pelaksanaan kurikulum berbasis kompetens1

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyiasati perkembangan dunia yang terus bergerak cepat, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia sebagai bagian kehidupan bangsa di dunia harus senantiasa berusaha untuk bisa mengimbangi kemajuan tersebut. Apabila tidak, maka bangsa Indonesia akan tertinggal dan bahkan terkucil dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Atas dasar itulah, bangsa Indonesia harus membangun diri untuk bisa bersaing dalam banyak hal. Peningkatan mutu sumber daya manusia melalui pembangunan pendidikan yang terencana dan berorientasi kepada kebutuhan bangsa di masa depan harus menjadi prioritas utama. Kurikulum sebagai acuan dan fasilitator penyelenggaraan pendidikan, seharusnya memberi peluang adanya keleluasaan dan pemerataan dalam pendidikan. Untuk itu, upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, ketrampilan, seni, olahraga dan perilaku. Menyadari bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini belum mencapai pada taraf memadai yang mampu meningkatkan taraf

Upload: febryandini-inggit-dewantari

Post on 31-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

implementasi kbk

TRANSCRIPT

Page 1: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyiasati perkembangan dunia yang terus bergerak cepat, terutama dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia sebagai bagian

kehidupan bangsa di dunia harus senantiasa berusaha untuk bisa mengimbangi

kemajuan tersebut. Apabila tidak, maka bangsa Indonesia akan tertinggal dan

bahkan terkucil dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia.

Atas dasar itulah, bangsa Indonesia harus membangun diri untuk bisa

bersaing dalam banyak hal. Peningkatan mutu sumber daya manusia melalui

pembangunan pendidikan yang terencana dan berorientasi kepada kebutuhan

bangsa di masa depan harus menjadi prioritas utama. Kurikulum sebagai acuan

dan fasilitator penyelenggaraan pendidikan, seharusnya memberi peluang adanya

keleluasaan dan pemerataan dalam pendidikan. Untuk itu, upaya peningkatan

mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup

pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, meliputi aspek-aspek

moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, ketrampilan, seni, olahraga dan

perilaku. Menyadari bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini belum

mencapai pada taraf memadai yang mampu meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat pada umumnya. Dengan pertimbangan tersebut, maka dilakukan

penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan berbasis kompetensi. Kurikulum

sebagai perangkat pendidikan yang dinamis harus peka dan sekaligus mampu

merespon beragam perubahan dan beragam tuntutan stakeholders yang

menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan.

1

Page 2: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Kurikulum Berbasis Kompetensi?

2. Bagaimana implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam dunia

pendidikan?

3. Bagaimana pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam dunia

pendidikan?

4. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar memahami apa pengertian dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2. Agar memahami bagaimana implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

dalam dunia pendidikan.

3. Agar memahami bagaimana pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

dalam dunia pendidikan.

4. Agar memahami bagaimana evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi.

Page 3: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KBK

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang selanjutnya disebut Kurikulum

2004 mulai diberlakukan secara berangsur-angsur tahun ajaran 2004-2005 pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga

konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai

pengalaman belajar dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar.

Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai seat ini banyak

mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan (Saylor, Alexander, Lewis, 1981).

Kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum) pertama kali,

diperkenalkan oleh Bobbit tahun 1918. Terminologi lain yang banyak digunakan

untuk kurikulum tersebut adalah performance based curriculum. Aplikasi

kompetensi sebagai landasan kurikulum dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan

gerakan akuntabilitas yang dimulai sekitar tahun 1960. Pada hakekatnya semua

jenis rancangan kurikulum telah mengantisipasi berbagai jenis unjuk kerja yang

akan diperoleh peserta didik, namun rancangan berpusat kompetensi ini berbeda

dengan rancangan-rancangan jenis lain terutama dalam hal memandang

performance tersebut. Rancangan jenis ini mengakui adanya hubungan langsung

antara tujuan, kegiatan belajar dan unjuk perbuatan, sedangkan rancangan jenis

lain kurang mengakui hubungan langsung antara komponen tadi.

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2003).

Frinch dan Crunkilton (1979) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan

terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan. Hal tersebut menunujukkan bahwa kompetensi

mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh

peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan

jenis pekerjaan tertentu.

