pemahaman masyarakat pedesaan terhadap...

86
PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH (Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh: Ikromullah Ramadhan NIM: 1111046200020 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: phungdien

Post on 01-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN

    TERHADAP ASURANSI SYARIAH

    (Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

    Oleh:

    Ikromullah Ramadhan NIM: 1111046200020

    KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN

    TERHADAP ASURANSI SYARIAH

    (Studi danAnalisis Pada Desa Dukupuntang kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

    Oleh:

    Ikromullah Ramadhan NIM: 1111046200020

    Dibawah Bimbingan

    Mohamad Mujibur Rohman, M.A

    NIP. 19760408 200710 1 001

    KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi

    Syariah (Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang

    Kabupaten Cirebon), telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S1) pada

    Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

    Jakarta, 29 Mei 2015

    Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. NIP. 19691216 199603 1 001

    Panitia Ujian :

    Ketua : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 19740725 200112 1 001 Sekretaris : Abdurauf, Lc, M.A NIP.19731215 200501 1 002 Pembimbing : Mohamad Mujibur Rohman, M.A

    NIP.19760408 200710 1 001 Penguji I : A.M Hasan Ali, MA NIP.19751201 200501 1 005 Penguji II : Hendra Pertaminawati, M.Ag

  • Lembar Pernyataan

    Dengan ini saya menyatakan bahwa

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi syarat sebagai

    sarjana ekonomi islam di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Semua sumber referensi penelitian ini saya cantumkan sesuai dengan ketetntuan

    yang berlaku pada sistemasi penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

    syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti secara nyata bahwa penelitian ini bukan merupakan

    hasil karya saya atau merupakan plagiat karya orang lain, maka saya siap untuk

    menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 29 Mei 2015

    Ikromullah Ramadhan

  • Abstrak

    Penelitian ini di lakukan oleh Ikromullah Ramadhan dengan nomor NIM 1111046200020 di jurusan Asuransi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 M/1436 H, dengan jumlah halaman sebanyak cxxiii (73) Halaman dan jumlah lamipran sebanyak xxxii (32) lembar.

    Penelitian ini menjelaskan dan memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial ekonomi dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mendapatkan data jenis data ordinal dan nominal (data kualitatif) atau data non parametik dengan mengguankan metode survei dengan angket serta observasi untuk mengumpulkan data. Hasilnya akan di paparkan dalam bentuk grafik dan diagram.

    Hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis lapangan atau operasional satu arah yang yaitu tingkat pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) terhadap asuransi syariah masih rendah.

    Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa hipotesis peneliti diterima bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) terhadap asuransi syariah masih rendah sedangkan faktor pendukungnya adalah pendidikan sebagai faktor tertinggi dan faktor penghambat adalah faktor sosialisasi yang rendah dan akses informasi yang kurang. Teori yang digunakan dalam analisis ini adalah teori solidaritas mekanik Emile Durkhem.

    Kata kunci : Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah.

    Penelitian ini di bimbing oleh Mohamad Mujibur Rohman, M.A Untuk kelengkapan data dan penunjang isi penelitian, peneliti menggunakan beberapa sumber referensi baik dari buku-buku, undang-undang, hasil penelitian lain, jurnal, artikel, hasil seminar dan presentasi belajar. Referensi itu berasal dari tahun 1992- tahun 2014.

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji serta rasa syukur kita apresiasikan hanyalah bagi Allah Azawajala atas segala

    rahmatNya, hidayahNya, inayahNya dan ridhaNya serta karuniaNya yang diberikan kepada

    penulis dan juga kepada khotimul anbiya yaitu baginda Nabi Muhamad SAW yang telah

    sukses menyelesaikan suatu agenda mulia yang diberikan Allah untuk menyempurnakan

    akhlak manusia dan yang telah mengeluarkan umatnya kejalan yang Haq dan berhasil

    menghilangkan kejahiliahan serta tidak lupa kepada kedua orang tua penulis, keluarga

    penulis, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, ketua dan sekretaris program studi Muamalat,

    dosen pembimbing skripsi dan akademik penulis, dosendosen mata kuliah, lurah dan warga

    Desa Dukupuntang, perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan perpustakaan utama UIN

    Jakarta, teman-teman Jurusan Asuransi Syariah 2011, teman-teman organisasi HIMA-CITA,

    KMSGD, teman-teman lainnya baik di organisasi maupun tidak serta semua yang telah

    membantu mensukseskan penelitian ini sehingga penelitian dengan judul PEMAHAMAN

    MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH (studi dan analisis

    pada Desa Dukupuntang Kecamtan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) berhasil disusun

    dengan sebaik-baiknya.

    Sangat disadari bahwa penelitian ini sangatlah masih sederhana dan jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

    dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat

    bagi kita semuanya, amin.

    Jakarta, 29 Mei 2015

    Penulis

    i

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v

    DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................... vi

    DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .................................................................................................. 8

    C. Pembatasan masalah ................................................................................................ 9

    D. Rumusan Masalah .................................................................................................... 10

    E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 11

    F. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 12

    G. Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 12

    H. Metodologi penelitian .......................................................................................... 13

    I. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 15

    BAB II KAJIAN TEORETIS PEMAHAMAN MASYARAKAT

    PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH A. Tinjauan Pustaka

    1. Makna Pemahaman ...................................................................................... 17

    2. Masyarakat Pedesaan ....................................................................................... 19

    3. Asuransi Syariah ............................................................................................ 25

    B. Definisi Operasional ................................................................................................ 36

    C. Kajian Empiris ......................................................................................................... 37

    D. Kerangka Pemikiran................................................................................................. 41

    BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI DESA DUKUPUNTANG

    KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON A. Profil Desa Dukupuntang ..................................................................................... 42

    ii

  • B. Kependudukan ......................................................................................................... 43

    C. Karakteristik Responden .......................................................................................... 50

    BAB IV ANALISIS DATA PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURNASI SYARIAH

    A. Uji Reliabilitas ......................................................................................................... 53

    B. Uji Validitas ............................................................................................................. 54

    C. Analisis Data Kuisoner ............................................................................................ 56

    BAB V PENUTUPPEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP

    ASURNASI SYARIAH A. Kesimpulan .............................................................................................................. 69

    B. Saran ........................................................................................................................ 70

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    iii

  • Daftar Tabel

    Tabel 02.01 Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik .................................. 24

    Tabel 02.02 Jumlah Perusahaan dan Unit Asuransi dan Reasuransi Syariah di Indonesia Triwulan II 2014 .............................................................................................. 34

    Table 03.01 Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang ....................................................... 44

    Tabel 03.02 Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang Berdasarkan Usia ....................... 44

    Tabel 03.03 Tenaga Kerja Penduduk Desa Dukupuntang ............................................ 46

    Tabel 03.04 Mata Pencaharian Penduduk Desa Dukupuntang .................................... 47

    Tabel 03.05 Tingkat Pendidikan Desa Dukupuntang .................................................... 48

    Tabel 03.06 Agama Penduduk Desa Dukupuntang ....................................................... 49

    Tabel 04.01 Uji validitas kuisoner ................................................................................... 55

    Tabel 04.02 Uji validitas kuisoner ................................................................................... 56

    iv

  • Daftar Gambar

    Gambar 02.01 Hubungan antara masyarakat dan ekonomi .......................................... 23

    Gambar 02.02 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 41

    Gambar 03.01 Peta Desa Dukupuntang .......................................................................... 43

    Gambar 03.03 Tata Cara Pengambilan Sampel.............................................................. 51

    v

  • Daftar Grafik

    Grafik 04.01 Grafik asuransi yang masyarakat ketahui ................................................ 57

    Grafik 04.02 Grafik Asuransi yang paling di butuhkan masyarakat ........................... 58

    Grafik 04.03 Grafik individu yang ditawari asuransi dan menolaknya atau ikut serta ................................................................................................................................. 59

    Grafik 04.04 Grafik individu yang ikut asuransi syariah dan tidak ikut asuransi syariah................................................................................................................... 60

    Grafik 04.05 Grafik alat sosialisasi yang cocok untuk masyarakat Desa Dukupuntang ....................................................................................................................... 61

    vi

  • Daftar Diagram

    Diagram 04.01 Diagram akses informasi yang diperoleh masyarakat ........................ 63

    Diagram 04.02 Diagram perusahaan asuransi Syariah Yang dikenal masyarakat ........................................................................................................................... 64

    Diagram 04.03 Diagram pendapat Masyarakat tentang produk asurnasi syariah sesuai syariah Islam .............................................................................................. 65

    Diagram 04.04Diagram pendapat masyarakat tetang kejujuran perusahaan asuransi ............................................................................................................................... 66

    Diagram 04.05 Diagram pendapat masyarakat tentang perlunya Asuransi untuk masa depan ............................................................................................................... 67

    Diagram 04.06 Diagram efektifitas sosialisasi yang telah di lakukan ........................ 68

    vii

  • Daftar Lampiran

    Lampiran 1: Uji Validitas dan Validitas Data .......................................................................

    Lampiran 2: Uji Validitas dan Validitas Data .......................................................................

    Lampiran 3 : Kuisoner Penelitian ................................................................................................

    Lampiran 5: Kartu Bantu Responden ...........................................................................................

    Lampiran 6: Data Responden Kuisoner Penelitian ......................................................................

    Lampiran 7: Nomogram Harry King ...........................................................................................

    Lampiran 8: Lembar Acak KK ....................................................................................................

    viii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Perkembangan peradaban manusia menuju era industri praktis menuntut

    semua hal dilakukan serba cepat dan tepat. Hal ini membuat pola kehidupan sosial

    masyarakat banyak yang bergeser dan berubah dalam rangka penyesuain diri,

    namaun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari fitrah manusia yang

    selalu berhadapan dengan risiko.

