pbl b18 - pricilya

Upload: sebastian-ivan-kristianto

Post on 09-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Blok 18

TRANSCRIPT

Asma Bronkial pada Orang DewasaPricilya Maryani - [email protected] Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat. AbstrakAsma adalah penyakit pernafasan obtruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Penyakit ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespons terhadap mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-anak. Tercetusnya asma pada orang dewasa mungkin berkaitan dengan semakin parahnya alergi yang sudah ada. Infeksi saluran napas atas yang berulang-ulang juga dapat mencetuskan asma pada orang dewasa demikian juga pajanan debu dan iritan di lingkungan kerja.Faktor risiko adalah riwayat asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik mengalami bronkospasme.Kata kunci : Asma, pernafasan, alergiAbstractAsthma is an obstructive respiratory disease characterized by an acute spasm of bronchial smooth muscle. This disease causes obstruction of airflow and decreases alveolar ventilation. Asthma occurs in certain people who are aggressively respond to the mediators of inflammation or allergic irritant. Adults can suffer from asthma without a history of asthma in childhood. Precipitating asthma in adults may be associated with worsening of existing allergies. Upper respiratory tract infection Repeated can also trigger asthma in adults as well as exposure to dust and irritants in the work environment. The risk factor is the family history of asthma, which suggests a genetic predisposition experienced bronchospasm.Keyword : Asthma, respiratory, allergyPendahuluanAngka kejadian penyakit alergi makin meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Asma adalah penyakit pernafasan obtruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Penyakit ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespons terhadap mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor risiko adalah riwayat asma pada keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik mengalami bronkospasme. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.

PembahasanAnamnesisAnamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.Anamnesa tentang keluhan pada thorax terdiri dari sakit pada dada, dyspnea, wheezing, batuk, dan hemoptysis. Pertanyaan pertama harus seluas mungkin, seperti menanyakan adanya rasa tidak nyaman pada dada, selanjutnya tanyakan juga pada pasien bagian mana yang sakit. Perhatikan gerak tubuh pasien yang menggambarkan adanya rasa sakit. Sakit pada dada. keluhan menegenai sakit dada biasanya disebabkan oleh penyait jantung, tetapi juga dapat berasal dari paru-paru. Untuk memastikan penyebabnya, anda harus melakukan investigasi pada kedua aspek, jantung dan paru-paru. Jaringan paru itu sendiri tidak mempunyai saraf untuk merasa sakit. Rasa sakit yang timbul misalnya pada pneumoni, infark paru biasanya timbul dari inflamasi dari pleura parietal yang berdekatan. Ketegangan otot dari batuk yang lama dan rekuren juga dapat menyebabkan sakit dada. Pericardium juga mempunyai sedikit saraf untuk meraakan sakit. Dyspnea adalah keadaan yang tidak menyakitkan, rasa tidak nyaman dan sadar bahwa kita sedang bernafas tidak normal, biasanya disebut nafas pendek. Tanyakan apakah pasien mengalami kesulitan bernafas. Tanyakan juga kapan gejala muncul, saat beristirahat atau saat sedang beraktifitas, aktifitas seberat apa yang dapat menyebabkan dyspnea.Batuk adalah symptom umum yang dapat biasa saja, ataupun berbahaya. Batuk adalah reflex terhadap respon stimuli yang mengiritasi receptor di larynx, trakea, atau bronkus. Stimuli ini termasuk mucus, pus, darah, maupun agen dari luar seperti debu, benda asing, atau bahkan udara yang sangat dingin atau panas. Penyebab lainnya adalah inflamasi dari mukosa traktur respiratorius dan tekanan pada jalur nafas misalnya oleh tumor atau pembesaran kelenjar limfe preibronkial. Walaupun batuk biasanya menunnjukkan kelainan di traktus respiratorius, batuk juga bisa disebabkan oleh kelainan cardiovascular, misalnya pada gagal jantung kiri. Durasi dari batuk sangatlah penting: apakah batuknya akut (kurang dari 3 minggu), subakut (3-8 minggu), atau kronik (lebih dari 8 minggu). Tanyakan juga, apakah batuknya kering atau produktif. Bila produktif maka perlu ditanyakan pula apa warna sputumnya. Mucoid sputum berwarna putih, atau abu-abu, sedangkan sputum purulen berwarna kuning samapi hijau. Apabila sputum berbau, biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob. Jangan lupa menanyakan quantitas dari sputum. Sputum purulen dalam jumlah besar terdapat pada bronkiektasis atau abses paru.

Pemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan Thorax Posterior InspeksiPerhatikan bentuk thorax dan bagaimana pergerakan thorax, termasuk deformitas dan asimetri, retraksi abnormal dari intercostal space pada saat inspirasi, gangguan pergerakan respirasi pada salah satu atau kedua paru atau keterlambatan pergerakan unilateral.1Deformitas pada thorax dapat berbentuk : Barrel Chest. Terdapat peningkatan diameter anteroposterior. Bentuk ini normal pada masa bayi, dan sering dijumpai pada proses penuaan dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) Pectus Excavatum. Depresi (masuk) pada bagian bawah sternum. Kompresi pada jantung dan pembuluh darah besar dapat mengakibatkan murmur. Pigeon Chest (Pectus Carinatum). Terjadi perpindahan sternum ke anterior, sehingga meningkatkan diameter anteroposterior. Tulang rawan costa yang berdekatan dengan sternum yang menonjol mengalami depresi. Thoracic Kyphoscoliosis. Lekukan vertebra yang abnormal dan rotasi dari vertebra. Pergeseran dari paru-paru di bawahnya dapat mengakibatkan interpretasi dari kelainan paru menjadi sangat susah. Traumatic Flail Chest. Patah tulang iga multiple dapat mengakibatkan pergerakan paradox dari thorax. Penurunan tekanan intrathoracic menurun saat terjadi penurunan diafragma. Pada saat inspirasi area yang sakit melekuk kedalam, sedangkan pada saat ekspirasi area tersebut menggembung ke luar. PalpasiBersamaan pada saat melakukan palpasi, focus pada area yang lunak dan yang tampak abnormalitas pada kulit di atasnya, pergerakan respirasi, dan fremitus. Misalnya pelunakan intercostals space menunjukkan adanya inflamasi pada pleura.1 Identifikasi daerah yang sakit atau dimana tampak lesi atau memar. Menetapkan abnormalitas yang tampak, seperti massa. Tes ekspansi thorax saat inspirasi untuk merasakan simetritas tulang rusuk saat meluas dan kontraksi. Rasakan tactile fremitus. Fremitus adalah getaran yang dapat diraba yang disalurkan melalui cabang-cabang bronchopulmonary ke dinding dada pada saat pasien berbicara. PerkusiPerkusi dilakukan secara ladder-like order. Identifikasi dan tentukan area dan suara perkusi yang abnormal. Suara redup menggantikan sonor ketika cairan atau jaringan padat menggantikan udara yang mengisi paru-paru atau terdapat efusi pleura. Misalnya pada lobar pneumonia. Hipersonor generalisata dapat terdengar pada paru-paru yang terlalu menggembung missal pada asma. Hipersonor unilateral menunjukkan adanya pneumothorax atau bulla besar yang terisi oleh udara. AuskultasiAuskultasi adalah teknik pemeriksaan yang paling penting untuk menetapkan jalan udara melalui cabang-cabang tracheobronchial. Auskultasi dilakukan untuk mendengarkan suara yang dihasilkan dari bernafas, mendengarkan suara-suara tambahan, dan apabila dicurigai terdapat abnormalitas, dengarkan suara yang dikeluarkan oleh pasien saat suara ditransmisikan melalui dinding dada.1 Macam-macam suara nafas : Vesicular. Suara ini terdengar pada saat inspirasi, dan berlanjut terus, lalu mulai menghilang sekitar 1/3 jalan ketika ekspirasi. Suara vesicular halus dan lemah. Suara vesicular terdengar pada hampir seluruh lapang paru. Bronchovesicular. Suara ini terdengar hampir sama panjang pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat-saat tertentu suara ini dapat terputus sejenak. Suara ini biasanya terdengar pada sela iga 1 atau 2. Bronchial. Suara ini terdengar lebih panjang pada ekspirasi. Pada saat selesai inspirasi, terdapat jedah sebentar sebelum terdengar suara lagi saat mulai ekspirasi. Suara bronchial terdengar lebih keras dan tinggi. Apabila suara bronchovesicular atau bronchial terdengar pada posisi yang jauh dari yang disebutkan di atas, curiga bahwa paru-paru telah diisi oleh cairan atau jaringan padat. Suara nafas dapat berkurang ketika jalan udara terhambat (seperti pada peyakit paru obstruktif atau kelemahan otot) atau ketika transmisi suara menurun (seperti pada efusi pleura, pneumothorax dan COPD). Macam- macm suara tambahan : Wheeze, muncul ketika udara secara cepat melewati bronkus yang menyempit hingga hampir tertutup. Penyebab wheezing antara lain, asma, bronchitis kronik, COPD, dan gagal jantung. Pada asma, wheezing mungkin hanya terdengar pada saat ekspirasi, atau pada kedua fase pernafasan. Ronchi menunjukkan sekresi pada jalan nafas yang lebih lebar. Pada bronchitis kronik, wheeze dan ronchi sering hilang setelah batuk. Stridor merupakan wheezing yang dominan pada saat. Suara ini mengindikasikan obstruksi partial dari larynx atau trakea dan membutuhkan perhatian segera. Crackles, dihasilkan dari serangkaian letusan-letusan kecil yang dihasilkan ketika jalur nafas sempit, kosong pada saat ekspirasi, mengembang pada saat inspirasi. Juga dihasilkan dari gelembung-gelembung udara yang melalui jalur nafas yang sedikit tertutup. Pleural Rub, dihasilkan oleh gesekan antara pleura yang mengalami inflamasi dan menjadi lebih kasar.2. Pemeriksaan Thorax Anterior Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan RadiologiRadiography thorax adalah pemetaan awal untuk mengevaluasi symptom asma pada kebanyakan indivdu. Kegunaan dari radiography thorax adalah dalam mengetahui komplikasi atau penyebab alternative lain dari wheezing. Walaupun penebalan bronchial, penggembangan paru yang berlebih, dan atelectasis focal yang mengarah ke asma ada, gambaran radiography thorax dapat normal, yang mengurangi sensitivitas radiography sebagai alat diagnosis

