pdi perjuangan - misteri tragedi trisakti
DESCRIPTION
PDIP tentang Tragedi Trisakti, kejahata HAM, dan PrabowoTRANSCRIPT
5/16/09 3:07 AMPDI Perjuangan - Official Website - Misteri Tragedi Trisakti
Page 1 of 2http://www.pdi-perjuangan.or.id/content/view/204/311/
Pesan Perjuangan
adalah bagaimana kita berfikir untukmembela bangsa dan rakyat.
Bung Karno, Di Bawah Bendera
Revolusi, hlm. 2 -Entah bagaimana tercapainya"persatuan" itu, entah bagaimanarupanya "persatuan" itu, akan tetapikapal yang membawa kita ke Indonesia -
cari...
Misteri Tragedi Trisakti
Friday, 09 March 2007
HARAPAN sejumlah pejuang hak asasi manusia (HAM) agar DPR mendesak presiden mengambillangkah-langkah untuk mendorong penuntasan kasus Tragedi Trisakti agaknya tidak berhasil. SelainFraksi PDI Perjuangan dan Fraksi PKB, para wakil rakyat di Senayan itu tidak mendukung usulan itu.Mereka benar-benar plin-plan dan tidak memiliki nurani.
Insiden Trisakti yang mengawali huru-hara Mei 1998 adalah peristiwa bersejarah yang telah membawaIndonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Rezim Soeharto yang telah berkuasa lebih dari tigadasawarsa akhirnya jatuh. Tapi tragedi yang mengambil nyawa 4 mahasiswa sebagai martir itu sampaisekarang masih gelap, tidak jelas siapa yang harus dimintai tanggung jawab. Dan masih ada lagipertanyaan penting: Apakah empat mahasiswa Trisakti memang sengaja dikorbankan untuk suatu tujuanyang lebih besar dari pihak-pihak tertentu? Siapa penembak mahasiswa Trisakti dan siapa yangmemerintahkan mereka?
Mengacu pada tradisi budaya Indonesia adanya peran "wayang" dan dalang", dalam peristiwa ini pastiada dalangnya. Tapi siapa? Yang jelas, berdasarkan kajian sejumlah peneliti, insiden Trisakti pada 12 Mei1998 tidak terlepas dari rivalitas Wiranto dan Prabowo.
Civitas academica Trisakti, dalam pernyataan sikapnya 18 Juni 2001, berpendapat bahwa TNI dan Polrimasih menghamba kepada individu dengan melindungi jenderal-jenderal seperti Wiranto (eks Pangab),Dibyo Widodo (eks Kapolri) yang jelas-jelas pada masa terjadinya peristiwa Trisakti merupakan kakitangan kekuasaan Orde Baru. Mereka juga menuntut DPR untuk merekomendasikan Pengadilan HAM adhoc bagi penyelesaian Tragedi Trisakti. Hampir enam tahun telah berlalu, tapi tuntutan civitas academicaTrisakti itu seperti teriakan di tengah padang pasir.
Buku yang ditulis Fadli Zon-sahabat Prabowo-ini paling tidak dapat memberi pengetahuan kepada kitamengenai situasi politik pada waktu itu. Penulisan buku ini juga dipicu oleh terbitnya buku Wiranto,Bersaksi di Tengah Badai. (Buku BJ Habibie yang juga mengungkap peran Prabowo di tahun 1998, saatitu belum terbit.)
Menurut pengakuan Fadli Zon, sejak lama ia sudah 'gatal' ingin menulis buku, karena ia menilai "banyakketerangan Wiranto yang tidak sesuai dengan fakta atau kehilangan konteksnya." Fadli sebagai salahseorang saksi mata dan berada di tengah putaran badai ketika peristiwa Mei itu, tidak ingin peristiwaberejarah itu dijadikan propaganda pribadi. "Saya tidak ingin anak cucu saya membaca sejarah yangsalah, sejarah yang dibuat jenderal yang menang," tuturnya tanpa menutupi rasa tidak senangnya padaWiranto.
