pbl fraktur

12
FRAKTUR TIBIA Pengertian Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. ( Price and Wilson, 1995 : 1183) Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur Tibia Adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia .Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Etiologi Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang. Antara penyebab berlakunya fraktur pada tulang tibia ialah: a.Trauma b.Gerakan pintir mendadak c. Kontraksi otot ekstem d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma Pemeriksaan I. Riwayat Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, Page | 1

Upload: diana-a-bass

Post on 02-Jul-2015

398 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: pbl fraktur

FRAKTUR TIBIA

Pengertian

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang

berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915) Fraktur adalah patah tulang, biasanya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan

tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183) Fraktur menurut Rasjad

(1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,

baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur Tibia Adalah patah atau gangguan

kontinuitas pada tulang tibia .Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup

dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi

apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. 

Etiologi  

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang.  2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur 

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan

kekuatan trauma.

Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan,

dan densitas tulang.

Antara penyebab berlakunya fraktur pada tulang tibia ialah:

a.Trauma

b.Gerakan pintir mendadak

c. Kontraksi otot ekstem

d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

Pemeriksaan

I. Riwayat

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur

sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,

riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

 

Page | 1

Page 2: pbl fraktur

II. Pemeriksaan Fisik

A.Inspeksi / Look

Deformitas :  angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan,  bengkak

Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo

 B.Palpasi / Feel  ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada

daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera,

daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi

Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian

cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

C.Gerakan / Moving 

D. Pemeriksaan trauma di tempat lain  : kepala, toraks, abdomen, pelvis

Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol

ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. Perlindungan

pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis

dan radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey.

 

III.Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan foto radiologi

·Bone scans, Computerized Tomography (CT-Scan), atau Magnetic Resonance Imaging (MRI

Scans)

·Pemeriksaan pencitraan (seperti rontgen) dapat membantu dalam melihat jenis dari frakturnya

sehingga dapat membantu dalam pemilihan terapi selanjutnya.

· Hal yang perlu diingat dalam pemeriksaan rontgen adalah hasilnya harus meliputi dua sendi

(distal dan proksimal), dua sisi (AP dan lateral) dan dua tulang (kanan dan kiri). Rontgen juga

berguna untuk mengevaluasi hasil dari terapi yang diberikan.

·Arteriografi dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. ·

Fraktur : menentukan lokasi, luasnya, tulang yang fraktur.

b.     Pemeriksaan laboratorium

Page | 2

Page 3: pbl fraktur

·Pemeriksaan jumlah darah lengkap

·Pemeriksaan kreatinin karena pada trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens

ginjal. Indikator paling sensitif tapi tidak spesifik.

Diagnosis

Diagnosis kerja

Trauma dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi

miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras

(jalanan).

b. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya

jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

Fraktur cruris

Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang

tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenakan stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

Manifestasi klinik

a.  Nyeri terus menerus ditempat fraktur dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema.

b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

c. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

d. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas

dan dibawah tempat fraktur

e.  Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

Jenis fraktur

Page | 3

Page 4: pbl fraktur

a. Fraktur komplet :patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran.

b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.

c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit.

d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke

patahan tulang.

e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.

f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen.

h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam.

i.  Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).

j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada

daerah    perlekatannnya.

 Diagnosa banding

Perlu diingatkan tidak semua fraktur bersifat osteoporotik.Diagnosis diferensial untuk fraktur

termasuk

Trauma

Patologi fraktur daripada neoplasma

Osteomalacia

Penyakit Paget

Infeksi contohnya tuberkolisis

Neuropati perifer

Fibrous displasia

Penatalaksanaan

Pengobatan

Farmakologi

Page | 4

Page 5: pbl fraktur

Pengobatan bagi fraktur tulang melibatkan agen nonsteroidal anti-inflammatory dan analgesic.

Dapat juga ditambah antibiotic dan profilaksis tetanus apabila diperlukan terutama untuk

fraktur terbuka.

Nonsteroidal anti-inflammatory agents (NSAIDs)

Pengobatan ini mempunya efek analgesic dan antipiretik. Mekanisme kerjanya menghambat

aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.

· Ibuprofen (Ibuprin, Advil, Motrin): ubat pilihan utama digunakan untuk mengurangkan rasa

sakit ringan hingga sedang jika tiada kontraindikasi. Ia menghambat reaksi inflamasi dan nyeri

dengan menghambat aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.

· Naproxen (Anaprox, Naprelan, Naprosyn) : digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga

sedang. Ia menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan menghambat aktivitas

siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.

Analgesics

Mengurangkan rasa sakit adalah perlu sebagai penjagaan pasien. Analgesic mempunyai efek

sedative terutama pasien yang mengalami fraktur.

