paper pengertian pangan lokal dan ketahanan pangan k.7

21
PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA LOKAL MELALUI DIVERSIFIKASI PANGAN SEBAGAI UPAYA PENGGANTI POLA KONSUMSI NASIONAL MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL Disusun oleh : Kelompok 7 Sigit Tanagar 121710101107 Firdyan Septianta 121710101113 A Bagus Nur Sudrajat 121710101116 Putri Gita Kurniasari 121710101120 Ages Dwiga Marzelly 121710101132

Upload: bayu-octavian-prasetya

Post on 19-Oct-2015

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA LOKAL MELALUI DIVERSIFIKASI PANGAN SEBAGAI UPAYA PENGGANTI POLA KONSUMSI NASIONAL

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL

Disusun oleh :Kelompok 7

Sigit Tanagar121710101107Firdyan Septianta121710101113A Bagus Nur Sudrajat 121710101116Putri Gita Kurniasari121710101120Ages Dwiga Marzelly 121710101132

TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER2014

Abstrak

Pangan merupakan hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan jumalah yang cukup dan aman. Kecukupan pangan disuatu negara dapat dilihat dari hasil sumber daya alam yang ada pada negara tersebut. Dalam hal ini perlu adanya upaya yang maksimal dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut untuk ketahanan pangan nasional. Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi pangan nasional yaitu mengkonsumsi pangan lokal, meningkatkan ketahan pangan nasional, difersifikasi pangan, mengatur pola konsumsi dan jumlah kecukupan gizi. Pemanfaatan potensi produk lokal melalui difersifikasi pangan tujuanya untuk mengurangi ketergantungan konsumsi masyarakat terhadap salah satu produk pangan terutama pada beras. Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras mengakibatkan kurangnya kebutuahan beras dalam negeri, sehingga harus mengimpor beras dari luar negeri. Difersifikasi pangan lokal merupakan kegiatan untuk mempertahankan kearifan pangan lokal yang mana pemilihan pangan tidak tegantung pada satu jenis pangan saja tetapi lebih terhadap keanekaragaman pangan lokal. Upaya untuk mengurangi pola konsumsi beras nasional sebagai langkah awal untuk ketahanan pangan adalah dengan cara melakuan berbagai kebijakan antara lain menghimbau masyarakat supaya mengurangi konsumsi beras, melakukan upaya kebijakan pengembangan konsumsi pangan lokal serta strategi pengembangan konsumsi pangan lokal. Oleh karena itu kebijakan pemerintah serta kesadaran masyrakat akan pangan lokal sangat membantu diversifikasi pangan lokal untuk ketahanan pangan nasioanal.

