pemahaman khatib terhadap ayat al-qur’an dalam ruang lingkup...

118
i PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN CIKAMPEK Skripsi Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama(S.Ag) Disusun Oleh: Aulia Tiara Savitri 1113034000018 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441H/2020M

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT

    AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH

    JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN

    CIKAMPEK

    Skripsi

    Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Agama(S.Ag)

    Disusun Oleh:

    Aulia Tiara Savitri

    1113034000018

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1441H/2020M

  • PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT

    AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH

    JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN

    CIKAMPEK

    Skripsi

    Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Agama(S.Ag)

    Disusun Oleh:

    Aulia Tiara Savitri

    1113034000018

    Pembimbing:

    Moh. Anwar Syarifuddin, MA

    NIP: 19720518 199803 1 003

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1441H/2020

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT

    AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH JUM’AT DI

    KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN CIKAMPEK telah diujikan

    dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima

    sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada

    Program Studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir.

    Jakarta, 09 Juli 2020

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota

    Dr. Eva Nugraha, MA

    NIP. 1970217 199803 1 002

    Sekretaris Merangkap Anggota

    Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH

    NIP. 19820816 201503 1 004

    Penguji I

    Dr. M. Suryadinata, M.Ag.

    NIP. 196009081989031005

    Penguji II

    Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA

    NIP. 196908221997031002

    Pembimbing

    Moh. Anwar Syarifuddin, MA

    NIP. 19720518 199803 1 003

  • PERNYATAAN

    Yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Aulia Tiara Savitri

    NIM : 1113034000018

    Dengan ini menyatakan bahwa :

    1. Skripsi yang berjudul Pemahaman Khatib Terhadap Ayat Al-

    Qur’an Dalam Ruang Lingkup Khutbah Ju m’at Di Kawasan

    Industri Kecamatan Cikampek adalah benar merupakan karya

    saya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penyusun ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan

    hasil karya asli saya atau merupakan hasil karya orang lain maka

    saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 15 Mei 2020

    Aulia Tiara Savitri

    1113034000018

  • i

    ABSTRAK

    Savitri, A.T. Pemahaman Khatib Terhadap Ayat Al-Qur’an Dalam

    Ruang Lingkup Khutbah Jum’at Di Kawasan Industri Kecamatan

    Cikampek, 2020

    Khutbah Jum‟at merupakan upaya dakwah yang dilakukan secara

    rutin dan berkelanjutan. Khutbah Jum‟at yang baik harus memenuhi

    rukun-rukun yang ditetapkan. Salah satu rukun khutbah adalah

    menyampaikan ayat Al-Qur‟an. Penyampaian ayat Al-Qur‟an yang

    efektif memerlukan pemahaman khatib terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an

    yang dibacakannya. Pemahaman yang baik terhadap ayat mensyaratkan

    khatib untuk memahami aspek penafsiran Al-Qur‟an dan juga wawasan

    pengetahuan tafsir yang dihasilkan oleh para ulama.

    Fokus skripsi ini meneliti pemahaman khatib Jum‟at di kawasan

    Industri Kecamatan Cikampek selama bulan Desember 2019 dan Januari

    2020. Penelitian in bersifat kualitatif dengan analisis deskriptif. Secara

    khusus, penelitian ini mendeskripsikan bagaimana pemahaman khatib

    dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang disampaikannya di hadapan

    jama‟ah yang umumnya terdiri dari para karyawan pabrik.

    Hasil penelitian ini menemukan bahwa semua khatib berhasil

    memenuhi rukun khutbah. Namun, khutbah mereka di kawasan Industri

    yang tertutup tidak memiliki perbedaan tema dengan khutbah di tengah

    masyarakat pada umumnya. Khatib memang mempertimbangkan kondisi

    kekinian, aktualitas, menyesuaikan waktu dan gaya bahasa yang

    disampaikan dalam khutbahnya. Terkait pemahaman khatib terhadap

    ayat yang disampaikan, dari 4 khatib yang diteliti satu orang khatib

    cenderung membangun pemahamannya sendiri secara subyektif,

    lantaran ia tidak mengenal rujukan kitab-kitab tafsir. Ada dua orang

    khatib yang penyampaian materi khutbahnya hanya merujuk buku

    khutbah yang disusun penulis lain, tanpa melihat rujukan aslinya di

    kitab-kitab tafsir. Hanya satu yang memiliki pemahaman cukup objektif

    dengan menyusun materi khutbah yang merujuk langsung pada kitab

    tafsir para ulama, selain juga berupaya membangun wawasan

    pemahaman yang bersifat inter-tekstual dengan mengaitkan penjelasan

    satu ayat dengan ayat lain di dalam Al-Qur‟an.

    Kata kunci:

    ==Khutbah Jumat, Ayat Al-Qur‟an, Tafsir, Pemahaman Al-Qur‟an,

    Living Qur‟an, Wilayah Industri, Kecamatan Cikampek.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, karena

    atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan judul ―Pemahaman Khatib Terhadap Ayat Al-Qur‘an

    dalam Ruang Lingkup Khutbah Jum‘at di Kawasan Indiustri Kecamatan

    Cikampek‖

    Shalawat serta salam terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW,

    Keluarga beserta Sahabatnya. Nabi yang menuntun dan mengisnpirasi

    umatnya dalam mengejar ilmu pengetahuan dan akhlak mulia.

    Skripsi ini ditujukan sebagai syarat dalam pengajuan gelar Strata Satu

    (S1) Agama Islam pada program studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir,

    Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak

    terbatas pada kemampuan peneliti sendiri, melainkan terdapat dukungan

    dari berbagai pihak, baik secara material dan non material serta motivasi

    yang kuat untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik

    mungkin. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, yaitu:

    1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku

    Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas

    Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku ketua program studi Ilmu

    Al-Qur‘an dan Tafsir, serta Bapak Fahrizal, Lc. MIRKH, selaku

    sekretaris program studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir.

  • iii

    4. Dosen pembimbing skripsi penulis, yakni Moh. Anwar

    Syarifuddin, MA yang telah membimbing, memberikan arahan

    dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Dosen penasehat akademik, yakni Bapak Dr. Ahzami Sami‘un

    Jazuli, MA (Alm) dan bapak Kusmana, PhD, yang telah

    memberikan masukan dan motivasi kepada peneliti selama

    belajar di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir yang

    telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti.

    7. Seluruh staf program studi dan fakultas yang turut membantu

    administrasi peneliti.

    8. Bidadari terbaik dalam hidup, Mamah tercinta dan nahkoda

    terbaik dalam hidup saya, yakni Almarhum Bapak tercinta.

    9. Tiga satria kebanggaan, yaitu Afriansyah Ridho, Adhien Prawira

    Nugraha, Haries Setya Wardhana. Semoga selalu

    membanggakan.

    10. Sepupu terbaik, mba Siska Wulandari dan keluarga yang telah

    membantu dalam bentuk materil untuk penyelesaian penelitian

    ini. Semoga dilimpahkan berkat dan rahmat oleh Allah SWT.

    11. Mentor terbaik, Best Friend, Azhura Mutia, yang telah membantu

    dengan tenaga dan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

    12. The Best Part of Life yang tidak bisa disebut namanya, yang telah

    memberikan segala macam bentuk dukungan yang sangat berarti

    untuk penyelesaian skripsi ini.

    13. Sahabat tercinta, terbaik, terunik, tersabar, yaitu Evi Nurdiana,

    VAL, dan Rizky Cipta Ardita

  • iv

    14. Teman-teman angkatan 2013, Salman Al-Farisi, Nasrullah, Yuni

    Fitriani, Apriyanto dan teman-teman lain yang tidak bisa

    disebutkan satu persatu.

    Peniliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada

    umumnya dan menambah referensi dalam penggunaan metodologi

    penelitian tafsir. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak

    kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan

    untuk perbaikan dan kemajuan penelitian di masa depan.

    Jakarta, 15 Mei 2020

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ............................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... v

    DAFTAR TABEL .............................................................................. viii

    PEDOMAN LITERASI ........................................................................ ix

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5

    C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5

    D. Peruumusan Masalah ............................................................... 5

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

    F. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................................... 6

    G. Metodologi Penelitian ............................................................. 8

    H. Sistematika Penulisan ............................................................ 10

    BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEMAHAMI AYAT AL-

    QUR’AN DALAM KHUTBAH JUM’AT ............................ 12

    A. Arti Penting Memahami Al-Qur‘an ....................................... 12

    1. Makna Memahami .............................................................. 12

    2. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman Manusia ....................... 16

    3. Perlunya Pemahaman Yang Baik dalam Berdakwah ......... 17

  • vi

    4. Al-Qur‘an Sebagai Sumber Dakwah .................................. 18

    B. Khutbah Jum‘at Sebagai Upaya Dakwah ............................... 20

    1. Definisi Khutbah Jum‘at .................................................... 20

    2. Syarat Sah dan Rukun Khutbah Jum‘at .............................. 21

    3. Nilai Penting Pembacaan Ayat Al-Qur‘an dalam Khutbah

    Jum‘at ................................................................................ 23

    4. Penafsiran Al-Qur‘an Sebagai Syarat Pemahaman Khatib 23

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................. 25

    A. Gambaran Umum Kecamatan Cikampek .............................. 25

    1. Kondisi Sosial dan Kependudukan..................................... 25

    2. Kondisi Sosial - Geografis ................................................. 26

    B. Gambaran Umum Kawasan Industri Indotaisei ..................... 26

    C. Gambaran Umum Lokasi Khutbah Jum‘at di Kawasan Industri

    Kecamatan Cikampek............................................................. 28

    1. Masjid Baitussalam ............................................................ 28

    2. Masjid Al-Huda .................................................................. 31

    BAB IV PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT AL-

    QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH

    JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN

    CIKAMPEK ............................................................................ 34

    A. Pemenuhan Rukun dan Alasan Pemilihan Tema Khutbah .... 34

    1. Pemilihan Tema Khutbah ................................................... 36

    2. Penyampaian Khutbah ........................................................ 40

  • vii

    B. Pemahaman Khatib terhadap Ayat Al-Qur‘an yang digunakan

    dalam Khutbah Jum‘at ............................................................42

    BAB V PENUTUP ................................................................................. 67

    A. Kesimpulan............................................................................. 67

    B. Saran ....................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 70

    LAMPIRAN ........................................................................................... 73

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.0 Bidang Keagamaan .................................................................. 26

    Tabel 3.1 Nama Perusahaan di Kawasan Industri Indotaisei .................. 27

    Tabel 4.0 Kesesuaian Tema dan Pemenuhan Rukun Khutbah ............... 35

    Tabel 3.1 Penggunaan Ayat .................................................................... 42

  • ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor:

    0543 b/u/1987

    1. Padana Aksara

    Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara

    latin:

    Hur

    uf

    Ara

    b

    Huruf

    Latin

    Keterangan

    Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت ṡ Es dengan titik atas ث J Je ج ḥ Ha dengan titik bawah ح Kh Ka dan Ha خ D De د Ż Zet dengan titik atas ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy Es dan Ye ش

  • x

    ṣ Es dengan titik bawah ص ḍ De dengan titik bawah ض ṭ Te dengan titik bawah ط ẓ Zet dengan titik bawah ظ

    Koma terbalik di atas hadap „ عkanan

    Gh Ge dan Ha غ F Ef ؼ Q Qi ؽ K Ka ؾ L El ؿً M Em N En ف W We ك H Ha ق Apostrof ‟ ء Y Ye م

    2. Vokal

    Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

    dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

    Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

    Tanda Vokal

    Arab

    Tanda Vokal

    Latin

    Keteranga

    n

    A Fathah ػػػَى

  • xi

    I Kasrah ػػػًَ U Dammah ػػػَي

    Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

    sebagai berikut:

    Tanda Vokal

    Arab

    Tanda Vokal

    Latin

    Keteranga

    n

    Ai a dan i ػَمػػَى Au a dan u ػَكػػَى

    3. Vokal Panjang

    Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa

    Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

    Tanda Vokal

    Arab

    Tanda Vokal

    Latin Keterangan

    Ᾱ a dengan topi di ئىاatas

    ًئيĪ

    i dengan topi di

    atas

    Ū u dengan topi di ئيوatas

    4. Kata Sandang

    Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

    dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

    syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-

    dīwān bukan ad- dîwân.

