pelabuhan

32
Siapa pun tahu, pelabuhan Batam merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia. Setiap hari, pelabuhan ini disinggahi rata-rata 120 kapal penumpang dari dan ke luar negeri, 120 kapal penumpang domestik, dan 150 kapal barang. Ironisnya, pendapatannya tak sepadan dengan kesibukannya, lantaran banyak yang menguap. “Kebocoran yang terjadi di pelabuhan Batam bisa mencapai Rp 12 miliar,†ungkap Heri Kafianto, Kepala Bidang Komersial Kantor Pelabuhan Batam, dalam salah satu kesempatan presentasi di Bandung, November 2008. Tak hanya itu. Pelabuhan Batam pun kalah bersaing dengan pelabuhan tetangganya, Singapura. Bandingkan saja, dalam setahun pelabuhan di Singapura bisa kedatangan 100 ribu kapal, melayani bongkar-muat barang hingga 17 juta ton, dan dilintasi sampai 20 juta Teus peti kemas. Adapun Batam hanya kedatangan 20 ribu kapal, 5 juta ton bongkar-muat barang, dan disinggahi 200 ribu Teus peti kemas. Lantas, apa pangkal persoalannya? Menurut Risman Adnan Matotorang, ISV Lead Microsoft Indonesia, selama ini pelabuhan di Indonesia lebih banyak dikelola secara manual, sehingga lalu lintas kapal dan barang menjadi tidak teratur. Kondisi itu mendorong terjadinya praktik korupsi dan kolusi di hampir semua pelabuhan. Akibatnya, biaya yang dikeluarkan para pengguna jasa pelabuhan menjadi tinggi, sehingga menjadikan pelabuhan di Indonesia tidak kompetitif. “Masih sangat sedikit pelabuhan yang memanfaatkan TI dalam operasinya. Kalaupun ada, masih terbatas untuk keperluan internal, seperti tertib administrasi, surat-menyurat, manajemen data, dan sistem keuangan sederhana,†ujar Risman. Padahal, pelabuhan di negeri ini memiliki potensi bisnis yang sangat besar. Betapa tidak, saat ini Indonesia mempunyai 1.735 pelabuhan. Dari jumlah itu, tercatat ada 141 pelabuhan yang bertaraf internasional dalam master plan malah sudah ditetapkan 25 pelabuhan akan diposisikan sebagai pelabuhan utama (hub port) yang akan menjadi pintu gerbang perdagangan (ekspor-impor) dengan mancanegara. Namun, umumnya pelabuhan- pelabuhan itu belum dikelola dan dioperasikan dengan sistem yang berbasis TI. Masalahnya, hingga kini, solusi TI untuk mengelola pelabuhan ini masih langka dan sangat mahal. Saat ini, hanya ada 3-5 aplikasi yang ditawarkan di pasaran dan vendornya dari luar negeri, seperti NorControl (Norwegia), PorTrade (Malaysia) dan PortNet (Singapura). Namun, harga yang mereka banderol sangat mahal, mencapai miliaran rupiah. Nah, salah satu vendor lokal yang cerdik menangkap peluang dari kelangkaan tersebut adalah PT Dycode Cominfotech Development (Dycode). Pengembang aplikasi yang bermarkas di Bandung itu berhasil membuat

Upload: hendra-wahyu

Post on 16-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ITS Pelabuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Pelabuhan

Siapa pun tahu, pelabuhan Batam merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di

Indonesia. Setiap hari, pelabuhan ini disinggahi rata-rata 120 kapal penumpang dari

dan ke luar negeri, 120 kapal penumpang domestik, dan 150 kapal barang. Ironisnya,

pendapatannya tak sepadan dengan kesibukannya, lantaran banyak yang menguap. Ã

¢â‚¬Å“Kebocoran yang terjadi di pelabuhan Batam bisa mencapai Rp 12 miliar,â€Â

ungkap Heri Kafianto, Kepala Bidang Komersial Kantor Pelabuhan Batam, dalam salah

satu kesempatan presentasi di Bandung, November 2008.

Tak hanya itu. Pelabuhan Batam pun kalah bersaing dengan pelabuhan tetangganya,

Singapura. Bandingkan saja, dalam setahun pelabuhan di Singapura bisa kedatangan

100 ribu kapal, melayani bongkar-muat barang hingga 17 juta ton, dan dilintasi sampai

20 juta Teus peti kemas. Adapun Batam hanya kedatangan 20 ribu kapal, 5 juta ton

bongkar-muat barang, dan disinggahi 200 ribu Teus peti kemas.

Lantas, apa pangkal persoalannya? Menurut Risman Adnan Matotorang, ISV Lead

Microsoft Indonesia, selama ini pelabuhan di Indonesia lebih banyak dikelola secara

manual, sehingga lalu lintas kapal dan barang menjadi tidak teratur. Kondisi itu

mendorong terjadinya praktik korupsi dan kolusi di hampir semua pelabuhan.

Akibatnya, biaya yang dikeluarkan para pengguna jasa pelabuhan menjadi tinggi,

sehingga menjadikan pelabuhan di Indonesia tidak kompetitif. “Masih sangat

sedikit pelabuhan yang memanfaatkan TI dalam operasinya. Kalaupun ada, masih

terbatas untuk keperluan internal, seperti tertib administrasi, surat-menyurat,

manajemen data, dan sistem keuangan sederhana,†� ujar Risman.

Padahal, pelabuhan di negeri ini memiliki potensi bisnis yang sangat besar. Betapa

tidak, saat ini Indonesia mempunyai 1.735 pelabuhan. Dari jumlah itu, tercatat ada 141

pelabuhan yang bertaraf internasional � dalam master plan malah sudah

ditetapkan 25 pelabuhan akan diposisikan sebagai pelabuhan utama (hub port) yang

akan menjadi pintu gerbang perdagangan (ekspor-impor) dengan mancanegara.

