pedoman p2g_revisi 13 ags 2013

64
Pedoman Teknis P2G BAB 1 KETENTUAN UMUM 1.1. Latar Belakang Program penanggulangan kemiskinan di lingkup Direktorat Jenderal Cipta Karya dimulai sejak tahun 1999 dengan nama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Mempertimbangkan perkembangan positif, P2KP mulai tahun P2KP diadopsi menjadi bagian dari payung program strategi percepatan penanggulangan kemiskinan pemerintah dengan nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Salah satu strategi kebijakan PNPM Mandiri Perkotaan adalah diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) sehingga dapat mendorong tercapainya pengurangan penduduk miskin sebesar 50 % di tahun 2015. Sasaran ke-3 dari MDGs adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dimana PNPM Mandiri Perkotaan dalam konsep programnya telah mengakomodasi isu pengarusutamaan gender. Issue peran gender dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan menjadi sangat penting karena setiap tahapan kegiatan di masyarakat melibatkan perempuan dan laki-laki mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, monitoring dan evaluasi. Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dan implementasi pengarusutamaan gender (PUG) dalam penyusunan anggaran Kementerian/Lembaga dikenal dengan Anggaran Responsif Gender (ARG). Penerapan ARG merupakan strategi 1

Upload: ayi-sugandhi

Post on 28-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Pedoman Teknis P2G

BAB 1KETENTUAN UMUM

1.1. Latar Belakang

Program penanggulangan kemiskinan di lingkup Direktorat Jenderal Cipta Karya dimulai sejak tahun 1999 dengan nama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Mempertimbangkan perkembangan positif, P2KP mulai tahun P2KP diadopsi menjadi bagian dari payung program strategi percepatan penanggulangan kemiskinan pemerintah dengan nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Salah satu strategi kebijakan PNPM Mandiri Perkotaan adalah diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) sehingga dapat mendorong tercapainya pengurangan penduduk miskin sebesar 50 % di tahun 2015.

Sasaran ke-3 dari MDGs adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dimana PNPM Mandiri Perkotaan dalam konsep programnya telah mengakomodasi isu pengarusutamaan gender. Issue peran gender dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan menjadi sangat penting karena setiap tahapan kegiatan di masyarakat melibatkan perempuan dan laki-laki mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, monitoring dan evaluasi.

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dan implementasi pengarusutamaan gender (PUG) dalam penyusunan anggaran Kementerian/Lembaga dikenal dengan Anggaran Responsif Gender (ARG). Penerapan ARG merupakan strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.

Melalui penerapan ARG diharapkan dapat mengakomodasi :

a. Keadilan bagi perempuan dan laki-laki (dengan mempertimbangkan peran dan hubungan gendernya) dalam memperoleh akses, manfaat (dari program pembangunan), berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan mempunyai kontrol terhadap sumber-sumber daya;

b. Kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki terhadap kesempatan/ peluang dalam memutuskan rencana pembangunan dan menikmati hasil pembangunan.

1

Pedoman Teknis P2G

Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan belum secara optimal melakukan pendekatan untuk peningkatan kualitas partisipasi perempuan sampai pada tingkat pengambilan keputusan serta penguatan relasi antara perempuan dan laki-laki dalam pembangunan partisipatif. Disadari pula bahwa partisipasi aktif yang setara, seimbang dan adil antara perempuan dan laki-laki merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan partisipatif.

Demikian pula dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Provinsi Aceh yang telah dilaksanakan sejak tahun 2005, yang diawali dengan kegiatan program rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa dan tsunami tahun 2004. Berdasarkan data SIM Desember 2012 menunjukkan bahwa rata-rata capaian indikator partisipasi perempuan yang diukur berdasarkan kehadiran perempuan mencapai 42,2% (pada kegiatan siklus masyarakat) dan 29,9% (pada kegiatan Infrastruktur).

Meskipun secara kuantitas partisipasi perempuan sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun secara kualitas perlu ditingkatkan, terutama partisipasi dalam pengambilan keputusan serta relasi antara perempuan dan laki-laki dalam pembangunan lingkungan permukiman. Partisipasi perempuan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1 Partisipasi perempuan di Provinsi Aceh pada kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan*)

No. Kabupaten/KotaPeran Perempuan dalam Kegiatan

Siklus Masyarakat Infrastruktur

1. Kabupaten Aceh Selatan 47,0% 34,0%2. Kabupaten Aceh Tenggara 43,0% 20,0%3.. Kabupaten Aceh Tengah 38,0% 19,0%4. Kabupaten Aceh Barat 37,0% 32,0%5. Kabupaten Aceh Besar 41,0% 41,0%6. Kabupaten Pidie 43,0% 31,0%7. Kabupaten Aceh Tamiang 34,0% 30,0%8. Kota Banda Aceh 51,0% 35,0%9. Kota Sabang 40,0% 21,0%10. Kota Langsa 44,0% 31,0%11. Kota Lhoksumawe 50,0% 26,0%12. Kota Subulussalam 42,0% 31,0%

Rata-rata 42,2 % 29,9 %

*) Sumber : Data SIM PNPM Mandiri Perkotaan status bulan Desember 2012

Atas dasar persoalan tentang rendahnya kualitas partisipatsi perempuan dalam pengambilan keputusan serta masih lemahnya relasi antara perempuan dan laki-laki disektor publik, maka dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Provinsi Aceh akan dilakukan penguatan yang fokus pada peningkatan kualitas partisipasi

2

Pedoman Teknis P2G

perempuan untuk memperkuat relasi perempuan dan laki-laki melalui kegiatan yang disebut “Penguatan Peran Gender” yang selanjutnya disingkat “P2G”.

1.2. Tujuan

Mewujudkan kesetaraan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan, akses dan manfaat dari PNPM Mandiri Perkotaan.

1.3. Keluaran

Keluaran yang ingin dicapai dari kegiatan P2G ini adalah :

1. Terlaksananya kegiatan peningkatan kapasitas tentang pemahaman peran yang setara antara laki-laki dan perempuan.

2. Meningkatnya partisipasi dan pengambilan keputusan.3. Tersedianya dokumen PJM dan Renta Pronangkis yang responsif gender.

4. Terlaksananya kegiatan TRIDAYA sesuai Renta Pronangkis yang responsif gender.

1.4. Strategi

1. Meningkatkan kapasitas tenaga pendamping, masyarakat, pemerintah daerah, baik perempuan dan laki-laki, agar mampu berperan dalam pembangunan partisipatif, melalui sosialisasi, pelatihan, lokakarya, dll.

2. Menciptakan peluang khusus, sebagai berikut :

Memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk hadir dalam setiap pertemuan;

Mengorganisasi tim review dari anggota perempuan yang secara terpisah melakukan proses review Pronangkis dan program pembangunan partisipatif lainnya;

Mengorganisasi tim inti perencanaan partisipatif (TIPP) dari anggota perempuan secara terpisah bermusyawarah dalam mengambil keputusan serta kebijakan program yang akan diusulkan dalam PJM Pronangkis yang responsif gender.

Mengorganisasi perempuan dalam kelompok khusus dan mempunyai agenda pertemuan khusus kelompok perempuan secara berkala.

3. Menyediakan dana BLM sebagai stimulan pelaksanaan pronangkis.

4. Strategi kegiatan ekonomi bergulir dengan pendekatan livelihood sutainability mengacu pada pedoman Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK) dengan beberapa strategi sebagai berikut :

3

Pedoman Teknis P2G

Meningkatkan kapasitas kelembagaan KSM dengan tambahan konsep mengenai pengenalan konsep tabungan kelompok

Meningkatkan kapasitas “kelompok masyarakat miskin” dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat

Meningkatkan pelayanan BKM melalui Unit-Unit Pengelola untuk masyarakat miskin

1.5. Lokasi Sasaran

Lokasi sasaran P2G adalah lokasi PNPM Mandiri Perkotan yang berada diwilayah Propinsi Aceh dan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahun :

a. Tahun 2013 terdiri dari 12 Kab/Kota, 32 Kecamatan di 426 Kelurahan/Desa

b. Tahun 2014 terdiri dari 12 Kab/Kota, 32 Kecamatan di 427 Kelurahan/Desa

1.6.[1.5.] Kelompok Sasaran

Yang menjadi kelompok sasaran dalam PNPM MP dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini

Tabel 1.2. Kelompok Sasaran

Uraian Kelompok Sasaran

Bantuan Teknik/ Pendampingan

Bantuan Dana BLM

Masyarakat Masyarakat warga kelurahan/desa peserta PNPM MP,terutama masyarakat miskin, laki-laki dan perempuan.

Dana BLM diprioritaskan kepada warga miskin, laki-laki dan perempuan, dan/atau kelompok masyarakat miskin, dengan syarat sbb:

Warga miskin terdaftar dalam data Pemetaan Swadaya , yang terinci dalam lembar PS 2 terkini yang telah disepakati warga.

Kelompok masyarakat miskin yang ditetapkan dalam PJM Pronangkis.

Khusus untuk bantuan dana bergulir, penerima manfaat dikuhususkan untuk kelompok perempuan miskin (PS 2)

Pemerintah Propinsi, Kota/Kabupaten

Perangkat pemerintahan propinsi, kota/kabupaten, s/d kelurahan/desa yang terkait dengan pelaksanaan PNPM MP.

