pedoman rtrw segala aspek

102
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota i KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah seperti yang diharapkan, pemerintah pusat berkewajiban mendorong pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menjadi bagian dari otonomi daerah tersebut. Penerbitan buku pedoman ini merupakan respon positif terhadap berbagai permintaan daerah terkait dengan terbitnya amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Buku pedoman ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pegangan bagi Pemerintah Kota dan seluruh masyarakat terutama para praktisi dan para akademisi di berbagai kegiatan yang dalam tugas dan kegiatannya berkaitan dengan penataan ruang di wilayah Kota. Pedoman ini ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota yang memuat ketentuan teknis dan prosedur penyusunan RTRW Kota yang juga mencakup keterlibatan masyarakat dan merupakan pedoman umum yang berlaku secara nasional. Buku pedoman ini tidak menguraikan secara detail proses pelaksanaan penyusunan penataan ruang wilayah kota, tetapi hanya merupakan rambu-rambu penyelesaian RTRW Kota sehingga dalam pelaksanaan ada kemungkinan ditemukan hal-hal yang perlu dipertajam dan kurang sesuai dengan kondisi setempat. Oleh karena itu pelaksanaannya tentu dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah kota setempat. Kami harapkan upaya fasilitasi pemerintah ini tidak selesai dengan adanya pedoman ini, namun dapat dilanjutkan dengan upaya penyebarluasan dan penyempurnaannya. Untuk itu segala masukan, saran maupun kritik untuk perbaikan pedoman ini sangat kami hargai. Akhirnya bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini, kami mengucapkan terima kasih. Direktur Penataan Ruang Nasional Ir. Iman Soedradjat, MPM

Upload: yogan-daru-prabowo

Post on 19-Jul-2015

173 views

Category:

Law


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah seperti yang diharapkan, pemerintah pusat berkewajiban mendorong pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menjadi bagian dari otonomi daerah tersebut. Penerbitan buku pedoman ini merupakan respon positif terhadap berbagai permintaan daerah terkait dengan terbitnya amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Buku pedoman ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pegangan bagi Pemerintah Kota dan seluruh masyarakat terutama para praktisi dan para akademisi di berbagai kegiatan yang dalam tugas dan kegiatannya berkaitan dengan penataan ruang di wilayah Kota.

Pedoman ini ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota yang memuat ketentuan teknis dan prosedur penyusunan RTRW Kota yang juga mencakup keterlibatan masyarakat dan merupakan pedoman umum yang berlaku secara nasional. Buku pedoman ini tidak menguraikan secara detail proses pelaksanaan penyusunan penataan ruang wilayah kota, tetapi hanya merupakan rambu-rambu penyelesaian RTRW Kota sehingga dalam pelaksanaan ada kemungkinan ditemukan hal-hal yang perlu dipertajam dan kurang sesuai dengan kondisi setempat. Oleh karena itu pelaksanaannya tentu dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah kota setempat.

Kami harapkan upaya fasilitasi pemerintah ini tidak selesai dengan adanya pedoman ini, namun dapat dilanjutkan dengan upaya penyebarluasan dan penyempurnaannya. Untuk itu segala masukan, saran maupun kritik untuk perbaikan pedoman ini sangat kami hargai. Akhirnya bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini, kami mengucapkan terima kasih.

Direktur Penataan Ruang Nasional

Ir. Iman Soedradjat, MPM

Page 2: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................... 1 1.3 Ruang Lingkup Pedoman .......................................................................................... 1

BAB II KETENTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW KOTA

2.1 Muatan RTRW Kota .................................................................................................. 2 2.2 Format Penyajian ...................................................................................................... 2 2.3 Masa Berlaku RTRW Kota ........................................................................................ 2 2.4 Data dan Informasi Yang Dikumpulkan Dalam Penyusunan RTRW Kota ................ 3 2.5 Analisis dalam Penyusunan RTRW Kota .................................................................. 4 2.6 Perumusan RTRW Kota ............................................................................................ 6

2.6.1 Rumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi ....................................................... 6 2.6.2 Rumusan Rencana Struktur Ruang ................................................................ 8 2.6.3 Rumusan Rencana Pola Ruang ...................................................................... 11 2.6.4 Penetapan Kawasan Strategis ........................................................................ 16 2.6.5 Arahan Pemanfaatan Ruang ........................................................................... 18 2.6.6 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang ............................................... 19

BAB III PROSEDUR PENYUSUNAN RTRW KOTA 3.1 Tahapan Persiapan Penyusunan RTRW Kota .......................................................... 24 3.2 Tahapan Review ....................................................................................................... 26 3.3 Tahapan Penyusunan RTRW Kota ........................................................................... 27 3.3.1 Pengumpulan Data ........................................................................................... 27 3.3.2 Analisis ............................................................................................................ 28 3.3.3 Perumusan Konsep RTRW Kota ...................................................................... 29 3.4 Tahapan Legalisasi.................................................................................................... 31

Page 3: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) ...................................... 9 Gambar 2.2 Cakupan Arahan Sanksi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang berdasarkan UUPR

No 26/2007 .................................................................................................................22 Gambar 3.1 Prosedur dan Masa Penyusunan RTRW Kota ..........................................................23 Gambar 3.1 Prosedur Umum Penyusunan RTRW Kota ................................................................25 Gambar 3.3a Prosedur Penyusunan RTRW Kota secara swakelola ...............................................32 Gambar 3.3b Prosedur Penyusunan RTRW Kota secara Kontraktual .............................................33

Page 4: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

iv

LAMPIRAN Lampiran I-A Pengertian-Pengertian Lampiran I-B Acuan Normatif Lampiran I-C Kedudukan RTRW Kota Lampiran I-D Fungsi Dan Manfaat RTRW Kota Lampiran II-A Kelompok Dan Jenis/Item Data Standar Untuk Penyusunan RTRW Kota Lampiran II-B Rincian Analisis Untuk Penyusunan RTRW Kota Lampiran III Tipe Daerah/Kawasan Dan Pengaruhnya Pada RTRW Kota Lampiran IV-A Skema Keterkaitan Data, Analisis, Output, Dan Muatan Rencana Pada

Penyusunan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Lampiran IV-B Skema Keterkaitan Data, Analisis, Output Analisis, Dan Rencana Pola

Ruang Wilayah Kota Lampiran V Keterkaitan Substansi, Tahapan Dan Ketelibatan Pihak-Pihak Dalam

Penyusunan RTRW Kota Lampiran VI-A1 Ilustrasi Struktur Ruang Kota Contoh 1 Lampiran VI-A2 Ilustrasi Struktur Ruang Kota Contoh 2 Lampiran VI-A3 Ilustrasi Pengembangan Sistem Prasarana Lampiran VI-B1 Ilustrasi Pola Ruang Kota Contoh 1 Lampiran VI-B2 Ilustrasi Rencana Pola Ruang Kota Contoh 2 Lampiran VI-C1 Lustrasi Penetapan Kawasan Strategis Kota Contoh 1 Lampiran VI-C2 Ilustrasi Rencana Penetapan Kawasan Strategis Kota Contoh 2 Lampiran VII Matrik Susunan Tipikal Indikasi Program Utama Dalam Penyusunan

RTRW Kota Lampiran VIII Matrik Tipikal Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pada RTRW Kota Lampiran IX Arahan sanksi pada tiap jenis unsur tindak pidana terkait penataan ruang

menurut uupr no. 26 tahun 2007 Lampiran X Tabel Ringkasan Isi Rencana RTRW Kota Dirinci Per Muatan RTRW Kota Lampiran XI Tabel Peta Data, Analisis, Dan Rencana Dalam RTRW Kota

Page 5: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang dilihat sebagai wadah interaksi sosial, ekonomi, dan budaya antara manusia dengan manusia lainnya, ekosistem, dan sumber daya buatan. Interaksi ini tidak dengan sendirinya berlangsung secara seimbang dan saling menguntungkan berbagai pihak yang ada karena adanya perbedaan kemampuan, kepentingan serta perkembangan ekonomi yang dinamis dan akumulatif. Oleh karena itu ruang perlu ditata agar dapat memelihara keberlanjutan lingkungan dan memberikan dukungan terhadap kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Wilayah kota pada hakekatnya adalah pusat kegiatan ekonomi yang berfungsi mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, dengan demikian maka wilayah kota perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota pada intinya adalah rencana pemanfaatan ruang yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan wilayah dan sektor dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang ada dalam wilayah kota.

Penataannya perlu didasarkan pada pemahaman terhadap isu-isu ekonomi, sosial dan lingkungan yang menjadi permasalahan utama suatu wilayah kota. Potensi, keterbatasan alam, perkembangan kegiatan sosial ekonomi, serta tuntutan kebutuhan peri kehidupan saat ini dan kelestarian lingkungan hendaknya terpetakan dalam rencana pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dituangkan dalam RTRW Kota.

Sebagai suatu rencana, RTRW Kota tidak hanya menggambarkan tata letak dan keterkaitan hirarkis ruang, baik antar kegiatan maupun antar pusat kegiatan, akan tetapi juga kualitas komponen-komponen yang menjadi penyusunan ruang.

Kualitas ruang itu sendiri ditentukan oleh terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan pemanfaatan ruang yang mengindahkan faktor daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, lokasi, dan struktur (keterkaitan jaringan infrastruktur dengan pusat permukiman dan jasa).

1.2 Maksud Dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai rujukan/acuan dalam kegiatan penyusunan RTRW Kota oleh Pemerintah Kota dan semua pihak terkait dalam penyusunan RTRW Kota.

1.3 Ruang Lingkup Pedoman Pedoman ini meliputi kegiatan Penyusunan RTRW Kota yang bersifat umum, baku dan minimal yang harus dipenuhi dalam proses penyusunan RTRW Kota, mencakup ketentuan teknis dan prosedur penyusunan RTRW Kota.

Page 6: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

2

BAB II KETENTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW KOTA

2.1 Muatan RTRW Kota RTRW Kota memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota; yang ditetapkan oleh pemerintahan daerah kota yang merupakan perwujudan visi dan misi pembangunan keruangan jangka panjang kota dalam mendukung perwujudan tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional;

b. Rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kota;

c. Rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota dan kawasan budi daya kota;

d. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

e. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non-hijau; dan

f. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

g. Penetapan kawasan strategis kota; yang merupakan kawasan yang diprioritaskan penataan ruangnya menurut kriteria yang ditetapkan;

h. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan

i. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

2.2 Format Penyajian Rencana Tata Ruang Wilayah Kota terdiri dari buku data dan analisis, buku rencana, serta album peta dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:50.000. Buku data dan analisis serta buku rencana disajikan dalam format A4, sedangkan album peta disajikan minimal format A3 yang dilengkapi dengan format digital dengan ketelitian informasi peta skala 1:25.000 atau skala 1:50.000.

2.3 Masa Berlaku RTRW Kota

RTRW Kota berlaku dalam angka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun,

Peninjauan kembali RTRW Kota dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) tahun jika terjadi perubahan kebijakan dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang wilayah dan/atau terjadi dinamika internal yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar dan pemekaran wilayah yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Peninjauan kembali dan revisi RTRW Kota dilakukan bukan untuk pemutihan penyimpangan penataan ruang.

Page 7: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

3

2.4 Data Dan Informasi Yang Dikumpulkan Dalam Penyusunan RTRW Kota Dalam menyusun RTRW Kota terlebih dahulu diperlukan identifikasi masalah, potensi, prospek, dan kebutuhan pembangunan kota kini dan di masa yang akan datang. , Gambaran lengkap mengenai kondisi kota terkait meliputi.

a. Paradigma masyarakat terhadap kota yang akan disusun RTRW-nya sebagai suatu kota dengan fungsi dan karakteristik tertentu;

b. Isu-isu kunci yang memerlukan tindak lanjut segera dari pemerintah kota;

c. Permasalahan utama wilayah kota terkait aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan spasial;

d. Tantangan terkait keterbatasan sumber daya dan pendanaan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan kota;

e. Peluang yang dapat dikembangkan melalui potensi-potensi sumber daya kota yang tersedia.

f. Resiko atau potensi yang dapat berkembang;

g. Skema pencapaian dilihat dari keadaan eksisting dan sasaran atau harapan pencapaian di masa yang akan datang.

Data dan informasi didapatkan dari survey primer dan survey sekunder dengan memperhatikan tingkat validitas data (keakuratan jenis data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya yang mungkin ada). Data-data tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap wilayah kota oleh karena itu sangat penting untuk mendapatkan data tahunan (time series) minimal 5 tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat kelurahan atau desa. Data dan informasi dikumpulkan antara lain meliputi:

a. Peta dasar;

b. Kebijakan pembangunan;

c. Data Regional terkait;

d. Kondisi fisik/lingkungan dan Sumber daya alam;

e. Sumber daya buatan;

f. Kependudukan/Sumber Daya Manusia (SDM);

g. Kondisi ekonomi;

h. Kondisi sosial budaya;

i. Penggunaan lahan;

j. Kelembagaan; dan

k. Pendanaan pembangunan.

Diluar data dan informasi tersebut diatas, masih dimungkinkan terdapat data maupun informasi lain yang bersifat spesifik dan penting sebagai bahan analisis sesuai dengan karakteristik wilayah kota yang akan direncanakan.

Adapun cakupan pada tiap aspek data & informasi yang dikumpulkan dalam penyusunan RTRW Kota ini mencakup data eksternal dan internal wilayah, sebagaimana dalam Lampiran IV pedoman ini.

Page 8: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

4

Jenis data yang dikumpulkan di atas merupakan jenis data umum yang perlu dikumpulkan pada penyusunan RTRW Kota yang berlaku bagi semua daerah. Tetapi pada kondisi tertentu dan dengan adanya perbedaan tipe kota, maka penguatan pengumpulan data pada jenis tertentu diperlukan. Tipe daerah yang berbeda dapat disebabkan karena perbedaan berikut:

a. Geografi wilayah berdasarkan keterkaitannya dengan perbatasan antara negara,

b. Geografi wilayah dalam tatanan pulau,

c. Kondisi Sumber Daya Alam (SDA) daerah,

d. Morfologi dan kelerengan,

e. Kekeringan daratan,

f. Keberadaan sungai besar,

g. Kerawanan bencana,

h. Perkembangan ekonomi,

i. Budaya,

j. Dominasi fungsi penggunaan lahan,

Pada tipe-tipe daerah yang berbeda tersebut, maka kebutuhan penguatan/penekanan data yang harus dikumpulkan karena akan sangat penting bagi kebutuhan analisisnya, juga berbeda walaupun secara umum semua data di atas juga dkumpulkan.

Secara lengkap kebutuhan penguatan/penekanan data pada tiap tipe daerah/kota, dapat dilihat pada Tabel di Lampiran II: Tipe daerah/kawasan dan pengaruhnya pada Rencana Tata Ruang.

2.5 Analisis Dalam Penyusunan RTRW Kota Untuk mendapatkan gambaran kondisi kota secara menyeluruh perlu dilakukan analisis terhadap seluruh aspek pembangunan/penataan ruang kota. Aspek-aspek yang akan dianalisis, meliputi kebijakan pembangunan, kependudukan, fisik/lingkungan dan sumber daya alam, sumber daya buatan (SDB), ekonomi, sosial budaya, penggunaan lahan, kelembagaan, dan pendanaan pembangunan yang data dan informasinya telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Analisis dilakukan untuk memahami unsur-unsur pembentuk ruang serta proses terbentuknya ruang wilayah, dengan memperhatikan kebijakan pembangunan wilayah melalui analisis terhadap kondisi sekarang, kecenderungan di masa depan serta kebutuhan ruang untuk memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan kota.

Analisis terhadap data dan informasi yang dirangkum meliputi analisa internal wilayah kota dan wilayah eksternal kota hingga mencakup skala regional yang lebih luas dalam identifikasi kedudukan, peran, dan keterkaitan kota pada sistem regional yang lebih luas dalam semua aspek baik dalam tatanan internasional, nasional, kepulauan dan kawasan metropolitan. Hal ini untuk memberikan pemahaman dan hasil kaji menyeluruh terhadap wilayah kota dan keterkaitannya terhadap wilayah sekitarnya yang memiliki implikasi langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan dan perkembangan kota.

Secara umum, analisis yang dilakukan dalam penyusunan RTRW meliputi:

a. Analisis kebijakan dan visi pembangunan;

b. Analisis regional;

c. Analisis fisik/lingkungan dan sumber daya alam;

d. Analisis sumber daya buatan;

e. Analisis kependudukan (Sumber Daya Manusia);

Page 9: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

5

f. Analisis sosial budaya;

g. Analisis ekonomi dan sektor unggulan;

h. Analisis sistem pusat pelayanan;

i. Analisis penggunaan lahan;

j. Analisis kelembagaan; dan

k. Analisis pendanaan pembangunan;

l. Analisis Sintesa Multi Aspek / analisis komprehensif.

Rincian dan keterangan lengkap pada tiap jenis analisis dapat dilihat pada Lampiran III-C. Setelah dilakukan analisis kebijakan dan sektoral baik pada skala regional maupun intra wilayah tersebut diatas, langkah berikutnya melakukan analisis struktur ruang eksisting kota; analisis potensi dan masalah penataan ruang kota; analisis kecenderungan dan kebutuhan pengembangan kota; dan analisis lainnya yang sesuai dengan karakteristik kota yang direncanakan. Analisis ini dilakukan untuk memahami kota dalam perspektif yang lebih komprehensif dengan memperhatikan keterkaitan antar aspek pembangunan baik dalam lingkup internal kota maupun dalam lingkup yang lebih luas. Analisis ini dilakukan dengan melakukan sintesa atau kombinasi dua atau lebih analisis diatas.

Dari hasil analisis komprehensif ini, dihasilkan:

a. Visi pengembangan kota;

b. Potensi dan masalah penataan ruang (struktur dan pola ruang) kota dari multi aspek yang berpengaruh

c. Peluang dan tantangan penataan ruang (stuktur dan pola ruang) kota dari multi aspek yang berpengaruh, termasuk di dalamnya prospektif pertumbuhan/ perkembangan ekonomi, kependudukan (jumlah, distribusi, mobilitas), aspek fisik dan penggunaan lahan, aspek sumber daya buatan, pendanaan, dan kelembagaan;

d. Kecenderungan perkembangan dan kesesuaian kebijakan penataan ruang (struktur dan pola ruang) kota dari multi aspek yang berpengaruh

e. Perkiraan kebutuhan pengembangan kota yang meliputi pengembangan struktur ruang yang meliputi sistem pusat pelayanan kegiatan dan sistem prasarana, serta pengembagan pola ruang yang sesuai untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan potensi yang dimiliki, mengelola peluang yang ada serta dapat mengantisipasi tantangan pembangunan ke depan.

f. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

g. Arah pola ruang berbasis mitigasi bencana dan memperhatikan karakteristik sosial budaya di kota

h. Pola ruang kawasan strategis nasional (KSN) di kota yang perlu diadopsi dalam RTRW Kota.

Sebagaimana data yang dikumpulkan, analisis yang perlu dilakukan dalam penyusunan RTRW kota sebagaimana diuraikan di atas merupakan analisis umum yang perlu dilakukan pada penyusunan RTRW kota yang berlaku bagi semua daerah. Tetapi pada kondisi tertentu, karena tipe daerah/kotanya berbeda maka penguatan/penekanan analisis tertentu diperlukan dalam penyusunan RTRW kota nya sesuai dengan tipe daerah/kotanya. Tipe daerah yang berbeda dapat disebabkan karena perbedaan karakteristik daerah/kotanya.

Pada tipe-tipe daerah yang berbeda tersebut, maka kebutuhan penguatan/penekanan analisis yang dilakukan, juga berbeda walaupun secara umum semua analisis di atas tetap dilakukan.

Page 10: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

6

Secara lengkap kebutuhan penekanan/penguatan analisis tertentu pada tiap tipe daerah kota, dapat dilihat pada Tabel di Lampiran III Tipe daerah/kawasan dan pengaruhnya pada Rencana Tata Ruang.

Dari seluruh analisis yang dilakukan baik analisis sektoral pada aspek tertentu maupun analisis komprehensif terhadap arah pengembangan wilayah kota, dituangkan dalam bentuk konsep pengembangan kota. Konsep pengembangan kota ini sangat terkait dengan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya serta proses dalam mentransformasikan sumber daya tersebut. Konsep pengembangan kota mencakup:

a. Konsep tujuan penataan ruang wilayah kota;

b. Penetapan fungsi kegiatan pada wilayah kota, terutama pada pusat-pusat pelayanan kegiatan kota;

c. Konsep kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

d. Konsep pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan di kota, beserta sistem prasarana yang mengintegrasikan serta memberikan pelayanan bagi fungsi kegiatan yang ada/direncanakan;

e. Konsep pola ruang wilayah kota sesuai dengan fungsi kegiatan yang hendak dikembangkan dan struktur ruang yang hendak dituju;

f. Perkiraan jumlah penduduk pada akhir masa berlakunya rencana dan kebijakan pengembangan penduduk yang diarahkan.

g. Skenario pengembangan wilayah kota terhadap daya tampung maksimal ruang wilayah kota.

