paper seminar manajemen keuangan (analisis rasio industri otomotif)

100
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA KELOMPOK INDUSTRI OTOMOTIF Disusun oleh: Nama : SEPTYATHA NPM : 2010120001 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG

Upload: septyatha-yap

Post on 23-Dec-2014

5.767 views

Category:

Economy & Finance


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA KELOMPOK

INDUSTRI OTOMOTIF

Disusun oleh:

Nama : SEPTYATHA

NPM : 2010120001

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2013/2014

Page 2: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan makalah keuangan tentang “ANALISIS LAPORAN

KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA KELOMPOK INDUSTRI

OTOMOTIF” dengan baik.

Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk memberikan wawasan para pembaca dari

sisi pemilik perusahaan maupun investor tentang apa saja cara penilaian kinerja dari suatu

perusahaan, khususnya kelompok industri otomotif yang ada di Indonesia. Selain itu, makalah ini

saya susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai dalam mata kuliah Seminar

Keuangan yang ada di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Inge Barlian, Dra., Ak., M.Sc. selaku dosen

pembimbing dari mata kuliah ini, serta seluruh pihak yang sudah membantu dan memberikan

masukan untuk penyelesaian makalah ini. Terbatasnya pengetahuan dan sempitnya waktu yang

diberikan mungkin menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sebagai penutup, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca. Terima

kasih.

Bandung, 17 September 2013

Penulis

i

Page 3: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Kegunaan Penelitian 4

1.5 Kerangka Pemikirian 5

1.6 Metodologi Penelitian 6

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Analisa Rasio 7

2.1.1 Analisis Rasio Likuiditas 7

2.1.2 Analisis Rasio Aktivitas 10

2.1.3 Analisis Rasio Hutang 13

2.1.4 Analisis Rasio Profitabilitas 15

2.1.5 Analisis Rasio Pasar 17

Bab 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20

3.1 Kinerja Perusahaan Kelompok Industri Otomotif 22

3.1.1 Kinerja PT Astra Otoparts Tbk 22

3.1.1.1 Analisis Likuiditas 22

3.1.1.2 Analisis Aktivitas 24

3.1.1.3 Analisis Hutang 27

3.1.1.4 Analisis Profitabilitas 29

3.1.1.5 Analisis Pasar 32

ii

Page 4: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

3.1.2 Kinerja PT Gajah Tunggal Tbk 34

3.1.2.1 Analisis Likuiditas 34

3.1.2.2 Analisis Aktivitas 36

3.1.2.3 Analisis Hutang 39

3.1.2.4 Analisis Profitabilitas 40

3.1.2.5 Analisis Pasar 43

Bab 4 KESIMPULAN 51

Rekomendasi Bagi Para Investor 52

Lampiran 53

Daftar Pustaka 68

iii

Page 5: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan.

Banyak perusahaan yang berskala kecil, menengah dan besar, akan mempunyai perhatian besar

di bidang keuangan, terutama dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, persaingan

antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya semakin ketat. Belum lagi kondisi

perekonomian Indonesia sekarang yang tidak menentu menyebabkan banyaknya perusahaan

yang tiba-tiba mengalami kebangkrutan maupun hengkang dari Indonesia. Oleh karena itu, agar

perusahaan dapat bertahan atau bahkan bisa tumbuh dan berkembang, perusahaan harus

mencermati kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi

dan kinerja perusahaan maka diperlukan suatu analisis yang tepat.

Metode yang dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan

dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu

para pemakai di dalam menilai kinerja perusahaan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

Laporan keuangan digunakan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja, oleh kreditor untuk

mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman, dan oleh pemegang saham untuk meramalkan

laba, dividen, dan harga saham.

Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan :

1. Neraca

Neraca digunakan untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu

waktu tertentu, yang meliputi asset perusahaan dan klaim atas asset tersebut.

2. Laporan Laba-Rugi

Laporan laba-rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu

tertentu. Tujuan utama dari laporan laba-rugi adalah melaporkan kemampuan perusahaan

yang sebenarnya untuk memperoleh laba.

1

Page 6: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas atau laporan perubahan posisi keuangan menyajikan informasi

aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok

perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk

mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 4) tujuan laporan keuangan adalah sebagai

berikut :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian

besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari

kejadian masa lalu.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Untuk menilai kinerja perusahaan, diperlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang

sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu

dengan yang lainnya.

Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang

lebih baik tentang kinerja perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data

keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentu rasio.

Jenis analisis bervariasi sesuai dengan kepentingan pihak-pihan yang melakukan analisis.

Pemberi kredit dagang akan menaruh perhatian terutama kepada likuiditas perusahaan yang

dianalisis karena tagihan mereka bersifat jangka pendek. Tagihan pemberi kredit jangka panjang,

misalnya pemilik obligasi, bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, ia lebih berminat terhadap

kemampuan arus kas untuk melunasi utang dalam jangka panjang. Pemilik obligasi mungkin

akan menilai struktur modal perusahaan, sumber dan penggunaan dana, serta profitabilitas

perusahaan.

Seorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih berkepentingan dengan

keuntungan saat ini dan dimasa yang akan datang, dengan stabilitas keuntungan tersebut dan

2

Page 7: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

perbandingannya dengan keuntungan perusahaan lain. Ia akan menaruh minat pada kondisi

keuangan perusahaan sejauh hal itu dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan itu untuk

berkembang, membayar deviden, dan menghindari kebangkrutan. Bagi perusahaan sendiri,

analisis terhadap kinerja perusahaan akan membantu dalam hal perencanaan tersebut.

Menurut Buku Manajemen Keuangan 1 karangan Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs.,

MSBA, Inge Barlian, Dra., Ak., M.Sc., dan Dharma Putra Sundjaja, SE., MFP (2010 : 173),

ukuran kinerja dapat dianalisis dalam tiga kelompok :

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Aktivitas

3. Rasio Hutang

4. Rasio Profitabilitas

5. Rasio Pasar

Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan

dengan standar tertentu. Standar tersebut dapat berupa standar internal yang ditetapkan oleh

manajemen, perbandingan historis atau membandingkan angka-angka keuangan dengan angka-

angka masa sebelumnya, pembandingan dengan perusahaan atau industri sejenis.

Tanpa pembandingan, tidak akan diketahui apakah kinerja suatu perusahaan

menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul : “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA

PERUSAHAAN PADA KELOMPOK INDUSTRI OTOMOTIF”.

3

Page 8: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

1.2 Rumusan Masalah

Penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan melihat pokok permasalahan sebagai

berikut :

a. Bagaimana kinerja dari PT Astra Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk selama

semester 1 2012 dan semester 1 2013.

b. Bagaimana hubungan analisis dari rasio keuangan terhadap penilaian kinerja PT Astra

Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggak Tbk.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan sehubungan dengan permasalahan yang

diuraikan di atas untuk :

a. Mengetahui apakah ada peningkatan maupun penurunan profit dari PT Astra Otoparts

Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk pada Semester 1 2012 dan Semester 1 2013.

b. Membandingkan dan menilai rasio keuangan dari PT Astra Otoparts terhadap PT Gajah

Tunggal pada Semester 1 2012 dan Semester 1 2013.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung, maupun

tidak langsung bagi perusahaan tempat penulis mengadakan penelitian, juga bagi masyarakat

terutama pihak-pihak lain yang memerlukan dan bagi penulis sendiri.

a. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat didalam

merencanakan serta menjalankan strategi perusahaan sehingga mencapai hasil yang

positif bagi keuangan perusahaan dan unsur-unsur keuangan didalam perusahaan dapat

dikontrol dengan baik.

b. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan

menerapkan teori-teori yang ada serta diterapkan secara nyata untuk menganalisa rasio-

rasio keuangan yang ada di dalam perusahaan sehingga dapat mengetahui ada gejala dan

masalah apa yang terjadi didalam keuangan suatu perusahaan.

