pbl tumor parotis

24
Tumor Parotis Inne Ikke Citami Putri 102011034 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11520 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 e-mail: [email protected] Pendahuluan Kelenjar saliva memiliki fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Produksi air liur setiap hari 500 sampai 1500 milliliter. Air liur penting untuk mempertahankan rongga mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Kelenjar ludah dibagi menjadi kelenjar ludah major dan minor. Kelenjar ludah major meliputi kelenjar ludah parotis, submandibuler dan sublingual. Saraf fasialis merupakan bagian penting pada anatomi kelenjar parotis. Salah satu kelainan kelenjar parotis adalah adanya pembengkakan atau benjolan pada parotis. Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis. Tumor parotis dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan pada dekade ke lima, sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Diantara tumor jinak parotis yang paling sering adalah adenoma pleoformik.

Upload: nella

Post on 28-Nov-2015

315 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ca Parotis

TRANSCRIPT

Page 1: PBL Tumor Parotis

Tumor Parotis

Inne Ikke Citami Putri

102011034

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11520

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

e-mail: [email protected]

Pendahuluan

Kelenjar saliva memiliki fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur.

Produksi air liur setiap hari 500 sampai 1500 milliliter. Air liur penting untuk

mempertahankan rongga mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan

suhu.

Kelenjar ludah dibagi menjadi kelenjar ludah major dan minor. Kelenjar ludah major

meliputi kelenjar ludah parotis, submandibuler dan sublingual. Saraf fasialis merupakan

bagian penting pada anatomi kelenjar parotis. Salah satu kelainan kelenjar parotis adalah

adanya pembengkakan atau benjolan pada parotis.

Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis. Tumor parotis

dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan pada dekade ke lima,

sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Diantara tumor jinak parotis yang

paling sering adalah adenoma pleoformik. Tumor ganas parotis yang sering dijumpai adalah

karsinoma mukoepidermoid. Adanya N. Fasialis yang berjalan (berada) di dalam kelenjar

parotis menyebabkan pembedahan tumor parotis tergolong sulit. Ini disebabkan karena selain

mengeluarkan seluruh tumornya, harus dilakukan upaya maksimal untuk mempertahankan

(preservasi) N. Fasialis. Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak adalah tumor parotis,

sekitar 75% sampai 85 %. 1

Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan

berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada

kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan

atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri.

Page 2: PBL Tumor Parotis

2

Pembahasan

I. Anamnesis

Anamnesis merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis suatu penyakit.

Secara umum anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter

dengan cara melakukan serangkaian wawancara yang dapat langsung dilakukan

terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-

anamnesis). Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti:

Identitas

Menanyakan identitas penting pada pasien seperti nama, umur atau usia, jenis

kelamin, alamat dan pekerjaan.

Keluhan utama

Menanyakan apa keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien datang

berobat dan lamanya.

Riwayat penyakit sekarang (RPS)

a. Cerita kronologis yang terperinci dan jelas tentang keadaan pasien sebelum

ada keluhan sampai dibawa berobat

b. Pengobatan sebelumnya dan hasilnya

c. Perkembangan penyakit

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama

sebelumnya serta riwayat penyakit lain yang pernah diderita pasien.

Riwayat Keluarga

Untuk mengetahui bagaimana status kesehatan keluarga serta mencari tahu

apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama.

Riwayat Psychosocial (sosial)

Mengetahui bagaimana lingkungan kerja, sekolah atau tempat tinggal serta

faktor resiko gaya hidup.

Page 3: PBL Tumor Parotis

3

Pada kasus diketahui Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang kepoliklinik

dengan keluhan benjolan pada bawah telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu.

Benjolan dirasa semakin membesar hingga membuat telinga kanannya terangkat.

Selain itu pasien juga mengeluh mata kanannya tidak dapat menutup sempurna sejak 1

bulan yang lalu. Presentasi yang paling umum adalah adanya massa di daerah pipi

posterior tanpa rasa sakit dan tanpa gejala > 80% pasien. Sekitar 30% dari pasien

mengeluhkan rasa sakit yang terkait dengan massa, meskipun keganasan kelenjar

parotis sebagian besar tidak sakit. Kemungkinan besar rasa sakit menunjukkan adanya

invasi perineural yang memungkinkan adanya keganasan pada pasien dengan massa

parotis.

Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu timbulnya massa,

riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis. Pertumbuhan massa yang relatif

lambat cenderung jinak. Riwayat adanya karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas,

atau histiocytoma bersifat ganas menunjukkan metastasis intraglandular atau

metastasis ke kelenjar getah bening parotis. Kemungkinan besar tumor parotis yang

kambuh menunjukkan reseksi awal yang tidak memadai.

II. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi nilai keadaan umum pasien secara menyeluruh

serta bagaimana tingkat kesadarannya. Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan

pada pergerakan dapat ditentukan apakah ada pembengkakan abnorm. al dan dimana,

bagaimana keadaan kulit dan selaput lendir diatasnya dan bagaimana keadaan fungsi

nervus fasialis. Terkadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitar

dan tampak adanya trismus. Inspeksi dapat dilakukan sampai intraoral untuk melihat

adakah desakan tonsil atau uvula. Penderita juga harus diperiksa dari belakang untuk

dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari pengamatan. Palpasi yang teliti

dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran, bentuknya,

konsistensi dan hubungan dengan sekelilingnya seperti apakah ada pembesaran pada

kelenjar getah bening leher.

Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan

apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan

selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadang-

kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan langsung

Page 4: PBL Tumor Parotis

4

tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang, untuk dapat

melihat asimetrisitas yangmungkin lolos dari perhatian kita.2

Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi

tumor dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan

sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara

sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi juga

harus dilakukan.2

Pada kasus saat pemeriksaan fisik teraba benjolan berdiameter kurang lebih 7

cm dengan nyeri tekan positif, konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada

palpasi daerah leher dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah

bening.

III. Pemeriksaan Penunjang

1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)

BAJAH merupakan cara yang aman dan cepat untuk mendiagnosis adenoma

pleomorfik parotis, sekalipun keakuratan hasilnya tergantung pada keterampilan dari

ahli sitopatologi yang memeriksa.3

Helmus C. MD mendapatkan angka ketepatan sampai 94% dengan biopsi aspirasi

jarum halus pada tumor parotis, dan menjadikannya sebagai prosedur rutin sejak tahun

1988.3

2. Pemeriksaan Radiologi

a) Sialografi

Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis

sejak dulu, namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan

(Computerized tomografi scan) dan MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan

pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong jaringan parotis dan

duktusduktusnya.3

b) Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi gambaran berupa massa

berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih

tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran yang

heterogen dengan daerah nekrosis, kistik sering didapatkan karena pada adenoma

Page 5: PBL Tumor Parotis

5

pleomorfik sering terdapat cairan, lemak darah, dan kalsifikasi. Pemberian

kontras memberikan penyangatan yang bervariasi.3

Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan

sekitar. Namun MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang

secara histopatologi jinak dan mudah dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT

Scan hampir sama dengan MRI dalam menentukan lokasi tumor, batas tumor dan

infiltrasi ke jaringan sekitar.3

c) Ultrasonografi (USG)

Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut,

hipoekoik dan sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas

memberikan gambaran yang lebih heterogen. Meskipun dengan USG dapat

memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik namun CT dan MRI dibutuhkan

untuk menilai tumor lebih lengkap.3

3. Biopsi Terbuka

Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan

merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tandatanda kearah ganas,

seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada daerah ini

bersifat kambuh lokal jika kapsulnya dirusak dan juga karena alasan kosmetik.3

IV. Diagnosis Kerja

Working diagnosis yang diambil adalah tumor parotis.

Kelenjar Parotid

Kelenjar ludah adalah kelenjar tubuloasiner. Secara embriologis, kelenjar berasal dari

lapisan germinal ektodermal dan lapisan germinal endodermal. Kelenjar ludah dapat dibagi

dalam dua golongan:4

Kelenjar ludah besar (major) yang terdiri dari tiga pasang kelenjar, yaitu kelenjar

parotis, submandibular, dan sublingual.

Kelenjar ludah kecil (minor). Kelenjar-kelenjar ini jumlahnya banyak dan ukurannya

kecil-kecil. Kelenjar ludah minor menempati mukosa pipi (buccal) dan mukosa faring.

