pbl arwin skenario 1 malpraktik pbl a-1

Upload: arwin-okwandi

Post on 08-Aug-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    1/14

    ARWIN OKWANDI @ 1102007045 Blok Medikolegal

    I. Mengetahui dan Memahami Tentang MKEK, MKDKI dan Fungsinya!

    A. MKEK :

    Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpamelanggar norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik

    Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesi)nya.

    Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dankeluhuran profesi. Saat ini MKEK menjadi satu-satunya majelis profesi yang menyidangkan

    kasus dugaan pelanggaran etik dan/atau disiplin profesi di kalangan kedokteran. Di kemudian

    hari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), lembaga yang dimandatkanuntuk didirikan oleh UU No 29 / 2004, akan menjadi majelis yang menyidangkan dugaan

    pelanggaran disiplin profesi kedokteran.

    Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari proses

    persidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan jurisdiksinya berbeda.Persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan oleh MKEK IDI, sedangkan gugatan perdata dan

    tuntutan pidana dilaksanakan di lembaga pengadilan di lingkungan peradilan umum. Dokter

    tersangka pelaku pelanggaran standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh

    MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa adanya keharusan saling berhubungan diantara keduanya. Seseorang yang telah diputus melanggar etik oleh MKEK belum tentu

    dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebaliknya.

    Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dananggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai

    penuntut. Persidangan MKEK secara formiel tidak menggunakan sistem pembuktian

    sebagaimana lazimnya di dalam hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap

    berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim.

    Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis berwenang memperoleh :

    1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari pihak-pihak terkait

    (pengadu, teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group / para ahli di bidangnya yang

    dibutuhkan

    2. Dokumen yang terkait, seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/ brevet danpengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa Surat Ijin Praktek Tenaga

    Medis, Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah sakit,

    hospital bylaws, SOP dan SPM setempat, rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitandengan kasusnya.

    1

  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    2/14

    Majelis etik ataupun disiplin umumnya tidak memiliki syarat-syarat bukti seketat

    pada hukum pidana ataupun perdata. Bars Disciplinary Tribunal Regulation, misalnya,

    membolehkan adanya bukti yang bersifat hearsay dan bukti tentang perilaku teradu di masalampau. Cara pemberian keterangan juga ada yang mengharuskan didahului dengan

    pengangkatan sumpah, tetapi ada pula yang tidak mengharuskannya. Di Australia, saksi tidak

    perlu disumpah pada informal hearing, tetapi harus disumpah pada formal hearing (jenispersidangan yang lebih tinggi daripada yang informal). Sedangkan bukti berupa dokumen

    umumnya disahkan dengan tandatangan dan/atau stempel institusi terkait, dan pada bukti

    keterangan diakhiri dengan pernyataan kebenaran keterangan dan tandatangan (affidavit).

    Dalam persidangan majelis etik dan disiplin, putusan diambil berdasarkan bukti-buktiyang dianggap cukup kuat. Memang bukti-bukti tersebut tidak harus memiliki standard of proof

    seperti pada hukum acara pidana, yaitu setinggi beyond reasonable doubt, namun juga tidak

    serendah pada hukum acara perdata, yaitu preponderance of evidence. Pada beyond reasonabledoubt tingkat kepastiannya dianggap melebihi 90%, sedangkan pada preponderance of evidence

    dianggap cukup bila telah 51% ke atas. Banyak ahli menyatakan bahwa tingkat kepastian pada

    perkara etik dan disiplin bergantung kepada sifat masalah yang diajukan. Semakin serius dugaanpelanggaran yang dilakukan semakin tinggi tingkat kepastian yang dibutuhkan.

    Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEK

    IDI Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin

    profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya. Di Australiadigunakan berbagai istilah seperti unacceptable conduct, unsatisfactory professional conduct,

    unprofessional conduct, professional misconduct dan infamous conduct in professional respect.

    Namun demikian tidak ada penjelasan yang mantap tentang istilah-istilah tersebut, meskipun

    umumnya memasukkan dua istilah terakhir sebagai pelanggaran yang serius hingga dapatdikenai sanksi skorsing ataupun pencabutan ijin praktik.

    Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak

    dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentukpermintaan keterangan ahli. Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli di

    pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya

    persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham

    dengan putusan MKEK.

    Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau

    Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya

    diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter

    teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan.

