pelatihan operator wheel crane

51
WCO – 02 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

WCO – 02 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Page 2: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

i

KATA PENGANTAR

Kehadiran dan peranan alat-alat berat dalam Pembangunan Nasional tidak dapat dipungkiri

lagi. Dalam penggunaan alat-alat berat berbagai tuntutan besar harus dipenuhi, antara lain

produksi, kualitas dan kecepatan.

Mengingat tuntutan termaksud, ditambah dengan nilai atau harga alat-alat berat yang

demikian besar, maka operator alat-alat berat yang termasuk dalam penanggung jawab

tuntutan tersebut, perlu mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai yang digariskan

dalam SKKNI.

Operator Wheel Crane adalah salah satu dari mereka yang harus dapat memenuhi tuntutan

tersebut di atas. Kemampuan operator yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan

diperoleh dari pengalaman pengoperasian alat yang cukup serta pelatihan-pelatihan yang

diperlukan untuk mengisi kekurangan yang ada.

Buku atau modul ini merupakan suatu materi yang diperuntukkan bagi para peserta

pelatihan dan juga instruktur yang akan menanganinya.

Penulis sadar bahwa buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, apalagi mengingat

bahwa perkembangan teknologi dibidang alat-alat berat cukup pesat. Oleh karenanya

berbagai masukan termasuk koreksi terhadap buku ini sangat diharapkan demi

sempurnanya buku ini.

Atas segala sumbang saran dan masukannya penulis menyampaikan banyak terima kasih.

Jakarta, Desember 2005

Tim Penyusun

Page 3: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

ii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : OPERATOR WHEEL CRANE

TUJUAN PELATIHAN :

A. Tujuan Umum Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu mengoperasikan Wheel Crane

dengan benar dan aman melaksanakan pemeliharaan harian sesuai dengan petunjuk

pemeliharaan dan membuat laporan operasi.

B. Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama melakukan pemeliharaan dan

pengoperasian wheel crane

2. Melaksanakan pemeliharaan harian wheel crane sesuai dengan petunjuk

pemeliharaan

3. Melaksanakan pengoperasian wheel crane sesuai dengan aplikasi dan teknik operasi

yang benar untuk jenis pekerjaan suatu konstruksi

4. Membuat laporan operasi

Seri / Judul Modul = WCO – 02 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan mampu memahami peraturan

perundangan yang terkait dengan K3 dan dapat mengaplikasikannya di lapangan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :

1. Memahami dan mematuhi Peraturan Perundang-undangan (K3)

2. Mengetahui akan pentingnya Alat Pelindung Diri (APD)

3. Mengetahui akan pentingnya Perlengkapan Keselamatan Kerja (K3)

4. Mengoperasikan dan memelihara dengan Prosedur yang aman

5. Mematuhi rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Page 4: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

LEMBAR TUJUAN ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

DESKRIPSI SINGKAT ......................................................................................................iv

DAFTAR MODUL ............................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................vi

PANDUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. I – 1

I.1. Umum ........................................................................................................... I – 1

I.2. Sistem Manajemen K3 ................................................................................ I – 2

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN K3 ................................................. 2 – 1

2.1. Umum ........................................................................................................... 2 – 1

2.2. Peraturan Perundang-undangan, standarisasi dan pengawasan yang

berkaitan dengan K3. ................................................................................ 2 – 1

2.2.1. Undang-undang 2 – 2

2.2.2. Peraturan Pemerintah ..................................................................... 2 – 2

2.2.3. Peraturan & Keputusan Menteri Tenaga Kerja ............................... 2 - 2

BAB III ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ......................................................................... 3 -1

3.1. Umum ........................................................................................................... 3 – 1

3.2. Kewajiban Untuk Menyediakan Dan Memakai Alat Pelindung Diri ............ 3 – 2

3.3. Kebiasaan Untuk Menggunakan Pelindung ................................................ 3 – 2

3.3.1. Jenis Alat Pelindung Diri .................................................................. 3 – 3

3.3.2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Penggunaan APD ............ 3 – 8

3.3.3. Acuan / Standar yang dipakai ......................................................... 3 – 9

3.3.4. Contoh Alat Pelindung Diri dan pencegahan Kecelakaan ............. 3 – 10

BAB IV PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN

PERTAMA PADA KECELAKAAN ...................................................................... 4 – 1

4.1. Umum .......................................................................................................... 4 – 1

4.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 4 – 1

4.3. Pedoman Umum untuk penolong .............................................................. 4 – 2

4.4. Jenis kecelakaan ......................................................................................... 4 – 2

Page 5: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

iv

BAB V PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN WHEEL CRANE DENGAN

PROSEDUR YANG AMAN

5.1. Umum .......................................................................................................... 5 – 1

5.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara Umum .................................... 5 – 1

5.3. Meninggalkan Ruang operator .................................................................... 5 – 3

5.4. Memasuki / Naik dan Meninggalkan/ Turun dari Wheel Crane ................... 5 – 3

5.5. Pencegahan Kebakaran dari bahan bakar dan pelumas ........................... 5 – 3

5.6. Keselamatan Kerja pada Pekerjaan dengan Temperatur Tinggi ............... 5 – 4

5.7. Sebelum memulai Operasi .......................................................................... 5 – 4

5.8. Pemeliharaan Battery (Accu) ...................................................................... 5 – 8

BAB VI RAMBU-RAMBU KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ...................... 6 – 1

6.1. Umum ........................................................................................................... 6 – 1

6.2. Tanda dan Peringatan Keselamatan kerja .................................................. 6 – 1

6.3. Bahasa Isyarat dan lebel/Tanda Keselamatan Kerja dalam

Pengoperasian Wheel Crane ...................................................................... 6 – 2

6.3.1. Peringatan bila Meninggalkan Ruang Operator .............................. 6 – 5

6.3.2. Peringatan sebelum Mengoperasikan Wheel Crane ...................... 6 – 6

6.3.3. Peringatan untuk pengoperasian, Pemeriksaan & Pemeliharaan .. 6 – 6

6.3.4. Peringatan bila melewati Jaringan Tegangan Tinggi ...................... 6 – 6

6.3.5. Peringatan untuk Bahaya Minyak Pelumas .................................... 6 – 7

6.3.6. Peringatan untuk Penanganan Acumulator Bahaya Peledakan .... 6 – 7

6.3.7. Menjauh dari area Swing ................................................................. 6 – 7

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

v

DESKRIPSI SINGKAT

PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja “Operator Wheel Crane“

dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang

didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai,

elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan

batasan-batasan penilaian serta variabel-variabelnya.

2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan

dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan

sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan

Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan

pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan

dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan

kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul-modul

pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ yang dipergunakan sebagai bahan

pembelajaran dalam pelatihan „Operator Wheel Crane“.

DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. WCO – 01 Ethos Kerja

2. WCO – 02 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3. WCO – 03 Struktur dan Fungsi Wheel Crane

4. WCO – 04 Pemeliharaan Wheel Crane

5. WCO – 05 Pengoperasian Wheel Crane

6. WCO – 06 Laporan Operasi

Page 7: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. No. Gambar Judul Gambar

1. Gb. 3 - 1 Alat Pelindung Diri

2. Gb. 3 - 2 Safety Lock Lever

3. Gb. 3 - 3 Sabuk pengaman

4. Gb. 4 -1 Cara pernafasan buatan dari mulut ke mulut

5. Gb. 5 - 1 Safety Lock Lever

6. Gb. 5 - 2 Cara penggunaan sabuk pengaman

8. Gb. 5 – 4 Cara Turun naik dari Wheel Crane

Page 8: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

vii

PANDUAN PEMBELAJARAN

Page 9: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

viii

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN

No. Item Batasan Uraian Keterangan

1. Seri / Judul WCO – 02 = Keselamatan dan Kesehatan

Kerja 2. Deskripsi Modul ini membahas keselamatan kerja

selama pemeliharaan dan pengoperasian

Wheel Crane mengenai hal-hal berikut :

1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)

2. Memeriksa perlengkapan keselamatan

kerja

3. Menggunakan perlengkapan

keselamatan kerja

4. Melaksanakan pemeliharaan dan

pengoperasian Wheel Crane dengan

prosedur yang aman

3. Tempat kegiatan

Di dalam ruang kelas lengkap dengan

fasilitasnya

4. Waktu pembelajaran

2 jam pembelajaran 1 jam pela-

jaran = 45

menit.

