peer teaching dalam pembelajaran sejarah
DESCRIPTION
pembelajaran sejarah agar menjadi pelajaran yang diminatiTRANSCRIPT
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta
didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 3 menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Es, berakhlak mulia, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi abad ke-21, UU Sisdiknas juga
memberikan arahan yang jelas bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah
satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan
program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya.
Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi
himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki
seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan
seterusnya. Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan
atau keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri
sehingga esensi tujuan pendidikan tercapai.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembelajaran
bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di suatu
negara. Pendidikan tidak terlepas dari kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Kurikulum merupakan suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di suatu negara. Kurikulum yang dipakai saat ini, mengacu
2
pada Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Dengan adanya perubahan kurikulum di Indonesia semakin mengerti bahwa
pendidikan semakin bersemangat dalam meningkatkan kemampuan muridnya.
Dari kurikulum KTSP yang hanya bertumpu pada kemampuan kognitif saja.
Sekarang semakin berkembang menjadi Kurikulum 2013 yang kemudian
mencakup dalam tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu,
dengan kemajuan pendidikan yang dilakukan dan dibuktikan dengan adanya
pembaharuan kurikulum, pemerintah menginginkan agar dengan adanya
pendidikan, putra-putri Indonesia semakin sadar untuk menjaga kepribadian dan
kebidayaan bangsa sendirir, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Pada kurikulum 2013 ini, menurut Sudjana (1989:72) pembelajaran yang
terjadi telah terjadi pembaharuan dalam kegiatan belajar siswa, yakni dalam
pembelajaran tidak hanya guru yang selalu aktif menyampaikan pelajaran atau
pengetahuan kepada siswanya, akan tetapi yang menjadi tujuan utama yaitu siswa
yang harus aktif di dalam kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sehingga kedudukan guru dalam hal ini hanya sebagai jembatan atau membantu
disaat siswa mengalami kesusahan dalam memecahkan masalah pelajaran di
kelasnya.
Dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, tak tepat jika ada yang
menyampaikan bahwa pemerintah salah sasaran saat merencanakan perubahan
kurikulum karena yang perlu diperbaiki sebenarnya metodologi pembelajaran,
bukan kurikulum (Mohammad Abduhzen, ”Urgensi Kurikulum 2013”, Kompas
21/2 dan ”Implementasi Pendidikan”, Kompas 6/3). Hal ini menunjukkan
belum dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum berbasis kompetensi mencakup
metodologi pembelajaran. Tanpa metodologi pembelajaran yang sesuai, tak akan
terbentuk kompetensi yang diharapkan.
Melihat perubahan yang diingiinkan leh pemerintah, tidak hanya
mementiingkan pada kemampuan kognitif saja tetapi sampai pada afektif dan
psikomotor, maka bukan hanya fakta-fakta saja yang diajarkan kepada siswa, akan
tetapi disesuaikan dengan lingkunga siswa yang sering dikenal dengan
3
pembelajaran kontekstual. Hal ini juga sangat perlu diterapkan dalam
pembelajarran sejaran yang terkesan sangat membosankan. Pembelajaran sejarah
yang selama ini dilkaukan di sekolah-sekolah hanya memberikan fakta-fakta
sejarah saja ddan kegiatannya kebanyakan menghafal. Oleh karena itu, siswanya
akan mudah sekali bosan. Selain itu, menurut Soewarso (2000:2), pembelajaran
sejarah hanyalah kegiatan yang mengulang saja dari tingkat pendidikan terendah
(SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) karena teknik dan model yang
dilakukan oleh guru kurang menarik. Guru biasanya memulai pelajarannya
dengan cerita atau hanya membacakan naskah tertulis di dalam buku, sehingga
siswanya hanya mendengarkan penjelasan yang monoton. Oleh karena itu, dengan
danya peubahan yang dilakukan oleh pemerintah, juga membuat guru haruslah
melakukan pembaharuan dalam pengajarannya, tidak hanya dengan metode
cermah saja.
Selain itu, pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang menerangkan
tentang masa lalu, sehingga siswa beranggapan bahwa materii yang dijelaskan
tidak penting dan mudah, karna hanya membaca dan menghafal saja.
