pelaksanaan pengawasan izin usaha ......pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan di provinsi...

114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Amelia Intiastuti NIM. E0007073 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vodieu

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN

DI PROVINSI JAWA TENGAH

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Amelia Intiastuti

NIM. E0007073

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN

DI PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :

Amelia Intiastuti

NIM. E0007073

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 2011

Dosen Pembimbing

Lego Karjoko, S.H., M.H.

NIP. 1963 0519 198803 1001

Page 3: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Amelia Intiastuti

NIM : E0007073

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul:

PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI

PROVINSI JAWA TENGAH adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (Skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan

hukum (Skripsi) ini.

Page 5: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Christ gives me the streghth to face anything”

(Philippians 4:13)

“Jangan membatasi pandanganmu dengan keadaan, karena iman adalah sesuatu

yang sanggup menembus keadaan”

(Penulis)

“Apa yang kita lihat, itu yang akan kita dapatkan”

(Penulis)

Penulisan Hukum ini kupersembahkan bagi:

1. My Lord, My Saviour, Jesus Christ.

2. Bapaku Tri Joko Inti Budi Santosa, S.ST., M.T.,

Mamaku Titiek Herlina, S.Th., Adikku Upimas Dwi

Kristiari, dan segenap keluargaku tercinta.

3. Almamater tercinta di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 6: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Amelia Intiastuti, E 0007073. 2011. PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah yang berada dibawah pengelolaan dinas teknis terkait yaitu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dalam rangka pengolahan perkebuan yang berdaya guna, khususnya dikaitkan dengan: pemberian izin usaha perkebunan, mekanisme pengawasan usaha perkebunan, dan tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif bersifat preskriptif, menemukan hukum in concreto mengenai pelaksanaan pengawasan usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup data primer, data sekunder, dan data tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Beberapa data kemudian dimintakan penjelasan dan konfirmasi dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Teknik analisis data yang digunakan dengan metode silogisme dan interpretasi dengan menggunakan pola berpikir deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan sebagai berikut: Kesatu, pemberian izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2004, Permentan No. 26/Permentan/OT.140/2/2007, Perda Jawa Tengah No. 2 Tahun 2005, dan Peraturan Kepala Dinas Perkebunan No. 5 Tahun 2006. Kedua, mekanisme pengawasan izin usaha perkebunan belum sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2004 dan Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009. Ketiga, mengenai tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat telah sesuai dengan ketentuan pemberian sanksi yang terdapat dalam Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2007.

Kata kunci: Dinas Perkebunan, Perkebunan, Perizinan, Pengawasan, Pembinaan

Page 7: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

This research’s purpose is to describe the implementation of business lisence control in Central Java by Agriculture Department of Central Java in order to make processing on usefull agriculture, especially it is related to the agricultural business lisensing, the mechanism of agricultural business controlling, and the law action taken by Agricultural Department of Central Java to unhealth agricultural business.

This research uses normative approach which has prescriptive characteristic, find the law in concreto about the implementation of agricultural business control in Central Java. The data’s type used is secondary data. The secondary data sources used consist of primary data, secondary data, and tersiery data. Collecting data teqnique used is literature study. Then, some of the data, explained and confirmed by Agricultural Department of Central Java. Analysing data teqnique used is silogisme method and interpretation with using deductive think design.

According to the research result and discussion, it is resulted the conclusion that: First, agricultural business lisensing in Central Java has been suitable with the determination of UU No. 18 Tahun 2004, Permentan No. 26/Permentan/OT.140/2/2006, Perda Jawa Tengah No. 2 Tahun 2005, and Peraturan Kepala Dinas Perkebunan No. 5 Tahun 2006. Second, the mechanism of agricultural business lisensing control has been not suitable with the determination of UU No. 18 Tahun 2004 and Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009. Third, law action taken by Agricultural Department to unhealth agricultural businessman has been suitable with the determination to give punishment on Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009. Keywords: Agricultural Department, Agriculture, Lisencing, Controlling,

Cultivating.

Page 8: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah

memberikan kasih dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul: “PELAKSANAAN

PENGAWASAN IZIN USAHA PEKEBUNAN DI PROVINSI JAWA

TENGAH”.

Penulisan ini disusun untuk mengetahui dan memahami secara lebih dalam

mengenai pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan khususnya di wilayah

Provinsi Jawa Tengah yang pengawasannya berada di bawah Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah.

Penulisan hukum ini dalam pembuatannya melibatkan banyak pihak yang

telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan dari

awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan memperoleh

gelar sarjana dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Untuk itu penulis megucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Wasis Sugandha, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademis yang

telah memberikan dorongan kepada penulis dari awal masa perkuliahan

sampai dengan berakhirnya masa studi penulis.

4. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku Pembimbing yang telah dengan

teliti dan sabar memberikan bimbingan kepada penulis dari awal hingga

akhir proses penulisan hukum ini.

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Hukum UNS. Terimakasih telah

memberikan ilmu dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan

di Fakultas Hukum UNS.

Page 9: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, M.M., selaku Kepala Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis dalam pencarian data.

7. Ir. Soesiati Rahayu, M.M., selaku kepala Seksi Pembinaan Usaha pada

Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam mencari data.

8. Bapak Sri Riyanto, S.Sos pada bagian umum dan kepegawaian Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu penulis dalam

pengurusan izin pencarian data.

9. Saudaraku Kartika, Lili, Nares, Ayu, Amal, Intan, Feby, Yuni, Yosi, John

Gurning, Bannu, Pepeb, Jackline, Yacobs, Merry, Tias, Tiwi, Windha, Lita,

Devi yang senantiasa membuat penulis terdorong untuk segera

menyelesaikan penulisan hukum ini [bersyukur memiliki kalian].

10. Keluarga besar PMK Fakultas Hukum, special for Putri, Anna, Shenni,

Mitha, Maya, Dika, Elfas, Richard, Surya Daffa, John Tambunan, Advent,

Ottik, Sheni, David Hutapea, Lizy, Zefanya, Yoseph, Vera, Ijul, Ira,

Sheryto, Yosua, Nico, Ardhi, dan seluruh saudaraku di PMK FH [bersyukur

memiliki kalian].

11. Keluarga besar Voca Justitia Fakultas Hukum UNS, pu’ank, manno, prita,

prima, vika, niken, bayu, yosi, lanang, attoy, kiki, faradina, fery, gunawan,

zefanya, rio, mighdad terimakasih untuk semangatnya dan telah

mengajariku bernada dengan jiwa.

12. Special for Bayu Wicaksono, Thanks for [always] love and support me

[bersyukur memilikimu].

13. Segenap keluarga besar Mulyanto Wignyoparyanto dan Padmohartono,

terimakasih eyang, pa’puh, bu’puh, tante, om, kakak, adik untuk doa dan

dukungannya.

14. Orang-orang yang suka pakai baju putih-hitam dan keluar dari ruang Ujian

Skripsi. Kalian membuatku ‘iri’..hehe...,tapi berkat kalian aku menjadi

semakin termotivasi..Terimakasih teman.

Page 10: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, terimakasih untuk 4 tahun ke belakang, tetap semangat untuk

menjadi Sarjana Hukum yang profesional dan bermoral..!! Fiva

Justitia..kami bangga ada disini..!!!

16. Untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang

telah diberikan.

Seperti pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak,

penulis menyadari pula bahwa penyusunan penulisan hukum ini jauh dari

sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca

sangat diharapkan.

Akhirnya, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2011

Penulis

Page 11: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR RAGAAN ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1. Tujuan Obyektif ............................................................................ 5

2. Tujuan Subyektif ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 6

2. Manfaat Praktis ............................................................................. 6

E. Metode Penelitian .............................................................................. 6

1. Jenis Penelitian .............................................................................. 7

2. Sifat Penelitian .............................................................................. 7

3. Pendekatan Penelitian ................................................................... 8

4. Jenis Data dan Sumber Data ......................................................... 8

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 10

6. Teknik Analisis Data ..................................................................... 11

Page 12: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................................ 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14

A. Kerangka Teori ..................................................................................... 14

1. Tinjauan umum tentang Hak Menguasai Negara ............................ 14

a. Pengertian Hak Meguasasi Negara ........................................... 14

b. Dasar-Dasar Pikiran yang Melatarbelakangi Hak Menguasai

Negara ...................................................................................... 17

2. Tinjauan umum tentang Perkebunan ............................................... 21

a. Pengertian dan Pengaturan Perkebunan ................................... 21

b. Asas, Tujuan, Fungsi, dan Perencanaan Perkebunan ............... 24

c. Karakteristik Perkebunan Indonesia ......................................... 27

d. Kewajiban Perusahaan Perkebunan .......................................... 31

3. Tinjauan umum tentang Perizinan ................................................... 33

a. Pengertian Perizinan ................................................................. 33

b. Unsur-unsur Perizinan .............................................................. 35

c. Fungsi dan Tujuan Perizinan .................................................... 36

d. Bentuk dan Isi Izin ................................................................... 37

4. Tinjauan umum tentang Penegakan Hukum dalam Hukum

Administrasi Negara ........................................................................ 38

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 43

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 47

A. Tugas, Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Tengah ......................................................................................... 47

B. Pemberian Izin Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

................................................................................................................. 55

C. Mekanisme Pengawasan Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

................................................................................................................. 70

D. Tindakan Hukum Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap

Perusahaan Perkebunan yang Tidak Sehat ........................................... 84

Page 13: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 94

A. Kesimpulan ........................................................................................... 94

B. Saran ..................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Perkebunan yang Telah Memiliki IUP ............................ 66

Tabel 2. Perbandingan Kelas Kebun Tahun 2006 dan 2009 ..................... 79

Tabel 3. Daftar Klasifikasi Kelas Kebun Tahun 2009 .............................. 79

Tabel 4. Daftar Perusahaan Perkebunan yang tergolong kelas IV dan

kelas V ........................................................................................ 86

Tabel 5. Pembinaan Perkebunan Besar yang Menjadi Kewenangan

Pemerintah Provinsi .................................................................... 90

Page 15: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR RAGAAN

Ragaan 1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 43

Ragaan 2. Alur Tahapan Tata Cara Permohonan Perizinan ........................ 58

Ragaan 3. Alur Tata Cara Pembayaran Registrasi ....................................... 83

Page 16: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Survey/Riset Nomor : 070/0873/2011

Lampiran 2. Bagan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah

Lampiran 3. Format surat pengajuan IUP

Lampiran 4. Sertifikat IUP atas nama PTPN IX (Kebun Getas)

Lampiran 5. Sertifikat IUP atas nama PT. Pawana Indonesia (Kebun Susukan)

Lampiran 6. Format permohonan konversi/diversifikasi

Lampiran 7. Sertifikat IUP untuk konversi/diversifikasi atas nama PT. Rumpun

Sari Medini (Kebun Kaligintung)

Lampiran 8. Format permohonan registrasi IUP

Lampiran 9. Format tanda bukti pembayaran retribusi

Lampiran 10. Piagam Penghargaan bagi perkebunan yang naik kelas

Lampiran 11. Peringatan bagi kebun yang mengalami penurunan kelas

Lampiran 12. Format laporan kegiatan usaha perkebunan

Lampiran 13. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 525.3/2/2010 tentang

Penetapan Kelas Kebun Berdasarkan Hasil Penilaian Usaha

Perkebunan Tahun 2009

Lampiran 14. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322

tertanggal 7 Februari 2011 tentang Penyerahan Kewenangan

Pembinaan Perkebunan Besar kepada Kabupaten/Kota

Page 17: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara konstitusional, pengaturan tanah di Indonesia tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dua kata yang menentukan, yaitu perkataan ”dikuasai” dan ”dipergunakan”. Perkataan ”dikuasai” sebagai dasar wewenang negara. Negara adalah badan hukum publik yang dapat mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia biasa. Perkataan ”dipergunakan” mengandung suatu perintah kepada negara untuk mempergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Perintah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 berisi keadaan berbuat, berkehendak agar sesuai dengan tujuannya (Winahyu Erwiningsih, 2009:3).

Dasar pemikiran dan landasan politik agraria nasional yang dianut dalam

pasal tersebut di atas memberikan pengertian bahwa negara tidak perlu bertindak

sebagai pemilik seperti yang telah dicantumkan di atas, negara cukup bertindak

sebagai penguasa untuk memimpin dan mengatur kekayaan nasional untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari ketentuan pasal tersebut dapat

disimpulkan bahwa kekuasaan yang diberikan kepada negara memberikan

kewajiban kepada negara untuk mengatur pemilikan dan menentukan

kegunaannya, sehingga semua tanah di seluruh wilyah negara dapat dimanfaatkan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Eddy Ruchiyat, 1999:1).

Tanah merupakan faktor utama pendukung kehidupan dan kesejahteraan

masyarakat. Setiap orang menilai bahwa penguasaan tanah menjadi sangat penting

untuk meningkatkan kesejahteraan atau sekedar untuk mempertahankan eksistensi

kemanusiaannya karena dari mengolah tanah manusia dapat bertahan hidup.

Menguasai sebidang tanah berarti menguasai terhadap segala hal yang diperlukan

dalam hidup. Sebagai contoh, penguasaan terhadap tanah akan menguasai juga

sumber daya atas air, tanaman, sumber makanan, tempat tinggal, udara, beserta

hal-hal lain yang terkandung dalam tanah tersebut. Semua sumber daya yang

Page 18: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dihasilkan oleh tanah dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier

umat manusia. Oleh karenanya penguasaan tanah adalah bagian sangat penting

bagi keberlangsungan hidup manusia.

Penguasaan tanah bagi kehidupan manusia sebagaimana yang telah diatur

dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, tidak hanya dipergunakan

untuk tempat tinggal saja, melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk usaha

bercocok tanam atau pertanian. Di negara agraris, Indonesia misalnya, sebagian

besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau pekebun.

Kurang lebih 60% dari jumlah penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian.

Oleh karena mayoritas dari penduduk di negara ini bekerja pada sektor pertanian,

maka kemajuan sektor pertanian berpengaruh pada bangkitnya industri yang

berhubungan dengan stabilitas ekonomi dan pada akhirnya bermanfaat bagi

pengurangan kemiskinan di Indonesia (http://www.anneahira.com/pertanian-

perkebunan.htm).

Berkaca dari fakta diatas, perkembangan industri yang berdampak pada

pengurangan kemiskinan di Indonesia tidak terlepas dari adanya sektor pertanian

khususnya subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting

dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan mempunyai peran yang signifikan

dalam perekonomian Indonesia terutama dalam hal penyediaan lapangan

pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Peran ini relatif konsisten baik ketika

Indonesia mengalami krisis maupun pada keadaan ekonomi yang stabil. Selain itu,

subsektor perkebunan juga sangat strategis dalam penyediaan pangan, misalnya:

minyak goreng, minyak sawit, gula, dan kebutuhan pokok lainnya. Dengan kata

lain, subsektor perkebunan merupakan salah satu pilar stabilitas ekonomi dan

politik Indonesia (http://www.anneahira.com/industri-perkebunan).

Dewasa ini, perkebunan merupakan salah satu pondasi bagi Indonesia untuk

menghadapi tantangan krisis globalisasi dan kompetitifnya pasar dunia. Di

samping itu, perkebunan juga merupakan suatu langkah pembangunan ekonomi

nasional sekaligus alternatif untuk mengurangi efek menipisnya Sumber Daya

Alam (SDA) sehingga dapat dikelola bertahun-tahun demi memenuhi kebutuhan

masyarakat Indonesia. Strategi kunggulan kompetitif di subsektor perkebunan

Page 19: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menghasilkan kuantitas bahan

baku berkualitas bagi sektor industri. Keunggulan kompetitif ini akan

menciptakan daya saing produk yang tinggi bagi komoditi perkebunan karena

keunggulan tenaga kerja, ketersediaan lahan yang luas, modal yang cukup, serta

didukung dengan adanya regulasi dari pemerintah. Keunggulan pada subsektor ini

membuat pemerintah baik tingkat pusat sampai daerah membuat suatu kebijakan

yang dapat memaksimalkan usaha perkebunan. “Di sini, sekali lagi terbukti bahwa

perkebunan mempunyai posisi tawar yang kuat atau bahkan mempunyai

kekuasaan yang cukup besar dalam mengendalikan arah politik suatu negara,

terutama bagi negara-negara yang masih bercorak agraris seperti Indonesia”

(Syaiful Bahari, 2004:43).

Sadar bahwa susbsektor perkebunan memiliki kedudukan yang penting

dalam perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional,

penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor, dan penerimaan pajak, membuat

para pemilik modal besar (investor) berlomba-lomba menanamkan modalnya di

bidang usaha perkebunan ini. Oleh karena itu keberadaan usaha perkebunan perlu

mendapat perlindungan hukum dari pemerintah agar pelaksanaan usaha

perkebunan dapat dilaksanakan guna meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku

usaha, masyarakat, dan pemerintah. Perlindungan hukum tersebut kemudian

diwujudkan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang

Perkebunan sebagai payung hukum (umbrella act) bidang usaha perkebunan di

Indonesia.

Lingkup perkebunan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2004 tentang Perkebunan tersebar di berbagai wilayah provinsi di Indonesia,

termasuk didalamnya perkebunan yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah berada di bawah pengawasan Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Sama halnya pada lingkup nasional, Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah memiliki peranan yang strategis dalam rangka

melakukan pengawasan pada pelaksanaan izin usaha perkebunan guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara tidak langsung turut

meningkatkan pendapatan nasional.

Page 20: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan oleh pelaku

usaha perkebunan yang berupa pekebun dan/atau perusahaan perkebunan yang

mengelola usaha perkebunan dengan dasar Hak Guna Usaha bagi pelaku usaha

perkebunan yang berupa perusahaan perkebunan. Perusahaan perkebunan adalah

pelaku usaha perkebunan warga negara Indonesia atau badan hukum yang

didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang

mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu.

Pemberian izin usaha merupakan salah satu langkah untuk menetapkan

aturan main dan merupakan proses seleksi bagi para pelaku usaha perkebunan

khususnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan pengawasan yang efektif

dari pihak Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah sangat berpengaruh terhadap

pengusahaan perkebunan yang berdaya guna bagi seluruh lapisan masyarakat di

Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan peningkatan pendapatan nasional pada

umumnya. Sehingga kedua hal tersebut merupakan dua sisi mata uang yang saling

membutuhkan dan saling memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan begitu

saja dalam rangka mewujudkan keteraturan dalam pengusahaan perkebunan di

Provinsi Jawa Tengah khususnya (Supriadi, 2010:567).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas

lebih lanjut dalam penulisan hukum (skripsi) dengan judul: ”Pelaksanaan

Pengawasan Izin Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk

mempermudah dan membatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian

dapat dilakukan secara sistematis dan terarah, sehingga dapat mencapai tujuan dan

sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah

yang akan dikaji oleh penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pemberian izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah sudah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

Page 21: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Apakah mekanisme pengawasan usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

3. Apakah tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat sudah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan hukum ini, adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui kesesuaian pemberian izin usaha perkebunan di

Provinsi Jawa Tengah terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Untuk mengetahui kesesuaian mekanisme pengawasan usaha

perkebunan di Provinsi Jawa Tengah terhadap peraturan perundang-

undangan.

c. Untuk mengetahui kesesuaian tindakan hukum yang diambil oleh

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan

perkebunan yang tidak sehat terhadap peraturan perundang-undangan.

2. Tujuan Subyektif

a. Mengetahui pelaksanaan pemberian izin, pengawasan, serta tindakan

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan

perkebunan yang tidak sehat dalam rangka mencapai tujuan

penyelenggaraan perkebunan khususnya di wilayah Provinsi Jawa

Tengah.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Strata

1 (S1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

c. Untuk meningkatkan dan mendalami berbagai teori yang telah

diperoleh selama di bangku perkuliahan dan pengetahuan terhadap

suatu permasalahan.

