patofisiologi trauma inhalasi
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi
1/5
Patofisiologi
Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas
dan zat kimia, atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil
pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel
padat yang terurai di udara ( melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik).1
Secara anatomi trauma dibedakan menjadi tiga kelas 1) trauma panas yang terbatas pada
struktur pernapasan atas kecuali pada kasus paparan panas jet. 2) iritasi kimia local pada traktus
respiratorius dan 3) keracunan sistemik yaitu inhalasi dari karbon monoksida atau sianida.
1. Trauma panas pada struktur pernapasan atas.Temperature udara pada ruangan mencapai 1000F. Udara yang sangat panas
biasanya menyebabkan trauma hanya pada struktur pernapasan di atas karina atau daerah
orofarings, karena konduktivitas udara yang buruk dan tingginya jumlah pertukaran udara
yang terjadi pada saluran udara bagian atas. Kerusakan yang terjadi karena panas
biasanya terbatas pada daerah orofarings. Trauma pada struktur penapasan ini
menyebabkan edema yang luas pada lidah, epiglottis, dan ariepiglotis dan terjadi
obstruksi.2,10
Luka bakar pada wajah dan saluran pernapasan atas sering terjadi. Tapi biasanya
terbatas pada mulut, glottis, epiglottis pharing dan laring. Energi panas di dalam udara
sangat rendah dan efisiensi pertukaran panas pada traktus respiratorius sangat tinggi
sehingga udara yang sangat paans didinginkan sebelum masuk ke laring. Tapi dengan
temperatur diatas 150c trauma panas laring menyebabkan spasme menyebabkan kesulitan
bernapas. Selain itu menghirup udara yang sangat panas bias menyebabkan reflex henti
jantung (inhibisi vagal). Secara histologis luka bakar pada saluran trakeobronkhial
menunjukkan edema dan nekrosis koagulasi superficial epitel, penonjolan glandula
mukosa, fragmentasi dan penggumpalan eritrosit pada pembuluh darah mukosa.edema
submukosa dan mukosa hiperemis. Udara yang lembab dengan peningkatan kapasitaspanas semakin besar kemungkinan menyebabkan luka bakar pada paru-paru.
2. Trauma kimia pada saluran pernapasan.Iritasi dapat menyebaban cedera jaringan langsung, bronkospasme akut, dan
aktivasi system respon inflmasi tubuh. Leukosit diaktifkan dan / atau mediator humoral,
seperti protanoids dan leukotrien, menghasilkan radikal oksigen dan enzim proteolitik.
-
7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi
2/5
Banyak zat ketika terbakar, menghasilkan materi racun pada traktrus respiratorius. Karet
dan plastik yang terbakar menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ammonia dan
klorin dengan asam dan alkali yang kuat ketika dikombinasikan dengan air pada saluran
pernapasan dan alveoli. Ammonia menghasilkan cedera alkali, sedangkan sulfur dioksida
dan gas klor menyebabkan cedera asam, bahan kimia lainnya bekerja melalui mekanisme
yang berbeda, misalnya akrolein , sulfur dioksida, ammonia dan hydrogen klorida
menyebabkan cedera pada saluran napas atas. Zat dengan kelarutan menengah, seperti
klorin dan isosianat, menyebabkan cedera saluran pernapasan baik atas dan bawah.
Fosgen dan oksida nitrogen memiliki kelarutanair rendah dan menyebabkan cedera
parenkim difus. Perubahan histologis meyerupai trakeobronkhitis. Transport mukosiliar
hancur dan bakteri pembersih berkurang. Atelektasis dan kolaps alveolar terjadi akibat
kehilangan surfaktan. Makrofag alveolar ditekan menjadi respon inflamasi dengan
kemotaksin. Perubahan inflamasi awal diikuti oleh formasi eksudat yang difus. Edema
bronchiolar bisa menjadi berat. Kombinasi dari bronchitis dengan nekrosis, edema
bronchial, dan bronkospasme menyebabkan obstruksi dari saluran pernapasan atas dan
bawah. Wheezing terjadi pada edema bronchial dan stimulasi reseptor iritan. Peningkatan
permeabilitas kapiler memperbesar saluran napas dan edema paru.2,3,10
3. Keracunan Sistemik ( Inhalasi CO dan Sianida)Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
mengiritasi diproduksi oleh pembakaran yang tidak komplit. Affinitas dari karbon
monoksida terhadap hemoglobin adalan 200 kali lebih besar daripada oksigen. Co
menyebabkan hipoksia jaringan dengan mengurangi kapasitas pembawa oksigen darah.
CO bersaing dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin yang yang menggeser
kurva oksihemoglobin ke kiri. CO menghambat system enzim sitokrom oksidase
intraseluler, khususnya sitokrom p-450 menyebabkan kegagalan system seluler
menggunakan oksigen. Keracunan CO sumber morbiditas awal pada pasien luka bakar
namun sulit untuk dideteksi. Karboksihemoglobin level bisa diukur secara langsung tapi
tes jarang terdapat di tempat kejadian, biasanya pada kebakaran di ruang tertutup.2,3,10
Pembakaran plastic, poliuretan, wol, sutera, nilon, nitril, karet dan produk kertas
dapat menyebabkan produksi gas sianida (CN). Hal ini juga ditemukan berlimpah dalam
makanan seperti singkong dan dalam apel, pir, apricot, dan iji persik. Menghirup
-
7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi
3/5
hydrogen sianida, yang diproduksi saat pembakaran dari materi rumah tangga yang
banyak, juga menghambat sitokrom oksidase dan mempunyai efek sinergis denga karbon
monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dan asidosis serta penurunan konsumsi
oksigen serebral. Kegagalan pernapasan terjadi 12 sampai 48 jam setelah paparan iritan.