    (http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/12/11/etika-kedokteran-indonesia-dan-

    penanganan-pelanggaran-etika-di-indonesia/)

    2

    http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/12/11/etika-kedokteran-indonesia-dan-penanganan-pelanggaran-etika-di-indonesia/http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/12/11/etika-kedokteran-indonesia-dan-penanganan-pelanggaran-etika-di-indonesia/http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/12/11/etika-kedokteran-indonesia-dan-penanganan-pelanggaran-etika-di-indonesia/http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/12/11/etika-kedokteran-indonesia-dan-penanganan-pelanggaran-etika-di-indonesia/
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    3/14

    B. MDKI :

    Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia merupakan lembaga otonom dariKonsil Kedokteran Indonesia, dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen, serta

    bertanggung jawab kepada Konsil Kedokteran Indonesia. Berkedudukan di ibu kota negara

    Republik Indonesia.

    Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran di tingkat provinsi dapat dibentuk oleh

    Konsil Kedokteran Indonesia atas usul Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

    Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri atas seorang

    ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris. Keanggotaan Majelis Kehormatan DisiplinKedokteran Indonesia terdiri atas 3 (tiga) orang dokter gigi dan organisasi profesi masing-

    masing, seorang dokter dan seorang dokter gigi mewakili asosiasi rumah sakit, dan 3 (tiga) orang

    sarjana hukum.

    Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ditetapkan oleh Menteri

    atas usul organisasi profesi. Masa bakti keanggotaan Majelis Kehormatan Disiplin KedokteranIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 adalah 5 (lima) tahun dan dapat diangkat

    kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

    Indonesia dipilih dan ditetapkan oleh rapat pleno anggota. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pemilihan pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia diatur dengan

    Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.

    Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas:

    1. Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan

    dokter gigi yang diajukan; dan

    2. Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter

    gigi.

    Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan aturan dan/atau ketentuan

    penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang seharusnya diikuti oleh dokter dan

    dokter gigi. Sebagian dari aturan dan ketentuan tersebut terdapat dalam UU Praktik Kedokteran,dan sebagian lagi tersebar didalam Peraturan Pemerintah, Permenkes, Peraturan KKI, Pedoman

    Organisasi Profesi, KODEKI, Pedoman atau ketentuan lain. Pelanggaran disiplin pada

    hakikatnya dibagi menjadi:

    1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

    2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik.

    3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi kedokteran.

    Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau gigi

    dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis

    Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:

    3

  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    4/14

    1. identitas pengadu;

    2. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan dan

    3. alasan pengaduan. Pengaduan sebagaimana dimaksud diatas, tidak menghilangkan hak setiap

    orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau

    menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

    Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikankeputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter dan dokter gigi. Apabila

    dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

    Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi profesi. Keputusan Majelis Kehormatan

    Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia.Keputusan dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin. Sanksi disiplin

    dapat berupa:

    1. pemberian peringatan tertulis;

    2. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau

    3. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau

    kedokteran gigi.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas Majelis Kehormatan

    Disiplin Kedokteran Indonesia, tata cara penanganan kasus, tata cara pengaduan, dan tata cara

    pemeriksaan serta pemberian keputusan diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.

    (http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/konsil-kedokteran-indonesia-t252.htm)

    II. Mengetahui dan Memahami Tentang Definisi Malpraktik dan Investigasinya!

    A. Definisi :

    Hingga saat ini belum ada definisi yang resmi dan disepakati oleh kalangan profesi

    dan undang-undang mengenai apa yang dimaksud dengan malpraktik. Akan tetapi, dari berbagai

    referensi dapat dibaca dan diketahui bahwa malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga

    profesional (profesi) yang bertentangan dengan standard operating procedure (SOP), kode etikprofesi, serta undang-undang yang berlakubaik disengaja maupun akibat kelalaianyang

    mengakibatkan kerugian dan kematian terhadap orang lain. Batasan pengertian tersebut dapatdiketahui bahwa malpraktik sebenarnya tidak hanya terjadi pada kelompok profesi dokter saja.

    Tetapi juga dapat terjadi pada kelompok profesi lainnya seperti advokat (pengacara), notaris,

    akuntan, dan profesi lainnya.

