paper penelitian eksperimen fix

11
PRINSIP DASAR PERANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN SESUNGGUHNYA (TRUE EXPERIMENT) DAN EKSPERIMEN SEMU (QUASI EXPERIMENT) BESERTA CONTOH PERSOALANNYA DISUSUN OLEH : Pungki Akmalitasari (13304241001) Hasanah Fajar Sayekti (13304241013) Margi Utami (13304241038) JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Upload: margi-utami

Post on 16-Jan-2016

243 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

paper mpb

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Penelitian Eksperimen Fix

PRINSIP DASAR PERANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN SESUNGGUHNYA

(TRUE EXPERIMENT) DAN EKSPERIMEN SEMU (QUASI EXPERIMENT) BESERTA

CONTOH PERSOALANNYA

DISUSUN OLEH :

Pungki Akmalitasari (13304241001)

Hasanah Fajar Sayekti (13304241013)

Margi Utami (13304241038)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

Page 2: Paper Penelitian Eksperimen Fix

PRINSIP DASAR PERANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN SESUNGGUHNYA

(TRUE EXPERIMENT) DAN EKSPERIMEN SEMU (QUASI EXPERIMENT) BESERTA

CONTOH PERSOALANNYA

Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana peneliti memanipulasi variabel

bebas untuk dijadikan ”faktor perlakuan” (treatment factor) atau ”faktor intervensi”

(treatment atau intervension). Faktor tersebut dimanipulasi dengan sengaja oleh peneliti

sehingga merupakan manipulated factor.

1. Rancangan Eksperimen Sesungguhnya (True Experiment Design):

a. Tujuan penelitian eksperimental

Untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara

mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen satu atau lebih kondisi

perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol

yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

b. Karakteristik

1. Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi ekperimen secara

ketat, baik dengan control atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi

(pengaturan secara acak)

2. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk

dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai perlakuan

eksperimen.

3. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians:

a). Untuk meminimalkan varians variabel pengganggu atau yang tidak

diinginkan yang mungkin mempengaruhi hasil ekperimen, tetapi bukan merupakan

tujuan penelitian.

b) Untuk meminimalkan varians kesalahan atau varians rambang, termasuk

apa yang disebut kesalahan pengukuran.

4. Dalam rancangan eksperimen yang klasik, semua variabel penting diusahakan

agar konstan kecuali satu variabel perlakuan yang secara disengaja dimanipulasi

atau dibiarkan divariasikan. Kemajuan – kemajuan dalam metodologi, misal

rancangan faktorial dan analisis varians memungkinkan peneliti untuk

memanipulasi atau membiarkan bervariasi lebih dari satu variabel dan sekaligus

menggunakan lebih dari satu kelompok eksperimen. Hal - hal yang demikian,

memungkinkan secara serempak menentukan:

Page 3: Paper Penelitian Eksperimen Fix

a) Pengaruh variabel utama (perlakuan).

b) Variasi yang bergabung dengan variabel-variabel kelompok (classificatory

variable).

c) Interaksi dari kombinasi variabel bebas dan/atau classificatory variabel yang

dipilih/ ditentukan.

5. Walaupun cara pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara

ini memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel yang relevan, akan tetapi

pendekatan ini juga paling bersifat membatasi (restrictive) dan dibuat-dibuat. Hal

ini merupakan kelemahan utama dalam pengaplikasiannya pada subyek manusia,

karena manusia sering bertingkah laku lain jika tingkah-lakunya dibatasi,

dimanipulasi, atau diekspos dengan pengamatan dan evaluasi secara sistematis.

Ada tiga desain/rancangan eksperimen yang tergolong eksperimen yang sesungguhnya,

yakni :

a. Randomized Subject, Control-Group Pretest-Posttest Design

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan kelompok/grup

pembanding. Kedua kelompok diacak dengan prinsip random asigment. Ia melakukan

pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan. Secara skematis dapat

dituliskan sebagai berikut.

O11 --- X1 ---- O12

O21 --- X2 ---- O22

Keterangan:

O11 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi

(sebagai kelompok pembanding)

O12 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

O21 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 atau yang Diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)

X2 = kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai

kelompok perlakuan)

O22 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)

Page 4: Paper Penelitian Eksperimen Fix

Kelemahan desain ini adalah karena peneliti tidak memiliki kelompok yang tanpa

diberi pretest, sehingga ia tetap tidak dapat menyelidiki efek interaksi perlakuan dengan

pretest. Hasil eksperimen dengan desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola

kovarians, dimana pretes dijadikan kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas. Bila tidak

memenuhi persyaratan parameterik maka diuji menggunakan kombinasi uji peringkat

bertanda Wlcoxon dan uji U Mann- Whitney.

b. Solomon Three Group Design

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan dua kelompok/grup pembanding.

Salah satu kelompok pembanding ada yang diukur sebelum eksperimen dilakukan. Ketiga

kelompok diacak dengan prinsip random asigment. Ia melakukan pengukuran sebelum dan

sesudah perlakuan/intervensi diberikan pada kelompok perlakuan/kelompok eksperimen.

Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut.

