pasca stroke iskemik

11
PENUGASAN BLOK SISTEM SARAF PASCA STROKE ISKEMIK Nama : Luna Litami NIM : 10711146 Tutor : dr. Baiq rohaslia Kelompok : 2 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Upload: luna-litami

Post on 07-Aug-2015

75 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

laporan kasus pasca stroke iskemik

TRANSCRIPT

Page 1: pasca stroke iskemik

PENUGASAN BLOK SISTEM SARAF

PASCA STROKE ISKEMIK

Nama : Luna Litami

NIM : 10711146

Tutor : dr. Baiq rohaslia

Kelompok: 2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2012

Page 2: pasca stroke iskemik

A. Anamnesis

alloanamnesis

1) Identitsa

Nama : mbah rejo

Umur : 72 tahun

Alamat : jalan kaliurang Km 13

Pekerjaan : pengangguran

Status : menikah

2) Keluhan utama

Tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanan

3) RPS

Sejak 4 tahun yang lalu mbah rejo mengeluh sukar menggerakkan tangan dan kiki

kanannya. Awalnya pasien bangun tidur dan merasa kebas pada tangan dan kaki

kanan nya sehingga saat bangun pasien terjatuh hingga mengalami penurunan

kesadaran. Saat terjatuh pasien mengalami perot di wajah dan pelo saat berbicara,

namu saat ini tidak lagi. Pasien tidak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah atau pun

berputar-putar. Beberapa minggu yang lalu pasien terjatuh di kamar mandi dan

mengalami frakatur di daerah cruris 1/3 inferior dextra dan dislokasi di daerah genue

dextra. Pasien sudah pergi kedokter dan diberi obat lycavit, amlodipine 5 mg,

piroxicam 10 mg dan captopril 25 mg dan menyarankan pasien untuk foto rontgen.

Karena alasan finansial, keluarga hanya membawa pasien ke tempat pijit dan

membeli amoxicillin 500 mg sendri. Setelah itu tangan dan kaki kanan pasien masih

tetap belum bisa digerakkan.

4) Anamnesis sistem

Sistem cerebrospinal : demam (-), nyeri kepala (-), kejang (-)

Sistem kardiovaskular : berdebar-debar (-), sesak nafas (-)

Sistem digestive : mual (-), muntah (-)

Sistem urogenital : BAK normal

Sistem integumentum : kebas (+)

Page 3: pasca stroke iskemik

Sistem muskuloskeletal : tangan dan kaki kanan pasien tidak bisa digerakkan.

5) RPD

Sebelumnya pasien memang telah memiliki riwayat hipertensi yang tak terkontrol

hingga kemudian pasien terjatuh saat bangun tidur karena tiba-tiba merasakan

tangan dan kaki kanannya kebas hingga kesadaran pasien menurun. Kemudian

pasien dibawa ke RS untuk menjalani perawatan. Di sana dilakukan penanganan

dan di CT scan (hasil CT scan yang disimpan pasien sudah hilang) dan dokter

mendiagnosis pasien terkena stroke iskemik. Setelah pasien sadar mulai merasa

tangan dan kaki kanannya tidak bisa digerakkan sama sekali, wajahnya menjadi

perot serta lidahnya menjadi pelo. Saat pasien ditanyai keluarganya, jawaban pasien

sering tidak sesuai dengan pertanyaan. Dokter mendiagnosis pasien stroke iskemik.

Setelah mendapat perawatan dan rehabilitas, wajah pasien tidak lagi perot dan lidah

pasien tidak lagi pelo, serta untuk berkomunikasi pasien bisa menjawab dengan

benar. Namun untuk tangan dan kaki kanan pasien masih belum bisa digerakkan.

Berselang sekitar 4 bulanan pasien jatuh kembali dibawa ke RS dan dirawat.

Sebelum serangan stroke pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala. Untuk riwayat

diabetes mellitus, sakit jantung disangkal. Untuk profil lipid pasien tidak tahu.

6) RPK

Tidak ada riwayat stroke, jantung maupun DM di keluarga pasien. Namun ayah

pasien hipertensi.

7) Lingkungan dan kebiasaan

Semasa masih sehat pasien jarang olah raga dan suka makan-makanan berlemak.

Pasien tidak pernah merokok maupun minum alcohol.

