pelaksanaan dan pembahasan...- mengkoordinir serta melakukan pengawasan terhadap aktivitas bawahan...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.1. Sejarah singkat perusahaan
Perusahaan ini pada mulanya didirikan oleh seorang berkewarganegaraan
Taiwan, yang bernama Hen Fu Sun. Di negara Taiwan, perusahaan ini bernama
Chii Meeng Enterprise Co, Ltd berkedudukan di Nomor. 333, Sc 2 Po AI Rood,
Chiayi City Taiwan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri sandal yang
terkenal yaitu Ardiles.
Pada saat perusahaan ini mengalami kemajuan, Hen Fun Sun ingin
mengembangkan usahanya di Indonesia dengan melakukan investasi tetapi
mengalami kesulitan karena Hen Fun Sun adalah seorang berkewarganegaraan
Taiwan. Demi mewujudkan cita-citanya, akhirnya Hen Fun Sun memutuskan
untuk bekerjasama dengan seorang yang berkewarganegaran Indonesia yaitu
Bapak Suwiro Wijaya.
Dengan berdasarkan akte Notaris No. 1994.25 yang disahkan oleh notaris
Soetjipto, SH yang berkedudukan di Jalan Basuki Rahmat Surabaya, pada tanggal
10 Oktober 1993, dimana dalam akte notaris menyebutkan Bapak Suwiro Wijaya
dengan alamat Jalan Raya Arjuno No. 51-53 Surabaya merapakan Direktur Utama
PT Chii Meeng Utama Surabaya.
39
4.1.2. Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan PT Chii Meeng Utama Surabaya terletak di Jalan
Tanjung Sari No. 12 Tandes Surabaya, Telp.719739-40 Surabaya. Adapun
perusahaan ini mendirikan bangunan di wilayah tersebut tentu mempunyai alasan
atau beberapa alternatif sebagai berikut:
1. Wilayah tersebut memiliki letak yang strategis dimana alat transportasi yang
mendukung pengiriman bahan baku dapat lebih cepat terjangkau baik melalu
darat, laut, maupun udara.
2. Menghemat biaya transportasi dalam mempermudah arus penyampaian barang
dari produsen sampai ke tangan konsumen baik melalui pengiriman darat, laut,
maupun udara.
3. Banyak tersedianya tenaga kerja, mengingat daerah ini masih tergolong daerah
subur sehingga perusahaan ini tidak mengalami kesulitan tenaga kerja.
4.1.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan hubungan kerja sama orang-orang
yang terlibat dalam suatu badan usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun
struktur organisasi PT. Chii Meeng Utama Surabaya, adalah struktur organisasi
yang berbentuk divisi. Dalam bentuk struktur organisasi dari PT. Chii Meeng
Utama dapat dilihat pada gambar 1.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Komisaris
40
Berkewajiban untuk mengawasi pekerjaan serta pertanggungjawaban direktur
dan pelaksana kebijakan perusahaan.
2. Direktur Utama
Direktur Utama adalah merupakan pimpinan dari perusahaan tersebut yang
tugasnya adalah:
- Memimpin perusahaan, mengolah, dan mengkoordinir seluruh kegiatan
yang ada di bawahnya.
Menyetujui penjualan atau menentukan batas umum, kredit umum, dan
kredit khusus.
- Menandatangani atau bertanggung jawab atas masalah perpajakan.
3. Direktur
Tugasnya adalah:
Sebagai penanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan.
- Mengkoordinir serta melakukan pengawasan terhadap aktivitas bawahan
antara lain : bagian pemasaran dan umum, bagian keuangan dan bagian
produksi.
4. Kepala bagian pemasaran
Tugasnya adalah:
Memerintahkan anggota salesmen dan berhak mengontrol serta
mengadakan survei langsung pada konsumen.
- Mengadakan penelitian untuk memperluas daerah pemasaran hasil
produksi.
41
- Mengadakan analisa perbandingan yang menghendaki supaya produk yang
ada secepatnya terjual habis.
5. Kepala bagian pembelian
Tugasnya adalah:
- Membuat laporan berupa stock op name bahan baku dan harus mengetahui
stock setiap saat.
- Untuk mengadakan pesanan barang pada langganan yang sudah berjalan.
- Dalam melakukan aktivitas selalu mengadakan konfirmasi dengan direktur
utama.
6. Kepala bagian produksi
Tugasnya adalah:
- Mengelola dan mengkoordinir karyawan bawahan untuk melakukan proses
produksi berdasarkan pesanan dari konsumen,
- Menentukan penyesuaian warna produk berdasarkan order.
- Menerima laporan hasil produksi per hari dari masing-masing divisi.
- Membuat bon permintaan bahan untuk proses produksi.
7. Kepala bagian keuangan
Tugasnya adalah:
- Menangani gaji karyawan.
- Mengelola seluruh daftar keuangan tentang keluar masuknya serta
penggunaannya.
- Dalam setiap tugasnya tidak terlepas dari pengawasan direktur utama.
42
8. Kepala bagian personalia
Tugasnya adalah:
Mengelola dan mengkoordinir kerja.
Mengadakan seleksi terhadap karyawan baru.
- Mengawasi adanya keselamatan kerja, keselamatan dan keamanan para
karyawan, serta bekerja dengan SBSI ( Serikat Buruh Seluruh Indonesia).
43
GAMBAR 1BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
PT. CHII MEENG UTAMA SURABAYA
FCOMTSARrS
niRirr
rHRF.KTTIR
MANAGER PEMERIKSAANINTERN
MANAGERBAGIAN
PEMASARAN
MANAGERBAGIAN
PEMBELIAN
MANAGERBAGIAN
PRODUKSI
MANAGERBAGIAN ADM &
UMUM
MANAGERBAGIAN
PERSONALIA
KABAGR & D
STAFADMINTSTRASI
PEMBELIAN
STAFPELAYANANLANGOANAN
STAFPEMBELIAN
IMPORT
1KABAG
PROMOSISTAF
PEMBELIANLOKAL
KABAGPENJUALAN
STAFPENYIMPANAN
KABAGAKUNTANSIKEUANGAN
STAFPERSONALIA
UMUM
KASIRSTAF
ADMINISTRASIPERSONALLA
STAFKASBANK
STAFPENGADAAN
TENAGAKERJA
KABAGPENGENDALIAN
UTANG
KABAGKESELAMATAN&KEAMANAN
KF.R.TA
MANAGERDIVISI SEPON
MANAGERDIVISI SANDAL
KABAGPRODUKSI
STAFADMINISTRASI
STAFPEMASARANDIVISI SEPON
STAFPEMASARAN
DIVISI SANDAL
Sumber : Kantor PT. Chii Meeng Utama Surabaya
44
4.1.4. Produksi dan proses produksi
1. Bidang usaha perusahaan
PT. Chii Meeng Utama bergerak dalam bidang industri yaitu memproduksi
sandal merk Ardiles. Dalam melakukan operasinya yaitu pada bagian produksi
mempunyai 2 divisi yaitu divisi sepon dan divisi sandal, di mana dalam
aktivitasnya menghasilkan dua macam produk utama yaitu produksi sepon
lembaran setengah jadi dan sandal yang bahan dasarnya dari sepon yaitu
sandal bermerk Ardiles dengan jenis produksi yang sangat banyak. Penulis
hanya memilih satu jenis produk sandal yaitu sandal Ardiles Velcro, karena
produk ini paling banyak diproduksi dan diminati oleh para konsumen.
2. Proses produksi
Proses produksi sandal ardiles pada PT Chii Meeng Utama Surabaya
merupakan proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi yang siap untuk
dijual. Peralatan serta bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses produksi
adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan adalah kalsium, karet seer, eva dan PE.