-

Para Pemangku Kepentingan terkait

Kelompk peduli penanggulangan kemiskinan, Para aktivis gender, Women Development Center, dll

-

BAB 24

Kumala Sari, 13/08/13,
Bagaimana memasukkan dana BLM ND yang dapat digunakan untuk kegiatan pelatihan dan sosialisasi dan membayar TA.

Pedoman Teknis P2G

KOMPONEN PROGRAM

Kegiatan Penguatan Peran Gender (P2G) meliputi komponen kegiatan, sebagai berikut :

2.1 Komponen 1 : Penguatan Kapasitas Pemerintah Kota/kabupaten, Masyarakat, dan Kelompok Peduli/Pemangku Kepentingan lainnya

Penguatan kapasitas mencakup pelatihan, sosialisasi berkesinambungan, lokakarya bagi Pemerintah Kota/kabupaten, Masyarakat, dan Kelompok Peduli/Pemangku Kepentingan dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan pada umumnya dan P2G pada khususnya.

2.2 Komponen 2 : Penyediaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Dana BLM ini merupakan dana stimulan dan tidak dimaksudkan untuk membiayai seluruh rencana pembangunan yang telah dibuat. Penyediaan BLM ini juga dimaksudkan untuk belajar melaksanakan sebagian rencana penataan kembali lingkungan permukiman yang diprioritaskan. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya-upaya untuk menggalang dana swadaya masyarakat, pemda dan kelompok peduli.

Dana batuan yang disalurkan kepada masyarakat terdiri :

1. Dana untuk Peningkatan Kapasitas

Kegiatan peningkatan kapasitas disalurkan kepada masyarakat, sebagai berikut :

a. Dana diperuntukkan untuk membiayai :

- Pelatihan, sosialisasi termasuk didalamnya kegiatan sosialisasi dan media cetak, contohnya spanduk, poster, leaflet, media warga, dll

b. Besarnya dana maksimum Rp 15 juta

c. Pencairan dilakukan dalam satu tahap dengan syarat pencairan sebagai berikut :

- Berita acara rencana kerja pengembangan kapasitas ditandatangani masyarakat (BKM/LKM) dan disetujui oleh Asisten Korkot/Korkot.

5

Pedoman Teknis P2G

2. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ini merupakan stimulan bagi masyarakat untuk belajar melaksanakan kegiatan yang responsif gender dimuat didalam PJM Pronangkis kelurahan/desa.

a. BLM yang tersedia diperuntukkan :

i. Membangun prasarana dan sarana lingkungan dan kegiatan sosial sesuai PJM dan Renta Pronangkis yang responsif gender.

ii. Pelaksanaan kegiatan ekonomi bergulir untuk kelompok perempuan melalui pendekatan penghidupan masyarakat yang berkelanjutan (livelihood sustainability). Teknis pelaksanaan pendampingan dana bergulir ini mengacu pada buku pedoman program Penguatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK).

iii. BOP BKM/LKM yang besarnya maksimum Rp 7,5 juta.

b. Besarnya dana BLM

i. BLM disediakan sebesar Rp 150 juta/kelurahan per tahun anggaran selama 2 (dua) tahun berturut-turut dimulai tahun 2013, termasuk didalamnya BOP BKM/LKM;

ii. BLM tahun ke-2 hanya diberikan apabila pelaksanaan kegiatan P2G tahun pertama memiliki kinerja baik.

c. Tahap Pencairan dan Syarat Pencairan

Pencairan Dana BLM P2G ke BKM/LKM dilakukan dalam 1 tahap (100 %) , yakni sebesar Rp. 150 juta, melalui rekening Bank yang ditunjuk oleh BKM/LKM, dengan persyaratan umumnya mengikuti pedoman/petunjuk teknis BLM PNPM MP dan beberapa ketentuan sebagai berikut *) :

Tabel 2.1. Syarat Pencairan dan Pemanfaatan Dana BLM P2G

Tahap Pencairan Syarat Pencairan Syarat Pemanfaatan

Pencairan 100%

(Rp 150 juta) Rencana Kerja Pengembangan

Kapasitas BKM/LKM untuk pelaksanaan P2G.

SPPB ditanda tangani BKM/LKM dan PJOK, dilengkapi dengan kelengkapan dokumen pencairan.

PJM dan Renta Pronangkis yang berbasis pengurangan risiko bencana dan responsif gender telah ditinjau ulang, disepakati oleh masyarakat dan telah diverifikasi Korkot;

Proposal/usulan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk didanai BLM telah disetujui oleh fasilitator dan diverifikasi oleh Korkot.

Terbentuknya KSM/panitia pelaksana.

6

Pedoman Teknis P2G

Bimbingan Pencairan dana

BLM kepada Tim Faskel

Bimbingan Pencairan dana BLM kepada UP-

UP oleh Tim Faskel

Penyiapan Dokumen

Pencairan oleh BKM/LKM

Verifikasi Kelengkapan

Dokumen Pencairan oleh PJOK dan

Penerbitan PP BLM

Verifikasi Dokumen Pencairan oleh PPK

Propinsi dan Penerbitan SPP

Verifikasi Dokumen

Pencairan oleh Satker PBL

Propinsi dan Penerbitan SPM

Proses Penerbitan SP2D oleh

KPPN

Pencairan Dana BLM ke Rekening

BKM/LKM

Penyaluran Dana BLM ke KSM/Panitia

Pemanfaatan Dana BLM oleh

KSM/Panitia

SPP

PP BLM

SPMBLM

L-10 L-9

L-8 L-7 L-6

L-5

L-4

L-3L-2L-1

Pencairan Dana BLM dari kegiatan P2G mengikuti alur pencairan dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan yang diatur pada Petunjuk Teknis Pendampingan, Pencairan & Pemanfaatan Dana BLM, sebagai berikut :

Gambar 2.1.Alur Pencairan dana BLM P2G

7

Pedoman Teknis P2G

2.3 Komponen 3 : Bantuan Teknis

Menyediakan konsultan dan fasilitator untuk melakukan kegiatan :

1. Pendampingan kepada pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan, antara lain melalui sosialisasi, berbagai lokakarya dan pelatihan perangkat pemerintah daerah sampai dengan lurah/kades dan kelompok peduli serta bantuan teknik untuk memperkuat mereka dalam melaksanakan P2G.

2. Pendampingan kepada masyarakat melalui fasilitasi pertemuan warga, diskusi kelompok terfokus, musyawarah atau rembug warga dalam pelaksanaan kegiatan P2G tingkat kelurahan/desa dan peninjauan (review) terhadap rencana.

8

Pedoman Teknis P2G

RPK

refle

ksi p

erm

asal

ahan

gen

der (

Akse

s, P

artis

ipas

i, Ko

ntro

l & M

anfa

at),

dam

pak

kese

njan

gan

gend

er d

enga

n ke

mis

kina

nD

ata

& k

ondi

si li

ngku

ngan

, eko

nom

i, dl

l.An

alis

is G

ende

rKe

butu

han

kelo

mpo

k re

ntan

, per

empu

an d

an la

ki-la

ki.

PJM

& R

enta

Pro

nang

kis

yg R

espo

nsif

gend

er

Rela

ksan

aan

Kegi

atan

yg

Resp

onsi

f gen

der

BAB 3TAHAPAN PELAKSANAAN

3.1. Siklus Kegiatan P2G

Secara umum pelaksanaan kegiatan siklus P2G ini bukan merupakan siklus kegiatan yang terpisah dengan siklus kegiatan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan namun merupakan penguatan dari siklus yang telah ada.

Tahapan siklus kegiatan P2G di tingkat masyarakat dibagi dalam 2 (dua) kategori siklus tahun pelaksanaan :

1. Siklus Tahun-1 dan Tahun-4 :Gambaran umum mengenai tahapan pelaskanaan kegiatan P2G ditingkat masyarakat pada tahun pertama atau Siklus Tahun-1 dan Tahun-4, adalah seperti pada diagram dibawah ini.

ii. Siklus Tahun-2 dan Tahun-3Siklus Tahun-2 yang diawali dengan serangkaian kegiatan meninjau-ulang kinerja kelembagaan BKM/LKM, capaian Rencana Tahunan, dan kinerja keuangan BKM/LKM, yang kemudian disampaikan dalam Rembug Warga Tahunan (RWT).

9

Pedoman Teknis P2G

PJM & Renta Pronangkis yang responsif gender

Pada kegiatan peninjauan ulang partisipatif tersebut, masyarakat melakukan peninjauan pada kegiatan dibawah ini :

a. Review PJM dan Renta PronangkisReview atau tinjauan PJM dan Rencana Tahunan (Renta) Proangkis yang didalamnya tinjauan terhadap kegiatan-kegiatan yang diusulkan masyarakat telah mengakomodir usulan dan kebutuhan perempuan dan laki-laki yang disepakati bersama. Untuk melihat bahwa kegiatan belum responsif gender terlebih dahulu dilakukan analisis gender.Review PJM dan Renta Pronangkis hasil analisis gender menghasilkan :- Tersusunya program kegiatan dalam PJM dan Renta pronangkis yang

responsif gender.

b. Pelaksanaan kegiatan prioritas sesuai dengan review Renta Pronangkis.

Untuk pelaksanaan tahun 2013, kegiatan pendampingan siklus masyarakat Pelaksanaan program diintegrasikan ke dalam siklus yang berjalan di lapangan dengan waktu pendampingan sebelum pencairan (December 2013) sekitar 3 bulan, dengan momentum terpenting sbb:

1. Melakukan Refleksi bersama untuk :a. Menggali permasalahan gender (kesenjangan yang terjadi) yang ditinjau dari

Akses, Partisipasi, Kontrol dan manfaat;b. Memahami peran dan partisipasi gender dalam urusan publik;

10

Review PJM & Renta Pronangkis Apakah

telah responsif gender?

Pedoman Teknis P2G

c. Membangun kesadaran gender. 2. Melakukan Identifikasi vocal point gender dari perempuan khususnya

perempuan miskin.3. Menyusun perencaaan program responsif gender dan terintergrasi dalam PJM

dan Renta Pronangkis.4. Melaksanakan kegiatan yang responsif gender sesuai PJM dan Renta Pronangkis

Selanjutnya untuk pelaksanaan tahun 2014, siklus pelaksanaan akan mengikuti siklus reguler PNPM Mandiri Perkotaan dengan beberapa penajaman pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang tertuang dalam gambar siklus (i) & (ii) diatas.

3.2. Kegiatan Tingkat Masyarakat

Pelaksanaan siklus P2G dijabarkan secara rinci sebagai berikut :

a. Tahap Penyiapan Masyarakat yaitu : pemetaan sosial, sosialisasi program dan penggalangan relawan;

b. Tahap Perencanaan yaitu : Refleksi Perkara Kritis dan Kesenjangan, review Pemetaan Swadaya (PS) dan PJM Pronangkis yang responsif gender dan review kegiatan prioritas/rencana tahun pertama atau Renta Pronangkis yang responsif gender.

c. Tahap Pembangunan dan keberlanjutan yaitu : pencairan dana BLM, pendampingan KSM dan pelaksanaan kegiatan Renta Pronangkis yang responsif gender, monitoring, evaluasi, tinjauan partisipatif secara berkala dan sebagainya.

Secara umum rincian kegiatan tahapan pelaksanaan P2G digambarkan pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan di Masyarakat

Langkah Kegiatan Pelaku Keluaran Keterangan

1. TAHAP PERSIAPAN

a. Pelaksanaan pemetaan sosial di kelurahan/desa dengan tahapan :

Pelaksana : Fasilitator

Peserta : Masyarakat, perempuan dan laki-laki, perangkat kelurahan/desa, kelompok-kelompok Masyarakat, perempuan dan laki-laki.

Metode : Pendataan,

i. Dokumen/catatan hasil pemetaan sosial

ii. Strategi pendampingan tim fasilitator

Acuan : Pedoman teknis pemetaan sosial

11

Pedoman Teknis P2G

Langkah Kegiatan Pelaku Keluaran Keterangan

Wawancara

b. Pelaksanaan sosialisasi program di tingkat kelurahan/desa dengan pokok sosialisasi.

Pelaksana : Fasilitator

Peserta : BKM/LKM, perangkat kelurahan/desa, wakil lembaga formal/informal, wakil-wakil kelompok masyarakat, perempuan dan laki-laki, kelompok peduli, wakil dari warga miskin perempuan dan laki-laki.

Metode : Rembug/Musyawarah Warga

Jumlah peserta laki-laki dan perempuan yang mengikuti sosialisasi

Penting : Harus dipastikan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk hadir dan menyatakan pendapat/bertanya.

c. Pelaksanaan sosialisasi program di tingkat masyarakat (RT/RW/ Dusun/Lorong)

Pelaksana : Fasilitator dan BKM/LKM/UP-UP

Peserta : warga miskin (perempuan dan laki-laki), kelompok-2 arisan, pengajian, tani, nelayan, dll

Pendamping :

Tim Fasilitator.

Metode : Rembug/Musyawarah Warga

i. Jumlah peserta perempuan dan laki-laki tahu tentang P2G dan siap mendukung pelaksanaan P2G

ii. Daftar Masyarakat, perempuan dan laki-laki yang bersedia menjadi relawan P2G

Penting : Harus dipastikan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk hadir dan menyatakan pendapat.

d. Pelatihan/coaching motivasional relawan untuk pelaksanaan kegiatan P2G

Pelaksana : BKM/LKM

Peserta : relawan, masyarakat laki-laki dan perempuan

Pendamping : Tim Pemandu dan Fasilitator hanya melakukan monitoring

Metode : Pelatihan Partisipatif

i. Catatan proses hasil diskusi

ii. Terbentuknya tim RPK yang siap memfasilitasi pelaksanaan kegiatan RPK

Acuan : Modul pelatihan motivasional relawan

12

Pedoman Teknis P2G

Langkah Kegiatan Pelaku Keluaran Keterangan

e. Refleksi Perkara Kritis yaitu serangkaian refleksi permasalahan gender (Akses, Partisipasi, Kontrol & Manfaat), dampak kesenjangan gender dengan kemiskinan

Pelaksana : BKM/LKM,

Peserta : Masyarakat umum laki-laki dan perempuan.

Pendamping : Tim RPK dan Fasilitator hanya melakukan monitoring

Metode : Diskusi Kelompok Terarah/Focus Group Discussion (DKT/FGD)

Berita Acara Kesepakatan Hasil Rembug Tingkat Kelurahan/Desa yang berisi :

i. Bagaimana ketidak setaraan gender menjadi memperparah kemiskinan,

ii. Dampak dari kemiskinan bagi perempuan dan laki-laki.

iii. Strategi mengatasi kesenjangan gender.

Penting : Harus dipastikan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk hadir dan menyatakan pendapat.

2. TAHAP PERENCANAAN

a. Review partisipatif Pemetaan Swadaya.

Pelaksana : BKM/LKM, Tim Inti Perencana Pembangunan (TIPP)

Peserta: Masyarakat, perempuan dan laki-laki.

Pendamping : Fasilitator, Askorkot.

Metode : Teknik-teknik PRA (Wawancara semi terstruktur, FGD, teknik penelusuran, dll)

i. Data dan peta kondisi lingkungan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, kelembagaan yg ada (kondisi fisik: kwantitatif & kwalitatif, persoalan dan potensi terkait)

ii. Data gagasan kebutuhan warga atas dasar masalah dan potensi yang dimiliki.

iii. Daftar kebutuhan kelompok rentan, perempuan dan laki-laki.

Penting: Pada saat melakukan pemetaan dan kajian PS, pastikan adanya kajian khusus yang pesertanya perempuan yang membahas persoalan perempuan, persoalan laki-laki dan persoalan bersama.

b. Revisi dan penyusunan dokumen PJM dan Renta Pronangkis yang responsif gender oleh Tim Inti Perencanaan Partispatif & BKM/LKM

Pelaksana: BKM/LKM & Tim Inti PP

Peserta : Anggota BKM/LKM, UP-UP & Anggota Tim Inti PP

Pendamping : Tim Fasilitator sebagai pengendali jaminan

i. Dokumen PJM Pronangkis kelurahan/ desa yang mempertimbangkan kebutuhan perempuan dan laki-laki.

ii. Kesepakatan-kesepakatan prioritas

Penting : Pada saat menyusun kegiatan program harus dipastikan bahwa perempuan dan laki-laki memutuskan bersama .

13

Pedoman Teknis P2G

Langkah Kegiatan Pelaku Keluaran Keterangan

kualitas PJM Proangkis yang responsif gender.

Metode : Diskusi Kelompok, Pleno, Rembug/Musyawarah Warga

program atau Renta Pronangkis.

iii. Daftar rencana pembiayaan program.

c. Pemasaran program PJM Pronangkis yang responsif gender kepada pemerintah dan sumberdaya lainnya (swasta).

Pelaksana : BKM/LKM & UP-UP dan Relawan

Pendamping : Tim Fasilitator

Metode : Presentasi Program dalam kegiatan Gelar karya program, Bazar amal, dll

i. PJM Pronangkis yang responsif gender dapat diakomodir kedalam program pemerintah melalui mekanisme musrenbang kelurahann/desa, kecamatan, forum SKPD dan kota/kabupaten.

ii.PJM Pronangkis yang responsif gender menarik minat swasta untuk memberikan peluang kerjasama dengan pihak swasta dalam penangulangan kemiskinan.

Kegiatan pemasaran dapat dilakukan melalui kegiatan gelar karya program masyarakat, bazar amal atau ide-ide masyarakat lainnya

3. PEMBANGUNAN DAN KEBERLANJUTAN

a. Pembentukan dan Pelatihan KSM

Peserta : calon KSM dari masyarakat miskin perempuan dan laki-laki.

Pelaksana : UP-UP

Pendamping : Tim Fasilitator

Metode : DKT/FGD, membangun dinamika kelompok

Terbentuk dan disepakati jumlah KSM-KSM yang akan melaksanakan kegiatan (Lingkungan, sosial, ekonomi)

b. Penyusunan proposal/ kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi bergulir (livelihood suistainability)

Peserta : calon KSM masyarakat miskin perempuan dan laki-laki.

