efektivitas dan elastisitas pemungutan bea …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea...

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 - 2011 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah Oleh : CITA PUTRI MAHARANI, S.STP NIM. S4211030 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2013

Upload: dinhdien

Post on 31-Mar-2019

278 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

EFEKTIVITAS DAN ELASTISITASPEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK

ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 - 2011

TESISUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi PembangunanKonsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah

Oleh :

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPNIM. S4211030

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARETPROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNANSURAKARTA

2013

Page 2: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ii

EFEKTIVITAS DAN ELASTISITASPEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK

ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 – 2011

Disusun Oleh :

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPNIM. S4211030

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Dr. AM. Soesilo, M.ScNIP. 19590328 198803 1 001

Pembimbing II

Dr. Siti Aisyah TR, SE., M.Si NIP. 19590328 198803 1 001

Ketua Program StudiMagister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. AM. Soesilo, M.ScNIP. 19590328 198803 1 001

Page 3: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii

EFEKTIVITAS DAN ELASTISITASPEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK

ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 – 2011

Disusun Oleh :

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPNIM. S4211030

Telah disetujui oleh Tim PengujiPada tanggal : Februari 2013

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji Dr. Agustinus Suryantoro, MSNIP. 19590911 198702 1 001 .......................................

Pembimbing Utama Dr. AM. Soesilo, M.ScNIP. 19590328 198803 1 001 .......................................

Pembimbing Pendamping Dr. Siti Aisyah TR, SE., M.Si NIP. 19590328 198803 1 001 .......................................

MengetahuiDirektur PPs UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.SNIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program StudiMagister Ekonomi dan Studi

Pembangunan

Dr. AM. Soesilo, M.ScNIP. 19590328 198803 1 001

Page 4: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : CITA PUTRI MAHARANI, S.STP

NIM : S4211030

Program Studi : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah

Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan

jiplakan dari hasil karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

Surakarta, 12 Februari 2013

Tertanda,

CITA PUTRI MAHARANI, S.STP

Page 5: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

v

M O T T O

Page 6: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vi

ABSTRAK

EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)

DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 – 2011

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPS4211030

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Efektivitas dan Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Ngawi pada tahun 2006 sampai dengan 2011. BPHTB merupakan salah satu komponen Pendapatan Daerah yang kontribusinya sangat mempengaruhi tingkat kemandirian keuangan daerah.

Data yang dipergunakan adalah data time series BPHTB tahun 2006-2011. Data yang dipergunakan merupakan data sekunder yang diambil dari data resmi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi yang meliputi data target dan realisasi BPHTB dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa efektivitas pemungutan BPHTB dilihat dari perbandingan antara realisasi dengan target yang telah ditetapkan rata-rata per tahun lebih besar dari 100% yaitu sebesar 136,07%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemungutan BPHTB di Kabupaten Ngawi selama kurun waktu tahun 2006 – 2011 sudah sangat efektif. Artinya pertumbuhan kebutuhan pembangunan dan iklim investasi terhadap tanah dan bangunan di Kabupaten Ngawi cukup besar. Sedangkan elastisitas PDRB per kapita terhadap BPHTB berdasarkan perbandingan antara prosentase pertumbuhan BPHTB dengan prosentase pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 0,005 atau kurang dari 1 (<1) termasuk dalam kategori inelastis. Artinya kenaikan PDRB sebesar 1% hanya mengakibatkan kenaikan penerimaan BPHTB kurang dari 1% atau hanya sebesar 0,005%.

Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Ngawi perlu mengambil kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan penerimaan BPHTB diantaranya perlu mengkaji lagi apakah target yang ditetapkan sudah sesuai dengan potensi riil yang ada di daerah atau belum, menetapkan peraturan yang mengatur standar harga pasar di tiap-tiap wilayah di Kabupaten Ngawi, melakukan tindakan yang tegas terhadap petugas yang melakukan tindakan penggelapan dan kepada wajib pajak yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku, dan tetap menggalakkan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi BPHTB.

Kata kunci : Efektivitas, Elastisitas dan BPHTB.

Page 7: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii

ABSTRACT

EFFECTIVENESS AND ELASTICITY VOTINGBEA ACQUISITION OF LAND AND BUILDING (BPHTB)

AT NGAWI REGENCY (2006 – 2011)

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPS4211030

This study aims to analyze the Effectiveness and Elasticity Voting BeaAcquisition of Land and Building (BPHTB) at Ngawi Regency (2006 – 2011). BPHTB is one component that contributes Revenue greatly affect the level of local financial autonomy.

The data used are time series data BPHTB during the period 2006-2011. The data used are secondary data taken from official data Revenue Service, Finance and Asset Management District and the Central Bureau of Statistics Ngawi Ngawi district that includes targets and realization BPHTB and Gross Regional Domestic Product (GRDP).

The results showed that while the effectiveness of voting BPHTB seen from the comparison between the realization of the set targets on average per year greater than 100% is equal to 136.07%. It can be said that the collection BPHTB Ngawi district during the period 2006 - 2011 has been very effective. This means that the growth and development needs of the investment climate on land and buildings in the District Ngawi big enough. While the elasticity of GDP per capita to BPHTB based on the comparison between the percentage growth BPHTB percentage of GDP growth at current prices of 0.005 or less than 1 (<1) are included in the category of inelastic. This means that a 1% increase in GDP may lead to an increase BPHTB less than 1% or by only 0.005%.

Thus Ngawi district government should adopt policies and measures to improve them BPHTB need to examine again whether the target is in conformity with the real potential in the area or not, to establish rules governing the standard market price in each region in the district of Ngawi, strict action against officers who commit acts of fraud and to taxpayers who do not comply with current regulations, and still promote intensification and extensification BPHTB.

Keywords: Effectiveness, Elasticity and BPHTB.

Page 8: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Alloh SWT, karena

atas ridho dan rahmat-Nya, maka penulisan tesis dengan judul “Efektivitas dan

Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di

Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011” dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini

merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 pada Program

Pasca Sarjana Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan (MESP)

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini penulis telah banyak menerima bantuan moril

maupun materiil, dorongan, semangat, saran, dan pendapat dari berbagai pihak.

Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Dr. Wisnu Untoro, M.S Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret;

2. Dr. AM. Soesilo, M.Sc selaku Ketua Program Pasca Sarjana Magister

Ekonomi dan Studi Pembangunan (MESP) dan sekaligus Dosen Pembimbing

penulis I yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis;

3. Dr. Agustinus Suryantoro, MS selaku Ketua Tim Penguji yang telah

memberikan pengarahan untuk lebih mempertajam penulisan ini;

4. Dr. Siti Aisyah TR, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

dan tak kenal lelah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini;

Page 9: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ix

5. Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP selaku Sekretaris Program Pasca Sarjana

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan atas dukungan semangat kepada

penulis;

6. Seluruh karyawan bagian administrasi Program Pasca Sarjana Magister

Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret atas pelayanan

administrasi yang baik selama ini;

7. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberi semangat dan doanya kepada

penulis dalam segala hal termasuk dalam menyelesaikan tesis ini;

8. Suamiku tercinta, Dwi Nuridwan, SH yang telah memberikan curahan doa,

dorongan moril dan materiil kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini;

9. Anakku tersayang, Kanaya Raissa Putri yang telah memberi motivasi dan

inspirasi kepada penulis;

10. Bapak Kepala Dinas, Bapak Sekretaris, Ibu Kabid Anggaran, dan Bapak

Kabid Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Kabupaten Ngawi yang telah memberikan banyak bantuan moril, arahan, dan

semangat kepada penulis;

11. Bapak Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi beserta jajarannya yang

telah memberikan data kepada penulis;

12. Semua rekan-rekan seperjuangan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset Kabupaten Ngawi yang membantu penulis dalam penyediaan data;

13. Rekan-rekanku Angkatan XVIII Program Pasca Sarjana Magister Ekonomi

dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

Page 10: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

x

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih banyak terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik sebagai

masukan bagi perbaikan di masa yang akan datang sangat penulis harapkan.

Akhirnya, penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat.

Surakarta, ............................2013

Penulis,

CITA PUTRI MAHARANI, S.STP

Page 11: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 13

A. Kajian Teoritis .............................................................................. 13

1. Pengertian Pendapatan Daerah .............................................. 13

2. Pengertian Pajak ..................................................................... 14

3. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)...... 15

Page 12: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xii

4. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......... 21

5. Pengertian Efektivitas dan Elastisitas ..................................... 23

B. Kajian Empiris ............................................................................ 26

C. Kerangka Konseptual .................................................................. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 31

A. Tipe Penelitian ............................................................................ 31

B. Unit Analisis ............................................................................... 31

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 31

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32

E. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 32

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 33

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..................................... 36

A. Analisis Deskriptif ....................................................................... 36

B. Pembahasan ............................................................................... 51

1. Analisis Efektivitas Pemungutan BPHTB ............................. 51

2. Analisis Elastisitas PDRB terhadap BPHTB ......................... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 55

A. Kesimpulan ................................................................................. 55

B. Saran ........................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

Page 13: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2006 – 2011 ……………................... 6

4.1 Jumlah PNS di Kabupaten Ngawi Tahun 2007 – 2011 ......... 40

4.2 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2011 .. 42

4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan (2000) Kabupaten Ngawi Tahun 2006 – 2011 ....................................... 45

4.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 – 2011 ……............................................................. 46

4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2006 – 2011 ……................................................. 47

4.6 Rincian Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2006 – 2011 ..................................................................... 49

4.7 Target dan Realisasi BPHTB Kabupaten Ngawi Tahun 2006 -2011 ............................................................................................ 50

4.8 Efektivitas Pemungutan BPHTB Kabupaten Ngawi Tahun 2006 – 2011 ................................................................................ 51

4.9 Elastisitas PDRB terhadap BPHTB Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011 ……………………………………………………. 54

Page 14: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………………....................................... 30

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ngawi …………………………….... 37

Gambar 4.2 Jumlah PNS Kabupaten Ngawi Menurut Tingkat Pendidikan .. 40

Gambar 4.3 Sektor Perekonomian Kabupaten Ngawi Tahun 2011 ............... 43

Gambar 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ngawi dan Provinsi

Jawa Timur Tahun 2007 - 2011 ................................................. 44

Page 15: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Hasil Perhitungan Efektivitas BPHTB

Lampiran II : Tabel Efektivitas BPHTB

Lampiran III : Hasil Perhitungan Tingkat Pertumbuhan BPHTB

Lampiran IV : Hasil Perhitungan Tingkat Pertumbuhan PDRB

Lampiran V : Hasil Perhitungan Tingkat Elastisitas PDRB terhadap BPHTB

Lampiran VI : Tabel Elastisitas PDRB terhadap BPHTB

Page 16: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)

DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006 – 2011

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPS4211030

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Efektivitas dan Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Ngawi pada tahun 2006 sampai dengan 2011. BPHTB merupakan salah satu komponen Pendapatan Daerah yang kontribusinya sangat mempengaruhi tingkat kemandirian keuangan daerah.

