portofolio sosiologi pedesaan (uas)

Download PORTOFOLIO SOSIOLOGI PEDESAAN (UAS)

If you can't read please download the document

Upload: bayudamayanti

Post on 02-Jul-2015

423 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

PORTOFOLIO SOSIOLOGI PEDESAAN

Disusun Oleh : Bernadeth Angel 150310080077

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010

I. RUANG PEDESAAN 1.1 Pengertian Pedesaan Menurut Sutardjo Kartodikusuma pedesaan adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H. Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa, ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan, cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. 1.2 Pengertian Perkotaan Perkotaan adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orangorang yang heterogen kedudukan sosialnya. Max Weber kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal. Dwigth Sanderson kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan. 1.3 Pengertian Sosiologi Pedesaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk didalamnya perubahan sosial dalam perkembangannya melahirkan berbagai teori sosiologi dan berbagai cabang sosiologi. Priyotamtomo (2001) mendeskripsikan bahwa sosiologi pedesaan merupakan suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan atar kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang tentang struktur dan proses-proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.4 Pebedaan Pedesaan dan Perkotaan Tipologi Ekologi Ekologi di pedesaan, ruang pedesaan berada di luar/ sekeliling perkotaan (hinterland). Sedangkan ekologi perkotaan dikelilingi oleh ekologi pedesaan. Tipologi Teknologi

Di Pedesaan perkembangan teknologi tidak secanggih perkembangan teknologi di perkotaan karena di pedesaan masih memakai cara tadisional, sedangkan teknologi di perkotaan sudah memakai teknologi canggih seperti mesin tanam padi sehingga petani lebih efisien dan efektif dalam menanam padi. Tipologi Intervensi

Intervensi adalah sebuah istilah dalam dunia politik dimana ada negara yang mencampuri urusan negara lainnya yang jelas bukan urusannya. Intervensi perkotaan dapat berpengaruh di pedesaan karena intervensi pembangunan masyarakat pedesaan biasanya dimulai dari tahapan pengembangan kebutuhan akan perubahan. Keterbatasan masyarakat desa harus mampu sediakan pemerintah untuk mempercepat suatu proses pembangunan masyarakat di pedesaan sehingga intervensi perkotaan dapat mempengaruhi intervensi pedesaan. Sedangkan intervensi pedesaan terhadap perkotaan tidak terlalu berpengaruh dan cenderung tidak ada intervensi dari pedesaan. Tipologi Sumber Energi

Sumber energi di pedesaan melimpah sedangkan sumber energi di perkotaan susah dicari atau dapat dikatakan langka karena sebagian besar sumber energinya sudah dipergunakan oleh masyarakat kota yang lebih banyak daripada masyarakat desa. Tipologi Tenaga kerja

Tenaga kerja di pedesaan tidak seproduktif dan sekreatif tenaga kerja di perkotaan karena lebih banyak tenaga kerja di pedesaan sebagai petani yang bekerja lebih mengandalkan tenaga dalam bertani. Sedangkan tenaga kerja di perkotaan lebih kreatif dan produktif dalam berwirausaha. Tipologi Lahan

Lahan di pedesaan masih luas dan banyak dmanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sedangkan lahan di perkotaan semakin menyempit dikarenakan lahan di perkotaan dimanfaatkan lebih banyak sebagai lahan industri dan pemukiman masyarakan kota.

Tipologi aktivitas ekonomi

Pedesaan lebih ke aktivitas ekonomi di bidang pertanian sedangkan perkotaan lebih ke perindustriaannya. Tipologi Manajemen

Manajemen di pedesaan bersifat homogen yang tentunya berbeda dengan manajemen di perkotaan yang terstruktur dan terorganisasi secara spesifik dan sesuai dengan spesialisasi manajemennya. Tipologi Penggerak Ekonomi

Penggerak ekonomi di pedesaan ialah di bidang pertanian yang dapat membantu dan menjadi pemasukkan perekonomian di pedesaan. Sedangkan penggerak ekonomi di perkotaan ialah di bidang teknologi dan industri. modal. Tipologi orientasi ekonomi Tipologi Sumber Modal

Di pedesaan sumber modal terbatas, sedangkan di perkotaan banyak menyediakan sumber

Orientasi pengembangan ekonomi di pedesaan dapat diorientasikan dari peningkatan pendidikannya sehingga orientasi pengembangan ekonominya dapat berkembang. Sedangkan orientasi ekonomi di perkotaan dilakukan dengan pengembangan diri dalam berwirausaha agar dapat membuat lapangan kerja baru sehingga dapat mengurabgi angka pengangguran di perkotaan. Tipologi akses

Akses di Pedesaan lemah terhadap sumberdaya produktif. Sedangkan akses di Perkotaan kuat terhadap sumber daya produktifnya.

Tipologi Pola Hubungan Sosial

Pada masyarakat pedesaan, pola interaksinya horisontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, pola interaksinya lebih condong ke arah vertikal, sistem feodal masih berpengaruh. Pola interaksi pada masyarakat kota juga dipengaruhi individualitas, prestasi seseorang lebih penting daripada asal-usul keturunannya. Tipologi solidaritas sosial

Kekuatan yang mempersatukan masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman. Sebaliknya solidaritas pada masyarakat perkotaan justru terbentuk karena adanya perbedaanperbedaan dalam masyarakat, sehingga orang terpaksa masuk ke dalam kelompok-kelompok tertentu, misalnya saja serikat buruh, himpunan pengusaha atau persatuan artis. Tipologi sistem politik

Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Pertanyaan-pertanyaan 1. Benarkah pedesaan basis sumberdaya alam? Benar, karena di pedesaan memiliki sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, lahan untuk bidang pertanian dan sebagainya. 2. Benarkah pedesaan basis demografi? Iya, karena pedesaan dihuni sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan yang rendah. 3. Benarkah kelembagaan dipedesaan statis? Dan benarkah masyarakat pedesaan guyub dan solid?

Benar, kelembagaan di pedesaan bersifat statis karena aspek-aspek kultural lebih dulu terbentuk dibandingkan aspek-aspek strukturalnya dan benar adanya bahwa masyarakat di pedesaan guyub dan solid karena memiliki rasa solidaritas yang tinggi. 4. Kenapa pedesaan menjadi basis kemiskinan? Pedesaan menjadi basis kemiskinan karena pedesaan identik dengan kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan. 5. Benarkah akses pedesaan lemah? Benar, karena kurangnya fasilitas dan jalur transportasi yang masih kurang memadai sehingga mengakibatkan akses pedesaan menjadi lemah. II. MASYARAKAT PEDESAAN 2.1 Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya. Tekanannya disini terletak pada adanya pranata sosia, tanpa pranata sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan secara teratur. Pranata sosial disini dimaksudkan sebagai perangkat peraturan yang mengatur peranan serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara kelompok. 2.2 Karakteristik Masyarakat Pedesaan Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa. Tetapi dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Karateristik masyarakat desa adalah sederhana, mudah curiga, menjunjung tinggi nilai kesopanan, bersifat guyub (kekeluargaan), lugas, tertutup dalam keuangan, menghargai janji dan bersifat gotong royong. Pertanyaan-pertanyaan