    Malpraktek kedokteran kini terdiri dari 4 hal :

    4

    http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/konsil-kedokteran-indonesia-t252.htmhttp://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/konsil-kedokteran-indonesia-t252.htm
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    5/14

    (1) Tanggung jawab kriminal,

    (2) Malpraktik secara etik,

    (3) Tanggung jawab sipil, dan

    (4) Tanggung jawab public

    Malpraktek Kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang

    menangani sebuah kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana. Malpraktik dianggap

    sebagai tindakan kriminal dan termasuk perbuatan yang dapat diancam hukuman. Hal inidilakukan oleh Pemerintah untuk melindungi masyarakat secara umum. Perbuatan ini termasuk

    ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat obat narkotika,

    pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual padapasien yang sakit secara mental maupun pasien yang dirawat di bangsal psikiatri atau pasien

    yang tidak sadar karena efek obat anestesi.Peraturan hukum mengenai tindak kriminal memang

    tidak memiliki batasan antara tenaga profesional dan anggota masyarakat lain. Jika perawatandan tata laksana yang dilakukan dokter dianggap mengabaikan atau tidak bertanggung jawab,

    tidak baik, tidak dapat dipercaya dan keadaan - keadaan yang tidak menghargai nyawa dan

    keselamatan pasien maka hal itu pantas untuk menerima hukuman. Dan jika kematian menjadiakibat dari tindak malpraktik yang dilakukan, dokter tersebut dapat dikenakan tuduhan tindak

    kriminal pembunuhan. Tujuannya memiliki maksud yang baik namun secara tidak langsung hal

    ini menjadi berlebihan. Seorang dokter dilatih untuk membuat keputusan medis yang sesuai dan

    tidak boleh mengenyampingkan pendidikan dan latihan yang telah dilaluinya serta tidak bolehmembuat keputusan yang tidak bertanggung jawab tanpa mempertimbangkan dampaknya. Ia

    juga tidak boleh melakukan tindakan buruk atau ilegal yang tidak bertanggung jawab dan tidak

    boleh mengabaikan tugas profesionalnya kepada pasien. Dia juga harus selalu peduli terhadap

    kesehatan pasien.

    (http://www.harian-aceh.com/opini/85-opini/3050-malpraktik.html)

    (http://cetrione.blogspot.com/2008/12/malpraktek-definisi-malpraktek-adalah.html)

    B. Investigasi Malpraktik :

    Dalam hal tenaga kesehatan didakwa telah melakukan ciminal malpractice,harus dibuktikan

    apakah perbuatan tenaga kesehatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni :

    a. Apakah perbuatan (positif actatau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela

    b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja,ceroboh atau adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan

    kealpaan sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus

    dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin

    berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang praduga.

    Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpracticepembuktianya dapat dilakukan dengan dua

    cara yakni :

    5

    http://www.harian-aceh.com/opini/85-opini/3050-malpraktik.htmlhttp://cetrione.blogspot.com/2008/12/malpraktek-definisi-malpraktek-adalah.htmlhttp://www.harian-aceh.com/opini/85-opini/3050-malpraktik.htmlhttp://cetrione.blogspot.com/2008/12/malpraktek-definisi-malpraktek-adalah.html
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    6/14

    1. Cara langsung

    Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

    1. Duty (kewajiban)

    Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslahbertindak berdasarkan

    (1) Adanya indikasi medis

    (2) Bertindak secara hati-hati dan teliti

    (3) Bekerja sesuai standar profesi

    (4) Sudah ada informed consent.

    1. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

    Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang

    seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya,

    maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

    1. Direct Causation (penyebab langsung)

    2. Damage (kerugian)

    Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara

    penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa

    atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas.

    Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.

    Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan

    dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

    2. Cara tidak langsung

    Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi

    pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya

    sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur).

    Doktrin res ipsa loquiturdapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

    a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

    b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

    c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory

    negligence.

    gugatan pasien .

    Tuduhan akan adanya Malapraktik sebenarnya bukan hanya ditujukan pada mereka

    yang berprofesi sebagai Tenaga Kesehatan yang salah satunya adalah Dokter, akan tetapituduhan Malapraktik dapat dituduhkan kepada semua kelompok Profesionalis, yaitu apakah

    mereka itu kelompok Wartawan, Advokat, Paranormal dan kelompok lainnya. Pengertian

    Malapraktik selama ini banyak diambil dari kalangan mereka yang berprofesi sebagai tenaga

    kesehatan, terutama Dokter.

    6

  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    7/14

    Sedang batasan pengertian umum tentang Malpraktik di kalangan tenaga kesehatan

    adalah ; Seseorang tenaga kesehatan dalam memberikan tanggungjawab profesinya kepada

    pasien dilakukan di luar prosedure dan stardard profesi pada umumnya yang berakibat cacat danmatinya sang pasien. Namun rumusan akan standard profesi yang bersifat baku, khususnya bagi

    tenaga kesehatan (Dokter) secara tegas belum ada dirumuskan di dalam undang-undang.

