partisipasi masyarakat dalam program gerakan … · masyarakat dalam program gnrhl pada tahap...
TRANSCRIPT
PARTISIPASI MASYARAKA T DALAM PROGRAM G ERAKAN NASIONA L REHAB ILITASI HU TAN DAN LAHA N (G NRHL)
DI DESA GENENGDU WU R KECAMATAN GEMOLONG KAB UPATEN SRAG EN
Intan Herlina 1 Dr. Ir. Suwarto, Msi2, D. Padamningrum , SP, MSi 3
AB STR AK
Intan Herlina. H 0404046. ”PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKA N NASIONAL REHA BILITA SI HUTA N DAN LAHAN (GN RHL) DI DESA GENENG DUWU R KECAMATAN G EMOLONG KAB UPATEN SRAGEN”. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, MSi dan D. Padmaningrum, SP, MSi . Fakultas Pertanian Univers itas Sebelas Maret Surakarta.
P art isipasi masyarakat dalam program GNRHL merupakan usaha aktif masyarakat yang tercemin dari peri laku masyarak at ters ebut. P erilaku masyarakat akan dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam kelompok ataupun dari luar sehingga menyebabkan kelompok menjadi dinamis. Kekuatan tersebut akan memberikan pelu ang sebesar-b esarn ya kepada an ggot a kelompok tan i un tuk b erpartisipasi melaksanakan kegiatan demi tercapainya tuju an program GNRHL. Tujuan Gerakan Nasional Rehabili tasi Hutan dan Lahan (GNRH L) adalah untuk memulihkan , mempert ahankan dan meningkatkan fungsi-fungsi hu tan dan lahan secara terk oordinas i. Program GNRHL diharapkan memberi multi manfaat bagi masyarakat salah satunya adalah menyebarluaskan dan mengembangkan usaha Rehab ilitas i Hu tan dan Lahan kepada masyarakat lainnya melalui peningk atan peran serta masyarakat peserta program GNRHL.
P enel itian ini bertujuan untuk mengetahui fak tor penentu pengembangan part isipasi yai tu kesempatan, kemampuan dan kemauan dalam program GNRHL, mengetahui tingkat part isip asi masyarakat dalam program GNRHL, dan mengetahui hubu ngan an tara kesempatan , kemampuan dan kemauan masyarak at dengan tingkat part isipasi masyarakat dalam p rogram G NRHL di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolon g, Kabupaten Sragen.
Metode dasar penel itian ini menggun akan metode diskriptif dengan teknik survai . Lokasi penelit ian di Desa Genengduw ur Kecamatan Gemolo ng Kabupaten Sragen. Popul asi penel itian adalah anggot a kelompok tan i yan g mengikuti GNRHL. P enen tuan sampel menggu nakan metode simple random sampling sebanyak 40 responden . Untuk mengetahui hubung an antara kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program GNRHL digunakan uji Korel asi Rank Sperman (rs) dengan SP SS 15,0 for windows dan untuk menguj i tingkat sign ifikansi rs digunakan uji t dengan taraf kepercay aan 95%
Hasil penelit ian menunjukk an bahwa ada hubu ngan yang signifikan antara kesempatan (X1), kemampuan (X2) dan kemauan (X3) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program GNRHL pada tahap perencanaan (Y1), pelaksanaan (Y2), pemantauan dan evaluas i (Y 3), dan pemanfaatan hasil (Y4).
Kata kunci : Partisipasi, Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
1). Mahas iswa Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komuni kasi P ertan ian Fakultas
P ertan ian Univ ersitas Sebelas Maret Surakart a dengan NIM H 0404046. 2). Pembimbin g Utama dengan NIP 9 5611 19 19 830 3 1 002 3). Pembimbin g P endampin g dengan NIP 1972 0915 199 702 2 001
PARTICIPATION OF SOCIETY IN THE FOREST AND LAND NATION AL REHAB ILITATION PROG RAM (FLNRP)
IN G ENENG DUW UR, GEMOLONG, SR AG EN
Intan Herlina1 Dr. Ir. Suwarto, Msi2, D. Padamningrum, SP, MSi 3
AB STRA K
Intan Herlina . H 0404 046. “PARTICIPATION OF SOCIETY IN THE FOREST AND LA ND NATIONA L REHA BILITATION PROG RAM (FLNRP) IN GENENG DUWU R, G EMOLONG , SRAGEN.” Under the guidance of Dr. Ir. Suwanto, MSi and D Padmaningrum, SP, MSi . Agricul tural Facul ty Sebelas Maret
University. Society participation in FLNRP is an active effort which is reflected from the behav ior of the society. The behavior will be influenced by the power inside or outside the group that change the group becomes dynamic. This power will give big opportunity to the member of the farmer group to part icipate in doin g the activity to act ivate the purpose of FL NRP . The purpose of Forest and land National Rehab ili tat ion Pro gram (FLNRP ) is to recover, maintain, and improve forest and lan d’s funct ion coordinately. This program is expected to be ab le to give multi benefit for the society. One of it is spreading and developing the effort of Fores t and Land Rehabilitation to other societ ies through the increas ing o f ro le and society as the member o f FL NRP . The purpose of this res earch is to know the determining factors of the part icipat ion development that are o pportuni ty, ab ility, and will. Level of society part icipat ion, relation between opportunity, ability, and society will with level of society part icipat ion in FL NRP in Genengdu wur, Gemolon g, Sragen.
Basic methodo logy of this research is descriptive using survey technique. The locat ion o f the research is in Genengduwur, Gemolong, Srag en. The research population is the member o f farmer group whi ch follow FLNRP. 40 respon dents are chosen as the
samples that are determined usi ng simple random sampling . To know the relat ion between opportunity, ability, and society will with the level of society participation in FLNRP, Rank Sperman (rs) correl ation test using SP SS 15,0 for window s is used. To test signi ficance of rs, t test with 95% trust level is used. The result of the res earch shows that there is signi fican t relat ion betw een oppo rtunity (X1), ability (X2), and will (X3) toward the level of society participation in FLNRP in planning stage (Y1), implementing (Y2), controlling and evaluating (Y3), and result using (Y4).
Key words : Participation, The Forest And Land National Rehabilitation P rogram (FLNRP )
1). Mahas iswa Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komuni kasi P ertan ian Fakultas P ertan ian Univ ersitas Sebelas Maret Surakart a dengan NIM H 0404046.
2). Pembimbin g Utama dengan NIP 9 5611 19 19 830 3 1 002
3). Pembimbin g P endampin g dengan NIP 1972 0915 199 702 2 001
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRO GRAM GERAKAN
NASIO NAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL)
DI DESA GENENGDUWUR KEC AMATAN GEMO LONG
KABUPATEN SRAGEN
Oleh :
INTAN HERLINA
H 0404046
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRO GRAM GERAKAN
NASIO NAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL)
DI DESA GENENGDUWUR KEC AMATAN GEMO LONG
KABUPATEN SRAGEN
Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebalas Maret
Jurusan/Program Studi penyuluhan dan Kom unikasi Pertanian
Oleh :
INTAN HERLINA
H 0404046
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN
NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL)
DI DESA GENENGDUWUR KECAMATAN GEMOLONG
KABUPATEN SRAGEN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Intan Herlina
H 0404046
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal: 9 Februari 2010
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Dr. Ir. Suwarto, MSi D. Padmaningrum, SP, MSi Dr. Ir. Kusnandar, MSi NIP. 9561119 198303 1 002 NIP.19720915 199702 2 001 NIP. 19670703 199203 1 004
Surakarta, Februari 2010
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP.19551217 198203 1 003
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat , Hidayah dan Nikmat kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat
melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN
NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL) DI DESA
GENENGDUWUR KECAMATAN GEMOLONGKABUPATEN SRAGEN”.
Skripsi ini diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Sebelas Maret Surakarta.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh
bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Bapak Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku Pembimbing Utama Skripsi yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, masukan dan penjelasan.
3. Ibu D. Padmaningrum, SP, MSi selaku Pembimbing Akademis sekaligus
Pembimbing Pendamping yang telah membimbing serta memberikan arahan,
masukan dan penjelasan.
4. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku dosen dosen pembahas yang telah
memberikan masukan dan penjelasan.
5. Bapak Agus Purwanto selaku pimpinan proyek GNRHL di Kabupaten Sragen
dan Bapak Mulyanto selaku petugas tehnis GNRHL di Kecamatan Gemolong,
yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
6. Bapak Suyadman dan Bapak Suyamto selaku ketua kelompok tani serta
masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani program GNRHL selaku
responden dalam penelitian ini, yang telah membantu kelancaran pelaksanaan
penelitian.
7. Bapak dan Ibuku terima kasih atas dukungan, doa dan segalanya yang terus
mengalir.
8. Dito Agus Setiawan terima kasih atas perhatian, dukungan, semangat dan doa
yang telah diberikan padaku.
9. Sahabatku Linda dan Sari terima kasih atas bantuan, dukungan dan
kebersamaan yang telah diberikan padaku.
10. Teman-teman PKP angkatan 2004, adik-adik PKP angkatan 2005 dan 2006
atas dukungan semangat yang telah diberikan.
11. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu
penulis dalam menyusun skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang. Ridho Allah SWT yang
penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
RINGKASAN ................................................................................................. xi
SUMMARY.................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 4
II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 22
C. Hipotesis ............................................................................................ 24
D. Pembatasan Masalah ......................................................................... 25
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................. 25
III. METODE PENELITIAN......................................................................... 28
A. Metode Dasar Penelitian ................................................................... 28
B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ................................................ 28
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel........................................... 29
D. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 30
E. Metode Pengumpulan Data............................................................... 30
F. Metode Analisis Data........................................................................ 30
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN...................................... 32
A. Keadaan Alam. .................................................................................. 32
B. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan............................................... 32
C. Keadaan Penduduk ............................................................................. 33
D. Keadaan Pertanian ............................................................................. 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 39
A. Identitas Responden............................................................................ 39
B. Faktot-Faktor Penentu Pengembangan partisipasi ............................. 40
C. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) ........................................... 44
D. Hubungan Faktot-Faktor Penentu Pengembangan partisipasi
Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam GNRHL................... 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 69
A. Kesimpulan......................................................................................... 69
B. Saran................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 71
LAMPIRAN ................................................................................................... 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Luas lahan kritis Kecamatan Gemlong ........................................... 28
Tabel 2. Nama dusun dan kelompok tani beserta jumlah petani .................. 29
Tabel 3. Luas tanah Desa Genengduwur menurut penggunaan tanah ........... 33
Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Genengduwur berdasarkan umur ............... 33
Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Genengduwur menurut jenis kelamin........ 34
Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Genengduwur menurut mata pencaharian . 36
Tabel 7. Jumlah penduduk Desa Genengduwur menurut pendidikan ............ 37
Tabel 8. Keadaan tanaman pangan di Desa Genengduwur ............................. 37
Tabel 9. Distribusi responden menurut umur, pendidikan dan pekerjaan...... 39
Tabel 10. Kesempatan responden dalam kegiatan program GNRHL .............. 40
Tabel 11. Kemampuan responden dalam kegiatan program GNRHL .............. 42
Tabel 12. Kemauan responden dalam kegiatan program GNRHL ................... 43
Tabel 13. Tingkat partisipasi responden pada tahap perencanaan dalam
kegiatan program GNRHL ................................................................ 45
Tabel 14. Tingkat partisipasi responden pada tahap pelaksanaan dalam
kegiatan program GNRHL ................................................................ 50
Tabel 15. Tingkat partisipasi responden pada tahap pemantauan dan
evaluasi dalam kegiatan program GNRHL ....................................... 55
Tabel 16. Tingkat part isipasi responden pada tahap pemanfaatan hasil dalam
kegiatan program GNRHL ................................................................ 58
Tabel 17. Hubungan antara faktor-faktor penentu tingkat part isipasi dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap perencanaan dalam
program GNRHL ..............................................................................
60
Tabel 18. Hubungan antara faktor-faktor penentu tingkat part isipasi dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam
program GNRHL ..............................................................................
62
Tabel 19. Hubungan antara faktor-faktor penentu tingkat part isipasi dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap pemantauandan evaluasi
dalam program GNRHL.................................................................... 64
Tabel 20. Hubungan antara faktor-faktor penentu tingkat part isipasi dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil
dalam program GNRHL.................................................................... 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir Part isipasi Masyarakat dalam Program
GNRHL......................................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data identitas responden ........................................................... 74
Lampiran 2. Data tabulasi faktor-faktor penentu pengembangan
part isipasi ................................................................................. 75
Lampiran 3. Data tabulasi tingkat partisipasi masyarakat program NRHL . 76
Lampiran 4. Jumlah keseluruhan data tabulasi faktor-faktor penentu
pengembangan partisipasi dengan data tabulasi tingkat
part isipasi masyarakat program GNRHL .................................. 78
Lampiran 5. Jumlah total keseluruhan ........................................................... 79
Lampiran 6. Hasil analisis Rank Sperman .................................................... 80
Lampiran 7. Pengukuran variabel .................................................................. 81
Lampiran 8. Kuisioner ................................................................................... 86
Lampiran 9. Surat izin penelitian .................................................................. 100
Lampiran 10. Peta Desa Genengduwur ............................................................ 103
Lampiran 11. Foto tanaman jati...................................................................... 105
RINGKASAN
Intan Herlina. H 0404046. ”PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL) DI DESA GENENGDUW UR KECAMATAN GEMO LO NG KABUPATEN SRAGEN”. Dibawah bim bingan Dr. Ir. Suwarto, MSi dan D. Padmaningrum, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Partisipasi masyarakat dalam program GNRHL merupakan usaha aktif masyarakat yang tercemin dari perilaku masyarakat tersebut. Perilaku masyarakat akan dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam kelompok ataupun dari luar sehingga menyebabkan kelompok menjadi dinamis. Kekuatan tersebut akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anggota kelompok tani untuk berpartisipasi melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan program GNRHL. Tujuan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) adalah untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi-fungsi hutan dan lahan secara terkoordinasi. Program GNRHL diharapkan memberi multi manfaat bagi masyarakat salah satunya adalah menyebarluaskan dan mengembangkan usaha Rehabilitasi Hutan dan Lahan kepada masyarakat lainnya melalui peningkatan peran serta masyarakat peserta program GNRHL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penentu pengembangan part isipasi yaitu kesempatan, kemampuan dan kemauan dalam program GNRHL, mengetahui tingkat part isipasi masyarakat dalam program GNRHL, dan mengetahui hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat dengan tingkat part isipasi masyarakat dalam program GNRHL di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
Metode dasar penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan teknik survai. Lokasi penelitian di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Populasi penelitian adalah anggota kelompok tani yang mengikuti GNRHL. Penentuan sampel menggunakan metode simple random sampling sebanyak 40 responden. Untuk mengetahui hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat dengan tingkat part isipasi masyarakat dalam program GNRHL digunakan uji Korelasi Rank Sperman (rs) dengan SPSS 15,0 for windows dan untuk menguji tingkat signifikansi rs digunakan uji t dengan taraf kepercayaan 95%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesempatan (X1), kemampuan (X2) dan kemauan (X3) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program GNRHL pada tahap perencanaan (Y1), pelaksanaan (Y2), pemantauan dan evaluasi (Y3), dan pemanfaatan hasil (Y4).
SUMMARY
Intan Herlina. H 0404046. “PARTICIPATION OF SO CIETY IN THE FOREST AND LAND NATIONAL REHABILITATION PRO GRAM (FLNRP) IN GENENGDUWUR, GEMOLONG, SRAGEN.” Under the guidance of Dr. Ir. Suwanto, MSi and D Padmaningrum, SP, MSi. Agricultural Faculty Sebelas Maret University. Society part icipation in FLNRP is an active effort which is reflected from the behavior of the society. The behavior will be influenced by the power inside or outside the group that change the group becomes dynamic. This power will give big opportunity to the member of the farmer group to part icipate in doing the activity to activate the purpose of FLNRP. The purpose of Forest and land National Rehabilitation Program (FLNRP) is to recover, maintain, and improve forest and land’s funct ion coordinately. This program is expected to be able to give multi benefit for the society. One of it is spreading and developing the effort of Forest and Land Rehabilitation to other societies through the increasing of role and society as the mem ber of FLNRP. The purpose of this research is to know the determining factors of the part icipation development that are opportunity, ability, and will. Level of society part icipation, relation between opportunity, ability, and society will with level of society part icipation in FLNRP in Genengduwur, Gemolong, Sragen. Basic methodology of this research is descriptive using survey technique. The location of the research is in Genengduwur, Gemolong, Sragen. The research population is the member of farmer group which follow FLNRP. 40 respondents are chosen as the samples that are determined using simple random sampling. To know the relation between opportunity, ability, and society will with the level of society part icipation in FLNRP, Rank Sperman (rs) correlation test using SPSS 15,0 for windows is used. To test significance of rs, t test with 95% trust level is used. The result of the research shows that there is significant relation between opportunity (X1), ability (X2), and will (X3) toward the level of society part icipation in FLNRP in planning stage (Y1), implementing (Y2), controlling and evaluating (Y3), and result using (Y4).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian lahan pertanian di Indonesia telah menjadi lahan kritis akibat
tingginya tingkat erosi, sehingga menjadikan lapisan tanah menjadi tipis dan
kandungan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman semakin menurun. Hal
ini akan mengakibatkan permasalahan sistem produksi lahan menjadi tidak
lestari dan lahan menjadi tandus. Masalah-masalah itu tentunya mendapat
perhatian dari pemerintah. Namun untuk keluar dari masalah tersebut tidak
bisa dikerjakan oleh satu pihak saja, tetapi setidaknya diperlukan suatu
kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat setempat .
Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah salah satu solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah lahan kritis. Walaupun upaya mengatasi lahan kritis sulit
dapat diperoleh dalam waktu yang cepat untuk dapat mengembalikan keadaan
seperti semula, namun hal yang diperoleh adalah suatu lahan dengan
produkt ifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang berada disekitarnya. Upaya untuk mengatasi adanya lahan
kritis dan meluasnya lahan kritis, pemerintah telah melakukan usaha-usaha
konservasi lahan dan penghijauan melalui program Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Di latar belakangi kondisi kawasan
luas lahan kritis Desa Genengduwur yang memiliki luas wilayah 246,7 hektar
di antaranya bertopografi kesemuanya miring, bergelombang, dan berbukit
sehingga luas lahan kritisnya lebih dari 25% luas wilayah desa maka
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sragen mencanangkan Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Melalui GNRHL
diharapkan dapat mengurangi tingginya tingkat erosi, semakin meluasnya
lahan kritis, kebakaran hutan, dan tanah longsor. Mulai tahun 2004 di Desa
Genengduwur Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen di laksanakan
program GNRHL dengan luas 50 hektar dan sasarannya pada lahan kritis,
yang didukung dengan bantuan dari pemerintah berupa bibit jati, biaya
pembuatan lubang tanam, biaya penanaman, pupuk dan pemeliharaan kepada
masyarakat lewat kelompok tani. Tahun berikutnya sampai tahun 2007 juga
masih dilaksanakan dan masih ada bantuan dari pemerintah untuk program
GNRHL tersebut.
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
dilaksanakan pada lahan milik negara dan milik rakyat, sedangkan di Desa
Genengduwur Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan dilaksanakan
pada lahan milik rakyat yang berupa tanah tegal dan pekarangan. Keberhasilan
program GNRHL merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat pemilik lahan. Pemerintah memberikan bantuan-bantuan, sarana,
bimbingan teknis dan pengawasan, sedangkan masyarakat sebagai pelaksana
program atau yang melakukan usaha perbaikan lahan t ersebut.
Oleh karena itu keberhasilan program GNRHL di Desa Genengduwur
pada dasarnya merupakan kegiatan bersama yang memerlukan keterlibatan
aktif semua pihak terkait (pemerintah dan masyarakat pemilik lahan). Art inya
bahwa salah satu yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya keberhasilan
program tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang terlibat dalam program
GNRHL. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian tentang partisipasi
masyarakat dalam program GNRHL di Desa Genengduwur Kecamatan
Gemolong Kabupaten Sragen tersebut.
B. Perumusan Masalah
Semakin berkurangnya produktifitas lahan, tingginya tingkat erosi,
semakin meluasya lahan kritis, terjadinya sejumlah becana ditanah air sepert i
kekeringan dan tanah longsor merupakan realita yang melatarbelakangi perlu
diadakannya upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui program GNRHL.
Program GNRHL diharapkan memberi multi manfaat bagi masyarakat
salah satunya adalah menyebarluaskan dan mengembangkan usaha
Rehabilitasi Hutan dan Lahan kepada masyarakat lainnya melalui
peningkatan peran serta masyarakat peserta program GNRHL. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, sangatlah ditentukan oleh adanya partisipsi dari
masyarakat dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani.
