paper prosto (kurang pembahasan)

Upload: aisha-mutiara

Post on 14-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Oral Rehabilitation of Parkinsons Disease Patient: A Review and Case Report1Aisha Mutiara, 2 Dr. drg. A. Haris B.W., M. Kes., A. P., S. IP1,2Bagian Prostodonsia Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jawa Tengah.

ABSTRAKPenyakit Parkinsons umumnya terjadi pada usia dewasa dan lansia. Sebagian besar penderita penyakit ini cenderung untuk tidak melakukan perawatan gigi, kecuali di saat adanya gangguan gigi-geligi dalam kondisi akut. Gejala tremor yang muncul pada penderita Parkinsons menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi dalam melakukan perawatan, khususnya pada perawatan dengan jangka waktu yang tidak sebentar.Jurnal ini mempresentasikan kasus penderita Parkinsons yang berhasil direhabilitasi kehilangan gigi parsial pada rahang atas dan rahang bawahnya dengan menggunakan immediate denture. Kunjungan selama prosedur pembuatan gigitiruan tersebut selalu dilakukan pada pagi hari, dan tidak dalam jangka waktu yang lama. Pasien diinstruksikan untuk meminum prescribed parkinsonism medications-nya 60-90 menit sebelum kunjungan perawatan gigi. Hal ini dimaksudkan untuk memanfaatkan reaksi maksimal dari obat tersebut. Pendekatan dengan sikap simpatik dan peduli pada pasien ini harus dilakukan selama prosedur perawatan untuk mengurangi kecemasan pasien. Beberapa modifikasi teknik dan bahan dilakukan untuk mengatasi beberapa kondisi rongga mulut yang berbeda dengan kondisi rongga mulut pasien yang tidak menderita Parkinsons.Kata Kunci: Parkinsons, immediate denture, kehilangan gigi parsial.

Case Report : Dentistry of Jenderal Soedirman University | 3

PENDAHULUANPenyakit Parkinsons umumnya diderita oleh pria atau wanita berusia dewasa atau lansia. Pasien dengan penyakit ini tidak dapat mengendalikan pergerakan dari organ tubuhnya dikarenakan kekakuan dari otot. Penderita Parkinsons mengalami degenerasi progresif pada sel saraf di otaknya sehingga menurunkan kadar dopamine. Dopamine ialah suatu substansi kimia yang memantu proses transmisi pesan antar sel di dalam tubuh.Sebagian besar penderita Parkinsons patients ialah lansia dan cenderung tidak melakukan perawatan gigi-geligi kecuali bila ada kelainan gigi yang bersifat akut. Medikasi pada penderita ini mengakibatkan xerostomia [2]. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya karies dan infeksi jamur.Beberapa laporan kasus menunjukkan ketidakberhasilan pemakaian gigitiruan pada penderita Parkinsons. Gigitiruan sebagian lepasan yang dipakai oleh penderita seringkali lepas atau tertelan. Gigitiruan lengkap terkadang patah diakibatkan sudden jerky movements pada mandibulanya. Tremor yang timbul pada penderita Parkinsons harus diperhatikan saat melakukan perawatan gigi. Pasien ini tidak dapat membuka mulut dalam waktu lama. Kecemasan dapat memperburuk kondisi dari penyakit Parkinsons. Ketenangan pasien selama prosedur dental berlangsung sangat diperlukan untuk menghindari kecemasan. Laporan kasus pada jurnal ini merupakan salah satu kasus pasien Parkinsons dengan kondisi partially edentulous yang berhasil menggunakan immediate denture.

