pantai bentenan, minahasa utara

Download Pantai Bentenan, Minahasa Utara

If you can't read please download the document

Upload: rizkenadya

Post on 13-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Pantai Bentenan, Minahasa Utara

    1/6

    Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3, Desember 2011

    109

    PERUBAHAN GARIS PANTAI DESA BENTENANKECAMATAN PUSOMAEN, MINAHASA TENGGARA

    Esry Tommy Opa1

    ABSTRACT

    Bentenan village, located on the East coast of Minahasa peninsula andsurrounded by gently sloping hills, has a shoreline of 1.3 km. The shape of theshoreline is curved facing Bentenan Island. It is observed that coastline had beengradually retreating. Research and data collection on the coastline has beenconducted in November 2008. As many as 85 points have been plotted using GPS,rectified with LPI maps and compared with a couple of old maps, i.e., Peta DishidrosLembar 334 1992 and Peta Laut No. 62 1985. Shoreline of Bentenan village shown tobe retreated 165 meters in average towards the mainland from 1985 to 2008 (23years), averaging a decrease of 7.17 meters. This indicates that the shore of Bentenanundergoes a process of erosion/ abrasion which causes changes in shorelinebackwards towards the land, also called beach retreat.

    Keywords:Bentenan, shorelines, Abrasion, beach retreat, geomorphology.

    ABSTRAK

    Desa Bentenan memiliki panjang garis pantai sekitar 1,3 km, terletak di pantaiTimur semenanjung Minahasa yang bertopografi landai dan dikelilingi oleh perbukitan.Bentuk pantainya melekuk ke dalam dan di bagian depannya terdapat pulau Bentenan.Teramati bahwa bentuk pantai ini makin mundur dari tahun ke tahun. Observasi danpengukuran dilakukan pada bulan November 2008, sebanyak 85 titik telah dipetakandengan menggunakan GPS dengan koreksi dari peta LPI dan hasilnya dibandingkandengan beberapa peta terdahulu yaitu Peta Dishidros lembar 334 tahun 1992, Peta

    Laut No 62 tahun 1985. Perbandingannya menunjukan garis pantai desa Bentenanmengalami perubahan rata-rata sebesar 165 m mundur ke arah daratan dalam selangwaktu 1985-2008 (23 tahun). Dalam periode tersebut setiap tahun daerah ini meng-alami kemunduran garis pantai rata -rata 7,17 m.

    Kata kunci:Bentenan, Garis pantai, Abrasi, Pantai mundur, geomorfologi.

    1Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara

    PENDAHULUAN

    Daerah pesisir khususnya kawasan

    pantai dan sekitarnya menyimpan potensikekayaan alam yang besar dan merupakandaerah yang paling banyak dimanfaatkan.

    Kawasan pantai sering dimanfaatkansebagai daerah pemukiman, tempat pariwi-sata, daerah budidaya, daerah reklamasidan sarana umum lainnya seperti jalan.

    Desa Bentenan merupakan salahsatu desa pesisir yang terletak di Pantai Ti-mur semenanjung Minahasa, menyimpanbegitu banyak potensi alam dan budaya.Menurut catatan yang ada, Desa Bentenan

    mulai dihuni secara bertahap sejak tahun1600-an oleh suku pengembara laut Bajo

    dari Bolaang Mongondow, Ternate, danTidore, serta kelompok suku Minahasa dariRatahan dan Langowan yang datang kemu-

    dian pada tahun 1800-an.Pantai di Desa Bentenan bertopo-grafi landai yang dikelilingi oleh perbukitan.Umumnya garis pantai Desa Bentenan me-rupakan garis pantai yang melekuk kedalam, dan di bagian depannya terdapatPulau Bentenan (Gambar 1).

    Informasi yang didapat dari anggotamasyarakat Desa Bentenan, puluhan tahunlalu garis pantai berada kurang lebih 80meter ke arah laut dibandingkan garispantai sekarang.

    Berdasarkan uraian di atas makaperubahan garis pantai perlu ditelaah seca-

  • 7/26/2019 Pantai Bentenan, Minahasa Utara

    2/6

    Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3, Desember 2011

    110

    ra cermat untuk mengetahui berubahanbentuk lahan di suatu daerah.

