pdrb kabupaten merauke 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Gross Regional Domestic Product

MERAUKE 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Gross Regional Domestik Product MERAUKE 2011 Nomor Publikasi : 9401.1204 Publication Number0102 Nomor Katalog : 6340.9401 Catalog Number Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Book Size Jumlah Halaman : xiii + 118 Total Page Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Lintas Sektor Manuscript The Section of Balance Sheet of Regions and Cross

Sector Analysis Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Lintas Sektor Editor The Section of Balance Sheet of Regions and Cross

Sector Analysis Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke Art Designer Central Board Statistic of Merauke Regency Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke Published by Central Board Statistic of Merauke Regency Dicetak : CV. Sekar Wangi Printed by CV Sekar Wangi

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Merauke 2011 Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Merauke Regency 2011

BUPATI MERAUKE

SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Saya menyambut

baik dengan terbitnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Merauke tahun

2011.

Publikasi ini merupakan upaya positif yang banyak memberi manfaat, khususnya

dalam membuat berbagai kebijakan dan perencanaan pada masa mendatang dan

mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Saya menghimbau agar kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kabupaten

Merauke dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Merauke, dapat lebih

ditingkatkan guna meningkatkan mutu data statistik yang dibutuhkan dalam menunjang

perencanaan pembangunan, serta meningkatkan fungsi koordinasi dengan

instansi/lembaga terkait di tingkat kabupaten.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi

ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih.

Merauke, Agustus 2012

BUPATI MERAUKE

Drs. ROMANUS MBARAKA, MT


THE REGENT OF MERAUKE

FOREWORD

Grateful to Almighty God for the complition of the publication of 2011 Gross

Domestic Regional Product (GDRP) of Merauke Regency.

This publication is an effort that give many positive benefits, particularly in

making various policy and planning in the future and evaluate programs that has been

implemented.

Good coordination between BPS-Statistics of Merauke Regency and Regional

Development Planning Board (Bappeda) of Merauke Regency is supposed to be enhanced

in order to increase the quality as well as the quantity of the data required in development

planning, and improve the function of coordination with institutions/relevant agencies at

the regency level.

Lastly, I would like to express my profound gratitude to all parties who have

involved during the process of the completion of this publication.

Merauke, August 2012

THE REGENT OF MERAUKE

Drs. ROMANUS MBARAKA, MT


KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Merauke Tahun

2011 merupakan kelanjutan dari seri publikasi pada tahun sebelumnya. Publikasi tersebut

disusun oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke bekerja sama dengan BAPPEDA

Kabupaten Merauke.

Publikasi PDRB Kabupaten Merauke menurut lapangan usaha tahun 2011

disajikan dalam dua bagian yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar

harga kostan 2000, dimana keduanya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap

hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai serta dapat dipakai sebagai dasar dalam

perencanaan pembangunan dimasa yang akan datang.

Disadari bahwa dalam penghitungan PDRB umumnya masih mengalami kendala

karena terbatasnya data yang tersedia, sehingga beberapa data yang disajikan terutama

masih angka sementara yang akan dilakukan perbaikan pada tahun berikutnya.

Untuk itu, kritik dan saran dari pengguna data sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan pada penerbitan berikutnya.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga selesainya

publikasi ini, diucapkan terimakasih.

Merauke, Agustus 2012 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN MERAUKE

Drs. P A R D J A N, M.Si NIP. 19660925 199203 1 001


P R E F A C E

The publication of 2011 Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Merauke

Regency is the constinuation of previous GRDP publications. This publication is compiled by

BPS-Statistic of Merauke Regency cooperation with BAPPEDA of Merauke Regency.

The publications of 2011 GRDP of Merauke Regency by Industrial Origin is

presented in two types of price namely GRDP at current and 2000 constant prices, where

both of them can used for evaluate the result of development which have been reached

and can be used for devopment planning in the future.

Generally, in the estimation of GRDP still have constraint because limited of data.

So some data are presented in preliminary value and will be revised in the next year.

Therefore, criticism and suggestions from users are expected to improve in the

next publication.

Finally, I address my deep apreciation to all parties for the efforts in the

completion of this publication.

Merauke, August 2012 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN MERAUKE

Drs. P A R D J A N, M.Si NIP. 19660925 199203 1 001

DAFTAR ISI/Content vii


DAFTAR ISI

Content

KATA SAMBUTAN BUPATI KABUPATEN MERAUKE/Foreword of the Regent of

Merauke Regency ...

iii

KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MERAUKE/

Preface of the Cheaf of the BPS-Statistics of Merauke Regency ..

v

DAFTAR ISI/Contents ..... vii

DAFTAR TABEL/List of Table ... x

DAFTAR GRAFIK/List of Figures xi

BAB I

Chapter

PENDAHULUAN/Introduction 1

1.1. Pengertian PDRB/GRDPs Significance .. 2

1.2. Metode Penghitungan/Estimation Methods ... 3

1.3. Kegunaan PDRB/The Roles of GRDP .. 6

BAB II

Chapter

KONSEP DAN DEFINISI/Concept and Definition. 8

2.1. Susunan Agregat Pendapatan Regional/Regional Compostion Index of Aggregate Income ..

9

2.2. Struktur dari Pendapatan Regional/Structure of Regional Income ....

14

2.3. Penyajian PDRB atas Dasar Harga Konstan/Presentation of GRDP at Constant Price ...

23

2.4. Cara Penyajian dan Angka Index/Precentation Procedure and Index in Figures ....

27

DAFTAR ISI/Content viii


BAB III

Chapter

URAIAN SEKTORAL/Sectoral Description ....... 30

3.1. Sektor Pertanian/Agriculture .. 31

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying. 34

3.3. Sektor Industri Pengolahan/Manufacturing Industry . 36

3.4. Sektor Listrik dan Air Bersih/Electricity and Water Supply . 37

3.5. Sektor Bangunan/Construction .. 38

3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran/Trade, Hotel and Restaurant ...

38

3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi/Transportation and Communication .

40

3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan/ Finance, Building Rental, and Business Services ..

44

3.9. Sektor Jasa-Jasa/Services 48

BAB IV

Chapter

TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2010/2010

Economic Review of Merauke Regency .

51

4.1. Perkembangan PDRB 2007 2011/ The Growth of GRDP 2007 2011 ..

52

4.2. Struktur Ekonomi/Economic Structure . 53

4.3. Pertumbuhan Ekonomi/Economic Growth. 56

4.4. Analisis Share Sektor-sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi/Economic Setors Share Analysis to Economic Growth..

57

4.5. PDRB Per Kapita/Per Capita GRDP ....... 59

BAB V

Chapter

PERKEMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI/Growth of Economic

Sectors ..

62

5.1. Sektor Pertanian/Agriculture .. 63

5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying

66

5.3. Sektor Industri Pengolahan/Manufacturing Industry.. 67

5.4. Sektor Listrik dan Air Bersih/Electricity and Water Supply . 69

5.5. Sektor Bangunan/Construction .. 71

5.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran/Trade, Hotel and Restaurant ...

72

DAFTAR ISI/Content ix


5.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi/Transportation and Communication .

75

5.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan/ Finance, Building Rental, and Business Services ..

78

5.9. Sektor Jasa-Jasa/Services 80

BAB VI

Chapter

PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR/GRDP by Group of Sectors 84

LAMPIRAN/Appendices . 89

DAFTAR ISTILAH PENTING/Glosarry of Term 113

DAFTAR TABEL/Table List x


DAFTAR TABEL/ Table List

Tabel/ Table Halaman/ Page 4.1

PDRB Kabupaten Merauke Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan, 2007 2011/GRDP of Merauke Regency at Current and Constant Prices, 2007 2011

52

4.2

Analisis Share Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Merauke, 2011 (persen)/Share Analisys to Economic Growth of

Merauke Regency, 2011 (per cent)

58

6.1

PDRB Kabupaten Merauke Menurut Kelompok Sektor Tahun 2010 2011 (juta rupiah)/GRDP of Merauke Regency by Group of Sector, 2010 2011 (million rupiahs)

85

DAFTAR GRAFIK/List of Figures xi


DAFTAR GRAFIK

List of Figures

Gambar/Figures Halaman/Pages

4.1

PDRB Kabupaten Merauke ADH Berlaku dan Konstan Tahun 2000 2011/GRDP of Merauke Regency at Current and Constant Price, 2000 2011 ....................

