pbl cangkiran rw ii

80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan saat ini, banyak masyarakat yang mampu mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan dan tanggung jawab untuk menjaga kesehatannya secara optimal terutama dikalangan masyarakat menengah kebawah. Ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku, keturunan dan lingkungan. Kombinasi teori dan praktek untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat dipelajari dalam ilmu kesehatan masyarakat. Pola perilaku individu akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya pengetahuan, pendidikan, sikap, tingkat ekonomi, fasilitas kesehatan dan dukungan sosial. Saat ini penyebab utama kematian di Indonesia untuk semua umur telah bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Prevalensi hipertensi masih cukup tinggi serta cenderung meningkat. Hipertensi dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, belum terjangkaunya biaya 1

Upload: dhian-nurul-khikmah

Post on 25-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PUSKESMAS

TRANSCRIPT

Page 1: PBL Cangkiran RW II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan saat ini, banyak

masyarakat yang mampu mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan

dan tanggung jawab untuk menjaga kesehatannya secara optimal terutama

dikalangan masyarakat menengah kebawah. Ada empat faktor yang

mempengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku,

keturunan dan lingkungan. Kombinasi teori dan praktek untuk mencegah

penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat

dipelajari dalam ilmu kesehatan masyarakat.

Pola perilaku individu akan selalu berbeda dalam situasi atau

lingkungan yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya

pengetahuan, pendidikan, sikap, tingkat ekonomi, fasilitas kesehatan dan

dukungan sosial.

Saat ini penyebab utama kematian di Indonesia untuk semua umur telah

bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Prevalensi

hipertensi masih cukup tinggi serta cenderung meningkat. Hipertensi dapat

disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, belum terjangkaunya biaya

pengobatan, serta kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan penyakit

hipertensi. Hipertensi dapat terjadi komplikasi seperti gagal ginjal, penyakit

jantung, stroke dan kematian. Oleh sebab itu diagnosis penyakit hipertensi

seharus dideteksi sedini mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat

dan mengendalikan faktor resiko yaitu dengan mengatur pola makan,

olahraga teratur, mengatasi stress dan emosi, istirahat yang cukup, tidak

merokok dan tidak minum alkohol. Partisipasi masyarakat bisa dilakukan

dengan cara membiasakan gaya hidup sehat dan bekerjasama dengan

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

1

Page 2: PBL Cangkiran RW II

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a) Mampu mengolah masalah kesehatan pada individu sebagai bagian

dari masalah kesehatan masyarakat secara komprehensif, holistik,

berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks

pelayanan kesehatan tingkat primer

b) Mampu memotivasi masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatan

c) Mampu melakukan sistem rujukan, baik vertikal maupun horisontal

dengan memperhatikan tipe-tipe rujukan (spesimen, medis, maupun

informasi) dan kaidah rujukan (pada saat melakukan intervensi)

2. Tujuan khusus

a) Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat di RW II Kelurahan

Cangkiran, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

b) Memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat

c) Menganalisis penyebab masalah kesehatan masyarakat

d) Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat

secara kolaboratif dan koordinatif baik secara lintas program maupun

lintas sektoral

e) Pengambilan keputusan pemecahan masalah kesehatan masyarakat

f) Menyusun rencana kegiatan

g) Melakukan intervensi kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat

untuk meningkatkan derajat kesehatannya

h) Melakukan kegiatan promosi kesehatan masyarakat dengan

menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami oleh

masyarakat

i) Mengevaluasi progam kegiatan di RW II Kelurahan Cangkiran,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang

2

Page 3: PBL Cangkiran RW II

C. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang keadaan status kesehatan,

pengelolaan dan analisis masalah kesehatan di masyarakat.

2. Manfaat praktis

Menambah kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan

D. Metodelogi Pengumpulan data

1. Populasi

Jumlah Kepala Keluarga di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang.

2. Sampling

a) Sampel

Kriteria Inklusi:

Kepala Keluarga di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang.

Anggota Keluarga di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang.

Kriteria Eksklusi:

Kepala Keluarga dan atau anggota keluarga menolak sebagai

responden.

b) Sampling

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random

sampling

c) Besar sampel

Besar sampel di tentukan dengan rumus standart error (SE):

3

Page 4: PBL Cangkiran RW II

4

Page 5: PBL Cangkiran RW II

3. Teknik Pengambilan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara

Gambar 1.1. Prosedur Pengumpulan data

4. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan program komputer.

Tahap pengolahan data :

a) Editing

Data yang diperoleh dilakukan editing (penyutingan) terlebih dahulu

untuk pengecekan data dan kelengkapan data

b) Coding

Setelah di edit selanjutnya merubah data kualitatif (huruf) mejadi data

numerik (angka)

c) Data entry (memasukan data)

Memasukan data yang sudah diperoleh ke program komputer

d) Cleaning (membersihkan data)

Setelah data sudah dimasukan lalu di lakukan pembersihan terhadap

kesalahan data, ketidaklengkapan data, kemudian dikoreksi

5. Analisis Data

Analisis data dengan program komputer

a) Analisis Univariat

Menggunakan distribusi frekuensi

b) Analisis Bivariat

Skala setiap variabel adalah nominal maka uji statistik hubungan yang

dilakukan menggunakan non-parametric yaitu uji Chi square. Jika P

value < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan dan jika P value >

0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan.

5

Page 6: PBL Cangkiran RW II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori PM-PK (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan)

1. Definisi1

Pemecahan masalah adalah suatu proses dari mengamati dan pengenalan

serta usaha mengurangi perbedaan antara situasi sekarang dengan yang

akan datang (rencana). Sedangkan pengambilan keputusan dapat diartikan

sebagai proses memilih tindakan dari beberapa alternatif untuk mencapai

tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu masalah).

Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai

suatu proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan

mengantisipasi hambatan yang mungkin menghalangi terlaksananya

keputusan.

2. Model PMPK1

Beberapa model langkah-langkah Pemecahan Masalah dan Pengambilan

Keputusan menurut beberapa pakar antara lain :

a) Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)

RY.Chang dan Kelly:

1) Defenisikan masalah;

2) Analisis sebab-sebab potensial;

3) Identifikasi solusi yang memungkinkan;

4) Pilih solusi terbaik;

5) Susun rencana tindakan;

6) Implementasikan solusi dan evaluasi perkembangannya

b) Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)

SP.Siagian:

1) Identifikasi dan defenisikan hakekat masalah yang dihadapi;

2) Pengumpulan dan pengolahan informasi;

3) Identifikasi alternatif;

6

Page 7: PBL Cangkiran RW II

4) Analisisi berbagai alternatif;

5) Penentuan pilihan alternatif terbaik;

6) Pelaksanaan;

7) Evaluasi hasil yang dicapai.

c. Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)

BA.Fisher (Model Preskriptif) :

1) Orientasi, menentukan bagaimana situasi yang sedang atau akan

dihadapi;

2) Evaluasi, menentukan sikap yang perlu diambil;

3) Pengawasan, menentukan apa yang harus dilakukan untuk

menghadapi situasi tersebut;

4) Pengambilan keputusan, menentukan pilihan atas berbagai

alternatif yang telah dievaluasi;

5) Pengendalian, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hasil

keputusan.

Dari semua model di atas dapat disimpulkan secara garis besar untuk

tahapan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pada dasarnya

terdiri dari 4 (empat) langkah kegiatan utama yaitu:

Identifikasi masalah;

Analisis masalah;

Alternatif pemecahan dan

Menetapkan keputusan.

