laporan kinerja badan ketahanan pangan tahun...

109
BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 3.000 5.000 7.000 9.000 11.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga (Rp/Kg) Harga GKP di Petani

Upload: doankien

Post on 04-Jul-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

BADAN KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2018

LAPORAN KINERJA

BADAN KETAHANAN PANGAN

TAHUN 2017

3.000

5.000

7.000

9.000

11.000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Har

ga (

Rp

/Kg)

Harga GKP di Petani

Page 2: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

i

Page 3: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja yang dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2017. Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), BKP juga ditetapkan secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dengan Menteri Pertanian sebagai Ketua Harian. DKP diarahkan untuk memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu.

Berdasarkan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2015-2019, Visi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ” Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan”. Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun misi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian yaitu: (1) Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal; (2) Memantapkan penanganan kerawanan pangan; (3) Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok (4) Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal; dan (5) Mewujudkan keamanan pangan segar.

Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2017 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2017 sebagai berikut : (1) Skor PPH Ketersediaan sebesar 92,04; (2) Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1 persen; (3) Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen lebih besar atau sama dengan HPP; (4) Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen untuk komoditas beras adalah kurang dari 10%, cabai merah adalah kurang dari 27%, dan bawang merah adalah kurang dari atau sama dengan 17%; (5) Konsumsi Energi sebesar 2.077 Kkal/kap/hr; (6) Konsumsi Pangan Hewani sebesar 208 Kkal/kap/hr (7) Skor PPH Konsumsi sebesar 88,4; (8) Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras sebesar 5,87%; (9) Peningkatan produksi pangan segar yang tersertifikasi sebesar 10%; dan (10) Tingkat keamanan pangan segar yang diuji lebih besar atau sama dengan 80%.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 dilakukan dengan

cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya, serta

dibandingkan capaian beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun

2017, capaian kinerja BKP tahun 2017 dari 10 indikator adalah: 8 indikator memperoleh

capaian di atas 100% (Sangat Berhasil) dan 2 indikator lainnya dengan capaian 80-100%

(Berhasil). Capaian dari indikator koefisien variasi harga beras jauh di bawah ambang yang

Page 4: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

iii

ditetapkan yang mengindikasikan bahwa harga beras selama tahun 2017 berada dalam

kondisi yang stabil. Demikian juga, koefisien variasi harga bawang merah dan cabai merah

masih berada di bawah ambang yang ditetapkan yang menunjukkan bahwa harga kedua

komoditas tersebut juga relatif stabil sepanjang tahun 2017.

Perwujudan diversifikasi pangan terkait sangat erat dengan perilaku masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2017 adalah: (1) Rendahnya daya beli masyarakat, karena pendapatan mereka yang rendah; (2) Konsumsi beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) Teknologi pengolahan pangan lokal belum banyak berkembang; (4) Kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) Beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6) Kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) Adanya semboyan yang salah di tengah masyarakat, yaitu “belum makan kalau belum makan nasi”; (8) Pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) Bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Berbagai inovasi dan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dan

tantangan dalam upaya peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan antara lain:

(1) Meningkatkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya

perwujudan ketahanan pangan; (2) Meningkatkan peranan eksekutif dan legislatif dalam

penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah

dalam pembangunan ketahanan pangan; (3) Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM

aparatur, khususnya dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; (4) Mensinkronkan kebijakan pembangunan

ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat; (5)

Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan

pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan

setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta

mendukung stabilisasi harga pangan pokok; dan (6) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan

pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan pedoman

ketahanan pangan.

Pencapaian target capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan memerlukan dukungan dari

berbagai sektor dan instansi terkait. Dukungan tersebut antara lain adalah : (1) Peningkatan

produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) Peningkatan produksi komoditas

hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan

pekarangan; (3) Pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pengganti beras dan

terigu; (4) Pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di

pedesaan; (5) Teknologi tepat guna untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan

pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; dan (6) Penyediaan benih unggul dan

bersertifikat untuk komoditas tanaman pangan dan hortikultura.

Jakarta, Februari 2018

Page 5: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Ringkasan Eksekutif ....................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iv

Daftar Tabel .................................................................................................... v

Daftar Gambar ................................................................................................ vii

Daftar Lampiran .............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ........................................ 4

BAB II PERENCANAAN KINERJA ........................................................... 6

A. Rencana Strategis ........................................................................ 6

B. Perjanjian Kinerja .......................................................................... 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .......................................................... 16

A. Capaian Kinerja Organisasi .......................................................... 16

B. Realisasi Anggaran ....................................................................... 67

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 71

A. Simpulan Umum ........................................................................... 71

B. Permasalahan dan UpayaTindak Lanjut ....................................... 72

Page 6: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel 2

Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019 …………………………….………………………………

Target Indikator Kinerja Program (IKP) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019 ……………………………..……………………………...

6

8

Tabel 3 Pendanaan APBN Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019 ……………………………………………………………………………

11

Tabel 4 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Badan Ketahanan Pangan Awal ……… 13

Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan PanganTahun 2017 Revisi Terakhir

Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja ………

Penjelasan Hasil Penghitungan Keberhasilan Pencapaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan ……………………………………………………………

14

15

16

Tabel 8

Tabel 9

Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017.................

Metode Penghitungan Skor PPH Ketersediaan ……………….................

19

21

Tabel 10 Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tahun 2013-2017 …………………………..........................

23

Tabel 11 Perkembangan Skor PPH Tahun 2013-2017 ………………………….. 24

Tabel 12 Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2013-2017………………………………………................................

29

Tabel 13 Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Produsen Tahun 2014–2017 ……………………………………….

33

Tabel 14 Perkembangan Harga GKP dan GKG per Provinsi Tahun 2017………… 34

Tabel 15 Perkembangan Harga Beras Medium Tingkat Konsumen per Provinsi Tahun 2017 ……………………………………………………………………

36

Tabel 16 Perkembangan Harga Bawang Merah Tingkat Konsumen per Provinsi Tahun 2017 …………………………………………………………………….

38

Tabel 17 Perkembangan Harga Bawang Merah per Bulan Tahun 2017………….. 39

Tabel 18 Perkembangan Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen per Provinsi Tahun 2017 …………………………………………………………………….

41

Tabel 19 Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian Tahun 2013-2017 ………………………………………………

44

Tabel 20 Kinerja Distribusi Gapoktan P-LDPM Tahun 2017 ………………………… 45

Tabel 21 Progres Kegiatan PUPM dan TTI Tahun 2015-2017 ……………………… 51

Tabel 22 Perkembangan Konsumsi Energi Tahun 2013-2017 ………….................. 55

Page 7: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

vi

Tabel 23

Tabel 24

Tabel 25

Tabel 26

Tabel 27

Tabel 28

Tabel 29

Tabel 30

Tabel 31

Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun 2013-2017 Menurut Kelompok Pangan …………………………………………………….

Konsumsi Energi Kelompok Pangan Hewani Tahun 2017 …………………

Perkembangan Skor PPH 2013-2017 …………………………………………

Perkembangan Rasio Konsumsi Pangan Lokal Beras Terhadap Beras Tahun 2013-2017 ………………………………………………………………..

Sasaran Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2014-2017

Peningkatan Produk Pangan Segar Yang Tersertifikasi Tahun 2015-2017

Perkembangan Pengawasan Pangan Segar …………………………………

Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2017 …………..

Pagu dan Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 per Kegiatan ……………………………………………………………………………

56

57

58

61

62

64

66

67

68

Page 8: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perkembangan Angka Rawan Pangan Tahun 2013-2017 ................ 27

Gambar 2 Perubahan Kondisi Kecukupan pangan ........................................... 30

Gambar 3 Tingkat Pendapatan Penerima dan Bukan Penerima Manfaat SOLID ........................................... ..................................................

31

Gambar 4 Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian Tahun 2013-2017 ......................................................

44

Gambar 5 Perkembangan Harga Beli Komoditas .............................................. 46

Gambar 6 Perkembangan Harga Jual Komoditas .............................................. 47

Gambar 7 Perkembangan Stok Cadangan Pangan Gapoktan ............................ 48

Gambar 8 Kriteria Penerima Kegiatan Toko Tani Indonesia ................................ 49

Gambar 9 Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia .............................. 50

Gambar 10 Alasan Utama Belanja ke TTI Center .................................................. 53

Gambar 11 Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) ............. 63

Gambar 12 Realisasi Anggaran Terhadap Pagu Renstra dan Pagu Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2017 .....................

68

Page 9: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ....................................... 77

Lampiran 2 Target Kinerja Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019.... 78

Lampiran 3 Matriks Kinerja dan Pendanaan Badan Ketahanan Pangan..................... 80

Lampiran 4 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Awal......................................................... 86

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Revisi .....................................................

Sasaran Jumlah Desa dan KM Program SOLID Tahun 2011-2018 .......

Capaian KM dan KK Program SOLID Tahun 2011-2017 ........................

88

90

92

Lampiran 8 Perkembangan Harga GKP, GKG per Provinsi Tahun 2017.................... 93

Lampiran 9 Perkembangan Harga Beras Tingkat Konsumen tahun 2017 ................. 94

Lampiran 10 Perkembangan Harga Bawang Merah di Tingkat Konsumen .................. 95

Lampiran 11

Lampiran 12

Perkembangan Harga Cabai Merah di Tingkat Konsumen .....................

Dukungan Instansi Lainnya ......................................................................

96

97

Page 10: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program Kementerian Pertanian yang sedang digalakkan adalah

mewujudkan kedaulatan pangan, melalui program utama swasembada pangan yang

didukung oleh program lainnya. Untuk mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan

pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa

karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Ketahanan pangan

juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional yang menunjukkan eksistensi

kedaulatan suatu bangsa. Ketahanan pangan dapat terwujud melalui keterlibatan

seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, ketahanan pangan dirumuskan

sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal. merata,

dan terjangkau”. Ketahanan pangan merupakan tanggungjawab bersama antara

pemerintah dan masyarakat.

Sejalan dengan amanat Undang-Undang Pangan, peningkatan kedaulatan pangan

ditempatkan sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam rangka meningkatkan dan

memperkuat kedaulatan pangan tersebut, kebijakan umum dalam RPJMN 2015-2019

diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan

dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3)

perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan

terhadap ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha

pangan.

Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun 2015-2019 Kementerian

Pertanian fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis, yaitu padi, jagung,

kedelai, gula (tebu) dan daging sapi-kerbau serta komoditas lainnya untuk memenuhi

kebutuhan pangan di dalam negeri. Pemantapan ketahanan pangan tersebut,

Page 11: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

2

berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan yang didukung oleh subsistem

ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan yang terintegrasi.

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada

3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan, yaitu: (1) Ketersediaan pangan

yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; dan (3)

Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal. Ketiga komponen

tersebut diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan : (1) Memanfaatkan potensi

sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dengan

teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat untuk mau

dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk

kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah,

sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh

masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4)

Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan

konsumen yang beragam; dan (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di

perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.

Ketahanan pangan merupakan isu strategis dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi

dan kesejahteraan masyarakat, karena akan menentukan stabilitas ekonomi, sosial,

dan politik dalam suatu negara. Upaya pemantapan ketahanan pangan yang dilandasi

oleh kedaulatan dan kemandirian pangan masih menghadapi berbagai tantangan dan

permasalahan dalam berbagai aspek. Berbagai tantangan dan permasalahan yang

dihadapi antara lain: (1) Sistem pertanian pangan yang dilakukan oleh petani saat ini

sebagian besar belum memberikan kesejahteraan dan keuntungan yang memadai; (2)

Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara

umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat; (3) Jumlah penduduk yang besar

dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi (1.39%/tahun); (4) Konsumsi

beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung

meningkat; (5) Belum maksimalnya teknologi pengolahan pangan lokal; (6) Kampanye

dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (7) Beras sebagai

komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah,

Page 12: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

3

sementara pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka

umbi, jagung, dan sagu masih rendah; (8) Kualitas konsumsi pangan masih rendah,

kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat, serta masih

rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang, serta sayur dan

buah; (9) Hingga saat ini masih berkembangnya konsep makan “belum makan kalau

belum makan nasi”; (10) Bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim,

sehingga mempengaruhi produksi pangan.(11) Konversi lahan pertanian yang terus

berlanjut; (12) Perluasan lahan pertanian di luar Jawa masih terkendala kualitas tanah

maupun kepemilikan lahan; serta (13) Agribisnis pangan yang belum optimal sangat

mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Sementara itu, situasi ekonomi dan

perdagangan bebas di dunia internasional, berpengaruh cukup kuat terhadap

ketahanan pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan yang begitu

dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri.

Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian

Pertanian, berupaya mengatasi permasalahan dalam mewujudkan ketahanan pangan

tersebut. Upaya tersebut dijabarkan melalui berbagai program dan kegiatan

pembangunan ketahanan pangan. Berbagai program dan kegiatan tersebut

dilaksanakan secara berkesinambungan, baik di pusat maupun di daerah melalui

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Ketahanan Pangan,

mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi

kinerja, hingga capaian kinerja.

Untuk mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan

ketahanan pangan selama tahun 2017, disusunlah Laporan Kinerja Badan Ketahanan

Pangan Tahun 2017. Penyusunan Laporan Kinerja tersebut didasarkan pada : (1)

Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah; (2) Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999; (3) Permenpan RB Nomor 53

tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,Pelaporan Kinerja, dan Tata

Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; dan (4) Permentan No 50 tahun

2016 tentang Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian.

Page 13: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

4

Laporan Kinerja tahun 2017 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku

pimpinan tertinggi di Kementerian Pertanian. Adapun tujuan penyusunan laporan ini

adalah untuk: (1) Mengetahui sejauhmana kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun

2017; (2) Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya selama tahun 2017; dan (3) Sebagai salah satu bahan penyusunan

laporan kinerja Kementerian Pertanian.

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Presiden No 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian,

Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi,

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan diversifikasi dan

pemantapan ketahanan pangan. Pelaksanaan tugas diselenggarakan secara efektif

dan efisien berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi:

1. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan dan pemantapan di

bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan

distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan

peningkatan keamanan pangan segar;

2. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ketersediaan

pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses

pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan

pangan segar;

3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan,

penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi pangan. dan peningkatan keamanan pangan segar;

4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan, penurunan

kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan,

penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

Page 14: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

5

5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan terdiri atas:

1. Sekretariat Badan;

2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;

3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan; dan

4. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan.

Bagan struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Permentan Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam

pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang sinergis

dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dan

kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Dewan Ketahanan Pangan (DKP) dibentuk

dengan tujuan untuk mewujudkan sinergitas dan harmonisasi kebijakan dan program,

serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar

wilayah, dan antar waktu. DKP mempunyai tugas merumuskan kebijakan serta

melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan pangan

nasional. Sesuai Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan

(DKP), DKP diketuai oleh Presiden RI, sedangkan Menteri Pertanian bertindak sebagai

Ketua Harian, dan BKP secara ex-officio ditetapkan sebagai Sekretariat DKP.

Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian dalam membantu

Presiden RI untuk : (1) Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan

pangan nasional; dan (2) Melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Page 15: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

6

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Dalam penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017, Rencana

Strategis (Renstra) yang dipergunakan adalah Renstra Badan Ketahanan Pangan

(BKP) Tahun 2015-2019 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan program BKP.

Visi, misi, tujuan, dan sasaran BKP dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

Terwujudnya

ketahanan

pangan yang

berlandaskan

Kedaulatan dan

Kemandirian

Pangan

1. Memantapkan

ketersediaan dan

penanganan

kerawanan pangan

1. Memperkuat

penyediaan pangan

yang beragam berbasis

sumber daya lokal

1. Meningkatnya

ketersediaan pangan

yang beragam

2. Menurunkan jumlah

penduduk rawan

pangan

2. Menurunnya jumlah

penduduk rawan pangan

2. Meningkatkan

keterjangkauan

masyarakat

terhadap pangan

3. Memperkuat sistem

distribusi pangan

3. Stabilinya harga pangan

pokok di tingkat produsen

dan konsumen

3. Mewujudkan

penganekaragaman

konsumsi pangan

masyarakat

berbasis sumber

daya, kelembagaan

dan budaya lokal

4. Meningkatkan

konsumsi pangan

masyarakat untuk

memenuhi kecukupan

gizi yang bersumber

dari pangan lokal

4. Meningkatnya kuantitas

dan kualitas konsumsi

pangan masyarakat

4. Mewujudkan

pangan segar yang

aman dan bermutu

5. Meningkatkan

keamanan dan mutu

pangan segar

5. Meningkatnya pangan

segar yang aman dan

bermutu

Page 16: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

7

Dalam rangka mengukur kinerja Badan Ketahanan Pangan untuk mencapai tujuan

strategis tersebut di atas maka ditetapkan indikator kinerja tujuan dan target kinerja

jangka menengah yang harus dicapai pada akhir tahun kelima (2019). Indikator kinerja

tersebut merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan, yaitu:

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam sehingga mencapai skor Pola

Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 96,32 pada tahun 2019;

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% per tahun;

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen yang stabil, yaitu lebih besar

atau sama dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP);

4. Koefisien variasi harga pangan di tingkat konsumen (CV) pada 3 komoditas, yaitu

beras, bawang merah, dan cabai merah. Target CV yang ditetapkan untuk masing-

masing komoditas, yaitu kurang dari 10% untuk beras, kurang dari 25% untuk

cabai merah, dan kurang dari 15% untuk bawang merah pada tahun 2019;

5. Konsumsi energi sebesar 2.150 kkal/kap/hr pada tahun 2019;

6. Konsumsi pangan hewani sebesar 225 kkal/kap/hr pada tahun 2019;

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi sebesar 92,50 pada tahun 2019;

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras sebesar 6,23% pada

tahun 2019;

9. Peningkatan produk pangan segar yang terdaftar dan/atau tersertifikasi sebesar

10%;

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji lebih besar atau sama dengan 80%.

Berdasarkan dokumen Rencana Strategis (Renstra) BKP Tahun 2015-2019, telah

ditetapkan pula target indikator kinerja program Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-

2019. Target indikator kinerja program Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-2019

secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.

Page 17: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

8

Tabel 2 Target Indikator Kinerja Program (IKP) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

No. Rincian IKP 2015 2016 2017 2018 2019

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan

87,52 89,71 92,04 94,25 96,32

2. Penurunan jumlah penduduk rawan

pangan (%/Tahun)

1 1 1 1 1

3. Harga gabah kering panen (GKP) di

tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat

konsumen (CV)

- Beras ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10% ≤ 10%

- Cabe Merah ≤ 29% ≤ 28% ≤ 27% ≤ 26% ≤ 25%

- Bawang Merah ≤ 19% ≤ 18% ≤ 17% ≤ 16% ≤ 15%

5. Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 2.004 2.040 2.077 2.113 2.150

6. Konsumsi Pangan Hewani (kkal/kap/hr) 191 200 208 217 225

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Konsumsi

84,1 86,2 88,4 90,5 92,5

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras

terhadap beras (%)

5,54 5,70 5,87 6,05 6,23

9. Peningkatan produk pangan segar yang

terdaftar dan/atau tersertifikasi (%)

10 10 10 10 10

10. Tingkat keamanan pangan segar yang

diuji (%)

≥ 80 ≥ 80 ≥ 80 ≥ 80 ≥ 80

Sumber: Badan Ketahanan Pangan

Target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh

Badan Ketahanan Pangan dalam periode 2015-2019 yang berupa output. Indikator

Kinerja Kegiatan (IKK) tersebut secara rinci dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan

indikator kinerja dan arah kebijakan ketahanan pangan, serta mempertimbangkan

penanganan ketahanan pangan lintas pelaku dan wilayah, maka dirumuskan

“Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat”.

Program tersebut diwujudkan melalui koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan

dan penyiapan program, partisipasi pemangku kepentingan dan masyarakat,

Page 18: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

9

identifikasi dan intervensi pangan dan gizi, serta pengembangan model kebijakan guna

pencapaian sasaran pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat

perseorangan.

Untuk menyelenggarakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat, sesuai dengan tugas dan fungsinya, Badan Ketahanan Pangan

melaksanakan 4 (empat) kegiatan yaitu:

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan;

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan;

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan;

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.

Rencana aksi dalam rangka mencapai sasaran dibagi ke dalam beberapa sub kegiatan

yang akan menghasilkan output sebagai sarana untuk mencapai sasaran program

(outcome). Kegiatan dan sub kegiatan yang dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan

tahun 2017 diuraikan sebagai berikut:

1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengkoordinasikan upaya memantapkan

ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri sekaligus

pengurangan jumlah penduduk rawan pangan. Sasaran output dari kegiatan ini adalah

(1) Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam dan menurunnya jumlah

penduduk rawan pangan setiap tahun; serta (2) Meningkatnya ketahanan pangan

rumah tangga melalui pengembangan model pemberdayaan masyarakat /Smallholder

Livelihood Development (SOLID).