    5. Syaddah (Tasydīd)

    Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab

    dilambangkan dengan sebuah tanda ( ـــّّ ) dalam alih aksara ini

    dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang

  • xii

    diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf

    yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang

    diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضركرة) tidak ditulis

    aḍ-ḍarūrah melainkan al-ḍarūrah, demikian seterusnya.

    6. Ta Marbūtah

    Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

    pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

    menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku

    jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‗t) (lihat contoh 2).

    Namun,jika huruf ta marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka

    huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

    No

    Kata Arab Alih Aksara

    al-ḍarūrah الضركرة 1 Ghurafum mabniyyah غرؼَمبنية 2َكثرية 3 bi fākihatin kaṡīrat بفاكهة

    7. Huruf Kapital

    Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

    dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

    mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI),

    antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama

    tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului

    oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf

    awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

    Contoh: Abū Ḥāmid al-Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi

    bukan Al-Kindi.

    Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat

  • xiii

    diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf

    cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul

    buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih

    aksaranya, demikian seterusnya.

    Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

    berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

    meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

    Abdussamad al- Palimbani, tidak ‗Abd al- Samad al-Palimbānī;

    Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

    8. Cara Penulisan Kata

    Setiap kata, baik kata kerja (Fi„il), kata benda (Isim), maupun huruf

    (Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih

    aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman

    pada ketentuan-ketentuan di atas

    Kata Arab Alih Aksara

    Qul yā „ibādi قلَيعباد fī haẓihi يفَىذه

    bi ghairi ḥisāb بغريَحسابPenulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri

    mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak

    perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis

    Majīd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman,

    bukan Fazl al- Rahmān.

    Qul yā „ibādi al laẓīna āmanū al taqū rabbākum. Lillaẓīna

    ahsanū fī haẓihi al dunyā hasanah. Wa arḍullāhi wāsi‟ah.

    Innamā yuwaffa al ṣabirūn ajrahum bi ghairi ḥisāb.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Allah SWT menurunkan Al-Qur‘an sebagai petunjuk dan

    pedoman untuk seluruh umat manusia. Namun, Al-Qur‘an tidak

    tersebar dengan sendirinya, melainkan dengan usaha dari manusia

    untuk menyebarkannya. Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk

    menyebarkan ayat-ayat Al-Qur‘an yang berisi kebaikan dan menyeru

    kepada umat manusia untuk menyembah kepada Allah SWT. Hal

    tersebut yang dikenal sebagai dakwah.

    Dakwah merupakan aktivitas menyampaikan ajaran Islam,

    menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, serta

    memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.1 Dakwah wajib

    dilakukan oleh setiap umat muslim terhadap sesama, maupun

    penganut agama lain. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, Al-

    Qur‘an surat Ali Imran ayat 104:

    َاْلٍىرٍيًَكىيىٍأميريكفىَبًاٍلمىٍعريكًؼَكىيػىنػٍهىٍوفىَعىًنَاٍلمينكىرًَ َۚ ّكىٍلتىكينَمِّنكيٍمَأيمَّةهَيىٍدعيوفىًَإَلى

    اٍلميٍفًلحيوفَىَىيمَيَكىأيكلىًَٰئكَى

    Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

    yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

    mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

    beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

    Umat muslim diperintahkan untuk melakukan dakwah sesuai

    kemampuan masing-masing. Hal tersebut berkaitan dengan cara

    dalam berdakwah. Apabila seorang muslim memiliki kekuasaan

    1 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media,

    2006), h. 6.

  • 2

    tertentu, maka ia diperintahkan untuk melakukan dakwah melalui

    kekuasaannya. Jika ia hanya mampu dengan lisannya maka dengan

    lisan itu ia diperintahkan untuk melakukan seruan dakwah, bahkan

    sampai diperintahkan untuk berdakwah dengan hati, seandainya

    dengan lisan pun ternyata ia tidak mampu.2

    Dakwah dapat dikatakan berhasil, apabila diukur melalui berkas

    (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun kesan

    yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam tingkah

    laku mereka. Untuk mencapai sasaran tersebut, tentunya semua

    unsur dakwah harus mendapat perhatian pada da‟i.3

    Salah satu metode dakwah ialah melalui khutbah Jum‘at. Khutbah

    merupakan sebuah perkataan yang tersusun dan terkandung di

    dalamnya sebuah nasihat.4 Nasihat yang disampaikan bertujuan

    untuk mengajak manusia dalam melakukan kebaikan dan mencegah

    berbuat munkar. Khutbah Jum‘at dalam hal ini juga menjadi sarana

    untuk menyampaikan dan mengajarkan Islam kepada manusia untuk

    diterapkan dalam realitas kehidupan.5

    Khutbah Jum‘at adalah khutbah yang dilaksanakan pada hari

    Jum‘at dalam rangkaian shalat Jum‘at yang disampaikan sebelum

    shalat dua raka‘at.6 Shalat Jum‘at hukumnya wajib bagi setiap

    muslim laki-laki. Oleh karena itu, khutbah Jum‘at dalam

    pelaksanaan shalat Jum‘at merupakan sebagai salah satu metode

    2 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 53

    3 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Fungsi dan Peran Wahyu

    Dalam Kehidupan Masyarakat), (Bandung: Mizan, 1994), h.194 4 Mahmud Adurrahman, Mu‟jam al-Mushthalahat al-Alfadz al-Fiqhiyyah,

    (Kairo: Dar Al-Fadhillah, 1999) , Juz II, h.39 5 Rubiyanah, Ade Matsuri, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga

    Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.3 6 Moh. Ali Aziz, Teknik Khutbah Jum‟at Komunikatif, (Surabaya: UIN Sunan

    Ampel Press, 2014), h.53

  • 3

    dakwah yang efektif karena dilakukan secara rutin dan berkelanjutan

    dalam tercapainya tujuan dakwah.

    Dalam melaksanakan khutbah Jum‘at, seorang khatib diharuskan

    mengikuti syarat dan rukun khutbah Jum‘at agar pelaksanaan

    khutbah Jum‘at tersebut dapat dianggap sah. Salah satu rukun

    khutbah Jum‘at adalah menyampaikan nasihat berdasarkan ayat-ayat

    Al-Qur‘an.

    Seperti diriwayatkan dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‗anhu,

    dia berkata, ―Nabi Shallahu „alahi Wassalam menyampaikan dua

    khutbah dimana beliau duduk diantara keduanya; (dan dalam

    khutbah itu) beliau membaca Al-Qur‟an dan mengingatkan

    manusia.” (HR. Muslim, No. 862)7

    Al-Qur-‗an adalah kitab dakwah dan pegangan hidup bagi seluruh

    umat Islam. Untuk memahami dengan benar tentang hakikat dakwah

    Islam, seseorang haruslah menguasai pemahaman Al-Qur‘an sebagai

    sumber pokok dakwah. Namun, Al-Qur‘an hanya dapat dipahami

    dengan benar melalui penafsiran yang juga benar.8 Terkait khutbah

    yang juga merupakan bentuk dari dakwah, khatib haruslah mampu

    menyampaikan khutbah yang mengacu pada penafsiran Al-Qur‘an

    yang dianggap benar. Hal tersebut akan membuat jama‘ah

    memahami Al-Qur‘an dengan benar dan yakin serta dapat

    melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Masyarakat Kecamatan Cikampek mayoritas memeluk agama

    Islam. Kewajiban dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT

    tetap diberikan kepada muslim dan muslimah di manapun, termasuk

    di Kecamatan Cikampek dan kapan pun termasuk saat bekerja.

    7 Muhammad Rifa‘i, Fiqih Islam, (Semarang:Karya Putra Thoha, 2011), h.154

    8 A. M. Ismatulloh, ―Metode Dakwah dalam Al-Qur‘an (Studi Penafsiran

    Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)‖, Lentera, Vol. IXX, No. 2 Desember 2014, h. 158

  • 4

    Masyarakat Kecamatan Cikampek memiliki beragam profesi, di

    antaranya sebagai karyawan pabrik.

    Karyawan pabrik memiliki 8 jam bekerja setiap hari, dengan

    tambahan waktu lembur di hari tertentu. Karyawan pabrik juga

    memiliki jadwal shift yang terus berganti setiap minggunya. Adanya

    jadwal tersebut dan beban kerja yang cukup berat membuat tenaga

    karyawan pabrik terkuras dan mengalami kelelahan. Sehingga

    mereka akan langsung beristirahat ketika sudah tiba di rumah.

    Seperti yang dikatakan Tarwaka bahwa 63% pekerja menderita

    kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi

    kecelakaan kerja.9 Berdasarkan hal tersebut, mereka sulit mengatur

    waktu untuk menuntut ilmu agama dalam pengajian-pengajian.

    Khutbah Jum‘at merupakan salah satu kesempatan bagi karyawan

    pabrik untuk mendapatkan wawasan ilmu agama bersamaan dengan

    kewajiban mereka melaksanakan shalat Jum‘at. Sang khatib yang

    ditunjuk di sni haruslah mampu memanfaatkan waktu tersebut untuk

    menyampaikan dakwah dengan baik dan tepat sasaran. Oleh karena

    itu, khatib haruslah memilah dan memilih topik atau tema khutbah

    yang akan disampaikan sesuai dengan sasaran yang ada, agar

    karyawan pabrik memahami apa yang disampaikan dan

    melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

    untuk meneliti bagaimana pemahaman khatib terhadap ayat Al-

    Qur‘an dalam ruang lingkup khutbah Jum‘at pada karyawan pabrik

    di kawasan Industri Kecamatan Cikampek.

