pbi kritis, model pembelajaran berdasarkan masalah

Upload: riza-kusuma

Post on 26-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 pbi kritis, model pembelajaran berdasarkan masalah

    1/5

    Fisika adalah bagian dari sains (IPA), padahakikatnya IPA sebagai kumpulan pengetahuan dapatberupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan modelyang biasa disebut produk selain itu yang paling pentingdalam IPA adalah proses dalam pembelajaran. Selainmemberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaranfisika merupakan wahana untuk menumbuhkankemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalamkehidupan sehari-hari.

    Pada kenyataannya secara umum guru sainsfisika cenderung menggunakan metode ceramah. Gurusains fisika cenderung menggunakan metode tersebutdisebabkan keterbatasan waktu, mengejar materi dansarana prasarana yang kurang memadai. Pembelajaranyang kurang melibatkan siswa secara aktifmenyebabkan kurang seimbangnya kemampuankognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Sebagian besardari siswa juga tidak mampu memghubungkan antaraapa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuantersebut akan dimanfaatkan atau dipergunakan. Tentusaja hal tersebut cenderung membuat siswa terbiasamenggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau

    kemampuan pikirnya dan menjadikan siswa malas untukberpikir serta terbiasa malas berpikir mandiri.Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang

    tersebut perlu dilakukan upaya antara lain berupaperbaikan strategi pembelajaran yaitu modelpembelajaran yang diharapkan mempermudah siswa

    ISSN: 1693-1246Januari 2011 JP F I

    http://journal.unnes.ac.id

    Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 52-56

    PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNINGUNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

    SMP

    U. Setyorini, S.E. Sukiswo*, B. Subali

    Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Indonesia, 50229

    Diterima: 30 September 2010, Disetujui: 2 Oktober 2010, Dipublikasikan: Januari 2011

    ABSTRAK

    Model (PBL) mengajak siswa agar mampu melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model Problem BasedLearningpada sub pokok bahasan gerak lurus berubah beraturan yang dapat meningkatkan kempuan berpikir kritis siswa.Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Data penelitian berupa kemampuan berpikir kritis siswa diambildengan teknik tes dan praktikum, dengan tes diperoleh hasil 75% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan 7,5% memiliki

    kemampuan sangat kritis. Sedangkan pada praktikum diperoleh hasil sebesar 82,5%. Aspek psikomotorik memiliki rerata 82,75dalam kategori sangat aktif kemudian untuk aspek afektif nilai rerata sebesar 73,38 yang termasuk dalam kategori baik. Simpulanpenelitian ini yaitu model pembelajaran Problem Based Learningdapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada subpokok bahasan gerak lurus berubah beraturan.

    ABSTRACT

    The goal of the research is to gain whether or not an application of Problem Based Learning (PBL) model can improve students'critical thinking. It is because PBL provides a problem solving activity. Fact, this model can improve the students' capability in criticalthinking. The sample of this study was chosen by using simple random sampling technique and the data were collected using testand students' activities observation in laboratory. From the data analysis, it is found that 75% students have the critical thinkingability and 7.5% are very critical the thinking. Based on the students' activities in the laboratory observation, it is found that 82.75%students are categorized as very active ones and 73.38% students are categorized as enthusiastic ones. It can be concluded thatProblem Based Learning (PBL) model can increase the students' critical thinking in learning ununiformly accelerated motion.

    2011 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang

    Keywords:critical thinking; problem solving; Problem Based Learning

    PENDAHULUAN

    Proses pembelajaran selama ini masih didominasioleh guru sehingga belum memberikan kesempatan bagisiswa untuk berkembang secara mandiri melaluipenemuan dan proses berpikir. Cara guru mengajar yanghanya satu arah (teacher centered) menyebabkanpenumpukan informasi atau konsep saja yang kurangbermanfaat bagi siswa. Guru selalu menuntut siswa

    untuk belajar, tetapi tidak mengajarkan bagaimana siswaseharusnya belajar dan menyelesaikan masalah.Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP), menuntut perubahan paradigma pembelajaran,salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat padaguru beralih pada siswa (student centered).

    Menurut Trianto (2007) pembelajaran dalamkonteks KTSP berbasis kompetensi juga menghendakipembelajaran tidak hanya mempelajari tentang konsep,teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupansehari-hari. Materi pembelajaran tidak hanya tersusunatas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan danpemahaman, tetapi juga tersusun atas materi kompleks

    yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis.

