pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865...

24
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi dan Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) Lamun adalah jenis tumbuhan yang sudah beradaptasi dengan lingkungan laut (Touchhette 2007). Lamun dapat tumbuh dan berkembang di perairan tropis dan perairan temperate (Marlin 2011). Keragaman jenis lamun lebih rendah dari keragaman jenis tumbuhan lain dari kelompok angiospermae dan jumlah spesies lamun kurang dari 60 spesies (Waycott et al. 2007). Distribusi lamun dapat dikelompokan dalam beberapa zona yaitu: (1) zona Halodule uninervis dengan kisaran distribusi sempit (narrow-leaf), (2) zona Halophila dengan kisaran distribusi yang luas dan (3) zona Thalassia- Cymodocea-Enhalus (Fortes 1990). Selanjutnya Short et al. (2001) dalam Waycott et al. (2007) mengelompokkan distribusi jenis lamun berdasarkan tipe habitat seperti pada Gambar 2 di bawah ini. Berdasarkan distribusi tiap jenis lamun tersebut dapat ditemukan jenis lamun yang endemik di daerah tropis yaitu Enhalus acoroides (Waycott et al. 2007). Gambar 2 Distribusi jenis lamun berdasarkan habitat (Waycott et al. 2007) Jumlah jenis lamun di perairan Indonesia sebanyak 12 spesies (Fortes 1994). Namun demikian dengan ditemukannya jenis baru yaitu Halophila sulawesi saat ini jumlah spesies lamun di perairan Indonesia sebanyak 13 spesies (Kuo 2007 in Supriadi 2009). Distribusi tiap jenis lamun di perairan Indonesia pada beberapa lokasi berdasarkan jumlah dan jenisnya antar lokasi tidak sama. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wilayah perairan pesisir Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang berbeda sebagai faktor pembatas keragaman jenis lamun. Salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangan lamun adalah substrat dan salinitas. Keragaman jenis lamun pada beberapa lokasi serta kerapatan tiap jenis lamun/m 2 (Tabel 1). Payau Pantai yang dangkal Pantai yang dalam

Upload: buiquynh

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi dan Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) Lamun adalah jenis tumbuhan yang sudah beradaptasi dengan lingkungan

laut (Touchhette 2007). Lamun dapat tumbuh dan berkembang di perairan tropis

dan perairan temperate (Marlin 2011). Keragaman jenis lamun lebih rendah dari

keragaman jenis tumbuhan lain dari kelompok angiospermae dan jumlah spesies

lamun kurang dari 60 spesies (Waycott et al. 2007).

Distribusi lamun dapat dikelompokan dalam beberapa zona yaitu: (1) zona

Halodule uninervis dengan kisaran distribusi sempit (narrow-leaf), (2) zona

Halophila dengan kisaran distribusi yang luas dan (3) zona Thalassia-

Cymodocea-Enhalus (Fortes 1990). Selanjutnya Short et al. (2001) dalam

Waycott et al. (2007) mengelompokkan distribusi jenis lamun berdasarkan tipe

habitat seperti pada Gambar 2 di bawah ini. Berdasarkan distribusi tiap jenis

lamun tersebut dapat ditemukan jenis lamun yang endemik di daerah tropis yaitu

Enhalus acoroides (Waycott et al. 2007).

Gambar 2 Distribusi jenis lamun berdasarkan habitat (Waycott et al. 2007)

Jumlah jenis lamun di perairan Indonesia sebanyak 12 spesies (Fortes

1994). Namun demikian dengan ditemukannya jenis baru yaitu Halophila

sulawesi saat ini jumlah spesies lamun di perairan Indonesia sebanyak 13

spesies (Kuo 2007 in Supriadi 2009). Distribusi tiap jenis lamun di perairan

Indonesia pada beberapa lokasi berdasarkan jumlah dan jenisnya antar lokasi

tidak sama. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wilayah perairan pesisir Indonesia

memiliki kondisi lingkungan yang berbeda sebagai faktor pembatas keragaman

jenis lamun. Salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangan

lamun adalah substrat dan salinitas. Keragaman jenis lamun pada beberapa

lokasi serta kerapatan tiap jenis lamun/m2 (Tabel 1).

Payau

Pantai yang dangkal

Pantai yang dalam

Page 2: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

12 Tabel 1 Komposisi jenis lamun dan kerapatan individu lamun/m2

.

No Jenis Lamun Selat Sunda

Teluk Banten

Teluk Jakarta

Lombok Flores

1 Enhalus acoroides 160 40-80 36-96 60-90 60-146 2 Cymodocea rotundata 38-756 690 26-1136 253-1400 220-1800

3 Cymodocea serrulata 48-1120 60-190 1056 362 115-1600

4 Hallophila ovalis 15-240 820 18-115 400-1855 100-2160

5 Halodule pinifolia - - - 7120 430-2260

6 Halodule uninervis 10-335 40-1160 604 80-160 360-5600

7 Sringodium isotifolium 630 124-3920 144-536 1160-2520 360-3740 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820

9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber: Kiswara et al (1994)

Jenis lamun di lokasi lain seperti di Pulau Sabangko, Salemo dan Sagara di

Kabupaten Pangkep terdiri dari 7 jenis yaitu Enhalus acoroides, Cyamodocea

rotundata, Cyamodocea serrulata, Halodule uninervis, Holodule pinifolia,

Thalassia hemprichii dan Syringodium isotifolium (Supriadi dan Arif 2006), dan

jumlah yang sama ditemukan di Teluk Pelitajaya dan Kotania di Seram bagian

barat dengan jenis Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis,

Halophila ovalis, Syringodium isotifolium, Cymodocea rotundata dan Cymodocea

serrulata (Supriadi 2009). Pada perairan Teluk Toli-Toli dan pulau sekitarnya di

Sulawesi Barat terdapat 8 jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus

acoroides, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Syringodium

isotifolium, Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata (Supriadi 2010), di

Teluk Arun Lampung Selatan dapat ditemukan 4 jenis lamun yaitu Enhalus

acoroides,Thalassia hemprichii, Halodule uninervis dan Halophila ovalis

(Supratomo 2000).

2.2 Biologi Lamun Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang masuk dalam

sub kelas Monocotiledoneae. Siklus reproduksi lamun secara seksual dilakukan

di bawah air (Marlin 2011) dan struktur reproduksi lamun secara seksual terdiri

dari bunga dan buah. Selain reproduksi secara seksual lamun dapat melakukan

reproduksi secara aseksual. Struktur morfologi lamun terdiri dari akar, batang

dan daun. Fungsi dari tiap organ lamun adalah daun sebagai organ fotosintesis,

sedangkan akar serta rhizoma berfungsi sebagai jangkar untuk menempel pada

substrat dan menyerap nutrient dari lingkungan sekitar (Rutledge dan Jorge

2009). Selanjutnya dijelaskan hasil fotosintesis sebagian disimpan dalam bentuk

karbohidrat dan akan digunakan pada kondisi lingkungan yang tidak

Page 3: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

13 menguntungkan dan kemampuan lamun untuk menyimpan karbohidrat dapat

dilihat dari pertumbuhan lamun.

