paper teleologi tambah fungsi soasial

22
Tugas : Hukum dan Etika Bisnis Dosen : Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala Hubeis ANALISIS TEORI TELEOLOGI DALAM BISNIS (STUDI KASUS PT. PLN) Barikly Robby P056134562.53E Fuad Wahdan M P056134632.53E Iyan AnriansyahP056134692.53E Purwanto P056134742.53E Respandi Novianto P056134842.53E Yeni Marlina P056134812.53E PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS

Upload: iyan-anriansyah

Post on 07-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

teleologi secara sosial

TRANSCRIPT

Tugas : Hukum dan Etika Bisnis Dosen : Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala Hubeis ANALISIS TEORI TELEOLOGI DALAM BISNIS (STUDI KASUS PT. PLN)

Barikly RobbyP056134562.53EFuad Wahdan MP056134632.53EIyan AnriansyahP056134692.53EPurwantoP056134742.53ERespandi NoviantoP056134842.53EYeni MarlinaP056134812.53E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNISSEKOLAH PASCA SARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015I. PENDAHULUAN

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah, yang berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, intuisi, dan perilaku bisnis (Velasques, 2005 dalam Haurissa dan Praptiningsih 2014). Menurut Crane dan Matten, etika bisnis saat ini menjadi topik yang sangat penting untuk diperdebatkan dan menimbulkan dilema disekitarnya. Etika harus dipertimbangkan pada pengambilan keputusan dalam berbisnis, dimana dalam pengambilan keputusan yang baik akan berdampak financial yang akan baik pula secara langsung dari suatu tindakan yang dilakukan. Etika bisnis merupakan unsur penting supaya siklus hidup suatu bisnis dapat bertahan lama.Etika teleologi merupakan salah satu teori etika bisnis yang menilai baik atau buruknya suatu tindakan dari sudut tujuan, hasil sasaran, atau keadaan optimum yang dapat dicapai (Sutrisna, 2010 dalam Haurissa dan Praptiningsih 2014). PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah satu-satunya perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan dan pendistribusian listrik nasional. Usaha pendistribusian listrik nasional oleh PT PLN termasuk ke dalam jenis monopoli murni karena hanya PT PLN yang dapat mendistribusikan listrik ke seluruh wilayah Indonesia. Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah analisis teori etika teleologi dengan studi kasus PT PLN.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Etika BisnisDalam Haurissa dan Praptiningsih (2014), terdapat beberapa versi definisi etika bisnis, berikut adalah beberapa definisi etika bisnis : Menurut Laura Nash (1990), etika bisnis sebagai studi mengenai bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan (dalam Sutrisna, 2010). Menurut Griffin dan Ebert (2007), etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi. Menurut Velasques (2005), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Menurut Irha Fahmi (2013), etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima. Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.

TeleologiBerasal dari kata Yunani, telos = tujuan, mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Contoh: seorang anak kecil yang mencuri demi biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit (tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik). Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa etika teleologi lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.Teori teleologi mengandung makna tentang adanya upaya membedakan tujuan, hasil, sasaran dan akibat dari suatu tindakan dari sudut pandang APA dan SIAPA yang melakukan.Dari sudut APA dikenal dua versi teleologi, yaitu : Hedonisme, yang merupakan gambaran suatu situasi dimana sesorang bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar. Eudaimonisme, yaitu situasi dimana seseorang bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kebahagiaan.Dari sudut SIAPA dikenal dua versi egoisme etis yaitu : Egoisme hedonistik : bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar. Egoisme Eudamonistik : bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kebahagiaan terbesar.

Pasal 33 UUD 1945Pasal 33 UUD 1945 merupakan salah satu undang-undang yang mengatur tentang Pengertian Perekonomian, Pemanfaatan SDA, dan Prinsip Perekonomian Nasional, yang bunyinya sebagai berikut:Ayat 1Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.Ayat 2Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.Ayat 3Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Ayat 4Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.Ayat 5Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

BAB III Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 Tentang KetenagalistrikanPenugasan dan PengusahaanBagian Kesatu Penguasaan Pasal 3 (1) Penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah berlandaskan prinsip otonomi daerah.(2) Untuk penyelenggaraan penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik. Bagian KeduaPengusahaan Pasal 4 (1) Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah.(2) Badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik.(3) Untuk penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana untuk: a. kelompok masyarakat tidak mampu; b. pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang; c. pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan; dan d. pembangunan listrik perdesaan.