Partisipasi masyarakat dalam program GNRHL merupakan usaha aktif
masyarakat yang tercemin dari perilaku masyarakat tersebut. Perilaku
masyarakat akan dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam kelompok ataupun dari
luar sehingga menyebabkan kelompok menjadi dinamis. Kekuatan tersebut
akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anggota kelompok tani
untuk berpartisipasi melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan program
GNRHL. Oleh karena itu part isipasi masyarakat tersebut perlu diketahui lebih
lanjut untuk mengkaji keterkaitannya dengan kesempatan, kemauan dan
kemamuan yang merupakan syarat-syarat yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat.
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat dalam
program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa
Genengduwur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen ?
2. Bagaimana tingkat part isipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Genengduwur, Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen ?
3. Bagaimana hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan
masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Genengduwur Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat
dalam program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa
Genengduwur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
2. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Genengduwur, Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan
masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Genengduwur, Kecamatan
Gemolong, Kabupaten Sragen.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret.
2. Bagi pemerintah atau instansi, dari hasil penelitian ini dapat diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
khususnya dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan pembangunan secara
keseluruhan.
3. Bagi pihak lain yang memerlukan hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pembanding pada permasalahan yang sama.
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Kehutanan
Pembangunan kehutanan merupakan bagian dari pembangunan
nasional dengan tujuan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kepent ingan pengelolaan sumber daya alam yang berupa hutan. Hasil
hutan, baik untuk dinikmat i maupun untuk diusahakan, mengandung
banyak manfaat bagi kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk
lainnya. Hutan lebat dengan berbagai hasil merupakan tumpuan hidup
masyarakat di sekelilingnya. Namun potensi alam ini juga menarik minat
pengusaha untuk menggali kekayaan yang ada padanya. Karena itu, hutan
secara perlahan namun pasti, menyusut keberadaanya, apabila pepohonan
telah ditebang, kawasannya dirambah dan tidak cepat dilakukan
penanaman kembali (Pamulardi, 1999).
Hutan memegang peranan yang sangat penting sebagai tata guna
yang produktif dan berkelanjutan secara lokal maupun global. Efek rumah
kaca, kenaikan air laut, dan degradasi tanah serta air disebabkan oleh
terjadinya penebangan hutan yang tidak memperhitungkan kelestariannya.
Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi
secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan
manusia akan sumber daya alam. Erosi merupakan proses dimana tanah
bahan moneral dilepaskan dan diangkut oleh air .
Salah satu pengert ian penghutanan adalah reboisasi, yaitu
penghutanan kembali daerah kawasan hutan yang telah dibuka, sedangkan
penghijauan adalah penghutanan lahan-lahan milik penduduk yang belum
pernah menjadi hutan (Arief, 2001).
Pelaksanaan reboisasi dan penghijauan tersebut dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kemampuan tanaman yang akan
dimanfaatkan. Tanaman harus berkemampuan untuk memulihkan
kesuburan tanah dan mampu tumbuh pada tanah-tanah yang kurang subur
dan memberikan pendapatan petani (Arief, 1994).
Mardikanto (2002) mengatakan bahwa tahap yang sering dilupakan
dalam pelaksanaan program-program pemerintah adalah partisipasi
masyarakat dalam pemeliharaan proyek-proyek pembangunan
kemasyarakatan sehingga perlu adanya kegiatan pemeliharaan hasil-hasil
program pembangunan agar manfaatnya dapat terus dinikmati oleh semua
pihak. Hal ini senada dengan dengan apa yang dikatakan Smith (1996)
bahwa hal yang paling utama untuk program kehutanan secara umum
adalah pemeliharaan hutan.
Menurut Salim (2002) definisi hutan yang tercantum dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Nom or 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok
Kehutanan adalah “suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon (yang
ditumbuhi pepohonan) yang secara keseluruhan merupakan persekutuan
hidup hayati beserta lingkungannya, dan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah sebagai hutan”.
Salim (2002) menambahkan bahwa Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1967 menjelaskan jenis hutan menurut pemiliknya, yaitu :
a. Hutan Negara yang merupakan kawasan hutan dan hutan alam yang
tumbuh diatas tanah yang bukan hak milik. Selain pengertian itu, yang
juga merupakan hutan Negara, adalah hutan alam atau hutan tanam di
atas tanah yang diberikan kepada Daerah Tingkat II, dan diberikan
dengan hak pakai atau hak pengelolaan.
b. Hutan Milik, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah hak milik. Hutan
jenis ini disebut hutan rakyat. Yang dapat memiliki dan menguasai
hutan milik, adalah orang (baik perorangan maupun bersama-sama
dengan orang lain), dan atau badan hukum.
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 memberi arahan
dalam pengelolaan Hutan, yaitu: “ hutan sebagai salah satu penentu
ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan
lingkungan untuk menjaga dan memelihara fungsi tanah, air, udara, iklim
dan lingkungan hidup serta member manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat” (Marpaung, 1995).
2. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
Penetapan lahan kritis mengacu pada definisi lahan kritis yang
ditetapkan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga
kehilangan atau berkurangnya fungsinya sampai pada batas yang
ditentukan atau diharapkan. Sasaran lahan kritis adalah lahan-lahan dengan
fungsi lahan yang ada kaitannya dengan kegiatan reboisasi dan
penghijauan, yaitu fungsi kawasan hutan lindung, fungsi kawasan lindung
di luar kawasan hutan dan fungsi kawasan budidaya untuk usaha pertanian
(Departemen Kehutanan, 2003).
Salah satu cara untuk menangani lahan kritis adalah dengan upaya
rehabilitasi lahan. Menurut Suripin (2004), upaya upaya rehabilitasi lahan
dapat dilakukan dengan cara agronomis (vegetatif), mekanis dan kimiawi.
Cara agronomis dilakukan dengan penggunaan tanaman dan sisa tanaman
dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan
cara mengurangi daya rusak hutan dan daya rusak aliran permukaan.
Konservasi secara mekanis antara lain pembuatan teras, aliran air, dan
pengendalian, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan upaya
memperbaiki kemantapan struktur tanah melalui pemberian preparat kimia
yang secara umum disebut pemantap tanah.
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya
untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan
lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sisitem penyangga kehidupan tetap terjaga (Departemen
Kehutanan, 2004).
a. Dasar Penyelenggaraan GNRHL
Pedoman yang dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) tahun 2004 yaitu :
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosisitemnya
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup
4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah
5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
7) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonomi
8) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tantang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana pengelolaan Hutan
9) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana
Reboisasi
10) Keputusan Presiden RI Nomer 102 Tahun 2001 tentang
Kedudukan Tugas dan Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen
11) Keputusan Presiden RI Nomor 228/M tahun 2001 tentang
Pembentukan Kabinet Gotong royong
12) Keputusan Bersama Menteri Koordiner Bidang Kesehatan Rakyat,
Menteri Koordiner Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator
Bidang Politik dan Keamanan Nomer
09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003, Nomor KEP.16/M.EKON/03,
Nomor KEP.08/MENKO/POLKAM/III/2003 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan Melalui
Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional
(Departemen Kehutanan, 2004).
b. Tujuan
Tujuan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
adalah untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi-
fungsi hutan dan lahan secara terkoordinasi.
c. Kegiatan
Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
di Kabupaten Sragen tahun 2004 meliputi :
1) Kegiatan administrasi
2) Pembuatan tanaman hutan rakyat
3) Pemeliharaan tanaman
4) Pengawasan dan Pengendalian GNRHL
d. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan GNRHL tahun 2004 di
Kabupaten Sragen adalah :
1) Terlaksananya kegiatan administrasi program yang tertib sesuai
dengan aturan yang berlaku serta terwujudnya koordinasi yang
harmonis dari berbagai pihak
2) Tersusunnya rancangan hutan rakyat di 20 kecamatan seluas 4.180
hektar
3) Terlaksananya pembuatan atau penanaman hutan rakyat seluas
4.180 hektar
4) Terindentifikasi dan terinventarisasinya kelompok tani pelaksana
GNRHL 2004
(Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2004).
e. Rancangan Kegiatan Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang
dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas
minimum 0,25 Ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan
tanaman lainnya lebih dari 50 %. Tujuan pembuatan tanaman hutan
rakyat adalah terwujudnya tanaman hutan rakyat sebagai upaya
rehabilitasi, untuk meningkatkan produktifitas lahan dengan berbagai
hasil tanaman hutan rakyat berupa kayu-kayuan dan non kayu,
memberikan peluang kesempatan kerja dan kesempatan masyarakat,
serta meningkatkan kualitas lingkungan melalui percepatan rehabilitasi
lahan dan konservasi tanah. Sasaran lokasi pembuatan tanaman hutan
rakyat adalah lahan milik rakyat, tanah adat atau lahan di luar kawasan
hutan yang memiliki potensi untuk pengembangan hutan rakyat, dapat
berupa lahan tegalan dan lahan pekarangan yang luasnya memenuhi
syarat sebagai hutan rakyat dalam wilayah DAS Prioritas. Kegiatan
pembuatan tanaman hutan rakyat ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan penanaman, pemeliharaan tanamn serta pembinaan dan
pengendalian (Departemen Kehutanan, 2004).
Adapun prosedur pelaksanaan rancangan kegiatan hutan rakyat
ini adalah sebagai berikut :
1) Pemilihan Lokasi
Dalam menentukan lokasi pembuatan tanaman hutan rakyat,
mempertimbangkan sebagai berikut :
a) Tanah milik rakyat menurut kemampuannya kurang cocok
untuk pertanian tanaman pangan, tetapi baik untuk hutan
rakyat.
b) Tanah milik rakyat yang menurut pertimbangan ekonom is lebih
menguntungkan daripada untuk kegiatan lainnya.
c) Tanah milik rakyat yang terlantar ynag berada di bagian hulu
sungai.
d) Tanah milik rakyat yang menurut pert imbangan khusus perlu
dihutankan untuk perlindungan mata air.
e) Tanah desa, tanah marga/adat, tanah negara bebas serta tanah
lainnya yang bukan kawasan hutan yang terlantar.
f) Tanah milik rakyat/tanah desa/tanah lainnya yang sudah ada
tanaman kayu kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan
tanaman.
g) Lahan tegal dan lahan pekarangan yang luasnya memenuhi
syarat sebagai hutan rakyat.
2) Rancangan teknis pembuatan tanaman hutan rakyat disusun
berdasarkan kajian :
a) Aspek biofisik, yaitu memperhatikan kesiapan lahan, curah
hujan, tipe iklim, ketinggian dan topografi, vegetasi.
b) Aspek Sosial Ekonomi, meliputi :
(1) Menurut daerah yang tingkat pendapatan masyarakatnya
masih relatif rendah.
(2) Merupakan daerah yang tingkat pengetahuan dan
ketranpilan masyarakat masih relatif rendah.
(3) Merupakan suatu daerah yang masyarakatnya sudah
mengenal hutan rakyat dan manfaatnya serta mempunyai
keinginan untuk mengembangkan hutan rakyat.
(4) Terdapat akses pasar cukup baik.
3) Pola tanam dilahan terbuka (lahan pengembangan hutan rakyat)
a) Pola tanam di lahan t erbuka dapat berupa :
(1) Baris dan larikan tanaman lurus
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan
landai/datar tanah peka erosi. Larikan tanaman dibuat lurus
dengan jarak tanam teratur dan jumlah tanaman minimal
400 batang/Ha.
(2) Pola tanam jalur
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan lelerengan datar
sampai dengan landai tidak peka terhadap erosi. Larikan
tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur. Sisitem
penanaman tumpangsari, jarak tanaman antar jalur perlu
lebih longgar dengan jumlah tanaman maksimal 400
batang/Ha.
(3) Pola tanam countur
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan agak
curam sampai dengan curam. Sistem penanaman
cemplongan dengan jumlah tanaman minimal 400
batang/Ha.
b) Pola tanam di lahan t egalan dan pekarangan dapat berupa :
(1) Penanaman pada batas pemilikan lahan
Pada umumnya tegalan dan pekarangan sudah terdapat
tanaman kayu-kayuan/Multi Purpose Trees Spesies
(MPTS), maka tanaman baru sebagai tanaman pembatas
maksimal 200 batang/Ha.
(2) Penanaman pengkayaan
Pada lahan tegalan dan pekarangan sudah terdapat tanaman
kayu-kayuan/MPTS yang tersebar di seluruh hamparan
lahan, maka tanaman baru sebagai tanaman pengkayaan
maksimal 200 batang/Ha.
4) Perancangan Kelembagaan
Petani/masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan hutan rakyat,
diprakondisikan terlebih dahulu melalui sosialisasi/penyuluhan
untuk menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok tani yang
meliputi kelembagaan kelompok dan kelembagaan usaha.
5) Penentuan Luas Areal
Areal hutan rakyat untuk setiap satu unit rancangan minimal
mencakup lahan satu kelompok tani hutan rakyat dengan luas areal
minimal 25 Ha.
6) Partisipasi Masyarakat
Dalam pemilihan lokasi, pemilihan jenis tanaman, perumusan jenis
kegiatan hutan rakyat harus dilakukan secara part isipasif dengan
masyarakat desa/keseluruhan setempat calon peserta hutan rakyat.
7) Pembuatan Peta Rancangan
Peta situasi hutan rakyat dibuat dengan skala 1:100.000 dan untuk
peta rancangan skala 1:5.000. Pada peta rancangan harus
dilengkapi dengan batas luar berbentuk poligon tertutup, nama
patani pemilik serta batas kepemilikan lahan masing-masing
peserta.
8) Penyusunan Naskah Buku Rancangan
Hasil pengolahan data dan pembuatan peta, kemudian
dirumuskan dan diuaraikan dalam buku naskah rancangan.
(Departemen Kehutanan, 2004).
3. Partisipasi
Menurut Mardikanto (1987), partisipasi petani didefinisikan
sebagai ekspresi yang berwujud perilaku petani dalam menampilkan
dirinya pada kegiatan atau segala sesuatu yang berkaitan denagn
kepentingannya. Sebagai perilaku tentunya part isipasi itu timbul karena
adanya persepsi terhadap kegiatan tersebut, tertanam pada setiap petani
melalui proses sosialisasi dalam interaksi sosial yang terjadi dalam
masyarakat tersebut.
Partisipasi itu merupakan keterlibatan nyata orang-orang dalam
proses pengambilan keputusan mengenai apa yang akan dilakukan dan
bagaimana cara melakukannya. Juga dapat diartikan sebagai keterlibatan
mereka dalam menjalankan program dan keputusan. Demikian maka dapat
juga dimasudkan sebagai keterlibatan mereka dalam menikmati hasil
(Syamsi, 1986).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara sederhana
adalah keikutsertaan masyarakat dalam bentuk pernyataan maupun
kegiatan. Keikutsertaan tersebut sebagai akibat terjadinya interaksi sosial
antara individual atau kelom pok masyarakat lain dalam pembangunan
(Wardojo, 1992).
Menurut Davis (1975) partisipasi dapat didefinisikan sebagai
keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan.
Partisipasi dapat dianggap sebagai tolak ukur dalam menilai
apakah proyek yang bersangkutan merupakan proyek pembangunan desa
atau bukan. Jika masyarakat desa yang bersangkutan tidak berkesempatan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek didesanya, proyek
tersebut pada hakikatnya bukanlah proyek pembangunan desa
(Ndraha, 1990).
Webster dalam Mardikanto (1988) mengartikan partisipasi sebagai
tindakan untuk mengambil bagian yaitu kegiatan atau pernyataan untuk
mengambil bagian dari suatu kegiatan dengan maksud untuk memperoleh
manfaat, sedangkan menurut Theodorson dalam Mardikanto (1988)
part isipasi merupakan keikutsertaan seseorang didalam kelom pok sosial
untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan
atau profesinya sendiri.
Menurut Dusseldorp (1981) proses partisipasi merupakan suatu
bentuk interaksi dan komunikasi masyarakat melalui upaya berbagai
kekuasaan dan tanggungjawab. Dengan demikian, jika semakin banyak
orang yang terlibat dan semakin banyak waktu yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan, maka proses partisipasi tersebut semakin
intensif, selanjutnya keberhasilan pembangunan akan meningkat .
Partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting karena
tiga alasan utama. Pertama, part isipasi masyarakat merupakan suatu alat
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap
masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui
seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap
proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri (Conyers, 1982).
Kajian strategi pemberdayaan masyarakat baik ekonomi, sosial,
budaya maupun politik menjadi pent ing sebagai input untuk reformulasi
pembangunan yang berpusat pada rakyat yang memberikan peluang bagi
masyarakat untuk membangun secara part isipatif. Dalam pembangunan
part isipatif , pemberdayaan merupakan salah satu strategi yang dianggap
tepat jika faktor-faktor determinan dikondisikan sedemikian rupa agar
esensi pemberdayaan tidak m enjadi terdistorsi (ESCAP, 1999)
Yadav dalam Mardikanto (1988) mengemukakan tentang adanya
empat jenis kegiatan yang menunjukan part isipasi masyarakat dalam
kegiatan pembangunan, yaitu :
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk
pemanfaatan sumberdaya lokal dan alokasi anggarannya) selalu
ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih
mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompokkecil elit yang
berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan
masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang
memungkinkan masyarakat banyak berpart isipasi langsung di dalam
proses pengambilan keputusan tentang program-program
pembamgunan di wilayah lokal (setempat).
b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diart ikan
sebagai part isipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin)
untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan
pembangunan. Di lain pihak, orang-orang kaya yang dalam hal lebih
banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak dituntut
sumbangannya secara proporsional. Karena itu, part isipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan
sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan uang tunai yang
sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing
warga masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, yang sering
dilupakan dalam pelaksanaan pembangunan adalah partisipasi
masyarakat dalam pemeliharaan proyek-proyek pembangunan
kemasyarakatan yang telah berhasil diselesaikan. Oleh sebab itu perlu
adanya kegiatan khusus untuk mengorganisir warga masyarakat guna
memelihara hasil-hasil pembangunan agar manfaatnya dapat terus
dinikmati (tanpa penurunan kualitasnya) dalam jangka panjang.
c. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembanguan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembanguan
sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai sepert i
yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan
balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam
pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini,
part isipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan
sangat diperlukan.
d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur
terpent ing yang sering dilupakan. Sebab, tujuan pembangunan adalah
untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga
pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping
itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan
kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap
program pembangunan yang akan datang. Sayangnya, partisipasi
dalam pemanfaatan hasil pembangunan sering kurang mendapat
perhatian pemerintah dan administrasi pembangunan pada umumnya,
yang seringkali menganggap bahwa dengan selesainya pelaksanaan
pembangunan itu otomatis manfaatnya akan pasti dapat dirasakan oleh
masyarakat sasarannya.
Menurut Slamet (1985) untuk tumbuhnya partisipasi itu sendiri
sebagai kegiatan nyata, diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
(1) Kesempatan untuk berpart isipasi
Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang
memperoleh part isipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan
yang diberikan kepada masyarakat untuk berpart isipasi. Di lain pihak,
juga sering dirasakan tentang kurangnya ”informasi” yang
disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk
apa mereka dapat atau dituntut untuk berpart isipasi.
Beberapa kesempatan yang dimaksud di sini adalah :
a. Kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat
dalam pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan sejak
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan
dan pemanfaatan hasil pembangunan sejak di tingkat pusat sampai
di jajaran yang paling bawah.
b. Kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan.
c. Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam
dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.
d. Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang
tepat (termasuk peralatan perlengkapan penunjangnya.
e. Kesempatan ikut berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan
menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang
harus dilaksanakan.
f. Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu
menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan, serta
memelihara partisipasi masyarakat .
(2) Kemampuan untuk berpart isipasi
Perlu disadari bahwa, adanya kesempatan-kesempatan yang disediakan
atau dibutuhkan untuk menggerakkan part isipasi masyarakat akan
tidak banyak berart i, jika masyarakatnya tidak memiliki kemampuan
untuk berpartisipasi. Yang dimaksud dengan kemampuan di sini adalah
:
a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-
kesempatan untuk membangun atau pengetahuan tentang peluang
untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).
b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang dipengaruhi
oleh t ingkat pendidikan dan ketranpilan yang dimiliki.
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang
tersedia secara opt imal.
(3) Kemauan untuk berpart isipasi
Kesempatan dan kemampuan yang cukup juga belum merupakan
jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika
mereka sendiri tidak memiliki kamauan untuk membangun.
