paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

19
Tela’ah Peta Korupsi Pelayanan Sektor Pertanahan Paring Waluyo Utomo INPITCH [email protected]

Upload: indonesia-anti-corruption-forum

Post on 26-Jun-2015

59 views

Category:

Government & Nonprofit


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Tela’ah Peta Korupsi Pelayanan Sektor Pertanahan

Paring Waluyo UtomoINPITCH

[email protected]

Page 2: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Peta Masalah

• Tahun 2010, terdapat:

• 7.491 kasus pertanahan di Indonesia. • Sebanyak 4.581 status tanah

sengketa, • 858 status tanah konflik, dan • 2.052 terdapat perkara pertanahan.

Page 3: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Renstra BPN 2010-2014• (a) Reformasi Agraria, mencakup;

pembaharuan hukum pertanahan, penataan kembali penguasan, pemilikan, penggunaan, pemanfaat tanah,

• (b) legalisasi aset, • (c) pengadaan tanah terlantar, • (d) penanganan sengketa dan konflik

pertanahan, • (e) pengembangan kantor pertanahan

bergerak (Larasita)

Page 4: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Aksi stanas ppk 2013 dari bpnPelaksanaan transparasi layanan publik bidang

pertanahan di lingkungan BPN berbasis Teknologi Informasi (TI).

Pelaksanaan transparasi informasi publik di lingkungan Kantor BPN (nasional, wilayah, dan kabupaten/ kota).

Pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kantor BPN (nasional, wilayah, dan kabupaten/ kota).

Pelaksanaan whistle blowing system di lingkungan Kantor BPN (nasional, wilayah, dan kabupaten/ kota).

Pelaksanaan strategi komunikasi pendidikan dan budaya Anti Korupsi

Page 5: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Praktik Korupsi Pelayanan Pertanahan

(a) pelayanan pendaftaran tanah, contoh: Polres Kota Bogor pada 13 Oktober 2013 menetapkan tiga pegawai BPN Kota Bogor sebagai tersangka korupsi. Mereka diduga menyalahgunakan uang dalam pelayanan pendaftaran tanah keliling (larasita) yang diterima oleh pemohon. Sebanyak 444 pemohon yang seharusnya diurus oleh tiga tersangka pejabat BPN Kota Bogor.

(b) perpanjangan hak guna bangunan, contoh: Pemberian perpanjangan hak guna bangunan kepada Hotel Hilton pada tahun 2006-2007 di Senayan, Jakarta. Akibat kebijakan BPN ini negara dirugikan sebesar Rp. 1,9 triliun. Kasus ini menyeret Kepala BPN DKI Jakarta , Direktur Utama PT Indobuilco, Pontjo Sutowo, dan Ali Mazi, Gubernur Sulawesi Tenggara. Posisi Ali Mazi saat itu sebagai pengacara PT Indobuilco

(c) pengukuran dan penataan bidang tanah, contohnya: Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Kota Ambon, Simon Mustamu menjadi terdakwa dugaan korupsi pembebasan tanah seluas 5 hektar untuk dijadikan lokasi tempat pemakaman umum (TPU) senilai Rp1,034 miliar. Kasus ini dengan memanipulasi prosedur pengukuran tanah. Petugas dari BPN Kota Ambon melakukan pengukuran pada lokasi TPU di kawasan Gunung Nona tanpa sepengetahuan Kades Amahusu.

Page 6: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

d) Munculnya konflik, sengketa dan perkara pertanahan akibat manipulasi (korupsi), contoh: Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara menetapkan Kepala BPN Kota Medan dan Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan menjadi tersangka korupsi pada 12 April 2013. Keduanya disangka oleh kejaksaan merubah 12 permohonan sertifikat tempat tinggal menjadi lahan pertanian