Data yang dipergunakan adalah data time series BPHTB tahun 2006-2011. Data yang dipergunakan merupakan data sekunder yang diambil dari data resmi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi yang meliputi data target dan realisasi BPHTB dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa efektivitas pemungutan BPHTB dilihat dari perbandingan antara realisasi dengan target yang telah ditetapkan rata-rata per tahun lebih besar dari 100% yaitu sebesar 136,07%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemungutan BPHTB di Kabupaten Ngawi selama kurun waktu tahun 2006 – 2011 sudah sangat efektif. Artinya pertumbuhan kebutuhan pembangunan dan iklim investasi terhadap tanah dan bangunan di Kabupaten Ngawi cukup besar. Sedangkan elastisitas PDRB per kapita terhadap BPHTB berdasarkan perbandingan antara prosentase pertumbuhan BPHTB dengan prosentase pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 0,005 atau kurang dari 1 (<1) termasuk dalam kategori inelastis. Artinya kenaikan PDRB sebesar 1% hanya mengakibatkan kenaikan penerimaan BPHTB kurang dari 1% atau hanya sebesar 0,005%.

Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Ngawi perlu mengambil kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan penerimaan BPHTB diantaranya perlu mengkaji lagi apakah target yang ditetapkan sudah sesuai dengan potensi riil yang ada di daerah atau belum, menetapkan peraturan yang mengatur standar harga pasar di tiap-tiap wilayah di Kabupaten Ngawi, melakukan tindakan yang tegas terhadap petugas yang melakukan tindakan penggelapan dan kepada wajib pajak yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku, dan tetap menggalakkan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi BPHTB.

Kata kunci : Efektivitas, Elastisitas dan BPHTB.

Page 17: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ii

ABSTRACT

EFFECTIVENESS AND ELASTICITY VOTINGBEA ACQUISITION OF LAND AND BUILDING (BPHTB)

AT NGAWI REGENCY (2006 – 2011)

CITA PUTRI MAHARANI, S.STPS4211030

This study aims to analyze the Effectiveness and Elasticity Voting BeaAcquisition of Land and Building (BPHTB) at Ngawi Regency (2006 – 2011). BPHTB is one component that contributes Revenue greatly affect the level of local financial autonomy.

The data used are time series data BPHTB during the period 2006-2011. The data used are secondary data taken from official data Revenue Service, Finance and Asset Management District and the Central Bureau of Statistics Ngawi Ngawi district that includes targets and realization BPHTB and Gross Regional Domestic Product (GRDP).

The results showed that while the effectiveness of voting BPHTB seen from the comparison between the realization of the set targets on average per year greater than 100% is equal to 136.07%. It can be said that the collection BPHTB Ngawi district during the period 2006 - 2011 has been very effective. This means that the growth and development needs of the investment climate on land and buildings in the District Ngawi big enough. While the elasticity of GDP per capita to BPHTB based on the comparison between the percentage growth BPHTB percentage of GDP growth at current prices of 0.005 or less than 1 (<1) are included in the category of inelastic. This means that a 1% increase in GDP may lead to an increase BPHTB less than 1% or by only 0.005%.

Thus Ngawi district government should adopt policies and measures to improve them BPHTB need to examine again whether the target is in conformity with the real potential in the area or not, to establish rules governing the standard market price in each region in the district of Ngawi, strict action against officers who commit acts of fraud and to taxpayers who do not comply with current regulations, and still promote intensification and extensification BPHTB.

Keywords: Effectiveness, Elasticity and BPHTB.

Page 18: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab memberikan

keleluasaan kepada daerah kota/kabupaten dalam mengurus kepentingan

masyarakat sesuai dengan kondisi, potensi dan keanekaragaman wilayahnya.

Otonomi luas bukanlah berarti kebebasan absolut bagi suatu daerah untuk

menjalankan hak dan fungsi otonomi menurut kehendak daerah sendiri tanpa

mempertimbangkan kepentingan daerah lain atau nasional.

Implikasi dari otonomi daerah adalah kemampuan keuangan daerah

dalam penyelenggaraan urusan daerah. Daerah harus memiliki kemampuan

untuk menggali sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakannya

dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Daerah harus mempunyai

sumber-sumber keuangan sendiri yang cukup kuat untuk dapat

melaksanakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Keberhasilan daerah menggali potensi sumber keuangan secara maksimal,

akan berdampak positif terhadap penyelenggaraan pemerintahan dalam

melaksanakan otonomi.

Prinsip otonomi, daerah didorong untuk dapat berkreasi mencari

sumber-sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan

pengeluaran daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah

satu komponen dari Pendapatan Daerah bisa menjadi salah satu kekuatan

dalam pembangunan daerah, terutama potensi pendapatan yang bersumber

dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Page 19: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2

yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, yang

didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai

konsekuensi logis tanggung jawab negara terhadap wilayahnya.

Argumen dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu bahwa

pemerintah daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang

memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonominya. Kapasitas

Keuangan Pemerintah Daerah akan sangat menentukan kemampuan

pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsinya, seperti : Fungsi

Pelayanan Masyarakat (public service function); Fungsi Pelaksanaan

Pembangunan (development function); dan Fungsi Perlindungan Kepada

Masyarakat (protective function).

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah yang disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang

disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; bukan hanya

bertujuan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah, tetapi memiliki tujuan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengelolaan Sumber Daya Keuangan daerah dalam

rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.

Undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan otonomi daerah

tersebut diatas, memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk

menggali dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah. Penggalian

sumber-sumber pendapatan daerah tersebut dimaksudkan untuk memenuhi

Page 20: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3

kebutuhan dana pemerintahan, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan.

Sumber-sumber penerimaan daerah dalam melaksanakan

desentralisasi, sebagaimana diatur oleh Undang-undang Nomor 33 Tahun

2004 diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yaitu : (i) Pendapatan Asli Daerah

(PAD); (ii) Dana Perimbangan; (iii) Pinjaman Daerah; serta (iv) Lain-lain

Penerimaan yang Sah. Khusus mengenai PAD dapat dikatakan bahwa

peranan atau sumbangannya terhadap keseluruhan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) masih relatif kecil. Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah menetapkan bahwa Pendapatan Daerah bersumber dari tiga

kelompok, yaitu :

1. ”Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan meliputi :a. Pajak Daerah;b. Retribusi Daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan

Umum (BLU) daerah;c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, antara lain

bagian laba dari BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga; dand. Lain-lain PAD yang Sah.

2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah”.

PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasional dan

pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat. Oleh karenanya,

penyediaan dana yang bersumber dari PAD seyogyanya harus

mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas; sehingga tidak menurunkan

Page 21: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4

standar pelayanan kepada masyarakat. Salah satu permasalahan yang

dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksanakan

APBD adalah meningkatkan pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah tanpa harus menambah beban masyarakat, tetapi melalui

penyederhanaan pemungutan, memperkecil jumlah tunggakan, dan

menegakkan sanksi hukum bagi para penghindar pajak.

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang utama

disamping penerimaan dari pungutan atau juga pinjaman, dimana pajak

dapat berupa dana yang ditarik dari sektor swasta tanpa mengakibatkan

timbulnya kewajiban bagi pemerintah terhadap pihak pembayar. Pajak

adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan), yang terhutang oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan

tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Besarnya peran yang diberikan oleh pajak sebagai sumber dana

dalam pembangunan nasional, maka tentunya perlu lebih digali lagi potensi

pajak yang ada dalam masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi

perekonomian serta perkembangan bangsa ini. Salah satu sumber potensi

pajak yang patut digali sesuai situasi dan kondisi perekonomian serta

perkembangan pembangunan bangsa sekarang ini adalah jenis Pajak Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak

atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pajak ini bukan merupakan

jenis pajak baru, karena pernah ada jenis pajak jenis itu, yaitu Bea Balik

Page 22: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5

Nama (BBN) atas tanah. Munculnya pajak BPHTB dilatarbelakangi

pemikiran bahwa tanah dan bangunan sebagai sumber daya alam memiliki

fungsi sosial, disamping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan lahan

usaha, juga memberi dampak ekonomi kepada pemiliknya. Oleh karena itu,

bagi mereka yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan wajib

menyerahkan sebagian dari nilai ekonomi yang diperolehnya kepada negara

melalui pembayaran pajak, yaitu BPHTB. Jenis pajak ini mulai dipungut

oleh pemerintah Indonesia (sebagai pajak pusat) pada tahun 1997 dengan

diterbitkannya UU Nomor 21 Tahun 1997 yang telah mengalami perubahan,

terakhir dengan UU Nomor 20 Tahun 2000. Berdasarkan undang-undang

tersebut, tarif BPHTB ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari Nilai

Perolehan Objek Pajak (NPOP).

Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah,

pendapatan BPHTB dibagikan ke daerah dengan pola distribusi sebagai

berikut:

1. 80% merupakan bagian daerah yang dibagikan kepada daerah provinsi

dan kabupaten/kota dengan porsi 16% untuk daerah provinsi yang

bersangkutan, dan 64% untuk daerah kabupaten/kota penghasil.

2. 20% merupakan bagian pemerintah pusat dan dibagikan kepada seluruh

kabupaten/kota dengan porsi yang sama.

Dengan demikian, seluruh pendapatan BPHTB yang dipungut oleh

pemerintah pusat pada dasarnya diserahkan kepada daerah melalui mekanisme

Dana Bagi Hasil. Adapun penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Ngawi

tahun 2006 – 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Page 23: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6

Tabel 1.1Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah

Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011

Tahun Target Realisasi (%)

2006 526.647.929.985,77 547.666.124.809,88 104,00

2007 600.452.195.875,48 610.883.125.455,98 101,74

2008 709.669.692.359.29 716.286.788.781.70 100,93

2009 785.231.302.302.08 797.744.005.903.73 101,59

2010 892,481,019,781.00 887,001,554,928.49 99.39

2011 1,104,752,584,700.00 1,130,520,094,512.19 102.33

Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pendapatan

daerah Kabupaten Ngawi dari tahun 2006 – 2011 cenderung mengalami

kenaikan. Meskipun pada tahun 2010, tidak memenuhi target yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan dalam upaya menata kembali

sistem perpajakan nasional yang dikaitkan dengan pelaksanaan otonomi daerah

dan desentralisasi fiskal, maka dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,

BPHTB dialihkan dari pajak pusat menjadi pajak kabupaten/kota. Undang-

Undang No. 28 Tahun 2009 ditetapkan pada tanggal 15 September 2009 dan

berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2010. Khusus untuk BPHTB,

mulai dapat dipungut oleh daerah pada tanggal 1 Januari 2011.

