pelaksanaan pengadaan tanah untuk ...repository.stpn.ac.id/1363/1/husni.pdfpengadaan tanah (ppt) dan...
TRANSCRIPT
i
PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN
PELEBARAN JALAN DUA JALUR BANDA ACEH-MEDAN
(Studi Di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sebutan Sarjana Sains Terapan
Disusun Oleh :
H U S N I
NIM. 09182455
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN
YOGYAKARTA
2013
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... iii
HALAMAN MOTTO............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xii
INTI SARI................................................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian........................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian...................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Teoretis.......................................................................... 9
1. Pengadaan Tanah................................................................... 9
2. Panitia Pengadaan Tanah...................................................... 14
3. Tahapan Pengadaan............................................................... 16
4. Pembangunan.......................................................................... 23
5. Jalan......................................................................................... 25
B. Kerangka Pemikiran...................................................................... 29
ix
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Format Penelitian........................................................................... 32
B. Lokasi Penelitian............................................................................ 33
C. Jenis Sumber Data......................................................................... 33
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 35
E. Analisis Data................................................................................... 36
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Batas Administrasi.................................... 38
B. Luas Wilayah.................................................................................. 41
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Pelebaran Jalan Dua Jalur.............................................................
43
B. Faktor Hambatan Dalam Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan Pelebaran Jalan Dua Jalur.......................
66
C. Upaya Penyelesaian Hambatan Dalam Pelaksanaan
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Pelebaran Jalan Dua
Jalur..................................................................................................
69
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 71
B. Saran................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
xiii
INTISARI
Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk
Pembangungunan Pelebaran Jalan Dua Jalur Banda Aceh-Medan (Studi di
Kecamatan Karang Baru Kabupatren Aceh Tamiang Provinsi Aceh)” bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah pelebaran jalan dua jalur, untuk
mengetahui besar dan bentuk ganti kerugian yang diberikan dan untuk mengetahui
alasan-alasan terlalu lamanya pembangunan jalan tersebut sampai sekarang.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
yuridis normatif terhadap asas-asas, sistematika, taraf sinkronisasi, sejarah dan
perbandingan hukum dengan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
tanah. Pendekatan kasus dengan analisis normatif, normatif yaitu penelitian yang
bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif,
kemudian data dari hasil penelitian lapangan di inventarisasi dan disusun secara
sistematis untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian diperoleh bahwa proses pengadaan tanah tidak
dilakukannya penyuluhan oleh Panitia Pengadaan Tanah sebagaimana diatur
dalam Perpres No. 65/2006. Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada warga
dibedakan sesuai dengan letak dan lokasi tanah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa Pembangunan
Pelebaran Jalan Dua Jalur Banda Aceh-Medan yang berlokasi di Kecamatan
Karang Baru aturan pelaksanaannya Perpres No. 65/2006, akan tetapi dalam
tahapan pelaksanaan pembebasan tanah dan ganti rugi tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Kata kunci : Tahapan Pengadaan Tanah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam yang merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia
yang paling mendasar sebagai sumber penghidupan dan mata pencaharian,
bahkan tanah dan manusia tidak dapat untuk dipisahkan dari semenjak
manusia itu dilahirkan hingga manusia itu meninggal dunia. Manusia hidup
dan berkembang biak serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap
manusia berhubungan erat dengan tanah.
Kebijakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3)
menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan
dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil
dan makmur. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 2 ayat (2) menyebutkan bahwa Hak
menguasai dari Negara dalam memberi wewenang untuk mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa; menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
2
hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; dan
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Hak-hak perorangan dapat ditentukan atas dasar Hak Menguasai Negara
tersebut yang kemudian muncul macam-macam hak atas tanah seperti yang
tercantum dalam UUPA Pasal 16. Manusia dengan adanya hak atas tanah
dapat memanfaatkan tanah tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kepemilikan atas tanah tidaklah bersifat mutlak sebagai terkuat dan
terpenuh. Mengingat ketentuan dalam Pasal 6 UUPA bahwa tanah
mempunyai fungsi sosial. Sehingga setiap waktu pemerintah memerlukan
tanah tersebut untuk pembangunan, tanah tersebut dapat diambil dan
diberikan ganti kerugian kepada pemilik tanah atau orang yang menguasai
tanah dilokasi yang dilaksanakan pembangunan tersebut. Sesuai ketentuan
Pasal 18 UUPA pemerintah dapat melakukan pencabutan hak atas tanah
(onteigening) jika itu perlu dilakukan dalam rangka kepentingan umum.1
Pengadaan Tanah adalah suatu upaya untuk memperoleh tanah
yang bertujuan untuk pembangunan kepentingan umum. Pasal 1 ayat (3)
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyebutkan bahwa Pengadaan
1Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia (Yogyakarta : Gama Media, 1999),
hal. 123
3
Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Proses
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan dengan pelepasan atau penyerahan
hak atas tanah.