Kata kunci : Pangan lokal, Ketahanan pangan, Diversifikasi, Pola konsumsi, Kebijakan PENDAHULUANPangan merupakan hak asasi setiap individu untuk memperolehnya dengan jumalah yang cukup dan aman. Kecukupan pangan disuatu negara dapat dilihat dari hasil sumber daya alam yang ada pada negara tersebut. Dalam hal ini perlu adanya upaya yang maksimal dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut untuk ketahanan pangan nasional. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam yang maksimal juga berdampak pada peningkatan ekonomi nasional. Negara indonesia merupakan negara agraris dengan hasil pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Beberapa tahun yang lalu indonesia menjadi pusat ekspor pangan kesuluruh dunia, dapat dilihat dari swasembada pangan ke berbagai negara. Pada era globalisasi yang melanda beberapa tahun belakangan ini sangat berdampak pada beberapa aspek bidang penting pada negara, terutama dalam bidang pangan. Hal dapat dilihat dari beberapa tahun ini indonesia mulai impor beberapa kebutuhan pokok seperti beras dan lain-lain. Beberapa faktor yang menyebabkan hal terebut diantaranya semakin sempitnya luas lahan pertanian dan bertambahnya jumlah penduduk indonesia. Pada tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 222 juta jiwa dan terus bertambah dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk saat ini adalah 1,4 persen per tahun yang berarti setiap tahun bertambah sekitar 3 juta orang (Nazara, 2006). Pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan diarah untuk menopang kembali nilai ekonomi sehingga dapat menyediakan kebutuhan pangan nasional. Peningkatan ketahanan pangan harus didukung dengan upaya dan kebijakan dari pemerintah untuk tidak mengimpor bahan pangan, melainkan beruapaya bagaimana agar produk pangan lokal dalam negeri lebih berkmbang kembali. Salah satu kebijakan yang harus diterapkan yaitu dengan cara meningkatkan kesejahteraan petani dan mengekspose beberapa produk pangan lokal kepada negara lain. Kesadaran akan masyarakat juga diperlukan dalam hal ini dengan merubah pemikiran masyarakat bahwa kebutuhan pokok tidak hanya beras , melainkan beberapa produk lokal lain seperti jagung juga bisa menjadi alternatif pengganti beras.Sunber daya potensi pangan lokal sekarang ini pemanfaatannya belum diimplementasikan secara maksimal. Hal tersebut dapat dilihat beberapa produk lokal seperti umbi-umbian yang mana pada musim panen melimpah dan harganya juga cukup rendah. Banyak masyarakat beranggapan bahwa kalau belum makan nasi dianggap belum makan dan makanan seperti umbi-umbian meruapakan makanananya orang miskin. Dalam hal ini apabila terus berkelanjutan maka negara ini akan terus mengimpor beras dan kesengsaraan petani lokal semakin meningkat. Namun kenyataanya sumber daya potensi lokal juga masih belum terealisaikan dengan baik, walaupun beberapa orang sudah mulai peduli deangan pangan lokal dengan cara menginovasi pangan lokal yang lebih digemari masyarakat. Diversifikasi pangan lokal merupakan program yang mana seseorang tidak harus mencukupi kebutuhan pangan dan gizinya dari satu produk pangan saja, tetapi bisa dari beberapa produk yang lain. Munculnya beberapa produk yang berbahan pangan lokal pada beberapa tahun ini, bisa menjadi pondasi yang kuat untuk keberlanjutan program diversifikasi pangan dari beras beralih ke pangan lokal. Kebijakan pemerintah dalam hal diversifikasi pangan ini sangat berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat, yang mana dulunya gemar makan nasi sekarang mulai merubah ke pangan lokal. Oleh karena itu program diversifikasi pangan tersebut perlu adanya dukungan dari pihak pemerintah maupun pelakunya masyarakat sendiri, guna meningkatkan nilai dari pangan lokal.

TINJAUAN PUSTAKAPangan LokalPangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.Pangan lokal menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Baliwati,dkk , 2004).Ketahanan PanganKetahanan Pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi hak asasi setiap individu. Pada KTT Pangan Sedunia Tahun 1996 di Roma para pemimpin Negara dan pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan komitmennya untuk mencapai ketahanan pangan dan melanjutkan upaya penghapusan kelaparan. Diversifikasi PanganDiversifikasi pangan atau Penganekaragaman Pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012 adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.Menurut Kasryno et al. (2002) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Kedua penulis tersebut menterjemahkan konsep diversifikasi dalam arti luas, tidak hanya aspek konsumsi pangan tetapi juga aspek produksi pangan.Pemanfaatan Potensi Produk Lokal Melalui Diversifikasi PanganPemanfaatan potensi produk lokal bertujuan untuk mengurangi konsumsi masyarakat indonesia yang bergantung pada beras. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah impor beras, maka perlu adanya diversifikasi pangan lokal untuk meningkatkan nilai ekonomi panagan lokal. Berikut ini contoh beberapa produk lokal yang bisa menjadi alternatif pengganti beras, antara lain :