2. Bahan penolong
Bahan penolong yang digunakan terdiri dari blowing, STR 100, pewarna
khusus, DOB.
3. Peralatan yang dipakai oleh divisi sepon dalam proses pemasakan
1. Mesin pemasak
45
Mesin ini berfungsi untuk memasak semua bahan baku dengan suhu
TOO derajat, yaitu langsung dicampur dengan bahan kimia serta
pewarna sesuai dengan pesanan. Setelah itu bahan tersebut dapat
diangkat dan berupa lembaran sepon setengah jadi yang masih kasar.
2. Mesin rol I
Mesin ini berfungsi untuk menghaluskan lembaran sepon pada mesin
rol I dengan lama putaran sebanyak enam kali.
3. Mesin rol II
Mesin ini berfungsi untuk lebih menghaluskan lembaran-lembaran
sepon yang telah diproses pada mesin rol I. Waktu yang digunakan
sama dengan waktu pada mesin rol I dan mesin ini digunakan untuk
meyakinkan bahan yang telah diolah tersebut telah mengkilat dan
halus.
4. Mesin rol III
Mesin ini merupakan mesin penghalus tahap akhir di mana pada proses
ini dinyatakan bahwa bahan kimia tadi telah tercampur dengan
sempurna dan halus.
5. Mesin pemotong
Setelah melalui penghalusan lembaran sepon pada mesin rol III, maka
selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pemotong yang bekerja secara
otomatis sesuai dengan urutan dan bentuk yang telah direncanakan.
6. Mesin timbangan
46
Setelah melalui proses pemotongan maka hasil pemotongan tersebut
dikirim ke mesin timbangan untuk diperiksa oleh Quality Control agar
hasilnya sesuai dengan standar yang ditentukan.
7. Mesin press
Cara kerjanya hampir sama dengan mesin pemasak yaitu dengan
memanaskan lebih dahulu hingga mencapai 100 derajat. Sepon-sepon
yang telali ditimbang tadi dimasukkan dalam cetakan matras untuk
dipress menjadi sepon setengah jadi.
8. Mesin pendingin
Merupakan proses pendinginan dari mesin press, kemudian diletakkan
dalam palet-palet kayu. Dari mesin pendingin mi lembaran-lembaran
tersebut ditransfer ke divisi sandal untuk penyelesaiannya.
4, Peralatan yang dipakai oleh divisi sandal dalam pembuatan sandal
1. Mesin plong
Digunakan untuk pengeplongan bahan baku untuk bahan sandal.
2. Mesin open
Sepon-sepon setelah diplong lalu diopen dan dipress dengan matras
yang berbentuk kaki.
3. Mesin press merk
Kap-kap yang telah diplong, dipress dengan merk Ardiles.
4. Mesin jahit
Kap-kap sandal yang sudah dipress merk lalu di kirim ke mesin jahit
untuk dijahit tepi-tepinya sesuai dengan bentuk-bentuk sandalnya.
47
5. Mesin kompreyor pengeleman
Sepon-sepon yang telah diopen dikirim ke kompreyor untuk dilem
antara dasar sandal sepon dengan kapnya.
6. Mesin open pengeringan
Setelah pengeleman selesai, sandal Ardiles dimasukkan ke mesin open
pengeringan lem. Setelah kering ditempelkan satu dengan yang lain di
mana telah berbentuk sandal.
7. Press tekan
Press tekan ini berat tekannya seberat 150 kg, sandal-sandal yang
sudah dilem dimasukkan ke mesin press supaya lemnya benar-benar
lengket dan tidak mudah lepas.
8. Selep halus
Penyelesaian pada tepi-tepi sandal supaya halus dan rapi.
9. Packing
Setelah diselep halus kemudian dikirim ke packing untuk diperiksa
oleh Quality Control, untuk dipilih produk-produk yang kualitasnya
ekspor dan kualitas non ekspor. Setelah diperiksa oleh Quality Control
dengan teliti dan menunjukkan bahwa semua bahan baik, dimulailah
pengepakan dalam satu kardus yang berisi satu dozen dan satu kardus
yang berisi satu kodi.
Divisi Sandal
48
GAMB AR 2
ALUR PROSES PRODUKSI
PT. CHII MEENG UTAMA SURABAYA
Divisi Sepon
MESINPENDINGIN
BAHANBAKU
MESINPEMASAK
MESIN ROL.I
MESINPRESS
MESIN ROL.II
MESINTIMBANG
MESIN ROL.HI
MESINPEMOTONG
PACKING
LEMBARANSEPON
MESINPOTONG
MESINOPEN
PRESSMERK
SELEPHALUS
MESINJAHIT
MESINKOMPREYER
PRESSTEKAN
MESIN OPENPENGERING
Sumber data: Bagian Produksi
49
4.2. DESKRIPSIHASILPENELITIAN
Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, maka
diambil data-data relevan yang berhubungan dengan harga transfer. Data-data
tersebut antara lain:
1. Jumlah produksi yang dihasilkan oleh kedua divisi pada tahun 1999.
2. Frekwensi penjualan yang dilakukan oleh tiap divisi pada tahun 1999.
3. Data biaya yang dikeluarkan oleh tiap divisi pada tahun 1999.
4. Kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan harga transfer antar
divisinya.
5. Laporan laba-rugi tiap-tiap divisi yang dihasilkan pada tahun 1999.
4.2.1. Volume dan jenis produksi
Pada tahun 1999, volume produksi yang dihasilkan oleh divisi sepon
sebesar 2.490.759 lembaran sepon setengah jadi. Sedangkan untuk divisi sandal,
volume produksi yang dihasilkan adalah sebesar 849.000 pasang sandal Ardiles
Velcro. Volume dan jenis produksi kedua divisi selama tahun 1999 disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1
DIVISI SEPON & DIVISI SANDAL
Volume dan jenis produksi
Tahun 1999
Tahun
1999
1999
Divisi
Sepon
Sandal
Hasil Produksi
Sepon Lembaran Setengah Jadi
Sandal Ardiles Velcro
Jumlah
2.490.759 lbr
849.000 ps
Sumber data: Bagian Produksi Divisi Sepon & Bagian Produksi Divisi Sandal
50
4.2.2. Volume penjualan
Untuk divisi sepon, penjualannya terbagi menjadi dua, yaitu penjualan
atau transfer ke divisi sandal dan penjualan keluar atau ke konsumen. Di sini,
untuk transfer ke divisi sandal dibutuhkan sebanyak 1.120.841 lembar sepon
setengah jadi dan sisanya sebesar 1.369.918 lembar sepon setengah jadi dijual
keluar atau ke konsumen.
Sedangkan untuk divisi sandal, penjualannya sebesar 798.650 pasang
sandal Ardiles Velcro. Pada divisi sandal, penjualannya hanya untuk pihak luar
atau konsumen saja.
Volume penjualan kedua divisi selama tahun 1999 disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 2
DIVISI SEPON & DIVISI SANDAL
Volume Penjualan
Tahun 1999
Tahun
1999
1999
Keterangan
Sepon Lembaran Setengah Jadi
Sandal Ardiles Velcro
Penjualan
InternalEksternal
Eksternal
Jumlah
1.120.84 t/Ibr1.369.918/lbr
798.650/ps
Sumber data : Bagian Penjualan Divisi Sepon & Bagian Penjualan Divisi Sandal
51
4.2.3. Data biaya divisi sepon dan divisi sandal
Dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh kedua divisi dikelompokkan
menjadi dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Di
samping itu, kedua divisi dibebani biaya umum dari kantor pusat yang merupakan
biaya terkendali pusat pertanggungjawaban tersebut. Biaya terkendali tersebut
sebesar 5 % atas laba yang dihasilkan oleh tiap divisi pada tahun sebelumnya.