(e). Minimnya informasi publik mengenai tata cara menjangkau layanan BPN dan besaran biayanya dan pertentangan dengan UU diatasnya, contoh: Sebanyak 56 perusahaan yang mendirikan bangunan di pemegang hak pengelola lahan Kawasan Berikat Nasional, Jakarta komplain ke BPN, pada 11 April 2013. Mereka mengeluhkan tingginya tarif untuk mendapatkan surat hak guna bagunan. Mereka dikenai tarif Rp. Rp. 540.000 – Rp. 660.000 per meter persegi. Hal ini bertentangan dengan UU RI No. 20 Tahun 2000 Perubahan atas undang – undang No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Page 7: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Review temuan BPK dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Semester 1, 2013 terhadap Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat oleh (BPK), ditemukan 24 temuan kasus. 12 kasus terkait Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan 12 kasus terhadap ketidakpatuhan BPN terhadap peraturan yang mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan, ketidakhematan, ketidakefektifan, dan kesalahan administrasi . Akibatnya, lemahnya SPI mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 1,49 miliar, dan akibat ketidakpatuhan pada ketentuan negara mengakibatkan kerugian negara Rp 1,42 miliar.

Kalau kita tracking ke belakang sejak 2008, temuan BPK atas pelanggaran SPI dan ketidakpatuhan pada peraturan, jumlahnya terus meningkat. Tahun 2008 terdapat 22 temuan, 2009 terdapat 38 temuan, 2010 ada 42 temuan, 2011 da 53 temuan, 2012 semester 1 terdapat 12 temuan Buku II Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester 1 2013.

Page 8: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Dampak korupsi sektor pertanahanCenderung tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi

dengan berbagai urusan bisnis lainnya, seperti pendirian bangunan, pengalihan status peruntukan tanah dan bangunan, dll.

Karena tidak berdiri sendiri, korupsi disektor pertanahan dalam banyak kasus melibatkan berbagai instansi lainnya, termasuk sektor swasta. Kasus perpanjangan HGB Hotel Hilton misalnya melibatkan sektor swasta, dan berbagai pejabat pemerintahan.

Berpotensi menimbulkan konflik sosial secara horisontal ditengah tengah masyarakat. Sengketa-sengketa pertanahan yang melibatkan perusahaan perkebunan (swasta maupun BUMN) dengan masyarakat setempat, diberbagai tempat, dalam banyak potretnya malah menimbulkan konflik sosial. Konflik ini adalah turunan dari gagalnya kebijakan reforma agraria yang dicanangkan sejak tahun 60 an.

Page 9: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Akibat korupsi di sektor pertanahan juga menimbulkan dampak kerugian negara yang sangat besar. Kita ketahui bersama, tanah adalah tempat berpijak semua warga negara, tempat penyelenggaraan pemerintahan, dan lapangan bisnis, baik yang dikelola oleh swasta dan negara. Karena semua urusan selalu berpijak pada “adanya tanah”, maka tanah dari hari ke hari akan semakin menjadi barang strategis, artinya ketersediannya terbatas, namun kian diburu oleh banyak pihak.

Korupsi di sektor pertanahan dapat menimbulkan efek bencana. Dalam beberapa kasus alih fungsi lahan, apalagi peruntukannya yang tidak sesuai dengan tata ruang dan tata wilayah justru menimbulkan bencana alam. Alih fungsi lahan, dari konservasi ke pemukiman, dan lokasi pertanian menjadi industri, dan hutan lindung menjadi hutan produksi, serta masih banyak modus lainnya, secara perlahan menimbulkan banjir, tanah lonsor, perubahan iklim, dll.

Page 10: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Menguji Pelaksanaan Stranas ppk bpnBanyak aksi PPK, termasuk Aksi PPK BPN yang belum logis.

Kelogisan program didasarkan assesment oleh tim independen dan supervisi KPK. Sebab selama ini program aksi PPK masing masing kementrian dan lembaga sesuai selera mereka masing masing. Hal ini terjadi karena Stranas PPK hanya memberi outline besar saja kepada masing masing kementrian dan lembaga, seperti keterbukaan informasi, dll.