Menurut Fadli Zon ada dua teori tentang insiden Trisakti (penembakan mahasiswa Trisakti). Pertama,pelakunya adalah anggota Polri yang tidak disiplin dan akhirnya membabi buta menembaki mahasiswa.Kebrutalan polisi ini merupakan puncak peristiwa bentrokan antara mahasiswa dan polisi sejak beberapabulan sebelumnya. Teori kedua, adalah adanya penembak jitu (sniper) atau penembak liar yang bukananggota Polri, yang memang mendesain terjadinya insiden ini. Teori kedua ini didukung rumor dan
Pengurus Partai
Sekjen & Bendahara
Ketua Bidang
Alat Kelengkapan
Fraksi Partai
Kumpulan Pidato
Volks Populi
Beranda Profil Partai Ketua Umum Alat Kelengkapan BP-Presiden BP-Pemilu DCT
5/16/09 3:07 AMPDI Perjuangan - Official Website - Misteri Tragedi Trisakti
Page 2 of 2http://www.pdi-perjuangan.or.id/content/view/204/311/
^ Back to Top © PDI Perjuangan - 2007 Jl. Lenteng Agung Jakarta 10710 Indonesia. Untuk informasi hubungi: [email protected]
anggota Polri, yang memang mendesain terjadinya insiden ini. Teori kedua ini didukung rumor dananalisis para pengamat asing yang sejak awal tidak menyukai tentara.
Fadli Zon tidak menyebutkan teori mana menurut pendapatnya paling benar. Tapi ia mengatakan,Jenderal Wiranto sebagai Pangab ketika itu tidak mampu bertindak tegas untuk mengusut siapa pelakupenembakan dan siapa yang harus bertanggung jawab. Masalahnya, karena menurut dia, "Lamanyaproses pengungkapan penembakan mahasiswa Trisakti telah mengaburkan fakta-fakta dan membiarkanrumor, gosip dan fitnah merajalela. Korban utama dari lambannya proses pengusutan ini adalah LetjenTNI Prabowo Subianto, salah satu rival Wiranto di ABRI... Selama bertahun-tahun, Prabowo sempatdianggap orang yang bertanggung jawab di belakang kasus Trisakti."
Tentang rumor yang menimpa Prabowo ini Fadli Zon menyebut ada tiga teori atau skenario. Pertama,teori konspirasi yang lahir dan berkembang dari rivalitas Prabowo dan Wiranto. Dalam hal ini, "Prabowomerekayasa suatu kerusuhan yang diawali dengan jatuhnya martir di kalangan mahasiswa. Denganadanya kerusuhan, pamor Wiranto akan luntur dan Prabowo akan lebih mudah jika harus mengambil alihkekuasaan alias kudeta."
Teori kedua yang juga diarahkan pada Prabowo adalah adanya penembak jitu (sniper). Dalam skenario iniPrabowo dituduh memerintahkan Kopassus untuk menembak mahasiswa dari atap tertinggi di gedung-gedung di sekitar Universitas Trisakti. Teori ketiga yang menyudutkan Prabowo adalah penembakan Trisakti dilakukan tentara, dalam hal iniKopassus.
Tapi Fadli Zon berusaha membela Prabowo sahabatnya itu dengan menunjukkan kelemahan-kelemahandari ketiga teori itu. Lemah atau tidak, yang menjadi pertanyaan kita, kenapa DPR tidak mendukungupaya penuntasan Tragedi Trisakti? ?
Tentang Penulis:
FADLI ZON, SS. Msc, lahir di Jakarta tahun 1971. Menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas IndonesiaProgram Studi Rusia (1997) dan S2 dari London School of Economics and Political Science (LSE) Inggrisuntuk bidang Development Studies. Menjadi Direktur Eksekutif Center for Policy and DevelopmentStudies (CPDS) tahun 1995-1997, dan Direktur Eksekutif Institute for policy Studies (IPS) sejak 1997hingga sekarang. Pernah menjadi wartawan di beberapa majalah dan suratkabar, dan hingga kini masihtercatat sebagai Dewan Redaksi "Majalah Sastra "Horison". Di dunia politik, ia pernah menjadi AnggotaMPR RI (1997-1999) dan Ketua DPP Partai Bulan Bintang (19982001). Sehari-hari, ia kini aktif sebagaiDirektur Umum di sebuah perusahaan minyak dan gas nasional. Buku-buku yang telah diterbitkan antaralain: "Gerakan Etnonasionalis: Bubarnya Imperium Uni Soviet (Sinar harapan, 2002) dan "The IMF Game:The Role of the IMF in Bringing Down the Soeharto Regime in May1998" (IPS, 2004).
Lihat Arsip
< Sebelumnya Selanjutnya >
[Kembali]