    Berhadapan dengan segala risiko bagi setiap manusia di dunia ini adalah

    salah satu hal yang pasti terjadi di manapun dan kapanpun, akan tetapi

    kebanyakan manusia tidak mengetahui kapan, dimana, dan seberapa besar risiko

    itu akan terjadi karena setiap perkembangan zaman akan menambah jumlah dan

    tingkat risiko yang dihadapi.

    Risiko dapat menimpa diri sendiri berupa kematian, sakit, mapun

    kehilangan harta benda seperti kebakaran, kcelakaan, kerugian asset dan kecurian

    dan lain sebagainya, itu semua adalah salah satu bentuk dari risiko yang dihadapi

    manusia di setiap waktu dan akan terus berkembang seiring berkembangnya

    peradaban serta pola pikir manusia sehingga akibat dari risiko itu semua adalah

    dapat menimbulkan kerugian dan penderitaan bagi orang yang menimpanya.

    Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya berupa kerugian ekonomi secara

    keseluruhan, tetapi juga kerugian berupa fisik maupun mental bagi yang terkena

    musibah, contohnya adalah kehilangan salah satu anggota tubuh sehingga

    1

  • hilangnya kepercayaan diri, selain itu juga kehilangan salah satu anggota tubuh

    juga menyebabkan kesulitan atau penghambat dalam bekerja.

    Kesadaran masyarakat baik itu disadari secara sendiri maupun dari faktor

    lainnya dalam mengantisipasi risiko yang ada di sekitarnya adalah merupakan

    fenomena yang menarik karena setiap masyarakat akan memiliki cara-caranya

    tersendiri untuk menghadapinya baik secara tradisional contohnya dengan

    menggunakan ritual-ritual khusus ataupun secara modern yaitu dengan

    menggunakan asuransi.

    Ritual-ritual khusus biasanya atau kebanyakan dilakukan oleh masyarakat

    pedesaan yang notabene belum tersentuh aktivitas modernitas, tatapi hal ini perlu

    adanya data yang relevan dan dapat di percayai untuk mendukung pernytaan

    tersebut karena tidak menutup kemungkinkan bahwa masyarakat pedesaan

    sekarang ini juga telah mengerti mengenai asuransi.

    Situasi-situasi dan caracara masyarakat dalam menghadapi risiko telah

    banyak dijelaskan dan digambarkan oleh pelbagai ilmuan dan peneliti yang di

    publikasikan lewat media-media sosial dan elektronik, banyak media yang

    menayangkan situasi dan cara masyarakat di pedesaan yang lebih cendrung

    menghadapai risiko tersebut dengan ritual-ritual khusus yang diturunkan dari

    leluhurnya.

    Faktanya bahwa tidak sedikit masyarakat pedesaan di Indonesia masih

    terikat dengan ritual-ritual dari leluhurnya sehingga tidak bisa melepaskan ikatan

    ritual tersebut dalam menghadapai risiko, sebagi contoh banyak nelayan di

    Indonesia khususnya di wilayah Jawa yang melakukan ritual-ritual tolak bala

    2

  • dengan memberikan sesajian kepada Dewa atau Dewi laut agar diberikan

    keselamatan ketika melaut.

    Melihat fenomena-fenomena masyarakat yang melakukan pelbagai macam

    cara dalam menghadapi risiko dari yang masih mengkaitkannya dengan mistis

    ataupun yang sudah modern yaitu dengan berasuransi, semua itu memiliki tingkat

    perlindungannya tersendiri yang tentunya berbeda-beda.

    Asuransi adalah sarana proteksi atau perlindungan terhadap risiko yang

    sudah di kemas secara modern, dalam artian bahwa perlindungan atau proteksi

    yang diberikan telah terlepas dari hal-hal mistis yaitu dengan sharing risk dalam

    asuransi syariah maupun transfer risk dalam asuransi konvensional.

    Asuransi yang telah dikemas secara modern bukannya berarti sudah

    terlepas dari pelbagai masalah, masih banyak persoalan baik teknis, sosial

    mapunpun masalah moral yang dihadapai contohnya moral hazard, masalah

    sosial contohnya kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi sendiri

    sedangkan contoh persoalan teknis adalah menerapkan sistem informasi dalam

    operasional asuransi yang efisien dan aman.

    Persoalan teknis dan moral bukanlah persoalan satu-satunya yang dihadapi

    tetapi ada persoalan lain yang juga harus mendapatkan perhatian yaitu undang-

    undang, khususnya dalam asuransi syariah yang belum mendapatkan pengesahan

    mengenai peraturan hukum positif berupa undang-undang yang secara khusus

    mengatur mengenai asuransi syariah karena pada prinsip dan operasionalnya

    asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional.

    3

  • Menyikapi persoalan undang-undang yang tidak segera di sahkan

    oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Ulama Indonesia (MUI)

    dalam hal ini melalui Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia

    (DSN MUI) mengeluarkan beberapa fatwanya terkait asuransi syariah yaitu

    fatwa tentang pedoman umum asuransi syariah (fatwa nomor: 21/DSN-

    MUI/X/2001), fatwa tentang asuransi haji (fatwa nomor: 39/DSN-MUI/X/2002),

    fatwa tentang akad murabahah musytarakah pada asuransi syariah (Fatwa

    nomor: 51/DSN-MUI/III/2006), fatwa tentang akad wakalah bil ujrah pada

    asuransi dan reasuransi syariah (Fatwa nomor: 52/DSN-MUI/III/2006), dan

    fatwa tentang akad tabarru pada asuransi dan reasuransi syariah (Fatwa

    nomor: 53/DSN-MUI/III/2006).

    Fatwa-fatwa dari DSN MUI ini di harapkan dapat menjadi patokan

    karena sampai saat ini rancangan undangundang (RUU) asuransi yang telah

    mengakomodir asuransi dengan sistem syariah (diusulkan tahun 2002) yang

    belum terakomodir dalam undangundang Nomor: 2 Tahun 1992 tentang

    Usaha Perasuransian tidak jelas perjalanannya.

    Pemetaan permasalahan asuransi syariah menjadi sangat penting untuk

    dapat menyelesaikannya dengan efektif dan efisien. Persoalan-persoalan teknis

    dapat di serahkan pada perusahaan itu sendiri dan persoalan-persoalan sosial

    seperti kesadaran masyarakat untuk berasuransi dapat di serahkan pada kalangan

    akademisi dan tokoh-tokoh masyarakat sedangkan peersoalan undang-undang

    harus segera di selesaikan oleh anggota dewan atau DPR RI.

    4

  • Masalah pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah tidak bisa di

    lepaskan dari permasalahan pemahaman masing-masing individu dalam

    memeandang aspek hukum dari asuransi, untuk lebih sendiri khususnya di

    pedesaan yang masih kental dengan unsur keagamaannya. Permasalahan status

    hukum asuransi memenculkan pelbagai pendapat yang berbeda baik secara

    perseorangan maupun secara lembaga menyikapi aspek kehalalan dan keharaman

    asuransi sendiri.

    Percepatan perkembangan pertumbuhan industri asuransi syariah di

    Indonesia yang walaupun tidak di imbangi dengan perhatian dari anggota dewan

    atau DPR RI dalam hal ini untuk mengesahkan rancangan undang-undang yang

    mengakomodir asuransi syariah tidak meyurutkan minat sebagian masyarakat

    terhadap asuransi syariah sendiri, terbukti banyaknya perusahaan asuransi yang

    mebuka divisi syariah dan membuat produk-produk asuransi syariah bahkan ada

    juga perusahaan yang mengubah bisnisnya secara total menjadi asuransi syariah

    atau spin off bagi perusahaan asuransi yang telah memilki divisi syariah dan telah

    memenuhi kriteria untuk spin off.

    Sebagai bukti lainnya adalah kenaikan kontribusi asuransi syariah hingga

    triwulan II 2014 mencapai Rp 4,479 triliun. Kontribusi meningkat 1,45 persen

    dibandingkan triwulan II 2013 sebesar Rp 4,416 triliun.1 hal ini merupakan

    bentuk kepecayaan para nasabah terhadap asuransi syariah. Walapun demikian

    Premi untuk Asuransi syariah sendiri masih jauh dari premi yang didapat asuransi

    konvensional sebagaimana ungkapan Ketua Dewan Komisioner OJK

    1Repulika Online, premi Asuransi Syariah Rp 4,5 T, diakses pada Selasa, 25 November 2014, 13:00 WIB dari http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/14/11/25/nfkzcl2-premi-asuransi-syariah-rp-45-t

    5

    http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/14/11/25/nfkzcl2-premi-asuransi-syariah-rp-45-thttp://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/14/11/25/nfkzcl2-premi-asuransi-syariah-rp-45-t

  • Pangsa pasar takaful sendiri masih sangat kecil. Angkanya dibawah 5 persen di 2013. Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan kontribusi takaful mencapai 27 persen dan 49 persen untuk asetnya. Hal ini juga berasal dari peningkatan nasabah yang berasal dari kelas menengah dan atas. Hal ini berarti, takaful masih rendah diterima kalangan bawah.2

    Perkembangan yang cepat bisnis asuransi syariah membuat daya serap dari

    tenaga kerja meningkat, tetapi hal ini juga perlu mendapat perhatian yaitu masalah

    sumber daya manusia yang bekerja pada industri asuransi syariah masih banyak di

    isi oleh orang-orang yang lemah pemahamannya terhadap asuransi syariah, karena

    hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat mengenai kesyariahaan

    asuransi syariah.