1. Jika defenisi masyarakat diatas kita kaitkan dengan defenisi ruang pedesaan pada modul1, maka yang dimaksud dengan masyarakat pedesaan adalah ? Masyarakat pedesaan adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi dan tinggal dalam satu komunitas pedesaan, yang dimana pada umumnya memiliki system kekerabatan yang sangat tinggi serta terikat kuat pada norma dan adatistiadat yang ada. 2. Jika definisi masyarakat di atas kita kaitkan dengan tugas 1 (perbedaan pedesaan dengan perkotaan) pada modul 1, maka apa perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan ? Perbedaan masyarakat desa dan kota adalah : Masyarakat Pedesaan System kekerabatan tinggi Mobilitas masyarakat rendah Perilaku berorientasi pada tradisi dan status Kesatuan dan keutuhan cultural Kolektivisme Memiliki rasa khawatir thdp masukny hal baru Masyarakat Perkotaan System kekerabatan agak longgar Mobilitas masyarakat inggi Rasionalitas dan fungsi Kebauran dan diversifikasi cultural Individualisme Menyenangi hal-hal baru (tantangan)

3. Setelah mempelajari definisi dan ruang lingkup kebudayaan, bagaimana pandangan anda tentang kebudayaan masyarakat pedesaan? Menurut saya, kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa sangat kental. Adat istiadat yang ada sudah turun temurun beredar di msyarakat. Penggunaan bahasa juga menggunakan bahasa daerah setempat. Masyarakat pedesaan sangat memegang normanorma dan terikat dengan system religi yang tinggi serta nilai sosial dan kemasyarakatan. Tetapi terdapat juga beberapa kendala dalam kebudayaan masyarakat pedesaan. Kendalanya adalah masyarakat masih kurang baik dalam hal pendidikan maupun adopsi inovasi, sehingga diperlukan usaha lebih lanjut untuk menanamkan teknologi baru dalam kehidupan masyarakat. 4. Gambarkan sebuah struktur dan stratifikasi sosial masyarakat pedesaan? Struktur sosial adalah pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Ada dua ciri dari struktur sosial, yakni

status yang merupakan kumpulan hak dan kewajiban dan peran tindakan menjalankan hak dan kewajiban. Dapat dibagi tiga jika dilihat dari sudut pemilikan modal, yaitu: Nelayan juragan. Nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan alat penangkap ikan yang mampu mengubah para nelayan pekerja sabagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan ini mempunyai tanah yang digarap pada waktu musim paceklik. Nelayan juragan ada tiga macam yaitu nelayan juragan la ut, nelayan juragan darat yang mengendalikan usahanya dari daratan, dan orang yang memiliki perahu, alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli, yang disebut tauke (toke) atau cakong. Nelayan pekerja, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu menjalankan usaha penangkapan ikan di laut. Nelayan ini disebut juga nelayan penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Hubungan kerja antara nelayan ini berlaku perjanjian tidak tertulis yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Juragan dalam hal ini berkewajiban menyediakan bahan makanan dan bahan bakar untuk keperluan operasi penangkapan ikan, dan bahan makanan untuk dapur keluarga yang ditinggalkan selama berlayar. Hasil tangkapan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda-beda antara juragan yang satu dengan juragan lainnya, setelah dikurangi semua biaya operasi. Nelayan pemilik merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan sederhana, karena itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan miskin. Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk digarap pada waktu musim paceklik (angin barat). Nelayan ini sebagian besar tidak mempunyai modal kerja sendiri, tetapi meminjam dari pelepas uang dengan perjanjian tertentu. Nelayan yang umumnya memulai usahanya dari bawah, semakin lama meningkat menjadi nelayan juragan.

Nelayan juraganNelayan Pekerja Nelayan Pemilik

Contoh struktur

Kepala Desa Wakil Kepala Desa Sekretaris Bendahara

Struktur dan stratifikasi sosial masyarakat pedesaan Lapisan pertama adalah golongan elit desa, yaitu penguasa desa yang menguasai tanah bengkok, bersama golongan pemilik tanah yasan. Lapisan kedua adalah kuli kenceng, yaitu mereka yang mempunyai rumah sendiri, pekarangan sendiri, dan menguasai bagian sawah komunal. Lapisan ketiga adalah kuli kendo, yaitu mereka yang mempunyai rumah dan pekarangan sendiri, tetapi belum mempunyai bagian sawah. Lapisan berikutnya adalah mereka yang memiliki tanah pertanian, tetapi tidak memiliki rumah dan pekarangan yang dengan istilah setempat disebut gundul (tetapi jumlah lapisan ini sangat kecil). Lapisan di bawahnya lagi adalah mereka yang tidak mempunyai tanah pertanian, tidak mempunyai pekarangan, tetapi mempunyai rumah sendiri yang didirikan di atas pekarangan orang lain, disebut magersan. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Lapisan terbawah adalah mereka yang sama sekali tak memiliki apapun kecuali tenaganya. Mereka hidup bersama majikannya. Golongan ini disebut mondok-empok, bujang, tlosor, atau dengan istilah setempat lain.

5. Identifikasi dan analisis bentuk-bentuk interaksi sosial pada masyarakat pedesaan ? Bentuk interaksi sosial masyarakat pedesaan adalah : Kerjasama, masyarakat desa dikenal memiliki kerjasama yang tinggi dan gotong royong serta hubungan sosialnya juga masih bersifat guyub (kekeluargaan). Persaingan, merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang saling bersaing mencari keuntungan. Konflik, merupakan bentuk persaingan yang berkembang kearah negative. Akomodasi, suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan denagn nilai dan norma norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Factor-faktor yang membuat dinamika kelembagaan adalah adanya tindakan aksi yang menginginkan adanya perubahan yang terjadi di dalam kelembagaan tersebut, adanya

intervensi dari luar, adanya perubahan produksi, tekanan dari luar serta adanya kompetisi antar lembaga berupa konflik kepentingan perubahan itu sendiri.

III. KELEMBAGAAN PEDESAAN 3.1 Pengertian Kelembagaan Kelembagaan adalah kesatuan nilai nilai, norma norma, adat istiadat, dan peraturan peraturan/kesepakatan kesepakatan kolektif yang berlaku pada masyarakat, berikut organisasi/institusi (formal, non formal, dan informal sebagai wadahnya yang eksis secara sosial, ekonomi, administratif, secara fungsional, dan secara struktural, baik yang dibentuk secara sepihak, maupun dibangun secara partisipatif. Pada awalnya kelembagaan diartikan sebagai lembaga kemasyarakatan (social institution) atau pranata sosial. Pranata sosial menunjuk pada adanya unsur--unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusosial berpusat sat kepada aktivitaskepada aktivitas--aktivitas untuk memenuhi kompleksaktivitas kompleks--kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat). Kelembagaan berfungsi sebagai alat untuk memfasilitasi kegiatan bersama dalam mencapai tujuan kemajuan sosial ekonomi dalam pembangunan. 3.2 Aspek cultural dan aspek structural dalam kelembagaan Aspek kultural terdiri dari hal-hal yang lebih abstrak yang menentukan jiwa suatu kelembagaan yaitu nilai, norma, dan aturan, kepercayaan, moral, ide, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi, dan lain-lain. Sementara, aspek struktural lebih statis, yang berisi struktur, peran,hubungan antar peran, integrasi antar bagian, struktur umum, perbandingan struktur tekstual dengan struktur riel, struktur kewenangan, hubungankegiatan dengan tujuan, aspek solidaritas, keanggotaan, klik, profil, pola kekuasaan, dan lain-lain.Kedua aspek ini secara bersama-sama membentuk dan menentukan perilaku seluruh orang dalam kelembagaan tersebut. Keduanya, merupakan komponen pokok yang selalu exist dalam setiap kelompok sosial, selemah atau sekuat apapun ia. Jika dianalogkan kepada sistem komputer, aspek kultural adalah softwarenya, dan aspek struktural adalah hardware-nya. Hardware memberi kesempatan software apa yang dapat dioperasikannya, namun sekaligus juga membatasi.