2. Pemeriksaan Faal ParuBiasa dilakukan dengan spirometri. Ada empat volume paru-paru standart dan empat standart kapasitas paru, yang terdiri dari dua atau lebih kombinasi volume paru-paru.2 Tidal Volume, adalah volume udara yang memasuki atau meninggalkan hidung atau mulut per satu kali nafas. Pada keadaan normal, Tidal volume dari orang dewasa 70 kg adalah 500 ml sekali nafas. Tetapi volume ini dapat bertambah secara drastic, misalnya, pada saat berolahraga. Residual Volume, adalah volume udara yang tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-ratanya adalah 1200 ml, tetapi dapat meningkat drastic pada penyakit tertentu seperti emfisema. Volume residual penting karena volume ini yang mempertahankan paru-paru dari kolaps pada saat volume paru-paru sangat rendah. Volume cadangan inspirasi, adalah volume tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat. Volume ini dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, otot intercostals eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya adalah 3000 ml. Volume cadangan ekspirasi. Volume tambahan udara yang dapat secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir tidal volume. Nilai rata-ratanya adalah 1000 ml. Kapasitas inspirasi. Volume maksimum udara yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi normal tenang. (KI = VCI + TV). Nilai rata-ratanya adalah 3.500 ml. Kapasitas residual fungsional. Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal. (KRF = VCE + VR). Niali rata-ratanya adalah 2.200 ml. Kapasitas Vital. Volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali pernafasan setelah inspirasi maksimum. Mencerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi di paru. Volume ini jarang dipakai karena kontraksi otot maksimum yang terlibat menimbulkan kelelahan, tetapi bermanfaat untuk menilai kapasitas fungsional paru. Nilai rata-ratanya adalah 4.500 ml. Kapasitas paru total. Volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru-paru. (KPT = KV + VR). Nilai rata-ratanya adalah 5.700 ml. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV 1). Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya FEV 1 adalah sekitar 80%; yaitu, dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama. Pengukuran ini memberikan indikasi laju aliran udara maksimum yang dapat terjadi di paru.3 3. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan terhadap keadaan leukosit dilakukan dengan melakukan hitung jenis leukosit. Pemeriksaan ini dilakukan pada bagian sediaan yang cukup tipis dengan penyebaran leukosit yang merata.4 Jenis leukosit%/uL