Page 10: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

ix

B. PROSES PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah pembukaan :

• Menjelaskan/ pengantar

modul

• Menjelaskan TIK dan TIU,

pokok/ sub pokok bahasan

• Merangsang motivasi dan

minat peserta untuk aktif

mengerti proses belajar dan

dengan didukung pengalaman

bekerjanya dapat

memudahkan untuk

mendapat pengertian

• Waktu = 10 menit

• Mengikuti penjelasan TIU dan

TIK serta pokok dan sub

pokok bahasan dengan tekun

• Mengajukan pertanyaan, bila

ada hal yang kurang jelas

• OHT

2. Ceramah Bab I – Pendahuluan

• Memberikan penjelasan

mengenai K3

• Memberikan penjelasan

mengenai sebab dan

pencegahan kecelakaan

dalam pekerjaan.

• Waktu = 10 menit

• Mengikuti penjelasan dan

diskusi yang diadakan

• Mencatat hal-hal penting

• Mengajukan pertanyaan bila

perlu.

• OHT 1-01

Page 11: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

x

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

3. Menjelaskan Bab II – Peraturan

Perundang-undangan

• Memberikan penjelasan

mengenai Peraturan

Perundang-undangan

mengenai Keselamatan Kerja.

Waktu = 10 menit

• Mengikuti penjelasan dan

diskusi yang diadakan

• Mencatat hal-hal penting

• Mengajukan pertanyaan bila

perlu.

• OHT 2-01

• OHT 2-02

4. Menjelaskan Bab III – Alat

Pelindung Diri

• Memberikan Penjelasan

mengenai alat-alat pelindung

diri.

• Memberikan penjelasan

mengenai hal-hal yang bisa

dilakukan untuk menghindari

terjadinya kecelakaan.

Waktu = 15 menit

• Mengikuti penjelasan dan

diskusi yang diadakan

• Mencatat hal-hal penting

• Mengajukan pertanyaan bila

perlu.

• OHT 3-01

• OHT 3-02

• OHT 3-03

• OHT 3-04

• OHT 3-05

5. menjelaskan Bab 4 –

Perlengkapan Keselamatan

Kerja dan Pertolongan Pertama

pada kecelakaan

•memberikan penjelasan

mengenai perlengkapan

Keselamatan kerja dan

panduan umum untuk

penolong serta jenis-jenis

kecelakaan.

Waktu = 15 menit

• Mengikuti penjelasan dan

diskusi yang diadakan

• Mencatat hal-hal penting

• Mengajukan pertanyaan bila

perlu.

• OHT 4-01

• OHT 4-02

• OHT 4-03

Page 12: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

xi

6. Menjelaskan Bab 5 –

Pengoperasian dan

Pemeliharaan Wheel Crane

dengan Prosedur yang aman

• Menjelaskan cara – cara

Pengoperasian Wheel

crane dengan prosedur

yang aman

Waktu = 15 menit

• Mengikuti penjelasan dan

diskusi yang diadakan

• Mencatat hal-hal penting

• Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

• OHT 5-01

• OHT 5-02

• OHT 5-03

• OHT 5-04

7. Menjelaskan Bab 6 – Rambu-

rambu Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

• Memberikan pejelasan

mengenai rambu-rambu

Kesehatan dan

Keselamatan kerja.

Waktu = 15 menit

• Mengikuti penjelasan dan

diskusi yang diadakan

• Mencatat hal-hal penting

• Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

• OHT 6-01

• OHT 6-02

Page 13: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

xii

MATERI SERAHAN

Page 14: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Dalam pelaksanaan proses pekerjaan konstruksi dituntut penggunaan tenaga kerja

yang sangat dominan. Pada kenyataannya tingkat pendidikan pekerja dalam sektor

konstruksi relatif rendah bila dibandingkan sektor lain, misalnya sektor manufaktur.

Keadaan ini terjadi di Indonesia pada khususnya, maupun di negara-negara lain pada

umumnya. Tenaga kerja ini perlu untuk dilindungi, bukan hanya karena peraturan

yang mengharuskan, akan tetapi karena tenaga kerja adalah modal usaha yang perlu

dijaga dan dibina agar dapat memberi manfaat dan keuntungan perusahaan.

Setiap pelaksanaan tugas yang menuntut hasilnya (produknya) sesuai standar kinerja

tentunya memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan dinamis.

Karena SDM adalah salah satu unsur sumber daya mempunyai arti tersendiri, yaitu

SDM itu hidup ada akal pikiran dan kemauan. Sedangkan sumber daya lainnya,

uang, material, peralatan / mesin adalah barang mati dan akan ada artinya serta

berfungsi sebagaimana mestinya apabila ada campur tangan manusia.

Penggunaan tenaga kerja dalam jumlah besar dengan tingkat pendidikan relatif

rendah telah membuktikan bahwa sektor ini mempunyai andil yang cukup dominan

dalam hal timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit

akibat kerja tersebut pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya

tingkat pengetahuan pekerja yang kurang, kebiasaan buruk yang melekat pada diri

pekerja, kurang disiplin, kondisi tempat kerja yang kurang terawat dengan baik. Hal

ini bisa dicegah, dikendalikan, diminimalisir dan ditindaklanjuti dengan baik bila

perusahaan menggunakan suatu sistem tertentu, berupa sistem manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Selain itu pemerintah dalam hal ini Depnakertrans yang secara fungsionil mempunyai

tanggung jawab dalam penerapan K3 di tempat kerja serta harus melakukan

berbagai upaya agar K3 menjadi budaya kerja di setiap tempat kerja. Pelaksanaan

norma K3 merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, pengusaha,

pekerja serta masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan

pekerja, keselamatan aset produksi, kelangsungan bekerja dan berusaha dalam

kerangka pembangunan bekelanjutan. Kebijaksanaan penerapan K3 di perusahaan

harus terintegrasi dengan kebijaksanaan perusahaan secara menyeluruh sehingga

terjadinya kecelakaan dapat dihindari atau dicegah. Kecelakaan adalah kejadian tiba-

Page 15: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1-2

tiba yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan, dapat mengakibatkan kerugian

pada manusia, kehilangan harta benda dan kerusakan proses.

Penyebab kecelakaan kerja merupakan interaksi dari :

- Manusia

- Equipment

- Materials dan

- Environment.

Pencegahan kecelakaan secara umum dapat dilakukan dengan cara :

- Peraturan, standarisasi, pengawasan.

- Penelitian : teknis, medis, psikologis, statistik.

- Pendidikan, training/latihan.

- Persuasi, asuransi, penerapan butir-butir diatas.

1.2. Sistem Manajemen K3

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Manajemen K3) merupakan

rangkaian proses pekerjaan yang mempunyai siklus yang dimulai dari suatu

perencanaan, dilanjutkan dengan aplikasi, pemantauan terhadap aplikasi dan

peninjauan kembali terhadap perencanaan yang telah dibuat. Rangkaian tersebut

merupakan rangkaian tertutup dan mempunyai semangat adanya perbaikan

berkesinambungan. Bila proses tersebut diperhatikan dengan lebih seksama, maka

akan terlihat adanya perpaduan yang serasi antara pelaksanaan pekerjaan di

lapangan dengan pekerjaan administrasi di atas meja.

Pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang K3 telah menyusun manajemen K3

secara sistematis menjadi suatu sistem manajemen K3. Ada beberapa sistem

manajemen K3 telah diperkenalkan kepada masyarakat secara luas, diantaranya :

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Permenaker No.

5/1996,

2. Occupational Health and Safety Assessment Series 18001:1999 (OHSAS

18001:1999),

3. Construction Industry Occupational Health and Safety Management Systems

(COHSMS).

Tujuan dari penyusunan tulisan adalah para pembaca agar memahami konsep dasar

sistem manajemen K3.

Page 16: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2 -1

BAB II

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN K3

2.1. Umum

Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun

1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri oleh

Pemerintah Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada

dasarnya adalah bukan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-pesawat

uap tetapi untuk mencegah terjadinya kebakaran yang ditimbulkan akibat

penggunaan pesawat uap. Pelaksanaan terhadap pengawasannya pada waktu itu

diserahkan kepada instansi Dienst Van het Stoomwezen. Dengan berdirinya Dinas

Stoomwezen, maka untuk pertama kalinya di Indonesia pemerintah secara nyata

mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan.

Pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja Belanda

yang bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda. Pada waktu itu

perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang dijajah dianggap

bukan sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang

menjajah.

Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat dan disusul

dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut

menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi para pekerja dan

kecelakaan kerja bertambah sering terjadi.