Namun, umumnya pelabuhan-pelabuhan itu belum dikelola dan dioperasikan dengan

sistem yang berbasis TI.

Masalahnya, hingga kini, solusi TI untuk mengelola pelabuhan ini masih langka dan

sangat mahal. Saat ini, hanya ada 3-5 aplikasi yang ditawarkan di pasaran dan

vendornya dari luar negeri, seperti NorControl (Norwegia), PorTrade (Malaysia) dan

PortNet (Singapura). Namun, harga yang mereka banderol sangat mahal, mencapai

miliaran rupiah.

Nah, salah satu vendor lokal yang cerdik menangkap peluang dari kelangkaan tersebut

adalah PT Dycode Cominfotech Development (Dycode). Pengembang aplikasi yang

bermarkas di Bandung itu berhasil membuat aplikasi untuk pengelolaan pelabuhan

berbasis Web, yang disebut Port Management Portal (disingkat PortMap). Ã

¢â‚¬Å“PortMap merupakan solusi untuk manajemen pelabuhan yang terintegrasi.

Dengan aplikasi ini, aktivitas dan operasional di pelabuhan bisa semakin efektif, efisien

dan terkontrol,†� ujar Andri Yadi, Presdir dan CEO Dycode.

Page 2: Pelabuhan

Dijelaskan Andri, PortMap dirancang sebagai aplikasi untuk mengoptimalkan

manajemen operasional pelabuhan secara terintegrasi berbasis Web, sehingga bisa

dipakai bersama (shared) oleh pengelola pelabuhan dan customer � seperti

perwakilan/pemilik kapal (agent), pemilik barang (cargo owner) dan perusahaan

bongkar-muat. Singkatnya, aplikasi PortMap merupakan solusi terhadap masih

besarnya ketidakefisienan di pelabuhan Indonesia. Misalnya, masih terjadinya delay

time hingga 86%, utilisasi dermaga belum optimal. Ini berbeda dari pelabuhan di

Singapura. Dengan tingkat kepadatan yang lebih tinggi, di pelabuhan Singapura

persentase delay time lebih rendah. “Pengaturan lalu lintas maupun

administrasi kapal yang dilakukan melalui portal merupakan kunci sukses pengelolaan

pelabuhan di Singapura,†� ujar lulusan Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung

itu menandaskan.

Di dalam PortMap ini terdapat 6 modul layanan. Pertama, Customer Services

Management, yakni semua fungsi yang bertugas untuk melayani agent. Dalam hal ini,

para agent bisa melakukan booking  �melalui fasilitas berbasis Web atau

layanan SMS. Kedua, Pre Service Management, yakni modul untuk operator pelabuhan.

Lewat fasilitas ini, operator bisa membuat perencanaan, tata letak kapal, lamanya

kapal berlabuh, dan sebagainya. Ketiga, Service Management, yakni semua fungsi yang

berhubungan dengan pelayanan aktual kapal  �seperti saat kapal tiba (arrival) di

pelabuhan, pencatatan waktu-waktu penting selama pelayanan, dan pengelolaan data

selama pelayanan: bongkar-muat kargo, penggunaan peralatan (crane dan conveyor),

penggunaan air dan listrik, pengisian bahan bakar, delay time, dan aktivitas lainnya.

Keempat, Invoice Management, yakni semua fungsi yang berkaitan dengan catatan

yang direkap menjadi suatu invoice untuk agent. Kelima, General Report, dan keenam,

Master Data Management  �berkaitan dengan data referensi seperti data kapal,

data agent dan data tarif. “Melalui PortMap ini, semua jasa layanan pelabuhan

mulai dari permintaan izin tambat, berlabuh, jasa pengisian air, layanan pemandu

kapal, hingga izin bongkar-muat bisa diakses lewat Internet,†� ucap Andri, Ã

¢â‚¬Å“Dengan begitu, pemilik kapal tidak perlu lagi membawa berbagai dokumen ke

pengelola pelabuhan. Ini lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan biaya.†�

Untuk mengembangkan PortMap, digunakan platform teknologi Microsoft versi terbaru,

seperti Microsoft.Net Framework 3.5, Microsoft Visual Studio 2008, Ajax (teknologi yang

memungkinkan aplikasi berbasis Web bisa jauh lebih cepat loading-nya dan lebih

interaktif) dan SilverLight (bisa membuat animasi di aplikasi Web).

Pelabuhan yang telah mengimplementasikan aplikasi PortMap ini adalah pelabuhan

Batam. Menurut Heri, saat ini pelabuhan Batam tengah menghadapi berbagai

tantangan yang bersifat strategis, seperti Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas, penerapan ASEAN Single Window dan program e-government. Ã

¢â‚¬Å“Pelabuhan Batam harus segera melakukan langkah modernisasi dalam

pelayanan jasa kepelabuhanan Batam dengan memanfaatkan TI,†� ucap Heri.

Page 3: Pelabuhan

Aplikasi PortMap ini  �yang oleh Kantor Pelabuhan (Kanpel) Batam disebut

Sistem Informasi Manajemen Operasional Pelabuhan Batam (Simopel)– mulai

diujicobakan pada Agustus 2008. Nantinya, pemanfaatan TI di Kanpel Batam akan

mengacu pada dua infrastruktur penting: Simopel dan Sistem Pemantauan Perairan

(Vessel Traffic Information System). Kedua sistem tersebut akan menjadi basis bagi

pemenuhan kebutuhan data dan informasi untuk kepentingan internal maupun

eksternal. Lebih jauh, Simopel akan terintegrasi dengan sistem TradeNet yang

dikembangkan Bea Cukai. “Kami ingin mengintegrasikan kegiatan layanan jasa

kepelabuhanan di seluruh wilayah kerja pelabuhan Batam dalam satu pintu secara

online,†� Heri menegaskan.