    *Alamat korespondensi:Karangrejo No. 2 RT 03 RW 03 SemarangTelp: (024) 8311952 / Mobile Phone: 085640343851Email: [email protected]

  • 7/25/2019 pbi kritis, model pembelajaran berdasarkan masalah

    2/5

    dalam berpikir kritis dan ketrampilan memecahkanmasalah sehingga tercapai hasil yang lebih maksimal.Salah satu model pembelajaran fisika yang digunakanadalah pembelajaran berbasis masalah.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka

    masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakahpenerapan model Problem Based Learning dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada subpokok bahasan Gerak Lurus Berubah Beraturan?

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipeningkatan kemampuan berpikir kritis siswa ada subpokok bahasan Gerak Lurus Berubah Beraturan.

    METODE

    Penelitian ini menggunakan rancangan TrueExperimental Design. Pengambilan sampel secarasimple random sampling. Kelas VIID sebagai kelaseksperimen dan kelas VIIE sebagai kelas kontrol.

    Variabel dalam penelitian meliputi model pembelajaran(PBL) sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikirkritis siswa sebagai variabel terikat. Desain penelitianpretest-post test groupdengan pola:

    X1 = Pembelajaran yang menggunakan model directinteractive(DI) dengan metode ceramah

    X2 = Pembelajaran yang menggunakan model Problem

    Based Learning(PBL)O1 = Pre testkelompok kontrolO2 = Post testkelompok kontrolO3 = Pre testkelompok eksperimenO4 = Post testkelompok eksperimenE = K e l o m p o k e k s p e r i m e n (p e m b e l a j a ra n

    menggunakan model Problem Based Learning(PBL)

    K = Kelompok kontrol (pembelajaran menggunakanmodel DI dengan metode ceramah

    Prosedur penelitian meliputi persiapan danpelaksanaan. Metode pengumpulan data meliputi: data

    nama dan nilai semester satu siswa diperoleh denganmetode dokumentasi; kemampuan berpikir kritis diukurdengan teknik tes dan praktikum; afektif danpsikomotorik siswa. Model pembelajaran Problem BasedLearningdikatakan efektif jika 85% siswa minimal cukup

    aktif; dan 85% tuntas belajar (> 60).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian berupa kemampuan berpikir kritis,

    aspek afektif dan aspek psikomotorik dalampembelajaran yang menggunakan model PBL disajikanpada tabel-tabel di bawah ini.

    Analisis tiap aspek kemampuan berpikir kritis kelaseksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar1. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh nilai thitung sebesar4,86 dan ttabel sebesar 1,994. Hasil tersebutmenunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswadari kelas eksperimen dan kelas kontrol meningkat,sebab t >t . Selain itu, hasil uji gain (g) diperoleh nilaihitung tabeluntuk kelas eksperimen sebesar 0,43 tergolong sedang,sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai sebesar0,28 tergolong rendah.

    Hasil kemampuan berpikir kritis siswa mengalamipeningkatan secara signifikan antara kelas eksperimenyang menggunakan model PBL dan kelas kontrol yangmenerapkan model DI dengan metode ceramah.Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa padakelas eksperimen dikarenakan perubahan modelpembelajaran yang mencakup kegiatan untuk melatihkemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaranPBL mengajak siswa secara langsung aktif terlibat dalamproses pembelajaran. Sebab dalam model PBL terdapat8 langkah yang dapat mengajak siswa untuk turut aktifdalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalamproses pembelajaran dapat melatih kemampuan berpikirkritis siswa. Sedangkan pada kelas kontrol

    menggunakan model DI dengan metode ceramahdimana model tersebut sering diterapkan pada saatpembelajaran berlangsung. Dalam model DI ini siswahanya mendengarkan penjelasan dari guru, sehinggasiswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Maka siswadalam belajar hanya bersifat ingatan saja tidak dapatmengaplikasikan konsep dalam dunia nyata. Sedangkankeaktifan siswa itu sangat diperlukan dalam prosespembelajaran, tetapi dalam model DI keaktifan siswatidak tampak karena pemebelajaran berpusat pada halini yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswapada kelas kontrol mendapatkan hasil yang lebih rendahdibandingkan kelas eksperimen. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Sudarman (2007) bahwa suatu pendekatanpembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyatasebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikirkritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untukmemperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial

    Tabel 1. Kemampuan berpikir kritis

    E O1 X1 O2

    K O 3 X2 O4

    Komponen Pre test Post test

    Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

    Jumlah

    siswa

    40

    40

    40

    40

    Rerata

    47

    47,7

    61,9

    70,3

    Uji gain

    0

    0

    0, 28

    0, 43

    % Ketuntasan belajar

    0

    0

    67,5

    92,5Jumlah siswa

    yang tidak

    tuntas belajar

    0

    0

    13

    3

    KKM

    >

    60

    >

    60

    >

    60

    >

    60

    53U. Setyorini, dkk.,- Penerapan Model Problem Based Learning

  • 7/25/2019 pbi kritis, model pembelajaran berdasarkan masalah

    3/5

    Keterangan:1. Menganalisis2. Fokus3. Mengamati4. Menghipotesis5. Mengasumsi6. Mereview7. Kesimpulan8. Merefleksikan

    dari materi kuliah atau materi pelajaran. Hal senadadikemukakan oleh Morales-Mann dan Kaitell dalam Yuan(2008) bahwa manfaat penggunaan PBL dapatmeningkatkan pembelajaran otonomi, berpikir kritis,pemecahan masa lah dan keah l i an da lamberkomunikasi. Selanjutnya dikemukakan bahwapembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuanberpikir kritis yaitu PBL. Model Pembelajaran Berbasis

    Masalah merupakan salah satu pendekatan yangmenantang siswa untuk mencari solusi suatu masalahdari dunia nyata yang dapat diselesaikan secaraberkelompok. PBL mengarahkan siswa untuk belajarmandiri sehingga dapat mengembangkan keterampilanberpikir kritis dan dapat menganalisis masalah yang adadidunia nyata (Yuan 2008). Selain itu berdasarkanpendapat Curry dalam Sungur (2006) mengatakanbahwa model PBL dapat menimbulkan kemampuanberpikir kritis dan pengetahuan baru yang berguna untukjangka panjang.

    Proses pembelajaran PBL ditandai denganadanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa maupun

    guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannyatentang apa yang diketahui dan bagaimana untukmemecahkan masalah secara berkelompok agar salingmembantu sehingga mampu berkolaborasi dalammemecahkan masalah. Melalui PBL dengan anggotakelompok yang heterogen memungkinkan siswa untuksaling bertukar pikiran, bekerjasama untuk memecahkanmasalah yang pada akhirnya dapat meningkatkankemampuan berpikir kritis. Dengan demikian penerapanPBL juga membantu siswa dalam meningkatkankemampuan berpikir kritis. Berbeda halnya pada modelDI siswa tidak diberikan masalah, tetapi siswa hanyadiberi penjelasan saja sedangkan siswa hanya menulissaja apa yang dikatakan oleh guru maka siswa hanyam e n d a p a t k a n p e n g e t a h u a n y a n g k u r a n gmengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Halini sesuai dengan pendapat dari Senocak (Akinoglu2007) mengatakan bahwa model PBL lebih efektifapabila dibandingkan model tradisional sebab model

    PBL lebih menerapkan pembelajaran konsep, prosesdan pemecahan masalah dalam dunia bagi siswa.

    Pada dasarnya siswa mempunyai potensikemampuan berpikir kritis. Potensi tersebut lebih baikdilatih sejak dini melalui pembelajaran yangmengaharuskan siswanya aktif dan sangat disayangkanjika tidak dapat dikembangkan dengan baik. Dengandemikian, penerapan model PBL pada sub pokok

    bahasan GLBB dapat melatih kemampuan berpikir kritissiswa. Hal ini dapat terlihat dari hasil penilaiankemampuan berpikir kritis siswa yang semakinmeningkat.

    Berdasarkan hasil pengamatan pada kelaseksperimen didapatkan nilai sebesar 73,38 yangtergolong baik sedangkan untuk kelas kontrol sebesar62,75 tergolong baik. Pada kelas eksperimen terdapat 8siswa dalam kategori sangat baik, 27 siswa termasukdalam kategori baik dan 5 siswa lainnya dalam kategoricukup baik. Pada kelas kontrol 18 siswa dalam kategoribaik, 21 siswa dalam kategori cukup baik dan 1 siswadalam kategori kurang baik. Sehingga pada hasil uji-t

    diperoleh nilai thitung sebesar 17 dan ttabel sebesar1,994. Hal ini menunjukkan bahwa aspek afektif siswaantara kelas eksperimen meningkat secara signifikandibandingkan dengan kelas kontrol, sebab t >t .hitung tabel