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 menyatakan bahwa
pembangunan kepentingan umum yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
meliputi 7 (tujuh) macam kegiatan. Salah satu dari 7 kegiatan tersebut adalah
pembangunan sarana transportasi untuk kepentingan umum yang berupa jalan
umum dan jalan tol. Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan,
merupakan investasi pemerintah di dalam pengembangan suatu daerah yang
berguna memperlancar pembangunan daerah.
Proses pembangunan jaringan jalan trans Sumatera ini terbagi
menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pembangunan jalan sepanjang 445
Km yang menghubungkan Aceh dengan Sumatera Utara. Tahap kedua adalah
pelebaran jalan dua jalur sepanjang sepanjang 6 Km di Kabupaten Aceh
Tamiang.2 Perencanaan pembangunan pelebaran jalan dua jalur di Kabupaten
Aceh Tamiang dimulai pada tahun 2006 dengan menggunakan dana Anggaran
Pendapan Belanja Negara.3 Kegiatan ini memegang peranan penting untuk
2www. bappedatamiang.go.id (02-12-2012)
3aceh.tribunnews.com ( 04-12-2012)
4
mengurangi kemacetan dan memperlancar aksesbilitas kehidupan masyarakat
dalam beraktifitas.
Bupati Aceh Tamiang telah mengeluarkan Surat Keputusan
No.134/600/2006 tanggal 4 Juli 2006 tentang Pembentukan Panitia
Pengadaan Tanah (PPT) dan Surat Keputusan No. 135/600/2006 tanggal 4
Juli 2006, tentang Pembentukan Tim Penilai Bangunan dan Tanah dalam
rangka pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran jalan dua
jalur tersebut.4 Hal tersebut sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 yaitu pengadaan tanah untuk
kepentingan umum di wilayah kabupaten/kota dilakukan dengan bantuan
Panitia Pengadaan Tanah kabupaten/kota yang dibentuk oleh
Bupati/Walikota.
Mardiati, SH. S.Pd selaku Koordinator Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Banda Aceh Pos Langsa pada tahun 2008 di koran Waspada
mengatakan bahwa masyarakat Desa Bundar, Desa Kesehatan, Desa Tanah
Terban, Desa Johar, sampai hari ini belum juga mendapatkan kepastian dalam
mendapatkan ganti rugi dari tanah mereka yang terkena pembuatan proyek
jalan dua jalur.5 Mardiati menyebutkan, dua tahun sudah berlalu, persisnya
dari tahun 2006 masyarakat yang tergabung dalam Formed (Forum
Masyarakat Enam Desa) tak putus asa terus memperjuangkan haknya.
Koordinator LBH itu juga mengungkapkan bahwa tim independen
4www bappedatamiang.go.id op. cit.
5www.waspadaonline (04-12-2012)
5
pembebasan tanah atau tim penilai penaksir harga tanah disinyalir tidak
mengikuti prosedur yang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2005 perubahan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang pengadaan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.
Informasi di atas menunjukkan bahwa proses pemberian ganti rugi
sampai tahun 2008 masih menyisakan masalah. Proses pengadaan tanah
untuk pembangunan pelebaran jalan dua jalur dengan panjang 6 Km
seharusnya sudah diselesaikan dalam jangka waktu 2 tahun namun terkendala
dengan ganti rugi.
Ganti kerugian yang layak seharusnya sesuai atau memadai dengan
nilai nyata aset masyarakat baik tanah, bangunan maupun tanaman. Nilai
ganti rugi yang sesungguhnya tidak sesuai dari yang diharapkan masyarakat.
Masyarakat pemilik tanah dengan adanya ganti rugi yang layak berharap
dapat hidup dengan lebih baik di tempat yang baru.
