pdrb kota bandung menurut lapangan usaha tahun 2008 - 2011

Upload: ryzky-jamaludin

Post on 12-Oct-2015

517 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PDRB kota Bandung

TRANSCRIPT

  • PDRBProduk Domestik Regional Bruto

    Menurut Lapangan Usaha

    Kota Bandung Tahun 2008 - 2011

    Katalog BPS Nomor : 9205.3273

    BADAN PUSAT STATISTIKKOTA BANDUNG

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOKOTA BANDUNGTAHUN 2008 - 2011

    ISSN : 0854.9304

    No. Publikasi : 3273.1201

    Katalog BPS : 9205.3273

    Jumlah halaman : 75 halaman

    Ukuran buku : 18,2 cm x 25,7 cm

    Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

    Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

    Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Bandung

    Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

  • Tim Penyusun

    Penyunting : Ir. Hj. Sri Daty

    Ir. Ima Primasari

    Penulis : Isti Larasati Widiastuty, SST, MP

    Pengolah data/

    Penyiapan Draft : Ir. Ima Primasari

    Isti Larasati Widiastuty, SST, MP

    Jonrial Nasution

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    i

    KATA PENGANTARPembangunan ekonomi dilakukan semata-mata untuk

    meningkatan kesejahteraan rakyat, demikian halnya pembangunanekonomi di Kota Bandung. Strategi pembangunan yang dilakukanbeberapa dekade terakhir ini tidak hanya memacu pertumbuhanekonomi, namun bagaimana pertumbuhan ekonomi yang terciptatersebut dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. PublikasiProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota BandungTahun 2008 - 2011 diharapkan dapat memberikan gambaran awaltentang kondisi makro hasil pembangunan ekonomi di Kota BandungTahun 2008 - 2011.

    Publikasi PDRB Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 ini memuatgambaran mengenai laju pertumbuhan ekonomi, strukturperekonomian, perkembangan ekonomi, dan pendapatan per kapitamasyarakat Kota Bandung dari tahun 2008 sampai dengan tahun2011.

    Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalampenerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku inibermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakandan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusanyang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikandimasa yang akan datang.

    Bandung, September 2012BPS Kota Bandung

    Kepala,

    Ir. Hj. Sri DatyNIP. 19591107 198503 2 002

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    ii

    DAFTAR ISI

    Uraian Hal

    Kata Pengantar .......................... i

    Daftar Isi .......................... ii

    Bab I Pendahuluan........................ 1

    1.1. Latar Belakang ........................... 1

    1.2. Maksud dan Tujuan............................ 3

    1.3. Jenis dan Sumber Data.......................... 4

    Bab II Metodologi .......................... 5

    2.1. Konsep dan Definisi .......................................... 5

    2.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional.................... 11

    2.3 Cara Penyajian PDRB.............................. 12

    2.4 Metode Penghitungan PDRB 14

    2.5 Penyajian Angka Indeks..... . .. 17

    Bab III Uraian Sektoral ...................... 20

    3.1 Sektor Pertanian............................ 20

    3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................... 24

    3.3 Sektor Industri Pengolahan ........................ 26

    3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ....................... 30

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    iii

    3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ........................ 32

    3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ....................... 33

    3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................... 35

    3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan....... 40

    3.9. Sektor Jasa-Jasa ...................................... 43

    Bab IV Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi .............. 46

    4.1. Struktur Ekonomi............................................................. 46

    4.2. Pertumbuhan Ekonomi ............... 75

    4.3. PDRB Per Kapita..... 85

    Bab V Perbandingan Regional Wilayah BandungRaya .........................................................................

    89

    5.1. Struktur Ekonomi............................................................. 89

    5.2. Pertumbuhan Ekonomi ............... 94

    5.3. PDRB Per Kapita..... 96

    Daftar Pustaka ........ 100

    Lampiran .. 101

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di

    mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-

    sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

    pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu

    lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

    (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 :108).

    Todaro (dalam Arsyad, 1999 : 5) mengemukakan bahwa keberhasilan

    pembangunan ekonomi ditunjukan oleh tiga nilai pokok, yaitu ; (1)

    berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

    pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)

    masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan

    masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan

    salah satu dari hak asasi manusia. Maka harus disadari bahwa

    pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, tidak terbatas pada

    bagaimana meningkatkan angka PDRB saja, namun lebih pada

    bagaimana mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi serta

    meningktakan kualitas hidup masyarakat. Perlu juga disadari bahwa

    pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang tidak

    terlepas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dunia luar,

    mengingat sistem pembangunan ekonomi di negara kita bersifat

    terbuka. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi krisis ekonomi dunia

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    2

    beberapa waktu lalu, berimbas pada kondisi ekonomi dalam negeri

    termasuk Kota Bandung.

    Kondisi perekonomian global yang cenderung membaik sejak

    terjadinya krisis keuangan tahun 2008 lalu akibat krisis di Amerika

    Serikat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan

    ekonomi nasional. Perbaikan ekonomi global dan nasional ternyata

    cukup memberikan dampak positif bagi perbaikan perekonomian di

    Kota Bandung. Pertumbuhan pembangunan ekonomi Kota Bandung

    diantaranya dapat ditunjukkan melalui peningkatan angka

    pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011 Laju Pertumbuhan Ekonomi

    (LPE) Kota Bandung mencapai 8,73 persen, meningkat positif dari

    tahun 2010 yang berada pada level 8,45 persen.

    Perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73

    persen pada tahun 2011 tidak lepas dari tumbuhnya perekonomian

    hampir seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang memberikan

    kontribusi pertumbuhan relatif tinggi pada tahun 2011 diantaranya

    adalah sektor bangunan/konstruksi serta sektor perdagangan, hotel

    dan restoran. Pada tahun 2011 ini seluruh sektor tumbuh positif,

    termasuk sektor pertanian dimana pada tahun sebelumnya mengalami

    konstraksi pertumbuhan hingga minus 14,94 persen, sedangkan tahun

    2011 ini mampu tumbuh sekitar 5,89 persen. Demikian halnya dengan

    sektor industri pengolahan yang mengalami peningkatan LPE

    dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 3,70 persen.

    Jika diamati setiap tahunnya kondisi perekonomian cukup

    berfluktuasi akibat kondisi internal perusahaan/usaha juga

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    3

    dipengaruhi oleh kondisi eksternal, baik kondisi wilayah, kondisi di

    dalam negeri maupun kondisi global. Oleh karena pemantauan kondisi

    perekonomian secara berkala perlu dilakukan dalam setiap tahapan

    pembangunan ekonomi. Dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,

    dan evaluasi pembangunan ketersediaan data dan indikator

    perekonomian makro secara berkala perlu tersedia dalam kurun waktu

    yang relatif cepat.

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah

    satu indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau

    perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2008 -

    2011 kiranya dapat dijadikan salah satu bahan/kerangka acuan dalam

    penetapan kebijakan ekonomi makro, baik moneter maupun sektor

    riil, sehingga proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota

    Bandung masa mendatang akan lebih tepat sasaran.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah

    untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota

    Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian. Adapun secara

    rinci tujuan tersebut adalah :

    1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi

    pembangunan di Kota Bandung tahun 2008 - 2011.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    4

    2. Mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian,

    perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota

    Bandung tahun 2011.