Page 6: PBL Tumor Parotis

6

Gambar 1. Kelenjar Saliva

Sumber: http://www.virtualmedicalcentre.com

Kelenjar parotid adalah yang terbesar dari tiga kelenjar saliva besar berpasangan dan

terletak tepat di depan dan di bawah telinga. Bersama dengan kelenjar submandibular dan

sublingual, yang merupakan dua kelenjar lain yang berpasangan yang memproduksi saliva.5

Saraf fasialis merupakan bagian penting pada anatomi kelenjar parotis. Keberhasilan

teknik operasi pada semua jenis parotidektomi tergantung pada identifikasi dan pemeliharaan

saraf ini. Saraf fasialis keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus yang

terletak pada bagian paling medial dari fisura timpanomastoid, yaitu antara tip mastoid

dengan liang telinga luar. Pada tempat ini arteri stilomastoideus berjalan tepat di lateral dari

trunkus saraf fasialis. Saraf fasialis memasuki dan membagi kelenjar parotis menjadi dua

lobus superfisial dan profunda. Saraf fasialis ini bercabang menjadi dua cabang utama yaitu

bagian lebih superior (temporofasial) yang akan mencabangkan ramus temporalis, ramus

zigomatikus dan ramus businator superior, sedangkan cabang bagian inferior (servikofasial)

akan mencabangkan ramus servikal, ramus submandibula dan ramus businator inferior.3

Kelenjar parotid dapat membengkak karena beberapa sebab, diantaranya yang paling

umum karena virus atau infeksi bakteri, pembentukan batu dan peradangan. Kelenjar parotid

juga dapat mengakibatkan tumor. Hal ini umumnya muncul seperti benjolan biasa yang

berada di sekitar sudut rahang atau tepat di bawah daun telinga.5

Dari semua tumor kelenjar saliva, sekitar 70 % adalah tumor parotis. Dari tumor

parotis, 70% adalah tumor benigna dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma pleomorfik.

Adenoma pleomorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus disertai

peningkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa

menyebabkan gejala-gejala nervus fasialis. Adenoma pleomorfik biasanya muncul sebagai

massa tunggal yang tidak nyeri pada permukaan lobus parotis. Tumor benigna kelenjar

Page 7: PBL Tumor Parotis

7

parotis kedua terbanyak adalah limfomatosum kistadenoma papiler atau Wharthin tumor.

Dengan jumlah laki-laki yang lebih sering terkena, tumor ini biasanya terjadi pada kedua

kelenjar parotis dan tampak secara histologis sebagai infiltrat limfositik dengan proliferasi

kistik epitelial.6

Pada tumor maligna kelnjar saliva hampir selalu muncul sebagai massa tersendiri.

Adanya nyeri biasanya dihubungkan dengan keganasan pada 20% kasus. Gejala-gejala lain

seperti kesemutan, disfungsi nervus fasialis, atau paralisis nervus lengkap. Kelumpuhan

nervus fasialis hampir tidak pernah terlihat pada penyakit jinak atau harus dipertimbangkan

sebagai tanda-tanda kemungkinan adanya keganasan.6

Organisasi Kesehatan Dunia (W.H.O.) melalui International Histological

Classification of Tumours telah membuat klasifikasi yang berdasarkan kombinasi gambaran

histologik dengan sifat klinik dari tumor. Klasifikasi ini yang sekarang banyak dipakai.

Klasifikasi WHO untuk tumor parotis sebagai berikut:1,4

A. Tumor epitelial

B. Tumor non epitelial

C. Tumor yang tidak dapat diklasifikasikan

D. Keadaan lain yang berhubungan dengan :

- kelainan limfoepitelial jinak

- sialosis

- onkositosis

Klasifikasi untuk tumor epitelial parotis:1,4

1. Adenoma (jinak)

a. Adenoma pleomorfik (mixed tumor)

b. Adenoma monomorfik :

- Adenolimfoma (papillary cystadenoma lymphomatosum, tumor Whartin)

- Adenoma oksifilik

- Adenoma jenis lain, misalnya: adenoma tubuler, adenoma clear cell dan

adenoma sel basal

2. Tumor "potensial ganas"

a. tumor mukoepidermoid

b. tumor sel asinik

3. Karsinoma (ganas)

a. karsinoma adenoid kistik (silindroma)

Page 8: PBL Tumor Parotis

8

b. adenokarsinoma

c. karsinoma epidermoid

d. karsinoma yang tidak berdiferensiasi (undifferentiated)

e. karsinoma pada adenoma pleomorfik

Untuk kepentingan pengelolaan tumor ganas parotis sehubungan dengan jenis patologi

dan sifat klinik dari tumor (biologic behavior) maka pada tumor ganas parotis dapat dibagi

dalam 2 group berdasarkan derajat keganasannya, yaitu: (Eisele dan Johns, 1993).

