patologis demam, mklah

17
Tinjauan Pustaka Metabolisme tubuh serta pengaturan suhu tubuh Riana Liza Songupnuan 102011010/E5 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp.021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Pendahuluan Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka tetapi mereka terus-menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolic yang berasal dari makanan. Produksi energi juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Energi yang di dapat adalah dari makanan yang kita makan. Makanan ini akan dipecah lewat proses-proses kimiawi yang selanjutnya akan di keluarkan melalui panas. Secara kimiawi dalam makakalah ini membahas tentang metabolism karbohidrat

Upload: jskkaa

Post on 28-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Patologis demam, mklah

Tinjauan Pustaka

Metabolisme tubuh serta pengaturan suhu tubuh

Riana Liza Songupnuan

102011010/E5

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp.021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Pendahuluan

Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh

mereka tetapi mereka terus-menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu

mempertahankan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar

metabolic yang berasal dari makanan.

Produksi energi juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Energi yang di dapat adalah

dari makanan yang kita makan. Makanan ini akan dipecah lewat proses-proses kimiawi yang

selanjutnya akan di keluarkan melalui panas. Secara kimiawi dalam makakalah ini membahas

tentang metabolism karbohidrat dan lemak, pengukuran basal metabolic rate dan

hubungannya dengan panas yang dikeluarkan tubuh.

Patologis demam

Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan

oleh toksin yang masuk ke dalam tubuh. Toksin yang paling mudah adalah mikroorganisme

penyebab sakit. Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat

toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya

mikroorganisme tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan

memerintahkan “tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan

Page 2: Patologis demam, mklah

limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-

tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen

endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen

yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun

hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat

bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.1,2

Proses selanjutnya adalah asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan

pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan

dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata

akan mempengaruhi kerja dari thermostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus

selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya

peningkatan titik patokan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang

dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respondingin/ menggigil. Adanya proses

mengigil ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya

perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang pengaturan hipotalamus yang

mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau

febris.1,2

Pengaturan suhu tubuh peranan hipotalamus

Suhu tubuh hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan hampir

semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus.

Agar mekanisme umpan balik dapat berlangsung, harus juga tersedia pendektetor suhu untuk

menetukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin.

Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi

termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan

memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penas dan

pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari

patokan normal. Hipotalamus dapat berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ºC.

Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluaran panas dan mekanisme pembentukan panas,

hipotalamus harus diberi informasi secara terus menerus tenting suhu tubuh dan suhu kulit

oleh reseptor yang peka terhadap suhu khusus yang disebut termoreseptor.1

Page 3: Patologis demam, mklah

Suhu inti di pantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus itu sendiri

serta tempat lain disusunan saraf pusat dan bagian abdomen. Termoreseptor perifer

memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan menyalurkan informasi tentang perubahan suhu di

pemukaan ke hipotalamus. Di hipotalamus diketahui terdapat dua pusat regulasi suhu. Region

posterior diaktifkan oleh dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memerantarai

produksi dan penghematan panas. Regio anterior, yang diaktifkan oleh panas, memicu

refleks-refleks yang memerantarai pengeluaran panas.2

Pada kondisi panas bagian anterior hipotalamus mengurangi produksi panas dengan

menurunkan aktivitas otot dan meningkatkan panas dengan memicu vasodilatasi kulit. Ketika

vasodiltasi kulit maksimal kulit pun tidak mampu membuang panas yang berlebihan dari

tubuh maka terjadi proses berkeringat untuk meningkatkan pengeluaran panas melalui

evaporasi. Pada kenyataannya, jika suhu udara meningkat melebihi suhu kulit dengan

vasodilatasi maksimal, maka gradient suhu berbalik sendiri sehingga terjadi penambahan

panas dari lingkungan.2

Stadium demam

Tingkatan demam terdiri dari stage of chill dan stage of fastigium. Stage of chill

adalah fase rasa dingin disertai menggigil, heat loss menurun dan heat production meningkat.