Pada tahun 1905, akhirnya pemerintah mengeluarkan Staatsblad No. 521 yaitu

peraturan tentang keselamatan kerja yang disebut dengan nama Veiligheids

Reglement yang disingkat VR, dan kemudian diperbaharui pada tahun 1910 dengan

Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan oleh Dinas Stoomwezen.

2.2. Peraturan Perundang-undangan, standarisasi dan pengawasan yang berkaitan

dengan K3.

Dalam UUD’45 pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa ” Setiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan perlindungan yang layak bagi kemanusiaan” Hal ini berarti

bahwa pekerja itu harus layak bebas dari bahaya yang mengancam jiwa, dan bebas

dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat bekerja.

Peraturan Perundang-undangan K3 diantaranya adalah sebagai berikut :

Page 17: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2 -2

2.2.1. Undang-Undang :

Undang-Undang No 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang No 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120

mengenai Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

Undang-Undang No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan

terakhir Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan.

Sedangkan Undang-Undang yang dibuat pada jaman kolonial Belanda adalah

: Undang-Undang Uap (Stoom Ordonantie, stbl no 225 tahun 1930.

2.2.2. Peraturan Pemerintah :

Selain perundang-undangan, maka Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan

Pemerintah (PP) :

- PP No 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, Penyimpanan

dan Penggunaan Pestisida.

Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan untuk melindungi keselamatan

manusia, lingkungan sumber-sumber kekayaan lainnya akibat pestisida.

- PP No 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan

Kerja dibidang Pertambangan.

- PP No II tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan

Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

PP ini banyak mengatur tentang pengawasan dibidang ini yang merupakan

pelaksanaan UU No I tahun 1970 dan PP No 19 tahun 1973.

- PP No 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek.

- Keputusan Presiden No 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul

Karena Hubungan Kerja.

2.2.3. Peraturan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja:

Beberapa Peraturan/Keputusan Menteri Tenaga Kerja adalah :

1 Keputusan/Peraturan yang mengatur tempat kerja,

a. P.M.P. No 7 tahun 1964 tentang syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan,

serta penerangan dalam tempat kerja.

b. Kepmen Tenaga Kerja No 51/ Men/ 1979 tentang NAB Faktor Fisika.

c. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan

Kerja.

Page 18: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2 -3

2 Mengatur Tenaga Kerja.

a. Permen Tenaga Kerja No 01 tahun 1976 tentang wajib Pelatihan

Hiperkes bagi dokter Perusahaan.

b. Permen Tenaga Kerja No 1 tahun 1979 tentang Wajib Pelatihan

Hiperkes bagi Paramedis Perusahaan.

c. Permen Tenaga Kerja No. 02 tahun 1980 tentang Pemeriksaan

Kesehatan Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.

d. Permen Tenaga Kerja No 2 tahun 1982 tentang Klasifikasi Juru Las

e. Permen 04 tahun 1987 tentang Tata Cara Pembentukan P2K3 dan

Pengangkatan Ahli K3.

f. Permen Tenaga kerja No 01 tahun 1988 tentang syarat-syarat dan

Kualifikasi Operator Pesawat Uap.

3. Mengatur Peralatan dan Bahan,

a. Permen Tenaga Kerja No 1 tahun 1980 tentang K3 Konstruksi

Bangunan.

b. Permen Tenaga Kerja No 04 tahun 1980 tentang Syarat-syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

c. Permen Tenaga Kerja No 01 tahun 1982 tentang Bejana Tekan

d. Permen Tenaga Kerja No 02 tahun 1983 tentang Instalasi Aliran

Kebakaran Otomatik.

e. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1985 tentang K3 Pemakaian Asbes.

f. Permen Tenaga Kerja No 4 tahun 1985 tentang K3 Pesawat Tenaga

dan Produksi.

g. Permen Tenaga Kerja No 5 tahun 1985 tentang K3 Pesawat Angkat dan

Angkut.

h. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1986 tentang Syarat-syarat K3

ditempat kerja yang mengelola pestisida.

i. Permen Tenaga Kerja No 02 tahun 1989 tentang Penga- wasan

Instalasi Penyalur Petir.

j. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1999 tentang Syarat K3 Lift untuk

Pengangkutan Orang dan Barang.

k. Permen Tenaga Kerja No 187 tahun 1999 tentang Ahli K3.

Page 19: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2 -4

4. Mengatur Prosedur, Tata Cara dan System,

a. Permen Tenaga Kerja No 1 tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor

PAK.

b. Permen Tenaga Kerja No 2 tahun 1992 tentang Tata cara Penunjukan

Kewajiban dan Kewenangan Ahli K3.

c. Permen Tenaga Kerja No 4 tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa K3.

d. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan

dan Pemeriksaan Kecelakaan.

e. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1984 tentang Pengawasan

Ketenagakerjaan Terpadu.

f. Permen Tenaga Kerja No 5 tahun 1996 tentang SMK3.

5. Surat Edaran,

a. SE Menakertrans No 1 tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin dan

Ruang Makan.

b. SE Manaker No 1 tahun 1997 tentang NAB Faktor Kimia.

Page 20: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -1

BAB III

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

3.1. Umum

Keselamatan kerja adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam lingkungan

kerja karena hal tersebut merupakan modal utama kelangsungan suatu pekerjaan.

Kecelakaan dalam pengoperasian alat-alat besar sering kali terjadi karena

kesalahan manusia yang tidak disiplin menerapkan peraturan keselamatan kerja

selama melaksanakan pemeliharaan dan pengoperasian alat-alat berat, oleh sebab

itu operator maupun orang-orang yang berhubungan langsung atau berada pada

lingkungan kerja tersebut diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri untuk

menghindari atau meminimkan resiko terjadinya kecelakaan. Kesadaran akan

bahaya atau resiko terjadinya kecelakaan akibat tidak memakainya alat pelindung

diri oleh operator, karyawan ataupun orang-orang yang behubungan langsung

dengan lingkungan kerja tersebut harus di tumbuhkan oleh perusahaan.

Dinegara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan Alat

Pelindung Diri ini sangat kurang sehingga menurut data yang ada pada Jamsostek

lebih dari 8000 kecelakaan terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari ada

kecelakaan kerja terjadi , itu baru yang dilaporkan ke Jamsostek untuk memperoleh

santunan, belum lagi yang didiamkan atau kecelakaan yang tidak berakibat fatal

yang kadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh kontraktor untuk menghindari

masalah dengan pihak yang berwajib ( Polisi dan Depnaker ). Kerugian yang

ditimbulkan oleh kecelakaan kerja ini cukup besar disamping biaya pengobatan

terganggunya jadwal pekerjaan, waktu kerja yang hilang dan berkurangnya aset

nasional berupa tenaga kerja yang trampil.

Banyak para kontraktor yang secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk

menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai dengan alasan tidak

dianggarkan dalam proyek dan dalam usahanya untuk mengejar target keuntungan

yang sebesar-besarnya. Padahal dengan menyediakan APD ini kontraktor justru

dijaga dari pengeluaran tak terduga yang timbul dari kecelakaan kerja sehingga

target keuntungan yang akan diraih takkan berkurang.

Pemerintah dalam hal ini dengan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja No. 1 tahun 1970 telah mewajibkan kepada pihak pengelola pekerjaan untuk

menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dan mewajibkan kepada para pekerja untuk

memakainya dan peraturan ini diperkuat lagi dengan Peraturan-peraturan dari

Page 21: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -2

Menteri yang terkait seperti Peraturan Menaker dan Pekerjaan Umum yang

membuat Pedoman Keselamatan Kerja bagi pekerjaan Konstruksi.

Penggunaan Alat pelindung Diri yang standar sangat diperlukan , karena banyak

kasus dimana pekerja yang sudah memakai Alat Pelindung Diri masih bisa terkena

celaka karena penggunaan Pelindung yang tidak standar.

3.2. Kewajiban Untuk Menyediakan Dan Memakai Alat Pelindung Diri

Disamping bahwa kesadaran menyediakan dan memakai Alat pelindung Diri itu bagi

Pengurus/Pengusaha dan Pekerja merupakan keuntungan kepada mereka,

Pemerintah dalam hal ini telah mewajibkannya dalam undang-undang .Kewajiban

untuk menyediakan bagi Pelaksana (Pengurus ) pekerjaan menyediakan dan

memakai Alat Pelindung Diri bagi para pekerja ada pada Undang-Undang

Keselamatan Kerja No, 1 tahun 1970.