    Hasil afektif siswa setelah diterapkan model PBLpada sub pokok bahasan GLBB antara kelas eksperimendengan kelas kontrol mengalami peningkatan.Meningkatnya aspek afektif dikarenakan penciptaanlingkungan belajar yang baru di dalam kelas melalui PBLmembangkitkan sikap yang baik bagi siswa. Adapunaspek afektif dalam penelitian ini: a) kehadiran siswa; b)perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung; c)keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat; d)keberanian siswa dalam bertanya; e) menghargaipendapat orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapatAnni (2006) bahwa dalam belajar faktor yang sangatpenting adalah tempat belajar, suasana lingkungan danbudaya belajar masyarakat akan mempengaruhikesiapan, proses, dan hasil belajar. Maka dengan hal

    Gambar 1. Kemampuan berpikir kritis siswa

    0

    20,000

    40,000

    60,000

    80,000

    100,000

    120,000

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Soal 1 (Eksperimen)

    Soal 1 (Kontrol)

    Soal 2 (Eksperimen)

    Soal 2 (Kontrol)

    Aspek Berfikir Kritis

    Penilaian Post Test Aspek Berfikir KritisKelas Ekperimen dari Kelas Kontrol

    Prosentase%

    54 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 52-56

  • 7/25/2019 pbi kritis, model pembelajaran berdasarkan masalah

    4/5

    tersebut semua aspek tersebut dapat diamati ketikapembelajaran berlangsung, dimana dalam pembelajaranmenggunakan model PBL. Model PBL tersebut memilikiciri-ciri bahwa sebelum pembelajaran dimulai, siswasudah dalam keadaan siap untuk belajar. Siswadikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil padasaat pembelajaran berlangsung. Dengan kelompok-kelompok kecil dimaksudkan agar semua siswa dapatbekerja sama, saling bertukar pendapat (bertanya,berpendapat), dan dapat menghargai pendapat oranglain, sampai dapat memutuskan kesimpulan yangdisepakati bersama. Model PBL dikaitkan dengankehidupan nyata menarik perhatian siswa, sehinggasiswa termotivasi untuk selalu hadir dan masuk kelas

    sebelum guru masuk. Aspek-aspek ini menjadi indikatorpada penilaian aspek afektif tersebut dimasukkan untukmengetahui sikap siswa terhadap pelaksanaanpenerapan model PBL pada sub pokok bahasan GLBB.Berbeda halnya pada kelas kontrol yang menggunakanmodel DI dengan metode ceramah pada saatpembelajaran siswa tidak dibagi dalam kelompok-kelompok sehingga membuat siswa merasa bosandalam mengikuti pembelajaran maka sikap ilmiah siswakurang berkembang dengan baik akibatnya aspek afektifkelas kontrol mendapatkan hasil yang rendahdibandingkan kelas eksperimen. Hal sesuai pendapatWalker dan Lofton dalam Akinoglu (2007) bahwa model

    PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap yangpositif dalam pembelajaran. Hal senada dikemukakanoleh Ram dalam Akinoglu (2007) bahwa PBL dapatmenimbulkan sikap yang positif dalam pembelajaranselain itu siswa mendapatkan pengetahuan yang dapatdigunakan untuk memecahkan masalah dalamkehidupan nyata.

    Hasil psikomotorik siswa setelah diterapkan modelPBL pada sub pokok bahasan GLBB antara kelaseksperimen dengan kelas kontrol mengalamipeningkatan. Meningkatnya aspek psikomotorik eratkaitannya dengan keaktifan siswa ketika prosespembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Sharmann dan Orth-Hampton dalam Akinoglu(2007) mengatakan bahwa PBL merupakanpembelajaran yang termasuk dalam CooperativeLearning dimana siswa bekerja sama dalammenyelesaikan masalah hal ini dapat menimbulkansemangat kebersamaan akibatnya keaktifan siswa akan

    Gambar 2. Aspek afektif siswa

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    1 2 3 4 5

    Afektif(Eksperimen)

    Afektif (Kontrol)

    Aspek Afektif

    Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol

    Prosentase%

    lebih berkembang. Berbeda dengan kelas kontrol yangmenggunakan model DI dengan metode ceramah dalampembelajaran maka akan berdampak negatif dalampraktikum sebab siswa belum terbiasa dalammenyelesaikan masalah sendiri.

    Penilaian aspek psikomotorik siswa dalampenelitian ini meliputi: a) menyiapkan alat percobaan; b)merangkai alat percobaan; c) melakukan pengamatandan percobaan; d) membaca hasil percobaan; e)mengkomunikasikan hasil percobaan. Aspekpsikomotorik dalam penelitian ini diamati pada saatprakt ikum GLBB, d imana dalam prakt ikummenggunakan model PBL. Dalam hal ini hanya gurumemberikan sedikit gambaran mengenai alat, kemudiansiswa diminta untuk menyiapkan alat dan bahan dengantepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk aspeky a n g t e ra k h i r , s i s w a d i h a ra p k a n m a m p umengkomunikasikan hasil percobaan.