Sebenarnya, lanjut Heri, implementasi PortMap itu sebagai upgrade terhadap sistem TI

lama. Pasalnya, sistem yang lama masih membuka peluang kebocoran karena sistem

kontrolnya belum efektif. Umumnya, terjadi kesalahan soal updating informasi dalam

layanan pelabuhan, sehingga kerap terjadi sejumlah layanan terlambat dijalankan.

Sistem baru ini diklaimnya mampu memangkas birokrasi perizinan, karena bisa

dilakukan secara online.

Layanan yang terintegrasi itu ditujukan untuk kebutuhan kapal, bongkar-muat barang,

hingga informasi penumpang. Akses pelayanan yang sebelumnya tersebar di 111

pelabuhan di Batam akan dipusatkan di pelabuhan terbesar Batam, Pelabuhan Batu

Ampar. Diklaim Heri, sejak diujicobakan, layanan tersebut sudah mampu mendongkrak

pemasukan lewat efisiensi layanan jasa pelabuhan itu. Kenaikan pendapatannya

signifikan, yakni sebesar 15%. “Tadinya Rp 10 miliar kini menjadi Rp 15 miliar

sebulannya,†� Heri mengklaim.

Diproyeksikan dalam 18 bulan seluruh operator di pelabuhan Batam sudah terpasang

dan terkoneksi oleh PortMap. Pada Januari 2009 akan diluncurkan untuk 6 pelabuhan

umum terlebih dulu. Adapun sisanya merupakan pelabuhan industri. Selama masa

deployment tersebut, pihak Kanpel Batam berkewajiban membayar biaya jasa kepada

Dycode, yang besarnya masih di bawah Rp 50 juta/bulan. Biaya tersebut di luar

pembelian aplikasi senilai Rp 300 juta. Menurut Andri, biaya jasa yang dipatoknya itu

terbilang sangat murah. Pasalnya, terhadap pengembang aplikasi sebelumnya, pihak

Kanpel Batam mesti membayar Rp 500 juta/bulan untuk biaya jasa. “Kami

bukan mau jual murah. Tetapi, bagi kami, memang tidak perlu semahal itu,†� kata

Andri menegaskan.

Menurut pria kelahiran 26 tahun lalu itu, sebenarnya PortMap merupakan rekayasa dan

hasil kreasi terhadap aplikasi sejenis yang dikembangkan sebelumnya. Awalnya, pada

Oktober 2006 Dycode mendapatkan proyek dari PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) –

anak perusahaan Krakatau Steel � yang mengelola pelabuhan swasta terbesar di

Indonesia, Cigading Port. Intinya, KBS butuh sebuah sistem untuk mendukung

operasional pelabuhannya. Lalu, oleh Dycode dibuat sebuah sistem yang disebut Vessel

Scheduling Application (Vessa). Mulai Februari 2007, sistem itu diimplementasikan dan

digunakan hingga sekarang. “Setelah proyek Cigading Port selesai, kami

Page 4: Pelabuhan

berpikir bahwa ini suatu potensi yang menjanjikan. Indonesia ini negara maritim,

dengan jumlah pelabuhan mencapai 1.735, di luar pelabuhan-pelabuhan khusus.

Akhirnya, kami melakukan studi lebih mendalam. Maka, lahirlah PortMap,†� papar

Andri.

Selain memperoleh proyek dari Kanpel Batam, PortMap juga mendapatkan

penghargaan iMulai dari Microsoft Indonesia dan Senada-USAID, karena dinilai berhasil

menciptakan konsep bisnis yang inovatif. “Solusi PortMap sangat aplikatif,

terutama untuk bulk cargo. PortMap dapat membantu manajemen fasilitas dan

operasional pelabuhan. Bagi pelanggan, aplikasi ini dapat meningkatkan predictability

time, cost dan resource, karena bisa digunakan untuk mengatur pemesanan pelabuhan

dan bongkar-muat, memonitor carg- in-travel, dan lain-lain,†� ungkap Risman

mengapresiasi.

(Catatan: Ada bagan mengenai arsitektur sistem PortMap dan workflow-nya,

gambarnya gak usah gede2, sing penting kewoco)

BOKS:

Fungsionalitas PortMap

Bagi Pelanggan

1. Registration. Pelanggan bisa melakukan registrasi ke sistem PortMap. Setelah

registrasi disetujui, pelanggan akan memiliki akun yang dapat digunakan untuk

mengakses layanan-layanan di dalam PortMap.

2. Booking. Mengingat sumber daya pelabuhan yang terbatas dan demi keteraturan,

pelanggan harus melakukan proses booking layanan sandar kapal atau layanan lainnya

sebelum dapat dilayani. Booking bisa dilakukan melalui portal, surat elektronik, atau

SMS.

3. Booking List. Selain dikirim melalui surel atau SMS, status booking juga dapat dilihat

oleh pelanggan pada halaman booking list. Namun, setiap pelanggan tidak bisa melihat

booking list milik pelanggan lain.

4. Schedule. Berdasarkan data booking yang masuk ke PortMap, pengelola pelabuhan

akan melakukan schedulling dan membuat rencana layout sandar kapal. Hasilnya dapat

dilihat dan diunduh secara online oleh pelanggan.

5. Service Progress Monitoring. PortMap memungkinkan pelanggan memonitor progress

pelayanan, seperti waktu-waktu penting, bongkar-muat kargo, dan layanan-layanan lain

yang digunakan. Kemajuan bongkar/muat kargo ditampilkan per kargo dan per hari,

berapa berat (tonnage) kargo yang dibongkar/muat, sisa tonnage, serta estimasi dan

Page 5: Pelabuhan

aktual laju bongkar/muat. Melalui fitur ini, pelanggan juga dapat mengetahui status

layanan, apakah masih dalam pelayanan (servicing) atau sudah selesai (served).