2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong pengembangan sistem distribusi dan stabilitas

harga pangan dalam rangka meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat, serta

untuk mengantisipasi kebutuhan pangan masyarakat. Sasaran output dari kegiatan ini

adalah meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan

serta stabilitas harga pangan. Kegiatan ini terdiri dari 7 (tujuh) sub kegiatan. yaitu: (1)

Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat/Toko Tani Indonesia; (2) Lembaga

Page 19: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

10

distribusi pangan masyarakat; (3) Lumbung pangan masyarakat; (4) Panel harga

pangan nasional dan pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN; (5) Pemantauan

pasokan, harga, distribusi dan cadangan pangan; (6) Kajian Responsif dan Antisipatif

Distribusi Pangan; dan (7) Kajian Distribusi Pangan.

3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan

dan memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

(B2SA) dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Sasaran output dari

kegiatan ini adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan

dan keamanan pangan segar. Kegiatan ini terdiri dari 6 (enam) sub kegiatan, yaitu: (1)

Pemberdayaan pekarangan pangan; (2) Pemantauan penganekaragaman konsumsi

pangan; (3) Gerakan Diversifikasi Pangan; (4) Analisis pola dan kebutuhan konsumsi

pangan; (5) Model pengembangan pangan pokok lokal; dan (6) Pengawasan

keamanan dan mutu pangan;

4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dan melayani administrasi, keuangan

dan aset terhadap penyelenggaraan operasional kantor. Sasaran output dari kegiatan

ini adalah (1) Terselenggaranya pelayanan administrasi dan pelayanan teknis lainnya

secara profesional dan berintegritas di lingkungan Badan Ketahanan Pangan; dan (2)

Meningkatnya koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi dan pengendalian ketahanan

pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan.

Kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam 5 (lima) sub kegiatan, yaitu: (1) Perencanaan,

penganggaran, dan kerja sama ketahanan pangan; (2) Pelayanan keuangan dan

perlengkapan; (3) Pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan ketahanan pangan;

(4) Penanganan organisasi, kepegawaian, humas, tata usaha, dan hukum; dan (5)

koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi dan pengendalian ketahanan pangan

melalui Dewan Ketahanan Pangan.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dibutuhkan pendanaan yang sangat

besar. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi perlu ditunjang dari

Page 20: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

11

sumber pendanaan lain seperti APBD prov/kab/kota, keterlibatan swasta, perbankan

(skim kredit dan kredit komersial) serta dari swadaya masyarakat. Selain itu, tidak

menutup kemungkinan adanya pendanaan yang bersumber dari kerjasama

internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan untuk memfasilitasi proses

koordinasi, supervisi, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program/kegiatan.

Program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan

Pangan 2015-2019 yang dibiayai APBN, adalah prioritas nasional. Sebagaimana

terlihat pada tabel 3, pada tahun 2015, anggaran Badan Ketahanan Pangan adalah

sebesar Rp635.258.600.000,00 dan pada tahun 2019 kebutuhan anggarannya

diperkirakan sebesar Rp1.439,900.470.000,00. Alokasi anggaran tersebut digunakan

untuk membiayai kegiatan kajian, analisis dan perumusan kebijakan ketahanan

pangan serta pengembangan model pemberdayaan untuk meningkatkan ketahanan

pangan masyarakat terutama di lokasi rentan terhadap kerawanan pangan.

Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019

No Kegiatan Alokasi (Milyar Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019

1814 Pengembangan Sistem

Distribusi dan Stabilitas Harga

pagan

107,26 285,41 466,02 675,59 1.081,80

1815 Pengembangan ketersediaan

dan penanganan rawan pagan

111,61 268,43 285,36 320,38 71,261

1816 Pengembangan

Penganekaragaman Konsumsi

dan Keamanan Pangan

132,89 125,71 98,52 138,60 149,08

1817 Dukungan Manajemen dan

Teknis Lainnya Badan

Ketahanan Pangan

283,49 103,49 113,84 125,23 137,75

TOTAL 635,25 783,06 963,76 1.259,82 1.439,90

Sumber: BKP, Kementan

Target dan anggaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat 2015-2019, secara lengkap ditampilkan dalam Matrik Kinerja dan

Pendanaan Badan Ketahanan Pangan pada Lampiran 3. Rencana pendanaan

Page 21: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

12

tersebut akan disesuaikan dengan arah kebijakan nasional dan Kementerian Pertanian

pada tahun berjalan.

B. Perjanjian Kinerja

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

No. 53 Tahun 2014 merupakan Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja dan Pelaporan dan

Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sebagai tindak lanjut dari

peraturan tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Perjanjian Kinerja (PK)

Kepala Badan Ketahanan Pangan hingga Eselon IV lingkup Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2017. Dalam Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan, Perjanjian Kinerja

yang disusun merupakan acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan

dicapai pada tahun 2017. Dalam perjalanannya, Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan

Pangan mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh

adanya perubahan dalam hal fokus kegiatan, sasaran, perubahan anggaran, dan

perubahan pimpinan. Sebagaimana terlihat pada tabel 4, program yang dilaksanakan

Badan Ketahanan Pangan tahun 2017 mempunyai 5 sasaran program. Kelima sasaran

tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam 10 indikator yang disertai dengan target yang

akan dicapai dari masing-masing indikator tersebut. Pada awal tahun 2017, Perjanjian

Kinerja Badan Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran sebesar

Rp451.885.901.000,00.

Page 22: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

13

Tabel 4 Perjanjian Kinerja (PK) Awal Tahun 2017 Badan Ketahanan Pangan

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

1. Peningkatan ketersediaan

pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 92,04

2. Penurunan jumlah penduduk

rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1%

3. Stabilitas harga pangan

pokok di tingkat produsen

dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (CV)

- Beras - Cabai merah - Bawang merah

< 10%

< 27 %

< 17 %

4. Peningkatan kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan

masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.077 Kkal/Kap/hr

6. Konsumsi Pangan Hewani 208 Kkal/Kap/hr

7. Skor PPH Konsumsi 88,4

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5,87 %

5. Peningkatan pangan segar

yang aman dan bermutu

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10%

10.

Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80%

Kegiatan Anggaran

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 142.792.888.000,00

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 169.934.327.000,00

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan

Rp 67.634.500.000,00

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan

Ketahanan Pangan

Rp 71.524.186.000,00

JUMLAH Rp 451.885.901.000,00

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, berbagai perubahan yang ada menyebabkan

dilakukannya perubahan terhadap Perjanjian Kinerja. Namun demikian, perubahan

tersebut tidak merubah besarnya anggaran yang dialokasikan. Perubahan yang terjadi

adalah pergeseran alokasi anggaran antara kegiatan yang satu dengan kegiatan

Page 23: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

14

lainnya. Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan 2017 hasil revisi terakhir dapat

dilihat pada tabel 5 dengan alokasi anggaran yang tidak mengalami perubahan, yaitu

sebesar Rp451.885.901.000,00.

Tabel 5 Perjanjian Kinerja (PK) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 Revisi Terakhir

SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET

1. Peningkatan ketersediaan

pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 92,04

2. Penurunan jumlah penduduk

rawan pagan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1%

3. Stabilitas harga pangan pokok

di tingkat produsen dan

konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (CV)

- Beras - Cabai merah - Bawang merah

< 10%

< 27 %

< 17 %

4. Peningkatan kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan

masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.077 Kkal/Kap/hr

6. Konsumsi Pangan Hewani 208 Kkal/Kap/hr

7. Skor PPH Konsumsi 88,4

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5,87 %

5. Peningkatan pangan segar

yang aman dan bermutu

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10%

10.

Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80%

Kegiatan Anggaran

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan

Pangan

Rp 137.334.658.000,00

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga

Pangan

Rp 174.753.407.000,00

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan

Keamanan Pangan

Rp 67.776.250.000,00

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan

Ketahanan Pangan

Rp 72.021.586.000,00

JUMLAH Rp 451.885.901.000,00

Page 24: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

15

Keselarasan antara indikator kinerja dalam Renstra BKP tahun 2015-2019 dengan

indikator penetapan kinerja tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja

Sasaran Program Indikator Renstra Tahun

2015-2019

Target

2017

Indikator Penetapan

Kinerja tahun 2017 Target

1. Peningkatan

ketersediaan

pangan yang

beragam

Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Ketersediaan

92,04 Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Ketersediaan

92,04

3. Penurunan jumlah

penduduk rawan

pangan

Penurunan jumlah penduduk

rawan pangan (%/Tahun)

1% Penurunan jumlah

penduduk rawan pangan

(%/Tahun)

1%

4. Stabilitas harga

pangan pokok di

tingkat produsen

dan konsumen

Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen

(Rp/Kg)

≥ HPP Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen

(Rp/Kg)

≥ HPP

Koefisien variasi pangan di

tingkat konsumen (CV)

Koefisien variasi pangan di

tingkat konsumen (CV)

- Beras ≤ 10% - Beras < 10%

- Cabe Merah ≤ 27% - Cabe Merah < 27 %

- Bawang Merah ≤ 17% - Bawang Merah < 17 %

5. Peningkatan

kuantitas dan

kualitas konsumsi

pangan

masyarakat

Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

2.077 Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

2.077

Konsumsi Pangan Hewani

(kkal/kap/hr)

208 Konsumsi Pangan Hewani

(kkal/kap/hr)

208

Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

88,4 Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Konsumsi

88,4

Rasio konsumsi pangan lokal

non beras terhadap beras

(%)

5,87 Rasio konsumsi pangan

lokal non beras terhadap

beras (%)

5,87

6. Peningkatan

pangan segar

yang aman dan

bermutu

Peningkatan produk pangan

segar yang terdaftar dan/atau

tersertifikasi (%)

10 Peningkatan produk

pangan segar yang

terdaftar dan/atau

tersertifikasi (%)

10

Tingkat keamanan pangan

segar yang diuji (%)

≥ 80 Tingkat keamanan pangan

segar yang diuji (%)

≥ 80

Page 25: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

16

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Metode yang digunakan untuk menghitung keberhasilan pencapaian kinerja adalah

dengan membandingkan realisasi indikator dengan target indikator. Kriteria

keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja dalam laporan ini

diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut:

1. Sangat berhasil : jika capaian kinerja>100%

2. Berhasil : 80-99,99%

3. Cukup Berhasil : 60-79,99%

4. Tidak Berhasil : <60%

Penjelasan secara rinci mengenai metode perhitungan keberhasilan pencapaian

kinerja Badan Ketahanan Pangan dari masing-masing indikator, dapat dilihat pada

tabel 7.

Tabel 7 Penjelasan Hasil Penghitungan Keberhasilan Pencapaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan

INDIKATOR TARGET KETERANGAN

1.

Skor PPH Ketersediaan 92,04 - Semakin besar capaian keberhasilan Skor PPH Ketersediaan, semakin beragam ketersediaan pangan bagi masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik.

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1% - Capaian tahun berjalan dikurangi capaian tahun sebelumnya.

- Semakin besar selisih penurunan jumlah penduduk rawan pangan. maka semakin sedikit jumlah penduduk rawan pangan, sehingga capaian kinerja semakin baik.

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥ HPP - Berdasarkan HPP Rp3.700/Kg - Semakin tinggi harga gabah diatas HPP, maka semakin

tinggi pendapatan petani, sehingga kesejahteraannya semakin meningkat. Dengan demikian capaian kinerja semakin baik

Page 26: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

17

INDIKATOR TARGET KETERANGAN

4. Koefisien variasi harga pangan di tingkat konsumen (CV)

Beras

Cabe Merah

Bawang Merah

< 10%

< 27 % < 17 %

- Semakin kecil CV harga pangan di bawah CV harga pangan yang ditetapkan, semakin stabil harga pangan di tingkat konsumen, sehingga semakin baik capaian kinerja.

5. Konsumsi Energi 2.077 Kkal/Kap/hr

- Semakin besar capaian keberhasilan konsumsi energi, maka semakin terpenuhi konsumsi energi masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik. Diharapkan terjadi penurunan konsumsi beras yang diimbangi konsumsi umbi-umbian.

6. Konsumsi Pangan Hewani

208 Kkal/Kap/hr

- Semakin besar capaian keberhasilan konsumsi pangan hewani, maka semakin terpenuhi tingkat konsumsi pangan hewani masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik. Diharapkan terjadi peningkatan konsumsi pangan hewani yang diimbangi konsumsi pangan nabati.

7. Skor PPH Konsumsi 88,4 - Semakin besar capaian keberhasilan Skor PPH Konsumsi, maka semakin beragam dan seimbang konsumsi pangan masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik.

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5. 87% - Semakin besar capaian rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras, maka tingkat konsumsi energi masyarakat yang bersumber dari pangan lokal non beras semakin tingggi, sehingga capai kinerja semakin baik. Diharapkan terjadi penurunan konsumsi beras yang diimbangi konsumsi umbi-umbian.

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10% - Semakin banyak produk pangan segar yang tersertifikasi, maka pelaku pertanian semakin paham tingkat keamanan produk pangan segar, sehingga capaian kinerja semakin baik.

10. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80% - Semakin tinggi persentase keamanan pangan segar yang diuji, maka semakin aman pangan segar di masyarakat, sehingga capaian kinerja semakin baik.

Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan, Kementerian

Pertanian tahun 2017, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan

Pangan Masyarakat BKP adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui

pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan. Adapun

Page 27: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

18

sasaran kegiatan utamanya adalah sebagai berikut: (1) Meningkatnya pemantapan

penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan; (2) Meningkatnya

pemantapan distribusi dan harga pangan; (3) Meningkatnya pemantapan ketersediaan

pangan dan penanganan rawan pangan; (4) Meningkatnya manajemen dan pelayanan

administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung

pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Masing-masing sasaran

tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indikator kinerja. Pengukuran

tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan dalam menjalankan Program Peningkatan

Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian

outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari

berfungsinya output yang telah dilaksanakan unit kerja Eselon II, yaitu Pusat

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Sekretariat Badan

Ketahanan Pangan. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tersebut

dilaksanakan secara bulanan, triwulanan dan tahunan, sedangkan pengukuran

realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara mingguan, bulanan dan

triwulanan. Pemantauan dilakukan melalui SMS Panel Harga, Sistem Pemantauan

LUPM dan TTI (SITANI), SMS Pemantauan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat,

Laporan Sistem Monitoring Anggaran Terpadu (SMART) secara online, Laporan

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), Laporan Kegiatan Utama dan

Strategis, Laporan Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Badan

Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian, Laporan e-Kinerja SAKIP, serta

Laporan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Kementerian Hukum

dan HAM.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi untuk

memperoleh hasil evaluasi kinerja yang relevan dan handal sebagai bahan

pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar

menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target

Page 28: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

19

kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan

sasaran. Tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017

Sasaran Program Indikator Target

Realisasi

Persentase Capaian

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

1. Skor PPH Ketersediaan 92,04 83,04 - Capaian 90,22% (Berhasil)

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

1% 4,78 - Capaian 478% (Sangat Berhasil)

3. Stabilitas harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/kg)

≥ HPP (Rp3.700/kg)

Rp4.266/kg - Capaian 115,30% (Sangat Berhasil)

4. Koefisien variasi pangan di tingkat konsumen (CV)

Beras

Cabai Merah

Bawang Merah

< 10%

< 27%

< 17%

2,85%

23,18%

15,60 %

- Capaian CV harga Beras 350,88% (Sangat Berhasil)

- Capaian CV harga Cabai Merah 116,48% (Sangat Berhasil)

- Capaian CV harga Bawang Merah 108,97% (Sangat Berhasil)

4. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat

5. Konsumsi Energi 2.077 Kkal/Kap/hr

2.153 Kakal/kap/hr

- Capaian 104% (Sangat Berhasil)

6. Konsumsi Pangan Hewani

208 Kkal/Kap/hr

225 Kakl/Kap/hr

- Capaian 108% (Sangat Berhasil)

7. Skor PPH Konsumsi 88,4 88 - Capaian 99,95% (Berhasil)

8. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

5,87% 7,48 - Capaian 127% (Sangat Berhasil)

5. Peningkatan pangan segar yang aman dan bermutu

9. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

10% 13,06% - 130,6% (Sangat Berhasil)

10 Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

≥ 80% 90,47% - 113,09% (Sangat Berhasil)

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2017

Berdasarkan tabel 8, capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan sesuai dengan

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 adalah: (1) 8 (delapan) indikator dengan nilai

pencapaian diatas 100% (Sangat Berhasil), yaitu penurunan jumlah penduduk rawan

Page 29: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

20

pangan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen, koefisien variasi harga

pangan di tingkat konsumen (CV), konsumsi energi, konsumsi pangan hewani, rasio

konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras, peningkatan produk pangan segar

yang tersertifikasi, dan tingkat keamanan pangan segar yang diuji; dan (2) 2 (dua)

indikator dengan nilai pencapaian 80-100% (Berhasil), yaitu indikator Skor PPH

Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi.

Penjelasan secara lengkap atas capaian kinerja organisasi Badan Ketahanan Pangan,

Kementerian Pertanian tahun 2017 dari masing-masing indikator adalah sebagai

berikut:

1. Skor PPH Ketersediaan

PPH Ketersediaan didefinisikan sebagai susunan beragam pangan atau kelompok

pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut atau relatif

terhadap total energi. Skor PPH ketersediaan dihitung dengan menggunakan metode

perhitungan sebagaimana terlihat pada tabel 9 dengan urutan sebagai berikut:

a. Mengelompokkan ketersediaan energi bahan pangan dari 11 kelompok di NBM ke

dalam 9 kelompok PPH (Kolom 1),

b. Menjumlahkan energi bahan pangan ke dalam masing-masing kelompok bahan

pangan (Kolom 2),

c. Menghitung persentase Angka Kecukupan Energi (AKE) kelompok bahan pangan

dengan cara membandingkan ketersediaan energi aktual dengan tingkat Angka

Kecukupan Gizi (AKG) tingkat ketersediaan sebesar 2.400 kkal/kapita/hari (Kolom

3),

d. Menghitung skor AKE kelompok bahan pangan (Skor riil, Kolom 5) dengan cara

prosentase AKE ( Kolom 3) dikalikan dengan bobot kelompok bahan pangan (Kolom

4),

e. Menghitung skor PPH kelompok bahan pangan (Kolom 6) dengan cara

membandingkan skor AKE kelompok bahan pangan (Kolom 5) dengan skor

maksimal kelompok bahan pangan (Kolom 7),

Page 30: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

21

f. Menghitung skor PPH dengan cara menjumlahkan skor dari setiap kelompok bahan

pangan (Total Kolom 6).

Tabel 9 Contoh Penghitungan Skor PPH Ketersediaan

No.

Kelompok Bahan Pangan

Energi (Kkal)

% AKE Bobot Skor riil

(%) Skor PPH

(%) Skor Maks

(%)

1 2 3 4 5 6 7

1. Padi-padian 2.331 97,1 0,5 48,6 25,0 25,0

2. Umbi-umbian 227 9,5 0,5 4,7 2,5 2,5

3. Pangan Hewani 186 7,7 2,0 15,5 15,5 24,0

4. Minyak dan Lemak 828 34,5 0,5 17,2 5,0 5,0

5. Buah/biji berminyak 74 3,1 0,5 1,5 1,0 1,0

6. Kacang-kacangan 118 4,9 2,0 9,8 9,8 10,0

7. Gula 138 5,8 0,5 2,9 2,5 2,5

8. Sayuran dan buah 104 4,3 5,0 21,7 21,7 30,0

9. Lain-lain - - - - - -

Jumlah 4.006 166,9 122,0 83,04 100,0

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan

pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi

masyarakat, rumah tangga, dan individu secara berkelanjutan. Target pencapaian

angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan

gizinya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan

kuantitas serta kualitas konsumsi pangan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

(WNPG) X tahun 2012 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan minimal 2.400

kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 63 gram/kapita/hari untuk protein.

Data perkembangan ketersediaan energi dan protein serta skor PPH ketersediaan

tahun 2013-2017 disajikan pada tabel 10. Rata-rata ketersediaan energi selama 5

Page 31: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

22

tahun tersebut sebesar 3.797 kkal/kap/hari, jauh melebihi rekomendasi ketersediaan

energi WNPG X tahun 2012 sebesar 2.400 kkal/kap/hari. Ketersediaan energi tersebut

mengalami peningkatan rata-rata 1,4%/tahun. Peningkatan ketersediaan energi

disebabkan adanya peningkatan produksi beberapa komoditas pangan.Sementara itu,

rata-rata ketersediaan protein pada tahun 2017 adalah sebesar 91,97 gram/kapita/hari.

Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan rekomendasi WNPG X tahun

2012, yaitu sebesar 63 gram/kapita/hari.