Diketahui laba untuk divisi sepon pada tahun 1998 adalah sebesar Rp.
1.853.440.000 dan laba untuk divisi sandal pada tahun 1998 adalah sebesar Rp.
1.905.465.000. Berikut data biaya dari kedua divisi pada tahun 1999 :
Tabel 3DIVISI SEPON
Data BiayaTahun 1999
Biaya Produksi- Biaya bahan baku- Biaya tenaga kerja langsung- Biaya overhead produksiTotal biaya produksi
Biaya Non ProduksiBiaya umum dan administrasi- Gaji- Penyusutan mesin- Penyusutan peralatan kantor- Pajak bumi dan bangunan- Biaya listrik- Biaya telepon- Alokasi biaya terkendali- Biaya Iain-lainTotal biaya umum dan adminislrasi
Biaya Penjualan- Gaji bagian penjualan- Biaya angkut penjualan- Komisi dan potongan tunai- Biaya promosi- Biaya penagihan- Etiket dan pembungkus- Biaya Iain-lainTotal biaya penjualanTotal biaya divisi sepon
Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.
2.653.550.500686.933.900820.850.314
320.350.00082.275.30011.546.25033.226.50035.350.00042.250.25092.672.00052.150.000
1.50.750.00095.050.00075.560.25056.200.00010.225.500
122.275.40043.450.000
Rp.
Rp.
Rp.Rp.
4.161.334.714
669.820.300
553.511.1505.384.666.164
Sumber data: bagian keuangan divisi sepon
Tabel 4DIVISI SANDAL
Data BiayaTahun 1999
52
Biaya Produksi- Biaya bahan baku- Biaya tenaga kerja langsung- Biaya overhead pabrikTotal biaya produksi
Biaya Non ProduksiBiaya Umum dan Administrasi-Gaji- Penyusutan mesin- Penyusutan peralatan kantor- Pajak bumi dan bangunan- Alokasi biaya terkendali- Biaya Iain-lainTotal biaya umum dan administrasi
Biaya penjualan- Gaji bagian penjualan- Biaya angkut penjualan- Komisi dan potongan tunai- Biaya cap dan kemasan- Biaya promosi- Penagihan- Biaya listrik dan telepon- Biaya Iain-lainTotal biaya penjualanTotal biaya divisi sandal
Rp.Rp.Rp.
Rp.RpRp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.RpRp.Rp.Rp.Rp.
4.482.770.0001.223.785.5002.573.395.200
650.135.00083.500.00018.223.30044.200.00095.273.25077.787.500
320.475.000103.200.00077.343.20098.600.000
120.000.00032.750.000
292.737.20048.200.500
Rp. 8.279.950.700
Rp. 969.099.050
Rp. 1.093.305.900Rp. 10.342.355.650
Sumber data: bagian keuangan divisi sandal
53
4.2.4. Kebijaksanaan penentuan harga transfer
1. Operasi Transfer Produk
Dengan didirikannya divisi sepon, maka kebutuhan bahan baku utama
divisi sandal yang berupa sepon lembaran setengah jadi dengan mudah dapat
dipenuhi Untuk meningkatkan kinerja masing-masing divisi, maka divisi
sepon dan divisi sandal diperlakukan sebagai pusat laba di mana manajer
masing-masing divisi bertanggungjawab terhadap laba yang dihasilkan.
Persentase produk yang dihasilkan dari divisi sepon sebesar 45 %
ditransfer ke divisi sandal dan sisanya sebesar 55 % dijual ke pihak luar
(eksternal). Adapun proses transfer yang terjadi antara kedua divisi tersebut
dijelaskan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 3
BAGAN OPERASI TRANSFER PRODUK
Divisi Sepon Divisi Sandal
Eksternal Konsumen Agen
2. Kebijaksanaan penentuan harga transfer perusahaan
Kebijaksanaan transfer yang dilakukan oleh perusahaan adalah :
• Harga yang dibebankan terhadap produk yang ditransfer adalah sebesar
harga pokok produksi yang didasarkan atas biaya sesungguhnya.
54
Pemilihan metode ini didasarkan atas kemudahan dalam mencatat nilai
transfer yang terjadi. Besamya harga transfer per-unit dari divisi sepon adalah
sebagai berikut:
- Biaya bahan baku xxx
- Biaya tenaga kerja lansung xxx
- Biaya overhead pabrik
Harga pokok produksi xxx
Dengan demikian diperoleh harga transfer per unit adalah :
Harga pokok produksiHarga transfer per-unit =
Jumlah unit
Perhitungan harga pokok produksi per-unit adalah sebagai berikut
Tabel 5DIVISI SEPON
Perhitungan Harga Pokok ProduksiTahun 1999
Harga Pokok Produksi.- Biaya bahan baku- Biaya tenaga kerja langsung- Biaya overhead pabrikHarga Pokok ProduksiUnit yang diproduksiHarga Pokok Produksi per-unit
Rp.Rp.Rp.Rp.2.490Rp.
2.653.550.500686.933.900820.850.314
4.161.334.714759 lernbar
1.670,7
Sumber data: Bagian keuangan PT Chii Meeng Utama Surabaya
Tabel 6DIVISI SANDAL
Perhitungan Harga Pokok ProduksiTahun 1999
Harga Pokok Produksi :- Biaya bahan baku- Biaya tenaga kerja langsung- Biaya overhead pabrikHarga Pokok ProduksiUnit yang diproduksiHaraa Pokok Produksi oer-unit
Rp.Rp.Rp.Rp.849.RD.
4.482.770.0001.223.785.5002.573.395.2008.279.950.700
000 pasang9.752.6
Sumber data: Bagian keuangan PT Chii Meeng Utama Surabaya
55
4.2.5. Pengukuran kemampulabaan
Di dalam mengukur kemampulabaannya, perusahaan menggunakan laba
divisi sebagai dasar untuk menilai kinerja manajer divisi. Cara ini dilakukan
dengan mencatat seluruh biaya yang terjadi, baik secara langsung maupun tidak
langsung sehubungan dengan kegiatan divisi tersebut.
Kelemahan utama dari metode yang digunakan oleh perusahaan ini adalah
bahwa cara ini tidak dapat digunakan untuk mengukur prestasi ekonomis secara
akurat, karena tidak memperhitungkan biaya lain yang terjadi sehubungan dengan
kegiatan divisi.
Dengan menggunakan metode harga transfer berdasarkan atas
kebijaksanaan manajemen puncak ( harga pokok produksi tanpa ada unsur laba ),
divisi sepon tidak mendapatkan laba dari operasi transfer yang terjadi. Laba hanya
diperoleh dari penjualan produk ke pihak eksternal. Hal ini mengakibatkan divisi
sepon tidak termotivasi untuk mengoptimalkan laba divisinya. Di samping itu,
untuk sebuah pusat pertanggungjawaban yang dinilai prestasinya berdasarkan laba
yang dihasilkan, metode ini tidak akan memberikan hasil yang memuaskan
sehingga tidak akan dapat tercapai tujuan perusahaan secara optimal.