3.3 Otonomi Daerah Desentralisasi adalah sebagai suatu cara/alat untuk mewujudkan keseimbangan politik, akuntabilitas pemerintah lokal, dan pertanggungjawaban pemerintah lokal. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapai hal tersebut diataranya pemerintah daerah harus berotonomi. Otonomi daerah sendiri bisa diakui ketika daerah memiliki teritorial kekuasaan yang jelas, memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri, memiliki badan perwakilan yang mampu mengontrol eksekutif daerah, dan adanya kepala daerah yang dipilih sendiri oleh masyarakat daerah melalui suatu pemilihan yang bebas. Keberadaan otonomi daerah berhubungan langsusng dengan masyarakat dan sebagai tombak pembangunan desa menuju kearah yang lebih baik. Apakah Kelembagaan Bersifat Statis atau Dinamis? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi dinamika kelembagaan pedesaan? Kelembagaan merupakan fenomena yang dinamis. Kelembagaan berubah seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Mengingat fungsinya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tertentu anggota masyarakat, maka dinamikanya juga ditentukan oleh proses dan pola perubahan yang terjadi. Sebab perubahan atau perkembangan cenderung mengakibatkan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru. Dan tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan baru tersebut belum tentu dapat dipenuhi oleh lembaga-lembaga lama. Maka, dengan sendirinya situasi ini juga menuntu hadirnya lembaga-lembaga baru yang mampu melayani tercapainya kebutuhan baru itu. IV. PEMBANGUNAN PEDESAAN 4.1 Pembangunan pedesaan Pembangunan pedesaan merupakan suatu proses pemberdayaan komunitas dan potensi prouktif di wilayah pedesaan. Pembangunan ini harus dilihat sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk memberdayakan masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat multi aspek oleh karena itu perlu di analisis atau secara lebih terarah dan serba keterkaitan dengan bidang sektor, dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosbud dan non spasial). Tujuan pembanguan pedesaan jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan

pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secana serasi dan selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas. 4.2 Pendekatan Pembangunan Pedesaan Ada beberapa pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun pihak lain dalam melakukan pembangunan di suatu pedesaan. Salah satu dari pendekatan tersebut adalah pembangunan pedesaan dari atas (top down). Pendekatan top down merupakan suatu proses rancang bangun sumberdaya, struktur dan kultur masyarakat pedesaan yang dilakukan secara sistematis (linear) oleh orang luar dengan instrumen rekayasa yang juga didatangkan dari luar. Pembangunan pedesaan dari atas menjadikan pedesaan dan masyarakatnya sebagai objek (dianggap tidak tahu apa-apa), perencanaan bersifat blueprint, tidak memperhatikan keragaman masyarakat, tidak berkelanjutan dan tidak transparan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai kehancuran dalam tatanan masyarakat pedesaan, seperti erosi modal sosial, meningkatnya kesenjangan antar kelas sosial, meningkatnya tingkat ketergantungan akibat memudarnya kemandirian, melemahnya ikatan solidaritas sosial, melemahnya peran kelembagaan dan pengetahuan lokal, terganggunya keseimbangan ekosistem dan mahalnya biaya pembangunan. Pendekatan lainnya adalah pembangunan partisipatif (bottom up). Partisipasi menunjukkan redistribusi baik kontrol atas sumber-sumber maupun kontrol atas kekuasaan yang disetujui oleh mereka yang hidup dengan kerja produktif sendiri. Hal terpenting dalam pemberdayaan adalah partisipasi aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan diri mereka sendiri.

V. SOSIODEMOGRAFI 5.1 Pengertian Sosiodemografi

Sosiodemografi adalah data suatu lingkup masyarakat yang mencakup demografi dan wilayah suatu masyarakat berupa statistic. Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk, dan perubahanperubahannya melalui komponen demografi yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Teori transisi demografi menjelaskan bahwa suatu masyarakat yang mengalami proses industrialisasi akan melewati tiga tahap: tahap 1 (tahap praindustri yang ditandai tingkat kelahiran dan tingkat kematian tinggi dan stabli), tahap 2 (tahap transisi yang dicapai bidang kesehatan sehingga penduduk meningkat dengan cepat, dan tahap 3 (tingkat kelahiran dan kematian rendah dan stabil. 5.2 Rural Urban Migration (Migrasi Desa-Kota) Rural adalah daerah pedesaan, dimana daerah ini didominasi oleh lahan pertanian, dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah sebagai petani. Urban adalah daerah transisi antara perkotaan dan pedesaan, tapi pengaruh perkotaan dan modernitas lebih besar daripada desa, lahan pertanian semakin sempit. Mata pencaharian penduduk urban antara lain pegawai, polisi, dokter, guru, pedagang, dan wiraswasta. Mata pencaharian masyarakat rural umumnya adalah sebagai petani atau ada yang bekerja ke kota untuk bekerja. Berangkat pagi dan pulang di sore hari, migrasi semacam ini disebut remitten atau perpindahan sementara. 5.3 Gender Gender adalah kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Pada saat ini telah berlaku zaman emansipasi. Apa yang dapat dilakukan oleh pria juga dapat dilakukan oleh wanita. Stress merupakan reaksi tubuh pada diri seseorang akibat berbagai persoalan yang dihadapi. Gejala-gejalanya mencakup mental, sosial dan fisik; bisa berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan., Lingkungan (masyarakat) juga dapat menjadi penyebab timbulnya stress. Masyarakat yang berpaham materialis cenderung individualis. Kepekaan terhadapan lingkungan sosialnya sangat rendah. Orang akan bersaing untuk bisa unggul dari dari segi materi tanpa peduli dengan kepentingan orang lain. Tindakan yang bertentangan dg rasa solidaritas kelompok atau pelanggaran thd perasaan ttg kasihan dan kejujuran.