7

Page 8: PBL Cangkiran RW II

3. Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan2,3,4

Gambar 2.1 Proses Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

a) Identifikasi masalah

Masalah adalah gap antara harapan (tujuan yang ditetapkan) dengan

realita (pencapaian sekarang). Cara untuk mengidentifikasi masalah

adalah dengan melakukan survey (data primer), brainstorming dan

analisis sistem.

b) Menetapkan prioritas

Menurut Kepner Tregoe, ada 3 (tiga) aspek penting dalam menentukan

prioritas, yaitu dilihat dari tingkat Mendesak (Urgency), Kegawatan

(Seriousness) dan Pertumbuhan (Growth). Teori ini sangat dikenal

dengan singkatan ’U S G’.

1) Urgency (mendesak)

Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus

segara ditanggulangi.

2) Seriousness (kegawatan)

Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran

kuantitatif.

3) Growth (perkembangan)

8

Masalah Identifikasi masalah

Prioritas masalah

Analisis penyebab masalah

Pengawasa

Pengendalian

penilaian

Pengambilan keputusan

Alternatif pemecahan masalah

Pelaksanaan

Rencana pelaksanaan

Page 9: PBL Cangkiran RW II

Kecenderungan atau perkembangan akibat dari suatu masalah.

c) Analisis penyebab masalah

Masalah yang timbul terkadang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini

membutuhkan analisis mendalam untuk menemukan hubungan kausal

(cause-effect) dari sebuah masalah. Beberapa teknik berikut dapat

digunakan dalam menganalisis penyebab yaitu diagram ishikawa (fish

bone analysis), metode pohon masalah (root cause analysis).

Gambar 2.2. Analisis Penyebab Masalah

d) Alternatif pemecahan masalah

Sebelum keputusan diambil, hendaknya direncanakan beberapa solusi

alternatif yang mungkin dilakukan. Analisis SWOT merupakan

akronim dari Strength, Weakness, Opportunity dan Threat. Analisis

SWOT dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi

permasalahan namun juga dapat membuat alternatif solusi melalui

faktor internal yaitu: strength-kekuatan dan weakness-kelemahan;

dan faktor eksternal yaitu opportunity-peluang dan threat-ancaman.

Setelah dilakukan analisis internal dan eksternal, maka dibuat matriks

strategi (SO, ST , WO dan WT). Matriks ini terdiri atas item sumber

daya (tenaga, biaya, alat, obat, fasilitas kesehatan, peran pemerintah,

lintas sektor, Ormas, masyarakat), lingkungan (fisik dan non fisik),

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

9

Page 10: PBL Cangkiran RW II

Tabel 2.1. analisis SWOT

e) Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan kognitif yang

mempersatukan memori, pemikiran, proses informasi, dan penilaian

secara evaluatif dalam rangka proses seleksi dari sejumlah alternatif

yang tersedia untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan

atau kondisi yang ada seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi

tidak pasti dan kondisi konflik.

1) Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Faktor pengaruh pengambilan keputusan yaitu nilai,

kecenderungan terhadap risiko, tekanan mental dan kenaikan

komitmen. Nilai merupakan pedoman hidup seseorang. Nilai akan

berpengaruh sejak dari menetapkan tujuan, membuat solusi

alternatif, pemilihan solusi, implementasi dan evaluasi/konrol.

Pengambil keputusan yang memiliki keberanian mengambil risiko

dan yang berhati-hati/tidak berani mengambil risiko akan

menghasilkan keputusan yang berbeda.

2) Rencana pelaksanaan

Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang dinamis.

Setelah solusi dipilih, harus diimplementasikan dan di follow-up.

Solusi terpilih kemudian dibuat plan of action (PoA). PoA berisi

kegiatan, tujuan dan target, sasaran populasi, biaya (besar dan

sumber pembiayaan), tempat, waktu, pelaksana (PJ) dan rencana

penilaian.

10

Page 11: PBL Cangkiran RW II

3) Evaluasi

Hubungan antara alternatif solusi dan hasil yang diinginkan

bergantung pada tiga kondisi berikut ini yaitu :

Kepastian, pengambil keputusan mengetahui peluang

keberhasilan masing-masing solusi alternatif.

Ketidakpastian, pengambil keputusan sama sekali tidak

mengetahui peluang keberhasilan masing-masing solusi

alternatif. Kondisi ketidakpastian ini akan berkurang dengan

mengumpulkan lebih banyak informasi dan mempelajari

situasi.

Risiko, pengambil keputusan memiliki beberapa perhitungan

peluang keberhasilan masing-masing solusi alternatif.

B. Teori HL BLUM

H L Blum menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi

oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku/gaya hidup, faktor

pelayanan kesehatan dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut

saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat

kesehatan masyarakat. Jika salah satu faktor berada dalam keadaan yang tidak

optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal.

Gambar 2.3. Faktor – Faktor Status Kesehatan Menurut HL Bloom

1. Lingkungan5

11

Page 12: PBL Cangkiran RW II

Aspek lingkungan terdiri dari aspek fisik (sampah, air, udara, tanah, iklim,

perumahan) dan aspek lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antara

manusia dengan manusia lainnya (seperti kebudayaan, pendidikan,

ekonomi)

2. Perilaku Masyarakat2,5,6

Perilaku adalah keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap dan

sebagainya) untuk memberikan respons terhadap situasi diluar subyek

tersebut. Respons dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga

bersifat aktif (dengan tindakan atau action). Perilaku yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat mencakup perilaku terhadap sakit dan

penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, perilaku terhadap

makanan, dan perilaku terhadap lingkungan.

Perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan,

pendidikan, sosial ekonomi, dan perilaku lainnya yang melekat pada

dirinya.

Pada proses perubahan ini, perlu ditunjang perubahan sikap dan

pengetahuan.

a) Perilaku dalam bentuk pengetahuan.

b) Perilaku dalam bentuk sikap

c) Perilaku dalam bentuk tindakan.

3. Pelayanan Kesehatan7,8

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit-

penyakit serta memulihkan kecacatan perseorangan, keluarga, kelompok

ataupun masyarakat.

4. Genetik7,8

Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sulit untuk

diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua. Tindakan preventif

cukup sulit untuk dilakukan dikarenakan menyangkut masalah gen atau

12

Page 13: PBL Cangkiran RW II

DNA. Tindakan preventif yang paling efektif adalah dengan menghindari

gen pembawa sifat.

C. Teori IKM

Kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi

menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu,

agen dan lingkunan seperti gambar berikut:

Gambar 2.4. Segetiga Epidemiologi

Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya,

dengan akibat menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit hipertensi.

Komponen untuk terjadinya penyakit hipertensi yaitu:

1. Host (Penjamu)6

a) Genetik

Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini

setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik berpengaruh.

b) Umur

Angka kejadian hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur

seseorang. Namun pada saat ini umur tidak menjadi tolok ukur utama

terjadinya hipertensi.

c) Jenis kelamin

Wanita yang telah mengalami menopause lebih beresiko terkena

penyakit hipertensi dibandingkan dengan pria. Namun pria juga dapat

terkena penyakit hipertensi paling sering terjadi pada usia kurang dari

50 tahun.

13

Page 14: PBL Cangkiran RW II

d) Pola makan dan gaya hidup

Makanan berlemak dan berkolesterol tinggi seperti makanan bersantan,

jeroan, gorengan dapat memicu peningkatan tekanan darah.

e) Pekerjaan

Tingginya tingkat kesibukan seseorang saat ini menyebabkan

peningkatan beban pikiran (stress). Kebiasaan konsumsi kopi,

merokok, dan alkohol untuk mengatasi stress tersebut.

