tumor parotis ganas

23
TUMOR PAROTIS GANAS I. PENDAHULUAN Tumor ganas kelenjar saliva mewakili berbagai macam kelompok neoplasma dengan berbagai macam variasi biologik. Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar saliva mayor yang mencakup sepasang kelenjar parotis, submandibular dan sublingual serta kelenjar saliva minor yang mana terdiri dari 600-1000 kelenjar kecil terdistribusi pada traktus aerodigestif bagian atas. Beberapa tumor ganas sering sulit dibedakan dari yang lain pada pewarnaan rutin (hematoksilin- eosin). Tumor ganas kelenjar saliva mewakili 3-4% dari keganasan pada kepala dan leher dan < 0,5% dari seluruh kanker yang terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Keganasan kelenjar saliva biasanya tidak umum dan terjadi insiden dengan perkiraan 1-2 per 100.000 populasi per tahun. Hal ini disebabkan karena kasus keganasan kelenjar saliva jarang terjadi, penelitian terhadap tumor ini biasanya terbatas sehingga pengobatan yang diberikan sulit. (1,2,3) Hanya 20-25% dari tumor kelenjar parotis, 44-50% dari tumor kelenjar submandibular dan > 70% dari tumor kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor yang mengarah kepada suatu keganasan. Walaupun, 75-80% dari tumor kelenjar parotis berlokasi di kelenjar parotis, umumnya kebanyakan berubah ke arah tumor ganas dengan perbandingan 40:10:1 untuk tumor ganas pada kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual. (3) 1

Upload: habiby-habibaty-qolbi

Post on 05-Dec-2014

192 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tumor Parotis Ganas

TRANSCRIPT

Page 1: Tumor Parotis Ganas

TUMOR PAROTIS GANAS

I. PENDAHULUAN

Tumor ganas kelenjar saliva mewakili berbagai macam kelompok neoplasma dengan

berbagai macam variasi biologik. Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar saliva mayor yang

mencakup sepasang kelenjar parotis, submandibular dan sublingual serta kelenjar saliva

minor yang mana terdiri dari 600-1000 kelenjar kecil terdistribusi pada traktus aerodigestif

bagian atas. Beberapa tumor ganas sering sulit dibedakan dari yang lain pada pewarnaan

rutin (hematoksilin-eosin). Tumor ganas kelenjar saliva mewakili 3-4% dari keganasan pada

kepala dan leher dan < 0,5% dari seluruh kanker yang terdiagnosis setiap tahun di Amerika

Serikat. Keganasan kelenjar saliva biasanya tidak umum dan terjadi insiden dengan

perkiraan 1-2 per 100.000 populasi per tahun. Hal ini disebabkan karena kasus keganasan

kelenjar saliva jarang terjadi, penelitian terhadap tumor ini biasanya terbatas sehingga

pengobatan yang diberikan sulit.(1,2,3)

Hanya 20-25% dari tumor kelenjar parotis, 44-50% dari tumor kelenjar

submandibular dan > 70% dari tumor kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor yang

mengarah kepada suatu keganasan. Walaupun, 75-80% dari tumor kelenjar parotis berlokasi

di kelenjar parotis, umumnya kebanyakan berubah ke arah tumor ganas dengan

perbandingan 40:10:1 untuk tumor ganas pada kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan

kelenjar sublingual.(3)

II. ETIOLOGI

Etiologi tumor parotis belum diketahui dengan pasti. Konsumsi tembakau dan alcohol

dikatakan memiliki hubungan dengan peningkatan risiko tumor Warthin. Suatu penelitian

menunjukkan bahwa virus Epstein-Barr dapat menjadi penyebab. Namun, peran infeksi

virus dalam patogenesis tumor parotis masih belum jelas. Radiasi derajat rendah juga

menjadi factor risiko .(1)

Penelitian terhadap virus seperti Epstein Barr virus sebagai faktor etiologi kecuali

untuk karsinoma yang tidak berdiferensiasi, hal ini pun tidak berperan untuk infeksi virus

sebagai faktor patogenesis keganasan kelenjar saliva.(4)

III. PATOFISIOLOGI

1

Page 2: Tumor Parotis Ganas

Patofisiologi terjadinya tumor parotis didasarkan pada dua teori utama yaitu :

1. Teori Sel Cadangan, Yaitu merupakan teori yang paling banyak digunakan.

Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan sel – sel tumor dipicu oleh

pertumbuhan sel – sel cadangan (stem cell) yang berasal dari sistem duktus

kelenjar parotis. Tipe tumor bergantung pada tipe stemcell dan dari

diferensiasi stem cell pada tahap transformasi sel normal menjadi sel tumor.