3.3. Kebiasaan Untuk Menggunakan Pelindung

Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah

tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu

hendaknya diimbangi dengan kesungguhan Kontraktor menerapkan aturan

penggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa segi yang perlu perhatian dan

pemecahan sekaligus :Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri

seperti helm, sepatu kerja dan ikat pinggang pengaman memang kurang

menyenangkan pekerja. Memanjat dengan memakai sepatu bahkan akan

terasa kurang aman bagi yang tidak terbiasa, mula-mula terasa memperlambat

pekerjaan. Memakai sarung tangan juga mula-mula akan terasa risih. Memang

diperlukan waktu agar menggunakan alat pelidung diri itu menjadi kebiasaan.

Tetapi yang penting pada akhirnya harus terbiasa.

• Diperlukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan

mengenakan sanksi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung

tersebut.

• Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah

dianggarkan oleh Kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan

prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan

menggantikan alat pelindung diri oleh Kontraktor.

Page 22: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -3

3.3.1. Jenis Alat Pelindung

Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri dan

jasa lain, digunakan juga dalam dunia Konstruksi, karena dunia

konstruksi bukan hanya untuk membangun fasilitas baru tetapi digunakan

pula dalam pemeliharaan dan perbaikan suatu fasilitas yang masih

berjalan.

a. Pelindung Kepala

Untuk pelindung kepala selalu digunakan Helm Pengaman (Safety

Helmet), yang berguna untuk menghindari risiko kejatuhan benda-

benda tajam dan berbahaya. Peralatan atau bahan kecil tetapi berat

bila jatuh dari ketinggian dan menimpa kepala bisa berakibat

mematikan. Kecelakaan yang menimpa kepala sering terjadi

sewaktu bergerak dan berdiri dalam posisi berdiri atau ketika naik

ketempat yang lebih tinggi. Terutama bila ditempat yang lebih tinggi

pekerjaan sedang berlangsung. Aturan yang lebih keras pada daerah

seperti ini harus diberlakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang

memasuki area tersebut. Upaya ini ditambah leflet-leflet peringatan

tertulis yang jelas dan mudah terbaca.

Jenis Helm yang digunakan juga harus standar. Ada standar nasional

dan ada juga standar internasional. Juga cara pemakaiannya harus

betul, tali pengikat ke dagu harus terpasang sebagaimana mestinya

sehingga tidak mudah terlepas.

b. Pelindung Kaki

Sepatu Keselamatan (Safety shoes) untuk menghindari kecelakan

yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau kayu,

terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar pada

waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja pada pekerjaan

tanah dan pengecoran beton.

Pada umumnya di pekerjaan konstruksi, kecelakaan kerja terjadi

karena tertusuk paku yang tidak dibengkokkan, terpasang vertical di

papan sebagai bahan bangunan yang berserakan ditempat kerja.

Ada beberapa jenis sepatu kerja :

• Sepatu keselamatan (safety shoes) agar aman dari kejatuhan

benda.

• Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air.

Page 23: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -4

• Sepatu untuk memanjat.

• Sepatu untuk pekerjaan berat.

• Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan

bahan sejenis.

c. Pelindung Tangan

Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera

lecet atau terluka pada tangan seperti pekerjaan pembesian fabrikasi

dan penyetelan, pekerjaan las, membawa barang-barang berbahaya

dan korosif seperti asam dan alkali.

Banyak kecelakaan luka terjadi di tangan dan pergelangan dibanding

bagian tubuh lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak,

terkelupas, terpotong, memar atau terbakar bisa berakibat vatal dan

tidak dapat lagi bekerja. Diperlukan pedoman penguasaan peralatan

teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti Sarung Tangan.

Pekerjaan-pekerjaan yang yang memerlukan pelindung tangan

misalnya adalah :

• Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar,

tajam atau permukaan menonjol.

• Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau

zat- zat seperti aspal dan resin beracun.

• Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik.

Ada berbagai sarung tangan yang dikenal antara lain :

▪ Sarung Tangan Kulit

▪ Sarung Tangan Katun

▪ Sarung Tangan Karet untuk isolasi

Sarung Tangan Kulit digunakan untuk pekerjaan pengelasan ,

pekerjaan pemindahan pipa dll

Sarung Tangan Katun digunakan pada pekerjaan besi beton ,

pekerjaan bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki

tangga untuk pekerjaan ketinggian.

Sarung Tangan Karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak

ada yang robek agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik.

Page 24: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -5

d. Pelindung Pernafasan

Beberapa alat pelindung pernafasan (masker) diberikan sebagai

berikut, dengan penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi di

lapangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan :

1). Masker Pelindung Pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman

(Shade of Lens) yang disesuaikan dengan diameter batang las

(welding rod )

a). Untuk welding rod 1/16” sampai 5/32” gunakan shade no.10

b). Untuk welding rod 3/16 sampai ¼ “ gunakan shade no 13

2). Masker Gas dan Masker Debu adalah alat perlindungan untuk

melindungi pernafasan dari gas beracun dan debu.

Dalam pekerjaan di proyek banyak terdapat pekerjaan yang

berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau gas yang berasal

dari :

• Peralatan pemecah dan batu.

• Kecipratan pasir.

• Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes.

• Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi

zinkum, nikel atau cadmium.

• Cat semprot.

• Semburan mendadak.

Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun,

pelindung pernafasan harus segera dipakai. Jenis Pelindung

Pernafasan yang harus dipakai tergantung kepada bahaya dan

kondisi kerja masing-masing. Juga diperlukan latihan cara

menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk pihak

berwenang untuk peralatan Pelindung Pernafasan ini.

Bekerja di ruang tertutup seperti gudang atau ruangan bawah tanah

ada kemungkinan terdapat bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-

bahan yang rapuh wajib pula menggunakan perlindungan

pernafasan.

Page 25: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -6

Juga terdapat alat Pelindung Pernafasan jenis setengah muka yang

terdiri atas :

• Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu

diganti secara berkala.

• Pelindung Pernafasan dari gas dan asap.

• Filter kombinasi penahan gas dan asap.

Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka

memakai filter yang bisa melindungi mata maupun muka.

Pelindung Pernafasan yang lain ialah yang melindungi seluruh muka

yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan merupakan jenis

yang terbaik, terutama bila di tempat kerja kurang dapat oksigen.

Udara dalirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada iklim

panas alat ini terasa sejuk dan menyenangkan. Alat ini lebih mandiri

tapi memerlukan pelatihan cara memakainya sesuai dengan petunjuk

pabrik pembuatnya.

e. Pelindung Pendengaran

Pelindung Pendengaran (ear plug) untuk mencegah rusaknya

pendengaran akibat suara bising diatas ambang aman seperti

pekerjaan plat logam. (batas nilai ambang batas akan diterangkan

dalam modul kesehatan)

f. Pelindung Mata

Kaca Mata Pelindung (Protective glasses) untuk melindungi mata dari

percikan logam cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata

pelindung untuk pekerjaan menggerinda dan pekerjaan berdebu

Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan.

Kecelakaan yang mengenai mata seringkali terjadi dalam:

• Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu,

pembetonan dan memasang bata dengan tangan atau alat kerja

tangan menggunakan tenaga listrik

• Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat.

• Penutupan atau penyumbatan baut.

• Menggerinda dengan tenaga listrik.

• Pengelasan dan pemotongan logam.

Page 26: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -7

Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan,

kebocoran atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair.

Persoalan yang banyak terjadi adalah, kemalasan tukang untuk

memakai pelindung, alat tidak cocok, atau memang alatnya tidak

tersedia sama sekali di proyek.

g. Tali Pengaman & Sabuk Keselamatan (Safety belt)

Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari ketinggian.

Pencegahan utama ialah tersedianya jaring pengaman. Tetapi untuk

keamanan individu perlu Ikat Pinggang Pengaman/Sabuk Pengaman

(Safety Belt) yang wajib digunakan untuk mencegah cidera yang lebih

parah pada pekerja yang bekerja diketinggian ( > 2 m tinggi ).

Contoh jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan Tali Pengaman :

• Pekerjaan perawatan pada bangunan struktur seperti jembatan.

Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali

Pengaman, diperlukan petunjuk dari pihak yang kompeten

tentang tali pengaman yang paling cocok untuk suatu jenis

pekerjaan.

Termasuk cara penggunaan dan perawatannya. Tali Pengaman

yang lengkap harus selalu dipakai bersama Ikat Pinggang

Pengaman.

Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adalah :

Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan

cara meloncat.

Harus cukup kuat menahan berat badan.

Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas

tempat kerja.

Demikianlah Alat Pelindung Diri yang umum dipakai dan sifatnya

lebih mendasar. Karena diluar itu sangat banyak sekali ketentuan-

ketentuan yang harus diingat baik bila mengerjakan sesuatu,

menggunakan peralatan tertentu dan menangani bahan tertentu.

Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan melalui sistim pelatihan,

kecelakaan yang diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri

seperti ini akan jauh berkurang. Sebab dalam sistim pelatihan

Page 27: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -8

diajarkan cara menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa

membahayakan. Hampir semua pekerja tukang kita tidak pernah

dibekali pengetahuan melalui sistim pelatihan. Hanya memupuk

pengalaman sambil langsung bekerja.

Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja

tentang pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh

lebih berhasil bila merupakan program dalam paket pelatihan sejak

berstatus calon pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan

penyebab angka kecelakaan kerja bidang konstruksi di Indonesia

termasuk tinggi.

Disamping alat pelindung diri diatas pekerja harus berpakaian yang

komplit sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditanganinya seperti

tukang las harus dilengkapi jaket/rompi kulit tetapi minimum harus

memakai kaos dan celana panjang.

3.3.2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD

Alat Pelindung Diri akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai

secara baik dan benar .

a. Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki

SNI atau standar internasional lainnya yang diakui.

b. Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan

walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat.

c. Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar.

d. Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidak

nyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan

untuk menolak memakainya

e. Alat Pelindung Diri tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau

memang terasa tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau

pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut.

f. Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.

g. Semua pekerja,pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi

harus memakai alat pelindung diri yang diwajibkan seperti Topi

Keselamatan dll.

Page 28: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -9

3.3.3. Acuan / standar yang dipakai.

Apabila kita membeli Alat Pelindung diri kita akan berpedoman kepada

standar industri yang berlaku, belilah hanya barang yang telah

mencantumkan kode SNI (Standar Nasional Indonesia) atau JIS untuk

barang buatan Jepang, ANSI, BP dsb tergantung dari negara asal

barang untuk kebutuhan proyek dan dinyatakan laik untuk pekerjaan

yang dimaksud.

Dibawah ini beberapa contoh standar alat pelindung diri dan SNI dan

standar internasional lainnya.

Helmet ( Topi Pengaman ) : ANSI Z 89,1997 standard

Sepatu Pengaman (Safety Shoes) : SII-0645-82,DIN4843,Australian

Standard AS/NZS 2210.3.2000,

ANSI Z 41PT 99,SS 105,1997.

Sabuk Pengaman : EN 795 Class C ANSI OSHA

Banyak lagi standar-standar yang diberlakukan di negara maju , tetapi

yang lebih penting kalau kita memakai produk dalam negeri, ujilah

ketahanannya terhadap suatu beban yang akan diberikan kepadanya

dengan toleransi keamanan minimum 50 %.

Pertimbangan ini diambil karena mungkin bagi kontraktor kecil dan

menengah akan menjadi beban keuangan bila harus menyediakan

produk import untuk pekerjanya.

Perlu juga dipertimbangkan daya tahan dan kwalitas yang dipakai bisa

untuk beberapa proyek atau periode pekerjaan sehingga beban

keuangan akan terasa menjadi lebih ringan.

Page 29: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -10

1

2

3

4

5

6

Safety Belts with a shock absorber

A shock absorber

Hook

Buckle

Belt

3.3.4. Contoh alat pelindung diri (APD) dan pencegahan terjadinya

kecelakaan

1. Pelindung kepala

2. Pelindung pernafasan (masker)

3. Pelindung mata

4. Pelindung telinga

5. Pelindung tangan (sarung tangan)

6. Pelindung kaki

Pencegahan terjadinya Kecelakaan

Sedangkan hal-hal yang bisa dilakukan untuk menghindari atau

meminimkan resiko terjadinya kecelakaan adalah sebagai berikut :

a. Harus diyakini bahwa semua pelindung dan penutup berada pada

posisinya dengan baik. Apabila ada yang rusak harus segera

diperbaiki

b. Jangan memakai pakaian yang berminyak (oli) karena merupakan

barang yang mudah terbakar.

c. Hindarkan pemakaian pakaian kerja yang terlalu longgar, barang

perhiasan dan rambut panjang terurai. Barang – barang dan rambut

tersebut dapat terlibat tuas atau komponen yang berputar dan dapat

menyebabkan kecelakaan besar dan kematian.

d. Selalu menggunakan peralatan

keselamatan kerja seperti tuas

pengunci (Safety Lock Lever) 1 dan

sabuk keselamatan secara benar

e. Penggunaan yang keliru dari peralatan

keselamatan kerja dapat

Gambar 3.1. Alat Pelindung Diri

Gambar 3.2. Safety Lock Lever

Page 30: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3 -11

mengakibatkan kecelakaan besar atau

kematian

f. Alat pemadam kebakaran yang berada

pada unit WHEEL CRANE agar

diperiksa ketersediaannya dan

diperiksa masa pakainya, jangan

sampai kadaluarsa

g. Kelengkapan/isi kotak P3K diperiksa

dan harus diyakini bahwa obat-obatan

yang tersedia masih dalam batas waktu

pakainya, tidak kadaluarsa.

Gambar 3.3. Sabuk Pengaman

Page 31: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 1

BAB IV

PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA

PADA KECELAKAAN (P3K)

4.1. Umum

Suatu kecelakaan kerja dapat saja terjadi menimpa operator atau orang sekitarnya

pada saat pengoperasian dan tindakan pertama adalah memberikan pertolongan

sesegera mungkin sebelum penderita mendapat perawatan medis lebih lanjut dari

ahlinya (rumah sakit, poliklinik)

Dari sisi peraturan keselamatan kerja, hal tersebut merupakan hak setiap tenaga kerja

untuk mendapatkan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan kerja dan oleh sebab

itu pihak perusahaan diwajibkan menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama

tersebut dalam kotak P3K di masing-masing alat.

Disamping itu perlu ada suatu pelatihan khusus dalam menangani kecelakaan kerja

tersebut, sehingga pada saat terjadi kecelakaan telah dapat dilakukan pertolongan

pertama dengan baik.

4.2. Maksud dan Tujuan

1. PPPK diselenggarakan untuk memberikan pertolongan permulaan yang diperlukan

sebelum penderita dibawa ke Rumah Sakit/Poli Klinik terdekat.

Pertolongan pertama ini memegang peranan yang penting, karena tanpa

pertolongan pertama yang baik, korban mungkin tidak akan tertolong lagi kalau

harus menunggu pengangkutan ke Rumah Sakit.

2. Mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kematian, jika bahaya tersebut sudah

ada seperti pada korban yang shock, terjadi pendarahan yang luar biasa atau pada

korban yang pingsan.

3. Mencegah bahaya cacat, baik cacat rohani ataupun cacat jasmani

4. Mencegah infeksi, artinya berusaha supaya infeksi tidak bertambah parah yang

disebabkan perbuatan – perbuatan atau pertolongan yang salah.

5. Meringankan rasa sakit.

Page 32: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 2

4.3. Pedoman Umum Untuk Penolong

1. Menilai situasi

a. Perhatikan apa yang terjadi secara cepat tetapi tenang;

• Apakah korban pingsan, henti jantung atau henti nafas

• Apakah korban mengalami perdarahan atau luka

• Apakah korban mengalami patah tulang

• Apakah korban mengalami rasa sangat sakit yang berlebihan

• Apakah korban mengalami luka bakar

b. Perhatikan apakah ada bahaya tambahan yang mengancam korban atau

penolong

c. Ingat jangan terlalu berani mengambil resiko, perhatikan keselamatan diri

penolong

2. Mengamankan tempat kejadian :

• Lindungi korban dari bahaya

• Jika perlu mintalah orang lain untuk membantu atau laporkan kepada bagian

terkait (misal 118 atau Rescue Team Perusahaan)

3. Memberi pertolongan

a. Rencanakan dan lakukan pertolongan berdasarkan tujuan P3K sebagai berikut

• Menciptakan lingkungan yang aman

• Mencegah kondisi korban bertambah buruk

• Mempercepat kesembuhan

• Melindungi korban yang tidak sadar

• Menenangkan korban/penderita yang terluka

• Mempertahankan daya tahan tubuh korban menunggu pertolongan yang

lebih tepat dapat diberikan

b. Jika pertolongan pertama telah dilakukan, maka segera angkut korban tapi

jangan terburu-buru atau serahkan pertolongan selanjutnya kepada yang lebih

ahli atau bagian yang bertugas menangani kecelakaan atau kirim ke Dokter

atau rumah sakit terdekat.