Bagi Pengelola Pelabuhan

Dalam mengelola operasional pelabuhan, pengelola biasanya memiliki dua perspektif:

sebelum pelayanan (pre-service) dan pelayanan sampai selesai (servicing). Usaha-

usaha yang dilakukan terhadap kapal atau pelanggan dari booking sampai sesaat

sebelum kedatangan kapal semuanya tercakup ke dalam Pre-service. Sementara

semua usaha yang dilakukan sejak kapal tiba sampai berangkat lagi tercakup ke dalam

Servicing. Pemisahan itu guna mempartisi data dan proses bisnis. Data yang diperoleh

dalam proses Pre-service, seperti estimasi-estimasi, sangat diperlukan untuk

memperkirakan pendapatan dan menentukan prioritas pelayanan. Data yang

berkembang dalam proses Servicing merupakan data aktual, perlu dibedakan dari data

planning.

Karena itu, fungsionalitas bagi pengelola pelabuhan dibagi menjadi dua kelompok

besar:

Pre-service Management

1. Booking List= pada halaman ini pengelola dapat melihat booking yang dilakukan

semua pelanggan. Dari sini pengelola dapat melihat data detail, mengedit, menghapus,

dan memberikan respons status untuk setiap booking. Setiap perubahan status akan

dinotifikasi ke pelanggan terkait dalam bentuk surel atau SMS.

2. Planning= pada dasarnya melengkapi data booking dengan data tambahan yang

disusulkan oleh pelanggan dan data estimasi, seperti estimasi lama bersandar dan

estimasi waktu keberangkatan. Berdasarkan tarif yang berlaku juga dapat diestimasi

pendapatan untuk setiap kapal.

3. Scheduling. Kapal-kapal yang sudah dilengkapi data planning-nya dan sudah

disetujui untuk bersandar perlu segera dijadwalkan dan diatur tata letaknya pada

dermaga. Untuk keperluan ini, pengelola dibantu dengan tool visual sehingga posisi

kapal dapat ditempatkan dan diketahui dengan pasti.

Servicing Management

1. Start Service= digunakan untuk menandai mulainya pelayanan, ketika kapal tiba di

pelabuhan.

2. Service Time Management= untuk pencatatan waktu-waktu penting selama

pelayanan, seperti waktu kedatangan, waktu bersandar, waktu mulai bongkar-muat,

waktu pindah sampai waktu keberangkatan.

Page 6: Pelabuhan

3. Service Data Management= memungkinkan manajemen data selama pelayanan,

seperti bongkar-muat kargo, penggunaan peralatan (crane dan conveyor), penggunaan

air dan listrik, pengisian bahan bakar, delay time, dan aktivitas lainnya.

4. Cargo Management= memusatkan fungsi manajemen data kargo, termasuk

menambahkan atau mengurangi data kargo di luar rencana awal (booking).

5. Equipment Usage= menampilkan dan memperbaiki data penggunaan peralatan. Dari

sini diketahui berapa lama sebuah peralatan telah digunakan sehingga bisa diketahui

nilai produktivitas setiap peralatan tersebut dan kapan waktunya dilakukan perawatan.

6. End Service= digunakan untuk menandai akhir pelayanan terhadap sebuah kapal.

Pada saat mengakhiri pelayanan, juga dicatat waktu-waktu yang berhubungan dengan

akhir pelayanan, seperti waktu tidak bersandar lagi dan waktu keberangkatan. Waktu

tersebut dapat digunakan untuk menghitung lama penggunaan jasa sandar kapal.

7. Service List= menampilkan semua data kapal yang sedang dilayani (servicing) dan

sudah dilayani (served).

K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja) & SOP

Page 7: Pelabuhan

Nama Kelompok : 1. Muhammad Faisal        (24410682)                              2. Fiky Anggaratama        (22410779)Kelas                   : 3IC04

KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA        Pengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja

1       Keamanan Kerja      Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang  bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi  yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut.1.      Baju kerja2.      Helm3.      Kaca mata4.      Sarung tangan5.      Sepatu

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut.1.      Buku petunjuk penggunaan alat2.      Rambu-rambu dan isyarat bahaya.3.      Himbauan-himbauan4.      Petugas keamanan

Tujuan Keselamatan Kerja :        Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.        Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan effisien.        Menjamin proses produksi berjalan secara aman

2.   Kesehatan Kerja      Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.

3.  Keselamatan Kerja      Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang

Page 8: Pelabuhan

harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.      Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a.       Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.b.      Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.c.       Teliti dalam bekerjad.      Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.

      Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur).Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam tanah, permukaan dan dalam air, udara) :

         Industri         Pertanian         Purtambangan         Perhubungan         Pekerjaan umum         Jas

      Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.

      Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :1.      Mesin2.      Alat angkutan3.      Peralatan kerja yang lain4.      Bahan kimia5.      Lingkungan kerja6.      Penyebab yang lain

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja1.      Kerugian Langsung

Penderitaan pribadi, rasa kehilangan dari anggota keluarga korban

2.      Kerugian Tak langsung (tersembunyi) Kerusakan mesin dan peralatan, terganggunya produksi, terganggunya waktu kerja karyawan dll.

Sebab-sebab kecelakaan1.      Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts)2.      Keadaan- keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

Faktor utama:1. Peralatan teknis            2. Lingkungan kerja            3. Pekerja            80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia Suatu pendapat: Langsung atau tidak langsung semua kecelakaan disebabkan oleh semua manusia yang terlibat dalam suatu kegiatan.

Page 9: Pelabuhan

Teori penyebab kecelakaan yang pernah diajukan            1. Teori kemungkinan murni (pure change  theory)

2. Teori kecenderungan untuk celaka (Accident prone theory ) Tidak dapat menjelaskan asal usul penyebab sesungguhnya kecelakaan

         TUJUAN KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJAKesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan

atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah sebagaai berikut :

1.      Memelihara lingkungan kerja yang sehat.2.      Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja.3.      Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja4.      Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja.5.      Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan6.      Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat.Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

            Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja. 