Stem cell dari duktus intrkalaris akan berkembang menjadi karsinoma kistik

adenoid dan karsinoma sel asinik. Stem cell dari duktus ekskretoris akan

berkembang menjadi karsinoma mukoepidermoid. karsinoma sel skuamosa,

dan karsinoma duktus salivaorius.

2. Teori Multiseluler,menyatakan bahwa pembentukan sel – sel tumor kelenjar

ludah berkembang dari diferensiasi sel – sel unitnya. Sebagai contoh,

karsinoma sel skuamosa berkembang dari epitel duktus ekskretorius, dan

karsinoma sel asinik berkemban dari sel asini.

3.

IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR SALIVA

Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan

di depan processus mastoid dan liang telinga luar. Di sebelah depan, kelenjar ini terletak di

lateral dari ramus ascenden mandibula dan otot masseter. Di bagian bawah, kelenjar ini

berbatasan dengan otot sternocleidomastoideus dan menutupi bagian posterior abdomen otot

digastrikus. Kelenjar ini dipisahkan dari kelenjar submandibula oleh ligamentum

stylomandibularis. Bagian dalam dari kelenjar parotis meluas ke posterior dan medial dari

ramus ascenden mandibula dan dikenal sebagai daerah retromandibular. Bagian kelenjar

inilah yang berdekatan dengan ruang parafaringeus.

2

Page 3: Tumor Parotis Ganas

Gambar 1. Kelenjar Parotis

Saraf facialis meninggalkan tengkorak melalui foramen stylomastoideus dan

melewati bagian depan tepat di lateral dari processus styloideus. Saraf ini kemudian masuk

ke substansi kelenjar parotis dan terbagi menjadi dua saluran utama, yaitu servikofacialis

dan temporofacialis. Bagian temporofacialis kemudian terpisah menjadi cabang temporal

dan zygomatikus, sedang servikofacialis memberikan cabang servikalis, bagian tepi

mandibula, dan bagian buccal, yang melewati bagian depan tepat di bawah duktus parotis.

Jalan saraf facialis melalui substansi kelenjar parotis akan membagi kelenjar, untuk

keperluan klinis menjadi lobus superficial dan bagian medial dari saraf facialis dikenal

sebagai lobus profunda. Lobus profunda yang terletak berdekatan dengan saraf kranial IX,

X, dan XI serta bagian arteri karotis externa menjadi arteri temporalis superficial dan arteri

maxillaris interna.

Duktus parotis kurang lebih panjangnya 6 cm dan muncul dari bagian anterior

kelenjar. Duktus ini melintasi otot masseter dan membelok tajam di atas batas anterior otot

masseter kemudian menembus otot buccinator. Duktus ini kemudian berlanjut ke jaringan

submukosa mulut dan memasuki rongga mulut melalui papilla kecil yang berhadapan

dengan mahkota gigi molar kedua rahang atas.

Kelenjar submandibula (submaksilaris) terletak di bawah ramus mandibula horizontal

dan dibungkus oleh lapisan jaringan penyambung yang tipis. Kelenjar ini seluruhnya

terletak di dalam trigonum digastrikus yang dibentuk oleh bagian abdomen dari otot

digastrikus anterior dan posterior. Di bagian tengah kelenjar ini dibatasi oleh otot

styloglossus dan hyoglossus, serta di bagian depan dibatasi oleh otot mylohyoid. Sebagian

3

Page 4: Tumor Parotis Ganas

besar bagian medial kelenjar berhubungan erat dengan dasar mulut. Duktus submandibula

(duktus Wharton’s) juga mempunyai panjang 6 cm. Duktus ini lewat di antara otot

mylohyoid dan hyoglossus tepat di tengah kelenjar sublingualis dan memasuki mulut tepat

ditepi frenulum lidah.

Gambar 2. Kelenjar Submandibula

Pasangannya kelenjar sublingualis terletak tepat di bawah dasar mulut bagian depan

dan merupakan kelenjar liur minor yang cukup besar. Saliva disekresi masuk ke dasar mulut

melalui beberapa duktus yang pendek.