    Pembelaan Dapat Dilakukan Seorang Dokter Jika Diisukan Melakukan Penelantaran.

    Meskipun seorang pasien mengajukan kasus prima facie bahwa dokter telah melakukan

    penelantaran, bahkan mengajukan bukti bahwa dokter tersebut tidak memberikan kenyamananpelayanan kesehatan sesuai standar media yang diharapkan oleh pasien pada waktu tertentu atau

    berdasarkan kepercayaan pada doktrin res ipsa loquitur (Bukti bukti berbicara untuk dirinya

    sendiri), hukum membolehkan seorang dokter untuk membela dirinya, selain penyangkalan

    tindakan penelantaran. Pembelaan yang dapat dilakukan, antara lain :1. Perkiraan resiko tindakan pada pasien

    2. Keikutsertaan terjadinya penelantaran oleh pasien sendiri

    3. Bahwa penelantaran tersebut bukan untuk melindungi dokter tersebut melainkan

    orang lain, misal perawat.

    Tenaga kesehatan dapat digugat berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata Jo. pasal 55UU No.23 tahun 1992 dan dapat dituntut pidana berdasarkan pasal 359, 360 dan 361 KUHP,

    pasal 80, 81, 82 dari UU No.23 tahun 1992 dan ketentuan pidana lainnya. Di samping hak-hak

    pasien, disini perlu juga kita kemukakan sedikit tentang hak-hak tenaga kesehatan khususnyapara dokter. Adapun mengenai hak-hak dokter dapat dikemukakan sbb : Hak untuk berkerja

    menurut standard profesi medis, hak menolak untuk melaksanakan tindakan medis yang tidak

    dapat ia pertanggungjawabkan secara profesional, hak untuk menolak yang menurut suara

    hatinya tidak baik, hak mengakhiri hubungan dengan pasien jika ia menilai kerjasamanya denganpasien tidak ada gunanya lagi, hak atas privacy dokter, hak atas ikhtikat baik dari pasien dalam

    pelaksanaan kontrak terapeutik (penyembuhan), hak atas balas jasa, hak untuk membela diri dan

    hak memilih pasien namun hak ini tidak mutlak sifatnya. Jadi disini dapat ditarik kesimpulanbahwa Malapraktik erat hubungannya dengan pelanggaran terhadap standard profesi medik,

    pelanggaran prosedure tindakan medik, dan bagi pelanggarnya tentu dapat digugat, dituntut

    pidana dan diberi sanksi administratif berupa pencabutan ijin praktik.

    Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika:

    - Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran

    - Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege artis)

    - Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati

    - Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum

    Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran, maka ia hanya telahmelakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian kerena kelalaian, maka

    penggugatan harus dapat membuktikan adanya 4 unsur berikut:

    - Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien

    - Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakan

    - Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya

    7

  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    8/14

    - Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar

    Ungkapan malpraktik medis secara langsung pada kasus klinis dengan outcome yangtidak diinginkan adalah tidak tepat atau tidak adil (tidak fair). Istilah yang sebenarnya netral

    sebelum ada pembuktian adalah adverse clinical incident, adverse event, atau medical accident,

    yang umumnya digunakan dalam perpustakaan Inggris (dalam kepustakaan Amerika lebih sering

    digunakan kata-kata medical error sejak dini, yang juga tidak netral). Adverse clinical incidentatau medical accident menggambarkan peristiwa atau kejadian klinis yang cocok atau yang

    berlawanan dengan harapan, tanpa menetapkan dulu apa penyebab kejadian yang tidak

    diinginkan itu dan siapa yang bersalah. Ini sesuai dengan asas hukum praduga tak bersalah,sampai kesalahan benar-benar terbukti.

    Menurut Guwandi malpraktik adalah (Guwandi, J. 1994, 18):

    a. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi;b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban (negligence).

    c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    Seorang dokter atau dokter gigi yang menyimpang dari standar profesi danmelakukan kesalahan profesi belum tentu melakukan malpraktik medis yang dapat dipidana,

    malpraktik medis yang dipidana membutuhkan pembuktian adanya unsur culpa lata ataukalalaian berat dan pula berakibat fatal atau serius (Ameln, Fred, 1991). Hal ini sesuai dengan

    ketentuan pasal 359 KUHP, pasal 360, pasal 361 KUHP yang dibutuhkan pembuktian culpa latadari dokter atau dokter gigi. Dengan demikian untuk pembuktian malpraktik secara hukum

    pidana meliputi unsur :

    1) Telah menyimpang dari standar profesi kedokteran;2) Memenuhi unsur culpa lata atau kelalaian berat; dan

    3) Tindakan menimbulkan akibat serius, fatal dan melanggar pasal 359, pasal 360, KUHP.