Page 22: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Penelitian hukum ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

terkait yaitu penulis, pembaca, dan pihak-pihak yang terkait dengan topik utama

penulisan hukum ini. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum

ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara terkait

dengan Hukum Agraria pada khususnya;

b. Memperkaya literatur dan referensi kepustakaan Hukum Administrasi

Negara tentang prosedur pemberian izin, mekanisme pengawasan,

serta tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat;

c. Hasil dari penulisan hukum ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis pada tahap selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran atau wacana bagi penulis untuk

mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir ilmiah,

sekaligus untuk melatih penulis dalam mengkaji dan menganalisa

permasalahan hukum yang ada dengan menggunakan metode ilmiah

sebagai penunjang ilmu pengetahuan hukum yang penulis peroleh

selama perkuliahan; dan

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait langsung

dengan penulisan hukum ini.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu penyelidikan yang berlangsung menurut suatu

rencana tertentu dengan tujuan untuk membatasi secara tegas bahasa yang dipakai

oleh ilmu tertentu, dalam hal ini pastinya ilmu hukum (Johny Ibrahim, 2006:294).

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

Page 23: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi,

teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2008:35).

Untuk mendapatkan data dan penelitian yang bulat dan utuh dalam rangka

memberikan gambaran dan uraian mengenai pelaksanaan pengawasan izin usaha

perkebunan di Provinsi Jawa Tengah, maka harus menggunakan metode

penelitian yang sesuai. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Ilmu hukum adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai kaidah

atau norma yang ada dalam masyarakat, oleh karena itu jenis penelitian

yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian yuridis

normatif, yaitu suatu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan

kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.

Seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam

peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan

sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang

dianggap pantas (Amiruddin, S.H., dan Zainal Asikin, S.H., 2004:118).

Karena penelitian ini jenis penelitian hukum normatif, maka dilakukan

dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Bahan-bahan hukum tersebut kemudian disusun secara sistematis dan dikaji

untuk kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah

yang akan diteliti dalam penulisan hukum ini.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif dan terapan, hal tersebut

sesuai dengan karakteristik ilmu hukum. Sebagai ilmu yang bersifat

preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan,

validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.

Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-

Page 24: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter

Mahmud Marzuki, 2008:22).

Berpegang pada karakteristik ilmu hukum sebagai ilmu terapan,

preskripsi yang diberikan dalam penelitian hukum harus dapat dan mungkin

untuk diterapkan. Dengan demikian, preskripsi yang diberikan bukan

merupakan sesuatu yang telah diterapkan atau yang sudah ada. Oleh karena

itulah, yang dihasilkan oleh penelitian hukum sekalipun bukan asas hukum

yang baru atau teori yang baru, paling tidak argumentasi yang baru.

Bertolak dari argumentasi itulah diberikan preskripsi, sehingga preskripsi

tersebut bukan merupakan suatu fantasi atau angan-angan kosong (Peter

Mahmud Marzuki, 2008:206).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian

normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-

hasil. Menurut Peter Mahmud Marzuki, di dalam penelitian hukum terdapat

beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam

penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach),

pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical

approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan

konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2008:93).

Oleh karena jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (statute approach). Suatu penelitian normatif harus

menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti

adalah aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu

penelitian (Johny Ibrahim, 2006:302).

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu data

sekunder. Data sekunder sebagai sumber-sumber hukum yang penulis

gunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 25: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas

peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU)/Peraturan

Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP),

Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah (Perda). (Johny

Ibrahim, 2005:295-296).

Baham hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini, antara

lain:

1) Peraturan Dasar yang digunakan, yaitu Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Peraturan Perundang-Undangan yang digunakan, yaitu Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria; Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang

Perkebunan; Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996

tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai

atas Tanah; Peraturan Menteri Pertanian Nomor

26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan; Peraturan Menteri Pertanian Nomor

07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha

Perkebunan; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2

Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan; Peraturan

Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2005 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang

Perizinan Usaha Perkebunan; Peraturan Gubernur Provinsi Jawa

Tengah Nomor 78 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas

Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah; Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan

Usaha Perkebunan; Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah

Nomor 525.3/2/2010 tentang Penetapan Kelas Kebun

Page 26: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan Hasil Penilaian Usaha Perkebunan Tahun 2009;

dan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322

tentang Penyerahan Kewenangan Pembinaan Perkebunan Besar

kepada Kabupaten/Kota.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,

2008:14). Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu buku-

buku teks (textbooks) yang ditulis oleh para ahli hukum yang

berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para

sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium

mutakhir, artikel media massa dan internet, serta bahan lain yang

berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier.

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yaitu Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang mendukung

dan berkaitan dengan pemaparan penelitian hukum ini adalah studi

kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mengumpulkan data yang relevan dengan pokok bahasan

penelitian, melalui membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis

bahan-bahan dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, makalah,

serta artikel media massa dan internet. Beberapa data yang diperoleh

kemudian dimintakan klarifikasi kepada Soesiati Rahayu selaku Kepala

Seksi Pembinaan Usaha pada Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Page 27: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis

datanya, bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data

sekunder saja, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier, maka dalam mengolah dan menganalisis

bahan hukum tersebut tidak bisa melepaskan diri dari berbagai penafsiran

yang dikenal dalam ilmu hukum. Penafsiran memiliki karakter hermeneutik.

Hermeneutik atau penafsiran diartikan sebagai proses mengubah sesuatu

atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti (Amiruddin, H. Zainal Asikin,

2006:163).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode silogisme dan intepretasi dengan menggunakan pola berpikir

deduktif. Pola berpikir deduktif yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar,

kemudian peneliti tersebut menghadirkan objek yang hendak diteliti.

Sedangkan metode silogisme yang menggunakan pendekatan deduktif

menurut yang diajarkan Aristoteles yaitu berpangkal dari pengajuan premis

mayor. Kemudian diajukan premis minor, dari kedua premis ini kemudian

ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki,

2008:46).

Metode interpretasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Interpretasi berdasarkan kata undang-undang.

Interpretasi ini meninjau dari makna kata-kata yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan. Interpretasi ini akan dapat dilakukan

terhadap kata-kata dalam undang-undang yang singkat, padat, tajam,

dan terjamin keakuratan mengenai apa yang dimaksud oleh undang-

undang tersebut dan tidak mengandung kata yang bermakna ganda.

b. Interpretasi sistematis.

Interpretasi yang menilik keterkaitan antara undang-undang yang satu

dengan peraturan perundang-undangan yang lain yang memiliki

hubungan saling ketergantungan asas yang mendasarinya satu sama

Page 28: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lain. Landasan pemikiran interpretasi sistematis adalah undang-

undang merupakan suatu kesatuan dan tidak satupun ketentuan dalam

undang-undang merupakan aturan yang berdiri sendiri (Peter Mahmud

Marzuki, 2008:112).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum adalah uraian logis sistematis susunan bab dan

subbab untuk menjawab uraian terhadap pembahasan permasalahan yang

dikemukakan (isu hukum/legal issues) selaras dengan tema sentral yang

direfleksikan dalam suatu judul penelitian dan rumusan permasalahannya (Johny

Ibrahim, 2006:297).

Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini disajikan untuk

memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum

sebagai karya ilmiah yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah baku penuisan suatu

karya ilmiah. Penulisan hukum ini terdiri dari 4 bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan

Pustaka, Pembahasan, dan Penutup.

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menyajikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan hukum.

Bab II merupakan bab tinjauan pustaka yang didalamnya memberikan

penjelasan secara teoritik (landasan teori) yang bersumber dari literatur hukum

yang digunakan oleh penulis dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universal

mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh

penulis. Bab tinjauan pustaka terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: bagian pertama

kerangka teori yang berisikan tinjauan umum mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan pelaksanaan pengawasan izin usaha pekebunan yang terdiri dari tinjauan

umum mengenai Hak Menguasai Negara, Perkebunan, Perizinan, serta

Perlindungan Hukum dalam Hukum Administrasi Negara dan bagian kedua

kerangka pemikiran yang berisikan gambar alur berpikir dari penulis berupa

konsep yang akan dijabarkan dalam penelitian ini.

Page 29: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang merupakan titik

temu dari suatu kaidah perundang-undangan yang berlaku dan keadaan atau

realitas yang terjadi disuatu wilayah dan/atau permasalahan tertentu dituangkan

dalam Bab III yang menguraikan bahwa prosedur pemberian izin usaha

perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam UU Nomor 18 Tahun 2004;

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007; Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005; dan Peraturan Kepala Dinas

Perkebunan Nomor 5 Tahun 2006. Pada pelaksanaan mekanisme pengawasan izin

usaha perkebunan di provinsi Jawa Tengah belum terdapat kesesuaian dengan

peraturan terkait, yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor

07/Permentan/OT.140/2/2009 serta tindakan hukum Dinas Perkebunan terhadap

perusahaan perkebunan yang sudah mencerminkan kesesuaian dengan ketentuan

yang ada dalam beberapa peraturan perundangan yang mengatur mengenai sanksi

bagi perusahaan perkebunan yang tidak sehat.

Bab IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian

dan pembahasan serta memberikan saran-saran sebagai evaluasi terutama terhadap

temuan-temuan selama penelitian yang menurut penulis memerlukan perbaikan.

Page 30: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Hak Menguasai Negara

a. Pengertian Hak Menguasai Negara

Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah mengupayakan agar

pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia meliputi yang

terkandung di bumi, air, dan bahan galian dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. “Salah satu konsep dasar yang

dikemukakan Moh. Hatta adalah pada dasarnya tanah adalah milik rakyat

Indonesia dan negara merupakan penjelmaan dari rakyat yang

mempunyai hak untuk mengatur penggunaannya agar dapat mengejar

kemakmuran rakyat” (Subadi, 2010:68). Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka negara memiliki hak menguasai tanah melalui fungsi negara untuk

mengatur dan mengurus (regelen en besturen) yang diwujudkan dengan

diberikannya Hak Menguasai Negara (HMN).

Hak Menguasai Negara terjadi pada saat bangsa Indonesia sebagai

kumpulan manusia secara alamiah terbentuk. Menurut Charles Sebayang,

“Hak Menguasai Negara tercipta pada saat ada pelimpahan tugas

kewenangan dari bangsa Indonesia kepada negara yang dilakukan oleh

wakil bangsa indonesia dalam menyusun UUD 1945 yang tertuang dalam

Pasal 33 ayat (3) yang mengandung tujuan negara”

(http://hannarenata.blogspot.com/2011/05/hak-menguasai-dari-

negara.html).

Hak Menguasai Negara merupakan sebutan hak yang diberikan

oleh UUPA kepada lembaga hukum dan hubungan hukum konkrit antara

negara dan tanah Indonesia yang dirinci isi dan tujuannya dalam Pasal 2

ayat (2) dan (3) UUPA. Kewenangan negara dalam bidang pertanahan

Page 31: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut merupakan pelimpahan tugas bangsa untuk mengatur dan

memimpin penguasaan dan penggunaan tanah bersama

(http://charlessebayang.blogspot.com/2009/03/hak-menguasai-dari-

negara.html).

Dengan demikian, Pasal 2 UUPA memberikan sekaligus suatu

tafsiran resmi interprestasi otentik mengenai arti perkataan dikuasai yang

dipergunakan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Sebelum UUPA ada

sementara orang yang menafsirkan dikuasai itu sebagai dimiliki, tetapi

UUPA dengan tegas menyatakan, bahwa perkataan tersebut bukan berarti

dimiliki. Bahkan pengertian domein negara dihapuskan oleh UUPA,

sehingga asas domein tidak dikenal dalam hukum agraria yang baru

(Eddy Ruchiyat, 1999:10).

Pembatasan wewenang negara atas tanah yang diperinci dalam

ketentuan Pasal 2 ayat (2) UUPA 1960 (LNRI-1960-104, TLN-2043),

yaitu:

1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa;

2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa; dan

3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa (Boedi Harsono, 2003:238).

Pelaksanaan dari Hak Menguasai Negara tersebut sebagian

kewenangananya dapat juga diberikan dengan penugasan kepada daerah

dalam rangka medebeweind dan kepada pejabat-pejabat pusat yang

berada di daerah dalam rangka dekonsentrasi sehingga Hak Menguasai

Negara harus dilihat dalam konteks hak dan kewajiban negara sebagai

pemilik (domein) yang bersifat publiekrechtelijk, bukan sebagai eigenaar

yang bersifat privaatrechtelijk. Makna dari pemahaman tersebut adalah

negara memiliki kewenangan sebagai pengatur, perencana, pelaksana,

dan sekaligus sebagai pengawas pengelolaan, penggunaan, dan

pemanfaatan sumber daya alam nasional tanpa harus berstatus sebagai

pemilik sumber daya alam tersebut.

Page 32: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pembatasan wewenang yang dimiliki negara atas tanah selain

bersifat publik seperti yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA juga

terdapat wewenang Hak Menguasi Negara yang bersifat perdata yang

tercermin dalam Pasal 4 UUPA. Berdasarkan wewenang dalam Pasal 4

UUPA, pemerintah diharuskan membuat suatu rencana umum mengenai

persediaan, peruntukan, dan penggunaan, bumi, air, dan ruang angkasa

serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, untuk keperluan-

keperluan yang bersifat:

1) Politis (tanah dimanfaatkan untuk keperluan atau bangunan

pemerintah termasuk bangunan pertahanan);

2) Ekonomis (tanah dimanfaatkan untuk keperluan perkembangan

produksi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri,

pertambangan, transmigrasi, dan lain-lain); dan

3) Sosial (tanah dimanfaatkan unuk keperluan beribadat, pusat-pusat

permukiman, keperluan sosial, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan

lain-lain).

Cara-cara negara dalam melaksanakan hak yang dimilikinya demi

menjamin kepentingan-kepentingan yang dituntut oleh masyarakat harus

dilaksanakan melalui cara-cara pengambilan keputusan yang adil dan

beradab atas dasar musyawarah bersama berlandaskan hikmah

kebijaksanaan sebagai landasan keputusan.

Setiap orang dalam suatu komunitas (bangsa) memiliki hak tertentu

sebagai dasar dari kepentingannya. Sebaliknya, setiap orang juga

memiliki kepentingan yang menjadi dasar dari haknya. Setiap orang

harus menjalankan secara seimbang dengan kewajiban untuk memenuhi

keperluan hidup masyarakat secara luas, sehingga sikap adil dan beradab

merupakan konsekuensi yang perlu ditampakkan dalam pengambilan

keputusan terkait dengan pelaksanaan wewenang dan hak yang dimiliki

oleh negara.

Subjek Hak menguasai negara adalah pihak atau lembaga yang secara konstitusional dan/atau aturan merupakan pihak yang paling berhak dalam urusan penguasaan (menguasai) terhadap sesuatu

Page 33: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau objek tertentu. Subjek Hak Menguasai Negara menurut Pasal 33 ayat (3) adalah negara. Negara dalam melaksanakan fungsinya mendelegasikan melalui lembaga negara, yaitu eksekutif/pemerintah. Artinya, pemerintah mempunyai kekuasaan untuk melakukan perencanaan, merumuskan aturan, melaksanakan langkah-langkah dan tindakan atas pengelolaan, pemanfaatan, dan mengambil hasil dari sumber daya alam yang terdapat dalam wilayah hukum Indonesia. Kekuasaan yang dipegang pemerintah melekat di dalamnya aspek kewenangan dan tanggung jawab, baik untuk melaksanakan, maupun untuk memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan yang telah dijalankan. Sebagai subjek dari hak menguasai negara, maka pemerintah berlandaskan pada kewenangan yang dimiliknya mempunyai fungsi dasar sebagai berikut: 1) Berkuasa, berwenang, dan bertanggung jawab atas

pengelolaan, pemanfaatan, dan mengambil hasil dari sumber daya alam; dan

2) Melakukan upaya paksa secara hukum, mulai dari teguran, peringatan, sampai dengan penghentian atas kegiatan usaha yang melanggar aturan dan mengabaikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa subjek Hak Menguasai Negara adalah Negara Republik Indonesia yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai lembaga negara yang dijamin oleh konstitusi negara, yaitu Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Artinya, kalau ada pihak lain atau pihak ketiga yang melakukan kegiatan usaha pengolahan sumber daya alam nasional hanyalah atas seizin dari pemerintah, dengan kekuasaan pengendalian, pengaturan, dan pemanfaatan berada di tangan pemerintah (http://www.indolawcenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1518%3Asubjek-hak-menguasai-negara&catid=174%3&Itemid=237).

b. Dasar-Dasar Pemikiran yang Melatarbelakangi Hak Menguasai

Negara atas Tanah

1) Eksistensi Manusia Indonesia

Sejak lahir manusia adalah pribadi yang tersusun atas jasmani

dan rohani dengan akal budi dan kehendak. Unsur manusia tersebut

berpotensi untuk terus berkembang agar mencapai eksistensinya.

Atas dasar itu manusia Indonesia memandang adanya hak kodrati

untuk mengembangkan potensi yang dinamakan sebagai hak asasi

manusia.

Page 34: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk mencapai eksistensinya, manusia Indonesia memandang

bahwa tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhannya tanpa

bantuan dari manusia yang lain dalam masyarakat. Hal ini

mempunyai konsekuensi adanya hidup saling membantu antara

manusia dan masyarakat. Dalam konteks kehidupan bernegara, maka

manusia Indonesia juga memerlukan peran negara untuk

mempertahankan eksistensinya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manusia

secara kodrati adalah makhluk individu dan sosial. Dasar eksistensi

manusia sebagai makhluk sosial adalah sifat dan hakekat manusia

sebagai makhluk berketuhanan (Winahyu Erwiningsih, 2009:109).

2) Hubungan Manusia dengan Tanah

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia haruslah

menciptakan hak dan kewajiban secara seimbang. Keseimbangan

hak dan kewajiban berarti bahwa hak tidak diperlakukan melampaui

kewajiban dan sebaliknya kewajiban tidak diperlakukan melampaui

hak. Perilaku yang mencerminkan keseimbangan antara hak dan

kewajiban adalah perilaku yang mencerminkan pula sifat adil dan

beradab sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Manusia yang adil dan

beradab merupakan suatu keyakinan dan moral sebagai pedoman

kenyataan hidup yang terwujud dalam hubungan manusia dengan

masyarakat dan negara secara keseluruhan.

Menurut pandangan Ronald Z. Tihatelu, dengan dasar manusia sebagai makhluk Tuhan dan sikap adil dan beradab dalam hubungan manusia, maka tanah merupakan pemberian Tuhan kepada pribadi, keluarga, masyarakat, dan Bangsa Indonesia. Memiliki tanah merupakan hak yang diturunkan karena adanya pemberian Tuhan, namun demikian sejalan dengan itu pula, kewajiban dalam pemilikan tanah juga diturunkan, karena Tuhan menghendaki dijalankannya kewajiban bersama hak secara seimbang, secara adil, oleh manusia yang beradab, manusia yang memiliki keluhuran harkat dan martabat selaku manusia ciptaan Tuhan. Dengan demikian yang memiliki hubungan dengan tanah yakni manusia alamiah yakni

Page 35: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perseorangan, keluarga, dan masyarakat. Kumpulan kepemilikan tersebut disebut sebagai milik bangsa (Winahyu Erwiningsih, 2009:110).

3) Hakekat Negara

Istilah negara mengandung makna suatu alat (agency) dari

masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-

hubungan manusia dalam masyarakat dalam menertibkan gejala-

gejala kekuasaan dalam masyarakat. “Hakekat negara adalah suatu

penggambaran tentang sifat dari negara. Negara sebagai wadah dari

suatu bangsa untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita bangsanya.

Tujuan negara merupakan kepentingan utama dari tatanan suatu

negara” (Soehino, 1998:146).

Sebagai organisasi yang memiliki wilayah, negara dapat

memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan

kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari

kehidupan bersama. Tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 memberikan suatu kewenangan bagi

negara untuk mengatur arah pemerintahan dalam usahanya untuk

mewujudkan tujuan tersebut. Hak untuk mengatur yang dimiliki oleh

negara atau kekuasaan yang dijalankan oleh negara memperlihatkan

adanya tugas khusus yang dimiliki oleh negara. Tugas negara antara

lain:

1) Melaksanakan fungsi mengatur;

2) Melaksanakan fungsi penyelesaian sengketa antar masyarakat;

3) Melaksanakan fungsi pengembangan kehidupan khususnya di

bidang perekonomian; dan

4) Melaksanakan fungsi pengadaan fasilitas umum untuk

kepentingan masyarakat.

Page 36: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Hubungan Negara dengan Tanah

Banyak terjadi perbedaan pandangan mengenai hubungan

negara dengan tanah terutama berkaitan dengan status penguasaan

tanah oleh negara. Pendapat pertama memandang bahwa negara

dapat memiliki tanah dengan alasan bahwa negara dipandang sama

dengan subjek perdata sehingga negara dapat mempunyai hubungan

hak milik, hanya saja tanah-tanah milik negara tersebut

dipergunakan bagi kepentingan umum. Alasan yang dikemukakan

adalah bahwa ada hubungan khusus antara negara dengan tanah yang

masuk untuk kategori kepentingan umum.