Pertanyaan-pertanyaan : 2.1 Migrasi 1. Bagaimana grafik tingkat migrasi di Indonesia dari tahun 1970-2006? GRAFIK MIGRASI MASUK

GRAFIK MIGRASI KELUAR

2. Bandingkan fenomena migrasi di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dengan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua? Dari hasil pengamatan terhadap graik tersebut, gejala penyimpang semakin mencolok bila kita menelusuri proses migrasi di kalangan penduduk. Migrasi masuk ke wilayah Jakarta (3,5 juta), Jawa Barat (3,3 juta), Banten (1,8 juta) dan Riau (1,5 juta) menempati urutan tertinggi. Mungkin karena di wilayah tersebut terdapat potensi ekonomi yang cukup besar. Sebaliknya, migrasi keluar tertinggi terjadi di wilayah Jawa Tengah (5,4 juta), Jawa Timur (3,1 juta), Jawa Barat (2,1 juta), dan Sumatera Utara (1,3 juta). Perpindahan itu bukan hanya berlangsung di skala domestik, banyak di antara penduduk wilayah tersebut yang mungkin berpindah ke luar negeri dengan alasan untuk mencari rezeki. Sebenarnya bisa potensi demografis itu dikelola dengan baik akan memberi manfaat bagi perkembangan daerah dan pemerataan pembangunan secara nasional. Untuk itu diperlukan kebijakan pembangunan wilayah yang mencakup semua sektor dan mempertimbangkan betul keunggulan setiap daerah. Kebijakan nasional juga harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi kondisi di pedesaan dan perkotaan pada setiap wilayah, agar tidak terjadi involusi sumber daya akibat urbanisasi yang tak terkendali. Perbedaan tingkat pembangunan sosial dan ekonomi tak hanya mempengaruhi kondisi fisik, namun juga menghasilkan format budaya yang berbeda. Bila perbedaan itu tidak segera ditangani, maka akan membuat suatu daerah mungkin tertinggal dan terbelakang dibanding daerah lain. Jika itu dibiarkan, maka keutuhan nasional akan terganggu. 3. Bagaimana dengan tingkat migrasi internasional? Bandingkan antara migrasi internasional ke luar (emigrasi) dan ke dalam (imigrasi)?

Indonesia merupakan salah satu Negara yang banyak beremigrasi, hal ini berhuibungan dengan jumlah kepadatan penduduk yang cukup besar. Tidak sedikit warga Negara Indonesia beremigrasi dengan tujuan mencari pekerjaan, namun ada juga yang bertujuan untuk mencari ilmu. Sebagian besar pekerja migran dari Indonesia memiliki tingkat pendidikan rendah dan bekerja di bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan. Para pekerja pria umumnya bekerja di bidang pertanian, konstruksi atau produksi. Sedangkan sebagian besar wanita bekerja sebagai pekerja rumah tangga atau perawat, Berbeda dengan migrasi internasinal ke luar. Sekitar 20.000 tenaga kerja asing setiap tahunnya memperoleh izin kerja di Indonesia. Izin kerja tersebut dikeluarkan bagi warga asing yang memiliki keahlian dan kemampuan yang tidak mudah diperoleh di pasar tenaga kerja di Indonesia. Pada tahun 2003, 25 persen izin kerja yang diterbitkan bagi warga saing adalah untuk manager dan 72 persen untuk para professional. 2.2 Ketenagakerjaan 1. Apakah peran laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di pedesaan sudah adil? Peranan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di pedesaan saat ini masih belum begitu adil, tetapi dengan kondisi dunia yang modern saat ini emansipasi wanita semakin berkembang, sehingga peranan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan pedesaan saat ini sudah agak adil. Emansipasi wanita di pedesaan yang telah mengalami kemajuan dapat terlihat dari kegiatan mereka dalam membantu pekerjaan di sawah, baik pada saat persemaian, penanaman, pembudidayaan maupun pemanenan. Bahkan pada saat memasarkan pun wanita sudah banyak yang langsung menjajakan sendiri ke pasar tanpa bantuan pria. Banyaknya oraganisasi wanita seperti koperasi, PKK, dan lain-lain pun sudah menunjukkan bahwa tidak hanya laki-laki yang berperang dalam pembangunan di pedesaan. Namun, masih banyak pula rumah tangga yang pembagian peranan antara laki-laki dan perempuannya tidak adil. Lelaki harus terus diluar rumah untuk mencari nafkah, sedangkan perempuan harus terus di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah dan tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan pembangunan pedesaan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di pedesaan sudah cukup adil namun peranan wanita belum seimbang dengan peranan laki-laki.

2. Bagaimana menciptakan lapangan kerja dan usaha yang tepat bagi tenaga kerja muda di pedesaan? Untuk menciptakan lapangan kerja dan usaha yang tepat bagi pemuda di pedesaan harus dilakukan berbagai upaya, antara lain : a. Pembinaan dan pengembangan generasi muda melalui karang taruna. Karang taruna secara ekslpisit merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang bertujuan untuk mewujudkan generasi muda aktif dalam pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada khususnya. Melalui karang taruna maka pemuda di pedesaan akan lebih terarah untuk melakukan berbagai kegiatan, salah satunya membuat program untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. b. Melaksanakan program Pemuda Mandiri Pencipta Lapangan Kerja Pedesaan (PMPLKP) seperti yang digulirkan oleh Pemprov Jabar. Program ini bertujuan menciptakan kaderkader wirausaha baru yang mandiri, produktif, dan beretos kerja tinggi. PMPLKP diharapkan menjadi lokomotif pengembangan perekonomian desa. Selain itu sasaran PMPLKP ini untuk mengurangi pengangguran, menanggulangi rendahnya penyerapan tenaga kerja usia muda, dan mengurangi laju urbanisasi. 3. Bagaimana membalik arus tenaga kerja muda terdidik yang berasal dari pedesaan tetapi berada di perkotaan kembali ke pedesaan (brain drain)? Pembalikan arus dari desa ke kota harus dilakukan agar terjadi distribusi sumber daya dari pusat ke daerah. Sekolah tidak hanya berporos di pusat tetapi membangun inti pembangunan di desa. Pendidikan yang diperoleh oleh orang miskin di desa tidak dimanfaatkan oleh penduduk kota, tetapi kembali untuk membangun desa di mana mereka dibesarkan. Salah satu kunci penggerak arus balik adalah desentralisasi yang memusatkan kekuatan yang sebelumnya dipegang oleh orang profesional di perkotaan. Sudah saatnya mengubah seluruh tatanan tersebut mulai dari tingkat pinggiran, memberikan kepercayaan kepada masyarakat, memperluas kepentingan bersama, mendistribusikan hirarki kekuasaan dengan melibatkan secara aktif masyarakat miskin, mekanisme pasar dan perdagangan yang adil dengan menjangkau ruang yang semakin kecil. Nilai dan preferensi kaum profesional merupakan sasaran

pertama dari upaya menggerakkan arus balik agar tidak terjadi pemusatan dan distribusi kemampuan yang tidak seimbang antara desa dengan kota atau pusat dengan daerah. 4. Apakah dengan otonomi daerah yang menempatkan desa sebagai inti pembangunan dapat meningkatkan lapangan kerja di pedesaan dan dapat menekan angka migrasi? Tujuan peletakan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Melalui desentralisasi ini pembuatan kebijakan yang menyangkut kehidupan kemasyarakatan didekatkan kepada masyarakat. Hal ini akan dapat mempercepat pembangunan ekonomi sekaligus pemerataan pembangunan antar daerah. Tetapi sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi dalam memandang dampak dari otonomi daerah. Hal ini pada akhinya memunculkan sikap optimis dan pesimis yang berjalan bersamaan seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah. Prospek mobilitas penduduk antar daerah dalam kondisi otonomi daerah tersebut antara lain : a. Dengan atau tanpa otonomi daerah, volume mobilitas penduduk akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan. Oleh karenanya, jika pelaksanaan otonomi daerah mampu memacu lebih cepat pembangunan daerah sekaligus pembangunan nasional, maka di era otonomi daerah ini akan terjadi peningkatan volume mobilitas penduduk yang jauh lebih pesat dibandingkan peningkatan volume yang pernah dialami Indonesia pada masa lalu. b. Arus dan arah mobilitas penduduk sangat ditentukan oleh distribusi empat tipe daerah, diantaranya :

Daerah tipe I Pada daerah ini, kematangan dan kemandirian organisasi civil society akan mampu mengimbangai kekuatan struktur dan institusi pemerintah.

