paper ekologi laut

38
TUGAS ASISTENSI PRAKTIKUM EKOLOGI LAUT NAMA : IRFAN HAFIZHURRAHMAN NIM : 26020210130092 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Upload: irfan-hafizhur-rahman

Post on 11-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas asistensi ekologi laut ose

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Ekologi Laut

TUGAS ASISTENSI

PRAKTIKUM EKOLOGI LAUT

NAMA : IRFAN HAFIZHURRAHMAN

NIM : 26020210130092

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

Page 2: Paper Ekologi Laut

EKOLOGI LAUT

KARANG

Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum

Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral)

mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas

Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan

lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia). Terumbu karang adalah struktur

di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh

hew an karang.

Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang

bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih

dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan

ukuran besar dijumpai pada karang yang soliter.

ANATOMI KARANG

Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari :

1. mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa

dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri.

2. rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan

(gastrovascular)

3. dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum

disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara

kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini

terdiri dari sel-sel. serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar

karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang.

Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).

Bertempat di gastrodermis, hidup zooxanthellae yaitu alga uniseluler dari

kelompok Dinoflagelata, dengan w arna coklat atau coklat kekuning-kuningan.

Mengapa zooxanthellae ada dalam tubuh karang, kemudian apa perannya serta

Page 3: Paper Ekologi Laut

bentuk hubungan seperti apa yang ada antara karang dan zoox akan dibahas lebih

lanjut pada bagian Asosiasi Zooxanthellae dengan karang.

Gambar Anatomi karang

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang

bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae.

Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang

memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu

Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan

secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.

Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip.

Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang

mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di

bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies,

satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang

disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa

serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi

berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut

lainnya yang belum diketahui.

Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur

fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk

sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang

berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang

Page 4: Paper Ekologi Laut

merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam

laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang

merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas

koral.

Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah

koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur

sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur

di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel

pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari

karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang

terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua

terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka

karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.

Habitat Terumbu karang

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah

yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan

laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak

Page 5: Paper Ekologi Laut

memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis

dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.

Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis,

sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu,

salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami

(pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat

pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah

menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan

kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut,

rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas

suhu normal.

Kondisi optimum

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu

karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada

suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada

lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat

berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.

Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk

melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang

terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang

terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-

oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh

spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu

adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam

lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Fotosintesis

Page 6: Paper Ekologi Laut

Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium

karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi

kimia sebagai berikut:

Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2

Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk

terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat,

kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu

(ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.

Manfaat

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar

dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis

manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi

menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh

manusia adalah:

sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam

bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning),

batu karang,

pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.

penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di

dalamnya.

Page 7: Paper Ekologi Laut

Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah

sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut,

serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Klasifikasi

Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur

Karang hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan

karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya

ditemukan di daerah tropis.

Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu

sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium

microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan

melaksanakan Fotosintesis. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan

oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan

oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa

nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Hasil

samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan

bentuk bangunannya khas. Ciri ini

akhirnya digunakan untuk

menentukan jenis atau spesies

binatang karang.

Karang hermatipik mempunyai

sifat yang unik yaitu perpaduan

antara sifat hewan dan tumbuhan

sehingga arah pertumbuhannya

selalu bersifat Fototropik positif.

Umumnya jenis karang ini hidup di

Page 8: Paper Ekologi Laut

perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari

masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang

karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32 °C.

Karang ahermatipik

Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan

kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.

Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh

Terumbu (reef)

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat

(CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain,

seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan

Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu

ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan

laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di

laut dangkal.

Karang (koral)

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo

Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3.[8] Karang batu termasuk ke

dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya

mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang maka

karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau

hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang

tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh

makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.

Karang terumbu

Page 9: Paper Ekologi Laut

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai

karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur.

Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur,

berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan

vulkanik.

Terumbu karang

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut

penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga

berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti

jenis-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan

Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya,

termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.

Berdasarkan letak

Terumbu karang tepi

Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis

terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai

yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas

pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai

kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju

laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar

yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang

mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu

jelas mengarah secara vertikal.

Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

Terumbu karang penghalang

Page 10: Paper Ekologi Laut

Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai

terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai.

Terumbu karang ini terletak sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan

dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang

membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai

puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau

sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang

terputus-putus.

Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi

Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

Terumbu karang cincin

Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang

berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak

ditemukan pada daerah tropis di Samudra Atlantik. Terumbu karang yang

berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang

tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

Terumbu karang datar

Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-

kadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh

dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis,

membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang

secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.

Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

Berdasarkan zonasi

Page 11: Paper Ekologi Laut

Terumbu yang menghadap angin

Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef)

Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini

diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng

terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan

umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15

meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras

yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras

terumbu terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan

bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut

sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan

terumbu yang sangat dangkal.

Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang

membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan

terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki

bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya

kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan

karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta

sedimentasi yang lebih besar.

Page 12: Paper Ekologi Laut

LAMUN

Lamun atau "rumput laut" adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah

beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun

adalah anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku

berikut: Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae.

Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat

dangkal dan menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang.

Wilayah perairan laut yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat

menjadi suatu ekosistem tersendiri yang khas.

4 ( empat ) ciri pada tanaman tersebut yaitu :

1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan

2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam

3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan tekanan arus

4. Menghasilkan pollinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi perairan )

 

Lamun berbunga, menghasilkan benang sari, berbuah dan

menyebarkan biji sebagaimana tanaman darat. Lamun adalah satu - satunya

tanaman berbunga yang akarnya berpembuluh dan teradaptasi dengan

lingkungan laut.

Page 13: Paper Ekologi Laut

Klasifikasi dan Taksonomi :

Divisi : Anthophyta

Klas : Angiospermae

Subklas : Monocotyledoneae

Ordo : Helobiae

Famili : Potamogetonaceae , Hydrocharitaceae

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji

satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat

berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Azkab

1999).

Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari

52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan

sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga,

35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk

komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus

acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum.

Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang

terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran,

Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di

Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Azkab, 1999;

Bengen 2001).

Lamun, merupakan bagian dari beberapa

ekosistem dari wilayah pesisir dan lautan perlu dilestarikan,

memberikan kontribusi pada peningkatan hasil perikanan

dan pada sektor lainya seperti pariwisata. Oleh karena itu

perlu mendapatkan perhatian khusus seperti halnya

ekosistem lainnya dalam wilayah pesisir untuk

mempertahankan kelestariannya melalui pengelolaan

secara terpadu. Secara langsung dan tidak langsung

Page 14: Paper Ekologi Laut

memberikan manfaat untuk meningkatkan perekonomian terutama bagi penduduk di

wilayah pesisir.

Lamun memiliki perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup

terbenam dalam laut lainnya, seperti makro alga atau rumput laut (seaweeds).

Tanaman lamun memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi

benih. Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti

kondisi fisiologis dan metabolisme; serta faktor eksternal, seperti zat-zat hara dan

tingkat kesuburan perairan.

Jenis Lamun

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 55 jenis lamun, dimana di

Indonesia ditemukan sekitar 12 jenis dominan. Hampir semua substrat dapat

ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu. Namun padang

lamun yang luas lebih sering ditemukan disubstrat lumpur-berpasir yang tebal antara

hutan rawa mangrove dan terumbu karang (Bengen, 2002). Beberapa spesies

seperti Thalassia testudinum secara ekstrim dapat bertumbuh dengan cepat, dengan

laju pertumbuhan daun 2 cm per hari. Pertambahan panjang rhizoma, sesuai

jenisnya, ada yang mencapai 100-200 cm per tahun (Keough & Jenkin, ….)

Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini

padang lamun merupakan suatu kerangka struktural yang berhubungan dalam

proses fisik atau kimiawi yang membentuk sebuah ekosistem. Mengingat pentingnya

peranan lamun bagi ekosistem di laut dan semakin besarnya tekanan gangguan baik

oleh aktifitas manusia maupun akibat alami, maka perlu diupayakan usaha

pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem padang lamun.

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan

pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang

mati, dengan kedalaman 4 meter. Padang lamun terbentuk di dasar laut yang masih

ditembusi cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya.

Page 15: Paper Ekologi Laut

Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat

dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan

anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin.

Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang

dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu

tergenang). Ia dapat dianggap sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun

padang lamun dapat berdiri sendiri. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai

ekosistem antara ekosostem mangrove dan terumbu karang. Lamun adalah sumber

pakan utama duyung.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,

dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup

beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp,

Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp,

Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem.

Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota

perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong

rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung

pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi

dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan

makanan tersuspensi pada kolom air. Alasan lain karena batang lamun dapat

menghalangi pemangsaan fauna bentos sehingga kerapatan dan keanekaragaman

fauna bentos tinggi.

Daerah Padang Lamun dengan kepadatan tinggi akan dijumpai fauna bentos

yang lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah yang tidak ada tumbuhan

lamunnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999) ekosistem lamun memiliki

kerapatan fauna keanekaragaman sebesar 52 kali untuk epifauna dan sebesar 3 kali

untuk infauna dibandingkan pada daerah hamparan tanpa tanaman lamun.