    Gambar 1. Lokasi Penelitian, Desa Bentena (fotosatelit Gogle 2007)

    Pantai merupakan daerah datar ataubisa bergelombang dengan perbedaan ke-tinggian tidak lebih dari 200 meter, yang di-bentuk oleh endapan pantai dan sungaiyang bersifat lepas, dicirikan dengan ada-nya bagian yang kering (daratan) dan ba-sah (rawa). Pantai adalah suatu daerahyang meluas dari titik terendah air laut pa-da saat surut hingga ke arah daratan sam-pai mencapai batas efektif dari gelombang(Gambar 2). Garis pantai adalah garis per-temuan antara air laut dengan daratan yangkedudukannya berubah-ubah sesuai deng-

    an kedudukan pada saat pasang-surut,pengaruh gelombang dan arus laut(Sutikno, 1993).

    Gambar 2. Sketsa Umum Daerah Pantai

    (Sutikno, 1993).

    Lingkungan pantai merupakan dae-rah yang selalu mengalami perubahan. Per-ubahan lingkungan pantai dapat terjadi se-cara lambat hingga cepat, tergantung padaimbang daya antara topografi, batuan dansifat-sifatnya dengan gelombang, pasut,dan angin. Perubahan garis pantai ditunjuk-kan oleh perubahan kedudukannya, tidaksaja ditentukan oleh suatu faktor tunggaltapi oleh sejumlah faktor beserta interaksi-

    nya. Secara garis besar proses geomorfolo-gi yang bekerja pada mintakat pantai dapat

    dibedakan menjadi proses destruksionaldan konstruksional. Proses destruksionaladalah proses yang cenderung merubah/merusak bentuk lahan yang ada sebelum-nya, sedangkan proses konstruksional ada-

    lah proses yang membentuk lahan baru(Sutikno, 1993).Faktor-faktor utama yang merupa-

    kan kontributor perubahan garis pantaiadalah:a. Faktor Hidro-Oseanografi

    Perubahan pantai terjadi apabilaproses geomorfologi yang terjadi pada seg-men pantai melebihi proses yang biasa ter-jadi. Perubahan proses geomorfologi meru-pakan akibat dari sejumlah parameteroseanografi yang berperan seperti gelom-

    bang, arus, dan pasut.1. Gelombang

    Gambar 3. Proses Abrasi di Pantai(Triatmodjo, 1999).

    Gelombang terjadi melalui prosespergerakan massa air yang dibentuk secaraumum oleh hembusan angin secara tegaklurus terhadap garis pantai (Open Univer-sity, 1993). Gelombang merambat ke sega-la arah membawa energi yang kemudian di-lepaskannya ke pantai dalam bentuk hem-pasan ombak. Dahuri, et al. (2001) menya-takan bahwa gelombang yang pecah didaerah pantai merupakan salah satu pe-nyebab utama terjadinya proses erosi dan

  • 7/26/2019 Pantai Bentenan, Minahasa Utara

    3/6

    Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3, Desember 2011

    111

    sedimentasi di pantai. Pada saat gelom-bang mendekati pantai, gelombang mulaibergesek dengan dasar laut dan menye-babkan pecahnya gelombang di tepi pantai.Hal ini mengakibatkan terjadinya turbulensi

    yang kemudian membawa material dari da-sar pantai atau terkikisnya bukit-bukit pasir(dunes). Gelombang yang terjadi di daerahgelombang pecah mengandung energi yangbesar dan sangat berperan dalam pemben-tukan morfologi pantai, seperti menyeretsedimen (umumnya pasir dan kerikil) yangada di dasar laut untuk ditampung dalambentuk gosong pasir.

    Pada pantai yang terjadi pecahangelombang, massa air bergerak menujupantai dan apabila setelah gelombang pe-

    cah banyak massa udara yang terperang-kap maka akan mempunyai daya erosi ya-ng besar. Efek kombinasi antara tekananudara dan benturan massa air mempunyaikapasitas untuk mengikis batuan danmemindahkan material lepas yang disebutdengan proses penggalian (Sutikno, 1993).Pecahan gelombang juga mampu meng-angkut atau menggerakan material lepas kepantai sehingga terjadi proses abrasi terha-dap material di garis pantai (Gambar 3)(Triatmodjo, 1999).

    2. ArusHutabarat dan Evans (1985) menya-

    takan, arus merupakan salah satu faktoryang berperan dalam pengangkutan sedi-men di daerah pantai. Arus merupakan ge-rakan mengalir suatu massa air yang dapatdisebabkan oleh adanya radiasi matahari,tiupan angin, pasut air laut, hempasan ge-lombang, dan adanya perbedaan densitasair laut (Nontji 2002).

