesia Project

1991b "Access to Natural Resources in the TTM Sustainable Area Development Site", Rural Livelihoods

Background Study, Sulawesi Regional Development Project

McCraken, Jennifer et al An Introduction to Rapid Rural Appraisal for Agricultural Development London: IIED

Ohlsson, Bo 1990 "Baseline Studies for Development" Forests. Trees and People Newsletter No 8, March 1990

Ruwiastuti, Maria Rita and Mick Blowfield 1991 Penguasaan Tanah di Daerah riM-IAD Sulawesi Regional

Development Project

Strachan, Lloyd et al 1989 Provincial Development Status Review Sulawesi Tengah Sulawesi Regional Development

Project

Watson, David and Richard Holloway 19^ ) Changing Focus: Involving the Poor in Rural Development Planning NewDelhi: Oxford and IBH Publishing

World Bank 1990 Poverty : World Development Report 1990 New York: Oxford University Press for the World

Bank

Page 142: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna

i-•

;

mA

y

tj.'. ‘'iim^. '(ianmiiSf^

•.•'''i. i‘)

' IIM

Om:tloi

o«v( rtSfsjiM ,1^;^

^ Cy*.!,'*'

it;. '^L:.*: ilf’y,

'

,- >f/^:

0-

''j;

-5itl U tvin o' i

5*5k ?/ -iV

- "i—

- Li^ . . r^0C4--

,m>$trj »-•»... •>..>*» » ^-

,?^.^jU^4«|l^'llUl fcna

v^K/^^ y.'4 ' '

•/:j;''f ;iG: /0 UhpW-

c “c'-;-.

r

V r’

gt/

Page 143: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 144: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 145: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna
Page 146: Pemahaman pedesaan dalam waktu singkat dan data dasar guna