2.6 Rumusan RTRW Kota

Berdasarkan konsep pengembangan kota, dirumuskan RTRW Kota. Muatan RTRW Kota mencakup: 1) Perumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi penataan ruang; 2) Perumusan Rencana Struktur Ruang, 3) Perumusan Rencana Pola Ruang (termasuk didalamnya Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, Ruang Terbuka Non-hijau dan Prasarana dan Sarana pejalan kaki, angkutan umum, sektor informal, serta evakuasi bencana); 4) Penetapan Kawasan Strategis Kota; 5) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota serta Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perumusan konsep RTRW Kota, seperti halnya pada tahap pengumpulan data dan tahap analisis, karakteristik tipikal kota yang bersifat spesifik perlu dijadikan pertimbangan didalam proses perumusan konsep RTRW Kota. Sebagai contoh, kota-kota di wilayah pesisir atau kota kepulauan cenderung akan memiliki dua orientasi pergerakan (interaksi) baik internal maupun eksternal, yaitu di daratan dan di perairan. Hal ini secara umum akan berbeda dengan kota-kota yang berada di wilayah daratan yang umumnya hanya berorientasi di wilayah daratan.

Begitu pula dengan kota-kota yang berada pada wilayah yang rawan bencana, seperti berada pada zona patahan aktif, kawasan rawan gempa dan/atau tsunami, kawan rawan gunung berapi (vulkanik) dan kawasan rawan bencana lainnya. Pada kota-kota yang berada pada wilayah rawan bencana tersebut, maka aspek mitigasi bencana perlu dijadikan salah satu pertimbangan utama dalam perumusan rencana struktur dan pola ruang ke depan. Sebagai contoh, pada kota-kota di wilayah pesisir pantai, pusat-pusat pelayanan kegiatan seyogyanya direncanakan pada zona yang aman dari bahaya, yaitu pada radius atau jarak tertentu dari pantai. Selain itu, perlu penyediaan dan pemanfaatan ruang evakuasi bencana yang dapat berupa bangunan ataupun alam yang dapat dijadikan ruang evakuasi yang aman dari bencana.

2.6.1 Rumusan Tujuan, Kebijakan Dan Strategi

Page 11: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

7

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari visi dan misi kota dalam pelaksanaan dan operasional untuk mencapai kondisi ideal penataan ruang kota seperti yang digambarkan dalam visi dan misi Kota.

A. Rumusan Tujuan Penataan Ruang Kota Tujuan penataan ruang wilayah kota menekankan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang diinginkan di akhir masa perencanaan (20 tahun mendatang). Rumusan tujuan nya disusun dengan mengacu pada:

a. Visi dan misi pembangunan jangka panjang kota;

b. Rumusan tujuan diturunkan dari visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah pada aspek keruangan yang akan dituju sampai dengan akhir masa berlakukan RTRW kota;

c. Karakteristik wilayah kota

d. Karakteristik wilayah kota juga perlu diperhatikan dalam perumusan tujuan penataan ruang wilayah kota. Dengan mengenali karakter wilayah akan dapat diketahui potensi, permasalahan, peluang, tantangan, dan hambatan dalam penataan ruangnya. Oleh karena itu rumusan tujuan yang memperhatikan karakter wilayah kota relatif akan lebih mungkin dicapai.

e. Tujuan penataan ruang nasional

f. Rumusan tujuan, selain diturunkan dari visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah, juga harus dapat mendukung terwujudnya tujuan penataan ruang nasional.

Tujuan penataan ruang tiap kota akan berbeda-beda tergantung karakteristik wilayahnya, serta visi dan misi pembangunan jangka panjang daerahnya yang hendak diwujudkan selama masa berlakunya RTRW kota.

B. Rumusan Kebijakan Dengan teridentifikasinya tujuan RTRW Kota di atas, maka dapat dirumuskan beberapa kebijakan penataan ruang kota.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota yang dimaksud adalah merupakan arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 tahun. Kebijakan penataan (khususnya perencanaan) ruang ini meliputi kebijakan pengembangan struktur dan kebijakan pengembangan pola ruang. Masing-masing kebijakan pada tiap aspek merupakan kebijakan dasar dalam penataan ruang seluruh wilayah kota pada aspek tersebut.

Kebijakan pengembangan struktur merupakan arahan dasar dalam pengembangan struktur ruang kota. Kebijakan pengembangan pola ruang kota merupakan arahan dasar dalam mengembangkan pola ruang kota yang meliputi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan strategis kota.

Kebijakan pengembangan struktur harus memuat arahan dasar dalam pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan dalam kota, serta arahan dasar dalam pengembangan sistem prasarana kota. Kebijakan pengembangan pola ruang, paling tidak harus memuat arahan dasar dalam pengembangan kawasan lindung, arahan dasar dalam pengembangan kawasan budidaya, serta arahan dasar dalam pengembangan kawasan strategis kota.

Rumusan kebijakan ini juga disusun dengan memperhatikan tujuan penataan ruang yang hendak dicapai sampai akhir tahun masa berlakunya RTRW Kota, serta memperhatikan kondisi lingkungan strategis wilayah kota baik internal maupun

Page 12: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

8

eksternal, sehingga kebijakan yang diambil mampu menjadi dasar bagi pencapaian tujuan penataan ruang kota.

C. Rumusan Strategi Strategi adalah pernyataan yang menjelaskan langkah yang harus ditempuh untuk merealisasikan/ melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ada dalam RTRW Kota. Strategi merupakan gambaran atau penjabaran kebijakan arah pengembangan kota di masa datang untuk mencapai tujuan penataan ruang kota yang diinginkan atau dituju.

Setelah kebijakan perencanaan ruang ditetapkan, masing-masing kebijakan tersebut dirinci dalam langkah-langkah perwujudan yang disebut strategi. Oleh karenanya, strateginya juga akan mengikuti struktur kebijakan yang ditetapkan, yaitu mencakup strategi pengembangan struktur ruang dan strategi pengembangan pola ruang kota. Strategi-strategi ini berdasarkan kebijakan yang ditetapkan dalam penataan ruang kota.

2.6.2 Rumusan Rencana Struktur Ruang Kota

Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu kesatuan dari sistem regional, kota, nasional bahkan internasional.

Rencana struktur ruang kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota, dan rencana sistem prasarana kota. Rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kegiatan kota menggambarkan lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hirarkinya, cakupan/skala layanannya, serta dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam lingkup yang lebih luas maupun mengitegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota, sehingga kota dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang ditetapkan.

A. Penetapan Pusat Pelayanan Kegiatan Kota Pusat pelayanan kegiatan kota dengan skala pelayanan yang paling luas menduduki hirarki/orde teringgi dalam sistem pusat pelayanan kegiatan kota. Begitu sebaliknya bagi pusat pelayanan kegiatan yang memiliki skala pelayanannya paling sempit/kecil.

Nomenklatur yang dapat digunakan dalam memetakan hirarki pusat pelayanan kegiatan sebagai berikut:

a. Pusat Primer, Pusat Sekunder, Pusat Tersier, dan seterusnya;

b. Hirarki I, Hirakri II, Hirarki III dan seterusnya;

c. Orde I, Orde II, Orde III, dan seterusnya.;

d. atau istilah lainnya.

Untuk kota yang menjadi bagian dari suatu metropolitan, perlu digambarkan kedudukannya dalam struktur ruang metropolitan, sebagai kota inti metropolitan atau sebagai kota/perkotaan satelit metropolitan.

Pada masing-masing pusat kegiatan tersebut diarahkan dominasi fungsi kegiatan tertentu beserta sistem prasarana penunjang yang menunjang pelayanan kegiatan. Penetapan fungsi kegiatan tertentu pada tiap pusat pelayanan kegiatan kota, dilakukan sesuai

Page 13: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

9

potensinya maupun peluang dan hambatan yang mungkin, sedemikian rupa sehingga kota dapat mengemban fungsi dan perannya dalam lingkup yang lebih luas.

Ilustrasi peta pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota beserta penetapan fungsi kegiatannya, dapat dilihat pada Lampiran VI-A1 dan Lampiran VI-A2.

B. Rencana Sistem Prasarana Kota Rencana sistem prasarana yang dikembangkan yang mengintegrasikan dan memberikan pelayanan bagi fungsi kegiatan yang dikembangkan dalam wilayah kota, meliputi:

a. Sistem jaringan prasarana transportasi;

b. Sistem prasarana telematika;

c. Sistem prasarana sumber daya air;

d. Sistem prasarana energi/kelistrikan; dan

e. Sistem prasarana wilayah kota lainnya, yang meliputi prasarana pengelolaan lingkungan, prasarana pendidikan, prasarana ekonomi, prasarana kesehatan, serta prasarana olahraga dan rekreasi.

Cakupan rencana pengembangan pada masing-masing sisem prasarana tersebut, sebagaimana uraian berikut.

B1. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Sistem jaringan transportasi dibagi berdasarkan sistem jaringan transportasi darat, yang terdiri atas prasarana dan sarana jalan, terminal, rel kereta api, stasiun kereta api, dan angkutan sungai dan penyebrangan; sistem jaringan transportasi udara yang terdiri atas bandara dan KKOP nya, jalur penerbangan, dan sarana prasarana transportasi udara; dan sistem jaringan transportasi laut yang terdiri atas pelabuhan, dermaga, dan alur pelayaran.

Perencanaan sistem jaringan transportasi udara meliputi perencanaan klasifikasi bandara, jalur penerbangan, sarana pendukung dan radius pengamanan/kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP) yang diatur dalam Kepmen Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2000.

Gambar 2.1 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)

B2. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Energi

Page 14: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

10

Rencana sistem sumber daya energi tidak hanya memberikan pelayanan sumber daya energi wilayah kota eksisting tetapi juga memberikan arahan rencana jenis sumber energi baru, letak, dan sistem distribusinya. Meliputi jalur-jalur distribusi energi kelistrikan, letak Gardu Induk, dan rencana sistem distribusi migas dalam wilayah kota.

B3. Rencana Prasarana Telematika Prasarana telekomunikasi dan prasarana informatika yang dikembangkan meliputi sistem kabel, sistem nirkabel, dan sistem satelit. Rencana prasarana telematika meliputi rencana pengembangan nfrastruktur dasar telematika berupa jaringan telepon fixed line, lokasi Pusat automatisasi sambungan telepon, serta infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomunikasi (BTS) untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator,

B4. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Sumber Daya Air Kota Sistem prasarana sumber daya air kota, mencakup prasarana air bersih/air minum kota, prasarana drainase kota, dan irigasi kota.

Prasarana Penyediaan Air Bersih/Air Minum Kota Rencana sistem penyediaan air bersih memuat pola penyediaan dan pengelolaan air besih berupa sistem penyediaan air bersih, pengelolaan, serta sistem pendistribusiannya pada permukiman, kegiatan industri atau fungsi lainnya dalam ruang kota.

Prasarana Drainase Kota Rencana sistem prasarana drainase kota meliputi jaringan primer, sekunder, dan tersier kota, serta pola umum dalam drainase di lingkungan perumahan maupun fungsi-fungsi khusus lainnya.

Prasarana Irigasi Kota Prasarana irigasi kota, walaupun bersifat sementara karena kegiatan pertanian dalam wilayah kota bersifat sementara sampai waktu tertentu, tetapi selama keberadaannya masih dimungkinkan ada sampai akhir masa berlakunya RTRW Kota, maka perencanaannya juga harus dilakukan dan dicantumkan dalam RTRW Kota. Prasarana irigasi ini dapat merupakan fungsi ganda dari prasarana drainase kota. Apabila kegiatan pertaniannya sudah beralih fungsi dan diperbolehkan merubah rencana pola ruangnya, maka fungsi prasarana irigasi ini dapat menjadi prasarana derainase kota/lingkungan.

B5. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya Sistem prasarana lainnya ini merupakan sistem prasarana yang bersifat memberikan pelayanan bagi fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota. Sistem prasarana lainnya ini mencakup: sistem prasarana pengelolaan lingkungan, prasarana pendidikan, prasarana ekonomi, prasarana kesehatan, prasarana olah raga dan rekreasi kota.

Prasarana Pengelolaan Lingkungan Prasarana pengelolaan lingkungan meliputi: tempat /pabrik pembuangan sampah akhir dan sementara (TPA/PPSA dan TPS), tempat pengolahan limbah (padat & cair) skala kota/regional dan skala bagian wilayah kota.

Rencana Prasarana Pendidikan Rencana sistem prasarana pendidikan yang disusun meliputi prasarana pendidikan tinggi skala wilayah dan kota serta pendidikan menengah skala kota. Prasarana pendidikan skala wilayah direncanakan apabila kota memiliki peran dalam lingkup yang lebih luas sebagai kota yang memberikan layanan pada wilayah yang lebih luas, khususnya dalam bidang pendidikan.

Rencana Prasarana Ekonomi

Page 15: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

11

Rencana prasarana ekonomi kota yang disusun meliputi pasar induk skala wilayah/regional dan pasar lokal skala kota atau bagian wilayah kota baik yang tradisional maupun modern. Pasar induk skala regional/wilayah direncanakan apabila kota tersebut mengemban peran dalam lingkup wilayah yang lebih luas sebagai kota yang memberikan layanan pada wilayah yang lebih luas.

Rencana Prasarana Kesehatan Prasarana kesehatan dalam kota yang direncanakan meliputi RSU type A, type B atau type C, tergantung fungsi dan peran kota dalam lingkup yang lebih luas.

Rencana Prasarana Olahraga Dan Rekreasi Prasarana olahraga dan rekreasi yang disusun meliputi prasarana olahraga dan rekreasi skala wilayah dan kota, tergantung fungsi dan peran kota dalam lingkup yang lebih luas.

C. Ketentuan Dalam Pemetaan Rencana Struktur Wilayah Kota Beberapa ketentuan dalam pemetaan Rencana Struktur Wilayah Kota, sbb:

a. Peta Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kota dipetakan pada peta dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000 atau yang lebih kecil sedemikian rupa sehingga informasi yang disampaikan tetap dapat terbaca dan memungkinkan melihat rencana struktur tata ruang secara utuh atau sistemik.

b. Rencana Struktur Ruang Wilayah kota dapat digambarkan atau diplot dalam satu lembar (layer) yang berisikan pusat pelayanan kegiatan dalam sistem kota dan sistem metropolitan (jika kota sebagai bagian dari metropolitan), serta sekaligus semua sistem prasarana kota, yang meliputi prasarana skala kota, kota/metropolitan, dan nasional yang ada dalam wilayah kota;

c. Notasi pusat pelayanan kegiatan kota dalam RTRW Kota harus dapat menggambarkan kedudukan suatu pusat pelayanan kegiatan sebagai pusat pelayanan kegiatan dalam sistem kota maupun metropolitan (jika kota tersebut merupakan bagian dari metropolitan). Notasi pemetaan rencana struktur ruang kota, mengikuti ketentuan dalam pemetaan Rencana Tata Ruang yang berlaku.

Keterkaitan data, analisis, output analisis sampai perumusan rencana struktur ruang wilayah kota, dapat dilihat pada Lampiran V-A pedoman ini.

Ilustrasi rencana struktur ruang wilayah kota ditunjukkan pada Lampiran VI-A1 dan Lampiran VI-A2 pedoman ini.

Ilustrasi Peta Rencana Sistem prasarana, dapat dilihat pada Lampiran VI-A3 s.d. Lampiran VI-A8.

2.6.3 Rumusan Rencana Pola Ruang Pola ruang kota secara umum dikelompokkan menjadi kawasan lindung dan kawasan budi daya. Rencana pola ruang wilayah kota merupakan arahan bentuk pemanfaatan ruang wilayah kota yang akan dituju hingga akhir tahun perencanaan yang menggambarkan lokasi, ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam.

Pola ruang wilayah kota disusun dengan memperhatikan:

1) Hasil analisis sintesis multi aspek/analisis komprehensif, yang menghasilkan keluaran:

a. Potensi dan masalah alokasi ruang wilayah kota dari multi aspek pengaruh

b. Peluang dan tantangan alokasi ruang kota dari multi aspek pengaruh

Page 16: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

12

c. Kecenderungan perkembangan dan kesesuaian dengan kebijakan pola ruang dalam wilayah. kota dari multi aspek pengaruh

d. Perkiraan kebutuhan pengembangan pola ruang kota dengan menggunakan potensi yang dimiliki, mengelola peluang yang ada serta dapat mengantisipasi tantangan pembangunan ke depan

e. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

f. Arah pola ruang berbasis mitigasi bencana dan sosial budaya.

g. Pola ruang KSN, maupun KSP di wilayah kota yg perlu diadopsi dalam skala kota

2) Rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang yang telah ditetapkan.

Rencana pola ruang wilayah kota meliputi ruang daratan serta ruang laut dalam batas 4 mil laut dari daratan terjauh di kota atau sampai batas negara yang disepakati secara internasional apabila kota yang disusun RTRW nya berbatasan laut dengan negara lain.

Perencanaan pola ruang kota juga mengkaji rencana perubahan fungsi lahan serta berbagai upaya memenuhi standar misalnya upaya untuk memenuhi target RTH 30 %, menghitung kemungkinan adanya lahan cadangan pengembangan, tempat evakuasi bencana, strategi pengembangan kota, penjelasan normatif terhadap konflik kepentingan antar fungsi kawasan.

Pola ruang wilayah kota dipetakan pada skala peta 1:25.000 untuk kota-kota di Pulau Jawa & Bali atau daerah lain yang sudah tersedia peta dasar pada skala tersebut. Sedangkan untuk kota-kota di luar Pulau Jawa dan Bali, dipetakan pada peta dengan tingkat ketelitian informasi minimum skala 1:50.000.

Ilustrasi peta pola ruang wilayah kota baik pada kawasan lindung maupun budidaya, dapat dilihat pada Lampiran VI-B1 s.d Lampiran VI-B3.

A. Kawasan Lindung Rencana ini harus disesuaikan dengan tipologi kota yang direncanakan beserta intensitas kegiatan di sekitar kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung setempat. Perlu diperhatikan juga aspek kegiatan masyarakat dan kultural. Kawasan lindung meliputi:

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi: kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air;

b. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, dan ruang terbuka hijau termasuk di dalamnya hutan kota;

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, antara lain kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

d. Kawasan lindung lainnya meliputi kawasan taman buru, cagar biosfer, perlindungan plasma-nutfah, pengungsian satwa, serta pantai berhutan bakau.

Ketentuan Pemetaan Kawasan Lindung Semua kawasan lindung baik nasional, kota, maupun kota, dipetakan sesuai keberadaannya di wilayah kota. Kawasan perlindungan setempat, yang luasannya memiliki panjang dan lebar sekurang-kurangnya 50m dipetakan pada skala 1: 25.000, atau sekurang-kurangnya memiliki panjang dan lebar 100 m untuk yang dipetakan pada

Page 17: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

13

skala 1:50.000. Tetapi untuk kepentingan tertentu, kawasan perlindungan setempat ini dapat pula digambarkan secara indikatif (tidak skalatif) pada peta skala 1:25.000 maupun 1:50.000 walau ketentuan dimensi panjang dan lebarnya tidak terpentuhi.

B. Kawasan Budi Daya Rencana pola ruang kawasan budidaya di wilayah kota, yang dituangkan dalam RTRW Kota, meliputi:

a. Perkantoran & Pemerintahan;

b. Perdagangan dan Jasa;

c. Permukiman, dirinci dalam Perumahan, dan RTH Non-Hijau;

d. Peruntukan Industri, dirinci dalam peruntukan industri besar, sedang, dan kecil, atau jenis industri menurut kepentingan kota masing-masing;

e. Kawasan Industri;

f. Kawasan Pariwisata;

g. Kawasan Khusus (misal Militer, media, dll);

h. Kawasan Bandara;

i. Kawasan Pelabuhan;

j. Kawasan Pelayanan Umum, dirinci kawasan pendidikan, kawasan kegiatan keagamaan, kawasan pelayanan kesehatan, Olahraga, terminal, dan kawasan pelayanan umum lainnya dalam wilayah kota;

k. Perikanan, dirinci dalam perikanan laut dan perikanan darat/tambak;

l. Hutan Produksi, dirinci dalam Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Konversi, jika direncanakan masih ada dalam wilayah. Kota s.d. 20 tahun ke depan;

m. Pertanian, dirinci dalam Pertanian Lahan Basah (beririgasi, non irigasi), Pertanian Lahan Kering, Pertanian tanaman tahunan/perkebunan, dan Peternakan jika direncanakan masih ada dalam wilayah. Kota s.d. 20 tahun ke depan;

n. Pertambangan, dirinci berdasarkan gol. A (strategis), gol. B (Vital), dan gol C (lainnya).

Selain pola ruang lindung dan budidaya tersebut, pada bagian ini, juga dirumuskan Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, Ruang Terbuka Non-hijau dan Prasarana dan Sarana pejalan kaki, angkutan umum, sektor informal, serta evakuasi bencana.

C. Rencana Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, yang berada dalam wilayah kota.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau kota, sekurang-kurangnya memuat:

a. Perhitungan kebutuhan dan luas minimum RTH yang harus dipenuhi di dalam wilayah kota;

Page 18: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

14

b. Tipologi RTH, alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya arahan vegetasi pada kelompok-kelompok besar, arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-konsep Rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan disain selanjutnya;

c. Rencana alokasi ruang untuk penyediaan RTH pada tiap jenis RTH;

d. Rencana pemanfaatan ruang pada alokasi ruang yang direncanakan untuk RTH dan ketentuan umum pemanfaatannya;

e. Rencana pentahapan penyediaan dan pengelolaan RTH.

Rencana alokasi penyediaan RTH Kota dinyatakan dalam peta tematik tersendiri dari rencana pola ruang kota.

Sebagai pedoman yang perlu diperhatikan sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan perundangan, maka RTH yang harus disediakan dalam ruang kota setidaknya 30 % dengan standar minimal 20 % untuk RTH publik dan 10% RTH Privat.