    Arus yang berfungsi sebagai mediatranspor sedimen dan sebagai agen peng-erosi yaitu arus yang dipengaruhi olehhempasan gelombang. Gelombang yangdatang menuju pantai dapat menimbulkanarus pantai (nearshore current) yang ber-pengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi di pantai. Arus pantai ini ditentukanterutama oleh besarnya sudut yang diben-tuk antara gelombang yang datang dengangaris pantai (Pethick, 1997).

    Jika gelombang datang membentuk

    sudut, maka akan terbentuk arus susurpantai (longshore current) yaitu arus yang

    bergerak sejajar dengan garis pantai akibatperbedaan tekanan hidrostatik.

    3. PasutMenurut Nontji (2002) pasut adalah

    gerakan naik turunnya muka laut secaraberirama yang disebabkan oleh gaya tarikbulan dan matahari. Posisi kedudukan bu-lan dan matahari dalam orbit selaluberubah relatif terhadap bumi. Apabila bu-lan dan matahari berada kurang lebih padasatu garis lurus dengan bumi, seperti padasaat bulan baru atau pada saat bulanpurnama, maka gaya tarik keduanya akansaling memperkuat. Dalam keadaan demi-kian terjadilah pasut purnama (spring tide)dengan tinggi air yang luar biasa, melebihi

    tinggi pasang yang umum. Sebaliknya, su-rutnyapun sangat rendah, hingga lokasi-lokasi tertentu yang landai bisa menjadikering sampai jauh ke laut. Tetapi jika bu-lan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik kedua-nya akan saling meniadakan. Akibatnya,perbedaan tinggi air antara pasang dan su-rut hanya kecil saja, dan keadaan ini dike-nal sebagai pasut perbani (neep tide).

    Perpindahan massa air laut dari satulokasi menuju lokasi lain pada waktu pasut,

    menyebabkan timbulnya arus pasut. Biasa-nya arahnya kurang lebih bolak-balik, yaitujika muka air bergerak naik maka arusmengalir masuk, sedangkan pada saat mu-ka air bergerak turun maka arus mengalirke luar. Arus pasut ini berperan terhadapproses-proses di pantai seperti penyebaransedimen dan abrasi pantai. Pasang naikakan menyebarkan sedimen ke dekat pan-tai, sedangkan bila surut akan menyebab-kan majunya sedimentasi ke arah lautlepas. Arus pasut umumnya tidak terlalukuat sehingga tidak dapat mengangkutsedimen yang berukuran besar.

    b. Faktor AnthropogenikProses anthropogenik adalah proses

    geomorfologi yang diakibatkan oleh aktivi-tas manusia. Aktivitas manusia di pantaidapat mengganggu kestabilan lingkunganpantai. Gangguan terhadap lingkunganpantai dapat dibedakan menjadi gangguanyang disengaja dan gangguan yang tidak

    disengaja. Gangguan yang disengaja bersi-fat protektif terhadap garis pantai dan ling-

  • 7/26/2019 Pantai Bentenan, Minahasa Utara

    4/6

    Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3, Desember 2011

    112

    kungan pantai, misalnya dengan memba-ngun jetti, groin, pemecah gelombang ataureklamasi pantai. Aktivitas manusia yang ti-dak disengaja menimbulkan gangguan ne-gatif terhadap garis pantai dan lingkungan

    pantai, misalnya pembabatan hutan bakauuntuk dikonversi sebagai tambak (Sutikno1993).

    Klasifikasi pantai diperlukan untukmenggolongkan pantai, sehingga tiap pan-tai memiliki ciri utama yang dapat membe-dakan antara pantai yang satu dengan pan-tai yang lain. Salah satu klasifikasi pantaiadalah klasifikasi menurut Valentin (1952)dalam Sutikno,1993 yaitu perkembangangaris pantai maju dan perkembangan garispantai mundur. Perubahan yang dihasilkan

    pada penampilan garis pantai, menurutPethick (1997), tidak hanya berlangsungdalam kurun waktu yang relatif pendek (jamatau menit). Pantai maju dapat disebabkanoleh pengangkatan pantai atau prodegrada-si oleh deposisi, sedangkan pantai mundurdisebabkan oleh pantai tenggelam atauretrogradasi oleh erosi.