·Acetaminophen (Tylenol, Panadol, aspirin-free Anacin): Ubat pilihan utama untuk rawatan

nyeri pada pasien yang hipersensitif kepada NSAIDs atau aspirin, dengan penyakit

gastrointestinal proksimal atau oasien yang mengambil antikoagulan oral.

·Acetaminophen and codeine (Tylenol #3): Digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri ringan

hingga sedang.

·Hydrocodone bitartrate and acetaminophen (Vicodin ES): Digunakan untuk menghilangkan

rasa nyeri ringan hingga sedang.

·Oxycodone and acetaminophen (Percocet): Digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri

ringan hingga sedang. Merupakan obat pilihan utama untuk pasien dengan hipersensitif aspirin.

Immunoglobulins

Pasien yang belum diimunisasi terhadap Clostridium tetani harus diberikan tetanus immune

globulin.

Page | 5

Page 6: pbl fraktur

·Tetanus immune globulin (Hyper-Tet): digunakan untuk imunisasi pasif bagi pasien dengan

luka yang kemungkinan terkontaminasi dengan spora tetanus.

Toxoids

Digunakan sebagai imunisasi tetanus. Direkomendasi sebagai injeksi booster bagi imunisasi

yang sebelumnya untuk mengelakkan terjadinya lethal symdrome.

·Tetanus toxoid : digunakan untuk penghasilan imuniti tubuh terhadap tetanus pada sebagian

pasien. Tetanus dan difteria toxoid diimunisasipada dewasa dan anak-anak lebih 7 tahun. Dosis

booster diperlukan untuk mengekalkan imuniti terhadap tetanus sepanjang hayat.

Non-Farmakologi

1.Pertolongan darurat

Pemasangan bidai atau splint.Pembidaian merupakan

benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling

tulang. tujuan :

a.mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan

b.mengurangi rasa nyeri:   Nyeri yang timbul pada

fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena

terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.

Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan

tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur).

Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai

atau gips.

c.menekan kemungkinan terjadi emboli lemak dan shock

d.memudahkan transport dan mengambil foto

Pemasangan Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi

dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang

lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal,

atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

2.Pengobatan definitive

a.Reposisi secara tertutup

Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi. Traksi dengan melakukan tarikan pada ektremitas

Page | 6

Page 7: pbl fraktur

bagian distal

Penatalaksanaan :

Penderita tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90O, sedang

kedua tungakai bawah menggantung di tepi meja. Tungkasi bawah yang patah ditarik ke arah

bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar. Gips merupakan

bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah

Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu :

a.Cara long leg plaster :

Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai

proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedangan posisi lutut dalam fleksi

20o.

b.Cara sarmiento :

Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar

malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah

tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung

proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento : kaki diinjakkan lebih cepat.

Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angilasi,

perpendekan lebih dari 2 cm tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat

dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi.

Macam – macam internal fiksasi diantaranya:

Screw

Plate + screw

Tibial nail

b.Reposisi secara terbuka

Melakukan reposisi dengan jalan operasi, kemudian melakukan immobilisasi dengan

menggunakan fiksasi interna berupa plat , pen atau kawat.

Penatalaksanaan :

a.Cara Treuta :

Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit. Setelah

tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS,

calcaneus dan tendo Achilles.

Gips dibuka setelah berbau dan basah

Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.Page | 7

Page 8: pbl fraktur

b. Cara long leg plaster :

Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah

beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh.

c.Cara dengan memekai pen di luar tulang

Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka cruris grade III. Dengan cara ini perawtan luka yang

luas di cruris sangat mudah.

Macam-macam bentuk fixateur, diantaranya:

Judet fixateur, Roger Angerson, Hoffman, Screw + Methyl Methacrylate

Terapi

Rehabilitasi medik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk :

mencegah atau meminimalisasi terjadinya kecacatan dan komplikasi

memaksimalkan potensi berfungsi semula yang disebabkan oleh berbagai gangguan

otot, tulang, saraf, pembuluh darah, jantung, maupun paru-paru. Fasilitas ini merupakan

fasilitas penting bagi penyembuhan pasien, terutama yang mengalami gangguan

kesehatan diakibatkan faktor di atas.

Pasien mampu melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari secara mandiri

Pasien mampu melakukan aktifitas fungsional lain sesuai usia

Pasien mampu melakukan ambulasi/berjalan dengan stabilitas dan pola jalan yang benar

 

a. Fisik

Mengembalikan kelenturan sendi,cegah kontraktur juga memudahkan atau

mempercepatkan proses penyembuhan luka.

i. Terapi latihan pasif/aktif asistif disesuaikan dengan kondisi fisik penderita :

Latihan lingkup gerak sendi (ROM exercise)

Latihan peregangan sendi (stretching exercise)

Latihan penguat otot (strenghthening exercise)

Latihan daya tahan (endurance exercise)

ii. Pasca fraktur tungkai bawah dilakukan latihan ambulasi (latihan jalan) secara bertahap :

Latihan persiapan ambulasi (jalan)

Latihan ambulasi dengan atau tanpa ortosis tungkai, dengan atau tanpa alat bantu

(crutches, Canadian, walker).