D. Rencana Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non-Hijau Ruang terbuka nonhijau adalah Ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai kolam-kolam retensi.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non-hijau kota, sekurang-kurangnya memuat:

a. Perhitungan kebutuhan RTNH yang harus dipenuhi di dalam kota untuk menunjang fungsi kegiatan dalam kota yang ada/direncanakan ada;

b. Tipologi RTNH, dan jenis RTNH yang diperlukan dalam wilayah kota untuk menunjang fungsi kegiatan dalam wilayah kota;

c. Rencana alokasi ruang untuk penyediaan RTNH pada tiap jenis RTH

d. Rencana pemanfaatan ruang pada alokasi ruang yang direncanakan untuk RTNH dan ketentuan umum pemanfaatannya;

e. Rencana pentahapan penyediaan dan pengelolaan RTNH.

Rencana alokasi penyediaan RTNH Kota dinyatakan dalam peta tematik tersendiri dari rencana pola ruang

E. Rencana Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Pejalan Kaki Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki dalam wilayah kota, sekurang-kurangnya memuat:

a. Pola/jenis/tipikal jalur pejalan kaki dan jalur penyandang cacat pemakai kursi roda dalam wilayah kota;

b. Lokasi ruang pada masing-masing tipe/pola jalur pejalan kaki dan penyandang cacat pemakai kursi roda;

c. Rencana penyediaan prasarana dan sarana penunjang jalur pejalan kaki, diantarannya tempat peristirahatan sementara, telepon umum, penyediaan air bersih, dan sarana penunjang lainnya yang disesuaikan dengan kemampuan kota dalam penyediaannya;

d. Rencana pentahapan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki dan penyandang cacat pemakai kursi roda.

Page 19: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

15

Rencana alokasi penyediaan prasarana & sarana bagi pejalan kaki dan penyandang cacat pemakai kursi roda dalam wilayah kota dinyatakan dalam peta tematik tersendiri.

F. Rencana Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Angkutan Umum Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Angkutan Umum, sekurang-kurangnya memuat:

a. Rencana jalur / trayek angkutan umum dalam wilayah kota, baik yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam kota maupun yang menghubungkan dengan daerah lain dalam lingkup yang lebih luas;

b. Perkiraan kebutuhan pengembangan jenis dan kuantitas sarana angkutan umum kota;

c. Rencana lokasi terminal bagi angkutan umum;

d. Rencana penyediaan dan pemanfaatan halte-halte angkutan umum untuk menunjang fungsi-fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kota;

e. Rencana pentahapan pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana penunjang angkutan umum kota.

Rencana penyediaan terminal dan halte bagi angkutan umum di kota dinyatakan dalam peta tematik tersendiri.

G. Rencana Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Sektor Informal Sektor informal adalah Kegiatan ekonomi yang tidak memiliki izin usaha dan relatif berskala ekonomi kecil, diantaranya dapat berupa pedagang kaki lima, pedagang barang bekas, industri rumahan, dan kegiatan sektor informal lainnya.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana sektor informal diarahkan untuk dapat memberikan layanan prasarana dan sarana bagi kegiatan sektor informal di perkotaan sebagai bagian dari kegiatan yang ada dalam wilayah kota.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal, sekurang-kurangnya memuat:

a. Alokasi ruang permanen untuk menampung kegiatan sektor informal di perkotaan;

b. Alokasi ruang temporer/sementara yang masih diperbolehkan bagi kegiatan sektor informal;

c. Rencana penyediaan prasarana penunjang kegiatan sektor informal;

d. Rencana pentahapan dan pengelolaan perwujudan ruang serta prasarana dan sarana untuk kegiatan sektor informal;

Rencana alokasi penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal kota dinyatakan dalam peta tematik tersendiri dari rencana pola ruang kota.

H. Rencana Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana dan Ruang Evakuasi Bencana. Ruang evakuasi bencana adalah Area yang disediakan untuk menampung masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.

Ruang yang dipersiapkan sebagai tempat sementara evakuasi para korban bencana, harus memiliki tingkat keamanan yang lebih terjamin, serta mempunyai akses yang cukup tinggi/ terjangkau oleh bantuan dari luar daerah.

Page 20: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

16

Kriteria penentuan lokasi ruang evakuasi bencana disesuaikan antara lain dengan:

a. Jenis dan resiko bencana,

b. Skala pelayanan ruang evakuasi bencana,

c. Daya tampung dan daya dukung ruang evakuasi bencana.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang dan prasarana evakuasi bencana, sekurang-kurangnya mencakup:

a. Potensi bencana dan analisis kemungkinannya;

b. Penentuan Ruang-ruang evakuasi pada zona aman yang diperuntukkan untuk tempat penyelamatan;

c. Bangunan-bangunan penyelamat yang direncanakan sebagai bangunan penyelamat pada zona rawan, yang diperuntukkan bagi pihak yang tidak sempat melakukan penyelamatan ke zona aman;

d. Rencana Jalur evakuasi masyarakat kota menuju zona aman, serta rencana pengembangan prasarana penunjangnya (jalan, jembatan, angkutan evakuasi).

Rencana alokasi penyediaan dan pemanfaatan Ruang dan prasarana evakuasi bencana dalam kota dinyatakan dalam peta tematik tersendiri dari rencana pola ruang kota.

2.6.4 Penetapan kawasan strategis Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang berpengaruh besar terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan yang dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah, yakni:

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:

- Memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota;

- Sumber komoditi unggulan kota;

- memiliki potensi ekspor;

- Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

- Memiliki fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi kota;

- Merupakan bagian wilayah kota untuk pengembangan bagian wilayah kota lainnya yang tertinggal, atau bagian kota yang memiliki ketertinggalan secara ekonomi;

- Dan kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota.

KSK aspek ekonomi ini, dapat berupa kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pelabuhan, kawasan berikat, dan kawasan lainnya yang memiliki andil strategis dalam pengembangan ekonomi kota.

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi:

- Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;

- Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

- Merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

- Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya;

Page 21: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

17

- Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

- Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;

- Merupakan hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jatidiri maupun penanda (vocal point, landmark) budaya kota;

- Kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota.

KSK aspek sosial budaya ini dapat berupa kawasan pusat perkantoran pemerintahan, kawasan pusat keagamaan, kawasan pusat pendidikan, kawasan wisata budaya, kawasan wisata buatan unggulan kota, dan kawasan olah raga, kawasan cagar budaya, dan kawasan sosial budaya strategis kota lainnya.

c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam (SDA) dan/atau teknologi tinggi meliputi:

- Merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

- Memiliki sumber daya alam strategis;

- Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

- Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

- Memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis;

- Mendayagunakan SDA yang dimiliki kota dan strategis untuk kepentingan pembangunan kota;

- Dan kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota.

KSK pada aspek ini dapat berupa Kawasan Pelabuhan, kawasan Industri strategis kota, kawasan pertambangan strategis kota, dan kawasan lainnya yang mendayagunakan SDA atau menggunakan teknologi tinggi strategis kota.

d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:

- Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

- Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

- Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

- Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

- Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

- Merupakan kawasan rawan bencana alam; atau

- Merupakan kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan;

- Dan kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan penataan ruang kota.

KSK pada aspek lingkungan ini dapat berupa Hutan Kota, Kawasan Mata Air dan Sempadannya, Taman Hutan Raya yang berada di kota, dan kawasan lindung lainnya yang memiliki nilai strategis kota.

e. Dan kawasan strategis lainnya yang ditetapkan oleh kota sesuai dengan kepentingan pembangunan keruangan kota.

Page 22: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

18

Penetapan kawasan strategis ini harus didukung oleh kepentingan tertentu dengan pertimbangan aspek-aspek strategis, kebutuhan pengembangan terntentu, dan kesepakatan dan kebijakan yang ditetapkan diatasnya.

Ilustrasi peta kawasan strategis kota dapat dilihat pada Lampiran VI-C.

2.6.5 Arahan Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penyusunan program pemanfatan ruang, pelaksanaan program pemanfaatan ruang, dan pembiayaan program pemanfaatan ruang.

Muatan dasar dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi indikasi program utama, disertai perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi yang terlibat dalam pelaksanaannya serta waktu dan tahapan pelaksanaannya yang disusun dengan memperhatikan kurun waktu perencanaan dan tahap operasionalisasinya mengacu pada rencana tata ruang.

Adapun indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, meliputi:

1. Usulan Program Utama Kota Program utama kota adalah program-program pemanfaatan yang memiliki bobot kepentingan utama/perlu diprioritaskan untuk mewujudkan RTRW kota sesuai arah yang dituju. Penetapan program utama dapat dilakukan dengan multi kriteria yang mempertimbangkan banyak aspek, yang kriterianya dapat ditentukan oleh kota sesuai dengan kepentingannya. Kriteria penetapan program utama dapat mencakup dukungan pada perwujudan struktur ruang kota, dukungan pada perwujudan pola ruang kota, maupun kriteria lainnya pada aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Program-program utama kota perlu mendukung program utama nasional dan kota dalam bidang penataan ruang.

2. Perkiraan Pendanaan Untuk merealisasikan program dan rencana tindak yang disusun maka perlu dibuatkan

rencana pembiayaan kurun waktu 20 (dua puluh) tahun dan secara bertahap setiap 5 (lima) tahun. Pada bagian ini dijelaskan pula perkiraan rencana sumber dan besar pembiayaan untuk masing-masing program. Pada dasarnya perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Instansi Pelaksana Pelaksanaan program disesuaikan dengan tingkat pemerintahan sesuai dengan

kewenangannya, dan dapat melibatkan swasta dan masyarakat. Instansi pelaksana dapat dijabarkan dengan lebih rinci sesuai dengan bidang, tugas,dan fungsinya yang pelaksanaannya harus terintegrasi antar sektor. Instansi pelaksana ini dapat dibendakan menjadi dua kelompok yaitu instansi pelaksana utama, dan instansi pelaksana pendukung.

4. Waktu Dan Tahapan Pelaksanaan Sebuah program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi, untuk rencana tata

ruang wilayah kota sebuah program direncanakan selama tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci per 5 (lima) tahun.

Standarisasi Susunan Arahan Pemanfaatan Ruang

Page 23: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

19

Arahan pemanfaatan ruang, sekurang-kurangnya memiliki susunan sebagai berikut:

A. Perwujudan Rencana Struktur Wilayah kota,

A1. Perwujudan Pusat Pelayanan Kegiatan kota

A2. Perwujudan Sistem Prasarana kota, yang mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional dalam wilayah kota

A2.1 Perwujudan Sistem Prasarana Transportasi di wilayah kota, yang meliputi sistem prasarana transportasi darat, udara, dan air.

A2.2 Perwujudan Sistem Prasarana Sumber Daya Air

A2.3 Perwujudan Sistem Prasarana Energi

A2.4 Perwujudan Sistem Prasarana Telekomunikasi

A2.5 Perwujudan Sistem Prasarana Kota lainnya;

B. Perwujudan Pola Ruang Wilayah kota

B1. Perwujudan Kawasan Lindung

B2. Perwujudan Kawasan Budidaya.

Pada susunan tersebut dapat dijabarkan/dirinci sesuai kebutuhan dalam penyusunan RTRW Kota masing-masing.

Matrik susunan tipikal indikasi program utama dalam penyusunan RTRW Kota, sebagaimana Lampiran VII.

2.6.6 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

A. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan umum peraturan zonasi kota merupakan ketentuan-ketentuan umum yang menjadi dasar dalam penyusunan peraturan zonasi yang berlaku pada tiap blok yang perencanaannya dilakukan pada Rencana yang lebih rinci (RTR Kawasan Strategis Kota maupun RDTR).

Muatan dalam ketentuan umum peraturan Zonasi Kota sekurang-kurangnya mencakup:

a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang berisikan kegiatan yang diperbolehkan, baik diperbolehkan tanpa syarat, dengan syarat, atau dengan pengecualian; dan kegiatan yang tidak diperbolehkan;

b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang sekurang-kurangnya terdiri atas koefisien dasar bangunan maksimum, koefisien lantai bangunan maksimum, dan koefisien dasar hijau minimum;

c. Ketentuan prasarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman berfungsi secara optimal yang sekurang-kurangnya mencakup lahan parkir, bongkar muat, dimensi dan kelengkapan jaringan jalan, dan kelengkapan prasarana lain yang dianggap perlu;

d. Ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kota untuk mengendalikan penggunaan lahan pada kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan keselamatan operasi penerbangan dan kawasan lainnya.

Ketentuan umum peraturan zonasi ini juga dapat digunakan sebagai dasar dalam pemberian insentif dan disinsentif, pemberian izin, serta pengenaan sanksi di tingkat kota.

Secara konseptual matrik tipikal dari ketentuan umum peraturan zonasi pada RTRW Kota ditunjukkan pada Lampiran VIII pedoman ini.

Page 24: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

20

B. Ketentuan Perizinan Izin, diberikan kepada calon pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu kawasan/zona yang sesuai dengan arahan rencana pola ruang pada rencana tata ruang wilayah dan peraturan zonasi.

Beberapa jenis izin yang terkait dengan RTRW Kota, yaitu:

a. Izin prinsip, diberikan untuk rencana kegiatan pemanfaatan ruang;

b. Izin lokasi, diberikan untuk penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang;

c. Izin peruntukkan penggunaan tanah, diberikan untuk perencanaan dan pemanfaatan tanah;

d. Izin mendirikan bangunan, diberikan sebagai surat bukti untuk dapat mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dan rencana teknis bangunan gedung yang disetujui.

Dalam ketentuan perizinan pada RTRW Kota, sekurang-kurangnya memuat:

a. Hasil Identifikasi semua jenis perizinan terkait tata ruang yang dalam pemberian izinnya harus mengacu pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota pada wilayah yang disusun RTRW Kota nya

b. Mekanisme perizinan terkait tata ruang yang menjadi wewenang Pemerintahan Kota yang mencakup pengaturan keterlibatan masing-masing organisasi perangkat daerah terkait dalam setiap perizinan yang diterbitkan berdasarkan arahan rencana tata ruang wilayah kota;

c. Ketentuan teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang maupun forum pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan, yang akan menjadi dasar dalam pengembangan SOP perizinan;

d. Ketentuan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RTRW Kota belum memberikan ketentuan yang cukup terkait perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat (individual maupun organisasi).

C. Ketentuan Insentif Dan Disinsentif Insentif dan disinsentif merupakan salah satu strategi pendorong pengembangan kawasan agar sesuai rencana tata ruang.

Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang dan memberikan eksternalitas positif kepada perekonomian wilayah, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat.

Perangkat insentif yang dapat digunakan, mencakup insentif fiskal maupun non fiskal. Insentif fiskal dapat berupa pemberian keringanan atau pembebasan pajak. Sedangkan insentif non fiskal dapat berupa pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan perizinan, sewa ruang dan urun saham, penyediaan prasarana dan sarana infrastruktur, dan/atau kemudahan perizinan.

Disinsentif diberikan untuk mencegah, membatasi, atau mengurangi perkembangan agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan ruang (pada kawasan lindung maupun budidaya) yang tidak sesuai dengan RTRW Kota dan memberikan dampak negatif kepada lingkungan dan masyarakat. Bentuk disinsentif yaitu disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi, dan disinsentif non fiskal berupa kewajiban pemberian kompensasi, pensyaratan khusus

Page 25: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

21

dalam perizinan, kewajiban membayar imbalan, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana infrastruktur, dan/atau pemberian status tertentu dari Pemerintah.

Ketentuan dalam penyediaan insentif disinsentif diatur sesuai dengan kriteria, bentuk, dan mekanisme yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh otoritas terkait dalam hal tersebut yang disesuaikan dengan kondisi yang berlaku pada masing-masing daerah.

Ketentuan insentif dan disinsentif yang harus dimuat/disusun dalam RTRW Kota meliputi:

a. Ketentuan insentif-disinsentif pada masyarakat umum

b. Ketentuan insentif-disinsentif pada lembaga komersial.

D. Arahan Sanksi Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban berupa sanksi administratif, pidana dan perdata yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

Arahan sanksi terkait pemanfaatan ruang merupakan arahan-arahan dalam pemberian sanksi kepada pelanggar pemanfaatan ruang, yang disusun dengan mengacu pada undang-undang penataan ruang. Arahan sanksi juga memperhatikan kondisi yang berlaku pada masing-masing daerah.

Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:

a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang wilayah kota, yang dijelaskan dalam ketentuan umum peraturan zonasi dalam RTRW Kota;

b. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota;

c. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota;

d. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota;

e. Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;

f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.

Pemberian sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang didasarkan atas besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang, nilai manfaat pemberian jenis sanksi yang diberikan untuk pelanggaran penataan ruang; dan kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang.

Sanksi dapat berupa sanksi administratif, sanksi perdata, dan sanksi pidana.

Sanksi Administratif Jenis sanksi dalam pelanggaran penataan ruang berupa sanksi administrasi meliputi:

a. Peringatan tertulis;

b. Penghentian kegiatan sementara;

c. Penghentian sementara pelayanan umum;

d. Penutupan lokasi;

Page 26: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

22

e. Pencabutan izin;

f. Pembatalan izin;

g. Pembongkaran bangunan;

h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. Denda administratif.

Sanksi Perdata Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana terkait penataan ruang, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana. Tuntutan ganti kerugian ini dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana.

Sanksi Pidana Sedangkan ketentuan sanksi pidana yang diterapkan pada tiap pelanggaran pidana terkait penataan ruang, yang dapat diterapkan sebagaimana Tabel pada Lampiran IX pedoman ini.

Gambar 2.2

Cakupan Arahan Sanksi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan UUPR No 26/2007

Page 27: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

23

BAB III PROSEDUR PENYUSUNAN RTRW KOTA

RTRW Kota merupakan landasan penting penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan kota. RTRW Kota disusun untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan pembangunan wilayah kota dan solusi terhadap penanganan isu serta permasalahan kota yang berkembang termasuk topik-topik pembangunan terkait tantangan, ekspektasi pengembangan wilayah di masa yang akan datang.

Informasi yang terangkum dalam RTRW Kota merupakan perencanaan kota dalam bentuk rencana pola ruang dan rencana struktur ruang, yang perwujudannya dilakukan melalui pelaksanaan indikasi program, hal ini merupakan hasil analisis statistik, analisis kualitatif, dan analisis-analisis kebutuhan lainnya yang lebih rinci terhadap aspek perkotaan. RTRW Kota selain menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan wilayah kota juga berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja dan arahan pengembangan kota.

Perencanaan kota merupakan penyusunan kerangka kerja untuk mendorong perwujudan berbagai kemungkinan dan mengantisipasi perubahan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Sebagai arahan pembangunan wilayah kota, proses penyusunan sampai dengan implementasi, RTRW Kota disyaratkan berlandaskan atas asas: keterpaduan; keserasian; keselarasan dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas.

Komponen utama penyusunan RTRW Kota meliputi proses pengumpulan data dan informasi, proses analisis yang tertuang dalam konsep-konsep pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang merupakan muatan utama rencana yang kemudian dikemas menjadi rumusan RTRW Kota seperti digambarkan pada Gambar 3.2 berikut. Bila dikaitkan dengan waktu pelaksanaan kegiatannya, prosedur tersebut, menjadi sebagaimana pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Prosedur dan Masa Penyusunan RTRW Kota

Dari Gambar tersebut, dapat dilihat bahwa RTRW Kota disusun dalam waktu antara 8-24 bulan. dihitung dari tahap persiapan dan tahap penyusunan, dimana tahap penyusunannya meliputi kegiatan pengumpulan data, analisis, dan perumusan. Lamanya masa penyusunan RTRW Kota ini dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di dalam wilayah kota bersangkutan, pada aspek politik, sosial budaya, keamanan, keuangan/pembiayaan pembangunan daerah, ketersediaan data, serta faktor lainnya.

PERSIAPAN PENYUSUNAN LEGALISASI

Persiapan teknis dan non teknis sebelum

pelaksanaan penyusunan RTRW

Analisis

Perumusan Konsep RTRW ProvinsiPengumpulan &

Kompilasi Data (primer & sekunder)

Tahapan

Uraian kegiatan

Waktu yang dibutuhkan

Review RTRW Prov sebelumnya

(jika ada) Konsep Rencana Rencana

1. Konsep Raperda2. Persetujuan Substansi3. Pengesahan

1 – 3 bulan 1 – 3 bulan 1 – 6 bulan 3 – 6 bulan 2 – 6 bulan -

6-12 bulan

Page 28: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

24

Dari Gambar 3.1 dan Gambar 3.2, Secara umum prosedur penyusunan RTRW Kota, meliputi 4 tahapan utama, yaitu:

1. Tahapan Persiapan Penyusunan RTRW Kota;

2. Tahapan Review RTRW Kota sebelumnya;

3. Tahapan Penyusunan, yang mencakup sub tahap pengumpulan data, analisis, dan perumusan konsep RTRW;

4. Tahapan Legalisasi.

Masing-masing tahapan tersebut diuraikan dalam bahasan berikut yang dijelaskan kegiatan dan yang terlibat dalam kegiatan pada tiap tahan, hasil pelaksanaan kegiatan, serta waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan masing-masing kegiatan pada tiap tahap...........

