pbl ever25

8
Meningitis Tuberkulosis Everdina Ester Pelupessy - 10.2009.126 [email protected] FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Telephone : (021) 5694-2061 Ext. 2217,2204,2205 PENDAHULUAN Meningitis tuberkulosis termasuk salah satu tuberkulosis ekstrapulmone dan merupakan penyakit infeksi susunan saraf pusat (SSP) subakut dan fokus primer paru. Meningitis tuberkulosis merupakan meningitis yang paling banyak menyebabkan kematian dan kecacatan. Dibandingkan dengan meningitis bakterialis akut, perjalanan penyakit meningitis TBC lebih lama dan perubahan atau kelainan dalam cairan serebrospinalis (CSS) tidak begitu hebat. 1 PEMBAHASAN

Upload: everdina-esther-p

Post on 16-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abcd

TRANSCRIPT

Meningitis TuberkulosisEverdina Ester Pelupessy - [email protected] KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Telephone : (021) 5694-2061 Ext. 2217,2204,2205

PENDAHULUANMeningitis tuberkulosis termasuk salah satu tuberkulosis ekstrapulmone dan merupakan penyakit infeksi susunan saraf pusat (SSP) subakut dan fokus primer paru.Meningitis tuberkulosis merupakan meningitis yang paling banyak menyebabkan kematian dan kecacatan. Dibandingkan dengan meningitis bakterialis akut, perjalanan penyakit meningitis TBC lebih lama dan perubahan atau kelainan dalam cairan serebrospinalis (CSS) tidak begitu hebat.1

PEMBAHASANI. AnamnesisAnamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).2 a.Identitas: menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien, keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.b. Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.c. Riwayat penyakit sekarang (RPS): Nilai keluhan utama dan riwayatnya : misalnya malaise, anoreksia, kejang? Bagaimana pola makan anak teratur atau tidak ? nafsu makan si anak meningkat atau menurun ?d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) dan obat-obatan: Apakah pasien menderita penyakit tersebut semenjak lahir, pernahkah pasien mengalami penyakit lain sebelumnya. Pernahkah pasien mengkonsumsi suatu obat. Riwayat si anak selama dalam kandungan sampai saat ini ? ( tumbuh kembang si anak ) Adanya infeksi (apakah si anak sebelumnya pernah mengalami batuk, demam? Apakah mengalami nyeri kepala yang semakin memburuk, perubahan mental, penurunan kesadaran, kelumpuhan saraf kranial (II,III,IV,VI,VII,VIII)? Apakah sudah pernah dibawa berobat sebelumnya ? Apakah mengkonsumsi obat sebelumnya?e. Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga.f. Riwayat psychosocial (sosial): stressor (lingkungan keluarga, tempat tinggal)1Pada tiap penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya keluhan atau kelainan dibawah ini dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan berikut :31. Nyeri kepala : apakah anak anda merasakan sakit pada bagian kepala? bagaimana sifatnya, dalam bentuk seranggan atau terus menerus? dimana lokasinya? apakah sampai menganggu aktifitas sehari hari?2. Muntah : apakah disertai rasa mual atau tidak ? apakah muntah ini tiba tiba, mendadak, seolah olah isi perut dicampakan ke luar (proyektil)3. Vertigo : pernakah anak anda merasakan seolah sekelilingnya bergerak, berputar atau anda merasa diri anak anda yang bergerak atau berputar apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap? apakah disertai rasa mual atau muntah ? apakah disertai tinitus (telinga berdenging atau berdesis)4. Gangguan penglihatan (visus) : apakah ketajaman penglihatan anak anda menurun pada satu atau kedua mata? apakah melihat double (diplopia)5. Pendengaran : adakah perubahan pada pedengaran? adakah tinitus (bunyi berdenging / berdesis pada telinga)6. Saraf otak lainnya : adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi (pengeluaran air ludah), lakrimasi (pengeluaran air mata), dan perasaan di wajah ? adakah kelemahan pada otot wajah ? apakah bicara jadi cadel atau pelo (disartria) ? apakah suara anda berubah, jadi serak atau bindeng (disfonia), atau mengecil/hilang (afonia) ? apakah sulit menelan (disfagia) ?7. Fungsi luhur : bagaimana dengan memori? apakah anak anda jadi pelupa? apakah anda menjadi sukar mengemukakan isi pikiran anda (difasia, afasia motorik) atau memahami pembicaraan orang lain (difasia, afasia sensorik). Bagaimana denga kemampuan membaca (alexsia), apakah menjadi sulit membaca?8. Kesadaran : pernakah anak anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak megetahui apa yang terjadi di sekitarnya? pernakah anda mendadak merasa lemah?9. Motorik : adakah bagian tubuh anak anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan, lengan, kaki, tungkai)? bagaimana sifatnya, hilang timbul, menetap atau berkurang? Adakah gerakan pada bagian tubuh atau ekstremitas badan yang abnormal dan tidak dapat dikendalikan (khorea, tremor) ?10. Sensibilitas : adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas, adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar ? dimana tempatnya ? apakah rasa tersebut menjalar ?11. Saraf otonom: Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi)? adakah retensio atau inkontinesia urin?3Hasil anamnesis : Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun datang dengan keluhan kejang kaku di seluruh tubuhnya dan berulang sejak 1 hari yang lalu.II. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisis anak harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum, yang mencakup kesan keadaan sakit, kesadaran, dan kesan status gizi..2Setelah keadaan umum, hal kedua yang dinilai adalah tanda vital, yang mencakup nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu. Hal yang ketiga adalah data antropometrik, mencakup berat badan, tinggi badan, dan rasio berat badan menurut tinggi badan.Pemeriksaan parut BCG, limfadenopati, dan tanda rangsang meningeal. Pada funduskopi dapat ditemukan pupil pucat, tuberkuloma di retina, dan adanya nodul di koroid.2Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a.Pemeriksaan Kaku KudukPasien berbaring terlentang, tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan ini diperhatikan adanyatahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat kepala tidak dapat ditekuk, melah sering kepala terkedik ke belakang. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami waktu menekukkan kepala. 3b.Pemeriksaan Tanda KernigPenderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai sudut ini, maka dikatakan bahwa tanda kernig positip.