53

4.2

Peranan Sektor Ekonomi Terhadap Permbentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, 2007 2011 (persen)/Constribution of economic Sector to GRDP at Current Price, 2007 2011 (per cent).

54

4.3

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merauke Tahun 2007 2011 (persen)/Economic Growth of Merauke Regency, 2007 2011 (percent)....

57

4.4

PDRB Per Kapita Kabupaten Merauke Tahun 2007 2011 (juta rupiah)/Per Capita GRDP of Merauke Regency, 2007 2011 (million rupiahs)

59

4.5

Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Kabupaten Merauke Tahun 2007 2011 (juta rupiah)/Growth of Per Capita GRDP of Merauke Regency, 2007 2011 (million rupiahs)..

60

5.1

Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Agricultural Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent)

64

5.2

Konstribusi Subsektor Ekonomi di Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/ Constribution of Economic Subsector of Agriculture Sector, 2011 (percent)

65

5.3

Pertumbuhan Sektor Pertambangan & Penggalian dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Mining & Quarrying Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent).

67

5.4

Konstribusi Subsektor Ekonomi di Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/ Constribution of Economic Subsector of Agricultural Industry Sector, 2011 (percent)

68

DAFTAR GRAFIK/List of Figures xii


5.5

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Manufacture Industry Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent)..

69

5.6

Pertumbuhan Sektor Listrik dan Air Bersih dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Electricity and Water Supply Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent).

70

5.7

Konstribusi Subsektor Ekonomi di Sektor Listrik dan Air Bersih Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/ Constribution of Economic Subsector of Electricity and Water Supply Sector, 2011 (percent)..

71

5.8

Pertumbuhan Sektor Bangunan Tahun 2007 2011 (persen)/ Growth of Construction Sector, 2007 2011 (percent)

72

5.9

Konstribusi Subsektor Ekonomi di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/Constribution of Economic Subsector of Trade, Hotel and Restaurant Sector, 2011 (percent)

73

5.10

Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Trade, Hotel and Restaurant Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent)..

74

5.11

Konstribusi Subsektor Ekonomi di Sektor Pengankutan dan Komunikasi Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/Constribution of Economic Subsector of Transportation and Communication Sector, 2011 (percent)

76

5.12

Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Komunikasi dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Transportation and Communication Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent).

77

5.13

Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Financial, Ownership and Business Services Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent)

79

DAFTAR GRAFIK/List of Figures xiii


5.14 Konstribusi Subsektor Ekonomi di Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/Constribution of Economic Subsector of Financial, Ownership, and Bussiness Services Sector, 2011 (percent)

80

5.15

Pertumbuhan Sektor Jasa-jasa dan Subsektornya Tahun 2007 2011 (persen)/Growth of Services Sector and Its Subsectors, 2007 2011 (percent).

81

5.16

Konstribusi Subsektor Ekonomi di Jasa-jasa Terhadap PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2011 (persen)/Constribution of Economic Subsector of Services Sector, 2011 (percent)

82

6.1

Distribusi PDRB Kabupaten Merauke Menurut Kelompok Sektor Tahun 2007-2011 (persen)/Distribution GRDP of Merauke Regency by Group of Sector, 2007-2011 (percent)

87


Introduction

Pendahuluan/Introduction 2


2

BAB/CHAPTER I

PENDAHULUAN/INTRODUCTION

1.1 Pengertian PDRB

Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang

dan jasa yang dihasilkan dari seluruh

kegiatan perekonomian di suatu daerah

/wilayah.

Dalam penghitungan PDRB

menggunakan dua macam harga yaitu

harga berlaku dan harga konstan. PDRB

atas dasar harga berlaku merupakan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada

tahun yang bersangkutan sementara PDRB

atas dasar harga konstan dihitung dengan

menggunakan harga pada tahun tertentu

sebagai tahun dasar, yaitu tahun 2000.

Penyusunan perencanaan ekonomi

suatu daerah, memerlukan berbagai jenis

data statistik yang akan digunakan sebagai

input dalam menentukan dan

mengarahkan program pembangunan

untuk mencapai hasil guna dan daya guna

yang tinggi. Program dan kebijakan

pembangunan ekonomi yang telah dilak-

sanakan hendaknya dievaluasi, baik hasil

maupun implikasinya. Hasil evaluasi

tersebut akan berbentuk ukuran kuantitatif

yang mutlak diperlukan agar dapat

memberikan gambaran tentang keadaan

masa lalu, masa kini, dan sasaran yang

akan dicapai pada masa yang akan datang.

1.1 GRDPs Significance

Gross Regional Domestic Product

(GRDP) is the aggregate of value added of

goods and services produced by whole

economic activities in a region.

The estimation of GRDP uses two

types of price namely current and constant

price. GRDP at current price is the value

added of goods and services which is

estimated by using the price at reference

year while GRDP at constant price is

estimated by using the price at a particular

year as the base year and recent base year

is 2000.

Formulation of a regional economic

planning, require different types of

statistical data that will be used as input in

determining and directing the development

program for reach the high effectiveness.

Economic development and policies

programs that have been carried out

should be evaluated, both the results and

implications. The results of the evaluation

will form an absolute quantitative measure

needed to provide a description of

circumstances in the past, present, and the

goals that will be reached in the future.



3

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi

adalah usaha dan kebijaksanaan yang

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat, memperbesar kesempatan

kerja, meningkatkan pendapatan

masyarakat, meningkatkan hubungan

ekonomi, dan mengusahakan pergeseran

kegiatan ekonomi dari sektor primer ke

sektor sekunder dan tersier. Untuk

mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi

dan pendapatan masyarakat, maka perlu

disajikan statistik pendapatan regional

secara berkala sebagai bahan perencanaan

pembangunanregional khususnya di bidang

ekonomi.

1.2. Metode Penghitungan

Terdapat empat metode yang

digunakan untuk penghitungan PDRB,

yaitu:

a. Pendekatan dari segi produksi

b. Pendekatan dari segi pendapatan

c. Pendekatan dari segi pengeluaran

d. Metode Alokasi

a. Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi dilakukan untuk

menghitung Nilai Tambah Bruto (NTB) yang

diperoleh dengan cara mengurangi output

dengan biaya antara. Yang dimaksud

dengan biaya antara adalah barang-barang

tidak tahan lama (umur pemakaian kurang

dari satu tahun atau habis dalam satu kali

pemakaian) dan jasa-jasa pihak lain yang

digunakan dalam proses produksi. Jadi,

In fact the economic development are

efforts and policies that aimed to

improving community living standards,

increasing employment opportunities,

increasing incomes, improving economic

relations, and pursue economic activities

shift from primary sector to secondary and

tertiary sectors. To determine the level of

economic growth and public revenues, it is

necessary to regional income statistics are

presented on a regular basis as a regional

development planning, especially in the

economics.

1.2. Estimation Methods

There are four types of approaches in

estimating GRDP :

a. Production Approach

b. Income Approach

c. Expenditure Approach

d. Allocation Method

a. Production Approach

This approach is also called value

added approach in which Gross Value

Added (GVA) is the output value of the

overall economic activities subtracted by

intermediate cost of each gross production

value of economic sectors. Intermediate

input is the value of goods that not durable

(usage less than one year or used up in once

wear) or value of services which used in the



4

apabila nilai output dikurangi dengan

biaya-biaya antara, maka akan diperoleh

NTB yang terdiri dari biaya faktor produksi

(upah/gaji, bunga Neto, sewa tanah,

keuntungan), penyusutan barang modal

dan pajak tak langsung neto.

Nilai output biasanya menggunakan

data sekunder dari instansi yang

bersangkutan. Sedangkan biaya antara

diperoleh dari hasil Survei Khusus Sektor

Ekonomi (SKSE). Penghitungan dengan

pendekatan produksi ini biasanya diguna-

kan untuk sektor pertanian, industri, listrik,

gas, air bersih, pertambangan dan

sebagainya.

b. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan pendapatan dilakukan

dengan menjumlahkan pendapatan, yaitu

jumlah balas jasa faktor produksi berupa

upah/gaji, bunga neto, sewa tanah dan

keuntungan, sehingga diperoleh Produk

Domestik Regional Neto atas dasar biaya

faktor. Untuk memperoleh Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga

pasar, harus ditambah dengan penyusutan

dan pajak tidak langsung neto. Pada

umumnya penghitungan dengan

pendekatan pendapatan digunakan untuk

kegiatan yang sulit dihitung dengan

pendekatan produksi, seperti sektor

pemerintahan dan jasa-jasa yang usahanya

tidak mencari untung.

production processes. So,if output value

minus intermediate input, then will be

obtained GVA which consist of production

factors cost (wage/salary, net interest, land-

rent, profits), depreciation of capital goods

and net indirect taxes.