B. Pemeriksaan Fisik

KU : compos mentis

Vital sign :

- Tekanan darah : 190/90 mmHg

- Suhu : 36,5o C

- Nadi : 72/menit

- Respi : 16/menit

Page 4: pasca stroke iskemik

kepala

wajah : tidak ada perot

leher : tidak ada bruits di arteri carotis

thorax : nafas vesikuler ke2 lapang paru

abdomen :

- abdomen sejajar dengan thorax

- peristaltik : 12x/menit

musculoskeletal : kaki dan tangan kanan tidak bisa digerakkan

GCS

- Eyes : 4

- Verbal : 5

- Motoric :6

reflex fisiologis :

- trisep kanan (-), kiri (-)

- bisep kanan (+), kiri (+)

- brachioradialis kanan (+), kiri (+)

- patella kanan (tidak dilakukan), kiri (+)

- archiles kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

reflex patologis :

- Hoffmann dan tromner kanan (+), kiri (-)

- Babinski kanan (-), kiri (-)

- Chaddock kanan (-), kiri (-)

- Oppenheim kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

- Gordon kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

- Schaefer kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

- Rossolimo-mendel bechterew kanan (-), kiri (-)

- Mendel bechterew kanan (-), kiri (-)

Nervus kranialis

1. Nervus olfaktorius : normal

2. Nervus optikus :

- Visus : normal

- Tes buta warna : tidak dilakukan

- Tes konfrontasi : tidak dilakuakan

Page 5: pasca stroke iskemik

3. Nervus okulomotorius, nervus troklearis nervus abdusen : tidak dilakukan

4. Nervus trigeminus

- Pemeriksaan motorik : tidak dilakukan

- Pemeriksaan sensorik : tidak dilakukan

- Reflex kornea : normal

5. Nervus facialis : normal

6. Nervus akustikus : normal

7. Nervus glosofaringeus dan nervus vagus : tidak dilakukan

8. Nervus asesorius spinalis : tidak dilakukan

9. Nervus hipoglosus : tidak dilakukan

Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas

1. Otot bahu : kanan (0), kiri (5)

2. Otot lengan : kanan (0), kiri (5)

3. Otot tangan : kanan (0), kiri (5)

4. Otot panggul : kanan (0), kiri (5)

5. Otot paha : kanan (0), kiri (5)

6. Otot kaki : kanan (0), kiri (5)

Pemeriksaan sensibilitas

1. Sensasi taktil:

- ekstremitas atas : kanan (tigmanestia), kiri (normal)

- ekstremitas bawah : kanan (tigmanestia), kiri (tigmanestia)

2. sensasi nyeri superficial :

- ekstremitas atas : kanan (hipalgesia), kiri (hipalgesia)

- ekstremitas bawah : kanan (hipalgesia), kiri (hipalgesia)

Pemeriksaan klonus

- pemeriksaan klonus kaki : kanan (tidak dilakukan) , kiri (-)

- pemeriksaan klonus paha : kanan (tidak dilakukan), kiri (-)

C. Rencana Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ini dipaparkan berdasarkan situasi dan kondisi dari pasien

dan keluarga, baik dari kondisi finansial dan kepentingan klinisnya.

Page 6: pasca stroke iskemik

- Profil lipid

LDL dan HDL

Setelah serangan stroke dapat terjadi disfungsi mekanisme vasoregulasi yang

diakibatkan oleh karena setelah serangan stroke iskemik didapatkan tingginya

kadar LDL darah, menurunnya FCR (Fractional Catabolic Rate) LDL, dan

meningkatnya FCR HDL. Katabolisme HDL mengalami peningkatan sehingga kadar

HDL relatif menjadi lebih rendah. Dengan disertai penurunan kecepatan

katabolisme LDL dan peningkatan kadar LDL darah karena terjadi turn over yang

negatif dari LDL, maka pada akhirnya akan semakin tinggi kadar LDL darah. LDL

ini sendiri bersifat aterogenik, maka akan mengakibatkan semakin terbentuknya

plak aterosklerosis atau paling tidak plak tersebut tidak akan berkurang,

dikarenakan efek dari penurunan kadar HDL dimana sebagai stabilisasi plak dan

proteksi terhadap oksidasi LDL dan juga mustahil dalam waktu yang singkat plak

aterosklerosis akan menghilang karena plak aterosklerosis yang sudah

terbentuk cenderung menjadi keras dan akan sulit mengalami regresi. Menetap atau

bertambahnya oklusi pada lumen arteri, progresivitas stenosis arteri, meluasnya

plak aterosklerosis, dan terbentuknya emboli plak baru karena menurunnya stabilitas

plak akan menyebabkan disfungsi mekanisme vasoregulasi yang pada akhirnya

akan berhubungan dengan peningkatan mortalitas setelah serangan stroke. Maka

dari itu disarankan pada pasien untuk melakukan pemeriksaan profil lipid sebagai

kontrol upaya pencegahan kembalinya serangan.