2. Agent (Penyebab Penyakit)6

a) Faktor nutrisi

Mono Sodium Glutamat (MSG) dan garam menimbulkan penyakit

hipertensi. Konsumsi garam seharinya cukup 6 mg atau setara dengan

1 sendok teh. Kelebihan konsumsi garam dan MSG meningkatkan

penyakit hipertensi.

b) Faktor kimia

Mengkonsumsi obat – obatan seperti kokain, Pil KB, kortikosteroid,

cyclosporin, eritropoietin, penyalahgunaan dan konsumsi kayu manis

(dalam jumlah besar) menimbulkan penyakit hipertensi.

c) Faktor biologi

Resistensi insulin dan atau peningkatan kadar insulin

(hiperinsulinemia). Keadaan ini merupakan karakteristik sindroma

metabolik yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserida dan

rendahnya kadar HDL serta terganggunya hormon kesimbangan

yang mengatur tekanan darah.

Faktor genetik yaitu interaksi gen yang beragam.

Penyakit penyerta, misalnya diabetes melitus atau penyakit ginjal

d) Faktor fisik

Saat melakukan aktivitas, tekanan darah akan lebih tinggi dan akan

lebih rendah ketika beristirahat.

Olahraga secara rutin dapat menurunkan risiko terjadi hipertensi,

yang berkaitan dengan peningkatan proses biokimiawi

pembentukan HDL dalam peredaran darah.

14

Page 15: PBL Cangkiran RW II

3. Environment (Lingkungan)9

Faktor lingkungan yang berpengaruh yaitu kondisi lingkungan yang tinggi

tekanan/stress psikologi.menyebabkan adrenalin dan kortisol dilepaskan

ke aliran darah yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah.

Perbedaan keadaan geografis, Tempat tinggal di daerah pantai lebih

berisiko menderita hipertensi daripada daerah pegunungan karena

penduduk daerah pantai konsumsi natrium lebih besar daripada daerah

pegunungan. Gaya hidup perkotaan juga meningkatkan risiko prevalensi

hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

D. TEORI HIPERTENSI

1. Definisi 10,11

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik

karena terjadi gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya.

2. Etiologi 10,11,12

Penggolongan etiologi dibagi menjadi hipertensi primer (essensial) dan

hipertensi sekunder. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan

hipertensi primer (essensial). Hipertensi menunjukkan bahwa faktor

genetik memegang peranan penting. tetapi juga adanya mutasi-mutasi

genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide,

ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit

komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Penyebabnya yaitu disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau

penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.

Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat

menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan

tekanan darah.

15

Page 16: PBL Cangkiran RW II

3. Klasifikasi 13

The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC VII)

Tabel 2.2. Klasifikasi Berdasarkan JNC VIIClasification Blood pressure (mmHg)

Category Systolic Diastolic

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

High Normal 130-139 85-89

Grade 1 140-159 90-99

Grade 2 160-179 100-109

4. Patofisilogi 14

Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi

tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai

akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor

lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung

dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah.

Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan

saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron,

perubahan  membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan

beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi. Mekanisme

patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin

angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti

hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut.

Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang

berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi

sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem

renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,natrium dan

kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh

darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan

darah.

16

Page 17: PBL Cangkiran RW II

5. Faktor resiko10,12,15-18

a) Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

Umur

Semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi.

Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.

Jenis Kelamin

Riwayat Keluarga

Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai hipertensi

lebih sering menderita hipertensi terutama pada hipertensi primer.

Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung

meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua

kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan

penyakit tersebut 60%.

Genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar

monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).

Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(essensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,

bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya

berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul

tanda dan gejala.

b) Faktor yang dapat diubah/dikontrol

Kebiasaan Merokok

Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih

rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat

seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,

yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan

hipertensi.

17

Page 18: PBL Cangkiran RW II

Konsumsi Asin/Garam

Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

Konsumsi Lemak Jenuh dan Obesitas

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis.

Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan

untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi

meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding

arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut

jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin

menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

Alkohol

Konsumsi alkohol terlalu sering/banyak memiliki tekanan yang

lebih tinggi dari pada individu yang tidak/sedikit minum alkohol.

Olahraga

Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut

jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja

lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot

jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan

pada arteri.

Stress

Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu

dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.

6. Manifestasi klinis10,11,12

Sebagian besar tanpa disertai gejala, bila terasa gejalanya dapat berupa:

a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat tekanan darah intrakranium.

18

Page 19: PBL Cangkiran RW II

b) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

c) Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

d) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus.

e) Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit

kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar

tidur, mata berkunang kunang dan pusing.

7. Penatalaksanaan 16,17,19,20

a) Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal :

Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.

Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang

hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain

itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko

aterosklerosis.

Olahraga dan aktifitas fisik

Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan

aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah,

dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang

baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk

olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu,tiap olahraga 30 menit.

dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat

badan belum tentu turun.

Perubahan pola makan dengan mengurangi asupan garam, diet

rendah lemak jenuh, memperbanyak konsumsi sayuran, buah-

buahan dan susu rendah lemak dan menghilangkan stress

19

Page 20: PBL Cangkiran RW II

b) Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien

dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi

sesuai umur dan kebutuhan. Bila tidak terdapat indikasi untuk memilih

golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon

tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma.

Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek

obat yang lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat mengontrol

tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba

menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan

dan progresif.

20

Page 21: PBL Cangkiran RW II

Tabel 2.3. Kombinasi Obat Anti hipertensi yang Sering Digunakan

Kombinasi obat antihipertensi Keuntungan

ACE Inhibitor – Kalsium Antagonis

- Menurunkan tekanan intra glomuler- Memperbaiki permeabilitas glomuler- Menghambat terjadinya hipertrofi glomuler- Mencegah terjadinya glomuler- Mengurangi proteinuria- Mengurangi hipermetabolisme ginjal- Mengurangi akumulasi kalsium intraseluler- Dianjurkan pada nefropati hipertensi dan hipertensi

dengan nefripati diabetikACE Inhibitor – Diuretik - Meningkatkan natriuresis

- Memperbaiki toleransi glukosa dan kadar asam urat- Mempertahankan kadar kalium plasma- Mempercepat regresi LVH- Meningkatkan kecepatan ACEI

ACE Inhibitor – Beta bloker - Baik untuk hipertensi usia muda dengan peningkatan system RAA dan simpatis

- Baik pula untuk hipertensi dan pasca infark akut dengan tujuan: Menurunkan resiko takhiaritmia Mengurangi progresivitas dilatasi ventrikel Memperbaiki toleransi latihan

Beta bloker – Diuretik - Menurunkan peningkatan system RAA karena diuretic- Beta bloker mempunyai efek anti-aldosteron ringan- Baik untuk isolated systolic hypertension, stroke, dan

infark miokardBeta bloker – Kalsium antagonis

- Menurunkan curah jantung dan tahanan perifer- Memperbaiki integritas endotel- Normalisasi peningkatan system RAA karena kalsium

antagonis- Sangat baik meregresi LVH- Normalisasi resistensi insulin dan gangguan profil lipid

karena beta bloker- Baik untuk hipertensi dengan angina pectoris- Baik untuk hipertensi dan takhiaritmia

8. Komplikasi 20

Penyakit hipertensi bisa menyababkan berbagai penyakit lainnya seperti

stroke, gagal jantung, gagal ginjal, ensefalopati dan infark Miokard

21

Page 22: PBL Cangkiran RW II

BAB III

GAMBARAN UMUM KONDISI

RW II KELURAHAN CANGKIRAN

A. DATA UMUM

Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) dilaksanakan di RT 01-04,

RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen, Semarang.