Usually, output value is secondary data

from pertinent institution.While,

intermediate input obtained from Regional

Income Survey. Usualy, estimation with

production approach use for sectors of

agriculture, industry, electricity, gas, water

supply, mining, etc.

b. Income Approach

Income approach is the summation

of all recompense of production factors

including wage/salary, net interest, land-

rent, and profits, so the Net Regional

Domestic Product (NRDP) at factor cost will

be obtained. To obtain GRDP at market

price, NRDP at factor cost must be added by

depreciation and net indirect taxes. Usually,

estimation by this approach used to activity

which difficult to be estimated with

production approach, like goverment sector

and other non-profit institutions.



5

c. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran digunakan

untuk menghitung nilai barang dan jasa

yang digunakan oleh berbagai golongan

dalam masyarakat. Barang dan jasa yang

diproduksi oleh unit-unit produksi akan

digunakan untuk keperluan konsumsi,

pembentukan modal (investasi) dan

ekspor. Karena nilai barang dan jasa yang

dihitung hanya yang berasal dari produksi

domestik saja, maka dari komponen biaya

di atas perlu dikurangi dengan nilai impor

sehingga komponen nilai ekspor di atas

akan menjadi nilai ekspor neto. Apabila

nilai konsumsi (konsumsi rumahtangga,

pemerintah dan yayasan sosial), nilai

pembentukan modal dan ekspor neto

dijumlahkan, maka akan diperoleh nilai

Produk Domestik Regional Bruto atas

dasar harga pasar.

d. Metode Alokasi

Kadang-kadang data yang tersedia

tidak memungkinkan menggunakan ketiga

metode di atas, hingga dipakai metode

alokasi. Hal ini dapat terjadi misalnya suatu

unit produksi yang mempunyai kantor

pusat dan kantor cabang. Kantor Pusat

berada di wilayah lain, sedang kantor

cabang berada di daerah setempat.

Kantor-kantor cabang ini sering tidak dapat

membuat neraca untung rugi, sebab

neracanya dibuat di kantor pusat, sehingga

tidak dapat diketahui berapa keuntungan

yang diperoleh dari kantor cabang ini,

keuntungan adalah salah satu komponen

c. Expenditure Approach

Expenditure approach used to

estimate the value of goods and services

used by various groups of society. Goods

and services which produces by production

units will be used for consumption, capital

formation/invesment, and export. As the

value of goods and services are noted as

domestic products, import value has to be

omitted. Hence, export value in this term is

net export. The total of these expenditure

components (consumption value :

household, government, and social

institution consumptions, capital formation

value, net export), is called GRDP at market

price.

d. Allocation Method

Sometimes the available data do not

allow using all three methods above,then

use the allocation method.This can happen

for example a production unit which has a

head office and branch offices.Headquarter

located in other regions, while branch

offices are located in the local area. This

branch offices often can not make abalance

sheet account, because it was made at

headquarter, so that is not known how

much the benefits of this branch office, the

benefits are one component of value added

can not be calculated. To be able to

calculate used allocation methods,



6

dari nilai tambahnya tidak dapat dihitung.

Untuk dapat menghitung maka digunakan

metoda alokasi, yaitu dengan jalan

mengalokasikan angka-angka secara

terpusat dengan memakai indikator-

indikator yang sekiranya dapat

menunjukkan peranan cabang yang

berada di daerah itu terhadap kantor

pusatnya. Indikator ini dapat berupa

volume kerja, jumlah karyawan, jumlah

penduduk, jumlah produksi dan lain-lain.

Metode alokasi ini merupakan

metode pendekatan tidak langsung, sedang

ketiga metode yang lainnya merupakan

metode langsung. Metode langsung akan

dihasilkan angka-angka yang bisa

menggambarkan karakteristik yang lebih

mendekati kenyataan bila dibandingkan

dengan angka-angka yang diperoleh dari

metode tidak langsung. Oleh karena itu

sedapat mungkin digunakan metode

langsung, dan bila hal ini tidak mungkin,

baru ditempuh penghitungan dengan

metode tidak langsung ini.

1.3 Kegunaan Produk Domestik Regional

Bruto

Produk Domestik Regional Bruto yang

disajikan atas dasar harga konstan, akan

menggambarkan pertumbuhan

perekonomian yang timbul tersebut

apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk masing-masing tahun, dapat

menggambarkan tingkat perkembangan

pendapatan per kapita penduduk. Jika

by allocating numbers centrally using

indicators that can indicate if the branch's

role was in the area of its headquarters.

This indicator could be the work volume,

the number of employees, the number of

population of the area, the number of

production and etc.

Allocation method is a indirect

method,then the other (three methods

above) arethe direct method. Direct

method will be able to produce values that

can describe characteristics that closer to

the reality when compared with the values

that obtained from the indirect method.

Therefore, as can as possible to use the

direct method, and if not possible, the new

calculation adopted by this indirect

method.

1.3 The Roles of GRDP

GRDP at constant price describes the

level of real economic growth of a region,

both aggregat and by sectors. If economic

growth compared by total of population

each year, than it can describes level of per

capita income growth of population. If the

income per capita of population in a region

compared by other region, then the value



7

pendapatan per kapita penduduk suatu

daerah dibandingkan dengan pendapatan

per kapita daerah lain, maka angka-angka

tersebut dapat dipakai sebagai indikator

untuk membandingkan tingkat

kemakmuran material antara daerah satu

dengan daerah lainnya.

Penyajian Produk Domestik baik atas

dasar harga berlaku maupun atas dasar

harga konstan, juga dapat digunakan

sebagai indikator untuk melihat inflasi

ataupun deflasi yang terjadi. Demikian

pula apabila disajikan secara sektoral akan

dapat juga memberi gambaran tentang

struktur perekonomian suatu daerah.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Pendapatan Regional yang disajikan

secara berkala, wajar dan komprehensif

akan dapat diketahui :

a. Indikator tingkat pertumbuhan

perekonomian.

b. Indikator tingkat perkembangan

pendapatan per kapita.

c. Indikator tingkat kemakmuran

masyarakat.

d. Indikator tingkat inflasi dan deflasi.

e. Indikator dari struktur pereko-nomian

suatu daerah.

that obtained can be used as indicator to

compare the level of material prosperity of

a region to other regions.

The presentation of domestic product

both at current and constant price, also

can be used as indicator to observe the

level of inflation or deflation in a region. If

presented by sectors, it can performs

economic structure of a region.

Lastly, regional income which is

regularly presented describes :

a. Level of economic growth;

b. Progress of per capita income;

c. Level of peoples welfare;

d. Level of inflation or deflation;

e. Economic structure.


Concept and Definition

Konsep dan Definisi/Concept and Definition 9


9

BAB/CHAPTER II

KONSEP DAN DEFINISI/CONCEPT AND DEFINITION

2.1 Susunan Agregat Pendapatan

Regional

a. Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

Diperoleh dengan menghitung nilai

tambah dari masing-masing sektor

ekonomi dan menjumlahkan nilai tambah

seluruh sektor setelah itu dikurangi biaya

antara, akan diperoleh PDRB atas dasar

harga pasar.

b. Produk Domestik Regional Neto

(PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

Perbedaan antara konsep neto dan

konsep bruto di atas ialah pada konsep

bruto penyusutan masih termasuk

didalamnya, sedangkan pada konsep neto

ini komponen penyusutan sudah

dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional

Bruto atas dasar harga pasar dikurangi

penyusutan akan diperoleh Produk

Domestik Regional Neto atas dasar harga

pasar. Penyusutan yang dimaksud disini

ialah nilai susutnya (ausnya) barang-

barang modal yang ikut serta dalam proses

produksi. Jika nilai susutnya barang-barang

modal dari seluruh sektor ekonomi

dijumlahkan, maka hasilnya merupakan

penyusutan yang dimaksud di atas.