    Perkembangan dalam suatu entitas bisnis dalam hal ini industri asuransi

    syariah tidak terlepas dari sosialisasi yang dilakukan pelbagai pihak baik dari

    pemerintah, perusahaan itu sendiri, kalangan akademisi dan lain sebagainya.

    Permasalahannya adalah bagaimana cara sosialisasi tersebut dan seberapa efektif

    dan efisienkah sosialisasi yang dilakukan sehingga dapat menjangkau seluruh

    kalangan dan lapisan masyarakat secara luas.

    Pemerintah sendiri malakukan suatu program yang dinamakan program

    financial inclution sebagai alat sosialisasi, program ini dimaksudkan agar

    masyarakat dapat mengakses lembaga-lembaga keuangan dengan mudah dan

    memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang macam-macam lembaga

    keuangan termasuk produk-produk yang bisa masyarakat nikmati.

    2OJK. Asuransi Mikro Syariah Harus Simpel, diakses Pada 26 Nopember 2014 dari http:///.Internet/OJK%20%20Asuransi%20Mikro%20Syariah%20Harus%20Simpel%20_%20PebisnisMuslim.com.htm

    6

    http://.Internet/OJK%20%20Asuransi%20Mikro%20Syariah%20Harus%20Simpel%20_%20PebisnisMuslim.com.htmhttp://.Internet/OJK%20%20Asuransi%20Mikro%20Syariah%20Harus%20Simpel%20_%20PebisnisMuslim.com.htm

  • Alat sosialisasi yang digunakan butuh banyak pertimbangan sehingga

    cocok dan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat yang memiliki tingkat

    pemahaman yang berbeda di Indonesia ini. Bagi masyarakat yang ada di pedesaan

    dan masyarakat perkotaan keduanya memiliki cara sosialisasi yang berbeda,

    khususnya bagi masyarakat kota yang mulai sadar dengan asuransi maka

    sosialisai akan lebih mudah tetapi bagaimana dengan masyarakat di pedesaan

    yang mayoritas asing dengan istilah asuransi?.

    Masyarakat pedesaan di Indonesia adalah mayoritas artinya dibandingkan

    masyarakat kota masyarakat di pedesaan masih lebih banyak jumlahnya, akan

    tetapi bagaimana tingkat pemahaman mereka terhadap asuransi khususnya

    asuransi syariah karena mayoritas masyarakat yang ada di pedesaan di Indonesia

    adalah beragama Islam.

    Pemaparan mengenai latar belakang masalah diatas, terutama permasalah

    mengenai pemahaman masyarakat asuransi syariah di desa atau pedesaan masih

    dipertanyakan membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pemahaman

    Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah yang memilih studi pada

    Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, karena dinilai

    merupakan desa yang sedang berkembang ekonominya dan total seluruh

    penduduknya memeluk agama Islam akan tetapi kesadaran masyarakat terhadap

    asuransi syariah masih sangat dipertanyakan.

    7

  • B. Identifikasi Masalah

    Latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat mengidentifikasi

    beberapa bentuk permasalahan dalam hal asuransi syariah, hal ini tentunya akan

    menjadi salah satu wacana pembahasan dalam penelitian ini diantaranya adalah

    1. Seberapa tinggi tingkat risiko baik secara personal dan golongan atau

    kelompok yang berbeda-beda?

    2. Bagaimana perkembangan peraturan asuransi syariah yang masih

    mengambang dan belum disahkan?

    3. Seperti apakah desain produk asuransi syariah?

    4. Apakah sumber daya manusia perusahaan asuransi syariah masih banyak yang

    belum paham asuransi syariah?

    5. Seperti apakah persaingan bisnis asuransi syariah dan konvensional dalam

    industri asuransi di Indonesia?

    6. Dimana peran masyarakat, pemerintah, perusahaan dalam memajukan industri

    asurasni syariah?

    7. Bagaimana Tingat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di

    pedesaan?

    8. Faktor-faktor mana saja yang menjadi penghambat dan pendorong

    berkembangnya asuransi syariah di Indoensia?

    9. Faktor yang manakah yang lebih berpengaruh baik terhadap perkembangan

    maupun penghambat asuransi syariah?

    8

  • C. Pembatasan Masalah

    Pembatasan masalah dalam hal ini terdapat pada konteks pembatasan

    tempat dan waktu penelitian, spesifikasi masalah penelitian, serta konteks teori

    penelitian.

    1. Tempat dan waktu penelitian

    Tempat penelitian memilih studi dan analisis pada Desa Dukupuntang

    Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, karena dinilai merupakan desa

    yang telah memilki ekonomi yang cukup maju sebagai bukti adalah meningkatnya

    golongan kelas ekonomi menengah dan rata-rata penduduknya memeluk agama

    Islam akan tetapi pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah masih sangat

    dipertanyakan, sedangkan waktu penelitian ini adalah dari 15 Januari 2015 15

    Februari 2015.

    2. Pembatasan Masalah

    a. Bagaimana tingat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di

    pedesaan?

    b. Faktor-faktor mana saja yang menjadi penghambat dan pendorong

    pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah di Indoensia?

    c. Faktor yang manakah yang lebih berpengaruh baik terhadap

    perkembangan maupun penghambat pemahaman masyarakat pedesaan

    terhadap asuransi syariah?

    3. Teori Penelitian

    Teori penelitian yang digunakan dalam pembatasan masalah ini

    dimaksudkan agar tidak melebarnya teori yang nanti akan dipakai dalam

    9

  • penelitian ini. Teori yang diajukan dalam penelitian ini adalah teori pemahaman

    oleh Hiebert dan Carpenter yaitu bahwa pemahaman didasari atas tiga asumsi:

    a. Pengetahuan direpresentasikan secara internal dan representasi internal ini

    terstruktur.

    b. Terdapat relasi antara representasi internal dan representasi eksternal.

    c. Representasi internal saling terkait.

    Ketika relasi representasi internal dari gagasan atau ide atau konsep

    dikonstruk, relasi itu akan menghasilkan kerangka pengetahuan. Kerangka

    pengetahuan tersebut tidak serta merta terbentuk, tetapi terbentuk secara alami.

    Sifat alami representasi internal dipengaruhi dan dibatasi oleh sifat alami3.

    Secara sederhana teori ini terkait penelitian adalah bahwa pemahaman

    dalam hal ini dilihat dari tiga asumsi pertama representasi internal berupa

    pengetahuan diri yang terstruktur kemudian saling terkait artinya dapat

    menerjemahkan atau menafsirkan dan dapat atau mampu untuk di representasikan

    secara ekternal berupa kesadaran baik itu berupa minat maupun keikutsertaan.

    D. Rumusan masalah

    Pembatasan dan pengidentifikasian permasalahan yang telah dipaparkan

    diatas tidak cukup jelas sebagai acuan masalah penelitian ini oleh karena itu

    perlunya perumusan masalah yang lebih jelas agar permasalahan yang akan

    dibahas dalam penelitian ini bisa lebih sederhana dan dapat langsung pada pokok

    pembahasan. oleh karena itu bentuk perumusan masalah penelitian ini untuk lebih

    rincinya akan dipaparkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

    3 Great Of Human, Teori Pemahaman, Diakses pada 26 Nopember 2014 dari http://:Internet/Untuk%20semua%20%20Teori%20Pemahaman.htm.

    10

  • 1. Bagaimana Tingkat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di

    pedesaan?

    2. Apasajakah faktor-faktor tingkat pemahaman terhadap minat berasuransi

    syariah?

    E. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini sendiri memiliki tujuan yang secara umum dan khusus bagi

    peneliti sendiri, secara umum penelitian ini berkaitan dengan rumusan permasalah

    diatas bertujuan diantaranya sebagai berikut:

    1. Menganalisis pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi

    syariah.

    2. Menganalisis sumber-sumber informasi asuransi syariah yang selama ini dapat

    dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Dukupuntang untuk membuka dan

    meningkatkan pemahaman tentang asurani syariah

    3. Secara tidak langsung mensosialisasikan asuransi syariah kepada masyarakat

    di Desa Dukupuntang khususnya bagi yang belum paham terhadap asuransi

    syariah.

    Secara khusus penelitian ini dengan judul pemahaman masyarakat

    pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di Desa Dukupuntang adalah

    sebagai berikut:

    1. Sarana silaturahim dengan masyarakat setempat

    2. Mendapatkan hasil terbaik dalam penelitian ini karena sebagai syarat

    kelulusan sarjana S1 jurusan asuransi syariah Fakultas Syariah Dan Hukum

    (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    11

  • F. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang di dapatkan dari hasil penelitian ini adalah bagi masyarakat

    secara luas dan bagi peneliti sendiri serta orang-orang yang berkepentingan

    terhadap penelitian ini. Secara luas penelitian ini berguna diantaranya sebagai

    berikut:

    1. Sarana dan acuan data informasi yang representatif atas kesadaran dan

    pemahaman masyarakat di Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah

    2. Mengetahui seberapa besar pemahaman masyarakat desa Dukupuntang

    terhadap asuransi syariah

    Sedangkan bagi peneliti sendiri penelitian ini dengan judul pemahaman

    masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di desa

    Dukupuntang berguna sebagai sarana belajar peneliti sendiri di lapangan dan

    menambah wawasan pengetahuan mengenai asuransi syariah itu sendiri yang

    merupakan seorang kalangan akademisi.

    Selain itu bagi orang-orang yang berkepentingan terhadap penelitian ini

    baik itu mahasiswa, dosen, guru dan lain sebagainya, memiliki kegunaan dapat

    digunakan sebagai rujukan atau contoh penelitian tentang asuransi syariah dan

    informasi mengenai pemahaman asuransi syariah di pedesaan.