3

Page 4: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

4

Kompetensi merupakan seperangkat tindakan intelegen dan penuh tanggung

jawab yang harus dikuasai seseorang untuk dapat dikatakan mampu melaksanakan

suatu tugas dalam bidang tertentu (Depdikbud, 1977). Kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang

menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-

tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh

peserta didik, melalui penguasaan terhadap seperangkat kopetensi tertentu. KBK

diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,

sikap dan minat peserta didik, agar dapat dilakukan sesuatu dalam bentuk

kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

2.2 Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan

sebagai suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum

potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai

seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:

a. Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu

kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.

b. Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,

seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya, penyediaan buku

kurikulum dan kegiatan – kegiatan yang dapat mendorong penggunaan

kurikulum di lapangan.

c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap guru terhadap kurikulum, serta

kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning)

dalam pembelajaran.

Page 5: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

5

Di sisi lain, Mars (1980) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi

implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat

guru dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri. Dari

berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor

lain. Dengan kata lain, keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat

ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan

apabila guru tidak melaksanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi

kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan.

Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi

mencakup tiga kompetensi pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan

pembelajaran dan evaluasi.

A. Pengembangan Program

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mencakup

pengembangan program tahunan, program modul (pokok bahasan), program

mingguan dan harian, program pengayaan dan remidial, serta program bimbingan

dan konseling.

1. Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk

setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun

ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program

berikutnya, yakni program semester, program mingguan dan program harian atau

program pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam KBK dikenal modul.

Sumber – sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan

antara lain:

a) Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai consensus

nasional, yang dikembangkan dalam buku Garis – Garis Besar Program

Pengajaran ( GBPP ) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.

Page 6: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

6

b) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran

tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan,

yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan

pembelajaran. Pokok – pokok bahasan dan sub – sub pokok bahasan

tersebut harus jelas dan sekuensinya. Skope adalah ruang lingkup dan

batasan-batasan keluasan setiap pokok bahasan, sedangkan sekuensi

adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan.

c) Kalender Pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun

pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas dan hak – hak peserta didik.

2. Program Semester

Program semester berisikan garis – garis besar mengenai hal – hal yang

hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini

merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester

ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang

direncanakan dan keterangan – keterangan.

3. Program Modul (Pokok Bahasan)

Program modul atau pokok bahasan pada umumnya dikembangkan dari

setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Program ini

merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul berisikan

tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar

soal, lembar jawaban dan kunci jawaban. Dengan demikian, peserta didik bisa

belajar mandiri, tidak harus didampingi oleh guru, kegiatan guru cukup

menyiapkan modul dan membantu peserta yang menghadapi kesulitan belajar.

4. Program Mingguan dan Harian

Untuk membantu kemajuan belajar pesta didik, di samping modul perlu

dikembangkan program mingguan dan bulanan. Program ini merupakan

penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui program ini dapat

Page 7: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

7

diketahui tujuan – tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap

peserta didik. Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar setiap

peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan

dalam setiap modul yang dikerjakan dan peserta didik yang memiliki kecepatan

belajar di atas rata – rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan

pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul untuk

mencapai tujuan yang belum dicapai dengan menggunakan waktu cadangan.

5. Program Pengayaan dan Remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan

dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan terhadap

tugas – tugas modul, hasil tes dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan

belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipandukan dengan catatan – catatan

yang ada pada program minggun dan harian, untuk digunakan sebagai bahan

tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga

mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti

remedial dan yang mengikuti program pengayaan.

6. Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan

Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada

peserta didik yang menyangkut pribadi, social, belajar dan karier. Selain guru

pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan

dan karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh

karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi

dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin dan berkesinambungan.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik

faktor internal yang dating dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang

datang dari lingkungan.

Page 8: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

8

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi

peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes,

proses dan post tes.

1. Pre Tes (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes.

Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre tes memegang peranan yang cukup

penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes ini antara lain dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes

maka pikiran mereka akan terfokus pada soal – soal yang harus mereka

jawab/kerjakan.

b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses

pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan

membandingkan hasil pre tes dengan post tes.

c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik

mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topic dalam proses pembelajaran.

d. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan

– tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik dan tujuan – tujuan mana

yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.