2.1 Agregate Formation of Regional Income

a. Gross Regional Domestic Product

(GRDP) at Current Price

Obtained by estimating value added

from each economic sector and sumingall

of value added of sector, afterwards

reduced by intermediate input. We will get

GRDP at market price.

b. Net Regional Domestic Product

(NRDP) at Market Price

The difference between net and gross

concepts is in the gross concept still

included depreciation while nett concept is

not included. So, GRDP at market price

minus depreciation will be obtained Net

Regional Domestic Product (NRDP) at

market price. The depreciation is value

of capital goods that lost involved in the

production process. If thedepreciation

value of capital goods from all economic

sectors added together, the result isthe

depreciation above.



10

c. Produk Domestik Regional Neto

(PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor

dan konsep harga pasar di atas karena

adanya pajak tidak langsung yang dipungut

pemerintah dan subsidi yang diberikan

oleh pemerintah kepada unit-unit

produksi. Pajak tidak langsung dan subsidi

mempunyai pengaruh terhadap harga

barang-barang, pajak tak langsung

berpengaruh menaikkan harga sedangkan

subsidi berpengaruh menurunkan harga.

Apabila pajak tidak langsung dikurangi

subsidi akan diperolehpajak tidak

langsung neto. Jika PDRN atas dasar harga

pasar dikurangi dengan pajak tidak

langsung neto, maka hasilnya adalah PDRN

atas dasar biaya faktor.

d. Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang diterangkan

di atas, dapat diketahui bahwa PDRN atas

dasar biaya faktor merupakan jumlah balas

jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta

dalam proses produksi. Faktor-faktor

produksi tersebut berupa tenaga

kerja/buruh, modal uang, tanah dan

pengusaha/interpreneur. Dengan demikian

PDRN atas dasar biaya faktor merupakan

jumlah dari pendapatan yang berupa

upah/gaji, bunga, sewa tanah dan

keuntungan yang timbul atau merupakan

pendapatan yang dari daerah tersebut.

c. Net Regional Domestic Product

(NRDP) at Factor Cost

The difference between factor cost

and market price concept is there is

indirect taxes which collected by

goverment and subsidy given by

goverment to unit produces. Indirect taxes

and subsidize has the effect to price of

goods, indirect taxes increasing the price

and subsidy decreasing the price. Indirect

taxes minussubsidy will be obtained net

indirect taxes. If the NRDP at

marketprices minus net indirect taxes,

then its results will be NRDP at cost

factor.

d. Regional Income

From the concept above we know

that NRDP at factor costistotal of

recompence factors of production that join

in course of production. The factors of

production are labour, money capital, land,

and entrepeneur. Lastly, NRDP at factor

cost is total of income that

arewage/salary, land rent, income

originated or income from this area.



11

Akan tetapi pendapatan yang

dihasilkan, tidak seluruhnya menjadi

pendapatan penduduk di wilayah itu sebab

ada sebagian pendapatan yang diterima

oleh penduduk yang tinggal di wilayah lain.

Misalnya, suatu perusahaan yang

modalnya dimiliki oleh orang di luar daerah

tersebut, tetapi beroperasi di daerah terse-

but, maka dengan sendirinya sebagian dari

keuntungan perusahaan itu akan menjadi

milik orang di luar daerah tersebut (seba-

gian keuntungan akan menjadi pendapatan

dari pemilik modal di luar daerah).

Sebaliknya, jika ada penduduk suatu

daerah yang menanamkan modalnya di

luar daerah, maka sebagian keuntungan

perusahaan akan mengalir ke dalam

daerah tempat tinggal pemilik modal dan

menjadi pendapatan dari pemilik modal

tersebut.

Apabila PDRN atas dasar biaya

faktor dikurangi pendapatan yang

mengalir ke luar, ditambah dengan

pendapatan yang mengalir masuk ke dalam

region, maka hasilnya merupakan Produk

Regional Neto (PRN), yaitu merupakan

jumlah pendapatan yang benar-benar

diterima oleh seluruh penduduk yang

tinggal di daerah itu. Produk Regional inilah

yang merupakan Pendapatan Regional

Daerah tersebut. Bila Pendapatan Regional

ini dibagi dengan jumlah seluruh penduduk

yang tinggal di daerah itu, maka hasilnya

merupakan pendapatan perkapita

penduduk di daerah tersebut.

However,income generated, not all

the income become income of population

of that region because there are some

income received by population who live

in other region. For example a companies

whose capital is ownedby outsiders,

but the company was operating in that

area, then company profits will belong to

some person outside the area(some

benefits will be income for the owners of

this capital). Conversely, if there are

population of this area which was invested

outside the region, then part of the profits

will flow to companies in the region, and

become capital owners income.

If the NRDP at factor costs reduced

by income flowing out, plus even with

revenues flowing into the region, the result

is a Net Regional Product (NRP).This

regional product is the regional income of

the region. If the Regional Income is divided

by the total population who lived in the

area, then the result is per capita income of

population in the area.



12

e. Personal Income

Personal Income (pendapatan orang

seorang) adalah merupakan pendapatan

yang diterima oleh rumahtangga. Kalau kita

memperhatikan konsep Pendapatan

Regional maupun Pendapatan Perkapita

Penduduk tersebut di atas, pada oleh

rumahtangga, karena harus kenyataannya

tidak semua Pendapatan Regional diterima

dipotong pajak pendapatan, keuntungan

yang tidak dibagikan, dan iuran

kesejahteraan sosial. Sebaliknya

pendapatan tersebut harus ditambah

dengan transfer yang diterima oleh

rumahtangga dan bunga neto atas hutang

Pemerintah. Sehingga Pendapatan

Regional dikurangi pajak pendapatan,

keuntungan yang tidak dibagikan dan iuran

kesejahteraan sosial, kemudian ditambah

dengan transfer yang diterima oleh

rumahtangga dan bunga neto atas hutang

pemerintah, akan diperoleh personal

income.

f. Disposable Income

Apabila pendapatan orang- seorang

(personal income) tersebut dikurangi

dengan pajak rumahtangga dan transfer

yang dibayar oleh rumahtangga, maka akan

diperoleh pendapatan yang benar-benar

siap dibelanjakan.

Dari uraian-uraian tersebut di atas,

maka dapat disusun Agregat Pendapatan

Regional sebagai berikut :

e. Personal Income

Personal income is income that

accepted by household. If we consider the

concept of regional income and per capita

income above, in reality, not all regional

income received by householdsbecause

must be reduced by corporate income

taxes, household and net interest of

undistributed profits, and social security

constribution. Contrary that income must

be added by trasfer which accepted by

goverment debt. Regional income minus

income taxes, undistributed income and

social security constribution, then added by

trasfer which accepted by household and

net interest of goverment debtwill be

obtained personal income.

f. Disposable Income

Personal income minus household

taxes and transfer which is paid by

household will be obtained dispposable

income.

From the description above, hence

can be compiled aggregate of regional

income :



13

1. Produk Domestik Regional Bruto

atas dasar harga pasar

Dikurangi : Penyusutan

Sama Dengan :

2. Produk Domestik Regional Neto atas

dasar harga pasar

Dikurangi : Pajak tak langsung

neto

Menjadi : PDRN atas dasar

biaya faktor

Ditambah : Pendapatan yang

masuk dari luar

daerah/luar negeri

Dikurangi: Pendapatan yang

mengalir ke luar

daerah/ luar negeri

Menjadi :

3. Produk Domestik Regional/

Pendapatan Regional

Dikurangi : -Pajak Pendapatan

- Keuntungan yang

tidak di bagikan

Ditambah : - Tranfer yang

diterima oleh rumah

tangga

- Bunga neto atas

Hutang Pemerintah

Menjadi :

4. Pendapatan Orang-seorang

Dikurangi : - Pajak rumah tangga

- Transfer yang

dibayar oleh rumah

tangga

Menjadi :

1. GRDP at market price

Minus : depreciation

Equal to :

2. NRDP at market price

Minus : Net indirect taxes

Equal to : NRDP at factor cost

Added : Income from other

region/overseas

Minus : Income to other

region/overseas

Equal to :

3. Regional Domestic Product/

Regional Income

Minus : - Income taxes

- Undistributed

taxes-

Added : - Transfer with

accepted by

Household

- Net interest of

goverment debt

Equal to :

4. Personal Income

Minus : - Household taxes

- Transfer which

paid byhousehold

Equal to :



14

5. Pendapatan yang siap dibelanjakan

Pendapatan yang siap

dibelanjakan inilah yang merupakan

pendapatan yang benar-benar

digunakan dan dimiliki oleh

rumahtangga. Untuk jelasnya, maka

Susunan Agregat Pendapatan

Regional tersebut digambarkan

seperti terlihat pada gambar di

halaman berikut ini.