4

Page 9: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

c. Bagi pembaca

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bahan

referensi dalam usaha untuk membantu pembaca memahami sesuatu yang bermanfaat

dalam melakukan penelitian, serta bagi para investor dan pemegang saham dapat menilai

apakah keuangan perusahaan tersebut bisa dinyatakan sehat atau tidak, supaya keputusan

yang nantinya diambil akan tepat sasaran.

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa untuk mengetahui dengan tepat bagaimana

kondisi dan kinerja perusahaan dapat dilakukan analisis terhadap laporan keuangan yang

dimilikinya.

Analisis laporan keuangan menurut Munawir (2010;35) adalah :

“analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada

hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil

operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”.

Untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan tersebut diperlukan suatu tolok ukur.

Tolok ukur yang sering digunakan adalah berbentuk rasio atau indeks. Rasio keuangan

merupakan suatu tolok ukur yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang

lainnya. Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba-rugi

dan lainnya dapat memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat ini.

Analisis laporan keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, dengan

membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang

sama. Kedua, perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya

yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan tersebut

dapat memberikan gambaran mengetani kinerja perusahaan, apakah mengalami kenaikan atau

penurunan.

Analisis laporan keuangan dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi

kekurangan dan kemudian melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan, dan

membuat keputusan yang rasional dalam hal perencanaan perusahaan sehingga tujuan

perusahaan dapat tercapai.

5

Page 10: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang

berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan

menganalisanya sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti

dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.

Teknik untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan yang

sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah, dan dianalisis.

2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai

sumber dan mempelajari literature-literatur yang berhubungan dengan topic

pembahasan untuk memperoleh dasar teoritis.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di perusahaan otomotif yang telah go public, yaitu PT Astra

Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk. Sedangkan rentang waktu yang diteliti dari perusahaan

tersebut adalah Semester 1 (1 Januari – 30 Juni) 2012 dan Semester 1 (1 Januari – 30 Juni) 2013.

6

Page 11: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Rasio

Menurut Munawir (2004:37) Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk

mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau

kombinasi dari kedua laporan tersebut.

Menurut Mahmud M.Hanadie (2005:77) Analisis rasio adalah penggabungan yang

menunjukkan hubungan antara suatu unsur  dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan,

hubungan antara unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.

Analisis ratio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan

keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur

kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di bidang keuangan adalah analisis ratio keuangan

(Financial Ratio Analysis)

Dalam Keown dkk (2002:60) tujuan dari analisis ratio adalah untuk membantu manager

finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan informasi yang

tersedia dan sifatnya terbatas.

Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan saja

melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut kepentingan khusus dari analisis atau pihak

yang berkepentingan.

Analisis ratio berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen membuat

evaluasi mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari

keadaan yang dapat menyebabkan kesultan keuangan.

2.1.1 Analisis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan-

perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan

menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan

keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah

aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.

7

Page 12: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan

dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang

segera harus dipenuhi.

Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu

memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa

perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat

likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi

dikatakan perusahaan tersebut insolvable.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang

modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas

berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan

harga saham perusahaan.

2.1.1.1 Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan

merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu

perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban

lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi

kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam

likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan

banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan

(Sawir, 2009:10).

Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat

pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi

dengan cara (Riyanto, 2001:28):

1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar. 

8

Page 13: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar. 

3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

Current Ratio= Aktiva LancarHutang lancar

2.1.1.2 Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan

suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio

dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.

Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah

dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi

rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid

mampu menutupi hutang lancar.

Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin

besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.

Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

Quick Ratio= Aktiva Lancar−PersediaanHutang Lancar

2.1.1.3 Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang

lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang

dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.

Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:

Cash Ratio= KasHutang Lancar

9

Page 14: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2.1.1.4 Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)

Menurut Wasis (1991, p.63) Modal kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva

lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-lain.

Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet

neraca. Modal kerja bersih adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan

perkataan lain modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang

lancar.

Modal Kerja Bersih dapat dihitung dengan formula :

Net WorkingCapital=Aktiva Lancar−Hutang Lancar

2.1.2 Analisis Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam

memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan

perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio

aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan

beragai unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.

Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin

besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih

baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.

Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:

2.1.2.1 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory

berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya

overstock (Riyanto, 2008:334).

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.

Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang

memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

Rasio perputaran persediaan dihitung dengan formula:

10

Page 15: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Inventory Turnover= Harga Pokok PenjualanPersediaan

Rata−RataUmur Persediaan= Jumlah Hari Dalam1TahunInventory Turnover

2.1.2.2 Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan

volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai

dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan

kredit (neto) dengan piutang rata-rata.

Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :

Perputaran Piutang=PenjualanPiutang

Perputaran P iutang= 360Rata−Rata PeriodeTagih

2.1.2.3 Rata-Rata Periode Tagih

Adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Rasio tersebut

bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan.

Rata-rata periode tagih dapat diukur dengan rumus :

Rata−RataPeriode Tagih= PiutangRata−RataPenjualan per Hari

Rata−RataPeriode Tagih= PiutangPenjualanTahunan /360

2.1.2.4 Rata-Rata Periode Bayar

Adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk membayar hutang usaha.

Rata-rata periode bayar dapat diukur dengan rumus :

Rata−RataPeriode Bayar= Hutang UsahaRata−Rata Pembelian per Hari

Rata−RataPembelian per Hari=Pembelian Tahunan360

11

Page 16: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2.1.2.5 Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets

turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik

dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang

dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya

secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah),

kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang

bermanfaat, atau mungkin disebabkan hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang

berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini

berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.

Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:

¿ Assets Turnover= PenjualanAktivaTetap Bersih

2.1.2.6 Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Total assets turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu

perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu

periode tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan

keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin,

2009:19).

Total assets turnover merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur

dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva

dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan

keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama

dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar.

Total assets turnover ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan

lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya

penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.

12

Page 17: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Perputaran total aktiva dihitung sebagai berikut:

Total Assets Turnover= PenjualanTotal Aktiva

2.1.3 Analisis Rasio Hutang

Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial baik

jangka waktu pendek atau panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.

Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva

atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya

perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya

disebut perusahaan yang insolvable.

Rasio hutang terdiri dari:

2.1.3.1 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio atau Ratio Leverage)

Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang pada

pihak luar dan digunakan untuk mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan

antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari

perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik

(modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).

Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total

hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

Debt ¿ Equity Ratio= Hutang Jangka PanjangEkuitas Pemegang Saham

Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal  maka semakin baik dan

untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau

minimal sama.

13

Page 18: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2.1.3.2 Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio

ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt

ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh

kekayaan yang dimiliki.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Debt Ratio=Total HutangTotal Aktiva

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka

hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio

financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan

juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman

juga semakin kecil.

2.1.3.3 Times Interest Earned / Coverage Ratio (Rasio Penutupan)

Times interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan

pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan

untuk membayar bunga utang jangka panjang.

