pbl cangkiran rw ii
DESCRIPTION
PUSKESMASTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan saat ini, banyak
masyarakat yang mampu mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan
dan tanggung jawab untuk menjaga kesehatannya secara optimal terutama
dikalangan masyarakat menengah kebawah. Ada empat faktor yang
mempengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku,
keturunan dan lingkungan. Kombinasi teori dan praktek untuk mencegah
penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat
dipelajari dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Pola perilaku individu akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya
pengetahuan, pendidikan, sikap, tingkat ekonomi, fasilitas kesehatan dan
dukungan sosial.
Saat ini penyebab utama kematian di Indonesia untuk semua umur telah
bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Prevalensi
hipertensi masih cukup tinggi serta cenderung meningkat. Hipertensi dapat
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, belum terjangkaunya biaya
pengobatan, serta kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan penyakit
hipertensi. Hipertensi dapat terjadi komplikasi seperti gagal ginjal, penyakit
jantung, stroke dan kematian. Oleh sebab itu diagnosis penyakit hipertensi
seharus dideteksi sedini mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat
dan mengendalikan faktor resiko yaitu dengan mengatur pola makan,
olahraga teratur, mengatasi stress dan emosi, istirahat yang cukup, tidak
merokok dan tidak minum alkohol. Partisipasi masyarakat bisa dilakukan
dengan cara membiasakan gaya hidup sehat dan bekerjasama dengan
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Mampu mengolah masalah kesehatan pada individu sebagai bagian
dari masalah kesehatan masyarakat secara komprehensif, holistik,
berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks
pelayanan kesehatan tingkat primer
b) Mampu memotivasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan
c) Mampu melakukan sistem rujukan, baik vertikal maupun horisontal
dengan memperhatikan tipe-tipe rujukan (spesimen, medis, maupun
informasi) dan kaidah rujukan (pada saat melakukan intervensi)
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat di RW II Kelurahan
Cangkiran, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.
b) Memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat
c) Menganalisis penyebab masalah kesehatan masyarakat
d) Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat
secara kolaboratif dan koordinatif baik secara lintas program maupun
lintas sektoral
e) Pengambilan keputusan pemecahan masalah kesehatan masyarakat
f) Menyusun rencana kegiatan
g) Melakukan intervensi kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatannya
h) Melakukan kegiatan promosi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami oleh
masyarakat
i) Mengevaluasi progam kegiatan di RW II Kelurahan Cangkiran,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang
2
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang keadaan status kesehatan,
pengelolaan dan analisis masalah kesehatan di masyarakat.
2. Manfaat praktis
Menambah kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan
D. Metodelogi Pengumpulan data
1. Populasi
Jumlah Kepala Keluarga di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang.
2. Sampling
a) Sampel
Kriteria Inklusi:
Kepala Keluarga di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang.
Anggota Keluarga di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang.
Kriteria Eksklusi:
Kepala Keluarga dan atau anggota keluarga menolak sebagai
responden.
b) Sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random
sampling
c) Besar sampel
Besar sampel di tentukan dengan rumus standart error (SE):
3
4
3. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara
Gambar 1.1. Prosedur Pengumpulan data
4. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan program komputer.
Tahap pengolahan data :
a) Editing
Data yang diperoleh dilakukan editing (penyutingan) terlebih dahulu
untuk pengecekan data dan kelengkapan data
b) Coding
Setelah di edit selanjutnya merubah data kualitatif (huruf) mejadi data
numerik (angka)
c) Data entry (memasukan data)
Memasukan data yang sudah diperoleh ke program komputer
d) Cleaning (membersihkan data)
Setelah data sudah dimasukan lalu di lakukan pembersihan terhadap
kesalahan data, ketidaklengkapan data, kemudian dikoreksi
5. Analisis Data
Analisis data dengan program komputer
a) Analisis Univariat
Menggunakan distribusi frekuensi
b) Analisis Bivariat
Skala setiap variabel adalah nominal maka uji statistik hubungan yang
dilakukan menggunakan non-parametric yaitu uji Chi square. Jika P
value < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan dan jika P value >
0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori PM-PK (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan)
1. Definisi1
Pemecahan masalah adalah suatu proses dari mengamati dan pengenalan
serta usaha mengurangi perbedaan antara situasi sekarang dengan yang
akan datang (rencana). Sedangkan pengambilan keputusan dapat diartikan
sebagai proses memilih tindakan dari beberapa alternatif untuk mencapai
tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu masalah).
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai
suatu proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan
mengantisipasi hambatan yang mungkin menghalangi terlaksananya
keputusan.
2. Model PMPK1
Beberapa model langkah-langkah Pemecahan Masalah dan Pengambilan
Keputusan menurut beberapa pakar antara lain :
a) Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)
RY.Chang dan Kelly:
1) Defenisikan masalah;
2) Analisis sebab-sebab potensial;
3) Identifikasi solusi yang memungkinkan;
4) Pilih solusi terbaik;
5) Susun rencana tindakan;
6) Implementasikan solusi dan evaluasi perkembangannya
b) Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)
SP.Siagian:
1) Identifikasi dan defenisikan hakekat masalah yang dihadapi;
2) Pengumpulan dan pengolahan informasi;
3) Identifikasi alternatif;
6
4) Analisisi berbagai alternatif;
5) Penentuan pilihan alternatif terbaik;
6) Pelaksanaan;
7) Evaluasi hasil yang dicapai.
c. Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)
BA.Fisher (Model Preskriptif) :
1) Orientasi, menentukan bagaimana situasi yang sedang atau akan
dihadapi;
2) Evaluasi, menentukan sikap yang perlu diambil;
3) Pengawasan, menentukan apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi situasi tersebut;
4) Pengambilan keputusan, menentukan pilihan atas berbagai
alternatif yang telah dievaluasi;
5) Pengendalian, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hasil
keputusan.
Dari semua model di atas dapat disimpulkan secara garis besar untuk
tahapan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pada dasarnya
terdiri dari 4 (empat) langkah kegiatan utama yaitu:
Identifikasi masalah;
Analisis masalah;
Alternatif pemecahan dan
Menetapkan keputusan.
7
3. Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan2,3,4
Gambar 2.1 Proses Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
a) Identifikasi masalah
Masalah adalah gap antara harapan (tujuan yang ditetapkan) dengan
realita (pencapaian sekarang). Cara untuk mengidentifikasi masalah
adalah dengan melakukan survey (data primer), brainstorming dan
analisis sistem.
b) Menetapkan prioritas
Menurut Kepner Tregoe, ada 3 (tiga) aspek penting dalam menentukan
prioritas, yaitu dilihat dari tingkat Mendesak (Urgency), Kegawatan
(Seriousness) dan Pertumbuhan (Growth). Teori ini sangat dikenal
dengan singkatan ’U S G’.
1) Urgency (mendesak)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus
segara ditanggulangi.
2) Seriousness (kegawatan)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran
kuantitatif.