Pendapat kedua, menyatakan bahwa negara bukan pemilik tanah

karena yang menjadi pemilik tanah adalah manusia yang mempunyai

kedudukan istimewa. Eksistensi manusia senantiasa disertai dengan

hak-hak yang secara alami melekat padanya, termasuk untuk hak

memiliki.

Tanah dapat dimiliki oleh negara dengan alasan-alasan sebagai berikut: 1) Penggunaan langsung oleh negara; 2) Statusnya sebagai res publicae yag dipergunakan warga;

dan 3) Penggunaannya oleh warga tetapi memberi manfaat bagi

kekayaan warga sehingga harus dikuasai dn dimiliki oleh negara, walaupun sebagai quasi proprium (sifat dari pemilikan itu adalah tidak mutlak) (Winahyu Erwiningsih, 2009:114).

Pada awalnya manusia secara alami memiliki tanah untuk

kebutuhan hidupnya. Namun demikian lama kelamaan timbul

ketidaksamaan pemilikan yang disebabkan adanya perbedaan

kemampuan dalam berusaha dan kekuatan. Hal tersebut

menyebabkan perpecahan yang dapat berupa perampasan tanah-

tanah oleh golongan yang kuat terhadap yang lemah. Untuk

mencegah hal tersebut, negara memiliki wewenang untuk

menguasai, mengatur, dan mengusahakan untuk kemakmuran rakyat

dan mengusahakan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh

Page 37: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masyarakat. Dalam hal ini, negara hanya bertindak untuk mengatur

tanpa harus memiliki tanah tersebut, karena pada hakekatnya segala

tanah dan kekayaan yang terkandung didalamnya adalah hak bangsa.

2. Tinjauan umum tentang Perkebunan

a. Pengertian dan Pengaturan Perkebunan

Sesuai dengan rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, perkebunan adalah

segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah

dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah

dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan

ilmu pengetahuan dan teknologi, pemodalan, serta manajemen untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan

masyarakat.

Usaha perkebunan merupakan subsektor yang berdimensi luas,

sebab usaha perkebunan juga mencakup usaha budidaya yang terkait

dengan tanaman dan usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Selain

itu, usaha perkebunan merupakan usaha yang berdimensi ekonomi sangat

luas karena selain dapat mempekerjakan tenaga kerja yang begitu banyak

sekaligus sebagai penyumbang besar bagi Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Sehingga dalam perkembangannya saat ini usaha perkebunan di

Indonesia sangat ditentukan oleh faktor politik yang dijalankan oleh

pemerintah melalui pengaturan usaha perkebunan.

Pengaturan penyelenggaraan usaha perkebunan di Indonesia

dituangkan dalam beberapa ketentuan peraturan, antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

Merupakan payung hukum (umbrella act) bagi penyelenggaraan

usaha perkebunan di Indonesia. Undang-undang ini diterbitkan

dengan pertimbangan bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara berkeadilan seperti yang termaktub

dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, maka perkebunan sebagai

Page 38: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

potensi besar dalam pembangunan perekonomian nasional perlu

diselenggarakan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional,

dan bertanggung jawab. Dalam UU ini diatur mengenai beberapa

hal, yaitu: penyelenggaraan perkebunan; perencanaan perkebunan;

penggunaan tanah untuk usaha perkebunan; pemberdayaan dan

pengolahan usaha perkebunan; pengelolaan dan pemasaran hasil

perkebunan; penelitian dan pengembangan perkebunan;

pengembangan sumber daya manusia perkebunan; pembiayaan

usaha perkebunan; pembinaan dan pengawasan usaha perkebunan;

penyidikan; serta ketentuan pidana.

2) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007

tentang Pedoman Perizinan Usaha Pekebunan.

Permentan ini diterbitkan sebagai bentuk peraturan pelaksanaan

dari Pasal 10 ayat (1), Pasal 17 ayat (3) dan ayat (7), Pasal 22 ayat

(3) UU Nomor 18 Tahun 2004. Permentan ini dimaksudkan sebagai

pedoman dalam memberikan pelayanan perizinan dan untuk

melakukan usaha perkebunan. Ruang lingkup Permentan ini

meliputi: jenis dan perizinan usaha perkebunan; syarat dan tata cara

permohonan izin usaha perkebunan; kemitraan; perubahan luas

lahan, jenis tanaman, dan/atau perubahan kapasitas pengolahan,

serta diversifikasi usaha pembinaan dan pengawasan; dan sanksi

administratif.

3) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009

tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan.

Permentan ini diterbitkan sebagai bentuk peraturan pelaksanaan

dari Pasal 44 ayat (2) UU Nomor 18 Tahun 2004 yang mengatur

mengenai pembinaan dan pengawasan usaha perkebunan.

Permentan ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

penilaian usaha perkebunan yang ruang lingkupnya meliputi:

pelaksanaan penilaian uaha perkebunan; penetapan hasil penilaian

Page 39: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

usaha perkebunan; pengawaan penilaian usaha perkebunan; dan

sanksi administrasi.

Selain diatur dalam beberapa ketentuan tingkat pusat, masing-

masing wilayah di Indonesia memiliki aturan pelaksanaan di tingkat

provinsi guna mengatur penyelenggaraan usaha perkebunan di

wilayahnya masing-masing, tidak terkecuali dengan Provinsi Jawa

Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerbitkan beberapa

peraturan terkait dengan pelaksanaan usaha perkebunan di wilayah

Provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam:

1) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005

tentang Perizinan Usaha Perkebunan.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerbitkan Perda ini dalam

rangka penertiban, pengendalian, pemanfaatan, dan pengawaan

terhadap sumber daya alam untuk usaha perkebunan khususnya di

wilayah Provinsi Jawa Tengah yang dimanfaatkan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran masyarakat. Ruang lingkup Perda ini

mencakup: usaha perkebunan; perizinan; retribusi; uang

perangsang; pembagian hal retribusi; ketentuan penyidikan;

ketentaun pidana; pemberdayaan masyarakat; serta pembinaan,

pengawasan, dan pengendalian.

2) Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2005 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan.

Peraturan gubernur (Pergub) ini diundangkan sebagai bentuk aturan

pelaksanaan dari Perda Nomor 2 Tahun 2005 agar dapat

dilaksanakan secara berdayaguna dan berhasil guna.

3) Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor

5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha

Perkebunan.

Peraturan kepala dinas ini diterbitkan guna melaksanakan Peraturan

Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2005. Di dalamnya berisi

Page 40: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketentuan konkrit mengenai petunjuk teknis pelaksanaan ketentuan

tentang perizinan usaha perkebunan sebagaimana telah diatur

dalam Perda dan Pergub.

b. Asas, Tujuan, Fungsi, dan Perencanaan Perkebunan

Pembangunan perkebunan berpijak pada landasan atau asas yang

mendasar dari penyelenggaraan perkebunan yang berintikan pada asas

manfaat dan asas keterpaduan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam

Pasal 2 UU Nomor 18 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa perkebunan

diseleggarakan berdasarkan atas asas:

1) manfaat dan berkelanjutan, bahwa dalam penyelenggaraan

perkebunan harus dapat meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat dengan mengupayakan kelestarian fungsi

lingkungan hidup dan memperhatikan kondisi sosial budaya;

2) keterpaduan, bahwa dalam penyelenggaraan perkebunan harus

dilakukan dengan memadukan subsistem produksi, pengolahan,

dan pemasaran hasil perkebunan;

3) kebersamaan, bahwa dalam penyelenggaraan perkebunan

menerapkan kemitraan secara terbuka, sehingga terjalin keterkaitan

dan saling ketergantungan secara sinergis antar pelaku usaha

perkebunan;

4) keterbukaan, bahwa dalam penyelenggaraan perkebunan dilakukan

dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan didukung dengan

pelayanan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat; dan

5) keadilan, bahwa dalam penyelenggaraan perkebunan harus

memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara

proporsional kepada semua warga negara sesuai dengan

kemampuannya serta harus memperhatikan kepentingan nasional,

antar daerah, antar wilayah, antar sektor, dan antar pelaku usaha.

Page 41: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tujuan yang paling penting dari penyelenggaraan perkebunan

diatur dalam Pasal 3 UU Nomor 18 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa

perkebunan diselenggarakan dengan tujuan:

1) meningkatkan pendapatan masyarakat;

2) meningkatkan penerimaan negara;

3) meningkatkan penerimaan devisa negara:

4) menyediakan lapangan kerja;

5) meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing;

6) memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam

negeri; dan

7) mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara

berkelanjutan.

Selain tujuan tersebut, penyelenggaraan perkebunan memiliki

peranan dan fungsi yang sangat penting karena berkaitan dengan fungsi

ekonomi, ekologi, dan sosial budaya. Hal tersebut sesuai dengan

ketentuan yang terdapat dalam Pasal 4 UU Nomor 18 Tahun 2004 yang

menyatakan bahwa perkebunan mempunyai fungsi:

1) ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional;

2) ekologi, yaitu peningkatan konversi tanah dan air, penyerap

karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan

3) sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa (melalui

penerapan kemitraan usaha perkebunan serta kesamaan budaya

agraris yang mampu menciptakan kondisi saling ketergantungan

dan keterkaitan secara sinergis antar pelaku usaha maupun antar

wilayah).

Sejalan dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 4 tersebut,

perkebunan merupakan komoditas utama dalam rangka peningkatan

pendapatan masyarakat dan peningkatan pemasukan devisa negara. Oleh

karena itu, pemerintah seharusnya membuat perencanaan yang matang

Page 42: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam kaitannya dengan pembangunan perkebunan di masa yang akan

datang.

Pasal 6 UU Nomor 18 Tahun 2004 menyatakan bahwa perencanaan

perkebunan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan alat

pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan perkebunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3. Perencanaan perkebunan merupakan suatu

tindakan perencanaan makro baik di tingkat nasional, provinsi, maupun

kabupaten/kota dan bukan merupakan perencanaan usaha/perancangan

mikro yang dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan. Perencanaan

perkebunan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi,

dan pemerintah kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan

masyarakat.

“Sementara itu, perencanaan perkebunan merupakan perencanaan

yang dilakukan dengan pendekatan yang multi kompleks karena

didalamnya melibatkan segala yang berkaitan dengan pembangunan

perkebunan tersebut, misalnya rencana yang dikaitkan dengan

pendekatan tata ruang dan sebagainya” (Supriadi, 2010:548).

Pasal 7 UU Nomor 18 Tahun 2004 menyatakan bahwa perencanaan

perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan

berdasarkan:

1) rencana pembangunan nasional;

2) rencana tata ruang wilayah;

3) kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha

perkebunan;

4) kinerja pembangunan perkebunan;

5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

6) sosial budaya;

7) lingkungan hidup;

8) kepentingan masyarakat:

9) pasar; dan

Page 43: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10) aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi keutuhan bangsa

dan negara.

Perencanaan perkebunan tersebut mencakup:

1) wilayah, mencakup: ketersediaan hamparan lahan yang menurut

agroklimat sesuai untuk usaha perkebunan, perlindungan wilayah

geografis bagi komoditas perkebunan, spesifik lokasi, dan kawasan

pengembangan industri masyarakat perkebunan;

2) tanaman perkebunan, mencakup: pemilihan tanaman yang

disesuaikan dengan kontur tanah, wilayah tanam, serta nilai jual

dalam jangka panjang;

3) sumber daya manusia, mencakup: pelaku usaha perkebunan, tenaga

kerja, serta aparat pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota yang

terkait di bidang perkebunan;

4) kelembagaan, mencakup: kelembagaan pelaku usaha perkebunan

dan kelembagaan layanan pemerintah, provinsi, dan

kabupaten/kota;

5) keterkaitan dan keterpaduan hulu-hilir, merupakan seluruh kegiatan

perencanaan yang dilakukan dengan memperhatikan pendekatan

sistem dan usaha agribisnis untuk membangun sinergi; dan

6) sarana prasaran; dan

7) pembiayaan.

Dengan demikian maka pelaksanaan perencanaan perkebunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 harus terukur, dapat

dilaksanakan, realistis, dan bermanfaat serta dilakukan secara partisipatif,

terpadu, terbuka, dan akuntabel.

c. Karakteristik Perkebunan Indonesia

Perkebunan besar di Indonesia yang berperan sebagai roda

penggerak subsektor ekonomi merupakan produk yang lahir dari sistem

ekonomi politik dunia yang masih bertahan hingga saat ini. Perkebunan

besar yang merupakan warisan dari penjajahan kolonialisme Belanda

Page 44: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

muncul dari sistem ekonomi kapitalis global yang bersifat eksploitatif

dan dipenuhi dengan kekerasan yang pada dasarnya menjadi bagian dari

inheren dari sistem perkebunan itu sendiri yang digerakkan oleh modal

besar, teknologi modern, dan pasar ekspor. Perkebunan merupakan alas

bagi pertumbuhan kapitalisme industri yang mulai tumbuh dan

berkembang pada awal abad ke-18.

Sejarah budidaya perkebunan tidak terlepas dari peran para penjajah, terutama Belanda yang telah meletakkan dasar bagi berkembangnya perusahaan perkebunan di Indonesia. Seperti di negara berkembang lainnya, sistem perkebunan di Indonesia juga diperkenalkan lewat kolonialisme Barat, dalam hal ini kolonialisme Belanda (Mubyarto, dkk, 1992:15).

Ketika undang-undang agraria (Agrarische Wet) dikeluarkan pada

tanggal 9 April 1870 oleh Menteri Jajahan De Wall sebagai pengganti

undang-undang agraria yang lama, maka eksistensi perkebunan semakin

menguat dan kekuatannya semakin meluas. Undang-undang tersebut

memberikan legalitas dan jaminan yang lebih luas kepada kepentingan

modal besar swasta untuk menanamkan modalnya di subsektor

perkebunan dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk

mendapatkan tanah dengan jaminan dan perlindungan akan

perkembangannya. Peristiwa itulah yang membuat awal terjadinya

liberalisasi sistem agraria khususnya pada subsektor perkebunan di

Indonesia yang membuat perkebunan besar menjadi penguasa tunggal

atas sebagian besar tanah di Indonesia (Syaiful Bahari, 2004:41).

Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

merupakan sebuah anugerah bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu

hasil kekayaan alam yang diharapkan mampu memberikan kontribusi

bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan pendapatan asli

daerah adalah pembangunan dan pengembangan perkebunan.

Dalam skala nasional usaha pembangunan perkebunan selama ini dilaksanakan melalui dua bentuk usaha yaitu usaha perkebunan rakyat yang berskala kecil dan usaha perkebunan besar yang dimiliki negara dan swasta. Dari areal seluas 14.560.000 Ha pada

Page 45: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahun 2000 seluas 80,40% merupakan areal perkebunan rakyat yang melibatkan lebih dari 70.000.000 petani dan selebihnya merupakan perkebunan besar milik negara dan swasta. Di Jawa Tengah luas total areal perkebunan 711.666,890 Ha terdiri dari perkebunan rakyat 661.321,810 Ha (92,60%) dan perkebunan negara seluas 34.049,210 Ha (4,76%) yang tersebar pada 16 PTP dan untuk perkebunan besar swasta sejumlah 60 kebun dengan luas total 16.295,870 Ha (2,64%) (Lego Karjoko, 2007:2).

Perkebunan besar sebagai pelaksana penyelenggaraan perkebunan

di Indonesia memiliki beberapa ciri-ciri umum, antara lain:

1) sistem ekonomi perkebunan besar ditopang oleh dominasi pemikiran bahwa ekspor komoditas pertanian harus diprioritaskan demi pertumbuhan ekonomi nasional;

2) perkebunan besar menguasai tanah yang luasnya tak terbatas atau tidak dibatasi;

3) kebutuhan tenaga kerja sangat besar, jauh melebihi suplai tenaga kerja yang ada di pasar. Karena itu diciptakanlah mekanisme ekstra-pasar atau non pasar (budak belian, kuli kontrak, transmigrasi, dan sejenisnya);

4) pengelolaan perkebunan besar sangat ketat dan cenderung bengis. Birokrasi yang ketat dan bengis ini oleh Breman disebut plantokrasi; dan

5) birokrasi perkebunan besar tidak terjangkau oleh kontrol sosial karena perkebunan besar merupakan enclave yang terisolasi dari masyarakat (Syaiful Bahari, 2004:40-41).

Perkebunan besar dan negara merupakan dua institusi yang saling terkait erat dan berdampingan. Di satu pihak, negara menggunakan perkebunan besar sebagai alat penghasil devisa dan pertumbuhan ekonomi nasional, di pihak lain perkebunan besar juga menggunakan negara sebagai alat kekuasaan mereka untuk memperbesar kekuasaan ekonominya (Syaiful Bahari, 2004:41).

Lebih jauh lagi, perkebunan merupakan suatu andalan komoditas unggulan dalam menopang pembangunan perekonomian nasional Indonesia, baik dari sudut pandang pemasukan devisa negara maupun dari sudut pandang peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dengan cara membuka lapangan pekerjaan yang sangat terbuka luas (Supriadi, 2010:544).

Sebagai pilar penopang pembangunan nasional, subsektor

perkebunan mempunyai posisi yang kuat atau bahkan mempunyai

kekuasaan yang cukup besar dalam mengendalikan arah politik suatu

negara, terutama negara-negara yang masih bercorak agraris seperti

Page 46: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Indonesia. Walaupun sepanjang perjalanannya perkebunan besar banyak

mengalami konflik antara petani dan perkebunan yang mayoritas

diakibatkan adanya permasalahan hak atas penguasaan tanah, negara

masih berkepentingan mempertahankan perkebunan besar sebagai salah

satu pilar pembangunan ekonomi nasional. Perkebunan besar masih

dianggap primadona dalam pengumpul devisa negara yang rata-rata

mencapai 4-5 milyar dollar AS.

Sampai dengan saat ini, orientasi kebijakan perkebunan Indonesia

yang menganut sistem perkebunan liberal kapitalistik masih

membedakan secara tajam antara perkebunan besar (BUMN dan swasta,

termasuk PMA) dengan perkebunan rakyat. Implikasi kebijakan dualistik

ini telah memberi kemudahan bagi yang besar dan tekanan bagi yang

kecil, dengan gambaran sebagai berikut:

1) Perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu antara perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif dan menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap SDA dan SDM, dan perkebunan rakyat yang menggunakan susbsistem dan tradisional serta luas lahan terbatas. Kedua sistem ini menguasai bagian tertentu dari masyarakat dan keduanya hidup berdampingan. Perbedaan keduanya tidak jarang menimbulkan konflik ekonomi yang berkembang menjadi konflik sosial;

2) Perkebunan Rakyat (PR) yang luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional masih belum mendapatkan fasilitas dan perlindungan yang memadai dari pemerintah. Masalah ini menjadi penting antara lain karena penduduk yang menggantungkan hidupnya pada perkebunan rakyat sekitar 15 juta orang;

3) Hak menguasai oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum sebagai Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidak-pastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan belum kunjung diselesaikan;

4) Masuknya pemodal besar ke usaha perkebunan masih belum memberikan kontribusi pada kesejahteraan rakyat setempat. Hingga saat ini masih belum ada re-distribusi aset dan manfaat yang adil (proporsional) kepada masyarakat dari usaha perkebunan;

Page 47: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5) Kebijakan pengembangan perkebunan lebih berpihak pada perkebunan besar yang ditunjukkan oleh alokasi pemanfaatan kredit, dukungan penelitian dan pengembangan, serta pelatihan SDM;

6) Pengembangan perkebunan besar lebih dilandasi pada pembukaan lahan hutan dalam skala besar yang dilakukan dengan mengabaikan hak-hak masyarakat di dalamnya. Pada beberapa daerah kondisi demikian ini telah menimbulkan konflik sosial serta dampak negatif terhadap lingkungan; dan

7) Organisasi-organisasi usaha perkebunan yang menghimpun diri dalam asosiasi pengusaha perkebunan bersifat eksklusif dan powerful dengan tingkat kepedulian terhadap pemberdayaan organisasi-organisasi petani/pekebun yang relatif masih rendah (http://www.ipard.com/art_perkebun/0040804DD.asp).

d. Kewajiban Perusahaan Perkebunan

Perusahaan perkebunan merupakan pelaku usaha perkebunan

warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut

hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola

perkebunan dengan skala tertentu yang didasarkan pada luasan lahan

usaha, jenis tanaman, teknologi, tenaga kerja, modal dan/atau kapasitas

pabrik yang diwajibkan memiliki izin usaha.