Page 16: Paper Ekologi Laut

DISTRIBUSI LAMUN

Lamun mempunyai distribusi yang cukup luas. Genus Phyllospadix dan

Zostera dijumpai pada wilayah Utara sampai dengan Laut Bering dan Selatan

sampai dengan Laut Tasman. Distribusi dari daerah subtropis sampai dengan

ekuator, berhabitat didaerah perairan pantai dangkal dimana berperanan penting

terhadap ekologinya

Fungsi lamun ( contoh Zostera marina ) pada daerah tersebut adalah

kemampuannya untuk menstabilkan garis pantai, penyedia makanan dan pelindung /

tempat tinggal biota laut, serta tempat pemijahan dan pembenihan bagi beberapa

ikan dasar dan kerang - kerangan

Lamun  mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek:

Keanekaragaman hayati: Padang lamun memiliki keanekaragaman hayati

yang tinggi.  Indonesia diperkirakan memiliki 13 jenis lamun.  Selain itu

padang lamun juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan

laut, seperti: ikan, moluska, krustacea, ekinodermata, penyu, dugong, dll.

Kualitas air: Lamun dapat membantu mempertahankan kualitas air.

Perlindungan: Lamun dapat mengurangi dampak gelombang pada pantai

sehingga dapat membantu menstabilkan garis pantai.

Ekonomi: Padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat

digunakan untuk menyokong kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan,

perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.

Page 17: Paper Ekologi Laut

MANGROVE

Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English).

Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem

hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai)

yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas

tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.

Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang

bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan

(salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin.

Hutan mangrove di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah

ini sebenarnya kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family

tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove.

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang

surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan

dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove

mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor).

Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang

miskin oksigen atau bahkan anaerob.

Page 18: Paper Ekologi Laut

Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang

diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris

sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam

(Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat

persinggahan bagi burung-burung migran.

Flora ekosistem hutan mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umumnya adalah

flora yang bersifat halofit. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove

antara lain adalah :

Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)

Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)

Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)

Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)

Lythraceae (sonneratia, dll)

black mangrove

Sementara fauna ekosistem hutan mangrove juga sangat beragam, mulai

dari hewan-hewan vertebrata seperti berbagai jenis ikan, burung, dan hewan

amphibia, dan ular sampai berbagai jenis hewan invertebrata seperti insects,

Page 19: Paper Ekologi Laut

crustacea (udang-udangan), moluska (siput, keong, dll), dan hewan invertebrata

lainnya seperti cacing, anemon dan koral.

Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu ekosistem hutan yang sangat

kaya akan flora dan faunanya.

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di

atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh

pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi

pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari

gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan

mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang

mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta

mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis

tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini

kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan

evolusi.

Luas dan Penyebaran

Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,

terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas

hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang

terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97

ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Lingkungan fisik dan zonasi

Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-

variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu.

Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah:

Jenis tanah

Page 20: Paper Ekologi Laut

Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang

paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur

dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini

sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas

tanah bergambut. Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang

tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan

dengan terumbu karang.

Terpaan ombak

Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut

terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat.

Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.

Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung

dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas

di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari

muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju

ombak besar.

Penggenangan oleh air pasang

Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama

dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus terendam.

Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air

laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.

Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk

zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar

yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.

Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang

kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di

atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba)

Page 21: Paper Ekologi Laut

tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api

hitam (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.

Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui

campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.), kaboa

(Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih

tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris)

dan bintaro (Cerbera spp.).

Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih (Xylocarpus

spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis) dan kayu buta-

buta (Excoecaria agallocha).

Bentuk-bentuk adaptasi

Menghadapi lingkungan yang ekstrem di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi

dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan vegetasi mangrove menumbuhkan

organ khas untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar garam di

daun. Namun ada pula bentuk-bentuk adaptasi fisiologis. Tegakan api-api Avicennia

di tepi laut. Perhatikan akar napas yang muncul ke atas lumpur pantai.

Pohon-pohon bakau (Rhizophora spp.), yang biasanya tumbuh di zona terluar,

mengembangkan akar tunjang (stilt root) untuk bertahan dari ganasnya gelombang.

Jenis-jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.) menumbuhkan

akar napas (pneumatophore) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil

oksigen dari udara. Pohon kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut (knee

root), sementara pohon-pohon nirih (Xylocarpus spp.) berakar papan yang

memanjang berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas

lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula

kebanyakan jenis-jenis vegetasi mangrove memiliki lentisel, lubang pori pada

pepagan untuk bernapas.

Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam

melalui kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti Rhizophora

Page 22: Paper Ekologi Laut

mangle, mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam.

Air yang terserap telah hampir-hampir tawar, sekitar 90-97% dari kandungan garam

di air laut tak mampu melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di

tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya

daun.

Pada pihak yang lain, mengingat sukarnya memperoleh air tawar, vegetasi

mangrove harus berupaya mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya.

Padahal lingkungan lautan tropika yang panas mendorong tingginya penguapan.

Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu mengatur bukaan mulut daun

(stomata) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi

evaporasi dari daun.

Perkembangbiakan

Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis.

Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian

berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang

ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar

mempertahankan daya hidupnya.

Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat

mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak

dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah

berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.

Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau

(Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini

telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih

bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung

menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan

tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan

melancong ke tempat-tempat jauh.

Page 23: Paper Ekologi Laut

Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di

tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan

beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah

luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan

hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut

dengan istilah propagul.

Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga

berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat

bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant)

berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok.

Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan

bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul

mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di

dasar air dangkal yang berlumpur.

Kekayaan flora

Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar 54

spesies dari 20 genera, anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-

jenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan

hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya.

Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia;

menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan

Samudera Hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk

jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999).

Kita bisa dengan mudah membedakan tumbuhan mangrove dengan tumbuhan

darat hanya dengan melihat bentuk akarnya. Bentuk akarnya yang unik dan indah

membuat tumbuhan payau ini berbeda dengan tumbuhan lainnya di buni ini.

Mangrove ‘terpaksa’ beradaptasi dengan mencuatkan akar-akarnya ke udara, untuk

Page 24: Paper Ekologi Laut

menghindari sedimennya yang anoksik alias mengandung racun-racun yang

berbahaya bagi tubuhnya.

Keunikan dan bentuk akarnya yang mencuat ke atas ini, digunakan oleh para

peneliti sebagai salah satu cara yang paling jitu untuk mengetahui spesiesnya.

Menurut Kitamura, et al (1997), terdapat 6 jenis tipe akar mangrove. Berikut ini

deskripsi masing-masing akar mangrove tersebut:

1. Akar Tunjang adalah akar udara yang tumbuh di atas permukaan tanah,

mencuat dari batang pohon dan dahan paling bawah serta memanjang ke luar dan

menuju ke permukaan tanah. Contoh: Rhizophora spp.

2. Akar Nafas adalah akar udara yang berbentuk seperti pensil atau kerucut

yang menonjol ke atas, terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh secara

horisontal. Contoh: Avicennia spp.

3. Akar Lutut adalah akar horisontal yang berbentuk seperti lutut terlipat di atas

permukaan tanah, meliuk ke atas dan bawah dengan ujung yang emmbulat di atas

permukaan tanah. Contoh: Bruguiera spp.

4. Akar Papan adalah akar yang tumbuh secara horisontal, berbentuk seperti

pita di atas permukaan tanah, bergelombang dan berliku-liku ke arah samping

seperti ular. Contoh: Xylocarpus spp.

5 .Akar Banir adalah struktur akar seperti papan, memanjang secara radial dari

pangkal batang. Ceriops spp.

6. Akar Tanpa Akar Udara adalah akar biasa, tidak berbentuk seperti akar

udara. Contoh: Aegiceras spp.

Page 25: Paper Ekologi Laut

Kegunaan hutan mangrove sangat banyak. Beberapa diantaranya dapat disebutkan

dibawah ini :

Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan

pengikisan pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan

lumpur dan perangkap sedimen.

Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan

sumber makanan utama biota laut.

Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding

grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan,

udang dan biota laut lainnya.

Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak,

ular), dan mamalia (monyet).

Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan

bahan baku kertas.

Sebagai tempat ekowisata.

Sebagai ekosistem hutan yang cukup unik, kegunaan hutan mangrove tidak

terlepas dari letaknya antara daratan dan laut. Letak itulah yang membuat hutan

mangrove berfungsi utama sebagai penahan abrasi air laut dan pengikisan pantai

oleh air laut. Sebagai contoh, abrasi air laut telah menyebabkan sekitar 5-10 desa di

Indramayu dalam 20 tahun terakhir hilang. Belum lagi data tahun 2007 yang

mengungkapkan sekitar 42,6 km daratan pantai dari 114 km garis pantai di

Indramayu juga telah tergerus abrasi.

Itu masih disuatu daerah, bagaimana dengan daerah lainnya ? Tanpa hutan

mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi, kita akan melihat garis pantai

Indonesia yang terpanjang kedua di dunia (setelah Kanada) sepanjang 81.000 km

akan terkikis habis.

Page 26: Paper Ekologi Laut

DAFTAR PUSTAKA

http://seagrass-indonesia.oseanografi.lipi.go.id/id/tentang-lamun.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Lamun

http://id.wikipedia.org/wiki/Padang_lamun

http://itk.fpik.ipb.ac.id/SIELT/lamun.php?load=deskripsi.php

http://dwiajengpramesti.wordpress.com/2010/01/08/lamun-seagrass/

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang

http://www.terangi.or.id/publications/pdf/biologikarang.pdf

http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-trmbu.htm

http://alamendah.wordpress.com/2009/07/21/berkenalan-dengan-terumbu-karang-

indonesia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau

http://www.freewebs.com/irwantomangrove/mangrove_kelola.pdf

http://fertobhades.wordpress.com/2007/10/15/selamatkan-mangrove/

http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm

http://kesemat.blogspot.com/2007/06/mau-tahu-jenis-jenis-mangrove-kenali.html