Saipul Bahri selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang
pada Koran Tribun Aceh mengungkapkan bahwa mengakui belum selesainya
pelaksanaan ganti rugi pembebasan tanah dua jalur yang dimaksud, namun
dibandingkan dari tahun sebelumnya tanah yang belum dibebaskan hanya
tinggal beberapa bidang tanah lagi “Sekitar enam bidang tanah lagi yang
belum dibebaskan,” ujarnya.6 Pemilik tanah belum mau menerima ganti rugi
yang diajukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dengan harga
6aceh.tribunnews.com op. cit
6
Rp450 ribu/meter untuk jenis tanah kelas satu. Pemilik tanah meminta harga
yang harus dibayarkan Rp 1,5 juta /meter. Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh
Tamiang tersebut juga mengungkapkan bahwa “Memang harga ganti rugi kita
naikkan sebesar 15% mengingat adanya inflasi dibandingkan pada tahun
sebelumnya sekitar Rp 250 ribu/meter” tambahnya. Pemerintah Kabupaten
Aceh Tamiang telah melakukan dengan berbagai upaya untuk menyelesaikan
ganti rugi pengadaan tanah jalan dua jalur termasuk musyawarah dengan
warga dalam menyelesaikan harga ganti rugi tanah. Penetapan harga ganti
rugi yang terjadi pada saat ini bukanlah penetapan harga secara sepihak,
tetapi merupakan hasil dari musyawarah bersama.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang
mengungkapkan bahwa penyelesaian pembebasan tanah tersebut belum
selesai juga. Waktu pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah tersebut tidak
sesuai dengan yang direncanakan. Pelaksanaannya dimulai dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2011 sehingga terlambat menjadi lima tahun. Penetapan
harga ganti rugi tanah yang tidak mencapai kesepakatan menjadi penyebab
utama terlambatnya pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: “PELAKSANAAN PENGADAAN
TANAH UNTUK PEMBANGUNAN PELEBARAN JALAN DUA JALUR
BANDA ACEH-MEDAN (Studi di Kecamatan Karang Baru Kabupaten
Aceh Tamiang)”.
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran
jalan dua jalur Banda Aceh-Medan di Kecamatan Karang Baru Kabupaten
Aceh Tamiang?
2. Faktor apa yang menghambat dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk
pembangunan pelebaran jalan dua jalur Banda Aceh-Medan di Kecamatan
Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang?
3. Upaya apa yang dilakukan dalam penyelesaian hambatan pelaksanaan
pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran jalan dua jalur Banda
Aceh-Medan di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang?
C. Pembatasan Masalah
Luasnya permasalahan yang ada dan keluarnya peraturan tentang
pengadaan tanah yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 dan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012. Penulis perlu
membuat pembatasan masalah dalam penelitian pelaksanaan pengadaan tanah
untuk pembangunan pelebaran jalan dua jalur di Kecamatan Karang Baru
Kabupaten Aceh Tamiang dengan menggunakan ketentuan Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum karena pengadaan tanahnya
dimulai pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2012.
8
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan
pelebaran jalan dua jalur Banda Aceh-Medan di Kecamatan Karang Baru
Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pengadaan
tanah untuk pembangunan pelebaran jalan dua jalur Banda Aceh-Medan di
Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam penyelesaian hambatan
pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan pelebaran jalan dua
jalur Banda Aceh-Medan di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh
Tamiang.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan akademis
Memperdalam dan mempeluas ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis di
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan daerah penelitian serta memberikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
2. Kegunaan terapan
Sebagai bahan masukan bagi penulis, dengan berharap untuk memperoleh
tambahan wawasan, setidaknya mampu mengidentifikasi berbagai masalah
yang terkait dengan pengadaan tanah.
71
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan permasalahan yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan:
1. Pengadaan tanah di Kecamatan Karang Baru memilik satu masalah
penting yaitu tidak dilakukannya penyuluhan atau sosialisasi oleh Panitia
Pengadaan Tanah Kabupaten Aceh Tamiang. Hal ini menyebabkan warga
tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai besarnya ganti rugi atas
tanahnya yang terkena pelebaran jalan dua jalur. Masalah ini juga
menimbulkan kesan bahwa waktu pelaksanaan pengadaan tanah menjadi
tidak jelas.
2. Hambatan utama yang muncul dari proses pengadaan tanah adalah
perbedaan harga penghitungan ganti rugi yang dilakukan pemerintah dan
yang diharapkan oleh warga kampung pemilik hak atas tanah.
3. Upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menghadapi hambatan
proses pengadaan tanah adalah mengoptimalkan pentingnya pembangunan
pelebaran jalan dua jalur bagi perkembangan perekonomian dan
kelancaran mobilisasi barang dan jasa di wilayah Kabupaten Aceh
Tamiang.