Perusahaan perkebunan memegang peran yang strategis dalam

rangka mewujudkan cita hukum atas penyelenggaraan perkebunan seperti

yang tercantum dalam Pasal 3 UU Nomor 18 Tahun 2004. Setiap

perusahaan perkebunan memiliki kewajiban yang diatur dalam beberapa

ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

penyelenggaraan perkebunan, antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

Kewajiban perusahaan perkebunan terdapat dalam Pasal 25 yang

menyatakan: “Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara

kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya.”

2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah.

Page 48: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kewajiban perusahaan pekebunan terdapat dalam Pasal 12 ayat (1)

yang menyatakan:

Pemegang Hak Guna Usaha berkewajiban untuk: a. membayar uang pemasukan kepada Negara; b. melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan

dan/atau peternakan sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya;

c. mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria yang ditetapan oleh instansi teknis;

d. membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal Hak Guna Usaha;

e. memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan Hak Guna Usaha;

g. menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;

h. menyerahakan sertifikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan.

3) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.

Kewajiban perusahaan perkebunan terdapat dalam Pasal 34, yang

menyatakan:

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, wajib: a. menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua)

tahun sejak diterbitkannya IUP-B, IUP-P, atau IUP; b. merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan

sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku;

c. memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran;

d. membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;

e. memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT);

Page 49: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL) sesuai peraturan perundang-undangan;

g. menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta

h. melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005

tentang Perizinan Usaha Perkebunan.

Kewajiban perusahaan perkebunan terdapat dalam Pasal 9 yang

menyatakan:

Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 berlaku selama perusahaan menjalankan usaha perkebunan dengan baik dan kepada perusahaan diwajibkan untuk: a. melaporkan perkembangan usahanya secara berkala setiap

semester; b. mengajukan permohonan persetujuan apabila akan

mengadakan perubahan jenis tanaman atau perluasan uaha lainnya;

c. memberitahukan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan.

5) Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah Nomor 5 Tahun

2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan.

Kewajiban perusahaan perkebunan terdapat dalam Pasal 5 yang

menyatakan: “Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

setiap tahun wajib melakukan registrasi lewat Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah dengan mempergunakan format permohonan

registrasi.”

3. Tinjauan umum tentang Perizinan dalam Hukum Administrasi Negara

a. Pengertian Perizinan

Didalam kamus hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai:

“Overheidstoestemmingdoor wet of verordening vereist gesteld voor tal

van handeling waarop in het algemeen belang speciaal toezicht vereist

Page 50: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

is, maar die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd”

yang berarti perkenan atau izin dari pemerintah berdasarkan undang-

undang atau peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan

yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada

umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak

dikehendaki.

Selain terdapat dalam kamus hukum, pengertian izin disampaikan

pula oleh beberapa pakar diantaranya menurut Sjachran Basah dan Bagir

Manan. Menurut pendapat Sjachran Basah, izin adalah suatu perbuatan

hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan

dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana

ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

menurut Bagir Manan, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa

berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan

melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang dilarang (Ridwan H.R.,

2010:207-208).

Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan

dalam hukum administrasi yang merupakan salah satu wujud dari

ketetapan. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

mengendalikan tingkah laku masyarakat. Hal tersebut berangkat dari

rumusan yang dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo yang menyatakan

bahwa izin (vergunning) adalah ‘dispensasi dari suatu larangan’ sehingga

izin beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak melarang suatu

perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya disyaratkan melalui prosedur

tertentu yang telah ditetapkan, sehingga tercapai suatu tertib administrasi

(Titik Triwulan Tutik, 2010:242-243).

Berdasarkan beberapa pendapat para pakar tersebut, maka dapat

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan izin adalah suatu perbuatan

pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan

untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan

persyaratan tertentu.

Page 51: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Unsur-unsur Perizinan

Perizinan sebagai salah satu wujud Ketetapan Tata Usaha Negara

memiliki beberapa unsur didalamnya, yaitu sebagai berikut:

1) Instrumen Yuridis

Guna mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg),

pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan yang

kemudian muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi

peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan.

Izin merupakan salah satu wujud ketetapan yang bersifat

konstitutif.

2) Peraturan Perundang-undangan

Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah wetmatigheid van

bestuur atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah

harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku, termasuk didalamnya

pembuatan dan penerbitan ketetapan izin. Izin yang dibuat dan

diterbitkan tanpa didasarkan pada wewenang peraturan perundang-

undangan yang berlaku dapat mengakibatkan ketetapan izin

tersebut menjadi tidak sah.

3) Organ Pemerintah

Izin hanya boleh diterbitkan oleh organ pemerintah. Organ

pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan

baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dari berbagai

penyelenggaraan ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat

diketahui bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (presiden)

sampai dengan administrasi negara terendah (lurah) berwenang

menerbitkan izin.

4) Peristiwa Konkret

Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan yang

digunakan oleh pemeritah dalam menghadapi peristiwa konkret dan

Page 52: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

individual. Yang dimaksud dengan peristiwa konkret di sini adalah

suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu,

tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret

ini beragam sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat,

maka izinpun memiliki berbagai keberagaman.

5) Prosedur dan Persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur dan

persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh

pemerintah selaku pemberi izin sesuai dengan jenis, tujuan, dan

instansi yang menerbitkan izin tersebut.

Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan konkret, dan bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi. Bersifat kondisonal, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratakan itu terjadi. Penentuan prosedur dan persyaratan perizinan ini dilakukan secara sepihak oleh pemerintah. Meskipun demikian, pemerintah tidak boleh membuat atau menentukan prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya sendiri secara arbitrer (sewenang-wenang), tetapi harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. Dengan kata lain, pemeritah tidak boleh menentukan syarat yang melampaui batas tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan bersangkutan (Ridwan. H.R., 2010:217).

c. Fungsi dan Tujuan Perizinan

Izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah

untuk mempengaruhi warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkan

pemerintah guna mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu

instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak hukum sebagai pengarah,

perekayasa, dan perancang terciptanya masyarakat yang adil dan

makmur. Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran

masyarakat yang adil dan makmur tersebut terwujud. Sehingga

Page 53: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan

pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri.

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, berkenaan dengan fungsi-fungsi

hukum, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.

Adapun tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan konkret

menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin tersebut (Ridwan H.R.,

20110:218).

d. Bentuk dan Isi Izin

Sesuai dengan sifatnya yang merupakan bagian dari ketetapan, izin

selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara

umum izin memuat hal-hal sebagai berikut (Ridwan H.R., 2010:219-

223):

1) Organ yang Berwenang

Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ berwenang

dalam sistem perizinan, organ yang paling menguasai materi dan

tugas serta yang hampir selalu terkait adalah organ pemerintahan.

2) Yang Dialamatkan

Izin ditujukan kepada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin

terbit setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk

mendapatkan izin tertentu.

3) Diktum

Demi kepastian hukum, izin harus memuat uraian sejelas mungkin

mengenai tujuan penerbitan izin tersebut. Diktum merupakan inti

dari suatu keputusan, sehingga setidak-tidaknya dalam diktum

terdiri atas keputusan pasti yang memuat hak dan kewajiban yang

dituju oleh keputusan itu.

4) Ketentuan-ketentuan, Pembatasan-pembatasan, dan Syarat-syarat

Keputusan izin harus mengandung ketentuan, pembatasan, dan

syarat-syarat (voorschriften, beperkingen, en voorwaarden).

Ketentuan-ketentuan ialah kewajiban-kewajiban yang dapat

Page 54: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dikaitkan pada keputusan yang menguntungkan. Ketentuan-

ketentuan pada izin banyak terdapat dalam praktik hukum

administrasi. Dalam pembuatan keputusan izin dimasukkan

pembatasan-pembatasan yang memberi kemungkinan untuk secara

praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan dengan

menunjuk batas waktu, tempat, atau ditentukan dengan cara lain. Di

samping itu, dalam keputusan dimuat syarat-syarat yang dapat

menentukan akibat-akibat hukum tertentu pada suatu peristiwa

konkret yang terjadi.

5) Pemberian Alasan

Pemberian alasan memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan

peraturan perundang-undangan, pertimbangan-pertimbangan

hukum, dan penetapan fakta yang dijadikan sebagai pertimbangan

dalam penerbitan ketetapan izin tersebut.

6) Pemberitahuan-pemberitahuan Tambahan

Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang

dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan

dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan akibat

ketidakpatuhan.

4. Tinjauan umum tentang Penegakan Hukum dalam Hukum Administrasi

Negara

Hukum administrasi negara memaknai pengawasan sebagai “proses

kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau

diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau

diperintahkan.” Hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana

terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab

ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen

pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola

pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk

menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks

Page 55: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good

governance itu sendiri (http://dewaarka.wordpress.com/2010/05/25/hukum-

perizinan/).

Menurut P. Nicolai dan kawan-kawan, pengawasan merupakan salah

satu sarana penegakan hukum administrasi negara. Dalam pengawasan, organ

pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan undang-

undang yang ditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan

yang meletakkan kewajiban kepada individu. “Pendapat yang dikemukakan

oleh Nicolai agaknya hampir senada dengan Ten Berge, seperti dikutip

Philipus M. Hadjon, yang menyebutkan bahwa instrumen penegakan hukum

administrasi meliputi pengawasan dan penerapan sanksi” (Ridwan H.R.,

2010:311).

Pengawasan merupakan suatu langkah preventif untuk memaksakan

kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk

memaksakan kepatuhan. Pengawasan merupakan suatu perwujudan dari

perlindungan hukum preventif yang diberikan oleh negara. Perlindungan

hukum preventif merupakan sarana yang penting apabila dikaitkan dengan

asas “freis ermessen” (discretionaire bevoeghdeid) yang diwujudkan dalam

bentuk keberatan (inspraak) terhadap suatu ketetapan atau keputusan. Rakyat

diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya

sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

Asas keterbukaan dalam pelaksanaan pemerintahan sangat diperlukan

guna meningkatkan kinerja pemerintahan, seperti yang diungkapkan oleh

Benjamin E. Hermalin dan Michael S. Weisbach yang menyatakan:

“The link between governance and transparency is clear in the public’s (and regulators’) perceptions; transparency was increased for the purpose of improving governance”. (“Hubungan antara pemerintahan dan keterbukaan yang jelas dalam pandangan publik (dan pembuat aturan); peningkatan keterbukaan ditujukan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan).

“Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak

pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan

Page 56: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

adanya perlindungan hukum yang preventif, pemerintah terdorong untuk

bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada

diskresi” (Philius M. Hadjon, 1987:2). Perlindungan hukum preventif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. “Arti penting perlindungan

hukum preventif adalah lebih baik mencegah sengketa daripada

menyelesaikan sengketa” (Titik Triwulan Tutik, 2010:288).

Telah disebutkan bahwa sarana penegakan hukum administrasi selain

pengawasan adalah penerapan sanksi. “Sanksi merupakan bagian yang

penting dalam setiap peraturan perundang-undangan, bahkan J.B.J.M. ten

Berge menyebutkan bahwa sanksi merupakan inti dari penegakan hukum

administrasi” (Ridwan H.R., 2010:313). Sanksi juga berfungsi untuk

memaksakan tingkah laku masyarakat agar berbuat seperti yang dikehendaki

oleh pemerintah sesuai dengan norma hukum yang ada.

Sanksi dalam Hukum Administrasi; “De publiekrechtelijke machtsmiddelen die de overheid kan aanwenden als reactie op niet-naleving van verplichtingen die voortvloeien uit administratiefrechtelijke ormen,” yaitu “alat kekuasaan yang bersifat hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi negara.” Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi dalam hukum administrasi negara, yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen), bersifat hukum publik (publiekrechtelijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi atas ketidakpatuhan (reactie op niet-naleving) (Ridwan H.R., 2010:315).

Sanksi hukum administrasi memiliki beberapa ciri khas, yaitu

penerapan sanksi ditujukan pada perbuatan (bukan pada pelaku), sifat sanksi

admistrasi adalah reparatoir-condemnatoir yaitu pemulihan kembali pada

keadaan semula dan memberikan hukuman, dan prosedur pemberian sanksi

dilakukan langsung oleh pemerintah tanpa melalui peradilan. Ketiga hal

tersebut yang membedakan antara sanski administratif dengan sanksi pidana

dan perdata.

Apabila ditinjau dari segi sasarannya, dalam Hukum Administrasi

dikenal 2 (dua) jenis sanksi yaitu sanksi reparatoir (reparatoire sancties) yang

ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya

Page 57: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelanggaran atau menempatkan pada situasi yang sesuai dengan hukum

(legale situatie) dan sanksi punitif (punitive sancties) yang ditujukan untuk

memberikan hukuman (straffen) pada seseorang.

Pada umumnya jenis sanksi hukum administrasi negara dicantumkan

dan disebutkan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan bidang

administrasi tertentu. Secara umum dikenal beberapa macam sanksi dalam

hukum administrasi, yaitu (Ridwan H.R., 2010:319-334):

a. Paksaan Pemerintahan (Bestuursdwang/Politiedwang)

Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh

organ pemerintah atau atas nama pemerintah tanpa perantaraan hakim

(parate executie) untuk memindahkan, mengosongkan, menghalang-

halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan

atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan guna mengakhiri

situasi yang bertentangan dengan norma hukum administrasi negara.

b. Penarikan Kembali KTUN yang Menguntungkan.

KTUN yang menguntungkan (begunstigende beschikking) artinya

KTUN tersebut memberikan hak-hak atau memberikan kemungkinan

untuk memperoleh sesuatu melalui ketetapan atau bila ketetapan itu

memberikan keringanan beban yang ada atau mungkin ada. Penarikan

ini dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya

menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan

terdahulu yang dimaksudkan untuk mengakhiri keadaan yang secara

objektif tidak dapat dibenarkan lagi.

c. Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)

Pengenaan uang paksa dalam hukum administrasi dapat dikenakan

kepada seseorang yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang

ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternatif dari tindakan paksaan

pemerintah yang nilai maksimalnya telah ditetapkan berdasarkan

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan beratnya

Page 58: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kepentingan yang dilanggar dan disesuaikan dengan tujuan

diterapkannya dwangsom tersebut.

d. Pengenaan Denda Administratif

Pengenaan denda administratif (bestuurslijke boetes) merupakan reaksi

terhadap pelanggaran norma yang ditujukan untuk menambah hukuman

yang pasti, tujuan tersebut berbeda dengan dwangsom yang hanya

ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret yang sesui dengan norma.

Pada berbagai peraturan perundang-undangan, besarnya jumlah denda

yang dikenakan pada pelanggar telah ditentukan secara tegas.

Sehingga secara umum, tindakan administrasi merupakan serangkaian

kegiatan mulai dari pembuatan aturan sampai dengan pemberian sanksi

seperti yang dikemukakan oleh Benedict Kingsbury:

Global administrative law as comprising the structures, procedures and normative standards for regulatory decision-making including transparency, participations, and review, and the rule-governed mechanisms for implementing these standards, that are applicable to formal intergovernmental regulatory bodies; to informal intergovernmental regulatory networks, to regulatory decisions of national governments where these are part of an international intergovernmental regime; and to hybrid public-private or private transnational bodies. Such a definition, we are also proposing that much of global governance can be understood and analyzed as administrative action: rule-making, administrative sanction between competing interests, and other forms of regulatory administrative decisions. (Hukum administrasi secara umum terdiri dari susunan, prosedur dan standar normatif untuk aturan-aturan dalam pembuatan keputusan termasuk keterbukaan, partisipasi, dan peninjauan, dan mekanisme aturan pemerintah untuk menerapkan standar tersebut, hal tersebut dapat diterapkan untuk lembaga resmi pemerintah pembuat aturan; untuk jaringan pemerintah pembuat aturan yang tidak resmi, untuk pembuat keputusan dari pemerintahan nasional dimana bagian-bagian tersebut adalah bagian dari rezim pemerintahan internasional; dan untuk pecampuran publik-privat atau lembaga privat. Mengacu pada definisi tersebut, kami juga menganjurkan bahwa pemerintahan secara umum dapat dipahami dan dianalisa sebagai tindakan administrasi: pembuat aturan, pemberi sanksi administrasi akibat persaingan kepentingan, dan bentuk-bentuk lain dari pembuatan aturan dan keputusan administrasi).

Page 59: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah gambaran penelitian ini dapat dilihat dari kerangka

pemikiran dibawah ini:

Interpretasi

Ragaan 1. Kerangka Pemikiran

Peraturan Perundang-undangan

1. UUD Tahun 1945 2. UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA 3. UU No. 18 Tahun 2004 tentang

Perkebunan 4. PP No. 40 Tahun 1996 tentang Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah

5. Permentan No. 26/Pementan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Izin Usaha Perkebunan.

6. Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan

7. Perda Jawa Tengah No. 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan

8. Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan

Peristiwa Hukum

1. Pemberian Izin Usaha Perkebunan di Jawa Tengah

2. Mekanisme Pengawasan Usaha Perkebunan di Jawa Tengah

3. Tindakan Dinbun Jawa Tengah terhadap Perusahaan Perkebunan Tidak Sehat

Kesimpulan

1. Kesesuaian pemberian IUP terhadap peraturan perundangan-undangan.

2. Kesesuaian mekanisme pengawasan terhadap peraturan perundangan-undangan.

3. Kesesuaian tindakan hukum Dinbun atas perkebunan yang tidak sehat terhadap peraturan perundang-undangan.

Fakta Hukum Kebijakan Dinbun Jateng dalam melaksanakan pengawasan Izin Usaha Perkebunan di Jateng 1. Pemberian Izin Usaha

Perkebunan di Jawa Tengah 2. Mekanisme Pengawasan Usaha

Perkebunan di Jawa Tengah 3. Tindakan Dinbun Jawa Tengah

terhadap Perkebunan Tidak Sehat

Page 60: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan:

Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan alur pemikiran penulis dalam

mengangkat, menggambarkan, menelaah, dan menjabarkan serta menemukan

jawaban atas permasalahan hukum yaitu pelaksanaan pengawasan izin usaha

perkebunan di Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dijelaskan bahwa dalam

pelaksanaan pengawasan Izin Usaha Perkebunan khususnya perusahaan

perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang berada di bawah naungan

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah selaku dinas teknis terkait, terdapat

beberapa peristiwa hukum yang timbul terkait dengan pemberian izin usaha

perkebunan di Provinsi Jawa Tengah, mekanisme pengawasan usaha perkebunan

di Provinsi Jawa Tengah, dan tindakan hukum Dinas Perkebunan terhadap

perkebunan yang tidak sehat.

Peristiwa-peristiwa hukum yang timbul tersebut tidak terlepas dari

kebijakan atau langkah yang diambil oleh Dinas Perkebunan dalam melaksanakan

pengawasan izin usaha perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Tengah, khususnya

dalam menyikapi perkebunan-perkebunan yang tidak sehat atau mengalami

permasalahan baik intern maupun ekstern. Kebijakan atau langkah yang diambil

harus tetap memperhatikan fakta-fakta hukum yang terdapat di lapangan agar

kebijakan atau langkah tersebut tidak merugikan bagi perusahaan perkebunan itu

sendiri, masyarakat sekitar, negara, dan berbagai pihak yang terkait.

Pengambilan kebijakan oleh Dinas Perkebunan tidak hanya memperhatikan

fakta-fakta hukum yang timbul, akan tetapi juga harus sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Beberapa peraturan perundang-undangan

terkait yang dipakai sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan Dinas

Perkebunan, antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berisi tujuan negara Indonesia,

khususnya pada Pasal 33 ayat (3);

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria yang menjadi aturan dasar mengenai segala bidang yang berkaitan

dengan pertanahan nasional;

Page 61: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yang merupakan

payung hukum penyelenggaraan subsektor perkebunan sekaligus berisi

mengenai tujuan penyelenggaraan subsektor perkebunan di Indonesia yang

terdapat dalam Pasal 3;

4. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah sebagai peraturan yang

mengatur mengenai Hak Guna Usaha sebagai hak atas tanah yang wajib

dimiliki oleh perusahaan perkebunan dalam menjalankan usaha pada

subsektor perkebunan;

5. Permentan No. 26/Pementan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan

Izin Usaha Perkebunan yang merupakan peraturan teknis dalam pelaksanaan

pemberian izin usaha perkebunan dari Dinas Perkebunan terhadap

perusahaan perkebunan;

6. Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian

Usaha Perkebunan yang merupakan peraturan teknis dalam pelaksanaan

penilaian usaha perkebunan guna memberikan kelas kebun yang dilakukan

oleh Dinas Perkebunan;

7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2005 tentang

Perizinan Usaha Perkebunan yang merupakan peraturan pelaksana yang

harus dijalankan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dalam proses

pemberian Izin Usaha Perkebunan terhadap perusahaan perkebunan.

8. Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun

2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan yang mengatur

mengenai aturan teknis yang diterapkan di lapangan dalam proses

pemberian izin usaha perkebunan.

Pemakaian interpretasi peraturan perundang-undangan tersebut

dimaksudkan agar kebijakan yang diambil oleh Dinas Perkebunan memiliki

landasan hukum dalam rangka terwujudnya tujun dari penyelenggaraan subsektor

perkebunan sebagai sarana dalam pencapaian tujuan negara, yaitu kesejahteraan

masyarakat.

Page 62: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Interpretasi antara fakta hukum dan peraturan perundang-undangan yang

terjadi secara timbal balik akan menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain

untuk menilik kesesuaian pelaksanaan pemberian IUP, mekanisme pengawasan

perusahaan perkebunan, serta tindakan hukum yang diambil oleh Dinas

Perkebunan kepada perusahaan yang tidak sehat terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku terkait dengan subsektor perkebunan.

Page 63: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah merupakan dinas teknis terkait

yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan urusan pemerintahan daerah

bidang perkebunan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan, hal

tersebut sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun

2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 2

tersebut, Dinas Perkebunan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. perumusan kebijakan teknis bidang perkebunan;

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

perkebunan;

3. pembinaan dan fasilitasi bidang perkebunan lingkup provinsi dan

kabupaten/kota;

4. pelaksanaan tugas dibidang sarana dan prasarana, produksi perkebunan,

usaha perkebunan, pengolahan hasil, dan pemasaran perkebunan;

5. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang perkebunan;

6. pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan

7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah seperti yang

terdapat dalam Lampiran 2 memberikan tugas dan fungsi kepada masing-masing

bagian. Dari bagan susunan organisasi tersebut maka tugas pokok dan fungsi

masng-masing bagian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kepala Dinas (Pasal 4 – 5)

Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Perkebunan sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan

Page 64: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas

Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Kepala Dinas membawahkan:

a. Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;

b. Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Produksi Perkebunan, Bidang

Usaha Perkebunan, Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan yang

masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;

c. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang dipimpin oleh seorang

Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional yang dipimpin oleh seorang Tenaga

Fungsional senior sebagai ketua kelompok dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas.

2. Sekretariat (Pasal 6 – 11)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang program, keuangan,

umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut,

sekretaris mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang program;

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan;

c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; dan

Page 65: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat membawahkan:

a. Subbagian Program

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara

terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program,

meliputi: koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan serta pengelolaan sistem informasi di lingkungan Dinas;

b. Subbagian Keuangan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara

terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan,

meliputi: pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan, dan akuntansi

di lingkungan Dinas.

c. Subbagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara

terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan

kepegawaian, meliputi: pengelolaan administrasi kepegawaian,

hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah

tangga, dan perlengkapan di lingkungan Dinas.

3. Bidang Sarana dan Prasarana (Pasal 12 – 16)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang sarana produksi, lahan,dan

air. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Sarana dan Prasarana

mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang sarana produksi;

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang lahan dan air; dan

Page 66: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Sarana dan Prasarana membawahkan:

a. Seksi Sarana Produksi

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sarana produksi,

meliputi: pelaksanaan kebijakan, identifikasi, inventarisasi, fasilitasi

dan kerjasama terkait pupuk, pestisida dan alat mesin perkebunan,

penerapan standar mutu pupuk dan pestisida; dan

b. Seksi Lahan dan Air

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang lahan dan air, meliputi:

pelaksanaan kebijakan, penyusunan peta rencana induk (blue print),

dan pengembangan rehabilitasi, konservasi, optimasi dan

pengendalian lahan dan air, pelaksanaan koordinasi dan kerjasama

bidang pengelolaan lahan dan air wilayah provinsi, penetapan dan

pengawasan tata ruang dan tata guna lahan perkebunan wilayah

provinsi, pelaksanaan bimbingan pengembangan teknologi irigasi air

permukaan dan air bertekanan unuk perkebunan.

4. Bidang Produksi Perkebunan (Pasal 16 – 22)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknologi benih, teknis

budidaya, dan perindungan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut,

Bidang Produksi Perkebunan mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang teknologi benih;

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang teknis budidaya;

c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang perlindungan; dan

Page 67: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Produksi Perkebunan membawahkan:

a. Seksi Teknologi Benih

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknologi benih,

meliputi: antar lapangan (antar kabupaten), pelaksanaan koordinasi

dan kerjasama bidang perbenihan dengan instansi terkait, pelaksanaan

identifikasi dan pengembangan varietas unggul lokal, penetapan

kebun induk dan blok penghasil tinggi benih perkebunan wilayah

provinsi, pengaturan penggunaan benih perkebunan di wilayah

provinsi;

b. Seksi Teknis Budidaya

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknis budidaya,

meliputi: penyusunan kebijakan teknis, koordinasi dan kerjasama,

pelaksanaan bimbingan penerapan pedoman teknis budidaya

perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan identifikasi areal dan

produksi tanaman semusim, tahunan, serta tanaman rempah dan

penyegar, penyyusunan peta rencana induk (blue print)

pengembangan tanaman semusim, tahunan, serta tanaman rempah dan

penyegar, pelaksanaan dan bimbingan teknis kegiatan intensifikasi,

diversifikasi, rehabilitasi tanaman semusim, tahunan serta tanaman

rempah dan penyegar, pelaksanaan kaji terap teknologi budidaya,

tanaman semusim, tahunan serta tanaman rempahh dan penyegar.

c. Seksi Perlindungan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang perlindungan, meliputi:

pelaksanaan koordinasi, kebijakan dan pedoman perlindungan

perkebunan wilayah provinsi, penyebaran informasi serangan

organisme pengganggu tanaman dan rekomendasi pengendaliannya di

Page 68: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

wilayah provinsi, pengaturan pelaksanaan penanggulangan ekplosi

organisme pengganggu tanaman perkebunan di wilayah provinsi, dan

pelaksanaan bbimbingan teknis kelestarian alam.

5. Bidang Usaha Perkebunan (Pasal 23 – 27)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha,

pengembangan kelembagaan dan Sumber Daya Masyarakat (SDM). Untuk

menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Usaha Perkebunan

mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang pembinaan usaha;

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang pembinaan usaha; dan

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Usaha Perkebunan membawahkan:

a. Seksi Pembinaan Usaha

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha,

meliputi: pelaksanaan koordinasi, kebijakan, dan pedoman pembinaan

usaha perkebunan wilayah provinsi, pemberian izin dan registrasi

usaha perkebunan lintas kabupaten/kota, pelaksanaan pemantauan dan

pengawaan izin usaha perkebunan lintas kabupaten/kota, pelaksanaan

peniaian klasifikasi perusahaan perkebunan, pelaksanaan pemantauan

dan pemeriksaan AMDAL/UKL-UPL serta sanitasi lingkungan

perusahaan perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan pengendalian

gangguan usaha pada perkebunan besar, pelaksanaan pemantauan dan

evaluasi pembiayaan usaha perkebunan, dan kelayakan usaha tani di

wilayah provinsi.

Page 69: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan Sumber

Daya Manusia dan Kelembagaan, meliputi: penyusunan kebijakan dan

pedoman teknis pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan

kelembagaan petani perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan

koordinasi bidang pengembangan SDM dan kelembagaan

perkkebunan di wilayah provinsi, penetapan kebijakan dan pedoman

pola kerjasama kemitraan usaha perkebunan wilayah provinsi,

pelaksanaan inventarisasi penyusunan data kelembagaan perkebunan,

pelaksanaan pembinaan dan identifikasi kelompok tani perkebunan,

pelaksanaan bbimbingan dan pengembangan kemitraan petani,

asosiasi dengan dunia usaha perkebunan, dan pelaksanaan upaya

peningkatan kualitas SDM melalui bimbingan teknis usaha

perkebunan.

6. Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan (Pasal 28 – 32)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pasca panen dan pengolahan,

dan pemasaran. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang

Pengolahan Hasil Perkebunan mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang pasca panen dan pengolahan;

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan

pelaksanaan di bidang pemasaran; dan

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan membawahkan:

a. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pasca panen dan

pengolahan, meliputi: pelaksanaan koordinasi, kebijakan, dan

Page 70: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pedoman serta pemantauan dan evaluasi penanganan panen, pasca

panen dan pengolahan hasil, bimbingan teknis penanganan panen,

pasca panen dan pengolahan hasil komoditas perkebunan, pelaksanaan

bimbingan teknis pengemasan dan penyimpanan komoditas

perkebunan

b. Seksi Pemasaran

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pasca pemasaran,

meliputi: pelaksanaan koordinasi, kebijakan, pedoman, pemantauan

dan evaluasi, promosi dan fasilitasi pemasaran hasil perkebunan

wilayah provinsi, dan penyebarluasan informasi pasar wilayah

provinsi.

7. Kelompok Jabatan Fungsional (Pasal 33 – 34)

Mempunyai tugas sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok

jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi

dalam beberapa kelompok sesuai dengan bidang keahiannya yang

jumlahnya ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis,

jenjang jabatan fungsional, dan pembinaan terhadap pejabat fungsional

diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah diatur dalam pasal 35 –

39 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun 2008 tentang Penjabaran

Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa guna melaksanakan tugas dan

fungsinya, Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan

Kepala Seksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur serta harus tetap memperhatikan

prinsip-prinsip manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing.

Page 71: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing jabatan tersebut harus

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi secara vertikal maupun

horisontal baik ke dalam maupun antar satuan organisasi dalam lingkungan

Pemerintahan Daerah serta instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya masing-

masing. Pelaksanaan tugas tersebut diikuti dengan ketentuan:

1. Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala

Seksi bertanggung jawab dalam memimpin, mengkoordinasikan, dan

memberikan bimbingan-bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi

pelaksanaan tugas bawahannya masing-masing;

2. Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala

Seksi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung

jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada

waktunya;

3. Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan

laporan dapat disampaikan kepada satuan organisasi lain di lingkungan

Dinas yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja;

4. Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang,

Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi dari bawahan wajib diolah dan

dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan dijadikan

bahan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan; dan

5. Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala UPTD, dan Pejabat Fungsional

menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas dan berdasarkan hal tersebut

Sekretaris menyusun laporan berkala Kepala Dinas kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah.

B. Pemberian Izin Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

Setiap perusahaan perkebunan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah

yang menjalankan usahanya baik untuk membudidayakan atau mengelola

perkebunan harus mendapatkan Izin Usaha Perkebunan (IUP) terlebih dahulu dari

Dinas teknis yang terkait, yang dalam hal ini adalah Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Tengah.

Page 72: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dasar hukum pemberian IUP bagi perusahaan perkebunan terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan, Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang

Perizinan Usaha Perkebunan, dan Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha

Perkebunan. Provinsi Jawa Tengah merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia

yang memiliki Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Perkebunan sebelum

dikeluarkannya Permentan Nomor 26 Tahun 2007.

Perizinan diperlukan dalam rangka penertiban, pengendalian, pemanfaatan, dan pengawasan terhadap sumber daya alam untuk usaha perkebunan yang dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang berkelanjutan, daya dukung, dan keanekaragaman jenis sehingga perlu mengatur pembinaan, pengamanan, dan pengendalian. Dalam Pasal 37 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan dinyatakan bahwa dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka orang pribadi, perusahaan perkebunan, dan group perusahan yang telah melakukan usaha perkebunan wajib mengajukan izin dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini (4 Mei 2005) (Lego Karjoko, 2007:57).

IUP adalah izin tertulis yang wajib dimiliki oleh perusahaan perkebunan

untuk dapat melakukan usaha budidaya perkebunan dan/atau usaha industri

perkebunan dan/atau usaha wisata argo perkebunan serta usaha diversifikasi

lainnya untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan. Dalam Peramentan Nomor

26/Permentan/OT.140/2/2007, yang dimaksud dengan IUP adalah izin tertulis dari

pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan

usaha budidaya perkebunan dan terintegrasi dengan usaha industri pengolahan

hasil industri perkebunan. Permentan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan

untuk meningkatkan upaya percepatan pelayanan perizinan dan investasi

pertanian yang dilaksanakan oleh pusat perizinan dan investasi beserta instansi

yang terkait dalam lingkup Kementrian Pertanian

(http://www.anneahira.com/izin-usaha-perkebunan.htm).

Page 73: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IUP dibedakan menjadi 2 (dua) macam sesuai dengan bidang usaha yang

dijalankan oleh perusahaan perkebunan, yaitu usaha budi daya tanaman

perkebunan dan usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Yang dimaksud

dengan:

1. Usaha budi daya tanaman perkebunan merupakan serangkaian kegiatan

pengusahaan tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pra tanam,

penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Usaha budi daya

tanaman perkebunan harus dilengkapi dengan IUP untuk budidaya (IUP-B).

IUP-B adalah izin tertulis dari pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki

oleh perusahaan yang melakukan usaha budidaya perkebunan.

2. Usaha industri pengolahan hasil perkebunan merupakan serangkaian

kegiatan penanganan dan pemrosesan yang dilakukan terhadap hasil

tanaman perkebunan yang ditujukan untuk mencapai nilai tambah yang

lebih tinggi. Usaha budi daya tanaman perkebunan harus dilengkapi dengan

IUP untuk pengolahan hasil perkebunan (IUP-P). IUP-P adalah izin tertulis

dari pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang

melakukan usaha industri pengolahan hasil perkebunan.

Bagi perusahaan perkebunan yang lokasi perkebunannya berada pada lintas

daerah Kabupaten dan/atau Kota permohonan IUP disampaikan kepada Gubernur

dengan tembusan Menteri Pertanian, sedangkan untuk perusahaan perkebunan

yang lokasi lahan usaha perkebunannya berada di suatu wilayah daerah

Kabupaten dan/atau Kota permohonan IUP disampaikan kepada Bupati/Walikota

dengan tembusan Menteri Pertanian. Ketentuan tersebut didasarkan pada Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/Kms/HK.350/5/2002 tentang

Penyelesaian Ijin Usaha Perkebunan.

IUP berlaku selama perusahaan perkebunan masih melaksanakan

kegiatannya sesuai dengan baku teknis dan ketentuan yang berlaku. Untuk

memperoleh IUP, perusahaan perkebunan selaku pemohon wajib menyampaikan

permohonannya secara tertulis kepada Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah paling lama dalam jangka 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan kegiatan

usaha perkebunan. Permohonan diajukan sesuai dengan prosedur yang telah

Page 74: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemohon membawa berkas persyaratan rangkap 10 disertai dengan pengantar

ditetapkan dalam Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan

sebagaimana yang digambarkan dalam ragaan 2 dibawah ini:

Ragaan 2. Alur Tahapan Tata Cara Permohonan Perizinan

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan alur tahapan tata cara perizinan yang terdapat dalam ragaan 2

tersebut dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

PEMEGANG KAS PEMBANTU PENERIMAAN DINBUN Lantai I Sub Bagian Keuangan Pemohon membayar: - Retribusi - Biaya Administrasi - Biaya Tim Teknis

Pemeriksa Kebun

SUB DINAS KELEMBAGAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA (KPU) Lantai IV Pemohon menyerahkan: - Kuitansi bukti

pembayaran - Berkas persyaratan

Kegiatan yang dilakukan oleh KPU: - Mengoreksi kelengkapan

berkas pemohon - Dalam waktu 1 (satu) hari

menyatakan berkas Lengkap/Tidak Lengkap (L/TL)

- Menjadwalkan pelaksanaan pemeriksaan kebun secara fisik oleh Tim Teknis

- Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan diterbitkan IUP dan diserahkan langsung kepada Pemimpin Kebun/Administratur di kebun

Page 75: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Permohonan IUP dilakukan oleh pemohon dengan membayar retribusi

berupa biaya administrasi dan biaya Tim Pemeriksaan Kebun yang

dibayarkan lewat Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan,

kemudian Pemegang Kas Pembantu Penerimaan membuat tanda bukti

pembayaran yang ditandatangani bersama oleh Wajib Retribusi dan Wajib

Pungut.

2. Setelah pemohon memperoleh tanda bukti pembayaran retribusi dari

Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah kemudian tanda bukti tersebut diserahkan kepada Sub Dinas

Kelembagaan dan Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan dengan

melampirkan persyaratan sebagai berikut:

a. permohonan Izin Usaha Perkebunan (IUP)

1) visi dan misi perusahaan;

2) akta pendirian badan hukum perusahaan dan perubahannya;

3) fotocopy sertifikat hak atas tanah (HGU) atau dokumen hak atas

tanah tersebut atau dokumen atas proses menuju terbitnya hak;

4) surat keterangan domisili perusahaan;

5) surat keputusan hak atas tanah (HGU);

6) program kerja pembangunan kebun dalam jangka waktu pendek (3

tahun);

7) surat pernyataan pemberdayaan masyarakat sekitar kebun;

8) laporan semester perkembangan kegiatan usaha perkebunan;

9) bukti fotocopy pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan 2 (dua) tahun

terakhir;

10) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

11) rekomendasi kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota dari Bupati/Walikota untuk IUP yang diterbitkan

oleh Gubernur;

12) rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan

perkebunan provinsi dari Gubernur untuk IUP yang diterbitkan oleh

Bupati/Walikota;

Page 76: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13) izin lokasi dari Bupati/Walikota yang dilengkapi dengan peta calon

lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;

14) pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari Instansi Kehutanan

(apabila areal berasal dari kawasan hutan);

15) jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota;

16) rencana kerja pembangunan kebun dan unit pengolahan hasil

perkebunan;

17) hasil Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

18) pernyataan perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas luar

maximum;

19) pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana, dan sistem

untuk melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

(OPT);

20) pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana, dan sistem

untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta

pengendalian kebakaran;

21) pernyataan kesediaan dan rencana kerja pembangunan untuk

masyarakat sesuai dengan pasal 11 Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007; dan

22) pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

b. permohonan IUP untuk budidaya (IUP-B)

1) visi dan misi perusahaan;

2) akta pendirian badan hukum perusahaan dan perubahannya;

3) fotocopy sertifikat hak atas tanah (HGU) atau dokumen hak atas

tanah tersebut atau dokumen atas proses menuju terbitnya hak;

4) surat keterangan domisili perusahaan;

5) surat keputusan hak atas tanah (HGU);

Page 77: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6) program kerja pembangunan kebun dalam jangka waktu pendek (3

tahun);

7) surat pernyataan pemberdayaan masyarakat sekitar kebun;

8) hasil Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

9) laporan semester perkembangan kegiatan usaha perkebunan;

10) bukti fotocopy pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan 2 (dua) tahun

terakhir;

11) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

12) rekomendasi kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota dari Bupati/Walikota untuk IUP-B yang diterbitkan

oleh Gubernur;

13) rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan

perkebunan provinsi dari Gubernur untuk IUP-B yang diterbitkan

oleh Bupati/Walikota;

14) izin lokasi dari Bupati/Walikota yang dilengkapi dengan peta calon

lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;

15) pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari Instansi Kehutanan

(apabila areal berasal dari kawasan hutan);

16) pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana, dan sistem

untuk melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

(OPT);

17) pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana, dan sistem

untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta

pengendalian kebakaran;

18) pernyataan kesediaan dan rencana kerja pembangunan untuk

masyarakat sesuai dengan pasal 11 Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007; dan

19) pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

Page 78: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. permohonan IUP untuk pengolahan hasil perkebunan (IUP-P)

1) visi dan misi perusahaan;

2) akta pendirian badan hukum perusahaan dan perubahannya yang

terakhir;

3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

4) surat keterangan domisili perusahaan;

5) rekomendasi kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota dari Bupati/Walikota untuk IUP-P yang diterbitkan

oleh Gubernur;

6) rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan

perkebunan provinsi dari Gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan

oleh Bupati/Walikota;

7) izin lokasi dari Bupati/Walikota yang dilengkapi dengan peta calon

lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;

8) rekomendasi lokasi dari Pemerintah Daerah lokasi unit pengolahan;

9) jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota;

10) rencana kerja pembangunan unit pengolahan hasil perkebunan;

11) hasil Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

12) pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan;

13) pemberian Izin Usaha Budidaya Perkebunan dan/atau Izin Industri

Pengolahan Hasil Perkebunan dalam rangka penanaman modal asing

atau penanaman modal dalam negeri, terlebih dahulu mendapat

rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal Perkebunan; dan

14) fotocopy bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan 2 (dua) tahun

terakhir.

