patofisiologi trauma inhalasi

Upload: utami-murti-pratiwi

Post on 10-Feb-2018

328 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi

    1/5

    Patofisiologi

    Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas

    dan zat kimia, atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil

    pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel

    padat yang terurai di udara ( melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik).1

    Secara anatomi trauma dibedakan menjadi tiga kelas 1) trauma panas yang terbatas pada

    struktur pernapasan atas kecuali pada kasus paparan panas jet. 2) iritasi kimia local pada traktus

    respiratorius dan 3) keracunan sistemik yaitu inhalasi dari karbon monoksida atau sianida.

    1. Trauma panas pada struktur pernapasan atas.Temperature udara pada ruangan mencapai 1000F. Udara yang sangat panas

    biasanya menyebabkan trauma hanya pada struktur pernapasan di atas karina atau daerah

    orofarings, karena konduktivitas udara yang buruk dan tingginya jumlah pertukaran udara

    yang terjadi pada saluran udara bagian atas. Kerusakan yang terjadi karena panas

    biasanya terbatas pada daerah orofarings. Trauma pada struktur penapasan ini

    menyebabkan edema yang luas pada lidah, epiglottis, dan ariepiglotis dan terjadi

    obstruksi.2,10

    Luka bakar pada wajah dan saluran pernapasan atas sering terjadi. Tapi biasanya

    terbatas pada mulut, glottis, epiglottis pharing dan laring. Energi panas di dalam udara

    sangat rendah dan efisiensi pertukaran panas pada traktus respiratorius sangat tinggi

    sehingga udara yang sangat paans didinginkan sebelum masuk ke laring. Tapi dengan

    temperatur diatas 150c trauma panas laring menyebabkan spasme menyebabkan kesulitan

    bernapas. Selain itu menghirup udara yang sangat panas bias menyebabkan reflex henti

    jantung (inhibisi vagal). Secara histologis luka bakar pada saluran trakeobronkhial

    menunjukkan edema dan nekrosis koagulasi superficial epitel, penonjolan glandula

    mukosa, fragmentasi dan penggumpalan eritrosit pada pembuluh darah mukosa.edema

    submukosa dan mukosa hiperemis. Udara yang lembab dengan peningkatan kapasitaspanas semakin besar kemungkinan menyebabkan luka bakar pada paru-paru.

    2. Trauma kimia pada saluran pernapasan.Iritasi dapat menyebaban cedera jaringan langsung, bronkospasme akut, dan

    aktivasi system respon inflmasi tubuh. Leukosit diaktifkan dan / atau mediator humoral,

    seperti protanoids dan leukotrien, menghasilkan radikal oksigen dan enzim proteolitik.

  • 7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi

    2/5

    Banyak zat ketika terbakar, menghasilkan materi racun pada traktrus respiratorius. Karet

    dan plastik yang terbakar menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ammonia dan

    klorin dengan asam dan alkali yang kuat ketika dikombinasikan dengan air pada saluran

    pernapasan dan alveoli. Ammonia menghasilkan cedera alkali, sedangkan sulfur dioksida

    dan gas klor menyebabkan cedera asam, bahan kimia lainnya bekerja melalui mekanisme

    yang berbeda, misalnya akrolein , sulfur dioksida, ammonia dan hydrogen klorida

    menyebabkan cedera pada saluran napas atas. Zat dengan kelarutan menengah, seperti

    klorin dan isosianat, menyebabkan cedera saluran pernapasan baik atas dan bawah.