    1.3 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini

    adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio

    biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi : Sektor

    Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri

    Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi,

    Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan

    Komunikasi, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-Jasa, serta data jumlah

    penduduk pertengahan tahun.

    Data di atas bersumber dari data primer hasil survei/sensus

    rutin Badan Pusat Statistik, seperti : Survei Industri Besar Sedang

    Tahunan, Survei Hotel Tahunan, Survei Konstruksi Tahunan, Survei

    Harga, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dan Sensus

    Penduduk (SP) Tahun 2010, proyeksi penduduk untuk penghitungan

    Dana Alokasi Umum (DAU). Disamping itu juga bersumber dari data

    sekunder berdasarkan pengumpulan data instansi terkait, serta survei

    khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei Khusus

    Pendapatan Regional (SKPR) Tahun 2012.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    5

    BAB II METODOLOGI

    2.1 Konsep dan Definisi

    2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih

    dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income)

    merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah

    dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik

    Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:

    a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRBadalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang

    dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu

    wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun.

    PDRB = NTB

    PDRB = (Output Biaya Antara)

    PDRB = ((Produksi x Harga) Biaya Antara)

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    6

    b. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRBadalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor

    produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu

    wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas

    jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa

    tanah, bunga modal dan keuntungan (surplus usaha) yang

    kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak

    tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik

    Regional Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal

    tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen

    pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk

    Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai

    tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha.

    PDRB = Upah Gaji + Surplus Usaha +

    Pajak tak langsung netto + Penyusutan

    c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach),PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi

    rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani

    rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal

    tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor

    neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor

    dikurangi impor.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    7

    PDRB = Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi

    Pemerintah + PMTB + Perubahan

    Inventori (Stok) + Ekspor - Impor

    Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa

    jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu

    wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan

    harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai

    keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar

    harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.

    2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku

    PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik

    pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai

    tambah.

    2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan

    PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau

    tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun

    komponen nilai tambah.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    8

    2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB

    Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB

    atas dasar harga konstan.

    2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB

    Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan

    terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan

    Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan.

    LPE =PDRB adhk t PDRB adhk t-1

    x 100PDRB adhk t-1

    2.1.6 PDRB per Kapita

    PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.

    PDRB per Kapita =PDRB

    Penduduk pertengahan tahun

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    9

    2.1.7 Pendapatan Regional

    PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk

    wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor

    produksi yang mengalir keluar.

    2.1.8 Pendapatan per Kapita

    Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan

    regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam

    kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima

    oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum

    tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh

    karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih

    menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan

    demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan

    kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau

    balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses

    produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan

    product originated.

    2.1.9 Produk Regional Bruto

    Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik

    penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa

    faktor produksi yang mengalir ke luar.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    10

    2.1.10 Produk Regional Neto

    Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan

    penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika

    dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk

    regional neto atas dasar biaya faktor produksi.

    2.1.11 Pajak tak langsung neto

    Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak

    tak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi

    sebaliknya.

    Selanjutnya produk regional neto atas dasar biaya faktor

    disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan

    pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota

    Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang

    benar-benar diterima penduduk Kota Bandung belum dapat

    dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus

    pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian

    ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang

    berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus

    dihitung sebagai pendapatan Kota Bandung. Demikian juga

    sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk

    luar Kota Bandung harus dikeluarkan.

    Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat

    disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    11

    PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan

    daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa

    faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di

    daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran

    "Production Originated".

    2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional

    PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk

    memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya :

    1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan

    kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu

    wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan

    sumber daya ekonomi yang besar.

    2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang

    memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.

    3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk

    menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan

    maupun sektoral dari tahun ke tahun.

    4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor

    menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan

    peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor

    ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan

    basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    12

    5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai

    PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.

    6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk

    mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

    2.3 Cara Penyajian PDRB

    PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku

    dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

    menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

    menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga

    konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

    dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu

    (tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai

    tahun dasar.

    a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar

    harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai

    produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai

    tambah dan komponen pengeluaran PDRB.

    b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000 , PDRB dinilai

    seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun

    dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari

    tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil

    dan bukan disebabkan kenaikan harga.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    13

    Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator

    ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik

    birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha.

    Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE),

    Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita.

    Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan

    menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah

    sebagai berikut :

    1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

    2. Pertambangan dan Penggalian

    3. Industri Pengolahan

    4. Listrik, Gas, dan Air bersih

    5. Bangunan/Konstruksi

    6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

    7. Pengangkutan dan Komunikasi

    8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

    9. Jasa-jasa

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    14

    2.4 Metode Penghitungan PDRB

    2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku

    Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu

    metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode

    langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu

    pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan

    pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil

    yang sama. Dalam metode tak langsung nilai tambah di suatu

    wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu

    kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan

    ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator

    yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi

    tersebut.

    2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan

    PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung

    dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan

    PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat

    cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga

    konstan, yaitu :

    a. Revaluasi

    b. Ekstrapolasi

    c. Deflasi

    d. Deflasi berganda

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    15

    a. Revaluasi

    Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan

    biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000.

    Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga

    konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga

    konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.

    Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap

    biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input

    yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat

    memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara

    atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara

    output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio

    tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.

    b. Ekstrapolasi

    Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan

    2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun

    dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai

    ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi

    yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi

    seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap

    cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.

    Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan

    output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    16

    rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan

    nilai tambah atas dasar harga konstan.

    c. Deflasi

    Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh

    dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku

    masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang

    digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga

    konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya.

    Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam

    keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru

    diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan

    dengan indeks harga tersebut.

    d. Deflasi Berganda

    Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan

    biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara

    output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang

    digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar

    harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau

    indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya,

    sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari

    komponen input terbesar.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    17

    Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya

    antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena

    indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam

    penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak

    dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik

    regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan

    menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia

    maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.

    2.5 Penyajian Angka Indeks

    Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB

    disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam

    bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah

    sebagai berikut :

    2.5.1. Indeks Perkembangan

    Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan

    pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan

    dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut :

    IP =PDRB it

    x 100 %PDRB i0

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    18

    dimana :

    IP = Indeks Perkembangan

    i = Sektor 1,2,...,9

    t = Tahun t

    0 = Tahun dasar

    2.5.2. Indeks Berantai

    Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat

    pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai

    pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya

    dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut :

    IB =PDRB it

    x 100 %PDRB i(t-1)

    di mana :

    IB = Indeks Berantai

    i = Sektor 1,2,,9

    t = Tahun t

    t-1 = Tahun sebelumnya

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    19

    2.5.3. Indeks Implisit

    Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga

    dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks

    Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga

    berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian

    dikalikan 100.

    Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut :

    IH =PDRB atas dasar harga berlaku it

    x 100PDRB atas dasar harga konstan it

    di mana :

    IH = Indeks Implisit

    i = Sektor 1,2,,9

    t = Tahun t

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    20

    BAB III URAIAN SEKTORAL

    Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup

    ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor,

    cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar

    harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber

    data yang digunakannya.