Ketersediaan pangan tidak hanya dinilai dari kecukupan gizinya dalam bentuk energi

dan protein, tetapi juga dinilai dari keberagaman ketersediaan gizi tersebut

berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagaimana tersaji dalam tabel 10, rata-

rata skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan Makanan tahun 2013-

2017 adalah sebesar 82.69. Dari perkembangan yang ada terlihat adanya

kecenderungan penurunan skor PPH dalam 5 tahun terakhir dengan rata-rata laju

penurunan sebesar 0,42%/tahun. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh

perbedaan metode penghitungan angka PPH ketersediaan. Sejak tahun 2014 angka

ketersediaan energi yang dijadikan acuan adalah 2.400 kkal/kap/hari sesuai dengan

rekomendasi WNPG X tahun 2012. Pada tahun sebelumnya, angka ketersediaan

energi yang dijadikan acuan untuk menghitung skor PPH ketersediaan adalah sebesar

2.200 kkal/kap/hari. Perbedaan metode perhitungan yang digunakan tersebut

menyebabkan adanya perbedaan hasil perhitungan. Metode baru yang digunakan

menghasilkan skor PPH yang lebih rendah dibanding metode perhitungan yang lama.

Page 32: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

23

Tabel 10 Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH

Ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan Makanan Nasional 2013-2017

Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Sangat Sementara; (2016 angka sementara)

Berdasarkan perkembangan skor PPH yang disajikan pada tabel 11, untuk mencapai

keberagaman ketersediaan pangan yang ideal dan memenuhi Angka Kecukupan Gizi

(AKG) tingkat ketersediaan yang dianjurkan, ketersediaan kelompok pangan hewani

serta sayuran dan buah perlu ditingkatkan. Skor PPH ketersediaan tahun 2017 (Angka

Sangat Sementara) dibandingkan dengan skor PPH tahun 2016 mengalami

peningkatan sebesar 1,86%. Capaian Skor PPH ketersediaan tahun 2017 sebesar

83,04 atau 92,22% dari target yang ditetapkan, yaitu 92,04. Capaian tersebut

dikategorikan berhasil atau hampir mendekati target yang mengindikasikan semakin

baiknya capaian kinerja. Sementara itu, jika dibandingkan dengan target jangka

menengah sebagaimana terdapat dalam dokumen perencanaan strategis, capaian

kinerja tahun 2017 ini masih terpaut cukup besar. Dalam dokumen perencanaan

strategis, pada akhir tahun 2019 skor PPH yang dittargetkan adalah sebesar 96,32.

Skor PPH

Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani Ketersediaan

2013 3,770 3,586 184 89.59 71.82 17.76 84.46

2014 3,731 3,559 172 91.87 74.09 17.78 82.80

2015 3,515 3,337 178 90.86 72.33 18.53 81.59

2016 3,964 3,772 191 94.76 75.13 19.63 81.52

2017* 4,006 3,807 199 92.75 70.33 21.42 83.04

Total Pertumbhn 0.070 0.070 0.085 0.036 -0.017 0.194 -0.016

Rata-rata Pertumbhn (%) 1.402 1.395 1.692 0.723 -0.347 3.877 -0.330

Rata-rata 3,797 3,612 184.8 91.97 72.74 19.02 82.68

Tahun

Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari)

Page 33: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

24

Tabel 11 Perkembangan Skor PPH Tahun 2013-2017

No. Kelompok Skor PPH (%)

Bahan Pangan 2013 2014 2015 2016 2017

1. Padi-padian 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00

2. Umbi-umbian 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50

3. Pangan Hewani 14,30 13,30 13,84 14,85 15,49

4. Minyak dan Lemak 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

5. Buah/biji berminyak 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

6. Kacang-kacangan 10,00 10,00 10,00 10,00 9,81

7. Gula 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50

8. Sayuran dan buah 24,20 23,50 21,75 20,67 21,74

9. Lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 84,50 82,80 81,59 81,52 83,04

Rata-Rata Skor PPH 82,69

Rata-Rata Pertumbuhan -0,42

Skor PPH tahun 2017 belum mencapai target yang ditetapkan, karena masih

rendahnya skor PPH kelompok bahan pangan hewani dan sayuran dan buah. Tidak

tercapainya skor PPH maksimal untuk kelompok bahan pangan hewani dan sayuran

dan buah tidak terlepas dari kebijakan Kementerian Pertanian pada tahun 2017 yang

fokus pada beberapa komoditas pangan strategis nasional seperti padi, jagung dan

kedelai. Meskipun upaya swasembada daging melalui program SIWAB (Sapi Indukan

Wajib Bunting) telah dilakukan, namun hasilnya belum terlihat pada data produksi yang

digunakan sebagai dasar penyusunan NBM dan PPH Ketersediaan Pangan. Oleh

karena itu, untuk mencapai target skor PPH yang ditetapkan, ketersediaan kelompok

bahan lain selain padi-padian dan umbi-umbian harus ditingkatkan.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung

capaian skor PPH Ketersediaan Pangan antara lain: (a) Pengembangan

Desa/Kawasan Mandiri Pangan di 78 kawasan, (b) Pengembangan KRPL dan (c)

Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku Utara pada

11 kabupaten melalui kegiatan yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran

di 26.880 KK. Kegiatan-kegiatan di atas mendukung pencapaian Skor PPH

Ketersediaan karena berkontribusi pada peningkatan produksi pertanian yang menjadi

salah satu sumber penyediaan pangan nasional.

Page 34: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

25

2. Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan dua fenomena yang saling terkait,

bahkan dipandang sebagai hubungan sebab akibat. Kondisi ketahanan pangan yang

rentan menjadi sumber kemiskinan, sebaliknya kemiskinan bisa menjadi penyebab

terjadinya rawan pangan. Tingkat perkembangan penduduk rawan pangan merupakan

gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat

kecukupan gizi masyarakat. Sejak tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan telah

bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun perhitungan penurunan

penduduk rawan pangan dengan metode Angka Rawan Pangan (ARP) yaitu

kecukupan konsumsi kalori perkapita perhari kurang atau lebih kecil dari 70 persen

dari AKG dengan nilai AKG 2.000 kkal/kapita/hari (setara 1.400 kkal/kapita/hari). Data

dasar yang digunakan untuk untuk perhitungan ARP adalah data hasil Susenas (Survei

Sosial Ekonomi Nasional) berdasarkan pangsa pengeluaran dan konsumsi pangan

yang dilaksanakan oleh BPS.

Sejalan dengan agenda pembangunan global pada kerangka Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) khususnya pada Goals 2

adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan gizi yang baik, serta

meningkatkan pertanian berkelanjutan. Salah satu indikator yang digunakan adalah

Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan/Prevalence of Undernourishment

(PoU). Oleh karena itu, mulai tahun 2017 metode perhitungan persentase penduduk

rawan pangan (ARP) dilakukan dengan pendekatan PoU.

Prevalensi Kekurangan Gizi (Prevalence of Undernourishment/PoU) merupakan

proporsi populasi penduduk yang mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan

terhadap populasi penduduk secara keseluruhan. Seseorang dikategorikan sebagai

kekurangan gizi jika konsumsi pangannya berada di bawah kebutuhan minimum

energi/minimum dietary energy requirement (MDER). MDER adalah kebutuhan

minimum kalori yang diperlukan seseorang sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya

yang diukur dalam satuan Kkal. Perhitungan PoU didasarkan pada metode

perhitungan standar yang digunakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Hasil perhitungan indikator tersebut merupakan tanggung jawab bersama Badan Pusat

Page 35: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

26

Statistik, Kementerian Kesehatan dan Badan Perancanaan Pembangunan Nasional,

Badan Ketahanan Pangan dan Sekretariat SDGs. Data dasar yang digunakan untuk

perhitungan PoU adalah: (a) data konsumsi kalori dan pengeluaran rumah tangga

bersumber dari Susenas BPS (b) data tinggi badan menurut umur dan jenis kelamin

dari hasil survei Riskesdas Kementerian Kesehatan, (c) FAO/WHO joint expert

consultation untuk data referensi standar internasional tentang Indeks Masa Tubuh

dan perubahan berat badan (Weight Gain).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka definisi penurunan penduduk rawan pangan

per tahun adalah persentase laju penurunan populasi penduduk yang mengkonsumsi

makanan kurang dari standar minimum yang dibutuhkan menurut jenis kelamin dan

umur pada tinggi badan dan berat badan tertentu. Persentase penurunan tersebut

ditetapkan sebesar 1 persen tiap tahun searah dengan kebijakan Suitanable

Development Goals (SDG’s) pada tahun 2030. Dalam menghitung penurunan jumlah

penduduk rawan pangan, dengan cara: persentase penduduk rawan pangan pada

tahun y-1 dikurangi presentase penduduk rawan pangan pada tahun y dibagi dengan

persentase penduduk rawan pangan pada tahun y-1. Satuan penurunan jumlah

penduduk rawan pangan adalah persen/tahun. Perkembangan persentase penduduk

rawan pangan menunjukan penurunan dari tahun ke tahun.

Perkembangan angka penduduk rawan pangan di Indonesia tahun 2012-2017 secara

grafis dapat dilihat dalam gambar 1. Sebagaimana terlihat pada gambar 1, angka

rawan pangan penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Jika

dibandingkan dengan capaian tahun 2016, angka rawan pangan tahun 2017 turun

dengan persentase yang sangat tinggi, yaitu dari 12,69% di tahun 2016 menjadi 7,91

di tahun 2017. Demikian juga, apabila dibandingkan dengan capaian tahun-tahun

sebelumnya, angka rawan pangan tahun 2017 sudah mengalami banyak penurunan.

Page 36: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

27

Gambar 1 Perkembangan Angka Rawan Pangan Tahun 2013-2017

Sumber data Susenas BPS dan Riskesdas Kementerian Kesehatan diolah BPS, Kemenkes, Bappenas dan BKP

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung

keberhasilan indikator adalah: (a) Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan

sebanyak 78 KMP; dan (b) Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di

Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Kegiatan-kegiatan tersebut mendukung

pencapaian indikator penurunan penduduk rawan pangan karena berkontribusi pada

pendapatan anggota kelompok. Peningkatan pendapatan tersebut berkontribusi pada

meningkatnya daya beli para anggota kelompok, sehingga akses pangan mereka juga

meningkat.

a. Kawasan Mandiri Pangan

Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan penanggulangan kerawanan pangan

yang bersifat kronis, BKP mengembangkan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan (KMP).

KMP adalah kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat

yang berasal dari desa-desa atau kampung-kampung terpilih (terdiri dari 5

kampung/desa). Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin di

daerah rawan pangan menjadi kaum mandiri. Untuk mendukung kegiatan

Page 37: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

28

pemberdayaan dalam KMP, maka dialokasikan dana bantuan sosial (bansos)/bantuan

pemerintah (banper), serta anggaran pembinaan dan pendampingan bagi daerah.

Sasaran kegiatan KMP adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) yang dipilih berdasarkan

hasil analisa DDRT/Data Kemiskinan BPS/Data Kemiskinan lainnya di daerah yang

rentan terhadap rawan pangan yang mempunyai potensi pengembangan komoditas

unggulan. Penentuan lokasi kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dilakukan melalui 3

(tiga) tahapan yaitu:

1. Seleksi Kabupaten/Kota, didasarkan pada hasil peta FSVA tahun 2009 dan/atau

Angka Rawan Pangan

2. Seleksi Kecamatan, didasarkan pada Indeks Potensi Kawasan (IPK)

3. Seleksi Desa, didasarkan pada Survey Data Dasar Rumah Tangga (DDRT)

Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan tahun 2017 dialokasikan di 78 kawasan, 77

Kabupaten, 23 Provinsi yang memasuki tahap pengembangan dengan fokus kegiatan

pada pengolahan pangan dan usaha lainnya. Jumlah dana Bantuan Pemerintah

(Banper) yang dialokasikan adalah sebesar Rp100.000.000,00 untuk 5 desa. Dari

alokasi sebanyak 78 kawasan tersebut, yang terealisasi hanya sebanyak 77 kawasan,

sedangkan 1 kawasan yaitu di Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan

Tengah tidak mencairkan dana Banper. Hal tersebut disebabkan anggota kelompok di

kawasan tersebut tidak membuat RUK. Capaian dana Bantuan Pemerintah di

Kawasan Mandiri Pangan dapat dilihat pada tabel 12.

Page 38: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

29

Tabel 12 Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2013-2017

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Total Rata-rata/ tahun

Bansos/Banper

(juta) 21.800 21.400 20.600 7.800

7.800

79.400 15.880

Penerima

Manfaat 109 107 188 181

78

663

133

Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa cakupan lokasi kegiatan Kawasan Mandiri

Pangan mendukung penurunan jumlah penduduk rawan pangan, meskipun masih

berfluktuasi.

b. Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (SOLID) di Maluku dan Maluku Utara

Sasaran lokasi desa kegiatan PKPK/SOLID sampai akhir Tahun 2018 sebanyak 224

desa. Desa yang terpilih telah memenuhi kriteria desa sasaran, dengan populasi

penduduk miskin atau KK miskin di lokasi daratan maupun kawasan pantai paling tidak

75-80%, berstatus penduduk asli dan atau migran lokal yang belum banyak tersentuh

program pembangunan. Lokasi desa dan KK miskin ditetapkan sesuai kriteria desa

dan KK miskin dengan mempertimbangkan kearifan lokal di 5 kabupaten di Provinsi

Maluku dan 6 kabupaten di Provinsi Maluku Utara. Sasaran jumlah desa dan kelompok

mandiri (KM) kegiatan SOLID tahun 2011-2018 secara lebih detail dapat dilihat pada

lampiran 6.

Sampai dengan tahun 2017, Program SOLID telah dilaksanakan di 224 desa (100%

dari target) dan dirasakan manfaatnya oleh 27.115 rumah tangga (81% dari target

sasaran 33.600 KK). Capaian jumlah KK penerima manfaat yang kurang dari target

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain terbatasnya populasi penduduk,

pengunduran diri, perpindahan penduduk, dan juga oleh adanya penduduk yang

meninggal dunia. Rumah tangga sasaran pada Program SOLID tergabung ke dalam

2.192 Kelompok Mandiri (KM) (98% dari target 2240 KM). Capaian jumlah KM dan

anggota KM secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 7.

Page 39: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

30

Apabila dilihat dari perubahan kondisi ketahanan pangan selama 12 bulan terakhir,

Program SOLID mempunyai pengaruh terhadap berkurangnya jumlah dan durasi

kekurangan pangan pada rumah tangga penerima manfaat program. Sebagaimana

terlihat pada gambar 2, jumlah rumah tangga penerima manfaat SOLID yang

mengalami peningkatan ketahanan pangan (56%) lebih besar dibandingkan rumah

tangga yang tidak menjadi penerima manfaat Program SOLID (18%).

Gambar 2 Perubahan Kondisi Kecukupan Pangan

Selanjutnya, berdasarkan diagram yang disajikan pada gambar 3 diketahui bahwa

hampir semua responden penerima manfaat SOLID (95%) memperoleh pendapatan

dari penjualan hasil pertanian. Sedangkan responden yang bukan merupakan

pemanfaat SOLID yang memperoleh pendapatan dari penjualan hasil pertanian

adalah sebanyak 79%.. Namun demikian, jumlah rumah tangga penerima manfaat

SOLID yang mengalami peningkatan pendapatan dari penjualan hasil pertanian (68%)

jauh lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga bukan pemanfaat SOLID (24%).

Dengan melihat peningkatan kondisi kecukupan dan pangan dan pendapatan

penerima manfaat SOLID, sehingga dapat diindikasikan penurunan jumlah penduduk

rawan pangan di wilayah pelaksana SOLID mengalami penurunan. Berdasarkan hasil

perhitungan, tingkat efisiensi penggunaan anggaran untuk mendukung kegiatan

56%

41%

3%

Perubahan Kondisi KecukupanPangan Pemanfaat SOLID

Peningkatan

Sama

18%

68%

14%

Perubahan Kondisi KecukupanPangan Bukan Pemanfaat SOLID

Peningkatan

Sama

Page 40: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

31

penurunan penduduk rawan pangan adalah sebesar 0,90. Dengan tingkat efisiensi

sebesar itu dapat dikatakan bahwa penggunaan anggaran untuk mendukung

penurunanan penduduk rawan pangan sudah cukup efisien.

Gambar 3 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Penerima dan Bukan Penerima Manfaat Program SOLID

3. Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen didefinisikan sebagai

besaran harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen/petani yang lebih besar

atau sama dengan harga pembelian pemerintah (HPP). HPP gabah kering panen di

tingkat produsen adalah sebesar Rp3.700/kg. Harga gabah kering panen (GKP) di

tingkat produsen dihitung dengan cara menghitung rata-rata harga harga gabah kering

panen di tingkat produsen pada 22 provinsi.

Pendapatan Pemanfaat SOLID dari penjualan hasil pertanian

Ya79%

Tidak21%

Pendapatan Bukan Pemanfaat SOLID dari penjualan hasil pertanian

68%

21%

11%

Perubahan Pendapatan Pemanfaat SOLID dari Penjualan Hasil Pertanian

(%KK)

Meningkat

Tidak berubah

Menurun

24%

51%

25%

Perubahan Pendapatan Bukan Pemanfaat SOLID dari Penjualan Hasil Pertanian (%KK)

Meningkat

Tidak berubah

Menurun

Page 41: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

32

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja

subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa

aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi

pangan, dan pengaturan impor pangan. Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu

tingginya harga pangan di dalam negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap

pangan secara ekonomi akan menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan

angka kerawanan pangan.

Perkembangan Harga GKP, GKG dan Beras Tingkat Petani Berdasarkan data Panel

Harga Pangan, Badan Ketahanan Pangan 2017 relatif sama dengan pantauan BPS

Tahun 2017. Data harga gabah kering panen (GKP) berdasarkan panel harga pangan

Badan Ketahanan Pangan diambil dari data harga di 22 provinsi sentra produksi padi.

Selama Tahun 2017 sebagian besar petani di lokasi panel menjual gabah dalam

bentuk GKP dan GKG. Data perkembangan harga GKP dan GKG di tingkat produsen

(petani)tahun 2014-2017 dapat dilihat pada tabel 13. Sebagaimana terlihat pada tabel

13, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani pada tahun 2017berkisar antara

Rp4.111/kg s.d Rp4.499/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Desember 2017 senilai

Rp4.499/kg, sedangkan harga terendah terjadi pada Bulan Maret 2017 senilai

Rp4.111/kg. Perubahan harga GKP di tingkat petani relatif kecil, yaitu naik 0,19% per

bulan dan harga GKP di tingkat petani cenderung stabil dengan koefisien variasi (CV)

sebesar 3,22%.

Sementara itu, harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar

antara Rp4.999/kg s.d Rp5.428/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari 2017

senilai Rp5.428/kg dan harga terendah pada bulan Agustus 2017 senilai Rp4.994/kg.

Sama halnya dengan perubahan harga GKP, perubahan harga GKG di tingkat

penggilingan relatif kecil, yaitu naik 0,01% per bulan dan harga GKG tahun 2017 relatif

stabil yang diindikasian dengan nilai koefisien varian (CV) sebesar 3,22%. Harga

gabah dan beras dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian di atas 10 persen

dalam periode tertentu. Dari hasil data panel dan BPS, diketahui bahwa harga gabah

gabah kering panen maupun gabah kering giling relatif stabil, dimana koefisien variasi

di bawah 10%.

Page 42: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

33

Lonjakan harga GKP di tingkat petani selama kurun waktu tahun 2014-2017 terjadi

pada bulan Desember-Januari, kecuali pada tahun 2015. Pada bulan Februari tahun

2015 terjadi lonjakan harga, sedangkan pada bulan April terjadi tren penurunan harga

GKP di tingkat petani yang mengindikasikan adanya panen raya pada bulan Maret-

April. Perkembangan harga GKG di tingkat pengilingan pada periode 2014-2017

mempunyai pola yang hampir sama dengan harga GKP di tingkat petani. Pada tahun

2014-2016, peningkatan harga terjadi pada bulan Desember-Januari, sedangkan pada

tahun 2017 peningkatan harga sudah terjadi pada bulan November. Harga GKG tingkat

penggilingan terendah terjadi pada bulan Mei, sementara pada tahun 2015 dan 2017

terjadi pada bulan Agustus dan Maret. Harga gabah kering panen maupun kering giling

di tingkat penggilingan relatif stabil, dimana koefisien varian di bawah 10%. Stabilnya

harga GKP dan GKG dapat juga terlihat dari laju perubahan harga setiap tahun yang

di bawah 1%.