    Fosgen dan oksida nitrogen memiliki kelarutanair rendah dan menyebabkan cedera

    parenkim difus. Perubahan histologis meyerupai trakeobronkhitis. Transport mukosiliar

    hancur dan bakteri pembersih berkurang. Atelektasis dan kolaps alveolar terjadi akibat

    kehilangan surfaktan. Makrofag alveolar ditekan menjadi respon inflamasi dengan

    kemotaksin. Perubahan inflamasi awal diikuti oleh formasi eksudat yang difus. Edema

    bronchiolar bisa menjadi berat. Kombinasi dari bronchitis dengan nekrosis, edema

    bronchial, dan bronkospasme menyebabkan obstruksi dari saluran pernapasan atas dan

    bawah. Wheezing terjadi pada edema bronchial dan stimulasi reseptor iritan. Peningkatan

    permeabilitas kapiler memperbesar saluran napas dan edema paru.2,3,10

    3. Keracunan Sistemik ( Inhalasi CO dan Sianida)Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak

    mengiritasi diproduksi oleh pembakaran yang tidak komplit. Affinitas dari karbon

    monoksida terhadap hemoglobin adalan 200 kali lebih besar daripada oksigen. Co

    menyebabkan hipoksia jaringan dengan mengurangi kapasitas pembawa oksigen darah.

    CO bersaing dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin yang yang menggeser

    kurva oksihemoglobin ke kiri. CO menghambat system enzim sitokrom oksidase

    intraseluler, khususnya sitokrom p-450 menyebabkan kegagalan system seluler

    menggunakan oksigen. Keracunan CO sumber morbiditas awal pada pasien luka bakar

    namun sulit untuk dideteksi. Karboksihemoglobin level bisa diukur secara langsung tapi

    tes jarang terdapat di tempat kejadian, biasanya pada kebakaran di ruang tertutup.2,3,10

    Pembakaran plastic, poliuretan, wol, sutera, nilon, nitril, karet dan produk kertas

    dapat menyebabkan produksi gas sianida (CN). Hal ini juga ditemukan berlimpah dalam

    makanan seperti singkong dan dalam apel, pir, apricot, dan iji persik. Menghirup

  • 7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi

    3/5

    hydrogen sianida, yang diproduksi saat pembakaran dari materi rumah tangga yang

    banyak, juga menghambat sitokrom oksidase dan mempunyai efek sinergis denga karbon

    monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dan asidosis serta penurunan konsumsi

    oksigen serebral. Kegagalan pernapasan terjadi 12 sampai 48 jam setelah paparan iritan.

    2,3,10

    TEMUAN PADA KASUS TRAUMA INHALASI

    Penemuan pada sesuatu trauma inhalasi tergantung kepada penyebab trauma inhalasi itu

    sendiri.

    Trauma inhalasi asap dari kebakaran.Trauma inhalasi dari kebakaran terjadi apabila korban bernapas asap dari

    kebakaran itu. Asap adalah campuran dari pertikel yang terbakar dan gas. Untuk

    memprediksi komposisi ang tepat dari asap yang dihasilkan oleh api cukup sulit. Bahan

    yang terbakar, suhu api, dan jumlah oksigen di suatu ruangan semuanya factor yang

    membedakan jenis asap yang dihasilkan.4,5,6

    Hasil pemeriksaan pada kasus trauma inhalasi karena asap pada korban kebakaran

    hamper sama dengan hasil pemeriksaan pada kasus-kasus keracunan CO dan CN. Dari

    pemeriksaan luar kita dapatkan gambaran cherry-red yaitu tampaknya kemerahanpada

    kulit. Pada kasus kematian akibat kebakaran secara umum, bias pula didapatkan fraktur

    dari tulang dan laserasi pada jaringan yang diakibatkan karena panas.

    4,5

    Pada pemeriksaan dalam, yang cukup khas dari kematian karena trauma inhalasi

    pada kebakaran yakni ditemukannya jelaga pada daerah hidung (nostril) dan mulut, serta

    jelaga pada daerah laring, trakea serta bronkus yang menandakan korban masih bernapas

    pada saat kebakaran terjadi. Namun, tidak ditemukannya jelaga tidak menutup

    kemungkinan korban telah meninggal sebelum kebakaran terjadi. Cedera panas pada

    kasus kebakaran dapat pula menyebabkan edema pada larings/supraglotis yang

    menyebabkan obstuksi. Selain itu dapat pula ditemukan edema paru yang disebabkan

    karena cedera pada permukaan endothelial epitel, kolpasnya alveoli karena penurunan