3.1 Tahapan Persiapan Penyusunan RTRW Kota A. Kegiatan Dan Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Secara garis besar pelaksanaan penyusunan RTRW Kota dilakukan dalam 2 (dua) tahun anggaran seperti terlihat pada Gambar 3.2 proses persiapan penyusunan RTRW Kota meliputi persiapan administrasi dan teknis dalam mempersiapkan penyusunan RTRW Kota dilakukan pada tahun pertama., kemudian pada tahun kedua dilakukan penyusunan konsep RTRW Kota. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahapan tersebut, meliputi:

a. Menyusun dan Pemantapan kerangka acuan kerja (KAK) / Terms of Reference (TOR). Dilakukan oleh pemilik pekerjaan (pengguna anggaran) penyusunan RTRW Kota;

b. Pemilihan/pengadaan jasa konsultan pelaksana jika dilakukan secara kontraktual.. Jika dilakukan secara swakelola, dilakukan pembentukan tim Pengarah, tim pelaksana, tim penunjang, tenaga ahli individual, atau kerjasama dengan lembaga negeri lainnya. Dilakukan oleh pemilik pekerjaan (pengguna anggaran) penyusunan RTRW Kota;

c. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB), jika dilakukan secara swakelola; Dilakukan oleh tim pelaksana swakelola;

d. Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:

• Pengumpulan data awal wilayah perencanaan, mencakup data-data sekunder dan atau primer yang mudah dikumpulkan dari berbagai sumber;

• Kajian awal data sekunder terhadap data yang telah dikumpulkan, yang menghasilkan kebijakan terkait wilayah perencanaan, potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan, serta gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan;

• Penyiapan program kerja;

• Penyiapan perangkat survei (checklist, panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan dokumentasi, dan lainnya), penyiapan metode pendekatan, mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan;

• Penyusunan Laporan pendahuluan, yang merupakan kumpulan hasil dari semua persiapan teknis pelaksanaan penyusunan yang telah dilakukan sebelumnya.

Kegiatan ini dilakukan oleh tim pelaksana swakelola atau tim konsultan pelaksana penyusunan RTRW Kota.

e. Pemberitaan penyusunan RTRW dalam media massa atau saluran penyebarluasan informasi lainnya. Dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan keterlibatan masyarakat luas sebagai pihak pasif.

.............................

Page 29: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

25

Gambar 3.2 Prosedur Umum Dalam Penyusunan RTRW Kota

Page 30: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

26

Pada tahap ini masyarakat berperan pasif sebagai penerima informasi penataan ruang. Media yang digunakan, yaitu:

a. Melalui media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah)

b. Melalui brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku;

c. Melalui kegiatan pameran, pemasangan poster, pamflet, papan pengumuman, billboard

d. Melalui kegiatan kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan menyisipkan informasi yang ingin disampaikan di dalamnya)

e. Melalui multimedia (video, VCD, DVD)

f. Melalui website

g. Melalui ruang pamer atau pusat informasi

h. Melalui pertemuan terbuka dengan masyarakat/kelompok masyarakat.

B. Hasil dari Pelaksanaan Kegiatan Hasil dari kegiatan persiapan ini, meliputi:

a. KAK/TOR yang telah dimantapkan;

b. Terbentuknya Tim swakelola pelaksanaan penyusunan RTRW Kota (yang terdiri dari tim pengarah, tim pelaksana, tim penunjang, tenaga ahli individual, dan atau mitra kerjasama dari lembaga negeri lainnya), jika penyusunan dilakukan secara swakelola

c. Terpilihnya konsultan pelaksana dan tim supervisi jika pelaksanaan penyusunan RTRW Kota dilakukan secara kontraktual.

d. RAB untuk swakelola pelaksanaan penyusunan RTRW Kota;

e. Laporan Pendahuluan penyusunan RTRW Kota, yang memuat:

• Data awal wilayah perencanaan

• Hasil kajian awal berupa kebijakan terkait wilayah perencanaan, potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan, serta gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan

• Program kerja pelaksanaan penyusunan RTRW Kota;

• Metode pendekatan yang digunakan;

• Perangkat survei primer & sekunder yang akan dilakukan dalam penyusunan RTRW Kota;

C. Waktu Kegiatan Untuk melaksanakan kegiatan persiapan ini dibutuhkan waktu 1-3 bulan, tergantung dari kondisi daerah dan pendekatan yang digunakan. Semakin partisipatif pendekatan yang digunakan, waktu yang dibutuhkan menjadi lebih panjang. Begitu pula semakin tidak tersedia data sekunder, terutama pada daerah pemekaran baru maupun daerah yang daerah yang di dalamnya mengalami pemekaran, maka lama waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan persiapan ini menjadi lebih lama.

3.2 Tahapan Review A. Kegiatan dan Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Page 31: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

27

Kegiatan review RTRW Kota dilakukan jika RTRW Kota sebelumnya telah disusun, atau jika merupakan Kota hasil pemekaran, RTRW Kota sebelumnya berasal dari Kota/Kabupaten induk.

B. Hasil dari Pelaksanaan Kegiatan Hasil kegiatan review, berupa:

a. Simpangan antara rencana dengan implementasi

b. Keputusan terhadap perubahan RTRW Kota sebelumnya, apakah akan disusun RTRW Kota baru, atau perubahan sebagian RTRW Kota lama, atau masih dapat menggunakan RTRW Kota sebelumnya.

C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan review, antara 1-3 bulan.

3.3 Tahapan Penyusunan RTRW Kota 3.3.1 Pengumpulan Data

A. Kegiatan Dan Yang Terlibat Dalam Kegiatan Kegiatan pengumpulan data dilakukan terhadap data primer dan sekunder, dalam lingkup internal wilayah Kota maupun eksternal/regional yang lebih luas. Dilakukan oleh pelaksana kegiatan (konsultan atau tim pelaksana swakelola), bersama-sama dengan stakeholder lainnya terkait penataan ruang daerah. Stakeholders terkait mencakup lembaga pemerintahan, BKPRD, maupun organisasi masyarakat.

Pada tahap ini peran masyarakat (diwakili oleh organisasi masyarakat) meningkat lebih aktif, yaitu dalam bentuk:

a. Pemberian data & informasi kewilayahan yang diketahui / dimiliki datanya;

b. Pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang diperlukan;

c. Pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana penataan ruang

d. Identifikasi potensi dan masalah penataan ruang.

Tata cara atau media yang digunakan dalam mendapatkan infomasi/masukan dapat dilakukan:

a. Melalui kotak aduan

b. Melalui pengisian kuesioner, wawancara

c. Melalui website (surat elektronik, form aduan, polling, telepon, pesan singkat/SMS)

d. Melalui pertemuan terbuka atau public hearings

e. Melalui kegiatan workshop, focus group disscussion (FGD)

f. Melalui penyelenggaraan konferensi

g. Melalui ruang pamer atau pusat informasi.

Masyarakat yang menjadi stakeholders dalam penyusunan RTRW Kota meliputi:

a. Organisasi masyarakat tingkat kota atau yang memiliki cakupan wilayah layanan satu kota atau lebih dari kota yang sedang melakukan penyusunan RTRW Kota

Page 32: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

28

b. Perwakilan Organisasi masyarakat tingkat kota dan kab/kota yang berdekatan sistemik dari daerah yang dapat terkena dampak dari penataan ruang di daerah yang sedang disusun RTRW Kota nya

c. Perwakilan Organisasi masyarakat tingkat kota dan kab/kota dari daerah yang dapat memberikan dampak bagi penataan ruang di daerah yang sedang disusun RTRW Kota nya.

B. Hasil Dari Pelaksanaan Kegiatan Hasil kegiatan pengumpulan data, :

Terkumpulkannya semua data-data pada aspek kebijakan, aspek fisik/lingkungan dan penggunaan lahan, aspek SDM, aspek SDB, aspek ekonomi, aspek kelembgaan, dan aspek pendanaan.

C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data,baik data primer maupun data sekunder yaitu antara 1-6 bulan. Waktu yang dibutuhkan ini tergantung dari kondisi ketersediaan data di daerah maupun jenis pendekatan dan metoda partisipatif yang digunakan pada tahap ini.

3.3.2 Analisis A. Kegiatan Dan Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Kegiatan analisis yang dilakukan dalam rangka penyusunan RTRW Kota, meliputi:

a. Analisis kebijakan dan visi pembangunan;

b. Analisis regional;

c. Analisis fisik/lingkungan dan sumber daya alam;

d. Analisis sumber daya buatan;

e. Analisis kependudukan (sumber daya manusia);

f. Analisis sosial budaya;

g. Analisis ekonomi;

h. Analisis sistem permukiman/pusat pelayanan;

i. Analisis penggunaan lahan;

j. Analisis struktur dan pola ruang

k. Analisis kelembagaan; dan

l. Analisis pendanaan pembangunan.

m. Analisis Sintesa Multi Aspek / analisis komprehensif.

Kegiatan ini dilakukan oleh konsultan pelaksana atau tim pelaksana swakelola penyusunan RTRW KOTA dengan tim supervisi/tim teknis daerah yang terdiri dari berbagai lembaga kota terkait penataan ruang.

Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan kebijakan pembangunan wilayah yang ada. Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap 1). kondisi sekarang, dan 2) kecenderungan di masa depan serta 3). kebutuhan ruang untuk

Page 33: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

29

memenuhi tuntutan kebutuhan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya serta pertahanan keamanan maupun konservasi alam.

B. Hasil Dari Pelaksanaan Kegiatan Setelah dilakukan analisis tersebut diatas, langkah berikutnya melakukan analisis struktur ruang eksisting wilayah kota; analisis potensi dan masalah penataan ruang wilayah kota; analisis kecenderungan dan kebutuhan pengembangan wilayah kota; dan analisis lainnya yang sesuai dengan karakteristik wilayah kota yang direncanakan. Analisis ini dilakukan untuk memahami wilayah kota dalam perspektif yang lebih komprehensif dengan memperhatikan keterkaitan antar aspek pembangunan baik dalam lingkup internal wilayah kota maupun dalam lingkup yang lebih luas. Analisis ini dilakukan dengan melakukan sintesa atau kombinasi dua atau lebih analisis diatas.Hasil dari keseluruhan kegiatan analisis sampai analisis sintesa multi aspek/analisis komprehensif meliputi:

a. Visi pengembangan kota;

b. Potensi dan masalah penataan ruang wilayah kota dari multi aspek yang berpengaruh

c. Peluang dan tantangan penataan ruang wilayah kota dari multi aspek yang berpengaruh;

d. Kecenderungan perkembangan dan kesesuaian kebijakan penataan ruang wilayah kota

e. Perkiraan kebutuhan pengembangan wilayah kota yang meliputi pengembangan struktur ruang yang meliputi sistem perkotaan dan sistem prasarana, serta pengembagan pola ruang yang sesuai untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan potensi yang dimiliki, mengelola peluang yang ada serta dapat mengantisipasi tantangan pembangunan ke depan.

f. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

g. Arah pola ruang berbasis mitigasi bencana dan memperhatikan karakteristik sosial budaya di wilayah kota

h. Pola ruang kawasan strategis nasional (KSN) di wilayah kota yang perlu diadopsi dalam skala kota.

C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis analisis dari data-data yang dikumpulkan untuk merumuskan konsep awal arah pengembangan wilayah yang akan digunakan dalam perumusan konsep RTRW, antara 3-6 bulan.

3.3.3 Perumusan Konsep RTRW Kota A. Kegiatan Dan Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Setelah semua analisis selesai dilakukan, tahapan berikutnya adalah menentukan arah pengembangan wilayah kota, yang dituangkan dalam bentuk konsep pengembangan wilayah kota, yang meliputi materi sebagimana dalam subbab analisis. Konsep arah pengembangan wilayah kota tersebut kemudian dimantapkan dan dijabarkan dalam rumusan konsep RTRW Kota, dalam beberapa kali iterasi. Dilakukan pembahasan bersama seluruh stakeholders terkait baik dari BKPRD, legislatif daerah, maupun masyarakat, yang berasal dari:

a. Kota yang sedang menyusun RTRW Kota nya;

b. Provinsi dan kab/kota dari daerah berdekatan sistemik yang dapat memberikan dampak pada penataan ruang di wilayah kota yang sedang menyusun RTRW Kota;

c. Provinsi dan kab/kota dari daerah berdekatan sistemik yang dapat terkena dampak dari penataan ruang di wilayah kota yang sedang menyusun RTRW Kota.

Page 34: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

30

Pada tahap ini, peran masyarakat lebih aktif lagi karena sudah lebih bersifat dialogis / komunikasi dua arah. Substansinya menyangkut opini, aspirasi, masukan terkait dengan arah kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota, serta rumusan muatan RTRW Kota. Cara / media yang digunakan sebagaimana cara/media keterlibatan aktif masyarakat dalam komunikasi dua arah/dialogis, diantaranya dalam bentuk konsultasi publik, Workshop, FGD, seminar, dan bentuk komunikasi dua arah lainnya.

Atau apabila memungkinkan, apabila masyarakatnya sudah lebih aktif keterlibatannya dalam kegiatan penataan ruang, maka kterlibatan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk yang lebih aktif yaitu melalui Kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam suatu kerjasama yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan. Tata cara atau media yang digunakan dalam membangun kemitraan dapat dilakukan:

a. Melalui pembentukan satuan kerja (task force/technical advisory committee)

b. Melalui pembentukan steering committee.

c. Melalui pembentukan forum delegasi

d. Melalui pertemuan antar pelaku pembangunan dan pertemuan kerjasama/kemitraan antar instansi pemerintah (contoh: BKPRD).

B. Hasil Dari Pelaksanaan Kegiatan Hasil kegiatan perumusan konsep RTRW Kota berupa:

a. Rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi;

b. Rencana struktur ruang;

c. Rencana pola ruang, termasuk di dalamnya:

• Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

• Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non-hijau; dan

• Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

d. Penetapan kawasan strategis Kota;

e. Arahan pemanfaatan ruang;

f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

Produk akhir dari pelaksanaan kegiatan ini, selain dirupakan dalam bentuk Buku Rencana, juga dirupakan dalam bentuk Album peta yang minimum berisi:

a. Peta wilayah perencanaan, yang berisi informasi rupa bumi, dan batas administrasi kota serta kecamatan/distrik di dalam wilayah kota;

b. Peta penggunaan lahan eksisting;

c. Peta rencana struktur ruang wilayah kota, yang meliputi rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan dan rencana pengembangan sistem prasarana

d. Peta pola ruang wilayah kota, yang meliputi pola ruang kawasan lindung dan budidaya;

e. Peta penetapan kawasan strategis Kota.

Page 35: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

31

C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perumusan konsep RTRW Kota, antara 2-6 bulan.

3.4 Tahapan Legalisasi A. Kegiatan dan Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Kegiatan legalisasi RTRW Kota merupakan rangkaian panjang yang dilakukan mengikuti ketentuan peraturan lainnya. Adapun kegiatan yang masih terkait erat dengan proses penyusunan RTRW Kota, adalah beberapa kegiatan berikut:

a. Penyusunan RAPERDA

b. Persetujuan Substansi

c. Proses Pengesahan RTRW (yang diatur dalam ketentuan peraturan lainnya).

Adapun detail dari masing-masing kegiatan, juga mengikuti ketentuan peraturan lain yang berlaku yang mengatur tentang proses legalisasi RTRW Kota. Yang terlibat dalam kegiatan ini: Pemda kota, DPRD Kota, Gubernur, Menteri yang membidangi tata ruang, dan masyarakat. Pada tahap ini peran masyarakat diantaranya dalam bentuk keberatan/sanggahan terhadap konsep RTRW Kota dan konsep Raperda yang sedang diproses persetujuan substansi dan legalisasinya. Media / cara yang digunakan, dapat merupakan gabungan dari beberapa media pada proses sebelumnya, diantaranya:

a. Melalui media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah)

b. Melalui website resmi lembaga pemerintah yang berkewenangan menyusun RTRW Kota

c. Melalui surat terbuka di media massa

d. Melalui kelompok kerja (working group/public advisory group)

e. Melalui diskusi/temu warga (public hearings/meetings), konsultasi publik, workshops, focus group disscussion (FGD), charrettes, seminar, konferensi, panel.

B. Hasil dari Pelaksanaan Kegiatan Hasil kegiatan legalisasi, berupa:

a. RTRW Kota yang sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri yang membidangi tata ruang, yang sebelumnya juga mendapat rekomendasi dari Gubernur;

b. Peraturan Daerah Kota tentang RTRW Kota.

C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan legalisasi, mengikuti ketentuan yang berlaku, dan sangat tergantung dari berbagai kondisi non teknis lainnya.

Prosedur lengkap Penyusunan RTRW Kota ini secara diagramatis yang dilakukan secara swakelola maupun secara kontraktual, dapat dilihat pada Gambar 3.3a dan Gambar 3.b berikut.

Page 36: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

32

Gambar 3.3a: Prosedur Penyusunan RTRW Kota Secara Swakelola

Persiapan Penyusunan RTRW Kota (pihak yang terlibat)

PROSES

Pemantapan TOR/KAK (1)

Pembentukan Tim Pelaksana (1) Perumusan Tim Pengarah (1)

Perumusan Substansi (1) Perumusan Program Kerja (1)

HASIL PELAKSANA WAKTU

Penyiapan Rencana Anggaran Biaya (1) Mobilisasi Peralatan dan Personil (1)

Penyiapan Perangkat Survei dan Perjalanan Dinas (1) Pemberitaan penyusunan RTRW kepada masyarakat melalui media massa dan/atau forum pertemuan serta

penyerapan opini, aspirasi stakeholders (1), (3), (4)

Review terhadap RTRW sebelumnya Penyimpangan struktur dan pola ruang (1), (3)

Kesesuaian rencana struktur dan rencana pola ruang dengan perkembangan wilayah (1)

Data/informasi kebijaksanaan pembangunan (1), (2), (3) Data/informasi terkait kondisi sosial budaya (1), (3), (4) Data/informasi terkait sumber daya manusia (1), (3), (4)

Metode dan Rencana Kerja

Gambaran Awal Permasalahan dan Kebutuhan Pengembangan

Rencana Pelaksanaan Survei dan Perangkat Survei

Opini dan aspirasi awal stakeholder pada penyusunan RTRW

1 – 3 bulan (1) Pemerintah Kota (2) DPRD

(4) Masyarakat

Kesesuaian produk RTRW sebelumnya dengan kondisi yang ada dan

kemungkinan untuk penerapan l j t

Pengumpulan Data

Data/informasi terkait sumber daya alam (1), (3), (4) Data/informasi terkait penggunaan lahan (1), (3), (4)

Data/informasi terkait kelembagaan (1), (3) Data/informasi terkait kondisi ekonomi (1), (2), (3), (4)

Analisis Arahan kebijakan pembangunan wilayah Kota yang bersangkutan dan kedudukannya dalam perspektif

kebijakan pembangunan nasional dan provinsi

kedudukan dan keterkaitan Kota dalam sist.regional yg lebih luas dlm segala aspek

Potensi, permasalahan, peluang, dan tantangan dalam penataan ruang

Pola kecenderungan dan perkembangan internal Kota, potensi perkembangan

Perkiraan kebutuhan pengembangan Daya dukung dan daya tampung ruang

Analisis kebijakan pembangunan (1) Analisis regional pada wilayah yg lebih luas (1)

Analisis fisik/lingkungan dan SDA (1) Analisis Sumberdaya Manusia (1)

Analsis Sumberdaya Buatan (1), (3), (4) Analisis Ekonomi (1), (3), (4)

An.Sist.Permukiman/pus.kegiataniatan/sist.perkotaan (1), (3) Analisis Penggunaan Lahan (1), (3), (4)

Analisis Kelembagaan (1) Analisis pendanaan/Pembiayaan (1), (2), (3)

Analisis sintesa multi aspek / analisis komprehensif (1), (2),(3)

Data/informasi daerah secara lengkap

1 – 3 bulan

1 – 6 bulan

3 – 6 bulan

Perumusan RTRW Perumusan Tujuan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota(1),

(2), (3) Perumusan Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang

Wilayah Kota (1), (2), (3) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota (1), (3)

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota(1), (3) Penetapan Kawasan Strategis (1), (2), (3)

Arahan Pemanfaatan Ruang (1), (2), (3), (4) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang (1)

Konsep RTRW Kota

2 – 6 bulan

Proses Legalisasi Penyusunan Konsep RAPERDA RTRW (1)

Penyempurnaan Konsep RTRW dan Konsep Raperda RTRW

(1), (2), (3), (4)

Proses legalisasi hingga pengesahan Raperda menjadi Perda RTRW Kota dalam sidang paripurna DPRD Kota (1),

(2)

Konsep Raperda RTRW Konsep Raperda RTRW yang

disempurnakan Aspirasi, opini penyempurnaan RTRW

Persetujuan Substansi Perda RTRW

(3) Stakeholder lainnya Pembentukan Tim Penunjang (1)

Pengadaan TA individual dan/kerjasama lembaga lain (1)

Page 37: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

33

Gambar 3.3b: Prosedur Penyusunan RTRW Kota Secara Kontraktual

Persiapan Penyusunan RTRW Kota (pihak yang t lib t)

PROSES

Pemantapan TOR/KAK (1) Pengadaan jasa konsultan pelaksana (1)

Perumusan Substansi (5) Perumusan Program Kerja (5)

HASIL PELAKSANA WAKTU

Penyiapan Anggaran Biaya (5) Mobilisasi Peralatan dan Personil (5)

Penyiapan Perangkat Survei dan Perjalanan Dinas (5) Pemberitaan penyusunan RTRW kepada masyarakat melalui media massa dan/atau forum pertemuan serta penyerapan opini, aspirasi stakeholders (1), (3), (4), (5)

Review terhadap RTRW sebelumnya

Penyimpangan struktur dan pola ruang (5), (3) Kesesuaian rencana struktur dan rencana pola

ruang dengan perkembangan wilayah (5)

Data/informasi kebijaksanaan pembangunan (5), (1), (2), (3) Data/informasi terkait kondisi sosial budaya (5), (3), (4)

Data/informasi terkait sumber daya manusia (5), (3), (4)

Metode dan Rencana Kerja

Gambaran Awal Permasalahan dan Kebutuhan Pengembangan

Rencana Pelaksanaan Survei dan Perangkat Survei

Opini dan aspirasi awal stakeholder pada penyusunan RTRW

1 – 3 bulan (1) Pemerintah P i i (2) DPRD

(4) Masyarakat

Kesesuaian produk RTRW sebelumnya dengan kondisi yang ada dan kemungkinan untuk

penerapan selanjutnya

Pengumpulan Data

Data/informasi terkait sumber daya alam (5), (3), (4) Data/informasi terkait penggunaan lahan (5), (3), (4)