    3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan DanPerikanan

    3.1.1. Tanaman Bahan Makanan

    Sub sektor ini mencakup komoditi

    tanaman bahan makanan seperti padi, jagung,

    ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah,

    kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan dan hasil-hasil

    produksi ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil dari

    pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk,

    gaplek dan sagu.

    Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas

    Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data

    harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.

    NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

    pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    21

    kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian

    hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan

    menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan

    hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan

    oleh Badan Pusat Statistik.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

    revaluasi.

    3.1.2. Tanaman Perkebunan

    Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang

    diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa,

    kopi, kapok teh, tebu, tembakau, cengkeh,

    kemiri, kina, lada, pala, panili, serat

    karung, tembakau serta tanaman

    perkebunan lainnya, termasuk produk

    ikutannya dan hasil-hasil pengolahan

    sederhana seperti gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan dan

    teh olahan.

    Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan sedangkan

    data harga berupa harga perdagangan besar dikumpulkan oleh Badan

    Pusat Statistik.

    Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung

    dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu

    setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya,

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    22

    kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh

    dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang

    merupakan hasil SKPR.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

    revaluasi. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan data

    harga dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.

    Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

    dinyatakan tidak ada.

    3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya

    Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil,

    unggas maupun hasil-hasil ternak seperti susu segar dan telur. Yang

    dimaksud dengan Produksi Peternakkan adalah banyaknya ternak

    yang lahir dan penambahan berat ternak.

    Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan

    menggunakan rumus:

    Data jumlah ternak yang

    dipotong, populasi ternak dan keluar

    masuk ternak diperoleh dari Dinas

    Pertanian, sedangkan data harga

    diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

    Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun)+ (ternak keluar - ternak yang masuk)

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    23

    Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

    pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak

    dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya

    antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya

    antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar

    harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.

    3.1.4. Kehutanan.

    Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu

    bakar, arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga

    diperoleh dari Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan

    Propinsi Regional Barat.

    Nilai tambah bruto atas dasar

    harga dihitung dengan cara Pendekatan

    Produksi yaitu mengalikan terlebih

    dahulu jenis produksi kehutanan dengan

    masing-masing harganya, kemudian

    dikurangi biaya antara. Biaya antara dperoleh dengan menggunakan

    ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

    Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil

    dan dinyatakan tidak ada.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    24

    3.1.5. Perikanan

    Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan

    darat, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman

    ikan).

    NTB atas dasar harga berlaku

    dihitung dengan cara output

    dikurangi biaya antara. Nilai output

    perikanan diperoleh dari Dinas

    Pertanian sedangkan biaya antara

    diperoleh dari hasil perkalian rasio

    biaya antara terhadap outputnya. Besarnya rasio biaya diperoleh

    dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh

    Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung

    dengan cara Revaluasi.

    3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian

    Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan

    Gas Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor

    ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan

    pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis,

    barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di

    alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak

    mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    25

    3.3.1. Pertambangan

    Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi,

    batu bara, biji emas dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari

    Badan Pusat Statistik (BPS).

    NTB atas dasar harga berlaku

    diperoleh dengan cara Pendekatan Produksi,

    yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis

    produksi dengan harganya, kemudian

    dikurangi biaya antara yang diperoleh dari

    hasil survei yang dilakukan oleh BPS.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

    Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil

    dan dinyatakan tidak ada.

    3.2.2. Penggalian.

    Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala

    jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, batu dan lain-lain yang

    pada umumnya berada pada permukaan bumi. Komoditi yang

    dicakup adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil,

    batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir

    kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya.

    Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik

    (BPS), Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat

    Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    26

    antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan outputnya.

    Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Penggalian

    yang dilakukan Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan PPTM.

    NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

    pendekatan produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB

    atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi

    dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk

    Barang-barang Galian. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya

    sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.

    3.3. Sektor Industri Pengolahan

    3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas)

    Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan

    minyak bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah,

    minyak diesel, avtur, avigas dan sebagainya.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan

    Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai

    output dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei.

    NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan

    metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak

    Bumi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

    dinyatakan tidak ada.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    27

    3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas.

    Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)

    1997 kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok,

    yaitu :

    1. Industri makanan, minuman dan tembakau

    2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki

    3. Industri kayu

    4. Industri kertas dan percetakan

    5. Industri kimia dan barang-barang dari kimia

    6. Industri barang galian bukan logam

    7. Industri logam dasar

    8. Industri barang dari logam

    9. Industri pengolahan lainnya

    Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan adanya

    kekurangsesuaian dalam mengklasifikasikan beberapa kegiatan

    ekonomi, maka KLUI 1997 disempurnakan menjadi Klasifikasi Baku

    Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2000. Kegiatan industri

    mencakup kegiatan :

    1. Industri makanan dan minuman (kode 15)

    2. Industri pengolahan tembakau (kode 16)

    3. Industri tekstil (kode 17)

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    28

    4. Industri pakaian jadi (kode 18)

    5. Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode 19)

    6. Industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur)

    dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya

    (kode 20)

    7. Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya (kode 21)

    8. Industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman

    (kode 22)

    9. Industri batubara, pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas

    bumi, barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi dan

    bahan bakar nuklir (kode 23)

    10. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24)

    11. Industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik (kode 25)

    12. Industri barang galian bukan logam (kode 26)

    13. Industri logam dasar (kode 27)

    14. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya (kode

    28)

    15. Industri mesin dan perlengkapannya (kode 29)

    16. Industri mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan

    data (kode 30)

    17. Industri mesin listrik lainnya dan perlengkapannya (kode 31)

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    29

    18. Indutri radio, televisi dan peralatan komunikasi serta

    perlengkapannya (kode 32)

    19. Industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi,

    peralatan optik, jam dan lonceng (kode 33)

    20. Industri kendaraan bermotor (kode 34)

    21. Industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat

    atau lebih (kode 35)

    22. Industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36)

    23. Daur ulang (kode 37)

    Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang

    sudah terklasifikasi berdasarkan KBLI berdasarkan jumlah tenaga

    kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan

    meliputi kegiatan industri besar dan sedang, industri kecil, dan

    industri rumah-tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri

    dengan tenaga kerja 100 orang dan lebih, Industri Sedang mencakup

    kegiatan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang.

    Industri Kecil dan Rumah tangga mencakup kegiatan industri kecil

    yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang dan industri rumahtangga

    yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang.

    NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang

    di hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output

    dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari

    Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun

    dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan untuk industri kecil

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    30

    dan rumah tangga dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah

    tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu Survei

    Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan BPS.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang-

    barang Industri.

    3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih

    3.4.1. Listrik

    Subsektor listrik ini mencakup

    kegiatan pembangkitan dan penyaluran

    tenaga listrik yang diselenggarakan oleh

    Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan non

    PLN. NTB atas dasar harga berlaku

    dihitung dengan menggunakan metode Pendekatan Produksi yaitu

    output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian

    produksi listrik PLN dan Non PLN dengan tarif listrik yang datanya

    diperoleh dari PLN dan Survei Listrik Non PLN, sedangkan biaya

    antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai

    outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan oleh

    Badan Pusat Statistik.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan

    metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi Listrik.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    31

    3.4.2. Gas Kota

    Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang

    biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan

    Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output

    dan biaya antara diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap

    tahun oleh Badan Pusat Statistik.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks

    Produksi Gas.

    Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

    dinyatakan tidak ada.