3. Setelah berkas permohonan beserta seluruh persyaratannya diteliti dan

apabila secara administrasi dinyatakan lengkap selanjutnya pemohon

diberitahu waktu pemeriksaan fisik kebun.

Page 79: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Pemeriksaan fisik kebun dilakukan oleh Tim Teknis Pemeriksa Kebun yang

terdiri atas unsur-unsur:

Ketua : Kepala sub dinas Kelembagaan dan Pengembangan

Usaha Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Sekretaris : Kepala seksi perizinan pengembangan usaha dan

kelembagaan pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah.

Anggota : a. Kepala dinas teknis yang membidangi perkebunan

pada Kabupaten/Kota domisili kebun;

b. Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP) Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; dan

c. Seksi Pengembangan Sumber Daya pada Sub Dinas

Kelembagaan dan Pengembangan Uasaha Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Tugas Tim Teknis dalam pemeriksaan kebun adalah untuk menentukan

kelayakan pengelolaan kebun dari aspek :

a. Manajemen, kebun, pengolahan hasil, serta sosial ekonomi dan

lingkungan berdasarkan standar kelayakan penilaian kebun dari

Direktorat Jenderal Perkebunan;

b. Kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar; dan

c. Kewajiban-kewajiban pemegang Hak Guna Usaha.

5. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah diajukannya

permohonan izin dan kemudian telah dilakukan pemeriksaan fisik kebun,

maka Kepala Dinas Perkebunan akan memberitahukan kepada pemohon

apakah permohonan izin itu disetujui atau di tolak.

6. Setelah disetujuinya permohonan IUP maka dituangkan dalam Surat

Keputusan Kepala Dinas Perkebunan kemudian disampaikan kepada

pemohon paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

disetujuinya permohonan.

7. Penolakan permohonan IUP disampaikan kepada pemohon dalam jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan

Page 80: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

disertai dengan alasan-alasan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan

menurut ketentuan perundang-undangan.

8. Izin diberikan kepada pemohon izin setelah melunasi retribusi.

Setiap perusahaan yang telah memiliki IUP melaksanakan kewajiban-

kewajibannya, seperti yang telah diatur dalam:

1. Pasal 25 ayat (1) UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, yang

menyatakan: “Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara kelestarian

fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya”.

2. Pasal 34 Permentan Nomor 26 /Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman

Perizinan Usaha Perkebunan, yang menyatakan:

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, wajib: a. menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak

diterbitkannya IUP-B, IUP-P, atau IUP; b. merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai

dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku; c. memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pembukaan

lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; d. membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara

lestari; e. memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pengendalian

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); f. menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL),

atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai peraturan perundang-undangan;

g. menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta h. melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubernur atau

bupati/walikota sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

3. Pasal 9 Perda Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha

Perkebunan, yang menyatakan:

Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 berlaku selama perusahaan menjalankan usaha perkebunan dengan baik dan kepada perusahaan diwajibkan untuk: a. melaporkan perkembangan usahanya secara berkala setiap semester; b. mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan

perubahan jenis tanaman atau perluasan uaha lainnya; c. memberitahukan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan.

Page 81: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Pasal 5 Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah Nomor 5 Tahun

2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan, yang

menyatakan: “Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap

tahun wajib melakukan registrasi lewat Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah dengan mempergunakan format permohonan registrasi.”

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah membawahi 72 perusahaan

perkebunan yang tersebar di Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang,

Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten

Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas,

Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Pati.

Perkebunan tersebut terdiri dari 16 perkebunan milik negara atau Perseroan

Terbuka Perkebunan Negara IX (PTPN IX), 54 perkebunan milik swasta, dan 2

perkebunan milik Perusahaan Daerah (Perusda).

Pemberian IUP oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah bagi

perusahaan perkebunan di Provinsi Jawa Tengah sudah dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2004, Permentan No.

26/Permentan/OT.140/2/2007, Perda Jateng No. 2 Tahun 2005, dan Peraturan

Kepala Dinas Perkebunan Jateng No. 5 Tahun 2006 baik dari sisi prosedur, tata

cara, dan syarat-syarat permohonan IUP. Proses pemberian IUP juga sudah

dilaksanakan secara efektif, hal ini dapat terlihat dari perusahaan perkebunan di

Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 72 tersebut semuanya telah memiliki IUP,

kecuali Kebun Karanggondang milik PT. Estu Subur yang berada di Kabupaten

Pekalongan. IUP atas nama perusahaan perkebunan tersebut tidak diterbitkan

oleh Dinas Perkebunan karena HGU perusahaan tersebut telah habis masa

berlakunya mulai tahun 2000 dan sampai sekarang pihak perusahaan belum

melakukan permohonan perpanjangan HGU dikarenakan adanya permasalahan

intern keluarga dalam perusahaan tersebut (Konfirmasi Soesiati Rahayu, 5 Mei

2011).

Page 82: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan uraian tersebut maka daftar perusahaan perkebunan di wilayah

Provinsi Jawa Tengah yang sudah memiliki IUP dapat dilihat dalam tabel 1

berikut ini:

Tabel 1. Daftar Perkebunan yang telah memiliki IUP

No Nama Kebun Nama Perusahaan Nomor IUP Tanggal IUP

1. Tengkol PTPN IX 525.3/5510 1 Juni 2006

2. Getas PTPN IX 525.3/5511 1 Juni 2006

3. Ngobo PTPN IX 525.3/5512 1 Juni 2006

4. Batujamus PTPN IX 525.3/5513 1 Juni 2006

5. Warnasari PTPN IX 525.3/5514 1 Juni 2006

6. Kawung PTPN IX 525.3/5515 1 Juni 2006

7. Krumput PTPN IX 525.3/5516 1 Juni 2006

8. Kaligua PTPN IX 525.3/5517 1 Juni 2006

9. Semugih PTPN IX 525.3/5518 1 Juni 2006

10. Blimbing PTPN IX 525.3/5519 1 Juni 2006

11. Jolotigo PTPN IX 525.3/5520 1 Juni 2006

12. Siluwok PTPN IX 525.3/5521 1 Juni 2006

13. Sukamangli PTPN IX 525.3/5522 1 Juni 2006

14. Merbuh PTPN IX 525.3/5523 1 Juni 2006

15. Balong PTPN IX 525.3/5524 1 Juni 2006

16. Jollong PTPN IX 525.3/5525 1 Juni 2006

17. Jatikalangan PT. Makmur Jaya

Utama

525.3/5526 5 Juni 2006

18. Salib Putih PT. Rumekso

Mekaring Sabdo

525.3/5527 5 Juni 2006

19. Selokaton PT. Perkebunan

Cengkeh

525.3/5528

5 Juni 2006

20. Kalimas PT. Karyadeka Alam

Lestari

525.3/5529 5 Juni 2006

Page 83: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21. Darma Kradenan PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5530 5 Juni 2006

22. Samodra PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5531 5 Juni 2006

23. Carui PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5532 5 Juni 2006

24. Ciseru Cipari PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5533 5 Juni 2006

25. Kaliminggir PT. Banyumas Landen 525.3/5534 19 Juni 2006

26. Gunung Karet PT. Jeruk Legi 525.3/5535 19 Juni 2006

27. Langenharjo PT. Sinar Kartasura 525.3/5536 19 Juni 2006

28. Kesongo PT. Sri Sarwo Adhi 525.3/5537 25 Juli 2006

29. Kandangan PT. UFI 525.3/5538 19 Juni 2006

30. Tlogo Perusda Aneka Industri

Provinsi Jawa Tengah

525.3/5539 19 Juni 2006

31. Lerep PT. Patra Bumi Lerep

Permai

525.3/5540 19 Juni 2006

32. Sumurpitu PT. Sumurpitu

Wringinsari

525.3/5541 19 Juni 2006

33. Srendeng PT. Cengkopa 525.3/5542 19 Juni 2006

34. Curug PT. Cengkeh Zanzibar 525.3/5543 19 Juni 2006

35. Jatipablengan PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5544 19 Juni 2006

36. Jomblang PT. Perkebunan

Jomblang

525.3/5545 19 Juni 2006

37. Bitting PT. Perkebunan Bitting 525.3/5546 5 Juni 2006

38. Sidorejo PT. Perkebunan

Sidorejo

525.3/5547 3 Juli 2006

39. Sringin PT. Rehobat 525.3/5548 24 Agustus

2006

Page 84: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40. Medini PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5549 25 Juli 2006

41. Kebunroto PT. Perkebunan

Sidorejo

525.3/5550 3 Juli 2006

42. Susukan PT. Pawana Indonesia 525.3/8405 30 Nopember

2010

43. Segayung Selatan PT. Pawana Indonesia 525.3/5552 25 Juli 2006

44. Pagilaran PT. Pagillaran 525.3/5553 25 Juli 2006

45. Segayung Utara PT. Pagilaran 525.3/5554 21 Juli 2006

46. Pesantren PT. Estu Subur 525.3/5555 22 Agustus

2006

47. Petir Penundan Perusda Batang 525.3/5556 21 Juli 2006

48. Simbangjati PT. Simbangjati

Bahagia

525.3/5557 5 Juni 2006

49. Tratak PT. Perkebunan Tratak 525.3/5558 4 Oktober

2006

50. Kesesi PT. Buah Harum 525.3/5559 25 Juli 2006

51. Simadu PT. Estu Subur 525.3/5560 28 Agustus

2006

52. Sikasur PT. Kencana Sikasur 525.3/5561 31 Agustus

2006

53. Mackenzie PT. Perkebunan

Mackenzie

525.3/5562 31 Oktober

2006

54. Panca Arga PT. Adiwiyata Panca

Arga

525.3/5563 7 Agustus

2006

55. Danasari PT. Gucisari 525.3/5564 25 Juli 2006

56. Pakisaji PT. Pakisaji

Banjoemas

525.3/5565 31 Oktober

2006

57. Tambi PT. Tambi 525.3/5566 4 Oktober

2006

Page 85: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58. Bedakah PT. Tambi 525.3/5567 4 Oktober

2006

59. Tanjung Sari PT. Tambi 525.3/5568 4 Oktober

2006

60. Took Bandung PT. Rejodadi 525.3/8540 22 Oktober

2008

61. Kemuning PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5570 21 Juli 2006

63. Kaligintung PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5571 21 Jui 2006

63. Sumber Arto I PT. Sumber Arto I 525.3/5572 22 Agustus

2006

64. Sumber Harto II PT. Sari Adi Kencana 525.3/5573 22 Agustus

2006

65. Sumber Harto III PT. Sumber Arto Tiga 525.3/5574 7 Agustus

2006

66. Cluwak PT. Rumpun Sari

Antan

525.3/5575 21 Juli 2006

67. Selosabrang PT. UFI 525.3/5576 29 September

2006

68. Kalisidi PT. Cengkeh Zanzibar 525.3/5577 29 September

2006

69. Siboyo Situkung PT. Hortindo Pratama

Indah

525.3/5578 29 September

2006

70. Puspita Nicky PT. Puspita Nicky 525.3/5579 25 Juli 2006

71. Rawaseneng PT. Naksatra Kejora 525.3/5580 23 Juni 2006

72. Karanggondang PT. Estu Subur 525.3/-----

Sumber : Dokumen Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

Page 86: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Mekanisme Pengawasan Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

Perusahaan perkebunan sebagai penyelenggara usaha perkebunan diatas

tanah negara yang diusahakan berdasarkan Hak Guna Usaha memiliki beberapa

kewajiban seperti yang terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 40 Tahun

1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah

yang menyebutkan:

Pemegang Hak Guna Usaha berkewajiban untuk: a. membayar uang pemasukan kepada Negara; b. melaksanakn usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/atau

peternakan sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya;

c. mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria yang ditetapan oleh instansi teknis;

d. membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal Hak Guna Usaha;

e. memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. menyampaikan laporan tertulis setiap akhiir tahun mengenai penggunaan Hak Guna Usaha;

g. menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;

h. menyerahakan sertifikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan.

Selain memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketentuan yang terdapat di

dalam Pasal 12 ayat (1) PP No. 40 Tahun 1996, setiap perusahaan perkebunan

sebagai pemegang IUP juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketentuan

yang terdapat dalam Pasal 34 Permentan Nomor 26 /Permentan/OT.140/2/2007

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, yang menyebutkan:

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, wajib: a. menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak

diterbitkannya IUP-B, IUP-P, atau IU; b. merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai

dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku; c. memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pembukaan

lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; d. membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara

lestari;

Page 87: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);

f. menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL) sesuai peraturan perundang-undangan;

g. menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta

h. melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

Setiap perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP seharusnya

melakukan kegiatan usaha perkebunan baik untuk budidaya tanaman perkebunan

ataupun untuk pengolahan hasil perkebunan. Pelaksanaan usaha perkebunan

tersebut tidak dapat terlepas dari pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah selaku dinas teknis yang terkait. Pengawasan

tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan perkebunan sebagaimana

tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang

Perkebunan yang menyatakan bahwa Perkebunan diselenggarakan dengan tujuan:

a. meningkatkan pendapatan masyarakat;

b. meningkatkan penerimaan negara;

c. meningkatkan penerimaan devisa negara;

d. menyediakan lapangan pekerjaan;

e. meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing;

f. memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan

g. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Pengawasan merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan,

mengolah data, dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan sesuai

dengan penggunaan lahan dan pemenuhan perizinan dan kewajiban retribusi.

Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan adalah dengan

dilakukannya penilaian usaha perkebunan atau yang dahulu sering disebut dengan

klasifikasi perkebunan (dengan berpedoman pada SK Permentan Nomor:

486.1/kpts/OT.100/10/2003) dan penarikan registrasi.

Page 88: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Penilaian Usaha Perkebunan

Merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan guna

mengetahui kinerja usaha perkebunan yang dilaksanakan dalam jangka waktu

setiap 3 (tiga) tahun sekali berdasarkan rencana kerja pembangunan kebun

dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan yang diajukan pada saat

permohonan IUP. Dasar hukum pelaksanan penilaian tersebut berpedoman pada

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang

Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan.

Penilaian Usaha Perkebunan dilaksanakan dalam rangka memperoleh data/informasi kebun dalam rangka pembinaan terhadap perusahaan perkebunan besar yang meliputi berbagai subsistem, serta dilaksanakan dengan tujuan untuk (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010:2): a. mengetahui kinerja usaha perkebunan; b. mengetahui kepatuhan usaha perkebunan terhadap peraturan dan

ketentuan yang berlaku; c. mendorong usaha perkebunan untuk memenuhi baku teknis usaha

perkebunan dalam memaksimalkan kinerja usaha perkebunan; d. mendorong usaha perkebunan untuk memenuhi kewajibannya sesuai

peraturan dan ketentuan yang berlaku; dan e. penyusunan program dan kebijakan pembinaan usaha perkebunan.

Penilaian usaha perkebunan merupakan salah satu kegiatan

berkesinambungan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1972, semula

dilaksanakan setiap 5 tahun sekali kemudian sejak tahun 1988 dilaksanakan setiap

3 tahun sekali dan yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2009.

Kebun yang dinilai harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010:3): a. kebun sudah beroperasi (eksisting/bukan kebun baru); b. memiliki Izin Usaha Perkebunan (IUP); c. bersedia dinilai dan membuat Surat Pernyataan di atas materai tentang

kesedian untuk dinilai, apabila tidak bersedia dianggap kebun kelas V/terlantar (Permentan 07, Pasal 25);

d. hasil penilaian ditandatangani oleh petugas yang telah memiliki legalitas penilaian dan memiliki sertifikat dari Dirjenbun (di Jawa Tengah baru 2 orang, yaitu: Ir. Soesiati Rahayu, M.M., dan Abdul Muntholib, S.P.); dan

e. pihak kebun telah melunasi pembayara retribusi dan registrasi sebagaimana diatur Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan.

Page 89: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penilaian usaha perkebunan yang dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan

melewati beberapa tahapan, antara lain:

a. Persiapan lapangan

1) sebelum melakukan penilaian usaha perkebunan, terlebih dahulu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan persiapan

lapangan dengan membentuk suatu tim penilai tiap daerah yang terdiri

dari 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) orang anggota yang salah satu

diantaranya adalah penilai bersertifikat yang berperan sebagai

koordinator yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan.

Penilai bersertifikat merupakan penilai yang telah melalui pelatihan

(teori dan praktik) dan seleksi yang diadakan oleh Lembaga

Pendidikan Perkebunan (LPP) yang bekerjasama dengan Dirjen

Perkebunan Menteri Pertanian Republik Indonesia;

2) setelah tim penilai terbentuk, dilakukan pembekalan (coaching) yang

dilaksanakan oleh direktorat jenderal bina produksi perkebunan

dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan memudahkan

pelaksanaan penilaian.

b. Pelaksanaan lapangan

1) setelah dibekali, tim penilai kemudian melakukan peninjauan

langsung ke lapangan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Dinas

Perkebunan dan yang sebelumnya telah diberitahukan kepada

perusahaan perkebunan. Penilaian usaha perkebunan dilaksanakan

dalam jangka waktu minimal 1 (satu) hari dan maksimal tergantung

dari jarak lokasi kebun dari Dinas Perkebunan, luas kebun, dan

kesiapan kelengkapan administrasi yang dimiliki oleh perusahaan

perkebunan;

2) penilaian dilakukan dengan kegiatan pencacahan ke kebun atau

pengisian kuisioner di setiap kebun yang dilakukan oleh tim yang

telah ditunjuk. Data atau informasi yang diperoleh dari perusahaan

diperoleh melalui wawancara, data tertulis, dan informasi lain yang

Page 90: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkaitan dengan manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan

perkebunan;

3) semua dokumen yang telah diisi oleh pihak perusahaan kemudian

dikoreksi kembali oleh tim penilai dan direksi perusahaan yang telah

ditunjuk. Apabila terjadi perubahan data pada kuisioner yang telah

diisi, data pertama dicoret dan tetap dapat dibaca serta harus

dibubuhkan paraf dari masing-masing pihak;

4) setelah data selesai diteliti, kemudian disahkan oleh

administratur/direksi perusahaan perkebunan yang bersangkutan dan

diketahui serta ditanda tangani oleh tim penilai serta Kepala Dinas

Perkebunan.

c. Penetapan Kelas

1) koordinator tim penilai melaporkan hasil penilaian perkebunan kepada

Kepala Dinas Perkebunan yang kemudian dituangkan dalam kelas

kebun sementara berdasarkan nilai sementara yang diumumkan dalam

jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan

penilaian;

2) pada saat nilai belum ditetapkan (masih nilai sementara) Dinas

Perkebunan mengadakan pertemuan antar perusahaan perkebunan

guna memberitahukan hasil penilaian perkebunan;

3) bagi perusahaan yang merasa tidak puas akan hasil penilaian diberi

kesempatan dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah pertemuan

untuk mengajukan surat pernyataan keberatan atas hasil penilaian;

4) dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah adanya surat pernyataan

keberatan dari perusahaan, dilakukan peninjauan lapangan dan

penilaian ulang terhadap kebun tersebut; dan

5) dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah dilakukan penilaian ulang

terhadap perkebunan yang keberatan dan apabila tidak ada keberatan

lagi dari perusahaan lain, maka Dinas Perkebunan menetapkan nilai

kebun yang dituangkan dalam sertifikat.