Kebijakan pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah dilakukan melalui

suatu proses pembahasan rancangan undang-undang yang cukup panjang antara

pemerintah dan dewan perwakilan rakyat. Dengan mempertimbangkan berbagai

Page 24: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7

faktor strategis serta kondisi daerah yang berbeda-beda, pemerintah dan dewan

perwakilan rakyat akhirnya menyepakati pengalihan BPHTB menjadi pajak

daerah dengan beberapa kondisi, antara lain:

1. Pemungutan BPHTB dapat dilakukan oleh daerah secara optimal, dan

2. Pelayanan kepada masyarakat tidak mengalami penurunan.

Secara konsepsional, terdapat beberapa dasar pemikiran mengenai

kebijakan pengalihan BPHTB yang semula sebagai pajak pusat menjadi pajak

daerah, antara lain:

a. BPHTB layak ditetapkan sebagai pajak daerah.

BPHTB memenuhi kriteria dan prinsip-prinsip pajak daerah yang baik,

seperti:

objek pajaknya terdapat di daerah (local-origin),

objek pajak tidak berpindah-pindah (im-movable), dan

terdapat hubungan yang erat antara pembayar pajak dan pihak yang

menikmati hasil pajak tersebut (the benefit-tax link principle).

b. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan pendapatan

yang bersumber dari daerah itu sendiri (Pendapatan Asli Daerah) Hal ini

berbeda dengan penerimaan BPHTB sebagai pajak pusat, meskipun

pendapatan BPHTB kemudian diserahkan kepada daerah, penerimaan ini

tidak dimasukkan ke dalam kelompok pendapatan asli daerah, melainkan

sebagai dana perimbangan (Dana Bagi Hasil).

Page 25: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8

c. Meningkatkan akuntabilitas daerah (local accountability).

Dengan menetapkan BPHTB sebagai pajak daerah, maka kebijakan BPHTB

(objek, subjek, tarif, dan dasar pengenaan pajak) ditetapkan oleh daerah dan

disesuaikan dengan kondisi dan tujuan pembangunan daerah.

Demikian pula dengan pemungutan BPHTB, sepenuhnya dilakukan oleh

daerah sehingga optimalitas pemungutannya tergantung pada kemauan dan

kemampuan daerah. Selanjutnya, penggunaan hasil BPHTB ditentukan oleh

daerah (melalui proses alokasi belanja dalam APBD). Dengan demikian,

daerah mempertanggungjawabkan segala sesuatu terkait dengan

pemungutan BPHTB kepada masyarakat di daerahnya dan masyarakat

memiliki akses untuk ikut serta dalam pengawasan penggunaan hasil

pungutan BPHTB.

d. Internationally good practice.

Praktek di berbagai negara, BPHTB (property transfer tax) ditempatkan

sebagai pajak daerah.

Argumentasi lain yang mendukung kebijakan pengalihan BPHTB

menjadi pajak daerah adalah berkaitan dengan kualitas belanja daerah (local

spending quality). Secara teoritis, pengalihan suatu jenis pajak dari pajak pusat

menjadi pajak daerah akan dapat meningkatkan kualitas pengeluaran daerah.

Kualitas belanja daerah akan menjadi lebih baik dengan semakin besarnya

penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD). Peningkatan

kualitas belanja daerah secara langsung akan memperbaiki kualitas pelayanan

publik yang merupakan salah satu tujuan kebijakan otonomi daerah. Hal ini

pada gilirannya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Page 26: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9

Yang dimaksud dengan pengalihan wewenang pemungutan sebenarnya

adalah merupakan pengalihan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari

penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang

terhutang, pelaksanaan kegiatan penagihan pajak terhadap Wajib Pajak serta

pengawasan penyetorannya yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

Prinsip dasar pelaksanaan desentralisasi fiskal menurut UU PDRD adalah

money follows functions, yaitu fungsi pokok pelayanan publik didaerahkan

tentunya masih dengan dukungan pembiayaan pusat melalui penyerahan

sumber-sumber penerimaan kepada daerah. Jika dilihat secara seksama inti dari

Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 adalah antara lain:

1. Pengenaan pajak yang close list, artinya Pemda tidak diperkenankan

memungut jenis pajak lain selain yang disebutkan dalam UU tersebut.

2. Perubahan pola pengawasan yang semula bersifat represif menjadi ke arah

preventif dan korektif.

3. Terdapat sanksi bagi daerah apabila melanggar.

4. Mulai memperkenalkan adanya earmarking system, artinya pemanfaatan

dari penerimaan masing-masing jenis pajak dan retribusi diutamakan untuk

mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan pelayanan yang

bersangkutan

5. Terdapat pengalihan hak pemungutan dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah.

Menurut Wahyudi (2010) Adapun tujuan penyempurnaan dari UU

PDRD adalah:

1. Memperbaiki Sistem Pemungutan pajak dan retribusi daerah

2. Meningkatkan Local Taxing Power melalui:

Page 27: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10

Perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah,

Penambahan jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk

pengalihan PBB dan BPHTB menjadi Pajak Daerah),

Menaikkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah,

Memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah.

3. Meningkatkan Efektifitas Sistem Pengawasan dengan cara:

Mengubah sistem pengawasan,

Mengenakan sanksi bagi yang melanggar ketentuan PDRD.

4. Meningkatkan Sistem Pengelolaan melalui penyempurnaan:

Sistem bagi hasil pajak Provinsi,

Pengembangan sistem earmarking,

Memberikan insentif pemungutan.

Dengan pengalihan ini diharapkan BPHTB akan menjadi salah satu

sumber PAD yang cukup potensial bagi daerah, dibandingkan dari keseluruhan

penerimaan pajak-pajak daerah selama ini ada. Selain itu, diharapkan

kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhannya akan jauh meningkat.

Daerah juga akan lebih mudah dalam menyesuaikan jumlah dan sumber

pendapatannya. Demikian pula dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi,

sesuai amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2011

juga sudah memungut BPHTB.

Page 28: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,

permasalahan pokok yang akan diteliti antara lain :

1. Bagaimanakah tingkat efektivitas pemungutan BPHTB di Kabupaten Ngawi

selama periode 2006 – 2011?

2. Bagaimanakah tingkat kepekaan BPHTB terhadap perubahan PDRB di

Kabupaten Ngawi selama periode 2006 – 2011?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan BPHTB di

Kabupaten Ngawi selama periode 2006 - 2011.

2. Untuk mengetahui kepekaan BPHTB di Kabupaten Ngawi selama

periode 2006 - 2011.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi

masukan dan bahan pertimbangan dalam mengembangkan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah di masa yang akan datang. Manfaat dimaksud

antara lain adalah:

1. Sebagai bahan kajian untuk mengevaluasi bagaimana kinerja keuangan

daerah dilihat dari parameter kemampuan dan kemandirian keuangan

daerah selama otonomi daerah di Kabupaten Ngawi.

2. Sebagai bahan kajian untuk mengevaluasi keterkaitan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah selama ini terhadap perkembangan

Page 29: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12

perekonomian daerah melalui indikator pertumbuhan ekonomi dan laju

inflasi daerah.

3. Sebagai bahan kajian untuk dijadikan pertimbangan dalam

merumuskan kebijakan lebih lanjut dalam pengembangan dan

pengelolaan keuangan daerah secara optimal.

4. Sebagai bahan perbandingan dan penambahan referensi bagi

penelitian-penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama.

Page 30: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Pendapatan Daerah

Yuwono dkk, (2005:107) menyatakan bahwa Pendapatan Daerah

adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu

dibayar kembali oleh pemerintah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah menjelaskan bahwa Pendapatan Daerah adalah Hak Pemerintah

Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode

tahun yang bersangkutan. Dengan demikian pengertian Pendapatan Daerah

adalah semua penerimaan uang yang merupakan hak daerah dalam satu

tahun anggaran, yang diterima melalui rekening Kas Daerah dan menambah

ekuitas dana lancar, yang diatur dengan peraturan yang berlaku, dan

dipergunakan untuk menutup pengeluaran daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa :

Pendapatan Daerah bersumber dari tiga kelompok, yaitu :1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh

daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan meliputi :a. pajak daerah;b. retribusi daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan

Umum (BLU) Daerah;c. hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, antara lain bagian

laba dari BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga; dan

Page 31: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14

d. lain-lain PAD yang sah.2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi,meliputi;a. bagi hasil pajak;b. bagi hasil bukan pajak/SDA;c. Dana Alokasi Umum (DAU);d. Dana Alokasi Khusus (DAK).

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2. Pengertian Pajak

Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli yang

dapat memberi batasan tentang pajak, diantaranya :

a. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas pemerintahan.

b. Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets

Pajak adalah prestasi pemerintahan yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi, yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah membiayai pengeluaran pemerintah.

c. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbul (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Kemudian dalam perkembangannya Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

SH memberikan definisi pajak ditinjau dari segi hukum :

Pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang yangmewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yangditentukan oleh undang-undang (TATBESTAND) untuk membayar sejumlah uang kepada (kas) negara yang dapat

Page 32: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id15

dipaksakan tanpa mendapatkan suatu imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara (rutin dan pembangunan) dan digunakan sebagai alat (pendorong, penghambat) untuk mencapai tujuan di luar bidang keuangan.

d. Menurut Mardiasmo

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat balas jasa timbul yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra

prestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah

yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus,

dipergunakan untuk membiayai “public investment”

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang bukan budgeter, yaitu

mengatur.

3. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)

a. Pengertian dan Dasar Hukumnya

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), adalah

pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Page 33: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16

Sesuai dengan bunyi Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945

yang berbunyi sebagai berikut : “Bumi, dan air, dan kekayaan dan

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kumakmuran rakyat.” Tanah

sebagai bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang

Maha Esa, di samping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan

lahan usaha, juga merupakan alat investasi yang sangat

menguntungkan.

Di samping itu, bangunan juga memberi manfaat ekonomi bagi

pemiliknya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak

atas tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian dari nilai

ekonomi yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran

pajak, yang dalam hal ini adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) yang lebih lanjut diatur dengan UU No.

21 Tahun 1997.

Sebelum dikeluarkan UU No. 21 Tahun 1997, ada pemungutan

pajak dengan nama Bea Balik Nama yang diatur dalam ordonansi

Bea Balik Nama Staatsblaad 1924 Nomor 291. Bea Balik Nama ini

dipungut atas setiap ada perjanjian pemindahan hak atas harta tetap

yang ada di wilayah Indonesia, termasuk peralihan harta karena

hibah wasiat. Yang dimaksud harta tetap dalam Ordonansi tersebut

adalah barang-barang tetap dan hak-hak kebendaan atas tanah,

yang pemindahan haknya dilakukan dengan pembuatan akta

menurut cara yang diatur dalam undang-undang, yaitu Ordonansi

Balik Nama Staatsblaad 1834 Nomor 27.