    3.4.3. Air Bersih

    Subsektor ini mencakup kegiatan

    proses pembersihan, pemurnian dan proses

    kimiawi lainnya untuk menghasilkan air

    minum serta pendistribusian dan

    penyalurannya baik yang dilakukan oleh

    Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    32

    antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan

    oleh Badan Pusat Statistik.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode

    Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.

    3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

    Sektor ini mencakup segala

    kegiatan pembangunan fisik

    (kontruksi), baik berupa gedung,

    jalan, jembatan dan kontruksi

    lainnya yang dilakukan oleh

    perusahaan maupun yang dilakukan

    oleh perorangan.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

    yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara

    di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non AKI

    ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang

    Bangunan.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    33

    3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran

    3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran.

    Perdagangan besar ini

    meliputi kegiatan pengumpulan dan

    penjualan kembali barang baru

    maupun bekas oleh pedagang dari

    produsen atau importir ke pedagang

    besar lainnya atau pedagang eceran.

    Perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya

    melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah

    sifat, baik barang baru atau barang bekas.

    NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

    konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode arus barang

    (Commodity Flow) yaitu output dihitung berdasarkan besarnya

    margin perdagangan yang timbul akibat perdagangan barang-barang

    dari sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta

    barang dari impor dikurangi biaya antara.

    3.6.2. Hotel

    Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang

    menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat

    penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel-hotel

    berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    34

    yang digunakan untuk menginap untuk

    menginap seperti losmen dan hotel.

    NTB atas dasar harga berlaku

    dihitung dengan Pendekatan Produksi

    yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai

    output diperoleh dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan

    rata-rata tarif per kamar. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio

    biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks

    Jumlah Kamar yang Terjual.

    3.6.3. Restoran

    Sub sektor ini mencakup kegiatan

    usaha penyediaan makanan dan

    minuman jadi yang pada umumnya

    dikonsumsi di tempat penjualan.

    Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam

    sub sektor ini seperti rumah makan,

    warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh

    dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per

    kapita selama setahun denga jumlah penduduk pertengahan tahun.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    35

    Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara yang diperoleh

    dari SKPR dengan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.

    3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi

    3.7.1. Angkutan Rel

    Sub sektor ini mencakup

    pengangkutan barang dan penumpang

    dengan menggunakan alat angkut kereta

    api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI.

    NTB atas dasar harga berlaku

    dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu

    output dikurangi biaya antara. Nilai output

    dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT. KAI.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks

    Penumpang dan Barang.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    36

    3.7.2. Angkutan Jalan Raya

    Sub sektor ini mencakup kegiatan

    pengangkutan barang dan penumpang

    dengan menggunakan alat angkut

    kendaraan jalan raya baik bermotor

    maupun tidak bermotor. Termasuk disini

    kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan

    (rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh

    dengan cara jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per

    kendaraan. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara

    dikalikan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Revaluasi.

    3.7.3. Angkutan Laut

    Subsektor ini mencakup kegiatan

    pengangkutan penumpang dan barang

    dengan menggunakan kapal laut yang

    beroperasi di dalam dan ke luar daerah

    domestik oleh Perusahaan angkutan Laut.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    37

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya

    antara diperoleh dari SKPR.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks

    Jumlah Penumpang dan Barang.

    Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

    dinyatakan tidak ada.

    3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan

    Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan

    penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik

    bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan

    dengan alat angkut kapal ferri.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari

    biaya antara diperoleh dari SKPR.

    Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas

    dasar harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah

    Penumpang dan Barang.

    Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan

    dinyatakan tidak ada.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    38

    3.7.5. Angkutan Udara

    Sub sektor ini mencakup

    kegiatan pengangkutan penumpang

    dan barang dengan menggunakan

    pesawat udara yang diusahakan oleh

    perusahaan penerbangan yang

    beroperasi di daerah tersebut.

    NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan

    Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan

    biaya antara diperoleh dari SKPR.

    Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas

    dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya

    Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.

    3.7.6. Jasa penunjang angkutan

    Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan

    memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu

    jasa pelabuhan udara, laut, darat (terminal dan

    parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat,

    keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol,

    jasa parkir dan lain-lain.

    NTB atas dasar harga berlaku

    menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    39

    output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara

    diperoleh dari SKPR.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga

    Konsumen (IHK).

    3.7.7. Komunikasi

    Subsektor ini meliputi kegiatan jasa

    Pos & Giro meliputi kegiatan pemberian

    jasa kepada pihak lain dalam hal

    pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro

    dan jasa tabungan. Telekomunikasi meliputi

    kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman

    berita melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa penunjang

    komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil

    (pager) dan telepon seluler (ponsel).

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung

    dengan Pendekatan Produksi yaitu output

    dikurangi biaya antara. Nilai output dari

    kegiatan pos dan giro, dan telekomunikasi

    diperoleh dari Laporan Keuangan Perum Pos

    dan Giro, dan PT. Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan

    penunjang komunikasi diperoleh dari survei seperti wartel dan alokasi

    (seperti radio panggil, telepon selular).

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    40

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah

    surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk

    kegiatan telekomunikasi.

    3.8. Sektor Keuangan, Persewaan Dan JasaPerusahaan

    3.8.1. Bank

    Sub sektor ini mencakup

    kegiatan bank sentral dan bank

    komersial yang memberikan jasa

    keuangan pada pihak lain seperti:

    menerima simpanan terutama dalam

    bentuk giro dan deposito, memberikan

    kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang,

    mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga,

    mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan

    sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan

    sebagainya.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya

    antara diperoleh dari Laporan Bank Indonesia.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    41

    3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya

    Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi,

    Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam,

    dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga

    mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal,

    dan jasa penunjang lainnya misalnya pialang,

    penjamin emisi dan sebagainya.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung

    dengan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya.

    Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga

    Konsumen (IHK).

    3.8.3. Sewa Bangunan

    Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan

    dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun

    bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen,

    gelanggang olah raga, serta usaha persewaan tanah persil.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    42

    NTB atas dasar harga

    berlaku dihitung dengan

    Pendekatan Produksi yaitu

    output dikurangi biaya antara.

    Nilai output diperoleh dari

    perkalian antara pengeluaran

    konsumsi rumah tangga per

    kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas

    perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah

    penduduk pertengahan tahun.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

    metode Deflasi dengan deflatornya IHK Perumahan.

    3.8.4. Jasa Perusahaan

    Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum

    (Advokat dan Notaris), jasa akuntansi

    dan pembukuan, jasa pengolahan dan

    penyajian data, jasa bangunan/arsitek

    dan teknik, jasa periklanan dan riset

    pemasaran, jasa fotocopy, serta jasa

    persewaan mesin dan peralatan.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output

    diperoleh dari perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    43

    per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara diperoleh dengan cara

    mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Revaluasi.

    3.9. Sektor Jasa-Jasa

    3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.

    Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa

    yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk

    kepentingan rumah tangga serta masyarakat

    umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan

    umum, pertahanan dan keamanan dan

    sebagainya.

    3.9.2. Jasa Swasta

    Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak

    swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan

    rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    44

    3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan

    Sub sektor ini mencakup

    kegiatan jasa pendidikan, kesehatan,

    riset/penelitian, palang merah, panti

    asuhan, panti wreda, yayasan

    pemeliharaan anak cacat (YPAC),

    rumah ibadat dan sejenisnya, baik

    yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh

    dari hasil perkaliaan jumlah indikator produksi misalnya jumlah

    murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti

    asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing

    indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian

    ratio biaya antara dengan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Revaluasi.

    3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi

    Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa

    bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub,

    bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan

    kegiatan hiburan lainnya.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    45

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan

    Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh

    dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan rata-rata

    tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara

    diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

    menggunakan metode Revaluasi.

    3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga

    Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada

    umumnya melayani perorangan dan rumah tangga

    misalnya bengkel sepeda, salon, jasa reparasi,

    pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang

    jahit, semir sepatu dan sejenisnya.

    NTB atas dasar harga berlaku dihitung

    dengan Pendekatan Produksi yaitu output

    dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian

    jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan

    rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis

    kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya

    antara dengan nilai outputnya.

    NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

    metode Revaluasi.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    46

    BAB IV STRUKTUR DAN PERKEMBANGANEKONOMI

    Pembangunan ekonomi Kota Bandung sejak terjadi hantaman

    krisis moneter tahun 1998 lalu semakin menunjukan upaya

    pemulihan, walaupun pada tahun 2008 lalu sempat terimbas oleh

    krisis ekonomi global yang melanda beberapa negara dunia sebagai

    pangsa tujuan ekspor Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi

    mengalami perlambatan. Pada tahun 2011 ini perekonomian Kota

    Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73 persen, ditopang dengan

    pertumbuhan positif seluruh sektor ekonomi. Untuk mengetahui

    gambaran mengenai perkembangan pembangunan ekonomi di Kota

    Bandung, berikut ini disajikan gambaran struktur ekonomi, laju

    pertumbuhan ekonomi, serta pendapatan per kapita masyarakat Kota

    Bandung tahun 2011.

    4.1 Struktur Ekonomi

    Struktur ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh

    potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM)

    yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pengelolaan SDA dan SDM yang

    dilakukan melalui pembangunan pada dasarnya adalah suatu upaya

    perbaikan kondisi perekonomian untuk meningkatkan kekayaan dan

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    47

    kesejahteraan manusia. Bagaimana cara pengelolaan potensi ini dan

    bagaimana masyarakat dilibatkan pada akhirnya berpengaruh pada

    tingkat kesejahteraan masyarakat.

    Indikator yang seringkali digunakan untuk menggambarkan

    struktur ekonomi wilayah adalah distribusi persentase sektoral

    (lapangan usaha). Distribusi persentase PDRB secara sektoral

    menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara

    keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar

    pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi

    suatu daerah. Oleh karenanya dengan hanya melihat pertumbuhan

    suatu sektor akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor

    tersebut dalam PDRB. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai

    penimbang apabila kita ingin melihat pertumbuhan sektoral dengan

    teliti, disamping untuk menilai sampai sejauh mana tahap

    industrialisasi yang sudah dijalani oleh wilayah yang diteliti.

    Fenomena umum dari struktur perekonomian suatu wilayah

    seperti yang dikemukakan A.G.B Fisher dapat dilihat dengan

    mengelompokkan struktur perekonomian menjadi tiga kelompok.

    Clark bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu

    wilayah maka peranan sektor primer semakin menurun, tetapi

    sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat

    (BPS Provinsi Jawa Barat, 2003).

    Pengelompokan sembilan sektor (lapangan usaha) menjadi tiga

    kelompok sektor, yaitu :

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    48

    1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku

    melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti

    tanah dan deposit di dalamnya; yaitu sektor Pertanian dan

    Pertambangan & Penggalian (sektor 1 dan 2).

    2. Sektor Sekunder yaitu yang mengolah bahan baku baik

    yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder sendiri,

    menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini

    mencakup sektor Industri Pengolahan, Listrik , Gas dan Air

    Bersih dan sektor Konstruksi (sektor 3,4 dan 5).

    3. Sektor Tersier, atau dikenal juga sebagai sektor Jasa, yaitu

    sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik

    melainkan dalam bentuk jasa, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel

    dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor

    Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta

    sektor Jasa-jasa (sektor 6,7,8 dan 9).

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

    berlaku pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun

    sebelumnya, yaitu dari Rp 82.002,176 milyar pada tahun 2010

    menjadi Rp 95.612,863 milyar, atau meningkat sebesar 16,60 persen.

    Persentase peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya Nilai

    Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku seluruh sektor ekonomi

    pada tahun 2011.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    49

    Tabel 4.1 PDRB Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor

    Tahun 2008 2011 (Milyar Rupiah)

    Kelompok Sektor 2008 2009 2010*) 2011**)[1] [2] [3] [4] [5]

    Atas Dasar Harga Berlaku

    Sektor Primer 156,03 168,08 161,74 192,74

    Sektor Sekunder 19.516,07 22.049,08 25.709,92 29.108,99

    Sektor Tersier 40.772,38 48.064,00 56.130,51 66.311,13PDRB ADHBerlaku 60.444,49 70.281,16 82.002,18 95.612,86

    Atas Dasar Harga Konstan 2000

    Sektor Primer 71,51 74,46 63,34 67,07

    Sektor Sekunder 9.481,08 9.914,47 10.421,65 10.991,84

    Sektor Tersier 17.426,32 19.239,34 21.212,29 23.404,72PDRB ADHKonstan 2000 26.978,91 29.228,27 31.697,28 34.463,63

    Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

    Jika dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sektor

    perekonomian, maka sama halnya dengan kondisi tahun sebelumnya

    sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang memberikan

    kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2011. NTB

    atas dasar harga berlaku kelompok sektor tersier berjumlah sebesar Rp

    66.311,13 milyar atau berkontribusi sebesar 69,35 persen terhadap total

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    50

    PDRB Kota Bandung. Namun demikian pada tahun 2011 ini

    pertumbuhan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku masih lebih

    rendah jika dibandingan dengan sektor primer, dimana pada tahun

    2011 sektor tersier secara harga berlaku mampu tumbuh sekitar 18,14

    persen. Adapun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk

    sektor primer tumbuh sekitar 19,17 persen.

    Jika dinilai atas dasar harga konstan maka NTB kelompok

    sektor tersier memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB atas

    dasar harga konstan Kota Bandung sebesar 67,91 persen atau Rp

    23.404,72 milyar. Demikian pula halnya dengan laju pertumbuhan,

    kelompok sektor tersier memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi

    jika dibandingkan kelompok sektor lainnya yaitu mencapai 10,34

    persen. Relatif tingginya peningkatan NTB secara nominal dan laju

    pertumbuhan ekonomi kelompok sektor tersier merupakan penunjang

    utama meningkatnya kinerja perekonomian Kota Bandung dari tahun

    2010 ke tahun 2011.