Berikut ini disajikan Perhitungan Laba-Rugi masing-masing divisi:
56
Tabel 7
DIVISI SEPON
Laporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
Pendaoatan
Produk transfer :
Sepon lembaran 'A jadi
(1.120.841 ibrxRp. 1.670,7)
Penjualan:
Sepon lembaran Vi jadi
(1.369.918 IbrxRp. 3150 )
Total pendapatan
Biava
Biaya produksi:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Total biaya produksi
Biaya non produksi:
Biaya adminisrrasi dan umum
Biaya penjualan
Total biaya non produksi
Total biaya divisi sepon
Laba divisi
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
1.872.589.058
4.315.241.700
Rp. 6.187.830.758
2.653.550.500
686.933.900
820.850.314
4.161.334.714
669.820.300
553.511.150
1.223.331.450
(Up. 5.384.666.164)
Rp. 803.164.594
Sumber data: Bagian keuangan PT Chii Meeng Utama Surabaya
57
Tabel 8
DIVISI SANDAL
Laporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
Tendaoatan
Penjualan :
Sandal Ardiles Velcro
( 798.650 ps x Rp. 18.000)
Biava
Biaya produksi:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Total biaya produksi
Biaya non produksi;
Biaya administrasi dan umum
Biaya penjualan
Total biaya non produksi
Total biaya
Laba divisi
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp. 14.375.700.000
3.701.808.558
1.223.785.500
2.573.395.200
7.498.989.258
969.099.050
1.093.305.900
2.062.404,950
(Rp. 9.561.394.208')
Rp. 4.814.305.792
Sumber data: Bagian keuangan PT Chii Meeng Utama Surabaya
58
4.3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, penulis akan menguraikan
secara lebih terperinci sebagai berikut:
a. Evaluasi atas kebijakan penentuan harga transfer pada PT. Chii Meeng Utama
Surabaya.
Dalam bagian ini dilakukan evaluasi mengenai kebijakan perusahaan
sehubungan dengan harga transfer antara divisi sepon dengan divisi sandal.
Evaluasi dilakukan dengan mengidentifikasi kebaikan dan kelemahan atas
kebijaksanaan harga transfer yang ditetapkan perusahaan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Tidak mengurangi otonomi masing-masing divisi atau pusat laba.
2. Penentuan harga transfer yang iayak, sehingga masing-masing manajer
divisi terdorong untuk melakukan transfer atas produknya.
3. Kesesuaian tujuan antara masing-masing divisi dengan tujuan perusahaaan
secara keseluruhan.
Keiebihan dari metode yang diterapkan perusahaan saat ini adalah:
1. Biaya sesungguhnya dapat ditentukan dengan relatif pasti.
2. Pada PT. Chii Meeng Utama Surabaya, yang menggunakan metode biaya
sesungguhnya, data biaya dapat disediakan dengan mudah dan cepat.
3. Memudahkan penentuan harga produk yang sifatnya unik.
Sedangkan kelemahan dari metode yang diterapkan oleh perusahaan adalah :
1. Dengan menggunakan metode biaya sesungguhnya menyebabkan nilai
transfer untuk produk yang ditransfer menjadi lebih rendah dibandingkan
59
dengan harga pasarnya, sehingga terdapat selisih harga jual yang
seharusnya dimiliki oleh divisi penjual ( divisi sepon ).
Tabel 9
Selisih harga transfer dengan harga pasar
Tahun 1999
Harga pasar kompetitif Rp. 3.150
Harga transfer Rp. 1.670,7
Selisih rulai jual Rp. 1.479,3
Sumber data; Dari tabel 7 yang diolah oleh penulis
2. Divisi pembeli (divisi sandal) mendapatkan keuntungan dari niiai transfer
yang ditetapkan oleh perusahaan karena harga transfer yang diberikan
berdasarkan pada biaya sesungguhnya atau sebesar harga pokok
produksinya tanpa memasukkan unsur laba.
3. Untuk divisi penjual ( divisi sepon ) tidak memperoleh keuntungan
sehingga kebijaksanaan perusahaan untuk menetapkan kedua divisi
sebagai pusat laba tidak tercapai. Dengan demikian tujuan pengukuran
terhadap kinerja manager tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Penggunaan metode seperti yang diterapkan oleh perusahaan Chii Meeng
Utama Surabaya ini akan berhasil apabila terdapat kondisi sebagai berikut:
1. Pada pasar kompetitif tidak terdapat harga jual atau produk yang sesuai
yang dapat menggantikan sebagai barang substitusi.
2. Produk tersebut mempunyai formula rahasia yang tidak dipunyai oleh
produk pengganti yang lain.
3. Apabila kedua divisi bukan merupakan pusat laba.
b. Alternatif penentuan harga transfer.
Untuk menentukan metode harga transfer yang tepat bagi perusahaan dan
untuk penilaian kinerja manajer supaya sesuai dengan responsibility center, maka
hams dibandingkan tiap-tiap metodenya sehingga dapat disimpulkan metode
mana yang terbaik bagi PT. Chii Meeng Utama Surabaya.
4.3.1. Perbandingan berbagai metode harga transfer dalam menghasilkan
laba tiap divisi
Berikut ini perbandingan tiap-tiap metode harga transfer:
L Harga transfer berdasarkan atas harga pasar (market transfer prices ) .
Divisi Sepon
Perhitungan dengan metode harga pasar pada divisi sepon:
Harga pasar untuk setiap lembaran sepon 14 jadi sebesar Rp, 3.J50.
Apabiia nilai transfer diberikan sebesar harga pasarnya, maka dapat dipastikan
keuntungan atau laba pada divisi sepon semakin meningkat.
Berikut laporan laba-rugi apabila nilai transfer dikenakan berdasarkan atas
harga pasar:
61
DIVISI SEPONLaporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanProduk transfer :
Sepon lembaran lA jadi(Ll20.8411brxRp. 3.150)
Penjualan :Sepon lembaran VT. jadi(1.369.918 lbrxRp. 3.150)
Total pendapataaBiavaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biaya divisi seponLaba divisi
Rp.
Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
3.530
4.315
2.653686820
4.161
669553
1.223
.649.150
.241.700
Rp.
.550.500
.933.900
.850.314
.334.714
.820.300
.511.150
.331.450(Rp.Rp.
7.845.890.850
5.384.666.164)2.461.224.686
Dengan menggunakan metode transfer berdasarkan atas harga pasar, sisi
positifnya yaitu didapat laba pada divisi sepon pada tahun 1999 sebesar
Rp.2.461.224.686. Sedangkan secara aktual divisi sepon pada tahun 1999
memperoieli laba sebesar Rp. 803.164.594. Selisih antara penggunaan metode
transfer berdasarkan atas harga pasar dengan metode transfer yang diterapkan
oieh perusahaan saat ini adalah Rp. 1.658.060.092. Dengan selisih sebesar ini,
secara otomatis apabila keuntungan sebesar ini didapat oleh divisi sepon,
maka akan memotivasi manajer untuk bisa bekerja secara maksimal karena
pengukuran kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh divisinya.
Divisi Sandal
Dengan nilai transfer berdasarkan atas harga pasar, dampak negatif yang
ditimbulkan bagi divisi sandal adalah berkurangnya laba yang diterima karena
62
disebabkan oleh tingginya nilai transfer dari divisi sepon, dengan asumsi
penjualan ke pihak luar tetap dengan harga sebesar Rp. 18.000. Berikut ini
laporan laba-rugi divisi sandal pada tahun 1999 :
DIVISI SANDALLaporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanPenjualan:
Sandal Ardiles Velcro( 798.650 psxRp. 18.000)
BiavaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biayaLaba divisi
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
5.1.2.9.
1.2.