22

Page 23: PBL Cangkiran RW II

Gambar 3.1 Peta RW II Kel. Cangkiran (kiri). Peta Kelurahan Cangkiran (kanan)

Karakteristik RW II Kelurahan Cangkiran :

1. Data Monografi

Ketinggian diatas laut (350mdpl) dan suhu maksimum/minimum

25/230C

2. Jumlah Kepala Keluarga : 233 (th.2014)

3. Jumlah Penduduk : 963 jiwa (th.2007)

(Laki-laki : 485 jiwa, Perempuan: 478 jiwa)

4. Distribusi penduduk berdasarkan umur

Tabel 3.1 Distribusi penduduk menurut umur

No KELOMPOK UMUR JUMLAH Persentase (%)

1. 7 – 14 tahun 111 11,53

2. 15 – 49 tahun 596 61,89

3. 50 – 60 tahun 125 12,98

4. 60 tahun ke atas 131 13,60

JUMLAH 963 100

Sumber : data sekunder Kartu Keluarga th.2007 RW II Kelurahan Cangkiran

5. Distribusi penduduk menurut sesuai tingkat pendidikan

Tabel 3.2 Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

No TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH Persentase (%)

1. Tidak pernah sekolah /

Tidak tamat SD

494 51,30

2. Tamat SD/sederajat 35 3,63

3. Tamat SLTP/sederajat 184 19,11

4. Tamat SLTA/sederajat 211 21,91

5. Tamat Perguruan 39 4,05

23

Page 24: PBL Cangkiran RW II

Tinggi/Akademi

JUMLAH 278 100

Sumber : data sekunder Kartu Keluarga th.2007 RW II Kelurahan Cangkiran

6. Distribusi penduduk menurut pekerjaan

Tabel 3.3 Distribusi penduduk menurut pekerjaan

No MATA PENCAHARIAN JUMLAH Persentase (%)

1. PNS 27 2,80

2. Wiraswasta 174 18,07

3. Swasta 89 9,24

4. Buruh/petani/perkebunan 109 11,32

5 Nelayan 4 0,42

6. Lain-lain 17 1,77

7. Tidak bekerja 408 42,37

JUMLAH 963 100

Sumber : data sekunder Kartu Keluarga th.2007 RW II Kelurahan Cangkiran

B. DATA KHUSUS

1. Upaya Kesehatan Bersumber data Masyarakat (UKBM)

a) Posyandu, terdapat posyandu balita dan posyandu lansia

b) Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat)

2. Hasil Survey

Gambaran Karakteristik Responden

Responden RW II Kelurahan Cangkiran dengan jumlah sampel RW II,

Kelurahan Cangkiran terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, RT 02, RT 03 dan

RT 04 yaitu sebanyak 145 KK. Distribusi sampel terdapat pada tabel

berikut ini :

24

Page 25: PBL Cangkiran RW II

Tabel 3.4 Jumlah responden

No. RT Jumlah KK Jumlah sampel Persentase (%)

1 RT 01 60 37 26

2 RT 02 55 34 23

3 RT 03 50 31 21

4 RT 04 68 42 29

Total 233 145 100 %

Sumber : data primer th.2014 RW II Kelurahan Cangkiran

Jumlah responden dari 233 KK diambil jumlah sampel sebanyak 145 KK.

a) Status kesehatan

Kelahiran

Jumlah bayi yang lahir hidup : 12 jiwa (100 %)

Kesakitan

Jumlah orang sakit (1 bulan) :

Proporsi penyakit

- Hipertensi : 21 orang (14,50%)

- ISPA : 20 orang (13,80%)

- Diabetes Militus : 4 orang (2,80%)

- Diare : 2 orang (1,40%)

- TB Paru : 2 orang (1,40%)

- DBD : 0 orang (0%)

- Demam Typhoid : 0 orang (0%)

- Leptospirosis : 0 orang (0%)

Kematian

Tabel 3.5 Jumlah kematian RW II (dalam satu tahun yang lalu)

RT/RW 01/02 02/02 03/02 04/02 jumlah

25

Page 26: PBL Cangkiran RW II

L 3 1 2 1 7

P 1 0 0 1 2

Jumlah kematian di RW II Kelurahan Cangkiran terdapat 9 orang.

b) Pelayanan kesehatan

i. KIA

1) Kehamilan

a. Jumlah ibu hamil : 2 Jiwa

b. Ibu hamil dengan risiko : 0 jiwa

c. Frekuensi pemeriksaan kehamilan : 4 kali

2) Persalinan (1 tahun)

a. Jumlah bayi yang lahir hidup : 12 jiwa

b. Jumlah kelahiran dengan BBLR : 0 jiwa

c. Pertolongan peralinan

Puskesmas : Puskesmas Mijen

Tenaga kesehatan : 0 jiwa

Dukun bayi terlatih : 0 jiwa

Dukun bayi tidak terlatih : 0 jiwa

ii. Keluarga Berencana (KB)

WUS (15-49 tahun) : 252 jiwa (100%)

PUS (15-49 tahun) : 167 jiwa (100%)

PUS ber-KB : 143 pasang (83,63%)

Kontrasepsi yang digunakan

- MOW/MOP : 1 orang (0,70%)

- IUD/Spiral : 4 orang (2,80%)

- Susuk : 19 orang (13,29%)

- Suntikan : 95 orang (66,43%)

- Pil : 4 orang (2,80%)

- Kondom : 1 orang (0,70%)

- Kalender : 0 orang (0%)

26

Page 27: PBL Cangkiran RW II

- Lain-lain : 0 orang (0%)

iii. Balita.

Jumlah Balita : 74 Balita

Jumlah balita yang mempunyai KMS : 74 Balita (100%)

Jumlah balita yang datang menimbang : 46 Balita (62,16%)

Gizi balita.

Baik :17 Balita (36,96%)

Kurang : 7 Balita (15,22%)

Buruk : 0 Balita (0%)

Balita diberi ASI (umur maksimal 2 tahun)

Ya : 18 Balita (75%)

Tidak : 6 Balita (25%)

iv. Pelayanan kesehatan

Tempat pelayanan yang terjangkau : 141 KK (97,2%)

Kepemilikan jaminan kesehatan : 70 KK (48,3%)

c) Perilaku

i. Kebiasaan masak air

Air yang dikonsumsi

Air tidak matang : 34 KK (23,4%)

Air matang : 111 KK (76,6%)

Sumber air minum

Sumur/PAM : 102 KK (70,3%)

Galon / Filter : 43 KK (29,7%)

ii. Kebiasaan buang air besar

Tempat BAB

WC : 143 KK (98,6%)

Jumbleng : 2 KK (1,4%)

Tersedia sabun : 133 KK (91,7%)

iii. Kebiasaan mencuci tangan

Sebelum makan (sabun) : 111 KK (76,6%)

Setelah makan (sabun) : 116 KK (80,0%)

27

Page 28: PBL Cangkiran RW II

Setelah BAB (sabun) : 133 KK (91,7%)

iv. Kebiasaan diri

Menutup mulut ketika batuk : 122 KK (84,1%)

Meludah sembarangan : 108 KK (74,5%)

Menggantung pakaian : 78 KK (53,8%)

Tempat pakaian kotor : 139 KK (95,9%)

v. Kebersihan diri

Gosok gigi (setelah makan, sebelum tidur): 98 KK (67,6%)

Sikat gigi pribadi : 140 KK (96,6%)

Handuk pribadi : 139 KK (95,9%)

Mandi (2xhari) : 134 KK (92,4%)

Mandi di Kamar Mandi : 144 KK (99,3%)

Sumber air mandi

Sungai : 2 KK (1,4%)

Sumur/PAM : 143 KK (98,6%)

vi. Kebiasaan membersihkan rumah

Membersihkan penampungan air 1 x seminggu : 70 KK (48,3%)

Membersihkan penampungan air 2 x seminggu : 75 KK (51,7%)

Membuka jendela setiap hari : 99 KK (68,3%)