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti berikut:1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja, kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan kadang-kadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar. 

2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja. 

3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasi, misalnya: (a) Sektor pertanian yang juga meliputi perkebunan menampilkan aspek-aspek bahaya potensial seperti modernisasi pertanian dengan penggunaan racun-racun hama dan pemakaian alay baru seperti mekanisasi. (b) Sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan- keracunan bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh mesin, kebakaran, ledakan-ledakan dan lain-lain. (c) Sektor

Page 10: Pelabuhan

pertambangan mempunyai risiko-risiko khusus sebagai akibat kecelakaan tambang, sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan secara sendiri, minyak dan gas bumi termasuk daerah rawan kecelakaan. (d) Sektor perhubungan ditandai dengan kecelakaan-kecelakaan lalu lintas darat, laut dan udara serta bahaya-bahaya potensial pada industri pariwisata, demikian pula telekomunikasi mempunyai kekhususan dalam risiko bahaya. (e) Sektor jasa, walaupun biasanya tidak rawan kecelakaan juga menghadapkan problematik bahaya kecelakaan khusus. 

4. Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. Padahal dengan hilangnya satu atau dua jam sehari mengakibatkan kehilangan jam kerja yang besar secara keseluruhan. 

5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya, sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan, penyebab-penyebab ini harus dihilangkan. 

6. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia, maka dari itu usaha-usaha keelamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana yang sangat penting. 

7. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin terjadi dan dalam hal ini adalah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial untuk meringankan bebab penderita.

         Undang-undang Keselamatan Kerja            UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.            UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI.            Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja.Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:

1.      Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.2.      Adanya tenaga kerja, dan3.      Ada bahaya di tempat kerja.

UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan undang-undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah, mengurangi

Page 11: Pelabuhan

dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar.

         Memahami Prosedur yang Berkaitan dengan Keamanan            Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:

a.       Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja.

b.      Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannyac.       Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja.

Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm, masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada profesinya.

         Alat-alat pelindung badan            Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindung dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari resiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan, maka badan kita perlu menggunakan ala-alat pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan.            Berikut ini akan diuraikan beberapa alat pelindung yang biasa dipakai dalam melakukan pekerjaan listrik dan elektronika.

a.Pakaian kerjaPemilihan dan pemakaian pakaian kerja dilakukan berdasarkan ketentuan berikut.

         Pemakaian pakaian mempertimbangkan bahaya yang mungkin dialami         Pakaian longgar, sobek, dasi, dan arloji tidak boleh dipakai di dekat bagian mesin         Jika kegiatan produksi berhubungan dengn bahaya peledakan/ kebakaran maka harus

memakai pakaian yang terbuat dari seluloid.         Baju lengan pendek lebih baik daripada baju lengan panjang.         Benda tajam atau runcing tidak boleh dibawa dalam kantong.         Tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan debu, tidak boleh memakai pakaian

berkantong atau mempunyai lipatan.

        Teori: Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja      Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.      Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan

Page 12: Pelabuhan

mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.      K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.      Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam jumlah berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya. Revolusi IndustriNamun, dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan kematian bagi pekerja. Juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar bagi perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan hidup.      Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam perusahaan. Pada era in kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas contributing negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule (ketentuan kepegawaian), dan risk assumption (asumsi resiko) (Tono, Muhammad: 2002). Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja.Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing sektor ekonomi. Beberapa di antaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement (Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya. Kepedulian Tinggi Pada awal zaman kemerdekaan, aspek K3 belum menjadi isu strategis dan menjadi bagian dari masalah kemanusiaan dan keadilan. Hal ini dapat dipahami karena Pemerintahan Indonesia masih dalam masa transisi penataan kehidupan politik dan keamanan nasional. Sementara itu, pergerakan roda ekonomi nasional baru mulai dirintis oleh pemerintah dan swasta nasional.      K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin ramainya investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional (manufaktur). Perkembangan

Page 13: Pelabuhan

tersebut mendorong pemerintah melakukan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan sebelumnya seperti UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak menyatakan secara eksplisit konsep K3 yang dikelompokkan sebagai norma kerja.Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa.Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Selain sekor perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-sektor lain seperti pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur (pabrik), perikanan, dan lain-lain.Di era globalisasi saat ini, pembangunan nasional sangat erat dengan perkembangan isu-isu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan global tidak hanya sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas pelayanan dan jasa. Banyak perusahaan multinasional hanya mau berinvestasi di suatu negara jika negara bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena itu bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3, menempatkan ini pada urutan pertama sebagai syarat investasi.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA (K3)

Sistem keamanan dan keselamatan kerja terhadap keseluruhan personil baik Pengawas, Pelaksana dan juga pekerja terutama yang ada di dalam lingkungan pekerjaan menjadi hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian.Untuk mencegah terjadinya kecelakaan antara lain mengadakan sosialisasi K3, memasang rambu-rambu peringatan agar bekerja hati-hati dan pemakaian alat-alat pengamanan untuk keselamatan kerja dan perlindungan terhadap pekerjaan itu sendiri. Untuk melayani apabila terjadi kecelakaan kecil disediakan kotak/almari P3K mengadakan kerja-sama dengan Puskesmas terdekat. Apabila Puskesmas tidak mampu akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.Seluruh tenaga kerja yang bekerja pada proyek ini akan diikut sertakan dalam program Astek ataupun Jamsostek.             Secara umum dapat diartikan tujuan penerapan K3 di proyek adalah agar tidak terjadi kecelakaan kerja ( zero accident)Program keselamatan dan kesehatan kerja pada Proyek (RKP) meliputi :

        Kondisi lingkungan lengkap dengan perencanaan site.        Struktur organisasi K3        Pokok-pokok perhatian K3        Identifikasi resiko kecelakaan dan pencegahan        Identifikasi kondisi dan alat yang dapat menimbulkan potensi bahaya.        Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja.        Daftar Instansi terkait.        Kondisi Lingkungan dan Perencanaan Site.        Pengaturan jalan mobilitas bahan, tenaga dan alat.        Lokasi penyimpanan bahan/material.        Lokasi fabrikasi

Page 14: Pelabuhan

        Direksi keet        Barak kerja.