Daerah tipe II Pada dasarnya tipe II merupakan daerah potensial untuk tumbuh. Namun, sebagai akibat lemahnya organisasi civil society, penguatan pada struktur dan institusi pemerintah akibat

otonomi daerah, akan menimbulkan elite baru di daerah. Oleh karenanya, daerah ini tidak akan tumbuh secepat yang diharapkan sesuai dengan potensinya. Daerah tipe III Dalam jangka pendek, pelaksanaan otonomi daerah belum akan mampu memacu lebih cepat pembangunan di daerah tersebut. Oleh karenanya, arus mobilitas penduduk ke daerah tersebut juga akan relatif terbatas. Namun demikian dalam jangka panjang, dengan berbagai inovasi atas keterbatasan sumberdaya alam yang mereka miliki, daerah ini akan mampu menumbuhkan berbagai aktivitas perekonomian baru yang mendorong laju pembangunan daerah yang bersangkutan. Daerah tipe IV Secara nyata tipe IV adalah daerah yang belum siap dalam memasuki era otonomi daerah. Dalam konteks mobilitas penduduk, daerah ini akan menjadi daerah pengirim migran terbesar dan menerima migran masuk dalam jumlah yang relatif sedikit. 2.3 Pola Konsumsi1. Apakah di zaman sekarang pola konsumsi yang dipengaruhi kuat oleh faktor sosial

budaya lokal (adat istiadat, seperti pada masyarakat adat) turut berubah? Tidak,karena yang mempunyai pengaruh besar terhadap berubahnya pola kosumsi suatu masyarakat berasal dari pengaruh global, sedangkan pengaruh budaya local sama sekali tidak berpengaruh.2. Bagaimana pendekatan untuk mengendalikan pola konsumsi yang tidak produktif di

pedesaan? Dengan cara menciptakan kesadaran kolektif untuk memfilterisasi setiap pengaruh budaya kota seperti budaya, teknologi, informasi dan lain-lain yang memiliki dampak negative terhadap perilaku konsumsi masyarakat pedesaan.3. Apakah pola konsumsi berpengaruh terhadap kemiskinan masyarakat pedesaan? atau

sebaliknya?

Ya berpengaruh, dengan pola konsumsi

konsumtif maka akan terjadi kemiskinan pada

masyarakat pedesaan. Seperti contohnya apabila sesorang ingin hidup mewah tapi kemampuan tidak ada maka akan mengakibatkan daya beli akan semakin menurun. 2.4 Kemiskinan 1. Kenapa tahun 1998 hingga 1999 jumlah rumah tangga miskin di Indonesia meningkat tajam? Suatu rumah tangga dikatakan miskin jika sebagian besar penghasilannya digunakan untuk membeli bahan pangan. Peningkatan jumlah rumah tangga miskin di Indonesia pada tahun 1998-1999 diawali dengan peristiwa krisis moneter. Pada tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah, sehingga membuat kinerja perekonomian Indonesia yang memiliki hutang dalam dollar dan mengandalkan pemasukan dalam rupiah menjadi collapse. Kejadian ini menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat, sehingga mereka menarik uangnya dari lembaga keuangan yang dianggap tidak stabil dan memindahkannya ke lembaga keuangan yang dianggap lebih aman. Hal ini berdampak pada tingginya tingkat inflasi dan suku bunga, sehingga permintaan konsumen terhadap barang dan jasa menurun. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengalami kerugian bahkan hingga gulung tikar, meningkatnya harga sembako, likuidasi beberapa bank, penutupan perusahaan, juga maraknya PHK. Tingginya tingkat PHK terus berlangsung selama beberapa tahun, sehingga menurunkan daya beli masyarakat. 2. Ketika terjadi peningkatan angka kemiskinan, sektor mana yang melemah dan sektor mana yang menguat? Ketika terjadi kemiskinan, hampir semua sektor ekonomi melemah terutama sektor industri. Sebagai dampak dari melemahnya sektor tersebut, tenaga kerja yang mengalami PHK kembali ke sektor pertanian sehingga sektor pertanian menguat. Sektor pertanian dapat menampung banyak tenaga kerja selama beberapa waktu. Namun hal itu juga tidak dapat berlangsung lama. Seiring dengan tingginya jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat permintaan lapangan kerja yang tidak dibarengi dengan kemampuan sektor ekonomi menampung tenaga kerja tersebut. Lahan pertanian yang semakin lama semakin sempit akhirnya mengalami kejenuhan dalam menampung tenaga kerja sehingga masalah pengangguran kembali muncul.

3. Menurut ILO (1998): selama periode 1997-1998 terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 5,4 juta pekerja pada sektor industri modern, pertanyaannya: kemana larinya para korban PHK tersebut, terutama para migran pedesaan? Sebagai akibat dari bangkrutnya beberapa perusahaan industri modern di perkotaan, sebagian besar para pekerja yang pada umumnya sebagai buruh di perkotaan kembali ke pedesaan untuk bekerja sebagai petani. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena kejenuhan sektor pertanian menampung tenaga kerja. Akibatnya, banyak korban PHK yang bekerja pada sektor usaha informal, misalnya barang bekas, jamu gendong, jasa pengetikan, menjahit, voucher pulsa handphone, tukang ojek, dan lain-lain. Usaha di sektor informal menjadi pilihan karena beberapa faktor, seperti modal kecil, tidak memerlukan keahlian khusus, juga tidak memerlukan perizinan khusus yang rumit. 4. Kenapa tahun 1998 hingga 1999 jumlah rumah tangga miskin di Indonesia meningkat tajam? Pada tahun 2008 terjadi krisis moneter di Indonesia yang menyebabkan revolusi mahasiswa akan pemerintahan Soeharto menjadi ancaman nasional dan pada akhirnya berakhirlah rezin soeharto pada tahun 1998 tersebut. Setelah pemerintahan Soeharto jatuh tetap tdak memperbaiki keadaan, karena pergantian kedudukan kabinet pemerintahan yang mendadak menyebabkan tidak matangnya kinerja para petinggi negara. Perusahaan-perusahaan memecat banyak karyawannya karena sudah tidak mempu mengupah mereka, sehingga menimbulkan peningkatan yang sangat signifikan pada tingkat pengangguran di Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar anjlok, terjadinya inflasi, banyaknya hutang Indonesia kepada negara lain yang diminta untuk segera dilunasi, melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok dan banyaknya korupsi. Bisa dibayangkan kacaunya perekonomian di Indonesia pada saat itu, sehingga pemerintah Indonesia pun tidak bisa mengatasi krisis moneter pada saat itu. Didasari situasi dan kondisi yang telah dijabarkan diatas, maka krisis moneter pada tahun 1998 menyebabkan jumlah rumah tangga miskin di Indonesia meningkat tajam. Karena banyaknya kepala rumah tangga yang tidak berpenghasilan dikarenakan kehilangan pekerjaannya dan harga kebutuhan bahanbahan pokok meningkat. Fampak krisis moneter tersebut berkepanjangan hingga tahun 1999, sehingga dari tahun 1998 sampai 1999 jumlah rumah tangga miskin di Indonesia makin meningkat.