Kemauan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap-mental yang
mereka miliki, yang menyangkut :
a. Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambatkan
pembangunan.
b. Sikap terhadap penguasa atau pelaksanaan pembangunan pada
umumnya.
c. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu-hidup dan tidak cepat
puas diri.
d. Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan
tercapainya tujuan pembangunan.
e. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk
memperbaiki mutu hidupnya.
Menurut Bryan dan White (1982), partisipasi masyarakat dapat
digerakkan melalui :
a) Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan
dikelola oleh masyarakat.
b) Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
c) Peningkatan perencanaan masyarakat dalam pembangunan.
Perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi. Menurut Ndraha
(1990), agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat
dapat menggerakkan part isipasi masyarakat dalam pembangunan, usaha
itu antara lain :
a. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
b. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat , yang berfungsi mendorong
timbulnya jawaban yang dikehendaki.
c. Dijadikan motifasi terhadap masyarakat , yang berfungsi
membangkitkan t ingkahlaku yang dikehendaki secara berkelanjut.
Kesadaran kritis dalam diri seseorang dapat dicapai dengan cara
melihat ke dalam diri sendiri, serta menggunakan apa yang didengar,
dilihat dan dialami untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam
kehidupannya. Seseorang menganalisis sendiri masalah mereka, kemudian
mengidentifikasi sebab-sebabnya, menetapkan prioritas dan memperoleh
pengetahuan baru. Analisis realitas harus dilakuakn leh oarang yang
memutuskan sendiri apa kebutuhan dan pengalaman yang pent ing baginya
dan bukan diputuskan oleh orang lain atau para pakar. Melalui analisis
semacam ini, oarang mampu mengambil tindakan sendiri untuk menentang
unner oppresive dari realitasnya, termasuk didalamnya pemecahan
hubungan antara subjek dan objek untuk kemudian membentuk esensi
part isipasiyang sungguh-sungguh. Pendekatan alternat if pembanguanan
tidak hanya berfokus pada keterlibatan (part isipasi) pihak penerima dalam
proses pembanguanan, tetapi juga memampukan mereka untuk
mengawasinya guna melindungi kepentingan mereka (Friedman, 1992)
Menurut Sastropoetro (1986) untuk menumbuhkan kegiatan
part isipasi diperlukan suatu ketrampilan dan pengetahuan agar dapat
mencapai berbagai tingkatannya dan untuk itu selalu dapat ditemukan titik
tolaknya untuk mengawalinya. Dengan memperhatikan perbedaan
tingkatan yang ada, maka pada dasarnya nampak adanya tiga tingkatan,
yaitu :
a) Tingkatan saling mengert i
Tujuannya adalah untuk membantu para anggota kelompok agar
memahami masing-masing fungsi dan sikap, sehingga dapat
mengembangkan kerjasama yang lebih baik.
b) Tingkatan penasehat/sugesti yang dibangun atas dasar saling mengert i,
oleh karena para anggota kelompok pada hakekatnya sudah enderung
siap untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah memahami
masalah dan ataupun situasi yang dihadapkan kepada mereka.
c) Tingkatan otoritas
Otoritas pada dasarnya memberikan kepada kelompok suatu
wewenang untuk memantapkan keputusannya.
Menurut Carbonel (1982), seseorang akan berpartisipasi dalam
suatu kegiatan bila part isipasi tersebut dirasakan akan dapat
menguntungkan dan membawa manfaat bagi diri sendirinya.
5. Petani
Hernanto (1984) menyatakan bahwa petani adalah setiap orang
yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan
hidupnya dibidang pertanian dalam art i luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil hutan.
Menurut Mosher (1991) yang dimaksud petani adalah :
a. Petani sebagai manusia
Art inya, petani sepert i halnya manusia, dia juga rasional, memiliki
harapan-harapan, keinginan-keinginan dan kemauan untuk hidup lebih
baik.
b. Petani sebagai juru tani
Adalah petani yang melakukan kegiatan bertani yang memiliki
pengalaman dan telah belajar dari pengalamannya. Hasil belajarnya itu
tercermin dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka terapkan dalam
kegiatan bertani.
c. Petani sebagai pengelola usahatani
Adalah orang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan
sendiri tentang usahatani yang dikelolanya, serta terbiasa
mempertanggung jawabkan hasil pengelolaannya itu kepada keluarga
serta masyarakat lingkungannya.
Mosher (1991) menambahkan bahwa petani dinilai mempunyai
kebiasaan-kebiasaan mental yang sangat penting bagi pembangunan
pertanian, yakni kebiasaan untuk selalu mengadakan evaluasi (pengukuran
dan penilaian), kebiasaan bertanya (mengapa) dan kebiasaan untuk terus
mencari alternatif-alternatif lain.
Menurut Siregar (2003), petani didefinisikan sebagai orang yang
bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya berasal dari
sektor pertanian. Namun definisi ini berbasis.orang yang bekerja disektor
pertanian minimal 1 jam seminggu yang lalu bahkan orang yang tinggal di
pedesaan dan secara psikologis menjadi petani disebut sebagai petani.
Akibatnya jumlah sumber daya petani menjadi sangat banyak dan hal ini
merupakan salah satu penyebab rendahnya produktufitas di sektor
pertanian karena jumlah petani merupakan faktor pembagi dalam
pengukuran produktifitas, sedangkan Sadjad (1993), petani merupakan
pelaku usahatani yang umumnya tidak hanya secara langsung
melaksanakn pekerjaan tani di lahan produksi, tetapi juga mengusahakan
atau mengelola lahan hingga produksif tanpa menggarapnya sendiri.
Adapun karakteristik seorang petani menurut Shanin dalam Scott
(1993) antara lain satuan keluarga (rumah tangga) petani berada dalam
masyarakat desa yang berdimensi ganda, petani hidup dari usahatani
dengan mengelola tanah, pola kebudayaan petani berciri tradisional dan
petani menduduki posisi yang rendah dalam masyarakat.
Tidak pernah ada manusia apabila sinar matahari tidak menerpa
permukaan bumi ini. Manusia berusaha mengatur atau mengusahakan
tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan hasilnya. Mereka
mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Manusia seperti itu disebut petani. Dalam
kegiatan usahatani, petani merangkap dua peranan, yaitu sebagai
penggarap dan manajer.
a. Petani sebagai penggarap
Peranan pertama petani adalah memelihara tanaman dan hewannya
agar mendapatkan hasil yang diperlikan
b. Petani sebagai manajer
Peranan lain seorang petani dalam ushatani adalah sebagai manajer.
Keterampilan sebagai penggarap umumnya adalah keterampilan
tangan, otot, dan mata. Keterampilan sebagai manajer dalam
menjalankan usahanya menyangkut kegiatan otak yang didorong oleh
keinginan dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif
tanaman atau ternak.
Dan seoarang petani bukan hanya sebagai penggarap dan manajer,
ia juga manusia sebagai anggota kelompok manusia lainnya, yaitu
keluarga dan masyarakat atau tetangga. Keadaan petani sebagai
perorangan banyak ditentukan oleh keanggotaannya di dalam kedua
kelompok tadi (Soetriono, 2006).
Ada tiga macam kebiasaan mental petani yang penting bagi
perkembangan pembangunan pertanian menurut Soetriono (2006), yaitu :
a. Kebiasaan mengukur, yaitu berpikir dalam mengukur penggunaan
sarana produksi yang akan dipergunakan termasuk jumlah benda-
benda. Dengan kebiasaan itu jangan puas dengan menyatakan panen
baik atau hasil cukup, tetapi seharusnya dalam jumlah ton atau
kilogram per hektar.
b. Kebiasaan bertanya, biasanya dengan pertanyaan, ” mengapa tanaman
ini lebih baik dari tanaman itu?, kenapa hasil di sini lebih buruk dari
hasil yang di sana?”.
c. Kebiasaan melihat atau mencari alternatif. Melihat dan mencari
alternatif dari cara yang sudah dikenal dan dilakukan terhadap cara
baru yang lebih baik.
B. Kerangka Berfikir
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) pada
dasarnya merupakan gerakan moral yang bersifat massal dan melibatkan
berbagai lapisan masyarakat untuk memulihkan kerusakan hutan dan lahan.
Melalui pembuatan tanaman hutan rakyat dalam rangka program GNRHL
diarahkan sebagai usaha kelompok tani yang diharapkan akan mempercepat
upaya rehabilitasi lahan, perbaikan lingkungan, pemenuhan kebutuhan kayu
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Usaha kelompok tani memerlukan adanya part isipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam program GNRHL di definisikan sebagai peran
serta dalam program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GNRHL). Partisipasi masyarakat dalam program GNRHL dapat dilihat dari
pengetahuan masyarakat dalam program GNRHL meliputi pengambilan
keputusan (perencanaan) dalam program GNRHL, pelaksanaan dalam
program GNRHL, pemantauan dan evaluasi dalam program GNRHL dan
pemanfaatan hasil dalam program GNRHL.
Menurut Slamet (1985) syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat
berpart isipasi dalam program GNRHL adalah adanya kesempatan,
kemampuan, dan kemauan yang diwujudkan dengan kerja sama dalam
kelompok tani. Para masyarakat perlu menyadari bahwa kesempatan tidak
akan banyak artinya bila para masyarakat yang bersangkutan tidak memiliki
kemampuan untuk dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu bagi
keuntungan dirinya sendiri. Dengan adanya kesempatan dan kemampuan
belum cukup untuk menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi, maka dari
itu diperlukan kemauan. Tanpa adanya kemauan maka kesempatan dan
kemampuan tidak berart i apa-apa. Antara kesempatan, kemampuan dan
kemauan mempunyai hubungan terhadap proses part isipasi.
Dari uraian diatas maka part isipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Rakyat dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka berfikir part isipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Rakyat .
C. Hipotesis
1. Diduga ada hubungan signifikan antara kesempatan dengan tingkat
part isipasi masyarakat dalam program GNRHL.
2. Diduga ada hubungan signifikan antara kemampuan dengan tingkat
part isipasi masyarakat dalam program GNRHL.
Kemauan untuk berpart isipasi
dalam program GNRHL :
1. Motivasi mengikuti kegiatan
2. Sikap dalam kegiatan
Kemampuan untuk berpartisipasi
dalam program GNRHL :
Kemampuan dalam melaksanakan
kegiatan
Kesempatan untuk berpartisipasi
dalam program GNRHL :
1. Kesempatan memperoleh
informasi
2. Kesempatan dalam
memanfaatkan sarana
prasarana yang disediakan Part isipasi
masyarakat dalam
program GNRHL:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pemantauan
dan evaluasi
4. Pemanfaatan
hasil
3. Diduga ada hubungan signifikan antara kemauan dengan tingkat
part isipasi masyarakat dalam program GNRHL.
D. Pembatasan Masalah
1. Masyarakat yang menjadi sampel adalah anggota kelompok tani yang
mengikuti program GNRHL pada tahun 2004 karena pogram GNRHL
dimulai tahun 2004 di Desa Genengduwur, Kecamatan Gemolong,
Kabupaten Sragen.
2. Partisipasi masyarakat yang diteliti adalah tingkat partisipasi dalam
program GNRHL.
E. Definisi O perasional dan Pengukuran Variabel
1. Faktor pembentuk part isipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi
responden untuk melakukan partisipasi.
a) Kesempatan berpartisipasi
adalah peluang yang dimiliki anggota kelom pok tani dalam
memanfaatkan program GNRHL.
Diukur dengan menggunakan indikator berupa :
• Informasi yang diperoleh
• Sarana prasarana yang diberikan
Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal 1-3 dengan kategori
rendah, sedang dan t inggi.
b) Kemampuan berpartisipasi
adalah kekuatan yang dimiliki anggota kelompok tani untuk ikut serta
dalam program GNRHL.
Diukur dengan menggunakan indikator berupa :
• Intensitas anggota kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan
berupa menghadiri pertemuan, sarana prasarana, pemilihan lokasi
dan persiapan lahan.
Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal 1-3 dengan kategori
rendah, sedang dan t inggi.
c) Kemauan berpart isipasi
adalah kesediaan yang dimiliki anggota kelompok tani untuk ikut serta
dalam program GNRHL.
Diukur dengan menggunakan indikator berupa :
• Μotivasi mengikuti kegiatan
• Sikap anggota terhadap kegiatan
Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal 1-3 dengan kategori
rendah, sedang dan t inggi.
2. Partisipasi masyarakat dalam GNRHL adalah keikutsertaan anggota
kelompok tani dalam kegiatan program Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Rakyat (GNRHL). Pengukuran partisipasi dilihat dari
part isipasi :
a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan ( perencanaan )
adalah keikutsertaan langsung anggota kelompok tani dalam proses
pengambilan keputusan pada kegiatan-kegiatan program GNRHL
Diukur dengan menggunakan indikator berupa :
• Pemilihan lokasi
• Rancangan kegiatan
• Penyiapan prakondisi
Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal 1-3 dengan kategori
rendah, sedang dan t inggi.
b) Partisipasi dalam pelaksanaan
adalah keikutsertaan anggota kelom pok tani dalam melaksanakan
kegiatan program GNRHL yang telah direncanakan.
Diukur dengan menggunakan indikator berupa :
• Persiapan lahan
• Pemilihan jenis tanaman
• Penanaman
• Pemeliharaan
Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal 1-3 dengan kategori
rendah, sedang dan t inggi.
c) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi
adalah keikutsertaan anggota kelompok tani dalam memberikan
tanggapan dan masukan atau saran terhadap kegiatan program
GNRHL maupun kegiatan kelompok.
Diukur dengan menggunakan indikator berdasarkan pertanyaan yang
diberikan kepada responden dan pengukuran variabel menggunakan
skala ordinal 1-3 dengan kategori rendah, sedang dan tinggi.
d) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
adalah keikutsertaan anggota kelompok tani dalam pemanfaatan hasil
terhadap kegiatan program GNRHL maupun kegiatan kelompok.
Diukur dengan menggunakan indikator berupa :
• Keaktifan dalam pemanfaatan lahan
• Manfaat yang dirasakan anggota kelompok tani dilihat dari aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan.
Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal 1-3 dengan kategori
rendah, sedang dan tinggi.
III. METO DE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode diskript if yaitu
suatu penelitian yang menjelaskan secara rinci atau diskripsi yang sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat atau gejala-gejala
tertentu pada suatu obyek penelitian (Mardikanto, 2001).
Penelitian ini menggunakan teknik survai dengan maksud penjelasan
(ekplanatory), yaitu penelitian dengan cara pengambilan sampel sari suatu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data dan
menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian
hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Penentuan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara
sengaja di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
Dalam penelitian ini dipilih Desa Genengduwur sebagai daerah penelitian
dengan pert imbangan bahwa di Desa Genengduwur terdapat lahan kritis yang
paling luas jumlahnya dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan
Gemolong Kabupaten Sragen. Selain itu menurut petugas Dinas Kabupaten
Sragen menggatakan bahwa Desa Genengduwur pada tahun 2004 digalakkan
penghijauan secara nasional yang disebut GNRHL (Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan).
Tabel 1. Luas Lahan Kritis Kecamatan Gemolong
No Desa Luas Lahan Kritis (Ha)
1. Nganti 83,0330
2. Genengduwur 93,5600
3.
4.
5.
6.
Paleman
Brangkal
Tegaldowo
Jatibatur
53,0000
74,4070
30,6635
76,0280
Sumber: Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen 2004
C. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Penentuan populasi
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah anggota
kelompok tani yang mengikuti GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan) pada tahun 2004 di Desa Genengduwur Kecamatan
Gemolong Kabupaten Sragen.
2. Penentuan sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
sim ple random sam pling yaitu suatu metode dimana semua anggota
sampel dianggap memiliki karakteristik yang sama, sehingga siapapun
yang diambil dapat mewakili populasi (Mardikanto, 2001). Besar sampel
yang diambil sebanyak 40 responden yang mengikuti GNRHL pada tahun
2004 di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
Penentuan jumlah responden yang menjadi sampel dari masing-masing
kelompok tani adalah ditentukan secara proporsional random sampling
dengan rumus sebagai berikut :
ni = nk x n N
Keterangan :
ni : Jumlah sampel dari masing-masing desa
nk : Jumlah sampel dari masing-masing kelompok tani
n : Jumlah sampel yang diambil (40 orang)
N : Jumlah sampel dari seluruh kelompok tani
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel
responden masing-masing dusun yang dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2. Nama Dusun dan Kelompok Tani beserta Jumlah Petani
No Dusun Kelompok tani GNRHL Jumlah petani Jumlah petani sampel
1. P ilangrejo Sri Rejek i 36 20
2. Mojorerejo Juru Tan i 37 20
Jumlah 73 40
Sumber : Data Pelaksanaan Kegiatan GNRHL 2004 Kabupaten Sragen
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder :
1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
dengan cara wawancara yang dibantu dengan menggunakan kuisioner,
meliputi identitas responden, faktor penentu pengembangan partisipasi dan
tingkat part isipasi masyarakat.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga
yang berhubungan dengan penelitian, meliputi data demografi, kondisi
wilayah desa, keadaan alam dam kelompok tani yang mengikuti program
GNRHL.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada
responden dengan menggunakan kuesioner sebagai panduannya.
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencacahan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti di lapangan, yang meliputi pengamatan daerah
penelitian dan pencatatan informasi yang diberikan oleh para petugas di
daerah penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen dari lembaga atau instansi terkait.
F. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi
masyarakat dalam program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GNRHL) diukur dengan menggunakan rumus interval (I). Menurut
Djarwanto (1996) rumus interval (I) sebagai berikut :
I =
Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara yang mempengaruhi
part isipasi dengan tingkat part isipasi masyarakat dalam program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) di Desa Genengduwur,
Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen diuji dengan Korelasi Rank
Sperman (rs). Menurut Siegel (1994) rumus Korelasi Rank Sperman sebagai
berikut :
Dimana :
rs : Koefisien korelasi rank Spearman
N : Jumlah responden
di : Selisih atau rangking dari variabel pengamatan
Untuk menguji tingkat signifikansi rank sperman (rs) digunakan uji t
karena sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan rumus sebagai
berikut :
t = rs
Kriteria uji :
1. Apabila t hitung > t tabe l, (α = 0,05) maka Ho ditolak, berart i ada hubungan
yang nyata antara kesempatan, kemampuan dan kemauan dengan tingkat
part isipasi masyarakat dalam program Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (GNRHL) di Desa Genengduwur Kecamatan Gemolong
Kabupaten Sragen.
2. Apabila t hitung < t tabe l, (α = 0,05) maka Ho diterima, berart i tidak ada
hubungan nyata antara kesempatan, kemampuan dan kemauan dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap program Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) di Desa Genengduwur
Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
Secara geografis Desa Genengduwur terletak diantara Kelurahan
Gemolong dan Desa Peleman, lebih tepatnya disebelah Selatan Desa
Tegaldowo dan sebelah Utara Desa Jenalas dan Kalangan. Jarak pusat
Pemerintah Desa dengan Pemerintahan Kecamatan sejauh 2 km sedangkan
jarak pusat Pemerintah Desa dengan Pemerintah Kabupaten sejauh 32 km.
Batas-batas Desa Genengduwur adalah :
Sebelah Timur : Desa Peleman
Sebelah Selatan : Desa Tegaldowo
Sebelah Barat : Kelurahan Gemolong
Sebelah Utara : Desa Jenalas dan Kalangan
Secara keseluruhan Desa Genengduwur termasuk DAS Serang.
Seluruh wilayah dari Desa Genengduwur mempunyai ketinggian tempat rata-
rata 126 dpl, dengan curah hujan rata-rata pertahun adalah 1.983 mm dan
jumlah hari hujan 121. Keadaan topografi sebagian besar miring,
bergelombang dan berbukit dan sebagian kecil datar yang digunakan untuk
sawah. Menurut Didik Purnomo selaku Kepala Desa, jenis tanah di Desa
Genengduwur yaitu litosol, warna tanah putih, kesuburannya rendah sampai
sangat rendah. Jenis tanah sepert i itu hanya cocok untuk tanaman palawijo
(jagung, ubi kayu dan kacang tanah) dan tanaman kayu-kayuan atau tanaman
tahunan sepert i jati, mahoni dan akasia
B. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan
Luas wilayah Desa Genengduwur adalah 246,7 hektar. Dari luas
wilayah Desa Genengduwur tersebut terdiri atas lahan sawah sebesar 49
hektar dan sisanya lahan kering. Penggunaan terbesar lahan kering adalah
untuk tegal. Untuk lebih jelasnya mengenai luas daerah dan tata guna lahan
Desa Genengduwur dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Luas tanah Desa Genengduwur menurut penggunaan tanah tahun 2007
No Jenis tanah Luas lahan (Ha) Prosentase (%) 1 2 3 4
Sawah Pekarangan/bangunan Tegal/kebun Lain-lain
49,00 85,07 103,34 9,29
19,86 34,48 41,89 3,77
Jumlah 246,70 100,00
Sumber : Kondisi potensi Desa Genengduwur dalam angka tahun 2007
Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lahan yang ada di
Desa Genengduwur merupakan tegal/kebun yaitu seluas 103,34 hektar atau
41,89 persen. Dengan adanya tegal/kebun yang paling luas diantara yang
lainnya ini menyebabkan banyak masyarakat yang berusahatani tanaman
semusim untuk tanaman palawijo dan menanam tanaman kayu-kayuan.