3) Growth (perkembangan)
8
Masalah Identifikasi masalah
Prioritas masalah
Analisis penyebab masalah
Pengawasa
Pengendalian
penilaian
Pengambilan keputusan
Alternatif pemecahan masalah
Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari suatu masalah.
c) Analisis penyebab masalah
Masalah yang timbul terkadang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini
membutuhkan analisis mendalam untuk menemukan hubungan kausal
(cause-effect) dari sebuah masalah. Beberapa teknik berikut dapat
digunakan dalam menganalisis penyebab yaitu diagram ishikawa (fish
bone analysis), metode pohon masalah (root cause analysis).
Gambar 2.2. Analisis Penyebab Masalah
d) Alternatif pemecahan masalah
Sebelum keputusan diambil, hendaknya direncanakan beberapa solusi
alternatif yang mungkin dilakukan. Analisis SWOT merupakan
akronim dari Strength, Weakness, Opportunity dan Threat. Analisis
SWOT dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi
permasalahan namun juga dapat membuat alternatif solusi melalui
faktor internal yaitu: strength-kekuatan dan weakness-kelemahan;
dan faktor eksternal yaitu opportunity-peluang dan threat-ancaman.
Setelah dilakukan analisis internal dan eksternal, maka dibuat matriks
strategi (SO, ST , WO dan WT). Matriks ini terdiri atas item sumber
daya (tenaga, biaya, alat, obat, fasilitas kesehatan, peran pemerintah,
lintas sektor, Ormas, masyarakat), lingkungan (fisik dan non fisik),
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
9
Tabel 2.1. analisis SWOT
e) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan kognitif yang
mempersatukan memori, pemikiran, proses informasi, dan penilaian
secara evaluatif dalam rangka proses seleksi dari sejumlah alternatif
yang tersedia untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan
atau kondisi yang ada seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi
tidak pasti dan kondisi konflik.
1) Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Faktor pengaruh pengambilan keputusan yaitu nilai,
kecenderungan terhadap risiko, tekanan mental dan kenaikan
komitmen. Nilai merupakan pedoman hidup seseorang. Nilai akan
berpengaruh sejak dari menetapkan tujuan, membuat solusi
alternatif, pemilihan solusi, implementasi dan evaluasi/konrol.
Pengambil keputusan yang memiliki keberanian mengambil risiko
dan yang berhati-hati/tidak berani mengambil risiko akan
menghasilkan keputusan yang berbeda.
2) Rencana pelaksanaan
Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang dinamis.
Setelah solusi dipilih, harus diimplementasikan dan di follow-up.
Solusi terpilih kemudian dibuat plan of action (PoA). PoA berisi
kegiatan, tujuan dan target, sasaran populasi, biaya (besar dan
sumber pembiayaan), tempat, waktu, pelaksana (PJ) dan rencana
penilaian.
10
3) Evaluasi
Hubungan antara alternatif solusi dan hasil yang diinginkan
bergantung pada tiga kondisi berikut ini yaitu :
Kepastian, pengambil keputusan mengetahui peluang
keberhasilan masing-masing solusi alternatif.
Ketidakpastian, pengambil keputusan sama sekali tidak
mengetahui peluang keberhasilan masing-masing solusi
alternatif. Kondisi ketidakpastian ini akan berkurang dengan
mengumpulkan lebih banyak informasi dan mempelajari
situasi.
Risiko, pengambil keputusan memiliki beberapa perhitungan
peluang keberhasilan masing-masing solusi alternatif.
B. Teori HL BLUM
H L Blum menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku/gaya hidup, faktor
pelayanan kesehatan dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut
saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat
kesehatan masyarakat. Jika salah satu faktor berada dalam keadaan yang tidak
optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal.
Gambar 2.3. Faktor – Faktor Status Kesehatan Menurut HL Bloom
1. Lingkungan5
11
Aspek lingkungan terdiri dari aspek fisik (sampah, air, udara, tanah, iklim,
perumahan) dan aspek lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antara
manusia dengan manusia lainnya (seperti kebudayaan, pendidikan,
ekonomi)
2. Perilaku Masyarakat2,5,6
Perilaku adalah keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap dan
sebagainya) untuk memberikan respons terhadap situasi diluar subyek
tersebut. Respons dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga
bersifat aktif (dengan tindakan atau action). Perilaku yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, perilaku terhadap
makanan, dan perilaku terhadap lingkungan.
Perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan,
pendidikan, sosial ekonomi, dan perilaku lainnya yang melekat pada
dirinya.
Pada proses perubahan ini, perlu ditunjang perubahan sikap dan
pengetahuan.
a) Perilaku dalam bentuk pengetahuan.
b) Perilaku dalam bentuk sikap
c) Perilaku dalam bentuk tindakan.
3. Pelayanan Kesehatan7,8
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit-
penyakit serta memulihkan kecacatan perseorangan, keluarga, kelompok
ataupun masyarakat.
4. Genetik7,8
Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sulit untuk
diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua. Tindakan preventif
cukup sulit untuk dilakukan dikarenakan menyangkut masalah gen atau
12
DNA. Tindakan preventif yang paling efektif adalah dengan menghindari
gen pembawa sifat.
C. Teori IKM
Kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi
menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu,
agen dan lingkunan seperti gambar berikut:
Gambar 2.4. Segetiga Epidemiologi
Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya,
dengan akibat menaikkan atau menurunkan kejadian penyakit hipertensi.
Komponen untuk terjadinya penyakit hipertensi yaitu:
1. Host (Penjamu)6
a) Genetik
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini
setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik berpengaruh.
b) Umur
Angka kejadian hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur
seseorang. Namun pada saat ini umur tidak menjadi tolok ukur utama
terjadinya hipertensi.
c) Jenis kelamin
Wanita yang telah mengalami menopause lebih beresiko terkena
penyakit hipertensi dibandingkan dengan pria. Namun pria juga dapat
terkena penyakit hipertensi paling sering terjadi pada usia kurang dari
50 tahun.
13
d) Pola makan dan gaya hidup
Makanan berlemak dan berkolesterol tinggi seperti makanan bersantan,
jeroan, gorengan dapat memicu peningkatan tekanan darah.
e) Pekerjaan
Tingginya tingkat kesibukan seseorang saat ini menyebabkan
peningkatan beban pikiran (stress). Kebiasaan konsumsi kopi,
merokok, dan alkohol untuk mengatasi stress tersebut.
2. Agent (Penyebab Penyakit)6
a) Faktor nutrisi
Mono Sodium Glutamat (MSG) dan garam menimbulkan penyakit
hipertensi. Konsumsi garam seharinya cukup 6 mg atau setara dengan
1 sendok teh. Kelebihan konsumsi garam dan MSG meningkatkan
penyakit hipertensi.
b) Faktor kimia
Mengkonsumsi obat – obatan seperti kokain, Pil KB, kortikosteroid,
cyclosporin, eritropoietin, penyalahgunaan dan konsumsi kayu manis
(dalam jumlah besar) menimbulkan penyakit hipertensi.
c) Faktor biologi
Resistensi insulin dan atau peningkatan kadar insulin
(hiperinsulinemia). Keadaan ini merupakan karakteristik sindroma
metabolik yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserida dan
rendahnya kadar HDL serta terganggunya hormon kesimbangan
yang mengatur tekanan darah.
Faktor genetik yaitu interaksi gen yang beragam.