Lamun terdiri dari dua famili yaitu famili Potamogetonaceae dengan ciri-ciri

morfologi seperti herba, sistem perakaran yang maju secara perlahan, bunganya

kecil, uniseluler atau hermaprodit, buahnya kecil dengan satu biji dan famili

Hydrocharitaceae dengan ciri-ciri memiliki sistem perakaran dengan ujung akar

dan susunan daun jelas, dan telah mengalami diffrensiasi antara helai daun dan

tangkai daun serta memiliki buah yang banyak dan tidak memiliki endosperm

(Fortes 1990), sedangkan Duarte (2008) in Marlin (2011) menyatakan lamun

dapat dekelompokkan menjadi 4 famili yaitu famili Posidoniaceae, famili

Zosteraceae famili Hydrocharitaceae dan famili Cyamodoceaceae. Adapun

klasifikasi jenis lamun di perairan Indonesia seperti pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 klasifikasi jenis lamun di perairan Indonesia Devisi: Anthophita

Kelas: Angiospermae

Subkelas: Monocotyledoneae

Ordo: Helobiae

Famili : Hydrocharitaceae

Genus:Enhalus Spesies:Enhalus

acoroides Genus Halophila Spesies: Halophila

decipiens Halophila ovalis Halophila

spinulosa Halophila minor Genus: Thalassia Spesies:Thalassia

hemprichii

Famili: Potamogentonaceae

Genus: Cymodocea Spesies:

Cymodocea rotundata

Cymodocea serrulata

Genus: Haludule Spesies: Halodule

pinifolia Halodule uninervis Genus: Syringodium Spesies:

Syringodium isoetifolium

Genus: Thalassodendron

Spesies: Thalassodendron ciliatum

Sumber : Yulianda et al. (2008)

Page 4: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

14

Jenis-jenis lamun tersebut memiliki ciri-ciri secara lengkap seperti pada

Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Ciri-ciri spesies lamun yang ditemukan di perairan pesisir Indonesia. Famili Spesies Diskripsi

1. Potamogetonaceae

1.1. Cymodocea rotundata

Rhizoma berbentuk silinder, jumlah daun 3-4, panjang daun 4-15 cm dan lebar 2-4 mm, pada helai daun terdapat 7 -15 tulang daun, membulat dan tumpul, tiap fragmen (node) 1- 4, bunga tidak nampak dan tumbuh di intertidal

1.2. Cymodocea serrulata

Rhizoma berbentuk silinder, rhizoma memiliki panjang 4-25 cm, dengan jumlah akar 1-3, Jumlah daun 3-5 dengan panjang 4 -16 cm dan lebar 4-6 mm dan ditemukan di daerah intertidal

1.3. Halodule pinifolia

Rhizoma memiliki diameter 1mm, daun 2-3, panjang 15 cm dan lebar tidak lebih dari 1mm. dan umumnya dijumpai di substrat berlumpur

1.4. Halodule uninervis

Tulang kurang dari 13, ujung daun seperti trisula, biasanya ditemukan pada substrat berpasir dan berlumpur atau di terumbu karang

1.5. Syringodium isoetifolium

Rhizoma antar fragmen 1-5, panjang daun 16 cm dengan lebar 1-3 mm, memiliki bunga jantan dan betina

1.6. Thalassoden dron ciliatum

Batang tumbuh tegak, jumlah daun 4-6 dan panjang 7-10 cm dan biasanya berasosiasi dengan terumbu karang

2. Hydrocharitaceae

2.1.Enhalus acoroides

Ukuran panjang lebih dari 1 meter, helai daun linier (sejajar), buah berbentuk bulat, ujung daun membulat dan tumbuh pada substrat berlumpur.

2.2.Halophila ovalis

Helai daun berbentuk bulat dan panjang antara 1- 4 cm dan lebar 0,5 – 2,0 cm, seperti semanggi dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25 m.

2.3. Halophila spinulosa

Daun berbentuk bulat panjang, tiap kumpulan daun 10 sampai 20 pasang.

2.4.Halophila decipiens

Helai daun berbentuk oval atau elips, dengan panjang 1,0 – 2,5 cm dan lebar 5 mm dan memiliki daun yang berpasang-pasangan.

1.5.Halophila minor

Daun berbentuk bulat panjang seperti telur dan panjang 0,5 – 1,5 cm dan tumbuh substrat berpasir dan berlumpur

2.6.Thalassia hemprichii

Rhizoma tebal sampai 5 mm, pada umumnya panjang daun mencapai 40 cm dan lebar 0,4 – 1,0 cm, helai daun berbentuk pita.

Sumber : Hutomo et al. (1988), Fortes (1989), Nienhuis et al (1989) dan Ertiemeijer (1993) in Dahuri (2003).

Pertumbuhan lamun dibatasi oleh beberapa faktor lingkungan yaitu

sumber karbon, suhu, cahaya, salinitas, perpindahan air dan nutrient (Alongi

2000). Dahuri (2003) menyatakan bahwa parameter lingkungan yang dapat

mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan lamun adalah: kecerahan,

temperatur, salinitas, substrat dan kecepatan arus. Koch dan Sven (1996)

menyatakan aktivitas fotosintesis dari macrofita laut yaitu lamun sangat

memungkinkan untuk mengembalikan keseimbangan gas CO2 di atmosfir pada

Page 5: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

15 skala global. Namun menurut Duarko dan Amanda (2009) level cahaya tidak

menjadi faktor utama sebagai penghalang distribusi dari Halophila decipiens di

daerah intertidal dan Carlos et al (2006) menjelaskan pengurangan cahaya pada

lamun dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap laju pengurangan

sulfat dan berdampak pada metabolisme lamun. Adapun pengaruh dari beberapa

parameter lingkungan tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan

lamun adalah sebagai berikut:

1 Salinitas Tiap jenis lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap

salinitas, tetapi sebagian besar jenis lamun memiliki kisaran toleransi yang lebar

terhadap salinitas pada kisaran antara 10 – 40 0/oo. Halophila ovalis dapat hidup

pada salinitas yang rendah. Perubahan salinitas dapat menyebabkan kerusakan

lamun. Manzanera et al. (2008) menyatakan Posidonia oceanica sangat sensitif

terhadap peningkatan salinitas, dan kisaran salinitas yang pengaruhnya

signifikan terhadap struktur dan vitalitas lamun berkisar antara 38. 4 0/oo – 39. 1 0

/oo

2 Pergerakan Air Pergerakan air seperti kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, untuk jenis

lamun dari Turtles grass (Thalassia testudinum) dapat tumbuh secara optimal,

sedangkan laju optimal untuk fotosintesis dari Thalassia testudinum pada

kecepatan arus 0,25 cm/det dan Cymodocea nodosa laju optimal fotosintesisnya

terjadi pada kecepatan arus 0,64 cm/det (Alongi 2000)

3 Kecerahan

Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang cukup untuk aktivitas

fotosisntesis. Kebutuhan cahaya secara umum untuk tumbuhan lamun pada

kisaran 200 µmolm-2sec-1. Pada daerah intertidal kebutuhan cahaya pada 400-

600 µmolm-2sec-1 dan di daerah subtidal pada kisaran 150 µ mol m-2sec-1 - 250

µmolm-2 sec-1 , sedangkan pada perairan yang lebih dalam kurang dari 100 µmol

m2sec-1

(Alongi 2000). Pantoja-Reyes dan Susana (2005) menyatakan cahaya

memiliki peranan yang cukup relevan dalam mengatur keseimbangan

pertumbuhan lamun baik secara horizontal dan vertikal.

Page 6: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

16 4 Temperatur

Lamun yang tersebar secara geogrfais cukup luas dapat diindikasikan

memiliki toleransi yang luas terhadap temperatur (Dahuri 2003). Namun demikian

pada kenyataanya spesies lamun di daerah tropis memiliki toleransi yang rendah

terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur yang optimal bagi spesies

lamun adalah 280C – 300

C. Temperatur dapat berpengaruh terhadap

kemampuan fotosintesis lamun dan akan menurun jika temperatur berada diluar

kisaran optimal tersebut.

5 Nutrien Produktivitas primer lamun ditentukan oleh dua parameter lingkungan

utama yaitu (1) cahaya dan (2) nutrient. Nutrien yang ketersediaannya terbatas

adalah nitrogen dan fosfat (Tomascik et al, 1997). Ketersediaan nitrogen

sebenarnya cukup banyak tetapi gas ini tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh

mahluk hidup (Dugan 1972 in Effendi 2000). Selanjutnya dijelaskan bahwa

nitrogen baru bisa dimanfaatkan oleh mahluk hidup (tumbuhan dan hewan)

terlebih dahulu nitrogen mengalami proses fiksasi menjadi ammonia (NH3),

ammonium (NH4) dan nitrat (NO3). Nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen

anorganik yaitu : ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2) dan nitrat

(NO3

Fosfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan oleh tumbuhan.