Rp. 14.375.700.000
359.868.650223.785.500573.395.200157.049.350
969.099.050093.305.900062.404.950
(Rp. 11.219.454.300)Rp. 3.156.245.700
Penyebab dari berkurangnya laba divisi sandal apabila menggunakan
metode transfer berdasarkan atas harga pasar adalah nilai transfer yang begitu
tinggi dari divisi penjual ( divisi sepon ) sehingga menyebabkan biaya bahan
baku menjadi besar. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi divisi sandal karena
dengan semakin besarnya jumlah bahan baku, sedangkan harga jualnya tetap
maka akan mengakibatkan laba divisi sandal menjadi semakin kecil. Kecuali
apabila divisi sandal menaikkan harga jual produknya sehubungan dengan
naiknya harga transfer tersebut
2. Harga transfer berdasarkan atas perhitungan biaya (full cost atau
vatiabelcbit).
63
Divisi Sepon
Apabila menggunakan metode transfer berdasarkan atas perhitungan biaya,
untuk full cost harga transfemya dapat dicari dengan perhitungan sebagai
berikut:
Total biaya divisi sepon ( Tabel 3 ) sebesar Rp. 5.384.666.164
Total produksi untuk sepon lembaran Yi jadi sebanyak 2.490.759 Iembar.
Rp. 5.384.666.164Harga transfer/lembar = = Rp. 2.161,9
2.490.759
Dengan harga transfer sebesar Rp. 2.161,9 /lembarnya, maka laba yang
dapat diperoleh divisi sepon adalah sebagai berikut:
DIVISI SEPONLaporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendaoatanProduk transfer:
Sepon lembaran 'A jadi( 1.120.841 ibrxRp. 2.161,9)
Penjualan:Sepon lembaran Vi jadi(1.369.918 IbrxRp. 3.150)
Total pendapatanBiayaBiaya produksi.
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umutnBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biaya divisi seponLaba divisi
Rp.
Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
2.423.146.157
4.315.241.700
Rp. 6.738.387.857
2.653.550.500686.933.900820.850.314
4.161.334.714
669.820.300553.511.150
1.223.331.450(Tip. 5.384.666.164)Rp. 1.353.721.693
64
Dengan menggunakan metode harga transfer yang berdasarkan atas full
cost (biaya penuh) maka didapat laba sebesar Rp. 1.353.721.693.
Perhitungan laba rugi untuk transfer produk pada Divisi Sepon
berdasarkan atas variabel cost adalah sebagai berikut:
Total biaya variabeJ divisi sepon adalah sebesar Rp.4.282.089.002
Total produksi untuk sepon lembaran lA jadi sebanyak 2.490.759 lembar.
4.282.089.002Harga transfer/lembar =
2.490.759
Rp. 1.719,2
Dengan diperolehnya harga transfer berdasarkan atas biaya variabel sebesar
Rp. 1.719,2 maka dapat diperoleh laba bagi divisi sepon dalam laporan rugi
laba sebagai berikut:
DIVISI SEPONLaporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanProduk transfer :
Sepon lembaran Vi jadi{ 1.120,841 IbrxRp. 1.719,2)
Penjualan:Sepon lembaran '/2 jadi(1.369.918 IbrxRp. 3.150)
Total pendapatanBiavaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenagakejaJangsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biaya divisi seponLaba divisi
Rp.
Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.
1.926.949.847
4.315.241.700
Rp. 6.242.191.547
2.653.550.500686.933.900820.850.314
4.161.334.714
669.820.300553.511.150
1.223.331.450(Rp. 5.384.666.164)Rp. 857.525.383
65
Dengan demikian laba yang diperoleh oleh divisi sepon apabila menggunakan
harga transfer yang berdasarkan atas biaya variabei adalah sebesar
Rp. 857.525.383
Antara perhitungan menggunakan trtetode full cost dengan perhitungan
menggunakan metode variabei cost perbedaannya, laba lebih besar dengan
menggunakan metode full cost sebab divisi sepon mendapatkan keuntungan
atas transfer biaya non produksinya ke divisi sandal.
Divisi Sandal
Sedangkan bagi divisi sandal, apabila perusahaan menerapkan metode
harga transfer berdasarkan atas biava ( full cost) maka laporan laba rugi yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
DIVISI SANDAL
Laporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanPenjualan
Sandal Ardiles Velcro( 798.650 psxRp. 18.000)
BiayaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biayaLaba divisi
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
Rp. 14.375.700.000
4.252.365.6571.223.785.5002.573.395.2008.049.546.357
969.099.0501.093.305.9002.062.404.950
(Rp. 10.111.951.300)Rp. 4.263.748.700
Dengan menggunakan metode harga transfer berdasarkan atas biaya (full
cost) maka didapatkan laba pada divisi sandal sebesar Rp. 4.263.748.700.
66
Sedangkan untuk penggunaan harga transfer dengan metode biaya
(variabel cost) maka laporan laba-rugi untuk divisi sandal adalah sebagai
berikut:
DIVISI SANDAL
Laporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanPenjualan:
Sandal Ardiles Velcro( 798.650 ps x Rp. 18.000)
BiavaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi :
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biayaLaba divisi
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
Rp. 14.375.700.000
3.756.169.3471.223.785.5002.573.395.2007.553.350.047
969.099.0501.093.305.9002.062.404.950
(Rp. 9.615.754.997)Rp. 4.759.945.003
Dengan menggunakan metode harga transfer berdasarkan atas biaya
(variabel cost) maka didapatkan laba pada divisi sandal sebesar
Rp. 4.759.945.003.
Perbedaan antara perhitungan dengan menggunakan metode full cost
dengan metode variabel cost, labanya lebih besar dengan menggunakan
metode variabel cost sebab persentase jumlah biaya yang ditransfer oleh divisi
sepon kepada divisi sandal lebih besar dengan menggunakan metode full cost.
3, Metode harga transfer berdasarkan atas negosiasi.
Untuk metode harga transfer berdasarkan atas negosiasi, penulis
memberikan ide untuk penetapan harga transfernya. Apabila di dalam suatu
67
perusahaan terdiri dari divisi-divisi, dan antar divisi tersebut saling melakukan
transfer, maka sebaiknya kedua divisi tersebut diperlakukan sebagai pusat
laba. Maksudnya bahwa transfer yang dilakukan oleh tiap-tiap divisi kepada
divisi yang lain dalam suatu perusahaan harus adil Sebab di dalam suatu pusat
pertanggungjawaban, diharapkan adanya suatu laba yang maksimum dengan
nilai transfer yang adiL antar divisi yang saling terlibat dalam transaksi.
Untuk itu penulis mencoba membantu mencarikan solusi bagi masing-
masing divisi supaya tiap-tiap divisi dapat mengoptimalkan labanya dengan
nilai transfer yang adil.
Untuk tnetode berdasarkan atas persetujuan atau negosiasi ini, masing-
masing pihak yaitu divisi sepon dan divisi sandal harus benar-benar
menerapkan perhitungan yang tepat supaya masing-masing divisi tidak saling
dirugikan.Untuk itu manager masing-masing divisi harus mengerti bagaimana
menentukan harga transfer secara adil.
Pedoman yang paling baik untuk dijadikan sebagai landasan bagi
perhitungan harga transfer yang adil adalah dengan menggunakan harga pasar
sebagai pembandingnya.