Data/informasi terkait kelembagaan (5), (1), (3) Data/informasi terkait kondisi ekonomi (5), (3), (4)

Analisis Arahan kebijakan pembangunan wilayah

provinsi yang bersangkutan dan kedudukannya dalam perspektif kebijakan

pembangunan nasional & provinsi kedudukan dan keterkaitan provinsi dalam sist.regional yg lebih luas dlm segala aspek

Potensi, permasalahan, peluang, dan tantangan dalam penataan ruang

Pola kecenderungan dan perkembangan internal provinsi, potensi perkembangan

Perkiraan kebutuhan pengembangan Daya dukung dan daya tampung ruang

Analisis kebijakan pembangunan (5) Analisis regional pada wilayah yg lebih luas (5)

Analisis fisik/lingkungan dan SDA (5) Analisis Sumberdaya Manusia (5)

Analsis Sumberdaya Buatan (5), (3), (4) Analisis Ekonomi (5), (3), (4)

An.Sist.Permukiman/pus.kegiataniatan/sist.perkotaan (5), (3) Analisis Penggunaan Lahan (5), (3), (4)

Analisis Kelembagaan (5) Analisis pendanaan/Pembiayaan (5), (3)

Analisis sintesa multi aspek / analisis komprehensif (5), (2), (3)

Data/informasi daerah secara l k

1 – 3 bulan

1 – 6 bulan

3 – 6 bulan

Perumusan RTRW Perumusan Tujuan Pemanfaatan Ruang Wilayah

Kota (5), (2), (3) Perumusan Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan

Ruang Wilayah Kota (5), (2), (3) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota (5), (3)

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota (5), (3) Penetapan Kawasan Strategis (5), (2), (3)

Arahan Pemanfaatan Ruang (5), (2), (3), (4) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang (5)

Konsep RTRW Kota

2 – 6 bulan

Proses Legalisasi Penyusunan Konsep RAPERDA RTRW (1)

Penyempurnaan Konsep RTRW dan Konsep Raperda RTRW

(1), (2), (3), (4)

Proses legalisasi hingga pengesahan Raperda menjadi Perda RTRW Kota dalam sidang

paripurna DPRD Kota (1), (2)

Konsep Raperda RTRW Konsep Raperda RTRW yang

disempurnakan Aspirasi, opini penyempurnaan

RTRW Persetujuan Substansi Perda RTRW

(3) Stakeholder

(5) Konsultan Perencana

Pembentukan Tim Supervisi (1)

Page 38: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata RuangWilayah Kota

LAMPIRAN

Page 39: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata RuangWilayah Kota

LAMPIRAN

LAMPIRAN I-A PENGERTIAN-PENGERTIAN LAMPIRAN I-B ACUAN NORMATIF GAMBAR I-C KEDUDUKAN RTRW KOTA LAMPIRAN I-D FUNGSI DAN MANFAAT RTRW KOTA LAMPIRAN III-B KELOMPOK DAN JENIS/ITEM DATA STANDAR UNTUK PENYUSUNAN RTRW KOTA LAMPIRAN III-C RINCIAN ANALISIS UNTUK PENYUSUNAN RTRW KOTA LAMPIRAN IV TIPE DAERAH/KAWASAN DAN PENGARUHNYA PADA RTRW KOTA LAMPIRAN IV-A SKEMA KETERKAITAN DATA, ANALISIS, OUTPUT, DAN MUATAN RENCANA PADA

PENYUSUNAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA LAMPIRAN IV-B SKEMA KETERKAITAN DATA, ANALISIS, OUTPUT ANALISIS, DAN RENCANA POLA

RUANG WILAYAH KOTA LAMPIRAN V KETERKAITAN SUBSTANSI, TAHAPAN DAN KETELIBATAN PIHAK-PIHAK DALAM

PENYUSUNAN RTRW KOTA LAMPIRAN VI-A1 ILUSTRASI STRUKTUR RUANG KOTA CONTOH 1 LAMPIRAN VI-A2 ILUSTRASI STRUKTUR RUANG KOTA CONTOH 2 LAMPIRAN VI-A3 ILUSTRASI PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA LAMPIRAN VI-B1 ILUSTRASI POLA RUANG KOTA CONTOH 1 LAMPIRAN VI-B2 ILUSTRASI RENCANA POLA RUANG KOTA CONTOH 2 LAMPIRAN VI-C1 LUSTRASI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA CONTOH 1 LAMPIRAN VI-C2 ILUSTRASI RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA CONTOH 2 LAMPIRAN VII MATRIK SUSUNAN TIPIKAL INDIKASI PROGRAM UTAMA DALAM PENYUSUNAN RTRW

KOTA LAMPIRAN VIII MATRIK TIPIKAL KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI PADA RTRW KOTA LAMPIRAN IX ARAHAN SANKSI PADA TIAP JENIS UNSUR TINDAK PIDANA TERKAIT PENATAAN RUANG

MENURUT UUPR NO. 26 TAHUN 2007 LAMPIRAN X TABEL RINGKASAN ISI RENCANA RTRW KOTA DIRINCI PER MUATAN RTRW KOTA LAMPIRAN XI TABEL PETA DATA, ANALISIS, DAN RENCANA DALAM RTRW KOTA

Page 40: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata RuangWilayah Kota

LAMPIRAN VI-A, VI-B, VI-C

ILUSTRASI PETA RENCANA PADA RTRW KOTA

VI-A RENCANA STRUKTUR RUANG VI-B RENCANA POLA RUANG

VI-C RENCANA KAWASAN STRATEGIS

Page 41: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 1

LAMPIRAN I-A

PENGERTIAN-PENGERTIAN

Beberapa pengertian terkait dengan tiap klasifikasi kawasan lindung, sbb:

1. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

2. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

3. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

4. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yanga dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.

5. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

6. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

7. Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan kerena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

8. Kota adalah luas areal terbatas yang bersifat non-agraris dengan kepadatan penduduk relatif tinggi tempat sekelompok orang bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu dengan pola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis.

9. Jalur pejalan kaki adalah jalur khusus yang disediakan untuk pejalan kaki.

10. Misi adalah sebuah pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar jalan yang akan diambil untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu dirumuskan. Keduanya tidak memiliki dimensi ukur kuantitatif (persentase, besaran waktu, dll).

11. Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.

Page 42: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 2

12. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

14. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang

16. Peran masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang pada wilayah kota

17. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

18. Pola ruang kota adalah distribusi peruntukan ruang kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

19. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

20. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

21. Ruang evakuasi bencana adalah area yang disediakan untuk menampung masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.

22. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

23. Ruang terbuka non-hijau adalah ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai kolam-kolam retensi.

24. Sektor informal adalah kegiatan ekonomi yang tidak memiliki izin usaha dan relatif berskala ekonomi kecil.

25. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

26. Strategi adalah cara atau wahana yang membawa kita dari keadaan sekarang untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

Page 43: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 3

27. Struktur ruang kota adalah susunan sistem pusat kota dan sistem jaringan infrastruktur yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat kota yang secara hierarkhis memiliki hubungan fungsional.

28. Tata ruang kota adalah wujud struktur ruang dan pola ruang kota.

29. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan/atau aspek fungsional.

30. Visi adalah gambaran keadaan yang ingin capai dimasa depan, sesuatu yang akan menjadi tujuan organisasi dalam jangka panjang, aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi yang efektif adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi.

Page 44: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 4

LAMPIRAN I-B

ACUAN NORMATIF

Pedoman ini disusun berdasarkan:

1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok Agraria;

2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang – Undang 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

5. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

6. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

8. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

9. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

10. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan

Ruang;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota;

Page 45: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 5

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah

20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

21. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;

22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

23. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Badan Koordinasi Penataan

Ruang Nasional.

Page 46: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 6

GAMBAR I-C

Kedudukan RTRW Kota

RTRW Nasional

RTRW Provinsi

RTR PulauRTR Kawasan Strategis Nasional

RTR Kawasan Strategis Provinsi

RTRW Kota*

RTRW Kabupaten

RDTR Kota

RTR Kawasan Strategis Kota

RDTR Kabupaten

RTR Kawasan Strategis Kabupaten

Rencana Umum Rencana Rinci Skala / Jangka Waktu Pemberlakuan

RTRW NasionalSkala 1 : 1.000.000

Jangka Waktu 20 tahun

RTRW ProvinsiSkala 1 : 250.000

Jangka Waktu 20 tahun

RTRW Kabupaten Skala 1 : 100.000

Jangka Waktu 20 tahun

RTRW Kota Skala 1 : 25.000 (Jawa-Bali)

Skala 1:50.000 (luar Jawa-Bali)Jangka Waktu 20 tahun

RDTRSkala 1 : 5.000

Jangka Waktu 20 tahun

RPJP Nasional

RPJM Nasional

RPJP Propinsi

RPJM Propinsi

RPJP Kabupaten/Kota

RPJM Kabupaten/Kota

acua

nac

uan

dipe

rhat

ikan

dipe

rhat

ikan

pedoman

pedoman

pedoman

Page 47: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 7

LAMPIRAN I-D:

FUNGSI DAN MANFAAT RTRW KOTA

I-D. 1 Fungsi RTRW Kota

Fungsi dari RTRW Kota adalah:

a. Sebagai matra keruangan dalam pembangunan sektor-sektor kota;

b. Sebagai dasar penyusunan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kota;

c. Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah kota

dan antar kawasan serta keserasian pembangunan antar sektor;

d. Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah,

masyarakat dan swasta;

e. Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan;

f. Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang;

g. Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar;

h. Menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah sekitarnya;

i. Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.

I-D. 2 Manfaat RTRW Kota

Manfaat RTRW Kota adalah untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah yang sesuai rencana

tata ruang kota;

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota;

d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor; dan

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

f. Penataan ruang kawasan strategis wilayah kota.

Page 48: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 8

LAMPIRAN II-A

KELOMPOK DAN JENIS/ITEM DATA STANDAR UNTUK PENYUSUNAN RTRW KOTA

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

1 Peta Dasar Peta Rupabumi / topografi (Internal & Eksternasl wilayah)

1: 25.000 (untuk kota di p.Jawa-Bali) dan 1: 50.000 (untuk kota di luar P.Jawa-Bali) Serta peta konteks wilayah (key plan) dalam skala 1:250.000

2. Kebijakan 1. Kebijakan Umum Pembangunan terkait wil. Kota

- RPJPD

- RPJMD

2. Kebijakan Tata Ruang

- RTRWN

- RTRW Pulau

- RTRWP

- RTRW Metropolitan dimana Kota berada (jika bagian metropolitan)

- RTRW Kab/kota berdektan sistemik

3. Kebijakan Pembangunan Sektoral terkait wil. Kabupaten

- Sistem Transpotasi Nasional dan wilayah (Sistranas & tatrawil);

- Kebijakan penetapan “Free-Trade zone”;

- Kebijakan penetapan status dan fungsi jalan nasional & provinsi;

- Kebijakan penetapan status dan

Kota

Kota

Kabupaten/Provinsi

Kabupaten/Provinsi

Nasional

Regional

Kabupaten/Provinsi

Metropolitan

Kab/Kota

Nasional / Regional

Nasional

Nasional/Regional

Nasional/Regional

Nasional/Reg/Daerah

Page 49: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 9

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

fungsi bandar udara dan pelabuhan nasional dan daerah;

- kebijakan sektoral nasional, provinsi, dan kabupaten terkait lainnya)

4. Kebijakan pembangunan regional/internasional terkait wil. kota

- Milenium Development Goal

- Carbon Development Mechanism

- Kerjasama Regional APEC, ASEAN, IMS-GT, IMT-GT, BIMP-EAGA, AIDA dan lainnya.

Internasional

Internasional

Internasional

3. Kondisi Sosial Budaya

- Tatanan sosial dan adat istiadat yang masih berlaku,

- Kawasan-kawasan yang tinggi nilai historisnya (historical significance) dan nilai budayanya (cultural

significance), serta

- Kearifan lokal lainnya.

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

4. SDM (Kependudukan)

1. Aspek Kuantitas dan pertumbuhan dari SDM

- Jumlah penduduk;

- Jumlah kepala keluarga;

- Angka kelahiran dan angka kematian;

- Pertumbuhan penduduk;

2. Aspek Komposisi dan Kualitas dari SDM

- Penduduk menurut mata pencaharian;

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Page 50: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 10

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

- Penduduk menurut tingkat pendidikan;

- Penduduk menurut struktur usia;

- Penduduk menurut jenis kelamin;

- Penduduk menurut struktur pendapatan;

- Tingkat harapan hidup;

- Tingkat melek huruf dan buta huruf (Literacy-Illiteracy index)

- Penduduk menurut struktur agama;

3. Pola Sebaran dan Mobilitas dari SDM

- Kepadatan penduduk;

- Tingkat mobilitas penduduk;

- Tingkat Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

5. Sumber Daya Buatan (Sarana dan Prasarana

1. Ketersediaan Sarana dan prasarana transportasi darat antara lain:

- Ketersediaan jaringan jalan dan rel kereta api (meliputi jumlah, pola/jalur, kondisi, status, fungsi, lokasi, kapasitas, dll)

- Terminal, stasiun, dan jembatan (lokasi, jumlah, kondisi, status, fungsi, kapasitas, dll)

- Moda angkutan antar kota dalam provinsi dan antar kota antar provinsi (jumlah, jenis, kondisi, dll)

2. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi air (sungai, danau,

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Page 51: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 11

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

penyebarangan, dan laut) antara lain:

- Pelabuhan (jumlah, kondisi, status, fungsi, dll)

- Dermaga (jumlah, kondisi, status, fungsi, dll)

- Moda angkutan (jenis, jumlah, kondisi, rute, dll)

3. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi udara antara lain:

- Bandara (jumlah, kondisi, status, fungsi, kapasitas dll)

- Moda angkutan (jenis, jumlah, kondisi, rute, kapasitas dll)

4. ketersediaan sarana dan prasarana sumberdaya air antara lain:

- Jaringan air baku, jaringan irigasi lintas kabupaten/kota, dan jaringan pengendalian banjir (jumlah, kondisi, pola/rute, status, fungsi, dll)

- Bangunan non jaringan (jumlah, kondisi, status, fungsi, kapasitas, dll)

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

6. Fisik/Lingkungan dan Sumber Daya Alam

1. Fisik/lingkungan,.

- Topografi dan kelerengan,

- Morfologi,

- Klimatologi,

a. Curah hujan,

b. Hari hujan,

c. Intensitas hujan,

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

Sesuai skala terbesar yang ada yg

mencakup wil Kota

Sesuai skala terbesar yang ada yg

mencakup wil Kota

Page 52: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 12

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

d. Temperatur rata-rata,

e. Kelembaban relatif,

f. Kecepatan dan arah angin.

- Jenis tanah,

- Hidrologi,

a. Air permukaan dan

b. Air tanah

- Geologi tata lingkungan,

- Kawasan rawan bencana alam.

a. Rawan bencana alam beraspek geologi

b. Rawan longsor/gerakan tanah, amblesan, letusan gunung berapi, gempa bumi),

c. Rawan bencana banjir,

d. Rawan bencana kekeringan, serta

e. Rawan kebakaran.

1. Ketersediaan sumberdaya tanah

- Ketersediaan lahan,

- Jenis tanah, dan

- Sumber daya mineral.

a. Mineral/bahan galian. Jenis bahan galiannya mencakup

• Bahan galian strategis (golongan a),

• Bahan galian vital (golongan b) dan

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

Page 53: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 13

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

• Bahan galian golongan c.

2. Ketersediaan sumberdaya hutan antara lain

- Sebaran dan luas hutan produksi terbatas,

- Hutan produksi tetap,

- Hutan yang dapat dikonversi,

- Hutan lindung, densitas dan produksi hasil hutan.

3. Data sumberdaya udara

- Jalur-jalur penerbangan,

- Kegiatan produksi yang menimbulkan pencemaran udara.

4. Data sumberdaya air

- Peruntukan dan debit air,

- Curah hujan tahunan,

- Distribusi hujan,

- Hidrologi (pola aliran sungai),

- Hidrogeologi (air tanah dan permukaan),

- Sebaran sumber air,

- Daerah resapan air,

- Rawa

- Daerah banjir.

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

Paling besar yg tersedia

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

7. Penggunaan Lahan

Data/informasi terkait penggunaan lahan

- Jenis dan intensitas penggunaan lahan,

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

Page 54: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 14

No. Kelompok Data Jenis / Item Data Unit/ Skala Data

Internal Eksternal/Regional

- Luas tiap penggunaan lahan,

- Status lahan,

- Perubahan fungsi lahan,

- Ketersediaan lahan.

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

1: 25.000/50.000

8. Kelembagaan Data struktur organisasi, - Kualitas dan kuantitas sumberdaya

manusia,

- Organisasi non-pemerintah dan perguruan tinggi.

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Provinsi /Metropolitan

9. Ekonomi - Produk domestik regional bruto (pdrb),

- Anggaran pendapatan dan belanja daerah (apbd) provinsi,

- Income perkapita,

- Data produksi per-sektor pembangunan,

- Sektor usaha unggulan,

- Data investasi pembangunan per-sektor yang terkait dengan tata ruang,

- Nilai ekspor komoditas yang ada dalam wilayah provinsi yang melayani baik skala nasional, regional maupun internal provinsi;

- Volume pergerakan barang dan orang; serta

- Data perekonomian lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah provinsi yang akan direncanakan baik kualitatif maupun kuantitatif.

Kota

Kota

Kota

Kota

Kota

Kec/kota

Kec/kota

kota

Desa / Kelurahan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Provinsi /Metropolitan

Page 55: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 15

LAMPIRAN II-B

RINCIAN ANALISIS UNTUK PENYUSUNAN RTRW KOTA

No Jenis Analisis dan Hasilnya

A Analisis Regional

Analisis wilayah kota pada wilayah yang lebih luas (analisis regional), dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan kota dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan/sistem prasarana, budaya, dan Hankam. Sistem regional tersebut dapat berupa sistem provinsi, pulau ataupun nasional, dimana kota dapat berperan dalam perkembangan regional dan nasional. Oleh karena itu dalam anasis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:

Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana kota dengan wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam analisis ini adalah sistem prasarana wilayah, sebagaimana dijelaskan dalam pengertian sistem prasarana wilayah

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan fisik dan SDA) kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek hankam wilayah kota pada wilayah yang lebih luas.

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan kota pada wilayah yang lebih luas.

Keluaran dari analisis regional, meliputi:

Gambaran struktur dan pola ruang wilayah kota dalam sistem nasional

Gambaran fungsi dan peran kota pada wilayah yang lebih luas (wilayah provinsi, pulau, Nasional, kab/kota berdekatan secara sistemik);

Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan terkait penataan ruang pada wilayah yang lebih luas terkait dengan kedudukan dan keterkaitan wilayah kota pada wilayah yang lebih luas, mencakup permasalahan disparitas pembangunan antar wilayah kota

Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah kota dalam wilayah yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan wilayah provinsi, dan produk unggulan kota.

Page 56: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 16

No Jenis Analisis dan Hasilnya

Keluaran analisis regional digunakan sebagai pertimbangan dalam:

Penetapan fungsi dan peran kota dalam wilayah yang lebih luas yang akan mempengaruhi pada pembentukan struktur ruang wilayah kota, terutama pada: distribusi dan pemusatan penduduk, serta penetapan sistem jaringan prasarana terutama yang lintas kota atau yang mengemban fungsi layanan dengan skala yang lebih luas dari wilayah kota.

Pembentukan pola ruang wilayah kota yang serasi dengan wilayah kota berdekatan terutama pada wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam pemanfaatan ruang antar kota dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang nasional.

B Sumber daya alam dan fisik /lingkungan wilayah

Analisis dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah serta batasan dan potensi alam wilayah kota dengan mengenali karakteristik sumber daya alam, menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat bencana.

Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai berikut:

• Gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang ada maupun yang akan dikembangkan sampai akhir masa berlakunya RTRW kota

• Gambaran daya dukung maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan hidup dalam menampung kegiatan sampai waktu yang melebihi masa berlakunya RTRW kota

• Gambaran kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang di masa datang berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya

• Gambaran potensi, dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik;

• Gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan yang ada di wilayah.

Keluaran analisis fisik/lingkungan wilayah kota ini digunakan sebagai bahan dalam sintesa analisis multi aspek dalam melihat potensi-masalah-peluang penataan ruang wilayah kota dari aspek fisik/lingkungan.

Analisis sumber daya alam dan fisik/lingkungan wilayah yang perlu dilakukan mencakup beberapa analisis berikut :

Analisis klimatologi dan meteorologi

Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan wilayah kota berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan rekomendasi bagi kesesuaian

Page 57: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 17

No Jenis Analisis dan Hasilnya

peruntukan pengembangan kegiatan budidaya.

Analisis sumber daya air

Dilakukan untuk memahami bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan, dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada maupun yang sebaiknya dikembangkan di dalam wilayah kota. Khususnya terhadap sumber air baku serta air permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir dalam wilayah kota yang memiliki potensi untuk mendukung pengembangan dan/atau memiliki kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat membutuhkan sumber daya air. Analisis ini menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang mengatur sumber - sumber air tersebut

Analisis sumber daya tanah

Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan wilayah kota berdasarkan kesesuaian tanah serta kawasan rawan bencana. Analisis ini menghasilkan rekomendasi bagi peruntukan kawasan budidaya dan kawasan lindung.