    9 Tarwaka, Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Majalah

    Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Jakarta: XXI (4) dan XXII (1): 29-32.

  • 5

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,

    maka dapat diidentifikasi beberapa poin pembahasan seperti berikut:

    1. Adanya keharusan seorang khatib mengikuti rukun khutbah agar

    khutbah Jum‘at menjadi sah.

    2. Adanya keharusan menyampaikan nasihat yang berdasarkan ayat-

    ayat Al-Qur‘an

    3. Ayat-ayat Al-Qur;an perlu dipahami agar dapat disampaikan

    dengan tepat dan benar.

    4. Adanya kesempatan yang baik untuk menyampaikan dakwah

    untuk karyawan pabrik di kawasan industri.

    5. Khatib perlu menentukan tema dan menyusun materi yang tepat

    berdasarkan Al-Qur‘an pada khutbah Jum‘at untuk karyawan

    pabrik di kawasan industri.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi

    masalah pada pemahaman khatib terhadap ayat Al-Qur‘an dalam

    khutbah Jum‘at dan kesesuaian pemahaman tersebut dengan

    penafsiran ayat Al-Qur‘an oleh para ulama.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang disampaikan

    sebelumnya, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah

    bagaimana pemahaman khatib terhadap ayat Al-Qur‘an dalam ruang

    lingkup khutbah Jum‘at di kawasan Industri Kecamatan Cikampek

    dan kesesuaian pemahaman tersebut dengan penafsiran Al-Qur‘an

    oleh para ulama?

  • 6

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti memfokuskan

    penelitian ini pada tujuan-tujuan sebagai berikut:

    1. Mengetahui pemahaman khatib terhadap ayat-ayat Al-Qur‘an

    dalam khutbah Jum‘at.

    2. Mengetahui kesesuaian pemahaman khatib dengan penafsiran

    ayat Al-Qur‘an oleh para ulama.

    3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana agama

    (S.Ag) dan persyaratan untuk mengikuti wisuda.

    Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

    1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atas penelitian

    selanjutnya.

    2. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan mengenai cara

    memahami Al-Qur‘an yang dimiliki oleh para pengemban

    dakwah di kehidupan masyarakat.

    F. Kajian Terdahulu

    Terdapat beberapa karya yang membahas tentang penggunaan

    ayat-ayat Al-Qur‘an dalam kehidupan masyarakat, diantaranya

    adalah:

    1. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, 2018 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur‘an dan

    Tafsir, yang ditulis oleh Bazit Zainur Rokhman dengan judul

    ―Penggunaan Ayat Al-Qur‘an dalam Seremoni Keagamaan: Studi

    Pemahaman Khatib dalam Teks Khutbah Jum‘at di Yayasan

    Waqaf Paramadina Pondok Indah Jakarta Selatan‖. Penelitian ini

  • 7

    menguraikan mengenai penggunaan ayat-ayat Al-Qur‘an dalam

    khutbah Jum‘at di Yayasan Waqaf Paramadina Pondok Indah.10

    2. Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, 2017

    Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur‘an dan Tafisr, yang

    ditulis oleh M. Assyafi‘ Syaikhu Z dengan judul ―Karomahan :

    Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat Al-Qur‘an Dalam Praktek

    Karomahan di Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron

    Kabupaten Nganjuk.‖ Penelitian ini menguraikan penggunaan

    ayat-ayat Al-Qur‘an dalam olahraga pencak silat sebagai sebuah

    cara untuk mencapai khasiat tertentu, diantaranya untuk

    kekebalan tubuh, mencari barang yang hilang pengobatan fisik

    dan non fisik.11

    3. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, 2019 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur‘an dan

    Tafsir, yang ditulis oleh Makhliyatul Haq dengan judul

    ―Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur‘an dalam Khutbah Jum‘at di

    Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan‖. Penelitian ini

    menguraikan mengenai penggunaan ayat-ayat Al-Qur‘an dalam

    khutbah Jum‘at di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.12

    Dari beberapa karya di atas, peneliti menemukan pembahasan

    mengenai penggunaan ayat-ayat Al-Qur‘an dalam berbagai macam

    bentuk, akan tetapi peneliti belum menemukan pembahasan

    mengenai pemahaman ayat-ayat Al-Qur‘an yang disampaikan dalam

    10

    Bazit Zainur Rokhman, Penggunaan Ayat Al-Qur‟an dalam Seremoni

    Keagamaan: Studi Pemahaman Khatib dalam Teks Khotbah Jum‟at di Yayasan Waqaf

    Paramadina Pondok Indah Jakarta Selatan. (Skripsi, UIN Jakarta, 2018) 11

    M. Assyafi‘ Syaikhu Z, Karomahan : Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat

    Al-Qur‟an Dalam Praktek Karomahan di Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron

    Kabupaten Nganjuk. (Skripsi, IAIN Surakarta, 2017) 12

    Makhliyatul Haq, Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur‟an dalam Khutbah Jum‟at

    di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan. (Skripsi, UIN Jakarta, 2019)

  • 8

    khutbah Jum‘at dengan sasaran karyawan pabrik. Khatib haruslah

    memahami penafsiran ayat-ayat Al-Qur‘an oleh ulama dan

    kemudian membungkusnya agar dapat dicerna oleh sasaran

    dakwahnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti tentang hal

    tersebut, sehingga dapat diketahui sebagai masukan untuk

    menyampaikan dakwah dalam ruang lingkup dan sasaran yang

    berbeda.

    G. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif berupa penelitian

    lapangan (field research), yaitu penelitian yang datanya diperoleh

    dari informan dan data-data dokumentasi yang berkaitan dengan

    subjek penelitian, atau sering disebut (social setting).13

    2. Sifat Penelitian

    Penelitian ini bersifat deskriptif. Pola deskriptif menurut Best

    yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan

    menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.14

    Penelitian ini

    berusaha untuk menerangkan fenomena sosial tertentu.

    3. Sumber data

    Sumber data yang digunakan oleh peneliti terbagi menjadi dua,

    data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini

    adalah rekaman pelaksanaan khutbah Jum‘at dan wawancara serta

    teks panduan untuk khutbah Jum‘at.

    13

    Muhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Refrensi,

    2013), h. 6. 14

    Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,

    (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 157.

  • 9

    Adapun sumber data sekunder yaitu menggunakan kitab-kitab

    tafsir, ‗Ulum Al-Qur‘an, dan jurnal tafsir.

    4. Teknik pengumpulan data

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik dalam

    mengumpulkan data, yaitu:

    a. Observasi (pengamatan)

    Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

    mengamati secara langsung objek, situasi atau fenomena

    tertentu. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan

    mendengarkan dan mengamati secara langsung kegiatan

    khutbah Jum‘at.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan

    mendapatkan keterangan-keterangan lisan dari narasumber

    dengan saling berhadapan satu sama lain. Wawancara berguna

    untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi.

    c. Penelitian Dokumentasi

    Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk

    mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa

    catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

    rapat, lengger, agenda dan sebagainya.15

    Penelitian dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan

    dengan cara mengumpulkan teks khutbah.

    15

    Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis,

    (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 274

  • 10

    5. Teknik analisis data

    Analisis data yang digunakan setelah data terkumpul dalam

    penelitian ini, yaitu analisis data menurut Miles dan Hubermen, yaitu

    aktivitas dalam analisis data ini berupa merangkum, memilih hal-hal

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari tema

    dan polanya (Data Reduction), kemudian data disajikan dalam

    sebuah pola yang sesuai dengan kajian (data display), dan setelah itu

    ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis data

    deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

    remang-remang atau gelap menjadi jelas (conclusion drawing) atau

    (Verification).16

    Pada penelitian ini reduksi data yang dilakukan adalah reduksi

    data yang berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang

    didapat. Kemudian dibuat dan disajikan sebuah pola yang sesuai

    dengan rumusan masalah penelitian. Setelah itu, data siap untuk

    ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis data

    deskripsi.

    H. Sistematika Penulisan

    Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan rincian yang akan

    diuraikan sebagai berikut:

    Bab satu: menguraikan tentang penjabaran masalah mengenai

    penelitian pemahaman khatib terhadap ayat Al-Qur‘an dalam

    khutbah Jum‘at di kawasan Industri Cikampek berupa pendahuluan,

    latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

    16

    Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA,

    2008), h. 91-99.

  • 11

    masalah, tinjauan kajian terdahulu, metodologi penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    Bab dua: menguraikan tentang definisi umum atau teori yang

    mendukung terkait dengan penelitian pemahaman terhadap ayat Al-

    Qur‘an berupa pengertian, syarat-syarat, unsur dan Al-Qur‘an

    sebagai sumber dakwah. Selain itu, peneliti juga menguraikan

    tentang khutbah Jum‘at berupa pengertian, syarat-syarat, kondisi

    sosio-geografi serta khutbah Jum‘at sebagai metode dakwah

    penyampaian ayat Al-Qur‘an.

    Bab tiga: berfungsi menguraikan gambaran dan profil lokasi

    subyek penelitian yang terdiri dari profil kawasan industri

    Kecamatan Cikampek (sejarah, letak geografis dan kondisi sosio-

    geografis), dan masjid-masjid di kawasan industri Kecamatan

    Cikampek beserta dengan aktivitas-aktivitasnya.

    Bab empat: berfungsi menguraikan hasil penelitian dari masalah

    yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bab ini berisi

    tentang pemahaman ayat Al-Qur‘an dalam khutbah Jum‘at,

    diantaranya menguraikan komponen isi teks khutbah Jum‘at,

    pemahaman khatib terhadap ayat-ayat Al-Quran dan analisis

    pemahaman tersebut dengan penafsiran ayat Al-Qur‘an oleh para

    ulama.

    Bab lima: berisi tentang kesimpulan hasil penelitian yang telah

    dilakukan dan dijabarkan pada bab sebelumnya dan kritik serta saran

    untuk penelitian selanjutnya.

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG MEMAHAMI AYAT AL-QUR’AN

    DALAM KHUTBAH JUM’AT

    A. Arti Penting Memahami Al-Qur‘an

    1. Makna Memahami

    Memahami telah didefnisikan oleh begitu banyak ilmuwan.