Stage of fastigium adalah tingkat krisis dari penyakit dimana heat loss meningkat dan heat

production menurun. Tingkatan ini terjadi pada demam dan biasanya disebabkan oleh

peradangan. Namun pada demam yang tidak disebabkan faktor pirogenik melainkan karena

ekspos terhadap panas berlebihan yang bisa disebut hyperthemia terdapat tahapan heat

cramps yang merupakan tahap awal, heat exhaustion dan heat stroke.

Heat exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi berat yang menyebabkan

hipotensi akan berkurangnya volume plasma karena berkeringat sehingga menyebabkan

penurunan curah jantung dan vasodilatasi pembuluh darah kulit yang berlebihan sehingga

menyebabkan penurunan resistensi perifer. Pada keadaan heat exhaustion suhu inti tubuh

berkisar 37,5-390C, terjadi kram otot, mual, sakit kepala, pucat dan banyak berkeringat.

Biasanya terjadi pada orang yang aktif secara fisik pada suhu lembab, sehingga tidak

teraklimatisasi.

Heat stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat dengan suhu tubuh yang lebih

tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps, delirium, kejang dan penurunan kesadaran. Biasanya

Page 4: Patologis demam, mklah

rejadi karena lama terpapar udara/suhu lingkungan yang panas. Pada keadaan ini terjadi

mekanisme umpan balik positif, peningkatan suhu tubuh makin meningkatkan metabolisme

dan menghasilkan panas lebih banyak.2

Mekanisme pengeluaran panas

Sebagian besar produksi panas didalam tubuh dihasilkan pada organ dalam, terutama dalam

hati, otak, jantung, dan otot rangka selamakerja. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ

dan jaringan yang lebih dalam kekulit, dimana panas hilang ke udara dan sekitarnya. Oleh

karena itu, laju hilangnya panas ditentukan hampir seluruhnya oleh dua factor: seberapa cepat

panas dapat dikonduksi dari tempat panas dihasilkan dalam inti tubuh kekulit dan seberapa

cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit kesekitarnya. Secara fisika pengeluaran

panas dapat melalui:

1. Radiasi

Kehilangan panas melaui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang

inframerah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Radiasi adalah emisi energi

panas dari permukaan suatu benda hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik

atau gelombang panas. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas kesegala

penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari dinding dan benda-benda lain

ketubuh. Perpindahan netto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih hangat

ke yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih hangat dari

pada permukaan kulit, misalnya matahari, radiator atau kayu yang terbakar.

Sebaliknya, tubuh kehilangan panas melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan

yang permukaannya lebih dingin dari pada permukaan kulit, misalnya dinding

bangunan, furnitur, atau pohon.1,2

2. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda

suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni

gradient suhu dari benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke

molekul. Semua molekul terus-menerus bergetar, dengan molekul yang lebih hangat

bergerak lebih cepat dari moleku yang dingin. Ketika molekul yang berbeda

kandungan panas saling bersentuhan maka molekul yang lebih hangat dan bergerak

lebih cepat memicu molekul lebih dingin untuk bergerak lebih cepat sehingga moleku

yang dingin itu menjadi lebih hangat. Laju perpindahan panas melalui konduksi

Page 5: Patologis demam, mklah

bergantung pada perbedaan suhu antara benda-benda yang bersentuhan daya hantar

panas bahan-bahan yang terlibat (yaitu seberapa mudah panas dihantarkan oleh

molekul bahan). Panas dapat bertambah tau berkurang melalui konduksi ketika kulit

berkontak dengan suatu pengantar(konduktor). Namun, hanya sebagain kecil dari

pertukaran panas total antara kulit dan lingkungan berlangsung melalui konduksi saja

karena udara bukan penghantar panas yang baik.1

3. Konveksi

Konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara (atau

H2O). Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi di sekitar tubuh akibat

kecenderungan udara disekitar kulit untuk naik sewaktu menjadi panas. Sewaktu

tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara

yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat. Karena udara hangat

lebih ringan (kurang padat) daripada udara dingin, maka udara yang telah dihangatkan

tersebut naik sementara udara yang lebih dingin berpindah ke dekat kulit

menggantikan udara yang telah hangat tersebut. Proses ini akan berulang. Pergerakan

ini disebut arus konveksi, membantu membawa panas menjauhi tubuh.1

4. Evaporasi

Evaporasi adalah metode terakhir pemidahan panas yang digunakan oleh tubuh.

Ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah

air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih

dingin. Evaporasi air melalui kulit dan paru-paru yang tidak kelihatan ini tidak dapat

dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilakan dari

difusi molekul air terus menerus mealui kulit dan permukaan system pernapasan.1,2

Peningkatan kebutuhan energi

Metabolisme karbohidrat

Karbohidrat adalah komponen utama dalam makanan yang merupakan sumber energi

yang utama bagi organisme hidup. Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam

dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan

oksigen atau aerob. Glukosa adalah bahan bakar utama kebanyakan jaringan. Glukosa

dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme

piruvat menjadi asetil koA yang dapat memasuki asam sitrat untuk oksidasi sempurna

Page 6: Patologis demam, mklah

menjadi CO2 dan H2O yang berkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi

oksidatif. Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob (tanpa oksigen), dengan produk

akhir berupa laktat.3

  Metabolisme utamanya yaitu yang pertama glikolisis Emden Meyerhof (EM). Pada

glikolisis EM, menguraikan glukosa menjadi piruvat (dalam keadaan aerob) atau laktat

(dalam keadaan anaerob) untuk menghasilkan energi. Terjadi di sitosol. Jumlah ATP yang

dihasilkan pada keadaan aerob yaitu 8 ATP/mpl glukosa dan pada keadaan anaerob

menghasilkan 2 ATP/mol glukosa. Di dalam sel darah merah (eritrosit), glikolisis EM selalau

anaerob dan hasil akhirnya asam laktat.

Proses yang kedua yaitu oksidasi piruvat menjadi asam laktat. Proses ini terjadi

dimitokondria. Di dalam sel darah merah tidak ada mitokondria, maka piruvat diubahmenjadi

laktat. Enzim yang digunakan yaitu piruvat dehidrogenase yang meningkat pada saat/setelah

makan, berhenti saat lapar, meningkat bila banyak piruvat, dan dihambat oleh peningkatan

asetil koA.

Selanjutnya siklus asam sitrat merupakan jalur akhir metabolisme bermacam zat.

Terjadi di mitokondria. Diawali dengan oksidasi setil koaA membentuk suatu siklus.Asetil

koA dapat diperoleh dari oksidasi karbohidrat, lemak dan asam amino. Terjadi dimitokondria.

SAS adalah suatu rangkaian reaksi yang melakukan oksidasi terhadap asetil koA,

membebaskan H+ dan e- sehingga menghasilkan ATP. SAS berfungsi amfibolik yaitu

berfungsi dalam jalur anabolik dan katabolik. Siklus terdiri dari penggabungan 1molekul

asetil koA (2C) dengan asam dikarboksilat (4C) oksaloasetat asam trikarboksilat (6C)

yaitu asam sitrat. Dalam siklus asam sitrat dihasilkan 12 ATP. Jadi, produksi ATP pada

oksidasi 1 molekul glukosa adalah Glikolisi EM pada keadaan aeob 8 ATP, oksidasi piruvat

menjadi asetil koA 6 ATP, dan pada siklus asam sitrat yaitu 24 ATP. Pada keadaan aerob

dihasilkan 38 ATP.

Glikogenesis yaitu pembentukan glikogen dari glukosa. Sebagai persediaan energi

cadangan terutama di hati dan otot. Glikogenesis meningkat setelah makan dan glikogenensis

menurun pada saat puasa/lapar. Fugnsi glikogen otot adalah sebagi sumber glukosa untuk

glikolisis di otot (energi). Fungsi glikogen hati yaitu sebagai simpanan glukosa dan untuk

penyediaan darah (untuk mempertahankan kadar glukosa darah terutama antara waktu makan

dan kerja otot). Di hati ada enzim glukosa 6- fosfatase yang mengkatalisis glukosa 6P

glukosa. Di otot tidak ada enzim glukosa 6-fosfatase. Proses pembentukan glikogen