1. Keganasan derajat rendah, misalnya: karsinoma muko epidermoid, adeno

karsinoma sel asinik, karsinoma adenoid kistik (silindroma).

2. Keganasan derajat tinggi, misalnya: karsinoma muko epidermoid, adeno

karsinoma, karsinoma sel skuamosa atau epidermoid, karsinoma pada

adenoma pleomorfik.

Tumor non epitelial parotis yang jinak, seperti hemangioma, fibroma dan

neurofibroma maupun yang ganas, seperti fibrosarkoma, neurosarkoma, hemangiosarkoma,

limfoma maligna lebih jarang dijumpai, biasanya pada anak. 1,4

Sebagian besar (80%) tumor parotis adalah jinak, terbanyak (60-80%) adenoma

pleomorfik berupa benjolan bulat terutama disekitar liang telinga yang biasanya tumbuh

lambat meskipun kadang ada periode pendek tumor tumbuh cepat, konsistensi lunak sampai

padat, mobile, tidak nyeri dan tanpa kelainan pada nervus fasialis. Makroskopis tumor tampak

seperti berkapsul disertai tonjolan tonjolan kearah luar, berwarna putih, kadang ada

pembentukan kista atau perdarahan. Tumor jinak kedua tersering adalah tumor Warthin`s (6-

10%). 1

Tumor parotis dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan

pada dekade ke lima, sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Tumor ganas

parotis yang paling sering adalah karsinoma mukoepidermoid (10%), disusul kemudian

karsinoma sel asinik dan adenoid kistik karsinoma (silindroma). Biasanya tumor tumbuh

cepat atau mendadak cepat disertai nyeri dan kelumpuhan nervus fasialis (merupakan gejala

patognomonis). 1

Pada anak, tumor jinak parotis yang sering ditemukan adalah hemangioma, disusul

kemudian adenoma pleomorfik dan limfangioma.. Tumor ganas kelenjar ludah pada anak

sekitar 85% diketemukan di kelenjar parotis, terutama jenis karsinoma mukoepidermoid

(Eisele dan Johns, 1993).1

Page 9: PBL Tumor Parotis

9

Tumor Jinak Parotis

Pada tumor jinak parotis, yang paling sering ditemukan adalah tumor campur (mixed

tumor). Sifat-sifat dari tumor campur:4

Benjolan disekitar liang telinga tanpa rasa sakit. Benjolan ini tumbuh lambat.

Bila cukup besar, daun telinga akan terlihat terangkat jika dibandingkan

dengan daun telinga normal di kontralateral. Benjolan konsistensi padat,

berbatas tegas, gangguan saraf fasialis biasanya tidak ditemukan.

Gross anatomi: tumor berkapsul, berwarna putih dan padat.

Patologi: tumor tidak berkapsul asli, mengesankan berasal dari campuran

adenoma dan jaringan miksomatosa. Dan gambaran ini disebut sebagai

pleomorphic adenoma (tumor campur).

Tumor campur mudah residif bila pengangkatan inadekuat.

Tumor Ganas Parotis

Tumor ganas parotis atau kelenjar ludah lainnya pada tingkat permulaan tidak mudah

dibedakan dari benjolan yang bersifat benigna. Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan

akan keganasan parotis antara lain:4

Tumor keras dan berbatas tidak tegas

Paralise nervus fasialis

Tumor yang tumbuh cepat

Tumor dengan pembesaran kelenjar getah bening regional

Tumor parotis dengan gambaran metastase di paru-paru.

V. Diagnosis Banding

Parotitis Epidemika

Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar

ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis. Virus ini adalah anggota kelompok

paramiksovirus, yang jiga mencakup parainfluenza dan campak. 85% infeksi terjadi pada

anak yang lebih muda dari umur 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi, tetapi sekarang

penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda.7

Virus diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, danrah, urin, otak danjaringan

terinfeksi lainnya. Virus diisolasi dari ludah selama 6 hari sebelum dan sampai 9 hari sesudah

munculnya pembengkakan kelenjar ludah. Penularan agaknya tidak terjadi lebih lama

daripada 24 jam sebelum munculnya pembengkakan atau lebih lambat dari 3 hari sesudah