Di sini, dapat kita lihat bahwa. harga pasar untuk lembaran sepon V2 jadi
per lembarnya adalah sebesar Rp. 3.150,00. Sedangkan nilai transfer yang
diberikan oleh pihak PT. Chii Meeng Utama Surabaya kepada divtsi-seponnya
adalah sebesar Rp. 1.670,7. Jadi untuk adilnya, supaya kedua divisi
mendapatkan laba untuk produksinya dapat dihitung dengan rata-rata sebagai
berikut:
68
Divisi sepon
Diketahui: Harga pasar untuk lembaran sepon l/2 jadi sebesar Rp. 3.150/lbr
Harga transfer yang ditetapkan oleh perusahaan untuk lembaran
sepon Vi jadi saat ini sebesar Rp. 1.670,7/lbr
Perhitungan harga transfernya adalah sebagai berikut:
Harga pasar + harga transfer aktual
Harga transfer/lembar =2
Rp. 3.150 + Rp 1.670,7
Rp. 4.820,7
2
Rp. 2.410,35
Dengan demikian harga transfer yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 2.410,35
Berikut perhitungan laba rugi untuk divisi sepon dan divisi sandal:
DIVISI SEPONLaporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendaDaranPToduk transfer:
Sepon lembaran V2 jadi(1.120.841 IbrxRp. 2.410,35
Penjualan :Sepon lembaran V2 jadi(1.369.918 IbrxRp. 3.150)
Total pendapatanBiayaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biaya divisi seponLaba divisi
Rp.)
Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
2
4
2.
4.
1.
701.619
315.241
653.550686.933820.850161.334
669.820.553.511.223.331.
104
700
Rp. 7.016.860.804
500900314714
300150450
(Rp. 5.384.666.164)Rp. 1.632.194.640
69
Jadi apabila dengan menggunakan metode transfer berdasarkan negosiasi,
laba divisi sepon adalah sebesar Rp. 1.632.194.640
Divisi sandal
Sedangkan untuk divisi sandal, perhitungan laba divisinya sebagai berikut:
DIVISI SANDAL
Laporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendaoatanPenjualan :
Sandal Ardiles Velcro( 798.650 psxRp. 18.000)
BiayaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biayaLaba divisi
RpRp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
Rp. 14.375.700.000
4.530.838.6041.223.785.5002.573.395.2008.328.019.304
969.099.0501.093.305.9002.062.404.950
CRp. 10.390.424.250)Rp. 3.985.275.750
Jadi, laba divisi sepon lebih besar daripada laba divisi sandal sebab divisi
sepon mendapatkan laba untuk penjualan internnya, sehingga divisi sepon
mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp. 739,65/lembarnya.
4. J^etode harga transfer berdasarkan atas dual transfer prices.
Dalam penggunaan metode harga transfer yang berdasarkan atas dual
jteaasfer prices, terdapat beberapa pendekatan di dalam menetapkan harga
tpss&mya, yaitu:
70
1. Divisi yang memproduksi menggunakan harga transfer berdasarkan atas
harga pasar, cost-plus, negosiasi, ataupun arbiter dalam menghitung
pendapatannya dari penjualan intern perusahaan.
2. Biaya tetap dari divisi produksi ditransfer ke divisi pembeli.
3. Total laba divisi akan lebih besar daripada laba perusahaan secara
keseluruhan, dan laba yang ditetapkan pada divisi produksi akan
dieliminasi dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan secara
keseluruhan dan untuk pajak penghasilan.
Berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut, maka dapat dihasilkan suatu
langkah dalam penentuan metode harga transfer yang berdasarkan atas dual
transfer prices sebagai berikut:
1. Menentukan metode harga transfer berdasarkan atas negosiasi sebagai
perhitungan nilai transfernya bagi divisi penjua! (divisi sepon ).
Harga negosiasi untuk lembaran sepon Vz jadi seharga Rp 2.410,35/lembar
Banyaknya lembaran sepon Vi jadi yang ditransfer ke divisi pembeli (divisi
sandal) adalah sebanyak 1.120.841 lembar.
Dengan demikian perhitungan laba-rugi untuk divisi sepon adalah :
71
DIVTSJ SEPONLaporan laba-rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanProduk transfer:
Sepon tembaran V2 jadi( 1.120.841 lbrxRp. 2.410,35)
Penjualan:Sepon lembaran Vi jadi( 1.369.918 lbrxRp. 3.150)
Total pendapatanBiayaBiaya produksi variabel:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead variabel• Listrik• Bahan bakar• Perbaikan dan perawatan mesin
Total biaya produksi variabel
Biaya non produksi variabel:Biaya Umum dan Administrasi
Alokasi biaya terkendaliTotal biaya umum dan administrasi
Biaya PenjualanBiaya angkut penjualanKomisi dan potongan tunaiEtiket dan pembungkus
Total biaya penjualanTotal biaya variabel divisi seponLaba divisi
Rp.
Rp.
Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp
Rp.Rp.Rp.Rp.
2.701.619.104
4.315.241.700
Rp. 7.016.860.804
2.653.550.500686.933.900
341.718.274119.929.43194.390.267
(Rp. 3.896.522.372)
92.672.00092.672.000
95.050.00075.560.250
122.275.400292.885.650
fRp. 385.557.650)Rp. 2.734.780.782
Untuk divisi sepon (dengan memakai dual transfer prices ), biaya tetapnya
ditransfer ke divisi sandal ( selaku divisi pembeli ). Sehingga dengan
demikian laba yang dihasilkan oleh divisi sepon adalah sebesar Rp.
2.734.780.782
2. Sedangkan untuk divisi sandal, biaya tetap dari divisi sepon dimasukkan
sebagai biaya, bersama-sama dengan bagian biaya divisi sandal lainnya.
Berikut perhitungan laba-rugi dari divisi sandal:
72
DIVISI SANDALLaporan Laba-Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendaoatanPenjualan:
Sandal Ardiles Velcro( 798.650 ps x Rp. 18.000 )
BiavaBiaya produksi:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi :
Biaya adtninistrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiTotal biayaBiava tetaD divisi seDonBiaya produksi:
Biaya Fixed Overhead:• Tenaga kerja tidak langsung• Perbaikan dan perawatan mesin• Listrik• Bahan bakar• Air
Total biaya produksi tetapBiaya non produksi:Biaya umum dan administrasi
GajiPenyusutan alat kantorPenyusutan mestnPajak Bumi dan BangunanBiaya listrikBiaya teleponBiaya Iain-lain
Total biaya umum dan administrasiBiaya penjualan
GajiBiaya promosiBiaya penagihanBiaya Iain-lain
Total biaya penjualanTotal biaya non produksiTotal biaya tetap divisi seponLaba divisi
Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.
Rp. 14.375.700.000
4.530.838.6041.223.785.5002.573.395.2008.328.019.304
969.099.0501.093.305.9002.062.404.950
(Rp. 10.390.424.250)
248.846.60769.833
152.22680.569
15.663.107264.812.342
320.350.0001.1.546.25082.275.30033.226.50035.350.00042.250.25052.150.000
577.148.300
150.750.00056.200.00010.225.50043.450,000
260.625.500837.773.800
fRp. 1.102.586.142)Rp. 2.882.689.608
Dengan demikian maka dihasilkan laba untuk divisi sandal adalah sebesar
Rp. 2.882.689.608
73
5. Metode harga transfer berdasarkan atas Arbitrasi.
Metode ini digunakan jika tidak tercapai kesepakatan antar manajer divisi
dalam penentuan harga transfernya. Pada metode ini diperlukan bantuan dari
pihak ketiga untuk mengarbritasi harga transfer supaya masing-masing
manajer divisi dapat saling melakukan transaksi kembali.
Di sini penulis mencoba untuk menjadi pihak ketiga untuk membanfu
menyelesaikan masalah mengenai penentuan harga transfer masing-masing
divisi.