Analisis sumber daya udara

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan, pola kerjasama pemanfaatan sumber daya udara, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya udara dalam rangka pengembangan kawasan sekaligus menjaga kualitas udara regional dan/atau dalam sistem internal kota.

Analisis topografi dan kelerengan

Analisis topografi & kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan pengembangan wilayah kota berdasarkan ketinggian dan kemiringan lahan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung serta kesesuaian lahan bagi peruntukkan kawasan budidaya dan lindung.

Analisis geologi lingkungan

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan wilayah kota berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan. Analisis ini menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan pertambangan.

Analisis klimatologi

Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan wilayah kota berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budidaya.

Analisis sumber daya alam hayati alami dan budidaya (termasuk hutan)

Dilakukan untuk mengetahui daya dukung/ kemampuan kawasan dalam menunjang fungsi hutan/

Page 58: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 18

No Jenis Analisis dan Hasilnya

sumberdaya alam hayati lainnya, baik untuk perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan kesesuaian fungsi hutan lainnya.

Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya

Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah kota yang akan direncanakan, untuk mengetahui kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola kerjasama pemanfaatan sumber daya tersebut. Misalnya: analisis sumber daya laut yang diperlukan bagi wilayah kota yang berbentuk kepulauan.

C Sosial budaya

• Analisis dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mempengaruhi pengembangan wilayah kota seperti elemen-elemen kota yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi (urban heritage, langgam arsitektur, landmark kota) serta modal sosial dan budaya yang melekat pada masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan juga pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat.

• Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan tema, preferensi pengembangan wilayah kota, serta strategi komunikasi pembangunan kota.

D Kependudukan

• Analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi perubahan demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas penduduk, mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral.

• Selain itu analisis terhadap sebaran dan perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan memberikan gambaran dan arahan kendala serta potensi sumberdaya manusia untuk keberlanjutan pengembangan, interaksi dan integrasi dengan daerah di luar wilayah kota.

• Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi demografi terhadap batasan daya dukung dan daya tampung kota dalam jangka waktu rencana.

E Ekonomi dan sektor unggulan

• Dalam mewujudkan ekonomi wilayah kota yang berkelanjutan melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi regional nasional, maupun internasional, analisis ekonomi dilakukan dengan menemukenali struktur ekonomi, pola persebaran pertumbuhan ekonomi, potensi, peluang dan

Page 59: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 19

No Jenis Analisis dan Hasilnya

permasalahan perekonomian wilayah kota untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, terjadinya investasi dan mobilisasi dana yang optimal.

• Analisis diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra regional (antar kawasan/kabupaten/kota) maupun inter-regional sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi-solusi secara ekonomi yang mampu memicu peningkatan ekonomi wilayah kota. Analisis diharapkan dapat membaca potensi ekonomi lokal dalam membuka akses potensi ekonomi lokal terhadap pasar regional, nasional maupun global.

• Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kota, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kota.

F Kebijakan dan strategi pembangunan

• Perumusan kebijakan dan strategi pembangunan kota disusun dengan melihat potensi, permasalahan, tantangan serta kebijakan pada tataran nasional maupun regional yang tertuang dalam RTRWN, RTRWP, RTRW Kabupaten, RTR Metropolitan, RPJMD, RPJPD, dan bentuk-bentuk rencana penataan ruang lainnya dalam rangka memahami dan mengadopsi arahan kebijakan dan strategi pembangunan yang sesuai untuk wilayah kota serta untuk mengantisipasi dan mengakomodasi program-program pembangunan sektoral. Jika sebelumnya sudah pernah ada RTRW Kota, maka perlu melihat hasil review untuk mendapatkan pembelajaran.

G Sumberdaya buatan

• Analisis sumberdaya buatan dilakukan untuk memahami kondisi, potensi, permasalahan, dan kendala yang dimiliki dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kota. Melalui analisis ini diharapkan teridentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi kota.

• Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit kegiatan dari sebuah wilayah regional atau perhitungan ratio penduduk terhadap kapasitas atau skala pelayanan prasarana dan sarana kota serta analisis daya dukung wilayah.

• Dalam analisis sumberdaya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap program pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Analisis sumberdaya buatan sangat terkait erat dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.

H Kesesuaian Lahan

• Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budi daya dan lindung yang merujuk pada kebijakan-

Page 60: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 20

No Jenis Analisis dan Hasilnya

kebijakan terkait.

• Dari hasil analisis ini dapat diketahui besaran fluktuasi intensitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan dan perluasan fungsi kawasan, okupansi kegiatan tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan lintas kabupaten/kota maupun kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budi daya dan pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.

I Sistem pusat pelayanan

• Untuk melihat kondisi dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana perkotaan bagi kebutuhan aktivitas penduduk perkotaan dalam menunjang fungsi dan peran kawasan di wilayah perkotaan, dilakukan analisis terhadap jenis dan kapasitas sarana prasarana kota dalam memberikan pelayanan, jangkauan dan tingkat skala pelayanannya.

• Dengan informasi tersebut, diharapkan dapat diformulasikan kondisi kawasan terutama menyangkut interaksi, keserasian dan keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan, antara pengembangan pusat kota dan pusat-pusat aktivitas maupun wilayah pengaruhnya. Formulasi kondisi kawasan tersebut mencakup permasalahan, potensi, peluang, serta tantangan yang ada maupun kecenderungan yang akan datang.

J Kelembagaan

• Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas Pemerintah Kota dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi non-pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.

• Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional kelembagaan yang dapat terlibat dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

K Pembiayaan Pembangunan

• Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi besar pembelanjaan pembangunan, alokasi dana terpakai, dan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang terdiri dari:

Pendapatan Asli Daerah;

Pendanaan oleh pemerintah;

Pendanaan dari pemerintah provinsi;

Investasi swasta dan masyarakat;

Page 61: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 21

No Jenis Analisis dan Hasilnya

Bantuan dan pinjaman luar negeri; dan

Sumber-sumber pembiayaan lainnya.

• Analisis pembiayaan juga menghasilkan perkiraan besaran kebutuhan pendanaan untuk melaksanakan rencana pembangunan wilayah kota yang diterjemahkan dalam usulan program utama jangka menengah dan jangka panjang.

Page 62: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 22

LAMPIRAN III

TIPE DAERAH/KAWASAN DAN PENGARUHNYA PADA RTRW KOTA

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

Fisik Wilayah

Geografi Wilayah terkait perbatasan negara

1. Perbatasan Antar Negara

2. Non Perbatasan

mempengaruhi pd insfrastruktur transportasi darat di perbatasan dan penempatan pos-pos perbatasan. Sebaiknya jaringan transportasi darat yang menghubungkan antar negara dan dilengkapi dg pos pengawas perbatasan. Selain itu pusat-pusat pemukiman sebaiknya juga dikembangkan mendekati perbatasan.

jika perbatasannya di darat, sebaiknya kegiatan-kegiatan permukiman mendekati wilayah perbatasan sesuai dengan Struktur ruang yang dikembangkan

Penguatan Analisis yang diperlukan pada Daerah perbatasan antar Negara, sbb:

1. Perlu penekanan / penguatan pada anslisis potensi pengembangan pusat-pusat kegiatan di perbatasan dan kemungkinan pengembangan infrastruktur pendukungnya

2. Penguatan analisis geo-politik dan geo-strategi di kawasan perbatasann

Data yang perlu dikuatkan:

Peta perbatasan dlm skala terbesar yg ada

Citra satelit wilayah perbatasan

Peta penggunaan lahan wil perbatasan

Page 63: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 23

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

Peta jaringan jalan di perbatasan sampai yang paling rendah kualitasnya

Pola pergerakan manusia, barang, dan jasa di perbatasan selama ini

Fisik Wilayah

Geografi Wilayah dalam tatanan pulau

1. Daratan besar (main land)

2. Kepulauan

Mempengaruhi pd pola infrastruktur transportasi yg dikembangkan. Jika daratan lebih mengembangan transportasi darat, dan udara, dan jika kepulauan lebih mengembgkan transportasi laut dan udara

Mempengaruhi pola ruang pada jenis-jenis pemanfaatan ruang hayati yang agak berbeda antara yang daratan pulau besar dengan kepulauan.

Perlu penekanan analisis yang diperlukan pd daerah kepulauan, sbb:

Analisis pola transportasi dan kemungkinan pengembangan transportasi laut dan udara

Analisis pemanfaatan ruang eksisting, dan kemungkinan pengembangan hayati dan pemanfaatan ruang wil. pesisir

Data yang perlu dikuatkan:

Peta jaringan transportasi udara-laut eksisting internal dan eksternal

Penggunaan lahan eksisting wilayah pesisir

Data wilayah rawan air bersih

Page 64: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 24

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

Pola Ruang Eksisting

1. Dominasi eksrtim (80% lebih) Kaw Lindung

2. Dominasi Ekstrim (80% lebih) Kaw Budidaya

3. Budidaya-Lindung yang berimbang (tidak ada yang mendominasi 80% atau lebih)

Jika didominasi kawasan lindung, berpengaruh pada penempatan pusat-pusat kegiatan yang mungkin tidak/kurang bisa mencakup keseluruhan wilayah secara lebih merata. Infrastruktur yang dikembangkan juga relatif tidak dapat menjangkau ke seluruh wilayah secara lebih merata.

Jika dominasi kawasan lindung, pola ruang nya akan tidak terlau banyak variasi karena relatif cukup sedikit ruang yang dapat dimanfaatkan untuk kaw budidaya.

Analisis yang perlu dikuatkan jika dominasi kaw. Lindung, sbb:

Analisis yang perlu dikuatkan, untuk daerah yang dominasi kaw. Lindung, sbb:

Analisis pola ruang kaw. Lindung

Analisis pendapat, opini, dan preferensi masyarakat pd pengemb daerah, terutama terkait dengan keberadaan kaw. Lindung

Analisis kemungkinan pengembangan infrastruktur yang dapat meningkatkan pelayanan infrastruktur yg lebih adil kpd sebagian besar masy dengan tidak merusak keberadaan kaw lindung.

Data yang perlu dikuatkan:

Peta pola ruang kaw lindung di daerah

Pendapat, opini, dan preferensi langsung masy pd keberadaan kaw lindung

Peta infrastrktur eksisting di kawasan dan

Page 65: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 25

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

kebutuhannya menurut masy.

Kondisi SDA 1. SDA berlebih

2. Krisis SDA

Berpengaruh pada penetapan pusat-pusat kegiatan yang akan ditetapkan, dan infrastruktur penyediaan air baku.

Untuk daerah yang SDA cukup / berlebih, pola ruang yang dikembangkan relatif lebih bebas/mudah. Sedangkan daerah yang krisis SDA, dikembangkan pola ruang yang kebutuhan airnya relatif lebih sedikit.

Analisis yang perlu dikuatkan untuk daerah yang krisis SDA:

Analisis potensi SDA dan kemungkinan pengembangan infrastuktur air baku

Analisis pola ruang yang cocok, sesuai dengan keterbatasan SDA nya

Data yang perlu dikuatkan:

Peta penggunaan lahan eksisting dan kemungkinan pengembangan jenis pola ruang lain yang cocok

Peta potensi SDA di internal dan eksternal

Morfologi dan kelerengan

1. dominan dengan Kelerengan tinggi

2. Dominan dengan kelerengan sedang

Perbedaan tipe mempengaruhi kesulitan pengembangan infrastruktur dan mempengaruhi pola pembentukan pola jaringan infrastruktur. Pola grid relatif sulit dilakukan pada tipe yang berbukit-bukit atau dengan kelerengan tinggi. Sebaliknya tipe datar

Tipe dengan kelerengan tinggi dan berbukit-bukit menjadikan pola ruang untuk kawasan lindung menjadi semakin banyak.

Analisis yang perlu dikuatkan:pd tipe dominan kelerengan tinggi dan berbukit-bukit, sbb:

Analisis fisik (kelerengan, geologi, & jenis tanah) pada skala yang paling detail yang ada/dimiliki

Analisis pola penggunaan lahan eksisting,

Page 66: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 26

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

3. Berbukit-bukit

4. Datar

memungkinkan pola pengembangan jaringan infrastruktur dengan bentuk/pola grid.

dan kesesuaian lahan

Data yang perlu dikuatkan, khusus untuk yang kelerengan tinggi dan berbukit-bukit, sbb: :

Peta kelerengan dg skala terbesar yg ada

Pola penggunaan lahan eksisting

Jenis tanah

Peta geologi

Posisinya dalam aliran sungai

1. Hulu Aliran Sungai

2. Tengah Aliran Sungai

3. Hilir Aliran Sungai

Tidak terlalu berpengaruh pada Rencana Struktur ruang. Hanya berpengaruh pada tingkat kesulitan dalam pengembangan infrastruktur. Daerah yang berada di hulu reltif memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi pada pengembangan infrastrukturnya dibandingkan daerah

Pola ruang yang intensif perusakan lahan di daerah yang berada di hulu sungai perlu dihindari. Sedangkan yang lebih bersifat perlindaungan alam pada daerah yang berada di hulu lebih diarahkan.

Data prasarana eksisting, sistem penyediaan air bersih

Page 67: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 27

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

di hilir yang relatif lebih datar.

Kekeringan daratan

1. dominan tanah kering

2. dominan Rawa`permanen

3. dominan rawa pasang surut

4. dominan rawan banjir

Daerah dominan rawa, akan menyulitkan dalam pembangunan inftrastruktur yg juga mempengaruhi kesulitan perwujudan struktur yang ideal / nyaman. Mempengaruhi sistem penyediaan air bersih.

Daerah yang dominasi eksistingnya rawa akan mengakibatkan pola ruangnya juga banyak didominasi oleh kawasan lindung. Kerawanan banjir mempengaruhi pola ruang wil tertentu yang sebaiknya untuk kaw. Lindung.

Analisis yang perlu dikuatkan:

Analisis ketersediaan sumber-dumber air

Analisis pola ketersediaan prasarana transportasi

Analisis daya dukung lingkungan untuk pengembangan pola ruang yang sesuai

Data prasarana eksisting, pasang surut, sistem penyediaan air bersih, data prasarana transportasi dan SDA, data kreawanan banjir/pasang-surut

Keberadaan Sungai Besar

1. Daerah dialiri sungai besar

2. daerah tanpa

Pengembangan infastruktur transportasi akan mempertimbangkan keberadaan sungai besar.

Keberadaan sungai besar dapat mempengaruhi pola ruang pertanian dan pengembangan waterfront.

Data prasarana eksisting, pola aliran barang dan penumpang, sistem penyediaan air bersih

Page 68: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 28

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

sungai besar

Fisik Rawan Bencana

1. Memiliki Rawan bencana tsunami

2. Memiliiki Rawan bencana gempa

3. Memiliki rawan bencana longsor

4. Memiliki rawan bencana banjir

5. tidak rawan bencana

Untuk daerah yang memiliki kerawanan bencana, penempatan pusat-pusat permukiman dan kegiatan tidak diarahkan ke kawasan rawan bencana. Tetapi untuk kepentingan mengurangi dampak akibat bencana (mitigasi bencana), diperlukan infrastruktur yang memungkinkan evakuasi pada saat dan pasca bencana.

Pola ruang di kawasan rawan bencana, diarahkan untuk kegiatan yang tidak terlalu intensif keberadaan manusianya (mis. Kawasan lindung, atau budidaya Kehutanan, perkebunan, dan pertanian). Perlu penyiapan ruang-ruang evakuasi pada saat bencana pada rencana pola ruang.

Analisis yang perlu dikuatkan, khusus untuk daerah yang rawan bencana, sbb:

Analisis kemungkinan terjadinya bencana

Analisis kemungkinan dampak akibat bencana

Analisis kemungkinan pencegahan bencana

Analisis mitigasi bencana dan kemungkinan pengembangan infrastruktur pendukungnya

Analisis zoning di kawasan rawan bencana dan kemungkinan pengembangan pola ruang yang sesuai

Data yang diperlukan, untuk kaw. Rawan bencana, sbb:

Peta rawan bencana, dan data periodisasi bencana

\peta penggunaan lahan di kawasan

Page 69: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 29

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

rawan bencana

Data pendapat, opini, dan preferensi masy pada keberadaan rawan bencana dan keberadaan manusia di dalamnya

Ekonomi Perkembangan ekonomi daerah

1. sangat berkembang (maju)

2. sudah berkembang

3. sedang berkembang

4. belum berkembang

5. tertinggal

Untuk daerah yang sangat berkembang, struktur harus dapat menjadi panduan dari perkembangan yang terjadi. Sedangkan untuk wilayah yang relatif tertinggal, struktur ruang diarahkan untuk dapat menstimulasi perkembangan kearah yang dituju.

Pada wilayah yang sangat berkembang, pola ruang cenderung berkembang lebih cepat dari kesiapan aturan tata ruang, sehingga cenderung menciptakan kekumuhan. Sedangkan pada wilayah yang cenderung tertinggal, pola ruangnya cenderung lambat perubahannya.

Analisis yang perlu dikuatkan, adalah analisis ekonomi, dengan :

Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah

Analisis sumber daya penunjang pertumbuhan ekonomi

Analisis faktor pertumbuhan ekonomi

Analisis pemerataan ekonomi

Analisis penyimpangan pemanfaatan ruang.

Data yang perlu dikuatkan:

Data perekonomian mencakup: PDRB, Arus barang dan jasa intra dan antar wilayah, pendapatan masyarakat, dan

Page 70: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 30

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

daya beli masyarakat.

Data ketersediaan Sumber daya Buatan/prasarana:, mencakup: prasarana transportasi, sumber daya air, telekomunikasi, dan energi

SDB Ketersediaan prasarana transportasi

1. sangat tinggi akses

2. terisolir

Prasarana eksisting, pola aliran barang dan penumpang

Sosial Budaya

Budaya 1. Adat kuat pada agama (mis Hindu Bali)

2. Adat kuat pada sosial (Nagari, Meukim dst di Aceh, Kampung di Papua)

3. Biasa

Mempengaruhi pola ruang lindung setempat yang memperhatikan kearifan lokal dari aspek sosial budaya

Analisis yang perlu dikuatkan/penekanan:

Analisis sosial budaya

Data yang perlu dikuatkan:

Data karakter sosial budaya

Data kelembagaan sosial

Data kegiatan sosial masyarakat

Pandangan tokoh masyarakat

Page 71: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 31

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

Fungsi dalam wilayah

Fungsi PKN dan PKW pada kota / perkotaan dan Kab.

1. Kota induk metropolitan yang mengemban fungsi PKN/PKW

2. Kota Besar yang mengemban fungsi PKN

3. Kota sedang yang memiliki fungsi PKN/PKW

4. Kota kecil yang masuk dalam metropolitan PKN / PKW

5. Kab yang masuk dalam metropolitan

Sesuai penomoran di tipe:

1. Untuk kota induk metropolitan sbg PKN/PKW, pusat-pusat kegiatan pada fungsi-fungsi tertentu, cenderung menyebar, sehingga sulit menyebut sebagai pusat primer-sekunder-tersier

2. Untuk kota besa yang mengemban fungsi PKN/PKW, pusat-pusat kegiatan pada fungsi-fungsi tertentu, cenderung menyebar, sehingga sulit menyebut sebagai pusat primer-sekunder-tersier

3. Untuk kota sedang yang mengemban fungsi PKN, pusat-pusat kegiatan pada fungsi-fungsi tertentu, masih cenderung memusat sebagaimana di kota/perkotaan kecil, sehingga masih tepat menggunakan istilah pusat primer-

Sesuai penomoran di tipe:

1. Untuk kota induk metropolitan PKN/PKW, dalam pola ruangnya perlu dp kelihatan ruang untuk fungsi-fungsi tertentu yg memiliki layanan layanan lebih dari kota tsb (skala nas / wilayah)

2. idem 1

3. Pola ruang untuk pemusatan kegiatan primer-sekunder-teriser, ditunjukkan oleh fungsi permukiman padat, perdagangan, jasa, dan campuran.

4. Untuk kota kecil yang masuk metropolitan dg fungsi PKN/PKW, pola ruang nya mencakup ruang untuk fungsi-fungsi tertentu yang memiliki skala layanan lebih dari kota tersebut

Analisis yang perlu dikuatkan:

Analisis kebijakan dan regional dari wilayah kota

Analisis pola ruang eksisting dan kemungkinan pengembangan pola ruang sesuai dengan fungsi yang diemban

Data yang perlu dikuatkan:

Data kebijakan

Data regional

Data pola penggunaan eksisting

Data Sistem Prasarana eksisting

Page 72: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 32

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

PKN/PKW

6. Kota /perkotaan kecil yang mengemban fungsi PKL atau PKSL

sekunder-tersier

4. Untuk Kota kecil yang masuk dalam metropolitan dengan fungsi PKN/PKW, pada struktur ruangnya harus dapat menunjukkan perbedaan dengan kota kecil lainnya yang tidak menjadi bagian metropolitan sbg PKN/PKW. Misal ada pusat kegiatan fungsi tertentu di wilayah kab yang memiliki skala layanan Nasional/wilayah.

5. Untuk kab yang masuk metropolitan PKN/PKW, harus dapat ditunjukkan perbedaannya dengan kab lainnya yang tidak menjadi bagian dari PKN/PKW. Misal ada pusat kegiatan fungsi tertentu di wilayah kab yang memiliki skala layanan Nasional/wilayah.

6. Untuk kota/perkotaan kecil yang mengemban fungsi PKL/PKSL,

(skala nasional untuk fungsi PKN, atau wilayah untuk fungsi PKW).

5. Idem kota, mutatis-mutandis

6. Pola ruang kota/perkotaan kecil dengan fungsi PKL/PKSL cenderung memiliki ruang pusat kota/perkotaan dengan fungsi sbg permukiman padat, perdagangan, jasa, campuran.

