pelaksanaan kurikulum berbasis kompetens1
DESCRIPTION
implementasi kbkTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyiasati perkembangan dunia yang terus bergerak cepat, terutama dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia sebagai bagian
kehidupan bangsa di dunia harus senantiasa berusaha untuk bisa mengimbangi
kemajuan tersebut. Apabila tidak, maka bangsa Indonesia akan tertinggal dan
bahkan terkucil dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
Atas dasar itulah, bangsa Indonesia harus membangun diri untuk bisa
bersaing dalam banyak hal. Peningkatan mutu sumber daya manusia melalui
pembangunan pendidikan yang terencana dan berorientasi kepada kebutuhan
bangsa di masa depan harus menjadi prioritas utama. Kurikulum sebagai acuan
dan fasilitator penyelenggaraan pendidikan, seharusnya memberi peluang adanya
keleluasaan dan pemerataan dalam pendidikan. Untuk itu, upaya peningkatan
mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, meliputi aspek-aspek
moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, ketrampilan, seni, olahraga dan
perilaku. Menyadari bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini belum
mencapai pada taraf memadai yang mampu meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat pada umumnya. Dengan pertimbangan tersebut, maka dilakukan
penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan berbasis kompetensi. Kurikulum
sebagai perangkat pendidikan yang dinamis harus peka dan sekaligus mampu
merespon beragam perubahan dan beragam tuntutan stakeholders yang
menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kurikulum Berbasis Kompetensi?
2. Bagaimana implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam dunia
pendidikan?
3. Bagaimana pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam dunia
pendidikan?
4. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar memahami apa pengertian dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Agar memahami bagaimana implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
dalam dunia pendidikan.
3. Agar memahami bagaimana pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
dalam dunia pendidikan.
4. Agar memahami bagaimana evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KBK
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang selanjutnya disebut Kurikulum
2004 mulai diberlakukan secara berangsur-angsur tahun ajaran 2004-2005 pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga
konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai
pengalaman belajar dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai seat ini banyak
mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan (Saylor, Alexander, Lewis, 1981).
Kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum) pertama kali,
diperkenalkan oleh Bobbit tahun 1918. Terminologi lain yang banyak digunakan
untuk kurikulum tersebut adalah performance based curriculum. Aplikasi
kompetensi sebagai landasan kurikulum dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
gerakan akuntabilitas yang dimulai sekitar tahun 1960. Pada hakekatnya semua
jenis rancangan kurikulum telah mengantisipasi berbagai jenis unjuk kerja yang
akan diperoleh peserta didik, namun rancangan berpusat kompetensi ini berbeda
dengan rancangan-rancangan jenis lain terutama dalam hal memandang
performance tersebut. Rancangan jenis ini mengakui adanya hubungan langsung
antara tujuan, kegiatan belajar dan unjuk perbuatan, sedangkan rancangan jenis
lain kurang mengakui hubungan langsung antara komponen tadi.
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2003).
Frinch dan Crunkilton (1979) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan
terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan. Hal tersebut menunujukkan bahwa kompetensi
mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh
peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan
jenis pekerjaan tertentu.
3
4
Kompetensi merupakan seperangkat tindakan intelegen dan penuh tanggung
jawab yang harus dikuasai seseorang untuk dapat dikatakan mampu melaksanakan
suatu tugas dalam bidang tertentu (Depdikbud, 1977). Kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik, melalui penguasaan terhadap seperangkat kopetensi tertentu. KBK
diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap dan minat peserta didik, agar dapat dilakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
2.2 Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.
Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan
sebagai suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum
potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
a. Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,
seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya, penyediaan buku
kurikulum dan kegiatan – kegiatan yang dapat mendorong penggunaan
kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning)
dalam pembelajaran.
5
Di sisi lain, Mars (1980) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat
guru dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri. Dari
berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor
lain. Dengan kata lain, keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat
ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan
apabila guru tidak melaksanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi
kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan.
Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi
mencakup tiga kompetensi pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi.
A. Pengembangan Program
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mencakup
pengembangan program tahunan, program modul (pokok bahasan), program
mingguan dan harian, program pengayaan dan remidial, serta program bimbingan
dan konseling.
1. Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun
ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya, yakni program semester, program mingguan dan program harian atau
program pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam KBK dikenal modul.
Sumber – sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan
antara lain:
a) Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai consensus
nasional, yang dikembangkan dalam buku Garis – Garis Besar Program
Pengajaran ( GBPP ) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
6
b) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran
tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan,
yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan
pembelajaran. Pokok – pokok bahasan dan sub – sub pokok bahasan
tersebut harus jelas dan sekuensinya. Skope adalah ruang lingkup dan
batasan-batasan keluasan setiap pokok bahasan, sedangkan sekuensi
adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan.
c) Kalender Pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun
pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas dan hak – hak peserta didik.