    produksi surfaktan, serta cedera pada silia bronkus.4

    GAMBAR

  • 7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi

    4/5

    Pada pemeriksaan selanjutnya, dapat pula dilakukan pemeriksaan darah untuk

    mengetahui adanya peningkatan konsentrasi dari CO serta pemeriksaan toksikologi untuk

    pemeriksaan adanya kandungan alcohol ataupun obat-obatan.4

    Trauma inhalasi karbon monooksida (CO)Temuan pada kematian karena CO cirri khasnya sangat jelas pada ras Kaukasian,

    kesan yang pertama kali tampak pada tubuhnya yaitu orang tersebut kelihatannya sangat

    sehat. Corak kulit yang berwarna pink disebabkan oleh pewarnaan jaringan oleh

    karboksihemoglobin, yang memiliki cirri khas dengan tampilan cherry-red (merah

    cherry) atau pink terang yang dapat terlihat pada jaringan. Lebam mayat berwarna merah

    cherry mendukung diagnosis bahkan sebelum mengotopsi korban. Pada orang kulit

    hitam, warna tersebut terutama tampak di konjungtiva, kuku dan mukosa bibir. Selain itu

    dapat pula ditemukan bulla, dema, serta ulkus decubitus pada kulit. Dari pemeriksaan

    mikroskopis dapat ditemukan vesikel pada lapisan epidermis dan lapisan dibawahnya,

    serta nekrosis dai kelenjar keringat.6

    GAMBAR

    Dari pemeriksaan dalam ditemukan per mukaan serosa dari organ dan darah

    berwarna cherry-red. Fiksasi organ yang diperiksa dengan formalin akan berubah

    menjadi warna merah terang dalam kasus CO asfiksia. Pada pemeriksaan jantung

    didapatkan nekrosis muskulus papillaris ataupun infark miocard. Sedangkan padapemeriksaan ginjal dapat didapatkan degenerasi pada tubulus ginjal serta rhabdomyolysis

    ditemukan sebagai efek langsung dari keracunan CO dan timbale. Dari pemeriksaan otak,

    dapat ditemukan nekrosis hemoragik dari ganglia basalais, perdarahan petekie yang difu

    pada substansia alba, edema cerebral, serta hydrocephalus akut pada bayi.4,8

    GAMBAR

    Trauma Inhalasi SianidaSianida yang diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran benapas, mjal, muntah,

    sakit kepala, salvias, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan

    ekstremitas, kolaps, kejang, koma dan meninggal. Pemeriksaan luar jenazah dapat

    tercium bau almond yang merupakan tanda patognomonik untuk keracunan sianida.

    Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam

    jenazah berwarna merah terang. Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan

  • 7/22/2019 Patofisiologi Trauma Inhalasi

    5/5

    gambaran khas. Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilannya. Yang klasik, lebam

    mayat menjadi warna merah bata, sesuai dengan kelebihan oksihemoglobin karena

    jaringan dicegah dari penggunaan oksigen dan ditemukannya cyanmethemoglobin.

    Banyak deskripsi lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah muda

    gelap atau bahkan merah terang, terutama bergantung pada daerahnya, yang mana dapat

    dibingungkan dengan karboksi hemoglobin.8

    Pada autopsy dapat tercium bau almond waktu membuka rongga dada. Perut dan

    otak. Darah, otot dan penempang organ berwarna merah terang. Juga ditemukan tanda-

    tanda asfiksia. Pemastian diagnosis keracunan sianida dilakukan dengan pemeriksaan

    toksikologis terhadap isi lambung dan darah. Perut dapat berisi darah maupun rembesan

    darah akibat erosi maupun perdarahan di dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan

    encer, mungkin ada sedikit kerusakan pada perut, terpisah dari warna merah muda pada

    mukosa dan mungkin beberap perdarahan berupa petechie. Mungkin juga sianida tersebut

    menjadi Kristal atau bubuk putih yang tidak dapat larut, dengan bau seperti almond.5,8