Sawir (2008:14) mengatakan bahwa : Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan

(coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba

operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan

kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:

Time Interest Earned=Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT )

Beban Bunga

Jadi rasio hutang merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua

kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset

yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas

berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan

harga saham perusahaan.

14

Page 19: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2.1.4 Analisis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran

tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas

manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.

Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:

2.1.4.1 Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok

atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara

efisien (Sawir, 2009:18).

Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales.

Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini

menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales,

demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi

perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

Margin laba kotor dihitung dengan formula:

Gross Profit Margin=Penjualan−Harga Pokok PenjualanPenjualan

2.1.4.2 Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net

profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Margin Laba Bersih dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin=Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )

Penjualan

15

Page 20: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2.1.4.3 Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)

Adalah ukuran persentasi dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan

pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap

rupiah penjualan.

Margin laba operasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi penjualan tanpa

melihat beban keuangan (bunga) dan beban dari pemerintah (pajak)

Margin laba operasi dihitung dengan rumus :

Operating Profit Margin=Laba SebelumBunga∧Pajak (EBIT )

Penjualan

2.1.4.4 Hasil Atas Total Aset (Return On Investment)

Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan

total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan

aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment

merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur

dari nilai aktiva. (Syafri, 2008:63).

Hasil atas total aset dihitung dengan rumus:

Returnon Investment=Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )

Total Aktiva

2.1.4.5 Hasil Atas Ekuitas (Return On Equity)

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total

ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia

bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)

atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Return on equity adalah  rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan

mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi

yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).

ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

Hasil atas ekuitas dapat dihitung dengan formula:

16

Page 21: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Returnon Equity=Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )

Ekuitas

2.1.4.6 Pendapatan per Saham (Earning per Share)

Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar

saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).

Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh

untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya

manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan

earning per share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.

Pendapatan per saham dihitung dengan rumus:

Earning per Share= Pendapatan yangTersediabagi Pemegang Saham BiasaJumlah Lembar Saham yangBeredar

2.1.5 Analisis Rasio Pasar

Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba

dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor

atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).

Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para pemegang

saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga

yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256).

Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif

terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang

investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini.

Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:

2.1.5.1 Rasio Harga Pasar / Pendapatan (Price Earning Ratio)

Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak

investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.

Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba di masa yang akan datang. Kesediaan para investor untuk menerima kenaikan

PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat

17

Page 22: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula. (Prastowo

2005:96)

Price Earning Ratio dihitung dengan rumus :

Price Earning Ratio= Harga Pasar per Lembar Saham BiasaPendapatan per Saham

2.1.5.2 Rasio Harga Pasar / Nilai Buku (Market to Book Value Ratio)

Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang

ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan wealth

(kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)

Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor

memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau

prospek suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika

investor optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.

Market to Book Value Ratio dihitung dengan rumus :

Market ¿ Book Value Ratio= Nilai Buku per Lembar Saham BiasaJumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar

2.1.5.3 Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)

Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang

(Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu

komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).

 Dividend yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.

Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai

dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali.

Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham

yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan macam ini

akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43)

Dividend Yield Ratio dihitung dengan rumus :

Divident Yield Ratio= Dividen per Lembar SahamHarga Pasar per Lembar Saham Biasa

18

Page 23: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2.1.5.4 Rasio Pembayaran Deviden (Dividend Payout Ratio)

Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.

Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan (Hanafi, 2004:44)

Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio

pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah

akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen

perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil

pertumbuhan pendapatan perusahaan.

Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Dividend Payout Ratio= Dividen per Lembar SahamPendapatan per Lembar Saham

×100 %

19

Page 24: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

BAB 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis berdasarkan analisis terhadap laporan

keuangan pada kelompok industri otomotif yang go public, meliputi :

1. PT Astra Otoparts Tbk

PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) adalah perusahaan komponen otomotif

terkemuka Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan suku cadang kendaraan

bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Sejarah Astra Otoparts bermula

dari didirikannya PT Alfa Delta Motor pada tahun 1976, yang bergerak di perdagangan

otomotif, perakitan mesin dan konstruksi. Setelah mengalami berbagai perubahan dan

pergantian nama perusahaan, akhirnya pada tahun 1997 berganti nama menjadi PT Astra

Otoparts dan pada tahun 1998 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang

Bursa Efek Indonesia) dengan kode transaksi: AUTO. Sejak saat itu PT Astra Otoparts

menjadi perusahaan publik dengan nama PT Astra Otoparts Tbk. Saat ini perusahaan

telah bertransformasi menjadi perusahaan industri komponen otomotif terbesar di

Indonesia yang didukung oleh enam unit bisnis dan 33 anak perusahaan dengan 34.566

orang karyawan. Beberapa anak perusahaan merupakan perusahaan patungan dengan

sejumlah produsen komponen terkemuka dari Jepang, Cina, Eropa dan Amerika, seperti

Aisin Seiki, Aisin Takaoka, Akashi Kikai Seisakusho, Akebono Brake, Asano Gear,

Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS Yuasa, Juoku Technology, Kayaba, Keihin

Seimitsu Kogyo, Mahle, NHK Precision, Nippon Gasket, Nittan Valve, Pirelli, SunFun

Chain, Toyoda Gosei, Toyota Industries, Visteon, dan Aktiebolaget SKF.

Suku cadang kendaraan bermotor produk Astra Otoparts diserap pasar segmen

pabrikan otomotif atau Original Equipment for Manufacturer (OEM) dan segmen pasar

suku cadang pengganti atau Replacement Market (REM). Pelanggan Astra Otoparts di

segmen OEM diantaranya adalah Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Mitsubishi,

Suzuki, Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Hino. Sedangkan di segmen REM, produk Astra

Otoparts sudah didistribusikan ke seluruh pelosok Nusantara, melalui 70 jaringan

distribusi (48 diler di area luar Jawa-Bali dan 22 kantor penjualan di area Jawa-Bali) dan

12.000 toko suku cadang. Produk Astra Otoparts tidak hanya menguasai pasar dalam

20

Page 25: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

negeri tetapi juga telah merambah ke lebih dari 40 negara di Timur Tengah, Asia

Oceania, Afrika, Eropa, dan Amerika. Astra Otoparts memiliki dua kantor perwakilan

masing-masing di Singapura dan Dubai.

2. PT Gajah Tunggal Tbk

PT Gajah Tunggal Tbk memiliki dan mengoperasikan fasilitas produksi ban yang

terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Perusahaan didirikan pada tahun 1951 sebagai

produsen ban sepeda, dan selama bertahun-tahun memperluas kapasitas produksi dan

awal diversifikasinya dalam pembuatan ban sepeda motor dan ban dalam, serta akhirnya

ke dalam pembuatan ban kendaraan penumpang dan komersial. Perusahaan mulai

memproduksi ban sepeda motor pada tahun 1973 dan mulai memproduksi ban bias untuk

penumpang dan kendaraan komersial pada tahun 1981. Pada tahun 1993, Perusahaan

mulai memproduksi dan menjual ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.

Pada tahun 2010, Perusahaan melakukan pengembangan kemampuan produksi ban TBR.