2. Proses

Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan ini dari pelaksanaan proses

pembelajaran, yakni bagaimana tujuan – tujuan belajar direalisasikan melalui

modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan,

hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan

lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh

peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.

Page 9: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

9

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari

segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya

atau setidak – tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif,

baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, di samping

menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan

rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta

didik seluruhnya atau setidak – tidaknya sebagian besar (75%).

3. Post Test

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan pos tes. Sama

halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam

melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi

yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini

dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil pre tes dan post tes.

b. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan – tujuan yang dapat dikuasai

oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan – tujuan yang belum

dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum

dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu

dilakukan pembelajaran kembali (remidial teaching).

c. Untuk mengetahui peserta didik – peserta didik yang perlu mengikuti

kegiatan remedial dan peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan

pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan

modul (kesulitan belajar).

d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen –

komponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik

terhadap perencanaan, pelaksanaan,maupun evaluasi.

Page 10: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

10

2.3 Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

melibatkan faktor yang saling terkait. Oleh akrena itu di dalam proses

pengembangan kurikulum tersebut, tidak hanya menuntut keterampilan teknik

dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum,

tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memfokuskan pada

kompetensi tertentu,berupa panduan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang

dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep

yang dipelajarinya.

3 TINGKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seperti

pengembangan kurikulum para umumnya, terdiri dari beberapa tingkat, yaitu

tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi dan tingkat satuan bahasan

(modul).

1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup

nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal

maupun horisontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

Dalam kaitannya dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),

pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka

mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis

pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah

2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Lembaga

Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis

Lembaga Pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini antara lain:

Page 11: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

11

a. Mengembangkan kompetensi lulusan dan merumuskan tujuan-tujuan

pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.

b. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan

bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan

tersebut.

c. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan

(guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.

d. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang dipergunakan untuk

memberi kemudahan belajar.

3. Pengembangan Kurikulum Tingkat Bidang Studi (Penyusunan Silabs)

Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang

studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan yang dilakukan antara

lain:

a.Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan

setiap bidang studi.

b.Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta

mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman,

kemampuan (keterampilan), nilai dan sikap.

c.Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan

scope dan skuensi.

d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria

pencapaiannya.

4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Bahasan (Modul)

Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan

diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi,

Page 12: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

12

selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam KBK,

program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul, sehingga kegiatan

pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan

paket-paket modul.

4 PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendekatan kurikulum menyatakan pandangan tentang pengembangan dan

desain kurikulum, peranan guru, peserta didik dan ahli kurikulum dalam

merencanakan kurikulum, tujuan kurikulum dan isu-isu yang perlu dibahas.

Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan

seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak

berpegang pada salah satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa

pendekatan yang sesuai. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mempunyai

arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum baru

(curriculum construction), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang

sedang berlaku (curriculum improvement).

Di bawah ini ada beberapa macam pendekatan dalam pengembangan

kurikulum, yaitu:

1. Pendekatan subyek akademik

Pendekatan subyek akademik dalam menyusun kurikulum atau progam

pendidikan didasarkan pada sistemasisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap

ilmu pengetahuan memiliki sistemasisasi tertentu berbeda dengan sistemasisasi

ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara

menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik,

yang diperlukan untuk persiapan pengembangan didiplin ilmu.

2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan

Dilihat dari pengelolaannya, pengembangan kurikulum dibedakan antara

sistem pengelolaan yang terpusat (sentralisasi) dan tersebar (desentralisasi).

Page 13: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

13

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1968 dan 1975 bersifat

sentralisasi, hanya ada satu kurikulum untuk satu jenis pendidikan di seluruh

Indonesia. Kurikulum ini bersifat nasional, seragam, dikembangkan oleh tim

pusat, guru-guru hanya berperan sebagai pelaksana di sekolah, yakni menjabarkan

rencana tahunan, caturwulan dan satuan pelajaran tiap pelajaran.

Dalam kurikulum 1994 muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang

studi, tapi menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik bidang

studi wajib maupun pilihan. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah,

kemungkinan muatan lokalnya akan lebih besar, modelnya lebih beragam dan

sistemnya tidak terpusat lagi, sehingga pengelolaannya menjadi desentralisasi.