Page 34: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17

Tindak Lanjut dari pemerintah mengenai perolehan hak atas tanah

dan bangunan adalah dengan mengeluarkan UU No. 21 Tahun

1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,

Undang-undang ini seharusnya berlaku mulai tanggal 1 Januari

1998, namun ditangguhkan masa berlakunya selama 6 bulan, jadi

UU No. 21 Tahun 1997 ini berlaku efektif tanggal 1 Juli 1998.

Pada Tahun 2000 pemerintah mengeluarkan UU No. 20 Th 2000

yang menggantikan UU No. 21 Th 1997 tentang Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Prinsip-prinsip yang diatur dalam Undang-Undang BPHTB adalah:

a. Pemenuhan kewajiban BPHTB adalah berdasarkar sistem Self

Assessment.

b. Besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% dari Nilai Perolehan

Objek Pajak Kena Pajak.

c. Adanya sanksi bagi Wajib Pajak maupun pejabat-pejabat

umum yang melanggar ketentuan atau tidak melaksnakan

kewajibannya menurut Undang-undang yang berlaku.

d. Hasil Penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada

Pemerintah Daerah, untuk meningkatkan pendapatan daerah.

e. Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan diluar ketentuan ini tidak diperkenankan.

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, BPHTB dialihkan dari pajak

pusat menjadi pajak kabupaten/kota. Pada dasarnya tidak terdapat

perbedaan yang besar antara ketentuan mengenai BPHTB yang

Page 35: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18

diatur dalam UU Nomor 21 Tahun 1997 (BPHTB sebagai pajak

pusat) dan BPHTB yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009

(BPHTB sebagai pajak daerah). Perbedaan pokok terletak pada

fleksibilitas yang diberikan kepada daerah dalam perumusan

kebijakan BPHTB untuk memberi ruang bagi daerah menetapkan

kebijakan perpajakan yang sesuai dengan kondisi daerahnya.

Dasar pemungutan BPHTB adalah peraturan daerah yang memuat

ketentuan mengenai objek pajak, subjek pajak, wajib pajak, tarif

pajak, dasar pengenaan pajak, dan lain-lain. Namun demikian,

pengaturan dalam peraturan daerah harus disesuaikan dengan

kebijakan yang termuat dalam UU atau Peraturan Pemerintah.

Kebijakan pokok mengenai BPHTB yang diatur dalam UU Nomor

28 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan/atau

bangunan (seperti hak milik, hak guna usaha, hak guna

bangunan, hak pakai, dan hak pengelolaan), baik pemindahan

hak (seperti jual-beli, tukar-menukar, hibah, hadiah, dan waris)

maupun pemberian hak baru.

b. Sejumlah objek pajak tidak dikenakan BPHTB, seperti objek

pajak yang diperoleh perwakilan diplomatik dan konsulat,

negara, badan atau perwakilan lembaga internasional, konversi

hak yang tidak merubah nama, wakaf, dan kepentingan ibadah.

Khusus mengenai badan atau perwakilan lembaga internasional

yang dikecualikan dari pengenaan BPHTB diatur dalam

Page 36: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2010

tanggal 27 Agustus 2010.

c. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan.

d. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh

hak atas tanah dan/atau bangunan. Termasuk wajib pajak

BPHTB adalah pejabat pembuat akta tanah/notaris, kepala

kantor lelang negara, dan kepala kantor pertanahan, yang

berdasarkan undang- undang diberikan kewajiban tertentu

dalam proses pemungutan BPHTB.

e. Tarif BPHTB paling tinggi 5%. Setiap daerah dapat

menetapkan tarif BPHTB sesuai dengan kebijakan daerahnya

sepanjang tidak melampaui 5%.

f. Dasar pengenaan BPHTB adalah ‘Nilai Perolehan Objek Pajak’

(NPOP) dan saat terutang BPHTB adalah tanggal peralihan

hak, dengan ketentuan sebagai berikut:

menetapkan NPOP dan NPOP-

TKP (NPOP Tidak Kena Pajak) serta saat terutang BPHTB

untuk pemindahan hak karena :

- Jual beli

- Tukar menukar

- Hibah

- Hibah wasiat

- Waris

- Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

Page 37: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20

- Penunjukan pembeli dalam lelang

- Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan

hukum tetap

- Penggabungan Usaha

- Peleburan Usaha

- Pemekaran Usaha

- Hadiah

dan untuk Pemberian hak baru karena :

- Kelanjutan pelepasan hak

- Di luar pelepasan hak

Apabila NPOP tidak diketahui atau lebih rendah dari pada

NJOP-PBB (Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan

sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan),

dasar pengenaan BPHTB adalah NJOP-PBB.

Setiap daerah dapat menetapkan NPOP-TKP yang berbeda

sepanjang tidak lebih rendah dari jumlah tersebut di atas.

c. Pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah

Pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah diawali dengan

perumusan kebijakan yang dituangkan dalam UU Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam undang-

undang tersebut ditetapkan bahwa BPHTB dialihkan menjadi pajak

kabupaten/kota dan mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1

Januari 2011. Dengan demikian terdapat waktu satu tahun sejak

saat berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2009 (1 Januari 2010)

Page 38: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21

dengan saat diberlakukannya BPHTB sebagai pajak daerah. Masa

transisi ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada

pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk secara bersama-

sama mempersiapkan berbagai aspek dalam pemungutan BPHTB.

Ketentuan umum mengenai pengalihan BPHTB antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah diatur sebagai berikut:

a. Pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pajak) masih tetap

memungut BPHTB sampai dengan tanggal 31 Desember 2010.

BPHTB disetor ke Kas Umum Negara dan hasilnya dibagikan

kepada daerah sesuai porsi yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.

b. Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri Dalam

Negeri mengatur tahapan persiapan pengalihan BPHTB sebagai

pajak daerah.

c. Pemerintah daerah dapat memungut BPHTB mulai tanggal 1

Januari 2011 dengan menerbitkan peraturan daerah. BPHTB

disetor ke Kas Umum Daerah dan hasilnya merupakan

pendapatan asli daerah (PAD).

4. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Pusat Statistik

(2005:1) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor

produksi atau merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh

seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah yang

bersangkutan pada suatu periode waktu tertentu. Produk Domestik Bruto

Page 39: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22

(PDB) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang pada umumnya

digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi suatu Negara, untuk tingkat

wilayah provinsi maupun kabupaten/kota, digunakan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Secara teori dapat dijelaskan bahwa PDRB

merupakan bagian dari PDB, sehingga perubahan PDRB yang terjadi di

tingkat regional akan berpengaruh terhadap PDB di tingkat nasional, atau

sebaliknya.

Cara penghitungan PDRB dapat diperoleh melalui 3 (tiga) pendekatan

yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan

pengeluaran. Menurut pendekatan produksi, PDRB merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi

tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) sektor

atau lapangan usaha yaitu : Pertanian; Pertambangan dan Penggalian;

Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih; Bangunan; Perdagangan,

Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Jasa Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta Jasa-jasa. Menurut pendekatan

pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam

jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang

dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan

yang dihitung sebelum adanya pemotongan pajak penghasilan dan pajak

lainnya. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan penjumlahan

semua komponen permintaan akhir yaitu : pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi

Page 40: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23

pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok, dan

eksport netto.

5. Pengertian Efektivitas dan Elastisitas

Dalam rangka mendorong perkembangan ekonomi daerah yang nyata,

dinamis, serasi dan bertanggungjawab, pembiayaan pemerintah dan

pembangunan daerah yang bersumber dari Pendapatan Daerah, khususnya

yang berasal dari BPHTB pengaturannya lebih ditingkatkan lagi. Sejalan

dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan pemberian

pelayanan kepada masyarakat serta usaha peningkatan pertumbuhan

perekonomian daerah, diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan

Daerah yang hasilnya semakin meningkat pula. Upaya peningkatan

penyediaan dana dari sumber-sumber tersebut antara lain dilakukan dengan

peningkatan kinerja pemungutnya, penyempurnaan dan penambahan jenis

pajak. Langkah-langkah tersebut diharapkan akan meningkatkan efektivitas

dan elastisitas pemungutan BPHTB serta mutu dan jenis pelayanan kepada

masyarakat. Dua konsepsi utama untuk mengatur prestasi kerja manajemen

adalah efektivitas dan elastisitas. Untuk lebih memahami tentang efektivitas

dan elastisitas, maka dalam bagian ini akan diuraikan pengertian efektivitas

dan elastisitas yang disampaikan beberapa ahli, yaitu :

3.1.Pengertian Efektivitas

Efektivitas dalam pengertian yang umum menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa efektifitas dari pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah

Page 41: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24

daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efektivitas adalah

pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu

dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

Efektifitas berfokus pada outcome atau hasil. Suatu organisasi program

atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dilaksanakan bisa

memenuhi target yang diharapkan (Mahmudi: 2007). Pengertian efektivitas

berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik

sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat

yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas

menurut Devas, dkk., (1989, 279-280) adalah hasil guna kegiatan

pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa

sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya serendah-rendahnya dan

dalam waktu yang secepat-cepatnya.

Menurut Handoko (1995:7) efektivitas merupakan kemampuan memilih

tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Dengan kata lain, dikatakan efektif jika dapat memilih

pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat untuk

mencapai tujuan. Efektivitas juga diartikan melakukan pekerjaan yang

benar. Definisi yang dikemukakan Abdul Halim (2000:72), efektivitas

adalah hubungan antara output pusat tanggungjawabnya dan tujuannya.

Page 42: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25

Makin besar kontribusi output terhadap tujuan makin efektiflah satu unit

tersebut.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas

adalah perbandingan antara output (keluaran) dengan tujuan. Sehingga untuk

mengetahui efektivitas pemungutan BPHTB yaitu dengan membandingkan

antara output (realisasi penerimaan BPHTB) dengan tujuannya (target yang

telah ditetapkan).

3.2.Pengertian Elastisitas

Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami

beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai

sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan,

penawaran, pendapatan, maupun distribusi kemakmuran. Elastisitas adalah

prosentase perubahan variabel dependen yang disebabkan oleh adanya

perubahan variabel independen sebesar 1%. Dalam penelitian ini variabel

dependen yaitu pertumbuhan BPHTB, sedangkan variabel independennya

adalah pertumbuhan PDRB Kabupaten Ngawi.