Gambaran Umum PT PLNSejarah Singkat PerusahaanPerkembangan ketenagalistrikan di Indonesia bermula sejak akhir abad ke-19, melalui pembangunan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri di beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan perkebunan teh. Hingga kemudian antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang. Seiring dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, di akhir tahun 1945, para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas bersama-sama dengan Pimpinan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno kemudian membentuk Jawatan Listrik dan Gas, yang berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik saat itu adalah sebesar 157,5 MW. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) dengan bidang usaha penyediaan listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965 BPU-PLN dibubarkan, diikuti pembentukan 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas.Tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) berubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara, bertindak sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Tahun 1994 Pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik. PLN kemudian beralih menjadi Perusahaan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum.Seiring dengan terbitnya UU Nomor 30 Tahun 2009, PLN bukan lagisebagai PKUK namun sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Total daya pembangkit milik PLN yang dikelola sampai akhir tahun 2013 telah berkembang menjadi 34.206 MW. Bidang Usaha PerusahaanSesuai UU No.30/2009 serta Anggaran Dasar Perusahaan, bidang usaha PLN, adalah:1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup: Pembangkitan tenaga listrik Penyaluran tenaga listrik Distribusi tenaga listrik Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik. Pengembangan penyediaan tenaga listrik Penjualan tenaga listrik2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup: Konsultansi ketenagalistrikan Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan. Pemeriksaan dan pengujian peralatan ketenagalistrikan. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik. Sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan.3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup: Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk tenaga listrik. Jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik. Industri perangkat keras, lunak dan lainnya di bidang ketenagalistrikan. Kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait dengan ketenagalistrikan. Usaha jasa ketenagalistrikan

Lebih lanjut lagi, bidang usaha PLN mencakup juga:1. Kegiatan perencanaan pengembangan fasilitas tenaga listrik (pembangkitan, transmisi dan distribusi umum) dan penunjang, rencana pendanaan, pengembangan usaha, pengembangan organisasi, dan SDM.2. Kegiatan pembangunan konstruksi sarana penyediaan tenaga listrik pembangkitan, transmisi dan gardu induk.3. Kegiatan pengusahaan/operasi pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari: Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU); Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA); Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG-gas turbine); Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP); Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB). PLN juga menjalankan kegiatan sewa pembangkit dan pembelian tenaga listrik yang diproduksi oleh pusat-pusat pembangkit tenaga listrik swasta. 4. Kegiatan riset dan penunjang berkaitan dengan bidang kelistrikan.Jasa-jasa yang disebutkan di atas dilaksanakan oleh PLN melalui 47 unit pelaksana yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Visi dan Misi PerusahaanPT PLN dalam upaya mengefisienkan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang, maka PT PLN (Persero) menetapkan Visi dan Misiperusahaan seperti berikut: Visi PT PLN (Persero) Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Misi PT PLN (Persero) 1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