5. Ketika terjadi peningkatan angka kemiskinan, sektor mana yang melemah dan sektor mana yang menguat? Ketika angka kemiskinan meningkat, konflik sosial pun semakin meningkat, kondisi sosial-politik dan keamanan pun semakin rentan. Maka, ketika angka kemiskinan mengalami peningkatan sektor jasa dan properti melemah, dikarenakan daya beli masyarakat yang menurun drastis akibat meningkatnya kemiskinan di masyarakat. Namun, dampak peningkatan kemiskinan ini meningkatkan sektor kriminalitas karena tidak dapat terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat miskin sehingga banyak terjadi konflik sosial, sehingga tidak sedikit masyarakat yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kondisi keamanan masyarakat pun semakin rentan dikarenakan meningkatnya sektor krimialitas. VI. DINAMIKA AGRARIA 6.1 Konsep Agraria Agraria merupakan suatu hubungan antara manusia dengan sumber-sumber agraria serta hubungan antar manusia dalam rangka penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber graria. Secara kategoris, subjek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas (sebagai kesatuan dari unit-unit rumah tangga), pemerintah (sebagai representasi negara), dan swasta (private sector). Prinsip dasar dari implementasi pembaruan agraria adalah untuk menciptakan sistem usaha pertanian yang berkeadilan, efisien, dan berkelanjutan. 6.2 Permasalahan Agraria Keberadaan tanah merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat agraris. Sumberdaya tanah bersifat multifungsi dalam aktifitas kehidupan manusia di berbagai bidang, baik di bidang pertanian maupun non-pertanian. Di bidang pertanian tanah digunakan sebagai lahan untuk berusahatani sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan di bidang non-pertanian tanah digunakan sebagai tempat pemukiman, perkantoran/jasa maupun tempat lainnya. Penguasaan tanah oleh petani semakin menurun, jumlah petani gurem baik pemilik maupun penyewa semakin meningkat, begitu juga halnya dengan petani penyakap yang kesemuaannya dapat dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Selain itu konsentrasi penguasaan sumber-sumber agraria oleh segelintir orang saja

begitu mencuat, karena didukung oleh berbagai undang-undang sektoral baik pada bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan, kelautan, dan sebagainya. Konflik agraria merupakan kenyataan yang kerapkali terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. 6.3 Reforma Agraria Tanah merupakan komponen dasar dalam Reforma Agraria. Pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai obyek Reforma Agraria adalah tanah-tanah negara dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagi obyek Reforma Agraria. Konsep Reforma Agraria tidak lepas dari apa yang disebut dengan konsep Lanreform. Dalam konteks reforma agraria, peningkatan produksi tidak akan mampu dicapai secara optimal apabila tidak didahului oleh landreform. Tujuan Reforma Agraria di atas bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan bangsa.

VII. STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL 7.1 Sistim Nilai Menurut Giddens, nilai adalah suatu konsep yang memberikan makna dan menyediakan tuntunan untuk umat manusia sebagaimana mereka berinteraksi dalam lingkungan sosialnya. Sedangkan norma adalah aturan atau perilaku yang merefleksikan atau menjelma dalam sebuah nilai budaya. Nilai dan norma bekerja bersama untuk mengarahkan dan menentukan bagaimana anggota dari suatu budaya berperilaku sesuai dengan lingkungannya. Norma mempunyai kekuatan yang mengikat yang berbeda beda mulai dari yang terkuat, yaitu :

Cara (Usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Pelanggaran terhadap norma ini misalnya berupa celaan.

Kebiasaan (folkways), merupakan kebiasaan yang diulang ulang dalam bentuk yang sama yang merupakan bukti bahwa orang menyukai perbuatan tersebut.

Tata Kelakuan (mores), merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai norma pengatur. Pelanggaran terhadap norma ini misalnya berupa pengucilan.

Adat istiadat (custom), mencerminkan sifat sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota anggotanya.

7.2 Stratifikasi Sosial Menurut Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas kelas secara bertingkat (hierarki). Pelapisan sosial muncul karena adanya sesuatu yang bernilai disbanding dengan lainnya. Stratifikasi sosial memiliki tiga dimensi, yaitu :

Kekuasaan, kesempatan yang ada pada seseorang untuk melaksanakan kemauannya dalam suatu tindakan sosial.

Previlege, berarti hak istimewa, hak mendahului, dan hak untuk memperoleh perlakuan khusus dalam kehidupan bersama.

Prestise, berarti kehormatan dan harus dikaitkan dengan suatu sistim sosial tertentu.

7.3 Pola Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. kepemimpinan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

Kepemimpinan formal, yaitu kepemimpinan yang tersimpul dalam suatu jabatan yang formal yang dalam pelaksanaannya harus berada di atas landasan atau peraturan resmi sehingga daya cakupnya agak terbatas.

Kepemimpinan

informal,

merupakan

kepemimpinan

karena

kepercayaan

masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjadi pemimpin. Lebih fleksibel dengan ruang lingkup tanpa batas resmi.

7.4 Interaksi Sosial Menurut Giddens, interaksi sosial adalah suatu proses yang mana kita bertindak dan bereaksi atau memberikan respon terhadap orang orang disekitar kita. Ciri-ciri interaksi sosial : Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol simbol Ada dimensi waktu yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung Ada tujuan tujuan tertentu

Ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat :

Kerjasama, suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing masing

Persaingan, merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya.

Akomodasi, suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan denagn nilai dan norma norma sosial yang berlaku di masy.

Pertikaian (pertentangan), bentuk persaingan yang berkembang ke arah negatif

7.5 Proses Sosial Proses sosial merupakan suatu interaksi yang dapat memberi pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan bersama. Proses sosial yang assosiatif terdiri dari :

Kerjasama, merupakan usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Akomodasi, merupakan usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha usaha untuk mencapai kestabilan.

Asimilasi, merupakan usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau kelompok yang juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan tujuan bersama.

Akulturasi, terjadi jika asimilasi menyebabkan perubahan dalam hubungan sosial dan pola adat istiadat serta interaksi sosial.

Sedangkan proses sosial dissosiatif terdiri dari :

Persaingan, merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu.

kontraversi, suatu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan.

Pertentangan, terjadi karena perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan perbedaan tersebut sedemikian rupa sehingga masing

masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan dan menekan pihak lain yang menjadi lawannya. 7.6 Mobilitas Sosial Mobilitas Sosial merupakan perubahan status sosial yang terjadi pada seseorang. Mobilitas sosial terbagi dalam dua kategori, yakni :

Mobilitas sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek sosial

lainnya dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat ( horizontal).

Mobilitas sosial Vertical, yaitu perpindahan individu dari satu kedudukan

sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat (vertical).