Page 10: PBL Tumor Parotis

10

menyembuh. Virus diisolasi dari urin dari hari pertama sampai ke 14 sesudah mulainya

pembengkakan kelenjar ludah.7

Virus yang masuk akan mulai melakukan pembelahan dalam sel saluran

pernafasan. Virus akan dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke kelenjar ludah dan

kelenjar lain yang rentan. Masa inkubasi berkisar dari 14 sampai 24 hari, dengan puncak pada

17 sampai 18 hari.7

Adenoma Submandibular

Merupakan tumor jinak pada kelenjar parotis dan paling sering terjadi. Bentuk

dari tumor ini adalah adanya pembengkakan tanpa rasa nyeri yang bertahan dalam waktu

lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Reseksi bedah total

merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada

saraf fasialis. Adenoma pleomorfik juga merupakan tumor kelenjar submandibular yang

paling sering. Tumor ini paling sering pada palatum dekat garis tengah pada pertemuan

palatum mole dan palatum durum. Lokasi ini juga merupakan lokasi yang paling sering untuk

tumor ganas kelenjar liur.9

VI. Etiologi

Etiologi keganasan kelenjar liur pada umumnya belum diketahui secara pasti.

Merokok diduga kuat berperan dalam perkembangan tumor ini. Dilaporkan bahwa perokok

mempunyai risiko 4-8 kali dibanding yang tidak perokok.

VII. Epidemiologi

Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari

seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan

dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor

pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor

berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign

pleomorphic adenomas).8

VIII. Patofisiologi

Teori Sel Cadangan merupakan teori yang paling banyak digunakan. Teori ini

menyatakan bahwa pertumbuhan sel – sel tumor dipicu oleh pertumbuhan sel-sel cadangan

(stem cell) yang berasal dari sistem duktus kelenjar parotis. Tipe tumor bergantung pada tipe

stemcell dan dari diferensiasi stem cell pada tahap transformasi sel normal menjadi sel tumor.

Page 11: PBL Tumor Parotis

11

Stem cell dari duktus intrkalaris akan berkembang menjadi karsinoma kistik adenoid dan

karsinoma sel asinik. Stem cell dari duktus ekskretoris akan berkembang menjadi karsinoma

mukoepidermoid. karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma duktus salivaorius.

Teori Multiseluler menyatakan bahwa pembentukan sel-sel tumor kelenjar ludah

berkembang dari diferensiasi sel-sel unitnya. Sebagai contoh, karsinoma sel skuamosa

berkembang dari epitel duktus ekskretorius, dan karsinoma sel asinik berkembang dari sel

asini.

IX. Manifestasi Klinis

Neoplasma kelenjar ludah biasanya merupakan massa yang tumbuhnya lambat dan

berbatas tegas. Jika ditemukan gejala nyeri, pertumbuhan cepat, kelemahan saraf atau

parestesia, tanda-tanda limfodenopati servikal, perlekatan pada kulit atau otot dibawahnya,

semuanya itu menunjukkan keganasan.

Gejala pada neoplasma parotis yaitu biasanya terdapat pembengkakan di depan

telinga dan kesulitan untuk menggerakkan salah satu sisi wajah. Paralisis nervus facialis

sering didapatkan pada pasien dengan neoplasma parotis maligna. Adanya bengkak

biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan

menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan. Keluhan yang dirasakan pasien berupa

benjolan yang soliter, tidak nyeri, dipre/infra/retro aurikuler, jika terdapat rasa nyeri sedang

sampai berat biasanya terdapat pada keganasan. Terjadinya paralisis nervus facialis pada 2-

3% kasus keganasan parotis. Terdapatnya disfagia, sakit tenggorokan, serta gangguan

pendengaran. Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening jika terjadi

metastasis.

X. Penatalaksanaan

Setiap benjolan pada parotis yang mencurigakan neoplasma harus dioperasi. Pada

operasi dilihat letak tumor, apakah dari lobus superfisialis atau lobus profunda. Sebagian

besar tumor parotis jinak berasal dari lobus superfisialis karena bagian ini volumenya jauh

lebih besar daripada lobus profunda. Bila tumor berasal dari lobus superfisialis, saaf fasialis

dikenali mulai dari trunkus sampai pada kelima cabangnya. Lobus superfisialis dan tumor

diangkat dengan meninggalkan saraf fasialis dan lobus profunda (parotidektomi

superfisialis). Jaringan dikirim ke bagian patologi untuk pemeriksaan potong beku (frozen

section). Pemeriksaan ini memerlukan waktu kurang lebih setengah jam. Bila hasilnya

merupakan kelainan jinak, operasi telah memadai, kecuali tepi sayatan tidak bebas dari