             Struktur Organisasi Unit K3 :        Ketua Unit K3                          : Kepala Proyek        Sekretaris                                  : Teknik        Bendahara                                 : Personalia dan Keuangan        Pelaksana K3                            : Para Pelaksana        Anggota                                  : Seluruh personil proyek.

Pokok-pokok perhatian K3 :         Kecelakaan kerja akibat dri penggunaan :1.      Alat / Mesin\2.      Tahapan/metode pelaksanaan.

         Penyakit akibat kerja1.       Suara dan asap pengguna alat2.       Penggunaan bahan kimia berbahaya         Pemaparan terhadap kondisi lingkungan.         Pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K )         Usaha-usaha penyelamatan

             Identifikasi resiko kecelakaan dan pencegahan :         Jatuh      : Menggunakan sabuk pengaman

Pemasangan jarring pengamanPenggunaan scaffolding yang benarPemasangan pagar pengamanPemasangan rambu/tanda

         Kejatuhan   :  Pemakaian helm pengamanPemasangan jaring pengaman.Pemasangan rambu/tanda

         Luka       :  Pemakaian sarung tangan, sepatu         Sakit mata  :  Pemakaian kacamata.

Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan :         Pemasangan poster/himbauan tentang K3         Penggunaan alat keselamatan kerja yang memadai (helm, sarung tangan, sepatu dll)         Pemberian rambu-rambu petunjuk dan larangan.         Pemasangan pagar pengaman di antara lantai dan tangga         Briffing setiap pagi kepada Mandor dan Sub yang terlibat.         Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak pakai         Penempatan material/bahan yang sensitive/berbahaya dengan benar         Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak pakai         Perlu mendapat perhatian terhadap alat yang menimbulkan suara bising, asap dan residu

lainnya.         Penyediaaan alat pemadam kebakaran         Penempatan Satpam         Kerjasama dengan klinik atau rumah sakit terdekat.

       Pemeliharaan Kesehatan :         Penyediaan air bersih         Pembuatan sarana MCK yang memadai

Page 15: Pelabuhan

         Penyediaan tempat sampah dan pembuangan keluar lokasi kerja         Kerjasama dengan klinik atau rumah sakit terdekat

       Instansi terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja :         Depnakertrans         Kepolisian         Pemda         Puskesmas/Dokter         Perlindungan Astek

       Pelatihan K3       Pada umumnya program pelatihan K3 mencakup :

         Kebijakan K3 Perusahaan         Cara bagaimana K3 dapat diorganisir di tempat kerja         Prosedur K3 dalam Perusahaan         Pengendalian bahaya dan resiko         Undang-undang K3         Prosedur keadaan darurat

       Program pelatihan K3 perlu mencakup beberapa kelompok sasaran, diantaranya :         Manajemen senior         Manajer/supervisor         Karyawan         Orang yang mempunyai tanggung jawab penuh         Operator         Pengunjung lokal/tamu

       Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi :         Pemasangan bendera K3, bendera perusahaan dan bendera Negara Republik Indonesia.         Pemasangan sign board K3 berupa slogan-slogan yang mengingatkan akan perlunya bekerja

dengan selamat, gambar-gambar atau pamflet tentang bahaya / kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan. Slogan maupun pamflet dapat dipasang di kantor proyek dan lokasi pekerjaan berlangsung .

            

      Kegiatan K3, meliputi :      Kelengkapan administrasi        Pendaftaran proyek ke Disnaker setempatPihak pelaksana proyek wajib melapor dan mendaftar ke Disnaker setempat, karena Disnaker

adalah instansi pemerintah yang berwenang dan bertanggung jawab menangani K3        Pendaftaran dan pembayaran ASTEKSesuai dengan ketentuan Negara, perusahaan/proyek yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari

10 orang, wajib melindungi pekerja melalui Asuransi Tenaga Kerja.        Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, misalnya CAR        Izin dari pihak yang terkait tentang penggunaan jalan dan jembatanUntuk beberapa proyek kadang perlu alat berat yang harus didatangkan dan bila keadaan

jalan/jembatan relatif kecil, perlu izin pihak terkait.         Keterangan laik pakai untuk penggunaan alat berat/ringan yang memerlukan rekomendasi

dari Depnaker atau instansi yang berwenang.         Peralatan proyek yang menyangkut keselamatan umum pada saat pengoperasian harus

dimonitor pemakaiannya oleh instansi pemerintah yang berwenang.

Page 16: Pelabuhan

    Pemberitahuan kepada pemerintah/lingkungan setempat perihal laporan tentang keberadaan/kegiatan proyek.

Pengawasan Pelaksanaan K3 meliputi :         Safety Patrol : Suatu team yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli selama

lebih kurang 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan/yang mempunyai resiko kecelakaan. Ketentuan/tolok ukurnya adalah : Safety Plan, Panduan pelaksanaan K3 dan hal-hal yang secara teknis mengandung resiko.

         Safety Supervisor : Petugas yang ditunjuk oleh Manager Proyek yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3 : Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung terhadap para pelaksana di lapangan.

         Safety Meeting : Rapat membahas hasil/laporan dari safety patrol maupun hasil/laporan dari safety supervisor. Yang paling utama dalam safety meeting adalah perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai K3 dan perbaikan system kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali.