Basofil0-10-100

Eosinofil1-350-300

Batang1-550-500

Segmen50-702500-7000

Limfosit20-401000-4000

Monosit1-650-600

Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit terhadap 100 sel hanya bermakna bila jumlah leukosit dalam keadaan normal yaitu antar 5000-10000/uL darah.

Working Diangnosis : AsmaEtiologiSebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres dan hamil merupakan salah satu stress secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma atau sering disebut sebagai faktor pencetus adalah :1. AlergenAlergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.2. Infeksi Saluran NafasInfeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.3. StressAdanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang terangsang akan meningkatkan adeno corticotropic hormon (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA). Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang direspon oleh tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkhus sehingga menimbulkan asma bronkiale.4. Olah raga/ kegiatan jasmani yang beratSebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan asthma bila melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.5. Obat-obatanBeberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.6. Polusi udaraPasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.7. Lingkungan KerjaDiperkirakan 2 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah lingkungan kerja

EpidemiologiMenurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit gangguan pembuluh darah. Di Amerika, 14 sampai 15 juta orang mengidap asma, dan kurang lebih 4,5 juta di antaranya adalah anak-anak. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah. Sebagian dari semua kasus asma berkembang sejak masa kanak-kanak, sedangkan sepertiganya pada masa dewasa sebelum umur 40 tahun. Namun demikian, asma dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis.5

Klasifikasi asma berdasarkan etiologi:1. Asma atopic/ekstrinsikAsma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat. Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin. Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.2. Asma non-atopic/intrinsikAsma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihn. Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.3. CampuranMerupakan gabungan dari kedua tipe diatas.

Klasifikasi asma berdasarkan keparahan :1. Asma intermitenGejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%.2. Asma ringan Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80% .3. Asma sedang (moderate) Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%.4. Asma parah (severe) Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.

PatofisiologiPada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.Ciri patofisiologi asma adalah inflamasi kronis and hiperaktif bronkial termasuk interaksi antara banyak sel dan mediator radang. Sel infiltrate saluran pernapasan yang radang termasuk T sel aktif, terdiri dari yang terbesar adalah eosinofil dan limfosit TH2. Karena alasan inilah, agen anti-inflamasi merupakan hal pokok dalam pengawasan asma persisten. Walaupun kortikosteroid mengurangi produksi sitokin dan chemokines pada pasien asma atau dengan rhinitis dan alur pengobatan utama untuk banyak pasien, leukotriene modifiers and antagonis juga bersifat anti-inflamasi. Timbulnya serangan asma disebabkan terjadinya reaksi antigen antibodi pada permukaan sel mast paru, yang akan diikuti dengan pelepasan berbagai mediator kimia untuk reaksi hipersentifitas cepat. Terlepasnya mediator-mediator ini menimbulkan efek langsung cepat pada otot polos saluran nafas dan permiabilitas kapiler bronkus. Mediator yang dilepaskan meliputi bradikinin, leukotrien C,D,E, prostaglandin PGG2, PGD2a, PGD2, dan tromboksan A2. Mediator-mediator ini menimbulkan reaksi peradangan dengan bronkokonstriksi, kongesti vaskuler dan timbulnya edema, di samping kemampuan mediator-mediator ini untuk menimbulkan bronkokontriksi, leukotrien juga meningkatkan sekresi mukus dan menyebabkan terganggunya mekanisme transpor mukosilia.5,6Pada asma dengan kausa non alergenik terjadinya bronkokontriksi tampaknya diperantarai oleh perubahan aktifitas eferen vagal yang mana terjadi ketidak seimbangan antara tonus simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis dengan reseptor beta-2 menimbulkan bronkodilatasi, sedangkan saraf parasimpatis menimbulkan bronkokontriksi.