    METODE PENELITIAN

    Pelaksanaan observasi dan peng-

    ambilan data dilakukan pada bulan Novem-ber 2008 di daerah garis pantai desa Ben-tenan, Kecamatan Pusomaen, KabupatenMinahasa Tenggara. Metode yang diguna-kan adalah pengamatan dan pengukuranlapangan dengan menggunakan GPS(Global Positioning System) Garmin e-Trex30 sebanyak 85 titik di sepanjang garispantai desa Bentenan direkam koordinatgeografisnya.

    Koordinat geografis sebelum diolahdikoreksi untuk menghindari kesalahanpembacaan GPS di lapangan. Dalam mela-kukan koreksi peta digunakan beberapasimbol yang tertera pada peta yang diketa-hui di sekitar lokasi pengukuran, selanjut-nya koordinat koreksi di lapangan serta pe-ta LPI, akan dikurangi atau ditambah untukmemperoleh posisi koordinat terkoreksi.Peta garis pantai yang dihasilkan diban-dingkan dengan cara tumpang tindih de-ngan peta Dishidros Tahun 1992 lembar344 (Kapal Pemeta BORNEO tahun 1907-

    1908 dan Peta Laut no.62 edisi 1985) untuk

    mengukur serta menghitung perubahanyang terjadi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Desa Bentenan merupakan Desapantai yang berhadapan langsung denganLaut Maluku yang berada pada posisi geo-grafis 1o002,0-1o0027,8LU dan 124o5332,1-124o5354,0BT dan memiliki panjanggaris pantai sekitar 1,3 km. Dalam pengam-bilan data, diambil titik pertama yang men-jadi acuan untuk memulai pengukuran, ke-mudian menyusuri garis pantai sampai pa-da titik terakhir yang ditentukan. Jumlah ti-tik yang diambil dalam penelitian inisebanyak 85 titik. Titik pertama yang diten-

    tukan pada penelitian ini yaitu pada posisigeografis 1o002,0-1o0027,8LU dan 124o

    5332,1-124o5354,0 BT.Berdasarkan hasil pengamatan garis

    pantai di Desa Bentenan mengalami ke-munduran ke arah darat. Dari hasil pem-bandingan Peta Dishidros tahun 1992 danPeta Hasil Pengukuran di lapangan terlihatjelas perubahannya, sebelumnya garis pan-tai berada jauh ke arah laut tapi saat ini ga-ris pantai menjorok ke arah daratan. Darihasil pengamatan dan analisis peta dapat

    dihitung besar perubahan yang tejadi, pe-rubahan garis pantai desa Bentenan meng-alami kemunduran garis pantai bervariasi,terbesar 300 meter dan terkecil 30 meterdalam selang waktu tahun 1985-2008 (23tahun), jika dirata-ratakan maka besarkemunduran garis pantai desa Bentenansebesar 165 meter, yang diperkirakan tiaptahunnya mengalami pengurangan daratansebesar 7,17 meter. Hal ini menunjukkanbahwa daerah ini mengalami proses erosi/abrasi yang menyebabkan perubahan ben-tuk lahan garis pantai mundur ke arah daratatau disebut juga pantai mundur.

    Erosi pantai akan menurunkan nilaiguna bahkan menghilangkan potensi yangdimiliki suatu kawasan pantai. Erosi pantaiterjadi apabila di suatu pantai yang ditinjaumengalami kehilangan/pengurangan sedi-men; artinya sedimen yang terangkut lebihbesar daripada yang diendapkan (Triatmo-djo 1999). Terjadinya erosi pantai disebab-kan oleh tiga faktor pengerosi yaitu gelom-

    bang, arus dan pasang surut (Sunarto,1991).

  • 7/26/2019 Pantai Bentenan, Minahasa Utara

    5/6

    Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3, Desember 2011

    113

    Gelombang merupakan tenaga ero-sif yang penting di pantai, tetapi efeknyabervariasi mengikuti besarnya energi ge-lombang dan karakteristiknya serta sifat ba-tuan yang terkena gelombang (Sutikno

    1993). Dalam hal ini gelombang berfungsiuntuk membongkar material yang ada di bi-bir pantai dan oleh arus akan dipindahkanke tempat lain.

    Kombinasi tinggi gelombang yangbesar dan periode gelombang yang pendekmenyebabkan erosi pantai. Tiga faktor yangpaling berkontribusi pada erosi pantai yaitu:tinggi gelombang, lamanya gelombang (du-rasi), dan keterjalan gelombang.