Karakteristik fosfor berbeda dengan unsur-unsur utama lainya karena fosfor tidak

ditemukan dalam keadaan bebas. Fosfor berbentuk kompleks dengan ion besi

dan kalsium dan pada kondisi aerob bersifat tak larut serta dapat mengendap

pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan aquatik

(Jeffries dan Mills, 1996 in Effendi 2000). Selanjutnya dijelaskan unsur fosfor di

perairan ditemukan dalam bentuk anorganik yang terlarut yaitu ortofosfat

(trisodium fosfat, disodium fosfat, monosodium fosfat dan diamonium fosfat) dan

polifosfat (sodium hexametafosfat, sodium trifolifosfat dan tetrasodium pirofosfat).

), sedangkan nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea

(Effendi 2000). Nitrogen yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap

lamun, karena dapat memicu pertumbuhan alga dan akan mengurangi cahaya

yang masuk ke lamun.

Ortofosfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan langsung oleh

tumbuhan aquatik, sedangkan polifosfat harus mengalami perubahan dulu,

menjadi bentuk ortofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Fosfat

Page 7: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

17 anorganik setelah masuk ke tumbuhan seperti fitoplankton mengalami perubahan

menjadi organofosfat yaitu fosfat yang berikatan dengan ferri (Fe2(PO4

) tidak

larut dan mengendap di dasar perairan. Pada saat terjadi anaerob, ion besi

valensi tiga (ferri) mengalami reduksi menjadi ion besi bervalensi dua (ferro) yang

bersifat larut dan melepaskan fosfat ke perairan, sehingga meningkatkan

keberadaan fosfat di perairan (Broun, 1987 in Effendi 2000).

6 Substrat Lamun dapat tumbuh dan berkembang pada beberapa macam tipe

substrat yaitu mulai dari yang berlumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari

endapan lumpur halus sebesar 40 %. Substrat memiliki peran yang cukup

penting terutama sebagai: (1) pelindung dari pengaruh arus air laut dan (2)

tempat pengolahan dan pemasok nutrient (Dahuru 2003). Selanjutnya dijelaskan

kedalaman sedimen yang cukup merupakan kebutuhan utama untuk

pertumbuhan dan perkembangan habitat lamun.

2.3 Peran Ekologi Padang Lamun

Lamun sampai saat ini terus menjadi perhatian yang menarik untuk

kegiatan penelitian, terutama dari aspek reproduksi, fisiologi, anatomi serta

proses evolusinya. Aspek ekologi seperti asosiasi lamun dengan fauna dan

keterkaitan fungsi lamun dengan ekosistem lain masih menjadi objek penelitian

yang sangat penting untuk pengelolaan keberlanjutan lamun dan biota

asosiasinya. Beberapa jenis biota yang berasosiasi dengan lamun adalah

miofauna (nematoda dan polychaeta), makro fauna (bivalvia dan amphipoda),

kelompok motil epifauna dari mikrofauna seperti protozoa dan makrofauna

seperti gastropoda dan echinodermata (Tomascik et.al 1997).

Lamun memiliki peran sebagai tempat pemeliharaan (nursery) ikan yang

masih muda (juvenil) dan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

kepadatan ikan di terumbu karang (Nienhuis et al. 2002). Oleh karena itu

kehilangan habitat yang bervegetasi lamun di suatu wilayah pesisir dapat

berdampak pada penurunan kepadatan (abundance) dan kekayaan (richnes)

organisme (Gillanders and Bloomfield 2005). Parameter lamun yang memiliki

peran cukup penting terhadap keanekaragaman jenis ikan adalah penutupan

lamun (Nemeth dan Jered 2007). Adapun jenis ikan yang sering ditemukan di

padang lamun adalah famili Apogonidae, Blenniidae, Centriscidae, Gerreidae,

Gobiidae, Labridae, Lethrinidae, Lutjanidae, Monacanthidae, Scaridae,

Page 8: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

18 Scorpaenidae, Siganidae, Syngnathidae dan Teraponidae (Ohman et al. 2002).

Selanjutnya dijalaskan bahwa jenis ikan yang memilih lamun sebagai habitat

dapat dikelompokkan berdasarkan: (1) kelompok ikan yang tinggal secara

permanen, (2) kelompok ikan yang tinggal secara temporal, (3) kelompok ikan

yang datang secara reguler seperti ikan karang yang migrasi secara harian

(diurnally) dan (4) kelompok ikan yang datang secara sekali-kali. Tomascik et al

(2007) menggambarkan keragaman jenis fauna yang tinggal di padang lamun

(Tabel 4).

Tabel 4 Kelompok fauna yang tinggal di ekosistem padang lamun. No. Fauna Kelompok taksa 1 Infauna Mikrofauna Protozoa dan bakteri

Miofauna Herpacticoid copepods, ostracods, nematodes dan polychaetes

Makrofauna Polichaets, bivalvia, amphipods, holothutoid dan phoronoids

2

Motil epifauna Mikrofauna Protozoa Miofauna Hepacticoids copepods, ostracods, rotifera

dan nematodes Makrofauna Amphipods, isopods, decapods, polichaetes,

gastropods, echinoderms dan nemerteans 3 Sesil efifauna Hydroids, bivalvia, bryozoans, sponges,

ascidians dan polychaetes 4 Epibentik fauna Ikan, decapods dan cephalopods

Sumber : Tomascik et al. (1997)

Jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun dapat dikelompokkan menjadi

empat kelompok yaitu: (1) penghuni penuh yaitu yang memijah dan

menghabiskan masa hidupnya di padang Iamun seperti Apogon

margaritophorus, (2) penghuni yang menghabiskan hidupnya di padang lamun

selama masa juvenil hingga siklus dewasa tetapi memijah di luar padang lamun

seperti Halichoeres leparensis, Paramia quinquelineata, Monacanthus

tomentosus, M. hajam, Hemiglyphidodon plagiumetopon dan Sygnathoides

biaculeatus, (3) penghuni yang hanya pada tahap juvenil seperti Siganus

canaliculatus, S. Virgatus, S.chrysospilos, Lethrinus spp. Scarus spp. Abudefduf

spp. Monacanthus mylli dan Muloides samoensis dan (4) penghuni berkala atau

transit yaitu untuk berlindung dan mencari makan (Tomascik at al. 1997).

Keanekaragaman dan kelimpahan jenis ikan di padang lamun didukung

oleh heterogenitas habitat, ketersediaan makanan, peningkatan ruang hidup dan

perlindungan dari predator (Dolar 1991). Pilditch et al. (2004) menyatakan habitat

yang memiliki vegetasi lamun memiliki hubungan yang signifikan dengan

kepadatan dan komposisi makroinvertebrata seperti di esturia New Zealand dan

fauna herbivor yang memiliki ketergantungan cukup besar terhadap lamun

Page 9: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

19 adalah sea urchin (Tripneustes gratilla), ikan, penyu hijau (Chelonia midas) dan

dugong (Dugong dugong) (Richmond, 2002, Eklof et. al, 2008 in Lyimo et al.

2009). Zieman et al. (1984) dan Mattila dan Cristoffer (1999) menjelaskan

secara lebih spesifik peran lamun terhadap ikan yaitu sebagai tempat berlindung

dari predator, sedangkan Asmus et al. (2005) menjelaskan peran lamun sebagai

habitat juvenil pada zona pasang surut. Selanjutnya Jones et al. (2006)

menyatakan selain faktor kerapatan, ukuran penutupan dan besarnya

fragmentasi habitat berperan dalam mendukung kelimpahan juvenil ikan. Namun

demikian ketersediaan makan di padang lamun merupakan indikator utama

perpindahan ikan dari ekosistem lain ke padang lamun (Horinouchi 2007).

Asosiasi lamun dengan epifit dapat menambah ketersediaan makanan di padang

lamun dan memiliki korelasi yang positif untuk peningkatan populasi herbivora

(Heck Jr dan Paul 1999).