3. Pendekatan Pengembangan

Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran. Berdasarkan fokus sasaran,

pengembangan kurikulum dibedakan antara pendekatan yang mengutamakan

penguasaan ilmu pengetahuan, penguasaan kemampuan standar, penguasaan

kompetensi, pembentukan pribadi dan penguasaan kemampuan memecahkan

masalah sosial kemasyarakatan.

4. Pendekatan Kompetensi

Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum

yang memfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap

perkembangan peserta didik. Peserta didik berada dalam proses perkembangan

yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap

potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan

oleh lingkungan.

5. Keterlibatan KBK dengan Pendekatan Lain

Keterkaitan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan pendekatan kemampuan

standar, adalah bahwa keduanya sama-sama menekankan pada kemampuan,

hanya berbeda jenis kemampuannya. Dalam pendekatan kompetensi, kemampuan

yang dikembangkan adalah kemampuan yang mengarah pada pekerjaan, sedang

dalam pendekatan kemampuan standar pada kemampuan umum.

Page 14: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

14

Kurikulum Berbasis Kompetensi terkait dengan pendekatan pengembangan

pribadi, karena standar kompetensi yang dikembangkan berkenaan dengan pribadi

peserta didik, seperti kompetensi intelektual, sosial dan komunikasi. Penguasaan

nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi terkait dengan pendekatan ilmu pengetahuan,

karena kompetensi yang dikembangkan, seperti kompetensi intelektual dan sosial

berkaitan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan, seperti IPA, IPS, Matematika,

Bahasa Olah Raga, Keterampilan dan Kesenian.

6. Keunggulan KBK

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mempunyai

beberapa keunggulan dibandingkan dengan model-model lainnya. Pertama,

pendekatan ini bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus dan

bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi

sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan

subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk

bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer

pengetahuan (transfer of knowledge). Kedua, Kurikulum Berbasis Kompetensi

boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan

ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta pengembangan aspek-

aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi

tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam

pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama

yang berkaitan dengan keterampilan.

5 PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KBK

Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai

perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam

pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan

mempertimbangkan prinsip-prinsip: (1) keimanan, nilai dan budi pekerti luhur;

Page 15: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

15

(2) pengetahuan integritas nasional; (3) keseimbangan etika, logika, estetika dan

kinestetika; (4) kesamaan memperoleh kesempatan; (5) abad pengetahuan dan

teknologi informasi; (6) pengembangan keterampilan hidup; (7) belajar

sepanjang hayat; (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan

dan komprehensif; dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan. (Depdikbud,

2002).

6 PENGEMBANGAN STRUKTUR KBK

Pengembangan struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sedikitnya

mencakup tiga langkah kegiatan, yaitu mengidentifikasi kompetensi,

mengembangkan struktur kurikulum dan mendeskripsikan mata pelajaran.

1. Identifikasi kompetensi

Berdasarkan pendapat Hall (1976) dan Prihantoro (1999), sedikitnya dapat

diidentifikasikan delapan sumber yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kompetensi, yaitu: (1) daftar yang ada (existing list); (2) menterjemahkan mata

pelajaran (course translation); (3) menterjemahkan mata pelajaran dengan

perlindungan (course translations with safeguard); (4) analisis taksonomi

(taxonomic analysis); (5) masukan dari profesi (input from the profession); (6)

membangun teori (theoretical constructs); (7) masukan peserta didik dan

masyarakat (input from clients, including pupils and the community); (8) analisis

tugas (task analysis).

2. Struktur kurikulum

Struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah dikembangkan oleh

Depdiknas mencakup Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal, Sekolah Dasar,

Madrasah Ibtidaiyah, serta Sekolah Menengah. Struktur kurikulum tersebut masih

digodok oleh pemerintah dan menunggu masukan dari berbagai pihak.