VIII. STRUKTUR DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN 8.1 Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan pedesaan merupakan integrasi dari perencanaan sosial, ekonomi, ekologi, teknologi, fisik-teknis, informasi dan institusi. Perencanaan melibatkan beberapa kegiatan, yakni identifikasi tujuan umum dan kenyataan, formulasi strategi, formulasi strategi ke dalam rencana dan action, implementasi rencana dan program, monitoring dan evaluasi terhadap implementasi dan kendala bagi pencapaian tujuan. Pembangunan pedesaan dilakukan dengan dua pendekatan. Yang pertama, model linear (perencanaan terpusat) perencanaan bersifat searah, cenderung terpusat pada satu poros kekuasaan atau poros pelaku pembangunan; pengambilan keputusan perencanaan pembangunan nasional dan daerah dilakukan secara terpusat oleh pemerintah pusat (nasional) atau pelaku kekuasaan saja (pemerintah)perencanaan tidak melibatkan pelaku-pelaku pembangunan lainnya. Sedangkan yang kedua adalah model partisipatif (perencanaan terdesentralisasi), perencanaan bersifat partisipatif, dua arah, berbagi dan tepat guna yang cenderung melibatkan semua pelaku pembangunan (termasuk masyarakat). Berdasarkan potensi masing-masing daerah atau masyarakatnya, keputusan pusat hanya berlaku untuk kegiatan nasional dan internasional (termasuk keuangan, perpajakan, dsb), kegiatan daerah hanya menyangkut perencanaan wilayah daerah (termasuk pedesaan), dan kebijakan lokal.

8.2 Metode Perencanaan IRAP (integrated rural accessibility planning) merupakan perencanaan akses pedesaan

secara terintegrasi. Akses pedesaan meliputi akses sumber-sumber produktif, seperti akses sumberdaya lahan, akses sumberdaya air, akses pelayanan, akses transportasi, akses komunikasi, akses pada lembaga keuangan, akses pendidikan, akses kesehatan, akses pasar, akses media massa, akses listrik, akses sumber sarana produksi dan sebagainya. Selain itu dapat melakukan dengan teknik persiapan pengkajian desa (PRA), yakni dengan melakukan pemetaan, transek, lokakarya desa, dan sebagainya. Untuk menganalisis pengembangan desa ke masa yang akan datang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats) terhadap potensi desa. Melalui analisis SWOT, dapat diidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam upaya pengembangan desa.a. Strength (kekuatan), berdasarkan pengamatan dan inventarisasi kondisi potensi desa b. Weakness (kelemahan), sebuah desa tentu juga memiliki berbagai kelemahan, c. Opportunities (peluang), selain itu desa juga harus mampu menangkap peluang dan

ancaman yang datang dari lingkungan eksternald. Threats (ancaman), Identifikasi tentang ancaman juga harus diperhatikan.

VIIII. METODE LINEAR DAN PARTISIPATIF 9.1 Metode Linear Siklus linear (linear cycle) terdiri dari rangkaian tahapan yang teratur. Suatu tahap tidak dapat dilakukan sebelum tahap sebelumnya selesai. Ada enam tahapan dalam metode siklus linear yaitu: 1. Pendefinisian Masalah Dalam tahap ini masalah yang akan dipecahkan didefinisikan, meliputi batasan persediaan dan penjualan . 2. Studi Kelayakan Studi kelayakan menyediakan satu atau lebih solusi konseptual bagi permasalahan. Solusi tersebut memberikan gambaran tentang sistem yang baru, mendefinisikan apa yang akan dilakukan dengan komputer dan apa yang akan dilakukan dengan secara manual. Dalam tahap ini didefinisikan pula input yang diperlukan sistem dan output yang akan dihasilkan. Ada tiga

hal yang harus dilakukan untuk menetapkan suatu kelayakan, yaitu: kelayakan teknik, kelayakan operasional, dan kelayakan ekonomi. Hasil akhir dari tahap ini adalah solusi konseptual, pembiayaan dan manfaat yang diharapkan. 3. Analisa Sistem Dalam tahap ini dibuat suatu analisa detail dengan menggunakan teknik analisis seperti Diagram Alir Data (DAD) dan analisis data, diikuti dengan spesifikasi proses sistem yang sudah ada. Hasil akhir dari analisis sistem adalah model detail sistem yang menggambarkan fungsi-fungsi sistem, data sistem dan aliran informasi. Dari tahap ini akan diketahui rincian kebutuhan sistem. 4. Perancangan Sistem Yang dilakukan dalam tahap ini adalah memilih perlengkapan yang diperlukan untuk mengimplementasikan sistem, spesifikasi program yang baru atau perubahan terhadap program yang sudah ada, spesifikasi basis data, serta rincian prosedur pemakai yang menggambarkan bagaimana si pemakai akan menggunakan sistem. Perancangan sistem dilakukan dalam dua tahap, yakni desain global dan desain detail. Dalam desain global solusi konseptual yang didapat dari studi kelayakan dilihat secara lebih detail. Fungsi-fungsi yang baru dibuat untuk menggantikan fungsi-fungsi yang sudah ada, input dan output didefinisikan dan digambarkan dengan jelas bagian mana yang bisa diotomasi atau manual. Dari desain global dihasilkan solusi global. Tahap kedua adalah desain detail, dalam tahap ini akan dilakukan perancangan basis data dan modul program, pendokumentasian prosedur, serta pendefinisian antarmuka (interface) antara pemakai dan komputer. Hasil akhir perancangan sistem adalah prosedur pemakai, konfigurasi perlengkapan, serta spesifikasi program dan basis data. 5. Pembangunan Sistem Tahap pembangunan sistem dilakukan dalam dua tahap, pengembangan dan implementasi. Selama tahap pengembangan dibentuk komponen-komponen sistem, penulisan dan uji-coba program, dan pengembangan antarmuka pemakai (user interface). Dalam implementasi, komponen-komponen yang dibentuk pada tahap pengembangan diterapkan dalam operasional. Keluaran dari tahap pembangunan sistem adalah implementasi sistem dan sistem kerja, yang meliputi kumpulan program kerja dan basis data yang sudah di inisialisasi. 6. Pemeriksaan ulang dan pemeliharaan

Pemeriksaan ulang dilakukan untuk mengevaluasi apakah sistem yang dibangun telah memenuhi tujuan dan untuk melihat apakah manfaat yang diharapkan sudah tercapai. Pemeliharaan diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam sistem kerja dan untuk menghubungkan sistem dengan berbagai variasi dalam lingkungan kerjanya.

9.2 Metode Partisipatif Pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosenya melibatkan rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode perencanaan partisipatif adalah

Metode ZOPP, yakni perencanaan yang berorientasi pada tujuan. Melalui kajian permasalahan, tujuan, alternative dan peran, ZOPP mengembangkan rencana proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis. Metode ini mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil sangat bergantung pada informasi yang tersedia dan yang diberikan.

Metode PRA (Participatory Rural Appraisal), yakni metode pendekatan tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat sendiri. Stakeholder analysis, metode ini digunakan untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatu organisasi, kelompok atau masyarakat setempat. Monitoring dan Evaluasi Partisipasi, melibatkan kerjasama dengan masyarakat untuk mengumpulakna informasi, identifikasi dan analisis masalah, serta melahirkan rekomendasi.

Beneficiary Assessment, untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan, merancang inisiatif dan menerima masukan untuk memperbaharui kualitas pembangunan.