Dalam hal pemungutan BPHTB, elastisitas berarti tingkat kepekaan

perubahan BPHTB jika terjadi perubahan pada jumlah PDRB (Simanjuntak

dalam Halim, 2004:93). Untuk menghitung tingkat elastisitas tersebut

dilakukan dengan menghitung tingkat pertumbuhan realisasi BPHTB

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan PDRB per kapita. Untuk

mengukur kepekaan atau pengaruh perubahan BPHTB jika terjadi perubahan

PDRB, dipergunakan kriteria elastisitas yang dikemukakan Halim

(2004:94), yaitu :

Page 43: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26

1). Elastis (Elastic)

Koefisien elastisitas lebih besar dari 1 ( 1) menunjukkan perubahan

PDRB sangat peka atau sangat berpengaruh terhadap perubahan

penerimaan BPHTB. Perubahan 1% PDRB akan mengakibatkan

perubahan penerimaan BPHTB lebih besar dari 1%.

2). Elastis Uniter (Unitary Elastic)

Koefisien sama dengan 1 (=1) menunjukkan perubahan PDRB tepat

sama dengan perubahan penerimaan BPHTB. Perubahan 1% PDRB akan

mengakibatkan perubahan penerimaan BPHTB sebesar 1% juga.

3). Inelastis (Inelastic)

Koefisien lebih kecil dari 1 ( ) yang menunjukkan perubahan PDRB

atau jumlah penduduk kurang peka atau kurang berpengaruh terhadap

perubahan penerimaan BPHTB. Perubahan PDRB 1% akan

mengakibatkan perubahan penerimaan BPHTB lebih kecil atau kurang

dari 1%.

B. Kajian Empiris

Soeryadie (2003) meneliti mengenai “Efektivitas Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Propinsi DKI

Jakarta” menganalisis pelaksanaan koordinasi dan administrasi perpajakan

yang dapat menunjang optimalisasi pemungutan BPHTB. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pelaksanaan pemungutan BPHTB di Propinsi DKI

Jakarta tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 sudah cukup efektif. Hal ini

dapat dilihat dari tercapainya target penerimaan BPHTB.

Page 44: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27

Utomo (2006) meneliti mengenai kontribusi pajak reklame terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2000 – 2004. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa potensi pajak reklame sebagai salah satu

sumber Pendapatan Asli Daerah sangat potensial, hal ini bisa dilihat dalam

daftar penerimaan pajak reklame yang setiap tahunnya selalu mengalami

kenaikkan. Pajak reklame bersifat elastis terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), dari hasil perhitungan elastisitas pajak reklame

terhadap PDRB adalah E > 1. Pajak reklame bersifat elastis terhadap jumlah

penduduk, karena menurut perhitungan elastisitasnya pajak reklame

terhadap jumlah penduduk diperoleh E > 1. Pajak reklame elastis terhadap

laju inflasi, karena dari hasil perhitungan diperoleh E > 1. Sedangkan

kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah walaupun masih

kecil yang rata-ratanya 0,97% akan tetapi cukup berarti dalam pembiayaan

penyelenggaraan pemerintah. Upaya pemerintah dalam meningkatkan

penerimaan pajak reklame sudah cukup baik dan selalu berkembang demi

kemajuan bersama, hal ini bisa dilihat dari peran pemerintah yang selalu

berusaha meningkatkan penerimaannya dengan cara mengevaluasi,

mengkaji kembali dan apabila diperlukan menaikkan pengenaan tarif yang

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dan faktor-faktor

yang menjadi pendukung antara lain informasi dan data objek pajak

reklame, media komunikasi sudah cukup dimanfaatkan sebaik mungkin.

Wicaksono (2007) dalam studi kasusnya mengenai efektivitas

implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan di Kota Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Page 45: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28

kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam pemungutan BPHTB adalah

berdasarkan UU BPHTB dan peraturan pelaksananya, dan juga peraturan

daerah yang mengatur mengenai BPHTB; pelaksanaan pemungutan BPHTB

di Kota Salatiga berdasarkan UU BPHTB dilaksanakan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Ungaran, Badan Pertanahan Nasional

Kota Salatiga, Dewan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Salatiga, para

PPAT / notaris Kota Salatiga dan bank persepsi untuk Kota Salatiga yaitu

Bank Mandiri; dan efektivitas UU BPHTB terhadap pelaksanaan

pemungutan BPHTB di Kota Salatiga dapat disimpulkan berjalan dengan

efektif, hal ini dapat diketahui dari hasil penerimaan dari pajak BPHTB yang

tiap tahun berhasil melampaui target yang ditetapkan, dan dapat mengatasi

kendala-kendala yang menghambat dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB

tersebut.

Syahelmi (2008) menganalisis Elastisitas, Efisiensi, Dan Efektifitas

PAD Sumatera Utara Dalam Era Otonomi Daerah” menganalisis

perkembangan posisi kemampuan keuangan daerah propinsi Sumatera

Utara dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Studi ini dibatasi pada sisi

pendapatan dan berfokus pada aspek PAD provinsi. Hasil kajian ini antara

lain menyimpulkan bahwa: (1) posisi fiskal yang ditunjukkan oleh upaya

pajak belum menunjukkan hasil yang signifikan dimana hasil perhitungan

adalah bervariasi antara 5 sampai 9 kurang dari seratus (<100),

(2) tingkat elastisitas PAD terhadap PDRB Sumatera Utara bisa dikatakan

cukup tinggi yaitu sebesar 7.95 hal ini menunjukkan bahwa perubahan

PDRB Sumatera Utara akan merespon perubahan yang signifikan terhadap

PAD Sumatera Utara (Sebesar 7.95%). (3) Tingkat efisiensi PAD Sumatera

Page 46: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29

Utara masih rendah hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan yaitu

bervariasi antara 79,79% sampai 81.57 masih dibawah seratus persen.

(4) Tingkat efektifitas PAD Sumatera Utara bisa dikatakan sudah cukup

efektif hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan yang lebih dari 100% kecuali

untuk tahun 2001 yaitu sebesar 93.09%.

Devi (2011) dalam studi kasusnya di Kabupaten Karanganyar mengenai

efektivitas penerimaan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) sebagai Pendapatan Asli Daerah. Hasil dari penelitian ini adalah

pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 tingkat efektivitas mengalami

kenaikan penerimaan pajak BPHTB dari tahun ke tahun, sedangkan dari

tahun 2011 pada bulan January sampai bulan April mengalami pasang surut

penerimaan pajak. Akan tetapi, tingkat efektivitas pada tahun 2008 sampai

dengan 2010 dan pada tahun 2011 bulan January sampai bulan April sudah

dapat dikatakan efektif, karena persentasenya telah melampaui indicator

efektivitas 100%. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan

beberapa usul yaitu menambahkan sumber daya manusia untuk menangani

pelaksanaan verifikasi data BPHTB, bekerjasama dengan PPAT/Notaris

untuk memotivasi mengajak untuk mendorong menetapkan harga transaksi,

dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak dengan

cara DPPKAD memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat

tentang Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 tentang Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan.

Page 47: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30

C. Kerangka Konseptual

Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah daerah

adalah menyerap pendapatan dari sektor pajak. Hal demikian juga dilakukan

oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai upaya untuk peningkatan pajak

daerah khusunya BPHTB secara optimal guna mengisi kas daerah dalam

membiayai pembangunan.

Kerangka konseptual penelitian ini bahwa efektivitas dan elastisitas

pemungutan BPHTB akan memberikan kontribusi positif kepada PAD

Kabupaten Ngawi. Maka pemungutan BPHTB harus diupayakan seefektif

mungkin agar mencerminkan PDRB yang baik bagi Pemerintah Kabupaten

Ngawi.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Efektivitas BPHTB

Elastisitas BPHTB

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Page 48: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan kegiatan pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau

menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian.

Penelitian deskriptif berguna untuk dasar pengambilan keputusan maupun

untuk mengenali distribusi maupun perilaku data yang kita miliki

(Kuncoro, 2003:9).

B. Unit Analisis

Menurut Singarimbun (1989:10) menyatakan bahwa “Unit analisis”

adalah unit yang akan diteliti atau dianalisis. Unit analisis yang menjadi

subjek penelitian dapat berupa benda dan manusia. Dengan dasar uraian di

atas, maka yang akan dijadikan unit analisis dalam penelitian ini adalah

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Ngawi

khususnya Bidang Pajak Daerah.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series selama

tahun 2006 – 2011. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang

dikumpulkan dari sumber-sumber:

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi.

a. PDRB Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur harga berlaku.

Page 49: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32

b. PDRB Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur harga konstan.

c. Ngawi Dalam Angka 2011 :

1). Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi.

2). Pemerintahan Kabupaten Ngawi.

3). Indikator Kinerja Pembangunan.

2. DPPKA Kabupaten Ngawi.

a. Target BPHTB tahun 2006-2011.

b. Realisasi BPHTB tahun 2006-2011.

3. SKPD/ Instansi terkait lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode pengumpulan

data antara lain :

a. Studi Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen

perencanaan dan penganggaran Kabupaten Ngawi,

b. Observasi dan Wawancana langsung yaitu melakukan kunjungan

kepada nara sumber penelitian untuk melakukan observasi dan

wawancara.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan

dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi

batasan definisi operasional sebagai berikut:

Page 50: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33

1. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor

produksi di suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu yang

dihitung dalam satuan juta rupiah.

3. Efektivitas adalah rasio dari realisasi penerimaan BPHTB dengan target

BPHTB yang dinyatakan dalam persentase.

4. Elastisitas PDRB terhadap BPHTB adalah rasio perubahan penerimaan

BPHTB dengan perubahan PDRB per kapita yang dinyatakan dalam

angka koefisien elastisitas.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Efektivitas BPHTB

Untuk melihat efektivitas BPHTB adalah dengan menghitung rasio

realisasi dengan target BPHTB dengan rumus sebagai berikut (Devas,

1989:146):

Realisasi BPHTBEfektivitas = x 100 %

Target BPHTB

Nilai efektivitas diperoleh dari perbandingan sebagaimana tersebut

diatas, diukur dengan kriteria penilaian kinerja keuangan (Medi, 1996

dalam Budiarto, 2007). Apabila persentase kinerja keuangan di atas 100%

dapat dikatakan sangat efektif, 90% - 100 % adalah efektif, 80% - 90%

Page 51: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34

adalah cukup efektif, 60% - 80% adalah kurang efektif dan kurang dari

60% adalah tidak efektif.

Faktor penentu efisiensi dan efektivitas (Budiarto, 2007) adalah: (a)

faktor sumber daya, baik sumber daya manusia seperti tenaga kerja,

kemampuan kerja maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja,

tempat bekerja serta dana keuangan; (b) faktor struktur organisasi, yaitu

susunan yang stabil dari jabatan-jabatan, baik itu struktural maupun

fungsional; (c) faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan; (d) faktor dukungan

kepada aparatur dan pelaksanaannya, baik pimpinan maupun masyarakat;

(e) faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan

keempat faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan

berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.