Kelenjar sublingualis dan submandibularis merupakan kelenjar campuran, keduanya

terdiri dari bagian kelenjar yang serosa dan mukosa. Kelenjar parotis hampir seluruhnya

terdiri dari elemen serosa. Dalam keadaan istirahat kelenjar submandibula menghasilkan

kurang lebih dua pertiga jumlah liur, dan kelenjar parotis memberikan kurang lebih

sepertiga jumlah liur.

4

Page 5: Tumor Parotis Ganas

Gambar 3. Kelenjar Sublingualis

Respon air liur terhadap rangsangan tergantung pada refleks saraf yang dibawa oleh

sistim saraf parasimpatis. Saraf parasimpatis kelenjar parotis terdapat pada nukleus

salivatorius inferior. Serat-seratnya meninggalkan otak melalui saraf glossofaringeal dan

melalui telinga tengah, melintasi promontorium pada saraf Jacobson’s. Pada plexus

tympanikus, saraf ini memasuki saraf petrossus minor, dan mencapai ganglion otikus. Serat

post-ganglion dari ganglion otikus mencapai kelenjar parotis melalui bagian temporal

aurikularis saraf kelima. Saraf parasimpatis kelenjar submandibula berasal dari nukleus

salivatorius superior. Serat-seratnya memasuki saraf intermedius (saraf dari Wrisberg) dan

mengikuti saraf facialis memasuki bagian vertikal mastoid. Serat-serat ini kemudian

meninggalkan saraf VII pada korda timpani, melalui telinga tengah, dan bergabung dengan

saraf lingualis. Serat-serat ini mengikuti saraf lingualis ke ganglion kecil yang berhubungan

erat dengan kelenjar submandibula. Serat-serat post-ganglion meninggalkan ganglion

submandibula melalui substansi kelenjar. Karena pemotongan dari saraf korda timpani dan

saraf Jacobson’s tidak selalu mengurangi sekresi liur, pasti ada jalur parasimpatis lain yang

menyokong kelenjar. Diduga bahwa jalur-jalur ini melibatkan hypoglosus dan

glossofaringeus. Saraf simpatis yang menyokong kelenjar liur mayor berasal dari ganglion

servikalis superior melalui jalan plexus arteri. Rangsangan simpatis kelenjar liur mayor

dilaporkan menyebabkan aliran yang meningkat diikuti penurunan aliran sebagai

kompensasi. Karena tidak adanya elemen otot dalam kelenjar-kelenjar itu sendiri, maka hal

ini diyakini bahwa peningkatan aliran ini mungkin oleh karena kontraksi dari mioepitel, atau

sel-sel basket yang berhubungan dengan duktus striata.(5)

Fungsi utama kelenjar liur adalah :

1. Memelihara hygiene mulut dan gigi

2. Menyiapkan makanan pada waktu mengunyah, mengecap dan menelan

3. Permulaan dari fase awal pencernaan karbohidrat

4. Pengaturan tak langsung hidrasi tubuh(6)

5

Page 6: Tumor Parotis Ganas

V. HISTOLOGI

KLASIFIKASI DERAJAT TUMOR GANAS KELENJAR SALIVA(3)

DERAJAT RENDAH

Karsinoma epidermoid derajat rendah

Adenokarsinoma derajat rendah

Karsinoma sel skuamosa derajat rendah

Karsinoma sel asinus

Adenokarsinoma polimorf derajat rendah

Karsinoma sel basal

DERAJAT SEDANG

Karsinoma epidermoid derajat sedang

Adenokarsinoma derajat sedang

Karsinoma sel skuamosa derajat sedang

Karsinoma kista adenoid

Karsinoma epitel-mioepitel

Karsinoma onkokistik

Karsinoma mioepitel

Karsinoma pada adenoma pleomorfik

Karsinoma kelenjar duktus

DERAJAT TINGGI

Karsinoma epidermoid derajat tinggi

Adenokarsinoma derajat tinggi

Karsinoma sel skuamosa derajat tinggi

Karsinosarkoma

Karsinoma tidak berdifferensiasi

6

Page 7: Tumor Parotis Ganas

VI. SISTEM KLASIFIKASI TUMOR GANAS KELENJAR SALIVA

American Joint Committee on Cancer (AJCC) : T (tumor), N (nodul), M (metastasis)

revisi tahun 2002(3)