Page 33: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 3

4.4. Jenis Kecelakaan

1. Kecelakaan Yang Dapat Membawa Maut

a. Coma (collapse)

Gejala – gejalanya :

• Keluar keringat dingin

• Pucat

• Denyut nadi lemah

• Telinga berdengking

• Mual

• Mata berkunang – kunang

• Badan lemas

Cara pertolongannya :

• Tidurkan penderita terlentang dengan kepala agak direndahkan

• Longgarkan pakaiannya

• Usahakan agar penderita dapat bernafas dengan udara segar

• Kalau ada beri selimut agar badannya menjadi hangat

• Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat

b. Shock (gugat)

Hal ini disebabkan oleh suatu keadaan yang timbul karena jumlah darah yang

beredar dalam pembuluh darah sangat berkurang yang dapat disebabkan oleh :

• Perdarahan keluar atau ke dalam

• Luka bakar yang luas yang menyebabkan banyak cairan/serum darah yang

keluar

Tanda-tandanya :

• Nadi berdenyut cepat, lebih 100 kali/menit kemudian melemah, lambat dan

menghilang

• Pernafasan dangkal dan tidak teratur

• Bila keadaan tambah lanjut penderita jadi pingsan

• Penderita pucat dan dingin

• Penderita merasa mual, lemas, mata berkunang

• Pandangan hampa dan tidak bercahaya

Page 34: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 4

Pertolongan :

• Baringkan penderita ditempat yang udaranya segar dan kepala lebih rendah

dari kaki

• Bersihkan mulut dan hidungnya dari sumbatan

• Hentikan perdarahan bila ada

• Longgarkan pakaian penderita

• Kalau ada berikan selimut agar penderita menjadi hangat

• Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau Rumah Sakit terdekat

• Jangan memberi minum

c. Pingsan

Fungsi otak terganggu sehingga penderita tidak sadar

Gejala :

• Penderita tidak sadar, tidak ada reaksi terhadap rangsangan

• Penderita berbaring dan tidak bergerak

• Pernafasan dan denyut nadi dapat diraba

Pertolongan :

Baringkan penderita di tempat teduh dan segar.

Apabila mukanya merah, kepalanya ditinggikan, dan apabila pucat baringkan

tanpa alas kepala.

• Pakaiannya dilonggarkan

• Penderita jangan ditinggalkan seorang diri dan perlu dijaga

• Tenangkan bila gelisah

• Kalau ada, berikan selimut agar badannya menjadi hangat

• Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau Rumah Sakit terdekat

d. Mati Suri

Yaitu keadaan pingsan dimana peredaran darah dan pernafasan tidak

mencukupi lagi.

Keadaan ini sudah merupakan keadaan yang gawat, karena penderita berada

diantara pingsan dan mati.

Gejala :

• Pernafasan tidak tampak dan nadi tidak teraba

• Pupil melebar dan tidak menyempit dengan penyinaran

• Muka pucat dan kebiru-biruan

Page 35: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 5

Cara Pertolongan :

• Baringkan terlentang dan longgarkan pakaian penderita

• Hilangkan semua barang yang dapat menyumbat pernafasan

• Berikan pernafasan buatan.

Pernafasan buatan adalah suatu usaha mencoba agar paru-paru penderita

dapat bekerja kembali dengan cara mengembang dan mengempiskan paru –

paru itu. Selanjutnya di kirim ke Dokter atau Rumah Sakit terdekat

e. Pendarahan

Dilihat dari sudut keluarnya darah, pendarahan ada 2 macam yaitu :

• Pendarahan keluar

• Pendarahan ke dalam

Dilihat dari sudut macamnya pembuluh darah yang putus, pendarahan ada 3

macam yaitu :

• Perdarahan pembuluh nadi (arterial)

• Pendarahan pembuluh balik (vena)

• Pendarahan pembuluh rambut (capiler)

Untuk memberikan pertolongan terhadap penderita yang mengalami

pendarahan dapat dilakukan dengan bermacam - macam cara diantaranya :

Cara pertama :

• Penderita didudukan atau ditidurkan tergantung dari hebatnya pendarahan

• Bagian tubuh yang mengalami luka ditinggikan

• Hentikan pendarahan dengan menekan anggota bagian diatas luka

• Bersihkan luka dari kotoran yang ada

• Letakkan diatas luka, sepotong kain kasa steril berlipat dan tekan sampai

darah berhenti keluar, kemudian pasang pembalut tekan (plester).

Gambar 4.1.

Cara pernafasan buatan dari mulut ke mulut

Page 36: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 6

Untuk pendarahan yang hebat ditangan atau kaki dapat digunakan cara

torniquet (torniket, penarat darah).

Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran daerah di bawahnya

terhenti sama sekali.

Perhatikan bila menggunakan penarat darah :

• Tiap 10 menit harus dikendorkan dengan memutar kayunya

• Memasang penarat darah antara luka dan jantung

• Penderita yang dikorniket harus segera dibawa ke Rumah Sakit untuk

pertolongan lebih lanjut dan harus mendapat prioritas pertama

• Harus dicatat jam berapa penarat darah dipasang dan dibuka

• Cara torniket ini hanya dianjurkan bagi mereka yang sudah menguasai

f. Luka-luka

Luka adalah adanya jaringan kulit yang terputus atau rusak oleh suatu sebab.

Menurut sebabnya dapat dikenal bermacam - macam luka yaitu sebagai

berikut :

• Luka memar kena pukul

• Luka gores

• Luka tusuk

• Luka potong

• Luka bacok

• Luka robek

• Luka tembak

• Luka baker

g. Memberikan pertolongan kepada penderita yang mengalami luka pada

dasarnya adalah :

• Menghentikan pendarahan

• Mencegah infeksi

• Mencegah kerusakan lebih lanjut

• Menggunakan cara yang memudahkan/ mempercepat penyembuhan

Page 37: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4 - 7

4.5. Kelengkapan dan obat-obatan dalam kotak P3K

a. Mercurochroom

Penggunaan : Untuk anti septik (anti infeksi) pada luka–luka dalam

Cara penggunaan : Untuk mengobati luka–luka yang tidak dalam, lecet–lecet.

Luka/lecet yang kotor dibersihkan dahulu, lalu diolesi

mercurochroom, jika luka–lukanya tidak berair biarkan dalam

keadaan terbuka saja, tidak usah dibalut.

b. Sulfanilamid powder steril

Penggunaan : Sebagai anti septik (anti infeksi) pada luka dalam

Cara penggunaan : Taburkan sulfanilamid powder steril pada luka–luka terutama

luka dalam, lalu ditutup dengan kain steril 16 x 16 dan

dibalut atau diplester.

c. Larutan Rivanol

Penggunaan : Sebagai anti septik (anti infeksi)

Cara penggunaan : Mengobati luka–luka yang kotor dengan jalan

mengompres.Gunakan kasa steril 16 x 16, basahi dengan

larutan rivanol dan kompreskan diatas luka, lalu dibalut.

d. Levetraan Zalf

Penggunaan : Untuk mengobati luka bakar

Cara penggunaan : Oleskan levetraan zalf diatas luka bakar, tutup dengan kain

steril 16 x 16, kemudian luka dibalut atau diplester.

Page 38: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 - 1

BAB V

PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN WHEEL CRANE

DENGAN PROSEDUR YANG AMAN

5.1. Umum

Masalah keselamatan kerja dalam pengoperasian dan pemeliharaan alat – alat besar

menjadi prioritas untuk selalu diperhatikan oleh para pelakunya yaitu operator dan

mekanik alat – alat berat.

Hampir semua kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktaatan dalam

melaksanakan peraturan yang mendasar dari keselamatan kerja dalam pengoperasian

dan pemeliharaan alat – alat besar. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sebaiknya

Operator Wheel Crane memahami dan mengikuti petunjuk keselamatan kerja dan

memenuhi beberapa tanda peringatan yang terdapat pada buku petunjuk dan juga

yang terpasang pada unit alatnya sebelum melakukan pengoperasian dan

pemeliharaan. Disisi lain pada setiap tempat yang strategis dan mudah dilihat selalu

terpampang tanda peringatan “UTAMAKAN KESELAMATAN” atau “SAFETY FIRST”

tersebut harus selalu memperhatikan keselamatan kerja, baik untuk dirinya sendiri,

peralatan yang dioperasikan dan orang lain beserta lingkungan disekitarnya.