Penyakit penyerta, misalnya diabetes melitus atau penyakit ginjal
d) Faktor fisik
Saat melakukan aktivitas, tekanan darah akan lebih tinggi dan akan
lebih rendah ketika beristirahat.
Olahraga secara rutin dapat menurunkan risiko terjadi hipertensi,
yang berkaitan dengan peningkatan proses biokimiawi
pembentukan HDL dalam peredaran darah.
14
3. Environment (Lingkungan)9
Faktor lingkungan yang berpengaruh yaitu kondisi lingkungan yang tinggi
tekanan/stress psikologi.menyebabkan adrenalin dan kortisol dilepaskan
ke aliran darah yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah.
Perbedaan keadaan geografis, Tempat tinggal di daerah pantai lebih
berisiko menderita hipertensi daripada daerah pegunungan karena
penduduk daerah pantai konsumsi natrium lebih besar daripada daerah
pegunungan. Gaya hidup perkotaan juga meningkatkan risiko prevalensi
hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
D. TEORI HIPERTENSI
1. Definisi 10,11
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik
karena terjadi gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
2. Etiologi 10,11,12
Penggolongan etiologi dibagi menjadi hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi primer (essensial). Hipertensi menunjukkan bahwa faktor
genetik memegang peranan penting. tetapi juga adanya mutasi-mutasi
genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide,
ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Penyebabnya yaitu disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.
15
3. Klasifikasi 13
The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC VII)
Tabel 2.2. Klasifikasi Berdasarkan JNC VIIClasification Blood pressure (mmHg)
Category Systolic Diastolic
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
High Normal 130-139 85-89
Grade 1 140-159 90-99
Grade 2 160-179 100-109
4. Patofisilogi 14
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi
tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai
akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor
lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung
dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah.
Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron,
perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan
beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi. Mekanisme
patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut.
Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang
berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi
sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem
renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,natrium dan
kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh
darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan
darah.
16
5. Faktor resiko10,12,15-18
a) Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
Umur
Semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi.
Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.
Jenis Kelamin
Riwayat Keluarga
Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai hipertensi
lebih sering menderita hipertensi terutama pada hipertensi primer.
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua
kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60%.
Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).
Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(essensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
tanda dan gejala.
b) Faktor yang dapat diubah/dikontrol
Kebiasaan Merokok
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih
rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat
seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi.
17
Konsumsi Asin/Garam
Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
Konsumsi Lemak Jenuh dan Obesitas
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis.
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
Alkohol
Konsumsi alkohol terlalu sering/banyak memiliki tekanan yang
lebih tinggi dari pada individu yang tidak/sedikit minum alkohol.
Olahraga
Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri.
Stress
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.
6. Manifestasi klinis10,11,12
Sebagian besar tanpa disertai gejala, bila terasa gejalanya dapat berupa:
a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat tekanan darah intrakranium.
18
b) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c) Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
d) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.
e) Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar
tidur, mata berkunang kunang dan pusing.
7. Penatalaksanaan 16,17,19,20
a) Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal :
Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain
itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko
aterosklerosis.
Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan
aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah,
dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang
baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk
olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu,tiap olahraga 30 menit.
dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat
badan belum tentu turun.
Perubahan pola makan dengan mengurangi asupan garam, diet
rendah lemak jenuh, memperbanyak konsumsi sayuran, buah-
buahan dan susu rendah lemak dan menghilangkan stress
19
b) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi
sesuai umur dan kebutuhan. Bila tidak terdapat indikasi untuk memilih
golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon
tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma.
Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek
obat yang lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat mengontrol
tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba
menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan
dan progresif.
20
Tabel 2.3. Kombinasi Obat Anti hipertensi yang Sering Digunakan
Kombinasi obat antihipertensi Keuntungan
ACE Inhibitor – Kalsium Antagonis
- Menurunkan tekanan intra glomuler- Memperbaiki permeabilitas glomuler- Menghambat terjadinya hipertrofi glomuler- Mencegah terjadinya glomuler- Mengurangi proteinuria- Mengurangi hipermetabolisme ginjal- Mengurangi akumulasi kalsium intraseluler- Dianjurkan pada nefropati hipertensi dan hipertensi
dengan nefripati diabetikACE Inhibitor – Diuretik - Meningkatkan natriuresis
- Memperbaiki toleransi glukosa dan kadar asam urat- Mempertahankan kadar kalium plasma- Mempercepat regresi LVH- Meningkatkan kecepatan ACEI
ACE Inhibitor – Beta bloker - Baik untuk hipertensi usia muda dengan peningkatan system RAA dan simpatis
- Baik pula untuk hipertensi dan pasca infark akut dengan tujuan: Menurunkan resiko takhiaritmia Mengurangi progresivitas dilatasi ventrikel Memperbaiki toleransi latihan
Beta bloker – Diuretik - Menurunkan peningkatan system RAA karena diuretic- Beta bloker mempunyai efek anti-aldosteron ringan- Baik untuk isolated systolic hypertension, stroke, dan
infark miokardBeta bloker – Kalsium antagonis
- Menurunkan curah jantung dan tahanan perifer- Memperbaiki integritas endotel- Normalisasi peningkatan system RAA karena kalsium
antagonis- Sangat baik meregresi LVH- Normalisasi resistensi insulin dan gangguan profil lipid
karena beta bloker- Baik untuk hipertensi dengan angina pectoris- Baik untuk hipertensi dan takhiaritmia
8. Komplikasi 20
Penyakit hipertensi bisa menyababkan berbagai penyakit lainnya seperti
stroke, gagal jantung, gagal ginjal, ensefalopati dan infark Miokard
21
BAB III
GAMBARAN UMUM KONDISI
RW II KELURAHAN CANGKIRAN
A. DATA UMUM
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) dilaksanakan di RT 01-04,
RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen, Semarang.