2. Program Semester
Program semester berisikan garis – garis besar mengenai hal – hal yang
hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini
merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester
ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang
direncanakan dan keterangan – keterangan.
3. Program Modul (Pokok Bahasan)
Program modul atau pokok bahasan pada umumnya dikembangkan dari
setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Program ini
merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul berisikan
tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar
soal, lembar jawaban dan kunci jawaban. Dengan demikian, peserta didik bisa
belajar mandiri, tidak harus didampingi oleh guru, kegiatan guru cukup
menyiapkan modul dan membantu peserta yang menghadapi kesulitan belajar.
4. Program Mingguan dan Harian
Untuk membantu kemajuan belajar pesta didik, di samping modul perlu
dikembangkan program mingguan dan bulanan. Program ini merupakan
penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui program ini dapat
7
diketahui tujuan – tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap
peserta didik. Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar setiap
peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan
dalam setiap modul yang dikerjakan dan peserta didik yang memiliki kecepatan
belajar di atas rata – rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan
pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul untuk
mencapai tujuan yang belum dicapai dengan menggunakan waktu cadangan.
5. Program Pengayaan dan Remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan
dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan terhadap
tugas – tugas modul, hasil tes dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan
belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipandukan dengan catatan – catatan
yang ada pada program minggun dan harian, untuk digunakan sebagai bahan
tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga
mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti
remedial dan yang mengikuti program pengayaan.
6. Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik yang menyangkut pribadi, social, belajar dan karier. Selain guru
pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan
dan karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh
karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi
dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin dan berkesinambungan.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang dating dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
8
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes,
proses dan post tes.
1. Pre Tes (tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes.
Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre tes memegang peranan yang cukup
penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes ini antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes
maka pikiran mereka akan terfokus pada soal – soal yang harus mereka
jawab/kerjakan.
b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil pre tes dengan post tes.
c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik
mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topic dalam proses pembelajaran.
d. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan
– tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik dan tujuan – tujuan mana
yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.
2. Proses
Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan ini dari pelaksanaan proses
pembelajaran, yakni bagaimana tujuan – tujuan belajar direalisasikan melalui
modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan,
hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan
lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
9
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya
atau setidak – tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif,
baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan
rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta
didik seluruhnya atau setidak – tidaknya sebagian besar (75%).
3. Post Test
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan pos tes. Sama
halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam
melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi
yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini
dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil pre tes dan post tes.
b. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan – tujuan yang dapat dikuasai
oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan – tujuan yang belum
dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum
dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu
dilakukan pembelajaran kembali (remidial teaching).
c. Untuk mengetahui peserta didik – peserta didik yang perlu mengikuti
kegiatan remedial dan peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan
modul (kesulitan belajar).
d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen –
komponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik
terhadap perencanaan, pelaksanaan,maupun evaluasi.
10
2.3 Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan faktor yang saling terkait. Oleh akrena itu di dalam proses
pengembangan kurikulum tersebut, tidak hanya menuntut keterampilan teknik
dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum,
tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memfokuskan pada
kompetensi tertentu,berupa panduan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep
yang dipelajarinya.
3 TINGKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seperti
pengembangan kurikulum para umumnya, terdiri dari beberapa tingkat, yaitu
tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi dan tingkat satuan bahasan
(modul).
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup
nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal
maupun horisontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
Dalam kaitannya dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka
mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis
pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah
2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Lembaga
Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis
Lembaga Pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini antara lain:
11
a. Mengembangkan kompetensi lulusan dan merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.
b. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan
bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan
tersebut.
c. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan
(guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
d. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang dipergunakan untuk
memberi kemudahan belajar.
3. Pengembangan Kurikulum Tingkat Bidang Studi (Penyusunan Silabs)
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang
studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan yang dilakukan antara
lain:
a.Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan
setiap bidang studi.
b.Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta
mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman,
kemampuan (keterampilan), nilai dan sikap.
c.Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan
scope dan skuensi.
d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria
pencapaiannya.
4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Bahasan (Modul)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan
diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi,
12
selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam KBK,
program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul, sehingga kegiatan
pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan
paket-paket modul.
4 PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan kurikulum menyatakan pandangan tentang pengembangan dan
desain kurikulum, peranan guru, peserta didik dan ahli kurikulum dalam
merencanakan kurikulum, tujuan kurikulum dan isu-isu yang perlu dibahas.