Membuang/membakar sampah sesuai :133 KK (91,7%)

vii. Kebiasaan merokok

Pasif/aktif : 86 KK (99,3%)

Asap rokok didalam rumah : 76 KK (52,4%)

viii. Gaya hidup

Alkohol : 16 KK (11,0%)

Olah raga : 47 KK (32,4%)

Aktifitas fisik lain : 120 KK (82,4%)

ix. Gizi

Makan >3x hari : 56 KK (38,6%)

Makan < 3 x hari : 89 KK (61,4%)

Porsi makan >1 piring : 54 KK (37,2%)

28

Page 29: PBL Cangkiran RW II

Porsi makan < 1 piring : 91 KK (62,8%)

Konsumsi sayur : 129 KK (89,0%)

Konsumsi buah-buahan : 70 KK (48,3%)

Konsumsi lauk pauk : 142 KK (97,9%)

Konsumsi makanan berlemak: 57 KK (39,3%)

MSG/ penyedap rasa : 115 KK (79,3%)

Makanan asin : 58 KK (40,0%)

Makanan manis : 68 KK (46,9%)

Air putih sehari <2 L : 79 KK (54,5%)

Air putih sehari > 2 L : 66 KK (45,5%)

x. Pengetahuan

Pengetahuan penyakit menular : 103 KK (71,0%)

Pengetahuan penyakit tidak menular : 94 KK (64,8%)

Sikap penderita Hipertensi : 85 KK (58,6%)

Perilaku penderita Hipertensi : 53 KK (36,6%)

Pengetahuan Diabetes Militus : 87 KK (60,0%)

Sikap penderita Diabetes Militus : 104 KK (71,7%)

Perilaku penderita Diabetes Militus : 94 KK (64,8%)

d) Lingkungan

Sarana pembuangan kotoran (BAB) : 87 KK (60%)

Sarana penyediaan air bersih : 85 KK (58,6%)

Sarana pembuangan sampah : 74 KK (51%)

Sarana pembuangan air limbah : 74 KK (51%)

Sarana Jendela : 76 KK (52.4%)

Sarana pencahayaan : 73 KK (50.3%)

Sarana lubang asap dapur : 86 KK (59.3%)

Saranan ruang tidur : 73 KK ( 50,3%)

Kepadatan penghuni rumah : 58 KK ( 40%)

Bebas jentik : 82 KK (56.6%)

Bebas tikus : 75 KK (51.7%)

Bebas lalat : 63 KK (43,4%)

29

Page 30: PBL Cangkiran RW II

Pekarangan bersih : 57 KK ( 39.3%)

Pekarangan dimanfaatkan : 56 KK (38.6%)

Kandang hewan

Tidak punya kandang : 42 KK (29%)

Kandang terpisah dan bersih : 70 KK ( 48.3%)

Sumber air

Tidak berbau dan tidak berwarna : 70 KK (48,3%)

e) Kependudukan

Jumlah rata-rata penghasilan keluarga

Dibawah UMK (< Rp 1.400.000) : 72 KK (49,7%)

Diatas UMK (> Rp 1.400.000) : 73 KK (50,3%)

30

Page 31: PBL Cangkiran RW II

BAB IV

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (PM-PK)

A. Identifikasi Masalah5 penyakit yang ada di RW II di Kelurahan Cangkiran:

1) Hipertensi : 21 orang (14,50%)

2) ISPA : 20 orang (13,80%)

3) Diabetes Militus : 4 orang (2,80%)

4) Diare : 2 orang (1,40%)

5) TB Paru : 2 orang (1,40%)

B. Prioritas MasalahTabel 4.1 Kriteria Urgency

UrgencyMasalah Hipertensi ISPA DM Diare TB Paru Total

HorisontalHipertensi + + + + 4ISPA - - - 0DM - - 0Diare + 1TB Paru 0Total Vertikal 0 0 1 2 2Total Horisontal 4 0 0 1 0TOTAl 4 0 1 3 2

Tabel 4.2 Kriteria Serriousness

SeriusnessMasalah Hipertensi ISPA DM Diare TB Paru Total

HorisontalHipertensi + + + + 4ISPA - + - 1DM + - 1Diare - 0TB Paru 0Total Vertikal 0 0 1 0 3Total Horisontal 4 1 1 0 0TOTAl 4 1 2 0 3

31

Page 32: PBL Cangkiran RW II

Tabel 4.3 Kriteria GrowthGrowthMasalah Hipertensi ISPA DM Diare TB Paru Total

HorisontalHipertensi + + - - 2ISPA + - - 1DM - - 0Diare - 0TB Paru 0Total Vertikal 0 0 0 3 4Total Horisontal 2 1 0 0 0TOTAl 2 1 0 3 4

Tabel 4.4 Skala Prioritas masalahMASALAH U S G JUMLAH PRIORITAS

Hipertensi 4 4 2 10 I

TB Paru 2 3 4 9 II

Diare 3 0 3 6 III

DM 1 2 0 3 IV

ISPA 0 1 1 2 V

Dari data diatas didapatkan urutan prioritas masalah, sebagai berikut :

1) Hipertensi2) TB Paru3) Diare4) Diabetes militus5) ISPA

32

Page 33: PBL Cangkiran RW II

C. Analisis Penyebab MasalahTabel 4.5. Analisis Penyebab Masalah

NO MASALAH PENYEBAB MASALAH

LINGKUNGAN PERILAKU YANKES KEPENDUDUKAN1 HIPERTENSI Kebiasaan merokok Pasif/aktif (99,3%)

Gaya hidup minum alkohol (11,0%) Kebiasaan olah raga (32,4%) Konsumsi makanan berlemak (39,3%) MSG/ penyedap rasa (79,3%) Makanan asin (40,0%) Pengetahuan penyakit tidak menular

(64,8%) Sikap penderita Hipertensi (58,6%) Perilaku penderita Hipertensi (36,6%) Kebiasaan mengkonsumsi makanan

berlemak (39,3%)

Yang tidak memiliki jaminan kesehatan 51,7%

Masyarakat lansia 15,9%

Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK 49,7%

2 ISPA Pekarangan rumah yang tidak bersih dari sampah ataupun kotoran hewan (60,7%)

Jendela rumah yang tidak dibuka (47,6%)

Perokok pasif/aktif (99,3%) Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)

Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)

33

Page 34: PBL Cangkiran RW II

3 DIABETES MILITUS

kebiasaan olahaga (32,4%). kebiasaan makan > 3 kali/hari (38,6%) kebiasaan makan dengan porsi makan > 1

piring (37,2) Konsumsi makanan berlemak (39,3%) Makanan manis (46,9%) Minum air putih < 2L (54,5%)

Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)

Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)

4 DIARE Tidak bebas lalat (56,6%) Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)

Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)

5 TB PARU Sarana Jendela (52.4%) Sarana Pencahayaan

(50.3%) Sarana Ruang Tidur

(50,3%) Kepadatan Penghuni

Rumah (40%)

Membuka jendela setiap hari (68,3%) Kebiasaan merokok aktif/pasif (99,3%) Asap rokok didalam rumah (52,4%) Kebiasaan diri menutup mulut ketika batuk

(84,1%) Meludah sembarangan (74,5%)

Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)

Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)

34

Page 35: PBL Cangkiran RW II

Analisis Hasil PenelitianAnalisis Hasil penelitian

a) Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kejadian Hipertensi

Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kejadian

Hipertensi

  Hipertensi

Total OR 95% CITingkat Pendidikan HipertensiTidak Hipertensi

Pendidikan tinggi7(8,30%)

77(91,70%)

84 (100%)

3,277 (1,233-8,705)

Pendidikan rendah14 (23,00%)

47 (77,00%)

61 (100%)

Total21 (14,50%)

124 (85,50%)

145 (100%)  