Jenis makanan ikan di padang lamun adalah krustasea, amphipoda,

brachyura, stomatopoda, copepoda, polychaeta dan gastropoda (Peristiwady,

1994 in Kiswara, 1999). Belt et al. (2007) menemukan jenis ikan omnivora yang

memiliki kelimpahan paling tinggi dan termasuk ikan pemakan invertebrata di

Wakatobi. Selain karena faktor makanan ikan bermigrasi ke padang lamun dapat

disebabkan oleh struktur habitat (Jones et al 2006). Perpindahan ikan dari

mangrove dan rawa (saltmarsh) ke padang lamun karena faktor struktur habitat

lamun yang sangat mendukung sebagai tempat ikan mencari makanan dan

berlindung dari predator (Mattila dan Bostrom 1999). Selain struktur habitat

faktor waktu memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap ikan yang

bermigrasi ke padang lamun. Griffiths (2001) menjelaskan ikan yang tertangkap

pada malam hari lebih baik untuk digunakan dalam penilaian keanekaragaman

ikan, karena dapat merepresentasikan struktur komunitas ikan yang lebih

mendekati kebenaran. Selanjutnya Bell et. al (2007) menjelaskan jenis ikan

omnivora lebih dominan pada siang hari dan diganti dengan ikan pemakan

invertebrata pada malam hari.

Peran lamun terhadap ikan dijelaskan oleh Weinstein et al. (2001) yaitu

lamun memiliki kontribusi sebagai tempat pemeliharaan ikan lebih dari 30 %,

mangrove antara 5 – 10 %, dataran pasang surut (tidal flat) 5 %, rawa 25 – 30 %,

terumbu karang 25 % dan dasar perairan yang berlumpur lebih kecil dari 5 %.

Uraian fungsi lamun terhadap ikan seperti yang disebutkan di atas dapat

merupakan indikator ekologi dari peran lamun terhadap ikan. Padang lamun

Page 10: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

20 selain berperan sebagai habitat ikan dan biota lain, lamun memiliki peran penting

dalam menjaga keseimbangan sistem ekologi di wilayah pesisir. Dalam hal ini

Bengen (2004) menjelaskan fungsi lamun di wilayah perairan pesisir adalah: (1)

produsen detritus dan zat hara, (2) mengikat sedimen dan menstabilkan substrat

yang lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang, (3)

sebagai tempat ikan mencari makan dan berlindung dari sengatan matahari.

Lamun dapat memproduksi bahan bahan organik dalam bentuk detritus.

Biomassa lamun dalam bentuk detritus yang disumbangkan ke perairan sekitar

sebesar 10% - 20% (Tomascik et al. 1997). Proses pemanfaatan lamun oleh

organisme laut melalui rantai makanan yaitu rantai makanan detritus dan rantai

makanan herbivora (Engeman et al 2008). Contoh model rantai makanan di

padang lamun seperti pada Gambar 3.

Gambar 3 Rantai makanan pada lamun dari jenis Enhalus acoroides (Tomascik et

al.1997) Lamun memiliki peran tidak saja terhadap ikan dan biota laut tetapi

memiliki peran yang cukup penting terhadap lingkungan. Mekanisme peran

lamun tersebut seperti pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Nilai ekologi dan mekanisme peran lamun. No Nilai Ekologi Diskripsi 1 Stabilitas sedimen dan pesisir Canopy lamun sebagai penyangga

perpindahan air dan rihizoma-akar dapat mengikat sediment

2 Menjaga kualitas air Canopy lamun, epifit dan alga berperan seperti semak belukar (scrub) sebagai atau menahan nutrient yang masuk melalui sungai atau run-off

3 Produktivitas primer untuk ekosistem pesisir

Produksi karbon organik dan oksigen

4 Pemeliharaan (nursery) ikan Berlindung, makanan, dan mendukung jaring makanan

Sumber : Thom dan Long (2001)

Page 11: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

21 2. 4 Ancaman Kerusakan Lamun

Kerusakan lamun selain disebabkan oleh perahu nelayan, sebagian besar

lamun yang hilang dari perairan pesisir akibat aktivitas pembangunan (Davis dan

Fyfe 2007). Indikator untuk menilai kerusakan lamun adalah komposisi biota laut

yang berasosiasi dengan lamun, kerapatan, penutupan, biomassa dan luas areal

lamun. Kerusakan lamun pada skala tertentu dapat menjadi dasar untuk

mengembalikan fungsi lamun melalui program konservasi dan restorasi (de Jong

et al. 2009).

Saat ini ancaman terhadap kerusakan lamun tidak saja berasal dari

aktivitas antropogenik, juga dari perubahan iklim global yang dapat berdampak

pada naiknya permukaan air laut dan peningkatan suhu air laut yang akan

berpengaruh negatif terhadap lamun (Schultz 2008). Selanjutnya Neckles dan

Frederick (1999) menjelaskan dampak perubahan iklim global terhadap lamun

adalah: (1) perubahan suhu dapat mengubah laju pertumbuhan dan fungsi

fisiologi yang lain dari tumbuhan lamun, (2) naiknya permukaan air laut akan

menyebabkan bertambahnya kedalaman perairan dan berpengaruh terhadap

perubahan pergerakan air yang dapat berdampak pada berkurangnya jumlah

cahaya yang sampai kelamun.

Selain yang telah disebutkan di atas tekanan yang cukup potensial dan

dapat menyebabkan hilangnya lamun adalah sedimentasi, masuknya spesies

baru, panangkapan ikan, aquakultur, overgrazing dan alga blooming (William et

al. 2006). Contoh kerusakan lamun akibat sedimentasi adalah di Taman Nasional

Tuanku Abdul Rahman Sabah Malaisia (Coles et al. 2008) dan contoh lain yang

menyebabkan kerusakan lamun di wilayah tropis seperti pada (Tabel 6).

Tabel 6 Sebuah sintesis dari luas areal lamun yang hilang dan sumber kerusakan lamun.

Mekanisme utama penyebab hilangnya lamun Areal yang hilang (km2

Lingkungan (Environmental) )/tahun

Secara biologi

< 1,0 Pendaratan kapal, polusi herbivora 1, 0 - 100 Eutrofikasi, perahu dan

sedimentasi herbivora

> 100 Hidrologi dan resuspensi sedimen

Tidak ada data

Sumber : William et al. (2006)

Selanjutnya Engeman et al. (2008) menyatakan aktivitas perahu memiliki

dampak negatif terhadap lamun di Teluk Florida dengan luas areal lamun yang

rusak dari tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 sebesar 27,1 ha dan antara

Page 12: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

22 tahun 1997 sampai tahun 2005 sebesar 10,8 ha/tahun, Virnstein dan Lori (2004)

menyatakan di Utara Indian River Lagoon Florida, kerusakan lamun dari tahun

1996 sampai tahun 1997 lebih dari 100 ha yang disebabkan oleh melimpahnya

makroalga dan tingkat kekeruhan air yang meningkat. Dahuri (2003)

menyebutkan bahwa ancaman ekosistem padang lamun saat ini dapat berasal

dari: (1) sedimentasi, (2) eutrofikasi, (3) over eksploitasi sumberdaya ekosistem

padang lamun, (4) penggunaan alat dan bahan yang dapat merusak habitat dan

(5) degradasi fisik habitat lingkungan laut sebagai akibat dari suatu pengerukan.

Oleh karena itu dalam mendesain model kerusakan lamun dapat dilakukan

melalui dua proses yaitu: (1) lokalisasi gangguan yang bersumber dari jangkar,

bom dan peralatan yang tidak ramah lingkungan dan (2) identifikasi sumber

kerusakan yang berasal dari proses sedimentasi dan faktor antopogenik lainnya

(Schultz 2008). Namun demikian kemampuan pulih (recovery) lamun dapat

menjadi dasar dalam mengestimasi biaya untuk program restorasi (Karlin et al

2008).