2. Teknik Analisis Elastisitas

Analisis Elatisitas berfungsi untuk menganalisa seberapa besar pengaruh

pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan PDRB Per Kapita Atas Dasar

Harga Berlaku terhadap penerimaan BPHTB. Untuk mengetahui koefesien

elastisitas menggunakan formula (Boediono, 2002 : 31) sebagai berikut:

% Pertumbuhan BPHTBElastisitas =

% Pertumbuhan PDRB

Kriteria elastisitas yang dipergunakan untuk mengukur kepekaan

perubahan BPHTB jika terjadi perubahan PDRB, menurut Halim (2004:94)

ada 3 (tiga), yaitu :

Page 52: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35

a. Elastis (Elastic).

Koefisien elastisitas lebih besar dari 1 ( 1) menunjukkan perubahan

PDRB sangat peka atau sangat berpengaruh terhadap perubahan

penerimaan BPHTB. Perubahan 1% PDRB akan mengakibatkan

perubahan penerimaan BPHTB lebih besar dari 1%.

b. Elastis Uniter (Unitary Elastic).

Koefisien sama dengan 1 (=1) menunjukkan perubahan PDRB tepat

sama dengan perubahan penerimaan BPHTB. Perubahan 1% PDRB akan

mengakibatkan perubahan penerimaan BPHTB sebesar 1% juga.

c. Inelastis (Inelastic).

Koefisien lebih kecil dari 1 ( ) yang menunjukkan perubahan PDRB

atau jumlah penduduk kurang peka atau kurang berpengaruh terhadap

perubahan penerimaan BPHTB. Perubahan PDRB 1% akan

mengakibatkan perubahan penerimaan BPHTB lebih kecil atau kurang

dari 1%.

Page 53: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi

a. Kondisi Geografis

Kabupaten Ngawi secara geografis berada di Provinsi Jawa Timur

bagian barat, merupakan daerah penghubung Provinsi Jawa Timur

dengan Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58

km2. Secara administratif pemerintahan terbagi kedalam : 19 kecamatan,

4 kelurahan, dan 213 desa. Secara astronomis Kabupaten Ngawi terletak

pada posisi 7021’ – 7031’ Lintang Selatan dan 110010’ – 111040’ Bujur

Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Provinsi

Jawa Tengah), Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah), dan

Kabupaten Bojonegoro (Provinsi Jawa Timur);

b. Sebelah barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen

(Provinsi Jawa Tengah);

c. Sebelah selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun

(Provinsi Jawa Timur);

d. Sebelah timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur).

Page 54: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten NgawiSumber : Ngawi Dalam Angka 2012

Topografi wilayah Kabupaten Ngawi berupa dataran tinggi dan tanah

datar. Tercatat 4 Kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine,

Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Lima

belas Kecamatan sisanya berupa tanah datar. Kecamatan Karanganyar dan

Kecamatan Kedunggalar merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah

paling luas yaitu sebesar 138,29 km2 atau 10,67 persen and 129,65 km2

atau 10,00 persen.

b. Kondisi Pemerintahan Kabupaten Ngawi

1). Visi dan Misi Kabupaten Ngawi

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan,

tantangan dan peluang yang ada di Kabupaten Ngawi serta

Page 55: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38

mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi

yang di canangkan pada tahun 2010-2015 adalah :

“TERWUJUDNYA NGAWI SEJAHTERA DAN BERAKHLAK

DENGAN BERBASIS PEMBANGUNAN PEDESAAN“.

Penjabaran makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut:

a). Terwujudnya : suatu kondisi akhir yang diinginkan

b). Ngawi : satu kesatuan wilayah dan masyarakat dengan segala

potensi dalam sistem Pemerintahan Kabupaten Ngawi.

c). Sejahtera : kondisi masyarakat Kabupaten Ngawi yang mampu

memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dengan kemandirian

ekonomi secara layak dan berdaya saing.

d). Berakhlak : mewujudkan masyarakat Kabupaten Ngawi yang

dijiwai oleh penghayatan nilai-nilai agama, budi pekerti luhur dan

berbudaya dengan indikator kesalehan sosial dalam suasana

kondusif dan nyaman.

e). Berbasis Pembangunan Pedesaan : subyek utama pembangunan

dan pemberdayaan berada di pedesaan dibarengi dengan

pertumbuhan dan pemerataan di seluruh wilayah Kabupaten

Ngawi.

Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi dengan mengantisipasi kondisi dan

permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan

dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki.

Page 56: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39

Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan

nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa

mengabaikan mandat yang diberikannya. Untuk mencapai visi yang

telah ditetapkan maka Pemerintah Kabupaten Ngawi merumuskan misi

sebagai berikut:

1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

2. Meningkatkan pelayanan dasar bidang pendidikan dan kesehatan

yang berkualitas serta berdaya saing;

3. Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan berbasis

agraris;

4. Pembaharuan tata kelola pemerintahan daerah dan desa serta

pelayanan publik yang baik, bersih dan akuntabel;

5. Meningkatkan kualitas infrastruktur sesuai dengan daya dukung

lingkungan dan fungsi ruang;

6. Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan dan keagamaan

dalam suasana yang kondusif.

2). Sumber Daya Aparatur Kabupaten Ngawi

Kabupaten Ngawi terbagi dalam 19 kecamatan dan 217

desa/kelurahan. Kecamatan Karangjati merupakan kecamatan dengan

jumlah desa terbanyak yaitu 17 desa. Pemerintahan daerah Kabupaten

Ngawi memiliki 64 kantor/instansi/satuan kerja. Total Pegawai Negeri

Sipil (PNS) pada instansi tersebut yaitu 14.000 orang tahun 2011,

turun 2,52 persen dibanding dengan tahun 2010 seperti terlihat pada

Tabel 4.1 berikut ini :

Page 57: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40

Tabel 4.1Jumlah PNS di Kabupaten Ngawi Tahun 2007 - 2011

No. GolonganTahun

2007 2008 2009 2010 2011

1. Golongan I 191 569 734 732 694

2. Golongan II 1.975 2.703 3.847 4.335 4.248

3. Golongan III 5.058 5.118 6.043 5.696 4.609

4. Golongan IV 3.515 3.687 3.203 3.600 4.449

TOTAL 10.739 12.077 13.827 14.363 14.000

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Ngawi

Persentase tingkat pendidikan PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Ngawi dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini :

Gambar 4.2 Jumlah PNS Kab. Ngawi menurut tingkat pendidikanSumber : Badan Kepegawaian Daerah Kab. Ngawi

Page 58: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41

c. Kondisi Penduduk Kabupaten Ngawi

Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2011 adalah 911.911

jiwa, terdiri dari 448.424 penduduk laki-laki dan 463.487 penduduk

perempuan, dengan sex ratio sebesar 96 artinya bahwa setiap 100

penduduk wanita terdapat sekitar 96 penduduk laki-laki. Dibandingkan

dengan tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar

17.236 jiwa atau meningkat sebesar 1,92 persen. Kecamatan dengan

jumlah penduduk terbesar adalah Paron dengan 88.510 jiwa, sedangkan

kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kasreman yaitu

24.545 jiwa.

Tingkat kepadatan penduduk Kab. Ngawi tahun 2011 adalah 704

jiwa/km2, naik sekitar 14 jiwa untuk setiap kilometer persegi dari tahun

sebelumnya (Tabel 4.2). Tingkat kepadatan per kecamatan tertinggi adalah

Ngawi (1.199 jiwa/km2) dan tingkat kepadatan terendah adalah

Kecamatan Karanganyar (230 jiwa/km2). Jumlah kelahiran selama tahun

2011 adalah 8.015 jiwa, terdiri dari 4.002 bayi laki-laki dan 4.013 bayi

perempuan. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi penurunan

hingga 2,49 persen. Jumlah kematian pada tahun 2011 tercatat sebesar

4.270 jiwa, yang terdiri dari 2.239 penduduk laki-laki dan 2.031 penduduk

perempuan. jika dibandingkan dengan tahun 2010 naik 3,19 persen.

Page 59: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42

TABEL 4.2Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2011

No. KecamatanLuas

Daerah (km²)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)

1. Sine 80,22 49.380 6162. Ngrambe 57,49 44.107 7673. Jogorogo 65,84 48.587 7384. Kendal 84,56 58.013 6865. Geneng 52,52 56.114 1.0686. Gerih 34,52 37.652 1.0917. Kwadungan 30,30 28.708 9478 Pangkur 29,41 29.072 9899. Karangjati 66,67 48.420 726

10. Bringin 62,62 32.436 51811. Padas 50,22 34.460 68612. Kasreman 31,49 24.545 77913. Ngawi 70,56 84.580 1.19914. Paron 101,14 88.510 87515. Kedunggalar 129,65 73.801 56916. Pitu 56,01 28.297 50517. Widodaren 92,26 71.508 77518. Mantingan 62,21 41.919 67419. Karanganyar 138,29 31.802 230

TOTAL 1.295,98 911.911 704Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Ngawi

d. Kondisi Perekonomian

Struktur perekonomian Kabupaten Ngawi tahun 2011 masih

didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi mencapai 35,72

persen. Kontribusi sektor ini mengalami penurunan dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai 36,63 persen. Kontribusi sektor pertanian terus

menurun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Penurunan kontribusi

tersebut utamanya disebabkan penurunan produksi padi akibat iklim yang

tidak menentu, serangan hama tanaman padi dan perubahan lahan

pertanian menjadi lahan perumahan sepanjang tahun 2011.

Page 60: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id43

Sektor perdagangan menjadi kontributor terbesar kedua terhadap

PDRB Kabupaten Ngawi. Kontribusi sektor ini pada tahun 2011 mencapai

29,20 persen, meningkat 0,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya

yang tercatat 28,66 persen. Dalam kurun waktu 4 tahun sejak tahun 2008

hingga 2011 sektor perdagangan terus meningkat, jika sektor perdagangan

terus meningkat tiap tahunnya dan sektor pertanian terus menurun maka

dimungkinkan struktur perekonomian Kabupaten Ngawi dapat berubah

dari sektor pertanian ke sektor perdagangan. Dan seperti tahun-tahun

sebelumnya, sektor jasa menjadi kontributor terbesar ketiga setelah

pertanian dan perdagangan. Pada tahun 2011 sektor ini menyumbang

sebesar 13,45 persen terhadap total PDRB sedikit turun dibanding tahun

sebelumnya yang mencapai 13,73 persen. Berikut gambar prosentase

sektor perekonomian Kabupaten Ngawi Tahun 2011 :

Gambar 4.3 Sektor perekonomian Kabupaten Ngawi Tahun 2011Sumber : Ngawi Dalam Angka 2012

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir merangkat naik dari 5,16 persen tahun 2007 hingga mencapai 6,14

persen pada tahun 2011. Sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2011

Page 61: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id44

ekonomi Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan pertumbuhan

(Gambar 4.3). Dalam kurun antara 2006-2008 pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Ngawi selalu di bawah pertumbuhan Propinsi Jawa Timur. Hal

ini bisa dimengerti karena perekonomian Jawa Timur didominasi sektor

industri sedangkan perekonomian Kabupaten Ngawi didominasi sektor

pertanian, dimana pada umumnya pertumbuhan sektor industri akan lebih

cepat dibandingkan sektor pertanian. Pada tahun 2009 ketika industri Jawa

Timur mengalami perlambatan dari 4,36 persen menjadi 2,8 persen, hal ini

menyebabkan penurunan pertumbuhan Jawa Timur menjadi 5,01 persen

dibawah pertumbuhan Kabupaten Ngawi yang justru meningkat menjadi

5,65 persen. Kemudian pada tahun 2010 dan 2011 kembali pertumbuhan

Jawa Timur melampaui pertumbuhan Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan

ekonomi Jawa Timur tahun 2010 meningkat tajam sebesar 1,67 persen dari

tahun sebelumnya mencapai 6,68 persen dan terus meningkat pada tahun

2011 sebesar 7,22 persen.