Page 73: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 33

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

pusat-pusat kegaitannya cenderung masih mengumpul pada pusat-pusat tertentu (primer-sekuender-tersier), dan belum cenderung terspesialisasi pd kawasan2 yang berbeda.

Fisik Pola penggunaan lahan

1. dominasi Industri

2. dominasi pariwisata

3. dominasi pertambangan

4. dominasi kehutanan

5. dominasi perkebunan

6. dominasi pertanian

7. dominasi

Struktur t dipengaruhi oleh dominasi fungsi-fungsi yang bersifat intensi kegiatan

Pola ruang daerahnya sebagian besar akan memperlihatkan dominasi fungsi yang menjadi ciri khasnya

Penguatan analisis

Pada ciri khas / fungsi yang diemban daerahnya

Penguatan Data:

Pada data-data yang mendukung analisis pada ciri khas / fungsi dominan yang diemban daerahnya

Pola 1. dominasi

Page 74: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 34

Aspek / Kriteria Tipologi

Sub Kriteria tipologi

Tipe

Daerah Pengaruh pada Struktur Ruang

Pengaruh pada

Pola Ruang

Pengaruh pada Data dan Analisis yang perlu dilakukan

penggunaan lahan

perkotaan

2. berimbang perkotaan dan perdesaan

3. dominasi perdesaan

Page 75: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 35

1. Kebijakan umum pembangunan (RPJPN, RPJMN, RPJPD, RPJMD)

2. Kebijakan Tata Ruang (RTRWNP, RTRW KAB sebelumnya, RTRW KAB/KOTA berdekatan.

3. Kebijakan pembangunan sektoral (Tatrawil, dan kebijakan sektoral pengembangan infrastruktur nasional, dan kebijakan sektoral terkait lainnya).

DATA KEBIJAKAN

1. Kebijakan struktur ruang Nas terkait wil Kota

2. Kebijakan struktur ruang Kota berdekatan secara sistemik

3. Kebijakan struktur ruang Kab/Kota dalam Wilayah

ANALISIS KEBIJAKAN

TUJUAN PENATAAN RUANG WIL KOTA

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KOTA

A. KEBIJAKAN PERENCANAAN RUANG

a. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah kota;

RENCANA

STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

STRATEGI PENATAAN RUANG KOTA A. STRATEGI PERENCANAAN RUANG

a. Strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota

Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi Kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi Kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana Kota dengan wilayah yang lebih luas.

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan SDA) Kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek hankam wilayah Kota pada wilayah yang lebih luas.

ANALISIS REGIONAL fungsi dan peran Kota pada wilayah yang lebih luas

potensi dan permasalahan pada wilayah yang lebih luas mencakup permasalahan disparitas pembangunan antar wilayah antar Kota

Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah Kota dalam wilayah yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan wilayah provinsi, dan produk unggulan Kota.

1. Analisis ekonomi internal 2. Analisis Sumber Daya Manusia 3. Analisis Sumber Daya Buatan (SDB/sistem

prasarana) internal 4. Analisis Sumber Daya Alam 5. Analisis Sistem Permukiman internal 6. Analisis penggunaan lahan internal

ANALISIS INTERNAL

1. Data sosial budaya dan kependudukan wilayah provinsi atau pulau dirinci per kota

2. data produktivitas daerah persektor ekonomi, volume bongkar muat barang, orang, dan jasa di pelabuhan/bandara dalam wilayah regional.

3. Data ketersediaan sistem prasarana nasional dan regional yang melingkupi wilayah yang lebih luas. Meliputi: prasarana transportasi, prasarana energi, prasarana pengairan/Sumber Daya Air, prasarana pengelolaan lingkungan wilayah kota.

4. Peta SWS dan DAS di wilayah kota, Debit sungai utama tiap SWS

5. Peta batas teritorial laut Indonesia dan batas daratan Indonesia di wilayah kota.

DATA REGIONAL

kondisi dan perkembangan aspek penduduk, dan ketersediaan SDB tiap pemusatan kegiatan di wilayah Kota

daya dukung lingkungan dalam mendukung perkembangan dan pengembangan kegiatan di wilayah Kota

permasalahan penduduk, keterediaan SDB, dan penggunaan lahan di tiap pusat permukiman di wil Kota

peluang pengembangan wilayah kecamatan dalam wilayah Kota

ANALISIS SISTESA MULTI ASPEK

Analisis struktur ruang Kota eksisting

Analisis potensi-masalah serta peluang dan tantangan penataan ruang wil Kota

Analisis Kecenderungan dan kebutuhan pengembangan wilayah Kota

Dan analisis lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah Kota.

struktur ruang eksisting potensi dan masalah penataan

ruang provinsi dari multi aspek yang berpengaruh

peluang dan tantangan penataan ruang Kota dari multi aspek pengaruh

Gambaran kecenderungan perkembangan Kota dari multi aspek pengaruh

Perkiraan kebutuhan pengembangan Kota meliputi pengembangan struktur ruang yang meliputi sistem pusat pelayanan dan sistem prasarana dengan menggunakan potensi yang dimiliki, mengelola peluang yang ada serta dapat mengantisipasi tantangan pembangunan ke depan

Rencana Sistem perkotaan dlm wil Kota

Rencana Sistem Prasarana skala wilayah dlm wil. Kota

Adopsi dan pendetailan struktur ruang nasional di wil. Kota dalam skala Kota

1. Data ekonomi wilayah kota dirinci per kecamatan, meliputi produktivitas tiap kecamatan, arus pergerakan barang, orang, dan jasa antar kecamatan dalam wilayah kota.

2. Data sumber daya manusia / demografi wilayah kota per kecamatan, meliputi: jumlah dan sebaran penduduk, kepadatan penduduk, tingkat kelahiran dan kematian, tingkat migrasi masuk dan migrasi keluar.

3. Data ketersediaan prasarana wilayah kota meliputi: prasarana transportasi, prasarana energi, prasarana telekomunikasi, prasarana pengairan, prasarana ekonomi, prasarana pengelolaan lingkungan, dan prasarana sosial budaya.

4. Data potensi sumber daya alam, 5. Data Sistem Permukiman meliputi lokasi/penyebaran dan luas

wilayah terbangun pada permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan di wilayah Kota.

6. Data penggunaan lahan, meliputi: jenis dan intensitas penggunaan lahan, luas tiap penggunaan lahan, status lahan, dan perubahan fungsi lahan.

DATA INTERNAL WILAYAH

DATA YANG DIPERLUKAN ANALISIS YG DILAKUKAN OUTPUT ANALISIS ANALISIS KOMPRE KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENC STRUKTUR RUANG

LAMPIRAN IV-A

SKEMA KETERKAITAN DATA, ANALISIS, OUTPUT, DAN MUATAN RENCANA PADA PENYUSUNAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

KOTA

Page 76: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 36

1. Kebijakan umum pembangunan (RPJPN, RPJMN, RPJPD, RPJMD) 2. Kebijakan Tata Ruang (RTRWN, RTRW Kota sebelumnya, RTRW

Kota berdekatan, dan bagian Kota) 3. Kebijakan pembangunan sektoral (Sistranas, Tatrawil, dan kebijakan

sektoral pengembangan infrastruktur nasional, dan kebijakan sektoral terkait lainnya)

4. Kebijakan pembangunan regional/internasional.

DATA KEBIJAKAN

1. Kebijakan pola ruang Nas dan Provinsi terkait wil Kota

2. Kebijakan pola ruang Kota berdekatan secara sistemik

3. Kebijakan pola ruang bagian Kota

TUJUAN PENATAAN RUANG WIL KOTA

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KOTA

A. KEBIJAKAN PERENCANAAN RUANG

a. Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Kota;

RENCANA POLA

RUANG WILAYAH KOTA

STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN A. STRATEGI PERENCANAAN RUANG

a. Strategi pengembangan pola ruang

wilayah Kota; .

Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana kota dengan wilayah yang lebih luas.

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan SDA) kota pada wilayah yang lebih luas

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek hankam wilayah Kota pada wilayah yang lebih luas.

ANALISIS REGIONAL fungsi dan peran Kota pada wilayah yang lebih luas

potensi dan permasalahan pada wilayah yang lebih luas mencakup permasalahan disparitas pembangunan antar wilayah antar kabupaten/kota

Gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah kota dalam wilayah yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan wilayah provinsi, dan produk unggulan kota.

1. Analisis ekonomi internal 2. Analisis Sosial Budaya 3. Analisis Sumber Daya Buatan (SDB/sistem

prasarana) internal 4. Analisis Sumber Daya Alam, terumtama

Analisis Sumber Daya Tanah (kesesuaian lahan)

5. Analisis Sistem Permukiman internal 6. Analisis penggunaan dan penguasaan lahan

ANALISIS INTERNAL

1. Data sosial budaya dan kependudukan wilayah pulau atau nasional dirinci per Kelurahan

2. data produktivitas daerah persektor ekonomi, volume bongkar muat barang, orang, dan jasa di pelabuhan/bandara dalam wilayah nasional dan provinsi.

3. Data ketersediaan sistem prasarana nasional dan provinsi yang melingkupi wilayah kota. Meliputi: prasarana transportasi, prasarana energi, prasarana pengairan/Sumber Daya Air, prasarana pengelolaan lingkungan provinsi.

4. Peta SWS dan DAS di wilayah provinsi, Debit sungai utama tiap SWS 5. Peta batas teritorial laut Indonesia dan batas daratan Indonesia di

wilayah provinsi, lokasi kawasan-kawasan militer

DATA REGIONAL

Pola Ruang eksisting Kesesuaian lahan kondisi dan perkembangan aspek

ketersediaan SDB tiap pemusatan kegiatan di wilayah kota

Kebutuhan Ruang tiap fungsi/kegiatan sampai akhir berlakunya rencana

daya dukung lingkungan dalam mendukung perkembangan dan pengembangan kegiatan di wilayah kota

peluang pengembangan wilayah kecamatan dalam wilayah kota

Arah Pola ruang berbasis Mitigasi bencana

Arah pola ruang berbasis sosial budaya

Pemenuhan kebutuhan dan penyediaan ruang

ANALISIS SISTESA MULTI ASPEK

Analisis potensi-masalah serta peluang dan tantangan penataan ruang wilayah Provinsi, khusunya terkait pola ruang wil kota

Analisis Kecenderungan perkembangan dan kebijakan alokasi kegiatan dan pola ruang dlm wil kota

potensi dan masalah alokasi ruang wil Kota dari multi aspek pengaruh

peluang dan tantangan alokasi ruang Kota dari multi aspek pengaruh

kecenderungan perkembangan dan kesesuaian dg kebijakan pola ruang dlm wil. Kota dari multi aspek pengaruh

Perkiraan kebutuhan pengembangan pola ruang Kota dengan menggunakan potensi yang dimiliki, mengelola peluang yang ada serta dapat mengantisipasi tantangan pembangunan ke depan

Arah pola ruang berbasis mitigasi bencana & Sosbud

Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

Pola ruang KSN di wil Provinsi dan Nasional yg perlu diadopsi dlm skala Kota

Rencana pola ruang Kaw lindung Strategis Kota

Rencana pola ruang kawasan Budidaya strategis Kota

Adopsi dan pendetailan KSN dalam skala provinsi dan Nasional

1. Data ekonomi wilayah Kota dirinci per kelurahan, 2. Data ketersediaan prasarana wilayah kota 3. Data potensi sumber daya alam,

ketersediaan SD tanah meliputi: ketersediaan lahan, kemiringan lahan, jenis tanah, geologi tata lingkungan, morfologi, iklim.

ketersediaan sumberdaya hutan meliputi: sebaran dan luas hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, densitas dan produksi hasil hutan.

SD udara antara lain jalur-jalur penerbangan, tingkat pencemaran udara, kebisingan udara, dan kegiatan produksi berpotensi pencemaran udara.

SD air, meliputi: peruntukan dan debit air, curah hujan tahunan, distribusi hujan, hidrologi (pola aliran sungai), hidrogeologi (air tanah dan permukaan), sebaran sumber air, daerah resapan air, rawa dan daerah banjir.

4. Sistem Permukiman meliputi lokasi/penyebaran dan luas wilayah terbangun pada permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan di wilayah Kota.

5. Data penggunaan lahan, meliputi: jenis dan intensitas penggunaan lahan, luas tiap penggunaan lahan, status lahan, dan perubahan fungsi lahan.

DATA INTERNAL WILAYAH

DATA YANG DIPERLUKAN ANALISIS YG DILAKUKAN OUTPUT ANALISIS AN. KOMPREHENSIF KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENC POLA RUANG

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

ANALISIS KEBIJAKAN

KAWASAN STRATEGIS KOTA

Kriteria KSP (Analogi kriteria KSN & kriteria lainya)

LAMPIRAN IV-B

SKEMA KETERKAITAN DATA, ANALISIS, OUTPUT ANALISIS, DAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA

Page 77: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 37

LAMPIRAN V

KETERKAITAN SUBSTANSI, TAHAPAN DAN KETELIBATAN PIHAK-PIHAK DALAM PENYUSUNAN RTRW KOTA

Proses

Kegiatan Persiapan

Proses Penyusunan

Review RTRW Sebelumnya

Pengumpulan Data Analisis Perumusan RTRW Proses Legalisasi

RINCIAN KEGIATAN

Persiapan

Penyusunan

meliputi:

Penyusunan &

Pemantapan

TOR/KAK

Penyiapan

Anggaran Biaya

Pembentukan tim

pelaksana

(swakelola

/kontraktual)

Penyiapan dan

Pemantapan

Metode dan

Rencana Kerja

Mobilisasi

Review terhadap

RTRW Sebelumnya,

terutama pada:

• Penyimpangan

struktur dan pola

ruang

• Kesesuaian

rencana struktur

dan rencana pola

ruang dengan

perkembangan

wil

Pengumpulan

data/peta dilakukan

dengan survei

primer (observasi

lapangan,

wawancara,

penyebaran

kuesioner) dan

survei sekunder

kepada instansi-

instansi terkait

untuk memperoleh :

Data/Informasi

Kebijaksanaan

pembangunan

Data/Informasi

Terkait Kondisi

Aspek-aspek

analisis meliputi:

Analisis Kebijakan

Pembangunan

Analisis Regional

(Analisis Wilayah

Kota pada

Wilayah yang

Lebih Luas)

Analisis

fisik/lingkungan

dan SDA

Analisis

Sumberdaya

Manusia

Analsis

Sumberdaya

1. Perumusan

Tujuan

Pemanfaatan

Ruang Wilayah

Kota

2. Perumusan

Kebijakan dan

Strategi

Pemanfaatan

Ruang Wilayah

Kota

3. Rencana Struktur

Ruang Wilayah

Kota;

4. Rencana Pola

Ruang Wilayah

Kota

1. Penyusunan

Konsep RAPERDA

RTRW Kota

Tranfer Konsep

RTRW Kota ke

dalam Bahasa

Hukum perda

Pembahasan

dengan Tim

Teknis Daerah

untuk Penataan

Ruang

2. Penyempurnaan

Konsep RTRW

Kota dan Konsep

Raperda RTRW

3. Proses legalisasi

Page 78: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 38

Proses Kegiatan

Persiapan

Proses Penyusunan

Review RTRW Sebelumnya

Pengumpulan Data Analisis Perumusan RTRW Proses Legalisasi

Peralatan dan

Personil

Penyiapan

Perangkat Survei

dan Perjalanan

Dinas

Pemahaman Awal

Wilayah

Perencanaan

Selain itu, dilakukan

pemberitaan

penyusunan RTRW

kepada masyarakat

melalui media

massa (cetak dan

elektronik) dan/atau

forum pertemuan

serta penyerapan

opini, aspirasi

Sosial Budaya

Data/Informasi

Terkait

Sumberdaya

Manusia

Data/Informasi

Terkait

Sumberdaya

Buatan

Data/Informasi

Terkait

Sumberdaya Alam

Data/Informasi

Terkait

Penggunaan

Lahan

Data/Informasi

Terkait

Kelembagaan

Buatan

Analisis Ekonomi

Analisis Sistem

Permukiman /

pusat kegiatan

/sistem perkotaan

Analisis

Penggunaan

Lahan

Analisis

Kelembagaan

Analisis

pendanaan/Pembi

ayaan

Analisis sintesa

multi aspek /

anslisis

komprehensif

5. Rencana

penyediaan dan

pemanfaatan

RTH & RTNH,

sarana prasarana

pejalan kaki,

angkutan umum,

sektor informal,

dan evakuasi

bencana;

6. Penetapan

Kawasan

Strategis

7. Arahan

Pemanfaatan

Ruang

8. Arahan

Pengendalian

Pemanfaatan

Ruang

hingga

pengesahan

Raperda menjadi

Perda RTRW Kota

dalam sidang

paripurna DPRD

Kota

Page 79: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 39

Proses Kegiatan

Persiapan

Proses Penyusunan

Review RTRW Sebelumnya

Pengumpulan Data Analisis Perumusan RTRW Proses Legalisasi

stakeholders Data/Informasi

Terkait Kondisi

Ekonomi

Konsep RTRW

KOTA dilengkapi

dengan Peta-peta

dengan Tingkat

Ketelitian Skala 1 :

100.000.

TARGET OUTPUT

Metode dan

Rencana Kerja

Gambaran Awal

Permasalahan

dan Kebutuhan

Pengembangan

Rencana

Pelaksanaan

Survei dan

Perangkat Survei

Opini dan aspirasi

Kesesuaian

produk RTRW

sebelumnya

dengan kondisi

yang ada dan

kemungkinan

untuk penerapan

selanjutnya

Data/Informasi

Daerah Secara

Lengkap

arahan kebijakan

pembangunan

wilayah

kabupaten yang

bersangkutan dan

kedudukannya

dalam perspektif

kebijakan

pembangunan

nasional &

provinsi

kedudukan dan

Konsep RTRW

KOTA

Konsep Raperda

RTRW Kota

Konsep Raperda

RTRW Kota yang

disempurnakan

Aspirasi, opini

penyempurnaan

RTRW Kota.

Persetujuan

substansi

Perda RTRW

Page 80: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 40

Proses Kegiatan

Persiapan

Proses Penyusunan

Review RTRW Sebelumnya

Pengumpulan Data Analisis Perumusan RTRW Proses Legalisasi

awal stakeholder

pada penyusunan

RTRW

keterkaitan Kota

dalam sistem

regional yang

lebih luas dalam

segala aspek

Potensi,

permasalahan,

peluang, dan

tantangan dalam

penataan ruang

Pola

kecenderungan

dan

perkembangan

internal Kota,

potensi

perkembangan,

Perkiraan

kebutuhan

pengembangan,

Kota

Page 81: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 41

Proses Kegiatan

Persiapan

Proses Penyusunan

Review RTRW Sebelumnya

Pengumpulan Data Analisis Perumusan RTRW Proses Legalisasi

Daya dukung dan

daya tampung

ruang,

WAKTU PELAKSA

NAAN

1-3 BULAN 1-3 BULAN 1 - 6 BULAN *) 3 - 6 BULAN *) 2 - 6 BULAN *) (diatur menurut

ketentuan

perundangan

lainnya)

PIHAK TERLIBAT

Pemerintah Kota

DPRD &

Stakeholder lain

Tenaga Ahli Yang

Terlibat :

1. Team

Leader/Regiona

l Planner

2. Ahli Ekonomi

Wilayah

3. Ahli Prasarana

Wilayah

Pemerintah Kota

DPRD &

Stakeholder lain

Tenaga Ahli Yang

Terlibat :

1. Team

Leader/Region

al Planner

2. Ahli Ekonomi

Wilayah

3. Demografer

4. Ahli Prasarana

Pemerintah Kota

DPRD &

Stakeholder lain

Tenaga Ahli Yang

Terlibat :

1. Team

Leader/Regiona

l Planner

2. Ahli Ekonomi

Wilayah

3. Demografer

4. Ahli Prasarana

Pemerintah Kota

DPRD &

Stakeholder lain

Tenaga Ahli Yang

Terlibat :

1. Team

Leader/Region

al Planner

2. Ahli Ekonomi

Wilayah

3. Demografer

4. Ahli Prasarana

Pemerintah Kota

DPRD &

Stakeholder lain

Tenaga Ahli Yang

Terlibat :

1. Team

Leader/Region

al Planner

2. Ahli Ekonomi

Wilayah

3. Demografer

4. Ahli Prasarana

Pemerintah Kota

DPRD &

Stakeholder lain

Tenaga Ahli Yang

Terlibat :

1. Team

Leader/Regiona

l Planner

2. Ahli Ekonomi

Wilayah

3. Demografer

4. Ahli Prasarana

Page 82: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 42

Proses Kegiatan

Persiapan

Proses Penyusunan

Review RTRW Sebelumnya

Pengumpulan Data Analisis Perumusan RTRW Proses Legalisasi

4. Urban Planner

Wilayah

5. Ahli

Kelembagaan

6. Geografer

7. Ahli Geologi

Lingkungan

8. Urban Planner

9. Ahli Sistem

Informasi

10. Ahli

Hidrologi/Water

Resources

Planner

11. Ahli Pertanian

12. Ahli

Lingkungan

Wilayah

5. Ahli

Kelembagaan

6. Geografer

7. Ahli Geologi

Lingkungan

8. Urban Planner

9. Ahli Sistem

Informasi

10. Ahli

Hidrologi/Water

Resources

Planner

11. Ahli Pertanian

12. Ahli Lingkungan

Wilayah

5. Ahli

Kelembagaan

6. Geografer

7. Ahli Geologi

Lingkungan

8. Urban Planner

9. Ahli Sistem

Informasi

10. Ahli

Hidrologi/Water

Resources

Planner

11. Ahli Pertanian

12. Ahli

Lingkungan

Wilayah

5. Ahli

Kelembagaan

6. Geografer

7. Ahli Geologi

Lingkungan

8. Urban Planner

9. Ahli Sistem

Informasi

10. Ahli

Hidrologi/Water

Resources

Planner

11. Ahli Pertanian

12. Ahli

Lingkungan

Wilayah

5. Ahli

Kelembagaan

6. Geografer

7. Ahli Geologi

Lingkungan

8. Urban Planner

9. Ahli Sistem

Informasi

10. Ahli

Hidrologi/Water

Resources

Planner

11. Ahli Pertanian

12. Ahli Lingkungan

*) lama waktu pengumpulan data, analisis, dan penyusunan konsep rencana tergantung pada kondisi dan karkater daerah serta pendekatan dalam penyusunan RTRW yang

digunakan.