    Dalam istilah Jerman, ―memahami‖ memiliki muatan makna yang

    sama dengan Verstehen. Memahami dibedakan dengan

    pemahaman. Menurut Nicholas Davey yang dikutip oleh

    Hardiman mengatakan bahwa pemahaman mengacu pada hasil,

    yaitu sesuatu yang telah ditangkap, sedangkan memahami

    mengacu pada proses, yaitu kegiatan menangkap, maka

    pemakaian kata kerja akan lebih memadai untuk melukiskan

    dinamika itu daripada kata pemakaian kata benda.1 Bertolak pada

    penuturan tersebut, memahami sebagai kata kerja lebih

    diutamakan dibandingkan pemahaman sebagai kata benda.

    Makna memahami umumnya didefinisikan melalui

    Hermeneutik. Seperti yang dituturkan oleh Hardiman bahwa

    konsep memahami dihubungkan dengan hermeneutik karena

    kegiatan inti hermeneutik adalah memahami atau-lebih khusus

    lagi-memahami teks.2 Terdapat enam definisi hermeneutika yang

    ada sejak tahun 1964 sampai sekarang. Keenam definisi tersebut

    masih berkontribusi dalam pemikiran hermeneutika kontemporer

    1 Hardiman, F Budi, Seni Memahami: Hermeneutik Dari Schleiermacher

    Sampai Derrida,, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2015) h. 31 2 Hardiman, F Budi, Seni Memahami: Hermeneutik Dari Schleiermacher

    Sampai Derrida,, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2015) h. 10

  • 13

    dan secara tidak langsung membagi hermeneutika secara garis

    besar menjadi 2 aliran.

    Salah satu representasi dari 2 aliran hermeneutika, yaitu Emilio

    Betti, pengarang teori interpretasi. Ia merupakan pengikut Dilthey

    yang bermaksud menyediakan sebuah teori umum tentang

    bagaimana ―obyektivasi‖ ekspresi manusia bisa ditafsirkan; dia

    menyatakan secara tegas otonomi obyek interpretasi dan

    mungkinnya ―obyektivitas‖ historis dalam membuat interpretasi

    yang valid.3

    Josef Bleicher yang dikutip oleh Fahmi dalam Jurnalnya

    menjelaskan bahwa Betti memaknai pemahaman sebagai ―sensus

    non est inferendus sed efferendus‖ (makna bukanlah diambil dari

    kesimpulan melainkan harus diturunkan), Betti menganggap

    hanya Auslegung (penafsiran objektif) sebagai bentuk sah dari

    penafsiran. Ini berbeda dengan Deutung dan “Speculative

    Deutung” (penafisran Spekulatif).4

    Namun, Emilio Betti juga berbicara tentang obyektivitas yang

    tidak melibatkan subyektivitas penafsir adalah suatu yang absurd.

    Tetapi, subyektivitas sang penafsir haruslah dapat menembus

    keasingan obyek. Atau dia mengambil alih hanya dalam

    memproyeksikan subyektivitas terhadap obyek interpretasi.5

    Dalam hal ini, Emilio Betti mengikuti pendapat Schleiermarcher

    yang menyatakan penafsiran memberlakukan kembali pikiran

    3 Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru Mengenai Interpretasi,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 52 4 Fahmi, Labib, Hermeneutika Emilio Betti dan Aplikasinya dalam

    Menafsirkan Sistem Kewarisan 2:1 pada Surat An-Nisa Ayat 11, Jurnal Studi dan

    Penelitian Hukum Islam, Vol 2, No.1, Oktober 2018, 143-173 , STSI Bina Cendekia

    Utama Cirebon 5 Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru Mengenai Interpretasi,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 63

  • 14

    pengarang yang menggiring kepada pengetahuan kembali apa

    yang ada pada asalnya diteliti oleh pengarang.6

    Aliran lain yang berbeda dari Emilio Betti direpresentasikan

    oleh Hans-Georg Gadamer, penulis Wahrheit und Methode.

    Palmer menjelaskan bahwa Gadamer, pengikut Heidegger,

    mengorientasikan pikirannya pada pernyataan yang lebih filosofis

    tentang apa pemahaman itu sendiri. Dia menyatakan dengan

    pendirian yang sama bahwa pemahaman adalah tindakan historis

    dan selalu terkait dengan masa sekarang.7 Pemahaman Gadamer

    cenderung mengarah kepada pemahaman yang subyektif karena

    dipengaruhi oleh sudut pandang dan pengalaman sang penafsir.

    Hal tersebut dapat terlihat jelas dalam uraian Gadamer atas

    konsep pra-struktur pemahaman Heidegger yang terdiri dari 3

    unsur yang dikutip oleh Darmaji dalam jurnalnya, yaitu Vorhabe,

    Vorsicht, dan Vorgriff. Heidegger mengatakan bahwa jika

    seseorang ingin memahami sesuatu ia membawa latar belakang

    tradisi yang telah ia miliki (Vorhabe). Selanjutnya, dalam

    membuat penafsiran, orang itu selalu dibimbing oleh cara

    tertentu. Maka dari itu dalam setiap tindak pemahaman ia selalu

    didasari oleh apa yang telah dilihat sebelumnya (Vorsicht). Unsur

    ketiga yang menjadi syarat pemahaman adalah konsep-konsep

    6 Fahmi, Labib, 2018, Hermeneutika Emilio Betti dan Aplikasinya dalam

    Menafsirkan Sistem Kewarisan 2:1 pada Surat An-Nisa Ayat 11, Jurnal Studi dan

    Penelitian Hukum Islam, Vol 2, No.1, Oktober 2018, 143-173 , STSI Bina Cendekia

    Utama Cirebon 7 Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru Mengenai Interpretasi,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 52

  • 15

    yang memberi kerangka awal yang diistilahkan dengan Vorgriff

    (fore-conception).8

    Berdasarkan syarat pemahaman tersebut, menurut Darmaji,

    Gadamer mengatakan seseorang yang ingin berusaha mengerti

    sebuah teks selalu dibimbing oleh suatu tindak proyeksi. Artinya,

    saat ia berhadapan dengan teks ia akan merancang makna-makna

    bagi keseluruhun teks tersebut begitu ia mulai menangkap

    beberapa makna ketika mulai mencermati teks.9

    Lebih lanjut Darmaji mengatakan gambaran tersebut tidak

    menyiratkan adanya ―obyektifitas‖ dalam penafsiran. Ini

    membawa konsensi juga bahwa tugas membaca teks akhirnya

    selalu akan kandas pada fakta bahwa di dalam membaca teks

    selalu hanya ada perkiraan-perkiraan. Maka, satu-satunya

    ―obyektifitas‖ hanyalah konfirmasi atas makna-makna yang

    sudah ada sebelumnya.10

    Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, makna memahami

    dalam Hermeneutika dijelaskan dengaan perbedaan pendapat oleh

    kedua tokoh yang bertolak pada pemahaman tokoh-tokoh

    hermeneutika sebelumnya. Makna memahami dapat dipandang

    sebagai suatu kegiatan yang obyektif dengan mendalami bahasa

    dan perasaan si pengarang dan juga dipandang sebagai kegiatan

    8 Darmaji, Agus. 2013, ―Dasar-Dasar Ontologis Pemahaman Hermeneutik

    Hans-Georg Gadamer, Refleksi, Volume 13, No.4, April 2013, Fakultas Ushulludin UIN

    Syarif Hidayatullah, h. 473 9 Darmaji, Agus. 2013, ―Dasar-Dasar Ontologis Pemahaman Hermeneutik

    Hans-Georg Gadamer, Refleksi, Volume 13, No.4, April 2013, Fakultas Ushulludin UIN

    Syarif Hidayatullah, h. 474 10

    Darmaji, Agus. 2013, ―Dasar-Dasar Ontologis Pemahaman Hermeneutik

    Hans-Georg Gadamer, Refleksi, Volume 13, No.4, April 2013, Fakultas Ushulludin UIN

    Syarif Hidayatullah, h. 474

  • 16

    yang subyektif karena dipengaruhi dengan adanya pemahaman

    terdahulu dan sudut pandang kekinian penafsir.

    2. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman Manusia

    Dalam pengertiannya, pemahaman merupakan kemampuan

    seseorang menangkap makna atas sesuatu yang dipelajari.

    Namun, kemampuan setiap orang atas hal tersebut juga berbeda-

    beda. Daryanto menjabarkan tingkat kemampuan menjadi tiga

    golongan, yaitu:11

    1) Translation (menerjemahkan), pengertian menerjemahkan

    bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke

    dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak

    menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang

    mempelajarinya 2) Interpretation (menafsirkan), menafsirkan

    dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan

    yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya,

    menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan

    sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok

    dalam pembahasan 3) Extrapolation (mengekstrapolasi),

    ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih

    tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu

    dibalik yang tertulis.

    Selain itu, jika dilihat dari pemahaman merupakan hasil dari

    kegiatan memahami yang selalu dihubungkan dengan

    hermeneutika, terdapat tiga makna dasar kosakata kata dasar

    hermeneutika, hermeneuein dan hermeneia. Palmer

    mendeksripsikan tiga benrtuk ini menggunakan bentuk verb dari

    hermeuein, yaitu (1) mengungkapkan kata-kata, misalnya ―to

    say‖, (2) menjelaskan, seperti menjelaskan sebuah situasi, (3)

    11

    H.M Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008) h.

    106

  • 17

    menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa asing.12

    Ketiga bentuk makna tersebut diwakilkan dalam bentuk kata kerja

    ―to Interpret‖, namun, ketiganya tetap mempunyai makna secara

    independen.

    Tingkatan tersebut menunjukkan batas untuk mencapai

    pemahaman yang lebih tinggi, sehingga mampu menangkap arti

    atau mendapatkan makna atas sesuatu. Namun, hal tersebut juga

    dapat dicapai dengan pertolongan dari Allah SWT dan usaha dari

    seseorang itu sendiri.

    3. Perlunya Pemahaman yang Baik dalam Berdakwah

    Dakwah telah diperintahkan kepada Rasulullah SAW sejak

    beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah menyeru dan

    mengajak umat manusia pada saat itu untuk bertauhid kepada

    Allah SWT dan memeluk agama Islam. Setelah itu, saat

    seseorang sudah memeluk agama Islam maka saat itu juga ia

    mengemban dakwah untuk menyeru manusia lainnya bertauhid

    kepada Allah SWT. Maka melalui dakwahlah, Islam dapat

    disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

    Dzikron Abdullah menjelaskan bahwa dakwah merupakan

    semua usaha untuk menyebarluaskan Islam dan merealisasikan

    ajarannya di tengah masyarakat dan kehidupannya agar mereka

    memeluk agama Islam dan mengamalkannya dengan baik.13

    Ajaran Islam dapat tersebar luas dengan baik apabila seorang

    pendakwah atau da‟i mempelajari dan memahami beberapa hal,

    12

    Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru Mengenai Interpretasi,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 15 13

    Abdullah, Dzikron., Metodologi Dakwah, (Semarang:Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo, 1989) h. 7

  • 18

    diantaranya sumber dakwah itu sendiri, kondisi sasaran atau

    obyek dakwah, penyusunan materi dakwah yang sesuai dan juga

    metode dakwah yang akan digunakan. Seperti yang dituturkan

    oleh Amin bahwa

    Objek dakwah dalam hal ini da‟i atau lembaga dakwah

    hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah yang

    professional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan oleh

    individual maupun kolektif, profesionalisme amat dibutuhkan,

    termasuk profesionalisme lembaga-lembaga dakwah baik

    penguasaan materi, maupun penguasaan terhadap metode,

    media dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk

    mencapai keberhasilannya.14

    Bertolak dari penjelasan di atas, maka pemahaman yang baik

    mengenai dakwah itu sendiri sangat diperlukan agar tujuan

    dakwah dapat tercapai. Hal tersebut dikarenakan pemahaman

    yang baik akan mengarah kepada penguasaan seorang da‟i

    terhadap dakwah yang dilakukannya.