Latihan guna kerusi roda sesuai jenis fraktur penderita dan level kemandirian serta

aktifitas penderita.Page | 8

Page 9: pbl fraktur

 

iii. Terapi fisik pada masa immobilisasi:

Mempertahankan dan memperbaiki kondisi umum

a.       Breathing exercise

b.      General exercise untuk anggota sehat

c.       Static exercise untuk anggota diimmobilisasi

iv. Dalam mengurangkan edema:

Latihan elevasi

Latihan gerak statik

b. Psikologi

i. Diberikan apabila terdapat indikasi:

Penurunan motivasi dalam proses penyembuhan

Penurunan kepercayaan diri

Depresi

Perubahan kemampuan kerja

Terapi kaunseling dan psikoterapi amat diutamakan untuk penderita depresi.

Pencegahan

Memperbaiki keseimbangan badan

Latihan memperkuatkan otot untuk mencegah dari jatuh yang boleh menyebabkan berlaku

fraktur

Melakukan latihan keseimbangan badan setiap hari

Mendapatkan pembetulan penglihatan secukupnya

Mengelakkan atau berhati-hati terhadap pengambilan obat yang meningkatkan risiko jatuh

Ubat berkait dengan tekanan darah

Ubat khusus untuk sakit jantung

Pil diuretik

Obat untuk relaksan otot atau tranquilizer

Untuk keselamatan semasa melakukan aktivitas luar seperti olahraga, pastikan menggunakan

sepatu yang sesuai dengan aktivitas yang dilakukan dan mengenakan tas back pack supaya

tangan sentiasa bebas untuk mengimbangkan badan.

Page | 9

Page 10: pbl fraktur

Sekiranya anda sedang berjalan di mal, pastikan jenis flooring yang digunakan. Jenis marbles

dan jubin yang digilap sering kali licin dan boleh menyebabkan anda jatuh.

Di rumah pula, pastikan kamar anda sentiasa bersih tanpa sebarang objek yang bisa

mengganggu pergerakan di lantai. Pastikan kabel listrik dan telefon tidak mengganggu

perjalanan anda di dalam rumah.

Pastikan juga tangga anda mempunyai pencahayaan dan warna yang menyebabkan anda mudah

untuk mengambil setiap langkah tanpa terjatuh.

Di kamar mandi pula, anda seharusnya mempunyai alas kaki getah supaya anda tidak mudah

terjatuh.

Sentiasa pastikan anda mempunyai bekalan obat-obatan yang mencukupi dan nomor rumah

sakit yang terdekat sekiranya berlaku sebarang kecederaan agar anda bisa mendapatkan

bantuan dengan kadar segera.

Prognosis

Waktu pemulihan bervariasi. Pemulihan yang lengkap adalah apabila tidak terdapat pergerakan

tulang pada kawasan fraktur dan gambaran rontgent menunjukkan pemulihan yang sempurna

Page | 10

Page 11: pbl fraktur

Daftar pustaka

1.      Heinz Lüllmann, M. D., Klaus Mohr, M. D. Albrecht Ziegler, Ph.D. Detlef Bieger, M. D.

Color Atlas of Pharmacology 2nd ed. Thieme 2000. Antipyretic Analgesics and

Antiinflammatory Drugs. (198-204)

2.      Daniel E. Furst, MD, & Robert W. Ulrich. Basic and Clinical Pharmacology 10 th ed

Vishal 2007. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs, disease-modifying antirheumatic drugs,

nonopioid analgesics, & drugs used in gout. (36)

3.      R. Bruening, A. Kuettner, T. Flohr. Protocols for Multislice CT 2nd ed Springer 2007.

Musculoskeletal. (242-245)

4.      W. Watson Buchanan, Kerel de Ceulaer, Geza P. Balint. Clinical Examination of the

Musculoskeletal System 1st ed 1997. Physical examination in general. (1-11)

5.      Diunduh dari http://www.healthcentral.com/encyclopedia/408/344.html. Tibial Fracture

2007.

6.     Diunduh http://www.upmc.com/healthAtoZ/Pages/HealthLibrary.aspx?chunkiid=11568.

prevent shinbone fractures 2009

7.      Diunduh dari http://www.geocities.com/uitm_ot/osteoporosis.htm. osteoporosis. 2009

Page | 11