Gejala klinisManifestasi klinis asma ditandai dengan dyspnea, kesesakan dada, wheezing, dan batuk malam hari, di mana hanya menjadi tanda dalam beberapa kasus. Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan nyeri dada. Batuk yang memicu spasme atau kesesakan dalam saluran pernapasan, atau berlanjut terus, dapat berbahaya. Beberapa serangan dimulai dengan batuk yang menjadi progresif lebih sesak, dan kemudian bunyi wheezing terjadi. Ada pula yang berbeda, beberapa penderita asma hanya dimulai wheezing tanpa batuk. Beberapa yang lain tidak pernah wheezing tetapi hanya batuk selama serangan asma terjadi. Selama serangan asma, mucus cenderung menjadi kering dan sukar, sebagian karena cepat, beratnya pernapasan umumnya terjadi saat serangan asma. Mucus juga menjadi lebih kental karena sel-sel mati terkelupas.Kontraksi otot bronkus menyebabkan saluran udara menyempit atau konstriksi. Hal ini disebut brokokonstriksi yang memperbesar obstruksi yaitu asma.

Differential Diagnosis1. PPOKPPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik. Peradangan dan hipersekresi bronkus yang kronik dan sering berjalan progresif lambat yang ditandai dengan batuk kronik mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling sedikit terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pumonal. Emfisema. Terjadi perubahan anatomis yang irreversible disertai kehilangan dinding alveolus. Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, emfisema biasanya tidak ada fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan fisik di dapat dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun, suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya hiperinflasi.2. BronkiektasisBronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi(ektasis) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik, presisten atau irreversible. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastic, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh darah. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil, bronkus besar umumnya jarang. Ciri khas dari penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptisis(50% kasus), sesak nafas (dispnea) dan pneumonia berulang serta demam berulang karena sering mengalami infeksi berulang.

Komplikasi1. Status asthmaticus tidak respon terhadap perawatan2. Kegagalan pernafasan infeksi pada paru-paru3. Pneumonia infeksi pada paru-paru4. Atelektasis disebabkan gangguan pertukaran gas5. Pneumothorax

Penatalaksanaan MedikamentosaTujuan pengobatan simpatomatik adalah :a. Mengatasi serangan asma dengan segera.b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.c. Mencegah serangan berikutnya.Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik adalah :a. Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta) Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan. Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap 15-30 menit. Efedrin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan peroral. Salbutamol. Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB (Medlinux,2008) b. Bronkodilator golongan teofilin Teofilin. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV. Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240 mg/ampul. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang 6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan. Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB.c. Kortikosteroid. Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak memberikan hasil yang memuaskan dan keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus). Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off. Obat pilihan hidrocortison dan dexamethason.d. Ekspektoran. Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan. Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian yang ada di Puskesmas adalah Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), Glicseril guaiakolat (GG).e. Antibiotik. Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.

PrognosisPada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat pronosa adalah baik. Asma karena faktor imunologi (faktor ekstrinsik) yang muncul semasa kecil rognosanya lebih baik dari pada yang muncul sesudah dewasa. Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai.

PencegahanSemua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan penyakit asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga. Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain : 1. Menjaga kesehatan2. Menjaga kebersihan lingkungan3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma4. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma

KESIMPULANAsma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) dan Asma gabungan.Daftar pustaka1. Bickley LS. Guide to phisical examination. 10th ed. Philadelphia:Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins, 2009.p.296-319.2. Levitzky MG. Pulmonary physiology. 6th ed. New York: Mc Graw Hill, 2003.p.55-61.3. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6thed. Thomson, Wets Virginia, 2007.h.430-2.4. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta:Dian Rakyat, 2006.h.156.5. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Klinis kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2005.6. Warouw, Najoan N. Penyakit Saluran Pernafasan. Jakarta: EGC; 2008.

16