Gambar 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kab. Ngawi dan Propinsi Jawa TimurTahun 2007 – 2011 (Persen)

Sumber : Ngawi Dalam Angka 2012

Page 62: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id45

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu

indikator untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan

ekonomi dalam suatu wilayah. Besaran Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari

produk barang dan jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya

berbagai aktivitas ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten

Ngawi tahun 2006 mencapai 4.445.555,03 juta rupiah. Angka tersebut

secara konsisten naik dari tahun ke tahun hingga 2011 baik atas harga

berlaku maupun harga konstannya. Pada tahun 2011 PDRB atas dasar

harga berlaku (adhb) mencapai 8.116.202,9 juta rupiah, meningkat sekitar

12,01 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan PDRB adhb tahun 2011

lebih rendah dibandingkan kenaikan PDRB adhb pada tahun 2010 yang

mencapai 12,43 persen. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (adhk)

pada tahun 2011 mencapai 3.313.434,98 juta rupiah atau meningkat sekitar

6,14 persen (lihat Tabel 4.3).

Tabel 4.3PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan (2000)Kabupaten Ngawi Tahun 2006 – 2011 (Juta Rupiah)

No. Tahun Harga Berlaku Harga Konstan

1. 2006 4.445.555,03 2.510.075,52

2. 2007 5.031.428,99 2.639.717,89

3. 2008 5.770.273,06 2.785.335,43

4. 2009 6.444.782,83 2.942.602,51

5. 2010 7.245.842,42 3.121.821,49

6. 2011 8.116.202,90 3.313.434,98

Sumber : Ngawi Dalam Angka 2012

Page 63: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

46

Tab

el4.

4P

DR

B M

enur

ut L

apan

gan

Usa

ha A

tas

Das

ar H

arga

Ber

laku

Tah

un 2

006

-20

11(J

uta

Rup

iah)

No.

Lap

anga

n U

sah

a20

0620

0720

0820

0920

1020

11

1.P

erta

nian

1,62

9,98

1.80

1,84

3,37

0.50

2,12

9,12

8.28

2,37

8,57

8.04

2,65

4,35

9.37

2,89

9,46

9.33

2.P

erta

mba

ngan

& P

engg

alia

n23

,924

.26

27,8

21.1

331

,159

.67

34,7

43.0

336

,518

.40

39,8

81.7

4

3.In

dust

ri P

engo

laha

n .

27

5,49

6.96

306,

568.

9835

4,27

5.13

399,

597.

3145

5,25

8.87

533,

167.

88

4.L

istr

ik, G

as &

Air

Ber

sih

31,9

46.8

436

,199

.99

44,1

11.1

853

,443

.97

60,3

69.8

169

,068

.08

5.B

angu

nan

202,

821.

8824

3,13

0.70

276,

908.

8930

4,97

6.38

360,

181.

2543

2,70

2.30

6.P

erda

gang

an, H

otel

& R

esto

ran

1,24

1,25

4.87

1,41

2,59

1.98

1,61

0,68

0.64

1,80

7,67

7.16

2,07

6,70

7.35

2,37

0,21

0.11

7.P

enga

ngku

tan

& K

omun

ikas

i12

7,21

2.32

146,

035.

4816

6,23

4.74

184,

983.

3020

7,93

1.40

233,

895.

04

8.K

euan

gan,

Per

sew

aan

& J

asaa

P

erus

ahaa

n25

7,40

2.33

288,

861.

0632

3,91

8.47

358,

550.

2339

9,96

4.91

446,

525.

64

9.Ja

sa-J

asa

655,

513.

7772

6,84

9.17

833,

856.

0792

2,23

3.41

994,

551.

071,

091,

282.

79

4,44

5,55

5.03

5,03

1,42

8.99

5,77

0,27

3.06

6,44

4,78

2.83

7,24

5,84

2.42

8,11

6,20

2.90

Sum

ber

: Nga

wi D

alam

Ang

ka 2

012

Page 64: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

47

Tab

el4.

5P

DR

B M

enur

ut L

apan

gan

Usa

ha A

tas

Das

ar H

arga

Kon

stan

(200

0)T

ahun

2006

–20

11(J

uta

Rup

iah)

No.

Lap

anga

n U

sah

a20

0620

0720

0820

0920

1020

11

1.P

erta

nian

941,

025.

8898

5,00

7.46

1,03

9,35

6.65

1,09

2,37

4.15

1,14

5,58

9.73

1,18

2,08

3.93

2.P

erta

mba

ngan

& P

engg

alia

n14

,403

.57

15,4

42.3

116

,286

.80

16,9

83.8

817

,526

.39

18,1

45.4

1

3.In

dust

ri P

engo

laha

n .

15

5,40

5.22

162,

859.

6117

3,86

0.51

184,

792.

7119

6,28

0.68

209,

719.

30

4.L

istr

ik, G

as &

Air

Ber

sih

13,7

30.3

614

,673

.00

16,0

13.4

817

,819

.46

19,1

08.8

520

,651

.62

5.B

angu

nan

110,

420.

2011

6,75

8.32

120,

634.

7012

7,06

6.94

135,

663.

4414

7,55

7.05

6.P

erda

gang

an, H

otel

& R

esto

ran

697,

427.

0574

5,92

5.20

793,

681.

8384

8,17

0.35

923,

010.

011,

012,

315.

75

7.P

enga

ngku

tan

& K

omun

ikas

i61

,538

.19

66,0

37.1

870

,403

.69

75,6

55.5

381

,775

.64

88,4

63.6

7

8.K

euan

gan,

Per

sew

aan

& J

asa

Per

usah

aan

159,

935.

8116

5,73

2.93

173,

209.

3818

0,51

1.25

190,

048.

4320

1,37

1.53

9.Ja

sa-J

asa

356,

189.

2336

7,28

1.87

381,

888.

3939

9,22

8.25

412,

818.

3243

3,12

6.72

2,51

0,07

5.52

2,63

9,71

7.89

2,78

5,33

5.43

2,94

2,60

2.51

3,12

1,82

1.49

3,31

3,43

4.98

Sum

ber

: Nga

wi D

alam

Ang

ka 2

012

Page 65: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48

e. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah Kabupaten Ngawi bersumber dari pendapatan asli

daerah, dana perimbangan, dan pendapatan daerah lain-lain yang sah.

Seperti telah dijelaskan pada bab I bahwa realisasi penerimaan pendapatan

daerah Kabupaten Ngawi tahun 2006 – 2011 cenderung mengalami

kenaikan. Dana Perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) masih

masih menjadi penyokong terbesar bagi penerimaan Kabupaten Ngawi.

Rincian penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Ngawi tahun 2006 –

2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 66: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

49

Tab

el4.

6R

inci

an P

ener

imaa

n P

enda

pata

n D

aera

h K

abup

aten

Nga

wi T

ahun

200

6 –

2011

No

Ura

ian

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Pen

dapa

tan

Dae

rah

547,

666,

124,

809.

8861

0,88

3,12

5,45

5.98

716,

286,

788,

781.

7079

7,74

4,00

5,90

3.73

887,

001,

554,

928.

491,

130,

520,

094,

512.

19

I.P

AD

19,9

95,2

42,1

54.4

820

,735

,830

,465

.98

22,8

63,2

51,2

33.7

025

,892

,794

,876

.73

27,4

89,9

42,0

64.4

961

,538

,571

,057

.19

a. P

ajak

Dae

rah

6,11

8,06

8,85

4.00

6,34

8,83

5,43

4.00

8,39

1,45

1,76

4.00

8,79

4,83

0,08

1.00

9,58

2,52

6,49

6.00

11,4

99,0

47,1

39.0

0

b. R

etri

busi

Dae

rah

6,89

0,12

8,24

8.00

6,86

4,89

5,93

1.00

8,00

0,62

1,94

4.00

10,0

00,4

80,0

61.0

012

,859

,910

,145

.59

9,65

3,98

7,45

2.00

c. H

asil

Pen

gelo

laan

Kek

ayaa

n D

aera

h yg

dip

isah

kan

229,

710,

848.

2184

6,35

7,76

8.13

1,24

6,49

8,80

9.08

1,09

3,54

9,35

2.60

1,07

3,98

2,25

9.90

1,64

2,24

4,85

5.95

d. L

ain2

PA

D y

g sa

h6,

757,

334,

204.

276,

675,

741,

332.

855,

224,

678,

716.

626,

003,

935,

382.

133,

973,

523,

163.

0038

,743

,291

,610

.24

II.

Dan

a P

erim

bang

an50

4,68

7,82

6,85

0.40

558,

703,

601,

451.

0063

9,98

4,67

3,81

2.00

673,

613,

963,

345.

0068

9,42

3,26

4,53

6.00

788,

496,

961,

639.

00

a. B

agi H

asil

Paj

ak26

,933

,049

,740

.00

34,5

26,4

85,4

41.0

035

,968

,218

,436

.00

45,2

04,3

81,8

18.0

051

,833

,484

,001

.00

54,5

89,3

73,8

43.0

0

b. B

agi

Has

il B

kn P

ajak

/SD

A1,

793,

777,

110.

401,

838,

316,

010.

005,

728,

751,

376.

002,

937,

206,

527.

006,

771,

423,

535.

009,

735,

009,

796.

00

c. D

AU

450,

161,

000,

000.

0049

3,98

3,00

0,00

0.00

544,

877,

704,

000.

0055

5,62

5,37

5,00

0.00

572,

965,

157,

000.

0065

4,41

2,77

8,00

0.00

d. D

AK

25,8

00,0

00,0

00.0

028

,355

,800

,000

.00

53,4

10,0

00,0

00.0

069

,847

,000

,000

.00

57,8

53,2

00,0

00.0

069

,759

,800

,000

.00

III.