Tabel 13 Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Produsen Tahun 2014-2017

No Bulan GKP Tk. Petani GKG Tk. Penggilingan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

1 Jan 4.338 4.713 4.420 5.331 5.630 5.391

2 Feb 4.537 4.620 4.339 5.379 5.500 5.291

3 Mar 3.837 4.168 4.247 4.111 5.061 5.016 5.289 5.023

4 Apr 3.710 3.972 4.080 4.210 4.989 4.764 5.158 5.079

5 Mei 3.725 3.969 4.094 4.147 4.976 4.682 5.106 5.036

6 Jun 3.738 4.091 4.110 4.161 5.074 4.941 5.151 5.122

7 Jul 3.800 4.098 4.116 4.122 4.989 4.889 5.190 5.111

8 Agust 3.794 4.184 4.205 4.129 4.964 5.001 5.149 5.098

9 Sep 3.791 4.361 4.293 4.272 4.901 5.283 5.290 5.274

10 Okt 3.851 4.413 4.319 4.361 4.804 5.354 5.302 5.322

11 Nov 3.978 4.529 4.346 4.421 4.988 5.537 5.245 5.422

12 Des 4.061 4.461 4.328 4.499 5.185 5.571 5.196 5.411

Rerata 3.828 4.260 4.289 4.266 4.993 5.146 5.267 5.215

HPP 3.300 3.700 3.700 3.700 4.150 4.600 4.600 4.600

Maksimum 4.061 4.537 4.713 4.499 5.185 5.571 5.630 5.422

Minimum 3.710 3.969 4.080 4.111 4.804 4.682 5.106 5.023

Pert/Bln (%) 0,01 0,45 -0,25 -0,07 -0,11 0,03 -0,42 0,06

CV (%) 2,93 4,83 4,70 3,22 2,04 5,84 2,95 2,91

Page 43: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

34

Perkembangan harga gabah di tingkat produsen per provinsi pada tahun 2017, dapat

dilihat pada tabel 14. Sebagaimana tersaji dalam tabel 14, pada tahun 2017 harga GKP

tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar Rp5.433 per kg atau lebih tinggi

sebesar 27,29% dari harga rata-rata nasional. Sementara itu, harga Gabah Kering

Panen (GKP) terendah Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp3.319/kg atau lebih

rendah sebesar 21,85% dari harga rata-rata nasional.

Tabel 14 Perkembangan Harga GKP dan GKG per Provinsi Tahun 2017

No Provinsi Rata-Rata GKP Rata-Rata GKG

1 Sumatera Utara 4.405 5.451

2 Jambi 4.042 4.987

3 Jawa Barat 4.422 5.273

4 DI Yogyakarta 3.860 4.980

5 Kalimantan Tengah 5.433 6.921

6 Aceh 4.431 4.966

7 Lampung 4.087 4.997

8 Jawa Tengah 4.134 5.050

9 Jawa Timur 4.269 5.087

10 Banten 4.201 5.029

11 Kalimantan Barat 4.246 5.193

12 Kalimantan Selatan 4.698 5.588

13 Sumatera Selatan 4.000 4.891

14 Sulawesi Tenggara 4.140 4.848

15 Gorontalo 3.972 4.390

16 Bengkulu 4.378 4.863

17 Sumatera Barat 5.070 5.990

18 Nusa Tenggara Barat 3.908 4.657

19 Sulawesi Utara 4.112 5.750

20 Sulawesi Tengah 3.319 4.814

21 Sulawesi Selatan 3.964 4.624

22 Bali 4.332 5.296

Rata-Rata 4.247 5.166

Sumber : Panel 2107, Badan Ketahanan Pangan

Rata-rata Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat produsen adalah sebesar

Rp4.266/kg atau 15,30% di atas HPP. Capaian tersebut menunjukkan tercapainya

sasaran kinerja sesuai dengan target yang ditetapkan. Apabila dibandingkan dengan

target jangka menengah sebagaimana tercantum dalam dokumen perencanaan

Page 44: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

35

strategis (akhir tahun RPJMN 2015-2019), capaian kinerja harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen tahun 2017 secara umum telah mencapai di atas target,

kecuali di Provinsi Sulawesi Tengah. Target harga GKP di tahun 2019 yang ditetapkan

adalah di atas HPP (Rp3.700/kg).

Beberapa hal yang menyebabkan Harga GKP di atas HPP adalah:

1. Pemerintah berhasil menjaga harga GKP di atas HPP sehingga pendapatan petani

meningkat.

2. Kualitas GKP yang dihasilkan lebih baik karena dukungan pemerintah dalam

usahatani seperti bantuan benih unggul, saprotan, penyuluhan, dll.

3. Posisi tawar petani naik. Akses informasi petani yang makin terbuka sehingga

kondisi harga antar wilayah dapat dengan mudah diketahui.

4. Pendapatan petani akan meningkat apabila harga jual GKP di atas HPP, sehingga

capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin baik.

4. Koefisien Variasi Harga Pangan di Tingkat Konsumen

Koefisien variasi (CV) adalah perbandingan antara simpangan baku harga (STD)

dengan harga rata-rata (average) di tingkat konsumen yang dinyatakan dengan

persentase (%). Koefisien variasi (CV) harga pangan (beras, cabai merah, dan bawang

merah) digunakan untuk melihat sebaran harga di tingkat konsumen pada suatu

wilayah dari rata-rata harga. Harga beras di tingkat konsumen dikatakan stabil apabila

CV < 10%, harga cabai merah di tingkat konsumen dikatakan stabil apabila CV < 27%,

dan harga bawang merah di tingkat konsumen dikatakan stabil apabila CV < 17%.

Koefisien variasi (CV) harga pangan di tingkat konsumen merupakan rata-rata CV

harga pangan di tingkat konsumen/pedagang di 34 provinsi.

a. Koefisien Variasi Harga Beras

Berdasarkan data panel harga pangan Badan Ketahanan Pangan di 34 Provinsi

sebagaimana terlihat pada tabel 15, rata-rata harga beras medium sebesar

Rp10.935/kg. Sementara Koefisien Variasi harga beras medium di tingkat konsumen

(eceran) adalah sebesar 2,85%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa harga beras

di tingkat konsumen secara nasional relatif stabil, karena koefisien variasi harganya

Page 45: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

36

masih dibawah 10%. Apabila dibandingkan terhadap target koefisien variasi harga

beras pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015-2019) sebesar < 10%, maka capaian

tahun 2017 telah melampaui target yang ditetapkan.

Tabel 15 Perkembangan Harga Beras Medium Tingkat Konsumen per Provinsi Tahun 2017

No. Provinsi Rerata

(Rp/Kg)

Harga Eceran Tertinggi* (Rp/Kg)

CV (%)

1 Sumatera Selatan 9.926

9.450

3,72

2 Lampung 9.505 3,66

3 Banten 9.925 2,61

4 DKI Jakarta 11.279 2,75

5 Jawa Barat 10.024 3,12

6 DI Yogyakarta 9.721 1,52

7 Jawa Tengah 9.480 4,31

8 Jawa Timur 9.813 5,03

9 Bali 10.046 1,17

10 Nusa Tenggara Barat 9.192 2,61

11 Sulawesi Barat 9.637 4,07

12 Sulawesi Selatan 9.284 1,20

13 Sulawesi Tengah 10.078 2,21

14 Sulawesi Tenggara 9.321 0,75

15 Sulawesi Utara 10.579 1,83

16 Aceh 11.235

9.950

6,13

17 Bengkulu 9.933 2,26

18 Gorontalo 9.750 3,91

19 Jambi 10.711 0,95

20 Kalimantan Barat 12.290 1,05

21 Kalimantan Selatan 12.306 2,89

22 Kalimantan Tengah 13.748 1,88

23 Kalimantan Timur 11.853 1,05

24 Kalimantan Utara 12.218 1,49

25 Bangka Belitung 11.644 3,22

26 Kepulauan Riau 12.762 1,17

27 Nusa Tenggara Timur 10.783 1,74

28 Riau 12.262 1,06

29 Sumatera Utara 10.860 1,32

30 Sumatera Barat 11.658 1,54

31 Maluku 12.615

10.250

5,14

32 Maluku Utara 11.606 1,76

33 Papua 12.147 12,36

34 Papua Barat 13.607 5,50

Rata-Rata 10.935 2,85

Sumber: Panel Harga Pangan (diolah), Badan Ketahanan Pangan, 2017

Page 46: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

37

Harga beras medium di tingkat konsumen dikatakan stabil jika nilai CV harga beras

medium di tingkat konsumen (eceran) di bawah 10%. Dilihat dari perkembangan harga

beras medium di tingkat konsumen, maka harga beras medium Provinsi Sulawesi

Tenggara (CV=0,75%) dan Jambi (CV = 0,95%) dapat dikatakan stabil, sedangkan

harga beras yang fluktuatif terjadi di Provinsi Papua (CV = 12,36%).

Sebagaimana tersaji dalam tabel 15, koefisien variasi harga beras tahun 2017 adalah

sebesar 2,85%. Besarnya nilai koefisien variasi harga beras di tahun 2017 sedikit

mengalami peningkatan dibanding koefisien variasi harga di tahun 2016, yaitu sebesar

1,74%. Namun demikian, jika dibandingkan dengan target jangka menengah yang

ditetapkan dalam dokumen strategis (Renstra 2015-2019), capaian kinerja koefisien

variasi harga beras tahun 2017 sudah jauh melebihi target yang ditetapkan. Dalam

dokumen strategis jangka menengah ditetapkan target koefisien variasi harga beras

ditetapkan di bawah 10%.

Kegiatan Badan Ketahanan pangan yang mendukung tercapaianya stabilitas harga

beras di tingkat konsumen adalah kegiatan Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia. Kegiatan tersebut memberikan dampak

terhadap stabilisasi harga, sehingga harga beras menjadi lebih stabil dan terjangkau

oleh masyarakat.

b. Koefisien Variasi Harga Bawang Merah

Berdasarkan data panel harga BKP tahun 2017 yang disajikan pada tabel 16, koefisien

variasi harga (CV) bawang merah sebesar 15,60%. Hal ini menunjukan bahwa harga

bawang merah di tingkat konsumen stabil, karena target CV harga bawang merah pada

tahun 2017 dibawah 17%. Apabila dibandingkan terhadap target koefisien variasi

harga bawang merah pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015-2019) sebesar <

15%, maka capaian tahun 2017 sedikit lebih tinggi dari target, artinya harga bawang

merah di tingkat konsumen, relatif masih stabil.

Harga rata-rata nasional bawang merah di tingkat konsumen pada tahun 2017 sebesar

Rp32.195/kg. Harga rata-rata nasional ini lebih tinggi 0,61% dari Harga Acuan

Pemerintah (HAP) yang ditetapkan sebesar Rp32.000/kg. Harga tertinggi terjadi di

Page 47: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

38

Provinsi Papua Barat sebesar Rp53.344kg atau lebih tinggi 66,67% dari HAP dan

harga terendah di Provinsi Sumatera Barat sebesar Rp22.771/kg atau lebih rendah

28,84% dari HAP.

Tabel 16 Perkembangan Harga Bawang Merah Tingkat Konsumen per Provinsi Tahun 2017

No. Provinsi Harga (Rp/kg) CV

1 Aceh 25.803 11,67

2 Bali 26.174 24,29

3 Banten 29.731 17,70

4 Bengkulu 29.934 12,18

5 DI Yogyakarta 26.586 22,49

6 DKI Jakarta 35.703 13,25

7 Gorontalo 32.657 20,35

8 Jambi 24.167 8,89

9 Jawa Barat 28.587 17,23

10 Jawa Tengah 26.597 19,51

11 Jawa Timur 25.405 23,35

12 Kalimantan Barat 35.778 11,75

13 Kalimantan Selatan 29.860 23,96

14 Kalimantan Tengah 34.136 16,27

15 Kalimantan Timur 40.924 13,35

16 Kalimantan Utara 38.780 12,27

17 Kepulauan Bangka Belitung 35.971 13,46

18 Kepulauan Riau 30.547 6,50

19 Lampung 27.097 13,57

20 Maluku 42.033 16,30

21 Maluku Utara 42.932 14,48

22 Nusa Tenggara Barat 24.298 26,64

23 Nusa Tenggara Timur 32.254 14,52

24 Papua 52.497 15,18

25 Papua Barat 53.344 10,92

26 Riau 25.625 11,27

27 Sulawesi Barat 28.625 18,91

28 Sulawesi Selatan 26.402 18,26

29 Sulawesi Tengah 32.599 15,88

30 Sulawesi Tenggara 33.141 16,20

31 Sulawesi Utara 36.942 17,62

32 Sumatera Barat 22.771 10,57

33 Sumatera Selatan 29.853 14,32

34 Sumatera Utara 26.881 7,15

Rata-Rata 32.195 15,60

Harga Acuan Pemerintah (HAP) 32.000

Sumber: Panel Harga Pangan (diolah), Badan Ketahanan Pangan, 2017

Page 48: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

39

Harga bawang merah yang berfluktuasi diindikasikan dengan nilai CV yang lebih dari

15%. Kondisi ini menunjukan bahwa harga bawang merah di Nusa Tenggara Barat,

Bali dan Kalimantan Selatan cukup fluktuatif karena CV masing-masing provinsi

sebesar 26,64%, 24,29% dan 23,96%. Sementara harga bawang merah yang relatif

stabil terjadi di Kepulauan Riau (6,50%), Sumatera Utara (7,15%) dan Jambi (8,89%).

Perkembangan harga dan Koefisien Variasi bawang merah per provinsi pada tahun

2017 dapat dilihat pada tabel 16. Sebagaimana tersaji pada tabel 16, koefisien variasi

harga bawang merah tahun 2017 adalah sebesar 15,56%. Koefisien variasi harga

bawang merah tersebut apabila dibandingkan dengan data tahun 2016 mengalami

penurunan. Hal ini bisa dikatakan bahwa harga bawang merah sepanjang 2017 lebih

stabil dibanding tahun 2016.

Sebagaimana tersaji pada tabel 17, laju rata-rata harga bawang merah pada tahun

2017 mengalami penurunan sebesar 1,44%. Penurunan harga tertinggi terjadi pada

Bulan September 2017 sebesar 12,65% dibandingkan dengan bulan sebelumnya,

sementara peningkatan harga bawang merah tertinggi terjadi pada bulan Maret

sebesar 12,36%.

Tabel 17 Perkembangan Harga Bawang Merah per Bulan Tahun 2017

No Bulan Harga (Rp/kg) Laju (%)

1 Januari 33.541

2 Februari 33.865 0,96

3 Maret 38.050 12,36

4 April 34.288 (9,89)

5 Mei 33.672 (1,80)

6 Juni 33.621 (0,15)

7 Juli 36.871 9,67

8 Agustus 32.868 (10,86)

9 September 28.711 (12,65)

10 Oktober 26.183 (8,80)

11 November 26.881 2,67

12 Desember 27.599 2,67

Rata-Rata 32.195 (1,44)

Sumber: Panel Harga Pangan (diolah), Badan Ketahanan Pangan, 2017

Page 49: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

40

Rata-rata harga bawang merah di tingkat konsumen di Toko Tani Indonesia Center

(TTI-C) sebesar Rp17.000 /kg. Harga bawang merah tertinggi di TTIC pada bulan Juli

sebesar Rp26.000/kg dan termurah pada bulan Oktober sebesar Rp18.000/kg. Harga

bawang merah di TTIC yang jauh lebih murah dibandingkan dengan rata-rata harga

nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia memberikan dampak terhadap

stabilisasi harga bawang merah, sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat.

c. Koefisien Variasi Harga Cabai Merah

Pada tahun 2017, harga cabai merah di tingkat konsumen relatif stabil dengan capaian

koefisien variasi sebesar 23,18%, yang berarti lebih rendah dari target CV harga cabai

merah tahun 2017 sebesar 27%. Apabila dibandingkan terhadap target koefisien

variasi harga cabai merah pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 – 2019) sebesar

< 25 %, maka capaian tahun 2017 melampaui target yang mengindikasikan harga

cabai merah di tingkat konsumen relatif stabil.

Harga rata-rata nasional cabai merah di tingkat konsumen pada tahun 2017 sebesar

Rp36.256/kg, dimana harga tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar

Rp57.472/kg dan harga terendah di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp24.317/kg.

Harga cabai merah yang cukup fluktatif diindikasikan dengan nilai CV lebih dari 25%.

Kondisi ini menunjukan bahwa harga bawang di Bali (50,37%), Jawa Timur (39,51%)

dan Jawa Tengah (38,51%) cukup fluktuatif. Sementara harga bawang merah yang

relatif stabil terjadi di Kalimantan Utara (6,23%) dan Papua Barat (10,08%).

Perkembangan harga dan Koefisien Variasi harga cabai merah di tingkat konsumen

per provinsi pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 18. Sebagaimana terlihat pada

tabel 18, koefisien variasi harga cabai merah tahun 2017 adalah sebesar 23,18%,

turun dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar 23,90%. Hal ini berarti harga

cabai merah di sepanjang tahun 2017 lebih stabil jika dibandingkan dengan tahun

2016.

Capaian ini tidak terlepas dari kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan

Pangan, yaitu Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani

Page 50: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

41

Indonesia. Kegiatan tersebut memberikan dampak terhadap stabilisasi harga cabai

merah, sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat.

Tabel 18 Perkembangan Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen per Provinsi Tahun 2017

No. Provinsi Harga (Rp/kg) CV

1 Aceh 30.501 32,95

2 Bali 29.235 50,76

3 Banten 30.555 24,84

4 Bengkulu 28.798 19,78

5 DI Yogyakarta 25.989 38,68

6 DKI Jakarta 39.917 24,35

7 Gorontalo 29.149 22,61

8 Jambi 29.677 36,15

9 Jawa Barat 29.911 15,80

10 Jawa Tengah 26.156 38,51

11 Jawa Timur 27.819 39,51

12 Kalimantan Barat 49.644 10,86

13 Kalimantan Selatan 37.334 21,61

14 Kalimantan Tengah 57.472 21,99

15 Kalimantan Timur 45.198 13,77

16 Kalimantan Utara 47.686 6,23

17 Kepulauan Bangka Belitung 37.518 17,51

18 Kepulauan Riau 50.278 13,09

19 Lampung 31.892 20,31

20 Maluku 45.501 23,37

21 Maluku Utara 39.137 15,82

22 Nusa Tenggara Barat 27.261 34,21

23 Nusa Tenggara Timur 45.658 22,88

24 Papua 46.854 18,94

25 Papua Barat 61.353 10,08

26 Riau 36.517 28,80

27 Sulawesi Barat 28.964 17,99

28 Sulawesi Selatan 24.317 20,57

29 Sulawesi Tengah 30.965 14,44

30 Sulawesi Tenggara 33.792 11,22

31 Sulawesi Utara 34.785 20,95

32 Sumatera Barat 31.380 30,58

33 Sumatera Selatan 31.860 14,54

34 Sumatera Utara 29.616 34,44

Rata-Rata 36.256 23,18

Sumber: Panel Harga Pangan (diolah), Badan Ketahanan Pangan, 2017

Page 51: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

42

Berdasarkan pantauan data harga BPS periode Januari-Desember 2017, rata-rata

harga cabai merah Rp33.355/kg. Harga tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar

Rp46.828/kg dan harga terendah pada bulan September sebesar Rp26.715/kg.

Pertumbuhan harga cabai merah sebesar -2,14% per bulan dan harga cabai merah

tahun 2017 dapat dikatakan relatif stabil karena nilai koefisien variasi harga (CV)

sebesar 5,95%. Harga cabai merah dikatakan berfluktuasi apabila koefisien varian

diatas 27%. Sedangkan harga cabai merah di tingkat konsumen melalui Toko Tani

Indonesia Center rata-rata sebesar Rp16.000/kg, dimana harga tertinggi terjadi pada

Bulan Oktober–November sebesar Rp26.000/kg dan terendah pada bulan Juli -

Agustus sebesar Rp18.000/kg.

Dalam mendukung stabilisasi harga beras, cabai merah, dan bawang merah tersebut,

Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan Penguatan LDPM,

Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia

(TTI), dan Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan Pasokan

Pangan (HBKN).

Berdasarkan capaian kinerja sasaran stabilnya harga beras, bawang merah dan cabai

merah di tingkat eceran, ada beberapa hal yang menyebabkan stabilnya harga

komoditas tersebut, yaitu:

1. Peningkatan produksi/ketersediaan antara lain dengan pola manajemen tanam

sehingga panen tersebar sepanjang tahun

2. Kegiatan stabilisasi harga, antara lain melalui Toko Tani Indonesia (TTI), gelar

pangan murah, bazar oleh berbagai Kementerian/Lembaga khususnya selama Hari-

hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

3. Keterbukaan informasi publik terutama harga dari tingkat produsen sampai harga

tingkat konsumen tersedia sehingga pihak spekulan tidak memainkan harga.

4. Sebaran produksi yang semakin merata di semua wilayah, tidak hanya terpusat di

Pulau Jawa.

Page 52: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

43

Penjelasan secara lengkap terkait kegiatan pendukung yang dilaksanakan dalam

rangka stabilisasi harga pangan di tingkat produsen dan konsumen adalah sebagai

berikut :

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).

Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan secara bertahap mulai dari Tahap

Penumbuhan, Tahap Pengembangan, Tahap Kemandirian dan Tahap Pasca

Kemandirian. Pada tahun 2017, target kelembagaan distribusi pangan masyarakat

yang diberdayakan (tahap pengembangan) adalah sebanyak 98 Gapoktan Tahap

Pengembangan. Meskipun untuk Gapoktan Tahap Kemandirian sudah tidak menerima

bantuan dana bantuan pemerintah, tetapi masih dilakukan pembinaan yang didanai

APBN maupun APBD. Berdasarkan Realisasi pemberdayaan Gapoktan selaku

lembaga distribusi pangan pada tahun 2017 adalah 94 Gapoktan atau mencapai

95,92% dari target 98 Gapoktan. Realisasi kegiatan Penguatan-LDPM tidak

mencapai 100 persen Terdapat 4 Gapoktan yang tidak mencairkan dana bantuan

pemerintah yaitu: (1) 1 (satu) Gapoktan di Provinsi Bengkulu karena terjadinya

permasalahan pengurus Gapoktan; (2) 2 (dua) Gapoktan di Jawa Timur karena

sampai batas waktu yang ditentukan belum berhasil memenuhi persyaratan, yaitu

putaran modal dari dana yang telah diterima sebelumnya belum mencapai 1 kali

putaran; (3) 1 (satu) Gapoktan di Kalimantan Selatan, karena tidak berhasil memenuhi

persyaratan. Perkembangan target dan realisasi bansos LDPM tahap penumbuhan,

pengembangan, dan kemandirian, selama tahun 2013-2017 dapat dilihat pada tabel

19.

Page 53: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

44

Tabel 19 Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian Tahun 2013-2017

Tahun

Tahap Penumbuhan

Tahap Pengembangan

Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %

2013 75 74 98,67 281 210 74,73

2014 38 38 100,00 117 102 87,18

2015 203 203 100,00 38 36 94,74

2016 100 98 98 203 189 93,10

2017 - - 98 94 95,92

Total 416 413 99,28 737 631 85,62

Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Secara grafis, perkembangan LDPM tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan

Kemandirian Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Perkembangan LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian Tahun 2013-2017

Rata-rata harga gabah di tingkat gapoktan LDPM periode bulan April sebesar

Rp3.483/kg (94% dari HPP), karena pada bulan tersebut terjadi panen raya.

Sementara itu, pada bulan Agustus harga GKP mencapai Rp3.788/kg atau atau 102%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2013 2014 2015 2016 2017 Total

Chart Title

Tahap Penumbuhan Alokasi Tahap Penumbuhan Realisasi Tahap Penumbuhan %

Tahap Pengembangan Alokasi Tahap Pengembangan Realisasi Tahap Pengembangan %

Page 54: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

45

dari HPP, karena pada bulan-bulan berikutnya mengalami musim tanam dan produksi

menurun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa harga gabah di tingkat LDPM relative

stabil, tidak terjadi fluktuasi harga secara signifikan.

Berdasarkan hasil pemantauan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Penguatan-

LDPM, secara nasional, Gapoktan P-LDPM Tahun 2017 telah melakukan pembelian

gabah/beras/jagung sebanyak 221.215 kg GKP, 263.285 kg GKG, 176.219 kg beras,

22.000 kg jagung tongkol dan 11.000 kg jagung pipil. Rincian pembelian

gabah/beras/jagung oleh unit distribusi/pengolahan/pemasaran yang merupakan

kinerja distribusi Gapoktan P-LDPM tahun 2017 di masing-masing provinsi dapat

dilihat pada tabel 20.

Tabel 20 Kinerja Distribusi Gapoktan P-LDPM Tahun 2017

Komoditas N Volume Beli (Rp)

Harga beli (Rp/kg)

Volume Jual (Rp)

Harga Jual

(Rp/kg)

GKP 37 221.215 4.115 62.200 4.289

GKG 42 263.285 4.748 198.188 9.360

Beras 61 176.219 8.283 292.716 8.596

Jagung Tongkol 24 22.000 2.900 - -

Jagung Pipil 23 11.000 3.428 385.025.1 4.194

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk komoditas beras aktifitas pembelian

oleh Gapoktan P-LDPM paling banyak dalam bentuk GKG dibandingkan GKP dan beras.

Aktifitas membeli GKG, mengolah dan menjual dalam bentuk beras dapat memberikan

keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan beli beras kemudian menjual beras.

Namun demikian di beberapa wilayah, petani mempunyai kebiasaan tidak akan

menjual hasil produksi dalam bentuk gabah tetapi beras. Di wilayah-wilayah dengan

karakteristik seperti ini, Gapoktan dapat meningkatkan nilai tambah melalui sortasi,

grading dan pengemasan.

Perkembangan harga beli komoditas gabah, beras, dan jagung selama Bulan April-

Desember 2017 dapat dilihat pada gambar 5.

Page 55: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

46

Gambar 5 Perkembangan Harga Beli Komoditas

Sebagaimana terlihat pada Gambar 5 di atas, pada periode Bulan April-Desember

2017, harga beli gabah dan beras mempunyai kecenderungan meningkat pada akhir

tahun, sementara harga beli jagung telihat mempunyai kecenderungan menurun.

Harga pembelian GKP dan GKG terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar

Rp 3.849/kg untuk GKP dan Rp4.539/kg untuk GKG. Penurunan harga beras pada

bulan Oktober antara lain dipengaruhi oleh pemberlakuan Permendang 57 Tahun 2017

tentang HET Beras yang mulai efektif diberlakukan pada akhir Bulan September.

Namun demikian penurunan harga beras ini tidak diikuti penurunan harga GKP dan

GKG, hal ini mengindikasikan jika harga beli gabah di tingkat petani tetap terjaga.

Sedangkan perkembangan harga jual komoditas beras, bawang merah, dan jagung

dapat dilihat pada gambar 6.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Perkembangan Harga Beli

GKP GKG Beras Jagung Tongkol Jagung Pipil

Page 56: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

47

Gambar 6 Perkembangan Harga Jual Komoditas

Analisis terhadap perkembangan harga jual gabah, beras dan jagung yang

dilaksanakan oleh Gapoktan memperlihatkan jika selisih harga GKP dan GKG

berfluktuasi sepanjang Bulan April-Desember. Pada Bulan Juli, September dan

November terjadi selisih harga yang relatif tinggi antara GKP dengan GKG. Harga jual

beras relatif lebih stabil jika dibandingkan harga jual gabah, kecuali harga jual beras

pada bulan Desember sebesar Rp9.500/kg. Gapoktan harus terus didorong untuk

mampu meningkatkan kemampuan dalan pengolahan dan pemasaran, sehingga tidak

lagi terbatas membeli gabah dan menjual dalam bentuk gabah.

Adanya aktifitas Gapoktan yang menjual gabah dalam bentuk GKP memperlihatkan

masih adanya Gapoktan yang mempunyai aktifitas distribusi terbatas. Beberapa faktor

yang mempengaruhi adalah keterbatasan sarana pengolahan yang dimiliki Gapoktan,

maupun keterbatasan pengembangan jejaring pemasaran yang harus dilakukan

Gapoktan. Tindak lanjut dari permasalahan ini adalah agar pembinaan lanjutan dapat

lebih mengarahkan kepada pengembangan usaha Gapoktan, serta bagi Gapoktan

yang mempunyai kelembagaan yang telah terbangun dengan baik dapat difasilitasi

dan disinergikan dengan bantuan mesin pengolah padi dari instansi terkait.

Peningkatan peran Gapoktan dalam Distribusi Pangan menuntut pengembangan

kemampuan Gapoktan dalam Agribisnis pangan terutama pada subsistem pemasaran

hasil sehingga nilai tambah dapat juga dinikmati oleh petani melalui Gapoktan.

500

2500

4500

6500

8500

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Perkembangan Harga Jual

GKP GKG Beras Jagung Tongkol Jagung Pipil

Page 57: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

48

Dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran Gapoktan

dalam pengelolaan cadangan pangan, yang meningkatkan kemudahan petani

(anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi kelangkaan pangan.

Cadangan pangan LDPM diperuntukkan bagi anggota Gapoktan, dengan tujuan untuk

meningkatkan akses pangan terutama pada saat terjadi paceklik atau di luar musim

panen. Pengelolaan cadangan pangan pada Gapoktan P-LDPM diharapkan juga

dapat memperkuat cadangan pangan masyarakat. Perkembangan Stok Cadangan

Pangan Gapoktan dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 Perkembangan Stok Cadangan Pangan Gapoktan

Dari Gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa stok cadangan pangan tertinggi terjadi

pada Bulan September dan cenderung menurun pada bulan-bulan selanjutnya.

Tingginya stok cadangan pada bulan Juli-September antara lain dipengaruhi oleh

tingginya panen pada periode tersebut. Sebaliknya memasuki trismester keempat

(Oktober-Desember), stok cadangan mengalami penurunan yang cukup signifikan,

yang dipengaruhi rendahnya panen pada bulan tersebut serta terjadinya gagal panen

di beberapa wilayah.

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

Total Rata-Rata

Page 58: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

49

Tingginya pemanfaatan cadangan pangan oleh anggota memperlihatkan bahwa

manfaat dari pengadaan cadangan pangan dapat dirasakan anggota. Pengelolaan

cadangan pangan juga harus dapat meminimalkan kehilangan dan susut

penyimpanan, antara lain melalui peremajaan cadangan pangan jika dalam periode

yang cukup lama gabah atau beras Gapoktan tidak dipinjam oleh anggota.

b. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia

Dalam menciptakan stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan konsumen,

Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan

kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia

(TTI). Kriteria penerima kegiatan TTI dapat dilihat pada gambar 8.

Sementara itu, kerangka pikir pelaksanaan Toko Tani Indonesia (TTI) dapat dilihat

pada gambar 9.

Gambar 8 Kriteria Penerima Kegiatan Toko Tani Indonesia

Page 59: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

50

Gambar 9 Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia

Sasaran kegiatan pelaksanaan PUPM melalui TTI pada tahun 2017 sebesar 406

LUPM di 7 provinsi yaitu Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, dan NTB,

mendapatkan bantuan pemerintah sebesar Rp160.000.000,00, terdiri dari

Rp100.000.000,00 untuk modal dan biaya operasional Rp60.000.000,00. Realisasi

pelaksanaan kegiatan PUPM telah tercapai 406 LUPM atau 100 %. Sedangkan

gapoktan kegiatan PUPM tahap pengembangan berjumlah 492 gapoktan dan sudah

tercapai 486 gapoktan atau 98,78 % dari target. LUPM Tahap Pengembangan

mendapatkan bantuan pemerintah untuk biaya operasional sebesar Rp60.000.000,00.

Belum tercapainya pada LUPM Tahap Pengembangan, disebabkan beberapa Provinsi

tidak mencairkan dana bantuan pemerintah tahap pengembangan yaitu Provinsi Aceh

sebanyak 1 gapoktan, Bengkulu sebanyak 2 Gapoktan, Kalimantan Tengah sebanyak

1 Gapoktan, dan Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Gapoktan.

Pelaksanaan kegiatan PUPM Tahun 2017, gapoktan/LUPM pemasok pangan berasal

dari 7 (tujuh) provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat sesuai dengan karakteristik

sentra pangan yang dimiliki, berkewajiban memasok bahan pangan ke TTI di wilayah

Jabodetabek dan wilayahnya yang menjadi fokus stabilisasi harga pangan di tingkat

STAKEHOLDE

Page 60: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

51

konsumen. Komoditas pangan yang wajib dipasok oleh gapoktan/LUPM adalah Beras,

Cabai Merah, dan Bawang Merah.

Sedangkan sasaran TTI sebanyak 1.000 toko baik di wilayah Jabodetabek maupun di

wilayahnya, sedangkan TTI telah tercapai 1.113 toko. TTI Wilayah Jabodetabek yang

layak mendapatkan dana bantuan pemerintah berdasarkan evaluasi tim Pembina

provinsi terdapat 84 TTI di wilayah Tangerang Raya, 98 TTI di wilayah DKI Jakarta dan

198 TTI di wilayah Jawa Barat (Kab/Kota Bogor, Depok, dan Kab/Kota Bekasi).

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan PUPM melalui TTI secara

umum adalah : (a) Harga gabah diatas HPP, (b) Kemasan gambar/branding kemasan

diubah, termasuk kemasan mudah pudar, (c) Diindikasi penyimpangan dana oleh

Pengurus, dana dipinjam pengurus bukan kepentingan PUPM, (d) Dana PUPM

berada pada 2 (dua) rekening yaitu rekening LUPM dan rekening Ketua LUPM/Kepala

Desa, (e) Hasil penjualan TTI tidak segera disetorkan ke Gapoktan atau LUPM, (f)

Pendamping tidak melakukan tugas pendampingan ke Gapoktan - TTI sebagaimana

mestinya, serta Pendamping tidak rutin & tidak tepat waktu dalam mengirimkan laporan

mingguan, (g) Jumlah perputaran penjualan beras TTI minim dikarenakan lokasi yang

tidak strategis dan harga gabah diatas HPP. Sementara itu, progres kegiatan PUPM

dan TTI Tahun 2015 - 2017 dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21 Progres Kegiatan PUPM dan TTI Tahun 2015 - 2017

No

Uraian

Tahun

2015 2016 2017

T R T R T R

1 Lembaga Usaha Pangan

Masyarakat (LUPM)

0 0 500 492 898 891

2 Toko Tani Indonesia (TTI) 39 1.000 1.320 2.000 2.433

Sumber: Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Keterangan: data tahun 2017 berupa akumulasi dengan tahun 2016

Dalam mendukung stabilisasi harga, Badan Ketahanan Pangan membuka model Toko

Tani Indenesia Center (TTIC) di Pasar Minggu Provinsi DKI Jakarta. Komoditas

Page 61: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

52

pangan yang dijual TTIC antara lain: beras premium dengan harga Rp7.900/kg, daging

sapi Rp75.000/kg, daging kerbau Rp65.000/ kg, bawang merah Rp25.000/kg, cabe

merah keriting Rp30.000/kg, gula pasir Rp12.500/kg, daging ayam Rp30.000/kg, dan

minyak goreng Rp12.500/liter.

Kontribusi TTI maupun TTIC dalam stabilisasi harga adalah harga yang diberikan

kepada konsumen relatif lebih murah dibandingkan dengan pasar atau ritel. Bahkan,

harga tersebut sudah terbukti melalui riset dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu pada

minggu kedua Oktober dibanding September 2017. Pergerakan harga pangan sampai

minggu kedua Oktober relatif stabil dengan kenaikan harga berkisar 0,05%-1,15%,

bahkan terdapat penurunan harga di level -1,78%- -18,14% pada beberapa komoditas.

Adapun kondisi harga pangan yang mengalami kenaikan tidak signifikan di antara

beras umum Rp13.297/kg (0,63%), minyak goreng curah Rp12.473/lt (0,44%), daging

sapi Rp114.795/kg (0,05%), dan cabai merah Rp29.551/kg (1,15%). Sedangkan

beberapa harga pangan yang mengalami penurunan di antaranya gula pasir

Rp14.217/kg (-1,84%), daging ayam Rp30.331/kg (-3,84%), telur ayam Rp20.796/kg (-

1,78%), cabai rawit Rp24.893/kg (18,14%), dan bawang merah Rp24.875/kg (-7,55%).

Kondisi tersebut diperkuat dengan angka inflasi yang terkoreksi di level 0,13% di mana

kontribusi pangan dalam inflasi tersebut sangat minim. Hasil survei lainnya juga

menunjukkan bahwa yang menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung/belanja ke

TTI mayoritas sebesar 44% karena harga yang murah, selanjutnya diikuti 18% karena

tempat yang nyaman, 16% karena lokasi terjangkau, 8% produk yang bervariasi, 6 %

masa promosi dan sisanya lain-lain. Alasan utama masyarakat berbelanja di TTIC

dapat dilihat pada gambar 10.

Page 62: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

53

Gambar 10 Alasan Utama Belanja ke TTI Center

Berdasarkan penjelasan dari tabel dan gambar tersebut di atas, dapat diketahui bahwa

animo masyarakat untuk berkunjung serta belanja di TTI Center sangat tinggi. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan TTI Center sangat diperlukan oleh

masyarakat. Oleh karena itu, jumlah maupun cakupan TTI Center perlu ditambah

diperluas dan jika memungkinkan diperluas di daerah lain di luar di DKI Jakarta.

Perluasan dapat dilakukan pada daerah-daerah lain yang menjadi barometer fluktuasi

harga pangan pokok strategis. Berdasarkan panel harga konsumen dan TTI, maka

dapat disimpulkan bahwa harga beras di tingkat konsumen pada tahun 2017, sangat

stabil.

Merespon perkembangan ekonomi digital dan tuntutan kemudahan berbelanja bagi

masyarakat, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian merancang

aplikasi Toko Tani Indonesia (TTI) online dalam aplikasi e-commerce (business to

business) yang melibatkan petani, masyarakat, lembaga keuangan, dan transportasi.

Hal ini sebagai wujud transformasi dalam pelayanan TTI agar dapat melayani

masyarakat secara lebih luas, mudah dan murah. Manfaat aplikasi ini adalah: (1)

ketersediaan informasi stok di sisi Gapoktan dan TTI, (2) kepastian pengiriman dan

monitoring proses pengiriman, (3) jaminan kontinuitas pasokan, (4) minimalisasi biaya

44%

8%

16%

18%

6%7%

1%

Alasan utama belanja ke TTI Center

Page 63: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

54

distribusi, (5) adanya kepastian harga dan stok yang dapat dibeli masyarakat, dan (6)

informasi akses lokasi TTI terdekat bagi masyarakat.

Output dari sistem e-commerce berupa “Bank Data” terkait pola produksi serta pola

transaksi, yang kedepannya bisa sebagai bahan penyusunan kebijakan Kementerian

Pertanian, terutama terkait pemasaran hasil pertanian dan program stabilisasi harga

dan pasokan pangan. Ke depan, aplikasi ini akan terus dikembangkan sehingga

masyarakat dapat ikut mengakses layanan TTI secara online. Dalam konteks ini, peran

perbankan akan terus dikembangkan dlm sistem ini. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

berkomitmen mendukung pengembangan cashless payment antara TTI dengan

Gapoktan. Peran perbankan juga akan diperluas sebagai pemberi pinjaman mikro/ritel

bagi petani, gapoktan dan Toko Tani Indonesia. Selain itu juga akan dikembangkan

Cash Management Transaction (Traffic) keuangan TTI Center. Dengan adanya sistem

manajemen informasi e-commerce TTI akan semakin mengokohkan ketersediaan stok

dan pasokan yang ada di TTI. Sistem ini juga akan memudahkan transaksi antara

Gapoktan LUPM dengan TTI melalui dukungan BRI cashless payment traffic

management, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat.

5. Konsumsi Energi

Konsumsi energi per kapita per hari didefinisikan sebagai nilai pangan yang

dikonsumsi per kapita per hari dengan satuan Kkal. Sesuai dengan rekomendasi

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG ke X Tahun 2012, Angka Kecukupan

Energi(AKE) adalah sebesar 2.150 Kkal/kapita/hari. Konsumsi energi per kapita per

hari dihitung dengan cara membagi total konsumsi energi rumah tangga per hari

dengan jumlah angka rumah tangga (ART).

Perkembangan konsumsi energi per kapita per hari tahun 2013-2017 disajikan pada

tabel 22. Sebagaimana terlihat dalam tabel 22, konsumsi energi masyarakat dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan dengan laju peningkatan sebesar 2,8% per tahun.

Pada tahun 2013, konsumsi energi masyarakat hanya sebesar 1.930 kkal/kap/hari dan

meningkat menjadi 2.153 Kkal/kap/hari pada tahun 2017. Capaian ini masih dalam

batas normal, dengan kisaran 90%-110% dari Angka Kecukupan Energi (AKE), yaitu

sebesar 2.150 kkal/kap/hari. Jika dibandingkan tahun 2016, konsumsi energi tahun

Page 64: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

55

2017 mengalami peningkatan sebesar 6 poin atau 0,28%. Capaian konsumsi energi

tahun 2017 ini juga sudah melebihi target yang ditetapkan untuk tahun 2017, yaitu

sebesar 2.077 Kkal/kap/hr. Sementara itu, jika dibandingkan dengan target jangka

menengah yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan strategis, capaian kinerja

konsumsi energi tahun 2017 sudah melampaui target yang ditetapkan. Dalam

dokumen perencanaan strategis, ditetapkan target konsumsi energi sebesar 2.150

Kkal/kap/hari pada tahun 2019, sedangkan konsumsi energi tahun 2017 sudah

mencapai 2.153 kkal/kap/hari.

Tabel 22 Perkembangan Konsumsi Energi tahun 2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Energi

(kkal/kap/hari) 1.930 1.949 2.099 2.147 2.153

Sumber : Susenas 2013 – 2017; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

Secara nasional, sumber konsumsi energi masyarakat pada tahun 2017 masih

didominasi oleh kelompok padi-padian, yaitu sebesar 1.318 kkal/kap/hari. Angka

tersebut mencapai 122,6% jika dibandingkan dengan standar konsumsi energi

kelompok padi-padian, yaitu sebesar 1.075 kkal/kap/hari. Hal ini menunjukkan bahwa

konsumsi energi per kelompok pangan belum mencapai kondisi ideal, yang ditandai

dengan masih tingginya konsumsi padi-padian terutama beras dan terigu, serta masih

rendahnya konsumsi pangan hewani, umbi-umbian, serta sayur dan buah.

Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun 2013-2017 menurut

kelompok pangan disajikan pada tabel 23.

Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi dengan peningkatan

konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya. Meskipun tren konsumsi

umbi-umbian mengalami peningkatan, namun konsumsi beras masih mendominasi

kontribusi energi dari pangan sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat

kebutuhan konsumsi beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan

konsumsi energi penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang

Page 65: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

56

dianjurkan. Untuk itu, di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat

diarahkan pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman.

Tabel 23 Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun 2013- 2017 Menurut Kelompok Pangan

Kelompok Pangan Konsumsi Energi (Kkal/kap/hari)

2013 2014 2015 2016 2017

I. Padi-padian 1164 1164 1253 1274 1.318

II. Umbi-umbian 39 38 48 49 60

III. Pangan Hewani 174 183 201 211 225

IV. Minyak dan Lemak 233 243 257 265 233

V. Buah/biji berminyak 39 38 44 42 24

VI. Kacang-kacangan 58 57 57 60 62

VII. Gula 93 90 102 111 76

VIII. Sayuran dan buah 96 101 99 96 101

IX. Lain-lain 35 36 38 37 53

Total Energi 1930 1949 2099 2147 2.153

Tk.Konsumsi Energi (TKE) 89,8 90,7 97,6 99,9 107,6

Skor PPH (berdasarkan AKE 2.000 Kkal/kap/hari)

81,4 83,4 85,2 86,0 88,0

Upaya Badan Ketahanan Pangan dalam rangka mensubsitusi konsumsi beras

berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal peningkatan konsumsi pangan sumber

karbohidrat lain seperti umbi-umbian, sosialisasi/edukasi kepada masyarakat tentang

pentingnya diversifikasi pangan, serta kegiatan Pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari.

6. Konsumsi Pangan Hewani

Definisi konsumsi pangan hewani per kapita per hari adalah nilai pangan hewani yang

dikonsumsi per kapita tiap hari dengan satuan kkal, dengan memperhatikan

rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG ke X Tahun 2012, yaitu

Angka Kecukupan Energi/EKE 2.150 kkal/kap/hari. Konsumsi pangan hewani per

kapita per hari, dengan cara membagi jumlah konsumsi pangan hewani rumah tangga

per hari dengan jumlah angka rumah tangga (ART).

Page 66: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

57

Data terkait capaian konsumsi energi pangan hewani tahun 2013-2017 disajikan pada

tabel 24. Sebagaimana tersaji dalam tabel 24, konsumsi energi pangan hewani dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan rata-rata peningkatan sebesar 6,7%

per tahun. Apabila dibandingkan dengan tahun 2016, capaian konsumsi energi pangan

hewani tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 6,63%. Capaian tahun 2017

sebesar 225 kkal/kap/hari telah melampaui dari target yang ditetapkan, yaitu sebesar

208 kkal/kap/hari (108,2%). Artinya secara kuantitas konsumsi pangan hewani

masyarakat sudah terpenuhi sehingga capaian kinerja semakin baik. Konsumsi energi

pangan hewani didominasi oleh konsumsi energi dari daging unggas (daging ayam)

dan ikan, sedangkan konsumsi daging ruminansia (daging sapi, kambing, dll) masih

tergolong rendah. Sementara itu, jika dibandingkan dengan target jangka menengah

yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan strategis, capaian kinerja tahun 2017

sudah memenuhi target yang ditetapkan, yaitu sebesar 225 KKal/kap/hari. Lebih lanjut,

jika dilihat berdasarkan kelompok pangannya peningkatan terbesar konsumsi energi

pangan hewani berasal dari daging unggas. Hal ini kemungkinan disebabkan relatif

stabilnya harga daging unggas, sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat. Faktor-

faktor yang mempengaruhi capaian konsumsi pangan hewani antara lain kondisi

sosial-budaya, ekonomi dan juga ketersediaan pangan di wilayah tersebut.

Tabel 24 Konsumsi Energi Kelompok Pangan Hewani Tahun 2017

Kelompok Pangan Konsumsi Energi (Kkal/kap/hari)

2013 2014 2015 2016 2017

Pangan Hewani 174 183 201 211 225

a. Daging ruminansia 14 14 18 20 18

b. Daging ungags 42 46 56 61 85

c. Telur 28 28 27 27 27

d. Susu 32 33 39 41 34

e. Ikan 59 62 62 61 62

Sumber : Data Susenas, diolah BKP

Upaya Badan Ketahanan Pangan dalam rangka peningkatan konsumsi pangan hewani

adalah berkoordinasi dengan instansi terkait, sosialisasi/edukasi kepada masyarakat

Page 67: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

58

tentang pentingnya diversifikasi pangan, serta kegiatan Pengembangan Kawasan

Rumah Pangan Lestari.

7. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kualitas konsumsi

pangan adalah melalui skor PPH. Skor PPH Konsumsi didefinisikan sebagai proporsi

kelompok pangan yang menggambarkan keragaman dan keseimbangan pangan

dalam kondisi konsumsi pangan. Skor PPH Konsumsi dihitung dengan cara

mengalikan persentase Angka Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi dengan

bobot setiap kelompok pangan yang sudah ditetapkan. Pola konsumsi pangan yang

ideal digambarkan dengan skor PPH 100.

Sebagaimana terlihat dalam tabel 25, capaian keberhasilan Skor PPH tahun 2013-

2017 mengalami peningkatan yaitu dari 81,4 menjadi 88,0 dengan peningkatan rata-

rata sebesar 2,0%/tahun seperti dalam tabel 27. Capain ini menunjukkan kualitas

konsumsi pangan masyarakat semakin baik. Skor PPH tahun 2017 sebesar 88,0 atau

mencapai 99,6% dari target sebesar 88,4. Jika dibandingkan dengan capaian tahun-

tahun sebelumnya, capaian kinerja skor PPH konsumsi tahun 2017 sudah banyak

mengalami peningkatan. Namun demikian, jika dibandingkan dengan target jangka

menengah yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan strategis masih belum

memenuhi target. Dalam dokumen perencanaan strategis, target yang ditetapkan

terkait dengan skor PPH konsumsi adalah sebesar 92,5.

Tabel 25 Perkembangan Skor PPH 2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

T R T R T R T R T R

Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) 91,5 81,4 93,3 83,4 84,1 85,2 86,2 86,0 88,4 88,0

Sumber: Susenas 2013-2017 BPS. diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran

oleh BKP

Keterangan : Target berdasarkan Renstra Revisi BKP 2010-2014 dan Renstra BKP 2015-2019

Page 68: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

59

Realisasi capaian skor PPH di tahun 2013 dan 2014 mempunyai kesenjangan yang

cukup besar dengan target yang ditetapkan. Adanya kesenjangan tersebut telah

dievaluasi dan ditindaklanjuti dengan review target sasaran merujuk pada Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012 yaitu merekomendasikan pencapaian target

skor PPH sebesar 95 menjadi target capaian tahun 2025 yang sebelumnya (sesuai

Perpres 22 tahun 2009), dijadikan target capaian tahun 2015. Dengan demikian, telah

dilakukan penghitungan ulang terhadap target pencapaian kualitas konsumsi pangan

dengan baseline data tahun 2014 menghasilkan target skor PPH 92,5 pada tahun

2019. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, skor PPH konsumsi tahun 2017

mengalami peningkatan sebesar 2,32%.

Kondisi saat ini, konsumsi pangan masyarakat masih kurang beragam, yang

ditunjukkan dengan masih tingginya konsumsi padi-padian, dan rendahnya konsumsi

sayur dan buah, pangan hewani, kacang-kacangan, serta umbi-umbian. Hal ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: (a) perilaku masyarakat yang masih

merasa belum makan jika belum makan nasi; (b) masih rendahnya daya beli

masyarakat. rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pola pangan

beragam dan bergizi seimbang.dan masih adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap

pangan; (c) kurang berkembangnya teknologi untuk memproduksi maupun mengolah

bahan pangan terutama pangan lokal non beras dan non terigu; (d) produksi umbi-

umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian di pasar; (d)

keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-

umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan lain-lain) belum memasuki

tahap industrialisasi (scaling up production), sehingga harga pangan lokal sumber

karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum mampu

mengaksesnya; (e) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka

waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; (f)

berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat

dan masih dianggap sebagai pangan inferior; (g) komitmen aparat dalam

mengimplementasi program dan kegiatan diversifikasi dirasa masih belum kuat; dan

Page 69: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

60

(h) belum optimalnya kerjasama antar kementerian/lembaga serta lemahnya

partisipasi masyarakat.

Untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat, perlu terus didukung

dengan upaya mempercepat terwujudnya konsumsi pangan masyarakat yang

beragam dan bergizi seimbang melalui : 1) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat dalam mengonsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman

(B2SA) melalui Komunikasi, Informasi, Edukasi – KIE (penyusunan KIT dan Modul

Penyuluhan di tingkat lapangan, Lomba Cipta Menu, serta penyebarluasan informasi

melalui media cetak dan elektronik); 2) Upaya penurunan konsumsi beras dilakukan

dengan meningkatkan produksi serta konsumsi pangan karbohidrat berbasis

sumberdaya lokal; 3) Peningkatan konsumsi melalui penyediaan sayuran dan buah,

pangan hewani, dan kacang-kacangan yang cukup dan dapat diakses oleh seluruh

anggota keluarga. Upaya diatas merupakan daya ungkit yang cukup besar untuk dapat

meningkatkan skor PPH.

8. Rasio Konsumsi Pangan Lokal Non Beras Terhadap Beras

Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras didefinisikan sebagai jumlah

konsumsi energi pangan lokal yang dihitung dari konsumsi singkong, ubi jalar, kentang,

sagu, umbi lainnya dan jagung dibandingkan dengan konsumsi energi beras pada

kurun waktu tertentu. Rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras dihitung

dengan cara membagi jumlah konsumsi energi pangan lokal yang dihitung dari

konsumsi singkong, ubi jalar, kentang, sagu, umbi lainnya dan jagung dengan knsumsi

energi yang berasal dari beras.

Capaian rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras tahun 2013-2017

disajikan dalam tabel 26. Sebagaimana tersaji dalam tabel 26, rasio konsumsi pangan

lokal non beras terhadap beras mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Jika

dibandingkan tahun 2016, rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras pada

tahun 2107 mengalami peningkatan sebesar 18,73%. Demikian juga, apabila

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, rasio konsumsi pangan lokal terhadap

beras terus mengalami peningkatan.

Page 70: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

61

Tabel 26 Perkembangan Rasio Konsumsi Pangan Lokal Non Beras terhadap Beras Tahun 2013- 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

Rasio konsumsi pangan lokal non beras

terhadap beras 5,53 5,39 6,37 6,30 7,48

Sumber : Susenas 2013 – 2017; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran

oleh BKP

Capaian tahun 2017 sebesar 7,48% telah melebihi target sebesar 5,87%. Hal ini berarti

bahwa konsumsi pangan masyarakat bersumber dari pangan lokal yaitu umbi-

umbian dan jagung mengalami peningkatan, sehingga capaian kinerja semakin

baik. Namun demikian perlu terus didorong kesadaran dan pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya mengonsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman

(B2SA). Salah satunya melalui sosialisasi/gerakan/kampanye diversifikasi pangan

sehingga pola konsumsi masyarakat tidak hanya bergantung pada satu sumber

pangan yaitu beras saja.

Capaian kinerja rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras tahun 2017

jika dibandingkan dengan capaian-capaian tahun sebelumnya sudah banyak

mengalami peningkatan. Capaian ini juga sudah melampaui target jangka menengah

yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan strategis. Dalam dokumen

perencanaan strategis, target rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras

yang ditetapkan adalah sebesar 6,23%.

Diversifikasi konsumsi pangan ini tidak sebatas hanya diartikan sebagai

penganekaragaman konsumsi karbohidrat saja, akan tetapi juga sumber pangan zat

gizi lainnya yang diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi secara

seimbang, baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas.

Upaya untuk mewujudkan pemenuhan konsumsi energi, konsumsi pangan hewani,

PPH, dan rasio konsumsi pangan lokal non beras terhadap beras merupakan kegiatan

lintas sektor yang dipengaruhi oleh kinerja berbagai unit kerja/instansi lain. Kegiatan

yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan untuk mendukung pencapaian

konsumsi energi, konsumsi pangan hewani, PPH, dan rasio konsumsi pangan lokal

Page 71: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

62

non beras terhadap beras antara lain: (a) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan (P2KP) berbasis Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam bentuk

kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan, (b) Model Pengembangan Pangan

Pokok Lokal (MP3L), (c) Sosialisasi dan Promosi P2KP, (d) Gerakan Diversifikasi

Pangan, dan (e) Pemantauan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Selain itu juga,

diperlukan replikasi kegiatan agar dapat memberikan dampak yang lebih luas di

masyarakat. Selain itu, untuk meningkatkan keberagaman pangan juga diperlukan

dukungan sosialisasi/promosi tentang pentingnya penganekaragaman pangan.

a. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan wanita

untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi

keluarga. Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan

pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), antara lain dengan membangun

kebun bibit dan mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan

pengetahuan lokal (local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga. Selain

pemanfaatan pekarangan, juga diarahkan untuk pemberdayaan kemampuan

kelompok wanita membudayakan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang,

dan Aman (B2SA), termasuk kegiatan usaha pengolahan pangan rumah tangga untuk

menyediakan pangan yang lebih beragam. Di setiap desa dibangun kebun bibit untuk

memasok kebutuhan bibit tanaman, ternak, dan/atau ikan bagi anggota kelompok dan

masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan kegiatan. Data perkembangan sasaran

kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2014-2017 disajikan pada tabel 27.

Tabel 27 Sasaran Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2014-2017

Uraian

Tahun

2014 2015 2016 2017

RKT 6.264 3.810 4.894 1.691

Realisasi 4.303 2.599 4.877 1.691

Page 72: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

63

Pelaksanaan KRPL dapat membantu peningkatan konsumsi pangan keluarga dan

pendapatan keluarga. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dapat dilihat

dalam gambar 11.

Gambar 11 Perkembangan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan

b. Gerakan Diversifikasi Pangan

Gerakan Diversifikasi Pangan adalah upaya Badan Ketahanan Pangan dalam

mensosialisasikan program dan kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan,

antara lain (1) mengenalkan pangan lokal kepada masyarakat bahwa sumber

karbohidrat tidak selalu berasal dari beras padi, (2) mengenalkan pangan Beragam

Bergizi Seimbang dan Aman, dengan slogan “Isi Piringku”.

9. Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

Definisi peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adalah jumlah pangan

segar yang telah diberikan jaminan tertulis oleh lembaga yang telah diakreditasi pada

tahun tertentu (y) dibandingkan dengan tahun sebelumnya (y-1). Peningkatan produk

pangan segar yang tersertifikasi tiap tahun ditetapkan sebesar 10%. Jumlah

peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi pada tahun tertentu dihitung

dengan cara : jumlah pangan segar pada tahun tertentu dikurangi dengan jumlah

pangan segar pada tahun sebelumnya dan selanjutnya dibagi jumlah pangan segar

pada tahun sebelumnya dikalikan 100%.

0

2000

4000

6000

8000

2014 2015 2016 2017

Tahun

Des

a

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

RKT

Realisasi

Page 73: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

64

Tabel 29 memuat perkembangan peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

tahun 2015-2017. Sebagaimana terlihat pada tabel tersebut, capaian kinerja

peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi tahun 2017 mencapai 13% (di

atas target yaitu 10%). Berdasarkan pencapaian target peningkatan 1%

mengindikasikan bahwa sebanyak produk pangan segar yang tersertifikasi, hal ini

menunjukkan peningkatan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha PSAT terhadap

keamanan produk pangan segar, sehingga capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan

semakin baik. Namun capaian tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun

2016 maupun tahun 2015, hal tersebut disebabkan penambahan varian produk

sebagai target sertifikasi/registrasi relatif kecil sedangkan sebagian besar produk yang

sudah ada telah disertifikasi atau registrasi, untuk itu perlu adanya usaha

pengembangan mendorong pelaku usaha agar dapat meningkatkan varian produknya

sebagai target sertifikasi. Apabila dibandingkan terhadap target peningkatan produk

pangan segar yang tersertifikasi pada tahun 2019 (akhir RPJMN tahun 2015 – 2019)

sebesar 10%, maka capaian tahun 2017 telah melebihi target yaitu 130%.

Tabel 28 Peningkatan Produk Pangan Segar YangTersertifikasi Tahun 2015- 2017

Uraian 2015 2016 2017

T R T R T R

Peningkatan Produk Pangan Segar

(%) >10 48,9 >10 26,04 >10 13,06

Pengawasan pangan segar yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan pada tahun

2017, salah satunya adalah pengawasan pada proses produksi (On Farm), yaitu

dengan melakukan sertifikasi prima 1, 2 dan 3 serta surveilens oleh Otoritas Kompeten

Keamanan Pangan Daerah/Pusat (OKKPD/OKKPP) kepada petani/kelompok

tani/pelaku usaha. Sertifikasi prima 3 diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi

persyaratan dari aspek keamanan pangan; prima 2 diberikan untuk produk pertanian

yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan; sedangkan prima 1

diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu

pangan serta sosial dan lingkungan.

Page 74: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

65

Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar dengan sertifikasi prima,

dilakukan juga pengawasan pangan segar di rumah kemas (packing house) dan

pelaku usaha melalui pendaftaran rumah kemas dan pendaftaran Pangan Segar Asal

Tumbuhan (PSAT) oleh OKKPD/OKKPP. Pengawasan ini bersifat sukarela, dimana

hanya rumah kemas/pelaku usaha yang menginginkan produknya didaftar.

10. Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji

Definisi tingkat keamanan pangan segar yang diuji adalah jumlah sample pangan yang

aman dikonsumsi dibandingkan dengan total sample pangan disuatu tempat pada

kurun waktu tertentu. Tingkat keamanan pangan segar yang aman adalah diatas atau

sama dengan 80% dari kondisi yang ada. Tingkat keamanan pangan segar yang diuji

dihitung dengan cara: jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di suatu tempat

sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah total sampel

pangan yang diambil di suatu tempat dalam kurun waktu tertentu, dikalikan 100%.

Capaian kinerja keamanan pangan segar yang diuji, sudah mencapai 90,47 % atau di

atas target yaitu 80%, maka semakin aman pangan segar di masyarakat, sehingga

capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan semakin baik. Apabila dibandingkan

terhadap target keamanan pangan segar yang diuji pada tahun 2019 (akhir RPJMN

tahun 2015-2019) sebesar > 80%, maka capaian tahun 2017 telah melebihi target,

yaitu sebesar 113%.

Badan Ketahanan Pangan telah melakukan beberapa kegiatan terkait pengawasan

keamanan pangan segar, antara lain pengambilan contoh pangan segar dan pengujian

di laboratorium. Objek pengawasan keamanan pangan segar yang dilakukan oleh BKP

difokuskan pada pangan segar asal tumbuhan di peredaran. Dalam pengawasan

tersebut, Badan ketahanan Pangan bekerjasama dengan instansi lain. Mandat

pengawasan keamanan pangan segar juga dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian

(Barantan) khususnya dalam mengawal lalu lintas pangan segar asal tumbuhan dari

dan ke luar negeri. Pengawasan keamanan pangan segar asal hewan secara khusus

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan)

Page 75: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

66

melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. Ruang lingkup pengujian adalah

residu pestisida, mikroba dan logam berat.

Hasil pengawasan pada proses produksi (sertifikat Prima 1, 2, 3), registrasi PD/PL,

dan packing house. Sedangkan hasil pengawasan pangan segar di peredaran yang

dilakukan melalui monitoring/inspeksi baik dipasar tradisional maupun ritail modern

pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 90,47% aman dikonsumsi.

Tabel 29 Perkembangan Hasil Pengawasan Pangan Segar

Uraian 2016 2017

Hasil pengawasan Pangan Segar di Pasar Tardisional maupun

Ritel (%)

99,16 90,47

Ruang lingkup pengujian adalah residu pestisida, mikroba dan logam berat. Pengujian

residu pestisida sudah dilaksanakan sejak tahun 2005. Mengingat keamanan pangan

sangat penting dalam peningkatan kualitas manusia. maka diperlukan petugas/SDM

di bidang pengawasan keamanan pangan yang memiliki kompetensi yang

terstandarkan. Beberapa kompetensi untuk petugas yang menangani keamanan

pangan segar sudah merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(SKKNI) sebagai standar komptensi profesi, yaitu SKKNI Pengawas Keamanan

Pangan Segar dan SKKNI Petugas Pengambil Contoh (PPC) pangan segar.Untuk

memenuhi kompetensi petugas yang menangani keamanan pangan. BKP telah

melatih petugas dengan berbagai kompetensi dari tahun ke tahun, hingga tahun 2016

petugas yang menangani keamanan pangan. sebagai berikut : (1) PPC sebanyak 295

orang; (2) Auditor sebanyak 92 orang; (3) Inspektor sebanyak 36 orang; (4) PMHP

sebanyak 20 orang; (5) PPNS sebanyak 20 orang; dan (6) Pengawas sebanyak 61

orang.

Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar di Indonesia,

banyak tantangan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan, antara lain : (1)

Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas; (2) jumlah dan jenis pangan segar

cukup beragam; (3) Rendahnya pengetahuan dan keterampilan produsen untuk

Page 76: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

67

memproduksi pangan yang aman dan bermutu; (4) Kesadaran konsumen dan retail

yang masih perlu ditingkatkan; dan (5) Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengawas

keamanan pangan segar. Dari kelima tantangan tersebut, butir ke 1 dan 2

menunjukkan bahwa diperlukan penguatan sarana dan prasarana pengawasan yang

memadai. Untuk mendukung hal tersebut.diperlukan kendaraan operasional yang

dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pengawasan keamanan pangan segar seperti

pengambilan sampel dan wahana respon cepat terhadap kejadian ketidakamanan

pangan (seperti terjadinya kasus keracunan pangan segar) serta sarana pendukung

untuk penyebaran informasi tentang keamanan pangan di daerah.

B. Realisasi Anggaran

Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian dalam menjalankan pembangunan

ketahanan pangan pada tahun 2017 mendapat alokasi anggaran yang bersumber dari

APBN senilai Rp451.885.901.000,00. Alokasi anggaran tersebut berkurang sebesar

277,04 milyar atau turun 38% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2016, yaitu

sebesar Rp728,93 milyar. Pada tahun 2017 terjadi penambahan anggaran, sehingga

total anggaran berubah menjadi Rp452,13 milyar. Dana tersebut tersebar pada Satker

Pusat (BKP) Rp115,75 milyar atau 25,60%, dan Satker Daerah (Propinsi dan

Kabupaten/Kota) Rp336,38 milyar atau 74,39%.

Tabel 30 Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013–2017

Rp. Milyar

Sumber : Badan Ketahanan Pangan

Secara grafis, realisasi anggaran dibandingkan dengan Pagu Renstra dan Pagu

Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada

gambar 12.

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

Renstra 829,86 940,92 635,26 783,06 963,76

Pagu 647,16 458,55 635,26 671,86 452,13

Realisasi 605,93 419,93 563,65 638,58 432,09

Page 77: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

68

Gambar 12 Realisasi Anggaran Dibandingkan Dengan Pagu Renstra dan Pagu Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013 – 2017 Secara lengkap, pagu dan realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan tahun 2017

per kegiatan dapat dilihat pada tabel 31. Sebagaimana terlihat pada tabel 31, pada

tahun 2017 anggaran yang dialokasikan untuk Badan Ketahanan Pangan adalah

sebesar Rp452.129.796.000,00. Sementara itu, realisasi anggaran dari pagu

anggaran tersebut adalah sebesar Rp432.091.961.268,00 atau mencapai 95,57%.

Tabel 31 Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2017 per Kegiatan

No. Nama Jenis Kegiatan Pagu Total (Rp) Realisasi Total (Rp) Persentase

(%)

1 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

168.663.407.000,00 157.989.092.976,00 93,67

2 Pengembangan Ketersediaan dan Penenganan Rawan Pangan

134.834.658.000,00 131.481.072.884,00 97,51

3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar

68.880.145.000,00 67.679.468.940,00 98,26

4 Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya Badan Ketahanan Pangan

79.751.586.000,00 74.942.326.468,00 93,97

Total 452.129.796.000,00 432.091.961.268,00 95,57

0

200

400

600

800

1000

2013 2014 2015 2016 2017

Tahun

Rp

. Mili

yar

Realisasi Anggaran 2013-2017

Renstra

Pagu

Realisasi

Page 78: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

69

Secara umum realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan (BKP) Tahun 2017 sudah

relatif tinggi. Dari total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp452.129.796.000,00

dapat direalisasikan sebesar Rp432.091.961.268,00 atau sebesar 95,57%. Meskipun

realisasi anggaran BKP tahun 2017 sudah relative tinggi, tetapi ada kegiatan yang

realisasinya belum optimal, terutama yang di daerah. Beberapa hal yang

menyebabkan belum optimalnya penyerapan tanggaran tersebut adalah :

1. Seringnya terjadi revisi DIPA yang mengakibatkan perubahan POK.

2. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.

3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara

Pengeluaran).

4. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan anggaran dan

adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran;

5. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima

berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;

6. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana Dekonsentrasi.

7. Perubahan sasaran akibat perubahan anggaran dan tidak sesuai dengan

pedoman/kriteria sasaran.

8. Lokasi sasaran yang jauh dari penduduk.

9. Infrastruktur dan kondisi alam.

10. Kendala SOLID : (1) Beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan di awal tahun

harus tertunda karena adanya pemblokiran, (2) Beberapa kegiatan yang harusnya

dilakukan diawal tahun harus tertunda karena adanya pemblokiran, dan (3) proses

identifikasi yang agak terlambat karena belum siapnya masyarakat dalam

penyusunan Rencana Usaha.

Page 79: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

70

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan formula sesuai dengan

PMK No. 249 Tahun 2011, efisiensi penggunaan anggaran Badan Ketahanan Pangan

Tahun 2017 adalah sebesar 3,76. Dengan nilai efisiensi penggunaan anggaran

sebesar itu dapat dikatakan bahwa penggunaan anggaran Badan ketahanan pangan

tahun 2017 cukup efisien.

Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional, dipengaruhi

pula oleh peran serta unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian, Kementerian

lainnya, dan pemangku kepentingan lainnya yang peduli terhadap ketahanan pangan.

Dukungan instansi tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 22

tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 43 Tahun 2009,

instansi tersebut juga sebagai anggota Dewan Ketahanan Pangan. Adapun kegiatan

instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan pangan seperti pada lampiran

12.

Page 80: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

71

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan Umum

Pelaksanaan program diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat tahun 2017,

secara khusus telah berhasil menimbulkan perubahan di wilayah/kelompok sasaran.

Program tersebut berhasil : (a) membangun kesadaran kelompok sasaran untuk

mendukung pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; (b)

mendukung mewujudkan stabilitasi harga gabah/ beras, dan jagung di wilayah

gapoktan dan masyarakat melalui Penguatan LDPM, Lumbung Pangan Masyarakat,

dan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat/Toko Tani Indonesia; (c) membantu

dalam pemenuhan kebutuhan pangan tingkat rumah tangga/kelompok masyarakat;

serta (d) mendukung dalam menurunkan KK miskin di Desa/Kawasan Mandiri Pangan.

Capaian IKU dan sasaran kegiatan utama secara umum sudah sesuai dengan Renstra

kecuali pada tahun – tahun terakhir sebagai akibat kebijakan pemotongan anggaran

dan refocusing program BKP. Refocusing diarahkan pada peningkatan kegiatan

PUPM/TTI dengan merealokasi anggaran pada kegiatan yang lain (P2KP/KRPL,

Demapan, LDPM, dan LPM).

Berdasarkan indikator kinerja, capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2017 adalah

dari 10 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat Berhasil)

sebanyak 7 indikator, nilai pencapaian 80 – 100 persen (Berhasil) sebanyak 2 indikator

yaitu PPH Ketersediaan dan Skor PPH Konsumsi, dan nilai pencapaian dibawah 60

persen kurang sebanyak 1 indikator yaitu penurunan rawan pangan, meskipun

mengalami penurunan jumlah penduduk rawan pangan.

Upaya perbaikan yang telah dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan SKPD

daerah dan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan sumberdaya yang ada, serta

memperbaiki fungsi manajemen mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan evaluasi.

Page 81: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

72

B. Permasalahan dan Upaya dan Tindak Lanjut

1. Permasalahan

Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku

masyarakat/manusia. Secara umum hambatan dan kendala yang dihadapi dalam

mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2017 adalah : (1) pendapatan

masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum.

sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga pangan

daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita cenderung turun.tetapi

konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) teknologi pengolahan pangan

lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan

masih kurang; (5) beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin

dengan harga yang murah; (6) kualitas konsumsi pangan masih rendah. kurang

beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep

makan“belum makan kalau belum makan nasi” yang salah dalam masyarakat; (8)

pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung,

dan sagu masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat

ekstrim.

Berdasarkan aspek ketahanan pangan, permasalahan dalam capaian kinerja program

Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat tahun 2017 adalah :

a. Aspek Ketersediaan Pangan

1) Produksi dan kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas.

2) Jumlah permintaan pangan semakin meningkat seiring dengan peningkatan

jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri. dan

berkembangnya penggunaan pangan seiring maraknya perkembangan pariwisata,

hotel, dan restoran.

3) Adanya persaingan penggunaan bahan pangan untuk bio energi dan pakan ternak.

4) Kerawanan pangan karena adanya kemiskinan, terbatasnya penyediaan

infrastruktur dasar pedesaan, potensi sumber daya pangan yang rendah,

rentannya kesehatan masyarakat di daerah terpencil, dan sering terjadinya

bencana alam.

Page 82: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

73

b. Aspek Keterjangkauan Pangan

1) Sifat produksi yang musiman, berpengaruh terhadap harga pangan.

2) Melonjaknya harga pangan dunia karena ketergantungan terhadap ekspor pangan

tertentu.

3) Terbatasnya dan/atau kurang memadainya sarana dan prasarana transportasi,

kondisi iklim yang tidak menentu yang dapat mengganggu transportasi bahan

pangan.

4) Permasalahan teknis dalam proses distribusi ini berdampak terhadap

melonjaknya ongkos angkut, mengakibatkan aksesibilitas konsumen secara

ekonomi menurun.

5) Walaupun pemerintah telah menjamin kecukupan stok beras, namun kecukupan

stok pangan tersebut tidak dapat menjamin stok pangan di pasar.

c. Aspek Konsumsi Pangan

1) Keterbatasan kemampuan ekonomi atau daya beli dari keluarga;

2) Keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan gizi, serta

teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam

pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai social, citra, dan daya terima;

3) Adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis sumber

daya lokal, karena pengaruh globalisasi industri pangan siap saji, dan

berkurangnya produksi sumber pangan lokal;

4) Adanya pengaruh nilai-nilai budaya kebiasaan makan yang tidak selaras dengan

prinsip konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman;

5) Berbagai kasus gangguan kesehatan manusia akibat mengkonsumsi pangan yang

tidak aman;

6) Belum efektifnya penanganan dan pengawasan keamanan pangan. karena sistem

yang dikembangkan, SDM, serta penerapan saksi yang tegas;

7) Koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan belum

optimal;

8) Kurangnya kesadaran pihak pengusaha/pengelola pangan untuk menerapkan

peraturan/standar yang telah ada.

Page 83: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

74

d. Dukungan Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan

1) Perubahan arah kebijakan yang berdampak pada refokusing kegiatan, sasaran

dan anggaran.

2) Rotasi pimpinan dan staf Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pegawai sering;

3) Komitmen dan langkah nyata pemerintah daerah masih rendah untuk membangun

ketahanan pangan berkelanjutan;

4) Pelaksanaan monitoring dan pelaporan program ketahanan pangan kurang

optimal. baik secara online dan manual;

5) Hasil analisis ketahanan pangan belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai

dasar perencanaan dan pelaksanaan program;

6) Belum sepenuhnya terlaksananya kegiatan ketahanan pangan yang sesuai

dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan.

7) Belum optimalnya peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) sebagai

lembaga fungsional koordinator dalam penanganan ketahanan pangan di

daerahnya;

Secara teknis program dan kegiatan ketahanan pangan, hambatan dan kendala yang

dihadapi adalah :

1. Revisi DIPA dan POK baik di pusat maupun daerah.

2. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara

Pengeluaran).

3. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan, pegawai pindahan kurang

memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam

pengelolaan anggaran;

4. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima

berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;

5. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana Dekonsentrasi.

6. Satuan harga yang diterapkan sering tidak sesuai kebutuhan riil;

7. Sasaran tidak sesuai dengan Pedoman,

8. Infrastruktur dan kondisi alam,

Page 84: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

75

9. Kurang optimalnya partisipasi aparat provinsi dan kabupaten/kota dalam

pembinaan dan pemenuhan kebutuhan peralatan yang diperlukan kelompok unit

usaha kecil untuk pengembangan tepung-tepungan sebagai bahan baku olahan

pangan lokal di lokasi penerima manfaat.

2. Upaya dan Tindak Lanjut

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya dan tindak lanjut

sebagai berikut:

1) BKP Pusat telah menghimbau kepada Badan/Dinas/Instansi/Unit Kerja

Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kab/Kota dalam rangka percepatan

pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

2) BKP berupaya memberikan informasi dan sosialisasi tentang perubahan

nomenklatur dan penghematan kepada daerah.

3) Pendampingan dan pembinaan dalam rangka mengawal pelaksanaan kegiatan

dan prtoses administrasi dengan membentuk Tim Pembinaan dan Percepatan

Kegiatan dan Anggaran Ketahanan Pangan

4) Fasilitasi kepada kelompok penerima manfaat untuk pengembangan bisnis

pangan lokal dan makanan tradisional.

5) Mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri

dan bisnis pangan lokal.

6) Peningkatan kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan institusi yang

menangani Ketahanan Pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta

pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

7) Sinkronisasi kebijakan baik antarkementerian maupun dengan pihak swasta yang

diwujudkan dalam bentuk programdan kegiatan sesuai kewenangan masing-

masing namun saling mendukung.

8) Mengembangkan dan atau relikasi kegiatan prioritas seperti KRPL, Kawasan

Mapan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia, Lumbung Pangan Masyarakat.

9) Melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L).

Page 85: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

76

10) Mendorong upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara terstruktur

dan komprehensif guna mempercepat terjadinya diversifikasi pangan.

11) Meningkatkan peran swasta dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya lokal.

12) Mengembangkan bisnis dan industri pangan lokal, melalui fasilitasi UMKM untuk

pengembangan bisnis pangan lokal, industri bahan baku, industri pangan

olahandan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya lokal dan advokasi,

sosialisasi dan penerapan standar keamanan dan mutu pangan bagi pelaku

usaha pangan terutama usaha rumah tanggadan UMKM.

13) Meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal dilakukan

melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UKM, pengembangan kemitraan

dengan dunia usaha, pengembangan gerai atau outlet pangan lokal,

pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal (bekerja sama dengan

Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan peningkatan keanekaragaman

pangan sesuai karakteristik daerah.

Page 86: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

77

Lampiran 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Page 87: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

78

Lampiran 2 Target Kinerja Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 - 2019

No Rincian IKK Target

2015 2016 2017 2018 2019

1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

Jumlah lembaga distribusi pangan masyarakat

(Gapoktan)

358 241 248 90 135

Jumlah lumbung pangan masyarakat (Unit) 1.724 1.628 800 1.492 1.492

Jumlah lokasi panel harga pangan nasional dan

pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN (Lokasi)

35 35 35 35 35

Jumlah hasil pemantauan pasokan, harga, distribusi

dan cadangan pangan (Lokasi)

3 3 3 3 3

Jumlah Usaha Pangan Masyarakat (UPM)/Toko Tani

Indonesia (TTI) (Gap/TTI)

20 1.000 2.000 3.000 5.000

Jumlah kajian responsif dan antisipatif distribusi

pangan (Judul)

1 1 1 1 1

Jumlah kajian distribusi pangan (Rekomendasi) 27 27 27 27 27

1815 Pengembangan ketersediaan dan penanganan rawan pangan

Jumlah hasil analisis neraca bahan makanan 35 35 35 35 35

Jumlah lokasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi

(Lokasi)

456 456 456 456 456

Jumlah hasil kajian responsif dan antisipatif

ketersediaan dan kerawanan pangan (Judul)

27 27 27 27 27

Jumlah analisis peta ketahanan dan kerentanan

pangan (Peta FSVA)

35 1 1 1 1

Jumlah kawasan mandiri pangan (Kawasan) 192 190 110 135 75

Jumlah hasil pemantauan ketersediaan dan

kerawanan pangan (Lokasi)

35 35 35 35 35

Jumlah KK pemberdayaan petani kecil dan gender (KK) 33.600 33.600 33.600 33.600 0

Jumlah KK yang mendukung produksi pertanian dan

pemasaran (KK)

26.880 26.880 26.880 26.880 0

Jumlah desa yang mengembangkan rantai nilai

tanaman perkebunan (Desa)

224 224 224 224 0

Jumlah dukungan manajemen dan administrasi SOLID

(Bulan Layanan)

12 12 12 12 0

1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

Jumlah pemberdayaan pekarangan pangan (Desa) 4.410 2.894 1.306 2.612 2.612

Jumlah pemantauan penganekaragaman konsumsi

pangan (Lokasi)

35 34 34 34 34

Jumlah lokasi gerakan diversifikasi pangan (Lokasi) 35 35 35 35 35

Jumlah hasil analisis pola dan kebutuhan konsumsi

pangan (Rekomendasi)

35 35 35 35 35

Page 88: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

79

No Rincian IKK Target

2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah model pengembangan pangan pokok lokal

(Unit)

27 29 27 27 27

Jumlah rekomendasi pengawasan keamanan dan

mutu pangan (Rekomendasi)

65 86 106 126 146

1817 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Jumlah dokumen rencana program, anggaran dan

kerja sama (Dokumen)

35 35 35 35 35

Jumlah dokumen keuangan dan perlengkapan

(Dokumen)

35 35 35 35 35

Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi program

(Laporan)

35 35 35 35 35

Jumlah dokumen kepegawaian, organisasi, humas dan

hukum (Dokumen)

3 3 3 3 3

Jumlah perumusan kebijakan Dewan Ketahanan

Pangan (Rekomendasi Kebijakan)

1 1 1 1 1

Jumlah layanan manajemen dan administrasi (Bulan

Layanan)

12 12 12 12 12

Jumlah Layanan Perkantoran (Bulan Layanan) 12 12 12 12 12

Page 89: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

80

Lampiran 3 Matriks Kinerja dan Pendanaan Badan Ketahanan Pangan

PROGRAM/

KEGIATAN

SASARAN INDIKATOR TARGET ALOKASI (juta rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT

Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan

635.258.60 783.064,32 963.760,70 1.259.823,7

6

1.439.900,4

7

Meningkatnya keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman bagi seluruh masyarakat

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

84,10 86,20 88,40 90,50 92,50

Meningkatnya konsumsi pangan masyarakat sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

2.004 2.040 2.077 2.113 2.150

Konsumsi Protein (gram/kap/hr)

56,10 56,40 56,60 56,80 57,00

Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi (org/thn)

81 160 245 330 400

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)

≥HPP ≥HPP ≥HPP ≥HPP ≥HPP

Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

CV≤

10%

CV≤

10%

CV≤

10%

CV≤

10%

CV≤

10%

Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

87,52 89,71 92,04 94,25 96,32

Page 90: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

81

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%/Tahun)

1% 1% 1% 1% 1%

Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

107.265,01 285.414,00 466.027,77 675.598,62 1.081.802,2

6

Meningkatnya Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan Serta Stabilitas Harga Pangan

Jumlah lembaga distribusi pangan masyarakat (Gapoktan)

358 241 248 90 135 45.944,91 17.801,00 18.318,04 6.647,68 9.971,51

Jumlah lumbung pangan masyarakat (Unit)

1.724 1.628 800 1.492 1.492 45.720,20 17.801,00 18.318,04 6.647,68 9.971,51

Jumlah lokasi panel harga pangan nasional dan pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN (Lokasi)

35 35 35 35 35 5.185,27 15.150,00 16.665,00 18.331,50 20.164,65

Jumlah hasil pemantauan pasokan, harga, distribusi dan cadangan pangan (Lokasi)

3 3 3 3 3 6.132,31 4.050,00 4.455,00 4.900,50 5.390,55

Jumlah Toko Tani Indonesia/TTI (Unit)

0 1.000 2.000 3.000 5.000 - 200.000,00 400.000,00 600.000,00 1.000.000,0

0

Jumlah kajian responsif dan antisipatif distribusi pangan (Judul)

1 1 1 1 1 2.262,44 1.500,00 1.650,00 1.815,00 4.126,10

Page 91: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

82

Jumlah kajian distribusi pangan (Rekomendasi)

27 27 27 27 27 2.019,89 3.100,00 3.410,00 3.751,00 4.126,10

Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan

111.609,25 268.436,50 285.365,28 320.385,98 71.261,48

Meningkatnya ketersediaan dan penanganan rawan pangan

Jumlah unit penggilingan padi menunjang stok beras nasional (Unit)

- 50.000 75.000 100.000 125.000 - 12.500,00 18.750,00 25.000,00 31.250,00

Jumlah hasil analisis neraca bahan makanan (Laporan)

35 35 35 35 35 14.078,52 3.044,00 3.344,00 3.678,40 4.046,24

Jumlah lokasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi (Lokasi)

456 35 35 35 35 13.340,87 7.422,00 8.164,20 8.980,62 9.878,68

Jumlah hasil kajian responsif dan antisipatif ketersediaan dan kerawanan pangan (Judul)