KELAS T N M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T3 N0 M0

T1-3 N1 M0

IV A T1-3 N2 M0

T4a N0-2 M0

IV B T4b Setiap N M0

Setiap T N3 M0

IV C Setiap T Setiap N M1

Ket :

T (tumor)

TX : Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 : Tidak ada bukti tumor primer

T1 : Tumor ≤ 2 cm tanpa ekstensi ekstraparenkim

T2 : Tumor > 2 cm, ≤ 4 cm tanpa ekstensi ekstraparenkim

T3 : Tumor > 4 cm atau adanya ekstensi ekstraparenkim

T4a : Tumor menyerang kulit, mandibula, saluran telinga, saraf facial atau beberapa

struktur yang lain

T4b : Tumor menyerang dasar tengkorak atau tulang pterygoid atau merusak arteri

karotis

N (nodul)

NX : Daerah kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

N0 : Tidak ada nodul metastasis pada kelenjar limfa regional

N1 : Nodul < 3 cm pada kelenjar tunggal ipsilateral

N2a : Nodul > 3 cm dan ≤ 6 cm pada kelenjar tunggal ipsilateral

7

Page 8: Tumor Parotis Ganas

N2b : Metastasis di beberapa kelenjar getah bening ipsilateral, nodul ≤ 6 cm

N2c : Metastasis kelenjar getah bening kontralateral atau bilateral, nodul ≤ 6 cm

N3 : Metastasis kelenjar getah bening tunggal atau multipel, nodul > 6 cm

M (metastasis)

MX : Tidak ditemukan metastasis jauh

M0 : Tidak ada metastasis jauh

M1 : Terdapat metastasis jauh

VII.PERBEDAAN TUMOR JINAK DAN GANAS KELENJAR SALIVA(5)

JinakKemungkinan

Keganasan MeningkatGanas

Parotis Submandibula Kelenjar liur minor

Usia muda Lebih tua

Wanita Pria

Fungsi saraf facialis utuh Paresis Paralisis

Kistik Keras Keras seperti batu

Durasinya lama (> 2 tahun) Tumbuh cepat Onset cepat (< 1 tahun)

Asimptomatik Rasa tidak enak Nyeri

Tidak adenopati Adenopati servikal

VIII. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

penunjang

1. Anamnesis

Presentasi yang paling umum adalah adanya massa di daerah pipi posterior tanpa

rasa sakit dan tanpa gejala > 80% pasien. Sekitar 30% dari pasien mengeluhkan rasa

sakit yang terkait dengan massa, meskipun keganasan kelenjar parotis sebagian besar

tidak sakit. Kemungkinan besar rasa sakit menunjukkan adanya invasi perineural yang

memungkinkan adanya keganasan pada pasien dengan massa parotis.

Dari pasien dengan tumor ganas parotis, 70-20% terdapat adanya kelemahan atau

kelumpuhan saraf wajah, yang hampir tidak pernah menyertai lesi jinak dan

8

Page 9: Tumor Parotis Ganas

menunjukkan prognosis buruk. Sekitar 80% dari pasien dengan kelumpuhan saraf wajah

telah terjadi metastasis nodul pada saat diagnosis. Pasien-pasien ini memiliki

kelangsungan hidup rata-rata 2,7 tahun dan selama 10 tahun sebesar 14-26%.

Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu timbulnya massa,

riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis. Pertumbuhan massa yang relatif

lambat cenderung jinak. Riwayat adanya karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas, atau

histiocytoma bersifat ganas menunjukkan metastasis intraglandular atau metastasis ke

kelenjar getah bening parotis. Kemungkinan besar tumor parotis yang kambuh menunjukkan

reseksi awal yang tidak memadai.