Bisnis utama Perusahaan mencakup pengembangan, pembuatan dan penjualan

ban radial, ban bias, ban sepeda motor, ban dalam, flap dan rim tape, Perusahaan juga

memproduksi serta menjual tali ban dan karet sintetis beserta olahan, yang merupakan

komponen utama yang digunakan dalam pembuatan ban. Sebagian besar pendapatan

Perusahaan adalah dari penjualan ban di Indonesia dan luar negeri. Perusahaan juga

mendapatkan pendapatan dari penjualan produk yang terkait dengan ban, yang terdiri dari

kain ban dan karet sintetis. Melalui divisi produk yang terkait dengan ban, selain menjual

kepada pihak ketiga, Perusahaan juga memproduksi kain ban dan karet sintetis digunakan

untuk memproduksi ban sendiri, hal ini sebagai bagian dari strategi untuk

mengintegrasikan secara vertikal sarana produksi untuk merasionalisasi biaya produksi.

Perusahaan mengoperasikan berbagai pabrik di Indonesia yang memproduksi ban

radial untuk mobil penumpang, ban bias untuk truk dan bus, ban sepeda motor, ban TBR,

dan ban dalam (baik untuk sepeda motor dan automotif serta aksesoris ban seperti flaps,

rim tape dan O-rings ) dengan fasilitas pendukung yang mengolah karet yang

direklamasi. Perusahaan juga mengoperasikan dua pabrik yang memproduksi produk

yang terkait dengan ban yaitu kain ban dan karet sintetis. Pabrik yang memproduksi

produk yang terkait dengan ban berlokasi di Tangerang dan Serang. Perusahaan juga

21

Page 26: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

memiliki sekitar 100 hektar tanah di Karawang, yang rencananya akan digunakan

sebagian untuk pengujian desain ban dan sisanya direncanakan akan digunakan untuk

ekspansi dan diversifikasi lini manufaktur.

Walaupun barang yang dihasilkan dari kedua perusahaan ini berbeda, namun Astra Oto

Parts dan Gajah Tunggal bergerak di satu bidang industri yang sama yaitu otomotif. Karena hal

inilah kedua perusahaan ini bisa membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan

perusahaan yang lainnya.

Penulis menganalisis laporan keuangan pada Semester 1 2012 dan Semester 1 2013 untuk

mengetahui kinerja perusahaan tersebut pada industri otomotif. Analisis yang dilakukan oleh

penulis untuk mengetahui kinerja perusahaan industri otomotif adalah sebagai berikut :

Analisis Likuiditas

Analisis Aktivitas

Analisis Hutang

Analisis Profitabilitas

Analisis Pasar

3.1 Kinerja Perusahaan Kelompok Industri Otomotif

3.1.1 Kinerja PT Astra Otoparts Tbk.

3.1.1.1 Analisis Likuiditas

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Tabel 3.1

PT Astra Otoparts Tbk.

Current Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Interpretasi

2012 3.198.306 2.453.413 1,30Naik

2013 5.441.625 2.836.154 1,92

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Bila dilihat pada tabel diatas, terjadi peningkatan rasio lancar pada tahun 2013

dibanding tahun sebelumnya. Ini dikarenakan aktiva lancar di tahun 2013 terjadi

22

Page 27: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

peningkatan yang cukup banyak apabila dibandingkan peningkatan terhadap hutang

lancarnya. Angka rasio lancar pada tahun 2013 bisa dikatakan mendekati baik (Rasio

Lancar = 2).

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Tabel 3.2

PT Astra Otoparts Tbk.

Quick Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar Interpretasi

2012 2.136.291 2.453.413 0,87Naik

2013 3.983.141 2.836.154 1,40

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Karena rasio cepat terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya, biasanya

diikuti juga dengan peningkatan rasio cepat yang bisa dilihat pada tabel. Namun apabila

persediaan terlalu banyak, maka akan menurunkan rasio cepat dari perusahaan karena

sifat dari persediaan yang kurang likuid.

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Tabel 3.3

PT Astra Otoparts Tbk.

Cash Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Kas Hutang Lancar Interpretasi

2012 461.576 2.453.413 0,19Naik

2013 1.948.526 2.836.154 0,69

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Terlihat bahwa rasio kas pada tahun 2013 naik signifikan dibanding tahun

sebelumnya yang dikarenakan kas yang tersedia pada tahun 2013 naik hingga 4 kali lipat.

23

Page 28: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Namun, semakin banyak kas yang ada maka akan mengurangi kemampuan perusahaan

untuk memperoleh laba.

4. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)

Tabel 3.4

PT Astra Otoparts Tbk.

Net Working Capital

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar NWC Interpretasi

2012 3.198.306 2.453.413 744.893Naik

2013 5.441.625 2.836.154 2.605.471

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Adanya peningkatan modal kerja bersih pada tahun 2013 mengindikasikan bahwa

terjadi juga peningkatan didalam investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti

kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan dibandingkan tahun

2012.

3.1.1.2 Analisis Aktivitas

1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Tabel 3.5

PT Astra Otoparts Tbk.

Inventory Turnover

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Harga Pokok Penjualan Persediaan Interpretasi

2012 3.485.651 1.062.015 3,28 kaliTurun

2013 4.180.274 1.458.484 2,87 kali

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

24

Page 29: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Pada tahun 2013 terjadi penurunan perputaran persediaan yang mengindikasikan

bahwa adanya penurunan efisiensi didalam pengelolaan persediaan barang dagang

dibandingkan tahun 2012 karena semakin lamanya persediaan dipegang oleh perusahaan.

2. Perputaran Piutang

Tabel 3.6

PT Astra Otoparts Tbk.

Perputaran Piutang

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Piutang % Interpretasi

2012 4.161.580 1.097.248 3,79Turun

2013 4.961.180 1.467.796 3,38

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Terjadi juga penurunan rasio perputaran piutang pada tahun 2013 dikarenakan

saldo piutang yang naik. Ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai

kesulitan dalam penagihan piutang.

3. Rata-Rata Periode Tagih

Tabel 3.7

PT Astra Otoparts Tbk.

Rata-Rata Periode Tagih

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Piutang Penjualan Semester /

180

% Interpretasi

2012 1.097.248 23.120 47,46Naik

2013 1.467.796 27.562 53,25

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

25

Page 30: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Nilai rata-rata periode tagih pada tahun 2013 mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2012, yang dapat menunjukkan bahwa pengelolaan kredit perusahaan

kinerjanya menurun.

4. Rata-Rata Periode Bayar

Tabel 3.8

PT Astra Otoparts Tbk.

Rata-Rata Periode Bayar

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Hutang Usaha Pembelian Semester /

180

% Interpretasi

2012 816.898 5.422 150,66Turun

2013 1.250.639 17.416 71,81

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Kesulitan dalam rasio ini adalah mencari pembelian tahunan / semester karena

tidak diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Namun bisa dilihat bahwa

nilai rata-rata periode bayar pada tahun 2013 mengalami penurunan yang

mengindikasikan bahwa adanya kelancaran didalam membayar hutang usaha.

5. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Tabel 3.9

PT Astra Otoparts Tbk.

Fixed Assets Turnover

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Aktiva Tetap

Bersih

% Interpretasi

2012 4.161.580 4.724.194 0,88Turun

2013 4.961.180 7.142.940 0,69

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

26

Page 31: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terjadi penurunan pada rasio ini di tahun 2013 dibandingkan tahun 2012

mencerminkan tingkat efisiensi penggunaan aktiva tetap dari perusahaan yang menurun

sehingga berdampak terhadap penjualan perusahaan.

6. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Tabel 3.10

PT Astra Otoparts Tbk.