Pada uji Chi Square hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kejadian

Hipertensi diperoleh bahwa dari 84 orang berpendidikan tinggi terdapat 7

orang (8,30%) menderita Hipertensi dan 77 orang (91,70%) tidak

Hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh P value =0,026 maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

dengan tingkat kejadian Hipertensi. Dari analisis diperoleh juga OR =

3,277 (95% CI : 1,233-8,705) itu artinya responden yang berpendidikan

tinggi memiliki peluang 3,277 kali tidak menderita Hipertensi.

b) Hubungan Rutin mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian

Hipertensi

Tabel 4.7. Distribusi rutin mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian

Hipertensi

  Hipertensi

Total OR 95% CI

Rutin mengukuran tekanan darah Hipertensi

Tidak Hipertensi

Ya11(26,83%)

30(73,20%)

41 (100%)

3,447 (1,333-8,911)

Tidak10 (9,60%)

94 (90,40%)

104 (100%)

Total21 (14,50%)

124 (85,50%)

145 (100%)  

Pada uji Chi Square hubungan rutin mengukuran tekanan darah dengan

tingkat kejadian Hipertensi diperoleh bahwa dari 41 orang yang rutin

35

Page 36: PBL Cangkiran RW II

mengukur tekanan darah terdapat 11 orang (26,83%) menderita Hipertensi

dan 30 orang (73,20%) tidak Hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh P

value =0,017 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

antara rutin mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian

Hipertensi. Dari analisis diperoleh juga OR = 3,447 (95% CI : 1,333-

8,911) itu artinya responden yang rutin mengukuran tekanan darah

memiliki peluang 3,447 kali tidak menderita Hipertensi.

c) Hubungan Riwayat Hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi

Tabel 4.8. Distribusi riwayat hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi

  Hipertensi

Total OR 95% CIRiwayat HipetensiHipertensi

Tidak Hipertensi

Ya (≥ 140/90 mmHg)19(63,30%)

11(36,70%)

30 (100%)

97,591(20,040-475,259)

Tidak (< 140/90 mmHg)2 (1,70%)

47 (98,30%)

115 (100%)

Total21 (14,50%)

124 (85,50%)

145 (100%)  

Pada uji Chi Square hubungan riwayat hipertensi dengan tingkat kejadian

Hipertensi diperoleh bahwa dari 30 orang yang memiliki riwayat

hipertensi terdapat 19 orang (63,30%) menderita Hipertensi dan 11 orang

(36,70%) tidak Hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh P value =0,000

maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat

hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi. Dari analisis diperoleh juga

OR = 97,591 (95% CI : 20,040-475,259) itu artinya responden dengan

riwayat hipertensi memiliki peluang 97,591 kali menderita Hipertensi.

36

Page 37: PBL Cangkiran RW II

D. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 4.9. Alternatif Pemecahan Masalah

NOALTERNATIF

KEGIATANTUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT METODE BIAYA PJ INDIKATOR

1 Penyuluhan tentang

Bahaya merokok dan

tensi gratis

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan dan

kesadaran

tentang bahaya

merokok

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

selesai

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Diskusi dan

demonstrasi

Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II

Kelurahan Cangkiran menghadiri

penyuluhan Bahaya merokok

Adanya feed back dari peserta penyuluhan

yang hadir

2 Penyuluhan tentang

penyakit Hipertensi

dan tensi gratis

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan dan

kesadaran

tentang penyakit

Hipertensi

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

selesai

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Diskusi dan

demonstrasi

Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II

Kelurahan Cangkiran menghadiri

penyuluhan tentang penyakit Hipertensi

Adanya feed back dari peserta penyuluhan

yang hadir

37

Page 38: PBL Cangkiran RW II

3 Penyuluhan tentang

Bahaya mengkonsumsi

alkohol dan tensi gratis

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan dan

kesadaran

tentang bahaya

mengkonsumsi

alkohol

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

selesai

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Diskusi dan

demonstrasi

Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II

Kelurahan Cangkiran menghadiri

penyuluhan tentang Bahaya mengkonsumsi

alkohol

Adanya feed back dari peserta penyuluhan

4 Mengadakan kegiatan

senam “jantung sehat”

dan tensi gratis

Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

tentang

pentingnya

menjaga

kesehatan

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Dan

masyarakat

beresiko

tinggi

Minggu, 9

Februari 2014

pkl 06.00-

10.00

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Demonstrasi

dan

pemeriksaan

tensi

Rp.100.000

FK Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II Kelurahan

Cangkiran mengetahui dan dapat mempraktekan

senam “jantung sehat” secara berkelanjutan

5 Penyuluhan tentang

Bahaya makanan

berlemak dan tensi

gratis

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan dan

kesadaran

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

selesai

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Diskusi dan

demonstrasi

Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II

Kelurahan Cangkiran menghadiri

penyuluhan tentang Bahaya makanan

berlemak

Adanya feed back dari peserta yang hadir

38

Page 39: PBL Cangkiran RW II

tentang bahaya

makanan

berlemak

6. Penyuluhan tentang

Bahaya makanan yang

mengandung

MSG/penyedap rasa

dan tensi gratis

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan dan

kesadaran

tentang bahaya

makanan yang

mengandung

MSG/penyedap

rasa

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

selesai

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Diskusi dan

demonstrasi

Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II

Kelurahan Cangkiran menghadiri

penyuluhan tentang Bahaya makanan yang

mengandung MSG/penyedap rasa

Adanya feed back dari peserta penyuluhan

yang hadir

7. Penyuluhan tentang

Jaminan Kesehatan

dan tensi gratis

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan dan

kesadaran

tentang Jaminan

Kesehatan

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Kelurahan

Cangkiran

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

selesai

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Diskusi dan

demonstrasi

Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II

Kelurahan Cangkiran menghadiri

penyuluhan tentang Jaminan Kesehatan

Adanya feed back dari peserta penyuluhan

yang hadir

8 Pemberian “alarm

Hipertensi”

Meningkatkan

kepatuhan dan

kesadaran

Perwakilan

RT.1,2,3,4

di RW II

Selasa, 11

februari 2014

pkl 18.30-

Balai

Kelurahan

Cangkiran

Pemberian

Kalender

pengingat

>50% Kalender habis dibagikan kepada

Perwakilan masyarakat dan masyarakat beresiko

tinggi

39

Page 40: PBL Cangkiran RW II

tentang

mengontrol

tekanan darah dan

meminum obat

Kelurahan

Cangkiran

dan

masyarakat

beresiko

tinggi

selesai

40

Page 41: PBL Cangkiran RW II

E. Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan dari beberapa alternatif pemecahan

masalah yang ada kami menggunakan metode berdasarkan kriteria mutlak

dan kriteria keinginan.

Tabel 4.10 Kriteria Mutlak

Kegiatan Input Output Ket

Man Money Material Method Marketing

I 1 0 1 1 1 0 X

II 1 1 1 1 1 1 √

III 1 1 1 1 0 0 X

IV 0 1 1 1 1 0 X

V 1 0 1 1 1 0 X

VI 1 0 1 1 1 0 X

VII 1 1 0 1 1 0 X

VIII 1 1 1 1 1 1 √

Tabel 4.11. Kriteria Keinginan

Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan (20)

I 2 x 60 =120 2x 40 = 80 0 x 20 = 0 200

II 10 x 60 = 600 8x 40 = 320 8x 20 = 160 1080

III 1 x 60 = 60 2 x 40 = 80 1 x 20 = 20 160

IV 3 x 60 = 180 3 x 40 = 120 1 x 20 = 60 260

V 1 x 60 = 60 2 x 40 = 80 1 x 20 = 20 160

VI 1 x 60 = 60 2 x 40 = 80 1 x 20 = 20 180

VII 10 x 60 = 600 9 x 40 = 360 10 x 20 = 200 1160

Dari tabel diatas disimpulkan bawa kegiatan yang akan dilakukan adalah

Penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan tensi gratis serta pembagian “alarm

Hipertensi”.