L

ain2

Pen

dapa

tan

Dae

rah

yg s

ah22

,983

,055

,805

.00

31,4

43,6

93,5

39.0

053

,438

,863

,736

.00

98,2

37,2

47,6

82.0

017

0,08

8,34

8,32

8.00

280,

484,

561,

816.

00

a. D

ana

Bag

i Has

il P

ajak

dar

i P

rovi

nsi &

Pem

da

22,7

41,0

74,9

74.0

023

,511

,453

,523

.00

25,8

23,7

02,9

38.0

030

,916

,382

,939

.00

41,1

53,1

60,1

59.0

044

,583

,177

,716

.00

b. B

ant.

Keu

.dar

i Pro

vins

i / P

emda

la

inny

a24

1,98

0,83

1.00

7,93

2,24

0,01

6.00

1,25

6,23

8,53

2.00

39,4

67,7

25,7

43.0

034

,255

,429

,769

.00

53,9

66,5

30,0

00.0

0

c. P

enda

pata

n H

ibah

--

25,1

83,0

45,6

00.0

015

,451

,675

,000

.00

613,

618,

800.

0035

4,37

5,00

0.00

d. D

ana

Pen

yesu

aian

& O

tono

mi

--

1,17

5,87

6,66

6.00

12,4

01,4

64,0

00.0

014

,889

,600

,000

.00

81,7

68,6

14,0

00.0

0

e. T

amba

han

Pen

ghas

ilan

PN

S G

uru

--

--

9,54

2,05

0,00

0.00

10,0

13,7

50,0

00.0

0

f. T

unja

ngan

Pro

fesi

Gur

u P

NS

D-

--

-69

,634

,489

,600

.00

89,7

98,1

15,1

00.0

0

JUM

LA

H54

7,66

6,12

4,80

9.88

610,

883,

125,

455.

9871

6,28

6,78

8,78

1.70

797,

744,

005,

903.

7388

7,00

1,55

4,92

8.49

1,13

0,52

0,09

4,51

2.19

Page 67: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dipungut oleh

Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah,

pendapatan BPHTB dibagikan ke daerah melalui mekanisme dana bagi hasil.

Namun, dengan munculnya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, maka mulai 1 Januari 2011 BPHTB telah dialihkan menjadi

pajak daerah dan dipungut juga oleh daerah. Berikut target dan realisasi

penerimaan BPHTB Kabupaten Ngawi tahun 2006 – 2011 :

Tabel 4.7Target dan Realisasi BPHTB Kabupaten Ngawi

Tahun 2006 -2011

TahunTarget(Rp)

Realisasi(Rp) (%)

2006 868.300.000,00 1.691.620.137,00 194,82

2007 1.457.000.000,00 2.572.733.790,00 176,58

2008 2.586.431.448,06 3.295.692.009,00 127,42

2009 2.464.108.320,00 3.206.746.107,00 130,14

2010 4.154.755.659,00 3.621.239.912,00 87,16

2011 732.004.000,00 734.195.967,00 100,30

Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi

Page 68: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51

B. Pembahasan

1. Analisis Efektivitas Pemungutan BPHTB

Untuk menghitung efektivitas pemungutan BPHTB Kabupaten

Ngawi Tahun 2006-2011 menggunakan rumus (Devas, 1989:146) sebagai

berikut:

Realisasi BPHTBEfektivitas = x 100 %

Target BPHTB

Maka diperoleh hasil penghitungan seperti tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel4.8Efektivitas Pemungutan BPHTB Kabupaten Ngawi

Tahun 2006 – 2011

Tahun Target(Rp)

Realisasi(Rp)

Efektivitas(%)

2006 868.300.000,00 1.691.620.137,00 194,82

2007 1.457.000.000,00 2.572.733.790,00 176,58

2008 2.586.431.448,06 3.295.692.009,00 127,42

2009 2.464.108.320,00 3.206.746.107,00 130,14

2010 4.154.755.659,00 3.621.239.912,00 87,16

2011 732.004.000,00 734.195.967,00 100,30

Rata-rata 2.043.766.571,18 2.520.371.320,33 136,07

Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas diketahui bahwa rasio efektivitas BPHTB

yang dihitung berdasarkan perbandingan antara realisasi penerimaan BPHTB

dengan target BPHTB menunjukkan tingkat efektivitas rata-rata per tahun lebih

besar dari 100% atau sebesar 136,07%. Hal ini dapat dikatakan bahwa

pemungutan BPHTB di Kabupaten Ngawi selama tahun 2006 – 2011 sudah

Page 69: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52

sangat efektif. Artinya pertumbuhan kebutuhan pembangunan dan iklim

investasi terhadap tanah dan bangunan cukup besar. Ini juga bisa diartikan

bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mampu menjaring seluruh

obyek potensi penerimaan di Kabupaten Ngawi, dengan asumsi bahwa target

penerimaan telah sesuai dengan potensi penerimaan yang ada.

Rasio perbandingan target penerimaan dengan realisasi penerimaan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Ngawi selama enam

tahun terakhir ini mengalami naik turun. Pada tiga tahun pertama yaitu mulai

tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 berturut-turut mengalami penurunan,

meskipun rasio perbandingannya masih diatas 100% dan masih dikategorikan

sangat efektif. Akan tetapi pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 2,72%

yaitu dari 127,42% menjadi 130,14%. Kemudian pada tahun 2010 mengalami

penurunan yang signifikan yaitu sebesar 42,98%, dan tahun 2011 mengalami

kenaikan kembali menjadi 100,30%.

2. Analisis Elastisitas PDRB terhadap BPHTB

Analisis elastisitas merupakan suatu metode untuk mengetahui tingkat

kepekaan perubahan penerimaan BPHTB, apabila terjadi perubahan pada

faktor yang mempengaruhinya. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut

dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas. Untuk

menghitung koefisien elastisitas dilakukan dengan cara membandingkan

tingkat pertumbuhan realisasi BPHTB dengan tingkat pertumbuhan PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku dengan menggunakan formula sebagai berikut :

% Pertumbuhan BPHTBElastisitas =

% Pertumbuhan PDRB

Page 70: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53

Untuk melakukan perhitungan dengan Elastisitas maka terlebih dahulu harus

diketahui tingkat pertumbuhan BPHTB dan PDRB tahun 2006-2011. Menurut

Sadono Sukirno (1985:21), adapun cara yang digunakan untuk mengetahui

tingkat pertumbuhan adalah:

a. Tingkat pertumbuhan BPHTB

Xt – Xt-1X = x 100%

Xt-1

Dimana : = Pertumbuhan BPHTB

Xt = BPHTB tahun t

Xt-1 = BPHTB tahun t-1

b. Tingkat pertumbuhan PDRB

Yt – Yt-1= x 100%

Yt-1

Dimana : = Pertumbuhan PDRB

Xt = PDRB tahun t

Xt-1 = PDRB tahun t-1

Hasil perhitungan analisis elastisitas PDRB terhadap BPHTB di Kabupaten

Ngawi pada tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 71: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54

Tabel 4.9Elastisitas PDRB Terhadap BPHTB Kabupaten Ngawi

Tahun 2006 – 2011

TahunPDRB

(Juta Rupiah)

Pertumbuhan PDRB

(%)

Realisasi BPHTB

(Rp)

Pertumbuhan BPHTB

(%)Elastisitas

2006 4.445.555,03 - 1.691.620.137,00 - -

2007 5.031.428,99 13,18 2.572.733.790,00 52,09 3,95

2008 5.770.273,06 14,68 3.295.692.009,00 28,10 1,91

2009 6.444.782,83 11,69 3.206.746.107,00 (2,70) (0,23)

2010 7.245.842,42 12,43 3.621.239.912,00 12,93 1,04

2011 8.116.202,90 12,01 734.195.967,00 (79,73) (6,64)

Rata-Rata 6.175.680,87 10,67 2.520.371.320,33 1,79 0,005

Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi (diolah)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa elastisitas PDRB terhadap BPHTB di

Kabupaten Ngawi berdasarkan perbandingan antara persentase pertumbuhan

BPHTB dengan persentase pertumbuhan PDRB pada tahun 2006-2011

cenderung inelastis, dengan hasil koefisien elastisitas rata-rata per tahun

sebesar 0,005, yang berarti bahwa pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku kurang peka atau kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan

penerimaan BPHTB. Artinya kenaikan PDRB sebesar 1% hanya

mengakibatkan kenaikan penerimaan BPHTB kurang dari 1% atau sebesar

0,005%.

Page 72: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tingkat efektivitas dan

elastisitas pemungutan BPHTB di Kabupaten Ngawi pada tahun 2006

sampai dengan 2011, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemungutan BPHTB di Kabupaten Ngawi pada tahun 2006 sampai

dengan 2011 cenderung stabil dan termasuk dalam kriteria sangat efektif

yang ditunjukkan dengan perhitungan hasil perbandingan antara realisasi

penerimaan BPHTB dengan target yang ditetapkan, dengan tingkat

efektivitas rata-rata per tahun lebih besar dari 100% atau sebesar

136,07%.

2. Tingkat elastisitas PDRB terhadap BPHTB selama kurun waktu 2006

sampai dengan 2011 berdasarkan hasil perbandingan antara persentase

pertumbuhan BPHTB dengan persentase pertumbuhan PDRB cenderung

inelastis dengan koefisien elastisitas rata-rata per tahun sebesar 0,005

atau kurang dari 1 (E 1), yang berarti bahwa kenaikan PDRB sebesar

1% hanya mengakibatkan kenaikan penerimaan BPHTB sebesar

0,005%.

Page 73: EFEKTIVITAS DAN ELASTISITAS PEMUNGUTAN BEA …... · efektivitas dan elastisitas pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb) di kabupaten ngawi tahun 2006 – 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran yang

penulis ajukan, yaitu :

1. Meskipun dari hasil pembahasan sebelumnya pemungutan BPHTB

sudah sangat efektif, untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah,

efektivitas pemungutan BPHTB harus ditingkatkan lagi. Apalagi sejak

tahun 2011 BPHTB telah dialihkan menjadi pajak daerah, sehingga

Pemerintah Daerah perlu mengkaji lagi apakah target yang ditetapkan

sudah sesuai dengan potensi riil yang ada di daerah atau belum. Agar

nantinya dengan dialihkannya pemungutan BPHTB menjadi pajak

daerah, akan lebih meningkatkan pendapatan serta kemandirian daerah.

2. Pemerintah Daerah sebaiknya menyusun peraturan yang mengatur

tentang standar harga pasar di tiap-tiap wilayah Kabupaten Ngawi serta

mensosialisasikan lebih giat lagi melalui kegiatan penyuluhan maupun

publikasi umum, yang nantinya diharapkan dengan adanya peningkatan

PDRB perkapita dapat diikuti pula oleh meningkatnya penerimaan

BPHTB.