    G. Hipotesis penelitian

    Hipotesis penelitian ini berbentuk hipotesisi kerja atau operasional satu

    arah yaitu bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap

    asuransi syariah masih rendah.

    12

  • H. Metodologi Penelitian

    1. Jenis penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial ekonomi, artinya bahwa

    penelitian ini bermaksud meneliti tingkat pemahaman masyarakat pedesaan

    terhadap asuransi syariah di Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang

    Kabupaten Cirebon. Dari sisi sosial penelitian ini bermaksud meneliti tingkat

    pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang sedangkan sisi ekonomi penelitian ini

    bertujuan pada pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi

    syariah

    2. Pendekatan penelitian

    Pendekatan dalam penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan empiris

    artinya sesuai dengan fakta dilapangan yang didapat melalui survei dengan

    penyebaran kuisoner bagi masyarakat Desa Dukupuntang dan dilakukan secara

    induktif artinya peneliti akan berusaha mengembangkan teori yang ada dengan

    mengujinya melalui rumusan hipotesis.

    3. Analisis penelitain

    Anlisis penelitian ini mengguankan dua alat analisis yang di paparkan

    secara grafik, dan diagram dan untuk membaca diagram dan grafik tersebut

    berdasarkan analisis ekonomi dan sosial. Analisis ekonomi cenderung bertujuan

    melakukan prediksi dan eksplantasi dan sedikit melakukan deskripsi sedangkan

    sosiologi cenderung kepada deskripsi dan eksplantasi dan sangat jarang

    melakukan prediksi. Jadi jika dikombinasikan maka tujuan analisis penelitian ini

    13

  • akan menekankan pada kedalaman suatu fenomena secara kualitas apa yang ada

    di balik kenyataan, dan melihat tembus terhadap realitas yang ada.4

    4. Sumber dan kriteria data penelitian

    Jenis data yang akan dicari adalah data primer adalah data yang diperoleh

    dari penelitian secara langsung terhadap objek melalui kuisoner dan data sekunder

    adalah data yang diperoleh dai hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian

    dilapangan contonya data dari keurahan atau desa dan RT/RW setempat.

    5. Teknik pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

    metode pengumpulan data yang dapat diterapkan dalam jenis penelitian sosial

    diantaranya menggunakan survei dengan kuisoner dan observasi.

    6. Teknik Pengolahan

    Pegolahan data yang dilakukan setelah data didapat dalam pengumpulan

    data yaitu dengan menggunakan teknik pengkodeaan dan tabulasi, maksudnya

    data selanjutnya akan dimasukan dalam apliaksi statistik berupa SPSS atau

    Eviews dan lainnya sesuai dengan karakteristik data, baik itu data nominal atau

    ordinal data.

    7. Subjek, objek, populasi dan sampel penelitian

    Objek Penelitian ini adalah masyarakat di Desa Dukupuntang sedangkan

    subjek dari penelitian ini adalah responden pada masyarakat Desa Dukupuntang.

    Populasi dalam objek penelitian ini adalah masyarakat di desa

    Dukupuntang yang berusia 21 tahun lanjut dengan mempertimbangkan jumlah

    4 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi , (Jakarta, Kencana, 2011) cet. ke-dua, h. 47

    14

  • kepala keluarga (KK) di setiap RT. Tetapi mengingat banyaknya pupulasi

    masyarakat Desa Dukupuntang maka hal ini membutuhkan teknik sampel agar

    lebih mudah dalam melakukan penelitian.

    Teknik pengambilan sampel sendiri adalah dengan menggunakan teknik

    systematic random sampling atau sampel acak secara sistematis dengan melalaui

    ketentuan-ketentuan tertentu.

    I. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian

    Bab I : Pendahuluan

    Pada bab ini membahas mengenai latar belakang

    masalah penelitian, identifikasi masalah,

    pembatasan masalah, perumusan masalah untuk

    penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    metode Penelitian dan sistematika penulisan

    penelitian.

    Bab II : Landasan Teori

    landasan teori pada bab II ini menjelaskan tentang

    makna pemahaman, arti masyarakat pedesaan, dan

    asuransi syariah.

    Bab III : Penyajian Data Penelitian

    Pada bab ini membahas tentang gambaran dan

    karakteristik masyarakat Desa Dukupuntang,

    sampling, karakteristik responden dan lain

    sebagainya.

    15

  • Bab IV : Analisis Data Penelitian

    Pada bab ini dibahas mengenai analisis juga

    dilakukan interpretasi terhadap temuan penelitian

    ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan,

    memodifikasi teori yang ada, atau menyusun teori

    baru. Uraian-uraian tersebut memuat tafsiran-

    tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil

    dikumpulkan sebagai jawaban terinci atas

    persoalan-persoalan yang berhubungan dengan

    pokok masalah secara proporsional.

    Bab V : Penutup

    Pada bab ini adalah bab terakhir yang memuat

    kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

    dilakukan peneliti dan memberikan saran yang

    berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk

    memperoleh informasi dan memberikan solusi atas

    permasalahn tersebut.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

    16

  • BAB II

    KAJIAN TEORETIS

    PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN

    TERHADAP ASURANSI SYARIAH

    A. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Makna Pemahaman

    Makna pemahaman dapat dijelaskan secara etimolgi dan terminologi,

    secara etimogi pemahaman berasal dari kata paham yang menurut kamus besar

    bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pengertian, pendapat, pikiran, aliran,

    pandangan, dan mengeti benar sedangkan pemahaman sendiri diartikan menurut

    kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan memahami

    atau memahamkan.5

    Secara terminolgi pemahaman dapat dijelaskan menurut Sadiman, ia

    mengungkapkan pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam

    mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan

    caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.6

    Selain itu pendapat ini secara tersirat mengisyaratkan bahwa pemahaman

    tidak hanya dipahami secara abstrak (tidak di ketahui seseorang) tetapi juga

    konkret (dapat bisa diketahui oleh orang lain) bahwa seseorang tersebut telah

    memahami sesuatu, bisa dilihat dari definisinya dari sisi kemampuan seseorang

    dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, ini adalah sisi dari abstrak

    5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008), h. 345.

    6 Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari www.MasBied.com.

    17

    http://www.masbied.com/

  • sedangkan sisi konkret terletak pada definisinya selanjutnya yaitu menyatakan

    sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

    Artinya bahwa untuk meyakinkan seseorang paham harus melihat dari sisi abstrak

    dan konkret.

    Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-

    baik tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia

    sampaikan kepada orang lain sebagaimana menurut Poesprodjo bahwa

    pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari

    dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang

    dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup,

    kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati.

    Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan

    dirinya dalam orang lain.7

    Para ahli lainnya yang mendefiniskan pemahaman diantaranya adalah

    Suke Silversius menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga,

    yaitu :

    a. Menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja

    pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain,

    dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik

    untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang

    dirumuskan dengan katakata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan

    dalam kategori menerjemahkan.

    7 Rofei S.Pd, pengertian pemahaman menurut para ahli, diakses pada 24 Oktober 2014 http://akmapala09.blogspot.com/2011/10/pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html.

    18

    http://akmapala09.blogspot.com/2011/10/pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html

  • b. Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada

    menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama

    suatu komunikasi.

    c. Mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan

    menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual

    yang lebih tinggi.8

    Pemahaman secara etimologi dan terminologi diatas dapat diambil suatu

    definisi sederhana bahwa pemahaman tidak hanya menyentuh aspek pada

    kognitif semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyentuh aspek interpretasi atau

    menafsirkan, menerapkannya dalam bentuk kesadaran dan menerangkan

    kembali pada orang lain.

    2. Masyarakat Pedesaan

    Masyarakat pedesaan dalam ilmu bahasa Indonesia disebut dengan kata

    majemuk yang artinya bahwa masyarakat pedesaan adalah satu kesatuan kata

    yang memiliki arti dan definisi sendiri. Tetapi walaupun demikian masyarakat

    pedesaan jika di bagi mejadi dua kata dapat di masyarakat dan pedesaan yang

    masing-masing memiliki arti tersendiri.

    a. Masyarakat

    Istilah masyarakat dapat diartikan secara etimologi dan terminologi, secara

    etimologi dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius

    yang berisi kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirik

    8 Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari www.MasBied.com.

    19

    http://www.masbied.com/

  • yang artinya bergaul.9sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri

    mendefiniskan masyarakat sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya

    dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama.10

    Selanjutnya pengertian masyarakat secara terminologi oleh para ahli

    sosiologi untuk memberikan definisi masyarakat (society) seperti berikut :

    1) Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia

    yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat

    mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan

    sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.11

    2) Selo Sumarjan mendefinisikan masyarakat adalah orang-orang yang hidup

    bersama yang menghasilkan kebudayaan.12

    Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas baik secara etimologi

    maupun terminologi dapat diketahui bahwa sesuatu kelompok dapat disebut

    masyarakat jika memiliki sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur

    untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu

    kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

    b. Desa

    Desa dapat didefiniskan baik secara etimologi maupun terminologi, secara

    etimologi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)13 desa adalah

    kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem

    9 M. Munandar Soelaeman, Ilmu sosial dasar (Teori dan Konsep ilmu social), (Bandung, PT Refika Aditama, 2001)., cet. ke-sepuluh, edisi kelima, h. 122.

    10 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 924. 11 M. Idrak., Dkk (Tim Peduli Pelajar), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, (Yogyakarta, Messemedia,

    2010), h.18. 12 M. Idrak., Dkk (Tim Peduli Pelajar ), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, H. 18. 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 345.

    20

  • pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa); atau kelompok rumah

    di luar kota yg merupakan kesatuan; atau udik atau dusun (dalam arti daerah

    pedalaman sebagai lawan kota): atau tanah; tempat; daerah.