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan
seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak
berpegang pada salah satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa
pendekatan yang sesuai. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mempunyai
arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum baru
(curriculum construction), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang
sedang berlaku (curriculum improvement).
Di bawah ini ada beberapa macam pendekatan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Pendekatan subyek akademik
Pendekatan subyek akademik dalam menyusun kurikulum atau progam
pendidikan didasarkan pada sistemasisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap
ilmu pengetahuan memiliki sistemasisasi tertentu berbeda dengan sistemasisasi
ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara
menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik,
yang diperlukan untuk persiapan pengembangan didiplin ilmu.
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan
Dilihat dari pengelolaannya, pengembangan kurikulum dibedakan antara
sistem pengelolaan yang terpusat (sentralisasi) dan tersebar (desentralisasi).
13
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1968 dan 1975 bersifat
sentralisasi, hanya ada satu kurikulum untuk satu jenis pendidikan di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat nasional, seragam, dikembangkan oleh tim
pusat, guru-guru hanya berperan sebagai pelaksana di sekolah, yakni menjabarkan
rencana tahunan, caturwulan dan satuan pelajaran tiap pelajaran.
Dalam kurikulum 1994 muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang
studi, tapi menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik bidang
studi wajib maupun pilihan. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah,
kemungkinan muatan lokalnya akan lebih besar, modelnya lebih beragam dan
sistemnya tidak terpusat lagi, sehingga pengelolaannya menjadi desentralisasi.
3. Pendekatan Pengembangan
Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran. Berdasarkan fokus sasaran,
pengembangan kurikulum dibedakan antara pendekatan yang mengutamakan
penguasaan ilmu pengetahuan, penguasaan kemampuan standar, penguasaan
kompetensi, pembentukan pribadi dan penguasaan kemampuan memecahkan
masalah sosial kemasyarakatan.
4. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum
yang memfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap
perkembangan peserta didik. Peserta didik berada dalam proses perkembangan
yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.
5. Keterlibatan KBK dengan Pendekatan Lain
Keterkaitan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan pendekatan kemampuan
standar, adalah bahwa keduanya sama-sama menekankan pada kemampuan,
hanya berbeda jenis kemampuannya. Dalam pendekatan kompetensi, kemampuan
yang dikembangkan adalah kemampuan yang mengarah pada pekerjaan, sedang
dalam pendekatan kemampuan standar pada kemampuan umum.
14
Kurikulum Berbasis Kompetensi terkait dengan pendekatan pengembangan
pribadi, karena standar kompetensi yang dikembangkan berkenaan dengan pribadi
peserta didik, seperti kompetensi intelektual, sosial dan komunikasi. Penguasaan
nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi terkait dengan pendekatan ilmu pengetahuan,
karena kompetensi yang dikembangkan, seperti kompetensi intelektual dan sosial
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan, seperti IPA, IPS, Matematika,
Bahasa Olah Raga, Keterampilan dan Kesenian.
6. Keunggulan KBK
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mempunyai
beberapa keunggulan dibandingkan dengan model-model lainnya. Pertama,
pendekatan ini bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus dan
bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi
sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan
subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk
bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer
pengetahuan (transfer of knowledge). Kedua, Kurikulum Berbasis Kompetensi
boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan
ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta pengembangan aspek-
aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan keterampilan.
5 PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KBK
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip: (1) keimanan, nilai dan budi pekerti luhur;
15
(2) pengetahuan integritas nasional; (3) keseimbangan etika, logika, estetika dan
kinestetika; (4) kesamaan memperoleh kesempatan; (5) abad pengetahuan dan
teknologi informasi; (6) pengembangan keterampilan hidup; (7) belajar
sepanjang hayat; (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan
dan komprehensif; dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan. (Depdikbud,
2002).
6 PENGEMBANGAN STRUKTUR KBK
Pengembangan struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sedikitnya
mencakup tiga langkah kegiatan, yaitu mengidentifikasi kompetensi,
mengembangkan struktur kurikulum dan mendeskripsikan mata pelajaran.
1. Identifikasi kompetensi
Berdasarkan pendapat Hall (1976) dan Prihantoro (1999), sedikitnya dapat
diidentifikasikan delapan sumber yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kompetensi, yaitu: (1) daftar yang ada (existing list); (2) menterjemahkan mata
pelajaran (course translation); (3) menterjemahkan mata pelajaran dengan
perlindungan (course translations with safeguard); (4) analisis taksonomi
(taxonomic analysis); (5) masukan dari profesi (input from the profession); (6)
membangun teori (theoretical constructs); (7) masukan peserta didik dan
masyarakat (input from clients, including pupils and the community); (8) analisis
tugas (task analysis).
