pbl klb

15
BAB I SKENARIO Setelah kondisi emergency Dimas teratasi dengan rehidrasi oral, dalam anamnesis sosial yang lebih mendalam didapatkan bahwa lima orang teman Dimas di Taman bermain yang sama juga mengalami GEA, tetapi tidak berobat di Puskesmas Gorda melainkan di pelayanan kesehatan yang lain (bidan praktek swasta, poliklinik swasta). Dokter Susi mencurigai ada Kejadian Luar Biasa (KLB) dan mengirim petugas P2M Puskesmas untuk mengunjungi Taman Bermain tersebut. Ternyata 2 orang guru di sana juga mengalami GEA yang sama tetapi lebih ringan.

Upload: wayan-merdiyana

Post on 24-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: PBL KLB

BAB I

SKENARIO

Setelah kondisi emergency Dimas teratasi dengan rehidrasi oral, dalam anamnesis

sosial yang lebih mendalam didapatkan bahwa lima orang teman Dimas di Taman bermain

yang sama juga mengalami GEA, tetapi tidak berobat di Puskesmas Gorda melainkan di

pelayanan kesehatan yang lain (bidan praktek swasta, poliklinik swasta). Dokter Susi men-

curigai ada Kejadian Luar Biasa (KLB) dan mengirim petugas P2M Puskesmas untuk men-

gunjungi Taman Bermain tersebut. Ternyata 2 orang guru di sana juga mengalami GEA yang

sama tetapi lebih ringan.

Page 2: PBL KLB

BAB II

KATA KUNCI

1. Rehidrasi Oral

Pemberian cairan khusus, yang merupakan terapi utama yang digunakan untuk

mencegah kematian karena penyakit diare. Pemberian cairan dengan larutan tertentu

yang mengandung campuran gula dan garam. Dapat dilakukan dengan cara

melakukannya adalah dengan menggunakan paket berisi bubuk yang mengandung na-

trium klorida, natrium bicarbonat, natrium sitrat, kalium klorida, dan glukosa yang

tinggal ditambah air. Di indonesia yang digunakan untuk rehidrasi oral yaitu Oralit.

2. Gastroenteritis Akut

Merupakan radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,

dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.

Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang

melebihi 4 kali, dan bentuk Feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau

lendir).Gastroenteritis akut merupakan peningkatan kekerapan, bertambah cairnya

atau bertambahnya tinja yang dikeluarkan relatif terhadap kebiasaan yang ada pada

penderita dan berlangsung tidak lebih dari 1 minggu. (Soeparto, P. 1999)

3. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu /sekelompok masyarakat ter-

tentu.(Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990).Peningkatan

frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau

tahun yang sama(Last, 1983).

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di In-

donesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau

meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis

pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa

mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan

luar biasa jika ada unsur:

· Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dike-

nal

Page 3: PBL KLB

· Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu

berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

· Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan

dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

· Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat

atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun se-

belumnya.

4. Emergency

Darurat adalah situasi yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan secara

langsung, mengancam kehidupan, atau lingkungan.

Kriteria dari kondisi darurat adalah:

1. mengancam kehidupan, harta kesehatan, atau lingkungan.

2. menyebabkan hilangnya kehidupan, determinan kesehatan, kerusakan harta

benda atau kerusakan lingkungan

3. Memiliki probabilitas tinggi untuk menyebabkan bahaya untuk hidup, kese-

hatan, atau lingkungan

5. Anamnesis sosial

Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa

yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien

mengadakan kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara

dokter dan pasien atau keluarga pasien. Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa

mencakupi keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, ri-

wayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sis-

tem tubuh pasien. 

6. P2M

Merupakan suatu upaya dalam hal pemberantasan penyakit menular. Upaya

pencegahan dan penanggulangan dapat melalui pemantapan dan peningkatan kegiatan

pokok dari program lingkungan sehat, dan program pencegahan dan pemberantasan.

Tujuan dari program P2M ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan ke-

cacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Program pengawasan terhadap

penyakit menular dengan memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui

hubungan seksual (STI), dan memperkuat pengawasan HIV.

Page 4: PBL KLB

BAB III

MINIMAL PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB)?

2. Apa Karakteristik dari Kejadian Luar Biasa (KLB)?

3. Bagaimana pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB)?

4. Bagaimana prognosis dari Kejadian Luar Biasa (KLB)?

5. Apakah lingkungan mempengaruhi kesehatan?

Page 5: PBL KLB

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia un-

tuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.

Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu /sekelompok masyarakat tertentu.

(Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990).Peningkatan frekuensi pen-

derita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang

sama(Last, 1983).