    Sedangkan desa dalam definisi terminologi dapat merujuk pada undang-

    undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa adalah

    Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.14

    Berdasarkan definisi diatas dapat dimabil suatu kesimpulan bahwa desa

    adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma, nilai-nilai

    hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal karakter

    demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya yang

    diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau hak

    otonomi desa. Sedangkan unsur-unsur desa diantaranya adalah penduduk,

    wilayah, dan pemerintahan desa.

    Teori tentang pelapisan sosial di masyarakat banyak di temukan dalam

    literatur ilmu sosiologi dan salah satu yang terkanal adalah teori pelapisan sosial

    Karl Max dengan teorinya tentang pertentangan kelas antara kaum Borjuis dan

    Proletar. Menurutnya bahwa hanya terdapat dua kelas dalam masyarakat kepitalis

    yaitu kum Borjuis dan Proletar.15

    14 Undang-Undang Republik Indonesia , Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa ( (Jakarta, undang-undang republik Indonesia, 2014), h. 2.

    15 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 21.

    21

  • Pola Kebudayaan masyarakat pedesaan di Indoensia terutama di daerah

    Jawa bahwa Pola kebudayaan termasuk pola kebudayaan tradisional, yaitu

    merupakan produk dari benarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang

    hidupnya tergantung pada alam.16 Selain itu pola kebudayaan membangun

    presepsi masyarakat desa dalam menanggulangi risiko yang masyarakat hadapai

    dan kebanyakan pola kebudyaan ini erat kaitannya dengan pengaruh ritual

    keagamaan.

    Sistem ekonomi masyarakat desa terkait erat dengan sistem pertaniannya.

    Akan tetapi sistem pertanian masyarakat desa tidak hanya mencerminkan sistem

    ekonominya melainkan juga mencerminkan sistem nilai, norma-norma sosial atau

    tradisi, adat istiadat serta aspek-aspek kebudayaan lainnya.

    Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun Individu

    untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh di produksi dan di

    konsumsi, tuntunan tersebut biasanya berasal dari dalam budaya termasuk

    didalamnya hukum dan agama.17

    Ekonomi memposisikan aktor yaitu individu yang rasional artinya ia dapat

    berfikir mana yang terbaik bagi dirinya sendiri, pendapat ini berakar dari

    utilitarianisme sehingga pendapat ini menimbulkan suatu siste ekonomi yang

    disebut dengan lassez faire artinya biarkan semuanya mengatur dirinya sendiri

    maksudnya system ekonomi diserahkan seluruhnya pada mekanisme pasar.18

    16 FISIP Sosiologi UNILA, diakses pada 9 Desember 2014 dari http:/// DataBabII/SosiologiPedesaan/Sosiologi.htm.

    17 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 11. 18 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 36.

    22

  • Sedangkan sosiologi memposisikan aktor dalam masyarakat atau aktor

    dalam interaksi sosial artinya bahwa individu yang identitas dirinya tidak tampil

    tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat, oleh sebab

    itu aktor tidak dilihat sebagai individu itu sendiri tetapi individu yang dikaitkan

    dengan individu lainnya baik perorangan mapun kelompok dan masyarakat.19

    Gambar 02.01

    Hubungan antara masyarakat dan ekonomi20

    Menurut Emile Durkheim bahwa suatu masyarakat dapat dikategorikan

    menjadi dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik dengan

    perbedaan sebagai berikut:21

    Tabel 02.01

    Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik

    Solidaritas mekanik Solidaritas organik

    Pembagian kerja Rendah Tinggi

    Kesadaran kolektif Kuat Rendah

    Hukum dominan Represif Restitutif

    Individualitas Rendah Tinggi

    Konsensus terpenting Pola normatif Nilai abstrak dan umum

    Penghukuman Komunitas terlibat Badan control sosial

    19 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 39. 20 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 14. 21 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 70.

    Masyarakat

    Interaksi sosial: proses dan pola

    Ekonomi

    23

  • Saling ketergantungan Rendah Tinggi

    Komunitas Primitif Industri perkotaan

    Pengikat Kesadaran kolektif Pembagian kerja

    Jika dicermati bahwa solidaritas mekanik kental dengan pedesaan

    sedangkan solidaritas organik kental dengan perkotaan, jadi desa Dukupuntang

    termasuk pada solidaritas mekanik menurut Emile Durkheim tetapi itu tentunya

    perlu adanya pembuktian terhadap teori ini.

    Pemerintahan desa sebagaimana dalam undang-undang tentang desa pasal

    satu, ayat 2 dan 3 tentang ketentuan umum Pemerintahan Desa adalah

    penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

    dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Pemerintah merupakan institusional ekonomi oleh karena itu menurut

    Joseph Schumpeter bahwa seseorang melakukan suatu tingkah laku dalam konteks

    institusional yang lebih luas dimana aktivitas ekonomi dilakukan22.

    Pendapat Schumpeter diperkuat oleh Polyani salah satu tokoh sosiologi

    ekonomi lainnya dengan konsepnya yaitu keterlekatan, menurutnya ekonomi

    manusia terlekat dan terjaring dalam institusi-institusi ekonomi dan non ekonomi,

    memasukan institusi non ekonomi kedalam ekonomi manusia adalah penting.

    Agama dan pemerintahan menjadi penting terhadap struktur dan berfungsinya

    ekonomi sebagai institusi moneter.23

    Institusi ekonomi mapun non ekonomi juga di dalam masyrakat pedesaan

    di perankan sebagai alat efektif untuk melakukan sosialisasi asuransi syariah

    22 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 25. 23 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h..27.

    24

  • karena terbatasnya akses informasi dan komunikasi di wilayah pedesaan seperti

    telephone, internet dan lainnya, maka dari itu untuk perlu juga di bahas secara

    keseluruhan institusi-institusi ini berperan dalam masyrakat pedesaan dalam

    melakukan sosialisasi

    Demikianlah kajian pustaka menghubungkan pengertian pedesaan dengan

    suatu lingkungan sosial dan geografi tertentu, termasuk individu-individu yang

    bermukim di sana. Pembahasan mengenai pemahaman masyarakat pedesaan

    dalam penelitian ini terkait dengan varibel indenpenden (terikat) yang kemudian

    akan dilanjutkan dengan variabel dependen yaitu asuransi syariah (variabel

    pengikat).

    3. Asuransi Syariah

    Penjelasan operasional asuransi syariah dalam bab ini membahas asuransi

    secara umum dan asuransi syariah, hal ini dimaksudkan untuk memberikan

    penjelasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah sebagai variabel

    independen di banding asuransi konvensional.

    Asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua pihak dimana pihak yang

    satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan

    jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, jika terjadi sesuatu yang menimpa

    pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.24

    Asuransi bisa dikatakan merupakan bisnis kepercayaan karena yang di

    perjual belikan dalam asuransi adalah jasa untuk menanggulangi resiko yang sama

    24 Abdul Azid dahlan, Dkk, ed. , Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta, ichtiar baru van hocve, 1996), h. 138.

    25

  • sekali tidak nampak nyata barangnya. selanjutnya bagaimana hubungan asuransi,

    kepercayaan dan resiko?.

    Torsyik menyebutkan kepercayaan merupakan kecenderungan perilaku

    tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya.25

    Sedangkan menurut Giddens bahwa kepercayaan dapat berfungsi untuk mereduksi

    atau meminimalisasi bahanya yang berasal dari aktivitas tertentu .26

    Lanjut menurut Giddens bahwa pada masyarakat pra modern di temukan 4

    lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan yaitu hubungan

    kekerabatan, komunitas masyarakat lokal, kosmologi religius, dan tradisi

    sedangkan pada masyarakat modern terdapat 3 lingkungan yang menumbuh

    kembangkan kepercayaan yaitu sistem abstrak, relasi personal, dan orientasi masa

    depan.

    Asuransi dalam hal ini menempati post masyarakat modern berarti

    asuransi termasuk kedalam lingkungan sistem abstrak karena di dalam asurnasi

    terdir dari perjanjian-perjanjian yang tertulis.

    Asuransi disebut juga pertanggungan atau usaha saling menanggung

    karena adanya pihak perusahaan sebagai penangguang risiko dari nasabah sebagai

    tertanggung yang mentransfer risikonya pada perusahaan sebagaimana UU

    tentang perasuransian tahun 1992 dan KUHD pasal 246;

    Menurut UU Republik Indonesia no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi yang bertujuan memberikan penggantian kepada tertanggung karena

    25 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h.185. 26 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h.187.

    26

  • kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau pembayaran uang yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.27

    Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia, Asuransi atau

    pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung

    mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk

    memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau

    kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena

    suatu peristiwa yang tidak tertentu.28

    Jenis usaha asuransi dalam sebagaimana mengacu pada undang-undang

    no. 2 tahun 1992 diantaranya adalah usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa

    dan usaha reasuransi. sedangkan jenis usaha penunjang asuransi diantaranya

    adalah usaha pialang asuransi usaha pialang reasuransi usaha penilaian kerugian

    asuransi, usaha konsultan aktuaria, usaha agen asuransi.

    Objek asuransi menurut UU no 2 tahun 1992 adalah diantaranya harta

    benda, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua

    kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.

    Sasaran asuransi adalah bagi para pelaku ekonomi mikro (rumah tangga),

    para pelaku ekonomi makro (dunia bisnis dan pemerintah) dan pihakpihak yang

    mempunyai keinginan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya kerugian yang

    belum diketahui secara pasti di masa mendatang.

    27 Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Usaha Perasuransian Dan Reasuransi. (Jakarta, Undang-Undang Republik Indonesia, 1992 ) h. 2.