O11 --- X1 ---- O12

X1 --- O13

O21 --- X2 ---- O22

Keterangan:

O11 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi

(sebagai kelompok pembanding)

O12 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

O13 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

O21 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 atau yang Diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)

X2 = kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai

kelompok perlakuan)

O22 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)

Desain ini mengatasi kelemahan desain sebelumnya karena ia dapat mengetahi efek

interaksi pretes dengan perlakuan meskipun tidak secara langsung. Hasil eksperimen dengan

desain ini dapat diuji dengan uji ragam multi jalur pola kovarians, dimana pretes dijadikan

kovariabel, termasuk bila desainnya diperluas, dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek

Page 5: Paper Penelitian Eksperimen Fix

interaksi pretest dan perlakuan. Bila tidak memenuhi persyaratan parameterik maka diuji

menggunakan kombinasi uji peringkat bertanda Wlcoxon dan uji U Mann-Whitney.

c. Solomon Four Group Design

Pada eksperimen dengan desain ini, peneliti menggunakan dua kelompok/grup

pembanding. Salah satu kelompok pembanding ada yang diukur sebelum edksperimen

dilakukan. Ketiga kelompok diacak dengan prinsip random asigment. Ia melakukan

pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan/intervensi diberikan pada kelompok

perlakuan/kelompok eksperimen. Secara skematis dapat dituliskan sebagai berikut.

O11 --- X1 ---- O12

X1 --- O13

O21 --- X2 ---- O22

X2 ---- O23

Keterangan:

O11 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

X1 = kelompok yang diberi perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi

(sebagai kelompok pembanding)

O12 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

O13 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X1 atau yang tidak diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok pembanding)

O21 = pengukuran/observasi sebelum perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 atau yang Diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)

X2 = kelompok yang diberi perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai

kelompok perlakuan)

O22 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 atau yang diberi perlakuan/intervensi (sebagai kelompok perlakuan)

O23 = pengukuran/observasi setelah perlakuan/intervensi pada kelompok yang diberi

perlakuan X2 yang tanpa pengukuran sebelum eksperimen

Desain ini mengatasi kelemahan desain sebelumnya karena ia dapat mengetahi efek

interaksi pretes dengan perlakuan secara langsung. Hasil eksperimen dengan desain ini dapat

diuji dengan uji ragam multi jalur pola kovarians, dimana pretes dijadikan kovariabel,

termasuk bila desainnya diperluas, dikombinasi dengan uji t untuk melihat efek interaksi

Page 6: Paper Penelitian Eksperimen Fix

pretest dan perlakuan. Bila tidak memenuhi persyaratan parameterik maka diuji

menggunakan kombinasi uji peringkat bertanda Wlcoxon dan uji U Mann-Whitney.

d. Faktorial design

Rancangan faktorial bukan bagian dari true experiment bila tidak ada pengukuran

sebelum eksperimen. Disebut eksperimen faktorial atau atau eksperimen berfaktor karena

melibatkan lebih dari satu variable bebas yang dijadikan faktor, dan kedua faktor tersebut

secara teoretik ada interaksinya. Dalam eksperimen factorial peneliti dapat melibatkan dua

faktor sehingga disebut eksperimen faktorial bifaktor. Peneliti juga dapat melibatkan tiga

faktor sehingga disebut eksperimen factorial trifaktor.

Contoh :

a. Pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos terhadap pertambahan tinggi

tanaman jagung ( Zea mays)

b. Pengaruh perbedaan pemberian konsentrasi ekstrak brotowali (Tinospora crispa )

terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih .

2. Rancangan eksperimen semu (quasi-experimental design):

Rancangan eksperimen semu merupakan rancangan yang tidak disertai dengan

pengontrolan variabel suppressor secara ketat.

a. Tujuan penelitian eksperimental

Untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang

relevan. Peneliti harus secara jelas memahami kompromi-kompromi yang ada

pada validitas internal dan eksternal, rancangannya, dan bertindak di dalam

keterbatasan-keterbatasan tertentu.

b. Karakteristik

1. Penelitian eksperimental semu secara khas mencakup penggunaan praktis yang

tidak memungkinkan untuk mengontrol seluruh variabel yang relevan kecuali

beberapa dari variabel tersebut. Peneliti berusaha sedekat mungkin terhadap

keketatan kondisi-kondisi penelitian yang sebenarnya, secara hati-hati

memberikan gambaran perkecualian-perkecualian dan keterbatasan-keterbatasan

yang penting. Oleh karena itu, penelitian ini dikarakteristikan dengan metode

Page 7: Paper Penelitian Eksperimen Fix

kontrol parsial berdasarkan pada identifikasi secara hati-hati terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi validitas internal dan eksternal.

2. Perbedaan antara penelitian eksperimental sebenarnya dengan semu, jika eksperiment

semu maka menggunakan manusia sebagai subyek yang diteliti, kebanyakan

penelitian dalam bidang pendidikan.

3. Meskipun penelitian tindakan (action research) dapat memiliki status eksperimental

semu, hal tersebut sering tidak formal, sehingga perlu mendapat pengakuan

tersendiri. Sekali rencana penelitian secara sistematik menguji masalah validitas,

menjauhi masalah intuitif dan dunia eksplorasi, maka awal dari metode

eksperimental mulai terwujud.

Sebagai contoh, bila pada desain berupa Randomized Subject, Control-Group

Pretest-Posttest Design pada akhirnya tidak dapat dilakukan random assignment terhadap

setiap subjek, dan kemudian peneliti menggunakan kelas-kelas yang sudah ada yang diyakini

bahwa saat pembagian kelas diasumsikan dibagi secara acak, maka peneliti dapat melakukan

desain eksperimen semu yang disebut Nonrandomized Subject, Pretest-Posttest Control-

Group Design. Bila peneliti menggunakan kedua grup secara bergantian diselang-seling

sebagai grup perlakuan dan grup pembanding, maka peneliti dapat menggunakan desain yang

disebut Counterbalanced Design.

Contoh :

1. Pengaruh penerapan metode Problem Based Learning terhadap tingkat

pemahaman siswa.

2. Penelitian untuk menyelidiki efek dua macam cara menghafal (spaced vs

massed practice) dalam menghafal suatu daftar kata – kata asing pada empat

buah SMU tanpa dapat menentukan penempatan murid – murid pada

perlakuan secara random atau mengawasi waktu – waktu latihannya secara

cermat.