Melihat keadaan peljaaran sejarah yang semakin terbelakang, padahal
sejarah dapat mengajarkan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari serta dapat menjadi pelajaran bagi masa yang akan datang, maka
sorang guru perlu untuk menggunakan beberapa metode dan srtategi agar
pelajaran sejaran dapat digunakan secara total dalam pembelajaran. Dengan cara-
cara yang dipakai oleh guru dalam penyampaian materi sejarah dalam kelas, akan
mempermudah guru untuk menyapaikan materi dan juga siswa akan tertarik
kepada pemblejaran sejaran. Dengan ketertarikan tersebut, siswa akan berperan
aktif, tidak hanya diam saja dan mendengarkan saja, akan tetapi siswa juga prlu
untuk menanyakan dan menghayati peristiwa yang sudah terjadi. Apabila guru
mempunyai berbagai cara kreatif dalam penyampaiannya, maka guru akan bisa
menghadirkan peristiwa masa lalu seolah-seolah siswa juga hadir dalam peristiwa
tersebut. Dengan hal itu, amka siswa akan melalui proses penghayatan dan dapat
mengambil nilai-nilai yang terkandung dalamsetiap pelajaran sejarah dan
memerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
4
Di sekolah MAN 1 Jember ini, peda pembelajaran sejarah kebanyakan
siswa kurang aktif, karena pelajaran yang disampaikan terlalu banyak dan hanya
berupa kata-kata yang panjang. Ditambah lagi dengan kurangnya guru yang
mengajara pelajaran sejarah. Guru di MAN 1 Jember kebanyakan bukan guru asli
dari Penddikan Sejaraha, kan tetapi guru yang dahulunya menempuh selain
sejarah, tetapi sma-sama menempuh Pendidikan sosial. Dengan hal itu, maka jelas
bahwa guru dalam hal ini masih tidak menguasai metode atau cara-cara yang
dilakukan dalam penyampain materi kepada siswa. Yang dlakukan guru hanya
menyampaikan saja, dan tidak memikirkan apakah pelajaran sejarah itu dapat
diambil nilai-nilainya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelemahan-kelemahan yang ada dalam pembelajaran sejarah dan juga kurangnya
metode dan strategi yang dimiliki oleh guru, maka peneliti dalam hal ini
menyarankan agar menggunakan metode Peer Teaching Learning yang dapat
meningkatkan kemempuan psikomotorik siswa serta hasil belajar siwa di dalam
kelas.
Metode Peer Teaching Learning adalah metode pengajaran sebaya ataupun
pengajaran yyang dilakukan antar teman. Metode iini dapat menjadi petunjuk
apabila siswanya takut mau menanykan pelajaran yang tidak dimengerti kepada
guru. Selain itu, dengan penerapan metode Peer Teaching ini, siswa dapat
meningkatkan kemampuan psikomotornya atau keterampilannya dalam
mengungkapkan permasalahan kepada gurur ataupun temannya sendiri. Dengan
metode ini, siswa akan meewati proses pengahayatan peristiwa sejarah, karena
telah memahami pelajaran sejarah tersebut. Siswa akan merasa mempunyai
tanngung jawab agar dapat menyampaikan materi kepada teman-temannya. Siswa
dengan tingkat kepandaian yang tinggi dapat membantu siswa yang kurang
pandai, dengan mengajarkan materi atau melaksanakan bimbingan dalam
menyelesaikan soal-soal atau permasalahan. Tutor sebaya dapat mengembangkan
nilai-nilai kemanusiaan, siswa menjadi lebih percaya diri, saling membantu antar
teman, menghargai pendapat orang lain dan mau menerima kekurangan diri
sendiri sebagai sesuatu yang dapat dipenuhi dengan masukan dan bantuan dari
orang lain.
5
Dalam pembelajaran tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai
memberikan bantuan belajar kepada teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar
oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan sehingga teman yang
diajar tidak malu untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Untuk menentukan tutor, guru dapat melihat dari perkembangan akademik siswa
seperti peringkat yang tinggi di kelasnya.
Inti dari pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang
pelaksanaannya dengan membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil, yang
sumber belajarnya bukan hanya guru tetapi juga teman sebaya.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penerapan Metode Peer Teaching Lerning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Mata
Pelajaran Sejarah Di MAN 1 Jember Tahun Pelajaran 2013-2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa masaah
dengan perumusan sebagai berikut:
1. Apakah dengan menerapkan metode Peer Teaching Learning dapat
meningkatkan kemampuan psikomotor siswa pada kelas XI pada mata
pelajaran Sejarah di MAN 1 Jember tahun pelajaran 2013-2014?
2. Apakah dengan menerapkan metode Peer Teaching Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas XI mata pelajaran sejarah di
MAN 1 Jember tahun pelajaran 2013-2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa kelas XI pada mata
pelajarn sejarah dengan menerapkan metode Peer Teaching Learning di MAN
1 Jember tahun pelajaran 2013-2014
6
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran sejarah
dengan menerapkan metde Peer Teaching Learning di MAN 1 Jember tahun
pelajaran 2013-2014
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga pendidikan (Instansi)
Sebagai bahan masukan/saran untuk mengembangkan strategi belajar yang
tepat dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar
siswa ataupun mutu lulusan.
2. Bagi Guru
Menambah wawasan pada guru dalam menggunakan pendekatan
kontruktivisme melalui metode Peer Teaching yang menggunakan berbagai media
pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Untuk memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan
guru dengan metode yang sesuai sehingga dapat meningkatkan perhatian siswa
dalam proses pembelajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan
penelitian yang sejenis pada pokok bahasan lain dalam upaya meningkatkan
perhatian siswa dalam proses pembelajaran.