X. PEMETAAN SOSIAL EKONOMI 10.1 Pemetaan Sosial Pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat

termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Pemetaan Sosial adalah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengenali kondisi sosial budaya masyarakat lokal atau disebut juga sebagai kegiatan orientasi sosial dan wilayah sasaran program CSP (Community Settlement Plan). Pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya. 10.2 Pendekatan Pemetaan Sosial Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory method). Dalam wacana penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan penelitian makro-kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan partisipatoris termasuk dalam penelitian mikro-kualitatif. Pemetaan sosial diharapkan menghasilkan data dan Informasi tentang: Data Demografi, yakni jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata pencaharian, agama, pendidikan, dll. Data Geografi, yakni topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll. Data psikografi, yakni nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaankebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait dengan mitigasi bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang paling berpengaruh, dll. Pola komunikasi, yakni media yang dikenal dan digunakan, bahasa, kemampuan baca tulis, orang yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat memperoleh informasi. XI. MODERNISASI DAN INDUSTRIALISASI PEDESAAN

11.1 Modernisasi Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia. Revolusi hijau mendasarkan diri pada tiga pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia dan penerapan pestisida untuk menjamin produksi, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku berkualitas. 11.2 Adopsi dan Inovasi Menurut Rogers dan Shomaker inovasi adalah ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat tani sasaran. Tahapan-tahapan Adopsi

Awareness (kesadaran) : sasaran mulai sadar tentang inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh Interest (tumbuhnya minat) : keinginan untuk mengatahui lebih jauh sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan Evaluation (evaluasi) : penilaian terhadap baik/buruk ataumanfaat inovasi yeng telah diketahui informasinya secara lebih lengkap Trial (mencoba) : melakukan percobaan dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya Adoption (adopsi) : menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan dan diamatinya sendiri

Penelitian adopsi inovasi sangat diperlukan di bidang pertanian dalam rangka mengevaluasi manfaat dan efektifitas inovasi (teknologi, cara, ide yang baru) yang dihasilkan melalui berbagai penelitian, pengembangan dan kajian akhirnya diterapkan oleh client/target sasaran. 11.3 Swasembada dan Ketahanan Pangan pertanian. Hasil peneltian adopsi dapat digunakan untuk merancang strategi penyebarluasan inovasi baru yang lainnya sehingga

Swasembada pangan dideskripsikan sebagai kemampuan untuk menyediakan beragam pangan secara mandiri, dengan jumlah yang mencukupi kebutuhan untuk konsumsi menurut norma gizi, tersedia merata setiap waktu dan terjangkau oleh semua lapisan, dengan mengutamakan kemampuan produksi dalam negeri.

11.4

Modernisasi Kelembagaan Modernisasi di bidang kelembagaan merupakan salah satu penunjang dalam proses pembangunan pedesaan karena dengan adanya pembahararuan yang terjadi di tingkat di kelembagaan akan berdampak pada modernisasi masyarakat pedesaan yang tentunya tanpa melupakan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat pedesaan itu sendiri. Pembangunan desa adalah menghilangkan teknologi tradisional pedesaan dan program kedua memasukkan teknologi modern sebagai penggantinya. Dengan adanya pembaharuan di kelembagaan pedesaan maka akan membnatu proses transformasi pemodernan pedesaan. Dampak modernisasi dan industrialisasi di pedesaan :

Urbanisasi Terpinggirkannya pertanian tradisional Distribusi pendapatan yang tidak merata Perubahan-perubahan sosial masyarakat pedesaan Konsumerisme

XII. PROGAM PEMBANGUNAN DESA 12.1 Transmigrasi Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah yang padat penduduknya ke area wilayah pulau lain yang penduduknya masih sedikit atau belum ada penduduknya sama sekali. Tujuan Diadakan Transmigrasi Untuk meratakan persebaran penduduk di seluruh wilayah nusantara Untuk pertahanan dan keamanan / hankam lokal nasional

Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan kesempatan merubah nasib.

Jenis-jenis / Macam-macam Transmigrasi 1. Transmigrasi Umum 2. Transmigrasi Spontan / Swakarsa 3. Transmigrasi Bedol Desa 12.2 Keluarga Berencana KB dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedualian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

12.3 Inpres Desa Tertinggal Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan Program yang secara langsung menunjuk desa-desa tertinggal dan menyalurkan dananya langsung kepada masyarakat di desa. Di setiap desa disediakan tenaga pendamping. Desa-desa yang dimasukkan dalam program yang pertama tersebut adalah desa-desa yang dianggap sangat miskin. Intinya ada dua macam, yaitu dukungan untuk perbaikan infrastruktur dan penyediaan dana khusus yang untuk memungkinkan masyarakat mengembangkan kemampuannya dan hidup secara mandiri.

12.4 Penyerahan Irigasi kecil Peningkatan efisiensi pemanfaatan air irigasi membutuhkan pendekatan sistematis dan komprehensif Pendekatan yang diterapkan selama ini bias kepada aspek teknis dan terfokus pada pengelolaan di tingkat sumberdaya dan agregat. Pengembangan kelembagaan dilakukan secara

top-down, sangat formal, cenderung homogen, dan mengakibatkan terjadinya kooptasi berlebihan terhadap kelembagaan lokal yang sesungguhnya memiliki kapabilitas untuk mewujudkan sistem pengelolaan irigasi yang efisien dan berlanjut. Reformulasi strategi dan pendekatan yang cocok untuk mewujudkan sistem kelembagaan yang memberikan bobot lebih besar kepada peran keswadayaan petani diharapkan dapat memperbaiki sistem pengelolaan irigasi.

12.5 PPK dan P4K Indikator Keberhasilan IDT adalah bila dana bantuan langsung masyarakat ( BLM ) diterima langsung oleh masyrakat secara utuh dengan tidak ada potongan. IDT dievaluasi dan ditemukan bahwa kebutuhan masyarakat untuk terentaskan dari kemiskinan tidak hanya dengan tambahan modal usaha bagi warga masyarakat. Akan tetapi yang dibutuhkan masyarakat asalah juga tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan ekonomi. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan, memperkuat institusi lokal, dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Program yang mengusung sistem pembangunan bottom up planning yang diusulkan langsung dan dilaksanakan oleh masyarakat.

12.6 Kewirausahaan Sosial Sebuah tanggungjawab untuk mendorong tumbuhnya kewirausahaan sosial dan mendorong usaha pemberantasan kemiskinan di Indonesia. Kebijakan ekonomi sektor riil haruslah dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lokalitas dan bertumpu pada proses pemberdayaan masyarakat. Salah satu tujuan dari didirikannya kewirausahaan sosial adalah

Peningkatan kemampuan masyarakat (Capacity Building) untuk mengatasi Menghubungkan sektor Ekonomi Rakyat dengan lembaga-lembaga perbankan Membangun jejaring kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Membangun kerjasama saling menguntungkan dengan dunia usaha baik sektor Membangun jaring kerjasama diantara sesama lapisan dan sektor masyarakat dengan lembaga philantropi nasional maupun internasional bagi

masalahnya sendiri

agar mendapatkan pelayanan keuangan.

memfasilitasi dan melindungi usaha-usaha ke arah keberdayaan masyarakat.

keuangan maupun sektor riil.

warga

pengembangan keberdayaan masyarakat.

12.7 Kemitraan Usaha Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat. Tujuan Pengembangan Usaha Pertanian adalah: 1. Meningkatkan pendapatan 2. Keseimbangan Usaha 3. Meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok 4. Meningkatkan skala usaha dan 5. Meningkatkan kemampuan usaha, sehingga kelompok tani/petani menjadi kelompok tani/ petani yang tangguh dan mandiri. POLA KEMITRAAN Pola kemitraan usaha pertanian yang telah direkomendasikan yaitu: a. Pola inti plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.

b. Pola sub kontrak, adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra; dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. c. Pola dagang umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra. d. Pola kerjasama operasional, Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra den gan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk mengusahakan/budidaya pertanian. e. Pola Keagenan Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra.