pedoman identifikasi pasien review

20
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS SYAFIRA NOMOR : .…./……/…/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN DI RS SYAFIRA PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN BAB I DEFINISI 1.1. Latar belakang Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit pada Bab IV Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit pasal 8, berbunyi ayat (1) Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan pasien, ayat (2) Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut : Ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif , peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat- pasien operasi ,pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan resiko pasien jatuh. Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan

Upload: marni-sianturi

Post on 17-Dec-2015

534 views

Category:

Documents


67 download

DESCRIPTION

identifikasi

TRANSCRIPT

LAMPIRANSURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS SYAFIRANOMOR : ..///2015TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN DI RS SYAFIRA

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

BAB IDEFINISI

1.1. Latar belakangPada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit pada Bab IV Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit pasal 8, berbunyi ayat (1) Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan pasien, ayat (2) Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut : Ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif , peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-pasien operasi ,pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan resiko pasien jatuh.

Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu; pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Maka rumah sakit perlu membuat kebijakan dan atau pedoman secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan atau pedoman memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau pedoman juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit seperti di pelayanan rawat jalan, unit pelayanan gawat darurat atau ruang operasi termasuk identifikasi pasien pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diindentifikasi. 1.2 Kebijakan1. UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang keselamatan pasien rumah sakit. 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis5. SK Direktur tentang Kebijakan Identifikasi Pasien

1.3 Tujuan1. Tujuan UmumUntuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien yang datang berobat dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan ,pengobatan tindakan atau prosedur.

2. Tujuan Khususa. Mencegah kesalahan atau kekeliruan pemberian pelayanan di unit rawat jalan, rawat darurat, dan ruang operasi.b. Mencegah kesalahan atau kekeliruan sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.c. Mencegah kesalahan atau kekeliruan sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinik.d. Mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

1.4 Sasaran

Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ketepatan identifikasi yakni untuk membedakan pasien satu dengan pasien yang lainnya dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan pengobatan tindakan / prosedur. Maka sasaran identifikasi pasien tersebut dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Sasaran ketepatan identifikasi adalah 1. Bayi baru lahir2. Pasien sadar 3. Pasien tidak sadar ( kasus kecelakan, meninggal, koma ) 4. Pasien rawat jalan, gawat darurat, rawat inap.5. Pasien pada saat sebelum pemberian tindakan operasi.6. Pasien pada saat sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis7. Pada saat sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur.8. Bagi bayi, identifikasi juga dilakukan sebelum mentransfer pasien dari kamar bayi ke kamar ibu 9. Pasien pada saat sebelum pemberian diet pasien.

1.5 Definisi1. Rumah Sakit adalah insitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat.2. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa pencegahan kecacatan lebih lanjut.3. Dalam Pereturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medik disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien.4. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, secara langsung dan tidak langsung di rumah sakit.

BAB IIRUANG LINGKUPPedoman ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit. Pasien diidentifikasi saat di Instalasi Gawat Darurat atau poliklinik untuk pasien yang akan rawat inap.Petugas Penanggung jawab1. Seluruh staf Rumah Sakita) Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasienb) Memastikan identifikasi pasien yang benar ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.c) Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien; termasuk hilangnya gelang pengenal.2. Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)a) Bertanggungjawab memakaikan gelang pengenal pasien dan memastikan kebenaran data yang tercatat di gelang pengenal.b) Memastikan gelang pengenal terpasang dengan baik. Jika terdapat kesalahan data, gelang pengenal harus diganti, dan bebas coretan.3. Kepala Instalasi / Kepala Ruanga) Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur identifikasi pasien dan menerapkannya.b) Menyelidiki semua insidens salah identifikasi pasien dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insidens tersebut.

BAB IIITATA LAKSANA

3.1 Pemberian identitas pasien 1. Sistem Penamaan PasienSistem penamaan dalam pengidentifikasi pasien adalah tata cara penulisan nama seseorang yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien lain dan untuk memudahkan dalam pengindeksan data base pasien sebagai Indeks Utama Pasien (IUP) secara komputeriasi. Sistem penamaan yang digunakan di RS Syafira adalah dengan memberikan identitas kepada seorang pasien serta membedakan antara pasien satu dengan pasien lainnya, sehingga mempermudah / memperlancar di dalam memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke RS Syafira. Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas identifikasi khususnya petugas admission adalah :a. Nama pasien sendiri terdiri dari satu suku kata atau lebihb. Penulisan nama sesuai dengan KTP/SIM/PAPSOR yang masih berlakuc. Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru yyang disempurnakan dengan menggunakan huruf cetak/capital.d. Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya harus disesuaikan dengan paspor yang berlaku di Indonesiae. Bila seorang bayi baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai nama, maka penulisan namanya adalah Bayi Ny. Xxxf. Tulisan harus jelas dapat terbaca oleh orang lain dan tidak ada penghapusan Tip Ex jika terjadi kesalahan pembetulannya diberi paraf dan tulisan yang diubah masih dapat dibaca.g. Penulisan nama menggunakan nama asli pasien bukan nama samaran atau panggilan.Adapun cara penulisannya adalah sebagai berikut :a. Cara Penulisan Nama Pasien :Nama pada KTP/SIM:PANDHU BAGUS SAMIAJINama pada Kartu pasien:PANDHU BAGUS SAMIAJINama pada IUP/data dasar pasien:PANDHU BAGUS SAMIAJINama pada Gelang pasien:PANDHU BAGUS SAMIAJI

b. Cara Penulisan Nama Pasien Bayi :Nama ibu:ROSITA DEWINama pada bayi:By.Ny.ROSITA DEWINama pada IUP/data dasar pasien:By.Ny.ROSITA DEWINama pada gelang bayi:By.Ny.ROSITA DEWI

Apabila pada kunjungan selanjutnya bayi telah memiliki nama, maka nama yang digunakan adalah namanya saat ini. Maka hanya petugas admission yang berwenang dapat merubah nama bayi sesuai dengan namanya sekarang.c. Petunjuk SilangDengan penulisan nama pasien sesuai dengan KTP/SIM/PASPOR serta diharapkan seorang pasien hanya memiliki satu nomor pasien. Apabila ditemukan seorang pasien memiliki lebih dari satu nomor rekam medis maka berkas medis tersebut harus digabungkan menjadi satu nomor dimana berkas nomor tersebut juga digabung, biasanya nomor yang digunakan adalah nomor rekam medis yang pertama. Tetapi terlebih dahulu harus dicocokan antara tanggal lahir, alamat, serat identitas lainnya apakah benar-benar sesuai antar keduanya.

2. Sistem Pemberian Nomor Pasien Pengidentifikasian pasien dengan menggunakan sistem penomoran yaitu tata cara penulisan nomor rekam medis yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Pemberian nomor / numbering Sistem pada pasien yang masuk rumah sakit baik rawat jalan, rawat darurat dengan cara : Unit Numbering Sistem (setiap pasien hanya memiliki satu nomor rekam medis selama berobat/dirawat) di RS Syafira. yang bertujuan agar nomor rekam medis yang dipergunakan tidak terjadi penggandaan. Ketentuan pada sistem penomoran meliputi :a. Pada pasien yang berobat jalan maupun rawat inap diberikan satu nomor rekam medis.b. Nomor dokumen rekam medis terdiri atas 6 (enam) digit mulai dari 00 00 00 sd. 99 99 99.c. Sebagai kendali nomor yang akan digunakan dibuatkan buku bank nomor.

Untuk Bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pada penomoran, ketentuannya adalah bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri tidak disamakan dengan nomor rekam medis ibunya.

Sistem penomoran yang digunakan di unit Rekam Medis RS Syafira mempergunakan nomor Unit Numbering System yaitu pada saat seorang penderita berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun untuk dirawat, kepadanya diberikan satu nomor (Admitting Number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan didalam satu berkas dibawah satu nomor. Satu problem yang biasa sering timbul dalam sistem unit adalah bertambahnya satu rekam medis satu rekam medis menjadi berjilid-jilid karena seringnya penderita tersebut mendapatkan pelayanan (dirawat) di rumah sakit. Dalam penanganan dokumen rekam medis yang terlalu tebal, ketentuannya sebagai berikut : a. Pada dokumen rekam medis yang terlalu tebal maka dibuatkan jilid yang barub. Pada saat dokumen rekam medis di jilid maka harus dibuatkan catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya, missal : Jilid 1 dari 2, Jilid 2 dari 2.c. Dokumen yang dijilid masih menggunakan nomor rekam medis yang sama.

3. Data Base Pasien Sebagai Indeks Utama Pasien.Indeks utama pasien adalah salah satu cara menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka indeks utama pasien yang tersimpan dalam database computer akan membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan. Indeks utama pasien merupakan kunci utama bagi setiap pasien baru yang disimpan selamanya. Indeks utama pasien disimpan berdasarkan atas ringkasan klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan pasien. Karena IUP merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka harus dibuat selengkap mungkin. Dalam IUP memuar data identitas pasien yang harus dibuat secara terperinci dan lengkap, antara lain :

a. Nama lengkap pasienb. Nomor rekam medisc. Tempat/ Tanggal lahird. Jenis kelamine. Alamat lengkapf. Nama Ayahg. Nama Ibuh. Nama Suami / Istrii. Agama j. Pekerjaank. Statusl. Penanggung jawabm. Tanggal Kunjungan awal

3.2 Pemberian gelang pada pasien

Dalam mewujudkan pencapaian ketepatan identifikasi pada pasien guna mencegah kesalahan dan kekeliruan pemberian pelayanan atau pengobatan maka perlu diadakan langkah-langkah untuk tercapainya tujuan tersebut. Salah satu langkah dalam mewujudkan ketepatan identifikasi pasien adalah dengan cara memberikan gelang pada setiap pasien dengan kriteria tertentu. Dengan adanya pemberian gelang pasien maka akan memudahkan dan mencegah terjadinya kesalahan pada petugas pemberi pelayanan. Gelang pasien juga harus memiliki berbagai warna yang disesuaikan dengan jenis kelamin dan kondisi derajat kesehatan pasien. Setiap petugas rumah sakit harus memahami maksud warna gelang tersebut, guna mencegah terjadinya angka kejadian yang tidak diharapkan. Kriteria pada gelang gelang pasien tersebut meliputi antara lain

1. Pemberian identitas pada gelang pasienAgar memudahkan petugas kesehatan membedakan pasien satu dengan yang lain maka gelang pasien harus tercantum identitas si pasien tersebut.antara lain nama lengkap pasien, nomor rekam medis,dan tanggal lahir Adapun prosedur tetap dalam pemberian identitas pada gelang pasien sebagai berikut :a. Pada gelang pasien tertulis nama lengkap pasienb. Pada gelang pasien tertulis nomor rekam medis pasien/tanggal daftarc. Pada gelang pasien tertulis tanggal lahir pasien dan umurd. Pada gelang pasien tertulis jenis kelamine. Pada gelang pasien tertulis dokter penanggung jawab pasien

Petugas admission harus benar-benar menuliskan data identitas pada gelang pasien secara lengkap,benar, jelas dan terbaca. Adapun kriteria warna gelang untuk membedakan kondisi pasien dengan yang lain, antara lain :a) Gelang berwarna biru untuk pasien laki-lakib) Gelang berwarna merah muda untuk pasien perempuanc) Gelang berwarna merah untuk pasien yang memiliki alergid) Gelang berwarna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh e) Gelang berwarna putih sebagai tanda identifikasi untuk pasien-pasien (biasanya bayi yang baru lahir) yang tidak/ belum jelas jenis kelaminnyaf) Gelang berwarna ungu sebagai tanda identifikasi untuk pasien-pasien dengan kategori do not resuscitate (DNR)

Contoh pemberian identitas pada gelang pasien :a. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki

b. Pasien Bayi Baru Lahir

3.3 Prosedur Pemakaian Gelang Pengenal1) Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.2) Pakaikan gelang pengenal di pergelangan tangan pasien yang dominan, jelaskan dan pastikan gelang tepasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.3) Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang pengenal tidak boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.4) Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki. Pada situasi di mana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang pengenal dapat dipakaikan di baju pasien di area yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat di rekam medis pasien.5) Gelang pengenal harus dipasang ulang jika baju pasien diganti dan harus selalu menyertai pasien sepanjang waktu.6) Pada kondisi tidak memakai baju, gelang pengenal harus menempel pada badan pasien dengan menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini harus dicatat di rekam medis pasien.7) Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah sakit.8) Gelang pengenal pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pasien, yaitu: Nama pasien dengan maksimal 2 suku kata ( nama depan dan nama tengah, khusus untuk pasien neonatus menggunakan nama ibu. Misal Bayi Ny.....) Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun) Nomor rekam medis pasien9) Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien. Warna biru untuk laki-laki, warna merah muda untuk pasien perempuan.10) Nama tidak boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.11) Identifikasi ditulis tangan jika sistem elektronik tidak bisa digunakan dan tetap mencantumkan tiga aspek sesuai point 2. Identitas ditulis menggunakan tinta warna hitam dengan background putih.12) Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang pengenal. Ganti gelang pengenal jika terdapat kesalahan penulisan data.13) Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.14) Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di rumah sakit.15) Periksa ulang 3 detail data di gelang pengenal sebelum dipakaikan ke pasien.16) Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: Siapa nama Anda? (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti Apakah nama anda Ibu Susi?)17) Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pasien kepada keluarga / pengantarnya. Jika mungkin, gelang pengenal jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan jawaban pasien dengan data yang tertulis di gelang pengenalnya.18) Pengecekan gelang pengenal dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.19) Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan gelang pengenal terpasang dengan baik.20) Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang pengenal.21) Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang pengenal:a. Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti: Menolak penggunaan gelang pengenal Gelang pengenal menyebabkan iritasi kulit Gelang pengenal terlalu besar Pasien melepas gelang pengenalb. Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika gelang pengenal tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis.c. Jika pasien menolak menggunakan gelang pengenal, petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pasien dengan benar sebelum dilakukan prosedur kepada pasien.

3.4 Manfaat dan bahaya jika menolak menggunakan gelangUntuk mengantisipasi dan mencegah hal yang tidak diharapkan pada pasien maka petugas khususnya yang merawat pasien perlu menjelaskan manfaat dan bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang, dan perlu juga dibuat peraturan rumah sakit yang mewajibkan setiap pasien yang dirawat harus menggunakan gelang pasien. Adapun prosedur tetap dalam menjelaskan manfaat dan bahaya jika menolak menggunakan gelang yaitu :

Setiap hari petugas pendaftaran rawat inap menyiapkan gelang pasien Setelah dokter/perawat menganamnesa pasien dan menegakan diagnose masuk di unit gawat darurat, perawat menginformasikan kepada petugas pendaftaran rawat inap jika pasien memiliki kondisi alergi atau resiko jatuh. Petugas mengisi identitas pada gelang pasien. Pemilihan warna gelang disesuaikan dengan jenis kelamin serta kondisi pasien jika pasien tersebut beresiko jatuh atau alergi obat. Gelang pasien diserahkan ke petugas keperawatan agar gelang tersebut segera dipasangkan di tangan pasien. Sebelum pemasangan gelang, perawat menjelaskan manfaat dan bahaya jika pasien / keluarganya menolak menggunakan gelang Perawat juga harus menyampaikan atau mengingatkan pasien ketika perawat atau dokter atau petugas lainnya agar mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan pelayanan. Penjelasan manfaat dan bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang sebagai berikut : Manfaat pemasangan gelang, meliputi ; Petugas dapat mengidentifikasi pasien dengan mudah sebelum memberikan pelayanan,pengobatan atau tindakan Petugas mampu mengenali pasien dengan pasien yang beresiko jatuh dan mempunyai indikasi alergi obat, yang dilihat dari warna gelang Mencegah terjadinya kesalahan dan kekeliruan pada saat pemberian pelayanan,pengobatan dan tindakan.

Bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang Petugas mengalami kesulitan dalam proses indentifikasi Petugas maupun pasien mempunyai resiko besar terjadinya kesalahan dalam pemberian pelayanan. Dapat menimbulkan peningkatkan angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.Pemilihan gelang juga memerlukan perhatian khusus oleh rumah sakit. Spesifikasi gelang yang baik antara lain ;a. Gelang tidak mudah terlepas, yang dimaksud adalah gelang digunakan satu kali pakai dan tidak bisa dilepas.b. Identitas yang tercantum pada gelang pasien tidak mudah terhapus atau sifatnya permanen.c. Jenis gelang juga harus nyaman ketika dipakai oleh pasien,dan berbahan lentur tanpa melukai tangan pasien.

3.5 Identifikasi pada bayi baru lahir

Dalam penanganan identifikasi pada bayi baru lahir maka perlu dibuatkan prosedur yang benar dengan tujuan memberi kejelasan,dan menerangkan langkah identifikasi bayi baru lahir agar tidak terjadi bayi tertukar atau hilang dan kesalahan dalam pemberian pelayanan. Adapun prosedur tetapnya sebagai berikut :

1. Prosedur Indetifikasi bayi baru lahir a. Setelah bayi lahir, bila keadaan ibu/bayi memungkinkan segera disusulkan pada ibu dan ditunjukkan keadaan dan jenis kelamin bayi oleh petugas penolong kelahiran bayi.b. Bayi lahir dirumah sakit dibuat nomor rekam medis baru.c. Tulis tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, panjang bayi, berat bayi, ciri-ciri yang ada, nama ibu, nama ayah, alamat serta anak ke.....d. Beri gelang bayi yang berisi identitas, nama ibu, berat bayi, dan panjang bayi serta no. Reg gelang bayi.e. Gelang tersebut dipasang pada pergelangan tangan kanan bayi.f. Gelang merah muda untuk bayi perempuan dan gelang biru untuk bayi laki-laki.g. Pada RM.20 dibubuhkan : Cap ibu jari tangan kanan ibu. Cap ibu tangan kiri bayi. Cap kedua telapak kaki bayi. Dan terisi secara lengkap dan benarh. Dibox tempat bayi diruang perinatologi dipasang kartu identitas yang meliputi : nama bayi/ibu, berat badan, hari/ tanggal/jam lahir, jenis kelamin, nama DPJPi. Pada waktu penderita pulang, ibu (keluarga yang mewakili) agar menandatangani pernyataan penyerahan bayi disaksikan oleh petugas yang menyerahkan.

3.6 Identifikasi pasien dengan alergia. pasien harus dipastikan memiliki riwayat alergi atau tidak sebelum mondok/ diobatib. gelang identifikasi alergi berwarna merah dikenakan di salah satu pergelangan tangan dan harus dicantumkan nama allergen dengan jelasc. data alergi harus terdokumentasi di rekam medis pasien

3.7 Identifikasi pasien dengan resiko jatuha. pasien dengan resiko jatuh adalah pasien dengan agitasi, agresi, delirium yang belum membaik, geriatri , anak dan pasien lain dengan kebutuhan kekangb. gelang identifikasi pasien dengan resiko jatuh berwarna kuning c. pasien agitasi, agresi dan kebuituhan kekang yang beresiko membahayakan dirinya dan merusak gelang yang dikenakan di pergelangan tangan dapat dikenakan di pergelangan kaki dan apabila pasien sudah membaik dan tenang, gelang tidak perlu dipindahkan.

3.8 Identifikasi pasien DNRa. DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. CPR atau cardiopulmonary resuscitation adalah suatu prosedur medis yang digunakan untuk mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi) dan pernapasan spontan pasien bila seorang pasien mengalami kegagalan jantung maupun pernapasan. b. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan, telah mendapat penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat, atau wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan, atau oleh surrogate decision-makerDengan pertimbangan tertentu, hal-hal di bawah ini dapat menjadi bahan diskusi perihal DNR dengan pasien/walinya:i. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau CPR hanya menunda proses kematian yang alamiii. Pasien tidak sadar secara permaneniii. Pasien berada pada kondisi terminaliv. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan gelang identifikasi pasien dengan DNR berwarna ungu yang dikenakan di salah satu pergelangan tangan dengan pencantuman nama pasien, jenis kelamin, nomor rekam medis dan tanggal lahir

3.9 Pemantauan dan evaluasi dengan mengembangkan system pelapoan insiden Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka harus dirancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Dengan cara membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di rumah sakit. Dalam memonitoring system tersebut maka harus ada pelaporan dilaporkan setiap bulannya tentang insiden kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC).

Pelaporan insiden adalah suatu siystem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran. Dengan adanya pelaporan tersebut maka rumah sakit mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat kesukesan system identifikasi pasien ini diterapkan.

BAB IVDOKUMENTASITelah disusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien di RS Syafira yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh petugas identifikasi dalam memberikan pelayanan,pengobatan dan tindakan, dengan tujuan mencegah kesalahan pemberian penanganan pada pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan spesifik dalam keselamatan pasien.Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien ini masih perlu untuk disempurnakan, oleh sebab itu diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk ikut memberikan sumbang saran demi perbaikan dan penyempurnaan sistem ini.