pbs

24
Peritonitis Bakterial Spontan pada Laki-laki usia 58 tahun PENDAHULUAN Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000). Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen (Corwin, 2000). Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasita peritoneal oleh bakteri atau kimia (marylinn E,doenges, 1999 hal:513) Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera

Upload: christina-agustin

Post on 30-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pbs

Peritonitis Bakterial Spontan pada Laki-laki usia 58 tahun

PENDAHULUAN

Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi

bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ

reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000).

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga

abdomen (Corwin, 2000).

Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder,

akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasita peritoneal oleh bakteri atau

kimia (marylinn E,doenges, 1999 hal:513)

Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang

melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya.

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen

dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut

maupun kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas

pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.

Peritonitis adalah peradangan pada peritonitis yang merupakan pembungkus

visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari

peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri.

Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang bersifat epitelial. Pada

permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelm. Diantara

kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron.

Page 2: Pbs

Enteron di daerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal, dan

ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut menjadi peritonium.Lapisan

peritoneum dibagi menjadi 3, yaitu :

1.    Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa)

2.    Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis

3.    Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, para

metritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau

langsung sewaktu tindakan perabdominal.

Peritonitis adalah infeksi nifas yang dapat menyebar melalui pembuluh limfe

yang berada di dalam uterus langsung mencapai peritoneum.

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding

abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani

dapat berakibat fatal. Pada saat ini penanganan peritonitis dan abses peritoneal

melingkupi pendekatan multimodal yang berhubungan juga dengan perbaikan pada

faktor penyebab, administrasi antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi

sekunder dikarenakan kegagalan sistem organ.

Infeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. bentuk primer (i.e. spontan),

b.  sekunder (i.e. terkait proses patologi pada organ visceral),

c.  tertier (i.e. infeksi persisten atau recurrent setelah terapi inisial).

d.  Sedangkan infeksi intraabdomen biasanya dibagi menjadi :

e.  generalized (peritonitis),

f.  localized (abses intra abdomen).

Peritonitis bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga

ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Peritonitis,

yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam,

perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.

PEMBAHASAN

Page 3: Pbs

ANAMNESIS

Anamnesis merupakan waancara mendis yang merupakan tahap awal dari rangkaian

pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung.

Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang

bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial,

dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina

hubungan dokter pasien yuang profesional dan optimal.1

Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

1. Identitas pasien

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat kesehatan keluarga

5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status

perkawinan, pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut

sering berkaiatan dengan masalah klinik maupun gangguang sistem organ tertentu.

Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta

pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya diteluskan

secara singkat berserta lamanya, seperti menuliskan judul berita utama surat kabar.

Misalnya badan panas sejak 3 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan terutama

jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok, anemia progresif),

tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi, memburuknya

pasien saat ditangani).

Pemeriksaan Penunjang

Page 4: Pbs

a.      Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus, extravasasi

bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.

b.       Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran

cerna yang tidak teratasi.

c.      Pemeriksaan laboratorium.

Etiologi

Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer

(peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organviseral),

atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).

Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif

(umum) dan abses abdomen (lokal).

Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit

yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah Peritonitis Bakterial Spontan

akibat penyakit hati yang kronik. Ini terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun

biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Kira - kira 10-

30% pasien dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis

bakterial.         

Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan kelenjar

getah bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1% dari semua kasus

peritonitis primer.

Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis sekunder,

disebabkan infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau saluran bilier.

Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam kehidupan jika tidak dirawat

dengan cepat.

Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis,

perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon

sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi kolon asenden (usus

halus).

Penyebab iatrogenik umumnya bersal dari trauma saluran cerna bagian atas

termasuk pankreas, saluran empedu dan kolon juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.

Page 5: Pbs

Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya

peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi non infeksi, insiden

peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharunsnya kurang dari 2 %.

Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, diventikulitis, kolesistitis) tanpa

perforasi beresiko kurang dari 10% terjadi peritonitis sekunder dan abses peritoneal.

Resiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya terlibatan

duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan

transfusi yang pasif.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan

penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil, perut kembung

dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi

pucat, mata cekung, kulit muka dingin.

2.3 Patofisiologi

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat

fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang

menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.

Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai

pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.

Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran

mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka

dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya

interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke

perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk

mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan

juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera

gagal begitu terjadi hipovolemia.

Page 6: Pbs

Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami

oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ

tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen

usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk

jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan

adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di

cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen,

membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.

Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila

infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis

umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian

menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,

mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat

terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu

pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.

Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus

karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus

sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu

obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total

atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga

terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi

perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat

terjadi peritonitis.

Page 7: Pbs

Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai

di epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi

lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang

mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini

timbul mendadak terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan

peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar

keseluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi

bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu

menunjukkan rangsangan peritoneum berupa mengenceran zat asam garam yang

merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi

peritonitis bakteria.

Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul

abdomen dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ

yang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari

organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon

yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila

perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi

perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan

bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme

membutuhkan waktu untuk berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut

abdomen karena perangsangan peritoneum.

Klasifikasi Peritonitis

Page 8: Pbs

Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Peritonitis Bakterial Primer

Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum

peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.

Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau

Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Spesifik : misalnya Tuberculosis

2.   Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.

Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,

keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.Kelompok resiko tinggi adalah

pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan

sirosis hepatis dengan asites.

B. Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)

Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal

atau tractus urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan

peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya

infeksi ini. Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar

pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.

Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu

peritonitis. Kuman dapat berasal dari:

1.      Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum

peritoneal.

Page 9: Pbs

2.      Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh bahan

kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.

3.      Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.

C. Peritonitis tersier, misalnya:  

Peritonitis yang disebabkan oleh jamur, seperti Peritonitis yang sumber kumannya

tidak dapat ditemukan.Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung,

seperti misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.

D. Bentuk lain dari peritonitis:

1.      Aseptik/steril peritonitis

2.      Granulomatous peritonitis

3.      Hiperlipidemik peritonitis

4.      Talkum peritonitis

Manifestasi Klinis

Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi

atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi

hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat

tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme

antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan

atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina

bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-

pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi

(misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita

Page 10: Pbs

dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis,

atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

tanda gejala yang lain juga terjadi :

1.      Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi

2.      Demam menggigil

3.      Pols tinggi, kecil

4.      Perut gembung tapi kadang-kadang ada diarrhea

5.      Muntah

6.      Pasien gelisah, mata cekung

7.      Pembengkakan dan nyeri di perut

8.      Demam dan menggigil

9.      Kehilangan nafsu makan

10.  Haus

11.  Mual dan muntah

12.  Urin terbatas

13.  Bisa terdapat pembentukan abses.

14.  Sebelum mati ada delirium dan coma

Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis

tanda dan gejalanya ; demam, Perut bawah nyeri, keadaan umum tetap baik, pada

pelvioperonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam

kavum douglas harus dikeluarkan, ibu dengan peronitis dapat mengalami gejala akut,

penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Pada

pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul

dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah

keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.

Diagnosis peritonitis ditegakan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut

abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneun

visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda

peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis

Page 11: Pbs

bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi, nyeri abdomen

yang hebat biasanya memiliki punctum maksimum ditempat tertentu sebagai sumber

infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekainsme antisipasi penderita secara

tidak sadar utnuk menghindari palpasinya yang meyakinakan/tegang karena iritasi

peritoneum.

Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri

akibat pelvic inflammatory disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif

palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan

steroid, pascatranspalntasi, atau hiv), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya

trauma cranial, enselofati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita

dengan paraplegia dan penderita geriatric.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan

penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan

nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,

menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies

hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

Komplikasi

Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut

sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut,

yaitu :

a.    Komplikasi dini

1.    Septikemia dan syok septic

2.    Syok hipovolemik

3.    Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi system

4.    Abses residual intraperitoneal

5.    Portal Pyemia (misal abses hepar)

b.    Komplikasi lanjut

Page 12: Pbs

1.    Adhesi2.    Obstruksi intestinal rekuren

Penatalaksanaan

       a.  Pencegahan

1.      Selama kehamilan

Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus

diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting,

karenanya diet yang baik harus diperhatikan.

Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya

ketuban dan terjadinya infeksi.

2.      Selama persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-

kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan

persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak.

Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker,

alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam

hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin

dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.

3.      Selama nifas

Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari

pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari

luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan

wanita-wanita dalam nifas.

b.   Penatalaksanaan Medis

Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :

Page 13: Pbs

1.        Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan

medik.

2.        Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.

3.        Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.

4.        Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.

5.        Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.

6.        Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).

7.        Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi dan

diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase.

8.        Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.

c.    Pengobatan

Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan .

         Parasentesis         Sefotaksim 3 x 2 gr iv 5 hari

Karena peritonitis berpotensi mengancam kehidupan. Penderita disarankan

mendapat perawatan di rumah sakit.

Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan

(laparotomi eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan.

Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :

1.      Mengeliminasi sumber infeksi.

2.      Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal

3.      Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.

Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama. Analgesik

diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual

Page 14: Pbs

dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan

okesigenasi secara adekuat, tetapi kadang- kadang inkubasi jalan napas dan bentuk

ventilasi diperlukan.Tetapi medikamentosa non- operatif dengan terapi antibiotik, terapi

hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi modulasi

respon peradangan.

Kesimpulan

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus

visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus

organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam

rongga pelvis disebut pelvioperitonitis.

Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang

terinfeksi, penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan

seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis

dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal),

iritasi tanpa infeksi.

Patofisologi peritonitis adalah reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah

keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara

perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya

sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,

tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan

terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum terapi ini dapat Penggantian cairan dan

elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena. Terapi antibiotika memegang

peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Terapi analgesik diberikan

Page 15: Pbs

untuk mengatasi nyeri. Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan

memperbaiki penyebab.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita

Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

2. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997, Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu

Bedah; 221-239, EGC, Jakarta.

3. Way. L. W.Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis & Treatment, 7th Ed.,

Maruzen.1998 : USA.

4. Wilson. L. M., Lester. L .B.Usus kecil dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit, Ed.4, alih bahasa dr. Peter Anugrah, EGC, 1995 : Jakarta.

5. Schrock. T. R. Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7, alih bahasa

dr. Petrus Lukmanto, EGC,2000 : Jakarta.

6. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Abdomen Akut, dalam Radiologi Diagnostik, p

256-257, Gaya Baru, 1991 : Jakarta.

7. Schwartz. S. J., Shires. S. T. S., Spencer. F.C.Peritonitis dan Abces

Intraabdomen dalamIntisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Ed.6, alih bahasa dr.

Laniyati, EGC, 2000 : Jakarta.

8. Dahlan. M., Jusi. D., Sjamsuhidajat. R.Gawat Abdomen dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah, Edisi Revisi, EGC.2000 : Jakarta.