Pelaksana : UP-UP

i. Tersusunnya dokumen/proposal kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi bergulir.

Catatan : tidak dibenarkan proposal KSM dibuatkan oleh UP-UP atau Fasilitator

14

Pedoman Teknis P2G

Langkah Kegiatan Pelaku Keluaran Keterangan

Pendamping : Tim Fasilitator.

Metode : Belajar secara Partisipatif

ii. Proposal kegiatan yang diusulkan telah disetujui Fasilitator dan kelayakannya diverifikasi Askorkot/ Korkot.

c. Pelaksanaan kegiatan KSM yang responsif gender

Pelaksana : KSM atau Panitia pelaksana.Pendamping : Tim FasilitatorPengawas : BKM/LKM ,UP-UP dan relawan perempuan dan laki-laki

i. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan proposal yang disetujui.

ii. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tepat waktu sesuai rencana

iii.Untuk kegiatan infrastruktur : hasil-hasil pembangunan berkualitas baik dengan harga yang relatif murah.

iv. Laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan kegiatan KSM (LPJ).

d. Monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan

Pelaksana dan peserta : BKM/LKM, UP- UP, Lurah/Kades, Tim Teknis, TIPP dan masyarakat umum.

Pendamping : Tim Fasilitator, Askorkot atau Korkot.

Metode : uji petik, rapat berkala

i. Pelaksanaan pembangunan sesuai rencana kerja setiap tahapan.

ii. Laporan dan rekomendasi hasil-hasil supervisi dan evaluasi.

e. Lokakarya Akhir Program P2G

Peserta : Perwakilan BKM/LKM, Lurah/Kades, TKPKD, Dinas-dinas terkait, BPBD, Univ./LSM, Kelompok Peduli lainnya.

Pelaksana : Bappeda

i. Tersusunya rekomendasi hasil evaluasi

ii. Rencana dan tindak lanjut program P2G tahun 2014.

15

Pedoman Teknis P2G

Langkah Kegiatan Pelaku Keluaran Keterangan

Kota/ Kabupaten

Pendamping : Korkot/ Askorkot & TA CB KMW

Metode : Pleno, Diskusi Kelompok

3.3. Kegiatan Tingkat Pemerintah Kota/Kabupaten

Penugasan konsultan untuk memfasilitasi dan mendukung pemerintah kota/kabupaten dan pelaku lokal lainnya berupa bantuan teknik, yang mencakup penyelenggaraan kegiatan sebagai berikut :

a. Sosialisasi dan Lokakarya tingkat Propinsi

b. Sosialisasi dan Lokakarya tingkat Kab/Kota

c. Pelatihan penguatan Pemerintah kab/Kota tentang pembangunan responsif gender.

d. Monitoring dan evaluasi kegiatan programe. Workshop evaluasi kegiatan program.

Keseluruhan tahapan kegiatan tersebut, diselaraskan dengan pembangunan Kota/ Kabupaten melalui penyelenggaraan forum-forum konsultansi/asistensi kota/kabupaten secara periodik.

16

Pedoman Teknis P2G

BAB 4PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Struktur organisasi untuk pelaksanaan P2G merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan struktur organisasi PNPM Mandiri Perkotaan secara keseluruhan, dengan beberapa penambahan personil yang dibutuhkan bagi pelaksanaan P2G. Beberapa personil tambahan yang dibutuhkan pada pelaksanaan P2G ini adalah personil-personil dari Konsultan Managemen Pusat yaitu Tenaga Ahli Gender dan OC/OSP yaitu Sub Tenaga Ahli Gender serta Asisten kordinator kota Khusus di setiap kota/kabupaten wilayah sasaran P2G serta tambahan fasilitator di kelurahan/desa sasaran P2G yang bergabung dengan Tim Fasilitator yang telah ada.

Adapun struktur organisasi P2G tersaji pada pada Gambar 4.1.

4.1. TATA PERAN PELAKU

4.1.1 Tingkat Nasional

Penanggung jawab pengelolaan program tingkat nasional PNPM Mandiri Perkotaan adalah Kementerian Pekerjaan Umum yang bertindak sebagai lembaga penyelenggara program (executing agency).

Untuk melaksanakan program tersebut agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan terciptanya sinergi dengan program lainnya dan untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai dalam rangka keberlanjutan program, telah dibentuk Unit Manajemen Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PMU P2KP) sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 358/KPTS/M/2008 tanggal 10 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Manajemen Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PMU P2KP)

17

Pedoman Teknis P2G

TKPK -Prop,Tim Seleksi PLPBK

KMWSatker PBL

Prop

NMC

KoordinatorKota/Kab

Tim Fasilitator 5 org utk 9

Kelurahan/Desa

BKM

PJOK Kec

LURAH

KSM

TIPP & Relawan

Pusat

TNP2K dan Pokja Pengendali PNPM

Propinsi

TKPK -Kab/Kota, Pokja PLPBK

Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil

Kota/Kab.

Bappeda Kota/Kab.

Advisory

Kecamatan CAMAT

Kelurahan

Kabupaten / Kota

Kepala PMU P2KP

KEMENTERIAN

PU

Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dirjen Cipta Karya

Satker PIP Kota/Kab

Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil

Provinsi

Bappeda Provinsi

OC/OSP

KoordinatorKota/Kab

Tim Fasilitator 5 org utk 9

Kelurahan/Desa

KE

PPK P2KPKa.Satker P2KP

Garis pengendalianGaris fasilitasiGaris koordinasiGaris pelaporanTAPP

Sub TA Gender

Askot Khusus

Tambahan Faskel 1:2

Gambar 4.1Struktur Organisasi Pengelolaan Kegiatan P2G PNPM Mandiri Perkotaan

1) Unit Manajemen Program P2KP (PMU-P2KP)

Unit Manajemen Program P2KP (PMU P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan) adalah sebuah unit kerja yang bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan Program PNPM-Mandiri Perkotaan dengan tugas pokok melaksanakan koordinasi, pengendalian, monitoring dan pembinaan teknis PNPM-Mandiri Perkotaan.

2) SNVT P2KP Pusat

SNVT P2KP Pusat adalah Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. Kepala SNVT berperan membantu pelaksanaan tugas PMU P2KP dalam pelaksanaan P2G. Tanggung jawab dan tugas pokok SNVT P2KP Pusat adalah:a. Melaksanakan kegiatan P2G sesuai ketentuan yang telah ditetapkan;b. Melaksanakan kegiatan diseminasi dan sosialisasi;

18

Pedoman Teknis P2G

c. Menyampaikan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan PNPM-MP/PNPM Mandiri Perkotaan;

d. Melakukan penanganan pengaduan dari pihak manapun yang berkaiatan dengan PNPM Mandiri Perkotaan;

e. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas KMP, OSP dan Keuangan.

3) Asisten PMU P2KP

a. Asisten Perencanaan dan Pemrograman mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pelaksanaan, pembinaan teknis, dan sinkronisasi program PNPM-MP dengan instansi terkait serta menyusun strategi keberlanjutan program PNPM-MP.

b. Asisten Pengendalian Pelaksanan mempunyai tugas untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PNPM-MP mengacu kepada rencana kegiatan yang telah ditetapkan, serta penyiapan tindak turun tangan yang diperlukan.

c. Asisten Pengembangan Kemitraan mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dan fasilitasi pengembangan kemitraan Lembaga Komunitas dengan berbagai pihak dalam rangka peningkatan akses kepada berbagai sumberdaya untuk masyarakat miskin.

d. Asisten Data, Pelaporan dan Informasi mempunyai tugas untuk melakukan pengumpulan serta pengolahan data, pelaporan dan informasi dalam rangka pelaksanaan PNPM-MP.

4.1.2 Tingkat Propinsi

Di tingkat propinsi dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bapeda Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Propinsi. Sebagai pelaksana ditunjuk Dinas Pekerjaan Umum/Bidang Ke-Cipta Karya-an di bawah kendali/koordinasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat propinsi.

Tugas Kepala SNVT PBL Propinsi adalah :a. Melaksanakan kegiatan teknis dan administratif untuk pelaksanaan P2G sesuai

arah kebijakan PMU-PNPM-MP;b. Menyalurkan dan mengadministrasikan dana hibah padat karya pemulihan;c. Melakukan pemantauan pemanfaatan dana hibah padat karya yang disalurkan;d. Mengelola tata pelaporan pelaksanaan P2G;e. Mempertanggungjawabkan seluruh pengeluaran dana sesuai ketentuan yang

berlaku;

19

Pedoman Teknis P2G

f. Bersama dengan OSP dan TKPKD menindak lanjuti berbagai pengaduan terkait PNPM Mandiri Perkotaan sampai proses hukum/ke tangan penegak hukum dengan tetap mengutamakan penyelesaian secara kemasyarakatan.

4.1.3 Tingkat Kota/Kabupaten

Di tingkat Kabupaten/Kota dikoordinasikan langsung oleh Walikota/Bupati setempat melalui Bapeda Kabupaten/Kota dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM (TKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Kabupaten/Kota. TKPKD Kota/Kabupaten dalam PNPM Mandiri Perkotaan berperan mengkoordinasikan TKPP dari berbagai program penanggulangan kemiskinan.Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM mempunyai tugas :a. Melakukan sosialisasi P2G kepada camat, PJOK dan perangkat kecamatan di

wilayah kerjanya;b. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam pelaksanaan

P2G di wilayah kerjanya;c. Melakukan pemantauan pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya;d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.