    4. Al-Qur‘an Sebagai Sumber Dakwah

    Dakwah menyeru untuk bertauhid kepada Allah SWT.

    Perintah tersebut ada dalam Al-Qur‘an Surat An-Nahl ayat 125,

    ٍوًعظىًةَاْلٍىسىنىةًَ ًةَكىاٍلمى َبًاْلًٍٍكمى ًبيًلَرىبِّكى َسى َأىٍحسىنَيَۚ ّادٍعيًَإَلىَٰ اًدٍْليمَبًالًَِّتًَىيى ًإفَََّۚ ّكىجىَأَى ًبيًلًوَكىىيوى َأىٍعلىميَِبىنَضىلََّعىنَسى َىيوى (ٍَُِٓعلىميَبًاٍلميٍهتىًدينىََ)رىبَّكى

    Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan

    hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan

    mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah

    yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan

    Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

    14

    Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Hamzah, 2009) h. 13

  • 19

    Materi dalam dakwah yang disampaikan merupakan ideologi

    Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur‘an dan As-Sunnah.

    Allah SWT menurunkan Al-Qur‘an untuk menjadi petunjuk

    dan pedoman dalam bertauhid kepada-Nya. Selain itu, di dalam

    Al-Qur‘an terdapat petunjuk dan pedoman lain yang berkaitan

    dengan masalah aqidah, syariah dan akhlaq manusia di dalam

    kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT untuk

    mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

    Agar dapat dijadikan sebuah petunjuk dalam kehidupan, Al-

    Qur‘an sebagai sumber dakwah perlu dipahami oleh para da‟i.

    Ismanulloh mengatakan, Al-Qur‘an hanya dapat dipahami dengan

    penafsiran.15

    Para da‟i perlu mengacu kepada penafsiran Al-

    Qur‘an oleh para ulama saat melakukan dakwah agar mampu

    merelevansikannya dengan kehidupan modern dewasa ini.

    Selain itu, Al-Qur‘an juga menjelaskan di dalamnya tentang

    metode dan cara berdakwah dalam surat An-Nahl ayat 125

    tersebut. Dengan begitu, da‟i dapat menyesuaikan materi dakwah,

    metode dan cara berdakwah sesuai dengan kondisi mad‟u yang

    dihadapi sehingga mad‟u dapat memahami dan mengamalkannya

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Al-Qur‘an bukan hanya sebagai sumber dakwah, melainkan

    terdapat perintah di dalamnya dan mengatur bagaimana dakwah

    tersebut dijalankan.

    15

    A. M. Ismatulloh, ―Metode Dakwah dalam Al-Qur‘an (Studi Penafsiran

    Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)‖, Lentera, Vol. IXX, No. 2 Desember 2014, h. 158

  • 20

    B. Khutbah Jum‘at Sebagai Upaya Dakwah

    1. Definisi Khutbah

    Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia, khutbah berasal dari

    kata ―khataba”, ―yakhtubu”, yang artinya ―berpidato.‖16

    sedangkan menurut KBBI, pidato adalah ―pengungkapan pikiran

    dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak

    dengan wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan

    khalayak‖. Berdasarkan definisi tersebut khutbah berarti pidato

    berisi pesan dan pemikiran yang akan disampaikan kepada

    masyarakat.

    Hal yang sama juga dikatakan oleh Abdurrahman dalam

    Mu‘jam Al-Mushthalahat al-Alfadz Al-Fiqhiyyah bahwa

    ―khutbah adalah sebuah perkataan yang tersusun dan terkandung

    di dalamnya sebuah nasehat.‖17

    Sedangkan kata Jum‘at diartikan dalam KBBI yaitu hari ke-6

    dalam jangka waktu satu minggu. Kata Jum‘at dalam bahasa arab

    yakni Jumu‟ah. Kata Jumu‟ah memiliki keistimewaan dan

    keagungan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‘an

    surah Al-Jumu‘ah ayat 9-10:

    َذًٍكًرَاللًَّوَيىاأىيػُّهىاَالًَّذينىَآمىنيواًَإذىاَ َاْلٍيميعىًةَفىاٍسعىٍواًَإَلىَٰ ًةًَمنَيػىٍوـً نيوًدمىَلًلصََّلىًلكيمٍََۚ ّكىذىريكاَاٍلبػىٍيعَى رَهَذىَٰ يػٍ ةَيَقيًضيىتًََفىًإذىا(٩َ)ََتػىٍعلىميوفَىَكينتيمًٍََإفَلَّكيمٍََخى َالصََّلى

    ًثريناَلَّعىلَّكيٍمَتػيٍفًلحيوفىََريكاَيفَاٍْلىٍرًضَكىابٍػتػىغيواًَمنَفىٍضًلَاللًَّوَكىاذٍكيريكاَاللَّوىََفىانتىشًَ كى(ََُ)ّّ

    Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk

    menunaikan shalat Jum‟at, Maka bersegeralah kamu kepada

    16

    Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,

    (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.348 17

    Mahmud Abdurrahman, Mu‟jam Al-Mushthalahat al-Alfadz Al-Fiqhiyyah,

    (Kairo: Dar Al-Fadhillah, 1999) Juz ii, h. 39

  • 21

    mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu

    lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah

    ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan

    carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya

    kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu‘ah: 9-10).

    Berdasarkan penjelasan di atas khutbah Jum‘at merupakan

    khutbah yang berisi pesan dan nasehat yang dilaksanakan pada

    hari Jum‘at.

    Pengertian khutbah Jum‘at secara lengkap dijelaskan dalam

    Kamus Istilah Fiqih bahwa khutbah Jum‘at adalah pidato,

    ceramah, dan perkataan yang mengandung mauizhah dan

    tuntunan ibadah yang diucapkan oleh khatib dengan cara (syarat

    dan rukun) yang telah ditentukan oleh syara‘ untuk memberi

    pengertian kepada hadirin.18

    Berdasarkan penjabaran di atas, khutbah Jum‘at merupakan

    pidato yang berisi pesan atau nasehat yang dilaksanakan ketika

    shalat Jum‘at dengan syarat dan rukun tertentu.

    2. Syarat Sah dan Rukun Khutbah

    Pelaksanaan khutbah Jum‘at harus dipersiapkan mengacu

    kepada syarat dan rukun khutbah yang ada agar khutbah tersebut

    sah sesuai dengan tata cara yang Nabi Muhammad SAW

    contohkan. Praktek khutbah Jum‘at yang sudah dijalankan oleh

    para khatib sejak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW

    dijelaskan oleh Al-Khatib, yaitu

    begitu ia naik ke mimbar ia menghadapkan mukanya ke arah

    jamaah untuk mengucapkan salam lalu duduk. Seketika itu

    muazin mengumandangkan azan hingga selesai, kemudian

    18

    M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus,

    1994) h.165

  • 22

    khatib segera duduk dengan tenang antara dua khutbah, selama

    kira-kira satu kali bacaan surat Al-Ikhlas. Kemudian khatib

    berdiri lagi khutbah kedua sampai akhir, dan ditutup dengan

    doa dan salam.19

    Adapun syarat-syarat khutbah Jum‘at yang harus dipenuhi

    menurut Taqiyyuddin, sebagai berikut:

    (1) Waktunya setelah tergelincirya matahari, maka tidak sah

    mendahului waktu tersebut, (2) mendahulukan dua khutbah

    sebelum shalat, (3) khatib harus berdiri bagi yang mampu, (4)

    Duduk diantara dua khutbah dan wajib tuma‘ninah pada waktu

    duduk, (5) Suci dari hadas dan najis di dalam badan, pakaian

    dan tempat, (6) mengeraskan suara sampai kira-kira terdengar

    oleh empat puluh orang ahli jum‘ah dan jika tidak, asalkan

    maksud isi khutbah sudah dapat mengerti.20

    Sedangkan rukun dua khutbah berdasarkan hadist Nabi SAW

    yang dijelaskan oleh Marzuki, sebagai berikut:

    (1) Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT (HR Muslim, (2) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW,

    (3) Membaca syahadat, baik syahadat tauhid maupun syahadat

    Rasul (4) Berwasiat dengan takwa dan mengajarkan hal-hal

    yang perlu kepada pendengar, (5) membaca ayat Al-Qur‘an

    pada salah satu dari dua khutbah (HR Muslim), (6) Berdoa

    untuk kaum muslim baik laki-laik maupun perempuan pada

    khutbah kedua, meskipun ada sebagian ulama yang tidak

    mewajibkan doa ini.21

    3. Nilai Penting Pembacaan Ayat Al-Qur‘an dalam Khutbah Jum‘at

    Membaca Ayat Al-Qur‘an merupakan salah satu rukun

    khutbah Jum‘at yang harus dilaksanakan. Hal tersebut

    19

    Muhammad Khalil Al-Khathib, Khutbah-Khutbah Rasulullah (Jakarta:

    Darul Falah, 2003) h.8 20

    Imam Taqiyyuddin, Khifayah Al-Akhyar, (Semarang: Toha Putra, tt) h. 149 21

    Marzuki, ―Ibadah Jum‟at Dan Penyusunan Naskah Khutbah‖, dalam

    Pelatihan Khutbah, Maret 2006 (Yogyakarta: UKKI UNY, 2006) h. 4

  • 23

    sebagaimana hadist Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi,

    yaitu Jabir bin Samurah, yang berbunyi:

    َ اٍلقيٍرآفىَكىييذىكِّري اَيػىٍقرىأَي نػىهيمى َبػىيػٍ كىانىٍتَلًلنَِّبَِّصىلَّىَاللَّويَعىلىٍيًوَكىسىلَّمىَخيٍطبىتىاًفََيىًٍلسي

    النَّاسَىArtinya: Dari Jabir bin Samurah, beliau berkata: Nabi SAW

    melakukan dua khutbah, dimana beliau duduk di antara

    keduanya. Beliau membaca Al-Qur‟an dan mengingatkan

    manusia.22

    Dari hadist di atas dapat dilihat bahwa Rasulullah SAW ketika

    khutbah selalu membaca Al-Qur‘an dan setelahnya mengingatkan

    manusia kepada Allah SWT.