III. PEMBAHASAN

PT Perusahaan Listrik Negara merupakan penyedia listrik di Indonesia dan satu-satunya perusahaan yang dapat mendistribusikan listrik ke seluruh pelosok di Indonesia. Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan pada tanggal 23 September 2009, PT PLN tidak menjadi satu-satunya penyedia tenaga listrik di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, Pemerintah membuka peluang bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di luar PLN, swasta, koperasi, bahkan LSM untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Dengan demikian PLN saat ini bukan lagi sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK), tetapi sebagai Pemegang Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum.PLN sebagai BUMN yang berkewajiban menjaga ketersediaan listrik yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas, dari masyarakat kelas atas sampai bawah. PLN harus mampu menjaga perannya dalam menjalankan fungsi sosial dalam penyediaan fasilitas listrik kepada seluruh warga negara Indonesia dan berupaya semaksimal mungkin menghindari kecemburuan sosial sebagai dampak dari PLN sebagai fungsi bisnis yang akan mengedepankan prinsip-prinsip mendapatkan keuntungan yang besar melalui penyedian listrik bagi sektor bisnis dan masyarakat mampu dengan mengabaikan penyediaan listrik bagi rakyat tidak mampu. PLN sebagai perusahaan yang memonopoli sistem distribusi listrik kepada masyarakat lebih condong untuk melayani penyediaan listrik bagi kalangan bisnis dan masyarakat mampu karena mempunyai harga jual yang dapat menciptakan profit bagi perusahaan. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi keuangan PLN yang terbatas untuk membiayai infrastruktur penyediaan listrik bagi masyarakat tidak mampu sehingga PLN lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur bagi penyediaan listrik untuk bisnis dan masyarakat mampu karena tentunya secara ekonomi akan memberikan return yang lebih baik atas investasi yang telah ditanamkan.Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah mengisi celah tersebut untuk turut serta menyediakan pendanaan bagi PLN dalam pembangunan infrastruktur penyediaan listrik di daerah pedesaan untuk menjangkau masyarakat kurang mampu. Penyediaan insfrastruktur melalui pendanaan pemerintah lebih mengedepankan fungsi sosial karena tidak memperhitungkan break even point atas biaya investasi yang dikeluarkan.Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk menyediakan tenaga listrik yang kemudian dijual kepada PT PLN. Tenaga listrik tersebut kemudian akan didistribusikan oleh PT PLN kepada konsumen di seluruh pelosok Indonesia. Pendistribusian listrik yang hanya dilakukan oleh PT PLN ini dapat dikatakan sebagai monopoli karena PLN tidak mempunyai pesaing lain untuk pendistribusian listrik padahal dalam Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam ekonomi, monopoli perusahaan akan merugikan konsumen. Konsumen dalam hal ini adalah masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi listrik dari PT PLN. Monopoli pendistribusian listrik oleh PT PLN disebabkan oleh beberapa alasan, diantara :a. Monopoly by decree, yaitu proses mopoli terjadi dengan adanya campur tangan pemerintah berupa hak istimea bagi pelaku ekonomi untuk menguasai pasar suatu produk tertentu. Berdasarkan amanat undang-undang terdapat beberapa BUMN yang bisa melakukan monopoli dan berlindung dibalik Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. BUMN yang bisa melakukan monopoli hanyalah BUMN yang mendapat amanat dari Undang-Undang, antara lain PT Pertamina (Persero), PLN dan PT Jamsostek (Persero). Dalam draft Pedoman Pasal 51 UU No. 5/1999 disebutkan, monopoli negara dapat dilakukan terhadap cabang produksi yang penting bagi negara atau yang menguasai hajat hidup orang banyak. Hal itu sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama terkait alokasi, yaitu barang atau jasa yang berasal dari sumber daya alam. Kedua terkait distribusi, yakni kebutuhan pokok masyarakat, tapi suatu waktu atau terus menerus tidak dapat dipenuhi pasar. Ketiga terkait stabilisasi seperti pertahanan keamanan, moneter, fiskal dan regulasi. b. Pemerintah sebenarnya telah berupaya memangkas monopoli usaha kelistrikan PLN dengan menerbitkan Undang-undang (UU) Nomor 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan. Jika mengacu pasal 4 UU Ketenagalistrikan, penyediaan tenaga listrik di Indonesia, sebenarnya bukan hanya tugas PLN, tapi juga perusahaan swasta koperasi dan swadaya masyarakat bisa berpartisipasi. Walaupun peraturan memungkinkan pihak swasta membangun transmisi dan distribusi, tetapi sepertinya tidak ada investor swasta yang tertarik membangun jaringan listrik. Hal itu disebabkan besarnya biaya serta kecilnya keuntungan akibat harga jual listrik yang ditetapkan pemerintah jauh lebih rendah dibanding biaya produksi listrik.Berdasarkan Undang-Undang pasal 33 ayat 2, yaitu cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Listrik termasuk salah satu cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak sehingga pemerintah memonopoli distribusi listrik melalui PT. PLN. Monopoli ini dilakukan untuk kepentingan rakyat dan kemakmuran rakyat. Sebagaimana sifat monopoli adalah hanya ada satu penjual yang menghasilkan produk tersebut dan sulitnya produk subtitusi untuk produk tersebut sehingga konsumen akan bergantung kepada perusahaan yang memonopoli.Monopoli PT. PLN dalam bidang kelistrikan nasional membuat kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN. Monopoli PT. PLN ini ditujukan agar terjadi pemerataan listrik ke seleruh pelosok Indonesia dan memakmurkan rakyatnya tetapi pada praktiknya tujuan tersebut sulit untuk dicapai. PT. PLN belum mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak yang tentunya sangat merugikan masyarakat. Dalam etika bisnis, studi kasus PT. PLN dapat dimasukan dalam kajian teori teleologi. Teleologi merupakan teori yang menentukan baik atau buruknya tindakan berdasarkan tujuan dari tindakan tersebut. Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai salah menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Monopoli dapat dikatakan salah jika mengacu Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Tetapi PT. PLN mempunyai pengecualian, sehingga dapat tetap memonopoli distribusi listrik. Tujuan pemerintah melakukan monopoli distribusi listrik melalui PT. PLN adalah untuk mensejahterakan masyarakat. Tujuan tersebut tentunya bernilai baik karena pemerintah memikirkan kesejahteraan masyarakat walaupun harus menentang hukum yang ada tentang larangan monopoli.Pemerintah masih berusaha untuk memecah monopoli PT. PLN agar masyarakat lebih sejahtera dan tidak dirugikan akibat monopoli PT. PLN. Tindak lanjut dan pedoman pelaksanaan UU no. 30 Tahun 2009, maka pada tanggal 24 Januari 2012 Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah no 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. Terbitnya PP no 14 tahun 2012 semakin menegaskan kemungkinan tumbuh dan berkembangnya perusahaan lain, di luar PT PLN, yang memiliki bidang usaha sama dengan Perseroan dan menjadi pesaing dalam menyediakan tenaga listrik kepada para pelanggan potensial di masa mendatang. Tumbuhnya perusahaan lain dalam hal penyediaan dan pendistribusian tenaga listriknya tentunya akan berdampak terhadap masyarakat, baik dampak positif ataupun negatif, tetapi langkah tersebut diambil pemerintah agar distribusi listrik lebih merata dan menjangkau daerah yang belum terjangkau listrik serta lebih mensejahterakan masyarakat.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanPT. PLN melakukan monopoli dalam pendistribusian listrik ke seluruh polosok di Indonesia dengan tujuan untuk pemerataan aliran listrik ke seluruh pelosok di Indonesia dan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia berdasarkan amanat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan teori teleologi, yang dilakukan PT. PLN adalah etis karena bertujuan baik walaupun dalam pelaksanaanya belum berjalan dengan baik karena bagaimanapun monopoli akan merugikan konsumen.