Total Assets Turnover

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Total Aktiva % Interpretasi

2012 4.161.580 7.922.500 0,52Turun

2013 4.961.180 12.584.565 0,39

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Efisiensi perusahaan didalam menggunakan seluruh aktivanya untuk

menghasilkan penjualan kembali mengalami penurunan pada tahun 2013 apabila

dibandingkan dengan tahun 2012.

3.1.1.3 Analisis Hutang

1. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio atau Ratio Leverage)

Tabel 3.11

PT Astra Otoparts Tbk.

Debt to Equity Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Hutang Jangka

Panjang

Ekuitas Pemegang

Saham

% Interpretasi

2012 500.964 4.968.123 10,08Turun

2013 600.352 9.148.059 6,56

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

27

Page 32: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terdapat penurunan rasio hutang terhadap ekuitas pada tahun 2013

mengindikasikan bahwa hutang jangka panjang perusahaan hanya sebesar 6,56% dari

modal sendiri, dan perusahaan lebih menyukai menerbitkan saham baru dibandingkan

menggunakan hutang jangka panjang.

2. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Tabel 3.12

PT Astra Otoparts Tbk.

Debt Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Total Hutang Total Aktiva % Interpretasi

2012 2.954.377 7.922.500 37,29Turun

2013 3.436.506 12.584.565 27,30

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Terdapat penurunan rasio hutang pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yang

menggunakan hutang sebesar 27,30% dari total aktiva perusahaan. Semakin rendah

persentase hutang, maka semakin baik bagi keuangan perusahaan.

3. Times Interest Earned / Coverage Ratio (Rasio Penutupan)

Tabel 3.13

PT Astra Otoparts Tbk.

Times Interest Earned

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Sebelum Bunga dan

Pajak

Beban Bunga % Interpretasi

2012 690.476 42.587 16,21Turun

2013 695.395 66.228 10,50

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

28

Page 33: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terjadi penurunan pada rasio penutupan pada tahun 2013 menjadi 10,50

mengindikasikan bahwa laba operasi hanya boleh turun sebanyak itu agar tidak terjadi

kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman, yang jauh lebih buruk

bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 16,21.

3.1.1.4 Analisis Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Tabel 3.14

PT Astra Otoparts Tbk.

Gross Profit Margin

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Kotor Penjualan % Interpretasi

2012 675.929 4.161.580 16,24Turun

2013 780.906 4.961.180 15,74

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Terdapat penurunan margin laba kotor pada tahun 2013 yang disebabkan oleh

harga pokok penjualan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan,

karena itu keadaan operasi perusahaan relatif lebih baik pada tahun 2012 karena

persentase margin laba kotor yang lebih tinggi.

2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Tabel 3.15

PT Astra Otoparts Tbk.

Net Profit Margin

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) Penjualan % Interpretasi

2012 574.182 4.161.580 13,79Turun

2013 556.027 4.961.180 11,20

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

29

Page 34: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terjadi penurunan persentase margin laba bersih pada tahun 2013 yang

disebabkan oleh laba bersih setelah pajak tahun 2013 yang menurun bila

dibandingkan pada tahun 2012, namun volume penjualan tahun 2013 melebihi

volume penjualan tahun 2013.

3. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)

Tabel 3.16

PT Astra Otoparts Tbk.

Operating Profit Margin

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Operasi Bersih (EBIT) Penjualan % Interpretasi

2012 690.476 4.161.580 16,59Turun

2013 695.395 4.961.180 14,02

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Berdasarkan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka diketahui bahwa

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih dari penjualan pada

tahun 2013 terlalu rendah atau tidak mencapai target apabila dibandingkan dengan

tahun 2012. Bisa juga terjadi kemungkinan bahwa adanya inefisiensi pada kegiatan

diluar usaha perusahaan, sehingga menjadi beban laba usaha.

4. Hasil Atas Total Aset (Return On Investment)

Tabel 3.17

PT Astra Otoparts Tbk

Return on Investment

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) Total Aktiva % Interpretasi

2012 574.182 7.922.500 7,25Turun

2013 556.027 12.584.565 4,42

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

30

Page 35: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Berdasarkan Return on Investment, maka diperoleh bawa kinerja perusahaan

mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh profit margin yang menurun

namun total aktiva yang terus meningkat. Jika penurunan ROI ini terus terjadi, maka

akan mengakibatkan menurunnya kepercayaan investor atau pemilik modal kepada

perusahaan, sehubungan dengan turunnya kemampuan investasi perusahaan.

5. Hasil Atas Ekuitas (Return on Equity)

Tabel 3.18

PT Astra Otoparts Tbk.

Return on Equity

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Setelah Pajak

(EAT)

Ekuitas % Interpretasi

2012 574.182 4.968.123 11,55Turun

2013 556.027 9.148.059 6,07

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Dari tabel di atas diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba di tahun 2013 menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2012 karena

kenaikan ekuitas tidak diiringi dengan kenaikan laba bersih setelah pajak.

6. Pendapatan per Saham (Earning per Share)

Tabel 3.19

PT Astra Otoparts Tbk.

Earning per Share

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Pendapatan Bagi Pemegang

Saham

Lembar Saham % Interpretasi

2012 527.904 3.855,79 137Turun

2013 518.618 4.819,73 108

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

31

Page 36: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Pendapatan per saham pada tahun 2013 pun mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan tahun 2012 karena laba bersih sebelum pajak yang menurun

mengakibatkan pendapatan bagi pemegang saham ikut berkurang, namun jumlah

lembar saham yang diterbitkan perusahaan naik hingga 25%.

3.1.1.5 Analisis Pasar

1. Rasio Harga Pasar / Pendapatan (Price Earning Ratio)

Tabel 3.20

PT Astra Otoparts Tbk.

Price Earning Ratio

Tahun Harga Pasar / Lembar Saham Pendapatan / Saham Interpretasi

2012 3.425 137 25Naik

2013 4.075 108 37,73

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Terjadi peningkatan rasio H/P pada tahun 2013 yang disebabkan oleh harga

saham yang naik dan pendapatan/saham yang turun dibandingkan tahun 2012. Ini

menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap perusahaan lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya.

2. Rasio Harga Pasar / Nilai Buku (Market to Book Value Ratio)

Tabel 3.21

PT Astra Otoparts Tbk.

Market to Book Value Ratio

Tahun Harga Pasar / Lembar

Saham

Nilai Buku / Lembar

Saham

Interpretasi

2012 3.425 1.288,48 2,66Turun

2013 4.075 1.898,04 2,15

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

32

Page 37: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terjadi penurunan rasio H/NB pada tahun 2013 menunjukkan bahwa investor

pada tahun 2013 membayar harga yang lebih rendah untuk setiap saham perusahaan

dibandingkan tahun 2012.

3. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)

Tabel 3.22

PT Astra Otoparts Tbk.

Dividend Yield Ratio

Tahun Dividen / Lembar

Saham

Harga Pasar / Lembar

Saham

% Interpretasi

2012 80 3.425 2,33Turun

2013 91 4.075 2,23

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Adanya sedikit penurunan rasio pendapatan deviden dikarenakan harga pasar per

lembar saham yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya walaupun dividen yang

dibagikan tiap lembar saham juga ikut meningkat.

4. Rasio Pembayaran Deviden (Dividend Payout Ratio)

Tabel 3.23

PT Astra Otoparts Tbk.

Dividend Payout Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Dividen / Lembar

Saham

Pendapatan / Lembar

Saham

% Interpretasi

2012 80 137 58,39Naik

2013 91 108 84,26

Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012,2013

Terjadi peningkatan yang cukup drastis pada rasio pembayaran deviden

dikarenakan pendapatan per lembar saham yang menurun pada tahun 2013 dibandingkan

33

Page 38: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

tahun 2012 namun dividen yang diberikan per lembar saham meningkat sebanyak 11

Rupiah per lembarnya.