Gambar 1. Kernig3c.Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Bila tanda brudzinski positip, maka tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua tungkai. Sebaiknya perlu diperhatikan apakah

Gambar 2. Brudzinski I3

d.Pemeriksaan Tanda brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Bila tungkai yang satu ini ikut pula terfleksi, maka disebut tandan Brudzinski II positip. Sebagai halnya dalam memeriksa adanya tanda brudzinski I, perlu diperhatikan terlebih dahulu apakah terdapat kelumpuhan pada tungkai.3

Gambar 3. Brudzinski II3III. Pemeriksaan penunjang Laboratorium rutin pada meningitis tuberkulosis jarang yang khas, bisa ditemui leukosit meningkat, normal atau rendah. LED meninggi. Pemeriksaan CSS : terdapat peningkatan tekanan pada lumbal pungsi 40-75% pada anak dan 50% pada dewasa. Warna jernih atau xantokhrom terdapat peningkatan protein dan 150-700 mg/dl dan penurunan glukosa pada cairan serebrospinal. Terdapat penurunan klorida, ditemukan pleiositosis, jumlah sel meningkat biasanya tidak melebihi 300 cel/mm3. Differential count PMN predominan dan limpositik. Mikrobiologi : ditemukan Mycobacterium tuberculosis pada cultur cairan serebrospinal merupakan baku emas tetapi sangat sulit, lebih dari 90% hasilnya negatif. Polymerase chain reaction (PCR) spesifitas tinggi tetapi sensitivitas moderat. Pada pemeriksaan foto rontgen toraks ditemukan tuberkulosis aktif pada paru dan dapat sembuh sampai 50% pada dewasa dan 90% pada anak-anak. Uji tuberkulin positif, anergi pada 36%. CT Scan dan MRI : pemeriksaan CT Scan dengan kontras ditemukan penebalan meningen di daerah basal, infrak, hidrosefalus, lesi granuloniatosa. Pemeriksaan MRI lebih sensitif dari CT scan, tetapi spesifitas juga masih terbatas.1

IV. Differential diagnosis: Meningitis bakterial