peer teaching dalam pembelajaran sejarah

9
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Es, berakhlak mulia, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi abad ke-21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Di

Upload: olive-olivia

Post on 27-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pembelajaran sejarah agar menjadi pelajaran yang diminati

TRANSCRIPT

Page 1: peer teaching dalam pembelajaran sejarah

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta

didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang

akan datang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang

Sisdiknas pasal 3 menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Es, berakhlak mulia, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi abad ke-21, UU Sisdiknas juga

memberikan arahan yang jelas bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah

satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan

program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan,

dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya.

Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi

himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan

keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki

seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan

seterusnya. Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan

atau keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki

kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri

sehingga esensi tujuan pendidikan tercapai.

Pendidikan adalah  suatu usaha untuk  melakukan proses pembelajaran 

bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di suatu

negara. Pendidikan tidak terlepas dari kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah.

Kurikulum merupakan suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di suatu negara. Kurikulum  yang dipakai saat ini, mengacu

Page 2: peer teaching dalam pembelajaran sejarah

2

pada Undang-Undang  No.20  Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Dengan adanya perubahan kurikulum di Indonesia semakin mengerti bahwa

pendidikan semakin bersemangat dalam meningkatkan kemampuan muridnya.

Dari kurikulum KTSP yang hanya bertumpu pada kemampuan kognitif saja.

Sekarang semakin berkembang menjadi Kurikulum 2013 yang kemudian

mencakup dalam tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu,

dengan kemajuan pendidikan yang dilakukan dan dibuktikan dengan adanya

pembaharuan kurikulum, pemerintah menginginkan agar dengan adanya

pendidikan, putra-putri Indonesia semakin sadar untuk menjaga kepribadian dan

kebidayaan bangsa sendirir, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Pada kurikulum 2013 ini, menurut Sudjana (1989:72) pembelajaran yang

terjadi telah terjadi pembaharuan dalam kegiatan belajar siswa, yakni dalam

pembelajaran tidak hanya guru yang selalu aktif menyampaikan pelajaran atau

pengetahuan kepada siswanya, akan tetapi yang menjadi tujuan utama yaitu siswa

yang harus aktif di dalam kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Sehingga kedudukan guru dalam hal ini hanya sebagai jembatan atau membantu

disaat siswa mengalami kesusahan dalam memecahkan masalah pelajaran di

kelasnya.

Dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, tak tepat jika ada yang

menyampaikan bahwa pemerintah salah sasaran saat merencanakan perubahan

kurikulum karena yang perlu diperbaiki sebenarnya metodologi pembelajaran,

bukan kurikulum (Mohammad Abduhzen, ”Urgensi Kurikulum 2013”, Kompas

21/2 dan ”Implementasi Pendidikan”, Kompas 6/3).     Hal ini menunjukkan

belum dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum berbasis kompetensi mencakup

metodologi pembelajaran. Tanpa metodologi pembelajaran yang sesuai, tak akan

terbentuk kompetensi yang diharapkan.

Melihat perubahan yang diingiinkan leh pemerintah, tidak hanya

mementiingkan pada kemampuan kognitif saja tetapi sampai pada afektif dan

psikomotor, maka bukan hanya fakta-fakta saja yang diajarkan kepada siswa, akan

tetapi disesuaikan dengan lingkunga siswa yang sering dikenal dengan

Page 3: peer teaching dalam pembelajaran sejarah

3

pembelajaran kontekstual. Hal ini juga sangat perlu diterapkan dalam

pembelajarran sejaran yang terkesan sangat membosankan. Pembelajaran sejarah

yang selama ini dilkaukan di sekolah-sekolah hanya memberikan fakta-fakta

sejarah saja ddan kegiatannya kebanyakan menghafal. Oleh karena itu, siswanya

akan mudah sekali bosan. Selain itu, menurut Soewarso (2000:2), pembelajaran

sejarah hanyalah kegiatan yang mengulang saja dari tingkat pendidikan terendah

(SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) karena teknik dan model yang

dilakukan oleh guru kurang menarik. Guru biasanya memulai pelajarannya

dengan cerita atau hanya membacakan naskah tertulis di dalam buku, sehingga

siswanya hanya mendengarkan penjelasan yang monoton. Oleh karena itu, dengan

danya peubahan yang dilakukan oleh pemerintah, juga membuat guru haruslah

melakukan pembaharuan dalam pengajarannya, tidak hanya dengan metode

cermah saja.

Selain itu, pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang menerangkan

tentang masa lalu, sehingga siswa beranggapan bahwa materii yang dijelaskan

tidak penting dan mudah, karna hanya membaca dan menghafal saja.