C. Keadaan Penduduk
1. Keadaan penduduk menurut kelompok umur
Jumlah penduduk di Desa Genengduwur adalah 2.021 jiwa, terdiri
dari 999 laki-laki dan 1.022 perempuan. Keadaan penduduk di Desa
Genengduwur menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Genengduwur berdasarkan umur
No Umur (tahun) Distribusi Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
1.
2. 3. 4.
0 -14
15 – 44 45 – 64
65 +
434
899 589
99
21,47
44,48 29,14 4,91
Jumlah 2.021 100,00
Sumber: Monografi Desa Genengduwur Tahun 2007
Berdasarkan tabel 4 mengenai jumlah penduduk menurut umur
dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat pada kelompok
umur 15–44 tahun, yang termasuk dalam umur produktif. Tingginya
jumlah penduduk yang berumur produkt if dapat berdampak negatif jika
lapangan usaha atau produksi yang tersedia di Desa Genengduwur tidak
dapat menampung jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui angka beban tanggungan yaitu
angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk umur tidak
produkt if (0 – 14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan jumlah penduduk
umur produktif (15 – 64 tahun). Besarnya angka beban tanggungan
tersebut adalah :
ABT = ∑ Penduduk Non Produkt if X 100 %
∑ Penduduk Produktif
= 434 + 99 X 100 %
1.488
= 533 X 100 %
1.488
= 35,82 %
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui angka beban tanggungan
sebesar 35,82 % yang berart i setiap 100 penduduk produktif harus
menanggung 36 penduduk non produktif. Makin besar ABT berart i makin
besar beban tanggungan bagi kelompok yang produkt if.
2. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin
Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Desa Genengduwur
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. jumlah penduduk Desa Genengduwur menurut jenis kelamin
No Jenis kelamin Distribusi
Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) 1. 2.
Laki-laki Perempuan
999 1.022
49,43 50,57
Jumlah 2.021 100,00
Sumber: Monografi Desa Genengduwur Tahun 2007
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-
laki adalah 999 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah 1.022 jiwa.
Dari data tersebut dapat dicari sex ratio yang merupakan perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan, yang
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk
perempuan dengan rumus sebagai berikut :
Sex ratio = ∑ Penduduk laki-laki X 100
∑ Penduduk perempuan
= 999 X 100
1022
= 0,98 x 100
= 98
Dapat diart ikan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat
98 penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
perempuan di Desa Genengduwur relatif seimbang dari pada jumlah
penduduk laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa di Desa
Genengduwur jumlah penduduk perempuan relatif seimbang dengan
jumlah penduduk laki-laki. Apabila angka sex ratio jauh di bawah 100,
dapat menimbulkan berbagai masalah, karena ini berart i di Desa
Genengduwur tersebut kekurangan penduduk laki-laki untuk melakukan
pembangunan atau masalah lain yaitu tenaga kerja di usaha pertanian,
misalnya mengolah tanah, usaha konservasi atau pengawetan tanah dan
usaha ternak terutama sapi, usaha ternak sapi lebih berat daripada ternak
lainnya maka yang melakukan usaha ternak sapi tersebut tenaga laki-laki.
3. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa
Genengduwur dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah penduduk di Desa Genengduwur menurut mata pencaharian
No Mata pencaharian Distribusi
Jumlah orang Prosentase (%) 1. 2.
3. 4. 5. 6.
7.
Petani Pedagang
PNS/TNI/POLRI Swasta Tukang Pensiunan
Jasa/Sosial
682 140
37 72 108
9
51
62,10 12,70
3,40 6,60 8,80 0,80
4,60 Jumlah 1.099 100,00
Sumber: Monografi Desa Genengduwur Tahun 2007
Dari tabel 6 dapat diketahui bawa sektor pertanian masih menjadi
tulang punggung di Desa Genengduwur, hal tersebut dapat dilihat bahwa
mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah petani yaitu
sebanyak 682 orang atau 62,1 persen. Besarnya jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani dipengaruhi oleh turun temurun
warisan orang tua, pendidikan yang rendah dan modal untuk usaha yang
lain kurang mampu.
4. Keadaan penduduk menurut pendidikan
Pendidikan merupakan suatu faktor yang memberikan pengaruh
besar pada pembangunan dan usaha peningkatan sumber daya manusia.
Karena dengan adanya pendidikan pola pikir masyarakat akan lebih maju
dan terarah sehingga akan mudah dalam menerima dan menerapkan
teknologi baru yang nant inya akan membawa perubahan ke suatu keadaan
yang lebih baik.
Keadaan penduduk Desa Genengduwur menurut pendidikan dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah penduduk Desa Genengduwur menurut pendidikan
No Tingkat pendidikan Distribusi
Jumlah orang Prosentase (% ) 1. 2.
3. 4. 5.
SD SLTP
SLTA Akadeni/Sederajar Perguruan Tinggi
283 23
85 12 0
70,20 5,70
21,10 3,00 0,00
Jumlah 403 100,00
Sumber: Monografi Desa Genengduwur Tahun 2007
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa penduduk di Desa
Genengduwur yang tamat SD sebanyak 283 orang atau 70,2 persen. Dapat
dilihat bahwa penduduk di Desa Genengduwur sebagian besar tingkat
pendidikannya tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan
ekonomi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan kejenjang yang
lebih tinggi. Selain itu dari keterangan beberapa anggota masyarakat dan
tokoh masyarakat kesadaran akan pentingnya pendidikan masih kurang di
Desa Genengduwur, pendapat anggota masyarakat dan tokoh masyarakat
tersebut meskipun pendidikannya tambah kejenjang yang lebih tinggi
misalnya SLTP atau SLTA mencari pekerjaan tetap sulit.
D. Keadaan Pertanian
Mata pencaharian mayoritas penduduk di Desa Genengduwur adalah
sebagai petani. Usahatani yang dilakukan di antaranya adalah budidaya
tanaman pangan yang meliputi padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang
tanah. Secara rinci perkembangan luas panen kom oditas pertanian tanaman
pangan di Desa Genengduwur dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Keadaan tanaman pangan di Desa Genengduwur
No Tanaman pangan Luas tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Rata-rata produksi (Ton/Ha)
1. 2.
3. 4. 5.
Padi Jagung
Ubi kayu Ubi jalar Kacang tanah
36 13
7 2 18
36 13
7 2 18
5,6 3,2
20,5 14,0
1,7
Sumber : Kondisi potensi Desa Genengduwur dalam angka tahun 2007
Berdasarkan tabel 8 tanaman di Desa Genengduwur yang meliputi
padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah dapat diketahui produksinya
termasuk rendah sampai sedang. Hal ini disebabkan tanahnya tidak subur,
teksturnya tidak halus, masih kasar. Tidak suburnya karena tanah litosol di
Desa Genengduwur merupakan tanah yang masih muda sehingga unsur-unsur
haranya belum banyak yang tersedia bagi tanaman (belum banyak larut).
Reaksi tanahnya alkalis sehingga unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah
relatif banyak seperti phospat sulit larut (mengendap) sehingga sulit diserap
oleh tanaman, disamping itu unsur-unsur yang lain yaitu besi (Fe), Seng (Zn),
Tembaga (Cu) dan Mangan (Mn). Kesuburan tanah yang rendah ini
disebabkan juga karena tanah di Desa Genengduwur topografinya miring
selalu terjadi erosi (Sumaryo, 1991).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Identitas responden dalam hal ini adalah identitas masyarakat desa
yang termasuk ke dalam anggota dan ketua kelompok tani. Identitas responden
ini dapat memberikan gambaran umum mengenai keadaan sosial ekonomi
anggota dan ketua kelompok tani. Ident itas responden meliputi umur,
pendidikan dan pekerjaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 :
Tabel 9. Distribusi responden menurut umur, pendidikan dan pekerjaan
No Identitas Distribusi
Jumlah Presentasi (%)
1 Umur (tahun) a. 35-46 b.47-59
c.60-72
16 40,00 19 47,50
5 12,50 2 Pendidikan
a. SD b. SMP c.SMA
32 80,00 6 15,00 2 5,00
3 Pekerjaan a. Petani b. Buruh/Tukang/Pemborong c. Pamong desa/Bayan
24 60,00 11 27,50 5 12,50
Sumber : Analisis data primer 2009
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa persentase responden menurut
umur jumlah terbanyak berada pada umur 47-59 tahun (47,5 persen). Tingkat
pendidikan responden jumlah terbesar berada pada tingkat pendidikan SD
yaitu sebanyak 32 orang (80 persen). Tingkat pendidikan SD terbanyak
dikarenakan sebagian besar hanya menamatkan pendidikannya pada Sekolah
Dasar (SD), hal ini dipengaruhi oleh keadaan ekonomi responden yang masih
rendah sehingga tidak mampu membiayai pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi. Untuk pekerjaan responden tertinggi berada pada jenis pekerjaan petani
dengan jumlah 24 orang (60 persen). Jenis pekerjaan petani dengan jumlah
dan persentase terbanyak dikarenakan turun temurun warisan orang tua,
pendidikan yang rendah dan modal untuk usaha yang lain kurang mampu.
B. Faktor-Faktor Penentu Pengembangan Partisipasi
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya bahwa
tumbuh berkembangnya suatu partisipasi ditentukan oleh tiga faktor penentu
yaitu : (1) kesempatan, (2) kemampuan dan (3) kemauan. Ketiga faktor
tersebut adalah penentu tercapainya suatu partisipasi masyarakat , dalam hal ini
adalah part isipasi masyarakat yang termasuk kedalam kelompok tani. Berikut
dijelaskan lebih rinci tentang tingkat faktor-faktor penentu partisipasi
masyarakat dalam GNRHL.
1. Kesempatan untuk berpartisipasi
Kesempatan dalam berpartisipasi adalah peluang yang dimiliki
anggota masyarakat dalam kegiatan program GNRHL. Dengan
menggunakan indikator berupa ketersediaan terhadap informasi yang
diperoleh yang meliputi : (a) pengertian GNRHL, (b) maksud dan tujuan
GNRHL, (c) kegiatan GNRHL, (d) sasaran GNRHL, (e) pemilihan lokasi
dan (f) persiapan lahan.
Indikator kedua yaitu kesempatan berupa ketersediaan sarana prasarana
yang diberikan yaitu berupa : (a) petunjuk lokasi, (b) gubug kerja dan
papan nama, (c) petunjuk pohon tegakan dan (d) biaya pengolahan.
Berikut jumlah dan persentase kesempatan yang dimiliki masyarakat dalam
kegiatan program GNRHL :
Tabel 10. Kesempatan responden dalam kegiatan program GNRHL
No Aspek kesempatan untuk berpartisipasi
Kategori Jumlah (orang)
%
1
Keseluruhan aspek kesempatan
untuk berpartisipasi Aspek ketersediaan informasi
yang diperoleh
Tinggi ( 13-15 )
Sedang ( 9-12 ) Rendah ( 5-8 ) Tinggi ( > 9 )
Sedang ( 6-8 ) Rendah ( 3-5 )
13
27 0 13
27 0
32,5
67,5 0,0
32,5
67,5 0,0
2 Aspek ketersediaan sarana dan prasarana
Tinggi ( > 6 ) Sedang ( 4-5 )
Rendah ( 2-3 )
13 27
0
32,5 67,5
0,0
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa keseluruhan aspek
kesempatan untuk berpartisipasi pada kategori tinggi sejumlah 13
responden (32,5 persen responden), kategori sedang sejumlah 27 responden
(67,5 persen responden), dan kategori rendah sejumlah 0 responden (0,0
persen responden). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesempatan
untuk berpartisipasi pada kategori sedang. Hal ini berart i responden dalam
ketersediaan informasi dan sarana prasarana cukup dimana responden
mempunyai kesempatan untuk memperoleh informasi dan memanfaatkan
sarana prasarana.
Secara rinci kesempatan untuk berpart isipasi adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan informasi yang diperoleh
Tabel 10 menunjukan bahwa kesempatan terhadap ketersediaan
informasi yang diperoleh terbanyak berada pada kategori sedang (67,5
persen responden). Kesempatan responden yang berada pada kategori
sedang yang berarti kesempatan yang dimiliki responden cukup dimana
masyarakat memperoleh informasi 3-4 informasi mengenai GNRHL dari
semua informasi yang ada. Informasi yang diperoleh meliputi pengertian
GNRHL, maksud dan tujuan GNRHL, kegiatan GNRHL, sasaran
GNRHL, pemilihan lokasi dan persiapan lahan. Informasi yang
diperoleh berada pada kategori sedang dikarenakan sebagian kecil
responden memperoleh informasi tentang program GNRHL dari Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, Dinas tersebut menyampaikan kepada PPL
(Penyuluh Pertanian Lapang) Kecamatan Gemolong kemudian PPL
Kecamatan Gemolong menginformasikan ke masyarakat dalam
kelompok tani.
b. Ketersediaan sarana dan prasarana
Tabel 10 menunjukan bahwa kesempatan dalam ketersediaan
sarana dan prasarana responden yang berada pada kategori sedang yang
berart i kesempatan yang dimiliki responden cukup dimana masyarakat
memanfaatkan sarana prasarana 2-3 dari semua sarana dan prasarana
yang ada. Sarana dan prasarana yang dimanfaatkan meliputi petunjuk
lokasi, gubug kerja dan papan nama, petunjuk pohon tegakan dan biaya
pengolahan. Sarana dan prasarana pada kategori sedang dikarenakan
sarana dan prasarana sebagian dialihkan untuk biaya pertemuan-
pertemuan anggota kelompok tani dalam membahas program GNRHL.
Biaya pengolahan yang seharusnya digunakan untuk pengolahan
tanaman hutan rakyat, disini para responden biaya pengolahan sebagian
dialihkan untuk biaya pertemuan-pertemuan anggota kelompok tani
dalam membahas program GNRHL.
2. Kem am puan untuk berpartisipasi
Kemampuan dalam berpartisipasi adalah kekuatan yang dimiliki
anggota masyarakat dalam kegiatan program GNRHL. Dengan
menggunakan indikator berupa kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
berupa sering tidaknya masyarakat dalam memanfaatkan berupa : (1)
menghadiri pertemuan/kegiatan GNRHL, (2) menghadiri saat memperoleh
sarana dan prasarana, (3) menghadiri saat pemilihan lokasi, (4) menghadiri
saat persipan lahan. Tabel 11 menjelaskan jumlah dan persentase
kemampuan masyarakat dalam kegiatan program GNRHL :
Tabel 11. Kemampuan responden dalam kegiatan program GNRHL
No Aspek kemampuan untuk berpartisipasi
Kategori Jumlah (orang)
%
1
Kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
Tinggi ( 13-15 ) Sedang ( 9-12 ) Rendah ( 5-8 )
16 20 4
40,0 50,0 10,0
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa kemampuan untuk
berpartisipasi pada kategori tinggi sejumlah 16 responden (40,5 persen
responden), kategori sedang sejumlah 20 responden (50 persen responden),
dan kategori rendah sejumlah 4 responden (10 persen responden). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk berpart isipasi pada
kategori sedang. Kemampuan responden yang berada pada kategori sedang
yang berart i kemampuan cukup dimana dari kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan yang ada responden menghadiri kegiatan walaupun
responden menghadiri kegiatan tersebut tergolong jarang. Keadaan ini
karena sebagian besar menganggap dirinya mampu, sehingga mereka aktif
melaksanakan kegiatan yang ada. Selain itu, adanya inisiatif sebagian besar
untuk mencari atau berusaha sendiri dengan mengikuti kegiatan berupa
keahlian sebatas usul dalam setiap kegiatan yang diikutinya.
3. Kem auan untuk berpartisipasi
Kemauan berpartisipasi adalah kesediaan anggota kelompok tani
untuk ikut serta dalam kegiatan program GNRHL. Dengan menggunakan
indikator motivasi mengikuti kegiatan serta sikap anggota kelompok tani
terhadap semua kegiatan berupa tanggapan dan penilaian terhadap kegiatan
program GNRHL. Kegiatan tersebut meliputi : (a) pertemuan / kegiatan
GNRHL meliputi kegiatan administrasi, pembuatan tanaman hutan rakyat,
pemeliharaan tanaman dan pengawasan dan pengendalian GNRHL, (b)
menghadiri pengadaan sarana prasarana, (c) pemilihan lokasi dan (d)
persiapan lahan.
Tabel 12 menjelaskan jumlah dan persentase kemauan masyarakat
dalam kegiatan program GNRHL :
Tabel 12. Kemauan responden dalam kegiatan program GNRHL
No Aspek kemauan untuk berpartisipasi
Kategori Jumlah (orang)
%
1
Keseluruhan aspek kemauan untuk berpartisipasi
Motivasi
Tinggi ( 19-24 ) Sedang ( 13-18 ) Rendah ( 8-12 )
Tinggi ( > 12 ) Sedang ( 8-11 ) Rendah ( 4-7 )
31 9 0
21 19 0
77,5 22,5 0,0
52,5 47,5 0,0
2 Sikap Tinggi ( >12 )
Sedang ( 8-11 ) Rendah ( 4-7 )
28
12 0
70,0
30,0 0,0
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa keseluruhan aspek
kemauan untuk berpartisipasi pada kategori tinggi sejumlah 31
responden (77,5 persen responden), kategori sedang sejumlah 9
responden (22,5 persen responden), dan kategori rendah sejumlah 0
responden (0,0 persen responden). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemauan untuk berpartisipasi pada kategori tinggi. Hal ini
disebabkan karena responden mempunyai dorongan yang tinggi dari
dalam diri dan tindakan secara teknis (t indakan yang nyata) terhadap
kegiatan program GNRHL.
Secara rinci kemauan untuk berpart isipasi adalah sebagai berikut:
a. Motivasi
Tabel 12 diketahui bahwa kemauan dalam motivasi berada pada
kategori tinggi. Kemauan responden yang berada pada kategori tinggi
yang berarti kemauannya baik dimana masyarakat mengikuti kegiatan
karena kesadaran sendiri (motivasi sendiri) 52,5 persen responden. Itu
dikarenakan responden menganggap kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan kewajiban dari para pengurus dan yang tergolong dalam
anggota kelompok tani yang mengikuti program GNRHL.
b. Sikap
Tabel 12 diketahui bahwa kemauan dalam sikap responden
berada pada kategori tinggi. Kemauan responden yang berada pada
kategori tinggi yang berart i setuju terhadap kegiatan dalam program
GNRHL 77,5 persen responden. Itu dikarenakan kepercayaan
masyarakat terhadap sistem hasil yang telah disepakati bersama dan
hasilnya yang tinggi. Hasil tersebut akan dijadikan modal bagi kegiatan
usaha taninya untuk meningkatkan pendapatan responden.
C. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
Partisipasi masyarakat disini adalah part isipasi anggota kelompok tani
yaitu keikutsertaan anggota kelompok tani dalam kegiatan program GNRHL.
Pengukuran partisipasi dilihat dari partisipasi pada tahap perencanaan,
part isipasi pada tahap pelaksanaan, partisipasi pada tahap pemantauan dan
evaluasi dan part isipasi pada tahap pemanfaatan hasil. Berikut ini akan
dijelaskan tingkat partisipasi masyarakat yang menjadi responden pada
masing-masing tahapan partisipasi :
1. Partisipasi Tahap Perencanaan
Part isipasi pada tahap perencanaan adalah peran serta langsung
anggota kelompok tani dalam proses pengambilan keputusan terhadap
kegiatan. Part isipasi masyarakat dalam tahap perencanaan meliputi :
pemilihan lokasi, rancangan teknis, pemahaman terhadap tujuan program,
intensitas menghadiri rapat , peranan anggota kelom pok tani dalam rapat
serta intensitas mengajukan ide atau gagasan.
Tabel 13 menjelaskan tentang seberapa besar tingkat partisipasi
responden pada tahap perencanaan program GNRHL.