Page 12: PBL Tumor Parotis

12

tumor. Bila hasilnya ternyata keganasan atau sayatan tidak bebas tumor, lobus profunda juga

diangkat. Saraf fasialis ditinggalkan bila tidak terinfiltrasi tumor ganas. Bila saraf fasialis

terinfiltrasi tumor ganas, saraf itu seluruhnya atau sebagian diangkat bersama tumor. Pada

tumor jinak dari lobus profunda diangkat setelah terlebih dahulu mengangkat lobus

superfisialis (parotidektomi totalis).4

Pilihan utama penatalaksanaan tumor kelenjar liur adalah bedah dengan mengangkat

tumor secara komplit. Sisa tumor dapat mengakibatkan terjadinya kekambuhan dan

sebagian dapat berubah menjadi ganas. Parotidektomi dengan perawatan saraf fasialis dapat

dilakukan pada kasus dimana tumor parotis berada pada daerah superfisial dari saraf fasialis.

Pada beberapa kasus kita juga tidak memerlukan pengangkatan lobus parotis secara

keseluruhan jika pada temuan operasi tumor dapat diangkat secara komplit. Saat ini terdapat

berbagai teknik pembedahan dalam pengangkatan adenoma pleomorfik berdasarkan

pengangkatan terhadap kelenjar parotis, antara lain:3

Parotidektomi Total

Parotidektomi total adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat

seluruh kelenjar parotis baik dengan mengangkat saraf fasialis atau merawat

saraf fasialis. Parotidektomi total diindikasikan pada tumor jinak yang

mengenai kedua lobus kelenjar parotis atau pada tumor ganas parotis.

Parotidektomi Superfisial

Parotidektomi superfisial adalah pengangkatan tumor parotis dengan

mengangkat seluruh lobus superfisial parotis baik dengan pengangkatan saraf

fasialis atau dengan perawatan saraf fasialis. Teknik operasi ini dilakukan pada

tumor jinak atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus

superfisial dari parotis. Parotidektomi superfisialis dapat dilakukan dengan

mengangkat saraf fasialis jika tumor mengenai saraf fasialis atau tanpa

mengangkat saraf fasialis.

Parotidektomi Medial

Parotidektomi medial adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat

seluruh lobus profunda parotis baik dengan pengangkatan saraf fasialis atau

Page 13: PBL Tumor Parotis

13

dengan perawatan saraf fasialis. Teknik operasi ini dilakukan pada tumor jinak

atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus profunda

dari parotis.

Parotidektomi Subtotal

Parotidektomi subtotal adalah reseksi konservatif dalam pengangkatan tumor

kelenjar parotis dimana kelenjar yang diangkat kurang dari parotidektomi

superfisial atau medial atau diseksi saraf fasialis yang tidak komplit.

Pengangkatan tumor dengan batas yang adekuat dengan jaringan normal,

diharapkan kekambuhan tidak terjadi dan fungsi fisiologis kelenjar dan saraf

fasialis dapat dipertahankan, komplikasi yang mungkin timbul dari

pengangkatan kelenjar parotis dapat dikurangi. Walaupun parotidektomi

superfisial atau medial dengan perawatan saraf fasial merupakan standar dalam

pengangkatan tumor jinak parotis, namun berdasarkan temuan operatif

parotidektomi parsial atau subtotal dapat menjadi pilihan untuk dilakukan.

Pengangkatan lobus kelenjar parotis tidak diperlukan jika tumor

memungkinkan untuk diangkat secara komplit.

Enukleasi

Enukleasi adalah pengangkatan tumor tanpa melakukan pengangkatan terhadap

kelenjar parotis. Ini dapat dilakukan jika tumor memungkinkan terangkat

secara komplit. Biasanya dilakukan pada tumor yang ukurannya kecil, tumor

yang mempunyai kapsul atau pada tumor yang letaknya berada di daerah ekor

dari kelenjar parotis.

Komplikasi yang ditimbulkan pada parotidektomi seperti kelumpuhan saraf

fasialis, dan sindroma Frey, akan berkurang dengan teknik enukleasi. Namun

dipihak lain angka kekambuhan akan meningkat dengan teknik enukleasi

terutama jika terjadi kerusakan kapsul, namun jika kapsul dapat dipertahankan

angka kekambuhan ini dapat ditekan bahkan lebih kecil dari 2%.