2. Struktur kurikulum
Struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah dikembangkan oleh
Depdiknas mencakup Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal, Sekolah Dasar,
Madrasah Ibtidaiyah, serta Sekolah Menengah. Struktur kurikulum tersebut masih
digodok oleh pemerintah dan menunggu masukan dari berbagai pihak.
16
3. Deskripsi rumpun mata pelajaran.
Berdasarkan identifikasi kompetensi dan struktur kurikulum di atas,
selanjutnya dideskripsikan rumpun mata pelajaran sebagai berikut:
a. Pendidikan agama
Pendidikan agama mengembangkan kemampuan siswa untuk
memperteguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia, berbudi pekerti luhur dan menghormati penganut agama lain.
b. Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (citizenship) memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, kritis, kreatif, terampil dan
berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
c. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mengembangkan kemampuan berkomunikasi (lisan dan
tulis) sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis dalam
berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap karya sastra Indonesia.
d. Matematika
Matematika menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir
sistematis, logis dan kritis, dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam
pemecahan masalah.
e. Sains
Sains mempelajari alam yang mencakup proses perolehan pengetahuan
melalui pengamatan, penggalian, penelitian dan penyampaian informasi dan
produk (pengetahuan ilmiah dan terapannya) yang diperoleh melalui berpikir dan
bekerja ilmiah.
17
e. Ilmu sosial
Ilmu sosial mengkaji interaksi antara manusia dan masyarakat serta
lingkungannya melalui konsep-konsep Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi dan
Antropologi.
f. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lain
Bahasa Inggris dan bahasa asing lain mengembangkan keterampilan
berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan budaya.
g. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyediaan
pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain atau
olahraga yang direncanakan secara sistematik dengan memperhatikan tahap
pertumbuhan dan perkembangan guna merangsang perkembangan fisik,
keterampilan berpikir, emosional, sosial dan moril. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup dan aktif
di sepanjang hayat.
h. Keterampilan
Keterampilan mengembangkan penerapan pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk menghasilkan produk guna memberikan pengalaman kepada siswa
agar menjadi inovatif, adaptif dan kreatif, hasil belajar ini melalui proses
menggambar, merancang, membuat, mengkomunikasikan dan mengevaluasi.
i. Kesenian
Kesenian menggambarkan semua bentuk aktivitas dan cita rasa keindahan
yang meliputi kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan apresiasi dalam
bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran.
18
j. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi membelajarkan siswa dalam
memperoleh informasi, memproses dan memanfaatkannya untuk berkomunikasi
secara efektif melalui berbagai media.
2.4 Evaluasi KBK
Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
penerapan kurikulum berstandar nasional dipaki sebagai pedoman pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah, sehingga pelaksanaan kurikulum
dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa
oleh peserta didik.
Evaluasi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi merupakan penilaian
dalam penerapan kurikulum berstandar nasional yang dikembangkan atau disusun
berdasarkan kemampuan daerah/sekolah, potensi daerah, dengan kekhasan/cirri
khas daerah/sekolah.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan pelaksanaan
kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber
belajarnya. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum dapat digunakan oleh
pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan pendidikan pada tingkat pusat,
daerah dan sekolah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan
hasil yang lebih optimal.
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi ditandai dengan
perwujudan kebiasaan berpikir dan bertindak peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari di keluarga, sekolah, dan di masyarakat. Kurikulum perlu dinilai secara
berencana dan berkala untuk mengetahui efektifitas dan efisieni dalam
pelaksanaannya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap.
Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan
sebagai suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum
potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
3.2. Saran
Makalah ini semoga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
pembaca mengenai fungsi dan kegunaan kurikulum. Dengan mengetahui fungsi
dan kegunaan kurikulum pembaca diharapkan akan mempunyai arah dalam
pengembangan kurikulum dan disarankan kepada pembaca agar menjadikan
fungsi dan kegunaan kurikulum menjadi salah satu landasan pengembangan
kurikulum. Karena fungsi dan kegunaan kurikulum menggambarkan apa saja yang
diharapkan masyarakat dari kurikulum yang diterapakan dalam pendidikan.
19
20
DAFTAR RUJUKAN
Ansyar, Mohd. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurkulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Efendi, Mohammad. 2010. Pengantar Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hernawan, H. Asep. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Kaber, Achasius. 1988. Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Reksoatmodjo, Narsoyo, Tedjo.2010.Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.Bandung: PT Refika Aditama
Rohman, Muhammad. 2012. Kurikulum berkarakter. Jakarta : Prestasi Pustaka
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. 1993. Pengembangan dan Pendidikan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development. New York: Harcount Brace Jovanovitch
Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Bumi Aksara
Zais, Robert S. 1976. Curriculum. New York: Harper & Row Publisher