22
Gambar 3.1 Peta RW II Kel. Cangkiran (kiri). Peta Kelurahan Cangkiran (kanan)
Karakteristik RW II Kelurahan Cangkiran :
1. Data Monografi
Ketinggian diatas laut (350mdpl) dan suhu maksimum/minimum
25/230C
2. Jumlah Kepala Keluarga : 233 (th.2014)
3. Jumlah Penduduk : 963 jiwa (th.2007)
(Laki-laki : 485 jiwa, Perempuan: 478 jiwa)
4. Distribusi penduduk berdasarkan umur
Tabel 3.1 Distribusi penduduk menurut umur
No KELOMPOK UMUR JUMLAH Persentase (%)
1. 7 – 14 tahun 111 11,53
2. 15 – 49 tahun 596 61,89
3. 50 – 60 tahun 125 12,98
4. 60 tahun ke atas 131 13,60
JUMLAH 963 100
Sumber : data sekunder Kartu Keluarga th.2007 RW II Kelurahan Cangkiran
5. Distribusi penduduk menurut sesuai tingkat pendidikan
Tabel 3.2 Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
No TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH Persentase (%)
1. Tidak pernah sekolah /
Tidak tamat SD
494 51,30
2. Tamat SD/sederajat 35 3,63
3. Tamat SLTP/sederajat 184 19,11
4. Tamat SLTA/sederajat 211 21,91
5. Tamat Perguruan 39 4,05
23
Tinggi/Akademi
JUMLAH 278 100
Sumber : data sekunder Kartu Keluarga th.2007 RW II Kelurahan Cangkiran
6. Distribusi penduduk menurut pekerjaan
Tabel 3.3 Distribusi penduduk menurut pekerjaan
No MATA PENCAHARIAN JUMLAH Persentase (%)
1. PNS 27 2,80
2. Wiraswasta 174 18,07
3. Swasta 89 9,24
4. Buruh/petani/perkebunan 109 11,32
5 Nelayan 4 0,42
6. Lain-lain 17 1,77
7. Tidak bekerja 408 42,37
JUMLAH 963 100
Sumber : data sekunder Kartu Keluarga th.2007 RW II Kelurahan Cangkiran
B. DATA KHUSUS
1. Upaya Kesehatan Bersumber data Masyarakat (UKBM)
a) Posyandu, terdapat posyandu balita dan posyandu lansia
b) Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat)
2. Hasil Survey
Gambaran Karakteristik Responden
Responden RW II Kelurahan Cangkiran dengan jumlah sampel RW II,
Kelurahan Cangkiran terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, RT 02, RT 03 dan
RT 04 yaitu sebanyak 145 KK. Distribusi sampel terdapat pada tabel
berikut ini :
24
Tabel 3.4 Jumlah responden
No. RT Jumlah KK Jumlah sampel Persentase (%)
1 RT 01 60 37 26
2 RT 02 55 34 23
3 RT 03 50 31 21
4 RT 04 68 42 29
Total 233 145 100 %
Sumber : data primer th.2014 RW II Kelurahan Cangkiran
Jumlah responden dari 233 KK diambil jumlah sampel sebanyak 145 KK.
a) Status kesehatan
Kelahiran
Jumlah bayi yang lahir hidup : 12 jiwa (100 %)
Kesakitan
Jumlah orang sakit (1 bulan) :
Proporsi penyakit
- Hipertensi : 21 orang (14,50%)
- ISPA : 20 orang (13,80%)
- Diabetes Militus : 4 orang (2,80%)
- Diare : 2 orang (1,40%)
- TB Paru : 2 orang (1,40%)
- DBD : 0 orang (0%)
- Demam Typhoid : 0 orang (0%)
- Leptospirosis : 0 orang (0%)
Kematian
Tabel 3.5 Jumlah kematian RW II (dalam satu tahun yang lalu)
RT/RW 01/02 02/02 03/02 04/02 jumlah
25
L 3 1 2 1 7
P 1 0 0 1 2
Jumlah kematian di RW II Kelurahan Cangkiran terdapat 9 orang.
b) Pelayanan kesehatan
i. KIA
1) Kehamilan
a. Jumlah ibu hamil : 2 Jiwa
b. Ibu hamil dengan risiko : 0 jiwa
c. Frekuensi pemeriksaan kehamilan : 4 kali
2) Persalinan (1 tahun)
a. Jumlah bayi yang lahir hidup : 12 jiwa
b. Jumlah kelahiran dengan BBLR : 0 jiwa
c. Pertolongan peralinan
Puskesmas : Puskesmas Mijen
Tenaga kesehatan : 0 jiwa
Dukun bayi terlatih : 0 jiwa
Dukun bayi tidak terlatih : 0 jiwa
ii. Keluarga Berencana (KB)
WUS (15-49 tahun) : 252 jiwa (100%)
PUS (15-49 tahun) : 167 jiwa (100%)
PUS ber-KB : 143 pasang (83,63%)
Kontrasepsi yang digunakan
- MOW/MOP : 1 orang (0,70%)
- IUD/Spiral : 4 orang (2,80%)
- Susuk : 19 orang (13,29%)
- Suntikan : 95 orang (66,43%)
- Pil : 4 orang (2,80%)
- Kondom : 1 orang (0,70%)
- Kalender : 0 orang (0%)
26
- Lain-lain : 0 orang (0%)
iii. Balita.
Jumlah Balita : 74 Balita
Jumlah balita yang mempunyai KMS : 74 Balita (100%)
Jumlah balita yang datang menimbang : 46 Balita (62,16%)
Gizi balita.
Baik :17 Balita (36,96%)
Kurang : 7 Balita (15,22%)
Buruk : 0 Balita (0%)
Balita diberi ASI (umur maksimal 2 tahun)
Ya : 18 Balita (75%)
Tidak : 6 Balita (25%)
iv. Pelayanan kesehatan
Tempat pelayanan yang terjangkau : 141 KK (97,2%)
Kepemilikan jaminan kesehatan : 70 KK (48,3%)
c) Perilaku
i. Kebiasaan masak air
Air yang dikonsumsi
Air tidak matang : 34 KK (23,4%)
Air matang : 111 KK (76,6%)
Sumber air minum
Sumur/PAM : 102 KK (70,3%)
Galon / Filter : 43 KK (29,7%)
ii. Kebiasaan buang air besar
Tempat BAB
WC : 143 KK (98,6%)
Jumbleng : 2 KK (1,4%)
Tersedia sabun : 133 KK (91,7%)
iii. Kebiasaan mencuci tangan
Sebelum makan (sabun) : 111 KK (76,6%)
Setelah makan (sabun) : 116 KK (80,0%)
27
Setelah BAB (sabun) : 133 KK (91,7%)
iv. Kebiasaan diri
Menutup mulut ketika batuk : 122 KK (84,1%)
Meludah sembarangan : 108 KK (74,5%)
Menggantung pakaian : 78 KK (53,8%)
Tempat pakaian kotor : 139 KK (95,9%)
v. Kebersihan diri
Gosok gigi (setelah makan, sebelum tidur): 98 KK (67,6%)
Sikat gigi pribadi : 140 KK (96,6%)
Handuk pribadi : 139 KK (95,9%)
Mandi (2xhari) : 134 KK (92,4%)
Mandi di Kamar Mandi : 144 KK (99,3%)
Sumber air mandi
Sungai : 2 KK (1,4%)
Sumur/PAM : 143 KK (98,6%)
vi. Kebiasaan membersihkan rumah
Membersihkan penampungan air 1 x seminggu : 70 KK (48,3%)
Membersihkan penampungan air 2 x seminggu : 75 KK (51,7%)
Membuka jendela setiap hari : 99 KK (68,3%)
Membuang/membakar sampah sesuai :133 KK (91,7%)
vii. Kebiasaan merokok
Pasif/aktif : 86 KK (99,3%)
Asap rokok didalam rumah : 76 KK (52,4%)
viii. Gaya hidup
Alkohol : 16 KK (11,0%)
Olah raga : 47 KK (32,4%)
Aktifitas fisik lain : 120 KK (82,4%)
ix. Gizi
Makan >3x hari : 56 KK (38,6%)
Makan < 3 x hari : 89 KK (61,4%)
Porsi makan >1 piring : 54 KK (37,2%)
28
