patofisiologi atresia esofagus
DESCRIPTION
patofisiologiTRANSCRIPT
![Page 1: Patofisiologi Atresia Esofagus](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102420/563dba18550346aa9aa2a174/html5/thumbnails/1.jpg)
Patofisiologi
Patogenesis dan etiologi atresia esofagus tidaklah jelas. Trakea dan esofagus
normalnya berkembang dan terpisah akibat lipatan cranial, ventral, dan dorsal yang
muncul di dalam foregut.
Atresia esofagus dengan fistula distal akibat dari invaginasi ventral yang
berlebihan pada lipatan faringo-esofagus, yang menyebabkan kantung esofagus
bagian atas mencegah lipatan cranial dari menuju ke bawah ke lipatan ventral.
Untuk itu, sambungan dipasangkan antara esofagus dan trakea.
Terdapat beberapa tipe atresia esofagus, tetapi anomali yang umum adalah fistula
antara esofagus distal dan trakea, sebanyak 80% bayi baru lahir dengan kelainan
esofagus. Atresia esofagus dan tracheoesophageal fistula diduga sebagai akibat
pemisahan yang tidak sempurna antara lempengan paru dari foregut selama masa
awal perkembangan janin. Sebagian besar anomali kongenital pada bayi baru lahir
meliputi vertebra, ginjal, janutng, muskuloskeletal, dan sistem gastrointestinal.
Walaupun kelainan perkembangan pada esofagus merupakan hal yang tidak umum
terjadi, tetapi apabila terjadi ketidaknormalan harus segera dikoreksi, karena dapat
mengancam nyawa. Karena hal ini dapat menyebabkan regurgitasi ketika bayi
diberi makan. Agenesis pada esofagus sangat jarang terjadi, kebanyakan atresia
dan pembentukan fistula. Pada atresia, segmen esofagus hanya berupa thin,
noncanalized cord, dengan kantung proksimal yang tersambung ke faring dan
![Page 2: Patofisiologi Atresia Esofagus](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102420/563dba18550346aa9aa2a174/html5/thumbnails/2.jpg)
kantung bagian bawah yang menuju ke lambung. Atresia sering terdapat pada
bifurksasi (dibagi menjadi dua cabang) trakea terdekat. Jarang hanya atresia
sendiri, tetapi biasanya sering dijumpai bersamaan dengan fistula yang
menyambungkan kantung bawah atau atas dengan bronkus atau trakea. Anomali
yang berhubungan meliputi congenital heart disease, neurologic disease,
genitourinary disease, dan other gastrointestinal malformations. Atresia terkadang
dihubungkan dengan arteri umbilikus tunggal.
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus. Gangguan
peristaltic esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian esophagus distal.
Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan
pada atresia esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk
melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari
sirkulasi amnion pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak
sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan
aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dengan gaster dapat
masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk dalam saluran
pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-
keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa
bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini bisa menyebabkan
![Page 3: Patofisiologi Atresia Esofagus](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102420/563dba18550346aa9aa2a174/html5/thumbnails/3.jpg)
disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan reflux
gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trakea
abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran
otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu
kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia
yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana
atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia
atau bahkan bisa menjadi apneu.