Tabel 13. Tingkat partisipasi responden pada tahap perencanaan dalam kegiatan program GNRHL
No Tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan
Kategori Jumlah (orang)
%
1
Keseluruhan tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan Pemilihan lokasi
Tinggi ( 20-24 ) Sedang ( 14-19 ) Rendah ( 8-13 ) Tinggi ( 5- 6 ) Sedang ( 3-4 ) Rendah ( 2 )
6 20
14 4 9 27
10,0 50,0 40,0 10,0 12,5 77,5
2 Rancangan teknik Tinggi ( 3 )
Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
7
0 33
17,5
0,0 82,5
3 Pemahaman terhadap tujuan Tinggi (5-6 ) Sedang ( 3-4 ) Rendah ( 2 )
31 9 0
77,5 22,5
0,0 4 Intensitas menghadiri rapat Tinggi ( 3 )
Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
29
8 3
72,5
20,0 7,5
5 Peranan anggota dalam rapat Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
6 22 12
15,0 55,0 30,0
6 Intensitas mengajukan ide/gagasan
Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
10 21 9
25,0 52,5 22,5
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa keseluruhan tingkat
part isipasi dalam tahap perencanaan pada kategori tinggi sejumlah 6
responden (10 persen responden), kategori sedang sejumlah 20 responden
(50 persen responden), dan kategori rendah sejumlah 14 responden (40
persen responden). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat
part isipasi dalam tahap perencanaan pada kategori sedang. Hal ini
disebabkan karena keikutsertaan responden pada kegiatan-kegiatan
perencanaan belum sepenuhnya. Responden menganggap kegiatan-kegiatan
pada tahap perencanaan merupakan urusan orang-orang yang lebih
mengert i, dalam hal ini ketua kelompok tani yang menjadi perwakilan
mereka.
Secara rinci tingkat part isipasi dalam tahap perencanaan adalah
sebagai berikut :
a. Pemilihan lokasi
Menurut standar prosedur GNRHL Departemen Kehutanan
pemilihan lokasi adalah dipilih pada lahan milik rakyat yang kurang
produktif dengan tingkat pendapatan rendah. Dari tabel 13 pemilihan
lokasi dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak ada pada kategori rendah
(77,5 persen responden). Keadaan ini dikarenakan tidak dilibatkannya
responden pada kegiatan pemilihan lokasi. Dari ketentuan program
GNRHL para masyarakat dalam pemilihan lokasi masyarakat dilibatkan
tetapi dalam pelaksanaan dilapang kenyataannya masyarakat tidak
dilibatkan, tidak dilibatkan karena responden pada pertemuan awal
sudah mengusulkan bahwa kegiatan pemilihan lokasi tidak dilibatkan
saja, responden menganggap kegiatan pemilihan lokasi pada tahap
perencanaan merupakan urusan orang-orang yang lebih mengert i, dalam
hal ini ketua kelompok tani yang menjadi perwakilan m ereka dan ketua
kelompok tani yang dilibatkan dalam pemilihan lokasi serta dibantu
oleh tokoh masyarakat seperti RT.
b. Rancangan teknis
Rancangan teknis adalah desain lapangan atau pola kegiatan
teknis rinci dari setiap kegiatan yang meliputi keadaan umum lokasi,
kebutuhan bibit, sarana/prasarana, teknis penanaman, pola tanam,
kebutuhan tenaga kerja dan biaya. Keadaan umum lokasi merupakan
lahan yang tidak subur, kemiringannya sedang sampai tinggi atau
topografinya miring samapi berbukit-bukit . Kebutuhan bibit
disesuaikan dengan agroklimat, kehendak masyarakat dan aspek pasar,
dari kesesuaian tersebut dipilih bibit jati dengan kebutuhan bibit 11.000
batang (ditanam 10.000 batang dan sulam 1.000 batang).
Sarana/prasarana meliputi petunjuk lokasi, gubug kerja dan papan
nama, petunjuk pohon tegakan dan biaya pengolahan. Teknis
penanaman meliputi bibit dimasukan dalam tanah (lubang tanaman)
sedalam leher akar, ujung akar tunggang supaya tetap lurus,
tanahsekitar batang harus dipadatkan, akar cabang diusahakan
kesamping dan permukaan tanah harus rata atau agak cembung supaya
tidak tergenang. Pola tanam yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini
adalah pola tumpang sari yaitu kombinasi tanaman kayu-kayuan (jati)
dengan tanaman pertanian (semusim). Selanjutnya untuk pelaksanaan
program kebutuhan tenaga kerja dilakukan responden itu sendiri, sarana
produktif yang berupa anjir, bibit, pupuk, obat fungisida dan insekt isida
dari dana bantuan pemerintah. Sedangkan biaya tenaga sepert i
pembuatan lubang, penanaman, pengobatan, pemeliharaan oleh
responden itu sendiri.
Dari tabel 13 rancangan teknis dapat dilihat bahwa jumlah
terbanyak ada pada kategori rendah yaitu 82,5 persen. Keadaan ini
dikarenakan dari ketentuan program rancangan teknis disusun oleh
aparat dinas kehutanan dan disahkan oleh Kepala Dinas Kehutanan.
Maka rancangan teknis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan program,
selain itu juga dibantu oleh ketua kelompok tani, sekretaris, bendahara
dan tokoh masyarakat seperti RT.
c. Pemahaman terhadap tujuan program
Pemahaman terhadap tujuan program adalah pengetahuan pada
diri anggota kelompok tani GNRHL untuk menyebutkan tujuan
program GNRHL. Tujuan program GNRHL meliputi terwujudnya
tanaman hutan rakyat sebagai upaya rehabilitasi, memulihkan dan
mempertahankan fungsi-fungsi hutan dan lahan secara terkoordinasi,
meningkatkan produkt ifitas lahan dengan berbagai hasil tanaman hutan
rakyat berupa kayu-kayuan dan non kayu, memberikan peluang
kesempatan kerja dan kesempatan masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, serta meningkatkan kualitas
lingkungan melalui percepatan rehabilitasi dan konservasi tanah. Dari
tabel 13 terlihat bahwa pemahaman terhadap tujuan program GNRHL
dalam kategori tinggi yaitu 77,5 persen. Ini berarti bahwa sebagian
besar responden memiliki pengetahuan, tanggapan dan kecenderungan
bert indak yang dapat menyebutkan 4-5 tujuan program yang ada.
d. Intensitas menghadiri rapat
Intensitas menghadiri rapat disini adalah banyaknya responden
yang mengikuti rapat pada tahap perencanaan. Rapat yang diadakan
meliputi penjelasan program GNRHL, perencanaan penentuan lokasi,
pelaksanaan program, dan rapat rutin 35 hari sekali yang membahas
mengenai laporan dari anggota kelompok tani tentang keadaan tanaman
(mat i, pertumbuhan tidak subur dan subur), cara-cara mengatasi hal
tersebut dan arisan.
Dari tabel 13 intensitas menghadiri rapat dapat dilihat bahwa
jumlah terbanyak ada pada kategori tinggi (72,5 persen responden).
Keadaan ini dikarenakan keikutsertaan responden pada intensitas
menghadiri rapat merupakan kewajiban dan kesadaran sendiri yang
tergolong dalam anggota kelompok tani yang mengikuti program
GNRHL, yaitu menghadiri rapat sebanyak 10 kali dalam satu tahun.
e. Peranan anggota kelompok tani dalam rapat
Dari tabel 13 mengenai peranan anggota kelompok tani dalam
rapat dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak ada pada kategori sedang
(55 persen responden). Keadaan ini dikarenakan responden berperan
aktif untuk mengajukan beberapa usul dan saran, responden
mengajukan beberapa usul dan saran karena mereka menganggap
peranan terhadap urusan rapat sepert i itu untuk orang-orang yang lebih
mengert i, dalam hal ini ketua kelompok tani yang menjadi pemim pin
rapat mereka.
f. Intensitas mengajukan ide atau gagasan
Intensitas mengajukan ide atau gagasan adalah berupa sering
tidaknya anggota kelompok tani dalam mengajukan ide atau
gagasannya. Dilihat dari tabel 13 intensitas mengajukan ide atau
gagasan pada kategori sedang (52,5 persen responden), dalam kategori
sedang hal ini disebabkan yang mengajukan ide atau gagasan adalah
orang-orang yang lebih mengerti dan yang mampu terhadap kegiatan
program GNRHL tersebut. Ide atau gagasan responden meliputi
sebagian responden mempunyai ide atau gagasan untuk memperbaiki
gubug yang ambruk. Tetapi dalam kasus yang berbeda yaitu pada
tanaman jati yang mati, responden mempunyai ide atau gagasan untuk
mengajukan penyulaman ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
2. Partisipasi Tahap Pelaksanaan
Part isipasi pada tahap pelaksanaan adalah part isipasi anggota
kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
Tingkat partisipasi ini dapat dilihat dari : keakt ifan dalam mengikuti
kegiatan persiapan lahan, pemilihan jenis tanaman, komposisi tanaman,
kegiatan penanaman, waktu pemeliharaan yang baik, pemupukan dan
penyulaman. Berikut akan dijelaskan tentang jumlah dan persentase tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan pada tabel 14.
Tabel 14. Tingkat partisipasi responden pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan program GNRHL
No Tingkat partisipasi dalam tahap
pelaksanaan
Kategori Jumlah
(orang)
%
1
Keseluruhan tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan Keaktifan dalam persiapan lahan
Tinggi ( 27-33 ) Sedang ( 19-26 ) Rendah ( 11-18 ) Tinggi ( 5- 6 )
Sedang ( 3-4 ) Rendah ( 2 )
20 17 3 24
14 2
50,0 42,5
7,5 60,0
35,0 5,0
2 Pemilihan jenis tanaman Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
37 3 0
92,5 7,5 0,0
3 Komposisi jenis tanaman Tinggi ( 3 )
Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
29
8 3
72,5
20,0 7,5
4 Penanaman Tinggi ( 5- 6 ) Sedang ( 3-4 ) Rendah ( 2 )
20 20 0
50,0 50,0
0,0 5 Waktu pemeliharaan yang baik Tinggi ( 3 )
Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
20 17 3
50,0 42,5
7,5
6 Pemupukan Tinggi ( 5- 6 ) Sedang ( 3-4 ) Rendah ( 2 )
19 18 3
47,5 45,0
7,5 7 Penyulaman Tinggi ( 5-6 )
Sedang ( 3-4 ) Rendah ( 2 )
17 20 3
42,5 50,0
7,5
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa keseluruhan tingkat
part isipasi dalam tahap pelaksanaan pada kategori tinggi sejumlah 20
responden (50 persen responden), kategori sedang sejumlah 17 responden
(42,5 persen responden), dan kategori rendah sejumlah 3 responden (7,5
persen responden). Hal ini berart i dapat disimpulkan bahwa tingkat
part isipasi dalam tahap pelaksanaan pada kategori tinggi. Partisipasi dalam
tahap pelaksanaan pada kategori tinggi disebabkan karena dari kegiatan
yang ada hampir sepenuhnya dilaksanakan oleh responden.
Secara rinci tingkat part isipasi dalam tahap pelaksanaan adalah
sebagai berikut :
a. Keaktifan dalam mengikuti kegiatan persiapan lahan
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui tingkat partisipasi
pelaksanaan responden pada kegiatan persiapan lahan sebagian besar 60
persen dalam kategori tinggi. Hal ini berart i tingkat partisipasi
responden pada kegiatan persiapan lahan ada pada kategori tinggi.
Part isipasi terbesar pada tahap ini berada pada kategori tinggi karena
kegiatan persiapan lahan dilakukan semua yaitu kegiatannya meliputi
yang pertama pengukuran petak, yang kedua pembersihan lapangan dan
pembuatan larikan kemudian yang ketiga pembuatan sarana dan
prasarana pendukung. Selanjutnya selain kegiatan persiapan lahan
tersebut mereka juga melakukan kegiatan lain meliputi pemancangan
ajir, pembuatan piringan tanaman dan pembuatan lubang tanaman.
Kegiatan persiapan lahan perlu diikuti atau dilakukan karena agar
pelaksanaannya berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan program
yaitu kelestarian sumber daya alam yang bisa meningkatkan
kesuburannya, pertumbuhan tanaman-tanaman yang akan diusahakan
menjadi baik sehingga dapat diharapkan hasil tanamannya dan
pendapatan warga masyarakat pelaksana program meningkat.
b. Pemilihan jenis tanaman
Pemilihan jenis tanaman adalah tersedianya jenis tanaman yang
dipilih untuk hutan rakyat dengan kehendak masyarakat, kesesuaian
agroklimat dan aspek pasar. Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui
tingkat partisipasi pelaksanaan responden pada pemilihan jenis
tanaman dengan persentase 92,5 persen. Partisipasi terbesar pada tahap
ini berada pada kategori tinggi karena kegiatan pemilihan jenis tanaman
pada standar Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang telah ditentukan
dan disediakan yaitu jenis tanaman yang terpilih untuk hutan rakyat,
jenis tanamannya adalah tanaman jati dan mahoni. Jenis tanaman yang
dipilih sesuai dengan kehendak masyarakat, kesesuaian agroklimat dan
aspek pasar adalah tanaman jati, karena harga tanaman jati 4 kali lipat
dari tanaman mahoni.
c. Komposisi tanaman
Komposisi tanaman adalah tersedianya bibit hutan rakyat yang
siap tanam dengan komposisi jenis tanaman terdiri dari tanaman kayu-
kayuan dan jenis tanaman Multi Purpose Trees Spesies (MPTS) dengan
perbandingan 70% : 30%. Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui tingkat
part isipasi pelaksanaan responden pada komposisi tanaman dengan
persentase 72,5 persen. Partisipasi terbesar pada tahap ini berada pada
kategori tinggi karena tersedianya bibit hutan rakyat yang siap tanam
70% dan reponden menanami tanaman MPTS dengan 30% yaitu
tanaman MPTS yang terdiri dari jagung, kacang tanah dan ubi kayu
yang dapat diambil buah, bunga, kulit dan daunnya.
d. Kegiatan penanaman
Penanaman adalah penanaman tanaman utama yaitu tanaman
jati oleh masyarakat pemilik lahan dengan menggunakan tahap
penanaman. Tahap penanaman meliputi :
1. Siapkan lubang tanam sekurang-kurangnya 1 minggu sebelum bibit
ditanam.
2. Setelah diseleksi bibit diangkut dengan prinsip cepat, cermat dan
tepat.
3. Sobek plastik sebelum ditanam, sobekan plastik tempatkan pada
ujung anjir.
4. Masukan bibit pada lubang tanam
5. Tutup tanah disekitar lubang dan sedikit ditekan agar tidak goyang.
6. Ikatkan tanaman pada anjir apabila batang pohon terlihat
miring/roboh.
7. Siram secukupnya apabila kondisi tanah kurang lembab.
Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa partisipasi responden
terhadap kegiatan pelaksanaan penanaman dalam persentase yang sama
yaitu tinggi dan sedang masing-masing 50 persen. Hal ini berart i 20
responden menggunakan tahap penanaman sebagian dan urut
sedangkan 20 responden lagi dilakukan secara keseluruhan, urut dan
sesuai petunjuk PPL. Hal ini karena menurut responden walau
menggunakan tahap penanaman sebagian dan urut hasil
perkembangannya hampir sama dengan tahap yang dilakukan secara
keseluruhan, urut dan sesuai petunjuk PPL . Selain itu, 20 responden
yang menggunakan tahap penanaman sebagian dan urut tidak
menggunakan tahap penanaman secara keseluruhan, urut dan sesuai
petunjuk PPL karena sebagian waktu responden digunakan untuk kerja
di luar usaha tani misalnya kerja di bangunan. Tahap penanaman yang
dilakukan sebagian dan urut dapat mengakibatkan hasil program
GNRHL kurang baik, misalnya kesuburan tanaman kurang, kecepatan
pertumbuhan pertanaman lambat dan mutu hasilnya kurang
memuaskan.
e. Waktu pemeliharaan yang baik
Waktu pemeliharaan yang baik dilakukan pada pemeliharaan
tahun berjalan, pemeliharaan tahun pertama dan kedua dengan cara
melakukan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan serta
melakukan pemberantasan hama penyakit . Dari tabel 14 dalam
pemeliharaan tanaman yang baik dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak
ada pada kategori tinggi (yang melakukan pemeliharaan pada tahun
berjalan, tahun pertama dan tahun kedua) dengan 50 persen responden.
Keadaan ini dikarenakan responden menyatakan bahwa pemeliharaan
itu perlu dilakukan oleh mereka peserta program GNRHL, karena tanpa
pemeliharaan akan sia-sia apa yang telah dilakukan sebelumnya.
f. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada sekeliling tanaman dengan jenis
pupuk dan dosis sesuai dengan kebutuhan, pemupukan juga dilakukan
apabila terdapat pertumbuhan tanaman kurang baik, dengan dosis dan
jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi lahan. Dari tabel 14
dalam pemupukan dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak ada pada
kategori tinggi (47,5 persen responden). Keadaan ini dikarenakan
responden melakukan pemupukan sesuai dengan prosedur yaitu
dilakukan pemupukan apabila terdapat tanaman yang kurang baik,
dengan dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi
lahan. Selain dengan prosedur itu responden yakin pemupukan tersebut
akan memberikan hasil yang baik. Pemupukan menggunakan pupuk
bokasi dengan dosis 700 kg/ha dan pupuk majemuk dengan dosis 12
kg/ha. Pemupukan pada tanaman ini dilakukan pada saat awal tanam
pada bulan November dan pada akhir musim penghujan (2x/tahun) pada
bulan Maret . Pemupukan terbanyak ada pada kategori tinggi (47,5
persen responden), dapat dilihat pemupukan terbanyak kurang dari 50
persen responden, berart i yang lainnya kurang baik dikarenakan
sebagian pupuk yang seharusnya digunakan untuk tanaman jati
digunakan untuk tanaman semusim dibawah tegakan tanaman jati,
misalnya digunakan tanaman kacang tanah, jagung dan ubi kayu.
g. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati, tanaman
yang kurang baik atau tanaman yang tidak dikehendaki dilaksanakan
pada saat puncak musim penghujan dengan bibit yang berkualitas. Dari
tabel 14 dalam penyulaman dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak ada
pada kategori sedang (50 persen responden). Keadaan ini dikarenakan
responden melakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati saja.
Pemberian penyulaman yang seharusnya digunakan untuk tanaman
yang kurang baik atau tanaman yang tidak dikehendaki dipergunakan
untuk menanami di lahan yang berbeda, memperluas lahan penanaman
lagi.
3. Partisipasi Tahap Pem antauan dan Evaluasi
Part isipasi tahap pemantauan dan evaluasi adalah partisipasi
anggota kelompok tani pada tahap penilaian kegiatan program GNRHL
yang diukur berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan kepada
responden. Pada tahap pemantauan dan evaluasi masyarakat melakukan
penilaian dengan cara: ikut terlibat dalam penilaian, memberikan kritikan
terhadap pelaksanaan kegiatan, dan memberikan saran terhadap kegiatan
yang telah dilaksanakan. Masukan berupa saran dan kritikan yang diberikan
responden terhadap pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan yang selanjutnya.
Tabel 15. Tingkat part isipasi responden pada tahap pemantauan dan evaluasi dalam kegiatan program GNRHL
No Tingkat partisipasi dalam tahap pemantauan dan evaluasi
Kategori Jumlah
(orang)
%
1
Keseluruhan tingkat partisipasi dalam tahap pemantauan dan
evaluasi Keterlibatan dalam penilaian
Tinggi ( >12 ) Sedang ( 8-11 )
Rendah ( 4-7 ) Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
7 30
3 7 27 6
17,5 75,0
7,5 17,5 67,5 15,0
2 Penilaian manfaat Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
36 4 0
90,0 10,0 0,0
3 Peranan dalam penilaian Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
12 23 5
30,0 57,5 12,5
4 Ditanggapi atau tidaknya keluhan anggota
Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
37 0 3
92,5 0,0 7,5
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa keseluruhan tingkat
part isipasi dalam tahap pemantauan dan evaluasi pada kategori tinggi
sejumlah 7 responden (17,5 persen responden), kategori sedang sejumlah
30 responden (75 persen responden), dan kategori rendah sejumlah 3
responden (7,5 persen responden). Hal ini berart i dapat disimpulkan bahwa
tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan pada kategori sedang.
Part isipasi dalam tahap pemantauan dan evaluasi pada kategori sedang
disebabkan karena keterlibatan dan peranan dalam penilaian responden
kurang dilibatkan untuk memberi masukan-masukan, responden
memberikan masukan dan membahas tentang kegiatan yang telah
dilaksanakan hanya dengan teman-teman kelompok saja.