Porsi makan < 1 piring : 91 KK (62,8%)
Konsumsi sayur : 129 KK (89,0%)
Konsumsi buah-buahan : 70 KK (48,3%)
Konsumsi lauk pauk : 142 KK (97,9%)
Konsumsi makanan berlemak: 57 KK (39,3%)
MSG/ penyedap rasa : 115 KK (79,3%)
Makanan asin : 58 KK (40,0%)
Makanan manis : 68 KK (46,9%)
Air putih sehari <2 L : 79 KK (54,5%)
Air putih sehari > 2 L : 66 KK (45,5%)
x. Pengetahuan
Pengetahuan penyakit menular : 103 KK (71,0%)
Pengetahuan penyakit tidak menular : 94 KK (64,8%)
Sikap penderita Hipertensi : 85 KK (58,6%)
Perilaku penderita Hipertensi : 53 KK (36,6%)
Pengetahuan Diabetes Militus : 87 KK (60,0%)
Sikap penderita Diabetes Militus : 104 KK (71,7%)
Perilaku penderita Diabetes Militus : 94 KK (64,8%)
d) Lingkungan
Sarana pembuangan kotoran (BAB) : 87 KK (60%)
Sarana penyediaan air bersih : 85 KK (58,6%)
Sarana pembuangan sampah : 74 KK (51%)
Sarana pembuangan air limbah : 74 KK (51%)
Sarana Jendela : 76 KK (52.4%)
Sarana pencahayaan : 73 KK (50.3%)
Sarana lubang asap dapur : 86 KK (59.3%)
Saranan ruang tidur : 73 KK ( 50,3%)
Kepadatan penghuni rumah : 58 KK ( 40%)
Bebas jentik : 82 KK (56.6%)
Bebas tikus : 75 KK (51.7%)
Bebas lalat : 63 KK (43,4%)
29
Pekarangan bersih : 57 KK ( 39.3%)
Pekarangan dimanfaatkan : 56 KK (38.6%)
Kandang hewan
Tidak punya kandang : 42 KK (29%)
Kandang terpisah dan bersih : 70 KK ( 48.3%)
Sumber air
Tidak berbau dan tidak berwarna : 70 KK (48,3%)
e) Kependudukan
Jumlah rata-rata penghasilan keluarga
Dibawah UMK (< Rp 1.400.000) : 72 KK (49,7%)
Diatas UMK (> Rp 1.400.000) : 73 KK (50,3%)
30
BAB IV
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (PM-PK)
A. Identifikasi Masalah5 penyakit yang ada di RW II di Kelurahan Cangkiran:
1) Hipertensi : 21 orang (14,50%)
2) ISPA : 20 orang (13,80%)
3) Diabetes Militus : 4 orang (2,80%)
4) Diare : 2 orang (1,40%)
5) TB Paru : 2 orang (1,40%)
B. Prioritas MasalahTabel 4.1 Kriteria Urgency
UrgencyMasalah Hipertensi ISPA DM Diare TB Paru Total
HorisontalHipertensi + + + + 4ISPA - - - 0DM - - 0Diare + 1TB Paru 0Total Vertikal 0 0 1 2 2Total Horisontal 4 0 0 1 0TOTAl 4 0 1 3 2
Tabel 4.2 Kriteria Serriousness
SeriusnessMasalah Hipertensi ISPA DM Diare TB Paru Total
HorisontalHipertensi + + + + 4ISPA - + - 1DM + - 1Diare - 0TB Paru 0Total Vertikal 0 0 1 0 3Total Horisontal 4 1 1 0 0TOTAl 4 1 2 0 3
31
Tabel 4.3 Kriteria GrowthGrowthMasalah Hipertensi ISPA DM Diare TB Paru Total
HorisontalHipertensi + + - - 2ISPA + - - 1DM - - 0Diare - 0TB Paru 0Total Vertikal 0 0 0 3 4Total Horisontal 2 1 0 0 0TOTAl 2 1 0 3 4
Tabel 4.4 Skala Prioritas masalahMASALAH U S G JUMLAH PRIORITAS
Hipertensi 4 4 2 10 I
TB Paru 2 3 4 9 II
Diare 3 0 3 6 III
DM 1 2 0 3 IV
ISPA 0 1 1 2 V
Dari data diatas didapatkan urutan prioritas masalah, sebagai berikut :
1) Hipertensi2) TB Paru3) Diare4) Diabetes militus5) ISPA
32
C. Analisis Penyebab MasalahTabel 4.5. Analisis Penyebab Masalah
NO MASALAH PENYEBAB MASALAH
LINGKUNGAN PERILAKU YANKES KEPENDUDUKAN1 HIPERTENSI Kebiasaan merokok Pasif/aktif (99,3%)
Gaya hidup minum alkohol (11,0%) Kebiasaan olah raga (32,4%) Konsumsi makanan berlemak (39,3%) MSG/ penyedap rasa (79,3%) Makanan asin (40,0%) Pengetahuan penyakit tidak menular
(64,8%) Sikap penderita Hipertensi (58,6%) Perilaku penderita Hipertensi (36,6%) Kebiasaan mengkonsumsi makanan
berlemak (39,3%)
Yang tidak memiliki jaminan kesehatan 51,7%
Masyarakat lansia 15,9%
Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK 49,7%
2 ISPA Pekarangan rumah yang tidak bersih dari sampah ataupun kotoran hewan (60,7%)
Jendela rumah yang tidak dibuka (47,6%)
Perokok pasif/aktif (99,3%) Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)
Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)
33
3 DIABETES MILITUS
kebiasaan olahaga (32,4%). kebiasaan makan > 3 kali/hari (38,6%) kebiasaan makan dengan porsi makan > 1
piring (37,2) Konsumsi makanan berlemak (39,3%) Makanan manis (46,9%) Minum air putih < 2L (54,5%)
Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)
Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)
4 DIARE Tidak bebas lalat (56,6%) Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)
Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)
5 TB PARU Sarana Jendela (52.4%) Sarana Pencahayaan
(50.3%) Sarana Ruang Tidur
(50,3%) Kepadatan Penghuni
Rumah (40%)
Membuka jendela setiap hari (68,3%) Kebiasaan merokok aktif/pasif (99,3%) Asap rokok didalam rumah (52,4%) Kebiasaan diri menutup mulut ketika batuk
(84,1%) Meludah sembarangan (74,5%)
Tidak memiliki jaminan kesehatan (51,7%)
Rata-rata penghasilan keluarga dibawah UMK (49,7%)
34
Analisis Hasil PenelitianAnalisis Hasil penelitian
a) Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kejadian Hipertensi
Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kejadian
Hipertensi
Hipertensi
Total OR 95% CITingkat Pendidikan HipertensiTidak Hipertensi
Pendidikan tinggi7(8,30%)
77(91,70%)
84 (100%)
3,277 (1,233-8,705)
Pendidikan rendah14 (23,00%)
47 (77,00%)
61 (100%)
Total21 (14,50%)
124 (85,50%)
145 (100%)
Pada uji Chi Square hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kejadian
Hipertensi diperoleh bahwa dari 84 orang berpendidikan tinggi terdapat 7
orang (8,30%) menderita Hipertensi dan 77 orang (91,70%) tidak
Hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh P value =0,026 maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
dengan tingkat kejadian Hipertensi. Dari analisis diperoleh juga OR =
3,277 (95% CI : 1,233-8,705) itu artinya responden yang berpendidikan
tinggi memiliki peluang 3,277 kali tidak menderita Hipertensi.