    Adapun unsur-unsur dari pasal 359 dan pasal 360 sebagai berikut :1) Adanya unsur kelalaian (culpa).

    2) Adanya wujud perbuatan tertentu .

    3) Adanya akibat luka berat atau matinya orang lain.4) Adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain itu.

    1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan

    Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya

    malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian

    berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat

    verbintenis).b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

    c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

    d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

    e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

    (http://excellent-lawyer.blogspot.com/2010/04/malpraktek-vs-uu-kesehatan.html)

    (http://cetrione.blogspot.com/2008/12/malpraktek-definisi-malpraktek-adalah.html)

    III. Mengetahui dan Memahami Tentang Rekam Medis!

    8

    http://excellent-lawyer.blogspot.com/2010/04/malpraktek-vs-uu-kesehatan.htmlhttp://cetrione.blogspot.com/2008/12/malpraktek-definisi-malpraktek-adalah.htmlhttp://excellent-lawyer.blogspot.com/2010/04/malpraktek-vs-uu-kesehatan.htmlhttp://cetrione.blogspot.com/2008/12/malpraktek-definisi-malpraktek-adalah.html
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    9/14

    A. Definisi :

    1. Definisi Rekam Medis Menurut Edna K Huffman:

    Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana,kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat ataumenjalani pengobatan.

    2. Definisi Rekam Medis Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989:

    Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas

    pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterimapasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

    3. Definisi Rekam Medis Menurut Gemala Hatta

    Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan

    riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yangditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan

    kesehatan kepada pasien.

    4. Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989 Menurut Waters dan Murphy :

    Rekam Medis adalah Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang

    keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.

    (http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/)

    B. Isi Rekam Medis :

    1. Data medis atau data klinis:

    Yang termasuk data medis adalah segala data tentang riwayat penyakit, hasil

    pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasilpemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data-data ini merupakan data yang bersifat rahasia

    (confidential) sebingga tidak dapat dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang

    bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yangmemaksa dibukanya informasi tersebut.

    2. Data sosiologis atau data non-medis:

    Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung dengan

    data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang

    9

    http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    10/14

    dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga bersifat

    rahasia (confidensial).

    (http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/)

    C. Penyelenggaraan :

    Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes tersebut diatur

    sebagai berikut:

    1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima

    pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan tidak adayang terlupakan karena adanya tenggang waktu.

    2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan

    kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggung-jawaban atas pencatatan

    tersebut (pasal 5)

    Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam

    Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan . Pasal 10 Permenkes

    No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan

    kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejaktanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan,

    dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta

    penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.

    (http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/)

    D. Manfaat :

    Permenkes no. 749a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 ,manfaat yaitu:

    1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien

    2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum

    3. Bahan untuk kepentingan penelitian

    4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan

    5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

    10

    http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    11/14

    Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat, yang untuk mudahnya

    disingkat sebagai ALFRED, yaitu:

    1. Adminstratlve value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanankesehatan.

    2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan

    3. Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan

    kesehatan yang harus dibayar oleh pasien

    4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangankedokteran, keperawatan dan kesehatan.

    5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan

    mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

    (http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/)

    E. Penyimpanan:

    Rekam Medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan

    pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan MenteriKesehatan paling lama 5 tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25 tahun.

    (http://inamc.or.id/download/Manual%20Rekam%20Medis.pdf)

    IV. Mengetahui dan Memahami Tentang Informed Consent!

    Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45

    serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah

    persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelahmendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan

    terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no

    585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan

    dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.

    Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidakmembebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.

    Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat

    digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.

    11

    http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/http://inamc.or.id/download/Manual%20Rekam%20Medis.pdfhttp://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-kegunaannya/http://inamc.or.id/download/Manual%20Rekam%20Medis.pdf
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    12/14

    Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

    dilaksanakan adalah:

    1. Diagnosa yang telah ditegakkan.

    2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.

    3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.

    4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran

    tersebut.

    5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif carapengobatan yang lain.