2.5 Konservasi Lamun Pengelolaan sumberdaya alam hayati di wilayah pesisir dan laut dimulai

dari pemahaman tentang aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap

komunitas biota laut dan ekosistemnya. Pada sistem ekologi di wilayah pesisir

ada tiga ekosistem yang sering terkena dampak aktivitas manusia yaitu terumbu

karang, mangrove dan padang lamun. Namun demikian menurut Coles et al

((2008) lamun sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam aspek

perlindungan baik dari kalangan ilmuan, pemerintah dan masyarakat, sedangkan

lamun memiliki fungsi sebagai perangkap sedimen melalui sistem

pertumbuhannya dan memperlambat energi gelombang serta arus yang sampai

ke pantai.

Pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir berkaitan dengan dinamika

pembangunan dapat dilakukan dengan pendekatan konservasi melalui

mekanisme top down dan bottom up (Dearden et al. 2005). Selanjutnya strategi

pengelolaan yang dibutuhkan adalah meningkatkan kesadaran semua pihak

tentang nilai konservasi lingkungan. Selanjutnya Satria (2009) menyebutkan

instrumen penting yang dapat digunakan dalam konservasi sumberdaya laut

yaitu: (1) instrumen ekonomi yaitu kompensasi bagi masyarakat yang tergantung

pada nilai sumberdaya yang ada di areal konservasi, (2) instrumen hukum, (3)

Page 13: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

23 instrumen politik yaitu berupa gerakan politik hijau untuk peduli terhadap isu-isu

lingkungan, (4) instrumen pendidikan dan (5) instrumen teknis yang meliputi

pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Perlindungan ekosistem padang lamun bertujuan untuk melestarikan lamun

dan biota asosiasinya. Perlindungan padang lamun dapat meningkatkan

biomassa ikan di suatu wilayah perairan laut (Castro et al. 2001). Peningkatan

biomassa ikan dengan pendekatan konservasi ekosistem telah dilakukan melalui

penataan ruang di wilayah pesisir dengan sistem zonasi (DKP 2008). Grumbine

(1994) menjelaskan evaluasi status konservasi melalui program monitoring dapat

menjadi dasar dalam mengoptimalkan pengelolaan kawasan konservasi. Sukses

pengelolaan dapat dimulai dari pemahaman tentang perubahan kondisi

lingkungan secara spatial dan temporal yang memiliki pengaruh signifikan pada

pertumbuhan dan kesehatan lamun (Davis dan Fyfe 2007).

Konsep pengelolaan dengan pendekatan konservasi ekosistem sebagai

salah satu strategi pengelolaan bertujuan untuk menjamin kesinambungan

persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

keanekaragaman hayati dan nilainya (UU No. 5 Tahun 1990). Sedangkan World

Conservation Strategy mendefinisikan konservasi adalah sebagai manajemen

dalam penggunaan biosfer oleh manusia dan dapat memberi manfaat yang

besar untuk keberlanjutan (sustainability) bagi generasi sekarang dan dapat

melakukan pemeliharaan untuk kebutuhan generasi yang akan datang (Gilpin

1996).

Konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya

perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan

kesinambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (UU No 37

Tahun 2007). International Union for the Conservation of Nature and Natural

Resources (IUCN) mendefinisikan konservasi atau area perlindungan laut adalah

suatu wilayah perairan pasang surut bersama badan air di bawahnya dan terkait

dengan flora-fauna dan penampakan sejarah serta budaya dilindungi secara

hukum atau cara lain yang efektif untuk melindungi sebagian atau seluruh

lingkungan di sekitarnya (Pet-Soede et al. 2007). Definisi konservasi di atas

makna yang cukup ensensial adalah nilai keberlanjutan dalam pemanfaatan yang

bertujuan untuk tetap menjaga kelestarian, agar dapat digunakan oleh generasi

Page 14: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

24 sekarang dan generasi akan datang. Konsep konservasi sebenarnya diawali oleh

krisis keanekaragaman hayati yang telah didiskusikan oleh para ahli ekologi

sejak tahun 30 an dan 40 an. Saat ini konservasi bukan saja bagian dari kajian

akademik, tetapi sudah dibicarakan sebagai suatu kebijakan khususnya dalam

perencanaan pengelolaan pesisir secara terpadu atau Integrated Coastal Zone

Management (Haes at al 1996). Selanjutnya dijelaskan hal mendasar yang

menjadi fokus dalam konservasi ekosistem adalah perlindungan habitat dapat

diintegrasikan dalam proses perencanaan serta legalisasi sebagai panduan

dalam pelaksanaan pengelolaan.

Indonesia memiliki perhatian yang cukup besar dalam perlindungan

keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, hal ini dapat dilihat dari peraturan

yang berhubungan secara langsung dengan perlindungan keanekaragaman

hayati seperti UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

dan Ekosistemnya, UU No 32 tahun 2009 tentang Pengetolaan Lingkungan

Hidup, UU No 31 tahun 2004 tentang Perikanan, UU No 32 tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, UU No 37 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil, peraturan pemerintah yaitu PP No.60 tahun 2007 yang

mengatur secara detil tentang penyelenggaraan Konservasi Sumberdaya Ikan

(DKP 2008).

Penerapan konsep konservasi untuk keberlanjutan sumnberdaya ikan dan

ekosistemnya dilaksanakan dalam bentuk kawasan konservasi perairan yang

bertujuan untuk: (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan, (2) pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan (3)

pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (DKP

2008). Selanjutnya Thom et al. (2001) menjelaskan pemilihan indikator dalam

desain konservasi secara konseptual adalah merupakan faktor kunci untuk

memahami perubahan pada struktur dan fungsi ekosistem. Selanjutnya

dijelaskan indikator dari kriteria yang telah dipilih dapat menjadi alat yang efektif

untuk melakukan monitoring dan evaluasi keberlanjutan kawasan konservasi.

Pada perspektif global perlindungan keanekaragaman hayati dan

ekosistem dilaksankan dengan pendekatan Marine Protected Area (MPA). Ehler

et al (2004) menjelaskan tentang perinsip dasar dari MPA adalah:

(a). Memperkuat keterkaitan antara MPA melalui: (1) konektivitas antara MPA

dengan sekitar wilayah pesisir dan laut, (2) menyediakan pengetahuan dan

informasi yang baik dan (3) manfaat dan kegunaan,

Page 15: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

25 (b) Menyusun dan mengembangkan model kebijakan MPA dalam kerangka kerja

secara lebih luas untuk diintegrasikan di dalam pengelolaan terpadu wilayah

pesisir dan laut melalui: (1) mengintegrasikan penguatan secara vertikal dan

horizontal, (2) MPA menjadi bagian dari pengelolaan terpadu wilayah pesisir

dan laut dan (3) perencanaan partisipatif untuk desain MPA

(c). Mengembangkan pelaksanaan MPA melalui peningkatan kebijakan dan

manajemen melalui: (1) peningkatan kapasitas dan sumber daya, (2)

penilaian terhadap efektifitas dari pengelolaan dan (3) jaringan kerja

(networks) dari MPA

Konservasi melalui pendekatan MPA yang telah berhasail sebagai alat

dalam pengelolaaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu adalah:

(1). MPA di Laut Merah Mesir yang cukup efektif sebagai alat untuk pengelolaan

pesisir dan Laut secara terpadu.

(2). Florida Keys National Marine Sanctuary (FKNMS), manajemen MPA dapat

menyediakan informasi dan pengetahuan yang cukup baik bagi masyarakat,

di Tanzania, melalui partisipasi masyarakat dan pendekatan terpadu sukses

dalam meningkatkan kapasitas dan manfaat dari MPA,

(3). Filipina manajemen MPA berhasil dengan pendekatan penguatan hubungan

vertikal dan horizontal antar stakeholder melalui inisiatif pengelolaan pesisir

secara luas dan MPA dapat sebagai alat untuk pengelolaan pesisir terpadu.