41

Page 42: PBL Cangkiran RW II

F. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) :

Pelaksanaan Musyawarah Mufakat Desa :

a. Waktu : Sabtu, 8 Februari 2014 pukul 19.00 WIB

b. Tempat : di Balai Kelurahan Cangkiran

c. Peserta MMD : Sekertaris lurah/ perwakilan Lurah, perwakilan

RW I-VIII, ketua PKK, dosen pembimbing, dan seluruh mahasiswa

FK UNIMUS Blok 21

d. Kegiatan (yang telah disepakati)

Untuk RW.II :

Penyuluhan mengenai hipertensi

Pembagian “alarm hipertensi”

Pemberian timbangan bayi

Kelurahan Cangkiran :

Pengobatan masal

42

Page 43: PBL Cangkiran RW II

G. Penyusunan Rencana Kegiatan PoA (Plan of Action)

Tabel 4.12. POA (Plan of Action)

KegiatanWhat

(Uraian) Metode Sasaran

Who(Pelaksana)

When(Waktu)

Where(Tempat)

How Much(Biaya) Indikator

Persiapan

(Perencanaan)

1. Pembuatan surat izin kegiatan ketua RW II, Ketua RT 01-04

2. Kordinasi waktu dan tempat pelaksanaan penyuluhan.

3. Pembuatan surat undangan, E-ticket, doorprize, daftar hadir peserta, kupon doorprize

4. Pembuatan “alarm hipertensi”

5. Pembelian timbangan bayi6. Persiapan bahan pendukung

(LCD, microphone, pointer)7. Persiapan pembuatan materi

presentasi

Diskusi Kelompok Perwakilan

RW.II

Kelurahan

Cangkiran

dan masyarakat beresiko tinggi

Kelompok 2 FK Unimus

Senin, 10 Februari 2014

Labkesmas UNIMUS di Wonolopo.

- - Semua perijinan dan undangan terdistribusi.

- Materi, dan bahan pendukung sudah jadi

- Peralatan sudah disiapkan.

Pelaksanaan 1. Registrasi (pendataan peserta penyuluhan).

2. Tensi Gratis3. Pemberian penyuluhan

tentang Hipertensi4. Pemberian doorprize bagi

peserta undian5. Pembagian “alarm

hipertensi” dan menjelaskan

- Penyuluhan- Tensi gratis- Pembagian

kalender- Pembagian

doorprize- Pembagian

“alaram hipertensi”

Perwakilan

RW.II

Kelurahan

Cangkiran

dan

Posyandu

Kelompok 2 FK Unimus

Selasa, 11 Februari 2014

Rumah Bp.Widodo Saksono .

Rp 650.000 - Acara penyuluhan terlaksana dengan lancar

- (Mungkin) Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi dan pemahaman

- Terukurnya TD

43

Page 44: PBL Cangkiran RW II

cara penggunaannya 6. Pemberian timbangan bayi

- Pemberian timbangan

peserta yang hadir- >50% Kalender

habis dibagikan kepada Perwakilan masyarakat dan masyarakat beresiko tinggi

- Diterimanya timbangan bayi oleh PKK dan Posyandu

Penilaian dan evaluasi

Penilaian pelaksanaan kegiatan Evaluasi Perwakilan RW.II Kelurahan Cangkiran dan Posyandu

Kelompok 2 FK Unimus

Selasa, 11 Februari 2014

Rumah Bp.Widodo Saksono.

- - Berhasilnya acara dan meningkatnya pengetahuan warga mengenai hipertensi.

- “alarm hipertensi” habis dibagikan

- Timbangan bayi langsung digunakan saat kegiatan Posyandu

44

Page 45: PBL Cangkiran RW II

H. Intervensi Kegiatan

Tabel 4.13. Intervensi Kegiatan

KegiatanWhat

(Uraian) Metode Sasaran

Who(Pelaksana)

When(Waktu)

Where(Tempat)

How Much

(Biaya) Pelaksanaan

Pelaksanaan 1. Registrasi (pendataan peserta penyuluhan).

2. Tensi Gratis3. Pemberian penyuluhan

tentang Hipertensi4. Pemberian doorprize bagi

peserta undian5. Pembagian “alarm

hipertensi” dan menjelaskan cara penggunaannya

6. Pemberian timbangan bayi

- Penyuluhan- Tensi gratis- Pembagian

kalender- Pembagian

doorprize- Pembagian

“alaram hipertensi”

- Pemberian timbangan

Perwakilan

RW.II

Kelurahan

Cangkiran

dan

Posyandu

Kelompok 2 FK Unimus

Selasa, 11 Februari 2014

Rumah Bp.Widodo Saksono.

Rp 650.000

- Terlaksana

45

Page 46: PBL Cangkiran RW II

I. Hasil Kegiatan

Tabel 4.14. Hasil Kegiatan

KegiatanWhat

(Uraian) Metode Sasaran

Who(Pelaksana)

When(Waktu)

Where(Tempat)

How Much(Biaya) Hasil Kegiatan

Penilaian dan evaluasi

Penilaian pelaksanaan kegiatan Evaluasi Perwakilan RW.II Kelurahan Cangkiran dan Posyandu

Kelompok 2 FK Unimus

Selasa, 11 Februari 2014

Rumah Bp.Widodo Saksono.

- - Berhasilnya acara dengan datangnya 36 warga dari 36 warga yang diundang (100%) dan meningkatnya pengetahuan warga mengenai hipertensi.

- Kalender “alarm hipertensi” 120 lembar habis dibagikan (100%)

- Timbangan bayi langsung digunakan saat kegiatan

46

Page 47: PBL Cangkiran RW II

Posyandu

47

Page 48: PBL Cangkiran RW II

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Praktek Belajar Lapangan (PBL) di RW II Keluraham Cangkiran yang

dilaksanakan oleh Kelompok 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Muhammadiyah Semarang, berjalan dengan baik dan lancar

2. Dari sekian tahapan, yang paling sulit adalah tahap memperoleh data

gambaran umum (distribusi penduduk dari segi umur, pendidikan dan

pekerjaan) di RW II Kelurahan Cangkiran. Hal itu terjadi karena kurang

lengkapnya data kelurahan. Untuk megatasinya harus dilakukan input data

secara manual dari semua Kartu Keluarga pada tahun 2007, karena tahun

2014 belum ada.

3. Faktor pendorong dalam pelaksanaan PBL adalah masyarakat RW II yang

bersifat komunikatif dan terbuka dalam proses wawancara, keramahan dari

pihak kelurahan dalam proses pengambilan data serta solidaritas yang kuat

antar anggota kelompok dalam mengerjakan tugas.

4. Faktor penghambat dalam pelaksanaan PBL adalah ada beberapa

masyarakat yang tidak bisa dilakukan survey karena kesibukannya dan

data kelurahan yang kurang update

5. Berdasarkan hasil survey di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan

Mijen diperoleh kasus Hipertensi sebanyak 21 orang (14,50%)

6. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan tingkat kejadian Hipertensi (P value =0,026) dengan

OR = 3,277 (95% CI : 1,233-8,705)

7. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara rutin

mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian Hipertensi (P value

=0,017) dengan OR = 3,447 (95% CI : 1,333-8,911)

8. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara riwayat

hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi (P value =0,000) dengan

OR= 97,591 (95% CI : 20,040-475,259)

48

Page 49: PBL Cangkiran RW II

9. Kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan

penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan memberikan Kalender

Hipertensi “Alarm Hipertensi” untuk meningkatkan kepatuhan dan

kesadaran tentang mengontrol tekanan darah serta meminum obat.