Berdasarkan atas bagan operasi transfer produk, disebutkan bahwa divisi
sepon melakukan transfer atas produknya sebesar 45 % kepada pihak internal
dan sebesar 55 % kepada pihak eksternal. Disini apabila tidak terjadi
kesepakatan antara divisi sepon dengan divisi sandal, dan kedua divisi lalu
mengambil cara-cara:
1. Divisi sandal membeli bahan baku seponnya dari luar/pasar sebesar yang
dibutuhkan pada divisi sandal yaitu 45 % dari total produk divisi sepon.
2. Divisi sepon produknya hanya terjual sebesar 55 % saja, disebabkan
karena divisi sandal tidak mau mengambil produk yang ditawarkan oleh
divisi sepon.
Dengan kasus yang demikian maka pasti akan mengurangi laba dari masing-
masing divisi.
Berikut perhitungan laba kedua divisi apabila tidak terjadi kesepakatan antara
keduanya.
74
Divisi sepon
Penjualan ke ekstemai = 1.369.918 lbr
Total pendapatan apabila harga jual berdasarkan atas harga pasar :
Total pendapatan = 1.369.918 xRp. 3.150
= Rp. 4.315.241.700
Biaya tetap yang ditanggung oleh divisi sepon adalah sebesar Rp.
1.102.586.142
Estimasi biaya variabei yang ditanggung oleh divisi sepon (55% x Total biaya
variabel) adalah sebesar Rp. 2.355.144.012
Laporan Laba Rugi untuk divisi sepon adalah sebagai berikut:
DIVISI SEPON
Perkiraan Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
Pendapatan- Penjualan Rp. 4.315.241.700
(1.369.918 xRp.3.150)
BiavaTotal biaya tetap divisi sepon Rp. 1.102.586.142Total biaya variabel divisi sepon Rp. 2.355.144.012
Total biaya divisi sepon Rp. 3.457.730.154
Laba divisi sepon Rp. 857.511.546
Diperoleh laba untuk divisi sepon adalah sebesar Rp. 857.511.546. Jadi
biarpun divisi sepon tidak menjual ke internal tetapi hanya menjual ke
eksternal saja, dia masih mampu memperoleh laba.
Divisi sandal
Penjualan divisi sandal = 798.650 lbr
75
Pendapatan yang diterima divisi sandal
Pendapatan = 798.650 xRp. 18.000
Rp. 14.375.700.000
Biaya-biaya yang timbul pada divisi sandal:
DIVISI SANDAL
Data Biaya
Biaya Produksi- Biaya bahan baku- Biaya tenaga kerja langsung- Biaya overhead pabrikTotal biaya produksi
Biaya non produksi- Biaya Umum dan Administasi- Biaya PenjualanTotal biaya non produksi
Total biaya divisi sandal
Tahun
Rp.Rp.Rp.
Rp.Rp.
1999
5.359.868.6501.223.785.5002.573.395.200
Rp. 9.157.049.350
969.099.0501.093.305.900
Rp. 2.062.404.950
Rp. 11.219.454.300
Berikut perhitimgan laba yang didapatkan oleh divisi sandal
DIVISI SANDAL
Perkiraan Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanPenjualan( 798.650 xRp. 18.000)
BiavaTotal biaya divisi sandal
Laba divisi sandal
Rp.
Rp.
Rp.
14.375.700.000
11.219.454.300
3.156.245.700
Untuk divisi sandal, hal ini sangat menguntungkan bagi divisinya. Ini
terlihat dari laba yang dihasilkan. Laba yang dihasilkan oleh divisi sandal
76
lebih besar dibandingkan dengan laba yang dihasilkan oleh divisi sepon. Ini
dikarenakan volume penjualan divisi sandal lebih besar jika dibandingkan
dengan volume penjualan divisi sepon,
Sebagai pihak ketiga, penulis hanya menyarankan supaya tidak terjadi hal-
hal semacam ini, Sebab apabila terjadi hal-hal yang demikian efeknya tidak
hanya pada divisi tetapi juga pada perusahaan secara keselurunan. Oleh sebab
itu hendaknya manajemen pusat dapat memberikan petunjuk mengenai harga
transfer yang adil dengan memberikan kontribusi laba pada divisi-divisi yang
melakukan penjualan secara internal.
4.3.2. Alternatif pcnentuan harga transfer
Untuk alternatif penentuan harga transfer, penulis mencoba untuk
menentukan alternatif lain apabila terjadi ketidaksesuaian antar divisi. Alternatif-
alternatif tersebut dapat berupa perubahan pada penjualannya, misalnya penjualan
intern divisi sepon sebesar < 45 % yang berdasarkan atas harga pokok produksi
dan penjualan ekstern divisi sepon sebesar > 55 % yang berdasarkan atas harga
pasar. Dengan demikian dapat dicari penjualan dengan persentase mana yang
paling menguntungkan bagi kedua divisi maupun bagi perusahaan secara
keseluruhan dengan melihat pada contribution margin yang dihasilkan dari
masing-masing divisi.
Berikut perhitungan laba rugi yang dihasilkan oleh masing-masing divisi apabiia :
• Penjualan oleh divisi sepon untuk pihak internal sebesar 40 % (< 45 %) dan
pihak eksternal sebesar 60 % (>55 % )
Penjualan internal = 40 % x 2.490.759 Ibr
77
996.304 Ibr
Penjualan eksternal = 60 % x 2.490.759 Ibr
1.494.455
Harga pokok produksi (Tabel 5) = Rp. 1.670,7
Harga pasar untuk sepon lembaran Vi jadi = Rp. 3,150
Laporan Laba Rugi untuk divisi sepon adalah sebagai berikut:
DIVISI SEPON
Perkiraan Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendapatanPenjualan internal(996.304 Lbr x Rp. 1.670,7)Penjualan ekstemal(1.494.455 Ibr xRp. 3.150)
Total pendapatanBiaya
Biaya produksiBiaya non produksi
Total biayaLaba divisi
Rp.
Rp.
Rp.Rp.
1.664.525.092
4.707.533.250
Rp. 6.372,058342
4.161.334.7141.223.331.450
Rp. 5.384.666.164Rp. 987.392.178
Dengan penambahan persentase penjualan pada penjualan eksternal maka laba
yang dihasilkan oleh divisi sepon akan semakin meningkat, ini disebabkan
karena penjualan eksternal dari divisi sepon menggunakan harga pasar sebagai
harga jualnya.
Sedangkan bagi divisi sandal, perubahan persentase penjualan dari divisi
sepon ini merupakan kerugian bagi divisi sandal. Berikut laporan Laba Rugi
divisi sandal apabila divisi sepon menerapkan penjualan sebesar 40 % pada
penjualan internalnya:
78
DIVISI SANDAL
Perkiraan Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 1999
PendaoatanPenjualan(798.650 xRp. 18.000)
BiavaBiaya produksi:
Biaya bahan baku• Produk transfer infra divisi
( 996.304 Ibr x Rp. 1.670,7 )• Perabelian dari luar
(124.537 Ibr xRp. 3.150)• Bahan pembantu lainnyaTotal biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik
Total biaya produksiBiaya non produksi:
Biaya administrasi dan umumBiaya penjualan
Total biaya non produksiLaba divisi
Rp. L
Rp-
Rp. 1Rp. 3Rp. 1Rp. 2
Rp.Rp. I
Rp. 14.375.700.000
.664.525.092
392.291.550
.829.219.500
.886.036.142
.223.785.500
.573.395.200(Rp. 7.683.216.842)
969.099.050.093.305.900
(Rp. 2.062.404.950)Rp. 4.630.078.208
Dengan adanya perubahan persentase penjualan oleh divisi sepon, maka
menyebabkan berkurangnya laba bagi divisi sandal. Ini disebabkan karena
pembelian bahan baku oleh divisi sandal kepada pihak luar untuk menutupi
kekurangan bahan baku lembaran sepon Vz jadi yang seharusnya bisa dipenuhi
oleh divisi sepon.