    28 Junaedi Ganie, Dkk, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), h. 84.

    27

  • Asuransi dalam bisnisnya adalah mengelola risiko baik secara sharing risk

    maupu transfer risk oleh karena itu harus mempunyai suatu manajemen risiko

    yang mampu mengendalikannya karena ada beberapa hal yang menjadi tantangan

    industri asuransi seperti moral hazard, hukum bilangan besar yang harus dipenuhi

    dan kontrak polis yang sesuai dengan peraturan pemerintah.

    Risiko setidaknya dapat di kalsifikasikan menjadi dua yaitu risiko murni

    seperi kematian dan risiko spekulatif seperti investasi, risiko yang biasanya di

    cover oleh asuransi hanya risiko murni tetapi juga tidak menutup kemungkinan

    untuk menerima risiko spekulatif. Tujuan memiliki asuransi diantaranya adalah

    untuk membangun kerjasama antar dua pihak dimana satu pihak menawarkan

    pelindungan pada pihak lain dari segala risiko yang tidak diharapkan.29

    Perlu diketahui bahwa asuransi sendiri memiliki beragam pendapat dalam

    Islam dengan berbagai macam pendapat dan dalil serta kaidah yang menjadi

    kekuatan argumen masing-masing pihak. Secara singkat pendapat-pendapat

    tersebut dapat dibagi kedalam tiga pendapat secara garis besar yaitu menghalalkan

    asuransi secara keseluruhan, mengharamkan asuransi secara keseluruhan, dan

    bertindak hati-hati dalam menyikapi hukum asuransi.

    Perdebatan mengenai asuransi sudah terjadi beberapa dekade silam, para

    ulama dan para cendikiawan muslim memperdebatkan tentang kahalalan dari

    asuransi sendiri, ada beberapa pendapat mengeai hal tersebut diantaranya yang

    mengharamkan asuransi karena mengandung maisir, gharar dan riba. Salah satu

    29 Mohd Masum Billah, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern (tinjauan hukum dan praktek) di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, (Jakarta, Pt. Ina Publikatama, 2010) h. 29.

    28

  • tokohnya adalah K.H. Ali Yafie (mantan ketuan MUI), Mustafa Zaid, Abdullah

    Al-Qalqili, dan lain-lain.30

    Menghalalkan asuransi, karena keberatan dengan pendapat pertama bahwa

    asuransi sama dengan judi, gharar, dan riba mapun bertentangan dengan perinsip

    warits dan wasiat salah satu tokohnya adalah Muhammad abu Zahrah, Rahman

    Isa, Syaikh al-Azhar dan lainnya.

    Menyikapi hukum asuransi dengan bertindak hati-hati (ikhtiyth)

    dalam menentukannya. Salah satu tokohnya adalah Muhammad Abduh, dan

    syaikh Ibn Abidin dan lainnya.

    Selain pendapat para ulama beberapa ORMAS Islam melalui lembaganya

    masing masing seperti NU, Muhamadiyah, dan PERSIS yang juga ikut

    memberikan pendapatnya mengenai status hukum asuransi sendiri

    a. Keputusan Bahtsul Masail Nadhatul Ulama (BM-NU) tentang Asuransi

    BM-NU menetapkan sejumlah hukum asuransi sebagai berikut:31

    1) Hukum asuransi sosial adalah boleh dengan syarat: pertama termasuk akad

    ta`awuniyat, bukan akad mu`awadhat; dan kedua diselenggarakan oleh

    pemerintah sehingga kalau ada kerugian ditanggung oleh pemerintah dan

    kalau ada untung dikembalikan kepada masyarakat

    2) Hukum asuransi kerugian adalah boleh dengan syarat ia merupakan

    persyaratan bagi objek-objek yang menjadi agunan bank dan ia tidak dapat

    dihindari karena diatur oleh pemerintah seperti asuransi ekspor-import

    30 Mohd Masum Billah, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern (tinjauan hukum dan praktek) di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, h. 44.

    31 Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, (Jakarta, MA, 2009) h. 57.

    29

  • 3) Hukum asuransi jiwa adalah haram, kecuali apabila mengandung unsur

    tabungan, pihak tertanggung berniat menabung di perusahaan asuransi, pihak

    penanggung menyimpan (mentasharufkan) tabungan dengan cara-cara yang

    dibenarkan syara, tertanggung dapat menarik kembali tabungannya apabila

    diperlukan dan pihak penanggung bertanggung jawab untuk

    mengembalikannya, dan apabila tertanggung meninggal sebelum habis waktu

    maka ahli waris dapat menarik tabungan tersebut sebagai tirkat.

    b. Keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah tentang Asuransi

    Ketetapan Majelis Tarjih Muhammadiyah mengenai asuransi adalah

    sebagai berikut:

    1) Hukum asuransi jiwa yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya yaitu

    Perum Jasa Raharja, Perum Taspen, Perum Asabri, Perum Astek, Perum

    Astek, dan Perum Husada Bhakti (Askes) adalah boleh (mubh).

    2) Hukum asuransi jiwa yang mengandung unsur-unsur riba, maysr, ketidak

    adilan, gharr, ghsy, dan menyalahi hukum kewarisan Islam adalah haram.

    Sedangkan hukum asuransi jiwa yang tidak mengandung unsur-unsur

    tersebut adalah boleh.

    3) Hukum asuransi jamaah haji adalah boleh apabila tidak memberatkan

    jamaah haji dan dikelola oleh pemerintah sendiri (dalam hal ini Departemen

    Agama).

    4) Dana yang terkumpul digunakan untuk kemashlahatan umat, dan pengelolaan

    dana bersifat terbuka.32

    32 Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, h. 58.

    30

  • Menyikapi setiap perbedaan dalam memandang status hukum dari

    asuransi, di Indonesia sendiri telah berdiri lembaga independen yang bertugas

    membuat fatwa-fatwa dan mengawasi setiap gerak dari lembaga keuangan syariah

    diantaranya adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) di perusahaan syariah dan

    perusahaan yang memiliki unit syariah. Fatwa mengenai asuransi syariah sendiri

    telah ada sejak tahun 2001 melalui

    1. Fatwa no: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah

    2. Fatwa no: 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji

    3. Fatwa no: 51/DSN-MUI/III/ 2006 tentang akad murabahah musytarakah

    pada asuransi dan reasuransi syariah

    4. Fatwa no: 52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad wakalah bil ujrah pada

    asuransi dan reasuransi syariah

    5. Fatwa no: 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad tabarru pada asuransi

    dan reasuransi syariah

    Selain dari fatwa-fatwa DSN MUI pedoman mengenai bisnis asuransi

    syariah di Indonesia juga melibatkan otoritas pemerintahan seperti menteri

    keuangan melalui PMK no 18 tahun 2011 dan otoritas jasa keuangan (OJK)

    melalui POJK no 8 tahun 014.

    Pada dasarnya pengelolaan secara syariah dalam lembaga keuangan

    termasuk didalamnya asuransi telah mendapatkan tempat di masyarakat Indonesia

    secara filosofis, sosiologis dan yuridis. Artinya bahwa secara yuridis hukum

    asuransi syariah di akui oleh pemerintah dan secara sosiologis masyarakat dapat

    31

  • menerimanya serta secara filosofis bahwa praktek asuransi syariah tersebut sesuai

    dengan cita-cita bangsa dan membuat kemaslahatan bersama.

    Sebenarnya istilah asuransi dalam konsep Islam bukanlah hal baru, karena

    sudah ada pada zama rasulallah yaitu al-aqilah yang berarti asabahmenunjukan

    ayah dengan pembunuh. Dengan konsep kontribusi finansial atas nama

    pembunuh (premi) untuk membayar pewaris korban.

    Konsep ini kemudian diterima oleh Rasulallah menjadi bagian dari hukum

    Islam hal tersebut dapat dilihat dalam hadist nabi dalam pertengkaran dua orang

    wanita dari suku huzail. Hadist diatas sekaligus menjadi dasar hukum asuransi syariah

    dari adanya asuransi syariah selain itu juga ayat al-quran yaitu Qs Al-Hasr ayat 18 yang

    artinya Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan

    hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa

    depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa

    yang kamu kerjakan.(Qs Al-Hasyr:18)

    Secara tersirat konsep asuransi syariah mulai ada sejak zaman Nabi Yusuf AS

    yaitu ketika terjadi suatu musim panen dan musim kekeringan sebagaimana diceritakan

    dalam Al-quran Qs Yusuf ayat 43-49

    Makna dari ayat diatas bahwa ketika zaman Nabi Yusuf terjadi dua

    peristiwa yaitu peristiwa suburnya tanahtanah untuk bercocok tanam dan musim

    kekeringan. Pada musim kekeringan Nabi Yusuf memerintahkan raja dan

    masyarakat untuk mempersiapkan diri meghadapi musim kekeringan dengan cara

    meyimpan sebagian hasil panen pada musim yang subur dan hanya sebagin saja

    untuk dikonsumsi.

    32

  • Keterkaitan dengan konsep asuransi syariah adalah terletak pada persiapan

    untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Artinya jika dikaitkan dengan

    ayat diatas makna musim yang subur adalah digambarkan sebagai umur manusia

    yang produktif yaitu dimulai dari 15 tahun sampai dengan 65 Tahun. Pada masa

    produktif itu di gambarkan sebagai musim panen dan usia non produktif

    digambarkan sebagai musim kekeringan maka di usahakan untuk mempersiapkan

    masa non produktif itu pada masa produktif dengan asuransi.