    Sektor sekunder sebagai penopang perekonomian kedua

    setelah sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 30,44 persen

    pada tahun 2011 (atas dasar harga berlaku). Pada tahun 2011, NTB

    atas dasar harga berlaku kelompok sektor sekunder mengalami

    peningkatan menjadi Rp 29.108,99 milyar, dimana pada tahun 2010

    mencapai Rp 25.709,92 milyar. Adapun jika dihitung berdasarkan

    harga konstan tahun 2000, maka kelompok sektor sekunder pada

    tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 5,47 persen

    dibandingkan NTB tahun 2010.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    51

    NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor primer yang

    diwakili oleh sektor pertanian, pada tahun 2011 ini mengalami

    pertumbuhan positif sebesar 19,17 persen setelah mengalami kontraksi

    pada tahun 2010 yang berada pada level minus 14,94 persen. NTB atas

    dasar harga berlaku sektor primer pada tahun 2011 ini mencapai

    Rp 192,74 milyar, sedangkan NTB atas dasar harga konstan untuk

    sektor primer pada tahun 2011 mencapai Rp 67,07 milyar.

    Berdasarkan nilai nominal tersebut, maka pada tahun 2011 kontribusi

    kelompok sektor primer terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung

    tidak terlalu banyak berubah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu

    sebesar 0,20 persen.

    Pergeseran struktur ekonomi semakin jelas terlihat seiring

    dengan perkembangan Kota Bandung. Pergeseran struktur ekonomi

    dari kota industri menjadi kota jasa dan perdagangan semakin jelas

    terlihat dari struktur ekonomi tahun 2011. Hal ini dapat dimaklumi

    dengan semakin sempitnya lahan untuk kegiatan industri, sehingga

    kegiatan industri di perkotaan pindah ke daerah pinggiran kota

    sebagai daerah penyangga ibukota provinsi. Namun demikian sektor

    industri di Kota Bandung masih dapat dikembangkan untuk

    mendukung perekonomian Kota Bandung, yaitu industri yang tidak

    terlalu membutuhkan lahan relatif luas terutama industri kreatif yang

    semakin banyak tumbuh di Kota Bandung.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    52

    Grafik 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung

    Menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 - 2011

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Jika dirinci menurut sembilan sektor ekonomi maka terlihat

    bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6) merupakan

    sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kota

    Bandung. Kemudian sektor industri pengolahan dan sektor

    pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    53

    Tabel 4.2 Struktur Perekonomian Kota Bandung Menurut Sektor EkonomiTahun 2008-2011 (Persen)

    Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)[1] [2] [3] [4] [5]

    Sektor Primer 0,26 0,24 0,20 0,20Pertanian 0,26 0,24 0,20 0,20Pertambangan dan Penggalian - - - -Sektor Sekunder 32,29 31,37 31,35 30,44Industri Pengolahan 25,72 24,49 24,38 23,51Listrik, Gas dan Air Bersih 2,26 2,30 2,31 2,30Konstruksi 4,31 4,59 4,67 4,63Sektor Tersier 67,45 68,39 68,45 69,35Perdagangan, Hotel dan Restoran 40,09 40,95 40,61 41,25Pengangkutan dan Komunikasi 11,73 11,77 11,97 12,38Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan 6,41 6,26 6,23 6,37

    Jasa-jasa 9,22 9,40 9,64 9,35PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

    Pada tahun 2011 sektor perdagangan, hotel, dan restoran

    (sektor 6) memberikan kontribusi sebesar 41,25 persen. Adapun sektor

    industri pengolahan (sektor 3) memberikan kontribusi sebesar 23,51

    persen pada perkonomian tahun 2011 dan merupakan kontributor

    kedua terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Jika dilihat

    berdasarkan tahapan industrialisasi yang ditetapkan oleh UNIDO atau

    Bank Dunia maka pada tahun 2011 ini Kota Bandung berada pada

    tahapan semi industrialisasi, dimana konstribusi NTB sektor industri

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    54

    terhadap PDRB berada pada kisaran 20 30 persen. Kondisi ini

    menunjukkan telah terjadi pergeseran, dimana pada era 1990-an

    hingga awal tahun 2000-an Kota Bandung berada pada tahapan

    industri penuh (kontribusi NTB industri > 30 persen) dan saat ini

    sudah beralih pada tahapan semi industrialisasi.

    Sektor yang juga memberikan kontribusi relatif tinggi adalah

    sektor pengangkutan dan komunikasi (sektor 7) dengan peranan

    sebesar 12,38 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2011.

    Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sektor pengangkutan

    dan komunikasi mengalami peningkatan peran, dimana pada tahun

    sebelumnya berkontribusi sekitar 11,97 persen, atau meningkat sekitra

    0,41 persen. Kemudian sektor jasa-jasa (sektor 9) memberikan

    kontribusi sebesar 9,35 persen pada pembentukan PDRB tahun 2011.

    Sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan pada tahun

    2011 memberikan kontribusi sekitar 6,37 persen terhadap

    pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011, mengalami

    peningkatan sebesar 0,14 persen dari tahun sebelumnya. Sektor listrik,

    gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar 2,30 persen.

    Adapun NTB sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 0,20

    persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2010

    maupun 2011.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    55

    Grafik 2. Struktur Ekonomi Kota Bandung MenurutLapangan Usaha Tahun 2011

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Apabila analisis dirinci menurut sub sektor untuk masing-

    masing sektor maka akan terlihat jelas peranan dan pertumbuhan

    masing-masing sub sektor terhadap perekonomian Kota Bandung.

    Berdasarkan analisis ini dapat terlihat sub sektor atau bahkan kegiatan

    produksi apa saja yang menjadi unggulan di Kota Bandung dan

    berpotensi untuk terus dikembangkan.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    56

    Sektor Pertanian

    Tabel 4.3 menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor

    pertanian yang dirinci menurut sub sektor, yaitu Tanaman Bahan

    Makanan (Tabama), Peternakan, dan Perikanan. Berdasarkan tabel 4.3

    terlihat bahwa Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar

    harga berlaku menunjukan perkembangan positif setiap tahunnya.

    Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku

    tahun 2009 sebesar Rp 168,08 milyar mengalami penurunan menjadi

    Rp 161,74 milyar pada tahun 2010. Jika dibandingkan dengan sektor

    lain NTB sektor pertanian relatif kecil, di samping itu pada tahun 2010

    sektor pertanian di Kota Bandung mengalami penurunan nilai tambah

    sebagai akibat dari menurunnya produksi padi di Kota Bandung

    hampir setengahnya dari tahun lalu.

    Berkurangnya lahan pertanian di Kota Bandung yang bergeser

    menjadi wilayah permukiman dan lahan usaha selain pertanian

    menjadikan semakin rendahnya sumbangan sub sektor tanaman

    bahan makanan terhadap NTB pertanian. Sub sektor tabama pada

    tahun 2010 berjumlah sebesar Rp 40,96 milyar, menurun sebesar

    32,65 persen dari tahun sebelumnya. Menurunnya NTB sub sektor

    tabama lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya produksi padi-

    padian. Produksi padi-padian pada tahun 2010 mengalami penurunan

    yang cukup signifikan.

    Namun karena keterbatasan lahan pertanian yang ada kiranya

    peningkatan sektor pertanian dari sub sektor tabama khususnya

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    57

    kegiatan padi-padian relatif sulit dilakukan secara maksimal. Oleh

    karena itu kiranya perlu direncanakan peningkatan produktivitas

    pertanian tabama dengan mengintensifkan hasil, tanpa memperluas

    areal penanaman.