27 27 27 27 27 7.061,86 2.360,00 2.596,00 2.855,60 3.141,16

Jumlah analisis peta ketahanan dan kerentanan pangan (Peta FSVA)

35 1 1 1 1 1.825,10 900,00 990,00 1.089,00 1.197,90

Jumlah kawasan mandiri pangan (Kawasan)

192 190 110 135 75 66.503,63 28.624,50 16.572,08 20.338,46 11.299,14

Jumlah hasil pemantauan ketersediaan dan kerawanan pangan (Lokasi)

35 35 35 35 35 8.799,27 7.850,00 8.635,00 9.498,50 10.448,35

Page 92: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

83

Jumlah KK pemberdayaan petani kecil dan gender (KK)

33.600 33.600 33.600 33.600 - - 19.588,60 21.547,46 23.702,21

Jumlah KK yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran (KK)

26.880 26.880 26.880 26.880 - - 130.578,05 143.635,86 157.999,44

Jumlah desa yang mengembangkan rantai nilai tanaman perkebunan (Desa)

224 224 224 224 - 4.953,15 5.448,47 5.993,31

Jumlah dukungan manajemen dan administrasi SOLID (Bulan Layanan)

12 12 12 12 - 50.620,20 55.682,22 61.250,44

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

132.894,73 125.717,39 98.521,58 138.608,48 149.082,98

Meningkatnya Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan

Jumlah pemberdayaan pekarangan pangan (Desa)

4.410 2.894 1.306 2.612 2.612 92.886,73 66.314,00 29.926,08 59.852,17 59.852,17

Jumlah pemantauan penganekaragaman konsumsi pangan (Lokasi)

35 34 34 34 34 11.247,68 9.000,00 9.900,00 10.890,00 11.979,00

Jumlah lokasi gerakan diversifikasi pangan (Lokasi)

35 35 35 35 35 5.173,29 9.800,30 10.780,33 11.858,36 13.044,20

Jumlah hasil analisis pola dan kebutuhan konsumsi pangan (Rekomendasi)

35 35 35 35 35 4.832,86 5.950,00 6.545,00 7.199,50 7.919,45

Page 93: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

84

Jumlah model pengembangan pangan pokok lokal (Unit)

27 29 27 27 27 8.041,23 4.450,00 4.143,10 4.55,41 5.013,16

Jumlah rekomendasi pengawasan keamanan dan mutu pangan (Rekomendasi)

65 86 106 126 146 10.712,94 30.203,09 37.227,06 44.251,04 51.275,01

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Terselenggaranya Pelayanan Administrasi dan Pelayanan Teknis Lainnya Secara Profesional dan Berintegritas di Lingkungan Badan Ketahanan Pangan

Jumlah dokumen rencana program, anggaran dan kerja sama (Dokumen)

35 35 35 35 35 10.629,63 11.586,67 12.745,34 14.019,87 15.421,86

Jumlah dokumen keuangan dan perlengkapan (Dokumen)

35 35 35 35 35 5.794,81 7.600,00 8.360,00 9.196,00 10.115,60

Jumlah hasil pemantauan dan evaluasi program (Laporan)

35 35 35 35 35 26.096,21 26.750,00 29.425,00 32.367,50 35.604,25

Jumlah dokumen kepegawaian, organisasi, humas dan hukum (Dokumen)

3 3 3 3 3 17.377,18 5.450,00 5.995,00 6.594,50 7.253,95

Jumlah perumusan kebijakan Dewan Ketahanan Pangan (Rekomendasi Kebijakan)

1 1 1 1 1 7.245,69 7.400,00 8.140,00 8.954,00 9.849,40

Jumlah layanan manajemen dan administrasi (Bulan Layanan)

12 12 12 12 12 20.656,09 16.320,00 17.952,00 19.747,20 21.721,92

Page 94: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

85

Jumlah Layanan Perkantoran (Bulan Layanan)

12 12 12 12 12 32.610,00 28.389,76 31.228,74 34.351,61 37.786,77

Jumlah KK pemberdayaan petani kecil dan gender (KK)

33.600 33.600 33.600 33.600 - 21.732,46 19.588,60 21.547,46 23.702,21 2.370,22

Jumlah KK yang mendukung produksi pertanian dan pemasaran (KK)

26.880 26.880 26.880 26.880 - 70.729,75 130.578,05 143.635,86 157.999,44 15.799,94

Jumlah desa yang mengembangkan rantai nilai tanaman perkebunan (Desa)

224 224 224 224 - 33.610,88 4.953,15 5.448,47 5.993,31 599,33

Jumlah dukungan manajemen dan administrasi SOLID (Bulan Layanan)

12 12 12 12 - 37.007,18 50.620,20 55.682,22 61.250,44 6.125,04

Page 95: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

86

Lampiran 4 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Awal

Page 96: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

87

Page 97: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

88

Lampiran 5 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Revisi

Page 98: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

89

Page 99: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

90

Lampiran 6 Sasaran Jumlah Desa dan KM Selama Periode 2011-2018

No. Provinsi/ Kabupaten Desa Sasaran Jumlah KM

Total Tahun Total 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

A MALUKU

1 Buru 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 12

36 36 48 120 120 120

Sub total

22 12 30 46 88 136 148 220 220 220

2 Buru selatan 2011 3 9 9 12 30 30 30 30 30 30

2012 3

9 15 6 30 30 30 30 30

2014 7

21 21 28 70 70 70

Sub total

19 12 27 41 80 120 130 190 190 190

3 Maluku Tengah 2011 5 15 15 20 50 50 50 50 50 50

2012 9

27 45 18 90 90 90 90 90

2014 14

42 42 56 140 140 140

Sub total

28 15 42 65 110 182 196 280 280 280

4 Seram Bagian Barat 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 5

15 25 10 50 50 50 50 50

2014 13

39 39 52 130 130 130

Sub total

22 12 27 41 89 129 142 220 220 220

5 Seram Bagian Timur 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 5

15 25 10 50 50 50 50 50

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

13 9 18 27 57 81 88 130 130 130

TOTAL MALUKU

104 60 144 220 424 648 704 1040 1040 1040

Page 100: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

91

No. Provinsi/ Kabupaten Desa Sasaran Jumlah KM

Total Tahun Total 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

B. MALUKU UTARA

1 Halmahera Barat 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

20 12 30 46 82 130 140 200 200 200

2 Halmahera Tengah 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

20 12 30 46 82 130 140 200 200 200

3 Halmahera Timur 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

20 12 30 46 82 130 140 200 200 200

4 Halmahera Utara 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

20 12 30 46 82 130 140 200 200 200

5 Halmahera Selatan 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

20 12 30 46 82 130 140 200 200 200

6 Kepulauan Sula 2011 4 12 12 16 40 40 40 40 40 40

2012 6

18 30 12 60 60 60 60 60

2014 10

30 30 40 100 100 100

Sub total

20 12 30 46 82 130 140 200 200 200

TOTAL MALUKU UTARA

120 72 180 276 492 780 840 1200 1200 1200

KESELURUHAN MALUKU+ MALUKU UTARA

224 132 324 496 916 1428 1544 2240 2240 2240

Page 101: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

92

Lampiran 7 Capaian KM dan KK SOLID Tahun 2011 – 2017

No Provinsi/ Kabupaten

Jumlah Desa

Jumlah KM Jumlah KK

KMC KMP KMW Total Wanita Pria Total

A Provinsi Maluku Utara

1 Halmahera Utara

20 92 44 63 199 1.255 1.131 2.480

2 Halmahera Selatan

20 69 59 68 196 1.080 970 2.050

3 Halmahera Timur

20 79 37 66 182 1.095 742 1.938

4 Halmahera Barat

20 81 43 69 193 1.142 763 1.932

5 Halmahera Tengah

20 55 65 80 200 1.094 943 2.103

6 Kepulauan Sula

20 100 40 46 186 958 883 1.995

Jumlah A 120 476 288 392 1.156 6.624 5.432 12.498

B Provinsi Maluku

1 Maluku Tengah

28 91 80 109 280 2.335 1.865 4.200

2 Seram Bag. Barat

22 102 56 62 220 1450 1.355 2.805

3 Seram Bag.Timur

19 80 57 49 186 1161 1.334 2.495

4 Buru 22 61 71 88 220 1498 1.669 3.167

5 Buru Selatan 13 57 38 35 130 995 955 1.950

Jumlah B 104 391 302 343 1.036 7.439 7.178 14.617

Total

seluruhnya 224 867 590 735 2.192 14.063 12.610 27.115

Page 102: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

93

Lampiran 8 Perkembangan Harga GKP dan GKG per Provinsi Tahun 2017

No Provinsi Rata-Rata

GKP

Rata-Rata

GKG

1 Sumatera Utara 4.405 5.451

2 Jambi 4.042 4.987

3 Jawa Barat 4.422 5.273

4 DI Yogyakarta 3.860 4.980

5 Kalimantan Tengah 5.433 6.921

6 Aceh 4.431 4.966

7 Lampung 4.087 4.997

8 Jawa Tengah 4.134 5.050

9 Jawa Timur 4.269 5.087

10 Banten 4.201 5.029

11 Kalimantan Barat 4.246 5.193

12 Kalimantan Selatan 4.698 5.588

13 Sumatera Selatan 4.000 4.891

14 Sulawesi Tenggara 4.140 4.848

15 Gorontalo 3.972 4.390

16 Bengkulu 4.378 4.863

17 Sumatera Barat 5.070 5.990

18 Nusa Tenggara Barat 3.908 4.657

19 Sulawesi Utara 4.112 5.750

20 Sulawesi Tengah 3.319 4.814

21 Sulawesi Selatan 3.964 4.624

22 Bali 4.332 5.296

Rata-Rata 4.247 5.166

Page 103: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

94

Lampiran 9 Perkembangan Harga Beras Tingkat Konsumen Tahun 2017

No. Provinsi Harga (Rp/kg) CV

1 Aceh 11.235 6,13

2 Bali 10.046 1,17

3 Banten 9.925 2,61

4 Bengkulu 9.933 2,26

5 DI Yogyakarta 9.721 1,52

6 DKI Jakarta 11.279 2,75

7 Gorontalo 9.750 3,91

8 Jambi 10.711 0,95

9 Jawa Barat 10.024 3,12

10 Jawa Tengah 9.480 4,31

11 Jawa Timur 9.813 5,03

12 Kalimantan Barat 12.290 1,05

13 Kalimantan Selatan 12.306 2,89

14 Kalimantan Tengah 13.748 1,88

15 Kalimantan Timur 11.853 1,05

16 Kalimantan Utara 12.218 1,49

17 Kepulauan Bangka Belitung 11.644 3,22

18 Kepulauan Riau 12.762 1,17

19 Lampung 9.505 3,66

20 Maluku 12.615 5,14

21 Maluku Utara 11.606 1,76

22 Nusa Tenggara Barat 9.192 2,61

23 Nusa Tenggara Timur 10.783 1,74

24 Papua 12.147 12,36

25 Papua Barat 13.607 5,50

26 Riau 12.262 1,06

27 Sulawesi Barat 9.637 4,07

28 Sulawesi Selatan 9.284 1,20

29 Sulawesi Tengah 10.078 2,21

30 Sulawesi Tenggara 9.321 0,75

31 Sulawesi Utara 10.579 1,83

32 Sumatera Barat 11.658 1,54

33 Sumatera Selatan 9.926 3,72

34 Sumatera Utara 10.860 1,32

Rata-Rata 10.935 2,85

Page 104: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

95

Lampiran 10 Perkembangan Harga Bawang Merah Tingkat Konsumen Tahun 2017

No. Provinsi Harga (Rp/kg) CV

1 Aceh 25.803 11,67

2 Bali 26.174 24,29

3 Banten 29.731 17,70

4 Bengkulu 29.934 12,18

5 DI Yogyakarta 26.586 22,49

6 DKI Jakarta 35.703 13,25

7 Gorontalo 32.657 20,35

8 Jambi 24.167 8,89

9 Jawa Barat 28.587 17,23

10 Jawa Tengah 26.597 19,51

11 Jawa Timur 25.405 23,35

12 Kalimantan Barat 35.778 11,75

13 Kalimantan Selatan 29.860 23,96

14 Kalimantan Tengah 34.136 16,27

15 Kalimantan Timur 40.924 13,35

16 Kalimantan Utara 38.780 12,27

17 Kepulauan Bangka Belitung 35.971 13,46

18 Kepulauan Riau 30.547 6,50

19 Lampung 27.097 13,57

20 Maluku 42.033 16,30

21 Maluku Utara 42.932 14,48

22 Nusa Tenggara Barat 24.298 26,64

23 Nusa Tenggara Timur 32.254 14,52

24 Papua 52.497 15,18

25 Papua Barat 53.344 10,92

26 Riau 25.625 11,27

27 Sulawesi Barat 28.625 18,91

28 Sulawesi Selatan 26.402 18,26

29 Sulawesi Tengah 32.599 15,88

30 Sulawesi Tenggara 33.141 16,20

31 Sulawesi Utara 36.942 17,62

32 Sumatera Barat 22.771 10,57

33 Sumatera Selatan 29.853 14,32

34 Sumatera Utara 26.881 7,15

Rata-Rata 32.195 15,60

Page 105: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

96

Lampiran 11 Perkembangan Harga Cabai Merah Tingkat Konsumen Tahun 2017

No. Provinsi Harga (Rp/kg) CV

1 Aceh 30.501 32,95

2 Bali 29.235 50,76

3 Banten 30.555 24,84

4 Bengkulu 28.798 19,78

5 DI Yogyakarta 25.989 38,68

6 DKI Jakarta 39.917 24,35

7 Gorontalo 29.149 22,61

8 Jambi 29.677 36,15

9 Jawa Barat 29.911 15,80

10 Jawa Tengah 26.156 38,51

11 Jawa Timur 27.819 39,51

12 Kalimantan Barat 49.644 10,86

13 Kalimantan Selatan 37.334 21,61

14 Kalimantan Tengah 57.472 21,99

15 Kalimantan Timur 45.198 13,77

16 Kalimantan Utara 47.686 6,23

17 Kepulauan Bangka Belitung 37.518 17,51

18 Kepulauan Riau 50.278 13,09

19 Lampung 31.892 20,31

20 Maluku 45.501 23,37

21 Maluku Utara 39.137 15,82

22 Nusa Tenggara Barat 27.261 34,21

23 Nusa Tenggara Timur 45.658 22,88

24 Papua 46.854 18,94

25 Papua Barat 61.353 10,08

26 Riau 36.517 28,80

27 Sulawesi Barat 28.964 17,99

28 Sulawesi Selatan 24.317 20,57

29 Sulawesi Tengah 30.965 14,44

30 Sulawesi Tenggara 33.792 11,22

31 Sulawesi Utara 34.785 20,95

32 Sumatera Barat 31.380 30,58

33 Sumatera Selatan 31.860 14,54

34 Sumatera Utara 29.616 34,44

Rata-Rata 36.256 23,18

Page 106: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

97

Lampiran 12 Dukungan Instansi Lainnya

No KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

1 Pemerintah Daerah Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Ketahanan Pangan

2 Kementerian Dalam Negeri Kebijakan pengawasan penetapan Peraturan Daerah

terutama terhadap retribusi daerah yang menekan

harga dan daya saing produk pangan

Kebijakan yang mendorong pemanfaatan dana desa

ke arah pengembangan potensi desa di sektor

pertanian pangan dan industri di pedesaan berbahan

baku hasil pertanian

3 Kementerian Perindustrian Kebijakan pengembangan kompetensi inti industri

nasional dan daerah yang memproduksi barang

modal dan sarana produksi yang mendukung

produksi primer dan olahan komoditas pertanian

Fasilitasi pengolahan skala kelompok dalam rangka

peningkatan pendapatan kelompok tani

Mendorong pengembangan kawasan industri

pengolahan pangan berbasis kawasan pertanian

4 Kementerian Perdagangan Penetapan harga dan kelancaran distribusi pangan

Fasilitasi pergudangan di tingkat desa dan resi

gudang sebagai sarana stok manajemen pangan

5 Kementerian Perhubungan Transportasi perdagangan sarana produksi dan

komoditas pangan baik di tingkat lokal, antar pulau

maupun internasional

6 Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi

Menjadikan sentra komoditas pertanian utama

sebagai basis pembangunan desa, daerah tertinggal

dan transmigrasi dengan memperhatikan

Page 107: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

98

No KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

ketersediaan sarana dan infrastruktur yang

dibutuhkan

7 Kementerian Koperasi dan

UMKM

Kebijakan penataan dan pengembangan

kelembagaan usahatani menjadi kelembagaan

koperasi yang berbasis pada usaha pengolahan,

perdagangan maupun penyediaan aneka jasa,

terutama permodalan usaha yang dibutuhkan untuk

produksi pertanian

8 Kementerian Keuangan Mendorong dan menjaga stabilitas harga pangan

melalui kebijakan fiskal yang tepat.

Penyediaan dana untuk tenaga lapangan; penyuluh

pertanian; pengawas benih; petugas karantina

pertanian dan tenaga fungsional lainnya

9 Kementerian Agama Kebijakan untuk memasyarakatkan program

percontohan pembangunan pertanian melalui

pengabdian masyarakat oleh pemuka agama

10 Kementerian Kebudayaan

dan Pendidikan Dasar dan

Menengah

Pendidikan diversifikasi pangan dengan

mengkonsumsi bahan pangan local

11 Kementerian Ristek dan

Pendidikan Tinggi

Mengikutsertakan unsur-unsur dalam Perguruan

Tinggi dalam pendampingan kelompok petani,

nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan

lainnya

12 Kementerian Kesehatan Sosialisasi Pola Pangan Harapan yang mendukung

diversifikasi konsumsi pangan serta pengawasan

produk pangan yang aman

13 Kemenko Bidang

Perekonomian

Koordinasi lintas kementerian/lembaga mendukung

ketahanan pangan nasional

14 Perum Bulog Melaksanakan kebijakan yang mendorong stabilisasi

harga komoditas pangan strategis

Pemberdayaan usaha kelompok tani yang mampu

bekerjasama langsung dalam pemasaran produk

pertanian yang dihasilkannya.

Page 108: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

99

No KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

Optimalisasi sistem pergudangan untuk komoditas

strategis lainnya selain beras dalam rangka menjaga

stablitas harga

Pembinaan sistem logistik ketahanan pangan di

tingkat desa

15 Perguruan Tinggi Peningkatan pembinaan dan pendampingan daerah

melalui pengabdian masyarakat

16 Kementerian Pertanian :

a. Ditjen Tanaman Pangan

Peningkatan produksi tanaman khusus tanaman

pangan selain padi

Sosialisasi/gerakan konsumsi pangan non beras dan

non terigu sebagai alternatif sumber karbohidrat

b. Ditjen Hortikultura

Peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan

bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita

dalam pemanfaatan pekarangan

Sosialisasi/gerakan konsumsi sayur dan buah-

buahan

Dukungan benih/bibit sayuran dan buah untuk

kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan

c. Sekretariat Jenderal Perizinan sarana/prasarana promosi diversifikasi

pangan

d. Badan Litbang Pertanian Teknologi tepat guna dalam optimalisasi

pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan

lokal berbasis tepung-tepungan

Teknologi pengayaan gizi melalui fortifikasi pangan

dan pengolahan pangan yang bergizi tinggi dan

bernilai ekonomi

Dukungan teknologi peningkatan produksi hasil

pekarangan dan pangan local

e. BPSDMP

Pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh

pertanian, serta penyuluhan di pedesaan terkait

dengan pola konsumsi yang B2SA

Penurunan konsumsi beras dan peningkatan PPH

agar masuk dalam buku pintar penyuluhan

Dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui

penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan

Page 109: LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017sakip.pertanian.go.id/admin/data2/Lakin_BKP_2017.pdf · Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian adalah: ... konsumsi pangan lokal non

Laporan Kinerja Badan ketahanan Pangan Tahun 2017

100

No KEMENTERIAN/LEMBAGA DUKUNGAN

untuk melakukan pendampingan terhadap kegiatan

optimalisasi pemanfaatan pekarangan

f. BPTP (Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian)

Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan

dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-

tepungan

Dukungan teknologi tepat guna dalam optimalisasi

pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis

tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi

pangan melalui fortifikasi pangan

g. BPSBP (Balai

Pengawasan Sertifikasi

Benih Pertanian)

Penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih

tanaman pangan dan hortikultura

h. BPPTPH (Balai

Pengembangan

Perbenihan Tanaman

Pangan dan Hortikultura)

Penyediaan benih tanaman pangan dan hortikultura

dalam mengelola pemanfaatan pekarangan

i. BPPT (Badan

Pengkajian dan

Penerepan Teknologi

Adopsi teknologi pengolahan pangan (mesin

penepungan, pembuatan mie)

Dukungan teknologi tepat guna dalam kegiatan model

pengembangan pangan pokok lokal (MP3L) di daerah

dengan menghasilkan mesin pengolahan beras

analog