a. Ketela pohonKetela pohon atau yang biasa dikenal dengan sebutan singkong merupakan tanaman tahunan tropika dan subtropika. Hasil dari ketela pohon yang berupa umbi dikenal luas sebagai salah satu makanan pokok penghasil karbohidrat di samping beras dan jagung yang merupakan makanan pokok khas masyarakat Indonesia. Adapun pemanfaatan dari Ketela pohon yaitu dapat digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan tepung tapioca, tepung gaplek, serta bahan pembuatan alcohol, etanol, gahosol dan lain sebagainya. Teknologi terbaru baru-baru ini dalam perkembangan pangan lokal yaitu MOCAF (Modifite Cassafa Flour).b. JagungTanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari Amerika. Tanaman ini memiliki hasil utama berupa biji. Di indonesia jagung diberdayakan untuk memenuhi berbagai keperluan baik pangan maupun non pangan. Sebagai bahan pangan beberapa hasil olahannya meliputi: pati, tepung jagung, snack, berondong (pop corn), jenang, nasi jagung, sirup jagung dan lain sebagainya. Pada jaman dahulu jagung oleh nenek moyang kita diolah menjadi beras jagung, pengganti beras pada musim paceklik.c. SaguSagu merupakan salah satu sumber pangan populer bagi sebagian masyarakat Indonesia di Indonesia Timur dan sebagian daeah Pulau Sumatera. Di Indonesia sendiri potensi mengenai sagu sebagai produk alteratif pangan nasional sangat berpeluang dan menjanjikan.Hal tersebut mengingat areal penghasil sagu dunia yang saat ini masih dipegang indonesia dengan besaran mencapai angka 60% dari total areal sagu dunia. Selain berpotensi sebgai salah satu sumber karbohidrat yang menjanjikan tanaman sagu juga dapat digunakan sebgai salah satu bahan pembuat perekat, sirup dan bahan baku etanol. Sagu juga dapat digunakan untuk membuat tepung, yang mana memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan tepung tapioka maupun aci garut (Louhenapessydkk, 2010). d. Ubi jalarUbi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung, dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ter-nak. Ubi jalar dikonsumsi sebagai makanan tambahan atau samping-an, kecuali di Irian Jaya dan Malu-ku, ubi jalar digunakan sebagai ma-kanan pokok. Ubi jalar di kawasan dataran tinggi Jayawijaya merupakan sumber utama karbohidrat dan memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori penduduk.e. TalasTalas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 meter dpl baik liar maupun ditanam. secara luas terutama di wilayah Asia dan Oceania. Di Indonesia talas sebagai bahan makanan cukup populer dan produksinya cukup tinggi terutama di daerah Papua dan Jawa (Bogor, Sumedang dan Malang).Perubahan Pola Diversifikasi PanganSebagian besar masyarakat pedesaan sudah mengalami diversifikasi pangan dari makanan pokok berbasis non beras kemakanan pokok berbasis beras. Hal ini cukup memprihatinkan, karena jumlah konsumsi masyarakat akan beras akan cukup besar. Perubahan pola makan dari makan pokok berbasis non beras ke ke mkanan pokok beras ini merupakan akibat pandangan masyrakat bahwa kalau mekan makanan non beras identik dengan orang miskin. Diversifikasibahanpanganmerupakansuatu proses pemilihanpangan yang tidaktergantungpadasatujenispangansajatetapilebihterhadapberbagaibahanpanganmulaidariaspekproduksi, aspekpengolahan, aspekdistribusi, hinggaaspekkonsumsipanganpadatingkatrumahtangga (Soekirman. 2002). Diversifikasipanganditujukanpadapenganekaragamanpangan yang berasaldaripanganpokokdansemuapangan lain yang di konsumsirumahtanggatermasuklauk-pauk, sayuran, buah-buahan. Hal ini di maksudkanbahwasemakinberagamdanseimbangkomposisipangan yang di konsumsiakansemakinbaikkualitasgizi.Konsumsipanganrumahtanggamerupakankebutuhananggotarumahtanggaterhadappangan yang bertujuanuntukmemantapkanketahananpangan di tingkatrumahtangga.Ketahananpanganmeliputikonsumsipangan yang cukupterkaitdengankuantitasdankualitaspangan.Dalamhalini, kualitaspanganlebih di tujukankepadaaspekgizi yang di dasarkanpadadiversifikasipangankarenapadahakekatnyatidakadasatupunjenispangan yang mempunyaikandungangizi yang lengkapdancukup.Adapunkuantitaspanganlebihditinjaudarisisi volume pangan yang dikonsumsidanzatgizi yang di kandungpangan (DepartemenPertanian, 1999).Pola KonsumsiPola konsumsi adalah informasi jumlah dan jenis bahan yang di konsumsi yang mempunyai tata cara konsumsi sesuai kebutuhan termasuk usia dan berat badan. Pola konsumsi masyarakat Indonesia harus di ubah agar mencapai pola konsumsi yang ideal.Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004).Upaya Mengurangi Pola Konsumsi Beras NasionalBeberapa metode atau cara yang bisa digunakan untuk mengurangi pola konsumsi beras antara lain :a. One Day No RiceOne Day No Rice adalah salah satu kegitan satu hari tidak makan nasi yang mana hal ini dilakukan untuk mengurangi konsumsi beras. Walaupun hanya satu hari, namun dampaknya cukup berperngaruh pada jumlah konsumsi beras.b. Kebijakan Pengembangan Konsumsi Pangan LokalKebijakan pengembangan konsumsi pangan dapat diarahkan pada beberapa kebijakan antara lain :1. Pengembangan penganeragaman konsumsi pangan yang diarahkan untuk memperbaiki konsumsi pangan penduduk baik jumlah maupun mutu, termasuk keragaman dan keseimbangan gizinya.2. Pengembangan konsumsi pangan lokal baik nabati dan hewani yang diarahkan untuk meningkatkan mutu pangan lokal dan makanan tradisional dengan memperhatikan standar mutu dan keamanan pangan sehingga dapat diterima di seluruh lapisan masyarakat.c. Strategi Pengembangan Konsumsi Pangan LokalBeberapa strategi yang dapat diupayakan dalam pengembangan konsumsi pangan lokal :1. Pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini adalah berupa peningkatan peran masyarakat dalam pengembangan konsumsi pangan yang meliputi peningkatan penegtahuan/- kesadaran dan peningkatan pendapatan untuk mendukung kemampuan akses pangan oleh setiap rumah tangga.2. Peningkatan kemitraan. Merupakan implementasi, sinkronisasi dan kerjasama antara semua stakeholders dalam pengembangan konsumsi pangan termasuk pengembangan produksi/pengembangan teknologi pengolahan pangan.3. Sosialisasi. Memasyarakatkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat dalam pengembangan konsumsi pangan melalui promosi, kampanye, penyebaran informasi melalui media massa (cetak dan elektronik) lomba cipta menu dan pemberian penghargaan.Angka Kecukupan GiziAngka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. Nilai angka kecukupan gizi untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan ratarata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi. Oleh karena itu asupan di bawah nilai angka kecukupan gizi tidak selalu berarti tidak cukup, tetapi makin jauh di bawah nilai tersebut risiko yang kurang maupun lebih dari nilai pakainya akan memberikan dampak pada terganggunya kesehatan.Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Gizi (energi) rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa kelompok umur 30-64 tahun terdapat pada Tabel 1.Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi (Energy) Rata-Rata Yang Dianjurkan (per orang per hari) pada Kelompok Umur 30-64 Tahun.NoGolonganUmurBeratBadanTinggiBadanEnergi