72
B. Saran
Saran-saran yang diajukan penulis atas permasalahan ditujukan
untuk Pihak yang memerlukan tanah dan Pihak yang melepaskan tanah dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan untuk kepentinagan umum serta kepada
seluruh Pihak yang membaca tulisan ini, diangkat dari penelitian adalah :
1. Penyuluhan sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum proses ganti rugi
dilaksanakan.
2. Pengadaan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan agar dapat selesai dengan lancar dan tepat waktu.
3. Proses sosialisasi hendaknya tidak hanya bersifat formal, tetapi dapat juga
dilakukan dalam berbagai forum maupun perkumpulan warga. Proses ini
juga harus melibatkan berbagai susunan masyarakat, sehingga tidak hanya
terpusat pada Camat, Kepala Mukim, atau Datok Penghulu.
4. Pemerintah berupaya dalam musyawarah untuk menentukan besarnya
harga ganti rugi. Hal ini dilakukan untuk memfasilitasi segala kepentingan
didalamnya sehingga tidak ada satu pihak yang merasa dirugikan.
5. Para pemilik hak atas tanah dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang
hendaknya memiliki itikad baik ketika bermusyawarah. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya sengketa.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. (2008). Kawasan Pembangunan”Semeja”. Cetakan
Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ali, Zainuddin. (2009). Metode Penelitian Hukum. Cetakan Ketiga. Sinar Grafika.
Jakarta.
Maroya, Nova. (2009). Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan di
Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Skripsi. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional,
Yogyakarta.
MD, Mahfud. (1999). Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. Gama Media.
Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan
Keduapuluhlima. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nugroho, Aristiono. (2011). Pengetahuan Ringkas Metode Penelitian Kualitatif.
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta.
Nur, Sri Susyanti. (2010). Bank Tanah Altenatif Peneyelesaian Masalah
Penyedian Tanah Untuk Pembangunan Kota Berkelanjutan. As
publisher. Makassar. September 2010.
Salle, Aminuddin. (2007). Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
Cetakan Pertama, Yogyakarta. Kreasi Total Media. 2007.
Sudjito; Sarjita; Tjahjo Arianto: dan Mohammad Machfudh Zarqoni. (2012).
Restorasi Kebijakan Pengadaan Tanah, Perolehan Pelepasan dan
Pendayagunaan Tanah, Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi,
Terbitan Pertama, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta.
Suharso; Ana Retnoningsih. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Lux.Cetakan Kesepuluh. CV. Widya Semarang.
Sumardjono, Maria S.W. (2008). Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan
Implementasi. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Sitorus, Oloan; Carolina Sitepu; dan Herawan Sauni. (1995). Pelepasan atau
Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah, CV. Dasamedia
Utama, Jakarta.
74
---------------;Dayat Limbong. (2004). Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum. Mitra Kebijakan Tanah Indonesia. Cetakan Perdana.
Yogyakarta.
---------------; (2010). Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ( Mencari
Pengaturan Yang Berkepastian Dan Adil). (Makalah disampaikan
pada Diskusi Bulanan, STPN Yogyakarta. 1 Desember 2010).
Yunus, Hadi Sabari. (2005). Manajemen Kota Perspektif Spasial . Pustaka
Pelajar.Yogyakarta.
---------------; (2008). Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Cetakan Ketujuh
Juni. Yogyakarta.
75
PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Indonesia, Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA), UU No. 5 Tahun 1960.
Indonesia, Undang-Undang Tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah Dan
Benda-benda Yang Ada Di Atasnya, UU No. 20 Tahun 1961.
Indonesia, Undang-Undang tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2004.
Indonesia, Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008.
Indonesia, Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunanuntuk
Kepentingan Umum , Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012.
Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Kepres No. 55 Tahun
1993.
Indonesia, Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres Nomor 36 Tahun
2005.
Indonesia, Peraturan Presiden Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres Nomor 65 Tahun
2006.
Indonesia, Peraturan Presiden Tentang Pengadaan barang/Jasa Pemerintah,
Perpres Nomor 54 Tahun 2010.
Indonesia, Peraturan Presiden Tentang Kearsipan, Perpres Nomor 28 Tahun
2012.
Badan Pertanahan NasiZonal, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yang Telah Diubah Dengan Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Peraturan. Ka. BPN Nomor 3 Tahun
2007.
Departemen Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan Tentang Jasa Penilai Publik,
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008.
76
DARI INTERNET
http://bappedatamiang.go.id/bappeda/index.php?option=com_content&task=view
&id=140&Itemid=1
http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1224
3
http://aceh.tribunnews.com/m/index.php/2011/09/22/ganti-rugi-jalan-dua-jalur-
berlarut-larut