b) Hubungan Rutin mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian
Hipertensi
Tabel 4.7. Distribusi rutin mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian
Hipertensi
Hipertensi
Total OR 95% CI
Rutin mengukuran tekanan darah Hipertensi
Tidak Hipertensi
Ya11(26,83%)
30(73,20%)
41 (100%)
3,447 (1,333-8,911)
Tidak10 (9,60%)
94 (90,40%)
104 (100%)
Total21 (14,50%)
124 (85,50%)
145 (100%)
Pada uji Chi Square hubungan rutin mengukuran tekanan darah dengan
tingkat kejadian Hipertensi diperoleh bahwa dari 41 orang yang rutin
35
mengukur tekanan darah terdapat 11 orang (26,83%) menderita Hipertensi
dan 30 orang (73,20%) tidak Hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh P
value =0,017 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara rutin mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian
Hipertensi. Dari analisis diperoleh juga OR = 3,447 (95% CI : 1,333-
8,911) itu artinya responden yang rutin mengukuran tekanan darah
memiliki peluang 3,447 kali tidak menderita Hipertensi.
c) Hubungan Riwayat Hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi
Tabel 4.8. Distribusi riwayat hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi
Hipertensi
Total OR 95% CIRiwayat HipetensiHipertensi
Tidak Hipertensi
Ya (≥ 140/90 mmHg)19(63,30%)
11(36,70%)
30 (100%)
97,591(20,040-475,259)
Tidak (< 140/90 mmHg)2 (1,70%)
47 (98,30%)
115 (100%)
Total21 (14,50%)
124 (85,50%)
145 (100%)
Pada uji Chi Square hubungan riwayat hipertensi dengan tingkat kejadian
Hipertensi diperoleh bahwa dari 30 orang yang memiliki riwayat
hipertensi terdapat 19 orang (63,30%) menderita Hipertensi dan 11 orang
(36,70%) tidak Hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh P value =0,000
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat
hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi. Dari analisis diperoleh juga
OR = 97,591 (95% CI : 20,040-475,259) itu artinya responden dengan
riwayat hipertensi memiliki peluang 97,591 kali menderita Hipertensi.
36
D. Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 4.9. Alternatif Pemecahan Masalah
NOALTERNATIF
KEGIATANTUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT METODE BIAYA PJ INDIKATOR
1 Penyuluhan tentang
Bahaya merokok dan
tensi gratis
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan
kesadaran
tentang bahaya
merokok
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
selesai
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Diskusi dan
demonstrasi
Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II
Kelurahan Cangkiran menghadiri
penyuluhan Bahaya merokok
Adanya feed back dari peserta penyuluhan
yang hadir
2 Penyuluhan tentang
penyakit Hipertensi
dan tensi gratis
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan
kesadaran
tentang penyakit
Hipertensi
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
selesai
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Diskusi dan
demonstrasi
Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II
Kelurahan Cangkiran menghadiri
penyuluhan tentang penyakit Hipertensi
Adanya feed back dari peserta penyuluhan
yang hadir
37
3 Penyuluhan tentang
Bahaya mengkonsumsi
alkohol dan tensi gratis
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan
kesadaran
tentang bahaya
mengkonsumsi
alkohol
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
selesai
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Diskusi dan
demonstrasi
Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II
Kelurahan Cangkiran menghadiri
penyuluhan tentang Bahaya mengkonsumsi
alkohol
Adanya feed back dari peserta penyuluhan
4 Mengadakan kegiatan
senam “jantung sehat”
dan tensi gratis
Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
pentingnya
menjaga
kesehatan
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Dan
masyarakat
beresiko
tinggi
Minggu, 9
Februari 2014
pkl 06.00-
10.00
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Demonstrasi
dan
pemeriksaan
tensi
Rp.100.000
FK Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II Kelurahan
Cangkiran mengetahui dan dapat mempraktekan
senam “jantung sehat” secara berkelanjutan
5 Penyuluhan tentang
Bahaya makanan
berlemak dan tensi
gratis
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan
kesadaran
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
selesai
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Diskusi dan
demonstrasi
Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II
Kelurahan Cangkiran menghadiri
penyuluhan tentang Bahaya makanan
berlemak
Adanya feed back dari peserta yang hadir
38
tentang bahaya
makanan
berlemak
6. Penyuluhan tentang
Bahaya makanan yang
mengandung
MSG/penyedap rasa
dan tensi gratis
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan
kesadaran
tentang bahaya
makanan yang
mengandung
MSG/penyedap
rasa
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
selesai
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Diskusi dan
demonstrasi
Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II
Kelurahan Cangkiran menghadiri
penyuluhan tentang Bahaya makanan yang
mengandung MSG/penyedap rasa
Adanya feed back dari peserta penyuluhan
yang hadir
7. Penyuluhan tentang
Jaminan Kesehatan
dan tensi gratis
Meningkatkan
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan
kesadaran
tentang Jaminan
Kesehatan
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Kelurahan
Cangkiran
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
selesai
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Diskusi dan
demonstrasi
Rp.40.000 FK >50% Perwakilan RT.1,2,3,4 di RW II
Kelurahan Cangkiran menghadiri
penyuluhan tentang Jaminan Kesehatan
Adanya feed back dari peserta penyuluhan
yang hadir
8 Pemberian “alarm
Hipertensi”
Meningkatkan
kepatuhan dan
kesadaran
Perwakilan
RT.1,2,3,4
di RW II
Selasa, 11
februari 2014
pkl 18.30-
Balai
Kelurahan
Cangkiran
Pemberian
Kalender
pengingat
>50% Kalender habis dibagikan kepada
Perwakilan masyarakat dan masyarakat beresiko
tinggi
39
tentang
mengontrol
tekanan darah dan
meminum obat
Kelurahan
Cangkiran
dan
masyarakat
beresiko
tinggi
selesai
40
E. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan dari beberapa alternatif pemecahan
masalah yang ada kami menggunakan metode berdasarkan kriteria mutlak
dan kriteria keinginan.
Tabel 4.10 Kriteria Mutlak
Kegiatan Input Output Ket
Man Money Material Method Marketing
I 1 0 1 1 1 0 X
II 1 1 1 1 1 1 √
III 1 1 1 1 0 0 X
IV 0 1 1 1 1 0 X
V 1 0 1 1 1 0 X
VI 1 0 1 1 1 0 X
VII 1 1 0 1 1 0 X
VIII 1 1 1 1 1 1 √
Tabel 4.11. Kriteria Keinginan
Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan (20)
I 2 x 60 =120 2x 40 = 80 0 x 20 = 0 200
II 10 x 60 = 600 8x 40 = 320 8x 20 = 160 1080
III 1 x 60 = 60 2 x 40 = 80 1 x 20 = 20 160
IV 3 x 60 = 180 3 x 40 = 120 1 x 20 = 60 260
V 1 x 60 = 60 2 x 40 = 80 1 x 20 = 20 160
VI 1 x 60 = 60 2 x 40 = 80 1 x 20 = 20 180
VII 10 x 60 = 600 9 x 40 = 360 10 x 20 = 200 1160
Dari tabel diatas disimpulkan bawa kegiatan yang akan dilakukan adalah
Penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan tensi gratis serta pembagian “alarm
Hipertensi”.