Page 7: Patologis demam, mklah

memerlukan 3 enzim yaitu enzim UDP-glukosafosorilase (untuk pembentukan UDP-glu dari

glukosa 1P + UTP dengan melepaskan 2Pi), enzim glikogen sintase (untuk pembentukan unit

glukosil 1 4 dari molekul glikogen primer + UDP glukosa) dan enzim percabangan

(branching enzim) untuk membentuk unit 1 6 glikogen. Enzim ini akan memindahkan

segmen glukosa dari glikogen (± 6 molekul glukosa) ke bagian cabang lain bila sudah

terbentuk ± 11 glukosa.

Glikogenolisis adalah proses pemecahan glikogen menjadi glukosa, di hati dan otot.

Di hati glikogenolisis meningkat menyebabkan glukosa darah meningkat. Di

otot,glikogenolisis berubah menjadi piruvat (aerob) atau laktat (anaerob pada kerja

fisik,olahraga berat). Enzim yang berperan yaitu fosforilase yaitu merupakan enzim regulator

yang mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan 12

fosfat). Oleh fosforilase tiap 1 molekul glukosa pada rantai lurus dilepaskan menjadi glukosa

1P sampai tinggal ± 4 molekul glukosa pada cabang. Enzim glukan transferase memindahkan

± 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus yang berdekatan dan meninggalkan 1

glukosa pada cabang tersebut. Debranching enzim menghidrolisi tempat percabangan,

memutuskan 1 molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas

(pemecahan hidrolitik) meniadakan percabangan.

Glukoneogenesis merupakan pembentukan karbiohidrat (glukosa/glikogen) dari

senyawa bukan karbohidrat seperti asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan propiaonat.

Tujuannya yaitu untuk menyediakan glukosa di dalam tubuh bila kekurangan,misalnya

keadaan letih, puasa. Terjadi di hati dan ginjal. Proses ini melibatkan kebalikan dari sebagian

besar glikolisis EM, SAS, dan beberapa reaksi.

Metabolisme lemak

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan

gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami

esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan

energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat

barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah

cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.

Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.

Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil

Page 8: Patologis demam, mklah

KoA dari jalur ini pun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di

sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis

menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non

gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi

kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA

sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto

asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses inidinamakan ketogenesis. Badan-badan keton

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik.

Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.3

Oksidasi asam lemak jenuh (oksidasi beta asam lemak)

Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak,tetapi

dapat pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat terjadi karena adahubungan

antara metabolisme karbohidrat, lemak, protein atau asam amino. Asam lemak yang terjadi

pada proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil-KoA.

Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi:

1. Pembentukan asil-KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil-

KoAsintase (tiokinase). Mula asam lemak bereaksi dengan ATP dan enzim

membentuk kompleks enzim-asiladenilat. Molekul asila adenilat terdiri atas gugus asil

yang berikatan dengan gugus fosfat pada AMP. Molekul ATP dalam reaksi ini diubah

menjadi AMP dan pirofosfat. Kemudian asil AMP bereaksi dengan koenzim A

membentuk asil-KoA. Pirofosfat dengan segera terhidrolisis menjadi 2 gugus fosfat.

2. Reaksi kedua ialah pembentukan enoil-KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil-

KoAdehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang

dibutuhkandalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen. Dua

molekulATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari molekul

FADH melalui transpor elektron.

3. Reaksi ketiga, enzim enoil-KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan L-

hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap

antaraC-2 dan C-3

4. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil-KoA

menjadiketoasil-KoA. Enzim L-hidroksiasil koenzim A dehidrogenase merupakan

Page 9: Patologis demam, mklah

katalisdalam reaksi ini dan melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH. Proses

oksidasi kembali NADH ini melalui transpor elektron menghasilkan 3 ATP.

5. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C – C, sehingga menghasilkan asetil-

KoA dan asil-KoA yang mempunyai jumlah atom C yang dua buah lebih pendek dari

molekul semula. Asil-KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami

metabolisme lebih lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian

seterusnya sampai rantai C pada asam lemak terpecah menjadi molekul-molekul

asetil-KoA. Selanjutnya asetil-KoA dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui

siklus asam sitrat atau digunakan untuk reaksi-reaksi yang memerlukan asetil-KoA.

Oksidasi asam lemak tidak jenuh

Seperti pada asam lemak jenuh, tahap pertama oksidasi asam lemak tidak jenuh

adalah pembentukan asil-KoA. Selanjutnya molekul asil-KoA dari asam lemak tidak jenuh

tersebut mengalami pemecahan melalui proses β oksidasi seperti molekul asam lemak jenuh,

hingga terbentuk senyawa – sis-sis-asil KoA atau trans-sis-asil KoA, yang tergantung pada

letak ikatan rangkap pada molekul tersebut.

BMR

Sudah menjadi hal yang penting untuk mendapatkan suatu cara agar dapat mengukur

sifat kecepatan metabolisme jaringan yang tidak bergantung pada kerja dan factor luar

lainnya yang tidak memungkinkan untuk membandingkan kecepatan metabolisme seseorang

dengan kecepatan ,metabolisme orang lain. Untuk melakukan hal ini, kecepatan metabolisme

biasanya diukur pada apa yang disebut keadaan basal dan kecepatan metabolisme yang

diukur kemudian disebut kecepatan metabolism basal (BMR).

Hubungan panas dengan BMR

Saat dalam keadaan istirahat total, orang normal akan mengkonsumsi energi dengan

kecepatan sekitar 92 kkal/jam. BMR adalah jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan

fungsi tubuh minimal.

Energi dalam molekul nutrien yang tidak digunakan untuk melakukan kerja diubah

menjadi energi termal atau panas. Selama proses-proses biokimia hanya sekitar 50% energi

dalam molekul nutrient dipindahkan ke ATP, sisanya 50% dari energi nutrien ini segera

Page 10: Patologis demam, mklah

lenyap sebagai panas. Selama pengeluaran ATP oleh sel, 25% energi lainnya yang berasal

dari makanan diubah menjadi panas. Karena bukan suatu mesin panas, maka tubuh tidak

dapat mengubah panas menjadi kerja. Karena itu, tidak lebih dari 25% energi nutrien yang

tersedia untuk kerja. Sisanya 75%-nya hilang sebagai panas selama perpindahan energi dari

molekul nutrient ke ATP ke dalam sistem sel.1

Karena energi yang digunakan untuk metabolism basal berubah menjadi panas yang

terutama dikeluarkan melalui kulit, maka dapat diperkirakan bahwa laju metabolism basal

berkaitan dengan luar permukaan atau massa tubuh. Laju metabolisme bergantung pada suhu

tubuh. Apabila suhu tubuh berubah sebesar 1ºC terjadi peningkatan taraf metabolisme 13-

14%.4

Kesimpulan

Keseimbangan termoregulasi di atur oleh atau dikontrol oleh hipotalamus.

Hipotalamus diberi tahu tentang suhu kulit oleh termoreseptor perifer dan suhu inti oleh

termoreseptor sentral, dengan reseptor terpenting terletak dihipotalamus itu sendiri. Dari

proses metabolisme 25% energi kimia di gunakan untuk melakukan kerja biologis, sedangkan

75% dari energi yang digunakan oleh otot rangka di ubah menjadi panas. Karena itu,

sebagian besar energi dalam makanan akhirnya mencul sebagai panas tubuh.

Page 11: Patologis demam, mklah

Daftar pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC, 2012. h.

702,11-7

2. Guyton AC,Hall JE.Fisiologi kedokteran.11th ed.Jakarta : EGC, 2008

3. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. 27thed. Jakarta: EGC; 2006.

p.139-224.

4. Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika tubuh manusia. Edisi ke 2. Jakarta;

penerbit buku kedokteran EGC, 2006, h.19.

5. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2003.

6. Marks DB, Marks AD, smith CM.Biokimia kedokteran dasar sebuah pendekatan

klinis.Jakarta:EGC;2000.