5.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Umum

5.2.1. Ketentuan

a. Untuk melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan WHEEL CRANE ini

hanya diperbolehkan bagi tenaga yang telah terlatih dan diberi kewenangan

untuk melakukan hal tersebut.

b. Tidak di perbolehkan mengoperasikan WHEEL CRANE apabila tidak sehat

(sakit) atau mengantuk karena habis minum obat atau setelah minum –

minuman keras. Mengoperasikan dalam keadaan seperti ini akan berakibat

buruk dalam penguasaan diri dan dapat menimbulkan kecelakaan.

c. Apabila bekerja sama dengan orang lain atau dengan seseorang yang

mengatur lalu lintas ditempat kerja, harus diyakini bahwa orang – orang

tersebut memahami bahasa isyarat yang dipahami di tempat kerja tersebut.

d. Harus selalu mematuhi semua peraturan dan rambu-rambu K3

Page 39: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 - 2

5.2.2. Peralatan Keselamatan Kerja

a. Harus diyakini bahwa semua pelindung dan penutup berada pada posisinya

dengan baik. Apabila ada yang rusak harus segera diperbaiki

b. Selalu menggunakan peralatan keselamatan

kerja seperti tuas pengunci (Safety Lock

Lever) 1 dan sabuk keselamatan secara

benar

c. Penggunaan yang keliru dari peralatan

keselamatan kerja dapat mengakibatkan

kecelakaan besar atau kematian

d. Alat pemadam kebakaran yang berada pada

unit WHEEL CRANE agar diperiksa

ketersediaannya dan diperiksa masa

pakainya, jangan sampai kadaluarsa

e. Kelengkapan/isi kotak P3K diperiksa dan

harus diyakini bahwa obat-obatan yang

tersedia masih dalam batas waktu pakainya,

tidak kadaluarsa.

5.2.3. Alat Pelindung Diri (APD)

a. Hindarkan pemakaian pakaian kerja yang terlalu longgar, barang perhiasan

dan rambut panjang terurai. Barang – barang dan rambut tersebut dapat

terlibat tuas atau komponen yang berputar dan dapat menyebabkan

kecelakaan besar dan kematian.

b. Jangan memakai pakaian yang berminyak (oli) karena merupakan barang

yang mudah terbakar.

c. Kenakan topi pengaman, kacamata pelindung, masker dan sarung tangan

pada saat mengoperasikan dan melakukan pelaksanaan pemeliharaan.

Harus selalu memakai pelindung (masker),

topi pengaman dan sarung tangan bila

menghadapi pekerjaan dengan metal tajam

yang tersebar atau material lancip/tajam

terutama bila memasang pin dengan

tumbukan palu dan bila membersihkan

elemen saringan udara dengan hembusan

udara bertekanan.

Gambar 5.1. Safety Lock Lever

Gambar 5.2. Cara Penggunaan Sabuk Pengaman

Gambar 5.3. Alat Pelindung Diri

Page 40: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 - 3

d. Periksa semua peralatan pelindung berfungsi dengan baik sebelum

peralatan tersebut digunakan.

5.3. Meninggalkan Ruang Operator

a. Apabila berdiri dari tempat duduk operator, selalu memposisikan tuas pengunci

(safety lock lever) 1 dengan benar pada posisi lock. Bila operator menyentuh tuas

operasi sedangkan tuas kendali belum dikunci maka komponen kerja secara tiba –

tiba akan bergerak dan menyebabkan kecelakaan atau menyebabkan kerusakan

b. Apabila akan meninggalkan WHEEL CRANE,

fungsikan tuas pengunci 1 ke posisi Lock, kemudian

matikan engine gunakan kunci pintu untuk mengunci

mengamankan alat (WHEEL CRANE), kemudian

cabut kuncinya yang menjadi tanggung jawab

operator untuk menyimpannya.

5.4. Memasuki/Naik Dan Meninggalkan/Turun dari WHEEL CRANE

a. Tidak boleh melompat bila akan masuk atau meninggalkan WHEEL CRANE dan

jangan keluar atau masuk bila alat sedang jalan.

b. Bila akan masuk atau meninggalkan alat, hadapkan muka ke alat dan gunakan

tangga dan steps untuk menjaga keselamatan, agar dijaga tiga titik tumpu anggota

badan (dua kaki, satu tangan, atau dua tangan satu kaki) bertumpu pada tangga

atau steps untuk menunjang kekuatan/kestabilan operator dalam posisi tersebut

c. Untuk menghindarkan bahaya dari tergelincir dan

bahaya lainnya, agar tempat pijakan dan pegangan

dibersihkan dari material yang membahayakan

d. Jangan memegang suatu tuas operasi atau tuas

pengunci apabila masuk atau keluar mesin (WHEEL

CRANE)

5.5. Pencegahan Kebakaran Dari Bahan Bakar Dan Pelumas

Bahan bakar, pelumas dapat terbakar dengan nyala api. Bahan bakar merupakan

bahan yang mudah terbakar dan dapat membahayakan.

Agar dapat diikuti persyaratan berikut ini :

a. Jauhkan nyala api atau korek api dari bahan yang mudah terbakar

b. Matikan engine dan dilarang merokok pada saat mengisi bahan bakar

c. Kencangkan semua penutup bahan bakar dan pelumas

Gambar 5.4. Cara naik/turun dari Wheel Crane

Page 41: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 - 4

d. Pilih tempat dengan sirkulasi udara yang baik untuk tempat penambahan dan

penyimpan bahan bakar dan pelumas

e. Bahan bakar dan pelumas disimpan ditempat tertentu dan tidak boleh dimasuki

oleh orang – orang yang tidak berkepentingan

5.6. Keselamatan Kerja Pada Pekerjaan dengan Temperatur Tinggi

a. Sesaat setelah alat berhenti operasi, suhu minyak pelumas engine dan minyak

hidrolik masih tinggi dan masih bertekanan. Kegiatan saat itu yaitu dengan

membuka tutup (cap), menguras (drain) pelumas atau air, atau mengganti filter

dapat menyebabkan luka bakar yang serius.

Harus ditunggu termperatur turun dahulu dan ikuti petunjuk khusus apabila akan

melaksanakan pekerjaan tersebut.

b. Untuk mencegah terjadinya semburan air panas, matikan engine, tunggu sampai

suhu air turun (dingin) kemudian buka tutup radiator (cap) perlahan-lahan untuk

mengeluarkan tekanan sebelum melepas cap. (Bila akan memeriksa apakah suhu

air pendingin telah turun. Letakkan tangan dekat radiator dan rasakan panas

udaranya. Hati-hati jangan sampai menyentuh radiator).

c. Untuk mencegah semburan minyak pelumas yang panas, masukkan engine,

tunggu sampai dingin, kemudian tutup (cap) perlahan-lahan, untuk mengeluarkan

tekanan setelah itu baru cap buka penuh (Bila akan memeriksa tangan dekat tangki

minyak hidrolik dan rasakan panas udaranya. Hati-hati jangan sampai menyentuh

tangki).

5.7. Sebelum Memulai Operasi

a. Sebelum memulai untuk mengoperasikan unit, lakukan pemeriksaan lingkungan

dengan teliti dari kondisi yang dapat menimbulkan bahaya semua material yang

mudah terbakar yang terdapat disekitar engine dan battery dibersihkan, semua

tempat bahan bakar disingkirkan ke tempat penyimpannya, yang aman. Simpan ke

tempatnya semua toals dari tempat operator dan bersihkan kotoran yang melekat

pada kaca spion, pegangan dan tangga

b. Stel tempat duduk operator pada posisi yang nyaman dan periksa sabuk pengaman

dari kemungkinan aus atau rusak

c. Periksa kaca spion dan kaca jendela harus dalam keadaan bersih dan posisi kaca

spion harus sesuai dengan sudut pandang operator

d. Tidak diperbolehkan orang lain naik/menumpang pada unit WHEEL CRANE selama

pengoperasian

Page 42: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 - 5

e. Periksa lokasi dan kondisi tanah pada daerah kerja, dan tentukan metoda operasi

yang paling baik dan paling aman

Atur permukaan tanah sekeras dan serata mungkin sebelum melakukan

pengoperasian, apabila lapangan sangat berdebu, semprotkan air sebelum

pengoperasian

f. Apabila beroperasi pada jalan umum, dilakukan pengaturan para pejalan kaki dan

kendaraan dengan menempatkan petugas pengatur lalu lintas, atau menempatkan

patok – patok dan memasang tanda “dilarang masuk” sekeliling daerah kerja.