Page 83: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 43

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG

KOTA

Insta nsi / D inas Ter kaitB idang Ins tans i / D inas T erkait

Kota Cont oh

Lo goIn sta n si /

Dina s Ter ka it

Ke t er an g an :

K O T A C O N T O H - 1

US umber : H as il Kajian Tim

Batas P ropinsi

Batas K abupaten

Batas K ecamatan

Batas K elurahan

Sungai

Danau / Situ

Jalan K erta Api

Jalan TOL

Jalan A rteri Primer

Jalan K olektor P rimer

Jalan K olektor Sekunder

H ira rk i Pu sa t K eg ia ta n / Pela ya na n

Rencana Jalan TO L

Rencana Jalan Kolektor Primer

Interchange

Interchange

Fly Over

Menara

IPA

Res ervoir

IPLT

TP A

Rencana IP A

Rencana IP LT

Rencana Jalan Kolektor Sekunder

Terminal

Stas iun K A

Rencana TPA

Rumah Sakit

PLN

Pendidikan

Pus at Pelayanan Primer

Pusat Pelayanan Sekunder

Sist e m Pra sa ra n a

Jalan Lokal S ekunder

 

LAMPIRAN VI-A1

ILUSTRASI STRUKTUR RUANG KOTA CONTOH 1

Page 84: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 44

LAMPIRAN VI-A2

ILUSTRASI PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN KEGIATAN (DALAM RENCANA STRUKTUR RUANG) KOTA CONTOH 2

Wil.XYZ-5

Wil.XYZ-4

Wil.XYZ-1Wil.XYZ-2

Wil.XYZ-4

Wil.XYZ-4

Wil. Wil. XYZ-4

Wil.

Wil.

Wil.Wil.

Page 85: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 45

LAMPIRAN VI-A3

ILUSTRASI PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA (DALAM RENCANA STRUKTUR RUANG) KOTA CONTOH 2

IPr IPLT-Regional

TPA-r TPA-Regional

Page 86: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 46

PRW

PETA RENCANA POLA RUANG KOTA

Instansi / Dinas TerkaitBidang Instansi / Dinas Terkait

Kota Contoh

LogoInstansi /

Dinas Terkait

Keterangan :

K O T A C O N T O H - 1

USumber : Hasil Kajian Tim

Jalur Sempadan Sungai dan Danau

Jalur Sempadan Listrik Tegangan Tinggi

Jalur Sempadan Pipa Gas

Kawasan LindungCagar Alam

Perumahan Kepadatan Bangunan Tinggi Dengan KDB (60% - 70%)

Kawasan Budidaya

Perumahan Kepadatan Bangunan Tinggi Dengan KDB (45% - 60%)

Perumahan Kepadatan Bangunan Tinggi Dengan KDB (35% - 45%)

Perumahan Kepadatan Bangunan Tinggi Dengan KDB (< 35%)

Kawasan Perdagang dan Jasa Sub Pusat Kota

Kawasan Pendidikan

Kawasan Industri

Kawasan Khusus (Media)

Kawasan Pemerintahan

Fasilitas Umum

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Kering

PRW Pariwisata

PRW

Batas Propinsi

Batas Kabupaten

Batas Kecamatan

Batas Kelurahan

Sungai

Danau / Situ

Jalan Kerta Api

Jalan TOL

Jalan Arteri Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Sekunder

Rencana Jalan TOL

Rencana Jalan Kolektor Primer

Interchange

Interchange

Fly Over

Rencana Jalan Kolektor Sekunder

Stasiun KA

Jalan Lokal Sekunder

LAMPIRAN VI-B1

ILUSTRASI POLA RUANG KOTA CONTOH 1

Page 87: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 47

LAMPIRAN VI-B2

ILUSTRASI RENCANA POLA RUANG KOTA CONTOH 2

Page 88: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 48

PETA PENETAPAN KAWASAN

STRATEGIS KOTA

Instansi / Dinas TerkaitBidang Instansi / Dinas Terkait

Kota Contoh

LogoInstansi /

Dinas Terkait

Keterangan :

K O T A C O N T O H - 1

USumber : Hasil Kajian Tim

Instansi / Dinas TerkaitBidang Instansi / Dinas Terkait

Kota Contoh

LogoInstansi /

Dinas Terkait

Keterangan :

USumber : Hasil Kajian Tim

Instansi / Dinas TerkaitBidang Instansi / Dinas Terkait

Kota Contoh

LogoInstansi /

Dinas Terkait

Keterangan :

USumber : Hasil Kajian Tim

P

Batas Propinsi

Batas Kabupaten

Batas Kecamatan

Batas Kelurahan

Sungai

Danau / Situ

Jalan Kerta Api

Jalan TOL

Jalan Arteri Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Sekunder

Rencana Jalan TOL

Rencana Jalan Kolektor Primer

Interchange

Interchange

Fly Over

Rencana Jalan Kolektor Sekunder

Terminal

Stasiun KA

Jalan Lokal Sekunder

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTAKSK Aspek Ekonomi

Kawasan Pertumbuhan Cepat

Kawasan Revitalisasi / Diremajakan

KSK Aspek Sosial BudayaKawasan Wisata Buatan Unggulan Kota

Kawasan Pusat Pendidikan

Kawasan Cagar Budaya (Bangunan Bersejarah)

KSK Aspek Sosial BudayaKawasan Cagar Alam / Taman Hutan Rakyat

LAMPIRAN VI-C1:

ILUSTRASI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA CONTOH 1

Page 89: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 49

LAMPIRAN VI-C2:

ILUSTRASI RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA CONTOH 2

PETA RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA

Page 90: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 50

LAMPIRAN VII

MATRIK SUSUNAN TIPIKAL INDIKASI PROGRAM UTAMA

DALAM PENYUSUNAN RTRW KOTA

No Program Utama

Lokasi Waktu Pelaksanaan Prakiraan

Biaya

Sumber

Dana

Instansi

Pelaksana

PJM-1

(x1-x5)

PJM-2

(x6-x10)

PJM-3

(x11-x15)

PJM-4

(x16-x20)

A Perwujudan Struktur Ruang

1 Perwujudan Pusat Kegiatan

1.1 ...........

1.2 .............

2 Perujudan Sistem Prasarana

2.1 transportasi

* ...........

* ...........

2.2 SD Air

* ........

* ........

B Perwujudan pola ruang

1 Perwujudan kaw lindung

Page 91: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 51

* .............

* ...........

2 Perwujudan kaw budidaya

* ...........

* ...............

Page 92: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 52

LAMPIRAN VIII

MATRIK TIPIKAL KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI PADA RTRW KOTA

Pola Ruang Kota KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Penggunaan bagi kegiatan Intensitas bangunan

Prasarana minimum

Ketentuan Khusus lainnya (sesuai yang ada di kota) Boleh

Ber-syarat

ter-batas

Tdk boleh/

Dilarang

KDB maks

KLB maks

KDH min

A. Kaw Lindung

A1. KL yg berikan perlindungan kawasan bawahannya

Hutan Lindung, Kaw bergambut, resapan air

A2. Suaka Alam, PA, CB

SA, SM, CA, TN, HB, PA, CB

B. Budidaya

1. Hutan Produksi

1a. HP tetap

1b. HP Terbatas

1c. HP Konversi

2. Pertanian

2a. Pert. Lahan basah

2b. Pert. Lahan kering

2c. Pert.tahunan/Perkebunan

2d. Peternakan

3. Kaw Pertambangan

Page 93: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 53

Pola Ruang Kota KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Penggunaan bagi kegiatan Intensitas bangunan

Prasarana minimum

Ketentuan Khusus lainnya (sesuai yang ada di kota) Boleh

Ber-syarat

ter-batas

Tdk boleh/

Dilarang

KDB maks

KLB maks

KDH min

3a. Pertamb Gol. A (strategis)

3b. Pertamb Gol. B (Vital)

3c. Pertamb Gol. C (lainnya)

4. Industri

4a. Peruntukan Industri

4b. Kawasan Industri

5. Kawasan Pariwisata;

6. Permukiman

6a. Permukiman Perkotaan

6b, Permukiman Perdesaan

7. Perikanan

7a. Perikanan laut

7b. Perikanan darat/ tambak

C. Kawasan Sekitar Sistem Prasarana Nas, Prov, Kab

1. Sekitar Prasarana Transportasi

2. Sekitar Prasarana SDA

3. Sekitar Prasarana Energi

4 Sekitar Pras. Telekomunikasi

Page 94: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 54

LAMPIRAN IX

ARAHAN SANKSI PADA TIAP JENIS UNSUR TINDAK PIDANA TERKAIT PENATAAN RUANG

MENURUT UUPR NO. 26 TAHUN 2007

No Unsur tindak pidana terkait penataan ruang Arahan sanksi pidana

1 Tidak mentaati rencana tata ruang dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 3 tahun dan dendan paling banyak Rp 500 juta

2 Tidak mentaati rencana tata ruang, mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dan mengakibatkan kerugian terhadap harga benda atau rusaknya barang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 8 tahun dan dendan paling banyak Rp 1,5 Milyar

3 Tidak mentaati rencana tata ruang, mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dan mengakibatkan kematian orang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5 Milyar

4 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang

Dikenakan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 500 juta

5 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 5 tahun dan dendan paling banyak Rp 1 Milyar

6 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dan mengakibatkan kerugian terhadap harga benda atau kerusakan barang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 5 tahun dan dendan paling banyak Rp 1.5 Milyar

7 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dan mengakibatkan kematian orang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5 Milyar

8 Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang

Dikenakan pidana Penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 500 juta

9 Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan dinyatakan sebagai milik umum

Dikenakan pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta

10 Pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang

Dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan dendan paling banyak Rp 500 juta. Pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Page 95: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 55

No Unsur tindak pidana terkait penataan ruang Arahan sanksi pidana

11 Korporasi yang melakukan sebagian atau semua tindak pidana terkait penataan ruang,

Dikenakan pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, dan pidana terhadap korporasi berupa pidana dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana yang dilakukan oleh perseorangan. Selain pidana denda, korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

pencabutan izin usaha, dan atau

pencabutan status badan hukum.

Page 96: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 56

LAMPIRAN X

TABEL RINGKASAN ISI RENCANA RTRW KOTA

DIRINCI PER MUATAN RTRW KOTA

No Muatan RTRW

Isi Rencana

A Tujuan, Kebijakan, dan Strategi

1. Tujuan penataan ruang wilayah provinsi

2. Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi

3. Strategi penataan ruang wilayah provinsi

B Rencana Struktur Ruang

1. Peta Rencana Struktur Ruang wilayah provinsi yang mencakup hirarki pusat kegiatan wilayah provinsi dan sistem prasarana skala provinsi; atau

2. Peta Rencana Struktur yang terpisah-pisah tematiknya, sbb:

a. Peta Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan / Sistem Perkotaan di wilayah provinsi

b. Tabel penetapan fungsi pusat kegiatan di wilayah provinsi

c. Peta Rencana Pengembangan sistem prasarana transportasi, meliputi rencana jaringan jalan, terminal (type A dan B), jaringan rel KA, stasiun antar kota, pelabuhan dalam fungsi dan cakupan layanan (Pusat penyebaran dan bukan pusat penyebaran), dan bandara dalam fungsi dan cakupan layanan,

d. Peta Rencana Pengembangan Sistem Prasarana energi, meliputi jaringan SUTUT, SUTET, SUTT, SUTM, pusat-pusat pembangkit listrik, dan pusat-pusat distribusi tegangan menengah ke atas.

e. Peta Rencana Pengembangan Prasarana Sumber Daya air, meliputi: sumber-sumber air baku untuk kegiatan permukiman perkotaan dan jaringan air baku wilayah

f. Peta Rencana Pengembangan prasarana telekomunikasi, meliputi jaringan terestrial skala wilayah dan nasional yang ada di provinsi (mikro digital, serat optik, mikro analog, kabel laut, jaringan internasional), serta jaringan satelit (stasiun bumi)

g. Peta Rencana Pengembangan Prasarana lainnya, meliputi: prasarana ekonomi (pasar induk wilayah, pusat perbelanjaan modern-tradisional), prasarana kesehatan (RSU type A dan RSU type B), prasarana pendidikan (Perguruan tinggi skala wilayah), prasarana pengelolaan lingkungan (TPA regional), prasarana sosial budaya (pusat rekreasi skala wilayah, pusat kesenian-kebudayaan skala wilayah), prasarana OR (stadion wilayah, pusat olah raga skala wilayah), pusat kegiatan keagamaan wilayah.

C Rencana 1. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, meliputi pola ruang kawasan lindung dan pola ruang

Page 97: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 57

No Muatan RTRW

Isi Rencana

Pola Ruang kawasan budidaya; atau

2. Peta pola ruang untuk kawasan lindung dipisah dari pola ruang kawasan budidaya, terdiri dari:

a. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Wilayah Provinsi

b. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Wilayah Provinsi

D Penetapan Kawasan Strategis

1. Jenis Kawasan Strategis Provinsi, beserta kriteria penetapannya

2. Peta Kawasan Strategis provinsi, yang meliputi semua jenis kawasan strategis provinsi.

E Arahan Pemanfaatan Ruang

Tabel Indikasi Program Utama jangka panjang yang dirinci pada program jangka menengah lima tahunan provinsi, yang mencakup program utama, lokasi, waktu pelaksanaan, prakiraan biaya, sumber dana, dan instansi pelaksana; distrukturkan dalam:

1. Program Perwujudan Rencana Struktur Wilayah Provinsi, meliputi program utama perwujudan pusat-pusat kegiatan, dan program utama perwujudan sistem prasarana wilayah di provinsi

2. Perwujudan Pola Ruang Wilayah Provinsi, meliputi program perwujudan kawasan lindung dan program perwujudan kawasan budidaya

F Arahan Pengendalian pemanfaatan Ruang

1. indikasi arahan peraturan zonasi, meliputi:

• indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang wilayah provinsi dan

• Indikasi arahan peraturan zonasi untuk ruang di sekitar sistem prasarana wilayah di provinsi

2. Arahan perizinan, meliputi:

• Daftar semua perizinan di wilayah provinsi baik eksisting maupun rencana

• Mekanisme perizinan yang terkait dengan pemanfaatan RTRW

• Arahan pengambilan keputusan terkait dengan perizinan yang akan diterbitkan

3. Arahan insentif-disinsentif, meliputi:

• insentif-disinsentif kepada pemerintah Kab/kota; maupun

• insentif-disinsentif kepada masyarakat.

4. Arahan pengenaan sanksi, meliputi:

• Arahan sanksi administratif

• Arahan sanksi perdata

Page 98: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 58

No Muatan RTRW

Isi Rencana

• Arahan sanksi pidana.

Arahan sanksi mencakup arahan sanksi yang diberikan kepada:

• pelanggar pemanfaatan ruang yang tidak pernah mengajukan perizinan pemanfaatan ruang;

• pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana izin pemanfaatan ruang yang diminta; dan

• pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang

Page 99: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 59

LAMPIRAN XI

TABEL PETA DATA, ANALISIS, DAN RENCANA DALAM RTRW KOTA

No Jenis Peta

Nama Peta Keterangan

A Data Peta Topografi/rupa bumi Peta rupa bumi dan ketinggian wilayah kabupaten

Peta DAS/Wilayah sungai Peta DAS/wilayah sungai kabupaten

Peta Kelerengan Peta kemiringan lahan skala kabupaten

Peta Morfologi Peta fisiografi berisi bentang alam

Peta Geologi Penyebaran batuan, struktur geologi

Peta Jenis Tanah Peta pembagian jenis tanah secara fisik

Peta Tanah Pertanian Peta pembagian jenis tanah untuk kebutuhan pertanian

Peta hidrogeologi Penyebaran kelulusan batuan, sistem dan produktivitas akuifer, daerah cekungan air tanah

Peta bahan galian/sumber daya mineral

Peta indikasi bahan dan jenis galian A, B, C

Peta amblesan tanah Peta geologi teknik sederhana berisi zona-zona daya dukung tanah

Peta kegempaan Peta seismotektonik berisi titik gempa, pembagian intensitas gempa, pembagian resiko kerusakan akibat gempa

Peta Bahaya Gunung Api Peta titik gunung api dan sejarah letusan gunung api

Peta karakteristik pantai Peta bentuk, jenis dan kontur wilayah pesisir pantai (batimetri)

Peta Guna Lahan Eksisting Peta pemanfaatan lahan eksisting wilayah kabupaten

Peta struktur dan pola berdasarkan kebijakan yang lebih tinggi

Peta struktur dan pola mengadopsi pada tingkat nasional dan provinsi

Peta jumlah dan kepadatan penduduk

Peta yang menggambarkan kondisi kependudukan wilayah kabupaten yang meliputi jumlah, jenis kelamin, kepadatan penduduk, sebaran penduduk, usia produktif, perpindahan penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, kondisi lapangan pekerjaan, dan lainnya

Peta jaringan irigasi Peta jaringan irigasi skala kabupaten

Page 100: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 60

No Jenis Peta

Nama Peta Keterangan

Peta drainase wilayah Peta drainase wilayah skala kabupaten

Peta jalan dan jembatan Peta jaringan jalan dan jembatan wilayah kabupaten

Peta energi / listrik Peta jaringan transmisi dan distribusi energi/listrik, pusat pembangkit dan pusat pembagi/distribusi

Peta telekomunikasi Peta jaringan telekomunikasi terestrial dan satelit wilayah kabupaten

Peta persampahan TPA/IPAL Regional dan wilayah pelayanan persampahan

B Analisis Peta kesesuaian lahan Peta analisis kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung di wilayah kabupaten.

Peta Daya dukung lingkungan Peta kemampuan daya dukung lingkungan

Peta Analisa Geologi Lingkungan

Peta analisis geologi lingkungan wilayah kabupaten

Peta rawan bencana Peta zona kerawanan terhadap gempa bumi, letusan gunung api, gerakan tanah/longsor, amblesan tanah, kebakaran, tsunami, banjir

Peta potensi air tanah Peta potensi kemampuan dan daya dukung ketersediaan air tanah

Peta konservasi air tanah Peta kebutuhan konservasi air tanah

Peta kelayakan tambang Peta kelayakan penambangan galian A, B, C

Peta/pola aliran orang, barang dan jasa

Peta/pola daerah asal/tujuan dan besarnya aliran orang, barang dan jasa

Peta proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk

Peta yang menggambarkan proyeksi kependudukan wilayah kabupaten yang meliputi proyeksi jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, sebaran penduduk, usia produktif

Peta struktur ruang eksisting Peta struktur ruang yang terdapat pada wilayah kabupaten

Peta potensi dan kebutuhan pengembangan jaringan prasarana

Peta potensi dan kebutuhan terhadap transportasi, sumber daya air, energi/kelistrikan, dan telekomunikasi

Peta analisis kebutuhan Peta potensi dan kebutuhan pengembangan prasarana lainnya

Page 101: Pedoman RTRW Segala Aspek

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

L - 61

No Jenis Peta

Nama Peta Keterangan

prasarana lainnya (fasilitas)

C Rencana Peta rencana struktur

Peta rencana pengembangan pusat kegiatan

Peta rencana pengembangan pusat kegiatan skala kabupaten

Peta rencana pengembangan sistem prasarana

Peta rencana pengembangan sistem prasarana transportasi, meliputi jaringan jalan, terminal C, jaringan rel KA, stasiun antar kota, pelabuhan dalam fungsi dan cakupan layanan (pusat penyebaran dan bukan pusat penyebaran), dan bandara dalam fungsi dan cakupan layanan.

Peta rencana pengembangan sistem prasarana energi meliputi jaringan SUTUT, SUTET, SUTT, SUTM, pusat pembangkit listrik, pusat distribusi.

Peta rencana pengembangan prasarana Sumber Daya Air, meliputi sumber-sumber air baku untuk kegiatan permukiman perkotaan dan jaringan air baku wilayah.

Peta rencana pengembangan prasarana telekomunikasi, meliputi jaringanterestrial skala wilayah dan nasional yang ada di kabupaten (mikro digital, serat optik, mikro analog, kabel laut, jaringan internasional).

Peta rencana pengembangan prasarana lainnya meliputi ekonomi (pasar induk wilayah, pusat perbelanjaan), prasarana kesehatan (RSU tipe B dan C, puskesmas), prasarana pendidikan dasar dan menengah, prasarana pengelolaan lingkungan (TPA regional), prasarana sosial budaya (pusat rekreasi skala wilayah, pusat kesenian-kebudayaan skala wilayah), prasarana OR (stadion wilayah, pusat olah raga skala wilayah), pusat kegiatan keagamaan wilayah.

Peta Rencana pola ruang Peta rencana pola ruang kawasan lindung dan budidaya wilayah kabupaten

Peta Rencana kawasan strategis

Peta kawasan strategis kota yang meliputi semua jenis kawasan strategis kabupaten

Page 102: Pedoman RTRW Segala Aspek