3.1.2 Kinerja PT Gajah Tunggal Tbk.

3.1.2.1 Analisis Likuiditas

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Tabel 3.24

PT Gajah Tunggal Tbk.

Current Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar % Interpretasi

2012 5.061.960 3.115.226 1,62Naik

2013 6.323.647 2.728.284 2,31

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Bila dilihat pada tabel diatas, terjadi peningkatan rasio lancar pada tahun 2013

dibanding tahun sebelumnya. Ini dikarenakan aktiva lancar di tahun 2013 terjadi

peningkatan yang cukup banyak namun hutang lancar semakin menurun. Angka rasio

lancar pada tahun 2013 bisa dikatakan baik (Rasio Lancar = 2).

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Tabel 3.25

PT Gajah Tunggal Tbk.

Quick Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar % Interpretasi

2012 3.405.113 3.115.226 1,09Naik

2013 4.456.377 2.728.284 1,63

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

34

Page 39: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Karena rasio cepat terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya, biasanya

diikuti juga dengan peningkatan rasio cepat yang bisa dilihat pada tabel. Kenaikan dari

aktiva lancar dikurangi persediaan pada tahun 2013 tidak terlalu banyak, namun hutang

lancar yang menurun ikut membantu meningkatkan rasio lancar perusahaan.

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Tabel 3.26

PT Gajah Tunggal Tbk.

Cash Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Kas Hutang Lancar % Interpretasi

2012 677.198 3.115.226 0,22Naik

2013 1.617.670 2.728.284 0,59

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Rasio kas pada tahun 2013 naik cukup banyak dibanding tahun sebelumnya yang

dikarenakan kas yang tersedia pada tahun 2013 naik 2,5 kali lipat dan ditambah dengan

penurunan hutang lancar dari tahun sebelumnya. Namun, semakin banyak kas yang ada

maka akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.

4. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)

Tabel 3.27

PT Gajah Tunggal Tbk.

Net Working Capital

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar % Interpretasi

2012 5.061.960 3.115.226 1.946.734Naik

2013 6.323.647 2.728.284 3.595.363

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

35

Page 40: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Adanya peningkatan modal kerja bersih pada tahun 2013 mengindikasikan bahwa

terjadi juga peningkatan didalam investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti

kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan dibandingkan tahun

2012.

3.1.2.2 Analisis Aktivitas

1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Tabel 3.28

PT Gajah Tunggal Tbk.

Inventory Turnover

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Harga Pokok Penjualan Persediaan % Interpretasi

2012 5.257.562 1.656.847 3,17 kaliTurun

2013 4.896.807 1.867.270 2,62 kali

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Pada tahun 2013 terjadi penurunan perputaran persediaan yang mengindikasikan

bahwa adanya penurunan efisiensi didalam pengelolaan persediaan barang dagang

dibandingkan tahun 2012 karena semakin lamanya persediaan dipegang oleh perusahaan

namun harga pokok penjualan malah menurun.

2. Perputaran Piutang

Tabel 3.29

PT Gajah Tunggal Tbk.

Perputaran Piutang

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Piutang % Interpretasi

2012 6.365.825 1.793.217 3,55Turun

2013 6.129.102 1.879.106 3,26

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

36

Page 41: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terjadi juga penurunan rasio perputaran piutang pada tahun 2013 dikarenakan

saldo piutang yang naik tetapi penjualan yang terus menurun dibandingkan tahun

sebelumnya. Ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai kesulitan dalam

penagihan piutang.

3. Rata-Rata Periode Tagih

Tabel 3.30

PT Gajah Tunggal Tbk.

Rata-Rata Periode Tagih

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Piutang Penjualan Semester / 180 % Interpretasi

2012 1.793.217 35.365,70 50,70Naik

2013 1.879.106 34.050,57 55,18

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Nilai rata-rata periode tagih pada tahun 2013 mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan tahun 2012, yang dapat menunjukkan bahwa pengelolaan kredit

perusahaan kinerjanya menurun.

4. Rata-Rata Periode Bayar

Tabel 3.31

PT Gajah Tunggal Tbk.

Rata-Rata Periode Bayar

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Hutang Usaha Pembelian Semester /

180

% Interpretasi

2012 1.295.552 5.683,95 227,93Turun

2013 1.002.374 5.815,96 172,34

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

37

Page 42: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Kesulitan dalam rasio ini adalah mencari pembelian tahunan / semester karena

tidak diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Namun bisa dilihat bahwa

nilai rata-rata periode bayar pada tahun 2013 mengalami penurunan yang

mengindikasikan bahwa perusahaan semakin lancar didalam membayar hutang usaha.

5. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Tabel 3.32

PT Gajah Tunggal Tbk.

Fixed Assets Turnover

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Aktiva Tetap Bersih % Interpretasi

2012 6.365.825 7.336.835 0,87Turun

2013 6.129.102 7.751.216 0,79

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terjadi penurunan pada rasio ini di tahun 2013 dibandingkan tahun 2012

mencerminkan tingkat efisiensi penggunaan aktiva tetap dari perusahaan yang menurun

sehingga berdampak terhadap penjualan perusahaan ataupun ketidakmampuan

perusahaan didalam mengelola aktiva tetap.

6. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Tabel 3.33

PT Gajah Tunggal Tbk.

Total Assets Turnover

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Total Aktiva % Interpretasi

2012 6.365.825 12.398.795 0,51Turun

2013 6.129.102 14.074.863 0,43

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

38

Page 43: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Efisiensi perusahaan didalam menggunakan seluruh aktivanya untuk

menghasilkan penjualan mengalami penurunan pada tahun 2013 apabila dibandingkan

dengan tahun 2012.

3.1.2.3 Analisis Hutang

1. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio atau Ratio Leverage)

Tabel 3.34

PT Gajah Tunggal Tbk.

Debt to Equity Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Hutang Jangka Panjang Ekuitas Pemegang Saham % Interpretasi

2012 4.445.591 4.837.978 92Naik

2013 5.480.849 5.865.730 93

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terdapat kenaikan rasio terhadap ekuitas pada tahun 2013 walaupun hanya

sebesar 0,01%. Hutang jangka panjang yang tinggi disebabkan oleh perusahaan

menerbitkan obligasi dan ekuitas pemegang saham yang meningkat berbanding dengan

hutang jangka panjang menjadikan rasio hutang terhadap ekuitas tidak jauh berbeda bila

dibandingkan dengan tahun 2012.

2. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Tabel 3.35

PT Gajah Tunggal Tbk.

Debt Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Total Hutang Total Aktiva % Interpretasi

2012 7.560.817 12.398.795 61Turun

2013 8.209.133 14.074.863 58

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

39

Page 44: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Terdapat penurunan rasio hutang pada tahun 2013 sebanyak 3% apabila

dibandingkan dengan tahun 2012. Semakin rendah persentase hutang, maka semakin baik

bagi keuangan perusahaan. Karena itu struktur modal perusahaan yang terlalu banyak

didanai oleh hutang akan membuat perusahaan membayar beban bunga yang cukup besar

setiap tahunnya.

3. Times Interest Earned / Coverage Ratio (Rasio Penutupan)

Tabel 3.36

PT Gajah Tunggal Tbk.