Patuhi semua rambu-rambu keselamatan kerja selama melakukan pemeliharan dan

pengoperasian

g. Bila ada pipa air, pipa gas atau jaringan listrik tegangan tinggi yang terpasang

dibawah tanh di daerah kerja, tandai lokasinya dan keperluan kepada instansi

terkait melalui atasan.

Harus hati – hati jangan memotong atau merusak pipa atau jaringan tersebut (ada

gambarnya)

h. Sebelum menghidupkan engine lakukan

pemeriksaan keliling lagi, mungkin ada orang atau

barang yang baru mendatangi

i. Jangan menghidupkan engine bila ada tanda

peringatan terpasang pada tuas kendali operasi

j. Apabila akan menghidupkan engine bunyikan

klakson

k. Menghidupkan engine dan mengoperasikan unit

harus dalam posisi duduk

l. Tidak diperbolehkan orang lain naik pada unit

WHEEL CRANE

Page 43: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 - 6

5.8. Pemeliharaan Battery (Accu).

Electrolyte (air accu) mengandung asam sulfat dan dalam battery menimbulkan gas

hydrogen yang mudah terbakar. Kesalahan dalam menanganinya akan menimbulkan

kebakaran.

• Jangan merokok atau membawa sumber api dekat

battery.

• Bila melakukan perawatan battery, selalu gunakan

kacamata pengaman, masker dan sarung tangan

karet.

• Apabila terkena air accu segera bersihkan dengan

air.

• Bila mata yang terkena air accu segera basuh

dengan air yang banyak kemudian periksakan

kepada dokter.

• Bila secara tidak sengaja air accu terminum, minum

air atau susu yang banyak, telur mentah atau minyak

tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya periksakan kepada

dokter.

• Bila membersihkan bagian atas battery, gunakan

kain basah yang bersih.

• Kuatkan selalu tutup sel accu.

• Bila mengisi battery dengan alat pengisi, lepaskan

hubungan battery dengan engine.

Page 44: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6 - 1

BAB VI

RAMBU-RAMBU KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

6.1. Umum

Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang tidak disiplin

menerapkan peraturan keselamatan kerja selama melaksanakan pemeliharaan dan

pengoperasian alat-alat berat.

Untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut baca dan pahami semua

petunjuk dan peringatan yang ada pada buku manual dan tanad peringatan yang

terdapat pada alatnya.

Guna menjamin keselamatan kerja tersebut maka operator yang akan mengoperasikan

alat-alat berat ini adalah operator yang telah memiliki sertifikasi kompetensi operator

atau setidaknya telah lulus dalam pelatihan operator.

6.2. Tanda dan Peringatan Keselamatan Kerja

Setiap pabrik pembuat alat-alat berat telah menerbitkan manual operator dan

pemeliharaan dan di dalamnya telah mencakup pemberian informasi dan rambu-rambu

keselamatan kerja yang harus menjadi perhatian operator selama melaksanakan

pemeliharaan dan pengoperasian wheel crane.

Kata dan tanda yang dipakai sebagai tanda/signal peringatan adalah :

• Kata ini dipakai untuk menyampaikan pesan keselamatan

kerja dimana pada kegiatan ini terdapat kemungkinan yang

tinggi terjadinya kecelakaan berat apabila penyebabnya

tidak dapat dihindarkan.

• Kata ini dipakai untuk menyampaikan pesan keselamatan

kerja dimana pada kegiatan ini terdapat potensi yang

berbahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan berat.

• Kata ini dipakai untuk menyampaikan pesan keselamatan

kerja dimana pada kerjaan ini kemungkinan kecelakaan

sedang atau ringan. Kemungkinan kecelekaan yang

berkaitan dengan alat saja.

• Kata ini digunakan untuk keselamatan kerja yang harus

dilakukan untuk menghindarkan tindakan yang dapat

memperpendek umur alat.

DANGER

WARNING

WARNING

NITICE

Page 45: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6 - 2

6.3. Bahasa Isyarat dan Lebel/Tanda Keselamatan Kerja dalam Pengoperasian Wheel

Crane

Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane seperti diperlihatkan pada gambar

dibawah ini :

Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane

Page 46: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6 - 3

Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane

Page 47: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6 - 4

Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane

Page 48: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6 - 5

6.3.1. Peringatan bila meninggalkan ruang operator

Untuk menghindarkan pergerakannya tuas operasi yang tidak terkunci, dan

pindahkan SAFETY LOCK LEVEL (yang berada dekat tempat duduk) ke posisi

lock sebelum meninggalkan tempat duduk operator.

Bergeraknya alat secara tiba-tiba dan tidak diinginkan dapat mengakibatkan

kecelakaan serius dan bahkan kematian.

6.3.2. Peringatan sebelum mengoperasikan wheel crane

Untuk mencegah kecelakaan berat atau kematian, lakukan hal berikut sebelum

menggerakkan alat atau attachment :

• Bunyikan klakson untuk memberi tanda kepada orang disekitar alat

• Harus yakin tidak ada orang pada atau dekat alat atau dalam daerah swing

• Putarlah tempat duduk untuk melihat arah perjalanan alat bila hal ini dapat

dilakukan dengan aman

• Harus ada petunjuk/pembantu bila pandangan terganggu.

6.3.3. Peringatan untuk pengoperasian, pemeriksaan dan pemeliharaan

Ketidak tepatan pengoperasian dan pemeliharaan dapat mengakibatkan

kecelakaan atau kematian.

Baca petunjuk dan lebel/tanda sebelum melakukan pengoperasian dan

pemeliharaan. Ikuti petunjuk dan peringatan yang terdapat pada manual di

dalam ruang operator sedekat mungkin dengan operator.

Page 49: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6 - 6

6.3.4. Peringatan bila melewati jaringan tegangan

tinggi

Berisiko tinggi bila melewati tegangan yang

membahayakan. Kecelakaan serius atau

kematian dapat terjadi bila alat atau attachment

tidak memiliki jarak yang cukup dari jaringan

listrik.

6.3.5. Peringatan untuk bahaya minyak pelumas

• Bahaya minyak yang panas

• Untuk mencegah semburan minyak yang

panas :

- Matikan engine

- Biarkan minyak peluma menjadi dingin

- Perlahan-lahan longgarkan tutup (cap)

untuk mengeluarkan tekanan sebelum

membukanya.

6.3.6. Peringatan untuk penanganan accumulator bahaya ledakan

• Jauhkan dari sumber api

• Jangan mengelas atau mengebor

6.3.7. Menjauh dari area swing

Page 50: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

RANGKUMAN

1. Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi masalah keselamatan kerja dimana kompetensi

para pekerjanya akan berpengaruh terhadap berkurangnya atau dapat menghilangkan

potensi kecelakaan kerja ditempat kerja, sehingga setiap pekerja dituntut memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan K3 secara benar.

2. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan K3 telah banyak diterbitkan

sebagai dasar pelaksanaan K3 dan berlaku secara nasional. Peraturan tersebut

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat perusahaan dan pekerja, dan memperjelas

hak dan kewajiban masing-masing dalam penerapan K3, sampai kepada masalah teknis

dan tindak lanjut bila terjadi kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja.

3. Perlengkapan keselamatan kerja, terutama alat pelindung diri (APD), alat pemadam

kebakaran dan kelengkapan P3K harus disediakan perusahaan, sedangkan pekerja

diwajibkan memakai APD dan harus mampu menggunakan alat pemadam kebakaran

serta melakukan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan.

4. Mengoperasikan alat-alat berat termasuk mengoperasikan wheel crane, memiliki potensi

kecelakaan kerja cukup tinggi bila operator tidak mengindahkan petunjuk pengoperasian

yang benar dan aman. Untuk itu setiap operator yang akan mengoperasikan wheel crane

harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pengoperasian dan

pemeliharaan wheel crane dengan prosedur yang aman.

5. Disisi lain operator wheel crane dituntut untuk memahami tanda dan persyaratan

keselamatan kerja secara umum dan yang khusus di tentukan untuk unit alat tersebut.

Page 51: PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada Konstruksi Bangunan

4. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut

5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum

No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada

Tempat Kegiatan Konstruksi

6. PERMENAKER No.: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

7. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series

8. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999

9. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management

Systems