    Selain itu, khutbah Jum‘at juga merupakan salah satu aktivitas

    dakwah yang menyeru kepada Al-Qur‘an dan As-Sunnah sebagai

    sumber dakwahnya. Hal tersebut seperti yang dituturkan oleh

    Rofiah bahwa materi dakwah yang biasa disebut dengan ideologi

    dakwah, ialah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari Al-

    Qur‘an dan As-Sunnah.23

    Oleh karena itu, pembacaan ayat Al-Qur‘an sangat penting

    dalam khutbah Jum‘at karena hal tersebut merupakan sumber dari

    nasehat atau ajaran yang disebar luaskan dalam aktivitas dakwah.

    4. Penafsiran Al-Qur‘an Sebagai Syarat Pemahaman Khatib

    Khutbah Jum‘at sebagai salah satu bentuk dari kegiatan

    berdakwah, mengharuskan khatib memiliki wawasan dan

    pemahaman yang baik mengenai ayat Al-Qur‘an yang

    22

    Musthafa, Adib Bisri. Terjemahan Saheh Muslim, Jilid 2 (Semarang: CV

    Asy-Syifa, 1993) h. 16 23

    Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya Di Mata

    Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Press, 2010) h. 26

  • 24

    disampaikan. Menurut Ismatulloh, Al-Qur‘an hanya dapat

    dipahami dengan benar melalui penafsiran yang juga benar.24

    Oleh karena itu, khatib perlu mengacu kepada penafsiran Al-

    Qur‘an oleh para ulama.

    Penafsiran Al-Qur‘an yang sering dijadikan acuan dalam

    pemahaman masyarakat salah satunya ialah kitab tafsir Ibnu

    Katsir. Kitab Tafsir Ibnu Katsir banyak digunakan sebagai acuan,

    karena mudah dipahami. Menurut Adz-Zahabi dalam Maliki,

    Tafsir Ibnu Katsir menggunakan metode menafsirkan Al-Qur‘an

    dengan hadits, menafsirkan Al-Qur‘an dengan Al-Qur‘an,

    menafsirkan Al-Qur‘an dengan melihat ijtihad-ijtihad para

    sahabat dan Tabi‘in.25

    Metode tafsir tersebut lebih dikenal

    dengan tafsir bil Ma‟tsur. Ibnu Katsir pun telah menghasilkan

    banyak karya-karya intelektual. Oleh karenanya, banyak pujian

    yang diberikan kepadanya. Al-Suyuti mengatakan, ―Tafsir Ibnu

    Katsir merupakan tafsir yang tidak ada duanya. Belum pernah

    ditemukan kitab tafsir yang sistematika dan karakteristiknya yang

    menyamai kitab tafsir ini.‖26

    Berdasarkan penjelasan tersebut, penafsiran Al-Qur‘an oleh

    para ulama diperlukan bagi khatib dalam memahami Al-Qur‘an,

    salah satunya penafsiran Al-Qur‘an oleh ulama Ibnu Katsir.

    Penafsiran ulama Ibnu Katsir digunakan juga sebagai acuan oleh

    khatib dan penulis dalam menentukan kesesuaian pemahaman

    pada penelitian ini.

    24

    A. M. Ismatulloh, ―Metode Dakwah dalam Al-Qur‘an (Studi Penafsiran

    Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)‖, Lentera, Vol. IXX, No. 2 Desember 2014, h. 158 25

    Maliki, ―Tafsir Ibn Katsir: Metode Dan Bentuk Penafsirannya‖, Jurnal Ilmu

    Al-Qur‟an dan Tafsir, Volume 1 No.1 Januari-Juni 2018, El-Umdah, h. 74-86 26

    Anwar, Rosihon. Melacak Unsur-Unsur Israiliyat dalam Tafsir Ath-Thobari

    dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Pustaka Setia,1999) h. 74

  • 25

    BAB III

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Kecamatan Cikampek

    1. Kondisi Sosial dan Kependudukan

    Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang. Kecamatan

    Cikampek memiliki 56 sekolah yang terdiri dari 36 SD

    sederajat, 11 SMP sederajat dan 9 SMA/SMK sederajat,

    sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi belum tersedia.1 Lebih

    lanjut, pada bidang kesehatan, kecamatan Cikampek terdapat 3

    RS dan 1 RS Bersalin, sedangkan untuk rasio penggunaan KB

    terhadap PUS Kecamatan Cikampek memiliki nilai 72,77%.2

    Kecamatan Cikampek memiliki jumlah penduduk sebanyak

    99.427 jiwa dengan jumlah penduduk usia 18 tahun ke atas yang

    berarti penduduk usia kerja sebanyak 62.625 jiwa, jumlah

    pengangguran sebanyak 2.335 jiwa dan jumlah penduduk

    miskin sebanyak 17.737 jiwa.3

    Karawang yang merupakan salah satu kota yang akan

    menjadi sentra industri, dalam Laporan Kinerja Pemerintah

    Kabupaten Karawang Tahun 2017 mendata terdapat

    peningkatan rasio daya serap tenaga kerja melebih target yang

    ditetapkan, yaitu 75% dari 45% targetnya dikarenakan adanya

    perluasan industri di wilayah Karawang yang salah satu

    1 Badan Pusat Statistik Kabupaten karawang, Kecamatan Cikampek Dalam

    Angka 2019, (BPS Kabupaten Karawang, 2019) h. 12 2 Badan Pusat Statistik Kabupaten karawang, Kecamatan Cikampek Dalam

    Angka 2019, (BPS Kabupaten Karawang, 2019) h. 12 3 ―Pemerintahan Kabupaten Karawang Prop. Jawa Barat Indonesia: Profil

    Cikampek‖, Loc.cit.

  • 26

    diantaranya adalah industri di Kota Bukit Indah Cikampek.4

    Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan

    pesat rasio tenaga kerja terdapat pada sektor industri

    dibandingkan sektor lainnya.

    2. Kondisi Sosial – Geografis

    Masyarakat Kecamatan Cikampek memiliki berbagai

    aktivitas, diantaranya ada yang terlibat dalam kegiatan

    perdagangan, bidang industri, bidang pendidikan, keagamaan

    dan lain-lain.

    Masyarakat Kecamatan Cikampek memiliki penduduk

    mayoritas bergama Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari

    banyaknya bangunan masjid dan mushola berdasarkan tabel

    berikut ini:

    Tabel 3.0 Bidang Keagamaan

    No Tempat Ibadah Jumlah

    1 Masjid 67

    2 Musholla 99

    3 Gereja 4

    4 Vihara 1

    5 Majlis Taklim 136

    Total 307

    B. Gambaran Umum Kawasan Industri Indotaisei

    Kawasan Industri Indotaisei merupakan salah satu kawasan

    Industri yang berada di Karawang, tepatnya Kecamatan Cikampek.

    Seperti yang dilansir dalam satu sumber Industrial Estate, ―Kawasan

    Industri Indotaisei is developed by PT Indotaisei Indah Development

    (IID), Which is a joint venture company PT. Besland Pertiwi and

    4 Pemerintah Kabupaten Karawang, Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten

    Karawang Tahun 2017, h. 143

  • 27

    Taisei Corporation, Japan.”5 Kawasan Industri Indotaisei

    dikembangkan oleh PT.Indonesia Indah Development (IID), yang

    merupakan usaha bersama antara PT.Besland Pertiwi dan Taisei

    Corporation, Jepang.

    Kawasan Industri Indotaisei ini mempunyai luas sekitar 700 ha

    yang berada di Kota Bukit Indah Kalihurip Cikampek, Jawa Barat.

    Terdapat beberapa perusahaan yang berada di kawasan ini, yaitu:6

    Tabel 3.1 Nama Perusahaan di Kawasan Industri Indotaisei

    Nama Perusahaan

    1. PT. Sumi Rubber Indonesia

    7. PT. Indotaisei Indah

    Development

    2. PT. Prysmian Cables Indonesia

    8. PT. Amtek Engineering

    Jakarta Industries

    3. PT. Honda Precision Parts

    Manufacturing

    9. PT. Yamatogomu Indonesia

    4. PT. Honda Power Products

    Indonesia

    10. PT. Techno Wood Indonesia

    5. PT. Ishikawa Indonesia

    11. PT. Molten Alumunium

    Producer Indonesia

    6. PT. Daido Indonesia

    Manufacturing

    12. PT. Kanebo Indonesia

    Textile Mill

    5 Indonesia Industrial Estate Directory 2018-2019, ―Kawasan Industri

    Indotaisei‖, diakses dari https://Industrialestateindonesia.com/files/estates, pada 8 Juli

    2020 6 Daftar Perusahaan Indonesia.com, ―Daftar Perusahaan dan Industri Yang

    Beralamat dan Berkantor Di Indotaisei Industrial Estate‖, diakses dari

    https://daftarperusahaanindonesia.com/2010/01/daftar-perusahaan-dan-industri-yang-

    beralamat-dan -berkantor-di-indotaisei-industrial-estate/, pada 8 Juli 2020

    https://industrialestateindonesia.com/files/estateshttps://daftarperusahaanindonesia.com/2010/01/daftar-perusahaan-dan-industri-yang-beralamat-dan%20-berkantor-di-indotaisei-industrial-estate/https://daftarperusahaanindonesia.com/2010/01/daftar-perusahaan-dan-industri-yang-beralamat-dan%20-berkantor-di-indotaisei-industrial-estate/

  • 28

    C. Gambaran Umum Lokasi Masjid di Kawasan Industri Kecamatan

    Cikampek

    Pada penelitian ini, terdapat 2 masjid tempat dilaksanakannya

    sholat Jum‘at yang ditentukan sebagai sampel penelitian, yaitu

    Masjid Baitussalam dan Masjid Al-Huda. Pada masing—masing

    masjid, dilakukan 2 kali pengambilan kegiatan khutbah dengan

    jadwal yang bergantian setiap minggunya.

    1. Masjid Baitussalam

    Masjid pertama, yaitu Masjid Baitussalam. Masjid

    Baitussalam merupakan masjid pusat di Kawasan Industri

    Indotaisei. Masjid ini dipenuhi oleh jama‘ah yang bekerja di

    berbagai pabrik Kawasan Industri Indotaisei setiap minggunya,

    dan juga tempat mereka bekerja tidak mempunyai masjid atau

    pun mempunyai masjid namun tidak melaksanakan kegiatan

    sholat Jum‘at. Khatib yang diamanahkan untuk menyampaikan

    khutbah Jum‘at di masjid ini dijadwalkan secara bergantian

    setiap minggunya.