2.2. Struktur Dari Pendapatan Regional

Untuk dapat memberi gambaran

sampai seberapa jauh peranan

masing-masing sektor ekonomi

memberikan andil dalam berproduksi, atau

sampai seberapa jauh peranan

faktor-faktor produksi berpartisipasi dalam

proses produksi, atau bagaimana

komposisi penggunaan produk-produk

yang dihasilkan tadi, maka

umumnya PDRB disajikan dalam tiga

bentuk :

a. PDRB menurut lapangan usaha

b. PDRB menurut andilnya

faktor-faktor produksi

c. PDRB menurut jenis penggunaan

a. PDRB Menurut Lapangan Usaha

Penyajian dalam bentuk ini dapat

memberikan gambaran tentang peranan

masing-masing sektor dalam memberikan

andilnya pada Pendapatan Regional.

Karena itu, unit-unit produksi

5. Disposable Income

Disposable income is income that is

actually used and owned by the

household.For clarity, the Aggregate of

regional income is described as shown

in the picture on the following pages.

2.2. Structure of Regional Income

To be able to give an idea how far the

role of each economic sector contributed in

the productive, or to what extent the role

of production factors participate in the

production process, or how the composition

of the product using the products before,

then the GDP is usually presented in three

forms:

a. GRDP by industrial origins

b. GRDP by share of production factors

c. GRDP by type of expendixture

a. Regional Income by Industrial Origins

The presentation in this form can

provide a description of each sector's role

in giving his share to the Regional Income.

Therefore, the unit of production units are

grouped into the following sectors:



15

dikelompokkan kedalam sektor-sektor

sebagai berikut :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik dan Air Bersih

5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

9. Jasa-Jasa

b. Pendapatan Regional menurut

Andilnya Faktor-Faktor Produksi


memberikan gambaran tentang peranan

masing-masing faktor produksi dalam

memberikan andil pada Pendapatan

Regional. Karena itu disajikan balas jasa

yang diterima oleh masing-masing faktor

produksi yaitu dalam bentuk upah/gaji,

sewa tanah, bunga dan keuntungan.

Berhubung ada unit-unit produksi yang

faktor-faktor produksinya sekaligus dimiliki

sendiri oleh produsen seperti : petani,

pelukis dan pekerja profesional lainnya,

maka terlalu sulit untuk memisahkan nilai

tambahnya dalam komponen-komponen

faktor pendapatan, sehingga perlu

ditambahkan satu perincian lagi untuk

menampung hal seperti ini, yaitu usaha

perorangan. Dengan demikian maka

item-item yang keluar pada tabel

yangdisajikan menjadi :

1. Agriculture

2. Mining and Quarrying

3. Manufacturing Industry

4. Electricity and Water Supply

5. Buildings

6. Trade, Hotel and Restaurant

7. Transportation and Communications

8. Financial, Ownership and Business

Services

9. Services

b. Regional Income Share According to

Production Factors


provide a description of the role of each

factor of production in giving a

contribution in Regional Income.

Recompensation which received by each

factor of production presented in the form

of wages/salaries, land rent, interest and

profits. Since there are units of production

which the production factors owned by

producers such as: farmers, painters and

other professional workers, it is too difficult

to separate the components of value added

in factor income components, so it needs to

be supplemented one more detail to

accommodate something like this, non-

corporated enterprices. Thus, items on the

table it becomes:

1. Wages/Salary (compensation of

employees)

2. Income from non-corporated

enterprices



16

1. Upah/Gaji

2. Pendapatan dari usaha perorangan

3. Sewa Tanah

4. Keuntungan

5. Bunga Neto

Untuk dapat memberi gambaran

tentang apa saja yang tercakup dalam

masing-masing item di atas akan diuraikan

secara singkat sebagai berikut :

1. Upah / Gaji

Upah/Gaji yang tercakup disini

meliputi balas jasa faktor produksi

buruh/pegawai. Upah dan Gaji baik berupa

uang maupun barang, sebelum dipotong

pajak upah, dana pensiun, asuransi

kesehatan juga hal lain seperti :

a. Pembayaran yang berbentuk

hadiah, premi, bonus dan segala

macam tunjangan lainnya.

b. Iuran Kesejahteraan Sosial, meliputi

pembayaran kontribusi yang

dilakukan oleh pengusaha untuk

keperluan pegawai-pegawainya,

misalnya untuk dana asuransi,

kesehatan dana pensiun, dan

sebagainya.

2. Pendapatan Usaha Perorangan

Yang dimaksud dengan pendapatan

usaha perorangan adalah pendapatan yang

ditimbulkan oleh unit-unit produksi yang

tidak berbentuk perusahaan,

misalnyapetani-petani,

dokter,pedagangkecil,

3. Land Rent (rental income)

4. Corporate profit

5. Net interest

To be able to give an idea of what is

included in each item on above will be

described in brief as follows:

1. Wage / Salary

Wage/Salary covers the

recompensation of production factors

labor/employee. Wages and salaries in the

form of money and goods, before minus

taxes of wages, pensions, health insurance

also other things like:

a. Payment in the form of gifts,

premiums, bonuses and all sorts of

other benefits.

b. Social security contribution,

including payment of contributions

made by employers for staff, such as

insurance funds, health and

pensions, and so on.

2. Individual Income

The definition this is income

generated by the unit of production that do

not form a company, such as farmers,

doctors, small tranders, barber, and

soon. Here are the factors of production



17

tukang cukur,dan sebagainya. Disini

biasanya faktor produksinya tidak dibeli

dari luar tetapi dimiliki oleh unit-unit pro-

duksi itu sendiri, maka pendapatan yang

ditimbulkan sukar dipisahkan menjadi

komponen-komponen balas jasa faktor

produksinya, hingga nilai tambahnya

dikeluarkan dalam bentuk gabungan dalam

item ini.

3. Sewa Tanah

Yang dimaksud dengan sewa tanah

adalah pendapatan yang ditimbulkan oleh

ikut sertanya faktor produksi tanah dalam

proses produksi. Dengan tidak melihat

untuk apa tanah itu digunakan

(apakahuntuk petanian, perikanan atau

untuk bangunan), maka sewa yang timbul

dimasukkan dalam pendapatan sewa. Tapi

perlu diingat, bahwa sewa yang dimaksud

disini harus sewa neto, artinya setelah

dipotong dengan kewajiban-kewajiban

yang harus dibayar oleh pemilik tanah itu,

misalnya pajak-pajak dan ongkos

perbaikan atas tanah bila hal ini

dibebankan kepada pemilik tanah.

Termasuk juga Pemilik atas hak paten,

hak cipta, merk dagang dan sejenisnya.

4. Keuntungan

Yang dimaksud dengan keuntungan

adalah keuntungan perusahaan sebelum

dipotong pajak perusahaan dan pajak

langsung lainnya, dan sebelum dibagikan

sebagai deviden.

are not purchased from the outside but

ownedby production units themselves, then

revenue generated is difficult to split into

its component of the recompensation of

production factors, so its value added

issued in the form of a combination of

these items.

3. Land Rent

The definition of land rent is the

income generated by participation of

production factors of land in the

production process. By not looking for what

the land is used (whether for agriculture,

fisheries or to the building),then the rent

arising included in rental income.This rent

is net rent, total of rent minus obligations

owed by the land owner, such as taxes and

taxes on land improvement costs if it is

charged to the landlord. The owner of the

patent rights, copyright, trademark, and

the like are also included in this item.

4. Profits

The definition of profit is the

company's profit before cut by corporate

taxes and other direct taxes, and before it

is distributed as dividends.