Times Interest Earned

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Sebelum Bunga dan

Pajak

Beban Bunga % Interpretasi

2012 827.791 185.608 4,46Turun

2013 854.037 282.261 3,03

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terjadi penurunan pada rasio penutupan pada tahun 2013 dari 4,46 menjadi 3,03

mengindikasikan bahwa laba operasi hanya boleh turun sebanyak itu agar tidak terjadi

kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

40

Page 45: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

3.1.2.4 Analisis Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Tabel 3.37

PT Gajah Tunggal Tbk.

Gross Profit Margin

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Kotor Penjualan % Interpretasi

2012 1.108.263 6.365.825 17,41Naik

2013 1.232.295 6.129.102 20,10

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terdapat kenaikan margin laba kotor pada tahun 2013 yang disebabkan oleh

harga pokok penjualan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan,

sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan mengalami peningkatan kinerja pada

margin laba kotor.

2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Tabel 3.38

PT Gajah Tunggal Tbk.

Net Profit Margin

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Setelah Pajak

(EAT)

Penjualan % Interpretasi

2012 526.204 6.365.825 8,26Turun

2013 459.513 6.129.102 7,50

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terjadi penurunan persentase margin laba bersih pada tahun 2013 yang

disebabkan oleh laba bersih setelah pajak tahun 2013 yang menurun bila

dibandingkan pada tahun 2012 karena harus membayar beban bunga yang tinggi,

yang diiringi juga dengan menurunnya penjualan pada tahun 2013.

41

Page 46: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

3. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)

Tabel 3.39

PT Gajah Tunggal Tbk.

Operating Profit Margin

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Operasi Bersih

(EBIT)

Penjualan % Interpretasi

2012 827.791 6.365.825 13,00Naik

2013 854.037 6.129.102 13,93

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Berdasarkan rasio laba operasi bersih terhadap penjualan, maka diketahui bahwa

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih dari penjualan pada

tahun 2013 cukup baik walaupun penjualan menurun bila dibandingkan dengan tahun

2012.

4. Hasil Atas Total Aset (Return On Investment)

Tabel 3.40

PT Gajah Tunggal Tbk.

Return on Investment

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Setelah Pajak

(EAT)

Total Aktiva % Interpretasi

2012 526.204 12.398.795 4,24Turun

2013 459.513 14.074.863 3,26

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Berdasarkan Return on Investment, maka diperoleh bawa kinerja perusahaan

mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh profit margin yang menurun

namun total aktiva yang terus meningkat. Jika penurunan ROI ini terus terjadi, maka

42

Page 47: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

akan mengakibatkan menurunnya kepercayaan investor atau pemilik modal kepada

perusahaan, sehubungan dengan turunnya kemampuan investasi perusahaan.

5. Hasil Atas Ekuitas (Return on Equity)

Tabel 3.41

PT Gajah Tunggal Tbk.

Return on Equity

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Setelah Pajak

(EAT)

Ekuitas % Interpretasi

2012 526.204 4.837.978 10,87Turun

2013 459.513 5.865.730 7,83

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Dari tabel di atas diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba di tahun 2013 menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2012 karena

kenaikan ekuitas tidak diiringi dengan kenaikan laba bersih setelah pajak akibat

beban bunga yang tinggi.

6. Pendapatan per Saham (Earning per Share)

Tabel 3.42

PT Gajah Tunggal Tbk.

Earning per Share

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Pendapatan Bagi Pemegang

Saham

Lembar Saham Interpretasi

2012 526.204 3.484,8 151Turun

2013 459.513 3.484,8 132

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

43

Page 48: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Pendapatan per saham pada tahun 2013 pun mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan tahun 2012 karena laba bersih sebelum pajak yang menurun

mengakibatkan pendapatan bagi pemegang saham ikut berkurang dengan jumlah

lembar saham yang sama pada tahun 2012.

3.1.2.5 Analisis Pasar

1. Rasio Harga Pasar / Pendapatan (Price Earning Ratio)

Tabel 3.43

PT Gajah Tunggal Tbk.

Price Earning Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Harga Pasar / Lembar

Saham

Pendapatan / Saham Interpretasi

2012 2.325 151 15,40Naik

2013 3.225 132 24,43

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terjadi peningkatan rasio H/P pada tahun 2013 yang disebabkan oleh harga

saham yang naik dan pendapatan/saham yang turun dibandingkan tahun 2012. Ini

menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap perusahaan lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya.

44

Page 49: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

2. Rasio Harga Pasar / Nilai Buku (Market to Book Value Ratio)

Tabel 3.44

PT Gajah Tunggal Tbk.

Market to Book Value Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Harga Pasar / Lembar

Saham

Nilai Buku / Lembar

Saham

Interpretasi

2012 2.325 500 4,65Naik

2013 3.225 500 6,45

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terjadi kenaikan rasio H/NB pada tahun 2013 menunjukkan bahwa investor pada

tahun 2013 membayar harga yang lebih tinggi untuk setiap saham perusahaan

dibandingkan tahun 2012.

3. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)

Tabel 3.45

PT Gajah Tunggal Tbk.

Dividend Yield Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Dividen / Lembar

Saham

Harga Pasar / Lembar

Saham

% Interpretasi

2012 27 2.325 1,16Turun

2013 27 3.225 0,84

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Adanya sedikit penurunan rasio pendapatan deviden dikarenakan harga pasar per

lembar saham yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya tetapi dividen per lembar

saham yang dibagikan tetap sama seperti tahun sebelumnya.

45

Page 50: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

4. Rasio Pembayaran Deviden (Dividend Payout Ratio)

Tabel 3.46

PT Gajah Tunggal Tbk.

Dividend Payout Ratio

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Dividen / Lembar

Saham

Pendapatan / Lembar

Saham

% Interpretasi

2012 27 151 17,88Naik

2013 27 132 20,45

Sumber : Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012,2013

Terjadi peningkatan yang lumayan pada rasio pembayaran deviden dikarenakan

pendapatan per lembar saham yang menurun pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012

namun dividen yang diberikan per lembar saham masih sama seperti tahun sebelumnya.