    Namun, masjid tersebut hanya menyelenggarakan kegiatan

    sholat Jum‘at dan sholat ashar. Setelah waktu tersebut, masjid

    akan ditutup karena sebagian karyawan sudah memasuki jam

    pulang kerja. Lokasi yang cukup jauh dari pemukiman warga

    juga mempengaruhi tidak adanya kegiatan tambahan di masjid

    tersebut selain hanya untuk melaksanakan shalat dzuhur, shalat

    Jum‘at dan shalat ashar bagi para karyawan pabrik. Para warga

    lebih tertarik datang ke mushola terdekat dengan rumahnya

    untuk melaksanakan pengajian-pengajian rutin.7

    7 Catatan Wawancara Tanggal 03 Januari 2020

  • 29

    Profil khatib yang mengisi khutbah Jum‘at di Masjid

    Baitussalam pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

    a. Arif Syarifhidayatullah

    Ustadz Arif memberikan khutbah pada tanggal 03 Januari

    2020. Namun, posisi beliau saat itu ialah menggantikan

    khatib utama yang tidak hadir untuk memberikan khutbah.

    Pekerjaan beliau sebenarnya adalah penjaga dan pengurus

    masjid Baitussalam. Sehingga pada hari itu, beliau diiminta

    untuk mengisi kekosongan jadwal khatib yang berhalangan

    hadir. Beliau lahir di Tasikmalaya, 07 Juni 1985 dan

    sekarang tinggal di Cibangun Kidul, Desa Ciherang, Jawa

    Barat. Beliau menempuh pendidikan di SD Cibangun kidul,

    lalu MTsN Cilendek dan kemudian melanjutkan ke Pondok

    Pesantren Nurul Munawar. Selain itu, beliau juga

    melanjutkan pengabdiannya ke Pondok Pesantren Bahrul

    Ulum di Tasikmalaya. Saat ini, aktivitas beliau adalah

    mengisi pengajian di Kabupaten Karawang dan menjadi

    imam serta khatib di masjid pusat, Masjid Baitussalam

    Kawasan Industri Indotaisei Cikampek.8

    b. Ade Hidayat

    Ustadz Ade Hidayat memberikan khutbah Jum‘at di

    Masjid Baitussalam, Kawasan Industri Indotaisei Cikampek

    pada tanggal 17 Januari 2020. Beliau merupakan pria

    kelahiran Karawang tanggal 06 Oktober 1979 dan saat ini,

    tinggal di Dusun Sukagalih, Desa Karanganyar, Karawang.

    Ust. Ade menempuh pendidikan formal dimulai pada tahun

    8 Catatan Wawancara Tanggal 03 Januari 2020

  • 30

    1985 di SD Curug II, SMPN Curug, lalu SMAN 1

    Purwakarta. Saat belajar di Sekolah Menengah Atas, beliau

    juga belajar di Pondok Pesantren Miftahul ‗Ula, Purwakarta.

    Setelah lulus, beliau melanjutkan belajarnya ke Pondok

    Pesantren Gontor Siman Ponorogo selama setahun. Pada

    tahun 1998, beliau melanjutkan studinya ke jenjang S1 di

    IAIC Tasikmalaya dan juga mengabdi secara bersamaan di

    Pondok Pesantren Ma‘arif Cipasung Tasikmalaya. Menjelang

    kelulusannya, beliau pindah dan belajar di Pondok Pesantren

    Al-Qur‘an Nurul Huda Tasikmalaya sampai tahun 2004.

    Setelah itu, beliau memutuskan menjadi Guru PAI di

    SMPN 2 Klari pada tahun 2005 sampai tahun 2009. Selama

    mengajar, beliau juga mempunyai aktivitas lain, seperti

    menjadi Imam dan khatib di DKM At-Taqwa dan Masjid PT.

    Hebel Klari. Selain itu, beliau menjadi Sekretaris MUI desa

    Karanganyar (2006), NU desa Curug (2007) dan anggota

    Forum Guru FTHSNI Karawang.9

    Pada tahun 2009, beliau melanjutkan studinya ke jenjang

    S2 di Universitas Pendidikan Indonesia dan menjadi salah

    satu anggota Dewan Dakwah (DDII). Setelah lulus, beliau

    mengabdi menjadi guru PAI di SDN 1 Curug lalu menjadi

    pembina PAUD Krajan 1 dan masih aktif menjadi anggota

    Dewan Dakwah sampai sekarang mengemban tugas

    menyampaikan dakwah salah satunya menjadi imam dan

    khatib di Masjid Baitussalam, Kawasan Industri Indotaisei

    Cikampek. Beliau menjadi Iman dan khatib di Masjid

    9 Catatan Wawancara Tanggal 17 Januari 2020

  • 31

    Baitussalam atas amanah dari lembaga dakwah yang menjadi

    afiliasinya.10

    2. Masjid Al-Huda

    Masjid kedua, yaitu Masjid Al-Huda. Masjid Al-Huda

    merupakan masjid yang berada di dalam pabrik PT. Honda

    Precision Parts Manufacturing. PT. HPPM mendirikan masjid

    secara mandiri dan menyelenggarakan berbagai kegiatan

    keagamaan bagi para karyawannya, salah satunya kegiatan shalat

    Jum‘at. Khatib yang diamanahkan untuk menyampaikan khutbah

    Jum‘at di masjid ini juga dijadwalkan secara bergantian setiap

    minggunya oleh ketua DKM Al-Huda.

    Selain itu, masjid yang dibangun khusus di dalam pabrik ini

    tentu juga punya program kegiatan keagamaan yang direncanakan

    khusus untuk para karyawannya. Selain pelaksanaan shalat

    Jum‘at, kegiatan lainnya yang diselenggarakan di masjid ini

    adalah pengajian untuk mengisi bulan Ramadhan.

    Profil khatib yang mengisi khutbah Jum‘at di masjid Al-Huda

    pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

    a. Alm. Atep Badrujaman

    Alm. Ustadz Atep Badrujaman memberikan khutbah di

    PT. HPPM pada tanggal 27 Desember 2020. Beliau

    merupakan pria kelahiran Garut, 4 Juni 1972 dan tinggal di

    Jalan Pondok Lele, Dawuan, Cikampek. Namun, saat

    penelitian ini dilakukan, beliau wafat pada bulan Januari

    2020. Peneliti mengetahui hal tersebut dari rekan almarhum

    yang juga salah satu khatib dalam penelitian ini, yaitu Ust.

    10

    Catatan Wawancara Tanggal 17 Januari 2020

  • 32

    Arif Syarifhidayatullah. Almarhum merupakan alumnus

    Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Garut pada tahun

    1991. Setelah lulus, Beliau merantau dan bekerja di daerah

    Tanjung Priuk, Jakarta selama beberapa tahun lamanya dan

    tidak pernah pulang ke kampung halamannya. Lalu, suatu

    ketika beliau mendapatkan kabar bahwa ayahnya jatuh sakit,

    beliau pun pulang ke kampung halaman. Pada saat itu,

    ayahnya merasa kecewa dan marah ketika melihat keadaan

    beliau yang hanya mementingkan urusan duniawi saja dan

    lupa akan ibadahnya kepada Allah SWT. Almarhum merasa

    tersinggung terhadap sikap ayahnya lalu memutuskan

    kembali ke Jakarta dan tidak ingin pulang lagi ke kampung

    halamannya. Namun, setelah berada di Jakarta, beliau

    mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dan Beliau pun

    menyesali perbuatannya. Pada saat itu, beliau bertekad untuk

    hijrah dan mendedikasikan hidupnya hanya untuk beribadah

    kepada Allah SWT sesuai keinginan ayahnya. Dalam proses

    hijrahnya, beliau mengatakan bahwa tidak berguru pada

    siapapun, hanya mengikuti hati dan hidayah dari Allah SWT

    saja.11

    Setelah berhijrah, beliau mendirikan masjid dan TPA

    Baetul Mu‘min di daerah Jalan Pondok Lele, Dawuan,

    Cikampek. Beliau menjadi tokoh yang dihormati dan

    disegani dalam lingkungan tempat tinggalnya. Beliau mengisi

    khutbah di PT. HPPM atas rekomendasi dari salah satu

    karyawan pabrik kepada pihak DKM yang mengatakan

    bahwa Almarhum merupakan tokoh agama yang disegani di

    11

    Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2020

  • 33

    salah satu kampung dekat PT. HPPM. Informasi tersebut

    peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan pihak DKM

    masjid Al-Huda.12

    b. Samsul Bahri

    Ustadz Samsul Bahri merupakan pria kelahiran

    Karawang, 01 Juni 1978. Beliau memberikan khutbah di PT.

    HPPM pada tanggal 10 Januari 2020. Saat ini Beliau tinggal

    di Bakan Jati, Cikampek Timur. Aktivitas beliau saat ini

    selain menjadi Imam dan Khatib di beberapa Masjid

    Kawasan Industri Karawang, yaitu menjadi pembina

    Komunitas Pengusaha Bebas Riba dan Pemuda NGOPI

    (Ngobrol Perkara Islam dan Iman) Cikampek. Beliau

    merupakan pendiri Pondok Yatim Maktabul Fataa Cikampek

    dan Pondok Al-Qur‘an Al-Bayyinah Cikampek. Beliau juga

    menjadi mitra badan wakaf Al-Qur‘an Jakarta. Sebelum itu,

    beliau mengabdi di Pondok Pesantren Al-Qudisiayah, Tegal

    Gubug, Cirebon. Kemudian beliau melanjutkan

    pengabdiannya ke Pondok Pesantren Jambu Babakan

    Ciwaringin, Cirebon, lalu kemudian ke Pondok Pesantren

    Hidayatullah, Karawang. Ustadz Samsul Bahri mengisi

    khutbah Jum‘at di PT. HPPM juga atas rekomendasi salah

    satu karyawan di pabrik tersebut kepada pihak DKM.13

    12

    Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2020 13

    Catatan Wawancara Tanggal 10 Januari 2020

  • 34

    BAB IV

    PEMAHAMAN AYAT AL-QUR’AN DALAM KHUTBAH JUMAT

    DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN CIKAMPEK

    Deskripsi data pada penelitian ini terdiri dari unsur-unsur pelaksanaan

    khutbah Jum‘at, seperti kesesuaian rukun khutbah, materi khutbah,

    metode khutbah, dan penggunaan ayat Al-Qur‘an. Hal tersebut

    merupakan unsur yang berkaitan dengan kegiatan dakwah dan

    pemahaman seorang da‟i yang dalam penelitian ini adalah pemahaman

    seorang khatib dalam menyampaikan khutbah di kawasan industri.

    A. Pemenuhan Rukun dan Alasan Pemilihan Tema Khutbah

    Khutbah Jum‘at memiliki rukun khutbah yang harus dipenuhi.