Pada tahun 2013, BPN membentuk Tim Penyusun Whisle Blower. Keputusan ini tertuang dalam Perkap BPN No 7/KEP-700/IV/2013. Standart Operating Procedure (SOP) yang dibuat oleh Tim Penyusun Whisle Blower. Dalam SOP ini memang telah terhubung dengan sistem hukum yang berlaku, namun mekanisme untuk sampai ke penegak hukum sangat bergantung rekomendasi pejabat yang berwenang, dalam hal ini Kepala Inspektorat BPN. Simpul inilah yang selama ini menjadi budaya pemberantasan korupsi mandul, jika hanya mengandalkan inisiatif internal

Page 11: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Kurang kuatnya keterlibatan publik dalam Stranas PPK ini mengakibatkan program ini menjadi elitis, bahkan menjelma menjadi “proyek” baru pemerintah. Prasyarat partisipasi publik harus menjadi prioritas penting bagi masing masing kementrian dan lembaga dalam penyusunan dan pengawasan program dan layanannya. Dalam hal prinsip partisipasi publik ini, KPK dan Tim Independen diberi akses untuk menilai kualitas partisipasi publik ini. Sebab dalam banyak hal, prinsip partisipasi publik ini bisa kelabuhi, dengan membuat “publik” dan sistem partisipasi yang semu.

Program Stranas PPK yang menyangkut keterbukaan informasi dan layanan publik baru tersedia di level Kantor Wilayah BPN ditingkat propinsi. Padahal ujung tombak pelayanan sektor pertanahan ada di Kantor BPN ditingkat kota dan kabupaten. Namun Kantor BPN ditingkat Kota/Kabupaten belum ada layanan teknologi informasi, sebagaimana yang dimandatkan dalam Inpres No 4 tahun 2013.

Page 12: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

• BPN telah membuat Dokumen Strategi Komunikasi Budaya Anti Korupsi (PBAK) tahun 2013. Strategi komunikasinya masih mengandalkan kampanye blocking waktu dan halaman ke media massa. Padahal, strategi komunikasi (strakom) ini hanya efektif jika melibatkan publik, dan ditunjukkan perubahan budaya anti korupsi yang nyata di internal BPN. Strakom ini hanya menabur “peluru’ sia-sia jika pada saat yang sama sistem pembaharuan birokrasi yang anti korupsi di internal BPN tidak berjalan secara berkualitas.

Page 13: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Tantangan Perbaikan Pelayanan Pertanahan

Agenda reformasi birokrasi di internal BPN di seluruh Indonesia masih belum berjalan secara serentak. Hal paling sederhana yang paling tampak adalah belum adanya keterbukaan informasi publik. Melalui layanan teknologi informasi di BPN ditingkat kota dan kabupaten tidak ada layanan itu.

Keluhan Komisi Ombudsman, Perwakilan Jawa Tengah kepada BPN Jawa Tengah dalam tindak lanjut rekomendasi ORI Jateng, menunjukkan bahwa BPN secara faktual dilapangan belum banyak berubah, meskipun secara normatif BPN Pusat telah mengeluarkan banyak agenda agenda untuk memperbaiki pelayanan sektor pertanahan.

Page 14: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Proses pengajuan dokumen-dokumen dalam hal urusan pertanahan masih banyak menggunakan human interaction. Hematnya, kewajiban membangun teknologi informasi itu harus dipelopori dari Kantor Kantor BPN yang ada di Kota dan Kabupaten. Sebab melalui kantor kantor itulah ujung tombak pelayanan BPN kepada masyarakat. Idealnya, dengan berbasis teknologi informasi, cukup dari rumah atau kantornya, masyarakat bisa memantau proses berkas pertanahan mereka.

Terbatasnya kelompok masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam mengawasi pelayanan BPN. Lebih penting dari hal ini adalah memastikan masyarakat mengerti alur pengurusan pelayanan pertanahan beserta biayanya, sehingga mereka tidak harus memasrahkan berkas berkasnya kepada makelar. Jenis-jenis aduan seperti inilah yang banyak masuk ke Komisi Ombudsman

Page 15: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

• BPN belum memiliki data geo spasial tiga dimensi secara utuh di seluruh Indonesia sebagai basis pemetaan tanah. Hal ini penting, sebab sebagai basis data pertanahan nasional. Kelengkapan data pertanahan nasional sebagai dasar untuk menyusun berbagai program perbaikan pelayanan pertanahan yang memenuhi prinsip good corporate governance.