Sebuah laporan adanya sakit pada telinga mungkin menunjukkan perluasan tumor

ke dalam saluran pendengaran. Adanya keluhan mati rasa sering menunjukkan invasi

saraf pada cabang kedua atau ketiga dari saraf trigeminal.(7)

Gambar 4. Adenoma pleomorfik, keganasan terjadi pada 3-5% kasus(8)

2. Pemeriksaan Fisis

Pada pasien dengan tumor kelenjar saliva, diindikasikan pemeriksaan kepala dan

leher secara cermat. Perhatian harus langsung pada ukuran, lokasi dan mobilitas dari

tumor. Ada atau tidak ada penekanan dari tumor sebaiknya dicatat. Adanya paralisis

nervus facialis seharusnya meningkatkan kecurigaan adanya suatu keganasan pada

pasien, walaupun jarang, tumor jinak dapat juga menyebabkan paralisis nervus facialis.(4)

3. Pemeriksaan Penunjang

9

Page 10: Tumor Parotis Ganas

Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk

penegakan diagnosis tumor parotis meliputi pemeriksaan histopatologik dan

pemeriksaan radiologik ( foto polos, sialografi, CT- Scan, dan MRI)

a. Pemeriksaan Histopatologik

1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine – Needle Aspiration Biopsy)

Biopsi Aspirasi Jarum halus merupakan alat yang sederhan untuk

diagnostic. Biopsi aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu tingkat keakuratan

yang cukup tinggi dengan sensitifitas 88-98% dan spesifitas 94% pada tumor

jinakBiopsi aspirasi jarum halus juga sensitive dalam mendeteksi keganasan sebesar

58-98 % dengan spesifitas 71-88%. Tekhnik ini sederhana, dapat ditoleransi dengan

komplikasi yang minimal. Selain untuk menegakan diagnosis defenitif, pemeriksaan

ini juga bermanfaat untuk menentukan tindakan tepat selanjutnya dan untuk evaluasi

preoperative. Keakuratan FNAb bergantung pada ketrampilan citopatologist.

2. Bedah Diagnostik

Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional dan enukleasi

massa parotis berhubungan dengan peningkatan rekurensi tumor, terutama pada

adenoma pleiomorfik. Penanganan bedah yang baik untuk tumor parotis adalah

reseksi bedah komplit melalui parotidektomi dengan identifikasi dan preservasi

nervus fasialis. Identifikasi nervus fasialis ditujukan agar dapat dilakukan eksisi

tumor yang adekuat dan mencegah cedera nervus fasialis. Cara ini memeastikan

batas jaringan sehat yang adekuat disekeliling tumor, sehingga pada kebanyakan

kasus tidak hanya bersifat diagnostic, tetapi juga kuatif. cara ini jarang dilakukan dan

biasanya dilakukan hanya pada pasien dengan keganasan yang tidak dapat dioperasi.

Pada kasus seperti ini, biopsy dengan insis terbuka berguna dalam diagnostic

histopatologi dan terapi radiasi paliatif atau kemoterapi.

b.Pemeriksaan Radiologi

10

Page 11: Tumor Parotis Ganas

1. Sialograi

Tekhnik ini memerlukan suntikan bahan kontras yang larut dalam air atau

minyak langsung keduktus submandibula atau parotis. Setelah pemakaian anastesi

topical pada daerah duktus, tekanan yang lembut dilakukan pada kelenjar, dan muara

duktus yang kecil diidentifikasi oleh adanya aliran air liur. Muara duktus dilebarkan

dengan menggunakan sonde lakrimal. Kateter ukuran 18, mirip dengan jenis yang

digunakan untuk pemberian cairan intravena, atau pipa polietilen secara lembut

dimasukkan sekitar 2 cm kedalam duktus.. Kateter dipastikan pada sudut mulut. Tekhnik

ini sama untuk kelenjar parotis dan submandibula. Bagaimanapun kanulasi duktus

kelenjar submandibula, memebutuhkan kesabaran dari pada pelebaran duktus parotis.

Film biasa sinar X diperoleh untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat substansi

radioopak, seperti batu dalam kelenjar. Antara 1,5 dan 2 ml media kontras disuntikan

secara lembut melalui kateter kedalam kelenjar sampai penderita merasakan adanya

tekanan tetapi tidak melewati tititk ketika penderita mengeluh nyeri. Dilakukan foto

lateral, lateral oblik, oblik, dan anteriposterior. Ketika kateter diangkat penderita dapat

diberikan sedikit sari buah lemon. Dalam 5 sampai 10 menit pengambilan foto ulang.

Normal jika seluruh media kontras dikeluarkan dalam waktu itu. Persistensi media

kontras dalam kelenjar 24 jam setelah test ini pasti abnormal

Terdapat keuntungan dan kerugian dari bahan kontras yang dapat larut

dalam air dan lemak. Sekarang ini Pantopaque dan Lipidol merupakan bahan kontras

yang paling popular.