    Sebelum adanya istilah asuransi syariah terlebih dahulu masyarakat arab

    telah mengenal beberapa konsep yang mirip dengan asuransi diantaranya Al-

    aqilah33, Al-Muwalat34, Al-Qasamah35, Tanahud36, Aqd Al-Hirasah37, dan

    Dhiman Khatr Thariq.38Walaupun demikian konsep-konsep ini tidak diterima

    33 Saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh oleh anggota satu suku yang lain, maka pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

    34 Perjanjian jaminan, dimana seorang penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki waris dan tidak dikeketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

    35 Sebuah konsep perjanjian yang berhubungan dengan manusia. Sistem ini melibatkan usaha pengumpulan dana dalam sebuah tabungan atau pengumpulan uang iuran dari peserta atau majlis. Manfaatnya akan dibayarkan kepada ahli waris yang dibunuh jika kasus pembunuhan itu tidak diketahui siapa pembunuhnya atau tidak ada keterangan saksi yang layak untuk benar - benar secara pasti mengetahui siapa pembunuhnya. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

    36 Ibarat dari makanan yang dikumpulkan dari para peserta safar yang dicampur menjadi satu. Kemudian makanan tersebut dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati mereka mendapatkan porsi yang berbeda-beda. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

    37 Kontrak pengawal keselamatan. Di dunia Islam terjadi berbagai kontrak antar individu, misalnya ada individu yang ingin selamat lalu ia membuat kontrak dengan seseorang untuk menjaga keselamatannya, dimana ia membayar sejumlah uang kepada pengawal, dengan konpensasi kemanannya akan dijaga oleh pengawal. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

    38 Kontrak ini merupakan jaminan keselamatan lalu lintas. Para pedagang muslim pada masa lampau ingin mendapatkan perlindungan keslamatan, lalu ia membuat kontrak dengan orangorang yang kuat dan berani di daerah rawan. Mereka membayar sejumlah uang, dan pihak lain menjaga keselamatan perjalanannya. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

    33

  • secara mutlak oleh Islam dan harus adanya penyesuaian-penyesuaian dengan

    nilai-nilai Islam.Enam konsep di atas menjadi embrio dari konsep asuransi syariah

    Perkembangan asuransi syariah di zaman sekarang atau abad ke-20 dan

    ke-21 begitu pesat, praktik asuransi syariah tidak hanya dijalankan oleh orang

    orang muslim akan tetapi juga non muslim, begitu juga pendirian perusahaan

    asuransi berbasis syariah tidak hanya di negara negara mayoritas muslim akan

    tetapi juga non msulim.

    Pembuktiannya dengan adanya perusahaan asuransi yang baik secara

    keseluruhan operasionalnya berdasarkan syariah Islam maupun yang hanya

    membuka unit syariah. Berikut ini adalah data perkembangan perusahaan

    asuransi syariah baik secara global, ragional ASEAN maupun wilayah Indonesia.

    Jumlah Perusahaan dan Unit Asuransi dan Reasuransi Syariah

    Di Indonesia Triwulan II 201439

    Tabel 02.02

    No Keterangan TW II 2014

    1. Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 3

    2. Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2

    3. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa 17

    4. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Umum 23

    5. Unit Syariah Perusahaan Reasuransi 3

    TOTAL 48

    Perkembangan ini mengidikasikan bahwa industri asuransi sedang tumbuh

    di masyarakat dunia sehingga pemilihan variabel asunasi syariah ini dimaksudkan

    39 Taufik Marjuniadi, Prinsip dan Operasional Asuransi Syariah Umum Pt. Jaya Proteksi Takaful, h. 6.

    34

  • untuk meneliti adakah dampak tumbuhnya asuransi syariah pada pemahaman

    masyarakat pedesaan di Indonesia.

    Perkembangan asuransi tentunya membutuhkan strategi marketing yang

    baik oleh karena itu pemasaran asuransi secara umum dapat dibagi kedalam

    beberapa bentuk meode dan strategi distribusinya. Metode pemasaran dalam buku

    startegi pemasaran asuransi syariah oleh Abdullah Amrin dibedakan menjadi

    metode untuk asuransi jiwa dan untuk asuransi umum, dalam asuransi jiwa

    beberapa perusahaan asuransi mengguanakn metode field development system

    (FDS) sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut.40

    Sedangkan untuk asuransi kerugaian metode yang digunakan tidak hanya

    pada aspek penjualan tetapi juga pada bagaimana penjualan dalam hal ini agen

    juga harus memahami ilmu underwriter.41

    Saluran distribusi asuransi syariah dapat dibagi kedalam beberapa kategori

    seperti memalui sistem keagenan (agency distribution system), sistem kantor

    cabang (branch office system), sistem keagenan umum (general agency system),

    melalui broker asuransi, melalui retail outlet, melalui penjualan langsung (direct

    selling), melalui pengiriman surat (direct melling), dan melalui market afiliasi.42

    Alasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah di banding

    asuransi konvensional karena melihat konteks masyarakat di wilayah peneliti

    yang seluruh warganyanya adalah Muslim dan juga memasukan unsur keagamaan

    sebagai indikator faktor dari pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi

    syariah.

    40 Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta, PT Grasindo, 2007), h. 72. 41 Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, h. 73. 42 Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, h. 93-96.

    35

  • Penjelasan-penjelasan mengenai kedua variabel diatas yang dinamakan

    dengan tinjauan pustaka, di maksudkan untuk membangun kerangkan berfikir

    peneliti atau kerangka konsep dalam penelitian ini yang akan dibahas selanjutnya.

    B. Definisi Operasional

    Definisi operasional ini dimaksudkan untuk membatasi makana dari

    variabel yang akan dibahas, diantara variabel-variabel tersebut adalah

    1. Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik

    tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia

    sampaikan kepada orang lain.

    2. Masyarakat pedesaan adalah sekelompok manusia yang hidup bersama,

    bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka

    merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup

    bersama di kawasan pedesaan.

    3. Desa adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma,

    nilai-nilai hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal

    karakter demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya

    yang diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau

    hak otonomi desa.

    4. Asuransi adalah suatu konsep modern dalam penanganan risiko dengan

    menggunakan sharing risk atau transfer risk.

    5. Asuransi Syariah adalah suatu asuransi yang dikemas secara syariah

    Definisi operaisonal ini dapat membangun suatu teori baru atau dapat

    membuktikan kebenaran teori yang sudah ada atau bahkan membatahnya.

    36

  • C. KajianKajian Empiris

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yanu Pangestu Nugroho bahwa

    tingkat ketertarikan nasabah terhadap asuransi lebih terdiri dari lima faktor yaitu

    faktor sosial ekonomi, produk, promosi, pemasaran, tarif atau premi.43

    Menurut hasil survei OJK bahwa masih rendahnya angka melek informasi

    masyarakat terhadap berbagai layanan keuangan. OJK melakukan survei dengan

    8.000 responden dan hasilnya pada tingkat pemahaman layanan perbankan 21,8%,

    asuransi 17,84%, perusahaan pembiayaan 9,8%, dana pensiun 7,13%, pasar modal

    3,79%, dan penggadaian 14,85%.44

    Direktur OJK mengatakan bahwa itu tandanya sedikit sekali orang paham

    mengenai tingkat resiko dan memiliki keterampilan di bidang keuangan, untuk

    asuransi misalnya hanya 12 orang yang memanfaatkan jasa layanan asuransi dari

    100 orang yang di survei.45

    Selain itu untuk membuktikan dan menjadi bahan rujukan penelitian ini

    dibuat juga suatu kajian penelitian terdahulu untuk melihat adanya keterkaitan dan

    perbedaan dengan penelitian ini baik dari jurnal mapun penelitian lainnya.

    1. Jurnal Ilmiah

    a. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan dan Usia Terhadapat Kesadaran

    Berasuransi Pada Masyarakat Indonesia yang dituliskan oleh Sri

    43 Yanu Pangestu Nugroho, faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam membeli produk asuransi Mitra Iqra (studi: AJB Bumiputera 1912 divisi syariah), (skripsi fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014), h. 11.

    44 Miftahul Ulum, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?, diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari Bisnis.com.

    45 Miftahul Ulum, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?, diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari Bisnis.com.

    37

  • Hermawati dalam jurnal asuransi dan manajemen risiko Volume 1, No 1,

    Februari 2013 yang diterbitkan oleh AAMAI.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor individual

    dalam hal ini adalah usia, gender dan tingkat pendidikan terhadap kesadaran

    masyarakat untuk berasurani. Kesadaran diukur dari dua dimensi yaitu

    pengetahuan tentang asuransi jiwa dan pemahaman tentang asuransi jiwa.

    Data diambil melalui penyebaran kuesioner terhadap 350 reponden.

    Sampel diambil secara acak. Analisis manova digunakan untuk menganalisis

    data. Pengetahuan konsumen diukur dari pengenalan berbagai jenis asuransi jiwa

    dan manfaatnya. Pemahaman masyarakat akan asuransi jiwa diukur dari

    pemahaman berbagai aturan yang terdapat dalam jual beli asuransi jiwa.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

    pengetahuan dan pemahaman akan asuransi jiwa pada berbagai usia responden.

    Gender berpengaruh hanya pada perbedan pemahaman akan asuransi jiwa.

    Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan asuransi jiwa.

    b. Persepsi Etnis China Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Medan di

    tuliskan oleh Harviz Akbar Haroni Doli H. Ritonga dalam jurnal Jurnal

    Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.2, Januari 2013.

    Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan observasi apa pengaruh

    kinerja, pelayanan, promosi dan fakta-faka kesehatan etnis Cina terhadap presepsi

    kepada bank syariah di Medan. Responden penelitian ini adalah mahasiswa,

    pekerja, pengusaha dan pekerja lainnya. Peneliti menggunakan data primer dan di

    peroleh dari wawancara, observasi dan kuisoner. Metode yang digunakan adalah

    38

  • non probality sample. Untuk proses data peneliti menggun akan ordinary least

    square. Hails penelitian ini adalah hubungan positif anatara variabel kinerja,

    pelayanan, promosi dan physical evidence terhadap bank syariah di Medan

    2. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Terkait Judul

    Uraian berikut akan memaparkan sebuah penelitian baik berbentuk skripsi,

    tesis maupun desertasi yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana

    penelitian ini relevan dan penting dilakukan:

    a. RESPON MASYARAKAT MUSLIM KOTA MATARAM TERHADAP

    ASURANSI SYARIAH, ditulis oleh Muhammad Johari, Universitas

    Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010.

    Analisis penelitiaan ini menggunakan bentuk penelitian survei yang

    mengambil lokasi di tiga kecamatan dari enam kecamatan yang termasuk

    dalam wilayah Kota Mataram, yakni Kecamatan Ampenan, Mataram dan

    Cakranegara.

    Sedangkan perusahaan asuransi syariah yang dijadikan sampel dalam

    penelitian ini adalah perusahaan AJB Bumi Putera Syariah, Asuransi

    Takaful Umum dan Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini mengambil

    sampel sebanyak 110 orang responden, dengan rincian 20 orang dari peserta

    asuransi syariah dan sisanya dari yang non-peserta asuransi syariah. Metode

    pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

    sampling).

    Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala

    likert 5 point. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner

    39

  • atau angket, interview atau wawancara dan dokumentasi. Analisa data

    dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan

    teori yang dipakai untuk membedah pokok permasalahan yang ada adalah

    dengan menggunakan teori perilaku konsumen.

    Penelitian penulis tersebut lebih membahas faktor-faktor pendorong

    masyarakat kota mataram berasuransi dan hanya melihat respon positif atau

    negatif sedangkan peneliti ini melakuakan studi di masyarakat pedesaan dan

    mencari besaran presentasenya. Metode yang pengambilan sampel digunkan juga

    berbeda jika peneliti ini menggunakan acak sederhana maka penenlitian yang

    akan di tulis peneliti menggunakan sampel acak sistematis.

    Selian itu teori yang diguankan adalah teori dari prilaku konsumen

    sedangkan penelitian yang akan di tulis peneliti mengguankan teori pemahaman

    dari Hiebert dan Carpenter. Segi kesamaan penelitian ini adalah sama-sama

    mengjadikan variabel asuransi syariah sebagai variabel depeden dan juga sampel

    yang diguankan adalah megguanakn probability sample dengan random sampling.

    40

  • D. Kerangka Pemikiran Gambar 02.02

    Kerangka Pemikiran

    Kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan bahwa garis vertikal pertama

    menunjukan bahwa penelitian ini adalah melihat tingkat pemahaman masyarakat

    pedesaan terhadap asuransi syariah. Garis vertikal kedua menunjukan bahwa

    indikator dari pemahaman pada penelitian ini di tunjukan dengan empat indikator

    utama yaitu pengetahuan, presepsi, tingkat kesadaran, dan ketertarikan untuk ikut

    serta. Indikator ini akan di fungsikan untuk melihat tingkat presentase pemahaman

    masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah dapat berpengarus secara nyata

    atau tidak.

    Asuransi Syariah

    Pemahaman Masyarakat Pedesaan

    Indikator pemahaman 1. Persepsi 2. Pengetahuan 3. Kesadaran 4. Ketertarikan dan 5. Keikutsertaan

    Presentase Jenis kelamin

    Pendidikan

    Usia Pengaruh

    Keagamaan

    Penghasilan

    41

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM MENGENAI DESA DUKUPUNTANG

    KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON

    A. PROFIL DESA DUKUPUNTANG

    Desa Dukupuntang terletak di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten

    Cirebon Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 20.386 ha/m2, luas tersebut

    terbagi kedalam beberapa kategori diantaranya diperuntukan untuk pemukiman

    penduduk seluas 3.450, lahan pertanian seluas 3.222, tanah bengkok seluas 19.341

    ha/m2, tanah titi sara seluas 13.428 sarana olahraga seluas 1.400 ha/m2,

    perkantoran pemerintah seluas 0,372 ha/m2, sarana publik seperti sekolah seluas

    0,735 ha/m2, jalan raya 3.600 ha/m2, dan pemakaman seluas 0,389 ha/m2 dan

    pertokoan seluas 0,462 ha/m2 dan sisanya di pakai untuk sarana lainnya seperti

    irigasi, kebun dan lain sebagainya.

    Letak geografis Desa Dukupuntang berbatasan dengan beberapa desa

    lainnya di Kecamatan Dukupuntang yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa

    Balad dan Desa Kepunduan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bobos dan

    Desa Cikalahang, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cangkoak dan Mandala,

    sebelah barat berbatasan dengan Desa Cipanas dan Girinata.

    Jumlah Rukun Warga (RW) Desa Dukupuntang sebanyak 5 (lima) RW

    berdasarkan Surat Keputusan (SK) no: 141.3/03-SK RW/RN-Des, sedangkan

    jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 15 (lima belas) RT berdasarkan SK no:

    141.3/03-SK RN/RT-Des.

    42

  • Potensi sumber daya alam yang ada di Desa Dukupuntang berupa

    persawahan dengan komoditi berupa padi, kacang merah, jagung dan peternakan

    dengan jenisnya ternak Ayam, Sapi, Kerbau, Bebek, Kambing, Burung, dan lain

    sebagainya

    Peta Desa Dukupuntang

    Gambar 03.01

    B. KEPENDUDKAN

    Jumlah penduduk menurut data yang tersedia di kantor Desa Dukupuntang

    adalah laki-laki sebanyak 2.226 jiwa dan perempuan sebanyak 2.244 jiwa,

    sedangkan untuk kualitas penduduk berdasarkan usia di golongkan kedalam

    beberapa golongan dari usia 0-12 bulan sampai dengan usia 75 tahun ke-atas.

    43

  • 1. Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang

    Tabel 03.01

    JUMLAH LAKI-LAKI 2.226 JIWA

    JUMLAH PEREMPUAN 2.244 JIWA

    JUMLAH TOTAL 4.470 JIWA

    2. Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang Berdasarkan Usia

    Tabel 03.02

    USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN

    0-12 Bulan 27 orang 32 orang 21 Tahun 40 orang 36 orang

    1 Tahun 39 orang 41 orang 22 Tahun 36 orang 33 orang

    2 Tahun 23 orang 25 orang 23 Tahun 41 orang 41 orang

    3 Tahun 158 orang 160 orang 24 Tahun 42 orang 39 orang

    4 Tahun 31 orang 30 orang 25 Tahun 40 orang 43 orang

    5 Tahun 25 orang 26 orang 26 Tahun 29 orang 33 orang

    6 Tahun 27 orang 28 orang 27 Tahun 41 orang 41 orang

    7 Tahun 30 orang 29 orang 28 Tahun 43 orang 45 orang

    8 Tahun 27 orang 25 orang 29 Tahun 32 orang 35 orang

    9 Tahun 30 orang 29 orang 30 Tahun 30 orang 33 orang

    10 Tahun 33 orang 30 orang 31 Tahun 40 orang 36 orang

    11 Tahun 42 orang 44 orang 32 Tahun 41 orang 37 orang

    12 Tahun 43 orang 45 orang 33 Tahun 35 orang 37 orang

    13 Tahun 40 orang 42 orang 34 Tahun 34 orang 40 orang

    14 Tahun 37 orang 39 orang 35 Tahun 35 orang 38 orang

    15 Tahun 34 orang 36 orang 36 Tahun 31 orang 33 orang

    16 Tahun 27 orang 28 orang 37 Tahun 24 orang 28 orang

    17 Tahun 24 orang 26 orang 38 Tahun 26 orang 29 orang

    44

  • 18 Tahun 27 orang 30 orang 39 Tahun 27 orang 29 orang

    19 Tahun 25 orang 25 orang 40 Tahun 27 orang 21 orang

    20 Tahun 24 orang 24 orang

    USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN

    41 Tahun 20 orang 20 orang 61 Tahun 19 orang 18 orang

    42 Tahun 27 orang 27 orang 62 Tahun 20 orang 19 orang

    43 Tahun 26 orang 24 orang 63 Tahun 17 orang 18 orang

    44 Tahun 19 orang 20 orang 64 Tahun 18 orang 17 orang

    45 Tahun 20 orang 18 orang 65 Tahun 25 orang 20 orang

    46 Tahun 22 orang 19 orang 66 Tahun 16 orang 14 orang

    47 Tahun 18 orang 22 orang 67 Tahun 15 orang 16 orang

    48 Tahun 24 orang 21 orang 68 Tahun 17 orang 12 orang

    49 Tahun 23 orang 23 orang 69 Tahun 18 orang 20 orang

    50 Tahun 21 orang 22 orang 70 Tahun 18 orang 14 orang

    51 Tahun 20 orang 21 orang 71 Tahun 20 orang 23 orang

    52 Tahun 22 orang 20 orang 72 Tahun 18 orang 27 orang

    53 Tahun 19 orang 21 orang 73 Tahun 16 orang 20 orang

    54 Tahun 22 orang 19 orang 74 Tahun 17 orang 28 orang

    55 Tahun 17 orang 16 orang 75 Tahun 15 orang 21 orang

    56 Tahun 18 orang 19 orang 75 tshun orang 81 orang

    57 Tahun 20 orang 17 orang

    58 Tahun 16 orang 17 orang

    59 Tahun 20 orang 26 orang

    60 Tahun 19 orang 17