    Arus merupakan media transpor se-dimen dan sebagai agen pengerosi. Jika

    energi arus bekerja pada sedimen makasedimen akan berpindah tempat mengikutiarah arus. Proses pemindahan sedimenoleh arus ini menurut Duxbury & Duxbury(1993), berawal dari pembongkaran sedi-men yang diakibatkan oleh gelombang pe-cah dari daerah pantai, selanjutnya sedi-men yang tersuspensi di kolom air akan di-pindahkan ke laut.

    legenda

    DARATAN

    LAUTAN

    Gambar 4. Peta Hasil Pengukuran

    Watung (2004), mengungkapkanbahwa kisaran kecepatan arus di perairan

    sekitar Desa Bentenan antara 0,04-0,20knot, dengan rata-rata kecepatan 0,09 knotdan membentuk sudut datang gelombangantara 5o-30o, dengan arah dominan BaratDaya. Hal ini mengidentifikasikan terjadinya

    arus susur pantai dan memungkinkan didaerah ini mengalami erosi/abrasi pantai.Berdasarkan Peta Karakterisktik

    Pantai terbitan Pusat Pengembangan Geo-logi Kelautan (PPGK 1996), daerah pantaidesa Bentenan dan sekitarnya teridentifika-si memiliki karakteristik pantai bertipe VII.Kawasan pantai tipe ini menggambarkankeadaan geologinya berasal dari batuanvulkanik yang terdiri dari breksi, lava, tufadan tersusun oleh batu gamping dengan re-lief pantainya tinggi dan karakteristik dari

    garis pantainya bertebing terjal, terumbukoral, pasir, kerikil, kerakal, bongkah danbakau.

    Gambar 8. Perubahan Garis Pantai DesaBentenan

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil Pengukuran danpemetaan yang dilaksanakan di Desa Ben-tenan, Kecamatan Pusomaen, KabupatenMinahasa Tenggara dapat diketahui bahwadaerah ini merupakan salah satu dari desapantai yang mengalami perubahan garispantai berupa pemunduran garis pantai kearah darat atau mengalami erosi/abrasi

    yang disebabkan oleh aksi laut berupa arussusur pantai dan gelombang. Perubahan ini

  • 7/26/2019 Pantai Bentenan, Minahasa Utara

    6/6

    Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3, Desember 2011

    114

    mungkin terjadi akibat aktivitas laut sepertibadai dan gelombang tinggi serta pola arusyang dapat mempercepat proses abrasidan transpor sedimen dari daerah ini. GarisPantai Desa Bentenan mengalami perubah-

    an rata-rata sebesar 165 m mundur ke arahdaratan dalam selang waktu 1985-2008 (23tahun), jika dihitung rata-rata dalam setiaptahun daerah ini mengalami pengurangandaratan 7,17 meter.

    DAFTAR PUSTAKA

    Duxbury A.B. & A.C. Duxbury, 1993,Fundamental of Ocanography. Wm. C.Brown Publisher. Washington. 291Pages.

    Hutabarat S. & S.M. Evans, 1985. Peng-antar Oseanografi. UI-Press. Jakarta.159 hal.

    Nontji, 1987, Laut Nusantara, PenerbitDjambatan, Jakarta, 368 hal.

    Open University, 1993, Waves, Tides, andShallow Water Processes. PergamonPress. 368 pages.

    Peta Dishidros lembar 334 tahun 1992.

    Peta Laut No 62 tahun 1985.

    Pethick, 1997, An Introduction to CoastalGeomorphology. Edward Arnold aDivision of Holder and Stougthon,London. 260 Pages.

    PPGK, 1996. Survei Tematik Kelautan Ter-

    integrasi, Inventarisasi SumberdayaGeologi dan Geofisik Kelautan di Wila-yah MCMA Manado dan Sekitarnya,Sulawesi Utara. Pusat PengembanganGeologi Kelautan. Bandung.

    Sunarto, 1991. Goemorfologi Pantai. PusatAntar Univeritas. UGM. Joyakarta. 52Hal.

    Sutikno, 1993. Karakteristik Bentuk danGeologi Pantai di Indonesia. DIKLAT PUWIL III. Dirjen Pengairan Pepartemen

    PU. Bentuk dan Geologi Pantai diIndonesia. DIKLAT PU WIL III. DirjenPengairan Pepartemen PU. Yogyakarta.51 Hal.

    Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. BetaOffset. Yogyakarta. 370 Hal.

    Watung, 2004. SKRIPSI FPIK UnsratManado, PS Ilmu Kelautan.