Sialografi lebih berguna pada gangguan – gangguan kronis kelenjar

parotis seperti sialadenitis rekuren, sindrom sjorgen, atau obstruksi duktus seperti

striktur. sialografi tidak berguna untuk membedakan massa jinak dari massa keganasan.

Sialografi merupakan kontra indikasi terdapatnya peradangan aKut kelenjar yang bAru

terjadi.

2. CT-Scan

11

Page 12: Tumor Parotis Ganas

Gambar 5. Tumor Parotis Ganas. Gambar menunjukkan massa berbatas tegas dalam kelenjar

parotis kiri, yang telah terbukti sebagai adenoma pleomorfik(9)

Gambar 6. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis kiri potongan axial leher(8)

3. MRI

Gambar 7. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis kanan potongan axial leher(8)

CT-Scan dan MRI digunakan untuk menemukan tumor dan menggambarkan

luasnya. Sedangkan biopsi untuk menegaskan jenis sel.(10)

IX. DIAGNOSIS BANDING

12

Page 13: Tumor Parotis Ganas

Penyakit inflamasi, defesiensi nuterisi, dan infeksi. Kista parotis dapat juga

menyerupai tumor bisa menyebabkan pembesaran kelenjar parotis. Lesi kistik

limfoepitelial yang kadang – kadang ditemukan pada penderita yang terinfeksi HIV juga

dapat menyerupai tumor parotis.

Selain itu,proses keganasan subkutaneus sering kali bermetastase ke kelenjar

ludah. Melanoma dan karsinoma sel skuamosa merupakan jenis tumor yang paling

sering bermetastase ke kelenjar parotis. Tumor infraklavikularis (kanker pada paru,

ginjal, payudara, dan kolorectal) juga dapat menyebar ke kelenjar ludah.

X. PENATALAKSANAAN

1. Operasi

Pilihan pengobatan untuk neoplasma kelenjar parotis adalah melalui pembedahan.

Sebagian besar tumor parotis jinak dan ganas dapat diatasi dengan parotidektomi

superfisial atau total sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi nervus fasilais.

Parotidektomi superfisial adalah tindakan pengangkatan massa tumor dengan kelenjar

parotis lobus superfisial. Parotidektomi total adalah pengangkatan massa tumor

dengan seluruh bagian kelenjar parotis. pada keadaan yang sudah lanjut dimana tumor

sudah meluas ke jaringan sekitar dilakukan parotidektomi radikal, yaitu pengangkatan

massa tumor dengan mandibulektomi, pemotongan kulit atau otot dan pemutusan

nervus fasilais. Insisi awal dibuat di preaurikularis. Insisi kemudian diperlebar kearah

posterior, kemudian secara bertahap ke inferior dan medial pada lekukan leher.

Untuk tumor ganas kelenjar parotis, parotidektomi total atau extended

parotidectomy biasanya dianjurkan. Invasi langsung pada saraf menghalangi

perlindungan bagian saraf tersebut dari keganasan. Harus dilakukan potongan beku

untuk menyingkirkan adanya invasi saraf, dan invasi ini selalu terjadi pada bagian

kranial. jika mungkin, dilakukan cangkok saraf pada waktu reseksi bedah.(3,5)

2. Radiasi

Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan pembedahan, terapi

radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek menguntungkan jika digabungkan

dengan pembedahan yaitu meningkatkan hasil terapi. Selain itu berperan sebagai terapi

13

Page 14: Tumor Parotis Ganas

primer untuk tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada tiga keadaan di mana terapi

radiasi merupakan indikasi, yaitu untuk tumor-tumor yang sudah tidak dapat direseksi;

untuk tumor-tumor yang kambuh pasca bedah; dan tumor derajat tinggi yang

dikhawatirkan kambuh pada tepi daerah operasi. Terapi radiasi juga merupakan

indiksasi untuk keganasan derajat rendah tetapi tepi daerah operasi masih menjadi

tanda tanya atau kurang adekuat. Radiasi telah terbukti dapat memberantas secara

permanen tumor-tumor yang tidak dapat lagi dilakukan pembedahan dan tumor yang

kambuh setelah pembedahan.(6)