B. SARAN

1. Untuk kader kesehatan, dapat memberikan informasi tentang penyakit

Hipertensi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan

Hipertensi di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen.

2. Tokoh Masyarakat dapat menggerakkan masyarakat untuk membiasakan

hidup sehat dan seimbang serta mengendalikan faktor resiko yaitu dengan

mengatur pola makan dan olahraga teratur.

3. Masyarakat penderita penyakit Hipertensi dapat rutin memeriksakan

tekanan darah dan meminum obat sesuai anjuran.

4. Untuk penyelengaraan PBL tahun berikutnya, waktu yang disediakan

untuk beberapa kegiatan besar seperti pengobatan massal diperpanjang lagi

agar persiapan yang dilakukan dapat lebih baik.

49

Page 50: PBL Cangkiran RW II

DAFTAR PUSTAKA

1. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Modul Pendidikan Dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV Pemecahan Masalah Dan Pengambilan Keputusan (PMPK). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.2008

2. Chriswardani, S. Metode Penentuaan Masalah. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro, Semarang. 2012

3. Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara , Jakarta.1996.

4. Sulaeman, ES, Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di Puskesmas, ed 2. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta. 2011

5. H.L. Blum. Expanding Health Care Horizons: From a General Systems Concept Of

Health To a National Health Policy, 2nd Edition, Third Party Publishing Company,California.1983.

6. Notoadmodjo S. Prinsip-Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka

Cipta, Jakarta.2003.

7. Nugroho, dkk. Community Diagnosis Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Desa

Sidogemah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2011. Universitas Diponegoro Semarang 2011.

8. Arsani, Andi. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press.

Makasar. 2012

50

Page 51: PBL Cangkiran RW II

9. Sawitra, nandar. Segitiga Epidemiologi Hipertensi. Rineka Cipta, Jakarta. 2009

10. Aru, Sudoyo.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Pustaka Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta. 2006.

11. C.J.Bulpitt. Clinical Study To Investigate The Productive Parameter Hypertension In

Epidemiology Of Hipertension. J Hypertens, USA. 2001.

12. Kaplan, M. Norman, Hypertension In The Population At Large In Clinical Hypertension.

Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA.1998.

13. The Joint National Committee. The Seventh Report of The Joint National Committee On

Prevention, Detection, Eveluation, and Tretment Of High Blood Pressure (JNC VII). The Joint National Committee, USA. 2003

14. Price, Sylvia Anderson dkk. Hipertensi dalam Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.1995

15. Aris, Sugiharto. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi

Kasus di Kabupaten Karanganyar) Tesis Program Studi Magister Epidemiologi (Program Pasca Sarjana) Universitas Diponegoro Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang. 2007

16. Chunfang Qiu, dkk. Family History Of Hypertension. American Heart Association, North

Seattle . 2003.

17. Rustika. Hubungan Antara Asupan Lemak Jenuh Dari Makanan Gorengan Dan Kadar

Lipid Plasma Pada Masyarakat. Laporan Penelitian. Jakarta 2004.

51

Page 52: PBL Cangkiran RW II

18. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta. Jakarta.2000.

19. Mancia G, Laurent S, dkk. Reappraisal Of European Guidelines On Hypertension

Management. European Society of Hypertension Task Force documentGiuseppe. Hypertension Jurnal, European.2009.

20. Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And Control Of

Hypertension In The United States, 1998 – 2000. JAMA.USA. 2000

21. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Untuk Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2003.

52

Page 53: PBL Cangkiran RW II

LAMPIRAN

FOTO DOKUMENTASI

Gambar 1. Kuesioner Responden 1 Gambar 2. Kuesioner Responden 2

Gambar 3. Pengukuran tekanan darah Gambar 4. Pemeriksaan jentik

Gambar 5. Penyuluhan hipertensi Gambar 6. Pendaftaran pesertabersamaan Posyandu penyuluhan

53

Page 54: PBL Cangkiran RW II

Gambar 7. Pengukuran tensi gratis Gambar 8. Kegiatan Posyandu sebelum penyuluhan sebelum penyuluhan

Gambar 9. Pemberian doorprize Gambar 10. Pembagian “Alarm Hipertensi” 1

54

Page 55: PBL Cangkiran RW II

Gambar 11. Media Penyuluhan “Alarm Hipertensi”

Gambar 12. Pembagian Gambar 13. Serah “Alarm Hipertensi” 2 terima timbangan bayi

55

Page 56: PBL Cangkiran RW II

Gambar 14. Kandang hewan yang terpisah dengan rumah

Gambar 13. Pekarangan rumah yang dimanfaatkan dengan tanaman obat

56

Page 57: PBL Cangkiran RW II

ANALISIS DATA

Pendidikan * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

HT Tidak HT

Pendidikan

pendidikan rendahCount 14 47 61

% within Pendidikan 23,0% 77,0% 100,0%

pendidikan tinggiCount 7 77 84

% within Pendidikan 8,3% 91,7% 100,0%

TotalCount 21 124 145

% within Pendidikan 14,5% 85,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6,097a 1 ,014

Continuity Correctionb 4,973 1 ,026

Likelihood Ratio 6,045 1 ,014

Fisher's Exact Test ,017 ,013

Linear-by-Linear Association 6,054 1 ,014

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,83.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pendidikan (pendidikan rendah /

pendidikan tinggi)

3,277 1,233 8,705

For cohort Hipertensi = HT 2,754 1,183 6,413

For cohort Hipertensi = Tidak HT ,841 ,722 ,978

N of Valid Cases 145

57

Page 58: PBL Cangkiran RW II

Pe_8_1 * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

HT Tidak HT

Pe_8_1

YaCount 11 30 41

% within Pe_8_1 26,8% 73,2% 100,0%

TidakCount 10 94 104

% within Pe_8_1 9,6% 90,4% 100,0%

TotalCount 21 124 145

% within Pe_8_1 14,5% 85,5% 100,0%

Keterangan 8_1 (Rutin mengukuran tekanan darah)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7,036a 1 ,008

Continuity Correctionb 5,714 1 ,017

Likelihood Ratio 6,423 1 ,011

Fisher's Exact Test ,016 ,010

Linear-by-Linear Association 6,987 1 ,008

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,94.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pe_8_1 (ya / tidak) 3,447 1,333 8,911

For cohort Hipertensi = HT 2,790 1,284 6,065

For cohort Hipertensi = Tidak HT ,810 ,666 ,985

N of Valid Cases 145

Keterangan 8_1 (Rutin mengukuran tekanan darah)

58

Page 59: PBL Cangkiran RW II

Pe_8_2 * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi Total

HT Tidak HT

Pe_8_2

ya (TD: >= 140/90mmHg)Count 19 11 30

% within Pe_8_2 63,3% 36,7% 100,0%

tidak (TD : < 140/90mmHg)Count 2 113 115

% within Pe_8_2 1,7% 98,3% 100,0%

TotalCount 21 124 145

% within Pe_8_2 14,5% 85,5% 100,0%

Keterangan 8_2 (Riwayat Hipertensi)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 72,883a 1 ,000

Continuity Correctionb 67,995 1 ,000

Likelihood Ratio 60,351 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 72,380 1 ,000

N of Valid Cases 145

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,34.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pe_8_2 (ya (TD:

>= 140/90mmHg) / tidak (TD : <

140/90mmHg))

97,591 20,040 475,259

For cohort Hipertensi = HT 36,417 8,976 147,754

59

Page 60: PBL Cangkiran RW II

For cohort Hipertensi = Tidak

HT

,373 ,233 ,598

N of Valid Cases 145

Keterangan 8_2 (Riwayat Hipertensi)

60