18

5. Bunga Neto

Yang dimaksud dengan bunga neto

adalah bunga atas piutang maupun

surat-surat berharga lainnya yang diterima

oleh penduduk maupun pemerintah,

dikurangi bunga atas hutang pemerintah

kepada penduduk, jika hutang tersebut

dipakai untuk konsumsi pemerintah,

misalnya untuk membiayai perang. Karena

dipakai untuk konsumsi, berarti uang itu

tidak ikut serta dalam proses produksi,

hingga bunganya pun bukan balas jasa

faktor produksi.

Sebagaimana disebutkan di atas,

bahwa Pendapatan Regional merupakan

balas jasa faktor produksi, maka bunga

yang demikian bukan bagian dari

Pendapatan Regional dan harus

dikeluarkan dari Pendapatan Regional,

untuk selanjutnya dianggap sebagai

transfer. Selain itu perlu diadakan imputasi

atas bunga dari uang penduduk yang

disimpan sebagai tanggungan di

perusahaan- perusahaan, sebagai asuransi

jiwa, dana pensiun, dan sebagainya dan

imputasi ini dimasukkan dalam item di

atas.

c. Pendapatan Regional menurut Jenis

Penggunaan


memberi gambaran, bagaimana barang

dan jasa yang diproduksi itu digunakan

oleh berbagai golongan dalam masyarakat.

Untuk keperluan ini maka barang dan

5. Net Interest

The definition of net interest is

interest on note receivableor other

securities receivedby the population and

government,minus the interest on

government debt to population, if the debt

is used for government consumption, for

example to finance the war. The money

which is used for consumption was not

participating in the production process, so

the interest was not a recompensation of

factor production.

As mentioned above,that the

Regional Income is the recompensationof

factor production, then such interest is not

part of the Regional Income and must be

removed from the Regional Income, for

further regarded as a transfer. Also

necessary imputation of interest from

people who saved money as a dependent

on companies, as life insurance, pension

funds, and so on and as imputation was

included in the items above.

c. Regional Income by Type of

Expenditure


give you a description, how goods and

services produced is used by various groups

in society. For this purpose, the goods and

services were grouped according to their



19

jasa itu dikelompokkan menurut

penggunaannya dalam masyarakat, yaitu

digunakan untuk keperluan konsumsi

rumahtangga dan lembaga swasta

yang tidak mencari untung, ditanam

sebagai barang modal, yang tidak

digunakan pada tahun laporan akan

disimpan sebagai stok dan digunakan

untuk barang ekspor neto. Jadi

penyajiannya akan berbentuk :

1. PengeluaranKonsumsi rumahtangga

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3. Pembentukan Modal Tetap

4. Perubahan Stok

5. Ekspor Neto

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

Pengeluaran konsumsi rumatangga

adalah pengeluaran yang dilakukan oleh

rumahtangga untuk membeli

barang-barang jadi baru dan jasa tanpa

melihat durability dari barang dan jasa itu,

dikurangi penjualan dari barang bekas neto

(penjualan pembelian barang bekas

neto), dengan mengecualikan penge-

luaran yang bersifat transfer, pembelian

tanah dan rumah. Pengecualian ini

dilakukan sebab transfer akan dihitung

sebagai pengeluaran pada konsumen

yang menerima transfer tadi, sedang

pengeluaran untuk tanah dan rumah

dimasukkan dalam item pembentukan

modal. Kecuali Pengeluaran yang dilakukan

oleh rumah tangga yang tercakup dalam

item ini ialah pengeluaran rutin yang

use in the community, which is used for

household consumption and private

institutions that do not make a profit

(private consumption expenditure),

as capital goods (fixed capital formation),

which is not used in the report will be

stored as inventory(increase in stock) and

used for net exports of goods. So the

presentationwill take the form:

1. Household Consumption Expenditure

2. Government Consumption

Expenditure

3. Fixed Capital Formation

4. Stock Changes

5. Net Exports

1. Household Consumption Expenditure

Household consumption expenditure

is expenditure that conducted by

households to buy new goods and services

regardless the durability of goods and

services, minus net sales of used goods(net

sales purchase of used goods),with the

exception of expenditure such as transfer,

purchase of land and houses.Exceptions are

made for this transfer because this

calculated as expenditure of receiver,while

expenditures for land and house items

included in capital formation.Except for

expenditures made by households that

are included in this item of expenditure is

routinely done by private institutions that

do not make a profit. Spending by these

agencies for the purchase of capital goods



20

dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak

mencari untung. Pengeluaran yang

dilakukan oleh lembaga ini untuk

pembelian barang-barang modal akan

dimasukkan dalam item pembentukan

modal tetap. Pengeluaran konsumsi

rumahtangga lembaga swasta yang tidak

mencari untung ini disebut private

consumption expenditure.

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah

adalah pengeluaran rutin untuk pembelian

barang dan jasa dari pihak lain yang

dilakukan oleh pemerintah, baik

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah, dikurangi hasil penjualan barang

dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah.

Pengeluaran rutin disini meliputi

pembayaran upah dan gaji kepada

pegawai-pegawai pemerintah, belanja

barang, biaya-biaya pemeliharaan dan

biaya-biaya rutin lainnya. Termasuk juga

pengeluaran belanja modal untuk

keperluan militer.

Belanja modal untuk keperluan sipil

misalnya pembelian mobil-mobil, pesawat

terbang, mesin-mesin, pembuatan

gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan dan

sebagainya, akan dimasukkan dalam

pembentukan modal tetap, sedang

pembelian seperti di atas, tetapi untuk

keperluan militer dimasukkan dalam

pengeluaran konsumsi pemerintah ini.

Pengeluaran rutin tersebut harus

will be included in the items of fixed capital

formation.Household consumption

expenditure of private institutions that do

not make a profit is called a private

ponsumption expenditure.

2. Government Consumption Expenditure

Goverment consumption

expenditure is expenditure for the purchase

of routine goods and services from other

parties by the government, Central

Government and Local Government,

reduced by the sale of goods and

servicesconducted by thegovernment.

Routine expenditure covers wage and

salary payments to employees of

government employees, purchases of

goods, the cost of maintenance costs and

other overhead costs. This including capital

expenditure for military purposes.

Capital expenditures for civilian

purposes such as buying cars, aircrafts,

engine machines, manufacturing buildings,

streets, bridges and so on will notincluded

in fixed capital formation,while the

purchase as above but for military purposes

are included in government consumption

expenditure. Routine expenditure should be

reduced by the sale of goods and services

by government, such as sales of publishing



21

dikurangi dengan hasil penjualan barang

dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah,

misalnya penjualan buku-buku penerbitan

oleh departemen, penjualan bibit padi dan

telur dari pusat-pusat pembibitan milik

pemerintah dan sebagainya.

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Pembentukan modal tetap bruto

(PMTB) suatu daerah adalah semua barang

modal baru yang digunakan/dipakai

sebagai alat untuk berproduksi di daerah

tersebut. Barang-barang modal tersebut

dapat diperoleh dari luar daerah maupun

dari pengadaan daerah itu sendiri,

termasuk disini pembelian barang modal

bekas dari luar daerah tersebut.

Yang dikategorikan dalam barang

modal adalah barang yang mempunyai

umur pemakaian lebih dari satu tahun.

Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan

dengan tujuan untuk menambah daya guna

barang modal dalam jangka panjang juga

merupakan pengeluaran untuk PMTB.

Pembentukan modal tetap mencakup :

a. Barang modal dalam bentuk

konstruksi, mesin-mesin, alat

angkutan dan perlengkapannya

yang mempunyai umur satu tahun

atau lebih.

b. Biaya untuk perubahan dan

perbaikan berat barang-barang

modal yang akan meningkatkan

produktivitas atau memperpanjang

umur pemakaian.

books by department, sales of rice seeds

and eggs from the central government-

owned nursery centers and so on.

3. Gross Fixed Capital Formation

Gross fixed capital formation in a

region is all of new capital goods which

used as tools to production in a region.

These capital goods can be obtain from the

other region or own procurement of

goods,this include the purchases of former

capital goods from other region.

Capital goods have the age of usage

one year or more. Expenditures that

conducted to add the effectiveness of

capital goods in long term is also included

in gross capital goods formation.

Capital goods formation covers :

a. Capital goods in form of

constructions, machinery, transport

equipments and its supply which

has one year of age or more.

b. Cost of the change and heavy repair

of capital goods which can increase

productivity and usage age.