- Foto rontgen

Foto rontgen ini diperuntukan untuk melihat cedera yang terjadi dibagian kaki pasien.

Ini untuk melihat perkembangan dari tulang pasien pasca cedera mengingat kaki

yang cedera merupakan tempat yang mengalami kelumpuhan akibat stroke

sebelumnya dan usia pasien yang termasuk kategori lansia yang notabene

pertumbuhan tulangnya tidak seperti pada orang dewasa. Dikhawatirkan akan terjadi

komplikasi lebih lanjut pada cedera pasien.

Untuk pemeriksaan CT scan tidak perlu dilakukan karena pasien tidak dalam

serangan sedangkan hasil CT scan lebih tampak setelah 24 jam serangan stroke dan

untuk kepentingan klinisnya pada pasien saat ini juga kurang tepat ditambah lagi

keengganan dari keluarga untuk CT scan ulang karena sulitnya biaya.

Page 7: pasca stroke iskemik

D. Rencana Terapi

Tujuan terapi untuk saat ini dilakukan sebagai pemeliharaan terhadap kondisi pasien

serta mencegah agar serangan tidak kembali lagi.

- kontrol Hipertensi : pada pasien ini ada hipertensi, sehingga untuk menghindari

terjadinya serangan strok ulang maka hipertensinya di kontrol, sebab hipertensi

sendiri merupakan faktor resiko terjadinya stroke iskemik. pada stroke iskemik,

tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan penurunan maksimal 20% dari

tekanan arterial rata-rata (MAP) awal per hari. Pada pasien ini dapat diberikan

enalapril 5 mg satu kali sehari.

- Pemeberian citilcoline sebagai nutrisi otak dengan pemberian 1000 mg IV 1 kali/hari

selama 4 minggu berturut-turut, dilanjutkan 4 minggu lagi jika pasien menunjukkan

perbaikan klinis. Dari hasil penelitian metanalisis citilcolin dengan placebo

menunjukkan perbaikan perbaikan aktivitas pada citilcoline.

- Fisioterapi

- Observasi cedera kaki kanan (menunggu hasil foto rontgen). Jika memungkinkan

dilakukan pemasangan gips.

- Apabila pada pemeriksaan profil lipid nanti menunjukkan peningkatan, maka

diberikan simvastatin 10 mg sekali sehari oral.

E. Refleksi kasus

Alasan memilih kasus

Karena tempat tinggal pasien berada tidak jauh dari kosan saya dan kebetulan

pasien masih keluarga dekat dari pemilik kosan saya.

Tinjauan biososiopsikospiritual

Sebenarnya pasien adalah seorang nenek yang tinggal bersama anak keduanya.

Suami pasien sendiri sudah lama meninggal. Dari kondisi ekonomi keluarga pasien

bisa dikatakan kalangan menengah. Anak pasien bekerja berjualan makanan di

tenda angkringan. Sedangkan anak si pasien masih memiliki tanggungan 2 anaknya

lagi. Yang satu sudah menikah namun masih tinggal bersama dan satunya lagi

masih SMA. Walaupun demikian anak pasien masih mau menanggung biaya

perawatan pasien saat di RS maupun mengurus pasien ketika sudah pulang

kerumah, sedangkan pasien sendiri saat ini sulit bergerak dari tempat tidur. Keluarga

Page 8: pasca stroke iskemik

pasien juga bukan keluarga yang sangat religius namun selalu berusaha untuk

mendo’akan kesembuhan pasien dan ikhlas menghadapi ujian. Pasien sendiri

mengaku ikhlas atas kondisi yang di alaminya, dan semakin mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

Kesulitan yang dialami saat pemeriksaan pasien

1. Pasien tidak bisa berbahasa Indonesia, sedang saya sendiri tidak bisa

berbahasa jawa sehingga setiap kali ingin berbicara dengan pasien harus di

terjemahkan terlebih dahulu oleh keluarga pasien.

2. Pasien kurang kooperatif, seperti contoh ketika pemeriksaan reflex fisiologis

pasien diminta untuk merelakskan tangan kirinya namun pasien masih

menahannya.

3. Bagian kaki pasien yang cedera merupakan bagian yang lumpuh. Sehingga ketika di lakukan pemeriksaan khusus untuk memunculkan pertanda patologis sulit, seperti contoh untuk reflek patologis yang Oppenheim, Gordon, Schaefer yang sebelah kanan terpaksa tidak dilakukan karena takut membuat pasien kesakitan atau malah memperparah dari cederanya.