KASUSSeorang pasien, pria berkebangsaan Arab Saudi berumur 62 tahun, datang ke King Fahed General Hospital, Jeddah, dengan keluhan utama yaitu mengalami kesulitan saat mengunyah dikarenakan ill-fitting pada gigitiruan sebagian yang dipakainya. Riwayat kesehatan umum pasien yaitu pasien telah menderita Parkinsons sejak 18 tahun yang lalu, pasien mengalami osteoporosis dan fraktur di area leher serta tulang femur sebelah kanan. Tanda dan gejala dari Parkinsons pada pasien telah diamati yaitu meliputi kesulitan saat berdiri dan berjalan, serta adanya kekakuan pada persendian dan otot sehingga pergerakannya terbatas. Pasien mengeluh kesulitan saat menyikat gigi, drooling of saliva, berbicara, dan menelan. Pasien sedang menjalani perawatan di bagian Neurologi di King Fahed General Hospital. Pasien pernah melakukan penambalan dan pencabutan gigi, serta pemasangan gigitiruan sebagian lepasan. Pasien masih dapat berkomunikasi walaupun terkadang mengalami kesulitan. Pasien tidak menunjukkan gejala depresi dan memiliki motivasi yang tinggi untuk menggantikan giginya yang telah hilang. Berikut gambaran intraoral pasien (Gambar 1).

Gambar 1. Intraoral Pasien.Gambaran intraoral pasien menunjuk-kan adanya dryness pada rongga mulut, ketidakstabilan dari gigitiruan yang dipakai, hyperplasia dan inflamasi gingiva secara menyeluruh di rongga mulut. Gambaran radiografi panoramik dapat terlihat di bawah ini (Gambar 2). Gambar 2. Gambaran Radiografi Panoramik.Pemeriksaan odontogram menunjuk-kan adanya karies gigi klas III dan IV pada elemen 13 dan 23, klas II pada elemen 14 dan 24, serta radiks dentis pada elemen 16, 11, 12, 22, 33 dan 34. Pencetakkan rahang atas dan bawah pasien yang pertama dilakukan menggunakan alginat dengan waktu setting yang cepat, dust-free (Jeltrate, Caulk/ Dentsply) setelah pemeriksaan oral selesai. Perawatan periodontal meliputi scalling, root planning dan polishing serta DHE dilakukan pada kunjungan pertama. Prosedur selanjutnya ialah pembuatan model studi, diawali dengan pencetakkan rahang dengan alginat untuk membuat sendok cetak perseorangan.

Gambar 3. Model Studi.Kunjungan berikutnya dijadwalkan pada pagi hari, diawali dengan beberapa tindakan restorasi komposit (Tertic-N-Ceramic, IvoclarVivadent, Lichtenstein) pada gigi-gigi yang karies. Pencetakkan akhir selanjutnya dilakukan dengan bahan cetak bersifat rubber base (Virtual, Ivoclar Vivadent, Lichtenstein) menggunakan teknik double mixing. Kunjungan ini dijadwalkan hanya sebentar untuk meminimalisir lamanya waktu pasien membuka mulut. Proses laboratorium diawali dengan mounting master cast yang dilengkapi dengan record block untuk rahang atas dan bawah pasien. Sedikit pengurangan dimensi vertikal dilakukan untuk mengatasi the interrupting jerky movements dari mandibula. Face bow transfer dan pemilihan anasir gigi selajutnya dilakukan. Penyusunan anasir gigi dilakukan secaa monoplane atau non-anatomical. Pembuatan gigitiruan ini menggunakan bahan high impact strength denture resin, Trubyte (Dentsply/Yourk Division) dan artikulator semiadjustable, hip-Mix articulator (Waterpik Technologies, Fort Collins, CO, USA). Setelah proses acrylization pada pembuatan immediate dentures selesai, gigitiruan siap diinsersikan. Ekstraksi radiks pada elemen 16, 11, 21, 22, 33 and 34 (FDI) dilakukan pada pertemuan selanjutnya yang diikuti dengan pemasangan gigitiruan (GT). Selama prosedur pembuatan GT, pasien didampingi oleh anggota keluarga. Instruksi paska pemasangan GT telah dijelaskan dengan baik kepada pasien dan anggota keluarga yang mendampinginya. Kontrol dilakukan 2 hari, satu minggu, satu bulan, dan 3 bulan paska pemasangan GT untuk mengevaluasi fungsi bicara, makan, menelan, berbicara, dan sebagainya. DISKUSI1. Deskripsi penyakit Parkinson2. Kondisi RM pasien Parkinson3. Kasus kehilangan gigi pada pasien Parkinson4. Perawatan kehilangan gigi untuk pasien Parkinson5. Macam-macam gigitiruan, mengapa harus pakai GT.6. Persamaan dan perbedaan Prosedur pembuatan GT parsial pada umumnya dengan pasien Parkinson (bahan, dan teknik)