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/

MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau

meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis

pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

4.2 Karakteristik KLB

Suatu penyakit dapat di katakan KLB, apabila memenuhi kriteria dibawah ini, yaitu:

1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu bertu-

rut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan pe-

riode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau

lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau

lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu me-

nunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan ke-

naikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun

sebelumnya.

8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS

Page 6: PBL KLB

· Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas di suatu

daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas

· Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut diatas, di

suatu Kecamatan yang d atas, d eca ata ya g telah bebas dari penyakit-penyakit

tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

9. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).

10. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya

daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB:

1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.

2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.

3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.

4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB :

1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.

2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortali-

tas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tin-

dakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare, Pertusis, Po-

liomyelitis.

3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria,

Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis,  Meningitis, Keracu-

nan, Encephalitis, Tetanus.

4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB,  tetapi masuk

program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis,  Gonorrhoe, Filariasis, dll

Tujuan Penyidikan KLB

Tujuan Umum :

· Mencegah meluasnya (penanggulangan).

· Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

Tujuan khusus :

· Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .

· Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,

Page 7: PBL KLB

· Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

· Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

· Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang risiko terjadi KLB

Pemastian diagnosa kasus dengan cara :

· Mencocokkan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu.

· Menyusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.

Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada

kasus adalah sebagai berikut :

· Buat daftar gejala yang ada pada kasus

· Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut

· Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya

4.3 Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-

KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB

secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang di-

lakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap

tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan

masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-

penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-

data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan ru-

musan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah, yaitu :

1. Masa pra KLB

Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melak-

sanakan SistemKewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-

langkh lainnya :

a. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik.

b. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.

c. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat.

d. Memperbaiki kerja laboratorium.

e. Meningkatkan kerjasama dengan in-

stansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC) :

Page 8: PBL KLB

Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan

dan penanggulanganwabah di lapangan sesuai dengan data penderita

puskesmas atau data penyelidikan epideomologis. Tugas /kegiatan :

Pengamatan :

· Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.Pengambilan usap

dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluarga

Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga ter-

cemari dan sebagai sumber  penularan.

· Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi

penyebarannya.

· Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita

yang ditemukan di lapangan.

Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga

Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara

penanggulangan secara lengkap

2. Pembentukan Pusat Rehidrasi

Untuk menampung penderita yang memerlukan perawatan dan pengobatan.-

Tugas pusat rehidrasi :

· Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung.

· Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa

dsb.

· Memberikan data penderita ke Petugas TGC Mengatur logistik Mengambil usap

dubur penderita sebelum diterapi.

· Penyuluhan bagi penderita dan keluargaMenjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber

penularan (lisolisasi).Membuat laporan harian, mingguan penderita yang dirawat.

(yang diinfus, tdk diinfus,rawat jalan, obat yang digunakan dsb).

4.5 Pencegahan KLB

Pencegahan KLB dapat dilakukan pada penderita atau tersangka penderita

penyakit yang dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang

merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus,

meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.

Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan

penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-

Page 9: PBL KLB

sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarlu-

asan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya (Depkes, 2000).

Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus di-

lakukan dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pence-

gahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberan-

tasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan

dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau

membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Dep-

kes, 2000).

4.6 Prognosis KLB

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan ter-

api antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik den-

gan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas

dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mor-

talits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC

dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.

4.7 Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan

Lingkungan mempunyai pengaruh dan kepentingan yang terbesar dibandingkan

tiga faktor lainnya dalam berperanan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dera-

jat kesehatan masyarakat. Termasuk dalam kategori lingkungan di sini antara lain adalah

lingkungan fisik, sosial budaya, pendidikan dan pekerjaan.

Menurut Blum ada lima peranan lingkungan dalam menyebabkan gangguan kese-

hatan, yaitu :

1). Sebagai agent ( penyebab penyakit)

Contoh peran lingkungan sebagai penyebab penyakit : adanya beberapa mikroba

penyebab penyakit baik dari golongan bakteri, jamur, virus maupun protozoa, adanya zat-

zat kimia di lingkungan, adanya radiasi, tekanan udara, aliran listrik dan sebagainya.

2). Reservoir

Page 10: PBL KLB

Peran lingkungan sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan adanya manusia,

hewan dan benda sebagai tempat berkembang biaknya  bibit penyakit. Contoh : air kotor,

sampah dan sebagainya.

3). Vektor

Peran lingkungan sebagai penular atau penyebar penyakit dikarenakan di lingkun-

gan terdapat beberapa hewan yang berperan sebagai vektor penular atau pemindah bibit

penyakit sehingga terjadi  penularan. Contoh: lalat, kecoa, nyamuk dan sebagainya.

5). Medium transmisi

Peran lingkungan sebagai medium transmisi dikarenakan lingkungan dapat

berperan sebagai benda  perantaraagent. Contoh: udara, air, makanan dan sebagainya.