22

c. Pengeluaran untuk pengembangan

dan pembukaan tanah, perluasan

areal hutan, dan reboisasi.

d. Pembelian ternak produktif untuk

keperluan pembiakan, pemerahan,

pengangkutan, tetapi tidak

termasuk ternak potong.

e. Margin perdagangan dan ongkos-

ongkos lain yang berkenaan dengan

transaksi jual beli tanah, sumber

mineral, hak penguasaan hutan, hak

paten, hak cipta, dan barang-barang

modal bekas dari luar daerah.

4. Perubahan Stok

Yang dimaksud dengan perubahan

stok adalah barang-barang yang diproduksi

maupun yang diimpor pada tahun itu, tapi

belum sempat dipakai sampai akhir

tahun, hingga masih disimpan sebagai stok.

Seperti yang disebut di atas termasuk juga

dalam increase stock ini ialah penambahan

ternak yang dipelihara untuk dipotong.

5. Ekspor Neto

Ekspor neto adalah selisih antara

ekspor dan impor dari barang dan jasa.

Ekspor barang dan jasa meliputi ekspor

barang-barang yang dijual keluar negeri,

dimana termasuk didalamnya

barang-barang dagangan, jasa-jasa

transport, asuransi dan jasa-jasa lain.

Begitu pula untuk impor termasuk

barang-barang dagangan, jasa-jasa lain

yang dibeli dari luar negeri. Juga

c. Expenditure for development and

opening of farm, extention of forest

area, and reboisation.

d. Purchase of productive livestocks for

breeder, dairy, transportation, but

not included slughtered livestocks.

e. Trade margin and other cost that

corresponding to the sales

transaction of land, mineral, patent

rights, copyrights and former capital

goods from other region.

4. Stock Changes

Stock change is goods which produced

or imported in the reference year, but have

not been used until the end of the year, still

stored as a stock. As mentionedabove

included in this increase stock is the

addition of cattle raised for slaughter.

5. Net Exports

Net exports are the difference

between exports and imports of goods and

services. Exports of goods and services

covers export of goods sold abroad,

including where the merchandise, transport

services, insurance, and other services.

Similarly, imports of merchandise, including

goods, services other services purchased

from abroad. Also expenditure/inclusion

items are gifts to/from other countries and



23

pengeluaran/pemasukan barang yang

bersifat pemberian/hadiah ke/dari

negara-negara lain dan barang-barang yang

diekspor/ impor dengan dibiayai oleh uang

yang diperoleh dari transfer antar negara.

Tetapi kalau pengeluaran/pemasukan

barang yang bersifat hadiah/ pemberian ini

dimaksud untuk keperluan militer tidak

termasuk dalam item ekspor/impor ini.

2.3. Penyajian PDRB Atas Dasar Harga

Konstan

Salah satu kegunaan dari PDRB ialah

untuk melihat perkembangan

pendapatan/produk dari tahun ke tahun.

Karena adanya pengaruh inflasi, maka daya

beli uang akan mengalami penurunan dari

tahun ke tahun. Untuk mengetahui apakah

kenaikan pendapatan

seseorangbenar-benar naik atau tidak

maka faktor inflasi ini terlebih dahulu harus

dieliminir dari pendapatan ini. Setelah

faktor inflasi dieliminir, maka pendapatan

yang dihasilkan akan merupakan

pendapatan yang riil, sehingga naik

turunnya pendapatan riil ini akan

mencerminkan naik turunnya daya beli.

Pendapatan Regional dengan

masih adanya faktor inflasi didalamnya

akan merupakan Pendapatan Regional atas

dasar harga yang berlaku, sedangkan bila

faktor inflasi sudah dieliminir akan

merupakan pendapatan regional atas dasar

harga konstan. Untuk mengubah angka

atas dasar harga berlaku menjadi angka

export/import goods to be financed by

money earned from interstate transfers.but

if the expenditure/inclusion items which is

a gift was meant for military purposes are

not included in the item of this

export/import.

2.3. Presentation of GRDP at Constant

Price

One of the usefulness of the GRDP is

to see the development of income/product

from year to year. Because of the influence

of inflation, the purchasing power of

money will decline from year to year.To

know the increase of personal income

actually go up or not, this inflation factor

must first be eliminated from this income.

Having eliminated the inflation factor, then

the income generated will be a real income,

so the rise and fall of real income will

reflect actually the rise and fall of

purchasing

power.

Regional Income that still include the

inflation factor would be Regional Income

at current price, while if the inflation factor

would have eliminated the Regional at

constant price. To change the number at

current prices into numbers

atconstantprice, there are three basic

methods that can be used :



24

atas dasar harga konstan, ada tiga metode

dasar yang dapat dipakai :

a. Revaluasi

b. Ekstrapolasi

c. Deflasi

a. Revaluasi

Cara ini diperoleh dengan menilai produksi

pada tahun yang bersangkutan dengan

memakai harga pada tahun dasar.

Begitu juga biaya-biaya antara dinilai

dengan memakai harga pada tahun dasar

pula.

b. Ekstrapolasi

Cara ini diperoleh dengan

mengekstrapolasikan nilai tambah pada

tahun dasar dengan menggunakan indeks

kuantum dari barang-barang yang

bersangkutan yang diproduksi. Bila

terdapat kesulitan dalam memperoleh

indeks kuantum dapat dipakai indikator

lain yang ada hubungannya dengan indeks

kuantum produksi itu, misalnya indeks

tenaga kerja dibidang itu, indeks kuantum

dari input yang dipakai dan sebagainya.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan

terhadap output atas dasar harga konstan,

kemudian dengan menggunakan ratio

tetap nilai tambah terhadap output akan

diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar

harga konstan.

a. Revaluation

b. Extrapolation

c. Deflation

a. Revaluation

This way obtained by the production

rate during the year using the base year

price. So is the cost of intermediate input

using the base year price as well.

b. Extrapolation

This way obtained by extrapolate the

value added in the base year by using the

quantum index of goods that concerned

produced.If there is difficulty in obtaining

the quantum index, then other indicators

that are coresponding to the quantum

index of production can be used, such as

index of labor, the quantum index of inputs

that used and so on.

Extrapolation can also be done on

output at constant price, then by using a

fixed ratio of output value will be obtained

approximate value added at the constant

prices.



25

c. Deflasi

Cara ini diperoleh dengan mendeflate

nilai tambah atas dasar harga yang berlaku

dengan indeks harga dari barang-barang

yang bersangkutan. Indeks harga dapat

dipakai adalah indeks harga perdagangan

besar, harga produsen maupun harga

eceran, tergantung mana yang lebih cocok.

Selain metode dasar di atas, ada

empat pendekatan untuk menghitung nilai

tambah sektoral atas dasar harga konstan,

tiga diantaranya didasarkan pada

pendekatan produksi yang dipakai untuk

penghitungan nilai tambah dan yang lain

didasarkan pada pendekatan pendapatan.

Empat pendekatan tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Deflasi Ganda

Deflasi ganda dilakukan apabila

output atas dasar harga konstan

dihitung secara terpisah dari input

antara atas dasar harga konstan. Nilai

tambah atas dasar harga konstan

merupakan selisih antara output dan

input antara atas dasar harga konstan.

Untuk menghitung output dan input

antara atas dasar harga konstan itu

dapat dipakai salah satu atau kombinasi

dari tiga metode dasar tersebut di atas.

Perlu diperhatikan bahwa istilah

deflasi yang digunakan disini adalah

dalam arti yang luas.

c. Deflation

This way obtained by deflate the value

added at current price with the index of

price of the relevant goods.Price index used

here can be a big trade price index,

producer price and retail price depending

on which is more suitable.

In addition,the basic method

described above,there are four approach to

calculate the sectoral value added

atconstant price, three of which are based

on production approach used for

calculating the value added, and the other

based on the income approach. Four

approaches are as follows :

a.Double Deflation

Double deflation is conducted if the

output at constant prices is calculated

separately from the input at constant

price. Value added at constant price is

the difference between output and

input at constant price. To calculate the

output and input at constant price that

can be used one or a combination of

three basic methods mentioned above.

It should be noted that the term

deflation that used here is in the

broadest sense.