         Pelaporan dan Penanganan Kecelakaan : Pelaporan dan Penanganan kecelakaan terdiri dari kecelakaan ringan, kecelakaan berat, kecelakaan dengan korban meninggal dan kecelakaan peralatan berat.

Perlengkapan Diri (APD)         Helmet: Alluminium, Standard (CIC)         Sepatu lapangan : kulit, karet         Jas hujan         Masker las         Kaca mata las         Sabuk pengaman         Tali pengaman         Masker hidung         Penutup telinga         Sarung tangan         Handy Talky         Senter         Tas Pinggang         Kartu pengenal.

Perlengkapan K3         Tandu Orang         Alat pemadam kebakaran         Rambu-rambu petunjuk         Spanduk K3         MCK         Pompa air         Mushola         Bedeng pekerja         Ruang Klinik         P3K         Papan pengumuman.

Page 17: Pelabuhan

Manajemen Pelaksanaan K3L dalam Pelaksanaan di Proyek            Perusahaan Jasa Konstruksi dalam melaksanakan pekerjaannya banyak menyerap tenaga kerja, baik yang mempunyai kemampuan dan keahlian cukup maupun yang terbatas. Kegiatan jasa konstruksi melibatkan banyak tenaga kerja, peralatan konstruksi, mesin-mesin, bahan bangunan dan menerapkan berbagai macam teknologi. Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi sering terjadi berbagai macam masalah seperti robohnya perancah, tenaga kerja jatuh dari ketinggian, terkena aliran listrik dan kecelakaan kerja lainnya. Untuk itu disusun Standart K3L bagi sector jasa konstruksi yang ditujukan agar ditempat kerja tidak terjadi kerugian, gangguan ataupun kecelakaan, menjaga keselamatan, kesehatan, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan merasa aman terhadap bahaya.

Syarat-syarat Manajemen K3L yang akan diterapkan di proyek antara lain sebagai berikut :         Memberi pengarahan langsung kepada tenaga kerja setiap melaksanakan kegiatan guna

mencegah dan mengurangi kecelakaan.         Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan         Membekali peralatan keamanan pada para pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan         Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit dengan menjaga kebersihan setiap pekerja.         Memberikan fasilitas yang mencukupi dalam melaksanakan pekerjaan seperti lampu

penerangan, ataupun peralatan lain yang dibutuhkan.         Memelihara kesehatan dengan mengadakan pemeriksaan berkala dari ahli dalam bidang

kesehatan.         Memperoleh keserasian antara kondisi lingkungan setempat dengan keberadaan tenaga kerja,

peralatan kerja dan proses dan metode kerja.         Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada para pekerja yang sedang bekerja.         Menyediakan fasilitas MCK yang mencukupi bagi pekerja.         Menyediakan obat-obatan di proyek.

SOP-JSA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Dalam merancang suatu Standard Operating Procedure (SOP), diperlukan suatu pemahaman tentang defenisi dari SOP tersebut, fungsi dan tujuan SOP, Manfaat SOP, maupun bentuk dan cara pembuatan SOP. Berikut penjelasan dari hall-hal yang di sebut di atas :

Defenisi Standard Operating Procedure

1.       Ada banyak defenisi tentang Standard Operating Procedure (SOP) adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan.

2.       Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang mengambarkan pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang pada sebuah organisasi.

3.       Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

4.       Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure

 Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk mendefenisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan, yang ada dalam setiap

Page 18: Pelabuhan

kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti.

Manfaat Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.Berikut beberapa manfaat dari SOP :  Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.

Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.

Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.

Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.

Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi pengembangan SOP.

Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.

Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja dengan pihak manajemen.

Bentuk Dan Cara Pembuatan Standard Operating Procedure

Bentuk Standard Operating ProcedureTujuan utama dari pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) adalah memberikan kemudahan bagi para orang yang berkepentingan dalam membacanya, sehingga orang tersebut dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedurnya dengan benar. Oleh sebab itu diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat menentukan bentuk SOP yang digunakan, yaitu  jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah langkah yang akan dilakukan dalam suatu proses.Berikut macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk digunakan :

1.       Simple StepsBentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat dan tidak terlalu membutuhkan banyak keputusan.

2.        Hierarchical StepsBentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi tidak memerlukan banyak keputusan.Bentuk ini memudahkan orang yang sudah berpengalaman karena bagian dari masing-masing langkah dijelaskan secara terperinci. Sedangkan untuk orang baru, dapat memudahkan untuk mempelajari prosedur tersebut.

3.       Graphic ProceduresBentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti Hierarchical Steps.Grafik dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk yang panjang menjadi bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur.

4.       FlowchartFlowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah prosedur dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk flowchart digunakan untuk prosedur yang memiliki

Page 19: Pelabuhan

banyak keputusan. Dalam pembuatan SOP bentuk flowchart ini diperlukan simbol-simbol yang dapat membantu menjelaskan setiap langkah. Berikut simbol-simbol yang di gunakan.

Gambar :  Simbol-simbol Flowchart

Berikut uraian bentuk dan kriteria SOP :Tabel : Bentuk dan kriteria SOP

Banyak Keputusan ? Lebih dari 10 langkah Bentuk SOPTidak Tidak Simple StepsTidak Ya Hierarchical atau GraphicYa Tidak FlowchartYa Ya Flowchart

Selain bentuk SOP, ada hal-hal yang juga penting untuk disertakan dalam pembuatannya, yaitu judul harus jelas dan dapat menggambarkan apa yang menjadi tujuan dari prosedur tersebut, nama orang atau unit yang bertanggung jawab terhadap prosedur tersebut, tanggal berlakunya prosedur ataupun hasil revisinya.

Penulisan Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang tertulis didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara yang benar dalam pembuatan Standard Operating Procedure. Berikut cara efektif dalam membuat Standard Operation Procedure :

1.       Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat yang pendek. Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti.