41
F. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) :
Pelaksanaan Musyawarah Mufakat Desa :
a. Waktu : Sabtu, 8 Februari 2014 pukul 19.00 WIB
b. Tempat : di Balai Kelurahan Cangkiran
c. Peserta MMD : Sekertaris lurah/ perwakilan Lurah, perwakilan
RW I-VIII, ketua PKK, dosen pembimbing, dan seluruh mahasiswa
FK UNIMUS Blok 21
d. Kegiatan (yang telah disepakati)
Untuk RW.II :
Penyuluhan mengenai hipertensi
Pembagian “alarm hipertensi”
Pemberian timbangan bayi
Kelurahan Cangkiran :
Pengobatan masal
42
G. Penyusunan Rencana Kegiatan PoA (Plan of Action)
Tabel 4.12. POA (Plan of Action)
KegiatanWhat
(Uraian) Metode Sasaran
Who(Pelaksana)
When(Waktu)
Where(Tempat)
How Much(Biaya) Indikator
Persiapan
(Perencanaan)
1. Pembuatan surat izin kegiatan ketua RW II, Ketua RT 01-04
2. Kordinasi waktu dan tempat pelaksanaan penyuluhan.
3. Pembuatan surat undangan, E-ticket, doorprize, daftar hadir peserta, kupon doorprize
4. Pembuatan “alarm hipertensi”
5. Pembelian timbangan bayi6. Persiapan bahan pendukung
(LCD, microphone, pointer)7. Persiapan pembuatan materi
presentasi
Diskusi Kelompok Perwakilan
RW.II
Kelurahan
Cangkiran
dan masyarakat beresiko tinggi
Kelompok 2 FK Unimus
Senin, 10 Februari 2014
Labkesmas UNIMUS di Wonolopo.
- - Semua perijinan dan undangan terdistribusi.
- Materi, dan bahan pendukung sudah jadi
- Peralatan sudah disiapkan.
Pelaksanaan 1. Registrasi (pendataan peserta penyuluhan).
2. Tensi Gratis3. Pemberian penyuluhan
tentang Hipertensi4. Pemberian doorprize bagi
peserta undian5. Pembagian “alarm
hipertensi” dan menjelaskan
- Penyuluhan- Tensi gratis- Pembagian
kalender- Pembagian
doorprize- Pembagian
“alaram hipertensi”
Perwakilan
RW.II
Kelurahan
Cangkiran
dan
Posyandu
Kelompok 2 FK Unimus
Selasa, 11 Februari 2014
Rumah Bp.Widodo Saksono .
Rp 650.000 - Acara penyuluhan terlaksana dengan lancar
- (Mungkin) Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi dan pemahaman
- Terukurnya TD
43
cara penggunaannya 6. Pemberian timbangan bayi
- Pemberian timbangan
peserta yang hadir- >50% Kalender
habis dibagikan kepada Perwakilan masyarakat dan masyarakat beresiko tinggi
- Diterimanya timbangan bayi oleh PKK dan Posyandu
Penilaian dan evaluasi
Penilaian pelaksanaan kegiatan Evaluasi Perwakilan RW.II Kelurahan Cangkiran dan Posyandu
Kelompok 2 FK Unimus
Selasa, 11 Februari 2014
Rumah Bp.Widodo Saksono.
- - Berhasilnya acara dan meningkatnya pengetahuan warga mengenai hipertensi.
- “alarm hipertensi” habis dibagikan
- Timbangan bayi langsung digunakan saat kegiatan Posyandu
44
H. Intervensi Kegiatan
Tabel 4.13. Intervensi Kegiatan
KegiatanWhat
(Uraian) Metode Sasaran
Who(Pelaksana)
When(Waktu)
Where(Tempat)
How Much
(Biaya) Pelaksanaan
Pelaksanaan 1. Registrasi (pendataan peserta penyuluhan).
2. Tensi Gratis3. Pemberian penyuluhan
tentang Hipertensi4. Pemberian doorprize bagi
peserta undian5. Pembagian “alarm
hipertensi” dan menjelaskan cara penggunaannya
6. Pemberian timbangan bayi
- Penyuluhan- Tensi gratis- Pembagian
kalender- Pembagian
doorprize- Pembagian
“alaram hipertensi”
- Pemberian timbangan
Perwakilan
RW.II
Kelurahan
Cangkiran
dan
Posyandu
Kelompok 2 FK Unimus
Selasa, 11 Februari 2014
Rumah Bp.Widodo Saksono.
Rp 650.000
- Terlaksana
45
I. Hasil Kegiatan
Tabel 4.14. Hasil Kegiatan
KegiatanWhat
(Uraian) Metode Sasaran
Who(Pelaksana)
When(Waktu)
Where(Tempat)
How Much(Biaya) Hasil Kegiatan
Penilaian dan evaluasi
Penilaian pelaksanaan kegiatan Evaluasi Perwakilan RW.II Kelurahan Cangkiran dan Posyandu
Kelompok 2 FK Unimus
Selasa, 11 Februari 2014
Rumah Bp.Widodo Saksono.
- - Berhasilnya acara dengan datangnya 36 warga dari 36 warga yang diundang (100%) dan meningkatnya pengetahuan warga mengenai hipertensi.
- Kalender “alarm hipertensi” 120 lembar habis dibagikan (100%)
- Timbangan bayi langsung digunakan saat kegiatan
46
Posyandu
47
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Praktek Belajar Lapangan (PBL) di RW II Keluraham Cangkiran yang
dilaksanakan oleh Kelompok 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Semarang, berjalan dengan baik dan lancar
2. Dari sekian tahapan, yang paling sulit adalah tahap memperoleh data
gambaran umum (distribusi penduduk dari segi umur, pendidikan dan
pekerjaan) di RW II Kelurahan Cangkiran. Hal itu terjadi karena kurang
lengkapnya data kelurahan. Untuk megatasinya harus dilakukan input data
secara manual dari semua Kartu Keluarga pada tahun 2007, karena tahun
2014 belum ada.
3. Faktor pendorong dalam pelaksanaan PBL adalah masyarakat RW II yang
bersifat komunikatif dan terbuka dalam proses wawancara, keramahan dari
pihak kelurahan dalam proses pengambilan data serta solidaritas yang kuat
antar anggota kelompok dalam mengerjakan tugas.
4. Faktor penghambat dalam pelaksanaan PBL adalah ada beberapa
masyarakat yang tidak bisa dilakukan survey karena kesibukannya dan
data kelurahan yang kurang update
5. Berdasarkan hasil survey di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan
Mijen diperoleh kasus Hipertensi sebanyak 21 orang (14,50%)
6. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat kejadian Hipertensi (P value =0,026) dengan
OR = 3,277 (95% CI : 1,233-8,705)
7. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara rutin
mengukuran tekanan darah dengan tingkat kejadian Hipertensi (P value
=0,017) dengan OR = 3,447 (95% CI : 1,333-8,911)
8. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara riwayat
hipertensi dengan tingkat kejadian Hipertensi (P value =0,000) dengan
OR= 97,591 (95% CI : 20,040-475,259)
48
9. Kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan
penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan memberikan Kalender
Hipertensi “Alarm Hipertensi” untuk meningkatkan kepatuhan dan
kesadaran tentang mengontrol tekanan darah serta meminum obat.