Sebagai pelaksana administratif ditingkat Kabupaten/Kota berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum ditunjuk Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas :a. Menyalurkan dan mengadministrasikan dana BLM P2G; b. Melakukan pemantauan pemanfaatan dana yang disalurkan;c. Bersama Korkot dan TKPP menindaklanjuti berbagai pengaduan terkait dengan

PNPM Mandiri di wilayah kerjanya sampai ke proses hukum/ke tangan penegak hukum dengan tetap mengutamakan penyelesaikan secara kemasyarakatan.

Di tingkat Kabupaten/Kota, Ditjen Cipta Karya cq Direktorat PBL Propinsi mengangkat Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan yang dibantu beberapa asisten korkot di bidang manajemen keuangan, teknik/infrastruktur, manajemen data dan penataan ruang untuk pengendalian pelaksanaan kegiatan dibawah koordinasi Team Leader OSP.

4.1.4 Tingkat Kecamatan

Di tingkat kecamatan, unsur utama pelaksanaan P2G adalah (1) Camat dan perangkatnya, dan (2) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) dengan peran dan tugas masing-masing unsur adalah sebagai berikut:

20

Pedoman Teknis P2G

1) Camat

Peran pokok Camat adalah memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya, dengan rincian tugas sebagai berikut:

a. Melakukan sosialisasi P2G kepada lurah dan perangkat kelurahan di wilayah kerjanya;

b. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya;

c. Melakukan pemantauan pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya dan menerima serta memverifikasi laporan para lurah/kades;

d. Mendorong dan mendukung tumbuhnya forum BKM/LKM tingkat kecamatan;

e. Memfasilitasi berlangsungnya integrasi antara rencana program masyarakat dan program daerah lainnya dalam Musrenbang Kecamatan;

f. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Forum BKM/LKM di tingkat kecamatan/kota/kabupaten, KSM dan kelompok peduli lainnya untuk meningkatkan keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya; serta

g. Berkoordinasi dengan PJOK dan Tim Fasilitator dalam penyelesaian persoalan, konflik dan penanganan pengaduan mengenai pelaksanaan P2G di wilayahnya.

2) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)

Di tingkat kecamatan ditunjuk PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan). PJOK adalah perangkat kecamatan yang diangkat oleh Kepala Satker PBL atas usulan walikota/bupati untuk pengendalian kegiatan di tingkat kelurahan dan berperan sebagai penanggung jawab administrasi pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya.

Tugas pokok PJOK adalah sebagai berikut:

a. Memantau pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya sesuai dengan pentahapan yang sudah ditentukan;

b. Melaksanakan administrasi program berupa penandatanganan SPPB, memproses SPPB ke Bank pembayar dan lain-lain;

c. Membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan. Laporan bulanan dibuat rangkap tiga untuk diserahkan sebelum tanggal 15 setiap bulan kepada bupati/walikota. Laporan tersebut dikirim juga sebagai tembusan kepada Camat dan Lurah/Kades di wilayah kerjanya;

21

Pedoman Teknis P2G

d. Membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatannya dan menyerahkannya kepada Walikota/Bupati paling lambat satu bulan setelah masa tugasnya sebagai PJOK berakhir. Jika terjadi pergantian PJOK antar waktu, maka PJOK sebelumnya harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada PJOK penggantinya. Berita Acara tersebut memuat pelaksanaan tugas, hasil-hasil kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi serta dilengkapi dengan uraian dan penjelasan penggunaan dana BOP-PJOK

e. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2G dengan OSP/OC dan Tim Fasilitator untuk bersama-sama menangani penyelesaian permasalahan dan pengaduan mengenai pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya

f. Melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan kepada masyarakat (BKM/KSM/Panitia/dsb) sesuai dengan usulan yang disetujui Fasilitator

4.1.5 Tingkat Kelurahan/Desa

Di tingkat kelurahan/desa, unsur utama pelaksanaan P2G adalah (i) Lurah/Kades dan perangkatnya, (ii) Relawan masyarakat, (iii) BKM/LKM, (iv) Satlak Siaga Bencana, dengan peran dan tugas masing-masing unsur adalah sbb:

1) Lurah/Kepala Desa

Secara umum peran utama Kepala Kelurahan/Lurah dan Kepala Desa adalah memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan P2G di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan melalui PNPM Mandiri Perkotaan dapat tercapai dengan baik. Untuk Itu Lurah/ Kepala Desa dapat mengerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masing-masing.

2) Relawan Masyarakat

Relawan masyarakat adalah pelopor-pelopor pengerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya.

PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan program agar bermanfaat bagi masyarakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya.

Dengan demikian peran utama para relawan adalah :

a. Pelopor perubahan

b. Pengerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses kegiatan P2G

22

Pedoman Teknis P2G

c. Pengawalan nilai-nilai luhur, seperti transparansi, demokrasi, kejujuran, dsb.

d. Mitra kerja BKM/LKM, oleh sebab itu para Relawan akan membentuk Forum Relawan dan berhak mendapat informasi perkembangan kegiatan penangulangan kemiskinan yang dipimpin oleh BKM/LKM.

3) BKM/LKM

Dilokasi-lokasi dimana P2KP dan PNPM telah bekerja, maka di lokasi tersebut sudah terbentuk BKM/LKM sebagai “dewan amanah” atau “pimpinan kolektif” organisasi masyarakat warga setempat (kelurahan/desa).

BKM/LKM ini bertanggungjawab menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat kelurahan pada umumnya.

Oleh sebab itu peran utama BKM/LKM adalah :

a. Mengorganisasikan warga secara partisipatif untuk merumuskan rencana jangka menengah (3 tahun) penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) dan diajukan ke PJOK untuk mencairkan dana BLM.

b. Sebagai dewan pengambilan keputusan untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan P2G pada khususnya dan penanggulangan kemiskinan pada umumnya di tingkat komunitas.

c. Mempromosikan dan menegakkan nilai-nilai luhur (jujur, adil, transparan, demokratis, dsb) dalam setiap keputusan yang diambil dan kegiatan pembangunan yg dilaksanakan.

d. Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.

e. Mengembangkan jaringan BKM/LKM di tingkat kecamatan, kota/kabupaten sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah dan wahana untuk menyuarakan aspirasi masyarakat warga yang diwakilinya.

f. Menetapkan kebijakan dan mengawasi proses pemanfaatan dana bantuan langsung masyarakat (BLM P2G), yang sehari-hari dikelola oleh UPK.

4) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Disamping BKM/LKM di lokasi yang telah menjalani P2KP/PNPM-MP juga sudah terbentuk KSM atau Kelompok Swadaya Masyarakat adalah nama geerik untuk kelompok warga masyarakat pemanfaat dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan. KSM ini diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator terdiri

23

Pedoman Teknis P2G

dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (commond bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama.

KSM ini bukan hanya sekedar pemanfaat pasif melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan yang diusulkan untuk didanai oleh BKM/LKM melalui berbagai dana yang mampu digalang.

Tugas Pokok KSM adalah sebagai berikut :

a. Menyusun usulan kegiatan pembangunan terkait dengan mitigasi bencana.

b. Mengelola dana yang diperolehnya untuk mendanai kegiatan pembangunan yang diusulkan.

c. Mencatat dan membuat laporan kegiatan dan keuangan kegiatan yang diusulkan.

d. Menerapkan nilai-nilai luhur dalam pelaksanaan pembangunan yang ditekuni (transparansi, demokrasi, membangun dengan mutu yang baik, dsb).

e. Secara aktif menjadi bagian dari kendali sosial (control social) pelaksanaan upaya pengurangan resiko bencana atau mitigasi bencana diwilayahnya.

4.2. PENDAMPINGAN KONSULTAN/FASILITATOR

Selain para pelaku diatas, dalam kegiatan P2G akan difasilitasi oleh tim konsultan yang terdiri dari Advisory, Konsultan Manajemen Pusat (KMP), OSP/OC, Tim Korkot/Askot Mandiri dan Tim Fasilitator.

Beberapa tambahan personil konsultan seiring dengan pelaksanaan kegiatan P2G, meliputi :

4.2.1 Tenaga Ahli Gender

Tenaga Ahli Gender berkedudukan di tingkat nasional atau Konsultan Managemen Pusat (KMP), yang bertugas memberikan bantuan teknis dan melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan pengendalian pelaksanaan P2G.

4.2.2 Sub Tenaga Ahli Gender dan DRM

Sub Tenaga Ahli Gender dan DRM ditingkat OC/OSP, yang bertugas membantu Tenaga ahli Gender memberi bantuan teknis dan melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan pengendalian pelaksanaan P2G.

4.2.3 Asisten Korkot

Asisten Korkot tambahan dapat dimobilisasi bilamana dalam dalam wilayah kotanya terdapat minimal 5 kelurahan mendapat kegiatan P2G.

24

Pedoman Teknis P2G

4.2.4 Fasilitator

Penambahan personil fasilitator untuk memperkuat tim fasilitator yang ada, sehubungan dengan penambahan tugas dalam kegiatan P2G.