46

Page 51: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Tabel 3.47

Ikhtisar Perbandingan Analisis Likuiditas Pada Kelompok Industri Otomotif

Semester 1 2012 dan Semester 1 2013

Perusahaan Current Ratio Quick Ratio Cash Ratio NWC

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

PT Astra Oto Parts

Tbk

1,30 1,92 0,87 1,40 0,19 0,69 744.893 2.605.741

PT Gajah Tunggal

Tbk

1,62 2,31 1,09 1,63 0,22 0,59 1.946.734 3.595.363

Tabel 3.48

Ikhtisar Perbandingan Analisis Aktivitas Pada Kelompok Industri Otomotif

Semester 1 2012 dan Semester 1 2013

Perusahaan Inventory

Turnover

Perputaran

Piutang

Rata-Rata

Periode Tagih

Rata-Rata

Periode Bayar

Fixed Asset

Turnover

Total Asset

Turnover

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

PT Astra Oto Parts

Tbk

3,28 2,87 3,79 3,38 47,46 53,25 150,66 71,81 0,88 0,69 0,52 0,39

PT Gajah Tunggal

Tbk

3,17 2,62 3,55 3,26 50,70 55,18 227,93 172,34 0,87 0,79 0,51 0,43

47

Page 52: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Tabel 3.49

Ikhtisar Perbandingan Analisis Hutang Pada Kelompok Industri Otomotif

Semester 1 2012 dan Semester 1 2013

Perusahaan Debt to Equity Ratio Debt Ratio Times Interest

Earned

2012 2013 2012 2013 2012 2013

PT Astra Oto

Parts Tbk

10,08% 6,56% 37,29% 27,30% 16,21% 10,50%

PT Gajah

Tunggal Tbk

92% 93% 61% 58% 4,46% 3,03%

Tabel 3.50

Ikhtisar Perbandingan Analisis Profitabilitas Pada Kelompok Industri Otomotif

Semester 1 2012 dan Semester 1 2013

Perusahaan Gross Profit

Margin

Net Profit Margin Operating Profit

Margin

Return on

Investment

Return on

Equity

Earning per

Share

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

PT Astra Oto Parts

Tbk

16,24% 15,74% 13,79% 11,20% 16,59% 14,02% 7,25% 4,42% 11,55% 6,07% 137 108

PT Gajah Tunggal

Tbk

17,41% 20,10% 8,26% 7,50% 13% 13,93% 4,24% 3,26% 10,87% 7,83% 151 132

48

Page 53: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Tabel 3.51

Ikhtisar Perbandingan Analisis Pasar Pada Kelompok Industri Otomotif

Semester 1 2012 dan Semester 1 2013

Perusahaan Price Earning Ratio Market to Book Value Ratio Dividend Yield Ratio Dividend Payout Ratio

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

PT Astra Oto Parts

Tbk

25 37,73 2,66 2,15 2,33% 2,23% 58,39% 84,26%

PT Gajah Tunggal

Tbk

15,40 24,43 4,65 6,45 1,16% 0,84% 17,88% 20,45%

49

Page 54: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Tabel 3.52

Ikhtisar Perbandingan Rasio Antara PT Astra Otoparts Tbk. dan PT Gajah Tunggal Tbk.

50

Page 55: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

BAB 4

KESIMPULAN

Dari perbandingan lima rasio keuangan yang sudah dipaparkan di bab 3 antara PT Astra

Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pada analisis likuiditas, PT Gajah Tunggal Tbk secara keseluruhan lebih baik

dibandingkan PT Astra Otoparts Tbk karena rasio lancar dan rasio cepat yang lebih besar,

baik tahun 2012 maupun tahun 2013.

2. Pada analisis aktivitas juga PT Gajah Tunggal Tbk secara keseluruhan lebih baik

dibandingkan PT Astra Otoparts Tbk karena perputaran persediaan yang lebih cepat

sehingga dari segi penjualan bisa lebih baik pada tahun 2012 maupun tahun 2013.

3. Pada analisis hutang PT Gajah Tunggal Tbk memiliki rasio yang sangat buruk apabila

dibandingkan dengan PT Astra Otoparts Tbk, baik itu pada tahun 2012 maupun tahun

2013. Ini dikarenakan PT Gajah Tunggal Tbk menerbitkan obligasi dengan jumlah yang

sangat besar (Rp 3,768 Trilyun pada tahun 2012 dan Rp 4,832 Trilyun pada tahun 2013)

namun tidak menerbitkan lembar saham baru, dan PT Astra Otoparts Tbk sama sekali

tidak menerbitkan obligasi tetapi menerbitkan lembar saham yang baru.

4. Pada analisis profitabilitas PT Gajah Tunggal Tbk unggul di rasio margin laba kotor

namun kalah di rasio lainnya dibanding PT Astra Otoparts Tbk pada tahun 2012 dan

2013, ini dikarenakan PT Gajah Tunggal Tbk harus membayar beban bunga yang cukup

tinggi akibat dari penerbitan obligasi dalam jumlah yang besar.

5. Pada analisis pasar yang perlu dilihat adalah rasio pembayaran deviden, karena cukup

terpaut jauh antara PT Gajah Tunggal Tbk dengan PT Astra Otoparts Tbk. PT Astra

Otoparts Tbk berani memberikan deviden yang lebih tinggi karena perusahaan mereka

hanya meluncurkan produk sekuritas berupa saham saja sehingga beban bunga rendah,

dan PT Gajah Tunggal Tbk sebaliknya, membagikan deviden rendah karena harus

menanggung beban bunga dari meluncurkan obligasi.

Kedua perusahaan ini pada tahun 2013 sama-sama mengalami penurunan kinerja,namun

secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa PT Astra Otoparts lebih baik dibandingkan PT

Gajah Tunggal.

51

Page 56: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

Rekomendasi bagi pihak investor

Ada 2 rekomendasi yang penulis berikan bagi para investor yang ingin menanamkan

uangnya di perusahaan ini, yaitu :

1. Untuk investor yang ingin mendapatkan deviden yang tinggi serta adanya keuntungan

dari jual beli saham, maka penulis menyarankan untuk membeli saham dari PT Astra

Otoparts Tbk. karena pembagian deviden dari perusahaan yang cenderung naik dari tahun

ke tahun, dalam hal ini bila dibandingkan deviden dari Semester 1 2012 terhadap

Semester 1 2013. Saham PT Astra Otoparts Tbk lebih disarankan bagi investor yang risk

averse karena harga saham cenderung stabil dan merupakan bagian dari PT Astra

International Tbk.

2. Untuk investor yang ingin mendapatkan penghasilan untuk jangka panjang serta deviden

yang stabil setiap tahunnya, penulis menyarankan untuk membeli saham dan juga

obligasi dari PT Gajah Tunggal Tbk. karena struktur modal dari PT Gajah Tunggal Tbk

yang sebagian besar berasal dari obligasi namun juga menerbitkan saham biasa dan tetap

memberikan deviden yang stabil walaupun nilainya tidak terlalu besar (Rp 27 per lembar

saham). Saham PT Gajah Tunggal Tbk lebih disarankan bagi investor yang risk taker

karena harga saham cenderung berfluktuasi.

52

Page 57: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

LAMPIRAN

53

Page 58: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

54

Page 59: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

55

Page 60: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

56

Page 61: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

57

Page 62: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

58

Page 63: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

59

Page 64: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

60

Page 65: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

61

Page 66: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

62

Page 67: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

63

Page 68: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

64

Page 69: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

65

Page 70: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

66

Page 71: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

67

Page 72: Paper Seminar Manajemen Keuangan (Analisis Rasio Industri Otomotif)

DAFTAR PUSTAKA

http://sg.finance.yahoo.com/q/hp?s=GJTL.JK&a=05&b=1&c=2012&d=05&e=30&f=2012&g=d

http://sg.finance.yahoo.com/q/hp?s=GJTL.JK&a=05&b=1&c=2013&d=05&e=30&f=2013&g=d

http://sg.finance.yahoo.com/q/hp?

s=AUTO.JK&a=05&b=1&c=2012&d=05&e=30&f=2012&g=d

http://sg.finance.yahoo.com/q/hp?

s=AUTO.JK&a=05&b=1&c=2013&d=05&e=30&f=2013&g=d

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jakarta/ker_dki_tw213.htm

Annual Report 2012, PT Astra Otoparts Tbk

Annual Report 2013, PT Astra Otoparts Tbk

Annual Report 2012, PT Gajah Tunggal Tbk

Annual Report 2013, PT Gajah Tunggal Tbk

Arthur J. Keown dkk. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Bambang Riyanto. (2008). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit GPFE.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

S. Munawir. (2010). Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta: Liberty

Sundjaja, Ridwan S., Barlian, Inge & Dharma Putra Sundjaja (2010). Manajemen Keuangan 1,

Bandung : Literata Lintas Media.

68