MPA dilihat dari bentuknya terdiri dari: (1) wilayah tertutup (closed areas)

adalah wilayah yang tertutup untuk pengambilan ikan, dimana tujuannya adalah

untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan, (2) wilayah penelitian dan

monitoring adalah suatu wilayah yang dilindungi untuk dikelola sebagai daerah

penelitian atau evaluasi kondisi lingkungan dan laboratorium alam, (3) wilayah

laut yang sensitif, (4) Taman Nasional Laut, (5) perlindungan laut secara regional

atau ekosistem yang besar dan (6) pengelolaan terpadu (Agardy 1997).

Selanjutnya IUCN in Wescott et al. (2008) membagi kategori MPA dalam

beberapa bentuk yaitu:

1. Strict Nature Reserve ((Ia) yaitu perlindungan suatu kawasan dan sebagian

besar dikelola untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

2. Wilderness area (Ib) adalah mengelola suatu kawasan utama untuk

perlindungan, (II) National Park atau Taman Nasional adalah untuk konservasi

ekosistem dan rekreasi, (III) Natural Monumen adalah untuk mengelola suatu

kawasan untuk konservasi alam yang memiliki keistimewaan, (IV) Manajemen

Page 16: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

26

habitat dan spesies adalah perlindungan suatu kawasan untuk konservasi

melalui pengelolaan yang diintervensi, (V) Protected Landscape/Seascape

adalah perlindungan dengan pengelolaan utama untuk konservasi landscape

dan rekreasi dan (VI) Managed Resources Protected Area adalah

perlindungan untuk pengelolaan keberlanjutan penggunaan dari sumberdaya

alam dan ekosistemnya.

Konservasi sebagai strategi perlindungan habitat untuk menjamin

keberlanjutan fungsi secara ekologi (Frid et al. 2006). Dalam hal ini Gladstone

(2007) menyebutkan tentang kriteria-kriteria yang diperlukan dalam desain MPA

yaitu: (1) keterwakilan (representativeness), (2) kekayaan spesies (richness

species), (3) nilai ancaman dari spesies, (4) tingkat konektivitas, (5) tidak dapat

diganti (irrepaceability) dan (6) ukuran populasi. Esensi dari definisi konservasi

serta bentuk dan tujuan perlindungan yang telah disebutkan di atas sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2007 tentang Konservasi

Sumberdaya Ikan, pelaksanaan konservasi perairan dapat dilakukan dalam

bentuk: (1) Taman Nasional Perairan, (2) Suaka Alam Perairan, (3) Taman

Wisata Perairan dan (4) Suaka perikanan, sedangkan sistem pengelolaannya

menggunakan pendekatan zonasi yang meliputi : (1) zona inti, (2) zona

perikanan berkelanjutan. (3) zona pemanfaatan dan (4) zona lainnya.

Konservasi Sumberdaya Ikan (KSDI) adalah: (1) menjaga kelestarian

ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, (2) melindungi alur migrasi ikan dan

biota lain, (3) melindungi habitat dan biota laut, dan (4) melindungi situs budaya

tradisional (DKP 2008). Selanjutnya Jelbart et al. (2008) menyebutkan tentang

luas areal untuk perencanaan perlindungan areal pesisir dan laut, khusus untuk

areal yang tidak di manfaatkan secara langsung (no-take sanctuary zone) adalah

10 – 30 %. Beberapa hal yang cukup penting tentang keberadaan padang lamun

untuk keberlanjutan sumberdaya ikan seperti yang dinyatakan oleh Hal et al.

(2001) menyebutkan asosiasi ikan dengan padang lamun pada beberapa ukuran

merupakan informasi yang cukup penting untuk desain program restorasi lamun

dan Castro et al (2001) menjelaskan desain zonasi pemanfaatan padang lamun

dapat membantu dalam membuat keputusan tentang strategi monitoring dan

evaluasi terhadap keberlanjutan padang lamun dan biota lainnya.

Morfologi lamun yang dapat dijadikan indikator perubahan kondisi

lingkungan secara ekologi adalah: lebar daun, panjang daun, jumlah daun,

biomassa, kepadatan dan Leaf Area Index (Durako and John 2004). Kelimpahan

Page 17: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

27 lamun dan kondisi lingkungan seperti topografi, nutrient dan komposisi sedimen

dapat menjadi dasar dalam investigasi interaksi antar spesies pada skala

temporal di padang lamun daerah tropis (Izumi dan Mashiro 2000).

Indikator ekologi dari struktur dan komposisi ekosistem dapat digunakan

untuk melakukan monitoring dan penilaian pada areal konservasi (Beyeler dan

Dale 2001). Selanjutnya kepadatan, panjang daun dan pencemaran daun (leaf

fouling) dapat digunakan untuk melihat kemampuan lamun untuk pulih dari suatu

kondisi lingkungan (Davis dan Fyfe 2007). Adapun indikator ekologi dalam

desaian konservasi lamun seperti pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Indikator ekologi dalam desain konservasi.

Struktur Proses Indikator

Organisme Pencemaran lingkungan, mutagenesis Jumlah parasit dan, kelainan bentuk secara fisik

Spesies Batas penyebaran dan kepunahan Ukuran dan jumlah populasi Populasi Perubahan kelimpahan atau kepunahan Umur atau ukuran struktur

penyebaran Ekosistem Kompetisi dan aliran energi Kekayaan spesies,

keanekaragaman dan jumlah tingkat tropik

Landscape Gangguan dan suksesi Fragmentasi, distribusi secara spatial dari komunitas dan habitat

Sumber : Karr (1981) in Beyeler dan Dale (2001)

Indikator ekologi di atas dalam desain konservasi memiliki keterkaitan

dengan luas areal sebagai sasaran konservasi. Dalam hal ini Bohnsack (2002) in

Possingham et al. (2005) menyebutkan areal perlindungan untuk konservasi

keanekaragaman hayati minimal 30 %, sedangkan untuk pengelolaan perikanan

dalam menjaga stok ikan antara 20 % – 30 %.

Seleksi areal konservasi selain berhubungan dengan penetapan batas dan

luas areal, masalah lain yang cukup penting adalah proses ekologi sebagai faktor

kunci untuk mencapai sasaran konservasi. Adapun fungsi-fungsi ekologi

tersebut adalah: (1) siklus energi dan elemen dan karbon, nitrogen, fosfor dan

sulfur, (2) siklus silikon, (3) siklus kalsium karbonat, (4) ekspor dan suplai

makanan, (5) produktivitas, (6) ketentuan dan perlindungan habitat, (7) pola

secara temporal dan kemantapan populasi (variabilitas population), resistensi

dan resilience kommunitas, (8) suplai dan ekspor propagule, (9) imigrasi dan

emigrasi ikan dewasa dan (10) modifikasi dan proses secara fisika (Bremner et

al. 2008).

Page 18: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

28

Selanjutnya Possingham et al. (2005) menjelaskan pada kondisi fungsi-

fungsi ekologi tersebut belum teridentifikasi penetapan kawasan konservasi

dapat dilakukan melalui negosiasi dengan stakeholders. Pada suatu areal

konservasi yang telah ditetapkan permasalahan utamanya adalah pada strategi

pencegahan gangguan dari masyarakat (Bianchi et al. 2009). Oleh karena itu

dalam desain konservasi seperti konservasi padang lamun dapat dilakukan

melalui dua pendekatan yaitu: (1) melalui undang-undang atau peraturan

(prescriptive) dan (2) konsensus bersama atau kombinasi keduanya (Larkum et

al. 2006). Selanjutnya Wescott dan Fitzssimons (2008) menyebutkan desain

kawasan konservasi dapat dilakukan melalui: (1) klasifikasi sistem perlindungan

secara komprehensif, dan melakukan kuantifikasi secara rasional dan akurat

pada komponen-komponen yang esensial, (2) pendekatan pengelolaan melalui

sistem zonasi dan (3) strategi pengelolaan isu-isu kebijakan yang bersifat

emergensi. Selain faktor-faktor biologi, ekologi yang dijadikan dasar dalam

desain konservasi di wilayah pesisir, peran masyarakat lokal merupakan bagian

yang menentukan untuk mencapai tujuan konservasi. Hal ini dinyatakan oleh

Few (2009) yang menyatakan partisipasi tidak dapat disederhanakan dalam

desain konservasi, sebab partisipasi itu memiliki kekuatan dalam relasinya

dengan kawasan perlindungan.