Penambahan 1 orang fasilitator dapat dilakukan dengan ketentuan dalam satu Tim Fasilitator terdapat 2 kelurahan yang mendapat kegiatan P2G.

Penambahan fasilitator dimungkinkan dapat ditambahkan apabila kurang atau lebih dari ketentuan diatas. Ketentuan tambahan fasilitator dimaksud akan diatur lebih lanjut diluar pedoman teknis ini.

Fungsi dan tugas masing-masing konsultan terkait dengan tugas pendampingan pelaksanaan kegiatan P2G akan akan atur dengan rinci di dalam kerangka acuan kerja perekrutan masing-masing personil.

4.3 PENGENDALIAN

Pengendalian kegiatan P2G pada dasarnya sama dengan pengendalian pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, meliputi kegiatan pemantauan (monitoring), Indikator keberhasilan, evaluasi kegiatan menyeluruh dan pelaporan.

Kegiatan yang berbeda dengan penekanan khusus terkait dengan kegiatan P2G ada pada kegiatan pelaporan/ SIM dan indikator pencapaian, dengan rincian sebagai berikut:

4.3.1 Pelaporan

Mekanisme pelaporan dilakukan melalui jalur struktural pemerintahan dan jalur fungsional konsultan, sebagai upaya untuk mempercepat proses penyampaian data dan atau informasi dari lapangan atau kelurahan ke tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.Sistem laporan dibuat sesederhana mungkin. Materi laporan berupa data dan atau informasi yang benar dan akurat jauh lebih diutamakan daripada bentuk laporannya.

Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif tentang pelaksanaan P2G, maka sistem pelaporan P2G dilakukan sebagai berikut :

i. Laporan berbasis data SIM dibangun tersendiri dengan bertautan kepada data SIM PNPM Mandiri Perkotaan.

ii. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM) P2G bekerjasama dengan jaringan yang ada PPM PNPM Mandiri Perkotaan.

25

Pedoman Teknis P2G

iii. Pencapaian dan pelaksanaan P2G oleh BKM membuat laporan kepada Kelurahan dan BKM bersama-sama dengan Kelurahan menyampaikan laporan ke pemerintah kota/ kabupaten.

4.3.2 Indikator

Indikator penilaian capain keberhasilan ini disusun sesuai tujuan dan keluaran yang dibandingkan dengan implementasi kegiatan P2G. Indikator dirumuskan secara sederhana dan mudah dilakukan penilaian yang berbasis data SIM maupun dari hasil kegiatan pemantauan (monitoring) dan evlaluasi.

26

Pedoman Teknis P2G

LAMPIRAN

27

Pedoman Teknis P2G

Lampiran 1.

DAFTAR ISTILAH

Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

Pengarus Utamaan Gender di daerah yang selanjutnya disebut PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi laki dan perempuan.

Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.

Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan.

Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin.

Data Terpilih adalah nilai dari variabel-variabel yang sudah terpilih antara laki-laki dan perempuan berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian.

Analisis gender adalah proses analisis data gender secara sistematis tentang kondisi laki-laki dan perempuan khususnya berkaitan dengan tingkat akses, partisipasi, kontrol dan perolehan manfaat dalam proses pembangunan untuk mengungkapkan akar permasalahan terjadinya ketimpangan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Konsep PUG harus melibatkan langsung perempuan dan laki-laki secara propesional melalui partisipasi aktif dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan, serta evaluasi dalam semua bidang pembangunan

Perencanaan Responsif Gender (PRG) adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.

Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah anggaran yang respon terhadap kebutuhan perempuan dan laki-laki yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

28

Pedoman Teknis P2G

Gender Budget Statement (GBS) adalah dokumen yang menginformasikan suatu output kegiatan telah responsif gender terhadap isu gender yang ada, dan/atau suatu biaya telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan gender.

Kegiatan Responsif Gender berupa Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG), tindakan (nyata) dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan dengan pendekatan yang lebih menekankan pada masalah keadilan dan kesetaraan dalam perncanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Keadilan tersebut berupa proses maupun dampak kegiatan yang bertujuan menurunkan tingkat kesenjangan gender.

Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan suber daya tertentu.

Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan .

Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan.

Manfaat adalah kegunaan sumber yang dapat dinikmati secara optimal.

29

Pedoman Teknis P2G

Lampiran 2.

GENDER DAN PEMBANGUNAN

1. KONSEP GENDER

a. Pengertian Gender

Karakteristik sosial sebagai laki-laki dan perempuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat budaya melalui sosialisasi yang diciptakan oleh keluarga dan/atau masyarakat, yang dipengaruhi oleh budaya, interpretasi agama, struktur sosial dan politik.

Karakteristik sosial ini menciptakan pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang disebut pembedaan gender.

Pembedaan gender ini menciptakaan peran, status yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan gender ini dipelajari dan dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu dan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain

Peran gender/sosial ini berpengaruh terhadap pola relasi /kuasa antara laki-laki dan perempuan yang sering disebut sebagai relasi gender

b. Perbedaan Seks dan Gender

Misalnya ciri-ciri yang berkaitan dengan fungsi reproduksi; tidak bisa dipertukarkan, karena sifatnya yang kodrati didapat bersamaan dengan kelahiran.

SeksTidak dapat dipertukarkan (kodrat)

GenderDapat dipertukarkan dan merupakan

bentukan manusiaLaki-laki

Ciri dan fungsiPerempuan Ciri

dan fungsiLaki-laki

Citra/ jati diri/ peran

Perempuan Citra/ jati diri/ peran

Penis Jakun Sperma

Vagina Sel Telur Menyusui

Kuat Rasional Tampan

Lemah Emosional Cantik

30

Pedoman Teknis P2G

Membuahi Melahirkan Kasar Maskulin Publik

Halus/Lembut Feminin Domestik

c. Issue-Issue Gender

Berpotensi merugikan seseorang/ sekelompok orang hanya karena jenis kelaminnya:

Ketidak-adilan gender/ kesenjangan gender terlihat dalam: memperoleh akses, manfaat dari pembangunan, berpartisipasi dalam pembangunan dan penguasaan/Kontrol terhadap sumberdaya pembangunan

Abai terhadap dampak negatif / kehilangan ‘opportunity

Hasil pembangunan yang timpang

Taraf pendidikan penduduk laki-laki dalam kurun waktu 2003-2010 masih lebih baik daripada penduduk perempuan (Issue bidang pendidikan)

Persentase buta aksara penduduk perempuan masih lebih tinggi daripada laki-laki pada kelompok usia 25 tahun ke atas (Issue bidang pendidikan)

Proporsi perempuan sebagai pejabat tinggi pemerintah/legislatif/CEO jauh lebihrendah dibandingkan dengan laki-laki, namun cukup tinggi pada tenaga profesional (dokter/ akuntan). (Issue bidang ketenagakerjaan)

Proporsi keterwakilan perempuan di DPR mengalami peningkatan, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. (Issue bidang partisipasi politik)

d. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender

Subordinasi

1) Sebuah posisi atau peran yang dinilai lebih rendah dari peran yang lain. Ketidakadilan gender melihat bahwa ada penilaian posisi atau peran perempuan dalam masyarakat yang dianggap lebih rendah dari posisi atau peran laki-laki.

2) Contoh :

Dalam pendapatan per kapita negara, pekerjaan perempuan tidak dihitung atau bernilai rendah;

Sedikitnya jumlah perempuan yang duduk sebagai pengambil kebijakan/keputusan dalam ruang publik baik dalam pemerintahan maupun dalam kegiatan politik;

31

Pedoman Teknis P2G

Pendidikan anak laki-laki lebih didahulukan daripada perempuan, karena perempuan dianggap tidak produktif; dll.

Marjinalisasi

1) Peminggiran peran ekonomi perempuan dengan asumsi bahwa perempuan adalah pencari nafkah tambahan serta peminggiran peran politik perempuan dengan asumsi bahwa perempuan tidak bisa menjadi pemimpin yang mengakibatkan proses pemiskinan terhadap peran kaum perempuan.

2) Contoh :

Perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, di sektor produksi/publik, sering lebih kecil pendapatannya dibandingkan laki-laki;

Revolusi hijau (modernisasi) meminggirkan perempuan di pertanian dan perkebunan membuat perempuan miskin;

Komandan di militer peluangnya lebih besar untuk laki-laki;

Banyak bidang pekerjaan tertutup bagi laki-laki karena anggapan mereka tidak teliti, cermat dan sabar;

Guru TK, sekretaris, perawat, konveksi dan pembantu rumah tangga (PRT) dianggap pekerjaan rendah sehingga berpengaruh pada penggajian; dll.

Beban Ganda (Double Burden)

1) Masuknya perempuan di sektor publik tidak senantiasa diiringi dengan berkurangnya beban mereka di dalam rumah tangga. Peran reproduktif perempuan dianggap hanya menjadi tanggung jawab perempuan, sehingga pada keluarga yang mengharuskan perempuan untuk bekerja mencari nafkah di luar rumah tetap harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah tangganya.