Setiap pembedahan pengangkatan tumor jinak parotis selalu dimulai dengan

parotidektomi superfisial. Kemudian berdasarkan temuan operasi dapat

diperluas ke lobus medial jika diperlukan untuk mengangkat tumor secara

komplit.

Page 14: PBL Tumor Parotis

14

XI. Komplikasi

Komplikasi akibat pengangkatan tumor parotisdapat timbul terutama jika dilakukan

dengan parotidektomi. Komplikasi yang timbul dapat berupa:3,4

1. Sindroma Frey

Reinervasi yang bersilang dari jalur otonom kelenjar parotis ke kelenjar

keringat, sehingga serabut parasimpatis, yang dirangsang oleh penciuman,

pengecapan, akan mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah. Hal ini

berakibat timbulnya keringat dan kemerahan di sekitar kulit pada region parotis pada

waktu mengunyah. Kejadian ini berkisar 30%-60% pasien pasca parotidektomi.3

2. Kelumpuhan saraf fasialis

Kelumpuhan saraf fasialis lebih sering terjadi pada tindakan parotidektomi

total dari pada parotidektomi superfisial, dan akan semakin berkurang jika hanya

melakukan parotidektomi subtotal atau enukleasi. Kelumpuhan saraf fasial terjadi

akibat tarikan yang dilakukan saat operasi atau oleh trauma operasi. Kelumpuhan yang

terjadi dapat bersifat sementara atau menetap.2 Paralise ini dapat mengakibatkan

keratitis, karena mata sulit tertutup dengan baik. Pemotongan cabang saraf

mengakibatkan paralise otot yang bersangkutan.4

3. Fistula kelenjar liur

Merupakan komplikasi yang sering muncul setelah dilakukan parotidektomi,

dimana air liur akan berkumpul di daerah bekas operasi, sehingga cairan yang

terkumpul ini akan keluar melalui celah sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini

biasanya akan berhenti sendiri karena air liur yang terkumpul dapat diserap kembali

atau dapat dihisap dengan menggunakan spuit.3

XII. Prognosis

Tumor yang diangkat secara komplit dapat sembuh secara total. Pada

pengangkatan yang tidak komplit tumor ini dapat mengalami kekambuhan dan pada kasus

yang jarang dapat berubah menjadi ganas dan dapat mengalami metastase. Kekambuhan

tumor ini dapat diprediksi dengan menggunakan imunohistokimia. Ekspresi musin khususnya

MUC1 pada adenoma pleomorfik merupakan marker yang penting untuk memprediksi

kekambuhan tumor ini.3

Penutup

Page 15: PBL Tumor Parotis

15

Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak di sisi kanan dan kiri di

daerah telinga bagian bawah. Kelenjar ini bisa mengalami gangguan dengan sebab yang

belum diketahui pasti. Tumor adalah salah satu kelainan pada kelenjar ini. Jika hal ini terjadi,

orang yang menderita tumor akan mengalami beberapa kesulitan, salah satunya adalah

kesulitan menutup mata secara sempurna. Diagnosis tumor parotis ini ditegakkan berdasarkan

anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan histopatologi tumor.

Penatalaksanaan tumor parotis adalah pembedahan, dengan mengangkat tumor secara komplit

tanpa meninggalkan sisa. Pembedahan yang tidak adekuat untuk dapat mengakibatkan

terjadinya kekambuhan.

Daftar Pustaka:

1. Kentjono WA. Pembedahan pada tumor parotis dan kanker rongga mulut. Majalah

Kedokteran Tropis Indonesia 2006.

2. Velde VD. Onkologie. Leiden: Stafleu; 1973.

3. Firdaus MA, Pulungan MR. Penatalaksanaan adenoma pleomorfik parotis. Diunduh

dari http://repository.unand.ac.id/17121/, 05 November 2013.

4. Togar. Tumor kelenjar ludah. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D,

Sumardi R, Ramli M, editor. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Publishing; 2010.h.359-62.

5. Parotid. Diunduh dari http://www.thyroidheadnecksurgery.com/ind/parotid.html, 03

November 2013.

6. Schwartz SI. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta: EGC; 2000.h.256-9.

7. Maldonado Y. Parotitis epidemika. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Alvin AM,

editor. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.h.1074-7.

8. Leegard T, Lindeman H. Salivary gland tumours. Dalam: Clinical picture and

treatment. Acta Otolaryngologica; 1970.h.155–9.