    Sahnya suatu khutbah Jum‘at bergantung pada rukun tersebut. Seperti

    yang dijelaskan oleh Marzuki, rukun dua khutbah berdasarkan hadist

    Nabi SAW, sebagai berikut:

    (1) Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT (HR Muslim,

    (2) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW, (3)

    Membaca syahadat, baik syahadat tauhid maupun syahadat

    Rasul (4) Berwasiat dengan takwa dan mengajarkan hal-hal

    yang perlu kepada pendengar, (5) Membaca ayat Al-Qur‘an

    pada salah satu dari dua khutbah (HR Muslim), (6) Berdoa

    untuk kaum muslim baik laki-laik maupun perempuan pada

    khutbah kedua, meskipun ada sebagian ulama yang tidak

    mewajibkan doa ini.56

    Penulis melakukan penelitian selama empat pekan terhadap 4

    khutbah yang disampaikan pada tanggal 27 Desember 2019, tanggal

    3, 10 dan 17 Januari 2020. Berikut tabel ringkasan dari isi khutbah

    yang telah disampaikan:

    56

    Marzuki, ―Ibadah Jum‟at Dan Penyusunan Naskah Khutbah‖, dalam

    Pelatihan Khutbah, Maret 2006 (Yogyakarta: UKKI UNY, 2006) h. 4

  • 35

    Tabel 4.0 Kesesuaian Tema dan Pemenuhan Rukun Khutbah

    No.

    Nama

    Khatib

    (inisial)

    Tema khutbah

    Pemenuhan Rukun

    Khutbah

    Ayat al-Qur‘an yang

    dibaca

    1 2 3 4 5 6

    1. AB Kematian dan Rasa Syukur

    kepada Allah

    QS 3:102, QS 23:99-

    100, QS 41:30, QS

    33:5657

    2. ASH Masa Depan Jmat Islam QS 2:21, QS 33:56,

    QS 3:110, QS 61:9,

    QS 2:19, QS 33:56.58

    3. SB Sabar menghadapi Musibah QS 2:21, QS 33:56,

    QS 3:102, QS 2:200,

    QS 2:155, QS 39:10.59

    4. AH Kejayaan Islam QS 59:7, QS 3:102,

    QS 24:55, QS 33:36.60

    Berdasarkan ringkasan khutbah pada tabel di atas, maka dapat

    dilihat bahwa para khatib memenuhi rukun khutbah, sehingga semua

    khutbah yang peneliti observasi dapat disimpulkan memenuhi

    tuntunan syari‘ah. Beberapa catatan di sini, terkait dengan pembacaan

    QS. 3:102 dan QS. 2:21 sebagai ajakan khatib kepada para jama‘ah

    untuk bertakwa kepada Allah SWT dapat dikatakan bahwa khatib

    telah memenuhi rukun khutbah pembacaan ayat Al-Qur‘an dan

    menyampaikan ajakan taqwa. Ayat tersebut selalu dibacakan di

    pembukaan ayat dan tidak pernah dijelaskan tafsir dari ayat tersebut.

    Begitu juga dengan ayat QS 33:56 yang selalu dibaca pada khutbah

    kedua yang mewakili ajakan takwa dan pembacaan ayat Al-Qur‘an.

    Jika khatib tidak membacakan ayat Al-Qur‘an lain setelahnya, maka

    khutbah tersebut tetap sah.

    57

    Teks Khutbah Tanggal 27 Desember 2020 58

    Teks Khutbah Tanggal 03 Januari 2020 59

    Teks Khutbah Tanggal 10 Januari 2020 60

    Teks Khutbah Tanggal 17 Januari 2020

  • 36

    1. Pemilihan Materi Khutbah

    Materi khutbah di dalamnya berkaitan erat dengan pemilihan

    tema khutbah. Pemilihan tema perlu mempertimbangkan sasaran

    (mad‟u) khutbah. Mad‟u akan lebih mudah memahami khutbah

    yang disampaikan jika tema khutbah berkaitan dengan kehidupan

    mereka. Selain itu, latar belakang dari mad‟u itu sendiri juga

    berpengaruh dalam pemilihan tema. Dapat dikatakan, pemilihan

    tema dipertimbangkan sesuai kebutuhan. Tema khutbah dalam

    penelitian ini dapat dilihat di dalam tabel 4.1 di atas.

    Terkait dengan pemilihan tema khutbah, para khatib

    menyatakan bahwa mereka mendapatkan hak untuk memilih tema

    khutbah yang akan disampaikan, meskipun perusahaan juga

    memberikan saran dan arahan untuk pemilihan tema. Hal tersebut

    berdasarkan salah satu penuturan ustadz AB saat ia menegaskan,

    ―[Tema khutbah yang disampaikan bertolak dari] Keinginan hati,

    tetapi tadi ada sedikit tambahan permintaan dari DKM juga.

    Namun, lebih sering bagaimana hati saya saja.‖61

    Permintaan

    pengurus DKM saat itu ialah menambahkan tema syukur kepada

    khatib yang semula hanya akan menyampaikan tema tentang

    kematian. Alasan penambahan tema tersebut karena pengurus

    DKM merasa khutbah Jum‘at tersebut adalah waktu yang tepat

    untuk mengingatkan karyawan agar bersyukur kepada Allah SWT

    karena bertepatan dengan diturunkannya upah bulanan beserta

    bonus tahunan dari perusahaan.

    Terkait dengan adanya penambahan tema khutbah yang ia

    sampaikan hari itu, Ustadz AB mengatakan ringkasan pemilihan

    tema khutbahnya, yaitu ―Karena kita harus sering mengingat

    61

    Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2019, lihat CAWAK1.A1.1

  • 37

    kematian, dan harus sering bersyukur ketika masih hidup. Jika

    sudah mati kita tidak bisa beribadah lagi.‖62

    Dalam memilih tema, selain berasal dari keinginan hati untuk

    menyampaikan nasehat tertentu, para khatib juga seringkali

    mempertimbangkan kondisi aktual masyarakat muslim. Hal

    tersebut dituturkan oleh Ustadz ASH, sebagaimana ia

    tuturkan,―Karna saya melihat umat Islam saat ini melemah, jadi

    saya ingin menguatkan iman kita jangan sampai kita terpecah

    belah sesama muslim, akibat kurangnya pemahaman, sehingga

    masing-masing merasa menjadi yang paling benar.‖63

    Khatib

    merasakan pada saat itu telah banyak terjadi konflik antar umat

    muslim di Indonesia dan juga konflik antar umat beragama.

    Kondisi kekinian kaum muslimin yang menjadi latar belakang

    pemilihan tema khutbah ini juga dituangkan oleh Ustadz ASH

    dalam teks khutbahnya,

    ―Hari ini umat Islam dilanda berbagai problematika. Mulai dari

    kemiskinan, tercerai berai, lemah, terhina, kebodohan, rusaknya

    pergaulan dan akhlak, dan sebagainya.‖64

    Sebagai fakta penguat, peneliti dapat pula ungkapkan bahwa

    latar belakang pemilihan tema khutbah yang mengacu pada

    kondisi kekinian masyarakat dapat dilihat dalam paparan khutbah

    Ustadz SB yang memilih tema khutbah sabar dalam menghadapi

    musibah. Tepat beberapa hari sebelum khutbah dilaksanakan

    telah terjadi bencana banjir yang cukup besar di berbagai daerah.

    Penjelasan di atas menjadi bukti bahwa khutbah ditentukan sesuai

    kondisi aktual masyarakat.

    62

    Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2019, lihat CAWAK1.A1.1 63

    Catatan Wawancara Tanggal 03 Januari 2020, lihat CAWAK2.A1.2 64

    Teks Khutbah Tanggal 03 Januari 2020

  • 38

    Selain itu, ada pula khatib yang mendasarkan tema khutbahnya

    dengan visi-misi lembaga dakwah yang menjadi afiliasinya.

    Seperti yang ditegaskan oleh Ustadz AH bahwa ia memilih tema

    tersebut ―Karna ada amanat dari lembaga dakwah kami‖.65

    Berdasarkan uraian di atas, tidak ada pertimbangan khusus dari

    para karyawan pabrik sebagai jama‘ah khutbah Jum‘at dalam

    pemilihan tema bagi khatib. Jikapun ada, maka hal tersebut hanya

    dilakukan atas saran dan rekomendasi pihak DKM dalam

    memilihkan tema yang pas dengan kondisi kekinian dan

    kebutuhan karyawan, bukan usulan langsung para karyawan. Di

    sini, model komunikasi dakwah dalam khutbah Jum‘at memang

    terkesan satu arah karena jama‘ah tidak pernah dilibatkan dalam

    pemilihan tema khutbah pada umumnya di masjid yang ada di

    Indonesia.

    Pemilihan materi khutbah juga tidak mempertimbangkan status

    khusus karyawan, yaitu khutbah tersebut dilakukan di dalam

    masjid yang berada di dalam kawasan khusus industri yang

    tertutup untuk umum. Para khatib mengaku bahwa tema yang

    disampaikan dalam khutbah bagi para karyawan pabrik maupun

    masyarakat biasa tidak terlalu dibedakan. Jikapun harus dicari

    perbedaannya, mungkin hanya dalam cara penyampaian dan

    durasi waktu khutbahnya saja. Seperti yang dituturkan oleh

    Ustadz SB, ‖Adapun materi yang saya sampaikan, tetap melihat

    kondisi saat itu. Mungkin ada perbedaan penyampaiannya, jeda

    waktu atau cara kita menyampaikannya. Pada intinya, materinya

    sama saja,…‖.66

    65

    Catatan Wawancara Tanggal 17 Januari 2020, lihat CAWAK4.A1.2 66

    Catatan Wawancara Tanggal 10 Januari 2020, lihat CAWAK3.A2.1

  • 39

    Hal senada juga diperkuat dengan pernyataan ustadz ASH,

    ―Pada intinya sama saja, karena terkadang saya tidak mau terlalu

    ribet jika banyak perbedaan dan terkadang ada permintaan dari

    pihak pabrik isi materinya ringan.‖67

    Terkait sumber bahan bacaan dalam penyusunan materi

    khutbah, sebagian besar khatib membaca berbagai referensi buku

    dan media-media Islam, lalu ada khatib yang memahaminya

    dengan kitab tafsir dan kitab hadist serta ada khatib yang

    memahaminya dengan berdiskusi bersama teman dakwahnya.

    Setelah memahami referensi tersebut, khatib menuangkannya

    dalam teks khutbah. khatib juga memberikan pemikirannya dalam

    penyusunan teks khutbah berdasarkan bacaan referensi yang telah

    diolah kembali dan pengalaman hidup yang telah didapatkan oleh

    khatib. Ustadz AH menyebut bahwa ia membaca semuanya,

    memahaminya, dan berdiskusi dengan teman-temannya di

    le