3. Kemoterapi

Secara umum, tumor kelenjar liur berespon buruk terhadap kemoterapi, dan

kemoterapi adjuvan saat ini diindikasikan hanya untuk paliatif. Doxorubicin dan agen

berbasis platinum yang paling sering digunakan untuk menginduksi apoptosis

dibandingkan dengan obat doxorubicin yang berbasis menangkap sel tumor. Agen

berbasis platinum, dalam kombinasi dengan mitoxantrone atau vinorelbine, juga

efektif dalam mengendalikan keganasan kelenjar liur yang berulang. Suatu bentuk

baru dari fluoropyrimidine 5-fluorouracil disebut meningkatkan aktivitas melawan sel-

sel ganas dan memiliki lebih sedikit efek samping gastrointestinal yang telah terbukti

ampuh melawan kanker ganas kelenjar saliva, selain itu mempotensiasi efek

radioterapi dengan aktivitas apoptosis yang meningkat.(11)

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi dari penatalaksanaan tumor kelenjar saliva meliputi komplikasi operasi

dan komplikasi radiasi.

1. Komplikasi Operasi

Paralisis saraf facial (atau saraf yang lain), hematoma, fistula kelenjar atau sialocele,

Frey syndrome, rusaknya kosmetik merupakan beberapa komplikasi operasi

2. Komplikasi Radiasi

Komplikasi radiasi meliputi mukositis akut, trismus dan fibrosis, osteoradionekrosis

dan penurunan penglihatan.(3)

14

Page 15: Tumor Parotis Ganas

XII. PROGNOSIS

Prognosis tumor parotis ganas tergantung dari stadium dan ukuran tumor pada saat

ditemukan, ada atau tidak ada paralisis saraf facialis, dan menunjukkan adanya metastasis

servikal. Dan lagi, jenis spesifik dari tumor adalah penting dalam memastikan harapan

hidup dan diperlukan dalam prosedur operasi yang luas. Hal yang sangat menarik bahwa

keluhan awal dari nyeri telah diperlihatkan dalam beberapa penelitian sebagai tanda

prognosis yang buruk.(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Eisele, David W, Kleinberg, Lawrence R. Management of Malignant Salivary Gland

Tumors. In : Harrison, Louis B. eds. Head and Neck Cancer A Multidisciplionary Approach

2nd ed. New York : Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.620-635

2. Kaplan, Michael J, Johns, Michael E. Malignant Neoplasma. In : Cummings, Charles W.

eds. Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd ed. St. Louis : Mosby Year Book;

1993.p.1043-1076

3. Concus, Adriane P. Malignant Diseases of the Salivary Glands. In : Lalwani, Anil K. ed.

Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology Head & Neck Surgery. United States :

McGraw-Hill Companies; 2004.p.325-336

4. Oh, Young S, Eisele, David W. Salivary Gland Neoplasms. In : Bailey, Byron J. eds. Head

& Neck Surgery Otolaryngology 4th ed volume 2. New York : Lippincott Williams &

Wilkins; 2004.p.1515-1532

5. Adams, George L. Gangguan-gangguan Kelenjar Liur. In : Adams, George L. eds. Boies

Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC; 1997.p.305-318

6. Yeh, Stephen. Kelenjar Liur. In : Ballenger, John Jacob. ed. Penyakit Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi 13 Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara; 1994.p.328-345

7. Amirlak, Bardia. ed. Malignant Parotid Tumors. Emedicine. [serial online]. 2009 Jun. [cited

2010 Nov 19] : [screens] 1/1. Available from : URL:http://www.emedicine.com

8. Ghorayeb, Bechara Y. ed. Parotid Pleomorphic Adenoma. Otolaryngology Houston. [serial

online]. 2010 August. [cited 2010 Nov 18] : [screens] 1/1. Available from :

URL:http://www.otolaryngologyhouston.com

15

Page 16: Tumor Parotis Ganas

9. Scott, Vanderheiden. ed. Malignant Parotid Tumor Imaging. Emedicine. [serial online].

2009 Apr. [cited 2010 Nov 9] : [screens] 1/1. Available from :

URL:http://www.emedicine.com

10. Smith, Richard V. ed. Salivary Gland Tumors. Merck. [serial online]. 2008 July. [cited 2010

Nov 18] : [screens] 1/1. Available from : URL:http://www.merck.com

11. Lee, Steve C. ed. Salivary Gland Neoplasms. Emedicine. [serial online]. 2009 Dec. [cited

2010 Nov 18] : [screens] 1/1. Available from : URL:http://www.emedicine.com

16