4.3.3. Penilaian kinerja manajer tiap divisi
Untuk menilai kinerja manajemya, PT. Chii Meeng Utama Surabaya
menggunakan pusat laba sebagai pusat pertanggungjawaban, di mana laba divisi
digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja manajer divisinya. Dengan
79
menggunakan pusat laba sebagai alat untuk mengukur kinerja divisi, maka divisi
yang mempunyai laba terbesarlah yang mempunyai kinerja paling baik
Padahal, kenyataanya tidak demikian. Laba besar tidak dapat secara tepat
mengukur kinerja suatu divisi. Dengan melihat kenyataan tersebut, penulis
mencoba untuk menggunakan salah satu tipe pusat pertanggungjawaban lainnya.
Di sini, penulis menggunakan salah satu evaiuasi yaitu dengan
menggunakan Return on Investment ( ROI ) sebagai evaiuasi untuk mengukur
kinerja manajer divisi pada PT. Chii Meeng Utama Surabaya.
Berikut data mengenai assets operasi pada perusahaan :
Assets operasi pada divisi sepon
Aktiva Lanear:
Kas Rp. 4.225.315.795
Piutang Rp. 2.989.776.250
Aktiva Tetap:
Peralatan kantor Rp. 80.823.750
(-): Penyusutan alat kantor Rp, 11.546.250
Tanah Rp. 6.796.872.313
Bangunan Rp. 3.642.728.600
(-): Penyusutan bangunan Rp. 728.545.720
Mesin Rp. 1.480.955.400
(-): Penyusutan mesin Rp. 82.275.300
Total aktiva divisi sepon Rp. 18.394.104.840
80
Catatan : Total aktiva divisi sepon ini termasuk nilai buku awal ditambah dengan
nilai buku akhir.
Dengan demikian dapat diketahui rata-rata dari asset operasinya adalah :
Average operating assets = (Beginning + Ending net book value) / 2
(divisi sepon) = Rp. 18.394.104.820 / 2
Rp. 9.197.052.420
Sedangkan untuk divisi sandal, assets operasinya adalah sebagai berikut:
Asset operasi pada divisi sandal
Aktiva lancar
Kas
Persediaan
Piutang
Aktiva tetap
Peralatan kantor
(-): Penyusutan
Tanah
Bangunan
(-): Penyusutan bangunan
Mesin
(-): Penyusutan mesin
Total aktiva divisi sandal
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
9.934.577.312
1.323.100.000
1.512.344.251
127.563.100
18.223.300
11.226.431.200
10.813.369.770
1.544.767.110
1.503.000.000
83.500.000
RD.Rp. 34.793.895.220
Catatan : Total aktiva divisi sandal ini termasuk nilai buku awal ditambah nilai
buku akhir.
81
Dengan demikian rata-rata dari asset operasinya adalah :
Average operating assets = (Beginning +- Ending net book value) / 2
(divisi sandal) = Rp. 34.793.895.220 / 2
Rp. 17.396.947.610
Untuk menghitung kinerja masing-masing divisi yang berdasarkan atas pusat
investasi, maka perhitungan ROI dari tiap-tiap metode harga transfer adalah
sebagai berikut:
1. Perhitungan ROI dengan menggunakan harga transfer berdasarkan atas
kebijaksanaan perusahaan
Divisi sepon:
Operating income / Average operating assets
Rp. 803.164.594/Rp. 9.197.052.420
8,7 %
Operating income / Average operating assets
Rp. 4.814.305.792 /Rp. 17.396.947.610
28 %
Jadi, apabila menggunakan harga transfer berdasarkan atas kebijaksanaan
perusahaan, didapatkan ROI untuk divisi sepon sebesar 8,7 % dan divisi
sandal sebesar 28 %
2. Perhitungan ROI dengan menggunakan harga transfer berdasarkan atas
harga pasar
Divisi sepon:
Divisi sandal:
ROI
82
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 2.461.224.686 / Rp. 9.197.052.420
26,8 %
Divisi sandal:
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 3.156.245.700 / Rp. 17396.947.610
18,1 %
Jadi apabila menggunakan harga transfer berdasarkan atas harga pasar,
didapatkan ROI untuk divisi sepon sebesar 26,8 % dan divisi sandal sebesar
18,1 %
3. Perhitungan ROI dengan menggunakan harga transfer berdasarkan atas
biaya
Full cost :
Divisi sepon:
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 1.353.721.693 /Rp. 9.197.052.420
14,7 %
Divisi sandal:
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 4.263.748.700 / Rp. 17.396.947.610
24,5 %
83
Jadi apabiJa menggunakan harga transfer berdasarkan atas biaya penuh (full
cost), didapatkan ROI unruk divisi sepon sebesar 14,7 % dan divisi sandal
sebesar 24,5 %
Variabel cost:
DIVISI
ROI
Divisi
sepon:
=
=
=
sandal:
Operating income
Rp. 857.525.383 /
9,3 %
/Average operating assets
Rp. 9.197.052.420
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 4.759.945.003 / Rp. 17.396.947.610
27,4 %
Jadi apabila menggunakan harga transfer berdasarkan atas biaya ( variabel
cost), didapatkan ROI untuk divisi sepon sebesar 9,3 % dan divisi sandal
sebesar 27,4 %
4. Perhitungan ROI dengan menggunakan harga transfer berdasarkan atas
negosiasi
Divisi sepon
ROI Operating income /Average operating assets
Rp. 1.632.194.640 / Rp. 9.197.052.420
17,7 %
Divisi sandal:
84
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 3.985.275.750 / Rp. 17.396.947.610
22,9 %
Jadi apabila menggunakan harga transfer berdasarkan atas negosiasi,
didapatkan ROI untuk divisi sepon sebesar 17,7 % dan divisi sandal sebesar
22,9 %
5. Perhitungan ROI dengan menggunakan harga transfer berdasarkan atas
dual transfer pricing
Divisi sepon:
ROI = Operating income / Average operating assets
Rp. 2.734.780.782 / Rp. 9.197.052.420
29,7 %
Divisi sandal:
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 2.882.689.608 / Rp. 17.396.947.610
16,6 %
Jadi apabila menggunakan harga transfer berdasarkan atas dual transfer
prices, didapatkan ROI untuk divisi sepon sebesar 29,7 % dan ROI untuk
divisi sandal sebesar 16,6 %
6. Perhitungan ROI dengan menggunakan harga transfer berdasarkan atas
arbitrasi
Divisi sepon:
ROI = Operating income /Average operating assets
85
Rp. 857.511.546 /Rp. 9.197.052.420
9,3 %
Divisi sandal:
ROI = Operating income /Average operating assets
Rp. 3.156.245.700 /Rp. 17.396.947.610
18,1 %
Jadi apabila menggunakan harga transfer berdasarkan atas arbitrasi,
didapatkan ROI untuk divisi sepon sebesar 9,3 % dan divisi sandal sebesar
18,1 %
Tiap-tiap metode dari harga transfer dalam perhitungan Return on
Investment ( ROI )-nya tidak sama antara satu dengan yang lain. Hal ini
disebabkan karena besarnya pendapatan operasi dari tiap-tiap metode harga
transfer tersebut, sehingga dapat diukur kinerja manajer berdasarkan atas metode
harga transfer mana yang paling baik apabila dipakai pusat investasi sebagai dasar
acuannya.