Page 91: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Pengumuman Hasil Penilaian

Gubernur Provinsi Jawa Tengah menetapkan kelas kebun secara definitif

dan mengirimkan copy penetapan kelas perusahaan perkebunan beserta

kuisionernya yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Provinsi

Jawa Tengah kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Hasil Penilaian Usaha Perkebunan tersebut akan menjadi dasar guna

menetapkan kelas kebun yang ditentukan berdasarkan nilai dari 8 subsistem,

yaitu:

a. Subsistem Legalitas

Penilaian yang berkaitan dengan perizinan atau dokumen hukum yang

dimiliki oleh perusahaan perkebunan dalam menjalankan usahanya.

Misalkan mengenai sertifikat Hak Guna Usaha, Izin Usaha Perkebunan, Izin

dagang, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan keabsahan dokumen yang

dimiliki oleh perusahaan perkebunan tersebut dalam menjalankan usaha

perkebunan.

b. Subsistem Kebun

Penilaian yang berkaitan dengan proses atau cara suatu perusahaan

perkebunan dalam memelihara, mengelola, dan memanfaatkan perkebunan

secara optimal dan berdayaguna bagi seluruh pihak.

c. Subsistem Manajemen

Penilaian yang berkaitan dengan administrasi, pembukuan, dan pengelolaan

keuangan perusahaan serta hal-hal lain yang terkait dengan aktivitas

manajemen perusahaan perkebunan dalam menjalankan usahanya.

d. Subsistem Pengolahan Hasil

Penilaian yang berkaitan dengan proses pengolahan hasil kebun (komoditi).

Dalam subsistem ini dilakukan survei langsung ke lapangan untuk meninjau

apakah dalam areal perkebunan tersebut terdapat pabrik yang mengelola

hasil perkebunan atau tidak.

e. Subsistem Sosial

Penilaian yang terkait dengan CSR (Coorporate Social Responsibility) atau

kepedulian perusahaan perkebunan terhadap masyarakat sekitar. Misalkan

Page 92: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keterlibatan perusahaan perkebunan dalam membantu masyarakat

membangun fasilittas umum disekitar areal perkebunan. Wujud dari

kepedulian perusahaan dapat diberikan kepada masyarakat sekitar baik

dalam wujud materi (uang) ataupun natural (misalkan pemberian bibit untuk

masyarakat).

f. Subsistem Ekonomi

Penilaian yang terkait dengan pemberian manfaat perkebunan kepada

masyarakat dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar (misalkan

dengan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar

perkebunan).

g. Subsistem Lingkungan

Penilaian yang berkaitan dengan usaha pemeliharaan lingkungan sekitar

oleh perusahaan perkebunan yang dilakukan dengan dokumen Analisis

mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), pengolahan

limbah, pembuatan terasering, pemilihan tanaman yang disesuaikan dengan

kontur tanah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pemeliharaan

lingkungan.

h. Subsistem Pelaporan

Penilaian yang berkaitan dengan laporan semester (laporan yang diserahkan

oleh perusahaan perkebunan setiap 6 bulan sekali kepada Dinas

Perkebunan) yang memberikan keterangan mengenai kondisi kebun baik

secara fisik ataupun mengenai pengelolaan dan pengolahan hasil

perkebunan.

Setelah melewati penilaian dari 8 (delapan) subsistem tersebut, perusahaan

kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas kebun sesuai dengan nilai yang

diberikan oleh Dinas Perkebunan. Menurut Permentan Nomor

07/Permenten/OT/140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan,

kelas kebun dibagi mejadi 5 (lima) macam dengan standar penilaian sebagai

berikut:

Page 93: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Kelas kebun I (baik sekali) : nilai > 80 - 100

b. Kelas kebun II (baik) : nilai > 60 - 79

c. Kelas kebun III (sedang) : nilai > 40 - 59

d. Kelas kebun IV (kurang) : nilai > 20 - 39

e. Kelas kebun V (kurang sekali) : nilai 0 - 19

Mulai tahun 2009, penetapan kelas kebun diberikan berdasarkan nilai

terendah (cetak tebal oleh penulis) dari salah satu subsistem yang diperoleh oleh

suatu perusahaan perkebunan. Misalnya: PT. Rumpun Sari Antan mendapat nilai

sebagai berikut: legalitas 90; kebun 85; manajemen 85; pengolahan hasil 90;

sosial 90; ekonomi 87; lingkungan 88; dan pelaporan 45. Dari nilai pada beberapa

subsistem tersebut, PT. Rumpun Sari Antan tergolong perkebunan kelas III

(sedang) karena mendapat nilai 45 pada subsistem pelaporan, walaupun nilai pada

subsistem yang lain menunjukkan pada range angka kelas I karena mendapatkan

nilai > 80 – 100. Hal tersebut berbeda dengan aturan lama (Permentan tahun

2006) yang mengklasifikasikan kelas kebun berdasarkan akumulasi nilai dari 4

(empat) aspek, yaitu: aspek manajemen, aspek kebun, aspek pengolahan, serta

aspek sosial ekonomi dan lingkungan (Konfirmasi Soesiati Rahayu, 5 Mei 2011).

Peraturan baru tersebut diberlakukan dengan pertimbangan untuk memacu

agar perusahaan perkebunan tersebut tertib dalam menjalankan aturan-aturan yang

telah ditetapkan dalam pengelolaan perkebunan. Akan tetapi dalam praktiknya,

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tidak terlalu ketat dalam menjalankan

aturan tersebut, hal ini dikarenakan apabila aturan tersebut dilaksanakan

sebagaimana mestinya, maka akan banyak perkebunan yang akan masuk dalam

kategori IV dan V yang mengganggu kinerja kebun yang secara tidak langsung

berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Faktanya, dari 72 perkebunan

besar di Jawa Tengah tercatat hanya 23 perusahaan perkebunan (sekitar 31,94%)

yang rajin memberikan laporan semester kepada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah. Tidak diserahkannya laporan semester kepada Dinas Perkebunan

merupakan salah satu penyebab banyaknya perkebunan yang mendapatkan hasil

penilaian yang buruk (Konfirmasi Soesiati Rahayu, 5 Mei 2011).

Page 94: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keadaan tersebut membuat Dinas Perkebunan selaku pembina dari

perusahaan perkebunan se-Jawa Tengah memiliki kebijakan untuk melakukan

katrol nilai terhadap perusahaan perkebunan melalui kebijakan berupa pemberian

kelonggaran waktu penyerahan laporan, pembinaan secara rutin di lapangan,

memfasilitasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan, serta

kegiatan-kegiatan lain yang dapat memacu perusahaan untuk senantiasa

memperbaiki kinerja pengelolaan kebun. Dengan adanya kebijakan tersebut

diharapkan perusahaan perkebunan dapat mempertahankan eksistensinya untuk

senantiasa mengusahakan perkebunan guna mencapai tujuan yang diharapkan dari

pelaksanaan perkebunan tersebut sesuai dengan Pasal 3 Udang-Undang Nomor 18

Tahun 2004 tentang Perkebunan.

Berdasarkan hasil penilaian terakhir yang dilaksanakan pada tahun 2009,

dari 72 kebun di Jawa Tengah tercatat:

a. Kelas kebun I : 28 perkebunan (38,88%)

b. Kelas kebun II : 22 perkebunan (30,55%)

c. Kelas kebun III : 16 perkebunan (22,22%)

d. Kelas kebun IV : 3 perkebunan (4,16%)

e. Kelas kebun V : 3 perkebunan (4,16%)

Dibandingkan penilaian tahun 2006, terdapat 5 kebun yang nilainya naik

dari kelas III ke kelas II, yaitu perkebunan Tlogo, Jomblang, Sringin, Segayung

Selatan, dan Sumber Harto II. Namun sebanyak 9 kebun mengalami penurunan

kelas, yaitu Jatikalangan, Kandangan, Kalisidi, Medini, Susukan, Tratak,

Karanggondang, Simadu, dan Sikasur. Sedangkan kebun yang dinilai kelasnya

tetap adalah 58 kebun (pada posisi kelas kebun I, II, dan III) (Konfirmasi Soesiati

Rahayu, 5 Mei 2011). Untuk melihat perbedaan antara hasil penilaian tahun 2006

dan 2009, dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Page 95: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2. Perbandingan Kelas Kebun Tahun 2006 dan 2009

Kelas Kebun Tahun 2006 Tahun 2009 Prosentase Perubahan

I 30 28 ↓ 7,1%

II 17 22 ↑ 29,4%

III 22 16 ↓ 27,2%

IV 3 3 0%

V - 3 ↑ 100%

Jumlah 72 72

Sumber: Materi Pembinaan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tertanggal 3 Februari 2010.

Untuk lebih mengetahui secara rinci mengenai kelas kebun sebagai hasil

dari penilaian usaha perkebunan tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, berikut daftar klasifikasi kelas perusahaan

perkebunan yang disajikan dalam tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Daftar Klasifikasi Kelas Kebun Tahun 2009

No Nama Kebun Nama Perusahaan Kelas

Kota Semarang

1. Jatikalangan PT. Makmur Jaya Utama IV

Kota Salatiga

2. Salib Putih PT. Rumekso Mekaring Sabdo II

Kabupaten Semarang

3. Langenharjo PT. Sinar Kartasura III

4. Kesongo PT. Sri Sarwo Adi III

5. Kandangan PT. UFI IV

6. Tlogo Perusda Aneka Industri Jateng II

7. Lerep PT. Patra Bumi Lerep Permai III

8. Sidorejo PT. Perkebunan Sidorejo I

Page 96: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9. Kalisidi PT. Cengkeh Zanzibal II

10. Siboyo Situkung PT. Hortindo Pratama Indah III

11. Getas PTPN IX I

12. Ngobo PTPN IX I

Kabupaten Kendal

13. Selokaton PT. Perkebunan Cengkeh I

14. Kalimas PT. Karyadeka Alam Lestari I

15. Sumurpitu PT. Sumurpitu Wringinsari III

16. Srendeng PT. Cengkopa II

17. Curug PT. Cengkeh Sansiba II

18. Jatipablengan PT. Rumpunsari Antan II

19. Jomblang PT. Perkebunn Jomblang II

20. Kebonroto PT. Perkebunan Sidorejo I

21. Bitting PT. Perkebunan Bitting I

22. Sringin PT. Rehobat II

23. Medini PT. Rumpunsari Medini II

24. Susukan PT. Pawana Indonesia IV

25. Sukamangli PTPN IX I

26. Merbuh PTPN IX I

Kabupaten Batang

27. Segayung Selatan PT. Segayung II

28. Pagilaran PT. Pagilarang I

29. Segayung Utara PT. Pagilaran II

30. Pesantren PT. Estu Subur II

31. Petirpenundan Perusda Kabupaten Batang III

32. Puspita Nicky PT. Puspita Nicky II

33. Simbangjati PT. Simbangjati Bahagia II

34. Tratak PT. Perkebunan Tratak V

35. Siluwok PTPN IX I

Page 97: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kabupaten Pekalongan

36. Kesesi PT. Buah Harum III

37. Karanggondang PT. Estu Subur V

38. Blimbing PTPN IX I

39. Jolotigo PTPN IX I

Kabupaten Pemalang

40. Simadu PT. Estu Subur III

41. Sikasur PT. Kencana Sikasur III

42. Mackenzie PT. Perkebunan Mackenzie III

43. Panca Arga PT. Adiwiyata Panca Arga III

44. Semugih PTPN IX I

45. Tengkolo PTPN IX I

Kabupaten Tegal

46. Danasari PT. Gucisari III

Kabupaten Brebes

47. Kaligua PTPN IX I

Kabupaten Banyumas

48. Darma PT. Rumpun Sari Antan II

49. Samodra PT. Rumpun Sari Antan II

50. Krumput PTPN IX I

Kabupaten Cilacap

51. Carui PT. Rumpun Sari Antan II

52. Ciseru Cipari PT. The Indo Java Rubberplant I

53. Kaliminggir PT. Banyumas Landen I

54. Gungung Karet PT. Jeruk Legi II

55. Warnasari PTPN IX I

56. Kawung PTPN IX I

Kabupaten Banjarnegara

57. Pakisadji PT. Pakisadji Banjoemas V

Page 98: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kabupaten Wonosobo

58. Tambi PT. Tambi I

59. Bedakah PT. Tambi I

60. Tanjungsari PT. Tambi I

Kabupaten Temanggung

61. Rowoseneng PT. Naksatra Kejora I

62. Took Bandung PT. Rejodadi III

63. Selosabrang PT. UFI III

64. Kaligintung PT. Rumpunsari Medini III

Kabupaten Karanganyar

65. Kemuning PT. Rumpunsari Kemuning II

66. Batujamus PTPN IX I

Kabupaten Jepara

67. Sumber Arto I PT. Sumber Arto Satu II

68. Sumber Harto II PT. Sariadi Kencana II

69. Sumber Harto III PT. Sumber Harto Tigo III

70. Balong PTPN IX I

Kabupaten Pati

71. Cluwak PT. Rumpun Sari Antan II

72. Jollong PTPN IX I

Sumber : Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.525.3/2/2010 tanggal 20 Januari 2010.

Penilaian Usaha Perkebunan digunakan pula sebagai bahan pertimbangan yang mutlak menentukan dalam proses penyelesaian pengurusan perpanjangan/pembaruan Hak Guna Usaha (HGU), terkait dengan pengurusan Constatering Rapport oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, rekomendasi Bupati, rekomendasi Gubernur, serta keputusan Sidang Panitia B pada kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010:5).

Untuk memotivasi peningkatan kinerja, kebun yang naik kelas diberi

piagam penghargaan dan untuk kebun yang kelasnya turun menjadi kelas IV dan

Page 99: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V diberikan peringatan berupa teguran dan saran.

(http://www.jatenginfo.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id

=76:pemprov-jateng-lakukan-penilaian-usaha-perkebunan-&catid=84:biro-

humas&Itemid=58).

2. Registrasi

Selain penilaian usaha perkebunan, mekanisme pengawasan yang dilakukan

oleh Dinas Perkebunan juga meliputi penarikan registrasi IUP terhadap

perusahaan perkebunan. Registrasi merupakan pendaftaran ulang eksistensi kebun

yang dimaksudkan sebagai alat kontrol untuk mengetahui perkembangan

pengelolaan kebun. Dasar hukum registrasi terdapat dalam Peraturan Kepala

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk

Teknis Perizinan Usaha Perkebunan.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Kepala Dinas Perkebunan,

tata cara registrasi dilakukan dengan tahapan sesuai ragaan 3 berikut:

Ragaan 3. Alur Tata Cara Pembayaran Registrasi

Sumber: Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan.

Pemohon membayar tarif registrasi kepada Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan.

Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan membuat tanda bukti pembayaran registrasi.

Tanda bukti pembayaran diserahkan kepada Sub Dinas Kelembagaan dan Pengembangan Usaha (KPU) Dinas Perkebunan disertai: - laporan semester

perkembangan kegiatan terakhir

- menunjukkan surat IUP asli.

Berkas persyaratan registrasi yang dinyatakan lengkap maka diterbitkan tanda bukti registrasi.

Page 100: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam peraturan Kepala Dinas Perkebunan tersebut menyebutkan bahwa

besarnya biaya registrasi IUP sebesar Rp 2.000,- (dua ribu rupiah) kali luasan

hektar (ha) yang dilaksanakan setiap tahun sekali. Dengan adanya registrasi setiap

tahun, maka Dinas Perkebunan akan lebih mudah melakukan pengawasan

terhadap kinerja dan perkembangan perusahaan perkebunan.

Sejak awal tahun 2011, pemberlakuan pembayaran registrasi ini tidak

diberlakukan lagi. Hal tersebut diatur melalui diterbitkannya Surat Edaran

Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322 sebagai hasil dari terbitnya Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang

menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah (dalam lingkup pajak disebut dengan

retribusi, yang dalam lingkup perkebunan disebut dengan registrasi) dihapuskan.

Dengan dihapuskannya penarikan registrasi, maka pengawasan terhadap

penyelenggaraan perkebunan hanya dilakukan melalui penilaian usaha pekebunan.

D. Tindakan Hukum Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap

Perusahaan Perkebunan yang Tidak Sehat

Sebagai tindak lanjut dari pengawasan Dinas Perkebunan terhadap kinerja

perusahaan perkebunan yang diwujudkan dengan penilaian usaha perkebunan

yang kemudian dituangkan dalam klasifikasi kelas perkebunan, maka Dinas

Perkebunan memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pembinaan baik

secara sendiri maupun bersama-sama dengan instansi terkait. Pembinaan

merupakan segala usaha yang mencakup pemberian, pengarahan, petunjuk,

bimbingan, dan penyuluhan dalam pengelolaan sumber daya perkebunan.

Pembinaan dilakukan terhadap perusahaan perkebunan terutama yang

tergolong kebun tidak sehat (kelas IV dan kelas V) guna meningkatkan kinerja

perusahaan perkebunan yang menurun. Penurunan kelas kebun yang diakibatkan

oleh menurunnya kinerja perusahaan perkebunan dapat dilihat dari beberapa

aspek, antara lain:

1. Aspek teknis kebun secara fisik. Penurunan kelas ditandai dengan turunnya

kinerja perkebunan yang disebabkan tidak adanya peremajaan tanaman,

Page 101: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkurangnya luasan lahan, tidak optimalnya pemanfaatan lahan, kurangya

perawatan, dan rendahnya produktifitas perkebunan.

2. Aspek manajemen perusahaan. Penurunan kelas ditandai dengan perusahaan

perkebunan tersebut tidak secara lengkap memiliki kelengkapan data kebun

seperti pembiayaan, produksi, pemasaran, serta kurangnya sumber daya

manusia.

3. Aspek pengolahan hasil perkebunan. Penurunan kelas ditandai dengan

perusahaan perkebunan tidak memiliki alat prosessing pengolahan hasil

produksi secara lengkap dan memadai.

4. Aspek sosial ekonomi. Penurunan kelas ditandai dengan perusahaan

perkebunan tersebut dinilai kurang peduli kepada masyarakat sekitar kebun.

Sebagai salah satu bentuk tindakan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan

guna menjaga kinerja perkebunan sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 dan Pasal

26 Permentan Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009 yang mengatur bahwa bagi

perusahaan perkebunan yang tergolong kelas IV diberikan sanksi berupa

peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dengan selang waktu 6 (enam) bulan dan untuk

perusahaan perkebunan yang tergolong kelas V diberikan 1 (satu) kali peringatan

dengan selang waktu 6 (enam) bulan.

Sesuai dalam Pasal 22 ayat (4), bagi perkebunan kelas IV setelah adanya

surat peringatan dari Dinas Perkebunan maka selama jangka waktu yang diberikan

perusahaan wajib melakukan perbaikan terhadap kinerjanya, terutama pada

subsistem yang mendapatkan penilaian terendah. Dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan pertama, Dinas Perkebunan melakukan peninjauan kembali terhadap

perkebunan tersebut. Apabila tidak ada peningkatan kualitas perkebunan hingga

jangka waktu yang telah ditetapkan (± 1,5 tahun) maka Dinas Perkebunan akan

mencabut IUP yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan tersebut sesuai dengan

ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Nomor 5

Tahun 2006 atau bahkan dapat pula Dinas Perkebunan mengajukan pencabutan

HGU yang dimiliki oleh perusahaan tersebut kepada Badan Pertanahan Nasional

melalui laporan penjatuhan surat peringatan ketiga dari Kepala Dinas Perkebunan

Page 102: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Provinsi Jawa Tengah sesuai yang tercantum pada Pasal 12 UU Nomor 18 Tahun

2004.

Sedangkan bagi perkebunan kelas V, sesuai dengan Pasal 22 ayat (5) setelah

ditetapkan klasifikasi perkebunan maka Dinas Perkebunan memberikan surat

peringatan pertama yang mencantumkan hal-hal yang harus dilakukan oleh

pengusaha guna memperbaiki kinerjanya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.

Pemberian surat peringatan tersebut telah dilakukan oleh Dinas Perkebunan, yang

salah satunya diberikan kepada PT. Perkebunan Tratak yang tergolong

perkebunan kelas V. Setelah jangka waktu tersebut Dinas Perkebunan wajib

melakukan penilaian terhadap perkembangan yang telah dicapai oleh perusahaan.