    Tabel 4.3 Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga BerlakuDirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011(Milyar Rupiah)

    Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)[1] [2] [3] [4] [5]

    Tanaman BahanMakanan 56,56 60,83 40,96 49,61

    Perkebunan - - - -Peternakan 84,80 90,36 101,40 120,37Kehutanan - - - -Perikanan 14,67 16,89 19,38 22,76Sektor Pertanian 156,03 168,08 161,74 192,74

    Sumber : BPS Kota Bandung

    *) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

    Sub sektor peternakan merupakan sub sektor pertanian yang

    memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 62,45 persen terhadap

    total nilai tambah sektor pertanian pada tahun 2011. Pada tahun 2010

    NTB sub sektor peternakan sebesar Rp 101,40 milyar dan meningkat

    menjadi Rp 120,37 milyar pada tahun 2011. Relatif tingginya NTB sub

    sektor peternakan di Kota Bandung dikarenakan tingginya

    pemotongan hewan ternak terutama sapi potong dan ayam potong

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    58

    sehingga nilai produksi peternakan menjadi tinggi. Hal ini berkaitan

    erat dengan cukup tingginya nilai konsumsi daging sapi dan daging

    ayam dari masyarakat Kota Bandung, walaupun pembesaran ternak di

    Kota Bandung relatif sedikit namun pemotongan dan impor relatif

    besar.

    Grafik 3. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga BerlakuTahun 2011 (Milyar Rupiah)

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Sub sektor perikanan cukup memberikan kontribusi terhadap

    NTB pertanian. Pada tahun 2011 NTB sub sektor perikanan sebesar

    Rp 22,76 milyarmengalami peningkatan dari tahun 2010 yang

    mencapai Rp 19,38 milyar. Mengingat keterbatasan lahan perikanan

    yang ada di Kota Bandung, maka kegiatan perikanan yang memiliki

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    59

    potensi untuk dikembangkan pembudidayaannya adalah kegiatan

    perikanan hias.

    Sektor Industri Pengolahan

    Sektor industri pengolahan sebagai kontributor kedua terhadap

    penciptaan PDRB di Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami

    peningkatan positif dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 NTB

    sektor industri pengolahan sebesar Rp 19.990,52 milyar maka pada

    tahun 2011 meningkat menjadi Rp 22.482,06milyar pada tahun 2011.

    Peningkatan NTB industri pengolahan atas dasar harga berlaku

    sebesar 12,46 persen ditopang oleh peningkatan proses produksi dari

    beberapa kegiatan industri.

    NTB atas dasar harga berlaku tahun 2011 tertinggi adalah NTB

    kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kegiatan ini memiliki

    NTB terbesar dari sektor industri pengolahan, walaupun

    pertumbuhannya relatif paling rendah jika dibandingkan dengan

    kegiatan lainnya. Besarnya kontribusi kegiatan industri tekstil, barang

    dari kulit dan alas kaki terhadap pembentukan NTB sektor industri

    pengolahan dan PDRB Kota Bandung maka ketika terjadi peningkatan

    atau penurunan sedikit saja dari angka pertumbuhan ekonomi

    kegiatan ini akan berpengaruh pada angka pertumbuhan ekonomi

    sektor industri pengolahan dan Kota Bandung secara umum.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    60

    Tabel 4.4 Nilai Tambah Bruto Sub Sektor Industri Pengolahan Tanpa MigasAtas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kelompok Kegiatan di KotaBandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)

    Kelompok Kegiatan 2008 2009 2010 *) 2011**)[1] [2] [3] [4] [5]

    Makanan, minuman dantembakau 1.037,43 1.240,24 1.418,77 1.769,22

    Tekstil, barang kulit danalas kaki 9.271,09 9.825,66 11.229,11 12.005,96

    Barang kayu dan hasilhutan lainnya 184,70 203,48 238,01 270,84

    Kertas dan barang cetakan 244,00 288,70 349,19 425,94Pupuk, kimia dan barangdari karet 1.203,79 1.404,53 1.628,44 1.818,97

    Semen dan barang galianbukan logam 39,32 52,38 58,37 72,89

    Logam dasar dan baja 1,48 1,58 1,83 2,17Alat angkutan, mesin danperalatannya 3.297,04 3.890,73 4.702,86 5.673,70

    Barang lainnya 269,86 301,10 363,94 442,37Sub Sektor Industritanpa migas 15.548,70 17.208,40 19.990,52 22.482,06

    Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

    Misalnya saja, ketika terjadi hantaman badai krisis yang menimpa

    usaha tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang mengakibatkan

    anjloknya volume dan nilai produksi, maka akan langsung

    berpengaruh pada kondisi sektor industri pengolahan dan PDRB Kota

    Bandung. Hal ini disebabkan sebagian besar kegiatan industri tekstil,

    barang dari kulit, dan alas kaki di Kota Bandung memiliki

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    61

    ketergantungan impor yang sangat tinggi khususnya dari penyediaan

    bahan baku, juga ketergantungan pangsa pasar ekspor hasil produksi.

    Grafik 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri PengolahanTahun 2008 2011(Persen)

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Secara umum struktur sektor industri pengolahan masih belum

    mengalami pergeseran dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan

    industri tekstil, pakaian jadi, barang dari kulit dan alas kaki masih

    menjadi penopang utama sektor industri pengolahan di Kota Bandung.

    Saat ini yang mengalami pergeseran adalah jenis kegiatannya, di mana

    industri tekstil yang memerlukan lahan yang cukup luas untuk

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    62

    beroperasi bergeser ke wilayah-wilayah pinggiran Kota Bandung.

    Industri tekstil yang saat ini cukup berkembang di Kota Bandung

    adalah industri tekstil kreatif yang berbasis pada fashion.

    Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

    Sektor selanjutnya yaitu listrik, gas, dan air Bersih masih

    mengalami pertumbuhan positif dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya. Perkembangan NTB sektor listrik, gas dan air bersih

    (sektor 4 ) pada tahun 2011 terlihat dari peningkatan NTB sektor ini

    dari tahun 2010. Pada tahun 2011 NTB sektor listrik, gas dan air bersih

    sebesar Rp 2.201,59 milyar meningkat sekitar 16,32 persen dari tahun

    2010.

    Tabel 4.5 Nilai Tambah Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Atas DasarHarga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota BandungTahun 2008- 2011 (Milyar Rupiah)

    Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)[1] [2] [3] [4] [5]

    Listrik 1.199,93 1.418,74 1.671,11 1.937,61Gas - - - -Air Bersih 163,43 197,99 221,55 263,98Sektor Listrik, Gasdan Air Bersih

    1.363,36 1.616,73 1.892,66 2.201,59

    Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    63

    Sektor Konstruksi

    Peningkatan NTB sektor listrik, gas dan air bersih seiring

    dengan perkembangan pembangunan fisik di Kota Bandung, seperti

    pemukiman penduduk, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan.

    Demikian halnya dengan sektor konstruksi, NTB sektor konstruksi

    pun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jika dihitung

    berdasarkan harga konstan, peningkatan kinerja sektor konstruksi

    pada tahun 2010 relatif cukup tinggi. Hal ini didukung oleh adanya

    pembangunan infrastruktur di Kota Bandung yang giat dilakukan di

    tahun ini, seperti pembangunan Stadion Utama Sepak Bola (SUS)

    Gedebage yang mulai pembangunan pada tahun 2011 serta perbaikan

    jalan di berbagai ruas jalan di Kota Bandung. Pada tahun 2010 NTB

    atas dasar harga berlaku sektor konstruksi (sektor 5) sebesar Rp

    3.826,74 milyar dan meningkat sekitar 15,64 persen menjadi Rp

    4.425,33 milyar pada tahun 2011. Dengan kata lain, NTB sektor

    konstruksi atas dasar harga berlaku memberikan kontribusi pada

    pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011 sebesar 4,63 persen.