• Harmonisasi peraturan dalam urusan pertanahan juga mendesak untuk dilakukan. BPN sendiri mengakui terdapat 632 aturan pertanahan yang saling tumpang tindih, dan tidak harmonis. Sehingga perlu ada pembaharuan hukum secara menyeluruh untuk menyelesaikan persoalan ini.

Page 16: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Rekomendasi perbaikan stranas ppk di bpn

• Mempercepat keterbukaan informasi tentang produk-produk pelayanan berbasis teknologi informasi, dengan bertumpu pada Kantor BPN tingkat kota dan kabupaten, karena pada kantor ditingkat kabupaten dan kota inilah ujung tombak pelayanan BPN

• Memperbaiki SOP pengaduan dan whisle blower, terutama pada poin adanya kewajiban bagi pejabat inspektorat BPN untuk melaporkan kepada penegaj hukum jika ditemukan adanya pengaduan atau informasi yang mengindikasikan adanya tindak pidana korupsi. Jadi bukan sebatas rekomendasi. Tindakan rekomendasi digantikan dengan kewajiban.

Page 17: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Memperbaiki strategi komunikasi, karena kalau basisnya strakom adalah blocking waktu dan space di media massa, selain memboroskan anggaran komunikasi, hal ini juga tidak efektif mengubah persepsi masyarakat tentang berbelit-belit dan banyak pungli dalam pelayanan pertanahan. Strategi komunikasi yang sebaiknya dilakukan adalah ditempat di ujung pelayanan Kantor BPN, di integrasikan dengan sistem informasi pelayanan, SOP pengaduan dan whisle blower. Hasil-hasil penindakannya lah yang dikomunikasikan secara intensif dengan masyarakat di masing-masing daerah. Penegakkan hukum yang nyata inilah yang akan menimbulkan simpati masyarakat dan media durling. Tanpa beriklan, upaya-upaya serius BPN dalam membersihkan diri diketahui luas oleh masyarakat

Page 18: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Penyertaan supervisi publik dan ahli sejak perumusan program aksi di dalam Stranas PPK. Agar sejak awal ada keterlibatan stake holder (publik) dalam bagian dari gerakan ini. Ini untuk mengantisipasi program ini hanya menjelma menjadi program rutinitas semata. Penyertaan publik sejak awal untuk mengawasi dan mengidentifikasi efektivitas program ini dilapangan. Penyertaan publik dan ahli juga untuk menilai kelogiskan program bisa dijalankan atau tidak di masing-masing kementrian, khususnya BPN.

Membuat survei publik mengenai tingkat kepuasan masyarakat dalam hal peyalanan yang diberikan oleh BPN. Dalam survei ini juga digunakan untuk mengidentifikasi praktek-praktek dan peluang korupsi yang terjadi dilapangan, akan tetapi belum dimasukkan dalam program Stranas PPK nya BPN. Tim survei sebaiknya gabungan antara internal BPN dan ahli dari kalangan independen.

Page 19: Paring tela'ah peta korupsi pelayanan sektor pertanahan

Melakukan media monitoring dalam hal urusan pelayanan pertanahan. Langkah ini ditempuh untuk menentukan ketepatan strategi komunukasi publik yang otentik, bukan dibuat buat. Media monitoring juga diperlukan untuk mengidentifikasi pelaporan-pelaporan publik tentang dugaan tindak pidana korupsi dalam pelayanan pertanahan.

Membuat kerjasama dengan kepolisian dan KPK untuk membuat langkah-langkah pencegahan korupsi dalam pelayanan pertanahan. Hal ini untuk meminimalisir permainan mafia tanah yang bekerja sama saling menguntungkan dengan oknum BPN

Mengoptimalisasi penggunaan sistem elektronika pelayanan pertanahan, bukan sekedar keterbukaan akses informasi, tetapi meminimalisir interaksi antara para pihak untuk berinteraksi secara fisik.