SIMPULANKondisi psikologi dan pola tingkah laku pada pasien Parkinsons dapat menyulitkan proses pembuatan gigitiruan pada penderita ini. Kesuksesan dari pembuatan gigitiruan tersebut bergantung pada keterampilan operator saat menangani pasien tersebut selama prosedur perawatan. Edukasi kepada pasien dan anggota keluarganya mengenai instruksi paska pemakaian GT sangat penting untuk mendukung keberhasilan GT dalam merehabilitasi kehilangan gigi pada pasien dengan penyakit Parkinsons. Keberhasilan tersebut ditandai dengan kembalinya fungsi gigi-geligi setelah pemasangan GT tanpa memperburuk kondisi penyakit Parkinsons dari pasien.

REFERENSI1. Makandar, A. M., Kshar, A., Byakodi, R., 2014, Use of Contrast Radiography to Differentiate Unilocular Cystic Lesion from Multilocular One A Case Report, Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Radiology, 2(1): 1-5.2. Ghom, A. G., 2008, Textbook of Oral Radiology, Elsevier: India.3. Nair P. N. R., 2003, Non-microbial etiology: Periapical Cysts Sustain Post-Treatment Apical Periodontitis. Endodontic Topics,6: 96-113. 4. Vier F. V., Figueiredo J. A., 2004, Internal Apical Resorption And Its Correlation With The Type Of Apical Lesion. Int Endod J., 37(11):730-7. 5. Pekiner, N. F., Borahan, O., Uurlu, F., Horasan, S., ener, B., C., Olga, V., 2012, Clinical and Radiological Features of a Large Radicular Cyst Involving the Entire Maxillary Sinus, Msbed, 2(1):31-36.6. Whaites, E., Drage, N., 2013, Essentials of Dental Radiography and Radiology, Elsevier: China.7. Mayo Clinic, 2007, Storage and Administration Iodinated Contrast Media, Departement Of Diagnostic Radiology.8. Simon, J. H. S., Enciso, R., Malfaz, J., Roges, R., Bailey-Perry, M., Patel, A., 2006, Differential Diagnosis of Large Periapical Lesions Using Cone-Beam Computed Tomography Measure-ments and Biopsy, JOE, 32(9): 833-837.9. Notosiswoyo, M., Suswati, S., 2004, Pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Sebagai Sarana Diagnosa Pasien, Media Litbang Kesehatan, 14(3): 8-13.10. Susanth, A., 2013, Intraoral Radiographic Technique, http://www.slideshare.net/anu sushanth/radiographic-techniques, diakses tanggal 5 Mei 2014.11. Kassem, I., 2013, Occlusal Technique: Maxillary Technique, http://www.slide-share.net/islamkassem/occlusal-max#, diakses tanggal 5 Mei 2014.12. Kassem, I., 2013, Occlusal Technique: Mandibullary Technique, http://www.sli-deshare.net/islamkassem/occlusal-max#, diakses tanggal 5 Mei 2014.13. Jaynes, M. R., 2008, Bisecting Angle and Occlusal Techniques, http://www. google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fdentistry7.files.wordpress.com%2F2008%2F08%2Fself-study-bisecting-occlu-sal.ppt&ei=RXdsU9SNOsnNrQe37oDQDQ&usg=AFQjCNEBgUGL67mBW5JQitVniak4VWK_mQ&sig2=RGtmjSJIziF8Cxa0vJHcYg&bvm=bv.66330100,d.bmk, diakses tanggal 5 Mei 2014.