Penilaian respon masyarakat terhadap areal konservasi telah dilkukan oleh

Minnis dan Stoffie (2007). Hasil penilaian tersebut menunjukkan ada perbedaan

respon masyarakat terhadap keberadaan kawasan konservasi yang dipengaruhi

oleh: (1) perwakilan masyarakat yang diikutkan dalam proses, (b) resiliensi

masyarakat yang berkurang dalam mendukung proses adaptasi mereka secara

tradisional untuk nilai sosial dan lingkungan alamnya dan (c) identitas

masyarakat yang menghalangi dan melindungi akses ke wilayah pesisir dan laut.

Selanjutnya dari hasil penilaian tersebut dapat disusun permasalahan sosial dan

ekonomi masyarakat untuk desain model konservasi meliputi: (1) dampak

terhadap perikanan, (2) partisipasi masyarakat dan (3) potensi manfaat yang

dapat diterima oleh masyarakat sekitar.

Areal konservasi padang lamun di Selat Kepulauan Torres dilakukan oleh

masyarakat yang dikenal sebagai “seagrass-watch” (Coles et al 2008). Hal

penting yang perlu diperhatikan dalam proses pelibatan masyarakat adalah: (1)

indentifikasi kebutuhan dan komunikasi yang wajar dalam pertemuan, (2)

pengembangan konsep, (3) implementasi yang meliputi program pengelolaan

Page 19: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

29 dan (4) mengkomunikasikan hasil analisis. Hal ini sesuai dengan yang

dinyatakan oleh Dahuri (2003) yang menyatakan upaya meningkatkan kesadaran

dan partisipasi masyarakat dapat dilakukan melalui: (1) meningkatkan dan

mengoptimalkan kerjasama dan koordinasi, (2) desiminasi manajemen, (3)

memperbaiki kualitas dan kuantitas pekerja yang terlibat dalam pengelolaan, (4)

keterlibatan publik, (5) mendukung komunitas lokal, (6) mengembangkan metode

alternatif dalam penangkapan ikan.

Masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang areal

konservasi dan pengetahuan tersebut disebut sebagai pengetahuan ekologi

masyarakat lokal (Simms et al. 2009). Selanjutnya dijelaskan pengetahuan

ekologi masyarakat memiliki keterkaitan dengan ahli dibidang konservasi yang

dapat saling memperkuat dalam merumuskan kebijakan pengelolaan seperti

pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Peranan pengetahuan ekologi masayarakat dalam pengelolaan.

Dimensi pengetahuan lokal tidak saja berhubungan dengan tindakan

konservasi tetapi juga dengan sistem kelembagaan (Tabel 8).

Tabel 8 Dimensi kelembagaan untuk konservasi SDA pesisir dan laut

No Faktor Atribut Data dan informasi

1 Asal usul lembaga Proses pembentukan dan sifat lembaga

1. Sejarah pembentukan lembaga

2. Inisiatif pembentukan 3. Dasar pembentukan 4. Tujuan pembentukan

2 Keberadaan lembaga Batas kewenagan dan aturan main

1. Identifikasi anggota 2. Proses rekruitmen 3. Bentuk-bentuk aturan

(penangkapan dan non penangkapan)

3 Manajemen konflik Manajemen konflik 1. Kemampuan pemimpin atau anggota kelompok dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat

2. Mekanisme atau prosedur penyelesian konflik

Sumber : Priyatna et al. (2007)

Ilmuwan Pengetahuan ekologi masyarakat lokal

Informasi untuk membuat kebijakan pengelolaan

Page 20: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

30

Kriteria sosial dan ekonomi untuk menyeleksi kawasan konservasi terdiri

dari beberapa indikator seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Kriteria sosial dan ekonomi untuk menyeleksi kawasan konservasi untuk perlindugan laut.

No Indikator Kriteria 1 Ekonomi Jumlah nelayan yang tergantung pada wilayah (area) dan nilai

wisatanya Kontribusi dari perlindungan untuk meningkatkan dan pemeliharaan nilai ekonomi

2 Sosial Kenyamanan, memelihara metode penangkapan secara tradisional, nilai rekreasi, pendidikan, nilai keindahan dan nilai warisan

3 Ilmu Pengetahuan

Jumlah ahli yang mempersiapkan konsep, pengaturan survey dan monitoring, nilai pendidikan serta kegiatan penelitian

4 Kelayakan dan kegunaan

Dapat diterima secara sosial dan politik, mudah diakses untuk pendidikan dan wisata, cocok dengan keadaan wilayah, kenyamanan dalam manajemen dan dapat dilaksanakan

Sumber : Houde et al.(2001)

Selanjutnya dilihat dari keragaman stakeholder yang memanfaatkan

sumberdaya di wilayah pesisir memiliki perbedaan dalam tujuan dan Ehler et al.

(2004) menjelaskan secara detil perbedaan interes antara dua komunitas

masyarakat yaitu antara masyarakat lokal dengan masyarakat industri wisata

pada suatu kawasan konservasi laut seperti pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbedaan interes antara masyarakat lokal dan masyarakat industri wisata dalam konservasi

Daerah

perlindungan Masyarakat lokal Industri wisata

Konservasi biodiversity

Fungsi utama : in situ konservasi biodiversity

Memelihara (maintanance) fungsi secara ekologi

Preservasi (pengawetan) sumberdaya alam sebagai basis komoditas dari industri

Preservasi budaya

Pengetahuan lokal untuk konservasi dan keberlanjutan biodiversity

Memelihara(maintenance) dalam keterpaduan sosial dan matapencaharian

Preservasi (pengawetan) sebagai komoditas yang ditawarkan untuk wisata

Pendapatan Pendapatan yang diinvestasikan di dalam konservasi

Sebagai sumber pendapatan masyarakat lokal

Pendapatan untuk industri

Sumber : Ehler et al. (2004)

Page 21: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

31 2.6 Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem

Salah satu masalah dalam pengelolaan adalah memeberikan memberikan

makna keberlanjutan seperti pada keberlanjutan nasib perikanan tangkap.

Dalam hal ini keberlanjutan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: (1)

keberlanjutan ekologi, (2) keberlanjutan ekonomi, (3) keberlanjutan sosial dan

(4) keberlanjutan teknologi dan etika (Fauzi, 2001 in Susilo 2005). Secara

konseptual desain keberlanjutan perikanan tangkap yang berbasis konservasi

ekosistem dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu melalui: identipikasi

jenis alat tangkap, tekanan terhadap lingkungan, status perikanan tangkap serta

dampak perikanan tangkap dan respon dari dampak tersebut. Dari permasalahan

tersebut dapat diupayakan strategi pengelolaan sebagai respon dari kegiatan

perikanan tangkap dan prosesnya secara konseptual seperti pada Gambar 5

(Brito et al. 2009).