2.       Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus dilakukan.

3.       Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu prosedur.4.       Menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum digunakan dalam

kegiatan sehari-hari.Pembuatan Standard Operating Procedure harus dengan format yang konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan mudah.

Memahami Standard Operating Procedure yang dimaksud. Berikut susunan isiStandard Operating Procedure :

1.       Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan dar isi dokumen, dll.

2.        Tujuan dan Ruang Lingkup.Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa prosedur tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat.

3.       ProsedurProsedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap urutan prosesnya.Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.

4.       Tugas dan Tanggung JawabBerisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait dalam suatu proses.

Page 20: Pelabuhan

Pelaksanaan  Standard Operating Procedure

Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai berikut :

1.       Menentukan tujuan yang ingin dicapai.Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai. Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan tujuan yang spesifik yang ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir oleh perusahaan melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat.

2.       Membuat rancangan awalSetelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk SOP yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah awalnya adalah menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan. Selanjutnya, menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh pekerja untuk dilakukan dan tindakan penanganannya.Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.

3.       Melakukan evaluasi internalSetelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan tersebut diharapkan dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat dilakukan perbaikan supaya menjadi dipahami dan lebih akurat.

4.       Melakukan evaluasi eksternalHal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah keberadaan tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut akan menilai dan mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis.

5.       Melakukan uji cobaSatu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif yaitu dengan mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah dijalankan langsung, maka akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada prosedur yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

6.       Menempatkan Prosedur pada unit terkaitSetelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang terkait. Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur dicetak dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah melihat dan membacanya.

7.       Menjalankan Prosedur yang sudah dibuatLangkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah menjalankan prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan SOP harus benar-benar dijalankan.

Konsep Work Instruction (WI)

Work Instruction (WI) menyediakan seluruh yang dibutuhkan secara detail untuk melakukan pekerjaan yang spesifik dengan benar dan sesuai standar yang baku. Work Instruction (WI) menunjukan bagaimana organisasi menghasilkan suatu produk atau menyediakan pelayanan dan system control untuk meningkatkan system kualitas dari produk tersebut agar sesuai dengan standar.Work Instruction (WI) merupakan bagian dari Standard Operating Procedure(SOP). Pembuatan Work Instruction (WI)harus jelas, akurat, dan selalu didokumentasikan serta tidak

Page 21: Pelabuhan

boleh mengandung penjelasan yang meragukan. WI harus menggambarkan kenapa WI tersebut dibuat, kapan harus selesai, apa yang harus dikerjakan, perlengkapan apa saja yang akan dipakai, dan kriteria apa saja yang harus dipenuhi. Penyusunan WI membuat berbagai komponen didalamnya, yaitu sebagai berikut :

1.       Lembar Data Dokumen (Document Data  Sheet).Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan dari isi dokumen, dll.

2.       Tujuan dan Ruang Lingkup.Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya dokumen dan alas an mengapa dokumen tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat.

3.       PeosedurProsedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dengan detail setiap urutan prosesnya.Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.

JOB SAFETY ANALYSIS

Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah dengan menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis (JSA) – yang meliputi mempelajari dan membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan yang sudah ada atau potensi (baik kesehatan maupun keselamatan), dan menentukan jalan terbaik untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya ini.

    JSA digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang :1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Pengertian Job Safety Analysis 

JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisa dan direkam. Hal-hal yang dilakukan dalam penerapan JSA :1. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius.

2. Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.

3. Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.

4. Bertemu dengan pelatih OSHA untuk mengembangkan prosedur dan aturan kerja yang spesifik untuk setiap pekerjaan.

Keuntungan dari melaksanakan JSA adalah :1. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja efisien.

2. Membuat kontak keselamatan pekerja.

3. Mempersiapkan observasi keselamatan yang terencana.

4. Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.

Page 22: Pelabuhan

5. Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan luar biasa.

6. Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan terjadi.

7. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode kerja.

8. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

9. Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan yang mereka pimpin.

10. Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di tempat kerja.

11. Mengurangi absent.

12. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.

13. Meningkatkan produktivitas.

14. Adanya sikap positif terhadap keselamatan.

Mengembangkan Sebuah JSAa. Memilih Pekerjaan

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, supervisor sebuah departemen harus memenuhi faktor berikut ini :

frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama dalam JSA. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA. kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya. Pekerjaan baru

JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa mungkin. Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau hamper terjadi kecelakaan. mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

b. Membagi PekerjaanUntuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang benar untuk melakukan observasi. Pilihlah pekerja yang berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide. Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada pekerja.Observasi performa pekerja terhadap pekerjaan dan tulis langkah dasar JSA. Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk peninjauan di masa mendatang. Pertanyakan langkah awal pekerjaan dilanjutkan langkah selanjutnya dan seterusnya.

c. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan KerjaTahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah identifikasi semua bahaya termasuk dalam setiap langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang diproduksi oleh lingkungan dan yang berhubungan dngan prosedur kerja.Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut untuk setiap tahap:1. adakah bahaya mogok, akan mogok atau kontak yang berbahaya dengan objek pekerjaan?

Page 23: Pelabuhan

2. Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?

3. Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau memutar yang dilakukan menyebabkan ketegangan?

4. Adakah potensi tergelincir atau tersandung?

5. Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?

6. Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat kontak dengan sumber listrik dan kontak putus?

7. Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan? Adakah konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?

8. Adakah bahaya ledakan?

d. Mengembangkan SolusiLangkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin dapat diterapkan:1. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan

2. Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya.

3. Mengubah prosedur kerja,

4. Mengurangi frekuensi pekerjaan.

Poin utama dari job safety analysis adalah : mencegah kecelakaan dengan antisipasi dan eliminasi serta mengontrol bahaya yang ada.