    Adapun jika dihitung atas dasar harga konstan, NTB sektor konstruksi

    pada tahun 2011 mencapai Rp 1.782,53 milyar atau meningkat sebesar

    11,94 persen dari tahun sebelumnya.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    64

    Grafik 5. Nilai Tambah Bruto Sektor Konstruksi Atas Dasar Harga BerlakuTahun 2008 -2011 (Milyar Rupiah)

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

    Selanjutnya, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan

    cukup signifikan setiap tahunnya adalah Sektor perdagangan, hotel,

    dan restoran (sektor 6). Pergeseran struktur ekonomi Kota Bandung

    dari kota industri menjadi kota jasa ditunjukkan dengan semakin

    meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran

    terhadap perekonomian Kota Bandung.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    65

    Tabel 4.6 Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran AtasDasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub SektorDi Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)

    Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)

    [1] [2] [3] [4] [5]

    Perdagangan 21.782,69 25.791,44 29.642,02 35.001,95

    Hotel 598,23 753,34 988,20 1.171,32

    Restoran 1.850,88 2.236,55 2.671,35 3.262,82

    SektorPerdagangan,Hotel danRestoran

    24.231,80 28.781,33 33.301,56 39.436,.09

    Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

    Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel, dan restoran

    pada tahun 2010 sebesar Rp 33.301,56 milyar dan meningkat sekitar

    18,42 persen pada tahun 2011 menajdi Rp 39436,09 milyar. Kegiatan

    perdagangan di Kota Bandung yang menunjukkan perkembangan

    positif setiap tahunnya memberikan dampak turunan terhadap

    perkembangan beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota Bandung.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    66

    Grafik 6. Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran AtasDasar Harga Berlaku Tahun 2008 2011

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Keterkaitan ke belakang (backward linkadge) dari

    berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barang-

    barang komoditi perdagangan dari hasil industri mengalami

    peningkatan. Adapun keterkaitan ke depan (forward linkadge) dari

    meningkatnya perdagangan adalah meningkatnya permintaan

    kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan

    komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, serta

    sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar

    terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan NTB

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    67

    sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan

    dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.

    Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh

    pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka kiranya

    perlu diperhatikan lebih lanjut masalah ketersediaan barang

    perdagangan khususnya yang berbasis lokal. Ketersediaan barang-

    barang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor

    industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang

    dari produsen ke pedagang atau konsumen akhir.

    Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

    Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor

    ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor

    perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan.

    Pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikais memberikan

    kontribusi sekitar 12,38 persen, meningkat sekitar 0,42 persen

    dibandingkan peranan tahun sebelumnya. NTB sektor pengangkutan

    dan komunikasi pada tahun 2011 sebesar Rp 11.841,32 milyar.

    Meningkatnya NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun

    2011 dibandingkan tahun sebelumnya banyak ditunjang oleh

    peningkatan sub sektor pengangkutan, yaitu kegiatan angkutan rel,

    angkutan jalan, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan.

    Adapun NTB sub sektor komunikasi atas dasar harga berlaku

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    68

    mengalami pertumbuhan positif, walaupun lebih lambat jika

    dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 18,23 persen.

    Tabel 4.7 Nilai Tambah Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi AtasDasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor

    di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)

    Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)[1] [2] [3] [4] [5]

    Pengangkutan 3.921,26 4.615,73 5.446,45 6.677,78

    Angkutan Rel 275,29 298,67 350,10 419,99

    Angkutan Jalan Raya 2.167,42 2.521,53 3.039,64 3.701,55

    Angkutan Udara 1.213,83 1.500,07 1.714,37 2.138,85

    Jasa PenunjangAngkutan 264,72 295,46 342,34 417,39

    Komunikasi 3.170,33 3.656,32 4.367,51 5.163,54

    SektorPengangkutan danKomunikasi

    7.091,59 8.272,06 9.813,96 11.841,32

    *) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

    Jika dihitung atas dasar harga berlaku NTB sektor

    pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sekitar 12,38

    persen, maka jika dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, NTB

    sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sekitar 10,97 persen.

    Pada tahun 2011 ini secara rill mengalami perlambatan jika

    dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 11,25 persen.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    69

    Grafik 7. Struktur Ekonomi Sektor Pengangkutan dan KomunikasiTahun 2011

    Sumber : BPS Kota Bandung

    Perlambatan ini sebagai dampak menurunnya kinerja sektor

    angkutan udara, dimana pada tahun 2011 ini mengalami penurunan

    jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara.

    Relatif besarnya kontribusi kegiatan angkutan udara terhadap

    pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi, maka

    penurunan sedikit saja berpengaruh pada kinerja sektor secara umum.

    Jika diperhatikan secara rinci, jika dinilai atas dasar harga konstan

    (tanpa ada faktor harga/inflasi) maka kegiatan angkutan udara hanya

    tumbuh sekitar 7,32 persen, lebih rendah dari angka pertumbuhan

    tahun 2010 yang mencapai 10,24 persen.

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    70

    Sektor Keuangan, Usaha Persewaan, dan Jasa

    Perusahaan

    Sektor keuangan yang merupakan sektor penunjang dari

    seluruh aktivitas ekonomi pada tahun 2011. Sektor ini memiliki

    kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian Kota Bandung.

    Pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

    mempunyai kontribusi sekitar 6,37 persen terhadap struktur

    perekonomian Kota Bandung. Jika dibandingkan tahun sebelumnya,

    mengalami peningkatan peranan sekitar 0,14 persen.

    Tabel 4.8 Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektordi Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)

    Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)

    [1] [2] [3] [4] [5]

    Bank 1.934,46 2.151,65 2.513,29 2.961,27

    Lembaga KeuanganBukan Bank

    513,32 613,76 707,98 877,36

    Sewa Bangunan 997,45 1.126,64 1.304,91 1.602,59

    Jasa Perusahaan 431,43 510,06 584,69 653,40

    Sektor Keuangan,Persewaan danJasa Perusahaan

    3.876,66 4.402,11 5.110,88 6.094,63

    Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    71

    Jika dilihat menurut sub sektor, maka sub sektor yang

    memberikan kontribusi terbesar adalah sub sektor Bank. Hal ini

    dimaklumi karena Kota Bandung merupakan salah satu pusat

    pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat sehingga perputaran uang

    maupun kegiatan perbankan lainnya relatif besar. NTB sektor

    keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp

    6.094,63 milyar. Adapun kontribusi sub sektor Bank pada tahun 2011

    ini sekitar 48,59 persen terhadap pembentukan NTB sektor keuangan,

    persewaan dan jasa perusahaan.

    Grafik 8. Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Usaha Persewaan dan JasaPerusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011

    Sumber : BPS Kota Bandung

  • Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungTahun 2008 - 2011

    72

    Kontributor kedua adalah sub sektor usaha persewaan, yang