Gambar 5 Krangka konseptual dalam desain areal konservasi yang berhubungan dengan perikanan tangkap

Sektor Perikanan

Tipe alat tangkap

Habitat, spesies dan sosial ekonomi

Perubahan dalam populasi Perubahan stuktur habitat secara spatial Perubahan yang berhubungan dengan sosial ekonomi masyarakat

Monitoring Penelitian Pendidikan Perbaikan aktivitas

Pembatasan Zonasi

Perencanaan Pengelolaan

Areal Konservasi laut

Page 22: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

32

Kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dalam rangka mengembalikan

stok sumberdaya ikan dapat dilakukan melalui: (1) pergeseran kebijakan

pengelolaan perikanan dari pengelolaan yang berorientasi pada perluasan usaha

menuju pada pengelolaan yang berkelanjutan, (2) pengelolaan perikanan

memahami bahwa prinsip “sumberdaya tidak akan pernah habis” sudah tidak

berlaku, (3) pemindahan usaha penangkapan dari satu tempat ketempat lain

sebagai sumber kolapsnya perikanan setempat dan (4) pengelolaan perikanan

berdasarkan pendekatan ekosistem, kawasan konservasi laut memainkan

peranan penting (Pet-Soede et al. 2007). Selanjutnya Dahuri (2003) menjelaskan

pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dan berbasis masyarakat mengalami

banyak hambatan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang

disebabkan oleh : (1) data dan informasi yang tidak akurat, (2) kemiskinan, (3)

kesadaran yang masih rendah, (4) upaya eksploitasi lebih tinggi dari upaya

konservasi, (5) kelembagaan, (6) tingkat pendidikan yang masih rendah dan (7)

pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.

Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan perikanan berbasis

ekosistem dapat dilakukan melalui pengenalan atau sosialisasi terhadap jasa dan

fungsi ekosistem di wilayah pesisir dan laut. Fungsi dan jasa ekosistem yang

dimaksud seperti pada Tabel 11. Axmacher et al. (2009) menjelaskan tantangan

dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah pertumbuhan populasi

penduduk yang tinggi, pembangunan ekonomi yang cepat serta partisipasi

masyarakat yang masih rendah. Oleh karena itu dalam pengelolaan perikanan

perlu mengintegrasikan hak masyarakat seperti yang dilakukan di Swedia (Waldo

and Brady 2009).

Pendekatan ekosistem telah terbukti dapat meningkatan biomassa ikan

dalam ukuran ikan dan komposisi spesies (Robert dan Hawkins 2001 in Pet-

Soede et al. 2007). Hal ini disebabkan karena pendekatan ekosistem secara

konseptual memelihara integritas ekologi secara integral melalui: (1)

pemeliharaan populasi dan representasi ekosistem, (2) meminimalkan ancaman

utama terhadap sumberdaya alam, (3) melindungi potensi yang potensial dari

ekosistem serta spesies dan (4) mengakomodasi kebutuhan beberapa kelompok

kunci seperti ilmuan, pemerintah, maneger dan masyarakat (Grumbine 1994).

Pendekatan ekosistem adalah sebuah strategi untuk pengelolaan terpadu

dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan pada tiga obyek yaitu: (1)

konservasi, (2) keberlanjutan penggunaan dan (3) manfaat yang diambil dari nilai

Page 23: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

33 kegunaan (Ehler et al, 2004). Selanjutnya dijelaskan keberhasilan pendekatan ini

dapat dilakukan melalui: (1) meningkatkan peran masyarakat lokal dan (2)

mengenal secara signifikan batas wilayah dan sumberdaya alam atau

biodiversity serta masyarakat.

Tabel 11 Klasifikasi fungsi dan jasa ekosistem

No Jasa ekosistem Fungsi ekosistem Contoh

1 Tempat perlindungan (refugia)

Habitat untuk tinggal dan transit dari populasi atau spesies

Ekisistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang

2 Biologi (biological control)

Mengatur dinamika trofik dari populasi atau spesies

Kontrol dari predator terhadap mangsa(prey) dari keystone spesies, pengurangan herbivora oleh top predator

3 Produksi makanan (food production)

Tempat produksi primer kotor yang dapat diekstrak sebagai makanan

Produksi ikan dari ekosistem pesisir dan ekosistem lain

4 Regulasi gas (gas regulation)

Pengaturan komposisi kimia di atmosfir

Keseimbangan CO2 dan O

5

2

Regulasi iklim (climate regulation)

Regulasi temperatur global, presipitasi (presipitation) dan proses biologi lainnya baik ditingkat lokal maupun global

Regulasi gas rumah kaca

6 Sumber genetik (genetic resources)

Menghasilkan materi biologi yang langka

Bahan kesehatan, gen resistensi

7 Rekreasi(recreation) Menyediakan peluang untuk aktivitas rekreasi

Eco-tourism, berenang dan aktivitas olah raga yang lain

8 Budaya(culture) Menyediakan peluang untuk tidak digunakan sebagai tempat komersial

Pendidikan, astetik, spiritual dan nilai ilmiah (scientific) dari ekosistem

Sumber : Belt et al. (1997)

Sejalan dengan konsep perbaikan sistem pengelolaan perikanan yang

berkelanjutan (sustainable) Sakurai et al. (2008) menjelaskan pengelolaan

perikanan adalah strategi memelihara spesies-spesies utama melalui metode

monitoring dan evaluasi terhadap fungsi dan struktur ekosistem. Konsep

pengelolaan perikanan dari konsep co-management telah dikembangkan menjadi

ekosistem management (Sakuri et al. 2008). Manajemen ekosistem tujuannya

adalah memelihara integritas fungsi ekologi melalui pemeliharaan populasi

Page 24: Pantai yang dangkal - repository.ipb.ac.id · 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber ... Helai daun berbentuk

34 ekosistem dan proses ekologi serta tetap mengakomodasi kebutuhan

masyarakat (Grumbine 1994). Oleh karena itu dalam pengelolaan perikanan

berkelanjutan sasarannya adalah: (1) jumlah maksimum tenaga kerja yang

dapat terserap, (2) pemeliharaan habitat, (3) maximum sustainable yield (MSY),

(4) konservasi terhadap stok ikan dan lingkungannya, (5) pertukaran generasi,

(6) efisiensi ekonomi dan (7) kesamaan hak secara sosial (Charles 2001).

Lalwani et al. (2004) menjelaskan tentang unsur-unsur utama dalam pengelolaan

seperti Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12 Faktor sukses dalam Integrated Coastal Management (ICM)

No. Faktor Sub Faktor 1 Pelaksanaan bersama (co-operation) Kolaborasi (collaboration) 2 Komprehensif (comprehensiveness) Keterwakilan (representative) 3 Konsisten (consistensy) Harmonisasi (harmonization) 4 Pendidikan (education) Latihan (training) 5 Dukungan pemerintah (govermment

backing) Dukungan politik (political support) dan kesadaran masyarakat (public awareness)

6 Isu-isu secara institusional (institutional issues)

Kapasitas pemerintah

7 Keahlian (inventiveness) Pembaharuan (innovation) 8 Partisipasi (partipation) Pluralisme (pluralism) 9 Praktis (practical) Pelaksanaan (implementation) 10 Keberlanjutan (sustainability) Konservasi dan pemeliharaan

(maintenance) Sumber : Lalwani et al. (2004)

Pengelolaan berbasis ekosistem tidak dapat dipisahkan dengan

masyarakat lokal. Hal ini dapat dilihat pada Pengelolaan Taman Wisata Alam

Laut Gili Indah yang memadukan antara kearifan lokal (awig-awig) dengan

kelestarian sumberdaya alam (Sano et al. 2006). Konsep di dalam awig-awig

tersebut memuat tentang: (1) batas aktivitas dari nelayan tradisional, wisata dan

budidaya rumput laut dan (2) sanksi. Pengelolaan lingkungan berbasis kearifan

lokal di Pulau Lombok selain awiq-awiq ada juga “sawen” seperti di Lombok

Utara (Satria 2006 in Baird et al. 2007). Sawen sebagai kearifan lokal

masyarakat Lombok Utara memiliki ciri yaitu: (1) ada pembagian kewenangan

pengelolaan untuk hutan, pertanian dan laut yang dipimpin oleh tokoh yang

disebut “mangku”, (2) struktur sawen terdapat aspek kognitif yang

menggambarkan pengetahuan ekologi masyarakat lokal dan prinsip-prinsip

pengelolaan sumberdaya alam dan aspek regulator yang menggambarkan

tentang prilaku (codes of conduct) serta norma yang berisikan pandangan

tentang dunia dan sistem kepercayaan.