Secara rinci tingkat part isipasi dalam tahap pemantauan dan
evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Keterlibatan dalam penilaian
Dari tabel 15 dapat dilihat partisipasi pada tahap pemantauan
dan evaluasi dalam keterlibatan dalam penilaian terbanyak berada pada
kategori sedang (67,5 persen responden). Pada tahap ini t ingkat
part isipasi terbesar ada pada kategori sedang, hal ini
dikarenakan responden hanya kadang-kadang dilibatkan dalam
penilaian yaitu responden dalam kategori anggota kelompok tani, sebab
yang selalu dilibatkan dalam penilaian terhadap hasil pelaksanaan
GNRHL pada persiapan lahan, pemilihan jenis tanaman, penanaman
dan pemeliharaan adalah ketua kelompok tani yang lebih menguasai.
b. Penilaian manfaat
Dari tabel 15 dapat dilihat part isipasi pada tahap pemantauan
dan evaluasi dalam penilaian manfaat terbanyak berada pada kategori
tinggi (90 persen responden). Pada tahap ini tingkat part isipasi terbesar
ada pada kategori tinggi, hal ini dikarenakan responden menilai
terhadap kegiatan program GNRHL pada kegiatan administrasi,
pembuatan tanaman hutan rakyat, pemeliharaan, pengawasan dan
pengendalian GNRHL cukup bermanfaat. Penilaian responden pada
kegiatan administrasi program GNRHL berhasil baik, merata kena
sasaran serta agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana dan memberi
kemudahan dalam lapang. Pada pembuatan tanaman hutan rakyat
penilaian responden adalah hasil tanaman hutan rakyat mempunyai
prospek pendapatan yang tinggi dan dapat mencegah kerusakan lahan
sehingga tanah menjadi lebih baik. Responden menilai adanya
pemeliharaan akan mempercepat pertumbuhan, pertumbuhan cepat
akan diikuti dengan tanaman cepat besar sehingga nilai jualnya tinggi.
Selanjutnya adanya pengawasan dan pengendalian GNRHL akan bisa
segera diatasi apabila ada masalah dalam program sepert i ada hama,
penyakit , pertumbuhan tanaman lambat dan gulma. Pengawasan dan
pengendalian GNRHL dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan
Perkebunan, PPL dan dibantu oleh ketua kelompok tani.
c. Peranan dalam penilaian
Dari tabel 15 dapat dilihat part isipasi pada tahap pemantauan
dan evaluasi dalam peranan dalam penilaian kegiatan program GNRHL
terbanyak berada pada kategori sedang (57,5 persen responden). Pada
tahap ini tingkat part isipasi terbesar ada pada kategori sedang, hal ini
dikarenakan apabila responden merasakan dalam kegiatan ini kurang
memuaskan mereka memberikan masukan dan membahas tentang
kegiatan yang telah dilaksanakan hanya dengan teman-teman kelompok
saja, kemudian ketua kelompok tani akan menampung masuk-masukan
anggotanya dan memberikan masukan pada Dinas Kehutan dan
Perkebunan baik dalam rapat resmi maupun secara informal.
d. Ditanggapi atau tidaknya keluhan anggota
Dari tabel 15 dapat dilihat part isipasi pada tahap pemantauan
dan evaluasi dalam penilaian manfaat terbanyak berada pada kategori
tinggi (92,5 persen responden). Pada tahap ini tingkat partisipasi
terbesar ada pada kategori tinggi, hal ini dikarenakan masukan yang
disampaikan ketua kelompok tani langsung dan selalu ditanggapi oleh
Dinas Kehutan dan Perkebunan, sepert i laporan tentang gubug yang
ambruk dan dapat penyulaman apabila terdapat tanaman yang mati.
4. Partisipasi Tahap Pem anfaatan Hasil
Part isipasi pada tahap pemanfaatan hasil adalah part isipasi anggota
kelompok tani dalam pemanfaatan hasil pada pemanenan dibawah tegakan
tanaman jati. Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil yaitu keaktifan atau
keterlibatan responden dalam pemanfaatan hasil pada pemanenan dibawah
tegakan tanaman jati. Selain dilihat dari sejauh mana keakt ifan responden
tetapi dilihat juga dari manfaat yang dirasakan anggota kelompok tani
dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada tabel 16 dijelaskan
tentang jumlah dan persentase tingkat part isipasi responden pada tahap
pemanfaatan hasil.
Tabel 16. Tingkat partisipasi responden pada tahap pemanfaatan hasil dalam kegiatan program GNRHL
No Tingkat partisipasi dalam tahap
pemanfaatan hasil
Kategori Jumlah
(orang)
%
1
Keseluruhan tingkat partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil
Keaktifan dalam pemanenan dibawah tegakan jati
Tinggi ( 16-18 ) Sedang ( 11-15 )
Rendah ( 6-10 ) Tinggi ( 7-9 ) Sedang ( 4-6 ) Rendah ( 3 )
29 8
3 31 6 3
72.5 20
7.5 77,5 15,0 7,5
2 Manfaat aspek ekonomi Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
18 19 3
45,0 47,5 7,5
3 Manfaat aspek sosial Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
33 5 2
82,5 12,5 5,0
4 Manfaat aspek lingkungan Tinggi ( 3 ) Sedang ( 2 ) Rendah ( 1 )
35 3 2
87,5 7,5 5,0
Sumber : Analisis data primer 2009
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa keseluruhan tingkat
part isipasi dalam tahap pemanfaatan hasil pada kategori tinggi sejumlah 29
responden (72,5 persen responden), kategori sedang sejumlah 8 responden
(20 persen responden), dan kategori rendah sejumlah 3 responden (7,5
persen responden). Hal ini berart i dapat disimpulkan bahwa tingkat
part isipasi dalam tahap pemanfaatan hasil pada kategori tinggi. Partisipasi
dalam tahap pemanfaatan hasil pada kategori tinggi disebabkan karena
keakt ifan dan manfaat yang dirasakan responden sudah cukup optimal,
dapat dilihat pada manfaat aspek sosial dan aspek lingkungan yang tinggi.
Secara rinci tingkat part isipasi dalam tahap pemanfaatan hasil
adalah sebagai berikut :
a. Keaktifan dalam pemanenan dibawah tegakan tanaman jati
Dari tabel 16 dapat diketahui tingkat part isipasi pada tahap
pemanfaatan hasil dalam keakt ifan pemanenan dibawah tegakan
tanaman jati paling banyak berada pada kategori tinggi dengan
persentase 77,5 persen. Partisipasi pada tahap ini paling tinggi ada pada
kategori tinggi dikarenakan keakt ifan pada pemanenan hasil dibawah
tegakan tanaman jati yang diraskan responden sudah optimal.
Responden menanami tanaman dibawah tegakan kebanyakan menanami
jagung, kacang tanah dan ubi kayu. Selanjutnya pada pergiliran musim
berikutnya responden tetap menanami tanaman jagung maupun kacang
tanah.
b. Manfaat aspek ekonomi
Dari tabel 16 dapat diketahui tingkat part isipasi pada tahap
pemanfaatan hasil pada aspek ekonomi paling banyak berada pada
kategori sedang dengan persentase 47,5 persen. Partisipasi pada tahap
ini paling tinggi ada pada kategori sedang dikarenakan dilihat dari
manfaat kegiatan program GNRHL yang dirasakan responden pada
aspek ekonomi belum begitu maksimal. Menurut mereka melakukan
kegiatan pertanian yaitu tumpang sari dibawah tegakan tanaman jati
kurang bisa membantu dan meningkatkan pendapatan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari karena hasilnya sebagian besar untuk konsumsi
sendiri. Sedangkan hasil tanaman utama yaitu tanaman jati dapat
dirasakan masih lama antara 10 tahun dan 20 tahun kemudian tetapi
mereka tetap optimis karena meraka tahu bahwa hasil dari tanaman jati
sangat tinggi dan akan dapat mencukupi kebutuhan kelak.
c. Manfaat aspek sosial
Dari tabel 16 dapat diketahui tingkat part isipasi pada tahap
pemanfaatan hasil pada aspek sosial paling banyak berada pada kategori
tinggi dengan persentase 82,5 persen. Partisipasi pada tahap ini paling
tinggi ada pada kategori tinggi dikarenakan dilihat dari manfaat
kegiatan program GNRHL yang dirasakan responden pada aspek sosial
bisa membantu menyediakan lapangan kerja bagi mereka yaitu bertani
untuk mengisi waktu luang atau hanya sebagai pekerjaan sambilan dan
dulu tanahnya tidak di garap atau tidak digunakan sekarang digunakan
untuk tanaman musiman yaitu dalam satu tahun dua kali tanam.
d. Manfaat aspek lingkungan
Dari tabel 16 dapat diketahui tingkat part isipasi pada tahap
pemanfaatan hasil pada aspek lingkungan paling banyak berada pada
kategori tinggi dengan persentase 87,5 persen. Partisipasi pada tahap ini
paling tinggi ada pada kategori tinggi dikarenakan dilihat dari manfaat
kegiatan program GNRHL yang dirasakan responden pada aspek
lingkungan bisa membantu upaya pengelolaan hutan rakyat yang lestari
di wilayah desa Genengduwur yaitu dapat menahan erosi, tanaman jati
bisa menutup lahan dan meningkatkan peresapan air kebawah.
D. Hubungan Kesempatan, Kem am puan dan Kemauan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program GNRHL
Hubungan kesempatan, kemampuan dan kemauan dengan tingkat
part isipasi masyarakat dalam program GNRHL dapat diketahui dengan
menggunakan iji korelasi Rank Sperman. Pada penelitian ini uji signifikansi
terhadap nilai rs menggunakan uji t pada taraf kepercayaan 95 persen atau
dengan α = 0,05.
1. Hubungan Antara Kesempatan, Kemampuan dan Kemauan (X) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan (Y1) dalam Program GNRHL
Faktor penentu pengembangan partisipasi terdiri dari kesempatan,
kemampuan dan kemauan masyarakat dalam program GNRHL. Faktor-
faktor penentu tersebut akan mempengaruhi tingkat partisipasi pada tahap
perencanaan yaitu dilihat dari peran serta langsung masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan terhadap kegiatan.
Pada tabel 17 dijelaskan tentang hubungan kesempatan,
kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat part isipasi masyarakat pada
tahap perencanaan (Y1) dalam program GNRHL.
Tabel 17. Hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan (Y1) dalam program GNRHL
No Faktor Penentu Pengembangan
Partisipasi Tahap Perencanaan
α Kesimpulan
Partisipasi (X) rs t hitung t tabel 1
2 3
Kesempatan
Kemampuan Kemauan
0,717*
0,081* 0,730*
6,339
8,252 6,585
2,021
2,021 2,021
0,05
0,05 0,05
S
S S
Sumber : Analisis data primer 2009 Keterangan : S = Signifikan (*)
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa faktor penentu
pengembangan partisipasi yaitu kesempatan, kemampuan dan kemauan
berhubungan nyata atau signifikan terhadap tingkat part isipasi masyarakat
pada tahap perencanaan dengan taraf kepercacayaan 95 persen.
Hubungan antara kesempatan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap perencanaan diketahui bahwa nilai rs 0,717 dengan t hitung 6,339
lebih besar dari pada t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kesempatan masyarakat dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap perencanaan dengan arah yang
positif. Hasil yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa kesempatan
masyarakat yang dimiliki masyarakat untuk berperan akt if dalam setiap
kegiatan memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan. Kesempatan masyarakat dalam
tingkat part isipasi pada tahap perencanaan yang dimiliki berupa informasi
yang diperoleh dan pemanfaatan sarana prasarana.
Hubungan antara kemampuan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap perencanaan diketahui bahwa nilai rs 0,081 dengan t hitung 8,252
lebih besar dari t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kemampuan masyarakat dengan tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap perencanaan dengan arah yang positif.
Hasil yang signifikan ini disebabkan karena sebagian besar menganggap
dirinya cukup mampu, sehingga mereka cukup akt if memahami
kesempatan yang ada dalam perencanaan. Arah yang positif menunjukkan
bahwa semakin tinggi kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam
setiap kegiatan maka akan semakin cepat pula proses pengembangan
part isipasi pada tahap perencanaan. Kemampuan masyarakat dalam
memahami kesempatan berupa memanfaatkan kesempatan serta
kemampuan dalam melaksanakan kegiatan yang tinggi tentunya akan
menggerakkan dan mengembangkan part isipasi. Dengan kemampuan
masyarakat yang tinggi yaitu dilihat dari intensitas menghadiri pertemuan,
menghadiri saat memperoleh sarana dan prasarana, menghadiri saat
pemilihan lokasi dan menghadiri saat persipan lahan, dan juga kemampuan
dalam melaksanakan kegiatan, maka proses penyusunan perencanaan akan
berjalan dengan baik.
Hubungan antara kemauan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap perencanaan diketahui bahwa nilai rs 0,730 dengan t hitung 6,585
lebih besar dari pada t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kemauan masyarakat dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap perencanaan dengan arah yang
positif. Hasil yang signifikan ini disebabkan karena keinginan awal
mereka untuk meningkatkan kondisi sosial ekonom i mereka. Arah yang
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kemauan masyarakat untuk
berperan aktif dalam setiap kegiatan maka akan semakin cepat pula proses
pengembangan part isipasi pada tahap perencanaan.
2. Hubungan Antara Kesempatan, Kemampuan dan Kemauan (X) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan (Y2) dalam Program GNRHL
Partisipasi pada tahap pelaksanaan adalah part isipasi masyarakat
dalam setiap kegiatan program GNRHL yang telah direncanakan.
Partisipasi tersebut akan ditentukan oleh kesempatan, kemampuan dan
kemauan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Pada tabel 18 dijelaskan tentang hubungan antara kesempatan,
kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat part isipasi masyarakat pada
tahap pelaksanaan (Y2) dalam program GNRHL.
Tabel 18. Hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan (Y2) dalam program GNRHL
No Faktor Penentu Pengembangan
Partisipasi Tahap Pelaksanaan
α Kesimpulan
Partisipasi (X) rs t hitung t tabel 1
2 3
Kesempatan
Kemampuan Kemauan
0,484*
0,596* 0,647*
3,408
4,574 5,227
2,021
2,021 2,021
0,05
0,05 0,05
S
S S
Sumber : Analisis data primer 2009 Keterangan : S = Signifikan (*)
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa faktor penentu
pengembangan partisipasi yaitu kesempatan, kemampuan dan kemauan
berhubungan nyata atau signifikan terhadap tingkat part isipasi masyarakat
pada tahap pelaksanaan dengan taraf kepercayaan 95 persen.
Hubungan antara kesempatan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap pelaksanaan diketahui bahwa nilai rs 0,484 dengan t hitung 3,408
lebih besar dari pada t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kesempatan dengan tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dengan arah yang positif.
Hasil yang signifikan ini disebabkan karena mereka menganggap kegiatan
tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Arah yang positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi kesempatan yang dimiliki masyarakat
untuk berperan akt if dalam setiap kegiatan maka akan semakin cepat pula
proses pengembangan partisipasi pada tahap pelaksanaan. Masyarakat
yang lebih dapat memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan akan
lebih bisa menggerakkan part isipasi. Pemanfaatan kesempatan disini
adalah dengan mengikuti kegiatan yang telah direncanakan dalam program
GNRHL yaitu persiapan lahan, pemilihan jenis tanaman, penanaman dan
pemeliharaan.
Hubungan antara kemampuan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap pelaksanaan diketahui bahwa nilai rs 0,596 dengan t hitung 4,574
lebih besar dari t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kemampuan dengan tingkat partisipasi
masyarakat pada tahap pelaksanaan dengan arah yang positif. Hasil yang
signifikan ini disebabkan karena masyarakat akan berusaha melaksanakan
setiap kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal. Arah yang positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi kesempatan yang dimiliki masyarakat
untuk berperan akt if dalam setiap kegiatan maka akan semakin baik pula
proses pengembangan part isipasi pada tahap pelaksanaan. Dengan
kemampuan masyarakat yang tinggi yaitu dalam mengikuti setiap kegiatan
yang telah direncanakan bersama, pelaksanaan kegiatan akan berjalan
dengan baik.
Hubungan antara kemauan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap pelaksanaan diketahui bahwa nilai rs 0,647dengan t hitung 5,227
lebih besar dari t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kemauan dengan tingkat partisipasi
masyarakat pada tahap pelaksanaan dengan arah yang positif. Hasil yang
signifikan ini disebabkan karena kemauan tinggi untuk meningkatkan
kondisi sosial ekonomi akan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan
setiap kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Kemauan
masyarakat tersebut dapat dilihat dari keaktifan mereka dari awal kegiatan
sampai akhir kegiatan. Arah yang positif menunjukkan bahwa semakin
tinggi kemauan masyarakat untuk berperan akt if dalam setiap kegiatan
maka akan semakin cepat pula proses pengembangan part isipasi pada
tahap pelaksanaan.
3. Hubungan Antara Kesempatan, Kemampuan dan Kemauan (X) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pemantauan dan Evaluasi (Y3) dalam Program GNRHL
Partisipasi pada tahap pemantauan dan evaluasi, masyarakat
memberikan penialaian dalam kegiatan yang telah dilaksanakan.
Partisipasi pada tahap ini juga ditentukan oleh kesempatan, kemampuan
dan kemauan yang dimiliki masyarakat untuk memberikan penilaian.
Pada tabel 19 dijelaskan tentang hubungan antara kesempatan,
kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat part isipasi masyarakat pada
tahap pemantauan dan evaluasi (Y3) dalam program GNRHL.
Tabel 19. Hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pemantauan dan evaluasi (Y3) dalam program GNRHL
No Faktor Penentu Pengembangan
Partisipasi Tahap Pemantauan dan Evaluasi
α Kesimpulan
Partisipasi (X) rs t hitung t tabel
1 2 3
Kesempatan Kemampuan Kemauan
0,592* 0,693* 0,651*
4,526 5,924 5,287
2,021 2,021 2,021
0,05 0,05 0,05
S S S
Sumber : Analisis data primer 2009 Keterangan : S = Signifikan (*)
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa faktor penentu
pengembangan partisipasi yaitu kesempatan, kemampuan dan kemauan
berhubungan nyata atau signifikan terhadap tingkat part isipasi masyarakat
pada tahap pemantauan dan evaluasi dengan taraf kepercayaan 95 persen.
Hubungan antara kesempatan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap pemantauan dan evaluasi diketahui bahwa nilai rs 0,592 dengan t
hitung 4,526 lebih besar dari pada t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesempatan dengan
tingkat part isipasi masyarakat pada tahap pemantauan dan evaluasi dengan
arah yang positif. Hasil yang signifikan ini disebabkan karena apabila
masyarakat bisa memanfaatkan kesempatan untuk memberikan penilaian
terhadap kegiatan maka akan semakin banyak masukan-masukan yang
bisa memperbaiki kekurangan dari pelaksanaan kegiatan GNRHL. Arah
yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kesempatan yang dimiliki
masyarakat untuk berperan akt if dalam setiap kegiatan maka akan semakin
cepat pula proses pengembangan partisipasi pada tahap pemantauan dan
evaluasi.
Antara kemampuan masyarakat berhubungan signifikan terhadap
tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pemantauan dan evaluasi.
Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat dari nilai t hitung 5,924 lebih
besar dari t tabel 2,021. Nilai rs 0,693 menunjukkan bahwa semakin tinggi
kemampuan masyarakat untuk berperan akt if dalam setiap kegiatan maka
akan semakin cepat pula proses pengembangan part isipasi pada tahap
pemantauan dan evaluasi. Hal ini penilaian yang diberikan masyarakat
terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan akan dapat menjadi masukan
untuk perbaikan kegiatan selanjutnya.
Antara kemauan masyarakat dengan tingkat part isipasi masyarakat
pada tahap pemantauan dan evaluasi mempunyai hubungan yang
signifikan. Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat dari nilai t hitung
5,287 lebih besar dari pada t tabel 2,021. Nilai rs 0,651 menunjukkan
bahwa semakin t inggi kemauan masyarakat untuk berperan aktif dalam
setiap kegiatan maka akan semakin baik pula proses
pengembangan part isipasi pada tahap pemantauan dan evaluasi. Kemauan
yang tinggi untuk terlibat dalam setiap penilaian kegiatan yang telah
dilaksanakan, karena keingintahuan masyarakat tentang sejauh mana
keberhasilan program GNRHL dan apa yang menjadi kekurangan dan
kelebihan dari program GNRHL yang telah dilaksanakan tersebut.