2,3,10
TEMUAN PADA KASUS TRAUMA INHALASI
Penemuan pada sesuatu trauma inhalasi tergantung kepada penyebab trauma inhalasi itu
sendiri.
Trauma inhalasi asap dari kebakaran.Trauma inhalasi dari kebakaran terjadi apabila korban bernapas asap dari
kebakaran itu. Asap adalah campuran dari pertikel yang terbakar dan gas. Untuk
memprediksi komposisi ang tepat dari asap yang dihasilkan oleh api cukup sulit. Bahan
yang terbakar, suhu api, dan jumlah oksigen di suatu ruangan semuanya factor yang
membedakan jenis asap yang dihasilkan.4,5,6
Hasil pemeriksaan pada kasus trauma inhalasi karena asap pada korban kebakaran
hamper sama dengan hasil pemeriksaan pada kasus-kasus keracunan CO dan CN. Dari
pemeriksaan luar kita dapatkan gambaran cherry-red yaitu tampaknya kemerahanpada
kulit. Pada kasus kematian akibat kebakaran secara umum, bias pula didapatkan fraktur
dari tulang dan laserasi pada jaringan yang diakibatkan karena panas.
4,5
Pada pemeriksaan dalam, yang cukup khas dari kematian karena trauma inhalasi
pada kebakaran yakni ditemukannya jelaga pada daerah hidung (nostril) dan mulut, serta
jelaga pada daerah laring, trakea serta bronkus yang menandakan korban masih bernapas
pada saat kebakaran terjadi. Namun, tidak ditemukannya jelaga tidak menutup
kemungkinan korban telah meninggal sebelum kebakaran terjadi. Cedera panas pada
kasus kebakaran dapat pula menyebabkan edema pada larings/supraglotis yang
menyebabkan obstuksi. Selain itu dapat pula ditemukan edema paru yang disebabkan
karena cedera pada permukaan endothelial epitel, kolpasnya alveoli karena penurunan
produksi surfaktan, serta cedera pada silia bronkus.4
GAMBAR
-
7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi
4/5
Pada pemeriksaan selanjutnya, dapat pula dilakukan pemeriksaan darah untuk
mengetahui adanya peningkatan konsentrasi dari CO serta pemeriksaan toksikologi untuk
pemeriksaan adanya kandungan alcohol ataupun obat-obatan.4
Trauma inhalasi karbon monooksida (CO)Temuan pada kematian karena CO cirri khasnya sangat jelas pada ras Kaukasian,
kesan yang pertama kali tampak pada tubuhnya yaitu orang tersebut kelihatannya sangat
sehat. Corak kulit yang berwarna pink disebabkan oleh pewarnaan jaringan oleh
karboksihemoglobin, yang memiliki cirri khas dengan tampilan cherry-red (merah
cherry) atau pink terang yang dapat terlihat pada jaringan. Lebam mayat berwarna merah
cherry mendukung diagnosis bahkan sebelum mengotopsi korban. Pada orang kulit
hitam, warna tersebut terutama tampak di konjungtiva, kuku dan mukosa bibir. Selain itu
dapat pula ditemukan bulla, dema, serta ulkus decubitus pada kulit. Dari pemeriksaan
mikroskopis dapat ditemukan vesikel pada lapisan epidermis dan lapisan dibawahnya,
serta nekrosis dai kelenjar keringat.6
GAMBAR
Dari pemeriksaan dalam ditemukan per mukaan serosa dari organ dan darah
berwarna cherry-red. Fiksasi organ yang diperiksa dengan formalin akan berubah
menjadi warna merah terang dalam kasus CO asfiksia. Pada pemeriksaan jantung
didapatkan nekrosis muskulus papillaris ataupun infark miocard. Sedangkan padapemeriksaan ginjal dapat didapatkan degenerasi pada tubulus ginjal serta rhabdomyolysis
ditemukan sebagai efek langsung dari keracunan CO dan timbale. Dari pemeriksaan otak,
dapat ditemukan nekrosis hemoragik dari ganglia basalais, perdarahan petekie yang difu
pada substansia alba, edema cerebral, serta hydrocephalus akut pada bayi.4,8
GAMBAR
Trauma Inhalasi SianidaSianida yang diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran benapas, mjal, muntah,
sakit kepala, salvias, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan
ekstremitas, kolaps, kejang, koma dan meninggal. Pemeriksaan luar jenazah dapat
tercium bau almond yang merupakan tanda patognomonik untuk keracunan sianida.
Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam
jenazah berwarna merah terang. Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan
-
7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi
5/5
gambaran khas. Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilannya. Yang klasik, lebam
mayat menjadi warna merah bata, sesuai dengan kelebihan oksihemoglobin karena
jaringan dicegah dari penggunaan oksigen dan ditemukannya cyanmethemoglobin.
Banyak deskripsi lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah muda
gelap atau bahkan merah terang, terutama bergantung pada daerahnya, yang mana dapat
dibingungkan dengan karboksi hemoglobin.8
Pada autopsy dapat tercium bau almond waktu membuka rongga dada. Perut dan
otak. Darah, otot dan penempang organ berwarna merah terang. Juga ditemukan tanda-
tanda asfiksia. Pemastian diagnosis keracunan sianida dilakukan dengan pemeriksaan
toksikologis terhadap isi lambung dan darah. Perut dapat berisi darah maupun rembesan
darah akibat erosi maupun perdarahan di dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan
encer, mungkin ada sedikit kerusakan pada perut, terpisah dari warna merah muda pada
mukosa dan mungkin beberap perdarahan berupa petechie. Mungkin juga sianida tersebut
menjadi Kristal atau bubuk putih yang tidak dapat larut, dengan bau seperti almond.5,8