1Pria:

30-49 tahun621652350

50-64 tahun621652250

2Wanita

30-49 tahun551561800

50-64 tahun551561750

Sumber : Almatsier, 2009

KESIMPULANBerdasarkan hasil tugas makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa :1. Pangan lokal adalah adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal.2. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.3. Diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.4. Pola Konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu.5. Angka Kecukupan Gizi adalah nilai angka kecukupan gizi untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan ratarata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi.6. Kebijakan pemerintah serta kesadaran masyarakat akan pangan lokal sangat membantu program difersifikasi pangan untuk ketahanan pangan nasional.

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Pustaka Utama.

Baliwati, Y. F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 89Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis KomoditasUnggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Yogyakarta: Kanisius.

Kasryno,F. 2002. PerkembanganProduksidanKonsumsiJagungDuniaSelamaEmpatDekadeYangLaludanImplikasinyaBagiIndonesia.MakalahDisampaikanPadaDiskusiNasionalAgribisnisJagung di Bogor.BadanLitbangPertanian.

Louhenapessy, J.E. dkk. 2010. Sagu: Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazara, S. 2006. Kependudukan Indonesia : Isu dan Kebijakan. Makalahsehari Penduduk, Pangan dan Kemiskinan. PPK-LIPI. Jakarta. 18 September.

UU No. 18 Tahun 2012 Tentang PanganSantoso, Singgih. 2004. SPSS StatistikaMultivariat. Jakarta.: PT. Elex Media Komputindo,

Suhardjo.1998.Pangan dan Pertanian. Jakarta: UI PRESS.

Soekirman.2002. IlmuGizidanaplikasinya.DirektoratJendralPendidikanNasional: Jakarta.