Page 16: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

16

3. Deskripsi rumpun mata pelajaran.

Berdasarkan identifikasi kompetensi dan struktur kurikulum di atas,

selanjutnya dideskripsikan rumpun mata pelajaran sebagai berikut:

a. Pendidikan agama

Pendidikan agama mengembangkan kemampuan siswa untuk

memperteguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak

mulia, berbudi pekerti luhur dan menghormati penganut agama lain.

b. Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (citizenship) memfokuskan pada pembentukan diri yang

beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, kritis, kreatif, terampil dan

berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

c. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mengembangkan kemampuan berkomunikasi (lisan dan

tulis) sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis dalam

berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap karya sastra Indonesia.

d. Matematika

Matematika menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir

sistematis, logis dan kritis, dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam

pemecahan masalah.

e. Sains

Sains mempelajari alam yang mencakup proses perolehan pengetahuan

melalui pengamatan, penggalian, penelitian dan penyampaian informasi dan

produk (pengetahuan ilmiah dan terapannya) yang diperoleh melalui berpikir dan

bekerja ilmiah.

Page 17: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

17

e. Ilmu sosial

Ilmu sosial mengkaji interaksi antara manusia dan masyarakat serta

lingkungannya melalui konsep-konsep Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi dan

Antropologi.

f. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lain

Bahasa Inggris dan bahasa asing lain mengembangkan keterampilan

berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan budaya.

g. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyediaan

pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain atau

olahraga yang direncanakan secara sistematik dengan memperhatikan tahap

pertumbuhan dan perkembangan guna merangsang perkembangan fisik,

keterampilan berpikir, emosional, sosial dan moril. Pembekalan pengalaman

belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup dan aktif

di sepanjang hayat.

h. Keterampilan

Keterampilan mengembangkan penerapan pengetahuan, keterampilan dan

sikap untuk menghasilkan produk guna memberikan pengalaman kepada siswa

agar menjadi inovatif, adaptif dan kreatif, hasil belajar ini melalui proses

menggambar, merancang, membuat, mengkomunikasikan dan mengevaluasi.

i. Kesenian

Kesenian menggambarkan semua bentuk aktivitas dan cita rasa keindahan

yang meliputi kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan apresiasi dalam

bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran.

Page 18: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

18

j. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi membelajarkan siswa dalam

memperoleh informasi, memproses dan memanfaatkannya untuk berkomunikasi

secara efektif melalui berbagai media.

2.4 Evaluasi KBK

Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

penerapan kurikulum berstandar nasional dipaki sebagai pedoman pengembangan

dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah, sehingga pelaksanaan kurikulum

dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa

oleh peserta didik.

Evaluasi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi merupakan penilaian

dalam penerapan kurikulum berstandar nasional yang dikembangkan atau disusun

berdasarkan kemampuan daerah/sekolah, potensi daerah, dengan kekhasan/cirri

khas daerah/sekolah.

Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar

peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan pelaksanaan

kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber

belajarnya. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum dapat digunakan oleh

pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan pendidikan pada tingkat pusat,

daerah dan sekolah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan

hasil yang lebih optimal.

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi ditandai dengan

perwujudan kebiasaan berpikir dan bertindak peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari di keluarga, sekolah, dan di masyarakat. Kurikulum perlu dinilai secara

berencana dan berkala untuk mengetahui efektifitas dan efisieni dalam

pelaksanaannya.

Page 19: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

19

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap.

Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan

sebagai suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum

potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai

seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

3.2. Saran

Makalah ini semoga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi

pembaca mengenai fungsi dan kegunaan kurikulum. Dengan mengetahui fungsi

dan kegunaan kurikulum pembaca diharapkan akan mempunyai arah dalam

pengembangan kurikulum dan disarankan kepada pembaca agar menjadikan

fungsi dan kegunaan kurikulum menjadi salah satu landasan pengembangan

kurikulum. Karena fungsi dan kegunaan kurikulum menggambarkan apa saja yang

diharapkan masyarakat dari kurikulum yang diterapakan dalam pendidikan.

19

Page 20: Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetens1

20

DAFTAR RUJUKAN

Ansyar, Mohd. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurkulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Efendi, Mohammad. 2010. Pengantar Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hernawan, H. Asep. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Kaber, Achasius. 1988. Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Reksoatmodjo, Narsoyo, Tedjo.2010.Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.Bandung: PT Refika Aditama

Rohman, Muhammad. 2012. Kurikulum berkarakter. Jakarta : Prestasi Pustaka

Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. 1993. Pengembangan dan Pendidikan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development. New York: Harcount Brace Jovanovitch

Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Bumi Aksara

Zais, Robert S. 1976. Curriculum. New York: Harper & Row Publisher