SaranPT. PLN lebih menjangkau daerah-daerah yang belum terjangkau listrik serta melakukan inovasi dan peningkatan kualitas pelayanan agar masyarakat Indonesia sebagai konsumen PT. PLN merasa lebih puas dan lebih sejahtera.

V. DAFTAR PUSTAKA

Haurissa L J, Praptiningsih M. 2014. Analisis Penerapan Etika Bisnis Pada PT Maju Jaya di Pare-Jaa Timur. AGORA Vol. 2, No. 2.Hukumoline.com. 2009. BUMN Tidak Boleh Berlindung di Balik Hak Monopoli [internet]. [diacu 12 Mei 2015]. Tersedia dari: http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21323/bumn-tidak-boleh-berlindung-di-balik-hakmonopoliKompasiana.com. 2014. Dukungan Masyarakat dan Pemerintah untuk Meningkatkan Daya Saing PT PLN Menghadapi Privatisasi BUMN [internet]. [diacu 12 Mei 2015]. Tersedia dari: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/10/17/dukungan-masyarakat-dan-pemerintah-untuk-meningkatkan-daya-saing-pt-pln-menghadapi-privatisasi-bumn-680966.htmlLiputan6.com. 2013. Apa Jadinya Jika Monopoli PLN dicabut? [internet]. [diacu 10 Mei 2015]. Tersedia dari: http://bisnis.liputan6.com/read/652391/video-2-apa-jadinya-jika-monopoli-pln-dicabut