2) Contoh :

Pekerjaan dalam rumah tangga, 90% dikerjakan oleh perempuan;

Di tempat kerja perempuan menjalankan peran produksi/publik, sedangkan di rumah menjalankan peran reproduksi/domestik; dll

Kekerasan

32

Pedoman Teknis P2G

1) Peran gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Pembedaan karakter sering memunculkan tindakan kekerasan. Dengan anggapan perempuan itu feminin, lemah, dan secara keliru telah diartikan sebagai alasan untuk memperlakukan secara semena-mena berupa tindakan kekerasan fisik maupun non fisik

2) Kekerasan terhadap perempuan dalam pembangunan seringkali berwujud pengabaian hak-hak mereka yang disebabkan oleh pelaksanaan pembangunan yang bias gender.

3) Contoh :

Pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi terhadap perempuan;

Perempuan menjadi korban trafficking dan pelecehan seksual;

Perempuan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga baik kekerasan fisik maupun psikologis yang dilakukan oleh suami atau ayahnya; dll.

Stereotype (Pelabelan)

1) Stereotype adalah pemberian label atau cap yang dikenakan kepada seseorang sehingga menimbulkan anggapan yang salah.

2) Contoh:

Perempuan dianggap emosional, tidak rasional, dan tidak cerdas sehingga sering tidak dipercaya dan dianggap tidak mampu menduduki jabatan dan posisi pengambil keputusan.

Perempuan dibayar lebih rendah dari laki-laki, karena produktifitasnya dianggap lebih rendah dari laki-laki.

e. Faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender:

Nilai sosial dan budaya Patriarkhi;

Produk dan peraturan perundang-undangan yang masih bias gender;

Pemahaman ajaran agama yang tidak komprehensif dan cenderung parsial;

Kelemahan, kurang percaya diri, tekad, dan inkonsistensi kaum perempuan sendiri dalam memperjuangkan nasibnya;

33

Pedoman Teknis P2G

Kekeliruan persepsi dan pemahaman para pengambil keputusan, Tokoh Masyarakat (TOMA) – Tokoh Agama (TOGA) terhadap arti dan makna Kesetaraan dan Kesenjangan Gender (KKG).

2. PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)

a. Konsep Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional (Inpres No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender). Dengan menyelenggarakan pengarusutamaan gender, maka dapat diidentifikasikan apakah laki-laki dan perempuan:

Memperoleh AKSES yang sama terhadap sumberdaya pembangunan;

Memiliki peluang berPARTISIPASI yang sama dalam proses pembangunan, terutama dalam proses pengambilan keputusan;

Memiliki KONTROL yang sama atas sumberdaya pembangunan; dan

Memperoleh MANFAAT yang sama atas hasil pembangunan

b. Tujuan dan Sasaran Pengarusutamaan Gender

1) Tujuan Pengarusutamaan Gender

Mempersempit dan bahkan meniadakan kesenjangan gender yang mengantarkan pada pencapaian kesetaraan dan keadilan gender

34

Pedoman Teknis P2G

Melalui PUG diharapkan tranparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam pembangunan yang berperspektif gender terhadap rakyatnya akan lebih meningkat, khususnya dalam mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya

2) Sasaran Pengarusutamaan Gender

Sasaran utama PUG adalah lembaga pemerintah yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan dari pusat hingga daerah, berperan dalam membuat kebijakan program dan kegiatan serta perencanaan program. Sasaran lain adalah organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi keagamaan, tokoh, dan keluarga.

3. PEMAHAMAN TENTANG DATA TERPILAH

a. Pengertian Data Terpilah, Gender Statistik

Dalam melakukan analisis gender untuk membuat kebijakan dan menyusun program, kegiatan yang responsif gender, harus didasarkan pada data dan informasi yang benar dan akurat. Data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Dalam konteks gender, data terpilah menurut jenis kelamin dan gender statistic keduanya diperlukan. Perbedaan antara data terpilah menurut jenis kelamin dan gender statistik: (1) data terpilah menurut jenis kelamin adalah data yang dipilah dalam kelompok laki-laki dan perempuan. Misalnya penduduk Jakarta adalah 11 juta orang; 51% berjenis kelamin perempuan dan 49% berjenis kelamin laki-laki. (2) gender statistik adalah data terpilah menurut jenis kelamin yang mengandung isu gender ( isu yang muncul karena status, peran, kondisi, pengalaman menurut jenis kelaminya, seseorang/ kelompok orang tidak/ berbeda mendapat dalam akses, manfaat, partisipasi serta penguasaan sumberdaya pembangunan). Misalnya dari 11 penduduk Jakarta 51% perempuan dan 41% laki-laki; Diantara penduduk perempuan yang buta huruf 12% dibandingkan dengan 6% penduduk laki-laki. Pemilahan data berdasarkan jenis kelamin, umur, wilayah, status sosial ekonomi, dan waktu biasanya digunakan dalam proses analisa, tetapi yang mengharuskan data terpilah menurut jenis kelamin apalagi gender statistik. Ketersediaan data terpilah biasanya juga dianalisis dalam perencanaan. Semakin banyak pemilahan yang dilakukan, maka semakin tepat diperoleh suatu identifikasi permasalahan.

Data terpilah dapat dikelompokkan lagi berdasarkan sumber datanya, jenis data, dan pemanfaatannya.

Tabel L.1 Pengelompokan Data

35

Pedoman Teknis P2G

NO. DASAR KLASIFIKASIDATA TERPILAH

URAIAN

1. Sumber Data

Data PrimerSecara langsung diambil dari objek / obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi.

Data Sekunder

Data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial.

2. Jenis Data

Data Kuantitatif

data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Misalnya jumlah pegawai perempuan dan laki-laki Kementerian Keuangan.

Data Kualitatif

Data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna.

3. Pemanfaatannya

Data Dasar Data yang pemanfattanya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan umumnya dikumpulkan oleh BPS, PBB, dan Bappenas. Misalnya, data tentang GDI

Data Sektoral

Data yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan sektor.

Data Khusus

Data yang dikumpulkan oleh masyarakat untuk kepentingan spesifik seperti dunia usaha dan lainnya.

4. PEMAHAMAN TENTANG ANGGARAN RESPONSIF GENDER (ARG)

a. Definisi

Penganggaran responsif gender merupakan alokasi dana sebagai bentuk keberpihakan terhadap salah satu jenis kelamin yang tertinggal atau kurang beruntung, melalui pengintegrasian permasalahan gender ke dalam proses penganggaran, yang didahului dengan kegiatan analisis gender untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.

36

Pedoman Teknis P2G

Tujuan dari penganggaran yang responsif gender, yaitu:

Meningkatkan kesadaran dan pemahaman para pengambil keputusan tentang berbagai isu-isu gender dan pengintegrasiannya;

Memberikan solusi kegiatan afirmatif terhadap kebutuhan praktis gender;

Menyerasikan kebijakan penganggaran yang lebih responsif gender untuk mengakomodasikan permasalahan gender

Anggaran responsif gender adalah anggaran yang responsif terhadap kebutuhan, permasalahan, aspirasi, pengalaman laki-laki dan perempuan serta memberi manfaat yang adil kepada laki-laki dan perempuan. Jadi ARG memberi/mengakomodasi terhadap 2 (dua) hal:

Keadilan bagi perempuan dan laki-laki (dengan mempertimbangkan peran dan hubungan gendernya) dalam memperoleh akses, manfaat (dari program pembangunan), berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan mempunyai kontrol terhadap sumber-sumber daya.

Kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki terhadap kesempatan/peluang dalam memilih dan dalam menikmati hasil pembangunan.

b. Tujuan

Memastikan bahwa „kelebihan‟, kesulitan, tantangan sebagai perempuan dan laki-laki yang menjadi penerima manfaat, terdeteksi dalam analisis dan ditujukan dalam kegiatan (yang diusulkan).

Memastikan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan gender (kesenjangan antara perempuan dan laki-laki) dalam menikmati manfaat, berpartsipasi maupun dalam mendapatkan akses dan penguasaan terhadap sumber daya berkaitan dengan proyek yang di bangun.

Memperlebar kesempatan dan pilihan-pilihan yang sama bagi perempuan dan laki-laki.

ARG mempunyai sasaran untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender

c. Prinsip-Prinsip Dasar Anggaran Responsif Gender

ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan;

37

Pedoman Teknis P2G

ARG sebagai pola anggaran yang akan menjembatani kesenjangan status, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan;

ARG bukanlah dasar yang “valid” untuk meminta tambahan alokasi anggaran;

Adanya ARG tidak berarti adanya penambahan dana yang dkhususkan untuk program perempuan;

Bukan berarti bahwa alokasi ARG hanya berada dalam program khusus pemberdayaan perempuan;

ARG bukan berarti ada alokasi dana 50% laki-laki, 50% perempuan untuk setiap kegiatan;

Tidak harus semua program dan kegiatan perlu mendapat koreksi agar menjadi responsif gender.

5. DEFINISI DAN KONSEP ANALISIS GENDER

Analisis gender adalah suatu penelaahan untuk mengidentifikasikan isu gender yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam:

1. Memperoleh akses dan kontrol terhadap sumberdaya;

2. Berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya dalam pengambilan keputusan; dan

3. Memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung dari kebijakan, program, maupun kegiatan pembangunan

Dengan memahami analisis gender memungkinkan penentu kebijakan dan para perencana memahami:

1. Perbedaan gender;

2. Sifat hubungan antara laki-laki dan perempuan (hubungan gender); serta

3. Perbedaan kenyataan sosial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

a. Mengapa Analisis Gender ?