4. Hubungan Antara Kesempatan, Kemampuan dan Kemauan (X) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pemanfaatan Hasil (Y4) dalam Program GNRHL
Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil yaitu partisipasi
masyarakat pada kegiatan tahap akhir. Faktor-faktor penentunya yaitu
kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat dalam kegiatan akhir
pada program GNRHL. Hubungan antara faktor penentu dengan tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil dapat dilihat pada
tabel 20 berikut ini :
Tabel 20. Hubungan antara kesempatan, kemampuan dan kemauan (X) dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil (Y4) dalam program GNRHL
No Faktor Penentu Pengembangan
Partisipasi Tahap Pemanfaatan Hasil
α Kesimpulan
Partisipasi (X) rs t hitung t tabel
1 2 3
Kesempatan Kemampuan Kemauan
0,518* 0,498* 0,587*
3,732 3,539 4,467
2,021 2,021 2,021
0,05 0,05 0,05
S S S
Sumber : Analisis data primer 2009 Keterangan : S = Signifikan (*)
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa faktor penentu
pengembangan partisipasi yaitu kesempatan, kemampuan dan kemauan
berhubungan nyata atau signifikan terhadap tingkat part isipasi masyarakat
pada tahap pemanfaatan hasil dengan taraf kepercayaan 95 persen.
Hubungan antara kesempatan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap pemanfaatan hasil diketahui bahwa nilai rs 0,518 dengan t hitung
3,732 lebih besar dari pada t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kesempatan dengan tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil dengan arah yang
positif. Hasil yang signifikan ini disebabkan karena masyarakat yang lebih
dapat memanfaatkan kesempatan dengan ikut berperan serta dalam
melakukan kegiatan pemanenan serta dapat merasakan manfaat dari
kegiatan yang telah dilaksanakan dapat menggerakkan partisipasi.
Pemanfaatan kesempatan disini berupa keaktifan masyarakat dalam
kegiatan pemanenan serta pemanfaatan hasil dibawah tegakan tanaman
jati. Arah yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kesempatan
masyarakat untuk berperan akt if dalam setiap kegiatan maka akan semakin
cepat pula proses pengembangan part isipasi pada tahap pemanfaatan hasil.
Hubungan antara kemampuan masyarakat dengan tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil berhubungan
signifikan. Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat dari nilai t hitung
3,539 lebih besar dari t tabel 2,021. Nilai rs 0,498 menunjukkan bahwa
semakin tinggi kemampuan masyarakat untuk berperan akt if dalam setiap
kegiatan maka akan semakin cepat pula proses pengembangan partisipasi
pada tahap pemanfaatan hasil. Hal ini dapat dilihat dari manfaat yang
dirasakan masyarakat dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dapat
memberikan manfaat yang baik bagi kehidupan mereka.
Hubungan antara kemauan dengan partisipasi masyarakat pada
tahap pemanfaatan hasil diketahui bahwa nilai rs 0,587 dengan t hitung
4,467 lebih besar dari pada t tabel 2,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kemauan dengan tingkat
part isipasi masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil dengan arah yang
positif. Hasil yang signifikan ini disebabkan karena tingginya tingkat
kemauan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pemanfaatan
hasil sepenuhnya mempengaruhi hasil yang mereka rasakan. Terutama
apabila dilihat dari aspek lingkungan yaitu bisa membantu upaya
pengelolaan hutan rakyat yang lestari, dari hasil kegiatan yang telah
dilakukan mereka bisa merasakan manfaatnya begitu juga dilihat dari
aspek sosial juga mereka bisa merasakan manfaatnya. Arah yang positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi kemauan masyarakat untuk berperan
aktif dalam setiap kegiatan maka akan semakin baik pula proses
pengembangan part isipasi pada tahap pemanfaatan hasil.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor penentu pengembangan partisipasi yang ada di Desa
Genengduwur Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen menurut
penelitian ini dapat diketahui sebagai berikut : (a) keseluruhan aspek
kesempatan ada pada kategori sedang, (b) keseluruhan aspek kemampuan
ada pada kategori sedang dan (c) keseluruhan aspek kemauan ada pada
kategori tinggi.
2. Dalam program GNRHL part isipasi masyarakat dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi sampai pemanfaatan
hasil. Secara rinci partisipasi pada tahap-tahap tersebut adalah sebagai
berikut : (a) partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dalam program
GNRHL secara keseluruhan termasuk dalam kategori sedang, (b)
part isipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam program GNRHL
secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi, (c) partisipasi
masyarakat pada tahap pemantauan dan evaluasi dalam program GNRHL
secara keseluruhan termasuk dalam kategori sedang dan (d) partisipasi
masyarakat pada tahap pemanfaatan hasil dalam program GNRHL secara
keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi.
3. Hubungan antara faktor-faktor penentu pengembangan partisipasi dengan
tingkat part isipasi masyarakat dalam program GNRHL sebagai berikut :
(a) terdapat hubungan yang signifikan antara kesempatan masyarakat
dengan tingkat part isipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil masyarakat dalam
progranm GNRHL, (b) terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan masyarakat dengan tingkat part isipasi pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan
hasil masyarakat dalam progranm GNRHL dan (c) terdapat hubungan
yang signifikan antara kemauan masyarakat dengan tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta
pemanfaatan hasil masyarakat dalam progranm GNRHL.
B. Saran
1. Kesempatan responden perlu ditingkatkan dengan cara menginformasikan
melalui forum penyuluhan tentang adanya program GNRHL bagi
masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan dan
memanfaatkan sarana prasarana dengan semestinya.
2. Kemampuan responden perlu ditingkatkan melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam
program GNRHL dengan cara mengikuti sekolah lapang.
3. Kemauan responden terhadap program GNRHL ini perlu dipertahankan
mengenai kewajiban para pengurus melalui rapat atau pertemuan kegiatan
GNRHL, sehingga dapat menguntungkan semua pihak yang tergabung
dalam program tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 1994. Hutan Hakikat Dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
______. 2001. Hutan Dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.
ASCAP. 1999. HRD Course for Proverty Alleviation. Bangkok: HRG division.
Bryan, Carolie and White Loise, G. 1982. Managing Develovment In The Third World. Westview Press. Boulder Colorado.
Carbonel, Aurora. 1982. The Role of Citizen Participation in Rural Developm ent, Integrated Research Program . UPLB, Los Banos, Philiphina.
Conyers, Diana. 1982. An Introduction To Social Planning In The Third World. John W illeyang Sons. New York.
Davis, Keith. 1975. Hum an Behavior at Work. Human Relations and Organization and Organizational Behavior. Mc Graw- Hill Book Com pany. New York.
Departemen Kehutanan. 2003. Ikhtisar Lahan Kritis Akhir Pelita VI. www.dephut.go.id/INFORMASI/BUKU2/Eks_04. Diakses tanggal 11 Februari 2008.
. 2004. Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Departemen Kehutanan. Jakarta.
Dinas Kehutanan Dan Perkebunan. 2004. Rencana Operasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Dinas Kehutanan Dan Perkebunan. Sragen.
Djarwanto, PS. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian Liberty. Yogyakarta.
Dusseldorp, D.B.M.W . Vab. 1981. Participation in Planned Developing Countries at Local Level in Rural Areas. Essays in Rural Sociology in Honour of RAJ van tier, Wageningen, the Netherland. Depth of Rural Sociology in Tropic, Wageningen Agric University.
Friedman, John. 1992. Empowment: The Politics of Aternative Developm ent. Cambridge: Balwell.
Hernanto. 1984. Petani Kecil, Potensi dan Tantangan Pembangunan. PT. Ganesia. Jakarta.
Mardikanto, T. 1987. Kom unikasi Masyarakat dalam Pem bangunan. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
______. 1988. Kom unikasi Pembangunan. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
______. 2001. Prosedur Penelitian Penyuluhan Pembangunan. Prima Theresia Pressindo. Surakarta.
______. 2002. Perhutanan Sosial: Konsep dan Penerapan. Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Perhutanan Sosial. Surakarta.
Marpaung, Leden. Tindak pidana terhadap hutan, hasil hutan dan satwa. 1995. Erlangga. Jakarta.
Mosher, A.T. 1991. Menggerakkan dan Mem bangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Ndraha, Talizuduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta. Jakarta.
Pamulardi, B. 1999. Hukum Kehutanan Dan Pem bangunan Bidang Kehutanan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Sadjad, S. 1993. Kamus Pertanian. Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Salim, H.S., S.H., M.S. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. 2002. Sinar Grafika. Jakarta.
Sastropoetro, S. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin Dalam Pem bangunan Nasional. Alumni. Bandung.
Scot t, J. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Siegel, Sidney. 1994. Statistika Non Parametik Untuk Ilm u-Ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, M dan Effendy. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
Siregar, AN. 2003. Perencanaan dan Aktivitas Sumberdaya Manusia di Sektor Pertanian. IPB. Bogor.
Slamet Margono. 1985. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pem bangunan. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Smith, D.M;B.C.Larson; M.J. Kelty and P.M.S. Ashton. 1996. The Practice of Silviculture Applied Forest Ecology. Jhon W iley&Sons,Inc. New York.
Soetriono. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Bayumedia. Madang.
Sumaryo. 1991. Penggunaan Pupuk Cair dari PT.Palur Raya Untuk Tanaman Cabe di Tanah Litosol Desa Genengduwur Kecam atan Gem olong. Fak. Pertanian UNS.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.
Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-Pokok Kebijakan Perencanaan Pem rogram an dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional. Rajawali. Jakarta.
Wardojo. 1992. Pendekatan Penyuluhan Pertanian Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Penyuluhan Pembangunan di Indonesia. Menyongsong Abad XXI. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.
Lampiran 1. Data Identitas Responden
No
Nama Dusun Umur (thn)
Pekerjaan Pendidikan terakhir
Status dalam GNRHL
1 Suyadman Pilangrejo 42 Pamong desa STM Ketua Kelp.Tani
2 Supar Pilangrejo 47 Tukang batu SD Anggota 3 Setugito Pilangrejo 53 Tukang batu SD Anggota 4 Surat Pilangrejo 45 Tukang kayu SD Anggota
5 Sukarmin Pilangrejo 50 Tukang kayu SD Anggota 6 Senin Pilangrejo 55 Petani SD Anggota 7 Parman Pilangrejo 53 Tukang batu SD Anggota 8 Sugiyo Pilangrejo 50 Petani SD Anggota
9 Suradi Pilangrejo 45 Petani SD Anggota 10 Sukimin Pilangrejo 40 Pamong desa SD Seketaris 11 Wakidi Pilangrejo 45 Petani SMP Bendahara
12 Sukidi Pilangrejo 45 Petani SD Seksi Humas 13 Ngadimin Pilangrejo 50 Petani SD Seksi Umum 14 Kalimin Pilangrejo 53 Buruh SMP Seksi Keamanan 15 Maryadi Pilangrejo 50 Petani SD Anggota
16 Sumanto Pilangrejo 35 Petani SMA Anggota 17 Sutiyem Pilangrejo 60 Petani SD Anggota 18 Surani Pilangrejo 45 Petani SD Anggota 19 Sukanto Pilangrejo 56 Tukang kayu SD Anggota
20 Naryo Pilangrejo 40 Petani SD Anggota 21 Suyamto Mojorejo 50 Bayan SD Ketua Kelp.Tani
22 Badro.W. Mojorejo 55 Petani SD Seketaris 23 Suroso Mojorejo 45 Pamong desa SMP Anggota
24 Samidi Mojorejo 50 Petani SD Bendahara 25 Jumadi Mojorejo 65 Petani SD Anggota 26 Wardi.T. Mojorejo 45 T.Bangunan SD Seksi Humas
27 Sri Wahyuni Mojorejo 50 Petani SD Anggota 28 Kalimin Mojorejo 55 Petani SD Anggota
29 Wagio Mojorejo 55 Petani SD Anggota 30 Suyono Mojorejo 42 Buruh SD Anggota
31 Kemi Mojorejo 72 Petani SD Anggota 32 Daliyem Mojorejo 65 Petani SD Anggota 33 Sumadi Mojorejo 40 Petani SMP Anggota 34 Parman Mojorejo 50 Petani SD Anggota
35 Slamet.R. Mojorejo 45 Bayan SMP Anggota
36 Suradi Mojorejo 45 T.Bangunan SD Anggota 37 Pawiro.T. Mojorejo 70 Petani SD Anggota
38 W itodikromo Mojorejo 55 Petani SD Anggota 39 Parman Mojorejo 50 Pemborong SD Anggota 40 Supi Mojorejo 45 Petani SMP Anggota
Lampiran 2. Data Tabulasi Faktor-Faktor Penentu Pengembangan partisipasi
No Kesempatan (X1) Kemampuan (X2) Kemauan (X3) Informasi Sarana Melaksanakan kegiatan Motivasi Sikap 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
39 40
9
6 6 6
6 6 5
6 6 9 9 9 9 9 9 6 6 6 6 6 9
9 9 9
6 6 6 6 6 6 6 6 9 6 9 6 6 6
6 6
6
4 5 5
5 5 4
4 4 6 6 4 6 6 6 5 4 4 5 4 6
6 6 6
5 6 5 6 6 6 4 6 4 4 6 5 5 4
5 4
15
10 10 8
11 10 10
11 14 15 15 10 11 14 14 10 8 10 8 10 15
15 15 15
8 13 10 14 12 13 10 13 11 9 15 11 13 11
11 10
12
9 9 9
9 12 10
9 8 12 12 12 12 12 12 9 9 9 9 9 12
12 12 12
9 9 9 12 12 9 9 12 12 9 12 12 9 12
9 12
12
12 9 10
9 12 9
12 11 12 12 12 12 12 12 9 9 12 9 12 12
12 12 12
12 12 12 12 12 12 9 12 12 9 12 12 9 12
9 12
Lam piran 3. Data Tabulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Program GNRHL
No Perencanaan (Y1) Pelaksanaan (Y2) Lok Ranc Tuj Rpat Peran Ide Aktf Jnis Kmp Pnnm Pmelh Ppuk Peny
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11
12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
32 33 34 35 36 37 38 39 40
6 2 2 2 2 2 2 2
4 6 4
2 2 2
4 2 2 2 2 2 6 4 4 6 2 2 2 2
2 2 2
2 4 4 2 2 4 4 2 2
3 1 1 1 1 1 1 1
1 3 3
1 1 1
1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 3 3 4 4 5 5 5
4 6 6
6 6 6
4 5 4 5 5 5 6 6 6 6 5 3 4 6
6 5 5
6 6 5 6 6 5 5 6 6
3 2 2 1 3 3 3 2
3 3 3
3 3 3
3 2 1 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 2
3 2 3 3 3 3 3 3 3
3 2 1 2 2 1 1 1
2 2 2
2 2 3
2 1 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2
3 1 1
3 2 1 3 2 1 2 2 2
3 2 2 1 2 1 2 1
1 3 3
2 3 2
2 2 1 2 1 2 3 3 3 3 2 2 1 3
2 2 1
2 2 2 3 2 2 1 2 2
6 2 5 4 6 6 6 4
6 6 6
6 4 4
4 6 4 2 4 4 6 6 6 6 5 6 6 6
6 4 6
4 6 4 6 6 4 4 4 6
3 3 3 3 3 2 3 2
3 3 3
3 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 1 2 3 3 3
3 3 3
3 2 2
3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3
2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 2 3
6 4 4 4 4 6 4 4
6 6 6
6 6 6
6 4 4 4 4 4 6 6 6 6 4 4 4 6
6 4 4
4 6 6 6 6 4 4 4 6
3 3 2 1 2 2 2 3
3 3 3
3 2 2
3 3 1 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2 3
3 2 3
2 3 2 3 3 2 2 2 3
6 4 4 2 4 4 4 6
4 6 6
6 4 4
6 6 2 4 2 4 6 6 6 6 6 4 4 6
6 4 6
4 6 4 6 6 4 4 4 6
6 4 4 2 4 4 4 4
4 6 6
4 4 4
6 4 2 4 2 4 6 6 6 6 6 4 4 6
6 4 4
6 6 4 6 6 4 6 4 6
Lampiran 3 (lanjutan)
No Pemantauan dan Evaluasi (Y3) Pemanfaatan Hasil (Y4) Kterlibatn Pnilaian Peranan Ditanggp Keaktfn Ekonom Sosial Lingk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 16 17
18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
32 33 34
35 36 37
38 39 40
3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
2 2 1
2 1 2 3
3 3 3 1 2 2 2 2 2 1
2 2 2
2 2 1
2 2 2
3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
3 3 2
3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
3 2 1
2 1 3 3
3 3 3 2 2 2 2 2 2 1
2 3 2
3 2 1
2 2 3
3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 1
3 1 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
9 8 9 3 9 8 6 9 6 9 9 9 9 8
9 9 3
6 3 6 9
9 9 9 7 9 9 9 9 9 6
9 9 9
9 9 6
9 9 9
3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2
3 3 2
2 1 2 3
2 3 3 2 2 3 3 3 2 2
2 3 3
3 3 2
3 2 3
3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 2
3 1 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
3 3 3
3 3 2
3 3 3
3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 2
3 1 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
Lampiran 4. Faktor Penentu Pengembangan Partisipasi dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Program GNRHL
No X1 X2 X3 Y1 Y2 Y3 Y4
1 2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12 13
14 15 16
17 18 19
20 21 22 23
24 25 26
27 28 29 30 31 32 33
34 35 36
37 38 39 40
15 10 11
11 11 11
9 10 10 15 15 13 15
15 15 11
10 10 11
10 15 15 15
15 11 12
11 12 12 12 10 12 13
10 15 11
11 10 11 10
15 10 10
8 11 10
10 11 14 15 15 10 11
14 14 10
8 10 8
10 15 15 15
15 8 13
10 14 12 13 10 13 11
9 15 11
13 11 11 10
24 21 18
19 18 24
19 21 19 24 24 24 24
24 24 18
18 21 18
21 24 24 24
24 21 21
21 24 24 21 18 24 24
18 24 24
18 24 18 24
24 12 12
11 13 12
13 12 15 23 18 17 17
17 16 12
11 14 11
14 24 21 21
24 13 13
12 17 17 13 12 17 16
16 18 16
16 16 16 16
33 24 25
17 25 28
26 26 29 33 33 31 23
24 31 30
17 23 17
24 33 33 33
33 29 25
25 33 32 26 30 26 33
26 33 33
24 26 23 33
12 10 10
5 10 10
10 9 10 12 12 10 10
10 11 10
5 10 5
11 12 12 12
12 9 10
10 10 10 10 8 10 11
10 11 10
8 10 10 11
18 16 17
7 17 14
14 17 12 18 18 17 18
16 18 18
9 13 7
13 18 17 18
18 15 17
18 18 18 17 14 17 18
18 18 18
13 18 17 18
Keterangan : X1 : Kesempatan Y1 : Perencanaan Y4 : Pemanfaatan X2 : Kemampuan Y2 : Pelaksanaan Hasil X3 : Kemauan Y3 : Pemantauan Evaluasi
Lampiran 5. Jumlah Keseluruhan Faktor Penentu Pengem bangan Partisipasi dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Program GNRHL
No X total Y total
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12
13 14 15
16 17 18 19
20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 32
33 34 35 36
37 38 39
40
54 41
39 38 40 45 38 42 43
54 54 47
50 53 53
39 36 41 37
41 54 54
54 54 40 46 42 50 48
46 38 49
48 37 54 46
42 45 40
44
87 62
64 40 65 64 63 64 66
86 81 75
68 67 76
70 42 60 40
62 87 83
84 87 66 65 65 78 77
66 64 70
78 70 80 77
61 70 66
78 Keterangan :
X total : Faktor penentu pengembangan part isipasi
Y total : Tingkat partisipasi masyarakat program GNRHL
Lampiran 7. Pengukuran Variabel yang Menentukan Partisipasi
No Variabel Indikator Kriteria Skor
1. Kesempatan v Informasi yang
diperoleh kelompok tani adalah semua informasi tentang GNRHL yang telah
diberikan informasi tersebut berupa : 1. Pengertian GNRHL 2. Maksud dan tujuan
GNRHL 3. Kegiatan GNRHL
4. Sasaran GNRHL 5. Pemilihan lokasi
6. Persiapan lahan v Sarana dan prasarana
yang diberikan Dinas yaitu berupa segala keperluan yang
dibutuhkan dan telah dimanfatkan yang berupa : 1 Petunjuk lokasi 2 Gubug kerja dan
papan nama 3 Petunjuk pohon
tegakan
4 Biaya pengolahan
• Kelompok tani memperoreh < 3 informasi mengenai GNRHL
• Telah memperoreh 3-4 informasi mengenai GNRHL
• Semua informasi mengenai GNRHL telah diterima
• Memanfaatkan < 2 sarana
prasarana yang diberikan
• Memanfaatkan 2-3 sarana prasarana yang ada
• Memanfaatkan semuasarana prasarana yang ada
1 2
3
1 2
3
2.
Kemampuan
v Kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan berupa sering tidaknya petani dalam menghadiri setiap
kegiatan yang diikuti : 1 Menghadiri
pertemuan/kegiatan GNRHL
2 Sarana dan prasarana
3 Pemilihan lokasi 4 Persiapan lahan
• Tidak
• Jarang • Ya
1 2 3
3.