B. SARAN
1. Untuk kader kesehatan, dapat memberikan informasi tentang penyakit
Hipertensi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan
Hipertensi di RW II Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen.
2. Tokoh Masyarakat dapat menggerakkan masyarakat untuk membiasakan
hidup sehat dan seimbang serta mengendalikan faktor resiko yaitu dengan
mengatur pola makan dan olahraga teratur.
3. Masyarakat penderita penyakit Hipertensi dapat rutin memeriksakan
tekanan darah dan meminum obat sesuai anjuran.
4. Untuk penyelengaraan PBL tahun berikutnya, waktu yang disediakan
untuk beberapa kegiatan besar seperti pengobatan massal diperpanjang lagi
agar persiapan yang dilakukan dapat lebih baik.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Modul Pendidikan Dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV Pemecahan Masalah Dan Pengambilan Keputusan (PMPK). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.2008
2. Chriswardani, S. Metode Penentuaan Masalah. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro, Semarang. 2012
3. Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara , Jakarta.1996.
4. Sulaeman, ES, Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di Puskesmas, ed 2. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. 2011
5. H.L. Blum. Expanding Health Care Horizons: From a General Systems Concept Of
Health To a National Health Policy, 2nd Edition, Third Party Publishing Company,California.1983.
6. Notoadmodjo S. Prinsip-Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta, Jakarta.2003.
7. Nugroho, dkk. Community Diagnosis Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Desa
Sidogemah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2011. Universitas Diponegoro Semarang 2011.
8. Arsani, Andi. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press.
Makasar. 2012
50
9. Sawitra, nandar. Segitiga Epidemiologi Hipertensi. Rineka Cipta, Jakarta. 2009
10. Aru, Sudoyo.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Pustaka Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. 2006.
11. C.J.Bulpitt. Clinical Study To Investigate The Productive Parameter Hypertension In
Epidemiology Of Hipertension. J Hypertens, USA. 2001.
12. Kaplan, M. Norman, Hypertension In The Population At Large In Clinical Hypertension.
Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA.1998.
13. The Joint National Committee. The Seventh Report of The Joint National Committee On
Prevention, Detection, Eveluation, and Tretment Of High Blood Pressure (JNC VII). The Joint National Committee, USA. 2003
14. Price, Sylvia Anderson dkk. Hipertensi dalam Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.1995
15. Aris, Sugiharto. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar) Tesis Program Studi Magister Epidemiologi (Program Pasca Sarjana) Universitas Diponegoro Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang. 2007
16. Chunfang Qiu, dkk. Family History Of Hypertension. American Heart Association, North
Seattle . 2003.
17. Rustika. Hubungan Antara Asupan Lemak Jenuh Dari Makanan Gorengan Dan Kadar
Lipid Plasma Pada Masyarakat. Laporan Penelitian. Jakarta 2004.
51
18. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta. Jakarta.2000.
19. Mancia G, Laurent S, dkk. Reappraisal Of European Guidelines On Hypertension
Management. European Society of Hypertension Task Force documentGiuseppe. Hypertension Jurnal, European.2009.
20. Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And Control Of
Hypertension In The United States, 1998 – 2000. JAMA.USA. 2000
21. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Untuk Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2003.
52
LAMPIRAN
FOTO DOKUMENTASI
Gambar 1. Kuesioner Responden 1 Gambar 2. Kuesioner Responden 2
Gambar 3. Pengukuran tekanan darah Gambar 4. Pemeriksaan jentik
Gambar 5. Penyuluhan hipertensi Gambar 6. Pendaftaran pesertabersamaan Posyandu penyuluhan
53
Gambar 7. Pengukuran tensi gratis Gambar 8. Kegiatan Posyandu sebelum penyuluhan sebelum penyuluhan
Gambar 9. Pemberian doorprize Gambar 10. Pembagian “Alarm Hipertensi” 1
54
Gambar 11. Media Penyuluhan “Alarm Hipertensi”
Gambar 12. Pembagian Gambar 13. Serah “Alarm Hipertensi” 2 terima timbangan bayi
55
Gambar 14. Kandang hewan yang terpisah dengan rumah
Gambar 13. Pekarangan rumah yang dimanfaatkan dengan tanaman obat
56
ANALISIS DATA
Pendidikan * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi Total
HT Tidak HT
Pendidikan
pendidikan rendahCount 14 47 61
% within Pendidikan 23,0% 77,0% 100,0%
pendidikan tinggiCount 7 77 84
% within Pendidikan 8,3% 91,7% 100,0%
TotalCount 21 124 145
% within Pendidikan 14,5% 85,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6,097a 1 ,014
Continuity Correctionb 4,973 1 ,026
Likelihood Ratio 6,045 1 ,014
Fisher's Exact Test ,017 ,013
Linear-by-Linear Association 6,054 1 ,014
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,83.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan (pendidikan rendah /
pendidikan tinggi)
3,277 1,233 8,705
For cohort Hipertensi = HT 2,754 1,183 6,413
For cohort Hipertensi = Tidak HT ,841 ,722 ,978
N of Valid Cases 145
57
Pe_8_1 * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi Total
HT Tidak HT
Pe_8_1
YaCount 11 30 41
% within Pe_8_1 26,8% 73,2% 100,0%
TidakCount 10 94 104
% within Pe_8_1 9,6% 90,4% 100,0%
TotalCount 21 124 145
% within Pe_8_1 14,5% 85,5% 100,0%
Keterangan 8_1 (Rutin mengukuran tekanan darah)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7,036a 1 ,008
Continuity Correctionb 5,714 1 ,017
Likelihood Ratio 6,423 1 ,011
Fisher's Exact Test ,016 ,010
Linear-by-Linear Association 6,987 1 ,008
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,94.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pe_8_1 (ya / tidak) 3,447 1,333 8,911
For cohort Hipertensi = HT 2,790 1,284 6,065
For cohort Hipertensi = Tidak HT ,810 ,666 ,985
N of Valid Cases 145
Keterangan 8_1 (Rutin mengukuran tekanan darah)
58
Pe_8_2 * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi Total
HT Tidak HT
Pe_8_2
ya (TD: >= 140/90mmHg)Count 19 11 30
% within Pe_8_2 63,3% 36,7% 100,0%
tidak (TD : < 140/90mmHg)Count 2 113 115
% within Pe_8_2 1,7% 98,3% 100,0%
TotalCount 21 124 145
% within Pe_8_2 14,5% 85,5% 100,0%
Keterangan 8_2 (Riwayat Hipertensi)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 72,883a 1 ,000
Continuity Correctionb 67,995 1 ,000
Likelihood Ratio 60,351 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 72,380 1 ,000
N of Valid Cases 145
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,34.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pe_8_2 (ya (TD:
>= 140/90mmHg) / tidak (TD : <
140/90mmHg))
97,591 20,040 475,259
For cohort Hipertensi = HT 36,417 8,976 147,754
59
For cohort Hipertensi = Tidak
HT
,373 ,233 ,598
N of Valid Cases 145
Keterangan 8_2 (Riwayat Hipertensi)
60