38

Pedoman Teknis P2G

Langkah penting dalam melaksanakan Pengarusutamaan gender adalah mengintegrasikan isu gender kedalam keseluruhan proses perencanaan pembangunan, melalui suatu analisis gender.

Salah satu alat analisis gender yang dikembangkan dan dipakai luas oleh Indonesia adalah Gender Analysis Pathway and Policy Outlook for Plan of Action (POP).

b. Model – Model Analisis Gender

Berikut beberapa alat analisa gender yang sering digunakan oleh para pemerhati masalah perempuan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, 2002):

1) Model HARVARD

a. Model Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development, bekerja sama dengan kantor Woman In Development (WID) – USAID.

b. Model Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi Woman In Development (WID) untuk profil gender secara mikro dan peran gender dalam proyek pembangunan

c. Komponen dasar model ini:

Profil kegiatan, didasarkan pada konsep pembagian kerja dengan data terpilah/jenis kelamin.

Profil akses dan kontrol , profil ini merinci sumber-sumber apa yang dikuasai oleh laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya, dan manfaat apa yang diperoleh setiap orang dari hasil kegiatannya tersebut.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi , analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan, akses, dan kontrol berpusat pada faktor-faktor dasar yang menentukan pembagian kerja berdasarkan gender

Analisis siklus proyek , terdiri dari penelaahan proyek berdasarkan data yang diperoleh dari analisis terdahulu, dengan menayangkan kegiatan-kegiatan yang akan dipengaruhi oleh proyek dan bagaimana permasalahan akses dan kontrol pada kegiatan tersebut.

d. Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek daripada perencanaan kebijakan/program.

39

Pedoman Teknis P2G

2) Model Moser

a. Model Moser merupakan teknik analisis gender yang didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat teknis dan politis. Model ini berasumsi adanya konflik dalam proses perencanaan dan transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu debat.

b. Alat utama model Moser:

Identifikasi peranan gender dalam “tri peran”, yaitu peran produktif, peran reproduktif, dan peran sosial;

Penilaian kebutuhan gender kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis;

Pemisahan kontrol atas sumberdaya dan pengambil keputusan dalam rumah tangga

Menyeimbangkan peran

Matrik kebijakan Woman in Development (WID)/Gender and Development (GAD). Matriks ini dibedakan ke dalam 5 (lima) pendekatan, yaitu Kesejahteraan, Keadilan, Anti kemiskinan, Efisiensi, dan Pemberdayaan.

Melibatkan perempuan dan organisasi sadar gender

c. Keunggulan:

Perencanaan dapat dilakukan di semua tingkatan dan bergerak di luar teknis

Menolak ketidakadilan

Mempunyai alat-alat analisis yang sangat kuat

Membuat pekerjaan laki-laki dan perempuan jadi nyata

d. Kelemahan

Lebih melihat pemisahan daripada hubungan yang saling berkaitan antara aktivitas laki-laki dan perempuan

Tidak semua orang menerima konsep tri peran

Pembagian tugas antara kebutuhan praktis dan strategis tidak jelas sehingga kurang membantu

40

Pedoman Teknis P2G

3) Model SWOT

a. Teknik ini merupakan suatu analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan secara internal serta peluang dan ancaman secara eksternal

b. Aspek internal dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka menyusun program aksi, langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan memaksimalkan kekuatan, sehingga dapat mengurangi resiko dan meningkatkan efektifitas.

c. Bagan analisa SWOT:

STRENGTH WEAKNESS

OPPORTUNITY THREATS

4) Model PROBA

41

Pedoman Teknis P2G

a. Model Problem Based Approach (PROBA) merupakan suatu teknik/cara analisis gender untuk mengetahui masalah kesenjangan gender sekaligus menyusun kebijakan program dan kegiatan yang responsif gender serta rancangan monitoring dan evaluasi

b. Analisis dimulai dari ketersediaan data kesenjangan gender, oleh karena itu data terpilah kesenjangan gender merupakan elemen penting dalam melakukan analisis model ini.

c. Berikut merupakan alur kerja model PROBA:

5) Model GAP &POP

a. Model Gender Analysis Pathway (GAP) merupakan model yang dikembangkan oleh Bappenas dengan bekerjasama dengan Canadian International Development Agency (CIDA). GAP dikembangkan dengan menggunakan metodologi yang sederhana dan mudah dipahami.

42

Pedoman Teknis P2G

b. GAP adalah suatu alat analisis gender yang dapat digunakan untuk membantu para perencanan dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan.

c. Dengan menggunakan GAP, para perencana kebijakan/program /proyek/kegiatan pembangunan dapat mengidentifikasi kesenjangan gender dan permasalahan gender serta sekaligus menyusun rencana kebijakan pembangunan yang bertujuan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut.

d. Sebagai sebuah model analisis baru, GAP memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu penyempurnaan alat analisis ini mutlak diperlukan. Berikut beberapa keunggulan dan kelemahan model GAP:

KEUNGGULAN

Menghasilkan program/kegiatan yang responsif gender

Metodologi sederhana

Menggunakan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan

Setiap langkah dapat dimonitor dan dievaluasi

Cocok untuk rencana pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah

Mudah dilakukan

KELEMAHAN

Ketergantungan pada data terpilah menurut jenis kelamin

Umumnya hanya dapat digunakan pada kebijakan/program/ proyek/kegiatan yang dibayai pemerintah

Lebih membatasi pada perencanaannya

43

Pedoman Teknis P2G

Alur kerja analisis model GAP dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

6) Analisis gender dalam Pengarusutamaan Gender (PUG)

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender membutuhkan separangkat komponen kunci; salah satunya adalah melakukan analisis gender. Ada banyak kerancuan dalam memahami analisis gender dan pengarusutamaan gender. Banyak orang berpikir analisis gender itu sama pengarusutamaan gender.

Untuk dapat melaksanakan pengarusutamaan gender perlu dilakukan berbagai upaya yang mendukung dan mengefektifkan SDM, struktur organisasi, dan mekanisme yang telah dibangun serta mengembangkan jaringan kerja dengan stakeholder terkait, antara lain:

44

Pedoman Teknis P2G

Advokasi kepada para pengambil kebijakan di lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif;

Pemampuan pelaksana pengarusutamaan gender

Penyusunan perangkat pengarusutamaan gender

Fasilitasi dan mediasi mekanisme pelaksanaan pengarusutamaan gender

Membuat kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan komitmen segenap jajaran pemerintah dalam upaya pengarusutamaan gender

Pembentukan kelembagaan dan penguatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender untuk pemerintah

Pengembangan mekanisme yang mendorong terlaksananya proses konsultasi dan berjejaring

45

Pedoman Teknis P2G 46

Pedoman Teknis P2G

Lampiran 3.Tabel: Indikator Capaian Kinerja Kegiatan P2G.

Tujuan Indikator dampak (impact) SatuanSumber Informasi

2013 2014Mewujudkan kesetaraan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan, akses dan manfaat dari PNPM Mandiri Perkotaan.

a. Meningkatnya akses masyarakat miskin terhadap lingkungan permukiman yang teratur, aman dan sehat

%Kelurahan

Study/evaluasi

b. Pemanfaat puas dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan lingkungan perumahan, sarana dan prasarana.

% Pemanfaat

Study/evaluasi

c. Infrastruktur yang dibangun 20% lebih murah dibandingkan dengan yang dibangun tidak melalui pemberdayaan masyarakat

% Kelurahan

Study/evaluasi/MIS

Kepuasan masyarakat setelah sosialisasi/training dan realisasi kegiatan :- % keg infra, sosial, dan ekonomi diidentifikasi oleh perempuan - % perempuan relawan PNPM terlibat di non PNPM- % perempuan leaders PNPM di BKM /jadi pengurus aktif

Keluaran Indikator Hasil (Results) SatuanSumber Informasi

2013 20141. Terlaksananya kegiatan peningkatan

kapasitas tentang pemahaman peran yang setara antara laki-laki dan perempuan.

- Persentase peserta perempuan mengikuti pelatihan program

% 35% 45% MIS

5. Meningkatnya partisipasi dan pengambilan keputusan.

- Persentase jumlah kehadiran perempuan dalam pengambilan keputusan.

- Persentase jumlah perempuan yang aktif berbicara dalam pengambilan keputusan.

%

%

40%

40%

40%

40%

Terhadap jmlah pesertaTerhadap jmlah perempuan hadir

47

Pedoman Teknis P2G

6. Tersedianya dokumen PJM dan Renta Pronangkis yang responsif gender.

- Persentase kegiatan pada renta pronangkis yang memenuhi kebutuhan perempuan.

- Persentase jumlah pemanfaat kegiatan pada renta pronangkis.

%

%

-

40%

-

40 %

Dibicarakan kemudian

7. Terlaksananya pembangunan sesuai Renta Pronangkis yang responsif gender.

- Persentase perempuan penerima manfaat kegiatan renta pronangkis.

- Jumlah kegiatan yang terbangun dalam renta pronangkis.

%

%

48