    6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

    Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan

    tindakan kedokteran :

    a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.

    b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

    Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yangakan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No

    290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran

    sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 ).

    Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan

    persetujuan tindakan kedokteran adalah:

    1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak

    untuk menyelamatkan jiwa.

    2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi

    dirinya.

    Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

    Tujuan Informed Consent:

    a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidakdiperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa

    sepengetahuan pasiennya.

    12

  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    13/14

    b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,

    karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat

    suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

    Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai

    tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodilyassault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan tindakan

    kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum

    dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukansecara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).

    (http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/informed-consent-t143.htm)

    V. Mengetahui dan Memahami Tentang Undang-Undang Yang Berhubungan

    Dengan Kesehatan Dan Kedokteran!

    A. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit :

    Dasar hukumnya: Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 , Pasal 28H

    ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)

    Dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhakmemperoleh pelayanan kesehatan, sedangkan pada pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara

    bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum

    yang layak.

    Kewajiban Rumah Sakit :

    Kewajiban RS melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas RS

    dalam melaksanakan tugas;

    Daam kaitan dan tanggung jawab secara Perdata terhadap semua kegiatan yang dilakukan

    oleh tenaga kesehatannya sesuai dengan bunyi pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata. (bacaselengkapnya di UU No.44 Tahun 2009)

    Upaya pencegahan malpraktik dari rumah sakit :

    RS hanya mempekerjakan tenaga kesehatan yang kompeten, dan ada program pelatihandan pengembangan yang berkelanjutan

    RS menyediakan regulasi (norma), standar-standar, prosedur, dan criteria

    (patokan/parameter), dan dijalankan secara konsisten

    RS menyediakan organisasi yang menunjang kerja bermutu misalnya dengan mengajukan

    system akreditasi dan atau ISO

    13

    http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/informed-consent-t143.htmhttp://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/informed-consent-t143.htm
  • 8/22/2019 PBL Arwin Skenario 1 Malpraktik PBL a-1

    14/14

    Mengalihkan resiko profesi kepada pihak Asuransi

    Menyikapi secara bijak sejak dini apabial ditemukan potensi tuntutan

    Sistem perlindungan jika terjadi perkara :

    RS harus memiliki sistim untuk melakukan koordinasi, konsolidasi, untuk menganalisis

    kasus, menemukan kesalahan bial ada, menentukan posisi hukumnya, dan menetukanlangkah-langkah mengatasinya

    RS memiliki organisasi yang mamapu memebrikan advokasi/pendampingan, dari sisi

    hukum maupun sisi teknis dan administrative

    (http://www.konsultanrumahsakit.com/home/index.php?page=detail&cat=2&id=177)

    B. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan :

    Terdiri dari 5 dasar pertimbangan perlunya dibentuk undang-undang kesehatan yaitupertama; kesehatan adalah hak asasi dan salah satu unsur kesejahteraan, kedua; prinsip kegiatan

    kesehatan yang nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Ketiga; kesehatan adalah

    investasi. Keempat; pembangunan kesehatan adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat,dan yang Kelima adalah bahwa undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 sudah tidak sesuai

    lagi dengan perkembangan, tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

    Penjelasannya dari Undang-undang ini adalah Mewujudkan derajat kesehatan

    masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari

    sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mungkin dapat dicapai pada suatu

    saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau

    masyarakat. Upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerusagar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam pembangunan dapat hidup produktif

    secara sosial dan konomis.

    Terdapat 205 pasal dalam undang-undang tersebut.

    (http://arali2008.wordpress.com/2010/01/19/membaca-undang-undang-republik-indonesia-nomor-36-tahun-2009-tentang-kesehatan/)

    14

    http://www.konsultanrumahsakit.com/home/index.php?page=detail&cat=2&id=177http://arali2008.wordpress.com/2010/01/19/membaca-undang-undang-republik-indonesia-nomor-36-tahun-2009-tentang-kesehatan/http://arali2008.wordpress.com/2010/01/19/membaca-undang-undang-republik-indonesia-nomor-36-tahun-2009-tentang-kesehatan/http://www.konsultanrumahsakit.com/home/index.php?page=detail&cat=2&id=177http://arali2008.wordpress.com/2010/01/19/membaca-undang-undang-republik-indonesia-nomor-36-tahun-2009-tentang-kesehatan/http://arali2008.wordpress.com/2010/01/19/membaca-undang-undang-republik-indonesia-nomor-36-tahun-2009-tentang-kesehatan/