    Penggunaan model PBL dalam proses

    pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkanbagi siswa karena siswa lebih mengerti tentang hal-halyang sering dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian, aktivitas ilmiah siswa dalam prosespembelajaran akan berpengaruh pada pertumbuhanaspek psikomotoriknya.

    Problem Based Learning(PBL) merupakan suatupendekatan pembelajaran yang menggunakan masalahdunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untukbelajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilanpemecahan masalah, serta untuk memperolehpengetahuan dan konsep yang esensial dari materikuliah atau materi pelajaran. Guru dalam pembelajaran

    berbasis masalah berperan dalam menyajikan masalah,memberikan pertanyaan, mengadakan dialog,membantu menemukan masalah dan memberi fasilitaspenelitian. Selain itu guru juga menyiapkan dukungandan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhaninquiri dan intelektual siswa (Sudarman, 2007).

    uhadarolu et al. dalam Akinoglu (2007), modelProblem Based Learning dapat mengubah siswa darimenerima informasi pasif menjadi aktif (studentcentered). Model ini memungkinkan siswa untukmemperoleh pengetahuan baru dalam pemecahanmasalah. Dalam Problem Based Learning, sikap siswaseperti pemecahan masalah, berpikir, bekerja kelompok,

    komunikasi dan informasi berkembang secara positif(Akinoglu, 2007).Berdasarkan penelitian Akinoglu (2007), Problem

    Based Learning lebih mempengaruhi prestasi belajarsiswa dibandingkan dengan model pembelajarantradisional yang mana telah diterapkan di sekolah. Selainitu, penelitian lain menyebutkan bahwa Problem BasedActive Learninglebih efektif dibandingkan dengan modelklasik yang berbasis penemuan. Dalam Problem BasedLearning tampak bahwa banyak siswa yang menyukaimodel ini. Hal ini disebabkan model Problem BasedLearn ing dapa t men ingka tkan kemampuanmemecahkan masalah dan bekerja sama dalam satukelompok.

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,dapat disimpulkan bahwa model PBL dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

    55U. Setyorini, dkk.,- Penerapan Model Problem Based Learning

  • 7/25/2019 pbi kritis, model pembelajaran berdasarkan masalah

    5/5

    pembelajaran GLBB. Hal ini dapat dilihat bahwa 75%siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, 7,5% siswamemiliki kemampuan sangat kritis, psikomotorik siswamemiliki nilai rerata 82,75 dalam kategori sangat aktif danafektif siswa mempunyai nilai rerata sebesar 73,38 yang

    termasuk dalam kategori baik. Sehingga para gurudiharapkan mampu memvariasikan model pembelajaranyang dapat menghindari rasa bosan dan terciptasuasana yang menyenangkan. Model Problem BasedLearning dapat dijadikan solusi untuk meningkatkankemampuan berpikir kritis pada sub pokok bahasanGLBB. Selain itu, Guru diharapkan dapat mencobamodel PBL pada materi yang berbeda.

    DAFTAR PUSTAKA

    Akinaglu O & Ruhan Ozkardes Tandogan, R. O. 2007.The effects of problem based active learning ofstudent' academic achievement, attitude and

    concept learning. Eurasia Journal of Mathematics,Science & Technology Education,3 (1): 71-81

    Anni CT, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang:UNNES Press

    Chang, C. Y. 2001. Comparing the Impacts of a Problem

    Based Computer Assisted Instruction and theDirect-Interactive Teaching Method on StudentScience Achievement. Journal of ScienceEducation and Technology,10 (2) : 147 -153

    Kumar,D. D & Sherwood, R. D. 2007. Effeect of a

    Problem Based Simulation on the ConceptualUnderstanding of Undergraduated ScienceEducation Students. Journal of Science Educationand Technology,16 (3): 239 -246

    Sudarman. 2007. Problem Based Learning: suatu modelpembelajaran untuk mengembangkan danmeningkatkan kemampuan memecahkanmasalah. Jurnal Pendidikan Inovatif, 2 (2)

    Sungur Semra & Ceren Tekkaya. 2006. Effect of ProblemBased Learning and Traditional Instruction on SelfRegulated Learning. The Journal of EducationalResearch, 99 (5): 316

    Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran InovatifBerorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi

    PustakaYuan et. al. 2008. Promoting Critical Thinking Skill

    through Problem Based Learning. CMU. Journal ofSoc. Sci. And Human,2 (2): 85-100

    56 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 52-56