Apabila menurut Dinas Perkebunan perusahaan tersebut tidak dapat melaksanakan

petunjuk-petunjuk yang telah diberikan dan tidak ada peningkatan kinerja dalam

pembangunan perkebunan, maka Dinas Perkebunan dapat mencabut IUP atas

nama perusahaan tersebut. Apabila selama jangka waktu yang ditetapkan

perusahaan tidak dapat melakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya

maka dilaporkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Sesuai dengan tabel 2 tentang daftar klasifikasi kelas kebun tahun 2009,

maka terdapat 3 (tiga) perkebunan yang tergolong dalam perkebunan kelas IV dan

3 (tiga) perkebunan yang tergolong kelas V. Seperti yang disajikan dalam tabel 4

berikut:

Tabel 4. Daftar Perusahaan Perkebunan Kelas IV dan Kelas V

No. Kelas Kebun Nama Kebun Nama Perusahaan

A. IV Jatikalangan PT. Makmur Jaya Utama

Kandangan PT. UFI

Susukan PT. Pawana Indonesia

B. V Tratak PT. Perkebunan Tratak

Karanggondang PT. Estu Subur

Pakisadji PT. Pakisadji Banjoemas

Sumber : Diolah dari Data Sekunder

Page 103: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut penjelasan dari Soesiati Rahayu selaku Kepala Seksi Pembinaan

Usaha pada Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah, yang membuat perkebunan-perkebunan tersebut di atas tergolong

pekebunan kelas IV dan kelas V disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain:

1. Kebun Jatikalangan (Kelas IV). Kebun seluas 179, 21 ha ini turun dari kelas

III ke kelas IV selain diakibatkan karena penjarahan dari warga, diakibatkan

pula karena adanya permasalahan intern antara perusahaan dengan

pemerintah daerah dalam pengurusan perpanjangan HGU yang habis masa

berlakunya pada tahun 2000. Pada saat mengajukan perpanjangan HGU,

Walikota Semarang ‘mempersulit’ proses perpanjangan HGU dikarenakan

pemerintah daerah mempunyai kepentingan atas lahan itu dalam rangka

pembangunan permukiman/perumahan. Akhirnya 50 ha kebun Jatikalangan

dilepas kepada pemerintah daerah untuk dijadikan perumahan/permukiman

sesuai RTRW Kota Semarang. Sampai saat ini masalah tersebut belum

selesai dan BPN Pusat belum mengeluarkan putusan atas HGU tersebut.

2. Kebun Kandangan (Kelas IV). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas IV

diakibatkan karena kebun tersebut terbengkalai, tidak terawat, pemeliharaan

tanaman sangat kurang, dan pelaksanaan usaha perkebunan yang tidak

optimal.

3. Kebun Pakisadji (Kelas IV). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas IV

diakibatkan karena adanya penjarahan oleh masyarakat sekitar kebun.

Sebenarnya Dinas Perkebunan sudah memfasilitasi penyelesaian masalah

tersebut dengan adanya kerjasaa antara perusahaan dan masyarakat, akan

tetapi karena kurangnya pendanaan dari manajemen perusahaan itu sendiri,

sehingga mengakibatkan kebun tidak dapat beroperasi secara maskimal, dan

akhirnya masyarakat kembali menjarah kebun tersebut.

4. Kebun Susukan (Kelas V). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas V

diakibatkan karena perkebunan tersebut tidak membuat surat pernyataan

bersedia dinilai, sehingga sesuai dengan Pasal 25 Permentan No

07/Permentan/OT.140/2/2009, perusahaan yang tidak bersedia dinilai

Page 104: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut digolongkan ke kelas V. Apalagi pada saat peninjauan lapangan

oleh Dinas Perkebunan, perkebunan tersebut tidak mempersiapkan data

yang dibutuhkan, bahkan tidak ada staff perusahaan di tempat tersebut, yang

ada hanya seorang satpam penjaga kebun.

5. Kebun Tratak (Kelas V). Kebun ini turun dari kelas IV ke kelas V

diakibatkan karena adanya penjarahan dari masyarakat yang sudah terjadi

sejak tahun 1999 dan sampai saat ini belum selesai.

6. Kebun Karanggondang (Kelas V). Kebun ini turun dari kelas IV ke kelas V

diakibatkan karena HGU yang telah habis masa berakunya sejak tahun 2000

dan pengurusannya perpanjangan tidak segera diajukan karena ada masalah

intern keluarga serta adanya penjarahan dari mayarakat sekitar kebun

(Konfirmasi Soesiati Rahayu, 19 Mei 2011).

Kebun kelas IV dan kelas V tersebut dinilai tidak terlalu banyak

memberikan kontribusi pada negara. Kontribusi yang dapat diberikan adalah

melalui pembayaran pajak, misalkan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB). Sedangkan apabila ditilik dari segi pengoperasian perkebunan itu sendiri,

kebun kelas IV dan V tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam rangka

mencapai tujuan pelaksanaan perkebunan. Sehingga perkebunan yang masuk

kelas IV dan V diberikan peringatan oleh Dinas Perkebunan agar meningkatkan

kinerja perusahaan.

Menurut Pasal 9 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun

2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan, kepada perusahaan perkebunan yang

telah memiliki IUP diwajibkan untuk:

1. melaporkan perkembangan usahanya secara berkala setiap semester;

2. mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan perubahan

jenis tanaman atau perluasan usaha lainnya; dan

3. memberitahukan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan.

Pencabutan IUP yang dilakukan oleh Kepala Dinas Perkebunan merupakan

tindakan terakhir yang ditempuh oleh Dinas Perkebunan dalam menyikapi

perusahaan perkebunan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

Page 105: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diuraikan di atas serta telah menerima surat peringatan dari Dinas Perkebunan.

Selain itu, IUP dicabut apabila perusahaan perkebunan tidak dapat mengelola

perkebunan secara optimal sehingga dinilai menghambat terwujudnya tujuan

penyelenggaraan perkebunan dengan melakukan tindakan sebagai berikut:

1. pemegang izin tidak melakukan pengelolaan perkebunan secara komersil

yang sesuai dengan standar teknis; dan

2. perusahaan perkebunan yang selama 2 (dua) kali berturut-turut berdasarkan

penilaian klasifikasi perkebunan besar memperoleh predikat kelas IV dan V.

Sebagai upaya pembinaan perusahaan perkebunan dalam rangka peningkatan kinerja perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan beberapa upaya pembinaan, antara lain:

1. Meningkatkan pengawasan kebun, khususnya peningkatan dari aspek pemanfaatan lahan dan kinerja kebun. Pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Perkebunan dengan cara melakukan peninjauan langsung ke lokasi atau areal perkebunan;

2. Melakukan identifikasi kebun untuk mencari peluang kerjasama antar kebun atau dengan investor lain guna meningkatkan kinerja kebun dalam optimaliasi pemanfaatan lahan dan kebun;

3. Memfasilitasi terselenggaranya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang dilakukan melalui pelatihan penilai usaha perkebunan untuk pejabat yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, baik pelatihan dalam segi pengolahan perkebunan ataupun segi administrasi atau manajemen pengelolaan perusahaan perkebunan yang dilakukan oleh LPP;

4. Melakukan pertemuan pengusaha perkebunan dan memfasilitasi pertemuan dengan masyarakat sekitar kebun (sosialisasi hukum pertanahan) khususnya pada kebun yang potensi mendapat gangguan;

5. Kebijakan pemberian Constatering Rapport pada kebun yang mengajukan perpanjangan HGU luasan yang direkomendasikan akan disesuaikan dengan lahan yang fisiknya secara riil dimanfaatkan sesuai peruntukannya;

6. Setiap kebun yang mengajukan perpanjangan rekomendasi HGU, kebun akan beraudiensi langsung dengan Gubernur; dan

7. Jika ada permintaan masyarakat sekitar kebun untuk memanfaatkan HGU guna kepentingan umum seperti kuburan, sekolahan, tempat ibadah, lapangan olah raga, kiranya dapat dipertimbangkan dengan catatan tidak merubah status hak tanah (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010:7-8).

Page 106: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bentuk-bentuk pembinaan tersebut merupakan langkah preventif atau

pencegahan sebelum dicabutnya IUP pada suatu perusahaan perkebunan. Mulai

tahun 2011, setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa

Tengah Nomor 875.1/03322 tertanggal 7 Februari 2011 tentang Penyerahan

Kewenangan Pembinaan Pekebunan Besar, maka dari 72 perkebunan besar di

Provinsi Jawa Tengah, 27 perusahaan perkebunan menjadi kewenangan

pemerintah Kabupaten/Kota dan 45 perusahaan perkebunan menjadi kewenangan

pemerintah Provinsi.

Daftar perusahaan perkebunan yang kewenangan pembinaannya berada

dibawah pemerintah provinsi yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Pembinaan Perkebunan Besar yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi

No. Nama Perusahaan Nama Kebun Lokasi Kebun Keterangan

1. PTP Nusantara IX 1. Warnasari Cilacap

2. Kawung Cilacap

3. Krumput Banyumas

4. Kaligua Brebes

5. Semugih Pemalang

6. Blimbing Pekalongan

7. Jolotigo Pekalongan

8. Siluwok Batang

9. Sukomangli Kendal

10. Merbuh Kendal

11. Ngobo Semarang

12. Getas Semarang

13. Batujamus Karanganyar

14. Balong Jepara

15. Jolong Pati

Page 107: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16. Tengkolo Pemalang

2. PT. UFI 17. Kandangan Semarang 4 PT berada

18. Selosabrang Temanggung dalam satu

3. PT. Hortindo

Pratama Indonesia

19. Siboyo

Situkung

Semarang direksi dan

lokasi kebun

4. PT. Perkebunan

Jomblang

20. Jomblang Kendal di beberapa

kabupaten.

5. PT. Cengkeh

Zanzibar

21. Kalisidi Semarang

22. Curug Kendal

6.

PT. Karyadeka

Alam Lestari

23.

Kalimas

Kota Semarang

dan Kendal

7. PT. Perkebunan

Sidorejo

24. Sidorejo Semarang

25. Kebonroto Kendal

8. PT. Rumpunsari

Medini

26. Medini Kendal 3 PT dalam

1 direksi dan

27. Kaligintung Temanggung lokasi

kebun

9. PT. Rumpunsari

Kemuning

28. Kemuning Karanganyar di beberapa

kabupaten.

10. PT. Rumpun Sari

Antan

29. Carui Cilacap

30. Darma Karedan Banyumas

31. Samudra Banyumas

32. Jatipablengan Kendal

33. Cluwak Pati

11. PT. Ja Wattie 34. Bitting Kendal

Page 108: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35. Ciseru Cipari Cilacap

36. Kaliminggir Cilacap

12. PT. Estu Subur 37. Simadu Pemalang 2 PT berada

dalam satu

38. Karanggondang Pekalongan manajemen/

39. Pesantren Batang direksi.

13. PT. Kencana

Sikasur

40. Sikasur Pemalang

14. PT. Pagilaran 41. Pagilaran Banjarnegara Bahan baku

Pekalongan teh berada di

Batang 3 kabupaten.

15. PT. Buah Harum 42. Kesesi Pekalongan 2 PT berada

dalam 1

direksi.

16. PT. Gucisari 43. Danasari Tegal

17. Perusda Citra

Mandiri Jateng

44. Tlogo Semarang

18. PT. Pagilaran 45. Segayung

Utara

Batang

Sumber : Lampiran Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322 tertanggal 7 Februari 2011.

Kegiatan pembinaan perkebunan di tingkat Provinsi yang dilaksanakan oleh

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, antara lain seperti berikut:

1) mengadakan pertemuan atau diskusi antar perusahaan perkebunan dengan

menghadirkan narasumber yang berkompeten;

2) menginventarisir permasalahan yang terjadi di perkebunan;

3) bersama-sama melakukan diskusi untuk menemukan solusi bagi

permasalahan yang dialami oleh tiap-tiap perkebunan;

4) meninjau langsung ke perkebunan;

Page 109: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5) memberikan teguran langsung yang diperkuat dengan adanya keterangan

tertulis (hasil penilaian usaha perkebunan) kepada perkebunan yang

kinerjanya mulai menurun; dan

6) kegiatan lain yang sifatnya membina agar perusahaan perkebunan tetap

menjalankan usahanya secara optimal guna terwujudnya tujuan perkebunan.

Praktiknya sampai saat ini karena masih dalam masa transisi, Dinas

Perkebunan masih banyak menangani perusahaan perkebunan yang seharusnya

menjadi kewenangan Kabupaten/Kota. Bahkan Kabupaten Pemalang pada tanggal

19 Mei 2011 menolak permohonan diversifikasi kebun yang permohonannnya

diajukan oleh PT. Adiwiyata Panca Arga dan melimpahkannya kepada Dinas

Perkebunan, padahal PT. Adwiyata Panca Arga menjadi kewenangan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelimpahan kewenangan

pembinaan kepada Kabupaten/Kota belum maksimal dan bahkan masih ada

Pemerintah Kabupaten/Kota yang menolak untuk melakukan pembinaan

perkebunan yang seharusnya menjadi kewenangannya (Konfirmasi Soesiati

Rahayu, 19 Mei 2011).

Page 110: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh Penulis,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian IUP kepada perusahaan perkebunan khususnya di wilayah

Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi

Jawa Tengah sudah sesuai dengan Pasal 17 UU Nomor 18 Tahun 2004

tentang Perkebunan, Pasal 3 – Pasal 21 Permentan Nomor

26/permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan, Pasal 7 – Pasal 9 Perda Jateng Nomor 2 Tahun 2005 tentang

Perizinan Usaha Perkebunan, dan Pasal 2 – Pasal 5 Peraturan Kepala Dinas

Perkebunan Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis

Perizinan Usaha Perkebunan. Pelaksanaan pemberian IUP oleh Dinas

Perkebunan juga sudah efektif, hal ini dapat terlihat dari 72 perusahaan

perkebunan hanya 1 perusahaan perkebunan yang IUP-nya tidak diterbitkan

oleh Dinas Perkebunan, yaitu Kebun Karanggondang milik PT. Estu Subur

yang berada di Kabupaten Pekalongan. IUP perusahaan perkebunan tersebut

tidak diterbitkan karena HGU atas nama Perusahaan tersebut telah habis

masa berlakunya sejak tahun 2000 dan sampai sekarang pihak perusahaan

tidak mengurusi permohonan perpanjangan HGU kepada BPN.

2. Pelaksanaan mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perkebunan terhadap perusahaan perkebunan melalui penilaian usaha

perkebunan belum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang terdapat dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan dan

Permentan Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman

Penilaian Usaha Perkebunan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya

tindakan yang tidak ketat dalam penilaian pada subsistem pelaporan. Dinas

Perkebunan justru memberikan kebijakan berupa kelonggaran yang justru

Page 111: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membuat kinerja perusahaan semakin melemah dan tidak mematuhi aturan

yang berlaku. Dalam hal penarikan registrasi, Dinas Perkebunan telah

mengambil kebijakan sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah

Nomor 875.1/0332 tentang Penyerahan Kewenangan Pembinaan

Perkebunan Besar kepada Kabupaten/Kota sebagai hasil pertimbangan dari

terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yang mengatur tidak diberlakukannya lagi penarikan

registrasi bagi perusahaan perkebunan.

3. Tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan terhadap perusahaan

perkebunan yang tidak sehat sudah sesuai dengan ketentuan dalam

Permentan Nomor 07/Pementan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian

Usaha Perkebunan. Hal tersebut ditunjukkan dengan dikeluarkannya surat

peringatan penurunan kelas kebun kepada PT. Perkebunan Tratak sebagai

implementasi dari Pasal 22 ayat (5). Kemudian terkait dengan Pasal 25,

ditunjukkan dengan penurunan kelas kebun menjadi kelas V secara otomatis

bagi Kebun Susukan karena kebun tersebut tidak bersedia dinilai, serta Pasal

26 ayat (4) ditunjukkan dengan tidak diterbitkannya IUP Kebun

Karanggondang yang tergolong kebun kelas V yang tidak segera menindak

lanjuti habinya masa HGU atas nama kebun tersebut.

B. Saran

Dari hasil penelitian hukum ini, maka Penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Terkait dengan tidak diterbitkannya IUP atas nama kebun Karanggondang

milik PT. Estu Subur di Kabupaten Pekalongan karena telah habis HGU-

nya, sebaiknya Dinas Perkebunan segera mengambil tindakan melalui

pencabutan IUP sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam 22 ayat (5)

Permentan No. 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha

Perkebunan.

Page 112: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Menurut hasil penilaian usaha perkebunan tahun 2009, banyaknya

perusahaan yang mengalami penurunan kelas mayoritas diakibatkan tidak

diserahkannya laporan semester perusahaan kepada Dinas Perkebunan.

Sehingga, dalam hal ini hendaknya Dinas Perkebunan memberikan

sosialisasi kepada perusahaan mengenai pentingnya laporan semester dari

setiap perusahaan guna mengetahui kinerja perusahaan perkebunan di

wilayah Jawa Tengah. Akan tetapi apabila perusahaan tetap tidak tertib

dalam menyerahkan laporan semester dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan, maka Dinas Perkebunan memiliki kewenangan untuk

memberikan peringatan atau bahkan sanksi kepada perusahaan perkebunan

tersebut. Terkait dengan dihapuskannya penarikan registrasi, pengawasan

Dinas Perkebunan tidak boleh semakin melemah dengan berbagai

kelonggaran atau kebijakan pengatrolan nilai yang membuat perusahaan

menjadi semakin tidak tertib, sehingga pengawasan melalui sarana penilaian

usaha perkebunan sebagai satu-satunya mekanisme pengawasan

penyelenggaraan perkebunan harus semakin ditingkatkan.

3. Selain tindakan hukum yang diberikan kepada perkebunan yang tidak sehat,

sebaiknya Dinas Perkebunan melakukan tindakan pembinaan yang

disesuaikan dengan kendala yang dihadapi masing-masing kebun. Misalkan

tindakan yang diberikan kepada:

a) kebun yang mengalami penjarahan dari masyarakat sekitar, dapat

dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan agar tidak ada lahan

perkebunan yang kosong dan terbengkalai;

b) kebun yang sedang mengalami konflik dengan masyarakat sekitar,

dapat melakukan beberapa langkah, antara lain melalui:

(1) peningkatan CSR (Coorporate Social Responsibility) atau

kepedulian dalam bentuk apapun kepada masyarakat sekitar

perkebunan sesuai dengan kemampuan kebun;

Page 113: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2) melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa perkebunan

adalah aset negara yang perlu dijaga bersama demi

kesejahteraan bersama;

(3) melaporkan gangguan yang dialami kepada Gabungan

Perusahaan Perkebunan (GPP) untuk mendapatkan pelayanan

dan perlindungan baik dalam advokasi proses hukum ataupun

mengcounter media massa yang merugikan perusahaan;dan

(4) melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang menekanan

bahwa tidak ada pungutan kepada masyarakat dari perusahaan

dengan dalih keperluan pengurusan pungutan pajak di BPN atau

proses peradilan.

c) kebun yang mengalami konflik dengan dinas atau instansi

pemerintahan, dapat meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah

Kabupaten/Kota dan instansi terkait misalkan, Bupati/Pemerintah

Daerah, BPN, dan dinas teknis yang membidangi perkebunan serta

Polres/Polsek.

d) adanya pembinaan khusus terhadap Pemerintah Kabupten/Kota yang

melaksanakan kewenangan pembinaan perkebunan sebagaimana yang

tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor

875.1/03322.

Page 114: PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA ......PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan H. Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anneahira. Pertanian Perkebunan. http://www.anneahira.com/pertanian-perkebunan.html> [27 Maret 2011 pukul 19.15]

. Pertanian Perkebunan. http://www.anneahira.com/industri-perkebunan.html> [27 Maret 2011 pukul 19.20]

A.P. Parlindungan 1993. Beberapa Masalah Dalam UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria). Bandung: Mandar Maju.

Benedict Kingsbury. 2009. “The Concept of Law in Global Administrative Law”. University of New York Journal-Global Administrative Law Series. Vol. 9, No. 5.

Benjamin E. Hermalin and Michael S. Weisbach. 2007. “Transparency and Corporate Governance”. The European Journal of International Law. Vol. 4, No. 2.

Boedi Harsono. 1971. Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannja. Djakarta: Djambatan.

. 2003. Hukum Agraria Indoneia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.

Charles Sebayang. Hak Menguasai Negara. http://charlessebayang.blogspot.com/2009/03/hak-menguasai-dari-negara.html> [2 April 2011 pukul 14.00]

Dewa Arka. Hukum Perizinan. http://dewaarka.wordpress.com/2010/05/25/hukum-perizinan.html> [5 April 2011 pukul 21.30]

Edy Ruchiyat. 1999. Politik Pertanahan Nasional sampai Orde Reformasi. Bandung: Alumni.