26

b. Ekstrapolasi Langsung Terhadap

Nilai Tambah

Ekstrapolasi dari nilai tambah

sektoral dapat dilakukan dengan

menggunakan perkiraan-perkiraan dari

penghitungan output atas dasar harga

konstan (yang didasarkan pada metode

revaluasi, ekstrapolasi atau deflasi) atau

dapat secara langsung menggunakan

indeks produksi yang sesuai, atau

tingkat pertumbuhan riil yang lalu dari

output, input antara atau nilai tambah

kemudian dikalikan dengan nilai

tambah sektoral tahun dasar. Secara

implisit pendekatan ini didasarkan pada

asumsi bahwa output atas dasar harga

konstan berubah sejalan dengan input

atas dasar harga konstan atau rasio

input antara riil boleh dikatakan tetap.

Asumsi ini akan cocok bila perubahan

teknologi dari sektor yang

bersangkutan relatif kecil. Dalam

beberapa hal pendekatan ini akan lebih

mudah bila digunakan dalam jangka

pendek atau bila rasio input antara

adalah kecil.

c. Deflasi Langsung Terhadap Nilai

Tambah

Deflasi dari nilai tambah sektoral

dilakukan dengan menggunakan indeks

harga implisit dari output atau secara

langsung menggunakan indeks harga

produksi yang sesuai, kemudian

dijadikan angka pembagi terhadap nilai

b. Direct Extrapolation To Value

Added

Extrapolation of the sectoral value

added can be done using approximate

estimates of output from the

calculation at constant price (based on

the revaluation method, extrapolation

or deflation) or can directly use the

appropriate production index, or real

growth rate of the output before, then

both intermediate input and value

added are multiplied by the sectoral

value added in the base year. Implicitly,

this approach is based on the

assumption that the output at

constant price change as inputs at

constant prices or the ratio between the

real input remained virtually. This

assumption would be suitable if the

technology changes from the relevant

sector is relatively small. In some

cases this approach will be easier

when used in the short term or if the

ratio of intermediate input is small.

c. Direct Deflation To Value Added

Deflation of sectoral value added

done by using the implicit price index

used by the output or in directly used

appropriate production index, then

made as divisor number to sectoral

value added at current price.Implicitly,



27

tambah sektoral atas dasar harga

berlaku. Secara implisit pendekatan ini

didasarkan pada asumsi bahwa inflasi

yang terjadi pada output dianggap

sama dengan inflasi pada input antara.

Asumsi ini akan lebih mudah bila

digunakan dalam jangka pendek atau

bila rasio input antara adalah kecil.

d. Deflasi Komponen Pendapatan

Komponen-komponen pendapat-

an dari nilai tambah pada dasarnya

erat kaitannya dengan tenaga kerja,

modal dan manajemen. Perubahan

kualitas tenaga kerja dan modal akan

menyebabkan kesulitan-

kesulitan,pendekatan inihanya

digunakan untuk sektor-sektor dimana

tiga pendekatan di atas tidak mungkin

digunakan karena tidak tersedianya

data dasar atau indeks output yang

sesuai. Pendekatan ini akan lebih cocok

bila nilai tambah terutama terdiri dari

kompensasi tenaga kerja dan

penyusutan.

2.4. Cara Penyajian dan Angka Indeks

Agregat PDRB secara berkala

selalu disajikan dalam dua bentuk, yaitu

atas dasar harga yang berlaku dan atas

dasar harga konstan suatu tahun dasar,

seperti yang telah diuraikan di atas.

Pada penyajian atas dasar harga

yang berlaku, semua agregat PDRB dinilai

this approach is based on the

assumption that inflation happens in

output to be the same with the inflation

of intermediate input. This assumption

will be easier when used in the

termshort or if the ratio between the

input is small.

d. Deflation Income Components

The components of income from

value added is essentially closely related

to labor, capital and management.

Changes in the quality of labor capital

would cause difficulties, this

approachis only used for the sectors in

which the three approaches above can

not be used because of the

unavailability of basic data or the

corresponding index of output. This

approach would be more appropriate if

the value added consists primarily of

labor compensation and depreciation.

2.4. Presentation Procedure and Index in

Figures

Aggregate GRDP periodically always

presented in two forms, namely current

prices and constant prices based on an

annual basis, as described above.

In the presentation at current prices,

the aggregate GRDP of all assessed at



28

atas dasar harga yang berlaku pada

masing-masing tahunnya, baik pada saat

menilai produksi dan biaya antara maupun

pada penilaian komponen nilai tambah.

Pada penyajian atas dasar harga

konstan suatu tahun dasar semua agregat

PDRB dinilai atas dasar harga tetap yang

terjadi pada tahun dasar, sehingga

perkembangan agregat PDRB semata-mata

karena perkembangan riil dan bukan

karena pengaruh kenaikan harga.

Agregat PDRB juga disajikan dalam

bentuk angka indeks yaitu indeks

perkembangan, laju pertumbuhan dan

indeks implisit, yang masing-masing dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Indeks perkembangan, diperoleh

dengan membagi nilai-nilai pada

masing-masing tahun dengan nilai

pada tahun dasar, dikalikan 100.

Indeks ini menunjukkan tingkat

perkembangan agregat pendapatan

dari tahun ke tahun terhadap tahun

dasarnya.

b. Angka laju pertumbuhan, diperoleh

dengan membagi nilai pada

masing-masing tahun dengan nilai

pada tahun sebelumnya, dikalikan

100. Jadi disini tahun sebelumnya

selalu dianggap 100. Indeks ini

menunjukkantingkat perkembangan

agregat PDRB untuk masing-masing

tahun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

c. Indeks implisit, diperoleh dengan

membagi nilai atas dasar harga

current price in each year, either at thetime

to assessment production and intermediate

cost or the assessment of value added

components.

In the presentation at constant prices

of a base year of aggregate GRDP of all

assessed on the basis of fixed prices that

occurred in the base year, so that the

aggregate GRDP growth simply because of

real growth and not because of the

influence of price increases.

Aggregate GRDP is also presented in

the form of development index, growth and

implicit index, which each can be explained

as follows:

a. Development index, obtained by

dividing the value in reference year

with the value in the base year,

multiplied by 100. This index shows

the level of aggregate income

growth from year to year to its base

year.

b. The rate of growth, obtained by

dividing the value in reference year

with value in the previous year,

multiplied by 100. So, previous year

is always considered 100. This index

shows the level of aggregate GRDP

growth for each year compared

with the year before.

c. Implicit index, obtained by dividing

the value at current price withthe



29

yang berlaku dengan nilai atas dasar

harga konstan untuk masing-masing

tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini

menunjukkan tingkat

perkembangan harga dari agregat

PDRB terhadap harga pada tahun

dasar. Selanjutnya bila dari

indeks implisit ini dibuat indeks

berantainya, akan terlihat tingkat

perkembangan harga setiap tahun

terhadap tahun sebelumnya.

value at constant price for each

year, multiplied by 100.This index

shows price growth rate of

aggregate GRDP for the base year

price.Further if the implicit index is

created chain indices, will be seen

price growth rate every year for the

previous year.


Sectoral Description

Uraian Sektoral/Sectoral Description 31


31

BAB/CHAPTER III

URAIAN SEKTORAL/SECTORAL DESCRIPTION

Bab ini menyajikan uraian sektoral

yang mencakup ruang lingkup dan definisi

masing-masing sektor dan subsektor, cara-

cara penghitungan nilai tambah atas dasar

harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan 2000, serta sumber datanya.

3.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian terdiri dari

subsektor tanaman bahan makanan,

perkebunan, peternakan, kehutanan dan

perikanan.

3.1.1. Subsektor Tanaman Bahan

Makanan

Subsektor ini mencakup komoditi

tanaman bahan makanan seperti padi,

jagung, ketela pohon, ketela rambat,

kentang, kacang tanah, kacang kedele,

kacang hijau, sayur-sayuran, buah-buahan,

tanaman pangan lainnya, dan hasil-hasil

ikutannya.

Termasuk disini hasil-hasil dari

pengolahan yang dilakukan secara

sederhana seperti beras tumbuk, gaplek

dan sagu. Data produksi diperoleh dari BPS

dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Merauke. Nilai Tambah Bruto

atas dasar harga yang berlaku diperoleh

dengan cara pendekatan produksi yaitu

This chapter present a sectoral

description including scope and definition

of each sector and sub sector, estimations

of value added at current and 2000

constant price and data source.

3.1 Agriculture

pdrb kabupaten merauke 2012

Documents