Melihat keadaan peljaaran sejarah yang semakin terbelakang, padahal

sejarah dapat mengajarkan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari serta dapat menjadi pelajaran bagi masa yang akan datang, maka

sorang guru perlu untuk menggunakan beberapa metode dan srtategi agar

pelajaran sejaran dapat digunakan secara total dalam pembelajaran. Dengan cara-

cara yang dipakai oleh guru dalam penyampaian materi sejarah dalam kelas, akan

mempermudah guru untuk menyapaikan materi dan juga siswa akan tertarik

kepada pemblejaran sejaran. Dengan ketertarikan tersebut, siswa akan berperan

aktif, tidak hanya diam saja dan mendengarkan saja, akan tetapi siswa juga prlu

untuk menanyakan dan menghayati peristiwa yang sudah terjadi. Apabila guru

mempunyai berbagai cara kreatif dalam penyampaiannya, maka guru akan bisa

menghadirkan peristiwa masa lalu seolah-seolah siswa juga hadir dalam peristiwa

tersebut. Dengan hal itu, amka siswa akan melalui proses penghayatan dan dapat

mengambil nilai-nilai yang terkandung dalamsetiap pelajaran sejarah dan

memerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Page 4: peer teaching dalam pembelajaran sejarah

4

Di sekolah MAN 1 Jember ini, peda pembelajaran sejarah kebanyakan

siswa kurang aktif, karena pelajaran yang disampaikan terlalu banyak dan hanya

berupa kata-kata yang panjang. Ditambah lagi dengan kurangnya guru yang

mengajara pelajaran sejarah. Guru di MAN 1 Jember kebanyakan bukan guru asli

dari Penddikan Sejaraha, kan tetapi guru yang dahulunya menempuh selain

sejarah, tetapi sma-sama menempuh Pendidikan sosial. Dengan hal itu, maka jelas

bahwa guru dalam hal ini masih tidak menguasai metode atau cara-cara yang

dilakukan dalam penyampain materi kepada siswa. Yang dlakukan guru hanya

menyampaikan saja, dan tidak memikirkan apakah pelajaran sejarah itu dapat

diambil nilai-nilainya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kelemahan-kelemahan yang ada dalam pembelajaran sejarah dan juga kurangnya

metode dan strategi yang dimiliki oleh guru, maka peneliti dalam hal ini

menyarankan agar menggunakan metode Peer Teaching Learning yang dapat

meningkatkan kemempuan psikomotorik siswa serta hasil belajar siwa di dalam

kelas.

Metode Peer Teaching Learning adalah metode pengajaran sebaya ataupun

pengajaran yyang dilakukan antar teman. Metode iini dapat menjadi petunjuk

apabila siswanya takut mau menanykan pelajaran yang tidak dimengerti kepada

guru. Selain itu, dengan penerapan metode Peer Teaching ini, siswa dapat

meningkatkan kemampuan psikomotornya atau keterampilannya dalam

mengungkapkan permasalahan kepada gurur ataupun temannya sendiri. Dengan

metode ini, siswa akan meewati proses pengahayatan peristiwa sejarah, karena

telah memahami pelajaran sejarah tersebut. Siswa akan merasa mempunyai

tanngung jawab agar dapat menyampaikan materi kepada teman-temannya. Siswa

dengan tingkat kepandaian yang tinggi dapat membantu siswa yang kurang

pandai, dengan mengajarkan materi atau melaksanakan bimbingan dalam

menyelesaikan soal-soal atau permasalahan. Tutor sebaya dapat mengembangkan

nilai-nilai kemanusiaan, siswa menjadi lebih percaya diri, saling membantu antar

teman, menghargai pendapat orang lain dan mau menerima kekurangan diri

sendiri sebagai sesuatu yang dapat dipenuhi dengan masukan dan bantuan dari

orang lain.

Page 5: peer teaching dalam pembelajaran sejarah

5

Dalam pembelajaran tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai

memberikan bantuan belajar kepada teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar

oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan sehingga teman yang

diajar tidak malu untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Untuk menentukan tutor, guru dapat melihat dari perkembangan akademik siswa

seperti peringkat yang tinggi di kelasnya.

Inti dari pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang

pelaksanaannya dengan membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil, yang

sumber belajarnya bukan hanya guru tetapi juga teman sebaya.

Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Penerapan Metode Peer Teaching Lerning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Mata

Pelajaran Sejarah Di MAN 1 Jember Tahun Pelajaran 2013-2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa masaah

dengan perumusan sebagai berikut:

1. Apakah dengan menerapkan metode Peer Teaching Learning dapat

meningkatkan kemampuan psikomotor siswa pada kelas XI pada mata

pelajaran Sejarah di MAN 1 Jember tahun pelajaran 2013-2014?

2. Apakah dengan menerapkan metode Peer Teaching Learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas XI mata pelajaran sejarah di

MAN 1 Jember tahun pelajaran 2013-2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa kelas XI pada mata

pelajarn sejarah dengan menerapkan metode Peer Teaching Learning di MAN

1 Jember tahun pelajaran 2013-2014

Page 6: peer teaching dalam pembelajaran sejarah

6

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran sejarah

dengan menerapkan metde Peer Teaching Learning di MAN 1 Jember tahun

pelajaran 2013-2014

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga pendidikan (Instansi)

Sebagai bahan masukan/saran untuk mengembangkan strategi belajar yang

tepat dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar

siswa ataupun mutu lulusan.

2. Bagi Guru

Menambah wawasan pada guru dalam menggunakan pendekatan

kontruktivisme melalui metode Peer Teaching yang menggunakan berbagai media

pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Untuk memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan

guru dengan metode yang sesuai sehingga dapat meningkatkan perhatian siswa

dalam proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan

penelitian yang sejenis pada pokok bahasan lain dalam upaya meningkatkan

perhatian siswa dalam proses pembelajaran.