Kemauan
v Motivasi mengikuti
kegiatan beupa hal-hal yang mendorong
anggota kelompok tani yang mengikuti
kegiatan
• Karena adanya tekanan dari pihak luar
• Megikuti kegiatan karena ikut-ikutan
• Megikuti kegiatan karena motivasi sendiri
1
2
3
81
v Sikap anggota terhadap
semua kegiatan berupa tanggapan dan penilaian terhadap
kegiatan dalam program GNRHL
• Tidak setuju • Tidak tahu
• Setuju
1 2 3
Pengukuran Variabel Tingkat Partisipsi Masyarakat dalam Program GNRHL
No. Variabel Indikator Kriteria Skor
1. Perencanaan
a. Pemilihan lokasi b. Rancangan
Kegiatan
c. Penyiapan
prakondisi
Dipilih pada lahan milik rakyat yang kurang produktif dengan tingkat pendapatan rendah
Berdasarkan orientasi
lapangan disusun rancangan teknik
v Pemahaman terhadap
tujuan program GNRHL
v Intensitas menghadiri rapat pengambilan
keputusan v Peranan anggota
GNRHL dalam rapat pengambilan keputusan
v Intensitas mengajukan
ide atau gagasan yaitu berupa sering tidaknya anggota kelompok tani
dalam mengajukan ide/gagasan
• Tidak dilibatkan • Kadang-kadang dilibatkan • Dilibatkan
• Tidak dilibatkan
• Kadang-kadang dilibatkan • Dilibatkan
• Dapat menyebutkan < 2 tujuan program
• Dapat menyebutkan < 2-3 tujuan program
• Dapat menyebutkan < 4-5 tujuan program
• Menghadiri rapat sebanyak < 3 kali
• Menghadiri rapat sebanyak 4-8 kali
• Menghadiri rapat sebanyak
9-12 kali
• Peserta pasif
• Peserta aktif • Pemimpin rapat
• Tidak mengajukan ide atau gagasan
• Kadang mengajukan ide atau gagasan
• Mengajukan ide atau gagasan
1 2 3
1
2 3
1
2
3
1
2
3
1 2 3
1 2 3
2. Pelaksanaan
a. Persiapan lahan
Keaktifan dalam mengikuti kegiatan persiapan lahan : 1. Pengukuran petak 2. Pembersihan lapangan
• Tidak mengikuti semua kegiatan
• Sebagian mengikuti kegiatan
• Semua kegiatan diikuti
1 2 3
82
b. Pemilihan jenis
tanaman
c. Penanaman
d Pemeliharaan
dan pembuatan arah larikan
3. Pembuatan sarana dan prasarana pendukung
v Pemilihan jenis
tanaman disesuaikan dengan kehendak masyarakat, kesesuaian
agroklimatologi dan aspek pasar
v Komposisi jenis
tanaman
v Penanaman oleh
petani/masyarakat
pemilik lahan dengan menggunakan tahap penanaman
v Waktu pemeliharaan
tanaman yang baik v Pemupukan tanaman
v Penyulaman tanaman
• Pemilihan jenis tanaman
tidak sesuai
• Pemilihan jenis tanaman kurang sesuai
• Pemilihan jenis tanaman sesuai
• Komposisi jenis tanaman kayu-kayuan lebih kecil dari pada tanaman MPTS
• Komposisi jenis tanaman kayu-kayuan dan jenis tanaman MPTS sama
• Komposisi jenis tanaman terdiri dari 70% tanaman
kayu-kayuan dan 30% tanaman MPTS
• Dilakukan sebagian dan tidak urut
• Dilakukan sebagian dan urut
• Dilakukan secara keseluruhan, urut dan sesuai petunjuk PPL
• Dilakukan pada tahun
berjalan saja
• Dilakukan pada tahun berjalan dan tahun kedua
• Dilakukan pada tahun berjalan, tahun pertama dan tahun kedua
• Tidak melakukan pemupukan
• Dilakukan apabila terdapat pertumbuhan tanaman yang kurang baik, tanpa memperhatikan dosis dan jenis pupuk
• Dilakukan apabila terdapat pertumbuhan tanaman yang
kurang baik, dengan dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan lahan
• Tidak dilakukan • Dilakukan terhadap tanaman
yang mati
1 2
3
1 2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
83
• Dilakukan terhadap tanaman yang mati, tanaman yang kurang baik atau tanaman yang tidak dikehendaki
3
3.
Pemantauan dan evaluasi
v Keterlibatan anggota
kelompok tani dalam penilaian terhadap
hasil pelaksanaan GNRHL
v Memberikan
penilaian terhadap manfaat dari kegiatan
GNRHL oleh anggota kelompok tani
v Peranan anggota
kelompok tani dalam penilaian
v Ditanggapi atau
tidaknya keluhan anggota kelompok
tani mengenai hasil kegiatan anggota kelompok tani
• Tidak dilibatkan • Kadang-kadang dilibatkan • Dilibatkan
• Tidak bermanfaat • Tidak begitu bermanfaat • Cukup bermanfaat
• Tidak memberi penilaian/masukan
• Melakukan penilaian dengan membicarakan denganteman-teman
kelompok • Melakukan penilaian dengan
cara memberikan masukan langsung
• Tidak ditanggapi
• Kadang-kadang ditanggapi
• Langsung dan selaluditanggapi
1 2 3
1 2 3
1 2
3
1
2
3
4. Pemanfaatan hasil v Keaktifan anggota
kelompok tani dalam kegiatan pemanfaatan
lahan pada tanaman dibawah tegakan jati
v Sejauhmana anggota
kelompok tani dapat
merasakan manfaat dari adanya program GNRHL dilihat dari aspek : a. Aspek ekonomi
yaitu seberapa jauh program GNRHL bisa
membantu meningkatkan pendapatan anggota sekaligus
• Anggota kelompok tani tidak
aktif dalam kegiatan • Anggota kelompok tani
kurang aktif dalam kegiatan
• Anggota kelompok tani aktif dalam kegiatan
• Anggota kelompok tani
merasa program GNRHL
hasilnya yang didapat tidak membantu
• Anggota kelompok tani merasa program GNRHL hasilnya yang didapat kurang membantu
1
2
3
1
2
84
meningkatkan kesejahteraan hidupnya
b. Aspek sosial yaitu
seberapa jauh program GNRHL bisa menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat
c. Aspek lingkungan
yaitu seberapa jauh program GNRHL bisa membantu upaya pengelolaan hutan rakyat
• Anggota kelompok tani merasa program GNRHL hasilnya yang didapat bisa membantu
• Anggota kelompok tani
merasa program GNRHL
tidak membantu menyediakan lapangan pekerjaan
• Anggota kelompok tani merasa program GNRHL kurang membantu menyediakan lapangan
pekerjaan • Anggota kelompok tani
merasa program GNRHL bisa
membantu menyediakan lapangan pekerjaan
• Anggota kelompok tani
merasa program GNRHL
tidak membantu upaya pengelolaan hutan rakyat yang lestari
• Anggota kelompok tani merasa program GNRHL kurang membantu upaya
pengelolaan hutan rakyat yang lestari
• Anggota kelompok tani merasa program GNRHL bisa membantu upaya pengelolaan hutan rakyat yang lestari
3
1
2
3
1
2 3
85
Lampiran 8. Lembar Kuisioner
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRO GRAM GERAKAN
NASIO NAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GNRHL)
DI DESA GENENGDUWUR KEC AMATAN GEMO LONG
KABUPATEN SRAGEN
Nomer Responden :
IDENTITAS RESPO NDEN
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Kelompok Tani :
Ø FAKTO R PEMBENTUK PARTISIPAS I :
A. KESEMPATAN BERPARTISIPASI
1. Apakah Bapak/Ibu pernah memperoleh informasi tentang program
GNRHL ?
a. Pernah
b. Jarang
c. Tidak pernah
2. Bila pernah, dari siapa Bapak/Ibu memperoleh informasi tentang
program GNRHL ?
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
3. Informasi apa saja yang Bapak/Ibu peroleh tentang program GNRHL ?
Jenis informasi Ya Tidak
a Pengertian GNRHL
b Maksud dan tujuan GNRHL
c Kegiatan GNRHL :
- Kegiaran administrasi
- Pembuatan tanaman hutan
rakyat
- Pemeliharaan tanaman
- Pengawasan dan pengendalian
GNRHL
d Sasaran GNRHL
e Pemilihan lokasi
f Persiapan lahan
4. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan sarana dan prasarana dalam kegiatan
program GNRHL berupa :
1) Petunjuk lokasi
a. Memanfaatkan
b. Jarang
c. Tidak memanfaatkan
2) Gubug kerja dan papan nama
a. Memanfaatkan
b. Jarang
c. Tudak memanfaatkan
3) Petujuk pohon tegakan
a. Memanfaatkan
b. Jarang
c. Tidak memanfaatkan
4) Biaya pengolahan
a. Memanfaatkan
b. Jarang
c. Tidak memanfaatkan
5. Dari sarana dan prasarana tersebut apakah bisa dimanfaatkan dalam
kegiatan program GNRHL ?
a. Ya
b. Sebagian
c. Tidak
B. KEMAMPUAN BERPARTISIPASI
1. Apakah Bapak/Ibu menghadiri pertemuan/kegiatan GNRHL dalam
program GNRHL ?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu menghadiri saat memperoleh sarana dan prasarana
sepert i petunjuk lokasi, dubug kerja, papan nama, petunjuk pohon
tegakan dan biaya pengolahan dalam program GNRHL ?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
3. Apakah Bapak/Ibu menghadiri pemilihan lokasi pada lahan milik rakyat
dalam program GNRHL ?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu menghadiri persiapan lahan dalam pelaksanaan
program GNRHL ?
a. Ya
b. Jarang
c. Tidak
5. Dari semua kegiatan diatas, Bapak/Ibu mengikuti kegiatan tersebut
karena apa ?
a. Mengikuti kegiatan karena ikut-ikutan saja
b. Mengikuti kegiatan dan dengan hanya mengajukan usul saja
c. Mengikuti kegiatan, mengajukan usul dan ikut dalam pengambilan
keputusan
C. KEMAUAN BERPARTISIPASI
1. Apa yang mendorong Bapak/Ibu mengikuti kegiatan menghadiri
pertemuan dalam program GNRHL ?
a. Karena adanya tekanan dari pihak luar
b. Karena mengikuti orang-orang disekitar anda
c. Karena kesadaran atau keinginan sendiri
2. Apa yang mendorong Bapak/Ibu mengikuti kegiatan pengadaan sarana
dan prasarana dalam program GNRHL?
a. Karena adanya tekanan dari pihak luar
b. Karena mengikuti orang-orang disekitar anda
c. Karena kesadaran atau keinginan sendiri
3. Apa yang mendorong Bapak/Ibu mengikuti kegiatan pemilihan lokasi
dalam program GNRHL ?
a. Karena adanya tekanan dari pihak luar
b. Karena mengikuti orang-orang disekitar anda
c. Karena kesadaran atau keinginan sendiri
4. Apa yang mendorong Bapak/Ibu mengikuti kegiatan persiapan lahan
dalam program GNRHL ?
a. Karena adanya tekanan dari pihak luar
b. Karena mengikuti orang-orang disekitar anda
c. Karena kesadaran atau keinginan sendiri
5. Menghadiri pertemuan atau kegiatan GNRHL dalam program GNRHL
diperlukan untuk pembentukan pengurus GNRHL, penyusunan
administrasi, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan pengendalian
GNRHL.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Tidak setuju
6. Sarana dan prasarana dalam program GNRHL diperlukan untuk
pembuatan gubug kerja dan papan pengenal dilapang yang memuat
keterangan tentang lokasi, luas, jenis tanaman, nama kelompok dan
jumlah peserta serta tahun pembuatan hutan rakyat.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Tidak setuju
7. Pemilihan lokasi dalam program GNRHL diperlukan untuk
mempert imbangkan dalam menentukan lokasi pembuatan hutan rakyat.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Tidak setuju
8. Persiapan lahan dalam program GNRHL diperlukan untuk penataan areal
tanaman yang akan dilakukan penanaman.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Tidak setuju
Ø TINGKAT PARTISIPAS I :
A. TAHAP PERENCANAAN
1. Apakah Bapak/Ibu dilibatkan saat pemilihan lokasi pada lahan yang akan
digunakan GNRHL ?
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
2. Bisakah Bapak/Ibu jelaskan pemilihan lokasi yang bagaimana yang akan
digunakan GNRHL ?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
3. Apakah Bapak/Ibu dilibatkan dalam perencanaan penyusunan rancangan
kegiatan mengenai :
a) Keadaan umum lokasi
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
b) Kebutuhan bibit
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
c) Sarana prasarana
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
d) Teknis penanaman
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
e) Pola tanam
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
f) Kebutuhan tenaga kerja
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
g) Biaya
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan dari program GNRHL ?
a. Ya
b. Sebagian
c. Tidak
5. Bila jawaban Bapak/Ibu "ya", bisakah Bapak/Ibu sebutkan dan jelaskan ?
a. ..................................................................................................................
b. .................................................................................................................
c. ..................................................................................................................
d. ..................................................................................................................
e. ..................................................................................................................
f. ..................................................................................................................
6. Apakah Bapak/Ibu selalu mengikuti rapat tentang GNRHL ?
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak pernah
Berapa kali rapat yang telah anda ikuti ?.....................................................
7. Apa peran Bapak/Ibu dalam rapat tersebut ?
a. Peserta yang mendengarkan saja
b. Peserta yang mengajukan beberapa usul atau saran
c. Pemimpin rapat
8. Apakah Bapak/Ibu pernah mengajukan ide atau gagasan ?
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak pernah
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Kegiatan apa saja yang Bapak/Ibu ikuti dalam kegiatan persiapan lahan ?
Kegiatan Ya Tidak
a Pengukuran petak
b Pembersihan lapangan dan pembuatan arah
larikan
c Pembuatan sarana dan prasarana
pendukung
2. Apakah ada kegiatan lain yang Bapak/Ibu lakukan pada persiapan lahan ?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
3. Dalam kegiatan pemilihan jenis tanaman , Bapak/Ibu akan m enyesuaikan
dengan kehendak apa ?
a. Masyarakat
b. Agroklimatologi
c. Aspek pasar
4. Dalam melaksanakan pemilihan jenis tanaman, Bapak/Ibu menggunakan
komposisi jenis tanaman apa ?
a. Komposisi jenis tanaman terdiri dari 70% tanaman kayu-kayuan dan
30% tanaman MPTS (MPTS contohnya tanaman semusim)
b. Komposisi jenis tanaman kayu-kayuan dan tanaman MPTS (MPTS
contohnya tanaman semusim) sama
c. Komposisi jenis tanaman kayu-kayuan lebih kecil dari pada tanaman
MPTS (MPTS contohnya tanaman semusim)
5. Dalam melaksanakan penanaman, Bapak/Ibu menggunakan tahap sistem
apa ?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
6. Jelaskan tahap penanamannya yang Bapak/Ibu lakukan ?
a. .................................................................................................................
b. ................................................................................................................
c. ................................................................................................................
d. ................................................................................................................
e. ................................................................................................................
f. .................................................................................................................
g. ................................................................................................................
7. Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman, waktu yang baik yang Bapak/Ibu
lakukan pada tahun ?
a. Tahun berjalan
b. Tahun pertama
c. Tahun kedua
8. Apakah Bapak/Ibu selalu melakukan pemupukan tanaman ?
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak paernah
9. Bila jawaban Bapak/Ibu "selalu", bisakah anda jelaskan pada saat kapan
dilakukan pemupukan tanaman ?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
10. Apakah Bapak/Ibu selalu melakukan penyulaman tanaman ?
a. Pernah
b. Jarang
c. Tidak pernah
11. Bila jawaban anda "selalu", bisakah anda jelaskan pada saat kapan
dilakukan penyulaman tanaman ?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
C. TAHAP PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Apakah Bapak/Ibu selalu dilibatkan dalam penilaian terhadap hasil
pelaksanaan GNRHL pada :
a) Persiapan lahan
a. Selalu dilibatkan, alasan...............................................................
......................................................................................................
b. Kadang-kadang dilibatkan, alasan...............................................
.....................................................................................................
c. Tidak dilibatkan, alasan...............................................................
.....................................................................................................
b) Pemilihan jenis tanaman
a. Selalu dilibatkan, alasan..........................................................
......................................................................................................
b. Kadang-kadang dilibatkan, alasan...............................................
.....................................................................................................
c. Tidak dilibatkan, alasan...............................................................
.....................................................................................................
c) Penanaman
a. Selalu dilibatkan, alasan................................................................
.......................................................................................................
b. Kadang-kadang dilibatkan, alasan.................................................
.......................................................................................................
c. Tidak dilibatkan, alasan.................................................................
.....................................................................................................
d) Pemeliharaan
a. Selalu dilibatkan ,alasan...............................................................
......................................................................................................
b. Kadang-kadang dilibatkan, alasan...............................................
......................................................................................................
c. Tidak dilibatkan, alasan...............................................................
......................................................................................................
2. Bagaimana penilaian Bapak/Ibu mengenai kegiatan program GNRHL
ini pada :
a) Kegiatan administrasi
a. Cukup bermanfaat, alasan............................................................
......................................................................................................
b. Tidak begitu bermanfaat, alasan..................................................
......................................................................................................
c. Tidak bermanfaat, alasan.............................................................
......................................................................................................
b) Pembuatan tanaman hutan rakyat
a. Cukup bermanfaat, alasan............................................................
......................................................................................................
b. Tidak begitu bermanfaat, alasan..................................................
......................................................................................................
c. Tidak bermanfaat, alasan.............................................................
......................................................................................................
c) Pemeliharaan
a. Cukup bermanfaat, alasan............................................................
......................................................................................................
b. Tidak begitu bermanfaat, alasan..................................................
......................................................................................................
c. Tidak bermanfaat, alasan.............................................................
......................................................................................................
d) Pengawasan dan pengendalian GNRHL
a. Cukup bermanfaat, alasan............................................................
......................................................................................................
b. Tidak begitu bermanfaat, alasan..................................................
......................................................................................................
c. Tidak bermanfaat, alasan.............................................................
......................................................................................................
3. Apa yang Bapak/Ibu lakukan bila hasil kegiatan ini anda rasakan
kurang memuaskan ?
a. Memberikan masukan langsung pada Dinas Kehutanan dan
Perkebunan baik dalam rapat resmi maupun secara informal
b. Membicarakan dengan teman-teman kelompok
c. Membiarkan saja
4. Bagaimana sikap Dinas Kehutanan dan Perkebunan terhadap masukan
yang Bapak/Ibu sampaikan ?
a. Langsung dan selalu ditanggapi
b. Kadang-kadang ditanggapi
c. Tidak ditanggapi
D. TAHAP PEMANFAATAN HASIL
1. Apakah Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan pemanfaatan lahan pada
tanaman dibawah tegakan ?
a. Aktif
b. Kurang akt if
c. Tidak aktif
2. Tanaman apa yang Bapak/Ibu tanami pada tanaman dibawah tegakan ?
..................................................................................................................
..................................................................................................................
3. Pada pergiliran musim berikutnya Bapak/Ibu menanami apa ?
..................................................................................................................
..................................................................................................................
4. Apakah kegiatan program GNRHL ini bisa membantu Bapak/Ibu
dalam meningkatkan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari keluarga anda ?
a. Ya bisa, alasan....................................................................................
............................................................................................................
b. Kurang bisa, alasan............................................................................
............................................................................................................
c. Tidak bisa, alasan...............................................................................
............................................................................................................
5. Menurut Bapak/Ibu apakah kegiatan program GNRHL ini bisa
membantu menambah lapangan kerja bagi masyarakat ?
a. Ya bisa, alasan....................................................................................
............................................................................................................
b. Kurang bisa, alasan............................................................................
............................................................................................................
c. Tidak bisa, alasan...............................................................................
............................................................................................................
6. Menurut Bapak/Ibu apakah kegiatan program GNRHL ini bisa
membantu upaya pengelolaan hutan rakyat yang lestari di wilayah
Genengduwur?
a. Ya bisa, sebutkan...............................................................................
alasan..................................................................................................
............................................................................................................
b. Kurang bisa, sebutkan........................................................................
alasan..................................................................................................
............................................................................................................
c. Tidak bisa, sebutkan...........................................................................
alasan..................................................................................................
............................................................................................................
Tanaman Jati Program GNRHL di Desa Genengduwur (Tahun Penanaman 2004)
Tanaman Jati Program GNRHL Tahun Penanaman 2004 (Kondisi baik)
Lampiran 11